LAPORAN KEGIATAN SISTER SCHOOL
SMA LABSCHOOL JAKARTA TAHUN 2008 - 2014
SMA Labschool Jakarta Jalan Pemuda Komplek UNJ Rawamangun Jakarta Timur 13220 Telp/Fax: 021-47860038/4897283
PROGRAM SISTER SCHOOL PARTNERSHIP di SMA LABSCHOOL JAKARTA I. PENDAHULUAN Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mengubah banyak hal yang telah biasa kita lakukan menjadi sedemikian cepat dan mudah, terlebih di bidang komunikasi. Hubungan kerjasama yang dibangun dengan berbagai pihak terasa lebih dekat dan bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Arus informasi yang sedemikian cepatnya sangat membantu proses layanan pendidikan di Indonesia apabila bisa dikelola dengan baik. Demikian halnya yang bisa dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dalam menjalin kerjasama dengan institusi atau sekolah di daerah lain atau di luar negeri. Kemudahan mengakses informasi inilah yang sekarang ini bisa menjadi alat utama dalam menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada. Kerjasama yang dibangun tentu sebuah kerjasama yang pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi semua pihak yang terkait. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam menjalin kerjasama dengan sekolah lain juga sangat terbuka pada era sekarang ini. Kerjasama berdasarkan keinginan untuk mempelajari lebih lanjut tentang suatu bahasa maupun budaya dari Negara lain juga bisa dilaksanakan melalui berbagai program kegiatan. Kegiatan yang sangat baik untuk dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak – pihak yang berhubungan erat dengan proses pendidikan di sekolah sekaligus bisa dijadikan sebagai benchmark bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah sister school partnership. Dewasa ini kegiatan Sister School Partnership sudah dilaksanakan di sekolah SBI dengan berbagai macam kegiatannya sesuai dengan kesepakatan yang telah disusun bersama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) atau Memorandum Saling Pengertian. Sister School Partnership merupakan kegiatan yang dilakukan antara sekolah baik di dalam maupun di luar negeri dalam rangka menjalin kerjasama guna mencapai tujuan tertentu terutama dalam bidang pendidikan, budaya dan peningkatan mutu guru serta kepala sekolah antar kedua sekolah Lebih dari sekedar sebagai sebuah pertukaran seni budaya antara dua sekolah, program Sister School Partnership akan lebih menarik apabila dikemas menjadi sebuah pertukaran ilmu dan budaya yang lebih menitikberatkan empati dan peningkatan motivasi untuk maju siswa, guru dan kepala sekolah. Siswa dan guru yang saling berkunjung juga dapat diberi kesempatan untuk memahami kebiasaan belajar, semangat dan pola masyarakat setempat dengan lebih baik. Sebuah program pertukaran pelajar atau guru saja belum bisa dikatakan sebagai Sister School Partnership apabila tidak ada MoU diantara kedua sekolah yang menyepakati kegiatan tersebut. Kegiatan Sister School Partnership lebih terencana dan menyangkut berbagai aspek pendidikan yang menjadi kebutuhan sekolah dan bukan hanya terbatas pada kegiatan saling mengunjungi diantara anggota sekolah dan atau sekedar pertukaran informasi semata. 1
II. DASAR 1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 20 tahun 2003. 2. PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 4. Pedoman Penjaminan mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional 5. Sistem Penyelenggaran Sekolah/Madrasah bertaraf Internasional
III. TUJUAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP A.
B.
Tujuan Umum : 1.
Untuk memperkuat hubungan antara sekolah di dalam dan luar negeri;
2.
Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa dengan memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman, penghargaan dan penghormatan terhadap budaya lain;
3.
Untuk mengembangkan hubungan persahabatan melalui komunikasi rutin;
4.
Untuk memberikan peluang bagi kepala sekolah dan staf administrasi menjalin kerjasama dengan sekolah lain dalam kerangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan ikatan persahabatan diantara dua sekolah.
5.
Untuk mengembangkan peluang bagi guru untuk pertukaran materi pelajaran, informasi tentang metode dan praktek pendidikan dan hal-hal umum lainnya;
6.
Untuk memfasilitasi kunjungan dari para siswa dan guru ke sekolah di luar negeri
7.
Untuk memberikan pengalaman kerjasama internasional
8.
Untuk memajukan pendidikan di Indonesia
Tujuan Khusus 1. Untuk Guru: • Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda sistem pendidikan; • Meningkatkan profesional pembangunan melalui pertukaran ide dan pengetahuan; • Memperluas pandangan pendidikan dengan menambahkan perspektif global
2
2. Untuk Siswa: • Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman budaya yang berbeda; • Menambah akses ke ide-ide baru dan pengalaman dengan bekerja sama dengan guru dan siswa dari budaya yang berbeda dan sistem pendidikan; • Memperluas pengertian, toleransi dan penerimaan dari budaya lain.
IV. UPAYA MENCARI PARTNER SCHOOL Untuk menuju Sister School Partnership tahapan yang pertama yang harus dilakukan adalah mencari sekolah partner, upaya ini menjadi keharusan bagi setiap sekolah yang akan menjalin kerjasama melalui Sister School Partnership. Informasi dari berbagai media bisa digunakan dalam rangka mencari sekolah partner. Kemajuan teknologi yang ada bisa digunakan untuk kepentingan ini, misalnya saja dengan menggunakan akses internet. Pencarian ini tentu jauh lebih effektif karena informasi yang dicari akan jauh lebih cepat dibandingkan dnegan media informasi lainnya. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah melalui sumber daya manusia yang ada di sekolah, bisa melalui pendidik dan tenaga kependidikannya dan bahkan alumni. Informasi yang diperoleh dari masing masing pihak kemudian ditindaklanjuti dengan baik yang pada akhirnya proses awal dari terjalinnya komunikasi dengan sekolah yang dimaksud bisa terjadi. Jika proses diatas sudah bisa dilaksanakan dengan baik maka langkah selanjutnya dapat ditempuh seperti berikut ini : 1. Mencari informasi atas sekolah yang akan dijadikan partner Sister School 2. Menulis surat perkenalan dan keinginan untuk menjalin kerjasama melalui program sister school dengan menyertakan sebuah paket informasi mengenai sekolah secara lengkap. 3. Merencanakan membuat satu perjanjian kerjasama. 4. Merencanakan adanya tahap kunjungan baik siswa maupun guru. 5. Mengimplementasikan seluruh tahapan yang tertera dalam perjanjian kerjasama di sekolah.
