PT. TIRTA INVESTAMA- JANMA
LAPORAN AKHIR PROGRAM AYUNG LESTARI DI DESA BELOK SIDAN & PLAGA KEC. PETANG , KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015
OLEH : I GDE SUA RJA JANMA-BALI
@ Des 2015 1
DAFTAR ISI Daftar isi .......................................................................................................................................... BAGIAN I
i-ii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
4
1.2 Tujuan Program ...................................................................................................
5
1.3 Keluaran Program ...............................................................................................
5
1.4 Lokasi Program ...................................................................................................
6
BAGIAN II KEGIATAN DAN HASIL PROGRAM 2.1 Sosialisasi Program Ayung Lestari ......................................................................
7
2.2 Penyediaan Sarana Air Bersih di Semanik (Hidram) ............................................
8
2.3 Pendampingan 5 pilar STBM ...............................................................................
12
2.3.1. Promosi rutin STBM…………………………………………. .........................
13
2.3.2. Pengembangan media info dan edukasi STBM..........................................
13
2.3.3. Pelatihan Motivator dan MONEV untuk Kader…………… ..........................
14
2.3.4. Pemicuan dan Verifikasi Pilar 1 di Banjar Tinggan ....................................
15
2.3.5. Pengelolaan sampah plastik di Bukian…....................................................
16
2.3.6. Pendampingan pembangunan jamban sehat di Tinggan............................
16
2.3.7. Peran Lembaga Adat dalam Implementasi STBM…. .................................
17
2.3.8. Evaluasi/verifikasi Akhir Perubahan Perilaku Sanitasi Masyarakat di 3 banjar …………………… ................................................
18
2.4 Pengembangan Konservasi ................................................................................
20
2.4.1. Penguatan kader SL konservasi di Banjar Bukian dan Jempanang….. ............................................................................................
20
2.4.2. Penanaman Pohon Bersama Para Pihak…................................................
22
2.4.3. Monitoring dan Update Database Pohon…………......................................
24
2.4.4. Pengembangan Biogas…. ..........................................................................
27
2.4.5. Update pemetaan hasil-hasil program di 2 banjar.. ....................................
28
2.4.6. Pengembangan Usaha Lebah Madu di Jempanang….. .............................
29
i 2
2.4.7. Pengembangan Biopori dan Sumur Resapan …. .......................................
30
2.5 Penguatan POKJA Ayung Lestari…………………………………. .........................
31
2.5.1. Pertemuan rutin Pokja dan Road show………………. ................................
32
2.5.2. Studi Pemetaan/Asessment wilayah hulu DAS……. ..................................
33
2.5.3. Workshop Multipihak………………………………........................................
35
2.6 Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan
............................................
37
2.7 Pendidikan Lingkungan untuk Sekolah Dsar ......................................................
39
2.8 Pengembangan Keanekaragaman Hayati ..........................................................
40
2.8.1.
Pengembangan Taru premana ...........................................................
40
2.8.2.
Pengembangan Burung Curik Bali di Jempanang.................................
41
2.8.3.
Monitoring Keanekaragaman Hayati di Jempanang… ..........................
44
2.9 Pengembangan Media (Warta Ayung, Banner dan Fortopolio) ...........................
48
2.10 Monitoring dan Evaluasi Program (MONEV) .......................................................
49
2.11 Capacity Building……………………………..........................................................
51
BAGIAN III TARGET RENCANA VERSUS REALISASI ...............................................................
52
BAGIAN IV TANTANGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI .....................................................
53
BAGIAN V KESIMPULAN ............................................................................................................
54
LAMPIRAN ……….. .........................................................................................................................
56
3
I. PENDAHULUAN ii
1.1 Latar Belakang Program Ayung Lestari merupakan program CSR PT. Tirta Investama- Aqua Mambal mulai dilaksanakan di Desa Plaga sejak 2012/2013 dan dilanjutkan pendampinganya pada tahun 2014 ke wilayah Desa Belok Sidan, terus dikembangkan dalam upaya mendukung perlindungan konservasi wilayah hulu DAS dan mendukung adanya akses air bersih bagi masyarakat. Dalam tahun 2015, dukungan pendampingan program Ayung Lestari ini terus dilanjutkan, dengan target sasaran program diperluas ke wilayah Banjar Semanik Desa Pelaga, khususnya terkait dengan dukungan program akses air bersih bagi warga masyarakat Semanik. Disamping itu, pentingnya pengelolaan dan pemeliharaan daerah hulu DAS Ayung sebagai area resapan air bagi Sungai Ayung, membutuhkan upaya perlindungan konservasi secara berkesinambungan, dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan melibatkan lebih banyak masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya. Perluasan program di wilayah Banjar Semanik, dilakukan melalui proses assessmen awal, untuk melihat potensi sumber mata air yang bisa dikembangkan dan ketersediaan air bersih yang selama ini sudah ada/dimanfaatkan oleh masyarakat, termasuk kebutuhan akses air bersih yang masih kekurangan bagi masyarakat. Dari hasil assesmen ini diketahui adanya potensi sumber mata air yang bisa dikembangkan dengan menggunakan teknologi pompa hidramdan bisa dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan air bersih masyarakat Semanik. Karena itu, fokus kegiatan program tahun ini, masih tetap melanjutkan pendampingan kegiatan sebelumnya yaitu pengembangan Konservasi dan Pertanian Ramah Lingkungan, yang diintegrasikan dengan program WASH (Water Access Sanitation and Hygiene), guna mendukung akses air bersih khususnya di banjar Semanik dan kesehatan bagi masyarakat. Dengan adanya akses air bersih, diharapkan dapat memberikan dampak pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku sanitasi dan kesehatan lingkungan yang lebih baik.
4
1.2 Tujuan program 1. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan air bersih secara berkelanjutan di desa Plaga. 2. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang Pengelolaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 3. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, siswa dan para pihak di wilayah hulu di Desa Belok Sidan dan Plaga dalam melakukan konservasi sumber daya air. 4. Meningkatnya pengetahuan dan kapasitas masyarakat dalam mengelola pertanian ramah lingkungan (organik) 5. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran para siswa dan guru Sekolah Dasar dalam pengelolaan lingkungan sekolah 6. Terkelolaan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) untuk kelestarian lingkungan.
1.3. Keluaran (output) program Untuk mencapai tujuan program, ada beberapa keluaran (output) yang ingin dicapai, yaitu : (i) Terbangun 1 unit Pompa Hidram dan jaringan instalasinya
untuk memenuhi kebutuhan Air
Bersih masyarakat Banjar Semanik, Desa Plaga (ii) 15 kader sanitasi mampu melakukan Monev Perubahan Perilaku STBM Masyarakat di Desa Plaga dan Belok Sidan (iii) Terbangun 2 unit sumur resapan, 250 Lubang Resapan Biopori, dan 4 biogas untuk olah limbah ternak menjadi gas ramah lingkungan dan pupuk organik. (iv) Adanya penanaman 13,000 pohon kayu untuk pelestarian konservasi daerah hulu (v) Adanya pengembangan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan (sayuran) di Desa Belpk Sidan dan Plaga (+20 Are) (vi) Adanya usaha penangkaran burung Curik Bali untuk pelestarian satwa langka (vii) Adanya edukasi pendidikan berbasis lingkungan bagi Siswa dan Guru SD untuk mendukung sekolah menuju Adiwiyata
1.4. Lokasi Program Pelaksanaan program Ayung Lestari dilakukan di Desa Plaga (Banjar Bukian, Semanik dan Tinggan ) dan Desa Belok Sidan (Banjar Jempanang), Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. 5
II. KEGIATAN DAN HASIL PROGRAM Untuk mencapai tujuan dan output program yang telah ditetapkan di atas, berbagai kegiatan telah dilaksanakan periode Januari-Desember 2015, antara lain : A. Program WASH: 1. Sosialisasi Program Ayung Lestari 2. Pengadaan Sarana Air Bersih di Banjar Semanik (survey, pembangunan, pembentukan panitia dan pelatihan teknis pengelolaan air) 3. Pendampingan rutin kader sanitasi 4. Promosi rutin STBM 5. Pengembangan media informasi dan edukasi STBM 6. Pelatihan Monitoring dan Evaluasi (Monev) untuk Kader Sanitasi 7. Pemicuan dan verifikasi pilar 1 di Tinggan 8. Pendampingan pengelolaan sampah plastik (pilar 4) di Bukian 9. Pendampingan reward jamban sehat di Banjar Tinggan 10. Pelibatan lembaga adat dalam implementasi STBM 11. Evaluasi/verifikasi akhir perubahan perilaku masyarakat dalam STBM B. Program Konservasi : 1. Penguatan kader SL Konservasi Bukian dan Jempanang 2. Pemeliharaan dan monitoring pohon yang ditanam tahun lalu 3. Update data base pohon 4. Penanaman pohon bersama para pihak 5. Pengembangan Biogas Rumah 6. Update pemetaan hasil-hasil program di Bukian dan Jempanang 7. Pengembangan usaha lebah madu di Jempanang 8. Pembuatan BIOPORI dan Sumur Resapan 9. Penguatan POKJA Ayung Lestari (pertemuan rutin, road show, studi pemetaan hulu DAS dan workshop multi pihak) 10. Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan (Sayur) 11. Pendampingan edukasi pendidikan berbasis lingkungan bagi Sekolah Dasar
6
12. Pengembangan Tanaman Keanekaragaman Hayati (flora) dan Pengembangan satwa langka (Burung Curik Bali) di Jempanang 13. Pengembangan media Warta Ayung 14. Monitoring dan Evaluasi Program (MONEV) 15. Capacity building tim Berikut adalah kegiatan yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai selama periode JanuariDesember 2015 di Desa Plaga dan Belok Sidan.
2.1.
Sosialisasi Program Ayung Lestari 2015 Pelaksanaan kegiatan program Ayung Lestari 2015 diawali dengan kegiatan sosialisasi kepada
“prajuru” banjar dan masyarakat di masing-masing banjar (Bukian, Semanik dan Jempanang) agar kelanjutan
pendampingan
program,
dapat
diketahui sekaligus mendapat dukungan dalam pelaksanaannya. Proses sosialisasi dilaksanakan secara bertahap di setiap banjar, baik melalui pendekatan informal dengan prajuru banjar adat dan subak maupun dengan masyarakat secara langsung melalui pertemuan (“sangkepan:”) banjar, sesuai dengan jadwal dan kesediaan waktu dari prajuru maupun warga masyarakat. Di Banjar Semanik, sosialisasi rencana pembangunan sarana air bersih dilakukan 2-3 kali pada 20-21 Januari 2015, dengan prajuru subak dan Banjar adat dan terakhir dilakukan bersama warga banjar Semanik. Untuk di Jempanang, kelanjutan program disosialisasikan kepada prajuru subak, banjar adat dan banjar dinas pada 26 Januari’15, serta masing-masing kelompok yang sudah ada sebelumnya, terutama terkait dengan rencana pengembangan burung curik bali dan pengembangan usaha lebah madu. Sementara di Bukian, pelaksanaan sosialisasi dilakukan pada 13 Februari’15, dengan prajuru banjar adat, subak, bendesa dan banjar dinas, karena adanya pergantian kelihan banjar adat Bukian dan kelihan subak abian. Hasil yang telah dicapai yaitu pelaksanaan sosialisasi di masing-masing banjar berjalan baik, tanggapan dari “prajuru” banjar, subak maupun masyarakat terkait kelanjutan program pendampingan yang didukung oleh Aqua dan Janma di Desa Pelaga dan Belok Sidan cukup positif. 7
2.2. Penyediaan Sarana Air Bersih di Banjar Semanik (Hidram) Permasalahan keterbatasan akses air bersih bagi masyarakat di wilayah hulu selalu dirasakan oleh masyarakat akibat berbagai tantangan yang terjadi, baik potensi sumber mata air yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang pada umumnya lokasinya jauh dibawah pemukiman maupun persoalan kerbatasan teknologi untuk menaikkan air agar bisa di akses oleh masyarakat. Demikian pula yang terjadi di Banjar Semanik, Desa Pelaga, kebutuhan masyarakat akan air bersih masih belum sepenuhya dapat terpenuhi dengan ketersediaan sarana air bersih yang sudah ada saat ini, terutama di musim kemarau., Disisi lain, ada potensi sumberdaya air bersih yang bisa dimanfaatkan, namun belum dikembangkan oleh masyarakat karena berbagai keterbatasan dana dan sumberdaya yang ada. Karena itu, sesuai hasil assessmen yang telah dilakukan di Semanik,
AQUA dan Janma membantu
mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber mata air bersih yang ada melalui kegiatan penyediaan sarana air bersih berupa pompa hidram. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan untuk penyediaan sarana air bersih di Banjar Semanik 2015, yaitu : (i)
Perencanaan dan Survei lokasi. Kegiatan ini dilakukan pada tahap awal, untuk mengetahui posisi sumber mata air, debit air, lokasi hidram, lokasi bak penerjun, panjang perpipaan, dll. Data/informasi
ini dibutuhkan untuk
menyusun
rancangan kerja maupun anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana air bersih. perencanaan dan survey
Kegiatan
dilaksanakan pada 7
April’2015, bersama dengan Kelihan Subak dan Prajuru Banjar Semanik dan Dosen Fakultas Teknik Mesin Unud,
untuk menyusun design/rancangan
kerja dan berbagai bahan maupun peralatan yang dibutuhkan untuk membuat pompa hidram dan instalasi lainnya. Dari hasil perencanaan dan survey tersebut tersusun gambar/design pembangunan pompa hidram dan instalasi yang akan dibangun, serta RAB yang dubutuhkan.
