SUDUT PANDANG PASIEN DAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA FASILITAS KESEHATAN DI DAERAH DENPASAR, BADUNG, GIANYAR DAN TABANAN PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL LAPORAN KEMAJUAN
Ketua : Dr. rer.nat. I.M.A.G Wirasuta,M.Si.,Apt. Anggota : Luh Putu Febryana Larasanty, S.Farm.,M.Sc.,Apt. Made Ary Sarasmita, S.Farm.,M.Farm.Klin.,Apt. Mahasiswa yang Terlibat Penelitian : Ayu Wistari Diah Ayu Nirmala Kosasih Maria Fiani Cahyadi Made Rai Sudarni Ni Putu Latsartika Sari
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. BPJS kesehatan merupakan badan penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai beroperasional pada 1 Januari 2014 (Republik Indonesia, 20141). Pelayanan kesehatan kepada peserta JKN meliputi beberapa tingkat fasilitas kesehatan, yaitu fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, praktek dokter keluarga dan fasilitas rujuk balik serta fasilitas kesehatan tingkat lanjut seperti rumah sakit Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dalam fasilitas kesehatan yang bertujuan meningkatkan manfaat penggunaan obat yang diterima oleh pasien. Apoteker pada instalasi farmasi akan sangat berperan terutama pada era JKN saat ini. Peran apoteker pada isntalasi farmasi adalah dengan melakukan pelayanan kefarmasian yang mencakup aspek pengelolaan obat, skrining dan pelayanan resep, penyiapan sediaan parenteral, handling sitostatika, administrasi, pencatatan dan pelaporan (Dirjen Binfar, 2006). Hal baru dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit oleh apoteker adalah adanya peran verifikator apoteker dalam proses skrining resep. Peran apoteker sebagai verifikator adalah berkaitan dengan klaim obat yang diterima pasien. Klaim terhadap pengobatan yang diterima pasien mengacu pada standar tarif Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama menerima dana kapitasi dari BPJS kesehatan sebagai biaya pelayanan
kesehatan pasien rawat jalan, sedangkan klaim obat di fasilitas kesehatan lanjutan berdasarkan pada tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s). Dalam melakukan pelayanan kesehatan, sumber daya manusia di masing – masing fasilitas kesehatan juga memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari dana kapitasi yang diperoleh fasilitas kesehatan tersebut. Hal ini seharusnya mampu meningkatkan kinerja tenaga kesehatan pada umumnya dalam memberikan pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya adalah pemberian pelayanan kesehatan oleh apoteker. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan ditentukan oleh tingkat kepuasan konsumen sebagai penerima pelayanan kesehatan. Konsumen dari pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pasien dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerjasama dengan apoteker di fasilitas kesehatan tersebut. Kepuasan adalah suatu tingkat perasaan yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah konsumen membandingkan dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2006). Tolak ukur penilaian kepuasan konsumen adalah lima aspek dimensi mutu, diantaranya adalah Tangibles, reliability, assurance, emphaty dan responsiveness (Umar, 2005). Berdasarkan penelitian Bertawati (2013) disebutkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek sebesar 73,7% pasien merasa kurang puas. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kinerja apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian khususnya di Apotek. Perubahan sistem pelayanan kesehatan menjadi sistem jaminan kesehatan nasional akan membawa dampak dalam proses pelayanan oleh sumber daya manusia, dalam hal ini termasuk di dalamnya apoteker. Perlu dilakukan suatu penelitian mengenai harapan, persepsi dan tingkat kepuasan yang merupakan bagian penilaian sudut
pandang pasien serta tenaga kesehatan mengenai pelayanan kefarmasian yang dikerjakan apoteker di fasilitas kesehatan di daerah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sudut pandang (harapan, persepsi, tingkat kepuasan) tenaga kesehatan terhadap pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di era JKN di fasilitas kesehatan di wilayah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar? 2. Bagaimanakah sudut pandang (harapan, persepsi, tingkat kepuasan) pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di era JKN di fasilitas kesehatan di wilayah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sudut pandang (harapan, persepsi, tingkat kepuasan) tenaga kesehatan terhadap pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di era JKN di fasilitas kesehatan di wilayah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar. 2. Mengetahui sudut pandang (harapan, persepsi, tingkat kepuasan) pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di era JKN di fasilitas kesehatan di wilayah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar.
D. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan gambaran mengenai harapan, persepsi dan tingkat kepuasan konsumen pada pelayanan kefarmasian oleh apoteker di wilayah Gianyar.
Denpasar, Badung, Tabanan dan
2. Mengidentifikasi aspek – aspek yang mempengaruhi harapan, persepsi dan tingkat kepuasan konsumen pada pelayanan kefarmasian oleh apoteker sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian. 3. Memberi masukan kepada BPJS mengenai peran serta apoteker dalam meningkatkan kepuasan pasien dalam pelayanan JKN pada umumnya.