V.
TARGET MUTU PELAKSANAAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP Target mutu yang diharapka dari pelaksanaan Sister School Partnership adalah : 1. Semakin kuatnya hubungan antara sekolah baik di dalam maupun di luar negeri; 2. Semakin luasnya pengetahuan dan pemahaman siswa dengan memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman, penghargaan dan penghormatan terhadap budaya lain; 3. Adanya pengembangan hubungan persahabatan melalui komunikasi rutin; 4. Semakin terbukanya peluang bagi kepala sekolah dan staf administrasi menjalin kerjasama dengan sekolah lain dalam kerangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan ikatan persahabatan diantara dua sekolah. 5. Lebih mengembangkan peluang bagi guru untuk pertukaran materi pelajaran, informasi tentang metode dan praktek pendidikan dan hal-hal umum lainnya; 6. Terfasilitasinya kunjungan dari para siswa dan guru ke sekolah di dalam dan luar negeri 7. Adanya pengalaman kerjasama nasional dan internasional bagi warga sekolah 8. Semakin majunya pendidikan di Indonesia 3
VI. MUTUAL BENEFIT DARI PELAKSANAAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP Setiap sekolah yang akan melaksanakan Sister School Partnership hendaknya juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dengan menciptakan berbagai keunggulan local yang ada di sekolah sehingga sekolah partner bisa sama – sama mendapatkan keuntungan dari dilaksanakannya Sister School Partnership tersebut. Satu sekolah tidak diperkenankan hanya menggantungkan keuntungan dari pelaksanaan Sister School Partnership ini terhadap sekolah lain yang menjadi partner-nya dalam kegiatan ini. Adanya competitive advantages diantara sekolah partner ini akan semakin menyehatkan hubungan antara dua sekolah yang terjalin melalui program Sister School Partnership ini. Sekolah satu bisa menyepakati program yang akan menjadi tujuan pelaksanaan Sister School Partnership ini bersama sekolah lain karena didasarkan pada hal – hal yang bisa dikembangkan secara bersama.
VII. RUANG LINGKUP PERTIMBANGAN PENINGKATAN MUTU 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pertukaran informasi Immerse program dari siswa, guru dan tenaga kependidikan Immerse program pada kurikulum Diseminasi hasil immerse program Pertukaran kebudayaan Pertukaran kepala sekolah Pertukaran guru Pertukaran siswa Pertukaran orang tua siswa Pelatihan guru Perbaikan Kualitas Pengajaran
VIII. MITRA DALAM RENCANA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kepala sekolah Guru OSIS Komite sekolah Orang tua Pengawas Pemerintah (pusat,provinsi dan kabupaten/kota) Mitra sekolah dalam negeri Mitra sekolah luar negeri Petugas Penghubung (fasilitator) Konsultan
4
IX. PENDANAAN KEGIATAN 1. Sumber dana dari sekolah/yayasan 2. Sumber dana dari komite 3. Sumber lain yang tidak mengikat
X.
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sister school antara SMA Labschool Jaka ta de ga CHIJ “t. Joseph s Co e t Singapore Dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah setara dengan sekolah – sekolah yang telah lebih maju di semua hal maka perlu kiranya SMA Labschool Jakarta menjalin kerjasama dengan sekolah lain melalui jalur sister school. Pada tahun 2005 Menteri Pendidikan Nasional RI ternyata juga telahmembuat satu memorandum saling pengertian (memorandum of understanding atau disingkat MoU) dengan Menteri Pendidikan Singapura tentenga adanya kerjasama dalam bidang pendiidkan yang diantara isi dari memorandum tersebut adalah adanya kerjasama antara satu institusi pendidikan di Indonesia dengan institusi pendidikan yang ada di Singapura. Beberapa sekolah di Indonesia yang memiliki keunggulan local telah dipasangkan dengan sekolah – sekolah yang ada di Singapura dan “MA La s hool Jaka ta a g telah dipasa gka de ga CHIJ “t. Joseph s Co e t “JC Singapura menyambut baik program ini. Pada pertengahan tahun 2007 proses ini diawali dalam bentuk korespondensi melalui email dimana antar sekolah saling memberi informasi mengenai keadaan sekolah masing masing berikut dengan kegiatan – kegiatan yang dibangun di dalamnya. Kunjungan awal dilakukan oleh pihak SJC ke Labschool pada 10 Maret 2008 yang diwakili oleh 2 orang guru dan satu orang wakil kepala sekolahnya. Pada pertemuan tersebut dibahas beberapa hal penting yang akan menjadi dasar dari kerjasama antar dua sekolah ini. Keterlibatan guru dan siswa tentu menjadi focus utama dalam pembicaraan ini sehingga bentuk kegiatan yang sesuai perlu dicari yang pada akhirnya muncul gagasan adanya pertukaran antar pelajar dan guru dari kedua sekolah. Setelah kunjungan tersebut banyak hal bisa direncanakandan termasuk adanya sharing masalah kurikulum yang diselenggarakan di tiap sekolah. Perangkat lain yang dibutuhkan untuk memayungi kerja sama antar dua sekolah ini juga menjadi hal yang perlu diperhatikan, keberadaan sebuah legalitas atas kerjasama ini diwujudkan dalam sebuah memorandum saling pengertian (MoU) antar sekolah. Pada tahap awal Labschool dan SJC telah mendiskusikan isi dari MoU antar sekolah ini dan pada kesempatan kunjungan ke SJC, MoU ini bisa ditandatangani oleh kedua kepala sekolahnya
5
Bu Ulya dan Mdm. Croosley menunjukkan MoU yang telah ditandatanganinya. Pada tanggal 6 – 8 Juli 2008 Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 7 guru dari SMA Labschool Jakarta mengunjungi SJC. Selain penandatanganan MoU anatar sekolah tersebut dalam kegiatan ini juga mempertemukan antar guru mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris dari kedua sekolah untuk saling berdiskusi tentang kurikulum yang digunakan di kedua sekolah serta guru dari Labchool berkesempatan untuk masuk ke kelas melihat proses belajar mengajar dan sesekali terlibat dalam proses tersebut. Dalam kesempatan kunjungan ini pula dibicarakan tentang rencana 3 tahun kedepan tentang kegiatan yang dapat melibatkan guru dan siswa bersama dari kedua sekolah.