8
(ii) Pembangunan Konstruksi Pompa Hidram. Tahap ini merupakan tahap membangun Pompa Hidram beserta kelengkapan konstruksinya. Proses pembangunan dimulai pada Mei 2015, dilakukan ±30 hari, yang dikerjakan oleh Tenaga Ahli Hidram dari Banjar Bon (Nyoman Sujana) dan diawasi bersama oleh para prajuru subak dan
pekaseh
Pelaksanaan
pembangunan
hidram dilakukan dengan sistem kerja borongan (hanya
ongkos
bahan/material,
kerja
saja).
peralatan,
Sedangkan
upacara
yang
dibutuhkan, disiapkan oleh kelihan subak Semanik dan pekaseh bersama tim pendamping program lapangan. Untuk kegiatan pembangunan bak Reservoar dan pembuatan kran-kran umum dilakukan dengan sistem borongan oleh tukang lokal dari Semanik, mulai dari bahan material sampai ongkos kerja, yang dibantu oleh Kelihan Subak Semanik. Berbagai kegiatan pembangunan pompa hidram dan instalasinya, antara lain: perakitan konstruksi pompa hidram, pembuatan pipa penerjun, pipa saluran air dari Hidram ke bak Reservoar, pembangunan 1 unit bak Reservoar (penampung air) dan pembangunan 3 unit kran umum. (iii) Pemasangan instalasi perpipaan/ distribusi air Tahap berikutnya, dilakukan pendistribusian air melalui pemasangan instalasi perpipaan dari hidram ke bak penampung (reservoir) dan dari bak penampung ke kran-kran umum. Pemasangan jaringan perpipaan distribusi air dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat bergilir setiap hari selama ±14 hari. Proses pendistribusian air dari bak penampung dilakukan dengan sistem gravitasi sehingga penempatan bak penampung utama air dibuat di lokasi yang paling tinggi dengan lokasi pemukian warga. Jaringan instalasi perpipaan air dari pompa hidram ke bak penampung (reservoir) sepanjang + 2,3 Km dan pipa distribusi dari bak penampung (reservoir) ke kran-kran umum. Pipa yang digunakan terdiri dari pipa galvanis (GI) dan pipa PVC (wavin).
9
(iv)
Pembangunan Bak Reservoar & 3 Buah Kran Umum Kegiatan pembagunan bak reservoir mengalami kemunduran dari waktu yang dijadwalkan oleh karena kegiatan Ngaben yang dilaksanakan oleh masyarakat di Semanik selama ±2 Bulan. Sehingga kegiatan ini baru bisa dimulai pada tanggal 18 Okto ber 2015. Saat ini telah terbangun 1 Buah Bak Reservoar Utama dengan ukuran 3x3x2,5 meter atau dengan kapasitas penampungan sebesar 22,500 liter. Selain itu juga telah dilakukan pembangunan 3 buah kran umum yang ditempatkan di 3 titik lokasi agar dapat mudah diakses oleh masyarakat di Semanik. Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pembangunan sarana air bersih yang telah dilakukan di Semanik, hasil yang telah dicapai yaitu terbangunnya jaringan air bersih dengan teknologi Pompa Hidram, berupa: • 1 Buah Bak Penerjun dengan ukuran (1x1x1) m • Rangkaian Pipa Penerjun dengan diameter 2” dan Panjang 24 m, dan elevasi terjunan 5 m • 1 Buah Konstruksi Pompa Hidram dengan Ukuran Tabung 4” dan Panjang Tabung Vacum 1 meter. •
Instalasi perpipaan untuk distribusi air dari pompa hidram ke Bak Reservoar sepanjang 2,3 Km
•
Satu buah Bak Penampung Air (reservoar) dengan ukuran 3x3x2,5 meter atau kapasitas tampung (volume) sebesar 22,500 liter. Lokasi bak penampung dibangun di dekat bak reservoir yang sudah ada sebelumnya, agar bisa mengalirkan air ke masyarakat dengan sistem gravitasi.
•
3 unit kran umum
Seluruh rangkaian pembangunan
Pompa Hidram dan jaringan instalasinya,
mengangkat/menaikkan air sejauh
+ 2,3 km dengan ketinggian (elevasi)
telah berhasil 120 meter dan
menghasilkan debit air 0,013 liter/detik. (v)
Pembangunan Jalan Tangga Menuju Hidram Tahap berikutnya, dilakukan kegiatan pembangunan jalan tangga menuju hidram. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempermudah akses masyarakat dalam melakukan perbaikan dan perawatan 10
pompa Hidram, mengingat lokasi dan medan menuju ke pompa hidram sangat curam dan berisiko dilalui terutama pada saat musim hujan. Hasilnya telah dibuat pembangunan jalan beton tangga dengan ukuran panjang : 12 m, Lebar: 1,5 m, jarak anak tangga 50 cm dan tinggi 30 cm. (v) Pembentukan Panitia Pengelola Air Bersih Kegiatan ini merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah program pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang pelayanan akses air bersih. Tujuannya adalah untuk menjaga dan menjamin semua sarana air bersih yang telah dibangun dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dari pendampingan yang dilakukan, prajuru Subak Banjar Semanik sepakat untuk membentuk Panitia Pengelola Air Bersih yang berada langsung dibawah tanggung jawab Kelihan Subak Semanik. Pengelola Air di banjar Semanik disebut dengan istilah Pekaseh, yang
bertugas melakukan
perbaikan dan perwatan sarana air bersih yang dibangun sehingg dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Adapun nama-nama Pengelola Air Bersih Semanik, yaitu : Nama-nama Kader Pengelola Air (Pekaseh di Semanik) •
Ketut Sudi (Pengawas/Kelihan Subak)
•
Nyoman Buda (Pekaseh)
•
Made Pasek (Pekaseh)
•
Ketut Budru (Pekaseh)
• Wayan Tebel (Pekaseh) (vi) Pelatihan teknis Pengelolaan Air Bersih dan Penyusunan Aturan Untuk memperkuat tim pengelolaan air, dilakukan kegiatan pelatihan teknis pengelolaan air bagi pengelola air Banjar Semanik. Kegiatan ini dilaksanakan pada 19 Agustus 2015, diikuti oleh 7 orang peserta dari prajuru dan panitia pengelola air Banjar Semanik (pekaseh). Kegiatan ini difasilitasi oleh 2 orang narasumber yaitu Pak Jana dan Wayan Merta yang telah berpengalaman dalam mengelola hidram di Bukian. Kegiatan pelatihan bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait teknis pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan sarana air bersih agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat. Dalam pelatihan ini sekaligus juga dilakukan praktek langsung cara mengganti kanvas Hidram.
11
Selain itu, terkait dengan keberlanjutan pengelolaan sarana air bersih, juga difasilitasi penyusunan draft aturan pengelolaan dan penggunaan air bersih di Banjar Semanik, berdasarkan ketentuanketentuan yang ada dan berlaku selama ini, namun belum tertulis. Aturan ini kemudian ditulisa dan nantinya akan disosialisasikan kepada masyarakat pada saat peresmian pemanfaatan SAB kepada masyarakat Banjar Semanik. (vii) Peresmian Sarana Air Bersih di Semanik Setelah selama ± 1 bulan air bersih sudah berhasil dimanfaatkan masyarakat, maka dilakukan tahapan kegiatan pertemuan (“sangkep”) dengan masyarakat pada 20 Desember 2015, sekaligus meresmikan sarana air bersih yang sudah terbangun. Pertemuan ini dihadiri oleh ± 25 orang warga masyarakat Banjar Semanik, tim Aqua dan tim Janma. Dalam pertemuan ini disampaikan
bahwa proses
pembangunan sarana air bersih (Pompa Hidram) di wilayah Semanik yang dilakukan sejak bulan Juli 2015, dengan semangat keswadayaan dan gotong royong masyarakat, saat ini sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya diharapkan agar masyarakat secara bersama-sama dapat merawat semua jaringan sarana air bersih yang sudah dibangun agar bisa berfungsi secara berkelanjutan. Setelah itu, dilakukan pembukaan kran air secara bersama oleh masyarakat, Aqua dan Janma sebagai tanda air sudah dapat dialirkan ke masyarakat.
2.3. Pendampingan 5 pilar STBM Kelanjutan pendampingan 5 pilar STBM di wilayah Banjar Bukian, Jempanang dan Tinggan dalam tahun 2015, dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain promosi kesehatan dan sanitasi (STBM), pengembangan media informasi, pemicuan, pelatihan motivator dan Monev , pemberian reward jamban sehat srta verifikasi akhir perubahan perilaku STBM di 3 banjar. Berikut kegiatan pendampingan STBM yang dilakukan secara detail.
12
2.3.1 Promosi rutin STBM Di samping kegiatan pelatihan dan pemicuan, untuk memberikan edukasi kesehatan dan mempercepat proses penyadaran perilaku masyarakat secara lebih luas, dilakukan berbagai
kegiatan promosi
kesehatan (promkes) melalui “sangkepan” banjar di Banjar Tinggan, dan m elalui kegiatan Posyandu di masing-masing banjar. Kegiatan promosi dilakukan oleh kader sanitasi, melibatkan Sanitarian dan Promkes Puskesmas Petang II, dan tim pendamping Janma. Hal ini dimaksudkan agar terbangun sinergitas kegiatan program sanitasi dan kesehatan antara Janma-Aqua, kader sanitasi desa dan pemerintah (Pemdes, Puskesmas). Untuk kegiatan promosi gerakan CTPS untuk anak-anak desa, dilakukan Lomba CTPS dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Kegiatan ini dilakukan pada 16 November 2015 di Balai Banjar Bukian, diikuti 95 orang anak-anak dari komunitas banjar Bukian, Plaga dan Tinggan. Melalui kegiatan ini, mulai tumbuh adanya kesadaran perubahan perilaku CTPS bagi anakanak di desa.
2.3.2. Pengembangan media informasi dan edukasi STBM Selain
kegiatan
promkes dan sanitasi lewat posyandu, juga dikembangkan kegiatan pembuatan
berbagai media informasi dan edukasi untuk mendukung perubahan perilaku sanitasi masyarakat kearah lebih baik. Media informasi yang telah dibuat tahun 2015, diantaranya: (i) Stiker tentang CTPS dan flayer “Plung dan Plong” (ii) pemasangan Baliho “PLUNG dan PLONG” di beber apa
tempat
strategis
di lingkungan
Banjar
Jempanang, Tinggan dan Bukian agar dapat memotivasi masyarakat dalam melakukan perubahan perilaku STBM. Hasilnya telah dicetak media Informasi dan Promosi STBM pada 27-28 Juli 2015, berupa Stiker Vinil 200 exp yang berisi tentang materi CTPS, Flayer "Plung Dadi Plong" 100 exp dan Baliho “PLUNG dai PLONG” 4 bh yang di pasang di Banjar Tinggan, Jempanang dan Jempanang.
13
2.3.3. Pelatihan Pelatihan Motivator & Monev Pasca Pemicuan Bagi Kader Sanitasi Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Pelatihan Pemicuan dengan CLTS bagi kader-kader sanitasi di Desa Pelaga dan Belok Sidan yang telah dilaksanakan pada Juli 2014 lalu, pada tahun 2015, pendampingan kepada kader sanitasi
terus
dilakukan
guna
mendorong
adanya
percepatan perubahan perilaku sanitasi masyarakat melallui pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya di Desa Pelaga dan Belok Sidan. Salah satu kegiatan yang dikembangkan yaitu Pelatihan Motivator dan Monev (Verifikasi) bagi kader Sanitasi Desa Pelaga dan Belok Sidan, termasuk Sanitarian Puskesmas Petang II. Pelatihan dilaksanakan di Kantor BPP Plaga, selama 3 hari, pada 11-13 Maret 2015, diikuti oleh 15 orang peserta Kader Sanitasi dari Banjar Jempanang, Tinggan dan Bukian. Untuk mendukung peningkatan pemahaman peserta terkait dengan materi yang dibahas serta membantu kelancaran proses diskusi, pelatihan ini difasilitasi oleh narasumber dari Mitra Samya, WSP dan JANMA (nama-nama perserta terlampir dalam Lampiran 1).. Hasil yang dicapai, yaitu adanya peningkatan pemahaman para kader tentang pemahaman, peran dan fungsi motivator dan Monev STBM. Adapun nama-nama kader sanitasi di Desa Pelaga dan Belok Sidan, 2015, yaitu : a. Kader Sanitasi Banjar Bukian (Pelaga) : •
Wayan Debot
•
Ni Putu Puspa Danianti
•
Ni WayanTini
•
Ni Made Taman
•
Wayan Merta
b. Kader Sanitasi Banjar Tinggan (Pelaga) : •
Ketut Gatra
•
Made Brati
•
Nyoman Sunarti
•
Jro Made Soka
•
Wayan Sugiri
14
c. Kader Sanitasi Banjar Jempanang (Belok Sidan) •
Ni Nyoman Sekartini
•
Nyoman Runi
•
Made Aristini
•
Made Suyanti
•
Wayan Suastra
2.3.4. Pemicuan dan Verifikasi Pilar 1 (Stop BABS) di Tinggan Kegiatan pendampingan Pemicuan warga di Banjar Tinggan dilaksanakan pada 30 Mei 2015 bertempat di Balai Subak Tinggan, diikuti oleh 30 orang peserta dari masyarakat dan prajuru.
Kegiatan ini difasilitasi oleh
pendamping dan Kader dari Banjar Tinggan (Pak Gatra). Proses Pemicuan dilakukan untuk menggali kondisi sanitasi dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan praktik BAB dan observasi lapangan. Proses penggalian informasi tentang kondisi sanitasi masyarakat diawali dengan pemetaan wilayah Banjar Tinggan sekaligus memberikan
tanda (dengan semen warna) tempat-tempat yang mereka biasa
gunakan untuk melakukan BAB. Hal ini dilakukan untuk memicu rasa jijik dan malu masyarakat melihat lingkungan mereka yang penuh dengan kotoran akibat perilaku BAB sembarangan. Setelah rasa takut, rasa jijik dan rasa malu mulai muncul, maka
masyarakat diminta untuk berhenti berprilaku BAB
Sembarangan dan bersedia membuat komitmen membuat jamban sehat walaupun sesederhana mungkin. Hasil dari proses pemicuan, ada 5 orang warga yang terpicu dan bersedia membuat komitmen untuk menghentikan kebiasaan BAB Sembarangan serta akan membangun fasilitas jamban sehat sederhana di rumah tangga masing-masing. Sebenarnya selama ini, mereka tidak melakukan BABS, namun masih sharing dengan keluarga/tetangga. Kelima warga tersebut, yaitu : 1) Ni Wayan Rasmiati 2) Kadek Lela 3) Ni Nyoman Widarti (Ketut Gatra) 4) Nyoman Gatri 5) Made Rasta
15
2.3.5. Pendampingan Pengelolaan Sampah Plastik di Bukian Sebagai tindak lanjut dari pendampingan pilar 4 STBM tahun lalu, khususnya untuk pengelolaan sampah plastik, dilakukan kegiatan kampanye untuk pengumpulan sampah plastik warga masyarakat Bukian agar bisa dikelola/dijual sehingga menambah nilai (pendapatan) warga. Kegiatan pengumpulan Sampah Plastik di wilayah Bukian, dilakukan oleh masyarakat dikoordinir oleh Kader Sanitasi Bukian (Wayan Merta).
