LAPORAN AKHIR TIM PENGKAJIAN HUKUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipanjatkan pada Allah SWT, bahwa berkat dan rahmat-Nya, maka Tim Pengkajian Hukum Tentang “Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan”, pada tahun 2011 dapat menyelesaikan laporan sesuai jadwal yang ditetapkan. Berbagai masalah muncul terkait dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tenaga kesehatan, mengingat sangat luasnya profesi tenaga kesehatan, maka dalam pengkajian hukum ini dibatasi hanya pada tenaga medis, yaitu dokter dan dokter gigi, tenaga keperawatan yaitu perawat dan bidan, serta tenaga farmasi. Perkembangan
teknologi
modern
dan
canggih
di
bidang
kedokteran, tidak serta merta dapat mencakup pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan sangat luasnya Ketua Tim :
jangkauan pelayanan kesehatan, ditengah belasan ribu pulau, transportasi
Dr. Marius Widjajarta
yang terkendala, penyebaran tenaga kesehatan yang masih sulit diatasi, serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang tidak merata, dan dana yang terbatas menyebabkan profesi tenaga kesehatan tidak secara optimal melayani masyarakat secara meluas. Namun yang pasti, profesi tenaga kesehatan tetap melakukan aktivitasnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, standard profesi dan kode etik masing-masing profesi sehingga pelaksanaan hak dan kewajiban dapat dilakukan secara proporsional, rasional, dan seimbang demi kepentingan profesi untuk menyelamatkan dan menolong warga
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I. TAHUN 2011
masyarakat yang membutuhkannya. Kami menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, dan perlu mendapatkan koreksi, baik yang bersifat redaksional maupun substansi. Namun terlepas dari kekurangan dan keterbatasan itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Pembinaan Hukum
Daftar Isi
Nasional yang telah menugaskan kepada kami untuk mengkaji masalah ini.
Kata Pengantar
Semoga hasil pengkajian ini bisa memperkaya khasanah pemikiran tentang
Daftar Isi
hak dan kewajiban tenaga kesehatan yang didalami dari berbagai disiplin
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………….. 1 A.
Latar Belakang ……………………………. 1
B.
Permasalahan ……………………………… 3
C.
Ruang lingkup Pengkajian ………………… 3
Jakarta, Oktober 2011
D.
Metode Pengkajian ………………………... 3
Ketua Tim,
E.
Personalia Pengkajian …………………….. 3
F.
Jadwal Pengkajian ………………………… 4
ilmu.
BAB II TINJAUAN UMUM TENAGA KESEHATAN …………….. 5
Dr. Marius Widjajarta
A.
Tenaga Medis ……………………………… 5
B.
Tenaga Keperawatan ……………………… 12
C.
Tenaga Kebidanan ………………………… 22
D.
Tenaga farmasi ……………………………. 36
BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN …………...................... 45 A.
Aspek Profesi ……………………………… 45
B.
Aspek Hukum
C.
Aspek Fasilitasi …………………………….. 63
…………………………… 54
BAB IV KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI …….. 65 A.
Tenaga Medis ……………………………… 65
B.
Tenaga Keperawatan dan Kebidanan ……. 68
C.
Tenaga Farmasi ……………………………. 70
BAB V PENUTUP ……………………………………………............. 72
Daftar Pustaka
A.
Kesimpulan ……………………………….. 72
B.
Saran
……………………………………. 73
BAB I
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. Dan walaupun Undang-undang
PENDAHULUAN
Nomor 23 Tahun 1992 te;ah diubah/direvisi menjado Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, namun Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1996 tetap dinyatakan
A.
Latar Belakang
berlaku.
Pelayanan
kesehatan
ditengah
dinamika
moderenisasi kehidupan masyarakat di Indonesia yang didalamnya
semakin
meningkatnya
kesadaran
Tenaga kesehatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 PP Nomor 32 Tahun 1996 adalah :
hukum
masyrakat, menjadikan profesi tenaga kesehatan harus
(1)
mempersiapkan diri secara maksimaldan proporsional. Sebagai perwujudan derajat tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan terdiri dari : a.
tenaga medis;
b.
tenaga keperawatan;
c.
tenaga kefarmasian;
d.
tenaga kesehatan masyarakat;
e.
tenaga gizi;
f.
tenaga keterampilan fisik;
g.
tenaga keteknisian medis;
secara optimal agar serasi dan selaras denga tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban pada pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan kepentingan pihak-pihak. Tenaga kesehatan merupakan unsur yang sangat strategis ataupun utama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, aman, tertib dan profesional, yang berlangsung setiap waktu dan berkesinambungan. Sesuai
dengan
pengamalan
Negara
hukum,
berlandaskan Pancasila yang terletak dalam UUD 1945,
(2)
Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi;
(3)
Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan
(4)
Tenaga
tentang pengaturan dibidang kesehatan telah diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Dan
khusus
tentang
tenaga
kesehatan
kefarmasian
meliputi
farmasi, dan asisten apoteker
apoteker,
analis
(5)
Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog
kesehatan,
penyuluh
kesehatan, kesehatan,
Dalam menjalankan profesinya, sudah barang tentu
mikrobiolog
kesehatan harus mengacu pada peraturan perundang-
administrator
undangan yang berlaku. Disamping itu, setiap profesi tenaga kesehatan juga dilengkapi
kesehatan dan sanitarian.
suatu kode etik profesi, yang
harus dimengerti, difahami dan dilaksanakan di setiap (6)
Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien
(7)
Tenaga
ketrapian
fisik
meliputi
waktu. Dan sangat melekat dengan profesinya, adalah hak dan kewajiban tenaga kesehatan.
Fisioterafis,
okupasiterapis, dan terapis wicara (8)
Berkenaan
dengan
era
globalisasi,
dan
juga
meliputi radiografer,
mengingat para tenaga kesehatan utamanya para perawat
radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis
juga melakukan profesinya bersama-sama dengan tenaga
kesehatam, refiaksionis optisien, otorik prostetik,
kerja Indonesia di luar negeri, hak dan kewajiban tenaga
teknisi transfusi, dan perekam medis.
perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri, perlu
Tenaga keteknisan medis
disiapkan secara maksimal dan profesionalismenya.
Dari
berbagai
tenaga
kesehatan
yang
ada,
setidaknya tenaga medis dan tenaga keperawatan dapat
B.
Permasalahan
pelayanan
Menyadari bahwa kepentingan masyarakat dan
kesehatan. Dari daerah terpencil ke tingkat kota besar
kepentingan tenaga kesehatan harus selaras, seimbang,
tenaga medis dan tenaga keperawatan selalu hadir di
dan profesional, serta berkenaan sarana dan prasarana
tengah-tengah
yang
pelayanan kesehatan yang tidak merata, serta ketersediaan
membutuhkannya. Dominasi tenaga medis dan tenaga
tenaga kesehatan yang tidak dapat menjangkau seluruh
keperawatan di Indonesia juga mengingat sangat luasnya
pelosok tanah air, maka permasalahan dalam pengkajian
wilayah Republik Indonesia dan dengan situasi dan kondisi
hukum ini tertuju pada:
dikatakan
sebagi
ujung
tombak
kebutuhan
didalam
masyarakat
yang berbeda-beda, baik daerah terpencil hingga seperti kota metropolitan di Jakarta.
Apakah hak dan kewajiban tenaga kesehatan yang bersifat mandiri dalam menjalankan profesinya dapat diawasi dan dbina oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
melibakan
organisasi
profesi,
dan
lembaga
swadaya
Adapun Susunan keanggotaan dalam Tim Pengkajian ini,
masyarakat.
yaitu: Ketua
C.
Ruang Lingkup Pengkajian
:
Dr. Marius Widjajarta (YPKKI)
Sekretaris: Suharyo, SH, MH.
Berkenaan sangat luasnya profesi tenaga kesehatan Anggota
dan sesuai dengan kapasitas Tim, sengaja dibatasi ruang
:
lingkup pengkajian ini hanya menyangkut tenaga medis dan
1.Prof. Dr. Jeane Neltje Saly, SH., MH. 2.Marulak Pardede, SH., MH., APU.
tenaga keperawatan, dan tenaga farmasi.
3.Drg. Tatik Suhariyono 4.Hj. Hajerati, SH., MH. 5.Riati Anggraeini, SH., MARS. M.Hum.
D.
Metode Pengkajian Metode
Pengkajian
6.DR. dr. Roza Indriani, MM. ini
dilakukan
berdasarkan
Sekretariat: 1. Iis Trisnawati, A.Md
pendalaman terhadap permasalahan, yang dilakukan oleh 2. Ujang Harsono
semua anggota Tim yang mempertimbangkan berbagai disiplin ilmu. Para anggota Tim diharapkan membuat
Narasumber:
1.Prof. Dr. Veronica Komalawati (UNPAD)
makalah (catatan) yang dilengkapi dengan daftar pustaka)
F. E.
Jadual Pengkajian
Personalia Pengkajian Untuk
mengoptimalkan
Pelaksanaan tim pengkajian hukum tentang Hak hasil
kerja
Tim,
dan
dan
Kewajiban
Tenaga
Kesehatan
ini
berdasarkan
menyadari kompleksitas profesi hak dan kewajiaban tenaga
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
kesehatan, keanggotaan Tim mengikutsertakan para pihak
Indonesia Nomor: PHN-25.LT.02.01 Tahun 2011 tanggal 01
yang berkompeten, ditambah dari unsur BPHN Kementerian
April 2011, dengan jangka waktu selama 6 (enam) bulan,
Hukum dan HAM RI. Disamping itu juga ada Narasumber.
terhitung mulai bulan April 2011 sampai dengan 31 September 2011.
BAB II
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh pakar-pakar dari negara
TINJAUAN UMUM TENAGA KESEHATAN
maju. Dengan alasan akan memberikan bantuan tertentu untuk penanggulangan dan pemberantasan penyakit yang baru muncul di suatu negara, termasuk di Indonesia, mereka dapat memanfaatkan kelengahan dan ketidaktahuan dari tenaga kesehatan dan tenaga kefarmasian di Indonesia, untuk apa hal tersebut diminta.
Ditengah kemajuan teknologi modern dan canggih di bidang kedokteran, yang diantaranya dengan mudah dan cepat dilakukan
Sebagai tinjauan umum, diutarakan :
pemeriksaan kesehatan dan segera diketahui hasilnya, yang kemudian dilanjutkan dengan tindakan lanjutan, faktor utama dibidang pelayanan kesehatan adalah Sumber Daya Manusia
A.
Tenaga Medis 1) Secara eksplisit tenaga medis dan ketentuan profesinya
(SDM), yaitu tenaga kesehatan.
diatur dalam : Eksistensi tenaga kesehatan, yang dalam pengkajian ini
a.
dibatasi pada tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga kefarmasian,
dalam
menjalankan
profesinya
sudah
dibekali
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
b.
profesionalisme yang tinggi. Hal mana berkenaan degan resiko yang
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Dalam pasal 1 angka 2 “dokter
harus dihadapi dalam menjalankan profesinya, menyelamatkan
dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter
nyawa manusia.
gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam penyiapan
kedokteran atau kedokteran gigi didalam maupun diluar
profesionalisme tenaga kesehatan, sejak awal pendidikan tenaga
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia
kesehatan sudah dimulai melalui persyaratan yang ketat, baik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
menyangkut fisik, psikis dan akademis. Disamping juga persyaratan
c.
Undang-undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan jo Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
etika moral yang tentu menjadi persyaratan utama. d.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Dalam perjalanan kemudian, sesuai perkembangan di dunia
Sakit. Tenaga Medis merupakan bagian dari tenaga
kedokteran dan kefarmasian, ditengah era globalisasi bermunculan
tetap Sumber Daya Rumah Sakit, dan dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (2) beserta penjelasannya, dapat
setelah memperoleh informasi yang lengkap, valid, akurat
disimpulkan bahwa yang dimaksud tenaga medis
yang diperoleh dari keterangan dokter tentang keadaan
adalah dokter.
penyakitnya serta tindakan medis yang akan diperoleh.
e.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
f.
Peraturan Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
1419/Menkes/Per/X/2005
tentang
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan
Permenkes Nomor
290/ MENKES/ PER/III/ 2008
Peraturan
Menteri
k.
dengan
keadaan
pemeriksaan pendukungnya, dapat bahkan berhak untuk
Kesehatan
Republik
mendapatka second opinion, pasien dan atau keluarga/wali
Indonesia
meminta
peeriksaan
dokter
lainnya
di
tempat
pelayanan kesehatan yang berbeda.
Nomor 749a/Men.Kes/Per/XII/1989 tentang Rekam
j.
yakin/ragu
senyatanya tentang penyakit, hasil laboratorium, hasil
dapat
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran; i.
kurang
melakukan pemeriksaan pada dokter yang lain, untuk
Tindakan Medik; h.
yakin dengan informed concent dari dokter, termasuk kemungkinan
penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi; g.
Dalam hal pasien atau keluarga/ wali merasa kurang
Indonesia
Peluang tenaga medis dalam hal ini dokter untuk
Medik/ Medical Record;
memberikan kebebasan pilihan bagi pasien, merupakan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1951 tentang
bagian dari keterbukaan informasi dari dokter kepada
Kesehatan Kerja;
pasien. Hal ini justru untuk menjaga keselamatan dan
Surat
Keputusan
Dirjen
Yan
Dik
Nomor
HK.00.06.6.5.1866 Tahun 1999 tentang Pedoman
kebaikan pasien, dan juga menjaga kenyamanan profesi dokter.
Persetujuan Tindakan Medik ditetapkan tanggal 21 Adapun
April 1999 (selanjutnya disebut Pedoman Pertindik).
informasi
yang
perlu
diberikan
dan
dijelaskan dengan kata-kata sederhana yang dimengerti oleh pasien atau keluarganya menurut J. Guwandi meliputi: Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari profesi
1.
Risiko yang melekat (inherent) pada tindakan
dokter, persetujuan tindakan medik melalui informed concent
tersebut;
adalah suatu kesepakatan dan kesetujuan dari pasien yang
2.
Kemungkinan timbulnya efek sampingan;
secara bebas, sadar dan terbuka, rasional dan proporsional
3.
Alternatif lain (jika) ada selain tindakan yang
diusulkan; dan
jika dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat
4.
merugikan kesehatan pasien, atau pasien menolak
Kemungkinan yang terjadi jika tindakan itu tidak
dilakukan.
untuk diberikan informasi. Dalam hal ini informasi
Permenkes tentang Pertindik Pasal 1 huruf a menyatakan bahwa persetujuan tindakan medis/ informed
dapat diberikan kepada keluarga terdekat. 4.
concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
keberhasilan tindakan medis yang akan dilakukan. 5.
medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut, sedangkan tindakan medis menurut Pasal 1 Huruf b adalah
6.
7.
mengandung
risiko.
Pertindik
harus
penjelasan
tentang
risiko
dan
Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan
masing. 8.
ditandatangani oleh penderita atau keluarga terdekatnya dan disaksikan minimum satu orang saksi dari pihak pasien.
dan
medis lain yang tersedia serta risikonya masing-
menerima informasi tentang tindakan medis yang diperlukan, ternyata
Informasi
komplikasi yang mungkin terjadi.
Sebelum memberikan pertindik pasien seharusnya
namun
Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan.
suatu tindakan yang dilakukan tehadap pasien berupa diagnostik atau terapeutik.
Informasi dan penjelasan tenang tujuan dan prospek
Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan.
9.
Untuk tindakan bedah atau tindakan invasif lain,
Informasi dan penjelasan yang perlu diberikan dalam
informasi
Pertindik meliputi hal-hal berikut:
melakukan
harus
diberikan
operasi,
sepengetahuan
atau
atau
oleh
dokter
dokter
lain
petunjuk
yuang dengan
dokter
yang
bertanggung jawab. 1.
2.
Informasi harus diberikan baik diminta maupun tidak.
10.
Untuk tindakan yang bukan bedah atau tindakan
Informasi tidak diberikan dengan mempergunakan
yang tidak invasif lainnya, informasi dapat diberikan
istilah kedokteran yang tidak dimengerti oleh orang
oleh
awam.
sepengetahuan
Informasi
diberikan
sesuai
dengan
tingkat
dokter
lain
atau
atau
perawat
petunjuk
dengan
dokter
dan
bertanggung jawab.
pendidikan, kondisi, dan situasi pasien. 3.
