2013
LAPORAN KEGIATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013
DESEMBER, 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi terutama di pedesaan yang mata pencahariannya masih dominan pada usaha pertanian. Dari jumlah tersebut masih dijumpai penduduk yang mengalami rawan pangan dengan konsumsi energi dibawah 70% dari angka kecukupan gizi. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas sumber daya manusia rendah sehingga menimbulkan tingkat produktivitas kerja rendah dan kondisi kesehatan yang relatif buruk. Padahal lingkungan tempat tinggalnya masih menyimpan sumber daya yang cukup besar, serta lingkungan ekonomi memberikan harapan untuk hidup lebih baik lagi. Untuk mengatasi permasalahan rawan pangan, Badan Ketahanan Pangan sesuai dengan tugas dan fungsinya antara lain melaksanakan pengembangan Desa Mandiri Pangan (Desa Mapan). Desa Mapan dimulai sejak tahun 2006 yang bertujuan untuk memberdayakan sekelompok masyarakat miskin yang mengalami gejala rawan pangan pada suatu desa yang mempunyai proporsi penduduk miskin dan diatas 30% dari total penduduk di desa yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan adalah meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha pertanian dan kegiatan usaha yang terkait. Selain itu, juga meningkatkan ketersediaan pangan bagi keluarga berdasarkan sumber daya pangan yang berada di lngkungannya. Pemberdayaan masyarakat pada kegiatan Desa Mapan dipengaruhi peran aktif anggota kelompok Desa Mapan. Dengan adanya kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) maka diusahakan perbedaan antara peran anggota perempuan dan laki-laki dalam pengembangan Desa Mapan dapat dikurangi. Hal ini mengingat masalah kemiskinan dan rawan pangan lebih berat dihadapi oleh perempuan daripada laki-laki karena akses yang terbatas pada perekonomian di pedesaan. Untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada bidang ketahanan pangan, kegiatan Desa Mapan dipilih sebagai pilot proyek aplikasi Pengarusutamaan Gender (PUG). Sehubungan dengan itu, telah dilakukan sosialisasi PUG bidang ketahanan pangan tingkat nasional kepada Pejabat Pusat dan daerah pada saat Rapat Teknis Perencanaan Ketahanan Pangan yang dilaksanakan pada akhir tahun 2011. Pada tahun 2012 Badan Ketahanan
Pangan telah membentuk Tim PUG BKP yang bertugas mengadakan sosialisasi PUG dan memantau perkembangan aplikasi PUG di daerah. Sebagai acuan di lapangan, telah disusun Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Ketahanan Pangan.
B. Tujuan 1. Tujuan pelaksanaan pemantauan dimaksudkan untuk:
gender dalam kegiatan Desa Mapan,
a) Mengetahui kesenjangan gender dalam pelaksanaan kegiatan Desa Mapan pada beberapa lokasi di daerah. b) Memantau seberapa jauh implementasi PUG di Desa Mapan dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. 2. Merumuskan beberapa rekomendasi dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan aplikasi PUG dalam kegiatan ketahanan pangan khususnya pengembanga Desa Mapan.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pemantauan pengembangan Desa Mapan Responsif Gender tahun 2012 meliputi: Sosialisasi kegiatan penerapan PUG dalam Desa Mapan, dan pemantauan perkembangan Desa Mapan yang Responsif gender. Sosialisasi penerapan PUG bidang ketahanan pangan ke beberapa daerah dimaksudkan untuk memasyarakatan PUG kepada petugas pada Badan/Kantor Ketahanan Pangan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sedangkan pemantauan kegiatan Desa Mapan ditujukan untuk mengumpulkan data yang menggambarkan kesenjangan antara peran laki-laki dengan perempuan dalam kegiatan Desa Mapan. Dengan demikian, dapat direkomendasikan pelaksanaan kegiatan Desa Mapan yang responsif gender.
II.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG dalam kegiatan Desa Mapan meliputi: Pedoman Penerapan PUG dalam bidang ketahanan pangan dan kuesioner untuk mengumpulkan data primer Desa Mapan. B. Waktu dan Lokasi Pemantauan dan evaluasi PUG dilaksanakan mulai Minggu Pertama dan Minggu Kedua bulan Oktober 2013. Lokasi kegiatan di 15 Desa/Kelurahan, 13 Kecamatan dan 12 Kabupaten/Kota pada 9 Provinsi, dengan rincian: Tabel 1. Daftar Provinsi yang dikunjungi No. 1
2
3
4
Provinsi Sumatera Utara
Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
Kab/Kota
Kecamatan
Kel/Desa
Kota Medan
Medan Tuntungan
Ladang Bambu
Deli Serdang
Galang
Kotangan
Tangerang
Solear
Solear
Gunung Kaler
Sidoko
Subang
Purwadadi
Parapatan
Garut
Pangatikan
Cimaragas
Boyolali
Selo
Suroteleng
Kota Semarang
Semarang Utara
Bandar Harjo
5
Jawa Timur
Ponorogo
Jambon
Sidoharjo
6
Bali
Karang Asem
Karang Asem
Bukit Bhuana Giri
7
Sulawesi Selatan
Pangkajene Kep
Ma’rang
Padang Lampe Pattalasang
Banjar
Martapura Kota
Tambak Ulu
NTB
Lombok Barat
Gerung
Tempos
Maluku
Kota Ambon
Nusaniwe
Latuhalat
Teluk Ambon
Poka
13 Kec
15 Kel/Desa
8
Kalimantan Selatan
9 10
Jumlah
9 Provinsi
12 Kab/Kota
Baru
C. Dasar Pelaksanaan Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 009/KPTS/OT.160/K/03/2013 Tanggal 14 Maret 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender di Lingkup Badan Ketahanan Pangan TA. 2013.
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan petugas aparat Provinsi dan kab/kota, penyuluh sebagai pendamping serta kelompok afinitas pada kegiatan Desa Mapan, dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan. Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, pengumpulan data tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda focus group discussions (FGD). Pengolahan data dilakukan setelah data primer dan sekunder terkumpul, data tersebut dianalisis dengan menggunakan Multidimensional Scalling (MDS) yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0
E. Penentuan Responden Responden terdiri atas penyuluh pendamping dan ketua/anggota kelompok afinitas. Penetapannya dilakukan secara konsultatif antara petugas pemantauan dari pusat dengan petugas provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan rata-rata kinerja yang dicapai oleh Desa Mandiri Pangan di daerah yang dikunjungi.
III.
HASIL PEMANTAUAN EVALUASI
A. Aspek Perencanaan Belum semua daerah melaksanakan manajemen atau perencanaan khususnya pada apilkasi PUG di bidang ketahanan pangan dengan baik terutama di tingkat kabupaten/kota, karena koordinasi yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota yang menangani PUG belum menjangkau Badan/Kantor/Unit Kerja yang menangani Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota yang melaksanakan Desa Mapan. Disamping itu, SKPD tingkat Provinsi belum melakukan pembinaan intensif kepada semua SKPD Kabupaten/Kota, demikian pula instansi pusat masih kurang melakukan pembinaan PUG ke daerah. Hal ini mengakibatkan kualitas aplikasi PUG bidang ketahanan pangan sangat bervariasi, dari yang masih sangat kurang sampai dengan tingkatan cukup, sedangkan kondisi yang baik dan sangat baik jarang ditemui bahkan belum ada di tingkat kabupaten/kota. Kualitas aplikasi PUG bidang ketahanan pangan sangat dipengaruhi oleh petugas lapangan dalam menyampaikan program kerjanya. Hampir sebagian besar petugas lapangan belum menguasai aplikasi PUG dengan baik, sehingga dalam mengidentifikasi dan membina sasaran kegiatan masih netral atau bias gender. Petugas masih belum mampu membawa misi perubahan dalam mengurangi kesenjangan gender antara laki-laki dengan Perempuan, sebab masalah budaya masih sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan bermasyarakat di pedesaan. B. Aspek Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Desa Mapan secara umum sudah menerapkan kegiatan yang responsif gender, walaupun terdapat variasi dalam penatalaksanaannya. Adapun penjabaran upaya pengarusutamaan gender pada kegiatan Desa Mapan di 13 kabupaten/kota yang dikunjungi adalah sebagai berikut:
B.1 HASIL ANALISIS PROVINSI SUMATERA UTARA B.1.1. PROFIL KELOMPOK 1. Kelompok Tani Kegiatan Desa Mandiri Pangan Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan No
Nama Kelompok
Jumlah Kelompok Laki-Laki Perempuan
Jumlah Anggota Kelompok
Usaha Utama Kelompok
1
Bhineka
20
48
68
Pedagang, Tani
2
Anggrek
7
21
28
Pedagang
3
Tantik
14
21
35
Tani, Ternak
4
Maju Bersama
17
34
51
Pedagang, Tani
5
Mawar
6
10
16
Pedagang
Dari data diatas bahwa perempuan dalam program Desa Mandiri Pangan di Kelurahan Ladang Bambu, kecamatan Medan Tuntungan lebih dominan dibandingan laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa perempuan di kelurahan ini memiliki motivasi dalam membantu ekonomi keluarga 2. Kelompok Tani Kegiatan Desa Mandiri Pangan Desa Kotangan Kecamatan Galang Utara Kabupaten Deli Serdang No
Nama Kelompok
Jumlah Kelompok Laki-Laki
Perempuan
Jumlah Anggota Kelompok
Usaha Utama Kelompok
1
Maju Bersama
20
9
29
Serba Usaha
2
Sejahtera
16
4
20
Peternak Lele
Dari data diatas bahwa keikutsertaan perempuan dalam program Desa Mandiri Pangan di desa Kotangan, kecamatan Galang Utara belum terlalu dominan. Hal ini dilihat dari jumlah anggota kelompok perempuan masih sedikit partisipasinya dalam hal kegiatan Desa Mandiri Pangan, diharapkan di tahun mendatangkan peran perempuan lebih ditingkatkan kembali.
B.1.2.HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Sumatera Utara untuk kegiatan PUG dilakukan di Kota Medan dan di Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan ini dengan melihat 4 aspek untuk mendukung keberlanjutan kegiatan PUG yaitu Aspke Akses, partisipasi, kontrol dan manfaat serta dengan menggunakan analisis MDs (Multi Dimensiona Scalling) dengan menggunaka software raffish. 1. Aspek Akses
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK)
Attribute
Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah
Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Menjadi Anggota Kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Remov Status scale 0 to 100)
Untuk melihat lebih jauh kegiatan Desa Mandiri Pangan yang akan dilakukan agar Desa Mandiri Pangan ini dapat berkelanjutan di lihat dari Aspek Akses yaitu: a. Kesempatan menjadi pengurus kelompok sangat sensitif terhadap gender. Hal ini disebabkan karna kurang dominannya akses perempuan untuk menjadi anggota kelompok, diharapkan akses untuk perempuan menjadi anggota kelompok lebih ditingkatkan dan perempuan harus berperan lebih aktif didalam suatu kelompok.
b. Mengolah Administrasi LKD sangat berperan penting dalam pengelolan keuangan di Desa Mandiri Pangan sebagai modal usaha produktif pedesaan dimana kepengurusan LKD berasal dari anggota kelompok, tugas dari LKD adalah mengelola keuangan di kelompok Desa Mandiri Pangan. Dari hasil aspek akses ini diharapkan perempuan mendapatkan akses untuk mengelola Administrasi LKD dimana perempuan biasanya lebih rapi dan teliti dalam pembukuan pengelolaan administrasi LKD dibandingkan dengan laki-laki.
