LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep Disusun Oleh : KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00) Asisten : Haryati Br Siboro
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep Disusun Oleh : KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00) 1.
Fahma Sariahta Berutu
125040201111125
2.
Virgus Amin Nugroho
125040201111126
3.
Yanti Fitriah N
125040201111127
4. 5. 6.
Selma Meidina Alif Eka Yunian Fefira Suci Rahayu
125040201111128 125040201111129 125040201111130
7.
Amul Heksa Bajafitri
125040201111131
8.
Kamaluddin
125040201111132
9.
Abdi Jaya Simanjuntak
125040201111134
10.
Fincha Deasy Nabila
125040201111135
11.
Moh.Ardiansyah
125040201111136
12.
Dewi Anggraini
125040201111137
13.
Epifanias
125040201111138
14.
Ayu Reza Fahmilia
125040201111139
15.
Eka Purnamasari
125040201111140
16.
Vivi Sakti Wiyono
125040201111141
17.
Agustina Rizky Cahyani
125040201111142
18.
Wening Tiara Dewi
125040201111143
19.
Widya Intan Noviyanita
125040201111144
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan Negara Agraris yang dipenuhi dengan bermacam sumber daya alam yang melimpah, yang mana para masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di alam dengan mengolahnya dengan berbagai macam kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka. Salah satunya yang dimanfaatkan sebagai lahan untuk meningkatkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan atau yang sering dikenal dengan Suistanable Agriculture. Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan
tumbuh
komoditas
pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura,
perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, tergantung kepada kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Budidaya pertanian di lahan pegunungan dihadapkan pada faktor pembatas biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi serta curah hujan yang relatif tinggi. Kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah pegunungan dapat menimbulkan kerusakan atau ancaman biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan pegunungan, tetapi juga di dataran rendah. Dari berbagai penjelasan di atas, diketahui bahwa tanah sangat berpengaruh terhadap produktifitas tanaman, faktorfaktor yang diperhatikan dalam menunjang produktifitas tanaman yang meliputi kelerengan, landuse, landcover, fisika tanah, biologi tanah, kimia tanah, pedologi, dan lain-lain tersebut menjadi hal yang penting untuk dipelajari.Oleh karena itu, diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor diatas dengan diadakannya Fieldtrip di daerah Desa Kekep.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut : 1) Agar mahasiswa dapat menjadikan kegiatan dan laporan ini sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan budidaya pertanian di lahan pegunungan yang diketahui bahwa kondisi fisik di daerah pegunungan sangat berbeda dengan dataran rendah. 2) Agar mahasiswa memahami tentang sifat-sifat tanah yang ada di daerah pegunungan dengan melakukan pengamatan di daerah Desa Kekep. 3) Agar mahasiswa mampu mendeskripsikan keadaan tanah di daerah pegunungan yang mempunyai kelerengan mayoritas curam serta agar dapat mengatur manajemen tanah untuk meminimalisir terjadinya erosi. 4) Agar mahasiswa memahami tentang fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, serta pedologi yang ada di daerah pegunungan terutama di daerah Desa Kekep. 5) Agar mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengklasifikasikan tanah di daerah pengamatan.