Antusias masyarakat untuk mengumpulkan sampah
plastik cukup baik karena ada konvensasi (nilai jual sampah). Sampah plastik dikumpulkan dan sementara ditampung di rumah Pak Wayan Merta, selanjutnya
Janma memfasilitasi
penjualannya ke pihak pengepul sampah di wilayah Mambal. Untuk mendukung proses pengangkutan sampah dari Bukian ke Mambal, untuk sementara program memberikan dukungan biaya transportasi mengingat harga jual sampah tidak sesuai dengan biaya/ongkos pengiriman sampah ke Mambal. Pengumpulan sampah plastik dilakukan setiap bulan mulai Juni-November 2015. Sampah plastik yang dikumpulkan berupa botol plastik, kresek, dan plastik bekas penutup lahan.
2.3.6. Pendampingan pembangunan jamban sehat di Banjar Tinggan Setelah melakukan Pemicuan kepada warga di banjar Tinggan, ada 5 KK yang sudah menyatakan komitmennya untuk merubah perilaku mereka dalam melakukan BAB dengan memanfaatkan jamban sehat di tingkat keluarga. Sebagai tindak lanjut, dari upaya ini dilakukan pendampingan kepada warga yang akan membuat jamban sehat. Dalam pembangunan jamban sehat, dukungan reward yang diberikan berupa bahan/material, seperti semen, closet, dll, tergantung dari kesiapan swadaya bahan dan ongkos kerja yang dilakukan oleh warga, senilai maksimal Rp. 1 juta. Proses pendampingan untuk pembangunan jamban sehat, dilakukan secara intensif, melalui strategi pemberian reward bagi mereka yang sudah secara sadar dan mandiri membangun jamban sehat untuk mempercepat proses pembangunan jamban sehat bagi masyarakat Tinggan. Pendekatan yang dilakukan ini ternyata cukup efektif dimana setelah satu keluarga diberikan reward dan mereka mampu membangun jamban sehat, memberikan 16
motivasi/dorongan kepada warga lainnya untuk turut serta membangun jamban sehat keluarga. Saat ini telah diberikan reward kepada 5 KK warga Tinggan yang sudah terpicu dan secara sadar mau melakukan perubahan perilaku dalam melakukan Stop BABS. Hasil pembangunan jamban sehat baru 3 KK yang sudah selesai, sementara 2 KK lainnya masih dalam proses penyelesaian (penggalian lubang sudah dilakukan semuanya).
2.3.7. Lokakarya Peran Lembaga Adat dalam Implementasi STBM Keberhasilan pencapaian ODF di Banjar Bukian tahun lalu, selain karena peran kader dalam melakukan pendampingan juga disebabkan karena adanya dukungan dari para prajuru dan Banjar adat melalui sebuah Aturan Adat (Perarem) yang melarang masyarakat di Banjar Bukian untuk melakukan BAB di sungai ataupun disembarang tempat. Belajar dari pengalaman tersebut, dalam tahun 2015 dilakukan kegiatan pelibatan lembaga adat beberapa kegiatan, antara lain: (i) koordinasi dengan Majelis Madya Desa Pekraman Kab Badung, (ii) koordinasi dengan Majelis Alit Desa Pekraman Kecamatan Petang dan (iii) Lokakarya Peran Lembaga dan Aturan Adat dalam Implementasi STBM bagi banjar-banjar lain di wilayah Pelaga maupun Belok Sidan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar banjar-banjar lain bisa mereplikasi pendekatan yang sama dari Banjar Bukian, sehingga dapat mempercepat capaian perubahan prilaku masyarakat berbasis 5 Pilar STBM. Untuk kegiatan lokakarya peran lembaga adat, dilaksanakan pada 15 Desember 2015, diikuti oleh 21 orang (12 orang prajuru Banjar Bukian dan Tinggan,a 6 orang kader sanitasi dari masing-masing banjar, Pemdes Belok Sidan, Tim CSR Aqua dan tim Janma ). Dalam lokakarya ini, dibahas tentang peranan Desa Adat dalam implementasi STBM yang dipaparkan oleh Bendesa Adat Liligundi Karangasem (Pak Alit), yang telah memiliki aturan adat secara tertulis yang mengatur larangan BAB Sembarangan. Hasil kegiatan ini adalah adanya tindak lanjut dari Banjar Tinggan, Bukian dan Jempanang untuk mulai mensosialisasikan kepada masyarakat melalui sangkepan-sangkepan banjar agar muncul kesadaran masyarakat untuk menyusun aturan bersama (perarem) mengenai kebiasaan hidup bersih dan sehat khususnya untuk tidak BAB Sembarangan dan tidak buang sampah sembarangan.
17
2.3.8. Verifikasi Akhir Perubahan Perilaku Sanitasi (STBM) Masyarakat di Desa Pelaga dan Belok Sidan. Guna mengetahui sejauhmana perubahan perilaku masyarakat di tiga banjar (Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan, Banjar Bukian dan Tinggan, Desa Pelaga), setelah dilakukan pendampingan STBM selama ini oleh kader, maka dilakukan evaluasi/verifikasi rutin kepada semua warga masyarakat di masing-masing Banjar dengan melibatkan semua kader desa dari 3 banjar. Dalam kegiatan verifikasi, aspek yang diamati meliputi 5 pilar STBM (akses kepemilikan Jamban Sehat termasuk Perilaku BAB masyarakat, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun-CTPS, Pengolahan Makanan dan Minuman, Pengamanan Sampah (padat) rumah tangga dan Pengamanan Limbah cair rumah tangga). Kegiatan verifikasi perubahan perilaku STBM masyarakat, dilaksanakan oleh 12 orang kader sanitasi dari masing-masing banjar pada 22 November – 3 Desember 2015, didampingi oleh tim pendampingan JANMA untuk membantu proses pengamatan dan verifikasi di lapangan serta laporan analisis. Hasil dari proses verifikasi, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Verifikasi 5 PIlar STBM di Banjar Jempanang, Bukian dan Tinggan, 2015 No.
1
2
Perilaku Banjar Jempanang Banjar Bukian Banjar Tinggan Masyarakat Terhadap 5 Pilar STBM Pemanfaatan - 672 jiwa (168 KK) - 795 jiwa (198 KK) - 484 jiwa (121) KK memiliki Jamban Sehat dan memiliki jamban memiliki jamban sehat jamban sehat dan terbiasa Perilaku BAB dan masih konsisten BAB di Jamban Sehat dan sehat dan sudah Masyarakat melakukan BAB di 52 KK diantaranya melakukan BAB di Jamban Sehat. menggunakan jamban Jamban sehat dan dengan Sharing. 47 KK diantaranya - Ditemukan 1 KK yang menggunakan dulunya sharing dengan - 1 KK terverifikasi memiliki jamban dengan keluarganya saat ini jamban yang tidak sehat Sharing sudah membangun (rusak) sehingga dia - 3 KK belum memiliki pemukiman baru sehingga sharing dengan akses jamban sehat belum memiliki akses keluarganya. dan terindikasi jamban dan terindikasi - 4 KK belum memiliki masih BAB melalukan BAB akses jamban tetapi sembarangan Sembarangan. sudah dalam proses (an.Saman, Lana , pembangunan dan akan Gosong) diselesaikan pada tahun 2016. Kebiasaan - 684 jiwa (171 KK) - 796 jiwa (199 KK) di - 396 jiwa (99 KK) telah 18
Masyarakat dalam CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun )
3
4
5
telah terbiasa melakukan praktek CTPS khususnya setelah BAB dan sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
Bukian sudah terbiasa melakukan praktek CTPS khususnya setelah BAB dan sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dengan keran air.
Kebiasaan Pengolahan Makanan Minuman
melakukan praktek CTPS dengan baik - 26 KK masih belum melakukan kebiasaan CTPS dan belum terbiasa rutin melakukan CTPS .
- 684 jiwa (171 KK) - 796 jiwa (199 KK) secara - 396 jiwa (125 KK) secara sudah terbiasa keseluruhan sudah keseluruhan sudah dan mengolah dan melakukan melakukan memasak makanan pengolahan/memasak pengolahan/memasak mereka sebelum makanan sebelum makanan sebelum dikonsumsi. dikonsumsi dikonsumsi - Namun untuk - Kemudian untuk air - Kemudian untuk air pengolahan minum sama halnya minum sama halnya /memasak air minum dengan Jempanang, dengan di Bukian , sebelum dikonsumsi masyarakat Bukian masyarakat di Banjar baru dilakukan oleh sebagian besar langsung Tinggan sebagian besar 105 KK sisanya mengkonsumsi air minum langsung mengkonsumsi sebanyak 66 KK mereka tanpa dimasak air minum mereka tanpa langsung terlebih dahulu kecuali dimasak terlebih dahulu mengkonsumsi air untuk merebus kopi/teh. kecuali untuk merebus tersebut tanpa Hal ini disebabkan oleh kopi/teh. Hanya 23 KK dimasak. asumsi masyarakat terkait yang memasak air minum air yang mereka minum mereka sebelu adalah air alami dari mata dikonsumsi. air yang aman langsung dikonsumsi karena masih alami. Kebiasaan - Dari 171 KK di - Sebanyak 161 KK telah - Dari 125 KK di Tinggan Pengolahan banjar Jempanang melakukan kebiasaan sebagian besar Sampah (Limbah sebagian besar pemilahan sampah masyarakat di Tinggan Padat) Rumah telah melalukan organik dan non organik, sudah melakukan Tangga pemilahan antara kemudian sampah organik kebiasaan pemilahan mereka gunakan kompos sampah organik sampah organik dan non dan pelastik . di kebun tapi sampah organik, kemudian Kemudian sampah pelastik mereka sampah organik mereka organik dibuang ke memperlakukannya gunakan kompos di dengan dibakar ladang agar kebun tapi sampah menjadi kompos - 38 KK telah melakukan pelastik mereka dan sampah memperlakukannya pengumpulan sampah dengan dibakar. pelastik masih pelastik dan ditukarkan dikelola dengan kepada pemulung atau cara dibakar. diserahkan kepada kader yang mengelola sampah. Kebiasaan Pengolahan
- Semua warga di Jempanang Bukian 19
Limbah Cair Rumah Tangga
2.4.
dan Tinggan telah memperlakukan limbah cair mereka dengan aman (dibuatkan saluran drainase) sehingga tidak ada genangan air limbah rumah tangga di halaman rumah mereka.
Pengembangan Konservasi 2.4.1. Penguatan kader SL Konservasi Bukian dan Jempanang Pendampingan Sekolah Lapang (SL) Konservasi di Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan dan Banjar Bukian Desa Pelaga, tahun 2015 ini terus dilanjutkan untuk memperkuat peran kader dalam pengelolaan dan pelestarian konservasi daerah hulu termasuk dalam pengembangan pembibitan tanaman kayu untuk mendukung penanaman pohon oleh masyarakat di wilayah hulu. Berbagai kegiatan penguatan kader SL yang telah dilakukan, antara lain (i) sosialisasi tindak lanjut pendampingan kelompok SL, (ii) pendataan ulang kader/peserta SL konservasi, (iii) pendampingan untuk pengembangan pembibitan pohon kayu, (iv) penguatan kader dengan melibatkan narasumber dari PPL kehutanan. Proses sosilisasi dilakukan di masing-masing kelompok di Jempanang dan di Bukian sekaligus untuk mendata ulang peserta/kader SL konservasi yang ikut terlibat secara aktif dalam pengembangan pembitan pohon. Untuk sosialisasi kegiatan di Jempanang, dilakukan di rumah peserta yaitu I Made Mara (Br. Jempanang) dan di Posko Bukian (rumah Pak Supariasa). Sedangkan untuk kegiatan pembibitan dilakukan di lahan kebun I Wayan Ardika (Br. Jempanang) dan I Wayan Suarja (Br. Bukian). Proses pengembangan pembibitan dimulai Juli 2015 selama 3 bulan sampai Bulan Oktober 2015. Jumlah peserta/kader SL konservasi di Jempanang yang ikut terlibat sebanyak 15 orang dan di Bukian sebanyak 11 orang.
Adapun nama-nama kader Sekolah Lapangan (SL)
Konservasi di Jempanang dan Bukian, 2015, yaitu sbb No 1 2 3 4
Nama Petani I Wayan Widana I Wayan Ardika I Ketut Sukanadi I Wayan Gandi Arta Subawa
Alamat Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang 20
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
I Wayan Widianta I Nyoman Arka I Ketut Sumerta I Wayan Gatra I Wayan Giriastra I Wayan Miarta I Made Sutama I Wayan Kampih I Wayan Pariana I Ketut Budiarta I Ketut Darmika I Wayan Suarja I Wayan Merta I Ketut Regeg I Nyoman Warga I Made Sukayasa I Ketut Subakti I Wayan Suwitra I Nyoman Pujana I Made Rebo I Wayan Tamayasa I Wayan Debot
Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian Bukian
Dari kegiatan Sekolah Lapangang Konservasi tersebut telah dapat menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan pengetahuan petani akan pentingnya konservasi lahan di wilayah hulu dan telah menghasilkan berbagai jenis bibit pohon kayu, yaitu : •
Kelompok SL di Bukian : bibit langgung 2.200 pohon langgung,
•
Kelompok SL di Jempanang : bibit langgung 1.500 pohon.
Semua bibit yang dihasilkan dari kegiatan SL, dibagikan kepada anggota SL secara adil sesuai dengan kebutuhan mereka masing.
21
Selain pendampingan langsung di lapangan, juga dilakukan kegiatan penguatan kader konservasi melalui pertemuan rutin kelompok baik di Jempanang mau pun di Bukian. Pertemuan SL Bukian, dilaksanakan pada Oktober 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 13 orang, difasilitasi olehi PPL Kehutanan. Point yang dibahas mengenai proses pemeliharaan bibit dan masalah yang dihadapi dalam pembibitan kayu lenggung serta kajimas.. Dalam pertemuan juga dibahas mengenai biopori sebagai teknik resapan air yang dapat dibuat di areal kebun sebagai upaya mempercepat pertumbuhan kayu. Pertemuan berikutnya dilakukan bersama dengan kader pertanian ramah lingkungan, melibatkan narasumber dari PPL Kehutanan (Pak Probo) dan PPL Pertanian (Pak Sandi). Kegiatan ini dilaksanakan pada l 13 Agustus 2015 di BPP Pelaga, diikuti oleh 32 orang peserta. Dari hasil diskusi, teridentifikasi beberapa isu
yang dikemukakan oleh para peserta,
yaitu perlunya
peningkatan kegiatan konservasi di hulu (baik penanaman pohon, terasering, biopori dll), pemeliharaan dan pengawasan pohon (pemberantasan hama penyakit dan pencegahan penebangan pohon), perluasan kader konservasi, upaya peningkatan volume produksi sayuran organik dan aspek pemasaran produk organik.