Kepala sekolah dan guru Labschool berfoto bersama di depan kampus SJC Singapura 6
MoU antara SMA Labschool Jakarta dengan St. Joseph Convent Singapore Dari beberapa hal yang ditemukan selama kunjungan di SJC memang tampak adanya perbedaan yang mencolok terutama dari sisi kurikulum dimana kurikulum Singapura memang mengadopsi dari kurikulum Cambridge dan ini tentunya berbeda dengan kurikulum nasional yang diterapkan di Indonesia. Beruntung Labschool telah mempersiapkan dirinya dalam rangka pembenahan kurikulum untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris melalui mapping kurikulum antara kurikulum nasional (KTSP) dengan kurikulum Cambridge sehingga pada kesempatan tersebut tinggal mendiskusikan beberapa hal yang masih perlu dibenahi. Untuk kegiatan siswa yang melibatkan 20-30 siswa pertahunnya diawali dengankunjungan 29 siswa dan 3 guru SJC ke Labschool pada 27,28 Oktober dan 1 Nopember 2008. Kunjungan ini dimaksudakan agar siswa dari kedua sekolah bisa saling berinteraksi di kelas maupun dalam kegiatan. Pada tanggal 27 dan 28 oktober 2008 siswa berada di dalam kelas dan belajar bersama yang telah dibagi dalam kelompok – kelompok sehingga masing –masing siswa SJC mendapatkan pengalamannya mengikuti kelas di Labschool. Pada tanggal 1 nopember 2008 siswa SJC mengikuti kegiatan Trip Observasi (TO) yang pada waktu tersebut dilaksanakan di Kabupaten Subang Jawa Barat. Meskipun hanya sebentar tentu bagi siswa SJC itu menjadi pengalaman yang berarti dimana belajar melalui kegiatan di alam pedesaan 7
yang ada di Subang tidak bisa ditemukan di Singapura. Keunggulan local seperti TO yang dimiliki Labschool telah menjadi hal yang menarik dari adanya sister school ini sebagaimana Labschool juga belajar dari penataan ruang dan manajemen kelas yang ada di SJC.
Siswa dari SJC berfoto bersama penari saman dari Labschool Kunjungan balasan siswa-siswi Labchool ke SJC berikutnya pada bulan Januari 2009 dan proses pertukaran pelajar dan kunjungan ini berlangsung terus hingga tahun 2011. Dengan berakhirnya MoU tersebut maka proses selanjutnya adalah peninjauan kembali MoU yang telah dibuat dengan saling mengevaluasi program yang telah dilakukan.
8
Siswa dan guru dari SJC Singapura berfoto bersama siswa dan guru dari Labschool
Sister school memang ternyata bermanfaat banyak bagi para siswa, hal yang bisa ditemui adalah terjalinnya komunikasi yang baik antar sekolah yang berbeda negara dengan melibatkan siswa dan guru secara langsung. Sekolah mitra yang memiliki keunggulan di bidang tertentu bisa buat bahan belajar dari sekolah lainnya yang pada akhirnya bisa sama sama tertingkatkan mutunya, ini terjadi terutama untuk sekolah di Indonesia dalam rangka mensesajarkan dirinya dengan sekolah sekolah yang ada di negara maju lainnya. Melalui program ini pula masing masing sekolah bisa saling mengetahui kebijakan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pendidikan dari mulai penyiapan perangkat kurikulum di tingakat satuan pendidikan hingga ke aspek penilaian terhadap hasil belajar siswa.
2. Sister School antara SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School, Kaohsiung Taiwan Kerjasama antar sekolah Indonesia dan Taiwan khususnya dengan sekolah yang ada di kota Kohsiung Taiwan dimulai pada tahun 2004 dengan kedatangan salah seorang guru yang bernama Doris Wu dari Feng Hsin Senior High School dalam kegiatan workshop International Educatioan and Resource Network (iEARN) yang dilaksanakan dibawah naungan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang diketuai oleh Prof. Arief Rachman, MPd. Dan sebagai coordinator iEARN Indonesia adalah Ibu Hasnah Gasim. Workshop ini sendiri diikuti oleh beberapa sekolah yang terundang dari seluruh Indonesia.
Workshop Guru di Bogor pada 23 – 27 Maret 2004 sebagai awal jalinan kerjasama sekolah dengan Taiwan
9
Mulai bulan Desember tahun 2004 SMA Labschool Jakarta aktif mengikuti Asian Students Exchange Program (ASEP) di Kaohsiung Taiwan yang merupakan program pertemuan pelajar Asia yang dibangun dalam kerangka kompetisi proyek. Setiap sekolah dipasangkan dengan sekolah yang ada di Taiwan dan hamper setiap tahun pasangan – pasangan sekolah tersebut berganti – ganti. Baru pada tahun 2007 SMA Labschool Jakarta bermitra dengan Feng Hsin Senior High School (FHSHS) dalam mengerjakan proyek untuk dipresentasikan pada ASEP 2007.