2. Aspek Partisipasi Untuk melihat lebih jauh kegiatan Desa Mandiri Pangan yang akan dilakukan agar Desa Mandiri Pangan ini dapat berkelanjutan di lihat dari Aspek Partisipasi yaitu:
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok
Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Atribut sensitifitas yang mempengaruhi indeks keberlanjutan pada aspek partisipasi berdasarkan gambar diatas bisa dilihat pada atribut: a. Pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan sangat ditentukan oleh keanggotaan perempuan dalam kelompok tersebut. Dalam kelompok yang jumlah laki – laki lebih dominan dari perempuan, pengelolaan usaha kelompok sangat didominasi oleh peran laki – laki. Sedangkan pada kelompok yang jumlah anggota nya perempuan lebih dominan dari laki-laki perempuan terjadi hal yang sebaliknya. b. Sensitif gender pada aspek partisipasi juga bisa dilihat pada atribut Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok dan Menjual hasil usaha kelompok, masih terlihat kurang dominannya partisipasi perempuan pada dua atribut tersebut, padahal dua atribut ini sangat berpengaruh dalam keberlanjutan kegiatan kelompok desa mapan. 3. Aspek Kontrol Pada gambar dibawah ini disajikan hasil analisis MDS aspek Kontrol untuk kegiatan desa mandiri pangan. Nilai indeks keberlanjutan aspek Kontrol kondisi nilai indeks tersebut dipengaruhi oleh nilai skor atribut penyusun aspek kontrol di lokasi desa mandiri pangan dapat di lihat pada gambar di bawah ini Pada aspek kontrol terlihat atribute yang mempengaruhi indeks keberlanjutan di
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan
Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
desa Mandiri Pangan dengan melihat pada aspek kontrol berdasarkan gambar diatas terdapat beberapa atribut sensitive yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pada aspek kontrol yaitu 1) menentukan pembiayaan usaha, 2) menentukan skala usaha, 3) memilih jenis usaha. Dari ketiga aspek tersebut diharapkan peranan perempuan dan laki-laki untuk membuat pembiayaan usaha, skala usaha dan memilih jenis usaha harus dilakukan bersama-sama untuk perkembangan kegiatan usaha di dalam kelompok Desa Mandiri Pangan tersebut. 4. Aspek Manfaat Hasil analisis MDS aspek manfaat untuk kegiatan desa mandiri pangan. Nilai indeks keberlanjutan aspek manfaat bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *)
Peningkatan pendapatan
Kesempatan berusaha
Akses pasar
Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah 1) peralatan usaha, 2) peningkatan pendapatan, 3) akses modal.
Peralatan usaha yang dimiliki oleh kelompok memang sudah dapat digunakan secara setara antara laki – laki dan perempuan, akan tetapi karen peralatan yang dimiliki pada umumnya merupakan peralatan tani dan ternak sehingga pemanfaatan peralatan usaha yang dimiliki oleh kelompok lebih tinggi oleh laki laki daripada oleh perempuan. Secara umum kondisi aspek manfaat telah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa perempuan dan laki – laki telah merasakan hak yang sama dalam peningkatan pendapatan. Akses modal yang dikembangkan dalam kelompok secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian peran laki – laki dirasa masih lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki – laki masih memiliki peran yang lebih tinggi dalam mendapatkan modal usaha. B.1.3. KESIMPULAN Kajian Pengarusutamaan Gender lingkup ketahanan pangan yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa kesadaran kesetaraan gender dalam kelompok telah terbentuk, namun memang masih diperlukan peningkatan. Aspek akses yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan perempuan untuk menjadi pengurus kelompok dan akses perempuan untuk mengolah administrasi LKD. Aspek partisipasi yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan dalan membagi tugas/peran dalam usaha kelompok dan partisipasi perempuan dalam menjual hasil usaha kelompok. Aspek kontrol yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam menentukan pembiayaan usaha, peran perempuan dalam, menentukan skala usaha dan peran perempuan dalam memilih jenis usaha. Aspek manfaat yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam peralatan usaha, penerimaan manfaat dalam peningkatan pendapatan, dan manfaat dalam akses modal.
B.2 HASIL ANALISIS PROVINSI BANTEN B.2.1 PROFIL KELOMPOK DESA MANDIRI PANGAN 1) Kelompok Sejahtera Bersama Kelompok Sejahtera Bersama merupakan salah satu kelompok tani di Desa Solear Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang. Kelompok tani tersebut beranggotakan 30 orang terdiri dari 10 orang perempuan dan 20 orang lakilaki. Usaha utama dari kelompok ini adalah bidang pertanian, selain itu kelompok ini juga bergerak dibidang pompanisasi, estem, sablon kios, kios pangan, simpan pinjam, dan penjualan makan ringan. Sebagaimana organisasi pada umumnya kelompok Sejahtera Bersama memiliki kelengkapan struktur seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Adapun kelompok Sejahtera Bersama diketuai oleh seorang laki-laki bernama Nedi Junaedi. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui responden bahwa kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (100% lakilaki), bangunan (100% laki-laki), alsintan (100% laki-laki), alat transportasi (90 % laki-laki dan 10% perempuan), alat telekomunikasi (30% laki-laki dan 70% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (40% laki-laki dan 60% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 2) Kelompok Sidoko Jaya Kelompok Sidoko Jaya merupakan salah satu kelompok tani di Desa Sidoko Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tangerang. Kelompok tani tersebut beranggotakan 50 orang terdiri dari 20 orang perempuan dan 30 orang lakilaki. Usaha utama dari kelompok ini adalah peternakan. Disamping itu, kelompok ini juga bergerak dibidang penepungan dan pengolahannya. Kelompok Sidoko Jaya memiliki kelengkapan struktur seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Adapun kelompok Sidoko Jaya diketuai oleh seorang laki-laki bernama Alpen. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui responden bahwa kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (80% laki-laki dan 20% perempuan), bangunan (80% laki-laki dan 20% perempuan), alsintan (80% laki-laki dan 20% perempuan), alat transportasi (100% lakilaki), alat telekomunikasi (50% laki-laki dan 50% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (50% laki-laki dan 50% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan.
B.2.2.HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Banten Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Banten untuk kegiatan PUG dilakukan di 2 desa yaitu Desa Solear Kecamatan Solear dan Desa Sidoko Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang. Nilai indeks dimaksud diperoleh melalui 4 aspek yang mendukung keberlanjutan kegiatan PUG, yaitu aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Aspek Akses Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang digunakan dalam menganalisa peran antara perempuan dan laki-laki di desa mandiri pangan dapat berkelanjutan dari aspek akses dapat dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 1. (Leverage of Attributes), sebagai berikut :
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD
Attribute
Mendapatkan dana Perguliran Modal… Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar… Memperoleh bantuan pemerintah
Menjadi Anggota Kelompok 0
1
2
3
4
5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribut Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 1. Leverage Attributes Aspek Akses di Provinsi Banten Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, menunjukkan bahwa ada 2 atribut yang paling mempengaruhi aspek akses pada 2 Kabupaten di Provinsi Banten yaitu (1) Mendapatkan pinjaman baik dari dalam atau luar kelompok; (2) Kesempatan menjadi pengurus kelompok. Dari nilai root mean square change diatas 4,00% mengindikasikan bahwa keempat atribut tersebut
sensitif responsif gender pada kelompok tani pada 2 desa di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Berdasarkan data tersebut, atribut yang sangat berpengaruh adalah pada atribut memperoleh pinjaman, baik dari dalam maupun dari luar kelompok. Bantuan tersebut dianggap sangat membantu untuk permodalan dalam implementasi usaha serta peningkatan pendapatan kelompok tani di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain, atribut ini sangat sensitif gender dalam kegiatan usaha kelompok tani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kedua kelompok, baik di kelompok Sejahtera Bersama maupun Kelompok Sidoko Jaya, dimana keduanya memiliki anggota yang hampir setara jumlahnya. Keduanya mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh bantuan pemerintah. Begitupula jika dilihat dari aspek kepemilikan asset keuangan berupa tabungan di Kelompok Sejahtera Bersama dimana 60% diantaranya dimiliki oleh kaum perempuan. Atribut selanjutnya yang juga berperan penting pada aspek akses, adalah kesempatan menjadi pengurus kelompok. Kesempatan menjadi pengurus kelompok bagi kaum perempuan pada realitasnya didapati peluang yang lebih luas dibandingkan dengan laki-laki (P > L), hal ini bisa dipahami sebagai wujud menguatnya modal sosial berupa kepercayaan yang tinggi terhadap perempuan dikarenakan mempunyai keuletan, komunikasi dan pola koordinasi yang lebih baik. Citra bahwa perempuan memiliki soliditas organisasi yang lebih baik cenderung lebih mudah untuk ditemui ditengahtengah masyarakat.
2) Aspek Partisipasi Berdasarkan Hasil Analisis MDS pada aspek partisipasi, atribut yang berpengaruh pada aspek partisipasi program kegiatan desa mandiri pangan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 2, sebagai berikut :
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha… Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 2. Leverarage Attributes Aspek Partisipasi di Provinsi Banten Gambar tersebut menunjukkan bahwa setidaknya ada 3 atribut yang paling menonjol dan mempengaruhi aspek partisipasi pada 2 kelompok tani Demapan di Provinsi Banten yaitu (1) Pengelolaan Usaha Kelompok; (2) Membagi Tugas/peran dalam usaha kelompok; serta (3) Membeli sarana usaha kelompok. Namun jika dilihat dari nilai root mean square yang berada dibawah 1% mengindikasikan bahwa peran perempuan dalam aspek partisipasi sangatlah rendah. Hal ini disebabkan keanggotaan di kedua kelompok mayoritas terdiri dari laki-laki. Pada atribut pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan sangat ditentukan oleh keanggotaan perempuan dalam kelompok tersebut. Dalam kelompok laki – laki, pengelolaan usaha kelompok sangat didominasi oleh peran laki – laki. Sedangkan pada kelompok perempuan terjadi hal yang sebaliknya.
Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok, secara garis besar laki-laki setuju supaya adanya partisipasi perempuan didalam membagi tugas peran dalam usaha kelompok, tetap masih ada sebagian laki-laki yang belum setuju untuk perempuan berpartisipasi pada membagi tugas/peran dalam usaha kelompok. Partisipasi perempuan dalam pembelian saran usaha kelompok, terlihat sangat rendah, mengingat dalam kelompok dalam pembelian sarana usaha kelompok, baik kelompok laki – laki maupun kelompok perempuan, masih dikuasai oleh laki – laki (suami anggota kelompok dalam kelompok perempuan). Sehingga partisipasi dalam pembelian saran usaha kelompok sangat sensitif gender. Seperti hal dalam menghadiri pelatihan oleh pendamping, partisipasi perempuan dalam menghadiri pelatihan sudah responsif gender, karena lakilaki mendukung untuk perempuan mendapatkan pelatihan dari pendamping. 3) Aspek Kontrol Pada aspek Kontrol untuk kegiatan kelompok tani di desa mandiri pangan di Provinsi Banten terutama di Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh atribut penyusun aspek kontrol di lokasi desa mandiri pangan yang dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi
Attribute
Menggelola keuangan Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
1
2
3
4
5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 3. Leverarage Attributes Aspek Kontrol di Provinsi Banten
Berdasarkan hasil MDS, diperoleh informasi bahwa atribut yang mempengaruhi indeks keberlanjutan di desa mandiri pangan dengan melihat pada aspek kontrol yang terdapat pada Gambar 3, yaitu 1) membeli sarana produksi, 2) Mengelola keuangan dan 2) pembagian tugas. Secara umum kondisi aspek kontrol sudah menunjukan kesetaraan gender. Hal ini diindikasikan dari nilai root mean square yang rata-rata diatas 3%. Meskipun demikian masih adanya sensitifitas gender dalam hal pembelian sarana produksi, pengelolaan keuangan, dan pembagian tugas. Masih ada beberapa anggota yang belum setuju perempuan ketiga aspek tersebut. Sedangkan untuk atribut menentukan pembiayaan usaha tidak terlalu dipengaruhi gender, kontrol pembiayaan usaha didominasi oleh perempuan, meskipun demikian peran laki-laki juga berpengaruh. Hal ini mengakibatkan atribut menentukan pembiayaan usaha menjadi sensitif terhadap gender. 4) Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *) Peningkatan pendapatan Kesempatan berusaha Akses pasar Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4. Leverarage Attributes Aspek Manfaat di Provinsi Banten Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah peralatan usaha, peningkatan kapasitas SDM/Pelatihan, Akses Pasar serta akses modal. Pada Gambar 4 dapat terlihat bahwa kondisi aspek manfaat yang sebenarnya harus
memperhatikan aspek gender, berada pada aspek kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan. Hal ini berarti bahwa perlu ditingkatkan kesempatan sama terhadap perempuan dan laki – laki agar pengelolaan usaha dalam mewujudkan kemandirian pangan dapat berkelanjutan. B.2.3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis MDS pada 4 (empat) aspek, yaitu aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontrol, dan aspek manfaat untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di 1 kelompok tani pada Desa Solear, Kecamatan Solear, dan 1 kelompok tani di Desa Sidoko, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang, diperoleh kesimpulan yaitu : dilihat dari aspek akses peran perempuan dalam memperoleh kesempatan menjadi pengurus dalam kelompok serta mendapatkan pinjaman dari dalam maupun dari luar kelompok mempunyai kesetaraan posisi dengan laki-laki. Sedangkan, pada aspek partisipasi, atribut pengelolaan usaha kelompok sensitif gender di 2 kelompok tani tersebut, sedangkan pada aspek kontrol, peran perempuan dalam pembelian sarana produksi sebenarnya akan sangat berpengaruh dalam hal peningkatkan usaha kelompok, serta terakhir pada aspek manfaat, atribut peralatan usaha sudah dilaksanakan secara setara baik oleh perempuan dan laki-laki, namun perlu diperhatikan aspek kesempatan berusaha bagi perempuan untuk keberlanjutan usaha.