2.4.2. Penanaman pohon bersama para pihak Sebagai kelanjutan pendampingan konservasi daerah hulu DAS Ayung yang telah dilakukan oleh JANMA bersama Aqua Mambal selama ini, maka pada 2015 ini, kembali dilaksanakan program aksi penanaman pohon dengan melibatpan para pihak, menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat serta semua stakeholder
guna
untuk ikut
bertanggung jawab dalam pelestarian konservasi sumberdaya hutan dan air di wilayah hulu, sebagai daerah resapan air. Gerakan penanaman pohon ini dilakukan serangkaian dengan Hari Penanaman Pohon (Penghijauan) secara Nasional. Kegiatan aksi tanam pohon bersama para pihak dilaksanakan pada 25 Nopember, 2015 di 2 lokasi yaitu Banjar Bukian dan Jempanang. Pelaksanaan 22
penanaman pohon di Bukian melibatkan sebanyak 98 orang peserta (laki-laki dan perempuan), terdiri dari berbagai stakeholder, yaitu : a. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab Badung ( 7 orang) b. PT. KTI Bali (9 orang) c. BPDAS Unda Anyar (2 orang) d. PT. Tirta Investama dan Tim Lascarya (12 orang) e. Pemerintah Desa Pelaga (1 orang) f.
Masyarakat Bukian (10 orang)
g. Mahasiswa STIBA (23 orang) h. Mahasiswa BATC (22 orang) i.
Media (4 orang)
j.
Tim Janma (8 orang)
Sedangkan untuk kegiatan aksi penanaman pohon di Br. Jempanang, dilaksanakan setelah kegiatan penanaman di Banjar Bukian, hanya diikuti oleh semua anggota Kelompok Sekolah Lapangan (SL) Konservasi dan Tim Janma, dengan total peserta sebanyak 16 orang. Adapun jumlah dan jenis pohon yang ditanam di Br. Bukian dan Br. Jempanang dalam gerakan aksi tanam pohon bersama, sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan jumlah pohon yang ditanam di Banjar Bukian dan Banjar Jempanang periode Nopember-Desember 2015. No 1
Lokasi Tanam
Jenis Pohon
Br. Bukian
2
Br. Jempanang
23
Jumlah Tanam
Lenggung
2.200
Jati Putih
1.000
Albesia
900
Bambu
550
Kajimas
100
Aren
25
Lenggung
1.500
Jati Putih
1.000
Albesia
900
Bambu
550
Kajimas
100
Aren
25
TOTAL
8.850 Pohon
Secara keseluruhan jumlah pohon yang telah ditanam dalam tahun 2015 mencapai 14,990 pohon, terdiri dari 6.140 pohon ditanam pada periode Jan-Feb dan 8.850 pohon ditanam periode Nov-Des (Bukian : 4475 phn dan Jempanang 4075 phn). Jenis pohon yang ditanam pada periode Nov-Des antara lain: Langgung, gamelina, albesia, kajimas, bambu dan aren. Pohon bambu didukung oleh KTI, sedangkan gamelina, albesia didukung dari BPTH Bali. Sisanya dari hasil SL Konservasi di Bukian dan Jempanang.
2.4.3. Monitoring dan Update data base pohon Untuk mengetahui kondisi perkembangan pohon yang telah didukung dan ditanam oleh masyarakat tahun lalu (2014), dilakukan kegiatan monitoring pohon ke kebun lokasi penanaman di masing-masing banjar. Tujuannya agar dapat diketahui kondisi pertumbuhan pohon saat ini, sehingga dapat dilakukan aksi
tindak lanjut terkait dengan
pemeliharaan/perawatan tanaman yang ada (pemupukan,
maupun penyulaman).
Pelaksanaan kegiatan Monitoring pohon yang ditanam tahun lalu dilakukan di 6 lokasi banjar, yaitu Br. Nungnung, Br. Kiadan, Br. Bukian, Br. Tinggan, dan Br. Auman Desa Pelaga dan Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan, dengan durasi waktu kurang lebih selama 1 bulan (25 Juli – 18 Agustus 2015).
Proses monitoring, dilakukan dengan
melakukan wawancara dan observasi ke kebun, melibatkan kader kelompok SL konservasi an para kelihan subak/ kelihan banjar dinas di masing-masing wilayah, yang menerima bantuan bibit pohon. Dari hasil monitoring
pohon yang telah dilakukan di 6 lokasi Banjar, kondisi
pertumbuhan/perkembangan pohon saat ini dapat dilihat dalam tabel 3.
24
Tabel 3. Hasil monitoring perkembangan pohon di 6 lokasi tanam Tahun 2015 No 1
Banjar Nungnung
Jenis Bibit
T
H
M
Durian
20
16
4
Manggis
10
9
1
30
25
5
Kajimas
1.440
885
555
Durian
10
7
3
Manggis
5
5
0
1.455
897
558
Lenggung
800
447
353
Durian
10
10
0
Manggis
5
5
0
200
134
66
1.015
596
419
1.525
1.144
381
47
47
0
1.200
1.083
117
2.772
2.274
498
Lenggung
1.365
874
491
Albesia
1.500
1.278
222
Jambu
50
50
0
2.915
2.202
713
75,54%
T
H
M
%H
1.900
1.529
371
Durian
380
306
74
Sawo
175
156
19
Manggis
10
10
0
Taru pramana
400
86
314
Jumlah
2
Kiadan
Jumlah
3
Bukian
Taru pramana Jumlah Lenggung 4
Tinggan
Jambu Kopi Jumlah
5
Auman
Jumlah No
Banjar
Jenis Bibit Lenggung
6
Jempanang
25
%H
83,33%
61,65%
58,72%
82,03%
K e t e H M %H
Total Bibit
2.865
2.087
778
72,84%
11.052
8.081
2.971
73,12%
: Jumlah pohon yang hidup : Jumlah pohon yang mati : Persentase pohon yang hidup
Dari 11.052 pohon yang diberikan dan ditanam oleh masyarakat, jumlah pohon yang masih hidup sampai Agustus 2015 mencapai 8.081 pohon atau sekitar 73,12%. Tingkat pertumbuhan pohon yang ditanam tahun 2014, tergolong masih baik dan masih dirawat dengan baik. Sedangkan prosentasi pohon yang mati mencapai 26,88%. Berbagai faktor penyebab pohon mati, diperoleh keterangan dari hasil wawancara, yaitu : Bibit pohon ditanam terserang penyakit, dan ada pula yang terinjak oleh hewan ternak. Persaingan tumbuh antara bibit pohon dan gulma juga mempengaruhi perkembangan bibit pohon menjadi kurang baik (kurang mendapat sinar dan nutrisi) Ada beberapa bibit yang rusak saat proses pembagian sehingga kondisinya kurang baik saat ditanam dan akhirnya mati. Selain pendampingan dan monitoring secara intensif perkembangan pohon konservasi, juga dilakukan kegiatan pendataan semua jenis pohon yang telah ditanam oleh masyarakat di masing-masing wilayah banjar.
Kegiatan pendataan ini, kemudian ditabulasi dan
dimasukkan ke dalam sistem database pohon sehingga perkembangannya dapat dipantau secara berkelanjutan setiap tahun. Dengan demikian dapat dilakukan upaya-upaya untuk pemeliharan dan penyulaman pohon tersebut. Untuk input database pohon telah dilakukan pada Desember 2015, meliputi penerima manfaat, jenis dan jumlah pohon yang ditanam sampai akhir tahun 2015 di Bukian dan Jempanang, dibantu oleh tenaga database dari Kiadan.
Disamping itu, untuk input data base secara online, telah dilakukan training
database konservasi online oleh pengelola database online (Yayasan Gambelina) pada 16 Oktober 2015 di kantor Aqua Mambal, diikuti oleh Indra Wahyuni (tim Janma). Pelaksanaan training bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tim program dalam menginput database konservasi online sesuai lokasi penanaman, jenis pohon, tanggal tanam, koordinat tanam dan membuat areal penanaman pohon.
26
2.4.4. Pengembangan Biogas Rumah Limbah/kotoran ternak yang ada kebanyakan belum banyak diolah untuk memberikan nilai tambah bagi petani. Bahkan banyak yang dibuang ke ruang terbuka atau ke sungai, sehingga mengakibatkan terjad inya pencemaran lingkungan. Pendampingan kegiatan pengembangan biogas yang telah dilakukan oleh Janma bersama Aqua pada tahun sebelumnya telah berhasil memberikan manfaat bagi petani dalam menghasilkan gas yang ramah lingkungan dan pupuk organic dari ampas biogas. Dampaknya mulai dirasakan masyarakat (petani yang punya ternak), sehingga banyak yang tertarik untuk mengolah limbah ternaknya menjadi gas dan pupuk. Dalam
tahun
2015,
dukungan
pengembangan biogas terus dilakukan walaupun jumlahnya terbatas, untuk membantu pengolahan limbah ternak menjadi gas yang ramah lingkungan. Selain menghasilkan sumber energi berupa gas untuk memasak maupun penerangan, sisa ampas biogas yang disebut bio-slurry,
bermanfaat sebagai pupuk organik untuk mendukung usaha
pertanian. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan terkait pembangunan biogas, antara lain: (i) mengidentifikasi calon penerima biogas, (ii) survei lokasi dan mengukur kelayakan teknis pembangunan biogas; (iii) pengadaan bahan dan material, (iv) pendampingan dalam pembangunan reaktor biogas dan (v) memberikan penjelasan tentang cara pengoperasian dan perawatan biogas kepada para pengguna. Pelaksanaan kegiatan pembangunan biogas dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Banjar Bukian dan Jempanang. Hasil yang dicapai secara keseluruhan terbangun sebanyak 4 unit biogas, masing-masing 2 unit tersebar di Banjar Jempanang Desa Belok Sidan dan 2 unit di Banjar Bukian. Semua reaktor biogas tersebut telah berfungsi dengan baik dan dimanfaatkan oleh rumah tangga, untuk kegiatan memasak. Sedangkan ampas biogas (bio slurry) dimanfaatkan untuk pupuk organik pada tanaman sayuran dan hortikultura. Adapun penerima manfaat biogas rumah 2015, sebagaimana terlihat dalam tabel 4. Tabel 4. Penerima Biogas Rumah di Br. Jempanang dan Bukian, 2015 NO
Nama KK
Alamat
27
Jenis ternak
Kapasitas (M3)
Keterangan
2
I MADE SUARDIKA
Br. Bukian, Desa Pelaga
babi dan sapi
4
2
I WAYAN DAWAN
Br. Bukian, Desa Pelaga
babi dan sapi
4
I MADE SUBRATA
Br. Jempanang, Desa Belok/Sidan
babi
4
Menyala dan telah dimanfaatkan untuk memasak
I MADE SUGIRI ASTAWA
Br. Jempanang, Desa Belok/Sidan
babi dan sapi
4
Menyala dan telah dimanfaatkan untuk memasak
3
.4 4
Menyala dan telah dimanfaatkan untuk memasak Menyala dan telah dimanfaatkan untuk memasak
1
. 2.4.5. Pemetaan hasil-hasil program di Bukian dan Jempanang Untuk mengudate peneriman manfaat program dan hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat dampingan di Bukian dan Jempanang, pada tahun 2015 ini, dilakukan kegiatan Update Pemetaan Hasil-Hasil Program bekerjasama dengan Yayasan Sekala. Proses kegiatan diawali dengan pertemuan bersama Tim Janma dengan Yayasan Sekala pada 9 Oktober 2015 yang membahas proses yang akan dilaksanakan dalam pemetaan update tahun 2015. Dari pertemuan ini diputuskan untuk dilakukan proses training penggunaa GPS oleh tim Janma (Indra) dan pendampingan dalam pengambilan data di lapangan. Kegiatan TOT GPS dilakukan di kantor Sekala pada 12 Oktober diikuti oleh Indra Wahyuni (Pendamping Janma), kemudian dilanjutkan dengan coaching kepada masingmasing tim di Bukian dan di Jempanang yang dilakukan oleh tim pendamping Janma. Setelah proses coaching dilanjutkan dengan proses pengambilan data (koordinat) hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan tahun 2015 untuk di input ke dalam peta wilayah program di Bukian dan Jempanang. Hasil pemetaan update penerima manfaat hasil-hasil program Ayung Lestari tahun 2015 di Banjar Bukian dan Jempanang telah dicetak masing-masing sebanyak 2 buah untuk peta update Br. Bukian dan Br. Jempanang.
28
2.4.6. Pengembangan usaha lebah madu di Jempanang Untuk mendukung usaha produktif masyarakat Jempanang dari kegiatan konservasi dan penanaman pohon yang dilakukan selama ini, dalam program Ayung Lestari 2015 ini dilakukan pendampingan kegiatan pengembangan usaha lebah madu. Proses pedampingan kegiatan diawali dengan sosialisasi tujuan pengembangan usaha lebah madu dan penjajakan kondisi pengembangan lebah madu yang sudah ada selama ini di Jempanang.. dari hasil penjajakan, terdapat 4 orang petani tertarik dan bersedia
mengembangkan usaha
penangkaran lebah madu secara swadaya yaitu I Wayan Widana, I Wayan Ardika, I Nyoman Jamin dan I Ketut Darmika. Tahapan kegiatan berikutnya dilakukan berbegai pertemuan dan
pelatihan untuk
penangkaran lebah madu yang difasilitasi oleh Pak Sujana dari Banjar Bon yang telah aktif berpengalaman mengembangkan usaha lebag madu. Dari hasil pertemuan, kemudian dibentuk Kelompok Usaha Lebah Madu MEKAR BUANA dengan anggotanya sebanyak 6 orang, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) .
I Wayan Widana (Ketua Klp) I Wayan Darmika I Wayan Ardika I Nyoman Jamin I Kadek Suandita I Putu Madia
Kegiatan berikutnya dilakukan pelatihan teknis penangkaran lebah madu, mulai dari pembuatan kandang, pencarian koloni madu, pemeliharaan dan perawatannya, pada 8 Mei 2015, diikuti oleh anggota kelompok MEKAR BUANA. Pelatihan dan praktek kedua dilakukan pada 13 Oktober dengan jumlah peserta sebanyak 6 orang. Kegiatan praktek yang diberikan yaitu teknik pemrosesan madu agar sarangnya tidak rusak dan lebah tidak kabur dari sarang serta praktek pemindahan koloni lebah dari kungkungan ke sarang lebah yang telah berisi frame. Selama praktek juga dijelaskan jenis-jenis lebah dari caranya membuat sarang yang berguna saat proses pemindahan lebah madu. 29
Untuk membantu pemrosesan madu, saat
praktek diberikan juga diberikan dukungan 1 unit alat pemrosesan (pemuteran) lebah madu kepada Kelompok Mekar Buana agar kualitas madu yang dihasilkan oleh petani, lebih bersih dan sarang lebahnya tidak mengalami kerusakan saat diproses.
