LAPORAN KEGIATAN SURVEY POTENSI DESA UNTUK PROGRAM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN & PELESTARIAN HUTAN DI DESA PASIR BELO KECAMATAN SULTAN DAULAT PEMKO SUBULUSSALAM KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT WANAGREEN 2010
DAFTAR ISI
Daftar Isi
.........................................................................
2
I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ....……………………………………………………. 1.2 Tujuan ....……………………………………………………. 1.3 Hasil Yang Akan Dicapai (Output) ..…………………………………….
3 3 4
II. Dasar Seleksi dan Teknis Kegiatan 2.1 Dasar Seleksi Desa ………………....……………………………………. 2.2 Pelaksana Kegiatan …………………....…………………………………. 2.3 Waktu Pelaksanaan ……………………....………………………………. 2.4 Teknis Kegiatan ………………………....…………………………….
4 4 4 4
III. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Pemetaan Gampong Pasir Belo …..…….…...……………………….... 5 3.2 Gambaran Umum Gampong Pasir Belo .………………………......... 5 3.2.1 Letak dan Aksesibilitas .................................................................. 5 3.2.2 Penduduk dan Kehidupan Masyarakat ............................................ 5 3.3 Gambaran Potensi Pertanian .................................................................. 6 3.4 Gambaran Potensi Kehutanan ................................................................. 7 3.5 Ketersediaan Air ......................................................................................... 8 3.6 Tumbuhan Obat ......................................................................................... 9 3.7 Konflik dan Perburuan Satwa ..................................................................... 9 3.8 Permasalahan Umum di Gampong Pasir Belo .................................. 10 3.9 Harapan Masyarakat ................................................................................... 10
IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan ................………………………………………………….... 11 4.2 Saran ........................................…………………………………………… 11 4.3 Penutup ............................................………………………………………… 11
Lampiran
.....................................................................................................
12
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang terletak di provinsi Aceh dengan luas 2,25 juta hektar merupakan aset yang sangat tinggi nilainya untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Masyarakat Aceh merasa bangga terhadap hutan mereka dan menginginkan agar kawasan ini dilestarikan. Pelestarian hutan Aceh, khususnya KEL bukan saja karena nilai-nilai hakiki dan budaya yang terkandung di dalamnya tetapi juga karena jasa-jasa ekologi dan konservasi sebagai penopang kehidupan yang dihasilkan yang dapat mendukung pemulihan, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Aceh di masa depan. Sejarah telah membuktikan bahwa usaha pelestarian dan perlindungan KEL dimulai oleh masyarakat lokal itu sendiri yang tinggal di dalam dan sekitar KEL. Pada tahun 1920-an para pemuka adat dan tokoh masyarakat setempat meminta Pemerintah Kolonial Belanda agar melindungi Kawasan Leuser dan memohon agar tidak mengekploitasinya. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya pada tangggal 6 Februari 1934 semua perwakilan masyarakat lokal dan Gubernur Hindia Belanda menandatangani sebuah deklarasi yang kemudian disebut ”Deklarasi Tapak Tuan” untuk melindungi dan melestarikan KEL. Dengan keberadaan Proyek Perlindungan Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP, Aceh Forest Environment Project), baik pemerintah maupun masyarakat internasional sudah mengakui tingginya nilai KEL di Aceh. Melalui upaya konservasi yang efektif dan peningkatan status hukum kawasan ini, AFEP bermaksud menciptakan dan memelihara koridor keanekaragaman hayati terbesar di kawasan Asia Tenggara. Yayasan Leuser Internasional (YLI) sebagai lembaga pelaksana program AFEP untuk membantu pengelolaan KEL telah melaksanakan berbagai program untuk mendukung konservasi KEL, salah satunya adalah program pemantauan desa – desa yang terletak di dalam dan sekitar KEL sebagai upaya menjaga dan melestarikan KEL melalui penggalian potensi desa dan permasalahan serta kendala yang dihadapi khususnya yang berhubungan dengan lingkungan dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar. Yayasan Leuser Internasional (YLI) yang sedang melaksanakan Aceh Forest & Environment Program (AFEP) ikut membantu pemerintah dalam melaksanakan pemberian Informasi serta membangun kerjasama dan koordinasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) baik internasional maupun lokal yang berkerja dilapangan dalam hal melakukan pemantauan darat serta membentuk tim pemantauan hutan bersama masyarakat sekitar dalam KEL. YLI melalui program AFEP ingin bekerjasama dengan LSM meningkatkan kapasitas untuk kegiatan pemantauan sehingga LSM dapat memainkan peran aktif dimasa depan. Tahun 2010 Yayasan Leuser Internasional melalui AFEP akan menjalin kerjasama kemitraan dengan LSM lokal yang bergerak di bidang Lingkungan. Lembaga LSM melakukan survei, Monitoring dan Investigasi terhadap aktivitas ilegal kehutanan yang terjadi di kawasan hutan Aceh khususnya dalam dan sekitar Kawasan Ekosistem Leuser dan melakukan pengontrolan dan pengawalan terhadap kasus penting dan besar yang ditindak lanjuti oleh Dinas/Instasi terkait.