Informasi diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali
Kewajiban
untuk
memberikan
informasi
dan
penjelasan berada di tayangan dokter yang akan melakukan
tindakan medis tertentu yang terbaik menurut dokter
tindakan medis. Dokterlah yang paling bertanggung jawab
(persetujuannya disebut presumed consent, dalam
untuk
yang
arti bila pasien dalam keadaan sadar, maka pasien
diperlukan. Apabila dokter yang akan melakukan tindakan
dianggap akan menyetujui tindakan yang dilakukan
medis
dokter).
memberikan
berhalangan
informasi
untuk
dan
penjelasan
memberikan
informasi
dan
penjelasan maka dapat diwakilkan pada dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
2)
Tujuan Persetujuan Tindakan Medik
Pasal 2 ayat (1) Permenkes tentang Pertindik
Maksud
dan
tujuan
tindakan
menentukan bahwa semua tindakan medis yang akan
medik,
dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Republik Indonesia Nomor : O.585/Men.Kes/Per/IX/1989
Bentuk persetujuan itu sendiri dapat diberikan secara tertulis
tentang Persetujuan Tindakan Medik :
maupun lisan. Dalam praktiknya, pertindik dapat diberikan
1. Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
oleh pasien dengan cara-cara berikut: 1.
Dinyatakan (expressed) secara lisan atau tetulis. Dalam hal ini bila yang dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan biasa yang mengandung
2.
berdasarkan
persetujuan
Peraturan Menteri Kesehatan
pasien harus mendapat persetujuan (Pasal 2 ayat (1)). 2. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan (Pasal 2 ayat (2)). 3. Persetujuan
diberikan
setelah
pasien
mendapat
risiko, misalnya pembedahan.
informasi yang akurat tentang perlunya tindakan medik
Dianggap diberikan (implied or tacit consent), yaitu
yang
dalam keadaan biasa atau dalam keadaan darurat.
ditimbulkannya (Pasal 2 ayat (3)).
bersangkutan
serta
risiko
yang
dapat
Persetujuan diberikan pasien secara tersurat tanpa
4. Bagi tindakan medik yang mengandung risiko tinggi
pernyataan tegas yang disimpulkan dokter dari sikap
harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
dan tindakan pasien. Misalnya tindakan medis
oleh yang hendak memberikan persetujuan (Pasal 3
berupa pemberian suntikan, penjahitan luka, dan
ayat (1)).
sebagainya. Apabila pasien dalam keadaan gawat
5. Persetujuan lisan berlaku bagi tindakan medik yang
darurat tidak sadarkan diri dan keluarganya tidak
tidak termasuk dalam tindakan medik yang mengandung
ada di tempat, sedangkan dokter memerlukan
risiko tinggi (Pasal 3 ayat (2)).
tindakan segera, maka dokter dapat melakukan
6. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan oleh
dokter, dengan informasi yang selengkap-lengkapnya,
4. Asas Itikad Baik
keculai bila dokter menilai bahwa informasi yang
Agak sedikit berbeda dengan Komalawati, Fuady
diberikan dapat merugikan kepentingan kesehatan
(2005:6) menyebutkan pendapat tentang beberapa asas
pasien atau pasien menolak diberikan informasi (Pasal 4
etika modern dari praktik kedokteran yang disebutkannya
ayat (1) dan (2)).
sebagai berikut :
7. Dalam hal informasi tidak bisa diberikan kepada pasien maka
dengan
memberikan terdekat
persetujuan
informasi
dengan
1.
Asas Otonom
dapat
2.
Asas Murah Hati
kepada
keluarga
3.
Asas Tidak Menyakiti
seorang
perawat/
4.
Asas Keadilan
5.
Asas Kesetiaan
6.
Asas Kejujuran
pasien
tersebut
didampingi
2
dokter
paramedis sebagai saksi (Pasal 4 ayat (3)).
Hal ini masih sejalan dengan Permenkes Nomor 290/ MENKES/ PER/III/ 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
tentang Praktek Kedokteran dengan berlakunya Undang-
Asas – Asas Dalam Pelayanan Medik
3)
Oleh
Berdasar Undang Undang Nomor 29 tahun 2004
karena
transaksi
terapeutik
undang Praktik Kedokteran yang juga mencantumkan asasmerupakan
asas penyelenggaraan Praktik Kedokteran di dalam Bab II
hubungan hukum antara dokter dan pasien, maka dalam
Pasal 2, maka asas-asas tentang praktik kedokteran sudah
transaki terapeutik pun berlaku beberapa asas hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat. Namun asas-asas yang
mendasari, yang menurut Komalawati disimpulkan sebagai
tercantum di dalam Undang-undang Praktik Kedokteran
1
agak sedikit berbeda dengan beberapa asas yang telah
1. Asas Legalitas
diuraikan di atas. Adapun Pasal 2 yang mengatur tentang
2. Asas Keseimbangan
asas-asas penyelenggaraan Praktik Kedokteran tersebut
3. Asas Tepat Waktu
berbunyi :
berikut :
Penyelenggaraan 1
Komalawati. 2002. Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik : Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien, Suatu Tinjauan Yuridis. Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, halaman 128
2
praktik
kedokteran
dilaksanakan
Munir, Fuady. 2005. Sumpah Hipocrates : Aspek Hukum Malpraktek Dokter. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, halaman 6
berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
persetujuan tindakan medik dan pihak yang menerima
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta
persetujuan tindakan medik yaitu :
perlindungan dan keselamatan pasien.
a.
Hak dan Kewajiban Dokter
Pengertian tentang asas-asas tersebut tercantum dalam penjelasan Pasal 2, sebagai berkut :
Yang dimaksud dengan hak dan kewajiban dokter adalah yang ditujukan kepada hak dan kewajiban dalam
1.
Asas Nilai ilmiah
menjalankan
suatu
profesi
kedokteran,
yaitu
dalam
2.
Asas Manfaat
memberikan pelayanan kesehatan atau pertolongan medis
3.
Asas Keadilan
kepada pasiennya. Adapun hak dan kewajiban profesional
4.
Asas Kemanusiaan
seorang dokter adalah sebagai berikut:
5.
Asas Keseimbangan
1.
6.
Asas Perlindungan dan Keselamatan Pasien
3
4
Hak-hak profesi seorang dokter a). Hak untuk bekerja menurut standar profesi medis b). Hak menolak melaksanakan tindakan medis yang
Walaupun hukum telah menetapkan 6 (enam) asas yang tercantum di dalam
ia tidak dapat pertanggung
Undang-Undang yang mengatur
jawabkan secara profesional
khusus praktik kedokteran sebagai lex specialis yang
c). Hak untuk menolak suatu tindakan medis yang menurut suara hatinya (conscienci) tidak baik
mengikat para dokter dalam menjalankan profesinya, akan lebih bijaksana kalau dokter juga mematuhi semua asas yang
d). Hak untuk mengakhiri hubungan dengan seorang
telah disebutkan di atas sebagai asas yang dianjurkan oleh
pasien jika ia menilai bahwa kerjasama antara
para pakar hukum untuk dipatuhinya. Karena kepatuhan
pasien dia tidak ada lagi gunanya
dokter dalam memegang asas sebagai prinsip dasar
e). Hak atas privacy dokter
pelaksanaan profesinya akan memayungi dokter tersebut
f).
dari tuntutan pasien yang mungkin bisa timbul dalam
melaksanakan kontrak terapeutik
praktik sehari-hari yang dilakukannya.
g). Hak atas balas jasa 3
4)
Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Persetujuan Tindakan Medik Hak
dan
kewajiban
pihak
Hak atas itikad baik dari pasien dalam
yang
memberikan
4
Soerjono,S.S.H.Prof.Dr.MA dan Herkunto,Dr. 1987. Pengantar Hukum Kesehatan. Bandung : Remaja Karya, Halaman 101 Ibid, hal 101 - 104
h). Hak atas fair dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadapnya
penduduk 1 : 2850. Sedangkan lulusan Bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru dengan rasio terhadap jumlah
i). Hak untuk membela diri
penduduk 1 : 2600.
j). Hak memilih pasien
Ironisnya, ditengah keterbatasan jumlah lulusan tenaga keperawatan yang dalam konteks ini termasuk bidan
2.
Kewajiban – kewajiban Profesi Dokter
ternyata daya serap diatur dalam lulusan tenaga kesehatan
Kewajiban-kewajiban dokter (De beroepsplichten van
(keperawatan dan kebidanan) oleh jaringan pelayanan
de arts) dapat dibedakan dalam lima kelompok, yaitu :
kesehatan ternyata masih sangat rendah dan terbatas.
a). Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial dari
Sehingga cukup banyak ditemui Rumah Sakit utamanya
memelihara kesehatan b). c).
Rumah Sakit Pemerintah/dinas yang kekurangan tenaga
Kewajiban yang berhubungan dengan standar medis Kewajiban yang berhubungan dengan tujuan ilmu kedokteran
d).
Kewajiban
yang beralih profesi baik secara sementara atau permanen. Eksistensi tenaga keperawatan diatur dalam Keputusan
yang
berhubungan
dengan
prinsip
keseimbangan (proportionaliteits beginsel) e).
keperawatan. Dan para lulusan tenaga keperawatan banyak
Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien
Menteri
Nomor
1239/MENKES/SK/XI/2001
Tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Pasal 2 (1)
B.
Kesehatan
Tenaga Keperawatan
Pimpinan penyelenggara pendidikan perawat wajib menyampaikan
laporan
secara
tertulis
kepada
Ditengah pertumbuhan penduduk Indonesia yang
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta
sangat pesat dengan jumlah penduduk Indonesia + 215 juta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1(satu)
jiwa, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang
bulan
kesehatan ternyata belum memadai. Lulusan dokter di
keperawatan.
berbagai Fakultas Kedokteran Negeri dan Swasta setiap
(2)
tahun berkisar 2500 dokter baru. Sedangkan rasio dokter
dinyatakan
lulus
pendidikan
Bentuk dan laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir.
terhadap jumlah pendduduk 1 : 5000, sedangkan lulusan
Pasal 3
perawat di berbagai lembaga pendidikan setiap tahun sekitar
(1)
40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah
setelah
Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada
Kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana sekolah berada guna memperoleh SIP selambat-
(2)
pendidikan keperawatan.
melalui
registrasi
sebagaimana
dimaksud
c.q
Kepala
Biro
Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP
a.
Foto kopi ijazah pendidikan perawat.
berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi
b.
Surat keterangan sehat dari dokter.
Nasional.
c.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua)
Pasal 6 (1)
Perawat
lulusan
luar
Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud
adaptasi
pada ayat (1) tercantum dalam formulir II terlampir.
mendapatkan SIP. (2)
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Kesehatan,
atas nama
melakukan
registrasi
untuk
(3)
Propinsi.
dimaksud
pada
ayat
(1)
(4)
kepada
dengan melampirkan :
atas
a.
Menteri
Kesehatan,
dalam
waktu
1
bulan
sejak
(satu)
b. (5)
formulir III terlampir.
Dinas
Kesehatan
Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh
Kepala
Transkip nilai ujian yang bersangkutan. Dinas
Keshatan
Propinsi
berdasarkan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 3
Pasal 5
(tiga) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIP yang telah
Kepala
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
permohonan diterima dan berlaku secara nasional. Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam
persyaratan
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Proponsi nama
melengkapi
melakukan
Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan
dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIP. sebagaimana
wajib
dilakukan pada sarana pedidikan milik pemerintah.
permohonan
SIP
negeri
Adaptasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
selambat-lambatnya
(1)
Jendral
yang telah diterbitkan untuk kemudian secara
Menteri
(3)
Sekretariat
pada ayat (1) meliputi :
Pasal 4
(2)
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan
lembar.
(1)
(2)
lambatnya 1(satu) bulan setelah menerima ijazah
Kelengkapan
(3)
diterbitkan.
menerbitkan
rekomendasi
untuk
melaksanakan adaptasi. (6)
Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
dengan melampirkan :
Pasal 3 dan Pasal 4.
a. Foto kopi ijazah pendidikan keperawatan;
Pasal 7 (1)
b. Foto kopi SIP yang masih berlaku; SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
c.
diperbaharui
d. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
serta
merupakan
dasar
untuk
memperoleh SIK dan/atau SIPP. (2)
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan
Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada
kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja;
ayat (1) dilakukan pada Dinas Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan
Surat keterangan sehat dari dokter;
f.
Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melampirkan :
tercantum pada formulir IV terlampir.
a.
SIP yang habis masa berlakunya;
Pasal 10
b.
Surat keterangan sehat dari dokter;
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan
c.
pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua)
Pasal 11
lembar. Pasal 8 (1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada
Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Selambat-lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterima bekerja.
sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau
Pasal 12
berkelompok.
(1)
(2) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada
sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK. (3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/berkelompok
kepala Dinas Kesehaatan Kabupaten/ Kota setempat. (2)
harus memiliki SIPP .
SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki
Pasal 9 (1) SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih tinggi. (3)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala
diajukan dengan melampirkan:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
a.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
Foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan dengan kompetensi lebih tinggi
b.
yang diakui pemerintah.
masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui
Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga)
kembali.
tahun dari pimpinan sarana tempat kerja, khusus
(2)
bagi ahli madya keperawatan;
(1)
c.
Foto kopi SIP yang masih berlaku;
Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan:
d.
Surat keterangan sehat dari dokter;
a.
Foto kopi SIP yang masih berlaku;
e.
Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
b.
Foto kopi SIK yang lama;
f.
Rekomendasi dari organisasi profesi;
c.
Surat keterangan sehat dari dokter;
d.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e.
Kesehatan yang menyatakan masih bekerja sebagai
(4)
Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum pada formulir V terlampir;
(5)
Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan
f.
Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana
diajukan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
perawat;
praktik berkelompok. (6)
Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)
Rekomendasi dari organisasi profesi. Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat
dimaksud pada ayat (5) sesuai ketentuan peraturan
(1)
diajukan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
perundang-undangan yang berlaku.
Kabupaten/Kora setempat dengan melampirkan:
Pasal 13
a.
Foto kopi SIP yang masih berlaku;
(1)
Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan /atau SIPP
b.
Foto kopi SIPP yang lama;
dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan
c.
Surat keterangan sehat dari dokter;
keterampilan dalam bidang keperawatan, kepatuhan
d.
Pas foto 4x6cm sebanyak 2 (dua) lembar;
terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan
e.
Rekomendasi dari organisasi profesi.
(2)
praktik keperawatan.
Pasal 15
Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang
berkewajiban
untuk:
dan/atau
meningkatkan
keterampilan
bidang
kemampuan keperawatan
keilmuan melalui
pendidikan dan/atau pelatihan. Pasal 14 (1)
a.
Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan
diagnose
keperawatan,
perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis
evakuasi keperawatan;
b.
Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 19
butir a meliputi: intervensi keperawatan, observasi
Perawat
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan
c.
Dalam
asuhan
menjalankan
praktik
keperawatan
harus
keperawatan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana dimaksud hufur a dan b harus sesuai
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan
tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun
oleh organisasi profesi;
organisasi profesi.
d.
melaksanakan
dalam
Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter.
Pasal 20 (1)
Dalam
keadaan
darurat
yang
mengancam
jiwa
Pasal 16
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana
dalam pasal 15 perawat kerkewajiban untuk:
dimaksud dalam Pasal 15.
a. Menghormati hak pasien;
(2)
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani; c.
Menyimpan
rahasia
sesuai
dengan
peraturan
keadaan
darurat
jiwa.
(1)
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan; f. Melakukan catatan perawatan dengan baik.
Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP diruang praktiknya.
(2)
Pasal 17
Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktik.
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan serta
dalam
memberikan
sebagaimana
Pasal 21
d. Memberikan informasi;
pengalaman
dalam
dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan
perundang-undangan yang berlaku;
dan
Pelayanan
pelayanan
berkewajiban mematuhi standar profesi. Pasal 18 Perawat dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 22 (1)
Pasal 25 Perawat memiliki SIPP dapat melakukan asuhan
(1)
keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah. (2)
Permohonan SIK atai SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh dinas Kepala Dinas Kesehatan
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam
Kabupaten/Kota
kepada
bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan
selambat-lambatnya
perawatan sesuai kebutuhan.
permohonan diterima.