BAB II METODOLOGI 2.1 Tempat dan Waktu 2.1.1 Tempat : Dusun Kekep, Desa Tulungrejo Kec. Bumiaji, Kota Batu 2.1.2 Waktu
: Sabtu, 16 Desember 2012 Pukul 06.00-12.00 WIB
2.2 Alat dan Bahan ( Beserta fungsi ) Alat dan bahan yang digunakan tiap pos sebagai berikut : 1. Pos Kimia Tanah a. Alat
pH indikator
: untuk mengetahui tingkat kemasaman suatu tanah
Botol bekas tempat rol film
: tempat pencampuran sampel tanah dengan aquadest
Kamera
: untuk dokumentasi
Sampel tanah
: sebagai objek pengamatan
Tanaman Jagung
: sebagai objek pengamatan
b. Bahan
defisiensi hara
Tanaman Wortel
: sebagai objek pengamatan defisiensi hara
Tanaman Kacang-kacangan : sebagai objek pengamataan defisiensi hara
2. Pos Fisika Tanah a. Alat
Klinometer
: untuk mengukur sudut kemiringan lereng
Buku catatan
: untuk mencatata hasil pengamatan
Alat tulis
: untuk mencatat hasil pengamatan
Lereng
: sebagai objek pengamatan
Sungai
: sebagai objek pengamatan
Skop
: untuk membuat singkapan tanah
Pisau lapang
: untuk pembeda konsistensi tanah
b. Bahan
3. Pos Pedeologi a. Alat
antar horizon
Meteran
: untuk mengukur tinggi singkapan dan horizon- horizon
Sabuk Profil
: untuk menentukan tinggi horizon dan mengukur kedalaman tanah
Alat tulis
: untuk mencatat hasil pengamatan
Sepetak tanah
: sebagai objek pengamatan
Cetok
: untuk mengali tanah
Alat tulis
: untuk mencatat hasil pengamatan
Frame
: untuk membuat plot
Buku catatan
: untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera
: dokumentasi
b. Bahan 4. Pos Biologi a. Alat
b. Bahan
Lokasi pengamatan
2.3 Langkah-langkah Deskripsi Tanah 1. Pos Kimia Tanah a. Pengamatan Tanaman Kekurangan Unsur Hara Siapkan alat dan bahan
Mencari tanaman di area lahan pengamatan yang mengalami kekurangan hara
Menentukan jenis unsur hara yang kurang dengan cara membandingkan warna daun pada tanaman yang ditemukan dengan gambar dari literatur
Catat hasil pengamatan
a. Mengukur Kadar Kemasaman Tanah Siapkan alat dan bahan
Ambil sampel tanah secukupnya letakkan didalan botol dan campur dengan aquadest
Kocok sebayak 20 kali dan diamkan selama 10 menit
Lalu celupkan kertas lakmus kedalam larutan didalam botol dan identifikasikan dengan tabel kemasaman
Catat hasil pemgamatan
2. Pos Fisika Tanah
Siapkan alat dan bahan
Mengukur sudut lereng objek yang diamati dengan klinometer Gambarlah kelerengan objek lahan yang diamati
Amati erosi yang mungkin bisa terjadi di sekitar lahan
Catat hasil pengamatan 3. Pos Pedologi Tanah
Siapkan alat dan bahan
Buat singkapan tanah menggunakan sekop hingga kedalaman lebih dari 1 cm
Batasi tiap horizon tanah dengan menggunakan pisau, berdasarkan warna tanah Letakkan meteran dan sabuk profil untuk mengukur jarak antar horizon tanah
Menusuk – nusuk singkapan dengan menggunakan pisau untuk mencari horizon tanah berdasarkan konsistensi
Ambil sampel tanah di setiap horizon
Menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi lembabnya menggunakan feeling methode untuk setiap horizon tanah
Menambah air pada contoh tanah masing – masing horizon untuk menentukan konsistensi basahnya
4. Pos Biologi Tanah Siapkan alat dan bahan
Membuat plot 0,5m x 0,5 m dengan frame aluminium yang disediakan
Hitung jumlah jenis spesies hewan dan tumbuhan yang ditemukan di masing – masing plot yang nampak di permukaan tanah
Membuat lubang di maisng - masing plot menggunakan cetok, hingga kedalaman 10cm dan hitung spesies tumbuhan dan hewan yang ditemukan
Gambar sketsa penggunaan lahan yang diamati dengan cara tampak depan
Dokumentasi spesiem tiap plot dan catat hasil pengamatan
2.4 Klasifikasi Tanah Alfisol: Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,kadang-kadangjuga Podzolik Merah Kuning.
Aridisol: Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadangkadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
Entisol: Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
Histosol: Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
Inceptisol: Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
Mollisol: Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah,Chernozem,Brunizem,Rendzina,dll.
Oxisol: Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Spodosol: Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
Ultisol: Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Vertisol: Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengke
BAB III KONDISI UMUM WILAYAH 3.1 Kondisi Biofisik (Land Use, Land Cover dan Tingkat Pengolahan) 3.1.1 Land Use Berdasarkan literatur land use adalah setiap bentuk interfensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
kehidupannya
baik
materil
maupun
spiritual.
(Arsyad,1989:207),selain itu land use juga diartikan sebagai penggolangan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan,pertanian beririgrasi,
padang
rumput,
kehutanan,
dan
daerah
rekreasi.