BAB II METODE
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional (survey) dengan pendekatan secara deskriptif analitik. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
karena
menggambarkan harapan dan persepsi tenaga kesehatan terhadap sistem pelayanan pada era JKN di Rumah Sakit di Daerah Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar berdasarkan pada sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini dibagi menjadi 5 tahap: 1. Penyusunan Kuesioner 2. Uji validitas dan reliabilitas 3. Penilaian apoteker di BPJS terhadap Kuesioner 4. Penyebaran kuisioner 5. Analisis data. B. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan model pernyataan tertutup. Penyusunan kuesioner berdasarkan pada Standar Kompetensi Dokter; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan; Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Masing-masing poin dalam setiap pernyataan akan dihitung menggunakan skala Likert untuk memperoleh data kuantitatif.
C. Batasan Operasional Penelitian ini memberikan batasan operasional untuk membahas dan menganalisis permasalahan sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Batasan operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah dan memiliki ikatan kerjasama dengan BPJS kesehatan sebagai fasilitas tingkat lanjutan. Rumah sakit tersebut adalah rumah sakit yang berada didaerah Denpasar (RSUD Wangaya), Badung (RSUD Kapal), Gianyar (RSUD Sanjiwani) dan Tabanan (RSUD Tabanan). 2. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang diklasifikasikan atas 3 jenis : (medical care) dilakukan oleh dokter, pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) dilakukan oleh apoteker serta tenaga teknik kefarmasian dan pelayanan keperawatan (nursing care) dilakukan oleh perawat dan bidan di Rumah Sakit Daerah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan dengan kriteria inklusi sebagai berikut: a. Tenaga Kesehatan merupakan Tenaga Kesehatan yang bekerja pada RSUD yang telah ditetapkan dengan batasan minimal bekerja selama 2 tahun. b. Bersedia mengisi kuisioner yang telah disiapkan. Untuk responden pada uji validitas dilakukan pada 30 orang yang merupakan tenaga kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah diluar wilayah penelitian.
3. Penilaian oleh apoteker yang bekerja di BPJS minimal 1 tahun dan telah mendapatkan pelatihan prajabatan. Bekerja baik di BPJS daerah Bali maupun Luar Bali. 4. Kuesioner adalah suatu bentuk dokumen yang berisi beberapa item pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator-indikator suatu variabel untuk mengetahui respon subjek terhadap setiap item pertanyaan. 5. Pernyataan dalam kuisioner pada dimensi Reliability dan Assurance mengandug pernyataan yang difokuskan pada tenaga kesehatan secara khusus. 6. Harapan merupakan tolok ukur dalam menentukan kualitas suatu produk. Untuk mengukur harapan apoteker dilakukan dengan kuisioner yang terdiri atas pernyataan positif dan pernyataan negatif. Kuisioner ini memiliki penilaian skor yang berbeda dimana untuk pernyataan positif Skala 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju), dan 4 (sangat setuju) sedangkan untuk pernyataan negatif memiliki penilaian yang berbeda yaitu Skala 4 (sangat tidak setuju), 3 (tidak setuju), 2 (setuju), dan 1 (sangat setuju). 7. Persepsi pengukur persepsi apoteker dilakukan dengan kuisioner yang terdiri atas pernyataan positif dan pernyataan negatif. Kuisioner ini memiliki penilaian skor yang berbeda dimana untuk pernyataan positif Skala 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju), dan 4 (sangat setuju) sedangkan untuk pernyataan negatif memiliki penilaian yang berbeda yaitu Skala 4 (sangat tidak setuju), 3 (tidak setuju), 2 (setuju), dan 1 (sangat setuju). 8. Aspek Pelayanan Kefarmasian disini didasarkan pada standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit no. 58 tahun 2014 yang didalamnya dibagi atas Administrasi dan umum, Skrining, Dispensing, Coumponding, PMR, dan Konsultasi serta edukasi.