Pasal 23 (1)
(2) Perawat
dalam
menjalankan
praktik
perorangan
Memiliki tempat praktik
Memiliki
bulan
sejak
waktu tanggal
Apabila permohonan SIK atau SIPP disetujui, Kepala
atau SIPP.
yang memnuhi syarat
(3)
kesehatan; b.
(satu)
dalam
Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota harus menerbitkan SIK
sekurang-kurangnya memnuhi persyaratan: a.
1
pemohon
Apabila permohonan SIK atau SIPP ditolak, Kepala DInas Kesehatan Kabupaten/ kota harus member alas an
perlengkapan
untuk
tindakan
asuhan
penolakan tersebut.
keperawatan maupun kunjungan rumah; c.
(2)
Memiliki perlengkapan administrasi yang melipujti
(4)
buku catatan kunjungan, formulir catatan tindakan
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam formulir VI dan VII
asuhan keperawatan serta formulir rujukan;
terlampir.
Persyaratan
perlengkapan
sebagaimana
dmaksud
Bentuk dan isi SIK atau SIPP yang disetujui sebagaimana
(5)
Bentuk surat penolakan SIK atau SIPP sebagaimana
pada ayat (1), sesuai dengan standar perlengkapan
dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam formulir VIII dan IX
asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi
terlampir.
profesi.
Pasal 26
Pasal 24
Kepala
(1)
Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut
laporan secara berkala kepada KEpala Dinas Kesehatan
SIK
Propinsi
(2)
atu
SIPP
adalah
Kepala
Dinas
Kesehatan
Dinas
Kesehatan
setempat
tentang
Kabupaten/Kota
pelaksanaan
menyampaikan
pemberian
atau
Kabupaten/Kota.
penolakan SIK dan SIPP diwilayahnya dengan tembusan
Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada
kepada organisasi Profesi setempat.
ayat (1)
Kepala Dinas
menunjuk pejabat lain.
Kesehatan
Propinsi dapat
Kewajiban Perawat
Pasal 27 (1)
Perawat wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi profesi.
(2)
(3)
(4)
Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan oleh seseorang atau suatu Badan Hukum.
Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kewajiban
dikumpulkan dari keegiatan pendidikan dan kegiatan
adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
limiah lain.
hal yang harus dilaksanakan). Menurut Wikipedia (2010),
Jenis dan besarnya kredit dari masing-masing unsure
Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) ditetapkan
yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban
oleh organisasi profesi.
tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain.
Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing
Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan
dan mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai
kewajiban tidak sempurna beradasarkan moral. Menurut Kamus
angka kredit yang ditentukan.
Hukum (Marwan dan Jimmy, 2009), kewajiban merupakan segala bentuk beban yang diberikan oleh hukum kepada orang
Hak Perawat Hak Kesehatan
ataupun badan hukum. Perawat
Nomor
Berdasarkan
148/2010.
Dalam
Peraturan
Menteri
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
Peraturan
Menteri
Pasal 22 ayat (1), dinyatakan bahwa bagi tenaga kesehatan
Kesehtan Nomor 148/2010, hak perawat terdapat pada Pasal
jenis
11. Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak :
berkewajiban untuk:
a.
a. Menghormati hak pasien;
Memperoleh
perlindungan
hukum
dalam
melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar b.
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya.
tertentu
dalam
melaksanakan
tugas
profesinya
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan tata kesehatan pribadi pasien; c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan
c.
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya
d.
Menerima imbalan jasa profesi, dan
d. Meminta pesetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e.
Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko
e. Membuat dan memelihara rekam medis
kerja yang bekaitan dengan tugasnya.
tindakan yang akan dilakukan;
Penjelasan PP Nomor 32 Tahun 1996 yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu dalam ayat (1) Pasal 22
adalah tenaga kesehatan yang berhubungan lagsung dengan
C.
Tenaga Kebidanan
pasien misalnya, dokter, dokter gigi, perawat. Hal ini berarti,
Sedangkan kebidanan merupakan profesi khusus
kewajiban yang terdapat pada pasal 22 ayat (1) PP Nomor 32
yang berbeda dengan keperawatan, walaupun didalamnya
Tahun 1996 berlaku untuk tenaga perawat.
terdapat juga aspek-aspek keperawatan. Pembinaan dan pengawasan
Kewajiban
Perawat
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 148/2010
Asuhan
Kebidanan
masing.
Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk :
Tujuan :
a.
Menghormati hak pasien
b.
Melakukan rujukan
c.
Menyimpan
rahasia
1.
oleh
Departemen
Adanya standar sebagai acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan/kegiatan dalam lingkungan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
tanggung jawab bidan. 2.
Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan.
3.
dilakukan.
terlaksananya
Asuhan
Kebidanan
Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan.
4.
Melakukan pencatatan asuhan keperawatan
Mendukung berkualitas.
Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang
f.
dilaksanakan
Standar
melibatkan Organisasi Profesi sesuai dengan tugas masing-
perawat, kewajiban perawat terdapat pada Pasal 12 ayat (1).
e.
penyelenggaraan
Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan
Dalam Kepmenkes 1239/2001 berkaitan dengan praktik
d.
pelaksanaan
Perlindungan hukum bagi Bidan dan Klien/Pasien.
Ruang Lingkup :
secara sistematis
1.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil.
Mematuhi standar
2.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin.
mendapat
3.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dan Masa Antara.
perlindungan hukum sekaligus jamnan hukum. Hal ini terlihat
4.
Asuhan Kebidanan pada Bayi.
dalam
Nomor
5.
Asuhan Kebidanan pada Anak Balita Sehat.
Asuhan
6.
Asuhan Kebidanan pada Masa Reproduksi.
g.
Namun
profesi
Keputusan
bidan
Menteri
938/MENKES/SK/VIII/2007 Kebidanan.
terlihat
lebih
Kesehatan
Tentang
Standar
Pengertian Standar Asuhan Kebidanan : Stadar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
Kebidanan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
1.
praktiknya berdasarkan ilmudan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian,
perumusan
diagnosa
kebidanan,
perencanaan,
dan
atau
implementasi,
sesuai
dengan
nomenklatur
kebidanan
masalah
evaluasi
Diagnosa
2.
dan
Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
pncatatan asuhan kebidanan.
3.
Dapat
diselesaikan
dengan
Asuhan
STANDAR I : Pengkajian.
Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan
A.
rujukan.
B.
Pernyataan Standar Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
STANDAR III : Perencanaan
relevan dan engkap dari semua sumber yang
A.
Pernyataan Standar
berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan
Kriteria Pengkajian
berdasarkan
1.
Data tepat, akurat dan lngkap.
ditegakkan.
2.
Terdiri
dari
Data
Subyektif
(hasil
Anamnesa;biodata,keluhan utama, riwayat
3.
B.
dan
kebidanan
masalah
yang
Kriteria Perencanaan 1.
Rencana
tindakan
disusun
berdasarkan
prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan
sosial budaya)
segera, tindakan antisipasi dan asuhan
Data Obyektif (hasil Pemeriksaan fisik,
secara komprehensif.
STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
2.
Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3.
Mempertimbangkan
Kebidanan Pernyataan Standar
kondisi
psikologis,
sosial budaya klien/ keluarga 4.
Memilih tidakan yang aman sesuai kondisi
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada
dan kebutuhan klien berdasarkan evidence
pengkajian, menginterprestasikan secara akurat dan
based dan memastikan bahwa asuhan yang
logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah
diberikan beranfaat untuk klien.
kebidanan yang tepat. B.
diagnosa
asuhan
obsteri,riwayat kesehatan dan latar belakang
psikologis dan pemeriksaan penunjang).
A.
merencanakan
Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
5.
Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas
yang ada.
10.
Mencatat
semua
tindakan
yang
telah
dilakukan STANDAR IV : Implementasi A.
Pernyataan Standar
STANDAR V : Evaluasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
A.
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi
perubahan perkembangan kondisi klien.
dan rujukan. B.
Pernyataan Standar
B.
Kriteria Implementasi 1.
1.
Memperhatikan
keunikan
klien
sebagai
3.
2.
Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan
dilakukan
segera
setelah
Hasil
evaluasi
segera
dicatat
dan
dikomunikasikan pada klien dan atau kluarga
persetujuan dari klien dan atau keluarganya
3.
Evaluasi dilakukan sesuai standar
(inform consent)
4.
Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan
Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.
4.
Penilaian
melakasanakan asuhan sesuai kondisi klien
makhlik bio-psiko-spiritual-klutural 2.
Kriteria Evaluasi
Melibatkan
klien/pasien
kondisi klien/ pasien STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
dalam
setiap
A.
Pernyataan Standar
tindakan
Bidan
5.
Menjaga privacy klien/pasien
akurat,
6.
Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
7.
Mengikuti
dalam memberikan asuhan kebidanan.
perkembangan
kondisi
klien
secara berkesinambungan 8.
9.
Menggunakan sumber daya, sarana dan
B.
melakukan singkat
pencatatan dan
secara jelas
lengkap, mengenai
Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan 1.
Pencatatan
dilakukan
segera
setelah
fasilitas yang ada dan sesuai
melaksanakan asuan pada formulir yang
Melakukan tindakan sesuai standar
tersedia
(Rekam
Medis/KMS/Status
2.
3.
4.
5.
Pasien/Buku KIA)
perlindungan hukum bagi Bidan dan Klien/Pasien.
Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan
Pelaporan Dan Registrasi
SOAP.
Pasal 2
S adalah data subyektif, mencatat hasil
1).
anamnesa.
menyampaikan laporan secara tertulis kepada
O adalah data obyektif, mencatat hasil
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta
pemeriksaan
didik yang baru lulis, selambat-lambatnya 1 (satu)
A adalah hasi analisa, mencatat diagnosa
bulan setelah dinyatakan lulus.
dan masalah kebidanan. 6.
Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib
P
adalah
2).
penatalaksanaan,
mencatat
ayat (1) tercantum dalam Formulir terlampir.
seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
Pasal 3
yang
1).
sudah
dilakukan
seperti
tindakan
Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada
Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan
antisipasi, tindakan segera, tindakan secara
mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala
komprehensif;
Dinas
penyuluhan,
dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Kesehatan
Propinsi
dimana
institusi
pendidikan berada guna memperoleh SIB selambatlambatnya 1(satu) bulan setelah menerima ijazah
Standar Asuhan Kebidanan
bidan.
Standar asuhan kebidanan ini, diharapkan dapat menjadi
acuan
dan
landasan
untuk
2).
melaksanakan
Kelengkapan
registrasi
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) antara lain meliputi :
tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung jawab bidan,
a.
Fotokopi Ijazah Bidan;
dalam memberikan asuhan kebidanan di semua fasilitas
b.
Fotokofi Transkip Nilai Akademik;
pelayanan kesehatan. Sehingga dapat dicapai asuhan
c.
Surat Keterangan sehat dari dokter;
kebidanan yang berkualitas dan berstandar. Selain hal
d.
Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua)
tersebut standar ini dapat digunakan sebagai parameter
lmbar;
tingkat kualitas dan berstandar. Selain hal tersebut standar
3).
ini dapat digunakan sebagai parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan dan merupakan
Bentuk prrmohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir.
Pasal 4
1).
Kepala Dinas Menteri
kesehatan Provinsi atas nama
Kesehatan
melakukan
dilakukan pada sarana pendidikan yang terakreditasi
registrasi
berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
yang ditunjuk pemerintah. 3).
dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIB. 2).
SIB
sebagaimana
dimaksud
surat keterangan selesai adaptasi oleh pimpinan
pada
ayat
(1)
dikeluarkan olehKepala Dinas Kesehatan Provinsi atas
nama
Menteri
selambat-lambatnya
sarana pendidikan. 4).
2).
waktu
permohonan
1
bulan
sejak
Provinsi.
(satu)
5).
kepada
Bidan
Kepala
mengajukan
Dinas
Kesehatan
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan:
Formulir III terlampir.
a.
Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus membuat
b.
pembukuan registrasi mengenai SIB yang telah
bersangkutan.
diterbitkan.
6).
Fotokopi Transkip Nilai Akademik yang
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan
menerbitkan
melalui
adaptasi.
Sekretariat
Jendral
Departemen
c.q
Kepala
Kesehatan
Biro
dengan
7).
rekomendasi
untuk
melaksanakan
Bidan yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku
tembusan kepada organisasi profesi mengenai SIB
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
yang telah diterbitkan untuk kemudian secara
dan Pasal 4.
berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi
8).
nasional.
Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagaimana tercantum dalam Formulir IV
Pasal 6
2).
adaptasi
Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam
Kepegawaian
1).
melakukan
dalam
Pasal 5 1).
Untuk
Kesehatan,
permohonan diterima dan berlaku secara nasional. 3).
Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan
terlampir. Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi
Pasal 7
untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIB.
1).
Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk menerbitkan SIPB.
2).
Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat
Pegawai Negeri atau pegawai pada sarana
(1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
kesehatan;
Provinsi dimana bidan praktik dengan melampirkan
d.
surat keterangan sehat dari dokter;
antara lain:
e.
rekomendasi dari organisasi profesi;
a.
SIB yang telah habis masaberlakunya;
f.
pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
b.
Surat keterangan sehat dari dokter;
c.
Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua)
3).
Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e,
lembar.
setelah
terlebih
dahulu
dilakukan
penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan Pasal 8
terhadap kode etik profesi serta kesanggupan
Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
melakukan praktik bidan.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4).
Pasal 9
Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum
1)
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB
2)
Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana
Pasal 11
kesehatan dan/atau perorangan
1).
terlampir.
Pasal 10 1).
2).
dalam Formulir V
SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
2).
Perbaharuan SIPB sebagaimana dimaksud pada
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada
ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat.
Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a.
fotokopi SIPB yang masih berlaku;
diperoleh dengan melampirkan persyaratan, antara
b.
fotokopi SIPB yang lama;
laian meliputi :
c.
surat keterangan sehat dari dokter;
a.
fotokopi SIB yang masih berlaku;
d.
pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
b.
fotokopi ijazah Bidan;
e.
rekomendasi dari organisasi profesi.
c.
surat
persetujuan
pelaksanaan
masa
atasan, bakti
bila atau
dalam sebagai
Pasal 12 Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa
bakti tidak memrlukan SIPB.
d.
Pasal 13 Setiap
bidan
Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup
yang
meningkatkan
menjalankan
kemampuan
praktik
berkewajiban
keilmuan
ibu
hamil
dengan
abortus
iminens, hipemesis gravidarum tingkat I,
dan/atau
preeklamasi ringan dan anemi ringan;
keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
e.
pertolonga persalinan normal;
Pasal 14
f.
Pertolongan
persalinan
abnormal,
yang
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk
mencakup letak sungsang, partus macet
memberikan pelayanan yang meliputi :
kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini
a.
Pelayanan kebidanan;
(KPD)
b.
Pelayanan keluarga berencana;
partum, laserasi jalan lahir, distosia karena
c.
Pelayanan kesehatan masyarakat.
inersia utreri primer, post term dan pre term.
Pasal 15 1).
2).
g.
Pelayanan
infeksi,
ibu
nifas
perdarahan
abnormal
post
yang
Pelayanan kebidanan sebagaimana dimakud dalam
mencakup ratensio plasenta, renjatan, dan
Pasal 14 huruf a ditujukan kepada ibu dan anak.
infeksi ringan;
Pelayanan pranikah,
3).
tanpa
kepada
ibu
prahamil,
diberikan
masa
pada
masa
kehamilan,
masa
i.
Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi
yang
meliputi
keputihan,
persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antar
perdarahan tidak teratur dan penundaan
(periode interval)
haid.
Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada
2).
Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
masa bayi baru lahir, masa bayi, amasa anak balita
a.
Pemeriksaan bayi baru lahir;
dan masa pra sekolah.
b.
Perawatan tali pusat;
Pasal 16
c.
Perawatan bayi;
1).
Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
d.
Resusitasi pada bayi baru lahir;
a.