(Rayes,2007:162) Land use atau penggunaan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur yakni
sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam
polikultur. Polikultur adalah sebuah sistem pertanian atau model pertanian yang ekonomis, ekologis, berbudaya, mampu diadaptasi dan manusiawi. Model pertanian ini disebut juga dengan model pertanian yang berkelanjutan. Model pertanian polikultur merupakan koreksi total terhadap model pertanian monokultur (Sabirin, 2000) . Berdasarkan pengamatan fieldtrip yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa dominasi tanaman pada lokasi fieldtrip adalah tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel. 3.1.2 Land Cover Berdasarkan literatur land cover merupakan penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.(Mallingreu dan Rosalia,1981)
Land Cover atau penutupan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi
tersebut. Hal
itu
membuktikan
bahwa
daerah
tersebut
tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan baik. 3.1.3 Tingkat Pengolahan Tingkat pengolahan di lahan Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur cukup intensif. Dikarenakan di lahan tersebut yang mendominasi adalah tanaman semusim holtikultura sehingga tingkat pengolahanlahannya sering. Pada lahan dengan tanaman semusim masa tanamnya singkat, hanya beberapa bulan saja kemudian ditanami tanaman yang sama kembali. Hal tersebut dilakukan setiap usai panen sebelum masa tanam. 3.2 Kondisi Fisiografis (Lereng dan Relief) Berdasarkan hasil pengamatan kami menggunakan alat klinometer (untuk mengukur ketinggian lereng) diperoleh hasil presentasi kemiringan sebesar 40% dan derajat kemiringannya 22 o.Dari segi derajat kemiringan dapat dikatagorikan lereng disana landai karena derajat kemiringannya karena berdasarkan literatur yang kami baca kemiringan yang ideal 30o -400 .(Arronof,1989) Berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa kemiringan di lokasi tersebut landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat dipakai lahan pertanian karena keadaan lingkuan juga mendukung, namun masih susah dijangkau transportasi.
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN 4.1 Hasil deskripsi lingkungan ( Fisika tanah) Sifat fisik tanah kali ini membahas tentang erosi. Erosi dapat terjadi apabila didukung oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemiringan tanah, tekstur tanah, jenis vegetasi, kandungan air serta angin. Namun penyebab utama terjadinya erosi apabila adanya keaktifan angin dan air. Erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Sedangkan Angin merupakan agen penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda. Dilihat dari bentuk-bentuknya, erosi dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain, erosi percikan, erosi alur, erosi selokan, dan longsor(Anonymousa). Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur serta jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman semusim yaitu berupa tanaman sayur-sayuran,kacang-kacangan, serta jagung. Tanaman tersebut tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim hujan yang dapat menyebabkan hancurnya agregat tanah karena pukulan air hujan dan kikisan air limpasan permukaan.Dan dari pengamatan pada kegiatan fieldtrip yang telah dilakukan, jelas terlihat bahwa telah terjadi erosi alur, erosi percikan serta longsor disekitar lahan pertanian itu, namun tidak terlalu besar dan tidak terlalu berdampak bagi lahan tersebut.Tidak semua lahan sekitar yang berpotensi terjadinya erosi karena masih terlihat ada yang berpotensi sebagai hutan yang dapat menahan terjadinya erosi.