D. Prosedur Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden. Uji validitas menggunakan uji Pearson sedangkan reliabilitas menggunakan model Cronbach alpha. Kuesioner dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari 0,361 . Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai r hitung Cronbach Alpa > 0,60. 2. Penyebaran Kuesioner Kuesioner disebarkan kepada tenaga kesehatan yang memenuhi kriteria inklusi di fasilitas kesehatan daerah SARBAGITA
E. Analisis Data Analisis dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : a. Tentukan rata-rata nilai persepsi untuk setiap pernyataan kuesioner b. Tentukan rata-rata nilai harapan untuk setiap pernyataan kuesioner c. Tentukan tingkat kepuasan tenaga kesehatan/pasien Selanjutnya skor harapan dan persepsi tenaga kesehatan dimasukkan dalam klasifikasi untuk lebih mudah diinterpretasikan. Tabel 2.1 Klasifikasi Harapan dan Persepsi Interval
Kategori
1 s/d 1,6
Sangat rendah
1,7 s/d 2,2
Rendah
2,3 s/d 2,8
Sedang
2,9 s/d 3,4
Tinggi
3,5 s/d 4
Sangat tinggi
Tabel 3.6 Klasifikasi Kepuasan Interval Klasifikasi -3 s/d -1,8 > -1,8 s/d -0,6 > -0,6 s/d 0,6 > 0,6 s/d 1,8 > 1,8 s/d 3
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah awal yang dilakukan adalah untuk meyakinkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa keseluruhan pernyataan valid dan reliable sehingga tidak ada item pernyataan yang di eliminasi dalam kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid menandakan bahwa item pernyataan dalam kuesioner tersebut dapat mengukur secara tepat dan cermat variable penelitian dalam hal ini adalah aspek pelayanan kesehatan [11]. Kuesioner dinyatakan reliabel menandakan item-item pernyataan tersebut dapat memberikan jawaban yang konsisten dan stabil terhadap suatu variable penelitian. Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pelayanan Kefarmasian No Pernyataan
Harapan Persepsi Ket (r (r hitung) hitung) 1 0,45 Valid 0,63 2 0,60 Valid 0,63 3 0,60 Valid 0,61 4 0,68 Valid 0,52 5 0,38 Valid 0,58 6 0,58 Valid 0,59 7 0,37 Valid 0,52 8 0,59 Valid 0,72 9 0,69 Valid 0,74 10 0,61 Valid 0,70 11 0,69 Valid 0,72 12 0,53 Valid 0,60 13 0,73 Valid 0,60 14 0,72 Valid 0,76 15 0,78 Valid 0,74 16 0,73 Valid 0,77 17 0,62 Valid 0,76 18 0,63 Valid 0,67 *Keterangan: r tabel uji validitas = 0,361
No Pernyataan
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Harapan Persepsi (r (r hitung) hitung)
0,70 0,78 0,79 0,85 0,89 0,87 0,89 0,72 0,81 0,90 0,93 0,86 0,92 0,83 0,82 0,78 0,80 0,86
0,59 0,73 0,84 0,82 0,59 0,73 0,85 0,47 0,73 0,81 0,78 0,80 0,79 0,61 0,62 0,54 0,53 0,53
Ket
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner pada tabel 3.1, diketahui bahwa semua butir pernyataan pada kuesioner yang diujikan dinyatakan valid, dari 36 butir pernyataan yang
diujikan. Butir pernyataan yang telah memenuhi syarat uji validitas kemudian diuji dengan uji reliabilitas menggunakan menggunakan model Cronbach Alpha. Data yang diperoleh dari butir pernyataan yang memenuhi syarat uji validitas kemudian digunakan untuk uji reliabilitas. Uji reliabilitas merupakan proses pengukuran terhadap ketepatan (konsistensi) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan depend, sehingga bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Uji ini dilakukan dengan mencari nilai Cronbach Alpha menggunakan spss. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikansi 0,05. Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian Pelayanan Kefarmasian No Alat Ukur Nilai Cronbach’s Keterangan Alpha 1 Kuesioner Harapan 0,978 Reliabel 2 Kuesioner Persepsi 0,963 Reliabel *Keterangan: r tabel uji reliabilitas = 0,361 Nilai r hitung yang diperoleh untuk kuesioner harapan adalah 0,963. Nilai Cronbach Alpha yang diperoleh untuk kuesioner harapan dan persepsi lebih besar dari r tabel 0,361. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner yang digunakan reliabel, dapat diterima, dan digunakan untuk mengambil data dalam penelitian.
BAB IV KESIMPULAN
Hasil uji validitas dan reabilitas kuisioner pada 30 orang responden menunjukkan bahwa instrumen penelitian (kuisioner) yang disusun telah memenuhi syarat validitas dan reablitas kuisioner. Dengan demikian kuisioner tersebut dapat digunakan sebagai instrumen dalam penilaian sudut pandang (harapan, persepsi dan tingkat kepuasan) pasien dan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan BPJS di wilayang Denpasar, Gianyar, Badung dan Tabanan.
DAFTAR PUSTAKA
BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan. Gumilar, I. 2007. Metode Riset Untuk Bisnis & Manajemen. Bandung: Utama Universitas Widyatama. Mulyono, S. 1991. Statistika untuk Ekonomi. Jakarta: UI Press. Republik Indonesia. 2013 a. Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1392. Jakarta: Sekretariat Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2014a. Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 19 Tahun tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 589. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2014 b. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 81. Jakarta: Sekretariat Republik Indonesia. Rumawak,
Y.
G.
2014.
Koordinasi
Pelayanan
JKN
www.slideshare.net/DayuAgung/koordinasi-jkn-di-kabupaten-gianyar. September 2014.
Kabupaten Diakses
Gianyar.
tanggal
24