Dari pendampingan
pengembangan usaha penangkaran lebah madu taun 2015, hasil yang baru dicapai ada 3 orang anggota yang sudah menghasilkan madu 11 botol dari 10 kandang ternak lbah yang sudah ditangkarkan oleh kelompok..
2.4.7. Pembuatan BIOPORI dan Sumur Resapan Pengembangan Lubang Resapan Biopori salah satu teknologi konservasi untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah, sejak tahun lalu telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Desa Pelaga dan Belok Sidan. Selain berfungsi untuk meningkatkan daya resap air hujan dan meningkatkan cadangan air dalam tanah, biopori juga dapat dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik. Dengan kata lain, pembuatan Biopori dapat mengurangi genangan air di pekarangan rumah terutama pada saat musim hujan. Selain Biopori, juga teknologi sumur resapan, yang berfungsi untuk memaksimalkan peresapan air ke dalam tanah, terutama di area perumahan. Dalam tahun 2015, kegiatan pendampingan pembuatan biopori dan sumur resapan terus dilanjutkan dilakukan di Banjar Jempanang dan Bukian. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan (i) sosialisasi tentang manfaat Biopori
dan
Sumur
Resapan
kepada
masyarakat, (ii) mendukung bahan/material untuk membuat lubang Biopori dan Sumur Resapan, (iii) praktek dan pendampingan pembuatan biopori dan sumur resapan. Pembuatan biopori dilakukan di beberapa tempat yaitu di pekarangan rumah tangga, tempat umum dan sekolah. Sedangkan untuk pembuatan sumur resapan dilaksanakan mulai April 2015 di 2 lokasi di Jempananag, yaitu I Wayan Widana dan I Kadek Rauh. Kegiatan pendampingan praktek pembuatan Biopori di Banjar Jempanang, dilaksanakan pada 10 Maret 2015, diikuti oleh 12 orang warga masyarakat. Dari kegiatan praktek tersebut, sebanyak 9 KK telah menindaklanjuti pembuatan lubang resapan biopori (LRB) di masing30
masing rumah tangga. Sedangkan pendampingan pembuatan Biopori di tempat umum dilaksanakan pada 4 Oktober 2015 di Banjar Bukian (Pura Desa, Penataran dan Pura Dalem) dan pada 9 Oktober dilakukan di Br. Jempanang (Areal Pura Tamian Anyar dan Pura Bukit). Hasil yang telah dicapai secara keseluruhan dari pendampingan yang dilakukan 2015, yaitu sebanyak 502 lubang biopori (225 diantaranya dibangun di tempat umum, 50 lubang biopori di SD 1 Pelaga dan di masing-masing RT) telah berhasil dibuat, termasuk 2 (dua) buah sumur resapan di wilayah Banjar Jempanang. Secara detail jumlah Biopori yang telah dibuat 2015, terlihat dalam tabel 5. Tabel 5. Lokasi dan jumlah Biopori yang dibuat di Desa Pelaga dan Belok Sidan, 2015 No
Lokasi
Jumlah Biopori
Jumlah KK
Keterangan 2 sumur resapan dibangun di Jempanang
1
Jempanang
125
9
2
Bukian
177
23
3
Tempat Umum - Jempanang - Bukian
4
Sekolah Dasar N
75 75 50
1 Pelaga TOTAL
2.5.
502
Penguatan POKJA Ayung Lestari (pertemuan rutin, road show, studi pemetaan hulu DAS dan workshop multi pihak) Keberadaan POKJA Ayung Lestari, yang telah diinisiasi dari hasil Workshop Pengelolan
DAS Ayung Secara Terpadu pada 26 Juli 2013 dan telah di launching saat Festival Budaya Pertanian Kabupaten Badung tahun 2014 lalu, hingga saat ini masih terus dikembangkan dan diperkuat melalui berbagai kegiatan yang dilakukan terkait dengan pelestarian sumberdaya air dan hutan di wilayah hulu DAS Ayung. Banyak pihak yang sel ama ini memanfaatkan air dari sungai Ayung, namun belum sepenuhnya memahami arti penting air dan sistem hidrologi DAS Ayung. Air masih dipandang sebagai public goods yang bisa dimanfaatkan secara cuma-cuma (gratis) karena sudah tersedia oleh alam (Tuhan), tanpa perlu melakukan upaya perlindungan secara baik agar air 31
bisa tetap tersedia. Sejak Mei 2015, legalitas Pokja Ayung Lestari disepakati bersama Forum DAS Badung sebagai bagian atau berada dibawah Forum DAS Badung.
Berbagai kegiatan
pendampingan lanjutan yang dilakukan untuk memperkuat Pokja Ayung dalam 2015, antara lain (i) Pertemuan rutin Pokja dan Road show ke beberapa dinas/instansi terkait, (ii) Studi pemetaan dan assessmen wilayah hulu DAS Ayung dan (iii) Workshop multipihak terkait dengan pembahasan hasil studi dan perumusan gagasan program Pokja lebih lanjut,
2.5.1. Pertemuan rutin Pokja dan Road Show Pertemuan rutin pengurus dan anggota Pokja untuk merefleksikan perkembangan kegiatan Pokja dilakukan secara reguler setiap bulan. Beberapa pertemuan yang telah dilakukan selama periode Feb-Nov 2015, antara lain: (i) Pada 17 Februari 2015, pertemuan Pokja dilakukan di Kantor Aqua Mambal, membahas agenda tentang kejelasan status legalitas POKJA Ayung Lestari dan dukungan dana untuk kegiatan Pokja 2015. (ii) Pertemuan audendi dengan ESDM Propinsi Bali pada 26 Februari 2015, diikuti oleh 4 orang dan dikoordinir oleh Ketua Pokja Ayung dan CSR Aqua. Pada prinsipnya Bagian pengembangan sumberdaya air-ESDM Propinsi Bali sangat mendukung kegiatan Pokja dan menyambut baik kegiatan yang telah diinisiasi terkait dengan Pelestarian Sumberdaya Air di DAS Ayung. Pihak ESDM tertarik untuk ikut dalam kegiatan POKJA, namun secara personal melalui Asosiasi Ahli Geologi (Bukan melalui ESDM). (iii) Pertemuan audensi Pokja dengan Ketua Forum DAS Badung di Kantor Distanbunhut, pada 10 Maret 2015, difasilitasi oleh Kadis Distanbunhut Badung. Hasil pertemuan ini menghasilkan 2 hal, yaitu : (i) Ketua Forum DAS Badung sepakat dan mendukung kegiatan Pokja bernaung dibawah Forum DAS Badung, (ii). Disarankan agar dibuat kesepakatan bersama antara Pokja dan Forum DAS terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh Pokja Ayung.
32
(v) Pada 27 Mei 2015, pertemuan dilakukan di Kantor Aqua Mambal membahas agenda tindak lanjut
perumusan kesepakatan bersama antara Pokja dengan Forum DAS
Badung untuk membangun legalitas formal Pokja Ayung ke depan. (vi) Pertemuan bersama antara Pokja Ayung Lestari dan Forum DAS Badung, dilaksanakan pada 29 Mei 2015 di Kantor Distanbunhut Badung, Tujuannya untuk membangun dan menetapkan kesepakatan bersama terkait legalitas Pokja Ayung Lestari sebagai bagian dari Forum DAS Badung. Hasilnya adalah adanya pendantanganan Kesepakatan Bersama Pokja Ayung Lestari dan Forum DAS Badung terkait Pelaksanaan Kegiatan Program Pokja Ayung Lestari, diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Badung. (vii) Pertemuan Pokja Ayung pada 28 Juli 2015 di RM Segara Bambu, membahas tentang rencana tindak lanjut kegiatan POKJA Ayung Lestari periode Agustus– Desember 2015. (viii) Pertemuan Pokja Ayung pada 11 September 2015 di RM Mina Peguyangan, membahas agenda tentang rencana (proposal) kegiatan studi pemetaan & assessment wilayah hulu DAS Ayung yang dilakukan oleh tim studi untuk memperoleh gambaran potensi dan permasalahan pengelolaan SDA yang terjadi di hulu DAS Ayung. (ix) Pertemuan Pokja Ayung pada 3 November 2015 di RM Mina Peguyangan, membahas tindak lanjut rencana studi pemetaan & assessment hulu DAS Ayung. Ada 2 fokus agenda pertemuan yaitu: (i) penyampaian tahapan dan proses studi pemetaan dan assesmen wilayah hulu DAS Ayung tahun 2015 oleh tim studi (ii) mendapatkan masukan/input dari anggota Pokja terkait dengan hal-hal yang perlu dipertajam dalam studi ini.
2.5.2. Studi Pemetaan & Assesmen wilayah Hulu DAS Ayung Sebagai tindak lanjut dari rencana kegiatan Pokja Ayung, khususnya untuk mengetahui potensi wilayah sosial ekonomi masyarakat dan pengelolaan SDA, serta permasalahan yang terjadi, dilakukan kegiatan kajian /studi pemetaan dan assessment wilayah hulu DAS Ayung melibatkan tim studi yang ditetapkan oleh Pokja. Kegiatan studi dilakukan mulai Okt-Nov 2015, dengan sampel 2 desa di wilayah hulu, yaitu Desa Sulangai 33
dan Desa Belok Sidan. Adapun tujuan studi yaitu : (i) Memperoleh data dan informasi terkait dengan kehidupan masyarakat meliputi aspek sosial, ekonomi, teknologi, tata guna lahan oleh masyarakat; (ii) Memetakan kelembagaan sosial dan para stakeholder, baik yang terkait langsung dan tidak langsung dengan pemanfaatan air dari DAS Ayung, serta menganalisis peran dan relasinya dengan masyarakat dan sumberdaya alam. Sedangkan cakupan studi, meliputi: (i) Karakteristik masyarakat (umur, pendidikan, anggota keluarga, tenaga kerja, pekerjaan); (ii) Kondisi sumberdaya alam (vegetasi, air, ternak, pemanfaatan dan produktivitas lahan); (iii) Teknologi (saprodi, DAS Mikro, akses air bersih); (iv) Kelembagaan (peraturan/awig2, stakeholder); (iv) Kemiskinan dan ekonomi (RTM, intervensi pemerintah, pendapatan dan sumbernya) Beberapa hasil temuan secara umum terkait dengan kondisi pengelolaan sumberdaya hutan dan air
yang terjadi dalam 10 tahun terakhir dan
kecendrungan
perubahan ke depan, a.l: •
Populasi tanaman kayu cenderung mengalami peningkatan karena harga kayu naik, adanya dukungan bantuan bibit dari dinas dan pihak-pihak lain, dan mudah perawatan/pemeliharaannya. Masyarakat lebih melihat pohon kayu sebagai kepentingan ekonomi dibandingkan kepentingan konservasi karena adanya kebutuhan ekonomi..
•
Akses air bersih cenderung semakin baik/mudah kecuali di kedua Desa. Namun demikia, masih ditemukan beberapa keluarga yang belum memperoleh akses air bersih, terutama di pemukiman baru dekat hutan di Banjar Bon, Desa Belok Sidan (30-40 KK) dan Pondok Batu Nganten dan Bukit Cepaka (40-60 KK), Banjar Abing, Desa Sulangai. Jalan kaki ambil air ke sungai/mata air. Selain itu, sumbr mata air relative tetap, sedangkan debit air cenderung mengalami penurunan.
•
Akses jalan desa, usahatani, kampung cenderung semakin baik karena adanya dukungan proyek pemerintah termasuk program dari PNPM
•
Adanya alih vegetasi dari tanaman kopi ke tanaman jeruk dan asparagus yang cenderung semakin meningkat karena harga yang lebih baik, frekuensi panen lebih sering, dan bisa dilakukan tumpang sari pada tanaman jeruk, terutama di wilayah Desa Belok Sidan.
•
Adanya alih vegetasi tanaman padi ke tanaman empon-empon (kunir, jahe, sere, dll) di lahan sawah cenderung semakin meningkat, akibat kekurangan air irigasi, khususnya di Subak Sulangai dan Batulantang, Desa Sulangai 34
•
Pendapatan kotor rata-rata petani mencapai Rp 2,3 jt/bln atau Rp 27.304.273/KK / tahun.
