LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI MASYRAKAT
IbM KELOMPOK GURU IPA SMP N 1 BANJAR DAN SMP N 4 SINGARAJA
Oleh: Dr. Ni Made Pujani, M.Si. NIDN 0004116302 (Ketua) I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si NIDN 0006027609 (Anggota) Dr. Gede Ari Yudasmara, S.Si., M.Si. NIDN 0014047007 (Anggota)
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor SPK P2M: 123/UN48.15/LPM/2015
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2015 i
ii
RINGKASAN Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) keterampilan guru merancang dan mengembangkan KIT alat praktikum IPA dilengkapi SOP tata laksana praktikum terintegrasi dengan potensi lingkungan sekitar (desa, kala, patra); (2) keterampilan guru mengembangkan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru) sebagai penunjang penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach); (3) kemampuan guru menyusun SOP tata kelola laboratorium terintegratif berorientasi lingkungan untuk menunjang pembelajaran IPA SMP; (4) pemahaman/penguasaan materi IPA terintegrasi (mencakup aspek fisika, biologi, kimia). Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan pendampingan. P elatihan yang dilaksanakan adalah pelatihan mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru IPA dalam produksi/merancang perangkat praktikum IPA terintegrasi berbasis lingkungan sekitar dan pelatihan merancang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery yang memanfaatkan KIT IPA yang sudah diproduksi. Pendampingan juga dilakukan terkait dengan meningkatkan kemampuan guru dalam mengeksplorasi, mengelaborasi dan merefleksi materi ajar IPA terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia), serta meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang dibuat sekaligus penyempurnaan rancangan pembelajaran. Kegiatan yang telah dilakukan terdiri atas kegiatan pendahuluan berupa penyegaran materi IPA terintegrasi (SMP kelas VII), pembekalan/pendalaman model pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach); dan pelatihan teknik-teknik merancang alat-alat peraga; dilanjutkan dengan kegiatan inti sebagai berikut: (a) identifikasi konsep kunci dan hirarki atau struktur konsep kunci IPA SMP sesuai dengan kompetensi dasar; (b) selanjutnya berdasarkan struktur konsep kunci, diidentifikasi topik (generate topics) atau fakta-fakta laboratorium yang akan dijadikan fokus kegiatan inkuiri; (c) pembuatan prosedur kerja praktikum berupa lembar kerja siswa (LKS); (d) membuat model KIT Alat Praktikum IPA sesuai LKS; (e) merancang pembelajaran IPA terintegrasi menggunakan discovery (scientific approach) yang memanfaatkan KIT IPA. Kegiatan berikutnya yang dilaksanakan adalah pendampingan guru dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran menggunakan pendekatan discovery (scientific approach) berbantuan KIT IPA, pendampingan guru mengembangkan aplikasi paket-paket KIT IPA dan perangkat pembelajaran IPA terintegrasi pada topik-topik yang relevan. Luaran kegiatan berupa KIT alat praktikum terintegrasi berbasis lingkungan dilengkapi SOP tata laksana praktikum bermuatan lingkungan sekitar (desa, kala, patra); Perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru) sebagai penunjang pembelajaran inkuari discovery (scientific approach); SOP tata kelola laboratorium IPA terintegratif; Bahan ajar penyegaran materi IPA terpadu; Artikel ilmiah (publikasi nasional). Hasil kegiatan yang telah dicapai antara lain, meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru-guru IPA di SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja terhadap materi IPA secara terintegrasi, meningkatnya pemahaman guru-guru tentang pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, meningkatnya keterampilan guru-guru IPA merancang/membuat KIT IPA sederhana berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuari discovery (scientific approach), meningkatnya kemampuan guru-guru IPA untuk merancang perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach), terlatihnya keterampilan dan kemampuan guru-guru IPA di sekolah mitra dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach).
Kata kunci: Keterampilan, KIT praktikum IPA terintegrasi, scientific approach
iii
SUMMARY This community service program (IbM) aims to increase: (1) the skills of teachers to design and develop practical tools (KIT IPA) equipped SOP of laboratory governance is integrated with the potential of the surrounding environment (desa, kala, patra), (2) the skills of teachers to develop tools of integrated practical in a unified science learning (lesson plans, worksheets, teacher guides) as supporting the implementation of the method of learning by discovery inkuari approach (scientific approach), (3) the ability of teachers prepare integrated laboratorium based on environment to support science teaching at junior high school; (4) to increase an understanding or mastery of the integrated science (includes aspects of physics, biology, chemistry). The method used in achieving these objectives is the organization of inservice form of training and mentoring. The training is conducted the training to develop the skills and creativity of science teachers in the production or design devices of laboratorium science integrated based environment and learning to design training using inquiry discovery approach utilizes KIT IPA that has been produced. Assistance was also carried out related to improving the ability of teachers to explore, elaborate and reflect an integrated science teaching materials (including aspects of physics, biology, and chemistry), as well as improving the skills of teachers in implementing the learning design improvements are made at the relevant topic. Activities that have been carried out consisted of preliminary activities such as refresher material integrated IPA (junior class VII), briefing/depth model of learning by discovery inkuari approach (scientific approach); and training techniques of designing teaching aids; followed by core activities as follows: (a) identification of key concepts, and key concepts of hierarchy or structure science in accordance with the basic competencies; (b) further based on the structure of the key concepts, identified the topic (generate topics) or laboratory evidence that will be the focus of the activities of inquiry; (c) the working procedures of making such a practicum student worksheet (LKS); (d) create a model KIT Practical Tool according LKS IPA; (e) designing integrated using discovery learning science (scientific approach) utilizing science tools (KIT IPA). The next activity undertaken is assisting teachers in implementing the learning design using discovery approach (scientific approach) aided KIT IPA, mentoring teachers develop application packages KIT science and integrated science learning tools on topics that are relevant. Output/outcomes activity: tools of integrated science practicum (KIT IPA) based on environment and SOP of governance laboratory based environment (desa, kala, patra); practicum devices in integrated science teaching (lesson plans, worksheets, teacher guides) as supporting inkuari discovery learning (scientific approach); SOP governance integrsted science laboratory; improving and refreshing lesson of integrated science; and scientific article. Results of the activities that have been achieved, among others, increased understanding and skills of science teachers at SMPN 1 Banjar and SMPN 4 Singaraja on material science in an integrated manner, increasing understanding of teachers about the learning approaches of inquiry discovery, the increasing skills of science teachers to design / create a simple KIT IPA with materials from the surrounding environment as the supporting science learning approach inkuari discovery (scientific approach), increasing the ability of science teachers to design learning tools with inkuari discovery (scientific approach) approach, trained skills and knowlage of science teachers in schools partners in implementing science learning by inkuary discovery approach (scientific approach).