3
Tujuan Kegiatan Menyediakan LSM Lokal atau lembaga sosial lainya untuk melaksanakan kegiatan di desa behubungan dengan lingkungan yaitu : 1. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan team pemantauan hutan untuk bekerja dengan masyarakat desa dan Dinas Kehutanan untuk mengidentifikasi kawasan hutan/hutan adat desa serta melakukan survey dan melakukan pencatatan informasi dari lapangan selama survey oleh masyarakat dan kanun desa. 2. Melatih masyarakat desa untuk memantau hutan desa, menyusun laporan dan pembuatan laporan pemantauan hutan desa. Mendata konflik satwa liar serta mempublikasikan hasil kegiatan kepada masyarakat 3. Melaksanakan rapat bulanan dengan warga desa untuk membangun ketrampilan dalam bidang pengelolaan hutan masyarakat, mensosialisasikan kepada masyarakat desa tentang undang-undang kehutanan yang berlaku. 4. Memberikan penyadaran lingkungan kepada warga desa dan bekerja bersama masyarakat, pemda untuk memasukkan aktivitas yang peduli terhadap penyelamatan lingkungan dalam program KDP/P2DTK maupun program pembangunan lainnya. 1.3 Hasil Yang Diharapkan (Output) 1. LSM Lokal bekerja harus meliputi minimal 10 desa dalam 3 bulan 2. Melengkapi data informasi tentang desa, status kawasan hutan desa/hutan adat 3. Terbentuknya tim pemantauan desa dan terlatih untuk pemantauan dan kegiatan konservasi 4. Terlaksananya pertemuan resmi dengan masyarakat desa minimal satu kali setiap bulannya 5. Masyarakat terlibat langsung dalam penyelamatan, pelestarian dan proteksi hutan di sekitar desa mereka 6. Diketahui potensi, permasalahan dan kendala berbagai sektor yang berhubungan dengan hutan dan lingkungan. 7. Mengumpulkan semua data dan informasi tentang sarana dan prasarana umum yang dimiliki desa kemudian membuatnya dalam peta desa 8. Terbentuknya tim pemantauan dan perlindungan hutan desa yang dilaksanakan oleh masyarakat desa itu sendiri 9. Terbentuknya kanun desa yang mengatur perlindungan dan pelestarian hutan dan lingkungan.
II. DASAR PEMILIHAN DESA DAN TEKNIS KEGIATAN 2.1 Dasar Pemilihan/Seleksi Desa/Gampong Proses seleksi desa didasarkan pada beberapa faktor yang saling berhubungan antar satu desa dengan desa lainnya (adanya benang pengikat/perasaan senasib) khususnya yang berhubungan dengan lingkungan, meliputi satu atau beberapa faktor dibawa ini : 1. Terletak di dalam KEL, masih bersifat tradisional dan relatif terisolir. 2. Di dalam atau di batas desa terdapat salah satu fungsi hutan, yaitu hutan lindung, bekas hutan produksi, Areal HGU Perkebunan, Areal APL, hutan adat. 3. Memiliki intensitas atau potensi kerusakan hutan yang tinggi, seperti illegal logging, perambahan dan pertambangan serta sering terjadi konflik satwa. 4. Adanya konflik atau sengketa lahan hutan antara masyarakat dengan pihak pengusaha perkebunan atau pertambangan. 2.2 Pelaksana Kegiatan Kegiatan di Gampong Pasir Belo dilaksanakan oleh LSM Wanagreen wilayah Kerja Pemko Subulussalam yang terdiri dari team 2 yaitu Safrina, Jalul dengan dibantu oleh aparatur desa, beberapa orang tokoh masyarakat dan tokoh adat, pemuda dan masyarakat setempat.