•
Sumber pendapatan masyarakat berasal dari : 37 % dari usahatani padi; 29,6% dari usaha ternak dan 17,8 % bersumber dari hortikultura (sayur, bunga dan buah) Rata-rata luas lahan sawah yang digarap oleh petani : 0,37 ha dan luas lading (lahan
•
kering) 1,1 Ha. Sedangkan beberapa permasalahan yang ditemukan dalam studi, yaitu : Penanaman tanaman kayu menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan mengalahkan kepentingan konservasi karena setiap saat kayu bisa ditebang ketika petani membutuhkan uang. Banyak orang yang berduit mengontrak lahan di Desa Sulangai untuk usaha tanaman kayu yang bertujuan untuk kepentingan ekonomi (bukan konservasi). Masih ada kesulitan akses air bersih bagi sebagian masyarakat di Banjar Bon Desa Belok Sidan dan Banjar Abing, Desa Sulangai, serta air irigasi bagi Subak Sulangai (4 dusun) Keterbatasan keterampilan, modal usaha, lahan, dll bagi rumah tangga miskin
2.5.3. Workshop Multi Pihak Menindaklanjuti hasil studi pemetaan hulu DAS Ayung yang telah dilakukan oleh tim studi , maka dilaksanakan kegiatan workshop multipihak guna membahas temuan-temuan hasil studi tersebut, serta berbagai rekomendasi/saran-saran untuk pengembangan program POKJA ke depan. Kegiatan workshop ini dilaksanakan di Aula Kantor Distanbunhut Badung pada 23 Desember 2015, diikuti oleh 27 orang peserta perwakilan dari berbagai pihak, antara lain pengurus Forum DAS Badung, Pokja Ayung Lestari, Dinas/Instansi terkait, dan perwakilan masyarakat dari Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan, sebagaimana terlihat dalam tabel 7. Tabel 7. Daftar Nama Peserta Workshop Multipihak Forum DAS Badung/Pokja Ayung Lestari, 2015 No
Nama
Instansi
1 2 3 4
Ir. I G K Sudaratmaja, MS A.A. Ambara Dewi IB. Gde Wirawan A.A.Manacika
Kadis Distanbunhut Badung Distanbunhut Badung Distanbunhut Badung BLH Badung
5
Ketut Ariantana
Bagian Sumberdaya Air-ESDM Bali 35
Keterangan
Diwakili oleh staf (Eka Wikrama)
6 7 8 9
Tjok Bagus Purnawarman Joko Heru Setiyawan Putu Puspawetri Dr. Ir. Made Sudarma , M.S
Balai Wilayah Sungai, Bali-Penida Radar Bali PT Karya Tangan Indonesia (KTI) PPLH Unud/ Ketua Pokja
10 11 12 13
Ngurah Warrasutha Ida Ayu Eka Pertiwi Sari Sagung Ratih Sri W. I G Bagus Sumertana
14 15 16 17 18 19 20 21
Made Budiasa Ir. Nyoman Sunarta, MS Ir. Made Garus Adiputra, MS I Gde Suarja Wayan Supardi Made Indra Wahyuni Gede Yasa Utama Nyoman Adi Sumandra
22 23
Wayan Yudana Nengah Kertiyasa
24
Made Arnadi
25
Nym Gama
26 27
Made Pukel Putra Suardika
PT. Tirta Investama (Aqua) PT. Tirta Investama (Aqua) Bali Wilayah Sungai, Bali-Penida PT. Bagus Agro Pelaga/ Wakil ketua Pokja BKSDA Sangeh Forum DAS Bali Ketua Forum DAS Badung JANMA/ Sekretaris Pokja Pekaseh Subak Buangga JANMA Panitia JANMA Panitia Kelihan Banjar Dinas Abing, Desa Sulangai Pekaseh Subak Sulangai Kelihan Banjar Dinas Bon, Ds Belok Sidan Kelihan Subak Bhuana Sari, Banjar Kenikit, Belok Sidan Pekaseh Subak Abian Sekarmukti, Belok Sidan Tim Studi Tim Studi
Kegiatan lokakarya dibuka secara resmi oleh Kabag Kehutanan dan ditutup oleh Kadis Distanbunhut Badung, sekaligus memberikan arahan/masukan terkait hasil studi dan pengembangan program Forum DAS Badung/Pokja ke depan. Dari hasil diskusi dan pandangan para pihak dalam workshop, dirumuskan beberapa isu/gagasan program yang perlu dikembangkan dan mendapatkan perhatian oleh Forum DAS Badung/Pokja Ayung dan juga oleh pihak- pihak terkait ke depan, antara lain : 1.
Memetakan (mapping) sumber-sumber mata air dan pengukuran debit air yang ada di wilayah hulu, agar dapat diketahui kondisi sumber mata air yang ada di hulu dan sebarannya di berbagai wilayah, termasuk besarnya debit air yang ada.
2. Melakukan program pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat hulu, terutama rumah tangga miskin (RTM) melalui kegiatan pengembangan ternak, dukungan bedah rumah dan pemberian modal usaha tani. 3. Melakukan upaya perlindungan sumber-sumber mata air melalui : 36
(i)
Pemberian insentif (asuransi) bagi petani pemilik pohon agar tidak ditebang
(ii)
Mengembangkan teknologi panen air (al. Biopori, sumur resapan, dll)
4. Pengembangan dan penguatan Pertanian Ramah Lingkungan melalui : (i)
Pengendalian hama/dan penyakit secara hayati, terutama untuk tanaman hortikultura (sayur, buah dan bunga)
(ii)
Mendukung pembangunan infrastruktur irigasi, terutama di wilayah Subak Batulantang Desa Sulangai (membuatkan trowongan saluran irigasi sawah sepanjang + 4 Km). Potensi luas sawah yang bisa diolah 123 Ha, sementara dengan keterbatasan air irigasi yang ada, lahan sawah yang baru bisa digarap oleh petani seluas 55 Ha.
5.
Melakukan penghijauan (reboisasi) kembali hutan lindung di wilayah hulu (Dusun Bon dan Jempanang) serta meningkatkan jumlah tenaga pengawas hutan (Jaga wana) di hulu.
6.
Untuk penanaman pohon penghijauan, perlu dikombinasikan antara tanaman kayu dan buah-buahan sehingga tidak cepat ditebang oleh masyarakat.
2.6.
Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan (Sayur) Selain kegiatan konservasi, dalam upaya mendukung pengembangan produk pangan
sehat, juga dilakukan kegiatan pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, khususnya untuk komoditi sayuran, mengingat di wilayah Jempanang dan Bukian, sebagian petani mengembangkan budidaya sayuran, selain tanaman buah dan tanaman umur panjang (kopi). Pada tahun lalu, telah dilakukan uji coba pengembangan buidaya sayuran ramah lingkungan di Bukian dan Jempanang, diikuti oleh 7 orang petani. Untuk pengembangan lebih lanjut, dalam tahun 2015, dilakukan perluasan pendampingan jumlah petani yang bersedia mengembangkan sayur ramah lingkungan di wilayah Jempanang dan Bukian. Tujuannya adalah untuk menyebarluaskan sistem budidaya pertanian sehat, ramah lingkungan dan praktek langsung kepada petani terkait dengan budidaya sayuran ramah lingkungan sehingga penerapan sistem ini di wilayah hulu semakin berkembang ke depan. Beberapa kegiatan pendampingan yang telah dilakukan dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan (sayur) tahun 2015, yaitu (i) sosialisasi dan identifkasi calon peetani yang akan melanjutkan pengembangan sayur organik, (ii) melakukan pendampingan demplot sayuran, (iii) Memfasilitasi berbagai pelatihan teknis dan praktek pembuatan Molase, Biopestisida dan pengembangan agensia hayati. 37
Pengembangan demplot sayuran organik dilakukan di Banjar Bukian, diikuti oleh 14 orang petani (2 orang dan di Banjar Jempanang dan 12 orang petani petani dari Bukian), dengan luas penanaman rata-rata 2 are per petani. Jenis sayuran yang dikembangkan untuk pengembangan sayur ramah lingkungan yaitu buncis dan kacang panjang.
Kegiatan pelatihan dan
praktek pengembangan sayur organik masingmasing dilakukan pada 2 kali (9 dan 16 April), diikuti oleh 11 orang petani di Jempanang. Pelatihan ini difasilitasi oleh Pak Wayan Sandi (PPL BPP Pelaga), dengan memberikan praktek pembuatan pestisida organik, MOL, dan pembuatan Agensia Hayati.. Jumlah petani yang terlibat dalam pengembangan sayur ramah lingkungan pada tahun 2015 di Jempanang dan Bukian sebanyak 14 petani, dengan rincian nama-nama petani sbb: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Petani I Wayan Widana I Wayan Ardika I Made Mara I Wayan Widiarta I Wayan Gatra I Ketut Sumerta I Made Tekes I Nyoman Arka I Ketut Sukanadi I Wayan Miarta I Wayan Suarja I Made Subrata I Wayan Supariyasa I Wayan Suarja
Alamat Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Jempanang Bukian Bukian
Dari hasil pengembangan uji coba sayuran ramah lingkungan yang telah dilakukan, tanggapan petani cukup positif dan antusias mengembangkan sayuran organik karena produknya sehat dan tercemar pestisida kimia, walaupun hasilnya masih belum optimal. Diharapkan ada jaminan pasar yang memadai dan kontinyu untuk pemasaran sayur organik ke depan. Selama ini, kegiatan pemasaran produk sayur ramah lingkungan petani di Bukian dan Jempanang difasilitasi oleh Janma
38
melalui kegiatan pasar organik yang dilakukan secara reguler di Pabrik Aqua Mambal, maupun dalam even-even pameran atau festival produk organik di Kabupaten Badung dan Propinsi Bali.
2.7.
Pendampingan edukasi pendidikan berbasis lingkungan bagi Sekolah Untuk mendukung proses penyadaran pentingnya pelestarian lingkungan di wilayah hulu ,
selain dilakukan pendampingan konservasi dan STBM kepada masyarakat, dalam tahun 2015 ini juga dilakukan kegiatan pendampingan kepada siswa/siswi dan guru-guru sekolah dasar. Proses pendampingan yang dilakukan adalah untuk memberikan edukasi tentang pendidikan berbasis lingkungan bagi sekolah. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan untuk pendampingan edukasi pendidikan lingkungan bagi sekolah yaitu (i) sosialisasi dan pengenalan pendidikan berbasis lingkungan (ii) pengembangan dan penanaman pohon, (iii) pemberian bantuan tong sampah untuk kebersihan sekolah, (iv) sosialisasi dan pengenalan teknik2 konservasi melalui pembuatan biopori dan (v) pemberian media (poster) tentang biopori di sekolah. Proses pendampingan sekolah pada awalnya dilakukan dengan Sekolah Dasar No 2 Belok Sidan, dengan memberikan sosialisasi dan pengenalan pendidikan berbasis lingkungan pada Maret 2015, oleh PPL Bali dan Pak Nama, salah seorang anggota tim Adiwiyata Kota Denpasar. Kegiatan ini, diikuti oleh 10 orang guru-guru, pegawai dan Kepala Sekolah SD N 2 Belok Sidan. Selanjutnya terus dilakukan proses pendampingan setiap hari Sabtu. Kemudian pada 5 Agustus 2015, dilakukan penyerahan bantuan 6 buah tong sampah dari hasil kegiatan lomba melukis Tong Sampah saat Festival Budaya Pertanian di Pelaga. Selanjutnya dari hasil pertemuan koordinasi lebih lanjut dengan para guru dan kepala sekolah SDN 2 Belok Sidan, terkait tindak lanjut pendampingan oleh Janma-Aqua untuk mendukung edukasi pendidikan menuju sekolah berwawasan lingkungan, ternyata para guru pengajar tidak bersedia melanjutkan tahapan pendampingan sekoah dengan alasan mereka kekurangan personel dan rumah guru-guru pengajar berjauhan. Karena itu, pendampingan lebih lanjut dialihkan ke SD N 1 Pelaga. Setelah ada proses pendekatan dan pertemuan dengan Kepala sekolah SDN 1 Pelaga, rencana pengalihan pendampingan edukasi pendidikan berbasis lingkungan mendapat respon positif dari sekolah. Karenanya, beberapa kegiatan pendempingan mulai dilakukuan, diantaranya : 39
(i) Sosialisasi tentang pentingnya Konservasi Lingkungan dan Konsep Menabung Air dengan teknik Biopori (3 Oktober 2015), di Ruang Belajar SD N 1 Pelaga, diikuti oleh 45 orang peserta siswa kelas 6, Kepala Sekolah dan Guru Pengajar. Proses sosialisasi dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga daerah hulu dengan melakukan konservasi melalui Penanaman Pohon dan Penerapan Teknologi Konservasi, dengan membuat Lubang resapan Biopori di halaman sekolah. Kegiatan sosialisasi ini mendapatkan respon yang sangat baik dari para siswa dan guru-guru SD N1 Pelaga, dan diharakan dapat dilakukan praktek langsung pembuatan Biopori di halaman sekolah. (ii) Praktek pembuatan Biopori di SD N 1 Pelaga, dilaksanakan pada 4 dan 10 Oktober 2015 sebagai tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi sebelumnya. Hasilnya terbuat sebanyak 50 unit Biopori di halaman sekolah yang dilakukan oleh siswa/siswi dan guru-guru pengajar SD N 1 Pelaga. (iii) Penyerahan bantuan 6 buah tong sampah dan poster biopori kepada sekolah pada awal Desember 2015. Tanggapan dari siswa dan guru-guru SD N 1 Pelaga sangat positif dan antusias untuk mengikuti pendampingan tentang pendidikan berbasis lingkungan yang diberikan oleh Janma setiap hari Sabtu. Diharapkan pendampingan ini dapat dilanjutkan dalam tahun 2016. .
2.8.
Pengembangan Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati merupakan aspek penting dalam kelestarian sumberdaya alam,
karena keberadaan flora dan fauna akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem serta keberlangsungan kehidupan manusia. Karena itu, dalam program Ayung Lestari 2015, kegiatan pendampingan pengembangan keanekaragaman hayati terus dilanjutkan, dengan 2 fokus perhatian, yaitu pengembangan satwa langka (Burung Curik Bali) dan pengembangan tanaman keanekaragaman hayati, sebagai kelanjutan pendampingan (pemeliharaan/perawatan serta monitoring) tanaman keanekaragaman hayati yang sudah dikembangkan tahun lalu.
2.8.1. Pengembangan Tanaman Keanekaragaman Hayati (Taru Preman) Menindaklanjuti hasil monitoring terhadap pengembangan tanaman upakara yang ditanam di areal Pura Banjar Jempanang (Pura Puseh, Pura Dalem dan Pura Tamian Anyar) yang dilakukan pada Maret 2015 dan Bukian dimana diketahui ada banyak jenis tanaman 40
upakara yang mati maka
dilakukan kegiatan pendampingan untuk
penyulaman dan
penanaman tanaman upakara yang baru. Proses kegiatan penyulaman dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan prajuru subak maupun banjar. Untuk di Jempanang, kegiatan penyulaman dan pembersihan gulma bersama warga masyarakat, pada 10 Maret 2015, diikuti sebanyak 12 orang. Total sebanyak 120 bibit pohon upakara, antara lain pohon intaran, kembang rejasa, nagasari, cendana dan majegau telah ditanam kembali untuk penyulaman di Pura Dalem (55 phn) dan Pura Tamian Anyar (65 pohon). Sedangkan untuk di Banjar Bukian kegiatan penanaman pohon dilakukan dengan melibatkan prajuru adat, dinas, pemangku pura dan warga masyarakat. Sebanyak 170 bibit pohon keanekaragaman hayati telah ditanam di 5 Pura yaitu Pura Desa (60 bibit), Pura Puseh (20 bibit), Pura Dalem (18 bibit), Pura Penataran (44 bibit) dan Pura Bukit (28 bibit).