B.3. HASIL ANALISIS PROVINSI JAWA BARAT B.3.1 Profil Kelompok Desa Mandiri Pangan 1. Kelompok Mekar Rasa Baru Kelompok Mekar Rasa Baru, berdiri pada tanggal 10 April 2012, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang terdiri dari 16 orang lakilaki dan 4 orang perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SD, ada sebagian yang lulusan SLTP dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Carnita. Kelompok tani ini bertempat di Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Kegiatan usaha Kelompok Mekar Rasa Baru adalah simpan pinjam, budidaya padi, pengrajin bilik, pengrajin ayakan, pengolahan hasil, pengrajin, budidaya jamur, dan warungan. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (72% laki-laki dan 28% perempuan), bangunan (66% laki-laki dan 34% perempuan), alsintan (85% laki-laki dan 15% perempuan), alat transportasi (68% laki-laki dan 32% perempuan), alat telekomunikasi (60% laki-laki dan 40% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (50% laki-laki dan 50% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 2. Kelompok Subur Makmur Kelompok Subur Makmur, berdiri pada tanggal 17 April 2013, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SD, ada sebagian yang lulusan SLTP dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Carkam. Kelompok tani ini bertempat di Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Kegiatan usaha Kelompok Subur Makmur adalah pengrajin grabagan, pengrajin bilik, pengolahan hasil, warungan, budidaya padi, dan pengrajin ayakan. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (80% laki-laki dan 20% perempuan), bangunan (70% laki-laki dan 30% perempuan), alsintan (85% laki-laki dan 15% perempuan), alat transportasi (68% laki-laki dan 32% perempuan), alat telekomunikasi (75% laki-laki dan 35% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (70% laki-laki dan 30%
perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 3. Kelompok Sari Asih Kelompok Sari Asih, berdiri pada tanggal 13 April 2013, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SD, ada beberapa yang lulusan SLTP dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Rukmini. Kelompok tani ini bertempat di Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Kegiatan usaha Kelompok Sari Asih adalah pengrajin ayakan. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (60% laki-laki dan 40% perempuan), bangunan (50% laki-laki dan 50% perempuan), alat transportasi (68% laki-laki dan 32% perempuan), alat telekomunikasi (50% laki-laki dan 50% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (55% laki-laki dan 45% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 4. Kelompok Wana Harum Kelompok Wana Harum, berdiri pada tanggal 19 April 2013, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SD, beberapa yang lulusan SLTP dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Umsar. Kelompok tani ini bertempat di Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Kegiatan usaha Kelompok Wana Harum adalah pengolahan hasil, warungan, dan pengrajin bilik. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (35% laki-laki dan 75% perempuan), bangunan (40% laki-laki dan 60% perempuan), alat transportasi (68% laki-laki dan 32% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (45% laki-laki dan 55% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan.
5. Kelompok Mandiri Kelompok Mandiri, berdiri pada tanggal 2 Juli 2009 dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang, terdiri dari 18 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SD, hanya beberapa yang lulusan SLTP dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Ada Suhada. Kelompok tani ini bertempat di Desa Cimaragas, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Kegiatan usaha utamanya di bidang pertanian khususnya tanaman pangan. Informasi mengenai data kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga terdiri dari lahan (60% laki-laki dan 40% perempuan), serta bangunan (50% laki-laki dan 50% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 6. Kelompok Aster Kelompok Aster, berdiri pada tanggal 21 Agustus 2009 dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang semuanya perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SLTP, hanya beberapa yang lulusan SD dan SLTA. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Ineng Rosmiati. Kelompok tani ini bertempat di Desa Cimaragas, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Kegiatan usaha utamanya adalah makanan olahan. Informasi mengenai data kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga tidak terdaftar pada kuesioner. Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 7. Kelompok Mawar Kelompok Mawar, berdiri pada tanggal 14 Agustus 2009 dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 20 orang yang semuanya perempuan. Pendidikan mereka rata-rata lulusan SLTP, hanya beberapa yang lulusan SD. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Siti Hanafiah. Kelompok tani ini bertempat di Desa Cimaragas, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Kegiatan usaha utamanya adalah makanan olahan. Informasi mengenai data kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga adalah berupa bangunan (50% laki-laki dan 50% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan.
B.3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Barat untuk kegiatan PUG dilakukan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Garut. Kegiatan ini dengan melihat 4 aspek untuk mendukung keberlanjutan kegiatan PUG, yaitu aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. 1. Aspek Akses Pada Gambar 1 disajikan hasil analisis MDS untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Barat. Nilai Indeks keberlanjutan aspek akses desa mandiri pangan di Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang dan Desa Cimaragas, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang digunakan dalam menganalisa peran antara perempuan dan laki-laki di desa mandiri pangan dapat berkelanjutan dari aspek Akses dapat dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 1. (Leverage of Attributes), yaitu sebagai berikut :
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK) Attribute
Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan Menjadi Anggota Kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute R (on Status scale 0 to 100)
Gambar 1. Leverarage Attributes Aspek Akses di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa atribut yang paling mempengaruhi aspek akses pada 2 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat adalah (1) Memperoleh Bantuan Pemerintah; (2) Mengolah administrasi
LKD. Kedua atribut tersebut yang sensitif responsif gender pada kelompok tani di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data Leverage Attributes yang sangat berpengaruh adalah pada atribut memperoleh bantuan pemerintah, bantuan pemerintah ini sangat membantu sebagai modal dalam peningkatan pendapatan kelompok tani baik di Kabupaten Subang maupun Kabupaten Garut. Atribut memperoleh bantuan pemerintah ini sangat sensitif dalam kegiatan usaha kelompok tani. Hal ini dapat dilihat contoh pada Kelompok Aster di Kabupaten Garut yang semua anggota kelompok nya berjenis kelamin perempuan dengan Kelompok Wana Harum yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh bantuan pemerintah. Atribut selanjutnya yang juga berperan penting pada aspek akses adalah peran serta LKD dalam mengolah administrasi pada pengelolaan keuangan di Desa Mandiri Pangan sebagai modal usaha produktif pedesaan dimana kepengurusan LKD berasal dari anggota kelompok, tugas dari LKD adalah mengelola keuangan di kelompok Desa Mandiri Pangan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa dalam mengelola administrasi LKD sensitif pada gender perempuan, contoh pada Kelompok Mawar di Kabupaten Garut yang mayoritas berjenis kelamin perempuan lebih teliti dalam pembukuan dan pengelolaan administrasi LKD dibandingkan dengan kelompok yang mayoritas anggotanya berjenis kelamin laki-laki, contoh pada Kelompok Subur Makmur di Kabupaten Subang.
2. Aspek Partisipasi Berdasarkan Hasil Analisis MDS pada aspek partisipasi, atribut yang berpengaruh pada aspek partisipasi program kegiatan desa mandiri pangan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Garut dapat dilihat pada Gambar 2, sebagai berikut.
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute (on Status scale 0 to 100)
Gambar 2. Leverarage Attributes Aspek Partisipasi di Provinsi Jawa Barat Atribut yang sensitive pada aspek partisipasi adalah 1). Menentukan skala usaha, dan 2). Membeli sarana usaha kelompok. Pada atribut menentukan skala usaha dimana tingkat pastisipasi pada kegiatan usaha kelompok afinitas untuk kelompok yang mayoritas berjenis kelamin perempuan, contohnya pada Kelompok Mawar Kabupaten Subang dan kelompok yang berjenis kelamin laki-laki pada Kelompok Mandiri Kabupaten Subang memiliki kesempatan yang sama dalam menentukan skala usaha yang menguntungkan pada kegiatan usaha kelompoknya masing-masing. Pada atribut membeli sarana usaha kelompok, aspek partisipasi perempuan sangat berpengaruh pada pembelian sarana usaha kelompok dibandingkan
pada anggota kelompok yang mayoritas anggota kelompoknya laki-laki. Hal ini dikarenakan peran perempuan dalam ketelitian membeli sarana usaha lebih baik dibandingkan peran laki-laki. 3. Aspek Kontrol Pada aspek Kontrol untuk kegiatan kelompok tani di desa mandiri pangan di Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut dan Kabupaten Subang dipengaruhi oleh atribut penyusun aspek kontrol di lokasi desa mandiri pangan yang dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan
Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
1
2
3
4
5
6
7
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 3. Leverarage Attributes Aspek Kontrol di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil MDS, diperoleh informasi bahwa atribut yang mempengaruhi indeks keberlanjutan di desa mandiri pangan dengan melihat pada aspek kontrol yang terdapat pada Gambar 3, yaitu 1) membuat rencana usaha , dan 2) menentukan pembiayaan usaha. Aspek kontrol sangat menunjukkan adanya sensitifitas gender yang sangat tinggi. Dalam membuat rencana usaha, pengambilan keputusan oleh perempuan dan laki-laki pada pelaksanaan kegiatan desa mapan berpengaruh terutama dalam membuat rencana usaha, sehingga dalam
pembuatan rencana usaha kesepakatan bersama.
ditentukan
melalui
rapat
anggota
dan
Sedangkan untuk atribut menentukan pembiayaan usaha tidak terlalu dipengaruhi gender, kontrol pembiayaan usaha didominasi oleh perempuan, meskipun demikian peran laki-laki juga berpengaruh. Hal ini mengakibatkan atribut menentukan pembiayaan usaha menjadi sensitif terhadap gender. 4. Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *) Peningkatan pendapatan Kesempatan berusaha Akses pasar Akses modal 0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4. Leverarage Attributes Aspek Manfaat di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah peralatan usaha dan akses pasar. Pada Gambar 4 dapat terlihat bahwa secara umum kondisi aspek manfaat telah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa perempuan dan laki – laki memiliki kesempatan sama dalam memanfaatkan keunggulan dalam kelompok. Hal ini dapat terlihat dari diagram batang yang tidak terlalu signifikan perbedaannya. Pada atribut peralatan usaha, kelompok tani di Kabupaten Subang dan Kabupaten Garut dalam pemanfaatan peralatan usaha tani sudah dilaksanakan secara setara baik oleh perempuan dan laki-laki. Sedangkan pada atribut akses pasar yang dikembangkan dalam kelompok secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian peran laki – laki
masih lebih tinggi dibandingkan perempuan, hal ini dikarenakan dalam proses proses jual beli produk hasil pengolahan ke pasar masih diberdayakan oleh laki-laki. B.3.3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis MDS pada 4(empat) aspek, yaitu aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontrol, dan aspek manfaat untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di 4 kelompok tani pada Desa Parapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, dan 3 kelompok tani pada Desa Cimaragas, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, diperoleh kesimpulan yaitu: dilihat dari aspek akses peran perempuan dalam memperoleh bantuan pemerintah mempunyai kesetaraan dengan laki-laki. Pada aspek partisipasi, atribut menentukan skala usaha sensitif gender di 7 kelompok tani tersebut, sedangkan pada aspek kontrol, peran perempuan dalam membuat rencana usaha juga berpengaruh untuk meningkatkan usaha kelompok, serta terakhir pada aspek manfaat, atribut peralatan usaha sudah dilaksanakan secara setara baik oleh perempuan dan laki-laki.
B.4. HASIL ANALISIS PROVINSI JAWA TENGAH B.4.1 PROFIL KELOMPOK 1.