Penyuluhan dan konseling;
e.
Pemantauan tumbuh kembang anak;
b.
Pemeriksaan fisik;
f.
Pemberian imunisasi;
c.
Pelayanan
g.
Pemberian penyuluhan.
normal;
antenatal
pada
kehamilan
Pasal 17
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada
susu ibu;
wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan
p.
Resustasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai
q.
Penanganan hipotermi;
dengan kemampuannya.
r.
Pemberian minum dengan sonde/pipet;
Pasal 18
s.
Pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran
Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
sebagaimana
permintaan
dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk:
obat
sesuai
dengan
Formulir
VI
terlampir;
a.
Memberikan iminusasi
t.
b.
Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan,
Pemberian
surat
keterangan
kelahiran
dan
kematian.
persalinan dan nifas;
Pasal 19
c.
Mengeluarkan placenta secara manual;
Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
d.
Bimbingan senam hamil;
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf b, berwenang
e.
Pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
untuk :
f.
Episiotomi;
a.
g.
Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir
dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi
sampai tingkat II;
bawah kulit dan kondom;
h.
Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i.
Pemberian infus;
j.
Pemberian
b.
suntikan
intramuskuler
uterotonika,
k.
Kompresi bimanual;
l.
Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua
ekstraksi
penyuluhan/konseling
pemakaian
c.
Melakukan pncabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d.
Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit;
e.
dan seterusnya; Vacum
Memberikan kontrasepsi;
antibiotika, dan sedativa;
m.
Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan,
Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
dengan
kepala
bayi
dipasar
Pasal 20
panggul;
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat
n.
Pengendalian anemi;
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf c, berwenang
o.
Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air
untuk :
a.
Pembinaan
peran
serta
masyarakat
dibidang
melakukan praktik sebagaimana tercantum dalam
kesehatan ibu dan anak;
Lampiran II Keputusan ini.
b.
Memantau tumbuh kembang anak;
Pasal 24
c.
Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program
d.
Melaksanakan
pemerintah
deteksi
dini,
melaksanakan
2).
meningkatkan
derajat
kesehatan
pertolongan pertaman merujuk dan memberikan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta
penyuluhan
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak
Infeksi
Menular
Seksual
(IMS),
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat
serta keluarga berencana.
Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.
Pasal 25
Pasal 21 1).
dalam
Dalam
1). keadaan
darurat
bidan
berwenang
Bidan menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan
yang
pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.
memberikan pelayanan berdasarkan standar profesi. 2).
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
pengalaman
berdasarkan
melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan
Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan
diberikan,
serta
dalam
Disamping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bidan dalam melaksanakan praktik sesuai dengan kewenangannya harus:
Pasal 22 Bidan
dalam
menjalankan
praktik
perorangan
harus
memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan
2).
Menghormati hak pasien;
b.
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
Menyimpan
rahasia
sesuai
dengan
ruangan praktik, temapt tidur, peralatan, obat-
perundang-undangan yang berlaku;
obatan, dan kelengkapan administrasi.
d.
Pasal 23 1).
c.
a.
Bidan
peraturan
Memberikan informasi tentang pelayanan
yang akan diberikan; dalam
menjalankan
praktik
perorangan
e.
Meminta persetujuan tindakan yang akan
sekurang-kurangnya harus memiliki peralatan dan
dilakukan;
kelengkapan administratif sebagaimana tercantum
f.
dalam Lampiran keputusan ini.
dengan baik.
Obat-obatan
yang
dapat
digunakan
dalam
Pasal 26
Melakukan catatan medik (medical record)
Petunjuk
pelaksanaan
praktiknya
bidan
sebagaimana
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
tercantum dalam Lampiran III Keputusan ini.
tanggal permohonan diterima. 3).
Apabila permohonan SIPB ditolak, Kepala Dinas
Pasal 27
Kesehatan
1).
alasan penolakan tersebut.
Dalam melakukan praktiknya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan
2).
VII terlampir. 5).
dimaksud dalam ayat (3) tercantum dalam Formulir
Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud
VIII terlampir.
Lampiran IV
Pejabat
Pasal 30 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala kepada Dinas Kesehatan Provinsi
yang
berwenang
mengeluarkan
dan
setempat tentang pelaksanaan pemberian atau penolakan
mencabut SIPB adalah kepala Dinas Kesehatan
SIPB diwilayahnya dengan tembusan organisasi profesi
Kabupaten/Kota.
setempat.
Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Pasal 31
dapat menunjuk pejabat lain.
1).
Pasal 29 Permohonan SIPB yang disetujui atau ditolak harus
Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi profesi.
2).
Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota
dikumpulkan
kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya
pengabdian masyarakat.
1(satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima. 2).
Bentuk surat penolakan SIPB sebagaimana SIPB
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 28
1).
Bentuk dan isi SIPB yang disetujui sebagaimana
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Keputusan ini.
2).
memberikan
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Formulir
pada ayat (1) tercantum dalam
1).
harus
yang diberikan.
dilaporkan ke Puskesmas dan tembusan kepada
3).
4).
Kapupaten/Kota
3).
dari
angka
kegiatan
ilmiah
dan
Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing
Apabila permohonan SIPB disetujui, Kepala Dinas
unsur sebagaimana dimaksud pada ayat 2(dua)
Kesehatan Kapupaten/Kota kepada pemohon dalam
ditetapkan oleh organisasi profesi.
4).
Organisasi
profesi
mempunyai
kewajban
b.
membimbing dan mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan
Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
2).
Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam
Pasal 32
keadaan darurat atau menjalankan tugas di daerah
Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang
terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
melakukan praktik dan yang berhenti melakukan praktik
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud
pada sarana kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan
pada ayat (1) butir a.
Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada organisasi
profesi.
Pasal 36 1).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
Pasal 33
memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada
1)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau
bidan
organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan
Keputusan ini.
pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik
2)
2).
yang
melakukan
pelanggaran
terhadap
Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud
diwilayahnya.
pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali
Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan,
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
pemantauan yang hasilnya dibahas secara periodik
mencabut SIPB Bidan yang bersangkutan.
sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam
1(satu)
tahun.
Pasal 37 Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, Kepala
Pasal 34
Dinas
Selama menjalankan praktik seorang bidan wajib menaati
mendengar
pertimbanga
semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kesehatan
(MDTK)
Pasal 35
Pengawasan Etika Pelayanan Medis (MP2EPM) sesuai
1).
Bidan melakukan praktik dilarang:
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a.
Menjalankan praktik apabila tidak sesuai
Pasal 38
dengan ketentuan tercantum dalam izin
1).
praktik.
Kesehatan
Kabupaten/Kota dari
atau
Majelis Majelis
terlebih
dahulu
Disiplin
Tenaga
Pembinaan
dan
Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan dalam waktu selambat-
2).
3).
lambatnya 14(empat belas) hari terhitung sejak
nasioanal
keputusan ditetapkan.
rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut
Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat
untuk sementara SIPB bidan melanggar ketentuan
(1) disebutkan lama pencabutan SIPB.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana dimaksud
dan/atau
atas
Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai dengan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dalam waktu 14
ketentuan Keputusan ini.
(empat belas) hari setelah Keputusan diterima,
Pasal 41
apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak
1).
keberatan,
maka
keputusan
tersebut
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membentuk
dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Tim/Panitia yang bertugas melakukan pemantauan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi memutuskan
pelaksanaan praktik bidan di wilayahnya.
ditingkat pertama dan terakhir semua keberatan
2).
mengenai pencabutan SIPB. 5).
Kesehatan
pada ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada
diajukan
4).
2).
Menteri
Sebelum
prosedur
keberatan
Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari unsur pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan
sebagaimana
Profesi Kesehatan terkait lainnya.
dimaksud pada ayat (3) ditempuh, Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa
Selain pada Pasal 12 ayat (1), kewajiban perawat
tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48 Undang-
juga terdapat pada pasal 12 ayat (3), yaitu perawat dalam
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan
menjalankan praktik wajib membantu Program Pemerintah
Tata Usaha Negara.
dalam meningkatkan derajat keseahatan masyarakat.
Pasal 39 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIPB kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
D.
Tenaga Farmasi Sedangkan
untuk
mengatur
tenaga
farmasi
setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor RI Nomor 51
setempat.
Tahun 2009.
Pasal 40 1).
Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan
(3)
Pasal 19
Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker,
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :
Menteri
dapat
menempatkan
TenagaTeknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar
a. Apotek;
yang b. Instalasi farmasi rumah sakit;
diberi
wewenang
untuk
meracik
dan
menyerahkan obat kepada pasien.
c. Puskesmas;
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d. Klinik;
menurut jenis Fasilitas Pelayanan Kefarmasian e. Toko Obat; atau
ditetapkan oleh Menteri.
f. Praktek bersama.
(5)
Teknis
Pasal 20
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh pendamping
dan/
atau
Tenaga
Teknis
Kefarmasian.
daerah
terpencil
Dalam
Peraturan Menteri. Pasal 22
atau dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat menjalankan praktek
kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian. (2)
di
Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter
Pasal 21 (1)
Kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas
Apoteker
Tata cara penempatan dan kewenangan Tenaga
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 23
(1)
(2)
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian,Apoteker
(1)
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 harus
sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik
menetapkan Standar Prosedur Operasional.
perorangan maupun perusahaan.
Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara
(2)
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai
perkembangan
ilmu
pengetahuan
Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka
dan pekerjaan
teknologi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan
kefarmasian
(3)
Pasal 24
Ketentuan
mengenai
sebagaimana melakukan
Pekerjaan
tetap
dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
perundang-undangan.
Dalam
harus
Kefarmasian
pada
dimaksud
kepemilikan ayat
(1)
Apotek dan
ayat
(2)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
FasilitasPelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat: perundang-undangan. a.
mengangkat seorang Apoteker pendamping yang
memiliki SIPA; b.
mengganti obat merek dagang dengan obat generik
Pasal 26 (1)
Kefarmasian
sebagaimana
Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki STRTTK
dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
pasien; dan menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
Pelayanan
dimaksud dalam Pasal 19 huruf e dilaksanakan oleh
yang sama komponen aktifnya atau obat merek
c.
Fasilitas
(2)
Dalam menjalankan praktek kefarmasian di Toko Obat,
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai
Tenaga
Teknis
Kefarmasian
harus
menerapkan standar pelayanan kefarmasian di Toko
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Obat. Pasal 25 (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Pelayanan Kefarmasian di Toko Obat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan standar pelayanan kefarmasian di
(2)
Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian
toko obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat dibuka untuk kepentingan Pasien,
ditetapkan oleh Menteri.
memenuhi
permintaan
penegakan
hukum,
Pasal 27
dan/atau
(3)
oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan
berdasarkan
rangka
pasien
sendiri
ketentuan
peraturan
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
Rahasia
Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian sebagaimana
fungsinya.
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 28 Tenaga
permintaan
dalam
perundang-undangan.
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan pelayanan farmasi pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib dicatat
hakim
Kefarmasian
dalam
melakukan
Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib mengikuti
paradigma
pelayanan
kefarmasian
Pasal 31
dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
(1)
Setiap Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian wajib menyelenggarakan
Pasal 29
program kendali mutu dan kendali biaya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
pada
Fasilitas
Pelayanan
Kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diatur dengan
(2)
Pelaksanaan kegiatan kendali mutu dan kendali biaya
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan melalui audit kefarmasian.
Peraturan Menteri. Pasal 32 Pasal 30 Pembinaan dan pengawasan terhadap audit kefarmasian (1)
Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian wajib menyimpan Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian.
dan upaya lain dalam pengendalian mutu dan pengendalian biaya dilaksanakan oleh Menteri.
alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah
Pasal 33
daerah (1)
Tenaga Kefarmasian terdiri atas:
provinsi,dan
pemerintah
daerah
kabupaten/kota;dan/atau
a. Apoteker; dan
c.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek, instalasi farmasi rumah
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.
sakit,puskesmas, klinik, toko obat, atau (2)
Tenaga Teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud
praktek bersama.
pada ayat (1) huruf b terdiri dari sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
(2)
Menengah farmasi/Asisten Apoteker.
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
Pekerjaan
Kefarmasian
dimaksud
pelaksanaan pada
ayat
(1)diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 34 Pasal 35 (1)
Tenaga
Kefarmasian
melaksanakan
Pekerjaan (1)
Kefarmasian pada:
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 harus memiliki keahlian dan kewenangan
a.
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
industri farmasi obat, industri bahan baku obat,
industri
obat
tradisional,
pabrik
Keahlian dan kewenangan sebagaimana dimaksud
kosmetika dan pabrik lain yang memerlukan
pada
Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan
menerapkan Standar Profesi.
tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu; b.
(2)
(3)
ayat
(1)
harus
dilaksanakan
dengan
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus didasarkan pada
Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Standar
Farmasi
Operasional yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan
dan
alat
kesehatan
melalui
Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat kesehatan,instalasi Sediaan Farmasi dan
Kefarmasian,
dan
Standar
dimana Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
Prosedur
(4)
Standar Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 37
(2) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang(1)
undangan.
Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi.
Pasal 36 (2) (1)
Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi,
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi
ayat (1) huruf a merupakan pendidikan profesi
secara langsung setelah melakukan registrasi.
setelah sarjana farmasi. (3) (2)
(3)
Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun
Pendidikan profesi Apoteker hanya dapat dilakukan
dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima)tahun
pada perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-
melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap
undangan.
akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian. (4)
Standar pendidikan profesi Apoteker terdiri atas:
Ketentuan memperoleh
a. komponen kemampuan akademik; dan b. kemampuan profesi
dalam
bidang
pendidikan
farmasi
(1)
dan
kompetensi
pendidikan profesi Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memperoleh ijazah Apoteker
Standar pendidikan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku di bidang pendidikan.
Peserta pendidikan profesi Apoteker yang telah lulus
dari perguruan tinggi.
cara
Pasal 38
ditetapkan oleh Menteri. (5)
sertifikat
tata
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
dimaksud pada ayat (3) disusun dan diusulkan oleh di
mengenai
registrasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
mengaplikasikan
Standar pendidikan profesi Apoteker sebagaimana
Asosiasi
lanjut
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan tata cara
Pekerjaan Kefarmasian. (4)
lebih
(2)
Peserta didik Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki
ijazah dari institusi pendidikan sesuai peraturan
a.
memiliki ijazah Apoteker;
b.
memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c.
mempunyai surat pernyataan telah
perundang-undangan. (3)
Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), peserta didik
mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
yang telah memiliki ijazah wajib memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang memiliki STRA di
d.
tempat yang bersangkutan bekerja. (4)
mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan
Ijazah dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib diserahkan kepada Dinas
e.
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memperoleh izin
membuat pernyataan akan mematuhi danmelaksanakan ketentuan etika profesi.
kerja. Pasal 41 Pasal 39 STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang (1)
Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat
Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1).
surat tanda registrasi. Pasal 42 (2)
Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi:
(1)
Apoteker
lulusan
luar
negeri
yang
akan
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia a. Apoteker berupa STRA; dan
harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi pendidikan.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK. Pasal 40
(2)
STRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
(1)
Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. STRA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
ayat (1); atau
bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian; atau c.
b. STRA Khusus.
Apoteker warga negara asing lulusan program pendidikan
(3)
Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Apoteker
di
luar
negeri
dengan
ketentuan:
dilakukan pada institusi pendidikan Apoteker di 1.
Indonesia yang terakreditasi.
telah melakukan adaptasi pendidikan Apoteker di Indonesia;
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian STRA, atau STRA Khusus sebagaimana dimaksud
2.
pada ayat (2), dan pelaksanaan adaptasi pendidikan
telah memiliki sertifikat kompetensi profesi;dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan 3.
Peraturan Menteri.
telah memenuhi persyaratan untuk bekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Pasal 43
ketenagakerjaan dan keimigrasian. STRA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a diberikan kepada:
Pasal 44
a.
Apoteker warga negara Indonesia lulusan luar negeri
STRA Khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat
yang telah melakukan adaptasi Pendidikan Apoteker
(2) huruf b dapat diberikan kepada Apoteker warga negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) di
asing lulusan luar negeri dengan syarat:
Indonesia dan memiliki sertifikat kompetensi profesi; 1. b.