ASEP 2007 sebagai mula mitra SMA Labschool Jakarta dengan FHSHS Taiwan Kerjasama ini semakin erat karena proses pelaksanaan ASEP selalu menggunakan system host family atau orang tua angkat di Kaohsiung sehingga siswa-siswi dari SMA Labschool Jakarta selalu menginap di rumah orang tua angkat mereka di Kohsiung. Kegiatan ini semakin mengakrabkan hubungan antar kedua sekolah karena semenjak tahun 2007 tersebut SMA Labschool Jakarta selalu bermitra dengan FHSHS di Kaohsiung dalam pelaksanaan ASEP di setiap akhir bulan Desember setiap tahunnya. Prestasi demi prestasi selalu diraih secara optimal di kegiatan ASEP mulai dari Gold hingga Platinum Award dan ini sungguh membanggakan bagi kedua belah pihak untuk ingin lebioh erat dan tinggal lebih lama selain hanya sekedar mengikuti program ASEP. Sehingga pada tahun 2009 Kerjasama ini ditingkatkan menjadi jalinan Sister School antara SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School Taiwan.
10
Para pimpinan sekolah menunjukkan MoU Sister School antara SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School di Kaohsiung Taiwan pada Desember 2009.
MoU Sister School antra SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School Taiwan
11
Kerjasama ini Lebih mengedapankan akan hubungan antar kedua sekolah dengan salin bertukar kunjungan pelajar. Implementasi dari sister school ini maka setiap tahun SMA Labschool Jakarta selelu mengirim 14 siswa dan 2 guru ke Taiwan bersamaan dengan mengikuti ASEP dan home stay di rumah orang tua siswa Taiwan dan begitu juga FHSHS Taiwan selalu mengirim 14 siswa dan guru pada bulan agustus untuk program home stay di SMA Labschool Jakarta. Pelaksanaan kegiatan selama di sekolah para siswa dari kedua sekolah terlibat aktif bersama siswa sekolah tujuan untuk sama-sama belajar di kelas dan mengunjungi beberapa tempat yang memberikan pengetahuan budaya dan pengetahuan di kedua negara. Keaktifan dalam kegiatan juga ditunjukkan oleh guru yang mendampingi dengan saling bertukar informasi baik kegiatan akademik maupun non akademik antar sekolah partner.
Penyambutan kedatangan tamu dari sekolah partner di bandara Lama proses kunjungan sister school diatur dalam jangka waktu 1 minggu efektif dan selama proses kunjungan diisi penuh dnegan aktifitas di kelas setiap paginya kemudian di siang hari para peserta dari sekolah tamu diajak untuk kegiatan diluar sekolah sekaligus mengenalkan lingkungan dan budaya Jakarta. Kegiatan pada akhir pekan diserahkan kepada orang tua angkat masing-masing, hal ini dimaksudkan agar siswa dari negara lain dapat mengenal kehidupan secara langsung masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang sudah barang tentu berbeda dengan negara asal. Ada kalanya tamu diajak pergi keluar kota bersama – sama untuk memperkenalkan budaya dan daerah lain selain di Jakarta, ke Bandung mislanya dnegan mengunjungi saung angklung mang Udjo dan juga menginap di Lembang yang diisi dengan berbagai aktifitas Out Bound dan aktifitas luar lainnya.
12
Para guru dan siswa dari kedua sekolah menunjukkan hasil karyanya seusai membatik di Museum Tekstil Jakarta
Bergembira dan Bersatu melupakann segala perbedaan 3. Sister School SMA Labschool Jakarta dengan Streatham and Clapham High School Sebagai sebuah sekolah yang telah membuka diri terhadap perubahan dan perkembangan dunia yang bersifat positif, SMA Labschool Jakarta berusaha untuk selalu mengikuti dan mengobservasi apa yang telah terjadi di belahan dunia yang lain. Sebagai salah satu sekolah yang berkembang menjadi sekolah nasional bertaraf international, SMA Labschool Jakarta selalu belajar dan mempelajari perubahan yang terjadi di dunia, terutama pendidikan yang mengarah pada pembelajaran abad 21. Untuk menjadi sekolah yang terbaik, salah satu hal yang perlu dikembangkan adalah 7 keterampilan hidup yaitu berpikir kritis, dapat berkomunikasi, mempunyai inisiatif tinggi, memiliki teknologi tinggi, kreatif, belajar dalam tim, mengatasi segala masalah, dan pemahaman budaya. 7 keterampilan ini yang harus dikuasai siswa dalam menghadapi dunia kerja.