Keywords: Skills, KIT integrated science practicum, scientific approach iv
PRAKATA
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) atas berkat rakhmat-Nya program IbM
ini dapat berjalan sesuai
program yang dijadwalkan. IbM Kelompok Guru IPA SMP N 1 Banjar dan SMP N 4 Singaraja Kabupaten Buleleng ini bertujuan meningkatkan keterampilan guru merancang dan mengembangkan KIT alat praktikum IPA dilengkapi SOP tata laksana praktikum terintegrasi dengan potensi lingkungan sekitar (desa, kala, patra) sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri discovery, keterampilan guru mengembangkan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu sebagai penunjang penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach), kemampuan guru menyusun SOP tata kelola laboratorium terintegratif berorientasi lingkungan
untuk
menunjang
pembelajaran
IPA
SMP,
serta
meningkatkan
pemahaman/penguasaan materi IPA terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, kimia). Dalam pelaksanaan kegiatan ini, penulis telah banyak menerima bantuan moril maupun spirituil dari berbagai pihak. Oleh karenyanya sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Ketutr Suma, M.S., selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha 2. Kepala sekolah SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja atas fasilitas dan kerjasamanya 3. Guru IPA di SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja atas kerjasamanya 4. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, atas bantuan dan keterlibatannya dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Semoga hasil pengabdian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama bagi dunia pendidikan IPA di SMP. Tak lupa pula kami mohon maaf atas segala ketidaksempurnaan laporan pelaksanaan kegiatan IbM ini.
Singaraja, 10 Nopember 2015 Tim Peneliti
Ketua
v
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN
…………………….. ………………. …………………….. ……………………..
ii iii v vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
…………………….. 1
1.2 Permasalahan Mitra
…………………….. 6
1.3 Tujuan Program
…………………….. 7
BAB II TARGET LUARAN
…………………….. 8
BAB III MOTODE PELAKSANAAN
…………………….. 9
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat dalam Kegiatan PPM 4.2 Kepakaran yang Diperlukan
…………………….. 14 …………………….. 14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Kegiatan 5.2 Pembahasan
…………………….. 16 …………………….. 16 …………………….. 27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
…………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN - Lampiran 1 : Dokumen Foto Produk Kegiatan - Lampiran 2 : Produk Pelatihan Pengembangan Model KIT IPA - Lampiran 3 : Surat Pernyataan Mitra - Lampiran 4 : Hasil Monev
vi
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Guru-guru mata pelajaran IPA di SMP N 1 Banjar dan di SMP N 4 Singaraja, kabupaten
Buleleng
masih
mengalami
banyak
kendala/hambatan
dalam
mengimplementasikan pembelajaran sesui kurikulum 2013. Menurut kurikulum 2013, pembelajaran mestinya lebih menekankan pada dimensi pedagogik modern, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pembelajaran yang relevan diterapkan adalah pembelajaran melalui eksperimen (praktikum). Pembelajaran yang diupayakan harusnya pembelajaran berbasis aktivitas (Kemendikbud. 2013). Dengan demikian, untuk pencapaian tujuan kurikulum 2013 (khususnya pada pembelajaran IPA) yang menekankan pendekatan ilmiah (scientific approach), keberadaan perangkat laboratorium menjadi sangat esensial. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, kondisi fasilitas sarana dan prasarana laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng (khususnya di SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja) ternyata masih jauh dari harapan. Fakta-fakta yang dijumpai di lapangan menunjukkan antara lain: (1) fasilitas, alat dan bahan praktikum yang ada jika dibandingkan dengan rasio jumlah peserta didik pemakai laboratorium masih sangat minim, (2) alokasi dana dari sekolah relatif sangat minim, droping alat dari kementerian pendidikan dan kebudayaan sering tidak sesuai kebutuhan, sementara tidak ada upaya kreatif dan inovatif oleh pengelola laboratorium untuk mengatasi kondisi tersebut, (3) laboratorium kurang difungsikan secara optimal sebagai tempat melaksanakan eksperimen, bahkan ruang laboratorium dialihfungsikan sebagai ruang kelas, (4) tidak adanya tenaga laboran, yang khusus bertugas secara rutin menyiapkan alat dan bahan yang dibutukan oleh guru IPA untuk kegiatan praktikum (Subamia, I.D.P, dkk. 2013). Menurut penuturan kepala sekolah SMP N 1 Banjar dan kepala sekolah SMP N 4 Singaraja, guru-guru sudah diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013 (menekankan pendektan ilmiah). Sebagai sekolah piloting penyelenggara kurikulum 2013 di kabupaten Buleleng, guru-guru IPA di SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja sudah berupaya untuk merancang pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Namun, belum dapat terlaksana secara optimal. Lebih lanjut diceritakan, guru-guru masih enggan memanfaatkan laboratorium dalam pembelajaran IPA. Padahal laboratorium merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran IPA. Keenggan tersebut mungkin dipicu oleh kesibukan guru mengejar jam tayang tuntutan 24 jam tatap muka, sehingga tidak sempat mengembangkan kreatifitas/inovasi dalam pembelajaran. Disamping itu keenggan itu 1
juga disebabkan oleh anggapan guru bahwa pembelajaran menggunakan laboratorium malah menjadi beban tambahan. Penyiapan praktikum justru dirasa merepotkan, bukan sebagai sesuatu yang dapat membantu proses pembelajaran. Pembelajaran IPA masih cenderung menggunakan metode informasi dan diskusi. Guru-guru IPA di dua SMPN ini masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pendektaan ilmiah dalam pembelajaran inovatif sesuai dengan hakikat sains (NRC, 2002), yang memberikan penekanan pada proses sains sekaligus produk.