Apoteker warga negara asing lulusan program pendidikan
Apoteker
di
Indonesia
yang
atas permohonan dari instansi pemerintah atau swasta;
telah
memiliki sertifikat kompetensi profesi dan telah memiliki izin tinggal tetap untuk bekerja sesuai
2.
mendapat persetujuan Menteri; dan
3.
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan kurang dari 1 (satu) tahun.
BAB III
Pasal 45 (1)
Penyelenggaraan adaptasi pendidikan Apoteker bagi
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Apoteker lulusan luar negeri dilakukan pada institusi pendidikan Apoteker di Indonesia. (2)
Apoteker lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud
D.
Aspek Profesi Profesi tenaga kesehatan, dalam pengkajian ini
pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam bidang pendidikan dan memiliki
dibatasi menjadi tenaga medis, tenaga keperawatan, dan tenaga kefarmasian, memegang peranan signifikan dalam
sertifikat kompetensi.
pengobatan dan pelayanan kepada warga masyarakat yang (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi pendidikan
memerlukannya.
Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
1.
diatur
oleh
Menteri
setelah
Tenaga Medis
mendapatkan
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-
pertimbangan dari menteri yang tugas dan tanggung
undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
jawabnya di bidang pendidikan.
jo Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, tenaga medis adalah Dokter, dan Dokter Gigi. Profesi
Pasal 46
pembinaan
dokter
dan
dan
dokter
pengawasan
gigi
dilakukan
dalam oleh
pemerintah dalam hal ini Kementerian kesehatan, Kewajiban perpanjangan registrasi bagi Apoteker lulusan
Organisasi
luar negeri yang akan melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia
Indonesia mengikuti ketentuan perpanjangan registrasi bagi
(PDGI).
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam pasal 41.
Profesi,
Sesuai
era
yaitu
IDI
Otonomi
(Ikatan
Daerah,
Dokter
maka
pembinaan dan pengawasan dokter dan dokter gigi juga dilakukan oleh pemerintah daerah cq Dinas Kesehatan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-
undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan daerah.
masyarakat,
sekaligus
profesi
dokter
ditempat
menjalankan tugasnya.
Pembinaan dan pengawasan pada tenaga
Berkenaan dengan semakin merebaknya
medis, sesungguhnya dimulai sejak saat yang
praktek-praktek dokter, baik berupa poliklinik yang
bersangkutan menjadi mahasiswa atau pelajar di
membuka praktek selama 24 jam, dan semakin
jenjang pendidikan yang ada. Dan hal ini terus
banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit dengan
menerus dilakukan sampai yang bersangkutan
standar tertentu (terbatas), serta adanya juga rumah
menjadi
sakit yang merawat penderita tertentu dengan
tenaga
medis,
melakukan
profesinya
sepanjang kehidupannya.
ukuran terbatas, menjadikan pelayanan kesehatan
Profesi dokter yang bertugas selama 24 jam
semakin mudah diakses oleh warga masyarakat.
sehari, menyebabkan pembinaan dan pengawasan
Namun begitu, masyarakat langsung percaya bahwa
berlangsung secara terus menerus. Dan untuk
tenaga
pembinaan sudah barang tentu dilakukan oleh
diandalkan dan professional.
medis
(dokter)
yang
menanganinya
menteri yang bersangkutan, mulai dari kementerian
Kepercayaan masyarakat yang demikian ini,
kesehatan, organisasi profesi, pemerintah daerah,
perlu diimbangi dengan budaya pembinaan dan
dan instansi kesehatan lainnya yang melakukan
pengawasan yang intensif dan serius. Maksudnya,
pelayanan kesehatan.
apakah benar bahwa dokter yang bertugas di
Institusi
dari
poliklinik yang terbuka selama 24 jam benar-benar
Direktorat Kesehatan TNI dan POLRI, dalam dalam
telah mengantongi ijazah kedokteran yang syah,
aspek administratif juga bisa berasal dari Rumah
serta telah memenuhi standard profesi melalui Surat
Sakit
Ijin Praktek dan sebagainya.
Swasta
lainnya
serta
dimaksud,
Pusat-pusat
bisa
pelayanan
kesehatan lainnya. Model dan bentuk pembinaan
Bisa jadi, yang bertugas di poliklinik 24 jam,
serta pengawasan yang demikian sesungguhnya
adalah
merupakan
menerus
persyaratan profesi ataupun kemungkinan masih
kesehatan.
setingkat Drs Medis. Hal ini berkenaan bahwa warga
Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya
masyarakat hanya mengetahui secara personal,
malpraktek,
bahwa yang memeriksa kesehatan di poliklinik
meningkatkan
upaya mutu
serta
untuk
terus
pelayanan
melindungi
kepentingan
tidak
selalu
dokter
yang
memenuhi
tersebut pasti seorang dokter. Fenomena ini sangat
keluarganya sesungguhnya sangat tidak nyaman
menguntungkan bagi pihak-pihak yang mencari
dengan
peluang
pada jam-jam malam.
kesempatan
ekonomi.
Tindakan
aktivitas
pengawasan dan pembinaan terhadap berdirinya
kunjungan/pemeriksaan
dokter
Model kunjungan dokter untuk memeriksa
poliklinik yang buka 24 jam, cenderung longgar.
pasien menjelang tengah malam, menurut catatan
Modal pemakaian kartu pengenal bagi
hanya berlangsung di rumah sakit wilayah Jakarta
dokter yang bertugas di poliklinik 24 jam, adalah
lainnya.
perlu.
waktu, pertambahan penduduk, dan perkembangan
Ataupun
kepercayaan
misalnya
masyarakat,
untuk
pada
menjaga
papan
Namun berkenaan
dengan
perjalanan
nama
perekonomian nasional dan global, yang tidak
poliklinik tersebut harus dicantumkan nama dokter
dibarengi dengan peningkatan mutu dan jumlah
dengan spesialisasinya, serta nomor surat ijin
dokter spesialis. Fenomena yang demikian dapat
praktik. Walaupun hal ini, juga tidak bisa menjamin
berlangsung di kota-kota besar lainnya.
seratus persen tentang dokter tersebut. Khusus dalam profesi dokter spesialis yang melaksanakan praktek di banyak tempat (rumah sakit
dan/atau
rumah
sakit
khusus),
2.
Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
selain
Tenaga
keperawatan
di
Indonesia
bermanfaat dan menguntungkan warga masyarakat,
memegang
juga sekaligus dapat merugikan masyarakat. Mulai
melaksanakan
menggejala kunjungan dokter (visite dokter), untuk
masyarakat. Pada masa lalu, sampai dengan tahun
memreriksa pasien, pada jam-jam istirahat visite
1980,
pada jam 23.00 bahkan jam 24.00, pernah dan
diawali
sering berlangsung di beberapa rumah sakit di
Pengamat/Penjenang
Jakarta. Sesungguhnya pihak rumah sakit sangat
Demikian pula halnya, tenaga kebidanan juga
berkeberatan melalui laporan tenaga keperawatan
merupakan
yang berdinas malam. Namun keadaan ini dilematis,
secara khusus dibidang pra-kehamilan, kehamilan,
rumah sakit masih menggantungkan harapan pada
pada saat melahirkan sampai dengan anak dan ibu
dokter
berusia bakti.
tersebut,,
sementara
pasien
dan
atau
posisi
jenjang
strategis
pelayanan
pendidikan
dengan
tenaga
dan
unik
kesehatan
tenaga
kesehatan
kepada
keperawatan
Juru Kesehatan,
dalam
Kesehatan, dan
yang
Perawat.
berprofesi
a. Keperawatan
utamanya di pedesaan, daerah terpencil yang
Masing-masing
tenaga
jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan,
keperawatan, berdasarkan lulusan SLTP. Untuk
profesi perawat sangat dominan dan diminati
Juru Kesehatan masa pendidikan 1 tahun, untuk
serta bagaikan dewa penolong bagi warga
Pengamat/Penjenang
masa
masyarakat yang membutuhkan. Kemampuan
pendidikan 2 tahun, dan harus menempuh
profesi yang standat dan mudah berinteraksi
terlebih dahulu Juru Kesehatan. Sementara
dengan masyarakat berbagai lapisan, dengan
untuk Perawat masa pendidikannya langsung 3
biaya yang murah bahkan bisa dengan barter
tahun di Sekolah Perawat yang berinduk pada
ataupun
Rumah Sakit Type C dan B. sebagian besar
terdepan untuki melayani kesehatan selama 24
lulusan
jam.
Juru
pendidikan
Kesehatan
Kesehatan
dan
gratis,
perawat
menjadi
barisan
Pengamat/Penjenang Kesehatan saekarang ini
Kemajuan ilmu kesehatan dan pengobatan
sudah memasuki masa baktinya di berbagai
tidak menjadikan profesi perawat dijauhi oleh
umah sakit di Indonesia.
masyarakat.
Sesuai
perkembangan
zaman
Sampai
sekarang
bagi
warga
dan
masyarakat kalangan terbatas keuangannya jika
kemajuan ilmu kedokteran dan keperawatan,
menderita sakit ada yang tetap berobat ke
setelah sekolah Juru kesehatan dihapus, yang
perawat yang sering akrab dipanggil Mantri.
masih berdiri adalah Sekolah perawat. Dan
Dengan semakin mendekatnya Pusat Kesehatan
kemudian Sekolah perawat tersebut tetap eksis
masyarakat pada lingkungan setempat, tidak
sampai tahun 2000-an. Sebagai perkembangan
menjadikan profesi perawat yang membuka
erbaru, Sekolah Perawat juga berakhir, dan
npraktik di rumah baik memakai izin ataupun
diganti serta ditingkatkan menjadi Akademi
tidak, tetap didatangi warga masyarakat yang
keoerawatan; bahkan di beberapa Universitas
ingin berobat.
Negeri di Indonesia, juga sudah lama dibuka Fakultas Keperawatan. Berkenaan
pelayanan
Kompleksitas
profesi
perawat
yang
merupakan unsur utama pembantuan profesi kesehatan
yang
dokter dan perawat secara pasti tidak dapat
belum merata di seluruh wilayah Indonesia,
ditinggalkan oleh dokter, menyebabkan profesi
perawat dan dokter yang secara teoritis berbeda
Proses regulasi praktik keperawatan ini harus
dalam ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,
selalu ditempuh secara teratur oleh setiap orang
oleh sebagian masyarakat yang kurang mengerti
yang
dianggap sama.
kepada sistem pasien. Demikian pula, apabila
Keperawatan
merupakan
bentuk
memberikan
pelayanan
keperawatan
seseorang sudah lama tidak melakukan praktik
pelayanan professional kepada sistem pasien
keperawatan
yang diberikan secara manusiawi, komprehensif,
perawat memberikan pelayanan kepada pasien
dan
sejak
perawat harus menempuh proses pelatihan
pasien membutuhkan pelayanan sampai saat
untuk meyakinkan bahwa dalam konteks hukum
dimana pasien mampu melakukan kegiatan
perawat masih mampu melakukan pelayanan
sehari-hari secara produktif untuk diri sendiri dan
keperawatan secara kompeten.
individualistic,
berkesinambungan
maka
seyogyanya
sebelum
orang lain. Pelayanan keperawatan professional
Sebagai alternatif lain, apabila proses
hanya dapat diberikan oleh tenaga keperawatan
pelatihan tidak dapat dilaksanakan, mekanisme
professional
pandampingan
yang
telah
kewenangan
nuntuk
keperawatan
yang
memiliki
melakukan dibutuhkan
izin
dan
tinbdakan
oleh
sistem
pasien. Pengaturan tindakan keperawatan diatur dalam
suatu
sistem
regulasi
keperawatan
(Nurachman, 2000).
dalam
waktu
tertentu
oleh
perawat yang lebih ahli di satu ruangan pada setiap tindakan, dapat dilakukan. Keluarnya
Undang-undang
Nomor
23
Tahun 1992 tentang Kesehatan yang kemudian diamandemen dengan Undang-Undang Nomor
Sistem regulasi praktik keperawatan terjadi
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-
dalam suatu kontinum restriktif sampai paling
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
restriktif
Pendidikan
yaitu
designasi
atau
rekognasi,
rekognisi
pengakuan
Kesehatan, Surat Keputusan Menteri Kesehatan
terhadap seseorang yang telah menyelesaikan
Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan
pendidikan
Praktik
keperawatan
dan
mendapatkan
ijazah (Huber, 1996 dalam Nurachman, 2000).
Perawat,
2001
Pemerintah
Nomor
proses
Tahun
Peraturan
registrasi, sertifikasi, dan lisensi. Designasi atau merupakan
32
Nasional,
dan
Tentang
Peraturan
Tenaga
Menteri
Kesehatan Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin
dan penyelenggaraan Praktik Perawat lebih
ditolak harus disampaikan oleh pejabat yang
mengukuhkan
berwenang kepada pemohon selambatnya satu
Indonesia,
perawat
sebagai
kewenangan
perawat
dalam
bulan
dalam
Permohonan yang diterima harus segera diikuti
Permenkes Nomor 148/2010 sehingga perawat
pemberian Surat Izin Praktik Keperawatan,
mempunyai
sedangkan permohonan yang ditolak pejabat
menjalankan
tugas
perawat
di
profesi
legitimasi
diatur
dalam
menjalankan
praktik profesinya. Registrasi
atau
sejak
permohonan
diterima.
yang berwenang harus memberikan alas an kep[erawatan
mempunyai
penolakan. ANA (1980), menyatakan bahwa
proses administrasi yang harus ditempuh oleh
proses registrasi diawali ketika seorang telah
seseorang yang ingin melakukan pelayanan
menyelesaikan pendidikan keperawatan.
keperawatan kepada orang lain sesuai dengan
Meskipun
pada
tahun
2010
telah
kemampuan atau kopetensi yang dimilikinya.
dikeluarkan Permenkes Nomor 148 Tahun 2010,
Kompetensi adalah kepemilikan kemempuan
namun proses registrasi perawat tetap diatur
tertentu
untuk
dalam Kepmenkes 1239/2001. Sementara itu,
menjalankan
untuk izin dan penyelenggaraan praktik perawat
tidak
diatur
atau
memenuhi suatu
beberapa
persyaratan
peran.
kemampuan ketika
Kompetensi
diterapkan
apabila
diverifikasi
oleh
belum
badan
ini
dapat
divalidasi yang
Permenkes Nomor
148/2010.
dan
Berdasarkan Kepmenkes 1239/2001, kewajiban
berwenang
registrasi perawat dimulai ketika perawat baru
(Nurachman, 2000). Menurut
dalam
lulus dari proses pendidikan. Pada pasal 3 ayat
Praptiningsih
(2007),
perawat
(1) disebutkan bahwa “Perawat yang baru lulus
yang bermaksud untuk menjalankan praktik
mengajukan
keperawatan
maupun
kelengkapan regstrasi kepada Kepala Dinas
permohonan
Kesehatan Propinsi dimana sekolah berada
kepada pejabat berwenang, yang dalam hal ini
guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1
adalah Kepala Dinas Kesehatan kabupaten atau
(satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan
Kota, dengan memenuhi syarat-syarat yang
keperawatan”.
kelompok,
baik harus
perorangan mengajukan
ditentukan. Permohonan tersebut diterima atau
permohonan
dan
mengirimkan
Kewajiban
registrasi
perawat
sesuai
dengan Kepmenkes Nomor 1239/2001 adalah lisensi SIP, SIK dan SIIP. Namun peraturan tentang SIPP diatur secara terpisah sejak dikeluarkannya Permenkes 148/2010. Namun demikian, pada kenyataannya masih banyak
Surat
Izin
Perawat
(SIP)
terdapat perbedaan di setiap propinsi. Padahal, sudah tertera jelas pada Kepmenkes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Prosedur Penerbitan Surat Izin Bagi perawat. Ketidakseragaman ini menunjukkan
bahwa
terjadi
perbedaan
pemahaman secara sengaja maupun tidak sengaja terhadap Kepmenkes Nomor 1239 Tahun 2001 pada setiap propinsi.misalnya di Propinsi jawa tengah dan DIY, penerbitan SIP melalui uji kompenetsi yang dilakukan oleh majelis Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) atau badan Mutu, hal ini berbeda dengan Propinsi Jawa
Barat
yang
telah
melakukan
uji
kompetensi. Penerapan uji kompetensi atau sertifikasi berdasarkan PP Nomor 38 tahun 2007 dapat dilakukan tingkat propinsi ataupun tingkat daerah
apabila
daerah
menunjukkan kemampuannya.
tersebut
Eksistensi Bidan dalam peraturan tentang Tenaga
Keseahatan
dicantumkan
dalam
Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996. Tenaga Bidan sebagai satu profesi dibidang
perawat yang belum meiliki SIP dan SIK. Penerbitan
b. Tenaga Bidan
telah
tenaga kesehatan melakukan tugasnya secara mandiri. Sebagai peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, dikeluarkan peraturan
menteri
kesehatan
572/Menkes/Per/VI/1996
tentang
Nomor
Kompetensi
dan Praktik Bidan yang diperbaharuai dengan keputusan Indonesia
Menteri Nomor
Kesehatan
Republik
900/Menkes/SK/VII/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Berikutnya dikeluarkan
Keputusan
menteri
Kesehatan
Nomor 369 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Bidan; dan juga dikeluarkan Keputusan menteri Kesehatan Nomor 938 Tahun 2007 tentang Standar Usulan Kebidanan. Sejarah
singkat
profesi
kebidanan
di
Indonesia, berjalan sesuai dinamika perubahan sosial,
perkembangan
perkembangan
dan
kemajuan
pendidikan, teknologi
kedokteran dan pengobatan, kemajuan dan
pertumbuhan ekonomi, serta gaya hidup modern
Dalam
menjalankan
profesinya,
bidan
masyarakat. Pada masa lalu sampai dengan
berwenang
memberikan
pelayanan
yang
periode tahun 1980-an, pendidikan kebidanan
meliputi :
setingkat SLTA, untuk menempuh pendidikan 3-
a)
Pelayanan kebidanan;
4 tahun yang mendapat ijin melaksanakan
b)
Pelayanan keluarga berencana;
pendidikan kebidanan adalah rumah sakit besar
c)
Pelayanan kesehatan masyarakat.
atau yang memiliki fasilitas lengkap di bidang
(Kepmenkes Nomor 900 Tahun 2002)
kebidanan, termasuk staf pengajarnya.