4.2 Hasil pengamatan biodiversitas tanah (biologi tanah) Tabel 1. Pengamatan Vegetasi Jumlah No
Jenis Vegetasi Frame 1
Frame 2
1
Semanggi
Banyak
Sedikit
2
Wortel
Banyak
Sedikit
3
Rumput-rumputan
2
1
4
Krokot
8
3
Tabel 2. Pengamatan Seresah Jumlah No
Jenis Seresah Frame 1
Frame 2
1
Seresah Batang
Banyak
Sedikit
2
Seresah Daun
Banyak
Sedikit
3
Seresah Akar
Banyak
Sedikit
Tabel 3. Makroorganisme Jumlah No
Jenis Makroorganisme Frame 1
Frame 2
1
Cacing
Banyak
Sedikit
2
Semut
Sedikit
Sedikit
3
Ulat
Sedikit
Sedikit
Tabel 4. Pengamatan Kascing Jumlah Kascing No Frame 1 1
Banyak
Frame 2 Sedikit
Banyaknya jenis organisme dalam plot tersebut menunjukkan bahwa biodiversitas pada lahan tersebut sangat baik dan terjaga,dan menunjukkan bahwa adanya sumber makanan bagi organisme.Hal ini menunjukkan tanah tersebut subur.Dan Vegetasi yang ada sangat mempengaruhi cadangan karbon dalam tanah. Bahan Organik adalah sisa makhluk hidup baik tanaman maupun hewan yang tertimbun dalam tanah. Sedangkan,bahan organik tanah adalah bahan organik yang telah mengalami pelapukan oleh mikroorganisme. Dan seresah adalah bagian tanaman yang telah mati dan menutupi tanah. Dampak penggunaan dari lahan yang diamati tersebut adalah jika tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Dan jika lahan tersebut hanya ditanami tanaman budidaya maka kemungkinan erosi dalam lahan tersebut sangat besar.Oleh karena itu diperlukan tanaman-tanaman lain yang dapat menyeimbangkan semua elemen dari ekosistem tersebut. 4.3 Hasil pengamatan tingkat kesuburan tanah (kimia tanah) Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di lokasi fieldtrip dilakukan pengamatan pH dan Unsur hara tanah. Untuk pengukuran pH kami lakukan dengan cara mengambil sampel tanah daerah tersebut dan mencampurkannya dengan aquades, kemudian mengukur pH tanah dengan kertas lakmus. Untuk pengamatan Unsur hara kami lakukan dengan cara mengambil salah satu sampel
tanaman dari setiap jenis yang ada, yakni dengan mengambil tanaman yang menunjukkan gejala dan tanda kekurangan dan kelebihan unsure hara. Dari hasil pengukuran kami, pH tanahnya masih netral yaitu 7,0. Kita tidak perlu menambahkan kapur untuk menetralkan tanah tersebut. Sehingga bisa kami simpulkan bahwa tanah tersebut termasuk subur karena tanaman yang di tanam di lahan tersebut tumbuh dengan normal. Dari aspek unsur hara kami menyajikan hasil pengamatan kami dalam bentuk tabel (Tabel 5). Tabel 5. Hasil pengamatan tanaman yang terkena penyakit. No. Nama tanaman
Gejala yang ditimbulkan
Kelebihan/kekurangan Unsur
1.
Jagung
Menguning pada daun
Kekurangan unsur N
2.
Jagung
Warna hijau tua, layu
Kekurangan unsur P
3.
Jagung
Berwarna putih/albino
Kekurangan unsur
4.
Wortel
Menguning, kerdil
Kekurangan unsur N
5.
Wortel
Daunnya
berwarna
hijau Kekurangan unsur P
keungu-unguan. 6.
Sayur buncis
Menguning
Kekurangan unsur K
7.
Jagung
Hijau tua
Kelebihan unsur K
8.
Wortel
Daun muda menguning
Kelebihan unsur P
9.
Jagung
Hijau tua
Kelebihan unsur N
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis tanaman akan menunjukkan gejala tampak apabila kekurangan dan kelebihan unsur hara, contohnya daun yanga menguning pada jagung karena kekurangan unsur N, daun wortel berwarna hijau keunguan karena kekurangan unsur P, serta sayur buncis yang menguning akibat kekurangan unsur K.