4
2.3 Waktu Pelaksanaan Kegiatan monitoring dilaksanakan selama 15 -20 hari setiap periode di setiap desa yang telah ditentukan. Pada periode 1 ini dilaksanakan dari tanggal 25 Maret sampai tanggal 10 April 2010 2.4 Teknis Kegiatan 1. Secara deskriptif, melalui wawancara langsung dengan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat serta aparatur desa (data primer). Pertanyaan difokuskan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kendala utama dalam kehidupan sosial ekonomi, sistem pertanian, pengairan, perikanan, kehutanan, konflik satwa dan kearifan tradisional. Data penduduk, sosial ekonomi, luas dan status hutan serta informasi lainnya akan diambil di kantor desa, kantor camat atau instansi terkait lainnya (data sekunder). 2. Survey langsung, untuk mengetahui potensi flora fauna di kawasan hutan desa, lokasi hutan adat, tumbuhan obat, konflik satwa dan permasalahan lain yang berhubungan dengan kehutanan dan pertanian. Untuk membuat peta desa dilakukan dengan menggunakan GPS yang berfungsi untuk mengetahui koordinat lokasi dan pembuatan track jalan. Data yang dicatat meliputi batas desa, dusun, fasilitas umum, fungsi dan kondisi areal desa (areal persawahan, perkebunan, perkampungan, hutan lindung, hutan adat, dan lain-lain), jalan, lorong dan informasi penting lainnya.
III. HASIL KEGIATAN 3.1 Pemetaan Desa/Gampong Komponen – komponen yang dilakukan pendataan Gampong Pasir Belo adalah : Fasilitas umum Merupakan sarana dan prasarana yang dimiliki desa baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya dan gotong royong maupun yang dibangun oleh pemerintah dan lembaga lainnya. Fasilitas umum yang terdapat di gampong Pasir Belo adalah : 1 Buah Mushalla dan Rencana pembuatan Pembangkit Listrik tenaga air yang dilakukan oleh swadaya masyarakat dan sedang dibangun gedung sekolah, tapi belum rampung
Industri pertanian, hasil hutan dan industri rumah tangga Pada saat ini tidak ada Industri pertanian di Gampong Pasir Belo
3.2 Gambaran Umum, Potensi dan Permasalahan Desa 3.2.1.1 Letak dan Aksesibilitas Kampong Pasir Belo terletak dalam Kawasan Ekosistem Leuser. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Sultan Daulat Pemko Subulussalam. Secara geografis terletak pada 020 49’ 29.0” Lintang Utara (N) dan 970 54’ 01.5” Bujur Timur (E). Akses dari ibukota kecamatan (Jambi Baru) menuju gampong Pasir Belo dapat dilalui kendaraan roda dua dengan kondisi jalan pegunungan tidak beraspal dan tidak bisa dilalui pada waktu musim hujan, atau menggunakan mesin boat sebagai alternatif menuju ke Pasir Belo .Jarak dari desa ke ibukota kecamatan sekitar 2 kilometer dan ke ibukota Pemko Subulussalam sekitar 37 kilometer. Batas – batas wilayah gampong Sukamaju terdiri dari : - Sebelah timur dan utara berbatasan dengan Hutan KEL - Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai - Sebelah Selatan berbatasan dengan Jambi Baru Gambar 1 : Pemukiman penduduk Pasir Belo
5
3.2.2
Penduduk dan Kehidupan Masyarakat Jumlah penduduk gampong Pasir Belo yaitu berjumlah 218 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 53 orang. Semua penduduk beragama islam, mayoritas (95%) merupakan penduduk asli etnis Phakpak Boang dan Aceh dan lainya merupakan pendatang. Sebahagian penduduk juga ada yang berpindah/merantau ke desa, kecamatan, kabupaten atau provinsi lainnya untuk mencari pekerjaan dan sekolah. Rumah penduduk mayoritas semi permanen dengan atap seng dan lantai semen. Semua rumah berdinding papan dengan lantai semen. Mata pencaharian masyakarat di desa ini hampir seluruhnya petani, yang berprofesi sebagai PNS tidak ada dan swasta 48 orang. Tanaman utama yang ditanam adalah Sawit, Karet, Coklat . Selain itu juga ada Pinang, jagung, Pisang, kemiri, dan lain-lain. 3.3 Gambaran Potensi Pertanian Jenis tanaman tahunan/tua yang ditanam di wilayah gampong Pasir Belo adalah Sawit, Karet, Pinang dan Coklat. Tanaman tua yang menjadi andalan dan komoditas utama adalah Sawit. Tanaman muda atau semusim yang ditanam adalah Padi, jagung, Jagung, Pisang dan sayuran. Budidaya tanaman tua sebahagian besar masih dilakukan secara tradisional yaitu menggunakan bibit yang berasal dari biji kemudian langsung ditanam atau dimasukkan dalam polybag terlebih dahulu. Sangat jarang masyarakat menggunakan atau membeli bibit unggul kecuali yang dibagikan oleh pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Petani umumnya tidak menggunakan pupuk buatan kecuali untuk tanaman cabai dan sayuran yang menggunakan pupuk khusus dan bibit unggul. Rencana jenis tanaman yang akan dikembangkan oleh masyarakat adalah sawit dan coklat.