Secara khusus pelayanan tersebut dilakukan
Sesuai pendidikan
perjalanan kebidanan
waktau,
kehamilan,
dalam
menyusui, dan masa antara (periode interval),
kenyataannya cukup banyak yang berijazah
pada anak sejak lahir sampai dengan pra-
SLTA. Dalam perkembangan kemudian, untuk
sekolah.
berijazah
semula
pada ibu pada masa pra-nikah, pra-hamil, masa
hanya
dipersyaratkan
yang
ternyata
SLTP,
masa
persalinan,
masa
nifas,
mengejar aspek profesionlisme dan kematangan
Sebagai suatu fenomena social, profesi
berfikir serta bersikap tindak karena profesi
kebidanan juga ditentukan oleh masyarakat
bidan adalah mandiri, pendidikan kebidanan
yang
ditingkatkan menjadi Program D.III.
lainnya.
Dari
aspek
Keterbatasan
pelayanan
kesehatan
warga
masyarakat
pendidikan
utamanya di bidang ekonomi, dan pengetahuan
kebidanan menjadi setingkat D.III, merupakan
kesehatan, menyebabkan mereka juga berobat
hal
aspek
pada bidan untuk penyakit-penyakit lainnya.
profesionalisme, tidak dengan sendirinya bidan
Dan bidan tidak kuasa menolak kehadiran
yang lulus dari program D.III secara otomatis
pasien yang demikian ini. Keadaan ini sudah
sama
Semuanya
berlangsung lama dan terus menerus terjadi
tergantung dari kepedulian, keseriusan lembaga
bahkan di wilayah yang sesungguhnya telah
pendidikan kebidanan pengawasan dari institusi
tersedia Puskesmas bahkan praktik dokter
yang terkait, serta pribadi-pribadi bidan itu
selama 24 jam. Bahkan tidak jarang dalam
sendiri.
praktek
yang
di
wajar.
seluruh
peningkatan
membutuhkan
Namun
dalam
Indonesia.
kebidanan yang tidak sesuai dengan
kompetensinya misalnya mengobati pasien laki-
Persyaratan untuk menjadi tenaga asisten
laki yang sengaja minta pertolongan pada saat
apoteker harus melalui saringan yang ketat,
praktek kebidanan, dan tidak bias ditolak.
dengan
Sebagai
dan
nilai-n
ilai
matematika harus tinggi. Demikian pula halnya
terlihat adanya bidan yang melakukan praktik
dalam Stara S1 dan S2 pendidikan farmasi
mandiri, dengan cepat mengurusi pasien/ibu
tetap melakukan seleksi yang sangat ketat baik
yang
ahli
terhadap nilai akademis dari para calon, serta
kandungan untuk diadakan pembedahan/cesar.
persyaratan kesehatan lainnya. Risiko yang
Keadaan ini dapat diindikasikan ada yang
sangat tinggi bagi profesi tenaga farmasi
menempuh jalan pintas, yaitu bidan tidak sabar
menyangkut
untuk
pasien
melahirkan
menolong
Disamping
itu
memberatkan
khusus,
SLTP,
mulai
akan
fenomena
berijazah
pada
persalinan juga, biaya
dokter
secara
wajar.
keselamatan
serta
warga
dan
kesehatan
masyarakat
luas,
dapat
berakibat
menyebabkan informasi tentang tenaga farmasi
pasien
dan/atau
beserta organisasi profesi kode etik, menjadi
keluarganya.
sangat terbatas. Walaupun demikian, aspek pembinaan dan pembinaan berjalan sesuai
c. Tenaga Farmasi Pembatasan diantaranya
dengan sistem yang berlaku. pengkajian
menyangkut
hukum
tenaga
yang
Selama proses pendidikan, biasanya
farmasi,
selalu diseleksi secara alami sehingga bagi
beranjak dari tenaga kesehatan yang sangat
yang
mudah ditemui di seluruh pelosok tanah air dan
mereka akan berhwenti di tengah jalan. Pada
wilayah hukum Indonesia, menyangkut farmasi.
jenjang keserjanaan, tenaga farmasi, adalah
Bahkan produk-produk farmasi, baik berupa
mereka yang masuk dalam fakultas farmasi.
obat-obatan dan peralatan kesehatan lainnya,
Dan sampai saat ini, masih sangat terbatas
semakin mudah diperoleh di berbagai tempat.
jumlah fakultas farmasi di pendidikan tinggi
Sejarah pendidikan tenaga farmasi, sebagai bagian tidak terpisahkan dari tenaga kesehatan, tidak
ada
perubahan
yang
signifikan.
negeri.
nilai
akademisnya
Keterbatasan
rendah,
Fakultas
otomatis
farmasi
di
universitas negeri, tentu saja juga terbatas pula
fakultas farmasi di universitas swasta lainnya di
ini semakin banyak ditemui apoteker langsung
Indonesia.
memberikan
obat,
walaupun
tanpa
resep
dokter, meskipun ada buku panduan terhadap Dalam terbatasnya
perspektif
pendidikan
keilmuan, farmasi
sangat
di
penyakit tertentu dari Dirjenbinfar.
tingkat
universitas, disamping proses seleksi yangs angat ketat, juga untuk menjaga kualitas lulusan sarjana
farmasi,
yang
terus
menerus
E.
Aspek Hukum Tenaga kesehatan yang tercakup dalam pengkajian
dipertahankan sepanjang masa. Disamping itu, instansi pendukung seperti laboratorium dan peralatannya
untuk
menghasilkan
tenaga
farmasi yang professional, juga sangat mahal
ini, berkenaan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, sudah barang tentu, semua sikap dan tindak dalam menjalankan profesinya, harus berdasarkan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping
dan terbatas.
itu, dalam rangka memberikan perlindungan hukum pada Dalam perkembangan sekarang, tenaga
saat menjalankan profesinya, hukum, juga selalu dan harus
farmasi di berbagai apotik dan toko obat, mulai
melihat standard profesi, kode etik, dan dalam keadaan
melakukan penjualan obat yang seharusnya
bagaimana tenaga kesehatan tersebut dalam bersikap
melalui
tindak.
resep,
masyarakat keadaan
secara
sangat
ini.
bebas.
Warga
diuntungkan
dengan
Namun
sesungguhnya
dirugikan
warga
masyarakat
dengan
1.
Pidana
adanya
Secara umum, dalam aspek hukum tentang
penjualan obat yang secara bebas, karena
tenaga kesehatan, sesuai perkembangan hukum di
menyangkut dosis, resistensi obat dan bahaya-
Indonesia,
bahaya yang lain.
dalam KUHP, yaitu pasal 263, 267, 294 ayat (2),
diantaranya
adalah
beberapa
pasal
249, 304, 322, 344, 347, 348, 349, 351, 359, 360, Sesuai kode etik, standard profesi dan peraturan
perundang-undangan
yang
ada,
apoteker bekerja sesuai kompetensinya. Saat
361, 531. Penafsiran
dan
penerapan
pasal-pasal
tersebut, harus dilakukan secara ekstra hati-hati,
professional, dan melalui pendapat pakar di bidang
tetapi juga atas kerugian yang ditimbulkan dari
kedokteran dan kesehatanh lainnya, apakah sesuai
tindakan
dan selaras standard profesi. Apakah memenuhi
pengawasannya.
orang
lain
yang
berada
di
bawah
unsur kelalaian dan kesalahan atau tidak. Ataukah memang keadaan umum pasien yang sudah tidak ada harapan.
3.
Administratif Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
2.
Perdata Menurut pertanggungjawaban
aspek hukum pidana, dan hukum perdata, aspek hukum
perdata,
perdata
profesi
dalam tenaga
administratif
dari
merupakan
KUHPerdata. Tenaga medis, tenaga keperawatan,
komprehensif.
sesuai pasal-pasal tersebut. Pada pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan
dan
pengawasan
tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya,
kesehatan, diatur dalam pasal 1365, 1366 dan 1367
dan tenaga farmasi, dapat dipertanggungjawabkan
pembinaan
suatu
kelengkapan
nyang
sangat
Bagi tenaga kesehatan yang masuk dalam struktur kepegawaian Negara, berlaku peraturan perundang-undangan
pegawai
negeri.
Demikian
bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
pula tenaga kesehatan yang masuk dalam struktur
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
TNI/POLRI, berlaku peraturan perundang-undangan
orang yang karena salahnya menerbitkan kesalahan
yang ada, baik Undang-undang Nomor 34 Tahun
itu, mengganti kerugian tersebut”.
2004 tentang TNI. Khusus bagi tenaga kesehatan
Pada pasal 1366 KUHPerdata menyebutkan
yang bekerja di sektor swasta, berlaku ketentuan
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
yang berlaku di berbagai jenis pelayanan kesehatan
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
swasta. Namun yang pasti, kode etik profesi,
tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena
standard profesi, dan berbagai hal yang berkaitan
kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
dengan profesi, selalu mengikat tenaga kesehatan di
Pada pasal 1367 KUHP “Seseorang harus memberikan pertanggung-jawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dan tindakannya sendiri,
berbagai bidang profesi, baik di sektor pemerintahan maupun swasta.
Untuk kesehatan
pengaturan
dan
berbagai
khusus
di
bidang
profesi
serta
b.
alat
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
perlengkapannya, sejalan dengan prinsip Negara hukum di Indonesia sesuai dengan Undang-undang dasar 1945, yang di dalamnya terdapat pancasila
Mempertahankan dan meningkatkan mutu
dan dokter gigi; dan c.
Memberikan
kepastian
hukum
kepada
masyarakat, dokter dan dokter gigi.
serta melekat, perlindungan hak asasi manusia (HAM), telah diundangkan Undang-undang Nomor
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-
36 Tahun 2009, dapat diutarakan pada pasal 2
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
yang merevisi Undang-undang Nomor 23 Tahun
berasaskan
1992 dan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak
tentang Rumah Sakit. Disamping itu, cukup banyak
dan kewajiban keadilan gender dan non-diskriminatif
pula peraturan perundang-undangan yang terkait
dan norma-noprma agama.
baik secara langsung dan tidak langsung dengan
Tentang tenaga kesehatan, diatur dalam :
perikemanusiaan,
keseimbangan,
profesi kesehatan. Adapun ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004, diantaranya
Pasal 21
dapat dilihat pada pasal 2. Praktik kedokteran
(1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
dilaksanakan berasaskan Pancasila dan disesuaikan
pendaya-gunaan, pembinaan, dan pengawasan
pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
mutu
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan;
pasien.
tenaga
kesehatan
dalam
rangka
(2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan,
Pasal 3 Pengaturan praktik kesehatan bertujuan
pendaya-gunaan, pembinaan, dan pengawasan
untuk :
mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
a.
Memberikan perlindungan kepada pasien;
pada
ayat
pemerintah;
(1)
diatur
dalam
Peraturan
(3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-undang.
(1) Tenaga
kesehatan
sebagaimana
dimalsud
dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan
Pasal 22
kode
(1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi
kesehatan, standar pelayanan, dan standar
minimum;
etik,
standar
profesi,
hak
pengguna
prosedur operasional;
(2) Ketentuan
mengenai
kualifikasi
minimum
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan Peraturan pemerintah.
diatur oleh organisasi profesi;
Pasal 23
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan
(1) Tenaga
kesehatan
berwenang
untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan; (2) Kewenangan
untuk
menyelenggarakan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana diamaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan menteri.
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
Pasal 25
pada ayat b(1) dilakukan sesuai dengan bidang
(1) Pengadaan
keahlian yang dimiliki.
wajib memiliki izin dari
pemerintah; (4) Selama
peningkatan
mutu
tenaga
kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah,
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan
dan
pemerintah daerah dan/atau masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan; (2) Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan
memberikan
pelayanan
kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
mengutamakan
daerah;
kepentingan
yang
bernilai
materi;
(3) Ketentuan
mengenai
penyelenggaraan
(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana
pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pemerintah.
Pasal 24
Pasal 26
(1) Pemerintah kesehatan
mengatur untuk
penempatan
pemerataan
tenaga
(1) Tenaga
pelayanan
imbalan
kesehatan;
dan
berhak
perlindungan
mendapatkan hukum
dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya;
(2) Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan
tenaga
kesehatan
sesuai
dengan kebutuhan daerahnya; (3) Pengadaan
kesehatan
dan
pendayagunaan
(2) Tenaga
kesehatan
dalam
melaksanakan
tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
tenaga
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
yang dimiliki; (3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga
dilakukan dengan memperhatikan :
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan pemerintah.
masyarakat;
Pasal 28
b. Jumlah sartana pelayanan kesehatan; dan c.
(1) Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan
wajib melakukan pemeriksaan kesehatan atas
beban kerja pelayanan kesehatan yang ada.
permintaan
(4) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana
penegak
hukum
dengan
diaya
ditanggung oleh Negara;
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud mpada
memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak
ayat (1) didasarkan pada kompetensi dan
masyarakat
kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang merata;
yang dimiliki.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga
kesehatan
pemerintah.
diatur
dalam
Peraturan
Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Adapun ketentuan yang terdapat dalam Undang-
Pasal 27
undang Nomor 44 Tahun 2009 antara lain sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Persyaratan
sumber
daya
manusia
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1)
dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
yaitu Rumah sakit harus memilikii tenaga tetap
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
yang meliputi tenaga medis dan penunjang
dan anti diskriminasi, pemerataan, perloindungan
medis,
dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit,
social.
dan tenaga non kesehatan;
Pasal 3
(2) Jumlah
tenaga
dan
keperawatan,
jenis
sumber
daya
tenaga
manusia
Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit berfungsi
sebagaimana dimaksud padaq ayat (1) harus
:
sesuai dengan jenis dan klasifikasi rumah sakit;
a. Mempermudah
akses
masyarakat
untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan; b. Memberikan
c.
perlindungan
(3) Rumah sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam
terhadap
penyelenggaraan rumah sakit;
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
(4) Rumah sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah
tetap dan konsultan sesuai kebutuhan dan
sakit;
kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan
Meningkatkan
mutu
dan
mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit; dan
perundangan. Pasal 13
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
(1) Tenaga
medis
yang
melakukan
praktik
kedokteran di rumah sakit wajib memiliki Surat
dan rumah sakit.
izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
Pasal 4
perundang-undangan; Rumah
sakit
mempunyai
tugas
memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Pasal 12
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
dari
berbagai
bentuk
pelayanan
primer
atau
sakit harus bekerja sesuai dngan standar
pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas,
profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar
klinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
Pelayanan primer yang dilakukan oleh rumah sakit
menghormati hak pasien dan mengutamakan
biasanya dilakukan untuk penderita gawat darurat
keselamatan pasien;
(emergency) atau pada bagian rawat jalan (out
(4) Ketentuan
mengenai
ketentuan
medis
dan
patiet).
tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
1.