Kelompok Tani Kegiatan Desa Mandiri Pangan Desa Suroteleng Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
No Nama Kelompok
Jumlah Kelompok LakiLaki
Jumlah Anggota Perempuan Kelompok
Usaha Kelompok
1
Sumber Makmur
17
6
23
Sapi potong
2
Guyub Rukun
18
4
22
Hortikultura
3
Tani Makmur
19
5
24
Hortikultura
4
Pasir Manunggal
17
5
22
Hortikultura
5
Dwi Tunggal
17
6
23
Hortikultura
6
Sumber Rahayu
16
6
22
Hortikultura
7
Tani Maju
15
3
18
Hortikultura
8
Menuju Makmur
18
4
22
Hortikultura
9
Pasir Muda
18
6
24
Hortikultura
10
KWT. Setyo Asih
0
23
23
Hortikultura
11
KWT. Dawis
0
19
19
Hortikultura
155
87
242
Hortikultura
Total
Utama
Dari data diatas bahwa partisipasi perempuan dalam program Desa Mandiri Pangan di desa Suroteleng, kecamatan Selo sangat baik. Hal ini dilihat dari ke ikut sertaan perempuan yang tersentuh program Desa Mandiri Pangan, mencapai 87 orang atau 35,95% dari total sasaran. Dibandingkan sasaran berbasis gender perempuan mencapai 56,12%. Partisipasi gender dapat dilihat dari terkelolanya 2 KWT dan beberapa pengurus kelompok afinitas adalah perempuan dan dari anggota TPD berjumlah 5 orang dan 3 diantaranya adalah perempuan.
2.
Kelompok Tani Kegiatan Desa Mandiri Pangan Desa Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang
No Nama Kelompok
Jumlah Kelompok LakiLaki
Jumlah Anggota Perempuan Kelompok
Usaha Kelompok
Utama
1
Sidolurhu
20
3
23
Ternak
2
Sakinah II
13
17
30
Pengasapan Ikan
3
Sakinah I
12
14
26
Pengasapan Ikan
4
Anggrek
-
19
19
Pengolahan Pangan
45
53
98
Total
Dari data diatas bahwa partisipasi perempuan dalam program Desa Mandiri Pangan di desa Bandarharjo, kecamatan Semarang Utara belum terlihat keterlibatan seluruh masyarakat. Hal ini dilihat dari jumlah anggota kelompok yang masih sedikit partisipasinya dalam hal kegiatan Desa Mandiri Pangan. Untuk peranan perempuan dalam menjalankan kegiatan kelompok sangat baik terlihat dari jumlah ke anggotaan kelompok perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki mencapai 53 anggota (54%) dari total sasaran kelompok. Ke ikut sertaan perempuan dalam kelompok baru satu orang yang menjadi ketua kelompok dan sisanya hanya menjadi anggota kelompok, diharapkan di tahun mendatangkan peran perempuan lebih ditingkatkan kembali.
B.4.2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Tengah untuk kegiatan PUG dilakukan di Kabupaten Boyolali dan Kota Semarang. Kegiatan ini dengan melihat 4 aspek untuk mendukung keberlanjutan kegiatan PUG yaitu Aspke Akses, partisipasi, kontrol dan manfaat.
1. Aspek Akses Pada gambar dibawah ini disajikan hasil analisis MDS dari Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Tengah. Nilai indeks keberlanjutan di Desa Mandiri Pangan di 2 (dua) desa Surotelng dan desa Bandarharjo khususnya pada kegiatan kelompok di Desa Mandiri Pangan. Gambar di bawah ini atribut aspke akses.
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD
Attribute
Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha… Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar… Memperoleh bantuan pemerintah Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan Menjadi Anggota Kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Untuk melihat lebih jauh kegiatan Desa Mandiri Pangan yang akan dilakukan agar Desa Mandiri Pangan ini dapat berkelanjutan di lihat dari Aspek Akses yaitu: a.
Untuk meningkatkan pendapatan kelompok seluruh anggota kelompok harus berperan baik laki-laki maupun perempuan, melalui aspek akses ini diketahui bahwa peran permpuan untuk mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok mendapatkan kesempatan sama dengan pihak laki-laki.
b.
LKD sangat berperan penting dalam pengelolan keuangan di Desa Mandiri Pangan sebagai modal usaha produktif pedesaan dimana kepengurusan LKD berasal dari anggota kelompok, tugas dari LKD adalah mengelola keuangan di kelompok Desa Mandiri Pangan. Dari hasil aspek akses ini Mengelola Administrasi LKD lebih baik perempuan dibandingkan laki-laki dimana perempuan lebih teliti dalam pembukuan dan pengelolaan administrasi LKD dibandingkan dengan laki-laki.
2. Aspek Partisipasi Hasil Analisis MDS pada aspek partisipasi Nilai indeks keberlanjutan kegiatan desa mandiri pangan, pada gambar 2 disajikan hasil analisis MDS aspek partisipasi. Kondisi nilai indeks terebut dipengaruhi oleh skor atribut penyusun aspek partisipasi di lokasi desa mandiri pangan. Lebih jauh komponen atau atribut yang mempengaruhi keberlanjutan aspek partisipasi di dua desa ditunjukkan oleh atribut seperti gambar di bawah ini.
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok
Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Atribut sensitive yang mempengaruhi indeks keberlanjutan aspek partisipasi berdasarkan gambar diatas terdapat atribut yang mempengaruhi indeks keberlanjutan pada aspek partisipasi yaitu kelompok afinitas dalam melakukan kegiatan awal bersama pendamping, TPD akan membuat rencana usaha yang berisi komponen kegiatan-kegiatan usaha yang akan dijalankan oleh anggota kelompok, disusun melalui musyawarah bersama anggota kelompok yang nantinya sebagai dasar untuk pencairan dana bansos yang akan diterima kelompok. Peran perempuan dan laki-laki disini sama
dimana peran perempuan dan laki-laki telah memiliki akses partisipasi yang sama dalam merencanakan kegiatan usaha
3. Aspek Kontrol Pada gambar dibawah ini disajikan hasil analisis MDS aspek Kontrol untuk kegiatan desa mandiri pangan. Nilai indeks keberlanjutan aspek Kontrol kondisi nilai indeks tersebut dipengaruhi oleh nilai skor atribut penyusun aspek kontrol di lokasi desa mandiri pangan dapat di lihat pada gambar di bawah ini
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan
Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
1
2
3
4
5
6
7
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Pada aspek kontrol terlihat atribute yang mempengaruhi indeks keberlanjutan di desa Mandiri Pangan dengan melihat pada aspek kontrol berdasarkan gambar diatas terdapat beberapa atribut sensitive yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pada aspek kontrol yaitu 1) membuat rencana usaha (L=P), 2) menentukan pembiayaan usaha (L=P), 3) menentukan skala usaha (L=P). Dari ketiga aspek tersebut peranan perempuan bersama-sama laki-laki untuk merencanakan usaha, membuat pembiayaan
usaha dan skala usaha, hal ini dilakukan untuk perkembangan kegiatan usaha di dalam kelompok Desa Mandiri Pangan .
4.
Aspek Manfaat
Pada gambar dibawah ini disajikan hasil analisis MDS aspek manfaat untuk kegiatan desa mandiri pangan. Nilai indeks keberlanjutan aspek manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *)
Peningkatan pendapatan
Kesempatan berusaha
Akses pasar
Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan attribute sensitive yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pada aspek manfaat di desa Mandiri Pangan dimana perempuan mendapatkan manfaat langsung dalam aspek ini terdapat 2 (dua) atribut sensitive yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan aspek manfaat yaitu : 1) peningkatan kapasitas SDM/pelatihan (L=P), 2) akses modal (L=P).
B.4.3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada setiap aspek untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dan Kota Semarang di Desa Surotelng dan Desa Bandarharjo adalah : perempuan berhak mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok, perempuan dapat berpartisipasi dalam membuat rencana usaha bersama-sama laki-laki, perempuan berhak mengambil keputusan dalam membuat rencana usaha untuk meningkatkan pendapatan usaha kelompok dan perempuan mendapatkan manfaat langsung dan diberikan kesempatan dalam memperoleh pelatihan peningkatan kapsitas SDM.
B.5. HASIL ANALISIS PROVINSI JAWA TIMUR B.5.1. PROFIL KELOMPOK Pengkajian Pengarusutamaan Gender bidang Ketahanan Pangan yang dilakukan di Provinsi Jawa Timur dilakukan pada 3 kelompok Afinitas di Kab. Ponorogo, Jawa Timur. a. Keragaan Kelompok I.
Kelompok Sami Mulyo, Kab. Ponorogo, Jawa Timur Kelompok Sami Mulyo terdapat di Desa Sidoharjo, Kec. Jambon, Kab. Ponorogo, Prov Jawa Timur. Kelompok ini memiliki jumlah anggota 25 orang. Kelompok ini merupakan kelompok dengan keseluruhan anggotanya adalah laki – laki. Permasalahan yang terjadi akibat pemilihan usaha ternak yang tidak tepat karena wilayah ini memiliki iklim yang kering sehingga tingkat kegagalan sangat tinggi. Perguliran dana yang dikelola kelompok ini sudah cukup baik, namun memang masih perlu ditingkatkan untuk pembinaan usaha.
II.
Kelompok Rosela, Kab. Ponorogo, Jawa Timur Kelompok Rosela terdapat di Desa Sidoharjo, Kec. Jambon, Kab. Ponorogo, Prov. Jawa Timur. Kelompok ini memiliki jumlah anggota sebanyak 24 orang. Kelompok ini seluruh anggotanya adalah perempuan. Permasalahan yang terjadi pada kelompok ini adalah pemasaran produk hasil olahan pangan.
III.
Kelompok Bina Mandiri, Kab. Ponorogo, Jawa Timur Kelompok Bina Mandiri terdapat di Desa Kapuk, Kec. Bangkal, Kab. Ponorogo, Prov. Jawa Timur. Kelompok ini memiliki anggota campuran antara laki – laki dan perempuan. Permasalahan yang ada pada kelompok ini
adalah ketersediaan bahan baku yang tidak memadai untuk memenuhi permintaan pasar. b. Kegiatan Kelompok Kelompok afinitas yang dikaji pada kesempatan ini memiliki kegiatan antara lain : I.
Pengolahan pangan lokal
II.
Ternak bebek
III.
Ternak ayam
IV.
Ternak kelinci
V.
Produksi telur asin
VI.
Pengolahan aneka kripik
B.5.2. HASIL PEMBAHASAN 1. Aspek Akses
Leverage of Attributes Aspek Akses
Attribute
Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK) Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan Menjadi Anggota Kelompok 0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attrib Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek akses adalah (1) Mendapatkan pinjaman dalam
atau keluar kelompok; (2) Mengolah administrasi LKD; dan (3) Memperoleh bantuan pemerintah. Hal ini menunjukkan indikator kegiatan pada aspek akses yang sensitif responsif gender terdapat pada ketiga indikator tersebut. Kesempatan anggota untuk mendapatkan pinjaman baik dari dalam maupun luar kelompok sangat sensitif terhadap gender. Hal ini diakibatkan kesempatan untuk mendapatkan pinjaman sangat ditentukan oleh keanggotaan pada kelompok. Sebagai contoh kelompok rosela, kelompok yang beranggotakan hanya perempuan, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pinjaman sangat tinggi. Sedangkan untuk kelompok Sami Mulyo, yang berangotakan laki – laki saja, menunjukkan kesempatan perempuan untuk mendapatkan pinjaman sangat bergantung pada laki – laki (suami) yang menjadi anggota kelompok. Demikian pula dengan indikator ‘mengolah administrasi LKD’. Pada kelompok dengan anggota seluruhnya laki – laki, indikator mengolah administrasi LKD sangat sensitif terhadap gender. Sebab untuk dapat menjadi anggota LKD haruslah anggota kelompok, sedangkan kelompok Sami Mulya merupakan kelompok laki – laki sehingga perempuan tidak mendapatkan akses untuk mengolah administrasi LKD. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat pada umumnya dikelola oleh kelompok dan tidak diberikan kepada perorangan. Hal ini mengakibatkan akses untuk memperoleh bantuan pemerintah sangat tergantung pada keanggotaan laki – laki maupun perempuan tersebut dalam kelompok. Bagi perempuan yang tergabung dalam kelompok yang mendapat bantuan pemerintah, maka dia akan memperoleh akses untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Sedangkan bagi perempuan yang tidak menjadi anggota kelompok, akses untuk mendapat bantuan pemerintah sangat bergantung pada laki – laki (suami) yang menjadi anggota kelompok.