(1a)
(1b)
Gambar 1. (1a) Wawancara anggota tim pelaksana (kiri) dengan kepala sekolah SMP Negeri 4 Singaraja (1b) Wawancara anggota tim pelaksana (kiri) dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Banjar
SMP Negeri 4 Singaraja di samping sebagai sekolah piloting penyelenggara kurikulum 2013 juga ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum sekolah berbasis lingkungan. Ruang laboratorium IPA dengan luas 11 x 11 m2, terdiri atas ruang praktikum, ruang persiapan, dan ruang alat dan bahan. Ruang alat/bahan berisi 4 buah rak/almari. Jumlah alat/bahan praktikum yang dimiliki masih belum lengkap dan belum memadai jika dibanding dengan jumlah siswa. Spesifikasi alat/bahan labotatorium yang dimiliki banyak yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Hasil observasi ke laboratorium IPA di SMPN 4 Singaraja menunjukkan bahwa kondisi tata kelola dan tata laksana laboratorium IPA di sana belum dimaksimalkan.
2a
2b
2c
Gambar 2: 2a. Keadaan ruang alat/bahan Lab IPA SMPN 4 Singaraja (nampak kurang ditata dengan baik); 2.b Kondisi almari penyimpanan bahan; 2c. Bincangbincang dengan salah seorang pengelola laboratorium IPA SMPN 4 (doc. Pengusul)
SMP Negeri 4 Singaraja letaknya di Desa Sambangan (tidak jauh dari kota kabupaten). Luas tanah : 6500 m2, luas bangunan 2218,5 m2 dengan jumlah ruang kelas = 2
16. Jumlah rombel 30 dari kelas VII s.d IX masing-masing 10 kelas (profil SMPN 4 Singaraja). Lokasi sekolah memiliki lands scape yang unik, berada di daerah pedesaan namun tidak terlalu jauh dari pusat kota kabupaten, kira-kira 9 km. Kondisi lingkungan sekitar masih alami, berupa daerah persawahan/perkebunan dan perumahan masyarakat desa setempat. Letak sekolah juga tidak jauh dari pesisir pantai Buleleng (kurang lebih 5 km). Kondisi lingkungan sekolah tersebut sesungguhnya sangat potensial dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Di samping lingkungan alamnya, lingkungan sosial ekonomi daerah sekitarnya juga sangat potensial dijadikan objek pembelajaran berbasis lingkungan. Berbagai jenis mata pencaharian yang digeluti penduduk desa di sekitar sekolah, seperti: tukang kayu (mebeler), kerajinan besi (pande besi), kerajinan perak, pertanian, peternak, dan lain-lain sangat potensial dimanfaatkan sebagai media/objek pembelajaran terintegrasi. Berdasarkan hasil kunjungan/observasi, SMPN 1 Banjar memiliki 18 ruang kelas, sebuah perpustakaan, sebuah ruang laboratorium IPA. Ruang laboratorium seluas 20 x 7 m2, terdiri dari ruang praktikum, ruang alat/bahan, dan ruang persiapan. Ruang alat/bahan dilengkapi dengan 3 buah rak tempat penyimpanan alat/bahan praktikum (profil SMPN 1Banjar). Ruangan untuk persiapan kurang menunjukkan fungsinya, malahan menjadi tempat meletakkan kertas-kertas. Bahkan sementara ruang laboratorium (ruang praktikum) justru dipakai sebagai ruang kelas, karena alasan kekurangan ruang kelas. Keberadaan alat dan bahan praktikum di laboratorium IPA SMPN 1 Banjar masih sangat terbatas dan tidak tertata dengan baik (karena alasan tidak adanya tenaga laboran). Sementara sejumlah alat yang dimiliki spesifikasinya kadang tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengadaan alat dan bahan kurang menjadi prioritas sekolah karena keterbatasan dana pengadaan. SMPN 1 Banjar terletak di Desa Banjar Kecamatan Banjar. Secara geografis letaknya relatif jauh dari pusat kota kabupaten Buleleng (sekitar 63 km). Lokasi sekolah berjarak kurang lebih 1 km dari pesisir pantai. Wilayah sekitar masih berupa daerah perkebunan (anggur, vanili) dan daerah persawahan. Kondisi lingkungan sekolah seperti yang dipaparkan di atas sangat potensial diberdayakan sebagai media pembelajaran (praktikum). Berdasarkan input yang diperoleh dari guru IPA di SMPN 1 Banjar, salah satu kendala yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium adalah terbatasnya jumlah dan/atau jenis alat yang tersedia. Mereka masih mengalami masalah untuk melakukan praktikum tentang topik-topik tertentu dan tidak semua konsep-konsep IPA eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum karena keterbatasan alat-alat dan bahan yang tersedia. 3
(3a)
(3b)
(3c)
Gambar 3. (3a) Ruang lab yang dijadikan ruang kelas; (3b) rak alat berisi alat sangat terbatas, (3c) rak alat/bahan yang sama sekali tidak berisi alat/bahan (doc. pengusul, lokasi SMPN 1 Banjar)
Lebih lanjut guru IPA di SMPN 1 Banjar menceritakan, pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (inkuiri discovery) sangat jarang dilakukan disebabkan oleh keterbatasan sarana praktikum, dan tidak adanya laboran. Bagi guru, melakukan persiapan praktikum sendiri dirasa menyita waktu dan tenaga yang sangat besar sehingga enggan dilakukan. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru IPA di SMPN 4 Singaraja. Hanya saja, menurut penuturan salah seorang guru IPA di SMPN 4 Singaraja, pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (inkuiri discovery) sudah berusaha diterapkan walaupun jarang. Guru IPA telah mencoba memanfaatkan lingkungan/bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar sebagai media praktikum. Namum karena alasan keterbatasan pengetahuan dan waktu, kiat-kiat kreatif yang dapat dilakukan oleh guru IPA masih sangat terbatas. Guru menyatakan masih sangat memerlukan upaya pendampingan untuk meningkatkan keterampilan mengelola kegiatan berlaboratorium berorientasi lingkungan. Dari hasil wawancara dengan guru-guru IPA di SMPN 4 Singaraja dan SMP Negeri 1 Banjar terungkap bahwa mereka juga mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA terpadu. Materi pembelajaran IPA terpadu (yang mencakup aspek fisika, biologi, kimia) menjadi salah satu kendala
bagi mereka. Hal ini terkait dengan latar
belakang pendidikan mereka. Latar belakang pendidikan mereka sesungguhnya adalah pendidikan biologi atau pendidikan fisika, sementara materi pelajaran IPA yang harus diajarkan mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia. Guru-guru IPA di SMP N 4 Singaraja dan SMPN 1 Banjar menyatakan bahwa mereka sangat membutuhkan program pembekalan/pemantapan materi IPA terpadu. Dari status sosial ekonomi, sebagian besar siswa di dua SMP Negeri ini berasal dari keluarga petani dan buruh yang secara umum memiliki perhatian dan kemampuan memotivasi anak yang kurang. Motivasi belajar yang rendah dan kurangnya dukungan sarana untuk mengimplementasikan pembelajaran inovatif sesuai dengan hakekat sains adalah dua penyebab utama yang disampaikan guru mitra terhadap masih rendahnya atmosfir belajar dan hasil belajar IPA siswa. Sehingga belajar IPA yang pada hakikatnya 4