Berdasarkan
jenis
penyakit
atau
masalah
kesehatan penderita, rumah sakit dibedakan
perundang-
menjadi :
undangan.
a. Rumah Sakit Umum (RSU).
Pasal 14
Rumah sakit yang melayani segala jenis (1) Rumah sakit dapat mempekerjakan tenaga
masalah kesehatan atau penyakit dari
kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
pelayanan;
b. Rumah Sakit Khusus
(2) Pendayagunaan
tenaga
asing
Rumah sakit yang hanya melayani salah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
satu jenis masalah kesehatan atau penyakit
dilakukan
dari masyarakat. Misalnya rumah sakit jiwa,
dengan
kepentingan
alih
pengetahuan
serta
kesehatan
mempertimbangkan teknologi
dan
ketersediaan
ilmu
rumah sakit kusta, rumah sakit ibu dan
tenaga
anak, rumah sakit jantung, dan sebagainya.
kesehatan setempat.
2.
Rumah sakit dapat dikelompokkan berdasarkan kepemilikan-nya, yakni: a. Rumah sakit yang dikelola dan dimiliki oleh
Menurut Soehardjo Martoatmodjo (2010), 157158) rumah sakit adalah merupakan pelayanan kesehatan rujukan, artinya pelayanan rumah sakit tipe dan tingkat apapun utamanya melayani rujukan
Departemen Kesehatan; b. Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah daerah (RSUD) :
c.
-
RSUD Provinsi;
-
RSUD Kabupaten.
4.
fungsi rujukan, juga terdiri atas :
Rumah sakit yang dikelola dan dimiliki oleh
a. Rumah sakit khusus kelas A;
TNI dan POLRI :
b. Rumah sakit khusus kelas B;
-
RS Angkatan darat
c.
-
RS Angkatan Laut;
-
RS Angkatan Udara, dan RS POLRI.
d. Rumah sakit yang dikelola dan dimiliki oleh
F.
Rumah sakit khusus kelas C.
Aspek Fasilitasi Fasilitas pelayanan kesehatan di manapun berada
Departemen dan BUMN
baik di Negara maju dan berkembang maupun di Indonesia,
-
RS Pertamina
harus diakui tidak sama. Penggunaan teknologi cangih
-
RS PELNI
modern, dan penelitian-penelitian di bidang kesehatan,
-
RS Perkebunan
merupakan fenomena umum di Negara maju, dan modern.
e. Rumah sakit yang dikelola dan dimiliki oleh
Sedangkan di Negara miskin dan Negara berkembang
Swasta :
termasuk di Indonesia hanys sebagai pengguna dari produk-
-
RS Yayasan;
produk Negara maju.
-
RS Perusahaan (PT)
Dalam
rangka
penyelenggaraan
Dari segi pelayanan kesehatan di Indonesia, tidak pelayanan
dapat dipungkiri adanya perbedaan ketersediaan bahkan
fungsi
kesenjangan di berbagai daerah. Sejak masa lalu sampai
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit
dengan sekarang, ketersediaan pelayanan kesehatan di
khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas
Pulau Jawa dengan berbagai kota besar, utamanya Jakarta,
dan kemampuan pelaanan rumah sakit.
Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Bandung lebih
Klasifikasi rumah sakit berdasarkan fungsi
lengkap dan sangat memadai jika dibandingkan daerah lain.
kesehatan
3.
Klasifikasi rumah sakit khusus berdasarkan
secara
berjenjang
rujukan ini terdiri atas:
dan
Bahkan kalau didata secara lebih cermat, dengan
a. Rumah sakit umum kelas A;
wilayah Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau besar
b. Rumah sakit umum kelas B;
dan pulau kecil, ketersediaan pelayanan kesehatan dalam
c.
Rumah sakit umum kelas C;
tingkatan standard masih belum merata di kabupaten/kota.
d. Rumah sakit umum kelas D.
Keterbatasan dana pemerintah memang sangat dimaklumi.
Sedangkan sektor swastapun tidak dapat diarahkan untuk
walaupun bentuknya sudah sebagai badan pelayanan
melakukan investasi di bidang kesehatan, di suatu daerah
Umum (BLU).
yang
menurut
perhitungan
mereka
prospeknya
tidak
menguntungkan.
Dengan adanya otonomi daerah tersebut, urusan kesehatan
secara
Sehingga, sektor swasta termasuk dari pemodal
utamanya
melalui
yang
bidang
Pemerintah Daerah dan DPRD. Sehingga aspek fasilitasi
pelayanan kesehatan, termasuk dengan menyiapkan secara
pelayanan kesehatan baik sarana dan prasarananya,
komprehensif tenaga medis, tenaga keperawatan dan
termasuk sumber daya manusia sangat tergantung pada
tenaga farmasi.
kebijakan pemerintah daerrah. Keadaan ini bisa berakibat
asing
akan
melakukan
investasinya
di
Melalui sistem kesehatan nasional, pemerintah berusaha
untuk
masyarakat
di
mewujudkan bidang
kesejahteraan
kesehatan.
Namun
mutlak
diserahkan
persetujuan
pada
dan
daerah,
kebersamaan
baik dan mendekatkan pelayanan kesehatan yang optimal
umum
pada masyarakat di daerah. Namun sebaliknya bisa terjadi
begitu,
jika daerah tersebut dananya kecil dan terbatas, terlebih lagi
pemerataan pelayanan kesehatan hanya menjangkau pada pembentukan/ pembangunan pusat kesehatan masyarakat,
jika pemerintah daerah kurang mempedulikan masyarakat. Bagi tenaga kesehatan yang bertugas ataupun
dan berbagai program yang menjangkau warga masyarakat
melakukan
profesinya
secara
mandiri,
fasilitas
yang
miskin/kurang mampu.
dipergunakannya sudah barang tentu sesuai kemampuan
Berkenaan pelaksanaan otonomi daerah sejak
dari masing-masing individu. Bagi tenaga medis, dokter, dan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang
dokter gigi, praktik secara mandiri lazim lazim dilakukan.
Nomor 32 Tahun 2004, bidang kesehatan termasuk bidang
Dari aspek pembinaan dan pengawasan, tergantung pada
yang
organisasi profesi, dan institusi kesehatan di wilayah
didesentralisasikan,
urusan
kesehatan
menjadi
tanggung jawab dan kewenangan pemerintah daerah
masing-masing.
kabupaten/ kota. Sedangkan propinsi dalam tingkatan
pengguna/pasien
koordinasi yang sifatnya pasif. Sementara untuk tingkatan
melalui apa yang dilakukan dari tindakan dokter tersebut,
Rumah
kemudian melaporkan kepada pihak-pihak terkait.
sakit
Umum
Pusat
seperti
RSUP
Cipto
Walaupun juga
dapat
begitu,
masyarakat
melakukan
pengawasan
Mangunkusumo, RSUP Dr. Sardjito, RSUP dr. Karyadi,
Sementara itu bagi tenaga keperawatan, praktik
RSUP Hasan Sadikin masih dikelola oleh pemerintah Pusat
secara mandiri dengan fasilitas yang terbatas, dapat dimungkinkan berlangsung selama ada ijin dan pengawasan
dari Dinas Kesehatan, dan dokternya sebaghai suatu
BAB IV
kenyataan, terkadang tenaga keperawatan di daerahKEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI
daerah, ada yang melaksanakan perizinan, dan ada pula yang karena ketidak-tahuan berkenaan yang bersangkutan sudah pensiun dari PNS, tetap melakukan praktik secara mandiri, karena didesak oleh warga masyarakat yang memerlukan pertolongan. Aspek pengawasan seharusnya
D.
Tenaga Medis Profesi dokter, disamping sebagai profesi mulia karena
berjalan, namun sangat tergantung pada konsistensi jajaran
menyangkut
penyelamatan
dan
upaya
pemulihan
dinas kesehatan setempat.
kesehatan, juga dibarengi model dan bentuk pertanggung jawaban, berkenaan dengan apa yang diperbuat serta apa yang tidak diperbuat. Khusus profesi dokter gigi, agak berbeda
dengan
profesi
dokter.
Dokter
gigi
dalam
melaksanakan profesinya bersikap menunggu atau pasif terhadap
pasien
pertolongannya.
dan
keluarga
Sementara
itu
bersikap selalu responsive dan
yang
profesi
memerlukan dokter
adalah
reaksi cepat terhadap
pasien yang memerlukan pertolongannya sesuai keadaan umum pasien tersebut. Pada unit vgawat darurat yang terbuka selama 24 jam, baik pada rumah sakit umum maupun rumah sakit swasta, selalu memberikan pertolongan baik pada kecelakaan, juga memberikan pertolongan lain pada pasien gawat darurat seperti muntaber, serangan jantung, percobaan bunuh diri, penganiayaan ringan sampai penganiayaan berat, baik yang diantar oleh keluarganya maupun oleh orang lain/Polri yang berinisiatif menolong.
Kecepatan tindakan dokter dalam menangani pasien
pelayanan
kesehatan.
yang keadaan umumnya kritis, dapat menolong dan
kemajuan
dan
memulihkan
terjadi
mahalnya biaya kesehatan, serta ketidakmampuan pasien
kelambatan ataupun pembiaran terhadap pasien yang sudah
untuk membiayai pengobatannya, menjadikan kebebasan
dalam keadaan gawat darurat, dapat terjadi kecacatan total
dokter terkendala dan dilematis.
kondisi
pasien.
Sebaliknya
jika
Dan
teknologi
juga,
berkenaan
kedokteran,
yang
dengan berakibat
pada pasien ataupun justru terjadi meninggal dunia. Dari Disamping dokter melakukan kebebasannya, namun
aspek profesi, kebebasan dokter dengan dasar keilmuan dan profesi untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien yang pada kondisi gawat darurat, adalah bersifat independen. Keadaan gawat darurat atau sering disebut sebagai “emergency” yang menjadi tolok ukur profesi dokter, menurut literature di luar negeri terdapat 4 (empat) macam keadaan (J. Guwandi), yaitu :
pada saat yang bersamaan, pasien juga tetap mendapat perlindungan termasuk perlindungan hukummnya. Secara teoritis dalam menemukan pasien yang emergency, dan tidak ada keluarganya, dokter secara otomatis langsung mengambil tindakan. Factor biaya, dan resiko sudah diperhitungkan
dengan
cermat.
Namun
dalam
pelaksanaannya, tindakan demikian tidak terjadi, di tengah kehidupan masyarakat kita yang semakin terlelap dengan prinsip-prinsip ekonomis.
1.
Pasien dalam keadaan shock;
2.
Terdapat perdarahan (haemorhage);
3.
Patah tulang (fractmes);
dimungkinkan terjadi pada saat adanya kecelakaan apapun
4.
Kesakitan (pains).
bentuk dan jenisnya, yang lokasinya sangat jauh dari
Dikatakan lebih lanjut bahwa apabila seorang pasien di
domisili korban, dan tidak dimungkinkan keluarga korban
Suatu tindakan kebebasan dokter terhadap pasien,
bawah ke unit gawat darurat, maka persetujuannya untuk
dapat
mengambil tindakan medis dianggap sudah diberikan
kedatangan keluarga korban ke lokasi, bila lebih dari 1 (satu)
(implied). Di Negara kita hanya rumah sakit pemerintah yang
hari.
berani melakukannya.
kebebasan penuh dalam melakukan tindakannya.
menolong
Sehingga
dalam
dapat
waktu
yang
dipastikan
cepat.
dokter
Bahkan
mempunyai
Kompleksitas profesi dokter di Indonesia karena profesi
Kebebasan penuh dokter tersebut, bisa jadi tidak
dokter berkorelasi erat dengan sarana dan prasarana
bersifat mutlak. Keadaan ini dapat terjadi apabila korban
ternyata masih sadar, dan stabil, serta berkeberatan terhadap
upaya
dokter
untuk
melakukan
tindakan
terhadapnya. Walaupun tentu saja dalam menghadapi
e.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(4) Persewtujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan;
situasi dan kondisi demikian, dokter telah memberikan
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
keterangan dan penjelasan secara panjang lebar terhadap
mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan
pasien, yang dikenal dengan informet consen.
persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan pewrsetujuan;
Berkenaan kebebasan dokter, menjadi lebih menarik apabila dokter tersebut, bertindak dalam suatu tim. Tentu saja, kebebasan ini merupakan hasil kesepakatan tim untuk melakukan tindakan sesuatu ataupun tidak melakukan
(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran
atau
kedokteran
gigi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
tindakan sesuatu pada pasien. Menurut pasal 45 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan bahwa : (1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
Pada penjelasan pasal 45 ayat (1), pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. Namun
akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap
apabila
pasien
yang
bersangkutan
berada
dibawah
pasien harus mendapat kesepakatan;
pengampuan (under curetele) persetujuan atau penolakan
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
persetujuan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara
terdekat antara lain suami/isteri, ayat/ibu kandung, anak-
lengkap;
anak kandung atau saudara-saudara kandung.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup: a.
Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b.
Tujuan tindakan medeis yang dilakuka;
c.
Alternative tindakan lain dan risikonya;
d.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien
sadar
atau
dalam
kondisi
yang
sudah
memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada
keluarganya atau yang mengantar. Apabila tidak ada yang
Berkenaan dengan era globalisasi yang sudah lama
mengantar dan tidak ada keluarganya, sedangkan tindakan
menjangkau profesi kedokteran dan keperawatan di seluruh
medis harus dilakukan, maka penjelasan diberikan kepada
dunia, termasuk di Indonesia, rahasia medis di Idnonesia
anak yang bersangkutan atau pada kesempatan pertama
sudah diatur dan ditegaskan dalam Permenkes Nomor
pasien sudah sadar.
69/Menkes/4/2008. memanipulasi
Suatu keterkaitan antara kebebasan dan tanggung
kelalaian
(negligency)
yang
(World
Health
Kementerian Kesehatan, yang akhirnya memanfaatkan data
kepustakaan hukum kedokteran dapat dibedakan antara dan
WHO
dan
rekam medis secara lengkap dari Indonesia melalui
atau risiko pasien. J Guwandi menjelaskan di dalam
pasien
kepentingan
memanfaatkan
Organization), lembaga peneliti asing meminta data-data
jawab pasien, paling tidak juga berkenaan kelalaian dokter
risiko
Dengan
tersebut untuk mencari temuan obat/vaksin yang sangat
dapat
mahal harganya.
dimintakan pertanggung jawaban kepada dokter. Risiko yang ditanggung pasien ada 3 macam bentuknya : E.
Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
1.
Kecelakaan (aicedent, miskap, misad venture);
2.
Risiko tindakan medis (risk of treatment);
3.
Kesalahan penilaian (error of judgement).
yang bersifat
Dapat dikatakan bahwa amsalah hukum kedokteran
profesi
Profesi keperawatan merupakan unsur supporting permanen dan terus menerus menunjang
kedokteran.