Aspek Kontrol
Leverage of Attributes Aspek Kontrol Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan Pembagian tugas Attribute
2.
Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek kontrol adalah (1) Menentukan skala usaha; (2) Membeli sarana produksi; dan (3) Mengelola keuangan. Aspek kontrol sangat menunjukkan adanya sensitifitas gender yang sangat tinggi. Dalam menentukan skala usaha, peran perempuan dalam kelompok laki – laki tidak terlihat secara nyata. Sebab kontrol penentuan skala usaha ditentukan dalam rapat anggota, sedangkan perempuan yang tidak menjadi anggota tidak memiliki kontrol dalam penentuan skala usaha kelompok. Pembelian sarana usaha untuk kelompok cenderung didominasi oleh peran laki – laki. Meskipun dalam kelompok wanita, kontrol pembelian sarana usaha kelompok tetap dipegang oleh laki – laki (suami), dalam arti bahwa proses pembelian sarana usaha tetap dipegang oleh laki – laki. Hal ini mengakibatkan indikator pembelian sarana usaha menjadi sensitif terhadap gender.
Pengelolaan keuangan kelompok, secara umum tidak terlalu dipengaruhi oleh gender. Namun dalam kelompok, kontrol pengelolaan keuangan pada umumnya dikelola oleh perempuan.
Aspek Partisipatif
Leverage of Attributes Aspek Partisipatif Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok Pengelolaan usaha kelompok Attribute
3.
Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha… Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribu Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek partisipasi adalah (1) Membeli sarana usaha kelompok; (2) Pengelolaan usaha kelompok; dan (3) Menentukan skala usaha. Partisipasi perempuan dalam pembelian saran usaha kelompok, terlihat sangat rendah, mengingat dalam kelompok dalam pembelian sarana usaha kelompok, baik kelompok laki – laki maupun kelompok perempuan, masih dikuasai oleh laki – laki (suami anggota kelompok dalam kelompok perempuan). Sehingga partisipasi dalam pembelian saran usaha kelompok sangat sensitif gender. Pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan sangat ditentukan oleh keanggotaan perempuan dalam kelompok tersebut. Dalam kelompok
laki – laki, pengelolaan usaha kelompok sangat didominasi oleh peran laki – laki. Sedangkan pada kelompok perempuan terjadi hal yang sebaliknya. Seperti hal dalam pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan dalam penentuan skala usaha kelompok sangat ditentukan oleh kenggotaan perempuan tersebut dalam kelompok. Sehingga dalam kelompok laki – laki, perempuan tidak berpartisipasi dalam penentuan skala usaha kelompok. Hal yang berbeda terlihat pada kelompok perempuan, partisipasi permepuan dalam penentuan skala kelompok sangat tinggi.
Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Aspek Manfaat Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan Peralatan usaha *) Attribute
4.
Peningkatan pendapatan Kesempatan berusaha Akses pasar Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribut Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah (1) Akses pasar; (2) Peralatan usaha; dan (3) Peningkatan Pendapatan. Secara umum kondisi aspek manfaat telah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa perempuan dan laki – laki memiliki kesempatan sama dalam memanfaatkan keunggulan dalam kelompok. Akses pasar yang dikembangkan dalam kelompok secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian peran laki – laki dirasa masih lebih
tinggi daripada perempuan. Karena laki – laki masih memiliki peran yang lebih tinggi dalam proses jual beli produk hasil pengolahan. Peralatan usaha yang dimiliki oleh kelompok memang sudah dapat digunakan secara setara antara laki – laki dan perempuan, akan tetapi karen peralatan yang dimiliki pada umumnya merupakan peralatan tani sehingga pemanfaatan peralatan usaha yang dimiliki oleh kelompok lebih tinggi oleh laki - laki daripada oleh perempuan.
B.5.3. Kesimpulan Kajian Pengarusutamaan Gender lingkup ketahanan pangan yang dilakukan di Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa kesadaran kesetaraan gender dalam kelompok telah terbentuk, namun memang masih diperlukan peningkatan Aspek akses yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam memperoleh pinjaman dari dalam maupun keluar kelompok, akses perempuan untuk mengolah administrasi LKD, dan akses perempuan untuk memperolah bantuan pemerintah. Aspek kontrol yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam penentuan skala usaha, peran perempuan dalam pembelian saran produksi dan peran perempuan dalam mengelola keuangan. Aspek partisipasi yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam partisipasi perempuan untuk membeli sarana usaha kelompok, partisipasi perempuan dalan pengelolaan usaha kelompok, dan partisipasi perempuan dalam penentuan skala usaha. Aspek manfaat yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam penerimaan manfaat akses pasar dalam kelompok, penerimaan manfaat peralatan usaha, dan manfaat peningkatan pendapatan perorangan.
B.6. HASIL ANALISIS PROVINSI BALI B.6.1. PROFIL KELOMPOK Pemantauan kegiatan ketahanan pangan berbasis gender tahap ke II di Provinsi Bali yang berlangsung selama 3 (tiga) hari bersama dengan Tim dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dan didampingi oleh Tim Bidang Ketahanan Pangan Provinsi Bali, merupakan implementasi dari upaya pelaksanaannya di Kementerian Pertanian. Lokasi yang di kunjungi adalah Kelompok Afinitas di 2 (dua) desa yaitu : “ Desa 1 Bhuana Giri Kecamatan Bebandem, Desa 2 Bukit Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Pemilihan lokasi kelompok DEMAPAN (Desa Mandiri Pangan) pada tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yang dijadikan pilot project ditetapkan dengan pertimbangan waktu yang sangat singkat bisa dijadikan sebagai sample yang bisa memenuhi kriteria objek yang dibutuhkan sehingga dapat mewakili kondisi yang tidak jauh berbeda dengan Demapan yang lainnya, dengan 4 (empat) tahapan yang dilaksanakan mulai dari tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. 1) Data terpilah kelompok tani kegiatan desa mandiri pangan Desa Bhuwana Giri dan desa Bukit, masing-masing terdapat 4 kelompok yang berdiri dari tahun 2010 s/d 2013 dengan jumlah anggota kelompok bervariasi bervariasi dari 20 orang s/d 26 orang. Dari data kelompok terlihat peran laki-laki lebih dominan dari perempuan, usaha utama kelompok adalah beternak sapi, ayam, babi dan membuat tusuk sate. 2) Data paparan terhadap isu gender perlu lebih ditimgkatkan lagi untuk para penyuluh pendamping untuk identifikasinya, pelatihan dan informasi lainnya tentang pengarusutamaan gender, dan memperhatikan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam kelompok sehingga program dapat berj dengan lancar seperti apa yang diharapkan. 3) Dari aspek perencanaan pada umumnya para penyuluh pendamping telah mengetahui tentang gender analysis pathway (GAP), hanya perlu diikutkan dalam penyusunan diikutsertakan. Profil desa agar dapat dibuat oleh semua desa khususnya di kelompok afinitas di Demapan. 4) Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Bali, dilihat dari empat aspek yaitu aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontro dan aspek manfaat dapat teruraikan dalam lampiran, dimana data dalam kuesioner
untuk kelompok afinitas di dua desa di Demapan yaitu desa Bhuanagiri dan desa Bukit.
B.6.2. HASIL PEMBAHASAN Analisis PUG, Prov. Bali 1. Aspek Akses
Leverage of Attributes
Attribute
Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK) Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan Menjadi Anggota Kelompok 0
0.5
1
1.5
2
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek akses adalah (1) Mendapatkan dana perguliran modal usaha kelompok (PMUK); dan (2) Kesempatan menjadi pengurus kelompok. Hal ini menunjukkan indikator kegiatan pada aspek akses yang sensitif responsif gender terdapat pada kedua indikator tersebut. Kesempatan anggota untuk mendapatkan dana perguliran modal usaha kelompok dan kesempatan menjadi pengurus kelompok sangat sensitif terhadap gender. Hal ini diakibatkan kesempatan untuk mendapatkan dana pergulira sangat ditentukan oleh keanggotaan pada kelompok. Sebagai contoh kelompok Komala sari; kelompok gedong arta; kelompok umaanyar mandiri; dan kelompok wana asri di desa Bhuwana giri, dengan
kelompok yang beranggotakan hanya laki-laki. Demikian juga pada kelompok sibuh selaya; kelompok tunas jaya, kelompok bukit sejahtera dan satya laksana di desa Bukit dengan jumlah anggota masing-masing 20-25 orang beranggotakan kebanyakan laki-laki. Hal ini menunjukkan kesempatan perempuan untuk mendapatkan dana perguliran modal usaha kelompok (PMUK) dan kesempatan menjadi pengurus kelompok sangat bergantung pada laki – laki (suami) yang menjadi anggota kelompok. Dengan demikian perempuan kurang mendapat akses terhadap kedua komponen tersebut. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat pada umumnya dikelola oleh kelompok dan tidak diberikan kepada perorangan. Hal ini mengakibatkan akses untuk memperoleh bantuan pemerintah sangat tergantung pada keanggotaan laki – laki maupun perempuan tersebut dalam kelompok. Bagi perempuan yang tergabung dalam kelompok yang mendapat bantuan pemerintah, maka dia akan memperoleh akses untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Sedangkan bagi perempuan yang tidak menjadi anggota kelompok, akses untuk mendapat bantuan pemerintah sangat bergantung pada laki – laki (suami) yang menjadi anggota kelompok.
2. Aspek Kontrol
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan
Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek kontrol adalah (1) Mengelola keuangan dan (2) Pembagian tugas. Aspek kontrol sangat menunjukkan adanya sensitifitas gender yang sangat tinggi. Dalam menentukan skala usaha, peran perempuan dalam kelompok laki – laki tidak terlihat secara nyata. Sebab kontrol penentuan skala usaha ditentukan dalam rapat anggota, sedangkan perempuan yang tidak menjadi anggota tidak memiliki kontrol dalam penentuan skala usaha kelompok.
Mengelola keuangan dan pembagian tugas untuk kelompok cenderung didominasi oleh peran laki – laki. Meskipun dalam kelompok wanita, kontrol pengelolaan keuangan dan pembagian tugas tetap dipegang oleh laki – laki (suami), dalam arti bahwa kedua proses tetap dipegang oleh laki – laki. Hal ini mengakibatkan indikator pengelolaan keuangan dan pembagian tugas menjadi sensitif terhadap gender. Pengelolaan keuangan kelompok dan pembagian tugas secara umum tidak terlalu dipengaruhi oleh gender. Namun dalam kelompok, kontrol pengelolaan keuangangian dan pembagian pada umumnya dikelola oleh perempuan.
3. Aspek Partisipatif
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok
Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling
mempengaruhi aspek partisipasi adalah (1) Pengelolaan pendapatan kelompok; dan (2) Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok. Partisipasi perempuan dalam pengelolaan pendapatan kelompok dan membagi tugas/peran dalam usaha kelompok, terlihat sangat rendah, mengingat kedua aspek tersebut bila dibandingkan baik kelompok laki – laki maupun kelompok perempuan, masih dikuasai oleh laki – laki (suami anggota kelompok dalam kelompok perempuan). Sehingga partisipasi dalam pengelolaan pendapatan kelompok dan pembagian tugas/peran dalam usaha kelompok sangat sensitif gender. Pengelolaan pendapatan kelompok dan membagi tugas/peran dalam usaha kelompok, partisipasi perempuan sangat ditentukan oleh keanggotaan perempuan dalam kelompok tersebut. Dalam kelompok laki – laki, pengelolaan pendapatan kelompok dan pembagian tugas /peran dalam usaha kelompok sangat didominasi oleh peran laki – laki. Sedangkan pada kelompok perempuan terjadi hal yang sebaliknya. Seperti halnya dalam pengelolaan usaha kelompok, partisipasi perempuan dalam penentuan skala usaha kelompok sangat ditentukan oleh keanggotaan perempuan tersebut dalam kelompok. Sehingga dalam kelompok laki – laki, perempuan tidak berpartisipasi dalam penentuan skala usaha kelompok. Hal yang berbeda terlihat pada kelompok perempuan, partisipasi perempuan dalam penentuan skala kelompok sangat tinggi.
4. Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *)
Peningkatan pendapatan
Kesempatan berusaha
Akses pasar
Akses modal 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah Peningkatan kapasitas SDM/Pelatihan Secara umum kondisi aspek manfaat didominasi oleh peningkatan kapasitas SDM/Pelatihan. Sedangkan akses modal, akses pasar, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan telah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa perempuan dan laki – laki memiliki kesempatan sama dalam memanfaatkan keunggulan dalam kelompok. Akses pasar yang dikembangkan dalam kelompok secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian peran laki – laki dirasa masih lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki – laki masih memiliki peran yang lebih tinggi dalam proses jual beli produk hasil pengolahan.
B.6.3. KESIMPULAN Kajian Pengarusutamaan Gender lingkup ketahanan pangan yang dilakukan di Provinsi Bali menunjukkan bahwa kesadaran kesetaraan gender dalam kelompok telah terbentuk, namun memang masih diperlukan peningkatan Aspek akses yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam mendapatkan dana perguliran modal usaha kelompok (PMUK) dan kesempatan menjadi pengurus kelompok. Dan Aspek kontrol yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan perempuan dalam mengelola keuangan dan peran perempuan dalam pembagian tugas. Aspek partisipasi yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam partisipasi perempuan untuk pengelolaan pendapatan kelompok dan membagi tugas/peran dalam usaha kelompok. Aspek manfaat yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam penerimaan manfaat akses peralatan usaha dalam kelompok, penerimaan manfaat peralatan usaha, dan manfaat peningkatan pendapatan perorangan. Saran 1) Pelaksanaan program Demapan dari tahun 2009 sampai dengan sekarang dirasakan sangat membantu dalam meningkatkan ekonomi kelompok /keluarga dan masyarakat pada umumnya, dimana bisa meningkatkan usaha dari beternak ayam menjadi meningkat beternak sapi, demikian juga dapat mengembangkan diversifikasi usahanya. Manfaat program/kegiatan Demapan dapat dirasakan oleh semua anggota kelompok sebagai pelaksana di lapangan. 2) Perlu pengembangan program demapan ini ke beberapa desa lainnya di di seluruh Kabupaten yang dianggap perlu di Provinsi Bali, sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara merata. 3) Demikian yang dapat kami laporkan dari hasil pemantauan berbasis gender di wilayah Demapan Kecamatan Bebandem dan Kecamatan Karangasem di Kabupaten Karasem Provinsi Bali dari tanggal 16 s/d 18 Oktober 2013, dan semoga bermanfaat,
B.7. HASIL ANALISIS PROVINSI SULAWESI SELATAN B.7.1. PROFIL KELOMPOK/DESA Prosedur analisis Multi Dimension Scalling (MDS) dalam kajian program peningkatan ketahanan pangan masyarakat khususnya pada kegiatan Desa Mandiri Pangan yang berbasis gender dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap data Desa Mandiri Pangan di Desa Patallasang dan Desa Padang Lampe Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Pengambilan data melalui survei, pengamatan, diskusi terarah dan studi literatur. 3. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excel. 4. Melakukan analisis sensitifitas (leverage analysis) dan Monte Carlo analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian. Penggunaan MDS dan analisis gender diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai sumber daya Desa Mandiri Pangan yang ada dan permasalahan gender, khususnya di desa Patallasang dan desa Padang Lampe, Kecamatan Pangkajene Kepulauan di daerah pengamatan sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan yang mandiri dan berbasis gender. Hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan di desa Patallasang dan desa Padang Lampe dapat digambarkan sebagai berikut : I.
Profil Desa Patallasang dan Desa Padang Lampe sebagai berikut : a. Desa Patallasang, Kecamatan Patallasang Kabupaten Pangkajene Kepulauan telah dibina 5 Kelompok Afinitas Desa Mandiri Pangan yaitu : a. Kelompok Bonto Bilabila (terbentuk tgl.7 Oktober 2010) dengan jumlah anggota tetap 10 orang; b. Kelompok Kasuarang (terbentuk tgl. 25 Nopember 2010) dengan jumlah anggota tetap 8 orang; c. Kelompok Bonto Manai (terbentuk tgl.8 Nopember 2011) dengan jumlah anggota 15 orang; d. Kelompok Tapole Bersatu (terbentuk tgl. 5 September 2011) dan e. Kelompok Bonto-bonto (terbentuk tgl.25 Januari 2011) dengan jumlah anggota 8 orang.
Kelompok di desa Patallasang didampingi oleh seorang Tenaga Harian Lepas (THL) bernama Muh. Arsad. Berdasarkan hasil wawancara bahwa secara teknis kemampuan pendamping THL masih sangat minim sebagai akibat kurangnya kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan teknis dan kurangnya pemahaman tentang perencanaan berbasis gender. Responden dalam pengamatan kali ini adalah kelompok Afinitas Bonto Manai yang terbentuk tanggal 8 Nopember tahun 2011 dengan jumlah anggota 15 orang terdiri dari 8 orang perempuan dan 7 orang laki-laki, yang diketuai oleh Ibu Lise (pendidikan terakhir SD) dan sekertaris adalah Bapak Hanapi (pendidikan terakhir SMP). Ada hal yang cukup menarik dilihat dari tingkat pendidikan ada 3 orang anggota kelompok berpendidikan SMA dan cukup berpengaruh dalam memajukan kelompok, terutama pengaruhnya dalam menularkan jiwa wirausaha terutama usaha kios atau warung sebagai upaya menambah pendapatan keluarga. b. Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Kepulauan telah dibina 4 Kelompok afinitas Desa Mandiri Pangan yaitu : a. Kelompok Padaelo (terbentuk bln. September 2009) dengan jumlah anggota 25 orang dengan usaha kelompok Jual usaha campuran; b. Kelompok Samaturu (terbentuk bln. September 2009) dengan jumlah anggota 30 orang dengan usaha kelompok Jual usaha campuran dan kupas jambu mete; c. Kelompok Sipurennu (terbentuk bln. September 2009) dengan jumlah anggota 15 orang dengan usaha kelompok Jual Beli Pakaian dan d. Kelompok Sipatuo (terbentuk bln.September 2009) dengan jumlah anggota 50 orang dengan usaha kelompok Usaha kupas jambu. Kelompok di desa Padang Lampe telah didampingi oleh Samsu Riayah,Spi sampai tahun 2013 namun masih sangat minim mendapat pelatihan teknis, dan melakukan pendampingan ke kelompok dilakukan 3 kali per bulan. Pemahaman pendamping terhadap perencanaan berbasis gender sangat minim namun paham akan kesetaraan gender sehingga dalam kelompok yang di bina terlihat bagaimana kerjasama dan pembagian tugas antara pengurus dan anggota tanpa melihat jenis kelamin. Responden pada kunjungan kali ini adalah kelompok afinitas Samaturu yang terbentuk bulan September 2009 dengan jumlah anggota 30 orang terdiri dari 7 orang perempuan dan 13 orang laki-laki, anggota kelompok sangat dinamis dengan latar belakang pendidikan minimal SMP dan usaha masing-masing
kelompok sebagian besar pedagang (Kios sembako, Jual beli sapi, Kios Saprodi, Kios Pulsa).
B.7.2.HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Multi Dimension Scalling (MDS) diharapkan dapat memperbaiki kondisi pada obyek pengamatan, dengan melihat permasalahan dan mengintegrasikan dengan informasi/data dari keseluruhan aspek yaitu aspek Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat bagi Laki-laki dan Perempuan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan yang mandiri dan berkelanjutan. Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Sulawesi Selatan untuk kegiatan PUG dilakukan di Kabupaten Pangkajene digambarkan sebagai berikut : 1. Aspek Akses
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK)
Attribute
Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah
Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Menjadi Anggota Kelompok 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multi Dimensional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek Akses adalah : 1). Memperoleh bantuan pemerintah; 2). Mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan; dan 3). Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok. Hal ini menunjukkan indikator kegiatan pada aspek Akses yang sensitif responsif gender terdapat pada ketiga indikator tersebut. Kesempatan anggota untuk memperoleh bantuan pemerintah yang paling sensitif terhadap gender. Hal ini disebabkan karena komposisi jumlah anggota kelompok laki-laki memang lebih besar dari jumlah anggota kelompok perempuan dari total jumlah anggota sebesar 35 orang, jumlah laki-laki sebanyak 20 orang (57 %) dan jumlah perempuan sebanyak 15 orang (43 %). Hal ini mengakibatkan kesempatan terhadap laki-laki menjadi lebih besar dibanding anggota kelompok perempuan. Hal serupa juga berlaku untuk indikator mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dan indikator mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok, kondisi di kelompok Samaturu selain jumlah laki-laki didominasi oleh laki-laki termasuk pengurus, mengakibatkan keputusan yang diambil sebagian besar diperuntukkan bagi anggota kelompok laki-laki, termasuk untuk pinjaman jika dilihat dari perputaran pinjaman hanya anggota laki-laki yang mendapat kesempatan meminjam sampai 4 kali perputaran, sedangkan anggota kelompok perempuan hanya 2 sampai 3 kali putaran.
2. Aspek Kontrol
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
4
4.5
Berdasarkan hasil analisis Multi Dimension Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek Kontrol adalah : 1). Mengelola Keuangan; 2). Pembaian tugas dan 3). Menentukan pembiayaan usaha. Aspek kontrol sangat menunjukkan adanya sensitifitas gender yang sangat tinggi dapat dilihat dari diagram batang diatas sebagian besar dari indikator menjauhi titik nol. Terutama untuk indikator mengelola keuangan, dari kedua kelompok yang menjadi responden perempuan dipercaya menjadi bendahara, namun dalam keputusan pengelolaan keuangan kelompok sangat didominasi oleh anggota kelompok laki-laki. Demikian juga untuk pembagian tugas dan menentukan pembiayaan usaha terlihat begitu dominan anggota laki-laki dalam menentukan pembagian tugas kelompok bagi kaum perempuan lebih diarahkan pada kegiatan pencatatan dan pembukuan, terlebih dalam menentukan pembiayaan usaha anggota kelompok perempuan biasanya menerima usul dan saran dari anggota laki-laki, dari pengamatan hal ini terjadi akibat pada kelompok Samaturu yang dominan laki-laki, sebagian besar anggota kelompok wanita adalah keluarga atau istri dari salah satu anggota kelompok laki-laki, akibatnya anggota perempuan sangat mudah dipengaruhi oleh anggota kelompok laki-laki. 3. Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *) Peningkatan pendapatan Kesempatan berusaha Akses pasar Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
3.5
Sumber daya dan keuntungan (manfaat) adalah konsep dasar yang perlu dikaji untuk memahami bagaimana kegiatan Desa Mandiri Pangan dapat mengakses dan diakses oleh perempuan dan laki-laki, dan sejauh mana memberikan manfaat bagi keduanya, jadi manfaat adalah kegunaan sumber daya yang dapat dinikmati secara optimal. Berdasarkan hasil analisis Multi Dimension Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek Manfaat adalah : 1). Peralatan Usaha; 2). Akses Modal dan 3). Peningkatan Pendapatan. Di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa anggota kelompok Perempuan memiliki kesempatan yang sangat minim dalam menentukan Peralatan Usaha, hal ini sangat berpengaruh besar terhadap indikator lainnya dalam aspek Manfaat, seharusnya jika anggota perempuan diberi kebebasan dalam menentukan Peralatan Usaha yang cocok bagi dirinya, maka secara signifikan hal ini diharapkan juga dapat meningkatkan manfaat bagi anggota kelompok Perempuan terutama untuk meningkatkan pendapatan melalui pengembangan usaha dengan menambah modal usaha.