2.8.2. Pengembangan Satwa Langka (Burung Curik Bali) di Jempanang Sebagai tindak lanjut dari studi keanekaragaman hayati di Jempanang yang dilakukan tahun lalu, dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati (flora dan fauna), maka dalam
tahun
2015,
dilakukan
kegiatan
pengembangan dan penangkaran satwa langka di Banjar Jempanang yaitu Burung Curik Bali. Hal ini dilakukan oleh Aqua dan Janma, guna ikut berpartisipasi Burung
Curik
dalam Bali
mendukung yang
pelestarian
semakin.langka
penyebarannya. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan pengembangan dan penanggakaran burung Curik Bali, antara lain (i) sosialisasi tujuan pengembangan satwa langka di Jempanang dan indentifikasi peserta yang tertarik terlibat dalam kelompok pengembangan burung, (ii) melakukan pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan pembentukan kelompok, dan pengesahan kelompok burung oleh Desa/kecamatan sebagai prasyarat untuk penangkaran burung langka, serta membangun kesepakatan tentang pengelolaan dan pemeliharaan burung oleh Kelompok, (iii) mengadakan kunjungan belajar kelompok burung ke TNBB dan UD Kicau Bali di Tabanan, (iv) Pelatihan teknis penangkaran burung bekerjasama dengan APCB dan BKSDA, (v) Pembuatan Kandang untuk Penangkaran 41
burung dan kandang habituasi, (vi) Pengadaan indukan Burung Curik Bali serta (vii) pendampingan dalam pemeliharaan/perawatan burung secara intensif. (i) Sosialisasi dan pembentukan kelompok penangkar burung dilakukan pada April 2015, pada awalnya hanya diikuit oleh 3 orang petani yang selama ini sudah biasa memelihara burung. Tahap berikutnya dilakukan penjajakan kembali dengan petani lainnya, dan ada 2 orang petani yang juga tertark untuk bergabung dalam kelompok penangkar burung. Hasilnya telah terbentuk kelompok Penangkar Burung “ SUARA LESTARI” Jempanang, beranggotakan 5 orang, yaitu : a. I Wayan Ardika (ketua kelompok) b. I Wayan Giriastra c. I Made Sugiarta d. I Made Mara e. Ni Made Suyanti (ii) Pengurusan legalitas kelompok penangkar burung Suara Lestari, ke kantor Kepala Desa Belok/Sidan dan Camat Petang. Hasilnya, Kelompok Burung Suara Lestari Jempanang telah mendapat pengesahan dari Kepala Desa Belok Sidan dan Camat Petang. Dengan adanya legalitas kelompok ini, maka proses ijin penangkaran burung oleh kelompok dapat dilakukan. (iii) Perumusan kesepakatan untuk pengembangan dan penangkaran burung oleh kelompok dan program Ayung Lestari (Janma). Telah dihasilkan rumusan kesepakatan bersama antara kelompok burung Suara Lestari dan Janma, antara lain (1). Pihak program Ayung (JANMA) akan mendukung induk Burung Curik Bali untuk ditangkarkan dan Pihak kelompok penangkar bersedia mengembalikan 2 (dua) pasang anakan burung hasil penangkaran masing-masing 1 (satu) pasang untuk APCB dan Aqua Mambal; (2). Kelompok penangkar bersedia mengikuti persyaratan kegiatan penangkaran Burung Langka (Curik Bali) dan Pihak JANMA akan membantu memfasilitasi/mendampingi; (3) Kelompok penangkar bersedia dan sanggup melakukan penangkaran Burung Curik Bali dan Pihak JANMA akan melakukan pendampingan bersama APCB dan Aqua. (iv) Melakukan kunjungan belajar Kelompok Suara Lestari, ke Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Kunjungan belajar ini dilaksanakan pada Mei 2015, diikuti semua anggota kelompok dan prajuru banjar adat, subak, 42
untuk meningkatkan pemahaman dan
pengalaman secara langsung tentang proses penangkaran Burung Curik Bali di TNBB. Selain itu, agar anggota kelompok SUARA LESTARI dapat berinteraksi dan melihat kondisi sosial budaya masyarakat Sumber Klampok secara langsung sebagai wilayah yang telah berhasil melakukan penangkaran Burung Curik Bali. Hal ini diharapkan mampu menggugah semangat dan menambah bekal bagi kelompok SUARA LESTARI Jempanang untuk memulai kegiatan penangkaran Burung Curik Bali. (v) Sosialisasi lanjutan kegiatan penangkaran burung Curik Bali , dilaksanakan pada 4 Juni 2015, dengan menghadirkan narasumber dari Tim BKSDA Wilayah I Bali. Pertemuan sosialisasi diikuti oleh 8 orang peserta, membahas tentang proses pengajuan perijinan penangkaran Burung Curik Bali dan syarat-syarat yang diperlukan oleh kelompok penangkar. Tim BKSDA mendukung positif kegiatan ini dan bersedia mendampingi pelaksanaan penangkaran khususnya dalam hal administrasi keberadaan burung Curik Bali di Jempanang ke depan (vi) Pengurusan ijin penangkaran burung ke BKSDA. Untuk bisa memulai proses pengembangan dan penangkaran burung oleh kelompok Suara Lestari, tahapan kegiatan berikutnya dilakukan pendampingan untuk pengajuan ijin ke kantor BKSDA. Penjajakan kerjasama dengan KSDA Wil. I dilaksanakan bersama CSR Aqua dan Janma pada tanggal 25 Juni 2015 pengajuan proposal ijin penangkaran burung. Pengajuan proposal ijin penangkaran telah dilaksanakan tanggal 1 Juli 2015 namun direvisi dan diajukan kembali tanggal 13 Juli 2015. Hasilnya SK tentang ijin penangkaran burung oleh kelompok Suara lestari sudah diterbitkan oleh BKSDA. (vii) Pembuatan kandang penangkaran burung di rumah Pak
Minggu untuk persiapan
pemerliharaan indukan burung Curik Bali dilakukan pada Mei 2015. Selain kandang untuk penagkaran, juga dibuat kandang habituasi untuk pelepasliaran burung curik Bali. Hasilnya telah dibuat 2 buah kandang penanggkaran burung lengkap dengan perlengkapannya sesuai standar yang telah ditetapkan oleh APCB dan 1 buah kandang habituasi. (viii) Pengadaan indukan burung curik Bali. Pada awalnya, pengadaan indukan burung didukung 1 pasang pada Juli 2015, untuk mengetahui adaptasi perkembangan burung terhadap lingkungan di Jempanang. Kemudian tahap kedua diberikan tambahan
43
dukungan indukan lagi 1 pasang, sehingga total ada 2 pasang indukan yang sudah dipelihara saat ini oleh Kelompok Suara Lestari Jempanang. (ix) Pelatihan penangkaran dilakukan pada 28 Juni 2015 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 9 orang. Materi pelatihan yang diberikan diantaranya perawatan burung Curik Bali, pemberian pakan, cara penandaan dan pemberantasan hama penyakit. Selain pelatihan penangkaran juga dilakukan pengecekan kandang yang sudah jadi namun perlu dilakukan sedikit rehab dan melengkapi sarana yang diperlukan seperti kotak air dan tempat pakan burung. (x) Fasilitasi kunjungan kelompok penangkar ke UD Kicau Bali Tabanan, dilaksanakan pada 11 Oktober 2015, diikuti sebanyak 14 orang dari kelompok Suara Lestari, perwakilan kelian, CSR Aqua dan Janma. Dari kunjungan tersebut, peserta mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai pemeliharaan Curik Bali, cara pemberian pakan, proses penyapihan anakan dan pemeliharaan kandang. (xi) Pendampingan pemeliharaan dan perawatan burung curik bali. Untuk mendukung pertumbuhan
dan
perkembangan
burung,
dilakukan
pendampingan
perawatan/pemeliharaan secara intensif dengan memberikan pakan sesuai yang sudah dianjurkan dalam pelatihan. Sampai saat ini kondisi kedua pasang burung curik bali masih cukup sehat dan lincah bergerak, hanya saja belum ada yang bertelor untuk menghasilkan anakan yang baru.
2.8.3. Monitoring Taru Preamana dan Survei Keanekaragaman Hayati Monitoring tanaman taru premana merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi tanaman yang telah ditanam tahun lalu (jumlah tanaman yang hidup, bibit yang ditanam, dan pertumbuhannya) sehingga memudahkan tindak lanjut yang akan diberikan (pemupukan dan penyulaman tanaman yang mati). Penanama pohon Taru Premana dilakukan di 2 lokasi yaitu Banjar Jempanang dan Bukian. Pelaksanaan monitoring tanaman tarupramana 2015 masing-masing dilaksanakan di Banjar Jempanang pada 2 Maret 2015 (di 3 areal Pura yaitu Pura Tamian Anyar, Pura Puseh dan Pura Dalem) dan Bukian pada 26 Maret 2015 (Pura Penataran, Pura Desa dan Pura Dalem). Proses monitoring di kedua lokasi dilakukan dengan melibatkan prajuru subak, banjar adat, banjar dinas dan perwakilan dari masyarakat, 44
Dari monitoring yang telah dilakukan di 3 lokasi penanaman tanaman upakara di Banjar Jempanang, Desa Belok/Sidan didapatkan hasil sebagaimana Tabel 8: Tabel 8. Hasil monitoring tanaman upakara di Banjar Jempanang,2015 No Lokasi tanam Jenis Tanaman Tanam Hidup Cendana 35 2 Dewadaru 12 4 Gaharu 12 5 1 Tamian Anyar Majegau 12 5 Nagasari 18 5 Pinang 23 5 JUMLAH 112 26 % Hidup 23,21%
2
Dalem
3
Puseh
Mati 33 8 7 7 13 18 86
Cendana Dewadaru Gaharu Majegau Nagasari Pinang JUMLAH % Hidup
35 13 13 13 17 22 113
4 8 11 5 4 10 42 37,17%
31 5 2 8 13 12 71
Pinang
100
2 2%
98
% Hidup
Apabila dijabarkan dalam grafik maka perbandingan jumlah tanaman upakara yang telah ditanam dan yang masih hidup seperti terlihat pada grafik dibawah.
45
Dari 325 bibit tanaman upakara yang diberikan kepada Banjar Jempanang Tahun 2014, jumlah tanaman yang hidup hanya 70 atau 21,54%. Beberapa faktor penyebab banyaknya pohon taru pramana yang tidak tumbuh baik, berdasarkan wawancara dengan narasumber, diperoleh kterangan sebagai berikut: o
Perawatan dan pemeliharaan pohon taru pramana oleh warga masyarakat Jempanang kurang terutama ketika musim hujan dimana gulma banyak yang tumbuh sehingga menyebabkan banyak tanaman yang mati/layu.
o
Ada beberapa bibit dalam kondisi yang kurang baik dan ukuran bibit yang relatif masih kecil saat diserahkan ke banjar namun tetap dilakukan proses tanam. Kondisi bibit tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan mati. Lebih-lebih kurang dilakukan pembersihan gulmanya.
o
Untuk pohon yang ditanaman di areal Pura Puseh, adanya proses pengurugan lahan di areal pura untuk dijadikan bangunan (wantilan) menjadi faktor penyebab sebagian besar tanaman pinang mati. Proses pengurugan menyebabkan tertutupnya sebagian besar bibit pinang yang telah ditanam sehingga menghambat proses pertumbuhan dan menyebabkan kematian. Tidak ada upaya antisipasi dilakukan oleh masyarakat dan prajuru banjar.
Sedangkan dari monitoring perkembangan tanaman Taru Premana di 3 lokasi penanaman tanaman di Banjar Bukian, Desa Pelaga didapatkan hasil sebagai mana dalam tabel 9 Tabel 9. Hasil monitoring tanaman upakara di Banjar Bukian, Desa Pelaga No Pura Jenis Tanaman Tanam Hidup Cendana 10 5 Dewadaru 10 6 Nagasari 10 5 1 Penataran Kelapa Gading 15 11 Pinang 10 7 JUMLAH 55 34 % Hidup 61,82% Cendana 20 13 Dewadaru 5 3 Nagasari 10 3 2 Desa Pinang 20 17 JUMLAH 55 36 % Hidup 65,45% 3 Dalem Cendana 20 15 46
Mati 5 4 5 4 3 21 7 2 7 3 19 5
Dewadaru Nagasari Kelapa Gading Pinang JUMLAH % Hidup
5 10 15 20 70
3 3 10 13 44 62,86%
2 7 5 7 26
Apabila dijabarkan dalam grafik maka perbandingan jumlah tanaman upakara yang telah ditanam dan yang masih hidup seperti terlihat pada grafik berikut..
Dari 180 bibit tanaman upakara yang ditanam di Banjar Bukian Tahun 2014, jumlah tanaman yang hidup sebanyak 114 atau 63,33%. Beberapa faktor yang menyebabkan tanaman mati (tidak tumbuh) sesuai hasil wawancara dengan narasumber yaitu : Penanaman di areal Pura khususnya di Pura Dalem yang cukup jauh menyebabkan kurang intensifnya proses pemeliharaan dan perawatan terhadap bibit yang telah ditanam. Ada beberapa bibit dalam kondisi yang kurang sehat dan ukuran bibit yang relatif masih kecil saat diserahkan ke banjar sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan bahkan ada tanaman yang mati. Di lokasi tanam juga terlihat beberapa lubang yang hanya tinggal ajir (bambu) saja namun pohonnya tidak ada, seperti hasil monitoring tanaman upakaran di Jempanang. Kemungkinan besar pohon yang ditanam telah tercabut atau dimakan ternak.
47
Selain kegiatan monitoring penanaman pohon taru premana juga dilakukan kegiatan survey keanekaragaman hayati di Br. Bukian dan di Jempanang. Pelaksanaan survey di Bukian dilakukan pada 25 Maret – 11 April 2015 untuk mengetahui keragaman flora dan fauna yang terdapat di wilayah ini.. Proses survey dilakukan secara partisipatif melibatkan kader SL dan tim Janma. Hasil yang diperoleh, yaitu : untuk fauna aves teridentifikasi 33 jenis (kategori kelimpahan jarang dominan). Identifikasi fauna non aves mendapatkan hasil 39 jenis (kelimpahan antara jarang melimpah). Hasil identifikasi flora darat yaitu tanaman pekarangan (32 jenis), tanaman kehutanan (23 jenis), tanaman budidaya (36 jenis) dan tanaman upakara (26 jenis). Untuk survey/monitor perkembangan keanekaragaman hayati di Jempanang dilakukan pada tanggal 5 - 11 April 2015 dengan hasil yang diperoleh yaitu teridentifikasi sebanyak 53 jenis fauna aves (kelimpahan jarang - melimpah) sedangkan identifikasi fauna non aves ditemukan sebanyak 55 jenis (kelimpahan jarang - melimpah). Untuk hasil pengamatan terhadap flora darat teridentifikasi sebanyak 170 jenis flora. Rencana tindak lanjutnya adalah melakukan perhitungan keragaman jenis dan indeks penting jenis keanekaragaman yang ditemukan.
2.9.
Pengembangan Media Warta Ayung Untuk menyebarluaskan berbagai cerita sukses hasil pendampingan program Ayung Lestari
selama ini, pada tahun 2015 ini dilakukan kegiatan pengembangan/pembuatan media informasi berupa Warta Ayung edisi perdana. Berbagai topik artikel yang diterbitkan dalam warta ayung edisi perdana ini antara lain : menuju keseimbnagan hulu hilir DAS Ayung, menabung air untuk anak cucu, merawat sarana air bersih merawat masa depan, dari perarem menuju ODF, pakai biogas “jeg” pasti untung, Curik Bali, si cantik jelita yang jadi rebutan dan profile petani inspiratif dari Bukian-Wayan Merta serta artikel dari CSR Aqua tentang pentingnya peranan para pihak. Sebanyak 250 exp warta ayung telah diterbitkan dan disebarluaskan kepada masyarakat serta pihak-pihak lain yang terkait.