4.4 Hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah atau pedologi Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dusun Kekep, di dapatkan data pedologi sebagai berikut. Tabel 6.Hasil Klasifikasi Profil Tanah Lapisan Horizon 1 Kategori Kedalaman 0 – 21
Horizon 2
Horizon 3
21 – 63
>63
Warna
Coklat gelap
Coklat
Merah bata
Tekstur
Liat berdebu
Liat berdebu
Liat Berdebu
Struktur
Remah
Gumpal
Gumpal membulat
membulat Konsistensi
Basah: Agak Lekat
Basah:
Lembab: Gembur
Lekat
Agak Basah: Lekat Lembab:Gembur
Lembab: Gembur
Ordo
Inseptisol
Inseptisol
Inseptisol
Sub Ordo
Udepts
Udepts
Udepts
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah Penggunaan lahan mempunyai pengaruh besar terhadap sifat fisik tanah. Adanya seresah dan Bahan Organik menunjukkan adanya aktivitas biologi di tanah. Semakin beragam dan rapatnya suatu vegetasi, semakin banyak terdapat organisme baik makro maupun mikro yang ada di permukaan atau dalam tanah.Hal ini dikarenakan semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme, sehingga banyak seresah dan sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi. Aktivitas biologi tanah akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, struktur tanah,dan sebagainya. Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan pertanian atau penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan antara kondisi biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah saling mempengaruhi. Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya pohon yang ditebang sebagai penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan lahan pertanian akan menyebabkan erosi, longsor, dan degredasi tanah. Perkembangan tanah yang ada di Desa Kekep, Kota Batu terjadi perubahan pada fungsi dari penggunaan dan pengolahan lahan. Meskipun tidak terjadi secara serentak, alih guna lahan disana adalah lereng yang dibuat lahan pertanian. Lahan tersebut ditanami jagung dan tanaman holtikultural yaitu wortel, kacang-kacangan dan brokoli. Perubahan fungsi tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Dalam hal ini yang perlu diamati dalam pengaruh perubahan sifat fisik tersebut adalah perubahan mendasar dari struktur, tekstur, porositas, dan konsistensi tanah. Dari segi tekstur misalnya, perubahan yang terlihat adalah perubahan dari tekstur yang cenderung lempung liat berpasir menjadi liat berpasir. Hal ini disebabkan karena bahan organik alami yang ada dalam tanah tersebut lama kelamaan akan menghilang karena diserap oleh tanaman-tanaman semusim
maupun sayuran. Hal tersebut juga akan berpengaruh nantinya pada struktur. Ini didasarkan pada fungsi bahan organik itu sendiri sebagai pengikat partikel-partikel tanah. Pada penggunaan lahan tersebut partikel, porositas maupun konsistensinya juga tidak stabil. Porositas dan konsistensi tanah yang terjaga ketika keadaan tanah yang masih hutan alami berangsur-angsur berkurang kestabilan partikel, porositas atau konsistensinya. Semua itu bisa disebabkan oleh tidak adanya akar penopang pada pohon besar dan bahan organik tanah yang sedikit demi sedikit menghilang tanpa adanya pengembalian bahan organik dalam tanah. Jika hal tersebut dibiarkan, pengikisan tanah tidak bisa dihindari dan dapat menimbulkan tanah longsor. Berdasarkan literatur, perubahan penggunaan lahan selain menambah proporsi luas lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan atau vegetasi pada lahan terbuka yaitu dari lahan sawah/tegalan menjadi rumput/ pekarangan. Perubahan tutupan lahan ini mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996). Hasil penelitian Widianto et al. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori. Alih guna lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah (Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut, Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di dalam tanah. 5.2 Hubungan kondisi biofisik dan fisiografis terhadap tingkat biodiversitas tanah Kondisi biofisik dalam anonymousb (2005) dikemukakan bahwa biofisika adalah studi interdisipliner tentang fenomena dan problem-problem biologis dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
fisika. Biofisika
bergantung pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi difokuskan
pada problem-problem biologis.Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan mengenai biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan aktivitas di alam terbuka, maka biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang fenomena biologis pada seorang pekerja yang berinteraksi dengan lingkungan fisik setempat ketika sedang melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan prinsip, konsep, dan metode fisika. Dalam hal ini Campbell (1977) menyebut kajian fisika dalam konteks ini sebagai biofisika lingkungan. Kondisi fisiografis adalah ilmu yg mempelajari tentang proses atau patern bentukan keadaan alam sekitar mulai dari keadaan tanah, atmosfer biosfer akibat kegiatan kegiatan di atas bumi yg menyebabkan perubahan lingkungan sekitar, baik itu karena alami maupun kegiatan manusia yg berkontribusi dalam perubahan lingkungan Pengertian Biodiversitas bahwa biodiversitas memiliki fungsi secara biofisik dan secara ekologi adalah yang dapat memberikan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia. Diketahui bahwa biodiversitas dalam ekosistem lahan pertanian memberikan peran yang sangat penting dalam prosesproses ekologi seperti pengendalian hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah, penyedia sumber daya air serta meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah, (Alvarez et al : 2005). Dan beberapa referensi lainya yang menyebutkan pengertian daribiodiversitas sebagai berikut:Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas).Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan ekosistem. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas
komposisional, struktural dan fungsi. Biodiversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Berdasarkan
hasil
pengamatan
kondisi
biofisik
pada
Dusun
Kekep,Malang,Jawa Timur adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayursayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik
dalam
jumlah
yang
banyak
yang
sangat
dibutuhkan
oleh
tumbuhan.Kondisi fisiografis pada Dusun Kekep mempunyai presentasi kemiring 40% dan derajat kemiringan 22 0. Sehingga dapat dikatagorikan lereng disana landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian . Dengan kondisi biofisik dan kondisi fisiografis yang seperti itu maka diversitas pada daerah itu tinggi. semakin tingginya biodiversitas pada daerah tersebut maka tanaman akan semakin tumbuh dengan subur.Sedangkan kualitas tanahnya juga baik. 5.3 Hubungan pengolahan dan penggunaan lahan terhadap terhadap tingkat kesuburan tanah Pengaruh penggunaan dan pengelolaan lahan dalam pengamatan yang kelompok kami lakukan dapat dikatakan berpengaruh besar. Hal ini selain berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan biodiversitas tanah itu sendiri, juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Pada fieldtrip yang di lakukan di desa Kekep, kota Batu lahan pertanian ditanami dengan tanaman semusim. Tanaman semusim yang banyak ditanam adalah jagung dan tanaman sayur-sayuran yang meliputi wortel dan brokoli.