13
Dalam rangka memberikan bekal kepada siswa atas 7 keterampilan hidup tersebut diatas, maka SMA Labschool Jakarta berinisiatif untuk mengadakan perjalanan ke UK dan Eropa (Perancis, Luxembourg, Belgia, Belanda dan Jerman). Hal ini berkaitan dengan beberapa hal yang berkaitan dengan 7 keterampilan hidup. Pertama, keterampilan berkomunikasi yaitu penguasaan bahasa Inggris yang sudah merupakan keharusan bagi siswa dalam berkomunikasi di dunia global. Kedua, siswa akan belajar untuk bekerja dalam tim dalam mengatasi masalah yang terjadi di dunia dimana pada tahun 2010 telah dirintis kerjasama antara SMA Labschool Jakarta dengan Clapham Senior High School London (GDST Streatham). Sampai tahun ini sudah 5 tahun berjalan. Ketiga, pemahaman budaya dimana siswa SMA Labschool Jakarta akan menunjukkan tarian tradisional Indonesia. Kegiatan ini mengusung bahasa dan budaya sebagai bekal menjadi warga dunia. Siswa menguasai bahasa Inggris dan menggunakannya di tempat yang masyarakatnya berbahasa Inggris dan siswa akan tetap berpijak pada akar budayanya melalui penampilan beberapa tarian daerah dan permainan. Tahap Persiapan Setiap tahun persiapan trip UK dilakukan dalam tiga sesi. Sesi pertama adalah sesi sosialisasi kegiatan. Dimulai dari pembuatan proposal yang ditujukan ke sekolah dan orang tua. Kemudian, sosialisasi ke kelas-kelas, dan terakhir sosialisasi final dengan para orang tua siswa SMA labschool yang berminat untuk mengikuti trip. Dalam pertemuan tersebut, ketua pelaksana lebih menjelaskan program trip UK ini secara mendetail. Seminggu setelah pertemuan tersebut telah didapatkan data final siswa. Sebanyak 20-45 siswa per tahun mengikuti kegiatan ini. Sesi kedua adalah sesi pengumpulan berkas dan dana. Para peserta trip ini diharuskan melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan untuk keperluan pemesanan tiket, pemerolehan VISA, dan hal-hal terkait akomodasi dan kegiatan selama trip ini. Dokumendokumen tersebut antara lain paspor asli, foto kopi akte kelahiran, foto kopi ktp orang tua, rekening bank orang tua tiga bulan terakhir, formulir visa UK dan Schengen, dan foto berwarna. Sesi ketiga dari tahap persiapan ini lebih memfokuskan pada latihan pementasan budaya Indonesia yang akan ditunjukkan siswa di UK nanti. Persiapan pementasan budaya tersebut terdiri dari latihan tari tradisional dan angklung. Terdapat beberapa tari tradisional yang dipentaskan oleh para siswa yaitu tarian tradisional Indonesia, beberapa diantaranya adalah tari tor-tor (Sumatera Utara), tari kecak (Bali), tari giring-giring (Kalimantan), tari saman (Aceh) dan tari petik cengkeh (Sulawesi). Latihan ini dilaksanakan dua pertemuan dalam satu minggu dan dilaksanakan saat pulang sekolah atau saat liburan Ujian Nasional. Latihan tari ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan. Selama latihan tari juga diadakan pengepasan kostum tari. Tahun ini, panitia memutuskan untuk membuat Untuk sesi latihan angklung, para siswa dilatih intensif tiga hari oleh pelatih dari Saung Udjo kemudian dilatih oleh guru seni musik, Bu Ohen. Angklung yang digunakan juga dibeli dari Saung Udjo. -
Tahap Pematangan
14
Tahap pematangan mengacu pada pematangan pada tahap persiapan. Pada tahap ini, tiket dan visa sudah dikonfirmasi dan difiksasi. Semua peserta berhasil mendapatkan VISA UK dan juga VISA Schengen. Tahap pematangan pementasan dilakukan dengan diadakannya Gladi pamit diadakan di Auditorium labschool. Gladi pamit ini dihadiri oleh penasihat YP Labschool Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd, ketua BPS, ibu Indira Sunito, M.Psi, para pejabat BPS, Kepala Sekolah SMA Labschool Jakarta, Bapak Drs. M.Fakhruddin, M.Si, para wakil kepala sekolah SMA Labschool Jakarta, dan para orang tua dari peserta trip ini pun hadir untuk melihat hasil latihan para peserta. -
TAHAP PELAKSANAAN SMA Labschool Jakarta melaksanakan Edu Trip ke Inggris dan Eropa selama 20 hari, 3 hari diantaranya melaksanakan kegiatan di GDST Streatham Clapham. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk dapat memahami budaya antar bangsa dan mempersiapkan diri untuk belajar ke tingkat pendidikan selanjutnya. Rombongan Edu Trip ini juga bersilaturahmi dengan Duta Besar UK dan Irlandia yaitu Bapak T.M. Hamzah Thayeb dan Atase Pendidikan Bapak Prof. Dr. T.A. Fauzi serta PPI London. Dalam diskusi 2 jam yang dilaksanakan di KBRI UK, rombongan siswa-siswa SMA Labschool Jakarta mendapatkan informasi mengenai kegiatan diplomatik di KBRI London, persiapan pendidikan di perguruan tinggi serta informasi mengenai universitas di eropa terutama di UK. Dalam kesempatan tahun ini juga diadakan tandatangan MoU untuk tahap kedua dimana satu tahapnya adalah 3 tahun. Program sister school ini diadakan dalam upaya untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama manusia dari berbagai belahan bumi dengan menitikberatkan pada aspek budaya dan pendidikan. Siswa-siswa SMA Labschool Jakarta mengikuti homestay bersama siswa siswa GDST Streatham Clapham Senior High, London. Dalam kegiatan ini dilaksanakan pertukaran budaya yaitu siswa SMA Labschool Jakarta membawakan empat tarian tradisional (giring-giring, kecak, tor-tor dan petik cengkih) serta bermain musik tradisional angklung. Sedangkan siswa GDST Streatham memainkan opera karya besar William Shakespeare Mid Summer Night's Dream.
15
Siswa SMA Labschool Jakarta tampil di depan pimpinan, guru dan siswa dari GDST Streatham Clapham Senior High Pada sisi kurikulum dan pembelajaran siswa-siswa belajar bersama dalam kelas selama 3 hari sehingga pengalaman belajar yang didapatkan dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kurikulum yang berbeda antara sekolah-sekolah di Indonesia dan Inggris pada umumnya tidak menjadi kendala namun justru menambah pengetahuan akan ketatalaksanaan sistem pendidikan di setiap negara sehingga perbedaan itu akan justru memperkaya para siswa akan keunggulan masing-masing sistem yang dijalankan.