2.10. Monitoring dan Evaluasi Program (MONEV) Monitoring dan evaluasi (Monev), merupakan salah siklus penting dalam Project Cycle Management, yang perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan kegiatan program termasuk berbagai kendala/tantangan yang dihadapi di lapangan. Dengan demikian, akan dapat dilakukan tindakan penyesuaian dan perbaikan strategi program secara cepat dan tepat. 48
Dalam tahun 2015, kegiatan monitoring dan evaluasi (MONEV) program Ayung Lestari dilakukan secara intensif, melalui berbagai proses kegiatan, yaitu (i) pertemuan koordinasi program secara rutin setiap bulan dan 4 bulanan melibatkan tim program Janma dan tim CSR dan manjemen Aqua, (ii) Monev dengan melibatkan tim independen dan (iii) Lokakarya evaluasi dan perencanaan program (EVAPERCA) dengan melibatkan masyarakat penerima manfaat dan berbagai pihak untuk bisa secara terbuka/partisipatif sebagai bentuk pertanggungjawaban program kepada masyarakat dan semua pihak. (i)
Pertemuan Koordinasi Program
Secara internal di tingkat tim program, dilakukan kegiatan monitoring secara rutin setiap bulan melalui Pertemuan Refleksi Program yang dihadiri bersama oleh semua tim Janma dan tim CSR AQUA Mambal. Tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan capaian kegiatan setiap bulan sekaligus menyusun rencana kegiatan pada bulan berikutnya. Dengan pola ini perkembangan program dan kendala yang dihadapi di lapangan dapat diketahui dengan cepat sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan oleh tim program bersama tim CSR Aqua. Selain pertemuan bulanan, setiap 4 bulan juga dilakukan pertemuan koordinasi program bersama Janma dan management Aqua untuk mengevaluasi perkembangan capaian program selama 4 bulan. (ii) MONEV Program oleh Tim Independen Dalam tahun 2015, telah dilakukan sebanyak 3 kali MONEV dengan melibatkan tim independen, yang peduli terhadap lingkungan. Berbagai masukan/saran telah disampaikan oleh tim Monev terkait dengan berbagai temuan dan manfaat program yang telah dirasakan oleh masyarakat Monev trimester I dilakukan selama 2 hari pada 9-10 April, oleh evaluator independen dari Mitra Samya. Proses Monev program Ayung Lestari dilakukan melalui berbagai metode yaitu FGD, wawancara dengan penerima manfaat, stakeholder dan juga melakukan observasi langsung ke lapangan. Secara umum, hasil monev keseluruhan menunjukkan bahwa kegiatan Ayung Lestari telah dapat terlaksana sesuai dengan rencana selama 4 bulan pertama. Monev trimester II (Mei - Agustus 2015) dilakukan pada tanggal 15 dan 18 Agustus 2015 oleh tim independen (Pak Putra) didampingi tim Janma. .Sedangkan Monev trimester III (Sept-Desember) dilaksanakan pada 12-13 Desember di Bukian , Jempanang, Tinggan dan Semanik. Proses 49
pendekatan yang dilakukan dalam monitoring yaitu menggunakan metode partisipatif dengan mewawancari penerima manfaat, observasi lapangan dan diskusi capaian program dengan tim Janma. Kunjungan lapangan dilakukan terutama untuk melihat perkembangan dan manfaat yang sudah dirasakan petani terkait dengan sayuran organik, penangkaran Curik Bali, lebah madu Mekar Buana, biogas, biopori, sumur resapan, kegiatan jamban sehat dan akses air bersih di Semanik (iii)
Lokakarya EVAPERCA Program
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan program kepada masyarakat penerima manfaat program dan pihak-pihak terkait, dilakukan kegiatan evaluasi program secara partisipatif dengan melibatkan para pihak terkait. Kegiatan monitoring dan evaluasi akhir program ini dikemas dalam bentuk Lokakarya Evaluasi dan Perencanaan (EVAPERCA), yang digabung bersama program Ayung dan Mambal Lestari 2015. Tujuannya adalah agar para pihak dapat mengetahui hasil perkembangan dan manfaat program yang dicapai, kendala yang dialami dalam pelaksanaan program Ayung Lestari, sekaligus mendapatkan masukan dari stakeholder, terkait rencana pengembangan program lebih lanjut (tahun 2016). Pelaksanaan Evaperca dilakukan pada 21 Desember 2015, bertempat di BPP Abiansemal. diikuti sebanyak 44 orang peserta perwakilan petani/masyarakat penerima manfaat program di Mambal, Pelaga dan Belok Sidan serta dari berbagai dinas/instansi terkait seperti Distanbunhut Badung, BLH Bali, Dinas Kesehatan Bali, BPTH, BPP Abiansemal, BPP Petang dan Pokja/Forum DAS Badung, CSR Aqua dan tim Janma. Proses lokakarya diawali dengan pengantar dari CSR Coordinator Aqua (Ibu Dayu) dilanjutkan dengan pemaparan hasil perkembangan kegiatan program Ayung Lestari dan Mambal lestari 2015. Kemudian dilakukan proses testimoni beberapa cerita sukses dari petani/masyarakat yang diawakil masing-masing dari banjar Semanik Pelaga dan Petani Subak Mambal. Sesi akhir dilakukan diskusi/tanya jawab dan perumusan gagsan/masukan untuk pengembangan program lebih lanjut melalui diskusi kelompok yang dibagi berdasarkan topiktopik program dan keterwakilan peserta.
50
2.11. Capacity building tim Dalam upaya mendukung peningkatan kapasitas pendampingan program Ayung dan Mambal Lestari, dilakukan kegiatan pengembangan dan penguatan kapasitas tim pendamping yang dilakukan bersama dengan tim CSR Aqua Mambal. Tujuanya adalah membantu meningkatkan pemahaman tim pendamping terkait dengan berbagai aspek pemberdayaan masyarakat dan teknikteknik maupun tools untuk pemberdayaan masyarakat. Berbagai kegiatan penguatan kapasitas yang telah dilakukan dalam tahun 2015 sebagaimana terlihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Kegiatan peningkatkan kapasitas tim program, 2015 No 1
Waktu 16 Okt
Materi penguatan -Membangun Pemberdayaan masyarakat (prinsip, nilai, kredo dan tahapan proses pemberdayaan masyarakat) -Teknik fasilitasi dalam memberdayakan masyarakat
Narasumber Nyoman Oka
Peserta Tempat Tim Janma + BPP Abiansemal tim CSR Aqua (10 org)
2
6 dan 8 -Pengenalan dan praktek Nov penggunaan teknik PRA sebagai instrument pemberdayaan masyarakat
Putra Suardika
Tim Janma, BPP Abiansemal CSR Aqua dan dan Praktek PRA kader (15 di Br. Bon. orang)
3
12-13 Nov
-Pemberdayaan berbasis Budi Raharjo Nilai (value) -Pendekatan Appreciate Inquiry (AI) atau 4 D (Discover, Dream, Design, Delivery/Destiny).
Tim Janma dan BPP Abiansemal CSR Aqua (10 dan Balai Subak orang)
4
16 Des
- Materitentang Teori Micro Budi Raharjo Teaching.
Tim Janma + Kantor Aqua tim CSR Aqua Gatzu (8 org)
Disamping pelatihan tersebut diatas, juga ada beberapa kegiatan pelatihan yang diikuti oleh tim Janma, yaitu Pelatihan hidroponik yang diselenggarakan oleh PT Bagus Agro Pelaga, pada Juli 2015 diikuti oleh Pak Sulendra dan Indra Wahyuni, serta Pelatihan STBM yang diselenggarakan oleh AQUA HO di Bogor pada 18-25 Oktober 2015 diikuti oleh Agus. Pelatihan STBM diikuti oleh 28 peserta staff pendamping lapangan Mitra Danone di seluruh Indonesia. Hal-hal yang didapatkan selama Pelatihan antara lain: Konsep dan Strategi STBM sesuai dengan Permenkes No.3 Tahum 2014, kemudian Prinsip Dasar Fasilitator, Teknik menjadi Fasilitator Pemicuan sampai dengan Praktek Lapangan Pemciuan di wilayah Puskesmas Ciawi, Bogor. 51
III. TARGET RENCANA VERSUS REALISASI 2015 Plan Progress Actual Progress
JanFeb
Maret
April
6.90%
19.95%
6.61%
17.08%
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
29.32%
38.44%
46.27%
52.45%
71.70%
80.64%
84.92%
91.20%
100.00%
28.18%
45.23%
61.84%
68.96%
77.47%
80.97%
85.25%
91.53%
99.27%
Dari kurva S diatas, menunjukkan bahwa rencana dan realisasi kegiatan belum mencapai taget 100 %, karena ada satu kegiatan yang belum bisa dicapai yang deklarasi banjar ODF.
52
IV. TANTANGAN / KENDALA YANG DIHADAPI Dalam melaksanakan kegiatan program Ayung Lestari, ada beberapa tantangan/kendala yang ditemui di lapangan. Namun demikian kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik dan bahkan justru menjadi acuan bagi tim di lapangan dalam mencari strategi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut.
Beberapa kendala/tantangan yang dihadapi serta strategi yang
dilakukan untuk mengatasi, antara lain : Program WASH: 1. Koordinasi dan komunikasi antara prajuru dan Satgas Air Jempanang mengalami kendala (kurang harmonis) sehingga berpengaruh pada keberlanjutan pengelolaan jaringan air bersih di Jempanang. 2. Masih adanya perilaku buruk sanitasi oleh beberapa warga masyarakat Jempanang, sehingga target Banjar ODF belum bisa tercapai Program Konservasi : 1. Menjaga keberlanjutan (biopori, sumur resapan, biogas, pertanian ramah lingkungan 2. Penyebarluasan pengembangan pertanian sehat ramah lingkungan 3. Pemasaran produk sehat ramah lingkungan masih terbatas 4. Belum ada pengurus Pokja yang intensif mengorganisir program Pokja, akibatnya follow up Pokja dalam mendorong adanya pelibatan para pihak masih terbatas.
53
V. KESIMPULAN Dari uraian pelaksanaan kegiatan program Ayung Lestari 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Secara keseluruhan, kegiatan yang direncanakan dalam program Ayung Lestari selama 12 bulan, semuanya telah terlaksana dengan baik sesuai dengan target yang direncanakan, kacuali satu kegiatan yang belum tercapai yaitu deklarasi banjar ODF tahun 2015 ini.
2.
Telah berhasil dibangun 1 unit
Pompa Hidram dan jaringan instalasinya dan telah dapat
dimanfaatkan airnya untuk menambah kebutuhan Air Bersih bagi 191 KK masyarakat Banjar Semanik, Desa Plaga 3.
Sebanyak 15 kader sanitasi mampu melakukan Monev Perubahan Perilaku STBM Masyarakat di Desa Plaga dan Belok Sidan
4.
Jumlah petani yang telah terlatih sebagai kader konservasi di desa Pelaga dan Belok Sidan sebanyak 26 orang. Dari kelompok Sekolah Lapang (SL) Konservasi tersebut telah menghasilkan bibit pohon langgung sekitar 3,500 pohon di banjar Jempanang dan Bukian.
5.
Sebanyak 502 Lubang Biopori dan 2 unit sumur resapan serta 4unti biogas untuk olah limbah ternak menjadi gas ramah lingkungan dan pupuk organik terlah berhasil dibangun di dimanfaatkan oleh masyarakat.
6.
Untuk penanaman pohon dalam upaya pelestarian konservasi di hulu, telah berhasil ditanam sebanyak lebih dari 14,000 pohon tahun 2015, melebihi target awal sebanyak 13,000 pohon kayu.
7.
Sebanyak 14 orang petani telah menerapkan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan (sayuran) di Desa Belok Sidan dan Plaga, dengan luas areal rata-rata 2 are per petani
8.
Untuk mendukung plesetarian satwa langka di daerah hulu, telah dikembangkan penangkaran burung Curik Bali di Jempanang oleh kelompok Suara Lestari.
9.
Proses penyadaran dan edukasi pendidikan berbasis lingkungan telah dikembangkan di SDN 1 Pelaga dan mendapat response positif dari sekolah(guru dan siswa/i)
54
Beberapa saran/rekomendasi yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan program lebih lanjut ke depan, yaitu : 1.
Program WASH:
Perlu adanya pengintegrasian STBM melalui pendekatan lembaga adat untuk mempercepat tercapainya perubahan perilaku masyarakat dalam implementasi STBM
Memperbanyak dan memperkuat kader sanitasi di masing-masing banjar agar bisa lebih berperan secara aktif dalam memfasilitasi implementasi STBM masyarakat
Mengintensifkan pemicuan dan melakukan pendekatan kepada prajuru adat/dinas untuk mendorong tercapainya Banjar ODF
2.
Program konservasi : •
Mengembangan kegiatan konservasi melalui pendekatan sub DAS dalam upaya mendukung pelestarian konservasi SDA hulu DAS AYung
•
Memonitoring perkembangan Keaneka ragaman hayati
•
Perlunya dilakukan penguatan dan pelibatan kader-kader konservasi dalam melakukan pelestarian konservasi SDA dan hutan di daerah hulu secara berkelanjutan
•
Memperluas upaya pengembangan tehnik panen air melalui pembuatan biopori, sumur resapan dan rorak
55
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Pelatihan Motivator dan Monev STBM, 2015 No 1
Waya Debot
Nama
Banjar/ Instansi Bukian
Nomer HP 085737020824
2
Ni Putu Puspa Danianti
Bukian
081933055925
3
Ni Wayan Tini
Bukian
-
4
Ni Made Taman
Bukian
-
5
Wayan Merta
Bukian
085238639928
6
I Ketut Gatra
Tinggan
085737220112
7
I Made Brati
Tinggan
081236493764
8
Ni Nyoman Sunarti
Tinggan
087861683370
9
Jero Made Soka
Tinggan
-
10
Wayan Sugiri
Tinggan
081916158598
11
Ni Nyoman Sekartini
Jempanang
085738195520
12 13
Ni Made Aristini Ni Made Suyanti
Jempanang Jempanang
08155874168 -
14
Ni Nyoman Runi
Jempanang
087861620827
15
Wayan Suastra
Jempanang
085738223387
56
57