Dengan
dibekali
pendidikan
dan
80% berkisar pada penilaian dan penaksiran, bila terdapat
pengetahuan yang standard an terus menerus dilatih
kelalaian dokter sehingga dapat dimintakan pertanggung
danberlatih dari bidang kesehatan tertentu, profesi perawat
jawabannya bila risiko tersebut harus dipikul oleh pasiennya
tidak mungkin ditinggalkan oleh dokter.
sendiri. Di dalam hukum kedokteran dikatakan bahwa
Di dalam rumah sakit, dokter tidak dapat bekerja
tindakan dokter itu harus memenuhi standar medis, dalam
tanpa perawat. Sebaliknjya perawat juga tidak berwenang
arti bahawa dia harus bekerja dengan teliti, hati-hati, tidak
melakukan tindakan dan inisiatif sendiri kecuali dalama
sembarangan dan menurut prosedur yang lazim dan setelah
spek-aspek tertentu yang bersifat umum dan memang
mendapat izin dari pasiennya (informed consent).
termasuk bidang keperawatan (nursing care). Namun dalam kenyataannya mudah ditemui yang sesungguhnya tercakup bidang profesi dokter, namun justyru dilakukan perawat
karena memang telah didelegasikan kepada perawat
perintah dokter. Dan dalam mekanismenya selalu hati-hati,
misalnya pemberian injeksi/suntikan, pemasangan infuse,
teliti, serta dalam keadaan ruangan yang terang serta
dan sebagainya.
tenang tanpa intervensi dari pihak manapun. Hal ini tentu
Keadaan ini tentu akan sangat berbeda, apabila
berbeda apabila perawat tersebut melakukan praktik secara
melihat dan memperhatikan profesi perawat di daerah-
mandiri,
daerah, apalagi daerah terpencil yang sulit terjangkau dari
pengawasan dokter, serta mempunyai izin dari Dinas
transportasi, penerangan, sarana dan prasarana kesehatan
Kesehatan. Kebebasan melakukan tindakan yang dipastikan
yang kurang, dan tenaga dokter yang terkadang juga tidak
berdasarkan keyakinan dan pengalaman selama menjadi
ada. Disini profesi perawat adalah identik dengan profesi
perawat, dan juga dilakukan secara hati-hati serta teliti, tetap
dokter, minus tanpa tindakan operasi besar, menentukan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum apabila terjadi
diagnose,
misalnya malpraktik.
membuat
dan
memerintahkan
pemeriksaan
rujukan lanjutan, serta tidak berhak melakukan berbagai administrasi kedokteran lainnya.
walaupun
secara
administratif
dibawah
Di tengah keterbatasan jumlah perawat
yang
berprofesi di dalam unit pelayanan kesehatan sampai
Kebebasan profesi perawat adalah sesuai instruksi
dengan di rumah sakit pemerintah, baik rumah sakit umum
yang diberikan dokter secara tertulis dalam status list
pusat sampai dengan rumah sakit umum daerah, rumah
pasien. Problematikanya, bisa jadi instruksi dokter tersebut
sakit
diberikan oleh dokter spesialis secara lisan atau melalui
(Puskesmas), lulusan pendidikan keperawatan dari jenjang
telepon berkenaan keadaan umum pasien dari dokter
SMK sampai magister mencapai 24000 -25000 orang per
spesialis tersebut dalam keadaan emergency. Hal mana
tahun. Namun hanya 4 – 10 persen diantara mereka yang
berkenaan dokter tersebut berada di luar jangkauannya.
terserap pasar kerja di lembaga kesehatan pemerintah dan
Apabila telepon dan pendengaran perawat jelas, serta
swasta.
perintah/instruksi dokter tersebut jelas dan pasti, tentu tidak
keperawatan
ada masalah; namun kalau instrusksi tersebut kurang jelas
pemerintah. Sebagian perawat yang tidak tertampung
dan sulit dikonfirmasi, tentu menjadi repot kalau terjadi
kemudian menuadi perawat di luar negeri atau menjadi
kemunduran atau kefatalan pada pasien.
pegawai honorer di sejumlah rmah sakit dan Puskesmas
Dari
tanggung
jawab
profesi,
posisi
perawat
dilindungi apabila perawat hanya melakukan tindakan sesuai
khusus,
dan
Randahnya
pusat
daya
merupakan
kesehatan
serap
imbas
lulusan
terbatasnya
masyarakat
pendidikan anggaran
pemerintah. Bahkan ada sejumlah perawat di beberapa
kabupaten di sejumlah propinsi menjadi tenaga sukarela
terlihat profesi bidan berisiko tidak terlalu rumit atau
yang tidak digaji. (Kompas, Sabtu, 3 Desember 2011).
mendapat
Sementara itu, profesi kebidanan yang berada di
perlindungan
hukum
yang
memadai
jika
dibandingkan perawat yang melakukan praktik secara
suatu rumah sakit atau rumah sakit bersalin merupakan
mandiri.
profesi yang mandiri, sekaligus dilindungi oleh dokter ahli kandungan yang ada. Segala upaya bidan untuk menolong persalinan secara normal di rumah sakit atau rumah sakit bersalin, adalah proporsional.
F.
Tenaga Farmasi Profesi tenaga farmasi selalu taat asas, teliti dan hati-hati setiap bersikap tindaki. Tenaga farmasi selalu
Dokter ahli kandungan akan langsung merespon
berdasarkan rumusan-rmusan, serta dalil-dalil yang baku,
dan melakukan tindakan terhadap pasien yang akan
setelah melalui penelitian yang cermat, terbuka, dan telah
melahirkan secara abnormal, misalnya tindakan cesar,
melalui proses penggunaan obat secara universal.
ataupun
melalui
forcep.
Jika
dokter
ahli
kandungan
Dari aspek kebebasan profesi, tenaga farmasi, tidak
berhhalangan, sejak awal akan memerintahkan bidan untuk
diberikan kebebasan menurut perkiraan mereka sendiri.
merujuk pasien pada rumah sakit yang lebih siap dan
Semuanya serba terukur, sesuai standar yang bersifat
mandiri, serta ada dokter ahli kandungan.
universal dan juga ada ketentuan tentang masa berlakunya.
Khusus bidan yang melakukan praktik secara
Perubahan dan pencampuran komposisi obat yang
mandiri, sejak awal dengan berijazah bidan dan kemudian
telah lama diberlakukan, bisa dihentikan atau dilarang kalau
menghurus ijin praktik, secara otomatis dapat langsung
berdasarkan hasil penelitian utamanya di berbagai Negara
berprofesi secara mandiri. Dari aspek kebebasan profesi,
yang sudah maju dan modern dengan budaya penelitian
bidan mempunyai keleluasaan dalam menangani persalinan.
obat yang sudah diakui oleh organisasi kesehatan sedunia
Dengan profesionalisme yang ada, sejak pra-kehamilan,
(World Health Organization) WHO.
bidan sudah mengetahui sejauhmana riwayat dari ibu yang
Dalam profesi sehari-hari yang dilakukan di apotik,
akan melahirkan beserta posisi/letak bayinya. Sehingga,
tenaga farmasi dilarang mengganti obat dari dokter yang
kalau sudah diketahui sejak awal tentang ibu yang hamil,
memberikan resep. Kecuali obat tersebut sama dan dari
bidan
ataupun
pabrik/produsen yang berbeda. Dalam hal tenaga farmasi
menyarankan konsul ke dokter ahli kandungan atau ke
tersebut ragu terhadap penulisan resep dokter, baik
rumah sakit untuk diadakan tindakan cesar. Dari aspek ini
menyangkut kemungkinan pemberian resep dokter ternyata
langsung
bisa
mengatakan
siap
pada jenis obat yang sama, dan hanya produsennya
berperan di daerah tersebut. Sehingga, dari situasi dan
berbeda, tenaga farmasi harus menghubungi dokter untuk
kondisi yang bersifat kedaruratan, tanggung jawab tenaga
menanyakan hal itu.
farmasi dapat disimpangi. Namun harus dilihat apakah
Khusus untuk pemberian obat jenis narkotika
standar
dengan golongan yang tinggi, dan penggunaannya harus
pelayanan
minimal
dan
etika
profesi,
dapat
mendukung tenaga farmasi pada waktu itu.
diawasi secara ekstra ketat, tenaga farmasi dimungkinkan menanyakan langsung pada dokter yang memberikan resep
G.
Aspek Peraturan Perundang-undangan
ataupun mencoba mengingatkan dokter tentang resep
Tenaga kesehatan, yang dalam konteks ini dibatasi
tersebut. Karena hal ini dapat terjangkau dengan Undang-
pada profesi tenaga medis (dokter, dan dokter gigi, perawat
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bahkan
dan bidan, serta tenaga farmasi) merupakan unsur strategis
perlu memperhatikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997
dalam
tentang Psikotropika.
penyembuhan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
pelayanan
kesehatan,
termasuk
upaya
Berkenaan dengan semakin banyaknya produk-
Sebagai perwujudan pengamalan Negara hukum
produki farmasi yang beredar di tengah masyarakat sesuai
yang mensejahterakan masyarakat (welfare state), tenaga
era perdagangan bebas, tenaga farmasi harus mencermati
kesehatan telah dilindungi melalui berbagai peraturan
peredaran produk farmasi tersebut, apakah berbahaya bagi
perundang-undangan.
ummat manusia, khususnya di Indonesia. Dan sesuai
perundang-undangan
dengan profesinya, serta sebagai tanggung jawab pada
tersebut, baik itu Udnang-undang Nomor 36 Tahun 2009
masyarakat
dan
tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 44 Tahun
melaporkan pada pihak Badan Pengawasan Obat dan
2009 Tentang Rumah Sakit, serta beberapa undang-undang
Makanan (BPOM).
lain, belum ada peraturan pelaksanaannya berupa Peraturan
Indonesia,
diharapkan
merespon
Namun berupa
demikian
berbagai
peraturan
undang-undang
Kebebasan dan tanggung jawab profesi tenaga
Pemerintah (PP). sehingga, disamping sangat mengganggu
farmasi justru dibatasi oleh tenaga farmasi sendiri. Namun
profesi tenaga kesehatan, juga membatasi serta tidak
berkenaan bahwa Negara Indonesia adalah sangat luas
adanya jaminan kepastian hukum.
serta masih sangat banyak daerah yang tidak terjangkau
Profesi tenaga kesehatan di Indonesia, juga tidak
pelayanan kesehatan secara minimal, tenaga farmasi
dapat melepaskan diri dari hal-hal yang bersifat administratif.
menengah (lulusan asisten apotiker), terkadang sangat
Diantaranya berkenaan dengan diundangkannya Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
BAB V
Sosial Nasional, diantaranya pada : PENUTUP
Pasal 2 Sistem
Jaminan
Sosial
Nasional
diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas A.
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesimpulan Profesi tenaga kesehatan yang dalam pengkajian
Pasal 19 (1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
tenaga kebidanan, dan tenaga farmasi, merupakan materi
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip … (2) Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin
agar
pemeliharaan
peserta
kesehatan
memperoleh dan
perlindungan
hukum ini dibatasi pada tenaga medis, tenaga keperawatan,
manfaat
yang
namun
sangat
berkaitan
dan
selalu
bekerjasama dalam suatu system kesehatan nasional. Sesuai dengan keahliannya yang berbeda dan
dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
berbeda,
dasar-dasar keilmuan yang diperoleh selama waktu tertentu,
Pasal 20
persyaratan tertentu, kecakapan tertentu, pengawasan dan
(1) Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang
pembinaan yang berbeda, standard profesi, dank ode etik
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
yang berbeda, menyebabkan hak dan kewajibannya juga
pemerintah.
berbeda. Di tengah perkembangan dan modernisasi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan dan ilmu kebidanan, serta perkembangan kefarmasian, tenaga kesehatan di Indonesia harus selalu dan terus berprofesi dan selalu mengasah diri untuk mengejar kemajuan yang ada demi tercapainya keselamatan profesi dan keberhasilan tindakan terhadap pasien. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan selalu melekat dalam melakukan profesinya. Bahkan keberhasilan dan kegagalan profesi, harus mengacu pada pelaksanaan hak
dan kewajiban tenaga eksehatan yang bertugas di seluruh
tenaga kesehatan yang berada dalam cakupan wilayah
wilayah Indonesia, dengan tingkatan pelayanan kesehatan,
propinsi, kabupaten/kota, pengawasan dan pembinaan
dan ketersediaan sarana dan prasarana yang sangat
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota
beragamj. Mulai dari rumah sakit modern sangat lengkap
khusus bagi tenaga kesehatan yang bertugas di lingkungan
berbagai alat kesehatannya, sampai dengan yang peralatan
TNI dan POLRI, berlaku pengawasan dan pembinaan
kesehatan minim dengan ketersediaan obat yang sangat
menurut
terbatas.
Disamping
Tenaga
kesehatan
perawat
yang
terkadang
ataupun
standart
organisasi
profesi,
dan
profesi kode
etik
ada. yang juga
melakukan pengawasan dan pembinaan.
dapat
berupa Peraturan Pemerintah (PP), sebagai tindak lanjut
berakibat dilematis bagi perawat khususnya apabila terjadi
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, dan Undang-
malpraktik ataupun kematian bagi pasiennya.
undang Nomor 44 Tahun 2009, serta undang-undang
minta
memaksa
peranan
yang
Sampai saat ini berbagai peraturan pelaksanaan
untuk
masyarakat
perundang-undangan
dan
mendatangi
warga
itu,
mengeluarkan
melakukan praktik secara mandiri, baik karena ketiadaan dokter
peraturan
pertolongan/berobat,
Suatu kecenderungan baru yang mulai terlihat
lainnya belum ada, sehingga sangat mengganggu profesi
berkenaan profesi bidan yang dengan cepat berlangsung
tenaga kesehatan, dan tidak adanya jaminan kepastian
mengirim pasien/ibu yang akan melahirkan ke dokter ahli
hukum.
kandungan untuk diadakan tindakan pembedahan/cesar, merupakan fenomena khusus yang sangat membebani warga masyarakat miskin/kurang mampu.
B.
Mulai terlihatnya apotik yang melakukan penjualan
Saran Dari berbagai uraian yang dikemukakan diatas serta dari
obat secara bebas, berkenaan keinginan masyarakat yang
kesimpulan tersebut, dapat diberikan suatu saran.
memakai
pengobatannya,
1. Pelaksanaan hak dan kewajiban tenaga kesehatan
menunjukkan interaksi negatif antara negara, apoteker
utamanya dokter tidak begitu saja dapat disamaratakan.
dengan masyarakat.
Hal ini sangat tergantung pada situasi kedaruratan
jalan
cepat/pintas
untuk
Dari aspek pengawasan dan pembinaan, tenaga
(emergency) keadaan pasien, serta perbedaan sarana
kesehatan diawasi oleh mekanisme institusi Kementerian
dan prasarana pelayanan kesehatan di seluruh wilayah
Kesehatan. Dan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah,
Indonesia. Pemberian Informed Consent, termasuk di
dalamnya perkiraan biaya, di tengah era sekarang perlu
Peraturan Pemerintah (PP) yang ditegaskan dalam
dan terus menerus dimasyarakatkan. Bagi warga
beberapa undang-undang, harus segera direalisir.
masyarakat yang kurang mampu/ miskin, juga perlu dijelaskan
tentang
program-program
GAKIN,
JAMKESMAS dan lain sebagainya. 2. Tenaga keperawatan yang melakukan praktik mandiri, khususnya di daerah terpencil dan tidak ada dokter, perlu
perlindungan
hukum
yang
memadai.
RUU
Keperawatan yang sudah disiapkan, kiranya dapat segera dibahas di DPR. 3. Kecenderungan tenaga kebidanan untuk mengirim pasien ibu yang akan melahirkan pada dokter ahli kandungan dan melakukan cesar di berbagai daerah kota besar, perlu dilakukan pembinaan oleh organisasi profesi karena dapat membebani masyarakat yang tidak mampu. 4. Berkenaannya semakin mudah dan terbukanya warga masyarakat
untuk
mendapatkan
obat
di
apotik,
disamping sangat menguntungkan warga masyarakat, sekaligus
juga
merugikan
masyarakat.
Untuk
itu
mekanisme yang baku perlu dipertahankan oleh tenaga farmasi yang bertugas di apotik, sehingga terselenggara ketertiban dan kepastian profesi. 5. Untuk
mengoptimalkan
pelayanan
kesehatan
dan
mendorong ketenangan dan kepastian profesi tenaga kesehatan serta kesejahteraan masyarakat, perbagai