dipelajari melalui kerja ilmiah yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen di laboratorium (Novianti, N.R, 2011), sulit dilakukan. Permasalahan yang dikemukakan di atas sampai sekarang belum memperoleh solusi yang tepat. Selain aspek sarana dan prasarana, guru-guru mitra menyadari bahwa mereka belum memiliki keterampilan yang memadai dalam mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Guru kurang memperoleh inservice tentang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuari dan discovery. Guru belum biasa dan terlatih memanfaatkan lingkungan sebagai laboratorium dalam memfasilitasi kegiatan inkuiri siswa. Beberapa permasalahan yang dihadapi guru dalam mengelola kegiatan inkuiri dan discovery, seperti: (1) pemilihan fenomena atau kasus kontekstual yang relevan dengan konsep dan prinsip yang ditekankan dalam pembelajaran; (2) mengarahkan pengamatan siswa dalam praktikum. Guru yang kreatif yang memiliki keterampilan mengelola kegiatan inkuiri discovery sebenarnya potensial dalam mengembangkan alternatif
pembelajaran
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dengan memanfaatkan lingkungan yang ada sebagai media pembelajaran. Guru mitra mengungkapkan bahwa mereka dari dulu sangat ingin memiliki keterampilan mengelola pembelajaran IPA berbasis lingkungan. Mereka ingin memiliki kemampuan dalam membuat media KIT praktikum IPA terintegrasi yang mudah diterapkan. Mereka juga mengemukakan bahwa pembekalan/pemantapan materi IPA terpadu masih sangat dibutuhkan. Guru-guru sangat berharap melalui kegiatan pengabdian masyarakat (IbM) ini keinginan mereka akan dapat diwujudkan. Walaupun memiliki potensi lingkungan yang sangat beragam untuk media belajar namun guru-guru IPA enggan berkreasi/berinovasi untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media belajar, apalagi memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembuatan KIT praktikum IPA. Padahal bahan-bahan lokal dan unsur kearifan lokal (baik alam maupun sosial) sangat potensial dikembangkan untuk membuat KIT praktikum IPA terintegrasi yang mudah dikerjakan. Lingkungan sekitar sekolah juga sangat potensial dimanfaatkan sebagai objek pembelajaran terintegrasi. Bertolak dari fenomena yang diuraikan di atas maka untuk mewujudkan peran strategis laboratorium dalam pembelajaran IPA sesuai kurikulum 2013, maka upaya untuk meningkatkan kompetensi tata kelola tata laksana laboratorium berorientasi lingkungan dan pengembangan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP serta pengembangan perangkat pembelajaran berbasis lingkungan sekitar (desa, kala, patra) sangat diperlukan. Berdasarkan paparan di atas, sangat perlu dilakukan IbM bagi guru-guru IPA di sekolah mitra (SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja). 5
1.2 Permasalahan Mitra Dari paparan pada analisis situasi di atas, permasalahan yang dihadapi sekolah mitra dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dapat diinventarisasi sebagai berikut: (a) efektivitas dan frekuensi pelaksanaan praktikum dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Banjar dan SMP N 4 Singaraja masih kurang. (b) kuantitas ruang laboratorium serta alat dan bahan belum memadai; (c) belum ada tenaga laboran untuk memperlancarkan kegiatan praktikum; (d) belum adanya media alternatif yang tepat, relevan dengan kompetensi dasar dan kontekstual dengan lingkungan sekitar, untuk mendukung pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery sesuai tuntutan kurikulum 2013; (e) keterampilan khusus pengelola laboratorium (guru-guru) IPA SMP N 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan alternatif sistem tata kelola tata laksana laboratorium IPA berorientasi lingkungan belum terlatih secara optimal. (f) keterampilan guru dalam membuat media alternatif praktikum terintegrasi pendukung kegiatan inkuiri discovery dalam pembelajaran IPA terpadu masih kurang; (g) kemampuan guru dalam pemahaman konten IPA (mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia) sebagai IPA terpadu masih perlu ditingkatkan; (h) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) masih perlu ditingkatkan; dan (i) kurang adanya inservice terkait dengan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan inkuiri dan discovery siswa. Justifikasi Pengusul Bersama Mitra Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas selanjutnya dilaksanakan diskusi (rembug) antar tim pengusul bersama mitra (kelompok guru IPA, kepala sekolah) untuk menjustifikasi/menentukan persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan program IbM. Berdasarkan hasil diskusi (rembug) yang telah dilaksanakan, disepakati prioritas permasalahan yang diselesaikan selama pelaksanaan IbM adalah permasalahan yang dapat diklasifikasikan menjadi dua hal pokok, yaitu: 1)
belum adanya media alternatif yang relevan untuk mendukung pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), dan
6
2)
kurang terampilnya guru IPA dalam mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery memanfaatkan berbagai potensi lingkungan yang ada di sekitar sekolah (sesuai desa, kala, patra) sebagai objek pembelajaran. Permasalahan pokok yang pertama adalah permasalahan terkait dengan
pengadaan atau produksi media alternatif yang di dalamnya tercakup peningkatan keterampilan dan kreativitas guru dalam mengembangkan perangkat praktikum dan KIT IPA terintegrasi yang mudah diterapkan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media untuk mendukung kegiatan inkuiri discovery siswa. Permasalahan pokok yang kedua adalah permasalahan terkait dengan pengelolaan pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), penyegaran materi IPA terpadu, dan pembelajaran dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar (desa,kala, patra) sebagai objek pembelajaran berbasis lingkungan. 1.3 Tujuan Program Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru merancang perangkat pembelajaran IPA terpadu dan KIT IPA terintegrasi berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Secara lebih rinci, tujuan utama kegiatan adalah: (1) meningkatkan keterampilan guru merancang dan mengembangkan KIT alat praktikum IPA dilengkapi SOP tata laksana praktikum terintegrasi dengan potensi lingkungan sekitar (desa, kala, patra); (2) meningkatkan keterampilan guru mengembangkan perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru) sebagai penunjang penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach); (3) meningkatkan kemampuan guru menyusun SOP tata kelola laboratorium terintegratif berorientasi lingkungan
untuk
menunjang
pembelajaran
IPA
SMP;
(4)
meningkatkan
pemahaman/penguasaan materi IPA terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, kimia).