Gambar 2. Warga sedang membangun PLTA untuk mengatasi masalah listrik di Pasir Belo
Sistem pertanian dilakukan masyarakat secara menetap. Pemanfaatan lahan sebahagian masih dilakukan secara ektensif, yaitu melalui perluasan dan pembukaan lahan pertanian baru dengan menebang hutan yang jaraknya disekitar perkampungan dan terletak di dalam kawasan Hutan Lindung. Pola yang digunakan biasanya pola semi perladangan berpindah, dimana setelah hutan ditebang lalu ditanam dengan tanaman tua dan ditinggalkan, setelah jangka waktu 3-6 bulan dibersihkan kembali. Pada saat ini sudah banyak masyarakat yang melakukan pemanfaatan lahan secara intensif (pengolahan lahan secara optimal tanpa membuka lahan baru). Alasan pemanfatan lahan secara intensif adalah hasil panen yang diperoleh akan lebih banyak dan kebun lebih terurus. Pemasaran hasil pertanian umumnya melalui agen yang datang ke desa atau jika jumlahnya relatif banyak maka langsung dibawa dan dijual kepada toke penampung di pasar lokal yang terletak di Gampong Sukamaju waktu hari pekan atau di bawa ke Kota Subulussalam. Status lahan pemukiman dan pertanian umumnya hak milik dengan surat keterangan dari Kepala Kampong dan sebahagian sudah memiliki akte. Kawasan hutan dan areal perkebunan gampong Pasir Belo terletak di dalam KEL dengan status lahan APL (Areal Penggunaan Lain), sebahagian besar hutan yang baru dibuka untuk perkebunan yang letaknya sudah jauh dari pemukiman termasuk dalam kawasan Hutan Lindung.
6
3.4 Gambaran Potensi Kehutanan 3.4.1 Tipe Hutan dan Status Kawasan Tipe hutan di sekitar gampong Pasir Belo merupakan kawasan dataran rendah yang sangat kaya akan biodiversity flora fauna, termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dengan status Areal Penggunaan Lain (APL) pada daerah pucuk atau hulu yang juga berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Aceh Tenggara 3.4.2 Hasil Hutan dan Industri Perkayuan Hasil hutan non kayu utama di Kampong Pasir Belo relatif tidak ada dalam kawasan Hutan Lindung. Pasir Belo adalah kawasan baru dengan pemukiman yang relatif penghuni dengan sangat sedikit. Warga mencari kayu hanya untuk kebutuhan keluarga dan perabot untuk rumah tangga serta dari hutan juga warga mencari kayu bakar untuk keperluan seharihari. Pada saat ini memang tidak ada hasil hutan yang mencolok di Kampong Pasir Belo atau dijual ke pasar lokal terdekat. Aktivitas warga hanya membuka lahan pertanian dengan menanam sawit, coklat dan lain-lain.