Siswa belajar bersama di dalam kelas dengan siswa dari sekolah partner Kegiatan sister school atau disebut juga sekolah partner ini dirangkai dengan beberapa kegiatan inti yaitu Sport Day. Sport Day dilaksanakan setiap tahun oleh GDST Streatham Clapham. Tahun ini SMA Labschool Jakarta meramaikan dengan mengikuti Sport Day ini sebagai salah satu peserta. Dalam kegiatan ini diadakan kompetisi persahabatan yaitu lari estafet, lempar lembing, tolak peluru, dan tarik tambang. Baik siswa SMA Labschool Jakarta maupun GDST Stretham Clapham mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini. Untuk menambah pengalaman siswa merasakan langsung kehidupan di Inggris, siswa dari Labschool juga menginap di rumah orang tua angkat dari 16
sekolah partner selama kegiatan berlangsung. Kepala Sekolah GDST Streatham Clapham, Dr. Millan Sachania berencana untuk mengirimkan siswa dan guru ke Indonesia, sebagai kunjungan balasan siswa-siswa dan guru SMA Labschool Jakarta.
Kunjungan ke Kedutaan RI di UK dan Sharing Session dengan PPI London Hari itu setelah kegiatan dengan sister school GDST Streatham dan Clapham, kami langsung menuju ke kedutaan RI di UK. Merupakan kehormatan bagi kami juga bahwa rombongan SMA labschool langsung disambut oleh duta besar Indonesia untuk UK,bapak T.M. Hamzah Thayeb, dan Atase Pendidikan Bapak Prof. Dr. T.A. Fauzi serta para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia London. Dari pertemuan tersebut banyak sekali informasi penting yang siswa labschool dapatkan.
Penghargaan oleh Walikota Windsor kepada kepala sejkolah SMA labschool Jakarta atas partisipasinya dalam program budaya di Windsor 17
Guru dan siswa dari kedua sekolah berfoto bersama di depan sekolah
Kegiatan diskusi antar siswa berlangsung hangat dan menyenangkan
XI. PENUTUP Demikian kiranya laporan pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan dan semoga membawa kebaikan dan kemajuan bagi SMA Labschool Jakarta khususnya dan pembaca pada umumnya.
Mengetahui, Kepala SMA Labschool Jakarta
Jakarta, 20 September 2014 Penulis dan Wakabid Akademik
Drs. M. Fakhruddin, M.Si
Suparno, SPd. MM.
18
Stories from Students Day 1 By Anjani Rahma June 24th 2013, we finally entered the main activity of this education trip which is homestay with our siste s hool s fa il , GD“T “t eatha
a d Clapha
High “ hool.
We went from the hotel at about 8 am and the trip to Streatham and Clapham High School took about 30 minutes. When we arrived at SCHS, we took out our big sized luggages and brought it to a class room that has lost most of the chair and table We left out luggages there during the whole homestay program. After we put the big luggages and the small bags, we met two very kind people from the school administration. They gave us 20 minutes to go to the toilet or to collect some of our important things if we left it i the luggage oo
. Afte
i utes ha e passed, the staffs f o
ea lie took
us out for a walk around the neighborhood but we actually were heading to the elementary and kindergarten school building. The first 5 minutes of walking we still felt hyped and happy to see such a different environment, the next 5 minutes our Indonesian feet started to feel tired and our speed slo ed do
, a d the e t
i utes e sta ted to uestio
he e a e e headi g to a tuall ?
Finally, after 20 minutes of walking we arrived at our destination. The building was much smaller than the high school building, but well, since it only consists of kindergarten and elementary school students... The 2 staffs that took us for a walk earlier then took us to the library. Inside the library were small ta les a d
hai s su ou ded
hild e s
ook
collections. There we ate and drink from what they have prepared for us and also rest for probably 15 minutes. After a good rest, the teacher told us to change our clothes for our dance performance. 15 minutes after we changed, we went to the sport hall and started practicing our dance move before a bunch of kids in white uniform entered the hall. Seeing their very cute faces lighten up our mood. Our performance then started. The first performance was angklung, which was supposed to be played along with the background music. But the thing is, the background song could nott be played 19
so we ended up playing without it. After angklung, it was the turn for the Tor-Tor dance. Using red traditional clothes, the team danced the Northern Sumatra dance. After Tor-Tor was done, the next performance up was Kecak dance. The dance consists of boys and girls. The next dance was GiringGiring dance, the dance known for the feather on the head and hands. And last but definitely not least was the Petik Cengkeh dance. In the end of Petik Cengkeh dance we could bring the kids to dance with us so it actually made us happy. We felt so excited to communicate with them. After all performance was done and goodbyes were said to the kids, we went to our next destination— an open field where the high school sport day was being held. When we first arrived, we were greeted by each of our host family and then we communicated with them to know more about each other. We felt so happy that language was not a barrier for our communication because at first, most of us were scared that we could not communicate with them at all. Not long after that, La s hool s tea
as alled to joi i the tug of
Nasi ‘e da g! a d fu
that
e
o
a
o petitio . Du ing the game, we screamed
ti es a d o l lost
ti e. Afte the e d of tug of
a
game, we continued watching the whole sport day. At 4 AM, we all walked back to school to collect ou s all ag that e ll
i g to each of our homestay houses. The three of us went with the same
host fa il . Ou host s a e as “audah. He house as ot too fa f o
s hool still ithi
alki g
distance) so she took us home by walking. After 10 minutes journey to her house, we finally arrived and we received a warm greeting from her mother and 2 little sisters. After getting to know her mom, she took us around the house and showed us some rooms that we could pick for us to stay during the homestay. After done picking, we than started to clean up and tidy our stuffs. One or two hours before dinner, she took us to Primark to do a little bit of shopping. The activities each host families held were different, depending on what they wanted to do. After done with our little shopping in Primark, we went home using the red double decker bus. What we really admire about them is their discipline is because even though the bus stop was a bit far from where we were at that time, she took us for a walk to the proper bus stop.