7
BAB 2. TARGET LUARAN Luaran yang ditargetkan adalah dalam bentuk produk berupa KIT alat praktikum IPA terintegrasi berbasis lingkungan dilengkapi SOP tata laksana praktikum bermuatan potensi lingkungan sekitar (desa, kala, patra), perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru, materi ajar IPA terpadu) sebagai penunjang penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach), SOP tata kelola laboratorium IPA SMP
berorientasi lingkungan, dan artikel ilmiah
(publikasi nasional). Target luaran kegiatan IbM ini dipetakan seperti tabel 1 berikut. Tabel 1 Target Luaran Kegiatan IbM No 1
Jenis Luaran KIT alat praktikum terintegrasi berbasis lingkungan dilengkapi SOP tata laksana praktikum bermuatan lingkungan sekitar (desa, kala, patra)
2
Perangkat praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru) sebagai penunjang penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach). SOP tata kelola laboratorium terintegratif berorientasi lingkungan untuk menunjang pembelajaran IPA SMP
3
4
Bahan ajar penyegaran materi IPA terpadu
5
Artikel ilmiah
Target Luaran Spesifikasi Setiap mitra (guru IPA) mampu KIT alat praktikum IPA yang membuat KIT alat praktikum memuat alat-alat dan bahan-bahan terintegrasi (memuat aspek praktikum yang diperlukan dalam biologi, fisika,dan kimia) untuk pembelajaran IPA terpadu menunjang pembejaran IPA menggunakan pendekatan ilmiah terpadu terkait fakta-fakta terutama untuk aspek-aspek sains laboratorium strategis minimal strategis. untuk satu kompetensi dasar. Kemasan KIT bersifat portable dan mudah digunakan. Bahan-bahan yang diperlukan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar KIT dilengkapi dengan prosedur kerja(SOP tata laksana praktikum) yang secara eksplisit memuat nialinilai karakter bangsa Setiap mitra (guru IPA) Perangkat praktikum meliputi: RPP, mampu merancang perangkat LKS, dan panduan guru bermuatan pendukung pembelajaran IPA karakter yang feasible untuk terpadu (RPP, LKS, dan diimplemetasikan di sekolah mitra panduan Guru) serta mengimplementasikan minimal satu produk KIT praktikum IPA terintegrasi dan perangkat pendukung yang dirancang Setiap mitra (guru IPA) mampu SOP tata kelola laboratorium membuat SOP tata kelola berorientasi lingkungan secara laboratorioum IPA terintegratif spesifik memuat: tata kelola di sekolahnya masing-masing. penggunaan laboratorium, tata kelola peminjaman dan pemakaian alat/bahan laboratorium, tata kelola pengadaan alat/bahan pengganti. Setiap mitra mampu menyusun Bahan ajar IPA terpadu (mencakup bahan ajar IPA terpadu, aspek fisika, biologi, kimia) minmimal untuk satu SK. Artikel dipublikasikan dalam Jurnal Nasional ber- ISSN Jurnal Nasional
8
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Metode Metode yang diterapkan dalam pengabdian ini adalah aplikasi teknologi pembelajaran dan teknologi pengadaan media pembelajaran alternatif dengan mengungkap permasalahan yang muncul dikalangan para guru, kemudian dilakukan diskusi pengusul bersama mitra untuk merumuskan akar masalah prioritas yang disepakati, serta menentukan solusi yang tepat. Bahwa tidak efektifnya serta rendahnya penerapan pendekatan ilmiah yang diterapkan oleh guru IPA di SMP N 1 Banjar dan SMP N 4 Singaraja berpangkal pada tidak tersedianya media pendukung yang memadai. Sementara, guru-guru tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk pengadaan media alternative yang mudah diterapkan. Di sisi lain, kondisi lin gkungan sekitar sekolah SMP N 1 Banjar dan SMP N 4 Singaraja sangat potensial diberdayakan/dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan pendekatan ilmiah. Memperhatikan alasan tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA pengusul dan mitra menyepakati dan menjustifikasi solusi yang paling mungkin dilakukan adalah pelatihan dan pendampingan merancang media pembelajaran berorientasi lingkungan . Dalam pelaksanaannya metode pendekatan yang ditawarkan adalah partisipatori. Dalam artian tim