Berdasarkan literatarur (Suprapto HS,1991) Tanah yang dikehendaki adalah gembur kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat
ditanami
jagung
dengan
pengerjaan
tanah lebih
sering
selama
pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. sedangkan untuk pengolahannya sendiri
yaitu seperti berikut melakukan
pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, membenamkan gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah kering angin selama 7-14 hari. dan melakukan pengolahan tanah paling sedikit 1 minggu sebelum tanam. Sedangkan untuk tanaman wortel menurut literature (Ir. Bambang cahyono) untuk pengolahan tanahnya ada tiga tahap yaitu untuk tahap pertama adalah pembajakan tanah dengan menggunakan teraktor singkal atau alat bajak yang ditarik hewan, sedalam 30cm-50cm. Pengolahan tahap kedua adalah penggemburan gumpalan-gumpalan tanah
hasil pembajakan, dengan cara
menyangkul tanah tipis-tipis samapai diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Pengolahan tahap ketiga adalah penggemburan tanah kembali, dengan cara mencangkul tanah tipis-tipis sedalam 30cm-40cm, serta membentuk bedengan-bedengan dan parit Sedangkan untuk tanaman brokoli berdasarkan literatur (annehera,2012) untuk pengolahan tanahnya yaitu tanah diolah dan diberi pupuk organik dan buatlah bedeng-bedeng untuk mengatasi masalah air yang berlebih saat hujan. Berdasarsakan literatur di atas bahwa untuk tanaman semusim itu tanah yang cocok adalah tanah yang gembur. Hal itu sesuai dengan tanah pertanian yang ada pada di desa kekep yaitu tanahnya gembur, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. namun ada beberapa tanaman yang kekuningan karena kekurangan unsur hara nitrogen. Namun untuk pengolahan lahan yang dilakukan petani di sana kami kurang mengetahuinya. Sedangkan berdasarkan literatur(Anonymousc) tanah yang subur memiliki ciri berikut Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan
terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll). Mengandung sejumlah besar biotabiota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora, makrofauna, dll).Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase). Bertekstur lempung, mempunyai porositas dan daya mengisap air yang baik.Mempunyai tingkat pH yang netral..Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya. Hal itu sesuai dengan keadaan tanah disana, namun tanah tersebut sudah mengalami penurunan kesuburan. Hal ini terbukti dari penyerapan unsur hara oleh tanaman karena ada tanaman yang kelebihan dan kekurangan unsur hara. Dan terjadinya erosi tanah, yaitu erosi percikan, alur dan longsor. Hal itu terjadi karena sistem pertaniaannya tidak menggunakan sistem agroforesty. 5.4 Analisa data hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah Pada lahan di Desa Kekep memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineralmineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material vulkanik. Melalui pengamatan yang telah dilakukan, tanah pada pos pedologi di daerah ini menampung cukup air untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, daerah dataran tinggi yang mempunyai curah hujan yang cukup ini mempunyai kemampuan untuk menyimpan air yang cukup baik. Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
Dengan hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa tanah yang didapatkan di lapang pada horizon 1 memiliki kedalaman tanah antara 0 – 21 cm dan memiliki warna coklat gelap, bertekstur liat berdebu, struktur tanah remah, konsistensi basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts Pada horizon 2 kedalaman tanah antara 21 – 63 cm dan memiliki warnah tanah coklat, bertekstur liat berdebu, srtuktur tanah gumpal membulat, konsistensi basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki odo inseptisol dan sub ordo udepts Dan dihorizon 3 kedalaman tanah memiliki kedalaman > 63cm dan warna tanah merah bata. Bertekstur liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat, konsistensi basah yaitu agak lekat, konsistensi lembab yaitu gembur dengan memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts 5.5 Pengaruh sifat fisik kimia dan bio serta morfologi tanah terhadap bahaya erosi dan longsor Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Desa Kekep, sifat fisik, kimia, biologi serta morfologinya tanahnya, lokasi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Erosi yang banyak terjadi disana ialah erosi percikan, yaitu erosi yang berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan. Selain erosi percikan, yang sering terjadi ialah erosi alur yaitu erosi dengan pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluransaluran air. Erosi alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen. Sifat fisik yang terdapat di lokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat berpasir, bertekstur granular, dengan konsistensi yang gembur dan agak lekat.