20
We arrived at around 7.02 pm which means we were 2 minutes late to dinner. For us most Indonesians 2 minutes late is nothing, but when we saw how saudah panicked we really admire their dis ipli e of ti e fo su e a d it s a good thi g to follo . Ou di ki d of
e u that e e
e
e u as i dia food, the exact
issed e ause it o tai s spi es.
After dinner, we chatted until the time shows 10 PM when we started to feel sleppy. First day of the ho esta
as so fu , the a
g eeti g ill e o e of the thi gs e ll al a s e e
e.
Day 2 By: Syabika Muhammad About Myself Hello my name is Syabika Muhammad. Everybody usually calls me Abi or Syabika, they never call me Muhammad. I had a great experience in my holiday this year. My parents and their money gave me a chance to become a participant in the Labschool educational trip to United Kingdom and Europe. This is the oolest s hool t ip that I e e e joi ed a tuall , e ause e e t to
a
eautiful ities
in Scotland, England, France, and many more.Which was really great. A few months ago, I bought this big artistic picture of a vespa parked in front of the Arc De Triomphe and I hung it on the wall of my room. And guess what ? I really went to Arc De Triomphe and took my own pictures, the as same as the espa s spot i the pi tu e I bought. But the greatest thing is, I finally went to Brussels even though it just felt like a se o d. You k o
h it
as eall g eat fo
e? It s e ause
fathe
studied i B ussels he he as ou g, ut o he is old a d fat. I just ould t i agine that I could step on the place that my father stepped on years ago. But I do not want to study in Brussels like hi . The ou t
that took
hea t to stud i
as Ge
a . I do ot k o
h ,
e did t e e
visit any university in there. I just have this feeling of wanting to study there. My Great Host Family That is a little story about me. Because my teachers told me to write a story about the second day in GDST Streatham Highschool, so now I am going to tell you about that. At the first time, I thought I was the most bad-luck kid in this trip because I will be alone at my home stay without any friends. My english is not good, really really not good, you can know it just by reading this story right? I was just af aid that I ould t talk e glish ell Asia gu . But
o e l a ti e i agi atio
ith
host fa il a d
as totall
ill just keep
o g. Do t k o
ute like a stupid
h , ut
e glish skill
increased ever since I stepped on Glasgow. 21
B the a ,
host fa il
Mrs. Fiona, Ali e, Ali e s
as the Ke
i fa il . Ke
i s ho e o tai s people i side. The a e
olde siste s, a d Ali e s ephe
ho
as sleepi g o e i thei house
when I arrived. The fact is, the names that I remembered are just Mrs. Fiona and Alice. Their house is full of girls and I thought it was like paradise. They were nice to me, really nice. They really know how to treat a special guest like me. Because they were really nice, it means that I must act like a nice guy too in front of them. The Story My blackberry woke me up by playing a song of one of my favorite brutal death metal bands, Cannibal Corpse – Ha
e “ ashed Fa e . I k e
it s e ause I al a s p essed the s ooze utto
la k e
he it ake
as laz to e up u til
ake
e up. Ma e
fathe eall
ake
e
wake up by a glass of water on my face. But in that day it was different, I already woke up before my la k e
s ala
. I as just af aid that if I e e ha d to ake up like i
thi k that I do esia people a e all laz like
e. B
o
house, Ke
aki g up ea lie , I just sa ed
i ou t
a s
dignity. Indonesia must say thank you to me. Okay, I woke up and did some preparation like taking a bath. I glad that the Kerwin has a water heater. I cannot imagine if I had to take my bath with cold water in this freezing weather that they called summer. My bad luck started when I wanted to brush my teeth. I forgot to take my tooth paste in my baggage I left in the classroom at the school. Remember when I said that I want to act like a i e gu ? “o I did t
ake the
up just to o o
so e tooth paste. But I did t
a t
mouth to be smelly too, so I brushed my teeth with a shampoo. What a stupid action. Even though it was a little bitter, at least my mouth smells good. When I was just getting ready, Mrs. Fiona knocked the door and asked me to have breakfast together with them. I saw that Alice and her older sister already ate their breakfast, meaning that they were already up before me. Then I said to self, h did t I go do
stai a d ask to o o thei tooth paste efo e. I hatted ith the
as
I ate my breakfast and they asked me and made me remember again about my performance of Indonesian traditional dance. It made my stomach ache again and caused me to become nervous, even though I already did poop before. Mrs.Fiona drove me and Alice in her car and dropped us near the school. Then she went to go to o k i the hospital. “he is a ki d of do to o
u se, I do t eall k o , I fo get hat e a tl . Ali e
carried a hard case that seemed heavy. She told me that it was her violin or something. I offered to help ut she efused it. That
as good too I guess e ause I e tai l do t ha e the eed to e 22
tired. On that day, the highschool students would perform a drama that was called Mid Summer Night or something and Alice would perform too. I hate drama, but because Alice would perform in it, I thought that maybe I should just see it with all of my lazyness and burden suppressed. In the morning, Labschool students performed an angklung music show and traditional dances. I thought the angklung music show sucks e ause the e o ded a kg ou d But the “t eata
usi
ould t e pla ed.