3.4.3 Illegal Logging dan Perambahan Hutan Secara umum tidak ditemukan aktifitas illegal logging di dalam wilayah gampong Pasir Belo. Penebangan kayu pada saat ini hanya dilakukan oleh masyarakat jika ada kebutuhan untuk kepentingan umum, misalnya pembuatan Mushalla. Kayu diambil dari dalam kawasan hutan di sekitar desa dan dalam Hutan Lindung. Pembukaan hutan untuk lahan perkebunan umumnya dilakukan oleh masyarakat di dalam hutan KEL dengan status kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan sebahagian telah masuk dalam kawasan Hutan Lindung. Pembukaan hutan biasanya dilakukan secara berkelompok, lokasinya tidak jauh dari pemukiman warga, Luas hutan yang dibuka oleh masyarakat setempat bervariasi, biasanya antara 0.5 – 2 hektar. 3.4.4 Hutan Adat dan Kearifan Tradisional Menurut para tetua adat dan tokoh masyarakat setempat di gampong Pasir Belo tidak terdapat hutan adat, yang ada merupakan KEL yang letaknya 4 km dari pemukiman warga. Sebenarnya nilai – nilai kearifan tradisional masyarakat dalam melestarikan hutan dan isinya dalam bentuk tidak tertulis ada di hampir semua desa di Aceh, khususnya desa-desa yang berada dekat KEL. Namun untuk gampong Pasir Belo sampai saat ini aturan adat tersebut belum dibuat secara tertulis. Dan masih adanya penebangan dan terdapat warga mencari ikan dengan menggunakan racun. Namun pada saat sekarang aturan adat tersebut banyak yang dilanggar karena pengaruh kemajuan zaman dan teknologi. 3.4.5 Keanekaragaman Flora Fauna Kawasan hutan hujan dataran rendah wilayah gampong Pasir Belo yang merupakan deretan pegunungan Bukit Barisan yang bersambungan dengan gunung leuser sangat kaya akan berbagai jenis flora fauna. Namun untuk kawasan wilayah Pasir Belo tidak di temukan berbagai macam satwa. 3.5 Ketersediaan Air Air merupakan sumber kehidupan utama semua makhluk hidup. Air tidak hanya berfungsi untuk minum, MCK dan pertanian tetapi juga sebagai sarana transportasi dan mata pencaharian utama. Dari segi kwantitas hampir semua desa di Aceh memiliki sumber air yang relatif cukup, namun dari segi kwalitas banyak yang belum memenuhi syarat terutama air untuk rumah tangga. Gambar 3. Aliran sungai yang akan direncanakan pembuatan waduk PLTA
7
Sumber air untuk rumah tangga di gampong Pair Belo umumnya berasal dari sungai , sedangkan sumber air untuk pertanian dan persawahan berasal dari tadah hujan. Akibat ketergantungan dengan sungai ini maka pada musim kemarau masyarakat kekurangan air dan pada musim hujan justeru kelebihan air yang mengakibatkan banjir. 3.6 Tumbuhan Obat Desa – desa yang letaknya terisolasi dan memiliki akses yang sulit selalu menggunakan tumbuhan obat sebagai pilihan utama untuk pengobatan. Meskipun akses menuju gampong Pasir Belo Sangat sulit pada waktu musiim hujan namun masyarakatnya sering menggunakan tumbuhan obat sebagai pilihan utama pengobatan. Pemanfaatan tanaman obat ini terutama untuk sakit yang umum seperti demam, batuk, sakit perut, malaria dan masuk angin. Umumnya masyarakat desa merasa lebih cocok menggunakan tumbuhan obat dibanding obat kimia karena selain murah atau tanpa biaya juga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Penggunaan tumbuhan ini sudah berlangsung lama yang diwariskan secara turun temurun. Jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat diantaranya adalah Medang, Kumis Kucing, dll. Ketersediaan jenis tumbuhan obat pada saat sekarang relatif sulit diperoleh, terutama yang berasal dari hutan seperti Tongkat Ali. Jenis yang dibudidayakan dan relatif mudah diperoleh diantaranya Kunyit, jahe, dan Kencur. 3.7 Konflik dan Perburuan Satwa Konflik satwa yang terjadi di gampong Pasir Belo sudah berlangsung lama dan rutin, khususnya satwa Harimau yang sering masuk ke perkampungan untuk memakan ternak penduduk dan satwa Babi Hutan, yang sering merusak dan memakan tanaman pertanian. Jenis – jenis satwa liar yang sering diburu oleh masyarakat di gampong Pasir Belo adalah Rusa dan Babi Hutan. Satwa liar tersebut mempunyai penyebaran yang luas dan sering ditemukan di hutan sekunder, pinggir hutan dan kebun yang baru dibuka. Tujuan perburuan satwa liar adalah untuk diambil dagingnya (dikonsumsi dan dijual, yaitu Rusa dan Kijang) dan juga untuk dibunuh karena merusak tanaman (Babi Hutan). Pelaku perburuan umumnya adalah masyarakat lokal dan desa di sekitarnya yang melakukan perburuan secara berkelompok atau sendiri. Senjata yang digunakan untuk berburu biasanya jerat dan jaring. 