pengusul dan mitra secara proaktif terlibat dalam setiap kegiatan. Potensi lingkungan yang sangat beragam yang ada di sekitar sekolah sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber media belajar IPA. Melalui sentuhan teknologi sederhana dan sedikit kreativitas dapat diproduksi KIT-KIT percobaan/praktikum IPA terintegrasi berbasis lingkungan sekitar. Dengan demikian kendala keterbatasan alat-alat dan bahan praktikum dalam pembelajaran IPA dapat teratasi. Solusi untuk permasalahan pokok yang kedua yaitu terkait dengan mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan inkuiri discovery dilakukan dengan pembekalan metode pembelajaran dan penyegaran materi IPA terpadu. Potensi sosial ekonomi (terdapatnya berbagai industri kerajinan rumah tangga yang ada di wilayah desa sekitar sekolah seperti : kerajinan kayu (mebeler), kerajinan perak, kerajinan pande besi, pertanian, peternakan, dll) dapat dimanfaatkan sebagai objek pembelajaran IPA terintegrasi berbasis lingkungan. Berdasarkan kajian empiris yang telah dipaparkan di atas, maka pendekatan solusi yang digunakan untuk memecahkan dua permasalahan pokok yang dihadapi sekolah mitra adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan pendampingan. Dua target pelatihan adalah pelatihan mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru IPA dalam produksi/merancang model KIT praktikum IPA terintegrasi berbasis lingkungan dan pelatihan merancang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery yang 9
memanfaatkan KIT IPA yang sudah diproduksi. Pendampingan dilakukan terkait dengan meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang dibuat sekaligus penyempurnaan rancangan pembelajaran. Pendampingan juga dilakukan terkait dengan meningkatkan kemampuan guru dalam mengeksplorasi, mengelaborasi dan merefleksi materi ajar IPA terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia) dengan pendekatan ilmiah. 3.2 Prosedur Kerja Secara lebih detail, prosedur kerja (tahapan kegiatan) yang dilakukan dalam pelatihan adalah: (a) identifikasi konsep kunci dan hirarki atau struktur konsep kunci IPA sesuai dengan kompetensi dasar; (b) berdasarkan struktur konsep kunci diidentifikasi topik (generate topics) atau fakta-fakta laboratorium yang akan dijadikan fokus kegiatan inkuiri discovery; (c) pembuatan prosedur kerja praktikum (LKS) terintegrasi bermuatan karakter; (d) Membuat KIT praktikum terintegrasi sesuai LKS; (e) merancang pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri discovery yang memanfaatkan KIT IPA; dan (f) pendampingan guru dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery berbantuan KIT IPA terintergrasi. Berdasarkan hirarki konsep kunci, pengkajian fakta kehidupan sehari-hari atau konteks pembelajaran yang mencakup beberapa konsep-konsep kunci dilakukan sebagai kasus untuk kegiatan inkuiri siswa. Melalui fakta inilah selanjutnya dirancang kegiatan inkuiri, seperti: eksplorasi gagasan awal atau hipotesis siswa, pemusatan pengamatan siswa, pembuktian hipotesis siswa, pemberian penjelasan terhadap pengamatan, elaborasi konsep sains, penarikan simpulan berdasarkan bukti, dan pemberian penjelasan terhadap fakta lain yang mirip. Hasil analisis materi IPA terpadu dan konteks pembelajaran (fakta laboratorium) dijadikan landasan untuk menyusun RPP tentang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery. Berdasarkan RPP, fakta-fakta yang telah diidentifikasi selanjutnya diperdalam dalam bentuk story board yang menuntun pada apa saja yang menjadi fokus pengamatan siswa, pengamatan apa saja yang mesti diberikan penjelasan oleh siswa, dan data apa yang mesti dicatat serta dianalisis. Oleh sebab itu, guru perlu dilatih merancang skenario pembelajaran yang didalamnya mencakup lembar kerja siswa (LKS) dan panduan guru dalam mengelola pembelajaran IPA terpadu. Rencana kegiatan yang menunjukkan langkah-langkah solusi atas persoalan pada kedua aspek utama seperti digambarkan pada tabel 2 berikut.