4. Aspek Partisipasi
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok
Attribute
Menjual hasil usaha kelompok Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
3
Berdasarkan hasil analisis Multi Dimension Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek Partisipasi adalah : 1). Menjual Hasil Usaha Kelompok; 2). Menghadiri Pelatihan oleh Pendamping dan 3). Menghadiri Pertemuan Rutin. Gambaran grafik batang di atas, aspek yang sangat dominan terlihat untuk indikator Menjual Hasil Usaha Kelompok, partisipasi anggota kelompok Perempuan sangat minim untuk indikator ini, dan dalam pelatihan yang dilakukan oleh pendamping peran dan partisipasi anggota kelompok perempuan juga sangat dominan termasuk menghadiri pertemuan kelompok. Seperti yang telah dijelaskan bahwa untuk kelompok yang keragaan anggota kelompoknya terdiri dari orang satu rumah, sangat sulit memisahkan antara tugas dan fungsi di kelompok dengan tugas dan fungsi di rumah, sehingga anggota kelompok perempuan lebih banyak hanya menjadi anggota pasif dan menerima keputusan yang ditetapkan oleh anggota kelompok laki-laki.
B.7.3. KESIMPULAN Dari hasil penelaahan terhadap indikator yang dominan dari aspek Akses, aspek Kontrol, aspek Manfaat dan aspek Partisipasi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Akses Anggota kelompok perempuan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan di Desa Patallassang dan Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, sangat minim untuk memperoleh bantuan dari pemerintah baik bantuan modal maupun pelatihan, dampaknya terlihat pada aktifitas usaha anggota kelompok perempuan hanya disekitar lingkungan rumah tangga. 2. Kontrol Anggota kelompok perempuan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan di Desa Patallassang dan Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, sangat minim untuk mengelola keuangan kelompok sesuai fungsi sebagai bendahara, karena pengaruh anggota laki-laki sangat kuat mengatur keuangan kelompok, dampaknya kontrol anggota kelompok perempuan juga dipengaruhi oleh besarnya peran laki-laki dalam menentukan pembagian tugas dalam kelompok dan menentukan besarnya pembiayaan usaha kelompok. 3. Manfaat Anggota kelompok perempuan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan di Desa Patallassang dan Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene
Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, tidak terlihat karena dampak dari aspek Akses dan Kontrol yang sangat dibatasi oleh anggota laki-laki dalam kebebasan dalam memilih aktifitas berakibat pada tidak bermanfaatnya peralatan usaha yang telah di beli oleh kelompok (Juicer) untuk pembuatan Jus Jeruk Kemasan bagi anggota kelompok perempuan menjadi tidak efisien. Demikian juga modal yang diberikan untuk kaum perempuan, perputarannya menjadi tidak maksimal akibat skala usaha yang sangat kecil di lingkungan rumah tangga. 4. Partisipasi Anggota kelompok perempuan dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan di Desa Patallassang dan Desa Padang Lampe, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, sangat minim dalam memutuskan akan menjual hasil usaha kelompok ke pihak lain, karena hal ini sudah ditetapkan dalam pembagian tugas kelompok tentang waktu menjual dan membeli hasil usaha kelompok.
B.8. HASIL ANALISIS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Prosedur analisis Multi Dimension Scalling (MDS) dalam kajian program peningkatan ketahanan pangan masyarakat khususnya pada kegiatan Desa Mandiri Pangan yang berbasis gender dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap data Desa Mandiri Pangan di Desa Tambak Baru Ulu, Kec. Martapura Kota, Kab. Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan petugas aparat Provinsi dan kab/kota, penyuluh sebagai pendamping serta kelompok afinitas pada kegiatan Desa Mapan, dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan. Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, pengumpulan data tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda focus group discussions (FGD). 3. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excel. 4. Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0 Penggunaan MDS dan analisis gender diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai sumber daya Desa Mandiri Pangan yang ada dan permasalahan gender, khususnya di desa Desa Tambak Baru Ulu, Kec. Martapura Kota, Kab. Banjar di daerah pengamatan sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan yang berbasis gender. B.8.1. PROFIL KELOMPOK Pengkajian Pengarusutamaan Gender bidang Ketahanan Pangan yang dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan pada 2 kelompok Afinitas di Kab. Banjar, Kalimantan Selatan. 1.
Keragaan Kelompok Kelompok Afinitas I, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan Kelompok Afinitas I terdapat di Desa Tambak Baru Ulu, Kec. Martapura Kota, Kab. Banjar, Prov. Kalimantan Selatan. Kelompok Afinitas ini memiliki jumlah anggota sebanyak 20 orang. Kelompok ini memiliki anggota campuran antara laki – laki dan perempuan. Permasalahan yang terjadi pada kelompok ini adalah sering terjadinya keterlambatan penyaluran dana dan keterlambatan pengembalian modal.
Kelompok Afinitas II, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan Kelompok Afinitas II terdapat di Desa Tambak Baru Ulu, Kec. Martapura Kota, Kab. Banjar, Prov. Kalimantan Selatan. Kelompok Afinitas ini memiliki jumlah anggota sebanyak 20 orang. Kelompok ini memiliki anggota campuran antara laki – laki dan perempuan. Permasalahan yang terjadi pada kelompok ini adalah karena kebanyak dari anggota kelompok ini usaha pengeringan ikan, maka kalau sudah masuk musim hujan anggota kebinggungan untuk menjalankan usaha mereka. Tabel data anggota kelompok Desa Tambak Baru Ulu Kec. Martapura. Jumlah Kelompok No
Nama Kelompok Laki-Laki
Jumlah Anggota Kelompok Perempuan
1
Afinitas I
17
3
20
2
Afinitas II
16
4
20
Dari data diatas bahwa partisipasi perempuan dalam program Desa Mandiri Pangan di Desa Tambak Baru Ulu, kecamatan Martapura kota, Kabupaten Banjar masih sedikit. Hal ini dilihat dari jumlah anggota kelompok yang masih sedikit partisipasi perempuannya dalam hal kegiatan Desa Mandiri Pangan. 2.
Kegiatan Kelompok Kelompok afinitas yang dikaji pada kesempatan ini memiliki kegiatan antara lain Pengolahan pangan lokal; Ternak Ikan; Pengeringan Ikan; Pengrajin Keranjang; Industri Rumahan; Ternak Ayam.
B.8.2. HASIL PEMBAHASAN Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Kalimantan Selatan untuk kegiatan PUG dilakukan di Kabupaten Banjar. Kegiatan ini melihat 4 aspek untuk mendukung keberlanjutan kegiatan PUG yaitu Aspke Akses, partisipasi, kontrol dan manfaat (APKM) serta dengan menggunakan analisis MDs (Multi Dimensiona Scalling) dengan menggunakan software raffish.
1. Aspek Akses
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD
Attribute
Mendapatkan dana Perguliran Modal… Kesempatan menjadi pengurus… Mendapatkan pinjaman dalam atau… Memperoleh bantuan pemerintah
Menjadi Anggota Kelompok 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek akses adalah (1) Mengolah Administrasi LKD; (2) Menjadi Anggota Kelompok; (3) Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan. Secara Umum kondisi aspek akses telah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa laki-laki dan perempuan telah memilik kesempatan yang sama dalam aspek akses dikelompok. Namun dengan demikian Akses untuk mengelola administrasi LKD masih adanya sensitifitas gender yang cukup tinggi dalam kelompok, secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian laki-laki masih memiliki peran dalam mengolah adminitrasi LKD. Dari model yang digunakan bahwa untuk menjadi anggota kelompok dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan juga masih adanya sensitifitas gender yang cukup tinggi, tetapi tidak terlalu mempengaruh didalami aspek responsif gender.
2. Aspek Partisipatif
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok
Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.2 0.4 0.6 0.8
1
1.2 1.4 1.6 1.8
2
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek partisipasi adalah (1) Membuat rencana usaha; (2) Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok; dan (3) Menghadiri pelatihan oleh pendamping. Partisipasi perempuan dalam membuat rencana usaha, terlihat sangat rendah, mengingat pada indikator membuat rencana usaha baik laki – laki maupun perempuan masih dominan laki – laki sehingga partisipasi dalam membuat rencana usaha sangat sensitif gender. Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok, secara garis besar laki-laki setuju supaya adanya partisipasi perempuan didalam membagi tugas peran dalam usaha kelompok, tetap masih ada sebagian laki-laki yang belum setuju untuk perempuan berpartisipasi pada membagi tugas/peran dalam usaha kelompok.
Seperti hal dalam menghadiri pelatihan oleh pendamping, partisipasi perempuan dalam menghadiri pelatihan sudah responsif gender, karena laki-laki mendukung untuk perempuan mendapatkan pelatihan dari pendamping.
3. Aspek Kontrol
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi Menggelola keuangan Attribute
Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek kontrol adalah (1) Menggelola keuangan; (2) Menerima bantuan Pemerintah; (3) Memilih jenis usaha. Secara umum kondisi aspek kontrol sudah menunjukan kesetaraan gender, tetapi pada aspek mengelola keuangan masih adanya sensitifitas gender di dalam mengelola keuangan. Masih adanya anggota yang belum setuju perempuan untuk mengelola keuangan. Dalam indikator menerima bantuan pemerintah dan memilih tempat usaha secara umum juga sudah responsif gender. Sudah adanya kesamaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam menerima bantuan dan memilih tempat usaha. Pada umumnya aspek kontrol sudah memperhatikan aspek gender, dalam artian bahwa laki-laki dan
perempuan telah mendapatkan hak yang sama dalam aspek kontrol di kelompok.
4. Aspek Manfaat
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *)
Peningkatan pendapatan
Kesempatan berusaha
Akses pasar
Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Berdasarkan hasil analisis Multidimesional Scalling yang diolah dengan menggunakan alat Rapfish 2.0, ditunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi aspek manfaat adalah (1) Peningkatan pendapatan; (2) Kesempatan berusaha; dan (3) Akses pasar. Manfaat dalam peningkatan pendapatan pada umumnya masih sensitif gender tetap anggota kelompok setuju supaya peningkatan pendapatan juga dapat dimanfaatkan oleh semua anggota kelompok. Kesempatan berusaha, secara garis besar laki-laki setuju supaya adanya manfaat untuk perempuan didalam kesempatan berusaha, tetap masih
dominan laki-laki untuk mendapatkan manfaat dalam kesempatan berusaha. Akses pasar yang dikembangkan dalam kelompok secara umum sudah memperhatikan kesetaraan gender, namun demikian peran laki-laki dirasa masih lebih tinggi dari pada perempuan. Karena laki-laki masih memiliki peran yang lebih tinggi dalam proses jual beli produk hasil pengolahan.
B.8.3. KESIMPULAN Kajian Pengarusutamaan Gender lingkup ketahanan pangan yang dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa kesadaran kesetaraan gender dalam kelompok telah terbentuk, namun memang masih diperlukan peningkatan. Aspek akses yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam mengolah administrasi LKD, menjadi anggota kelompok dan akses perempuan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Aspek kontrol yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam menggelola keuangan, kontrol perempuan dalam menerima bantuan pemerintah dan peran perempuan dalam memilih jenis usaha. Aspek partisipasi yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam partisipasi perempuan untuk Membuat rencana usaha, partisipasi perempuan dalam Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok, dan partisipasi perempuan dalam Menghadiri pelatihan oleh pendamping. Aspek manfaat yang masih memerlukan perhatian adalah kesetaraan dalam penerimaan manfaat untuk peningkatan pendapatan, kesempatan perempuan dalam berusaha, dan manfaat untuk akses pasar.
B.9.HASIL ANALISIS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HASIL ANALISIS PUG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
B.9.1. PROFIL KELOMPOK DESA MANDIRI PANGAN 1) Kelompok Wanita Kreatif Kelompok Wanita Kratif merupakan salah satu dari lima kelompok tani di Desa Tempos Kecamatan Gerung. Jumlah anggota kelompok tani Wanita kreatif sebanyak 10 orang yang kesemuanya perempuan. Usaha utama dari kelompok ini adalah memproduksi kue atau jajanan kecil. Sebagaimana organisasi pada umumnya kelompok Wanita Kreatif memiliki kelemngkapan struktur seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Adapun ketua kelompok wanita kreatif bernama Sri Bimawaty. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui responden bahwa kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (95% laki-laki dan 5% perempuan), bangunan (100% laki-laki), alsintan (70% laki-laki dan 30% perempuan), alat transportasi (70% laki-laki dan 30% perempuan), alat telekomunikasi (50% laki-laki dan 50% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (60% laki-laki dan 40% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. 2) Kelompok Bukit Harapan Kelompok Bukit Harapan, berdiri pada tanggal 1 Januari 2007, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 17 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Pengurus kelompok terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Carkam. Kelompok tani ini bertempat di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok barat. Adapun nama ketua kelompok ini Rifa’i. Kegiatan usaha utama dari Kelompok Bukit Harapan adalah Simpan pinjam. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (90% laki-laki dan 10% perempuan), bangunan (100% laki-laki), Ternak (60% laki-laki dan 40% perempuan), alat transportasi (70% laki-laki dan 30% perempuan), alat telekomunikasi (100% laki-laki), dan aset keuangan (tabungan) (30% laki-laki dan 70% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan.