3.8 Permasalahan Umum di Gampong Pasir Belo 3.8.1 Akses dan Kondisi Jalan Jalan tidak bisa dilalui pada waktu musim hujan Kondisi jalan menuju ke lahan pertanian warga masih menggunakan boat (mesin robin) Menggunakan jalur sungai Tidak adanya Listrik untuk masyarakat 3.8.2 Bidang Pertanian Tidak adanya modal dan bibit yang berkualitas, selama ini petani membibitkan tanaman secara manual yaitu dari biji yang sudah tua. Harga komoditas pertanian pada saat ini relatif murah sehingga tidak sesuai biaya produksi dengan hasil produksi. Adanya hama dan penyakit pada tanaman Pengetahuan petani masih rendah karena tidak adanya pembinaan dan penyuluhan. 3.8.3 Bidang Kehutanan Pemasaran damar dan rotan sangat sulit karena tidak adanya agen penampung di desa dan harga pada saat ini relatif murah. Masyarakat banyak yang tidak mengetahui batas Hutan Lindung dengan areal perkebunan masyarakat.
8
3.8.4 Ketersediaan Air
Air untuk rumah tangga masih bersumber dari sungai. Pada musim kemarau kekurangan air Air kuning dan keruh
3.8.5 Kearifan Tradisional dan Kehidupan Satwa Liar Nilai-Nilai kearifan tradisional sudah banyak yang dilanggar karena perkembangan kemajuan dan banyaknya orang luar yang masuk. Satwa liar sangat sering merusak tanaman (Babi Hutan, landak) dan memangsa hewan ternak serta meresahkan penduduk (Harimau). 3.9 Harapan Masyarakat Pada saat ini seluruh komponen masyarakat gampong Pasir Belo sangat mengharapkan adanya Jalan Aspal, Listrik, Posko Kesehatan, Sekolah, Mesjid, TPA, dan Air Bersih kepedulian dan perhatian serius dari jajaran pemerintah Pemko Subulussalam dan provinsi Aceh serta lembaga/instansi lainnya agar mengembangkan dan memajukan berbagai potensi di sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan serta membangun sarana pendidikan yang memadai.
9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Potensi pertanian dan perkebunan perlu dikembangkan segera, terutama sektor perkebunan yang memadukan pertanian dan kehutanan (agroforestry) melalui pemilihan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi dan berfungsi untuk keseimbangan lingkungan. Jenis tanaman yang banyak direncanakan oleh masyarakat gampong Pasir Belo untuk dikembangkan adalah Sawit dan Coklat. Permasalahan utama pengembangan pertanian dan perkebunan adalah modal, bibit berkualitas, hama dan penyakit serta kurangnya SDM. Sumber air untuk rumah tangga dan pertanian berasal dari sungai,dan sumur. Permasalahan utama kekurangan air di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Hasil hutan non kayu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah kemiri Tidak adanya listrik 4.2 Saran Pada saat ini seluruh komponen masyarakat gampong Pasir Belo sangat mengharapkan adanya kepedulian dan perhatian serius dari jajaran pemerintah Pemko Subulussalam dan provinsi Aceh serta lembaga/instansi lainnya agar mengembangkan dan memajukan berbagai potensi di sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan serta membangun sarana pendidikan yang memadai. 4.3 Penutup Demikian laporan survey potensi di gampong Pasir Belo di dalam KEL Pemko Subulussalam kami buat dengan sesungguhnya, semoga dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Subulussalam, 12 April 2010 Dibuat oleh,
Suparta Ketua Wanagreen
Diperiksa oleh,
Anhar Asisten Monitoring
Disetujui oleh
Fakhrurradhi Asisten LSO Tapaktuan
Lampiran : 1. Database hasil pendataan di lapangan Villagers Monitoring Team (Form A) oleh LSM Wanagreen 2. Data jumlah desa yang telah dikerjakan oleh LSM Wanagreen (Form B) 3. Rangkuman progress report hasil kegiatan oleh LSM Wanagreen (Form C) 4. Koordinat fasilitas umum desa dan temuan penting lainnya selama kegiatan di desa Pasir Belo oleh LSM Wanagreen
10