10
Tabel 2. Keterkaitan antara Masalah Mitra dengan Solusi Pemecahan Dua Permasalahan Pokok yang Dipecahkan
Akar Permasalahan
Pendekatan Pemecahan Masalah (Solusi)
1. Belum adanya media alternatif yang relevan untuk mendukung pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran IPA terpadu
1) Guru-guru IPA belum memiliki kemampuan dan keterampilan tata kelola tata laksana laboratorium yang memadai untuk memodifikasi alatalat/bahan praktikum yang sudah ada dengan potensi lingkungan sekitar 2) Keterampilan dalam membuat KIT alat praktiukum IPA sederhana berbasis lingkungan yang lebih praktis dan efektif sebagai pendukung pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri masih kurang. 3) Rendahnya kreativitas dan kemampuan berinovasi dalam memanfatkan lingkungan sebagai sumber bahan praktikum dalam pembelajaran IPA.
1. Memberikan pelatihan dan pendampingan tata kelola tata laksana laboratorium berorientsi lingkungan untuk memodifikasi alat-alat/bahan laboratorium. 2. Memberikan pelatihan dan pendampingan merancang dan membuat KIT praktikum terintegrasi sederhana dalam pembelajaran IPA terpadu dari bahan baku yang bersumber dari lingkungan sekitar. 3. Melatih kreativitas dan kemampuan inovatif dalam merancang model-model praktikum berbasis lingkungan
1) Keterampilan guru IPA mengidentifikasi konsep kunci dan struktur konsep IPA terpadu masih rendah 2) Kemampuan guru IPA dalam memilih fakta atau kasus yang relevan dengan beberapa konsep masih kurang 3) Kemampuan dan keterampilan guru IPA dalam mengembangkan skenario dan mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery masih kurang 4) Keterampilan guru IPA mengembangkan perangkat pembelajaran memanfaatkan potensi lingkungan sekitar (menurut desa, kala, patra) dalam pembelajaran IPA terpadu.
1. Memberikan pelatihan guru IPA mengidentifikasi konsep kunci IPA terpadu dan membuat struktur konsepnya 2. Memberikan pelatihan mengidentifikasi fakta atau fenomena kehidupan seharihari yang relevan dengan beberapa konsep kunci yang telah diidentifikasi 3. Memberikan pelatihan dan pendampingan tentang pembuatan skenario pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery 4. Melakukan pendampingan bagi guru IPA dalam penerapan perangkat pembelajaran meman-faatkan potensi lingkungan sekitar yang relevan (menurut desa, kala, patra) sebagai objek pembelajaran dalam pembelajaran IPA terpadu.