Seperti yang terdapat dalam literatur dari (Sutanto, 2005) yang menyatakan bahwa tanah yang berkonsistensi agak lekat ialah tanah yang mempunyai tekanan yang setelah dilepaskan sebagian tanah masih melekat pada ibu jari dan telunjuk, tetapi salah satu jari tampak lebih bersih. Dengan keadaan tanah seperti itu, dapat memungkinkan terjadinya erosi. Sifat kima tanah pada lokasi tersebut terdapat banyak unsur hara dalam jumlah yang cukup banyak karena jumlah vegetasi yang banyak juga. Semakin banyak vegetasi juga akan semakin banyak unsur hara. Jadi keduanya saling berhubungan. Jika unsur hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur serta porositas yang juga akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sedangkan pH tanah yang telah dimati di lokasi tersebut ialah netral. Pengaruh sifat biologi maksudnya adalah pengaruh ketersediaan biota terhadap terjadinya erosi/longsor. Biota yang dimaksud disini dapat berupa mikroorganisme dan makroorganisme. Makroorganisme contohnya adalah vegetasi pohon-pohonan, dimana adanya pohon yang hidup dipermukaan tanah dengan sistem perakaran yang menancap ke dalam tanah dapat membantu mengikat/mempertahankan partikel tanah sehingga walaupun sering terjadi hujan partikel tanah tidak akan mudah terbawa air. Pada lokasi tersebut jenis vegetasi sangat beragam, baik pohon besar maupun tanaman budidaya. Sehingga erosi yang terjadi termasuk erosi ringan. Seperti pada literatur dari (Cahyono,2008) yang menyatakan bahwa sifat biologi tanah dapat membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan patogen, menyuburkan tanah dan dapat membantu aerasi tanah (peredaran udara dalam tanah).
BAB VI KESIMPULAN Tanah didpermukaan bumi diklasifikasikan menjadi Alfisol, Ardisol, Andisol, Histosol, Inseptisol, Spodosol, Ultisol, Oxisol, dan Vertisol. Tekstur tanah di desa Kekep merupakan tekstur tanah yang gembur sehingga sesuai untuk penanaman jagung, wortel, buncis. Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22 o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur. Jenis tanaman yang ditanam juga tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim hujan. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun Kekep, Malang adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buahbuahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Luthfi, Rayes.2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Andi. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press. Arronof, S. 1989.Geographic Information System : A Management Perspective. WDL Publication Ottawa, Canada. Campbell, G. S. 1977. An Introduction to Environmental Biophysics. New York: Springers- Verlag. Cahyono, Bambang.2008.Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.Yogyakarta:Kanisius. Sutanto, Rachman.2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta:Kanisius. Ir.Bambang
cahyono.
Wortel,teknik
dan
budidaya
dan
analisis
usaha
tani.kansinius.yogyakarta.2002 Anneahira.2012.http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 Anonymousa.2012.http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanahuntuk- tanaman-jagung.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 Anonymousb.2005. Biophysics. Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation. Anonymousc.2012.http://pertaniansehat.com/read/2012/07/31/kesuburan-dankesehatan-tanah-2.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012