stude ts still applause us out loud. Ma e it s e ause the did t k o
a thi g
about angklung. After that we performed some traditional dances and I performed the Petik Cengkeh da e
ith so e of
f ie ds. The ostu e
ade
e look sill , ut do t k o
h ,I
liked this dance. Our traditional dances performance was really great, I think. Their applause was even louder than before. In the afternoon, all of the Labschool students were forced to study again. We studied together and joined in the classes with the Streatham students. Luckily, my lessons were fun because there were no maths, geography, physic, or anything like that. It was just sport, computer, music, and Latin. I played a baseball during the spo t lesso
e e
though I did t k o
how to play. I also enjoyed seeing some people getting stung by the bees outside the field. Computer lesson was not different from the one we have in Indonesia, I just played games in my PC. Music lesson was what I really liked, because this school has organ keyboards on every single desks for the students. I really wanted to showed my skill in music, but unfortunately, every students used thei o
headsets so the
ould t hea
e pla a d I ould t hea the . I liked the a tee s food. It was more like a cafe than a s hool s
a tee , a d the
had tu a,
which I really love. After taking the lessons, Labschool students must watch the drama that
23
Streatham students performed. I just hope I could fast forward to see Alice so she would know that I watched her performance. What I liked from that drama was just the music. It was really good and classic. When I started to fell asleep, the drama was over and I did not see Alice in any scene at all. But I was really happy that drama was over until I heard a creepy announcement that the drama I watched was only a rehearsal. The real drama would be performed at night. The school was over. Everybody was already with their host family to head home. But I was not. I waited for Alice for about an hour and I decided to search her outside. Then I met a young Arabian lad outside. “he asked
e if I
as lost a d I said es. “he took
e to the s hool s ad i ist atio
office and we started to get to know each other. Her name was Anisa Mariam. She was a graduated senior in Streatham. I was glad that she was muslim too. She was really beautiful. Her face looked like a Bollywood actress or something beautiful like that. Afte Ma ia
left
e i the s hool s office, Alice finally came. She was late to pick me up because
she had a technical meeting for the drama. I asked where was she when the drama was being performeed and she answered that she did not act for the drama. She played the classical piano music in the backstage. Oh my god, I was really surprised. The music was so skillfully played and beautiful. She was really talented in music. I asked her whether I would be seeing that boring drama again this night so I could hear her piano. But I was in my bad luck again, she did not have any free ticket for me. Mrs. Fiona was a bit late to pick us up. Maybe for about half an hour Alice and I waited to be picked up outside. But I enjoyed it because I was always being greeted by the Streatham girls who passed in f o t of
e. It
ade
e feel like a fa ous a to . Whe I a i ed i the Ke
i s ho e, I as eall
hungry and I was very lucky. They made me a kind of fish steak for dinner. After that, I went to my room and decided to enjoy the bath tub for the last night I stayed over in this house. Maybe I fell asleep in bath tub. I did not know how, but when I woke up, my back was hit the bath tu s fau et. It as eall pai ful, ut I did ot a e a out the pai o
a k.
Comment What I can learn from this trip, especially from the second day that I wrote is, Indonesia was really left behind in everything. Everything always starts from the human resources. Human resources is started from a good education and the education system in London, especially GDST Streatham and Clapham, was great. There are only a few students per class. That means the activities in class are
24
really condusive, really different than many schools in Indonesia that may contain about forty students per class. The second is the traffic jam. Mrs. Fiona was always grumpy when there were two or three cars ueui g up i f o t of he
a . A d she alled it t affi ja
. It
ea s that the t affi is so good.
Traffic jam in Indonesia is more like a thousands car queuing up for the traffic in front of our car. The third is, the environment. Environment in London or I think the other country in Europe was really clean and healthy. The people really know how to treat the tree, the river, the bird, and the trash. Many people prefere using their bike, skateboard, and the other eco-friendly vehicle rather than using their cars or motorcycle like in Indonesia, especially Jakarta. That it is, thank you for reading. Day 3 By M. Trisakti and Vito A Our last day in GDST, we had an activity with Sixth form students which is the 12 grader of GDST. They are very kind and accepted our presence very nicely. When all of us arrived at GDST High School, we were all brought to a building that we never entered before and it was the sixth form building. It was actually a nice and very luxurious building and quite different than the other building. They have their own classes, kitchen and living room. It was very comfortable to be there. A d the also do t eed to ea u ifo
. The a e f ee to ea thei o
lothes, a d the have a
very good taste in fashion.
After that they introduced themselves, there were 8 girls in that time that could accompany us. There were 43 of us, so we were divided into 5 groups. In my group there were 9 students, led by 3 students from GDST. There were Livi, Maria and Rachel. We came in to a class room and made a round circle. We shared about our teenage life between Jakarta especially teenager in SMA Labschool Jakarta and GDST, London.
25
In 12 grade of SMA Labschool Jakarta we only have around 9 months to study before national examination, but in GDST they have 12 full months to study before examination. And another one of the many differences between SMA Labschool Jakarta and GDST is that we have to use uniform during school time, while the 12th g ade of GD“T do t ha e to
ea u ifo
at all. We had
minutes of the discussion. It goes well and we had a very nice conversation. They said that we have very good English. But actually, we have very bad English, especially in grammar! But from this discussion we can learn other habits and culture in schools from other countries, and also increasing our English conversational skill as well.
Time goes by, Livi and her friends took us to the Streatham main road called Streatham High Road to go shopping. It took us about 15 minutes to get there by walking. When we were arrived, Maria took the girls (Safira, Diani, Ayya and Fira) to the girl's store while livi and Rachel took the boys (Fachri, Syarief, Wibi and Opang) to the Sport Directs. We had a very good time together. After we finished shopping, they took us back to school. Some of us gave them a gift that we bought from Indonesia and we took some photos too! And Livi made a hot tea for us and shared her blueberries! Because we still had plenty of time, we decided to watch 21 Jump Street which was very funny in one of their classroom.
The bell rang and we had to end it. We said our goodbye to them and went to the canteen in the other building to have our lunch. After that, we took our luggage to be put on the bus and said our goodbye again for the last time to our friends in GDST and went to the Embassy of Indonesia.
26