3) Kelompok Tunas Sari Kelompok Bukit Harapan, berdiri pada tanggal 30 Juli 2010, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 15 orang. Sebagimana struktur organisasi pada umumnya pengurus kelompok Tunas Sari terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Ketua kelompok adalah Carkam. Kelompok tani ini bertempat di Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok barat. Adapun nama ketua kelompok ini Desak Ketut Mas Widarti. Adapun kegiatan usaha utama Kelompok Tunas Sari adalah dagang bakulan. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepemilikan sumberdaya/sarana rumah tangga responden, terdiri dari lahan (100% lakilaki), bangunan (100% laki-laki), Ternak (50% laki-laki dan 50% perempuan), alat telekomunikasi (50% laki-laki dan 50% perempuan), dan aset keuangan (tabungan) (50% laki-laki dan 50% perempuan). Untuk pendanaan kelompok bersumber dari Dana APBN melalui program desa mapan. B.9.2. HASIL PEMBAHASAN Nilai Indeks Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk kegiatan PUG dilakukan di Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan ini dengan melihat 4 aspek untuk mendukung keberlanjutan kegiatan PUG, yaitu aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. 1. Aspek Akses Pada Gambar 1 disajikan hasil analisis MDS untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nilai Indeks keberlanjutan aspek akses desa mandiri pangan di Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok barat dan Desa Tempos, Kecamatan gerung, Kab. Lombok Barat. Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang digunakan dalam menganalisa peran antara perempuan dan laki-laki di desa mandiri pangan dapat berkelanjutan dari aspek Akses dapat dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 1. (Leverage of Attributes), yaitu sebagai berikut :
Leverage of Attributes Mengolah Administrasi LKD Mendapatkan dana Perguliran Modal Usaha Kelompok (PMUK)
Attribute
Kesempatan menjadi pengurus kelompok Mendapatkan pinjaman dalam atau luar kelompok Memperoleh bantuan pemerintah
Mendapatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Menjadi Anggota Kelompok 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribut Status scale 0 to 100)
Kesempatan menjadi pengurus kelompok bagi kaum perempuan pada realitasnya didapati peluang yang lebih luas dibandingkan dengan laki-laki (P > L), hal ini bisa dipahami sebagai wujud menguatnya modal sosial berupa kepercayaan yang tinggi terhadap perempuan dikarenakan mempunyai keuletan, komunikasi dan pola koordinasi yang lebih baik. Citra bahwa perempuan memiliki soliditas organisasi yang lebih baik cenderung lebih mudah untuk ditemui ditengah-tengah masyarakat. Adapun atribut lain yang juga cukup memberikan kontribusi yakni mengelola administrasi LKD. Dalam hal ini sebenarnya masih didapati kaitan yang sangat rasional ketika perempuan lebih dipercaya mengurus sebuah kelompok. Mendukung analisa atribut “kepercayaan” tersebut maka sinergis dalam pengelolaanya (administrasi) akan diberikan ruang yang lebih besar kepada kaum perempuan. Jadi atribut “Kesempatan menjadi pengurus kelompok dan Mengelola Administrasi LKD” cukup sensitive memberikan pengaruh terhadap kegiatan kelompok di desa Tempos, Desa Dasan Tapen dan Desa Kuripan pada kegiatan desa mandiri pangan.
2. Aspek Partisipasi Pada Gambar 2 disajikan hasil analisis MDS untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nilai Indeks keberlanjutan aspek partisipasi desa mandiri pangan di Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok barat dan Desa Tempos, Kecamatan gerung, Kab. Lombok Barat.. Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang digunakan dalam menganalisa peran partisipasi antara perempuan dan laki-laki di desa mandiri pangan dapat berkelanjutan dapat dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 2. (Leverage of Attributes), yaitu sebagai berikut :
Leverage of Attributes Menghadiri pelatihan oleh pendamping Menghadiri pertemuan rutin Membagi hasil usaha kelompok Menjual hasil usaha kelompok
Attribute
Pengelolaan usaha kelompok Membeli sarana usaha kelompok Pengelolaan pendapatan kelompok Membagi tugas/peran dalam usaha kelompok Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha kelompok 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Status scale 0 to 100)
Atribut sensitif yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan aspek partisipasi berdasarkan gambar diagram tersebut yakni Menentukan skala Usaha umumnya responden mengatakan bahwa perempuan sangat berpengaruh didalam memberikan masukan dan aktif menyampaikan ide dalam forum-forum kesempatan yang ada. Adapaun atribut lain yang juga cukup menarik untuk diamati yakni :
1. Membagi tugas /peran dalam kelompok, dalam atribut ini perempuan berpengaruh dalam memberikan usulan tentang pembagian tugas didalam aktvitas keorganisasian (P > L). 2. Pengelolaan usaha dan pengelolaan pendapatan kelompok, pada dua atribut ini perempuan juga berpengaruh didalam aktivitas pengelolaan kesehariannya baik itu yang bersifat administratif managemen atau pengelolaan pendapatan. 3. Aspek Kontrol Pada Gambar 3 disajikan kembali hasil analisis MDS untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nilai Indeks keberlanjutan aspek kontrol desa mandiri pangan di Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok barat dan Desa Tempos, Kecamatan gerung, Kab. Lombok Barat.. Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang kiranya dapat melihat penguasaan kontrol yang dimiliki oleh kaum perempuan di desa mandiri pangan yanag kiranya dapat berkelanjutan dapat dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 3. (Leverage of Attributes), yaitu sebagai berikut :
Leverage of Attributes Menjual produk Membeli sarana produksi
Attribute
Menggelola keuangan Pembagian tugas Menentukan pembiayaan usaha Membuat rencana usaha Menentukan skala usaha Memilih tempat usaha Memilih jenis usaha Menerima bantuan Pemerintah 0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Pada Aspek Kontrol diketahui bahwa Atribut menentukan pembiayaan usaha oleh perempuan pada tataran implementasinya memperoleh hak/kesempatan yang lebih besar didalam mengambil keputusan dibandingkan dengan pilihan atribut lain. Atribut lain yang juga cukup menggambarkan adanya kesempatan yang lebih besar didalam mengambil keputusan yakni memilih tempat usaha kemudian berikutnya atribut memilih jenis usaha. Namun disisi lain yang tak kalah menarik untuk dilihat bahwa atribut yang paling minim peluang hak/kesempatannya dapat dilihat pada pembagian tugas, mengelola uang dan menjual produk. Menarik disini untuk dianalisa lebih lanjut ketika mengkaitkan atribut ini (aspek control) dengan atribut lain pada aspek partisipasi. Diketahui didalam grafik aspek partisipasi bahwa atribut membagi tugas dalam kelompok termasuk mendapatkan point cukup tinggi dan pada tataran aspek control atribut pembagian tugas masuk dalam nilai yang rendah. Memahami dua hal yang seperti ini kiranya kita dapat mengambil analisa bahwa pada tataran paertisipasi usulan ide kaum perempuan memiliki tingkat partisipasi aktif namun pada akhirnya untuk wilayah penentuan/eksekusi hak atau kesempatan yang diberikan kepada pihak perempuan masih terlalu sempit. Tentu hal ini harus terus mendapat perhatian agar ketiga atribut ini dapat lebih di “push up” kesempatannya didalam ruang ruang pemberdayaan gender.
4. Aspek Manfaat Mendasarkan pada hasil analisis MDS untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nilai Indeks keberlanjutan aspek Manfaat desa mandiri pangan di Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok barat dan Desa Tempos, Kecamatan gerung, Kab. Lombok Barat.. Untuk melihat lebih jauh pengaruh dari atribut yang kiranya dapat melihat perolehan manfaat yang diterima oleh kaum perempuan pada desa mandiri pangan yanag dapat berkelanjutan dijelaskan dari hasil analisis pada Gambar 4. (Leverage of Attributes), yaitu sebagai berikut :
Leverage of Attributes Peningkatan Kapasitas SDM/Pelatihan
Attribute
Peralatan usaha *)
Peningkatan pendapatan
Kesempatan berusaha
Akses pasar
Akses modal 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Rem Status scale 0 to 100)
Pada varian atribut tersebut diatas diapat diketahui bahwa perempuan sangat merasakan manfaatnya terkait dengan kesempatan berusaha.Hal ini sangat beralasan jika menilik pada orientasi masa lalu yang mana urusan “pekerjaan” lebih didominasi oleh laki-laki. Perempuan sebagai bagian dari sebuab keluarga tidak diposisikan sejajar didalam memperoleh atau mencari pekerjaan untuk membantu pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Seiring dengan terbukanya kesempatan berusaha maka dampak lain yang bisa dirasakan yakni perempuan juga memperoleh manfaat dengan terbukanya peluang akses terhadap modal. Kedepan hal ini harus dipertahankan karena rasa kemanfaatan yang sudah diterima akan menjadikan program Demapan ini semakin efektif dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
B.9.3. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis MDS pada 4(empat) aspek, yaitu aspek akses, aspek partisipasi, aspek kontrol, dan aspek manfaat untuk kegiatan Desa Mandiri Pangan di 4 kelompok tani pada Desa Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Desa Kuripan Selatan, Kecamatan Kuripan,
Kabupaten Lombok barat dan Desa Tempos, Kecamatan gerung, Kab. Lombok Barat diperoleh kesimpulan yaitu: dari hasil penelaahan terhadap atribut pada aspek akses didapati atribut dominan yakni Kesempatan menjadi pengurus kelompok bagi kaum perempuan; pada aspek partisipasi atribut yang dominan yaitu : Menentukan skala Usaha; Untuk aspek control atribut ; menentukan pembiayaan usaha untuk aspek manfaat, untuk aspek manfaat kesempatan berusaha dan pada aspek manfaat yang paling dominan yakni atribut kesempatan berusaha. C. Analisis Kegiatan Desa Mapan Berbasis Gender (Hasil Analisis Nasional)
D. Aspek Monitoring dan Evaluasi Aspek monitoring dan evaluasi dalam rangka aplikasi PUG pada umumnya sudah dilaksanakan di tingkat Provinsi, namun pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota belum dilaksanakan dengan baik dan masih bersifat insidentil apabila dibutuhkan atau permintaan dari instansi yang membutuhkan informasi responsif gender. Permasalahan yang masih dihadapi dalam aplikasi PUG bidang ketahanan pangan kegiatan usaha produktif dalam Desa Mapan, antara lain: a. Masyarakat pedesaan pada dasarnya masih awam dengan istilah gender meskipun pada prakteknya upaya pemberdayaan wanita sudah diupayakan melalui berbagai kegiatan yang ada. b. Para pelaksana masih relatif kurang memahami penatalaksanaan PUG untuk mengupayakan kesetaraan dan keadilan gender dalam implementasi di lapangan. c. Petugas belum semua menyiapkan pembuka wawasan, GAP, GBS dan data terpilah dalam melaksanakan Desa Mapan terutama di tingkat kabupaten/kota.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN/TINDAK LANJUT
1. Kesimpulan Kegiatan pengembangan Desa Mapan pada umumnya sudah memberikan peluang yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam melaksanakan kegiatan produktif untuk peningkatan ketahanan pangan keluarga. Namun kondisi lapangan menunjukkan laki-laki masih mendominasi dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat, sehingga peran perempuan perlu terus ditingkatkan dalam kegiatan pembangunan pertanian khususnya dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
2. Saran Untuk mempercepat pelaksanaan aplikasi PUG dalam pengembangan Desa Mapan, maka petugas lapangan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian perlu diberikan pelatihan-pelatihan praktis tentang aplikasi PUG yang dapat disinerjikan dalam melakukan tugasnya sehari-hari.
Jakarta,
Desember 2013
Badan Ketahanan Pangan