2. Kurang terampilnya guru IPA dalam mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery memanfaatkan berbagai potensi lingkungan yang ada di sekitar sekolah (desa, kala, patra ) sebagai objek pembelajaran terintegrasi
3.3 Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program Metode pelaksanaan program ini adalah melalui pendekatan partisipatori. Koordinasi yang intensif antara guru IPA di sekolah mitra dengan tim dosen pelaksana kegiatan IbM dilakukan dalam merencanakan dan pelaksanaan seluruh kegiatan, baik pelatihan maupun pendampingan. Pelatihan pembuatan KIT IPA terpadu diberikan oleh tim
11
dosen pakar pendidikan IPA yang berkolaborasi dengan tenaga praktisi pranata laboratorium pendidikan. Partisipasi guru IPA sebagai mitra dalam pelaksanaan IbM ini secara intensif berperan aktif mulai dari tahap persiapan (awal) kegiatan hingga akhir kegiatan. Lebih rinci dapat diuraikan partisipasi mitra dalam IbM ini adalah: sebagai subjek pelaksanaan program (sumber informasi permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala dan hambatan dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan ilmiah, terlibat langsung untuk bersama-sama tim pelaksana menjustifikasi permasalahan prioritas serta solusi terbaik yang paling mungkin diterapkan di sekolah, mitra berperan sebagai subjek pelaksanan yang menerapkan (mengimplementasikan) alternatif solusi pemecahan masalah yang telah disepakati. Mitra berperan aktif dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan, sebagai peserta yang akan mengimplementasikan. 3.4 Jenis Luaran Jenis luaran dan spesifikasinya dapat dipetakan seperti pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Jenis Luaran dan Spesifikasinya No 1
2
3
4 5
Jenis Luaran
Spesifikasi
KIT alat praktikum terintegrasi berbasis KIT alat praktikum IPA yang memuat alat-alat lingkungan dilengkapi SOP tata laksana dan bahan-bahan praktikum yang diperlukan praktikum bermuatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran IPA terpadu menggunakan (desa, kala, patra) pendekatan ilmiah terutama untuk aspek-aspek sains strategis. Kemasan KIT bersifat portable dan mudah digunakan. Bahan-bahan yang diperlukan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar KIT dilengkapi dengan prosedur kerja(SOP tata laksana praktikum) Perangkat praktikum terintegrasi dalam Perangkat praktikum meliputi: RPP, LKS, dan pembelajaran IPA terpadu (RPP, LKS, panduan guru bermuatan karakter yang feasible panduan guru) sebagai penunjang penerapan untuk diimplemetasikan di sekolah mitra metode pembelajaran dengan pendekatan inkuari discovery (scientific approach). SOP tata kelola laboratorium terintegratif SOP tata kelola laboratorium berorientasi berorientasi lingkungan untuk menunjang lingkungan secara spesifik memuat: tata kelola pembelajaran IPA SMP penggunaan laboratorium, tata kelola pengadaan pengadaan alat/bahan alternatif pengganti. Bahan ajar penyegaran materi IPA terpadu Bahan ajar IPA terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, kimia) Artikel ilmiah Jurnal Nasional ber- ISSN
KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi alat-alat Ilmu Pengetahuan Alam, seperangkat peralatan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut mengarah pada kegiatan yang berkesinambungan atau berkelanjutan (Pujani, N.M, dan Rapi N. K. 2012). Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba ketrampilan proses pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat yang dirancang 12
dan dibuat secara khusus ini maka dapat diartikan bahwa ”alat peraga Kit Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu sistem yang didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu (Admin, 2009). Alat peraga KIT IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan menggunakan alat peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai alam. Menurut Winata Putra (dalam Suharningrum, 2010) ”Alat peraga dapat membantu siswa untuk berpikir logis dan sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola pikiran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”. Pendekatan inkuiri discovery unggul dalam pembelajaran yang menekankan pada proses sekaligus produk sains (Joyce & Weil, 1996). Pendekatan ini sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep yang mendalam dan keterampilan berpikir ilmiah (NRC, 2002). Walaupun demikian, tidak semua level berpikir dan jenis pengetahuan mesti dibelajarkan menggunakan pendekatan inkuiri discovery. Pendekatan inkuiri discovery semestinya didorong pada pembelajaran pada konsep kunci (essential concepts) yang sangat berpengaruh pada pemahaman konsep-konsep yang lain. Oleh sebab itu, identifikasi konsep kunci sesuai dengan kompetensi dasar dan hirarkinya adalah kemampuan pertama yang mesti dikuasai guru dalam mengembangkan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery.
13
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Dalam Kegiatan PPM Kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah salah satu dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Di Undiksha, kegiatan ini dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Undiksha. LPM Undiksha memiliki komitmen yang tinggi untuk memberdayakan masyarakat, khususnya di Bali. Selain pemberdayaan masyarakat pendidikan, seperti kualifikasi guru, LPM Undiksha juga memberikan perhatian yang besar pada bidang yang lain, seperti petani, masalah sosial kemasyarakatan, pengerajin, dan usaha kecil dalam rangka memperkokoh budaya lokal ataupun menciptakan budaya baru terkait dengan kemajuan sains dan teknologi. Kepedulian dan komitmen yang tinggi LPM Undiksha terhadap masyarakat sekitar telah menghasilkan banyak kegiatan pengabdian dan produk-produk inovatif tepat guna yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Jumlah judul pengabdian yang diterima cenderung mengalami peningkatan, yaitu 32 judul pada tahun 2006, 67 judul pada tahun 2007, 71 judul (tahun 2008), 77 judul pada tahun 2009, 62 judul pada tahun 2010 dan 32 judul pada tahun 2013. Prestasi Undiksha dalam kegiatan P2M juga dapat dilihat dari dimenangkannya beberapa hibah di tingkat nasional seperti Voucer, Hibah Sibermas, Ipteks bagi Produksi Ekspor (IbPE) dan P2M lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah propinsi Bali. 4.2 Kepakaran yang Diperlukan Tim pelaksana adalah pakar dalam bidang manajemen pendidikan dan pendidikan IPA, substansi IPA di SMP (mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia), dan pedagogi. Kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan bidang keahlian dari tim pelaksana. Tim pelaksana telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian terkait dengan pembelajaran IPA, baik dari aspek pedagogi maupun pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran IPA. Ketua tim, Dr. Ni Made Pujani, M. Si, memiliki bidang keahlian pendidikan Fisika (S1), Fisika Bumi (S2-ITB), dan pendidikan IPA (Doktor), yang banyak bergelut di bidang pelatihan praktikum bagi guru SMP/SMA. Beliau nantinya akan banyak memberi kiat-kiat teknik penyusunan prosedur praktikum dan teknik pembuatan KIT IPA. Ketua tim pelaksana adalah pengasuh mata kuliah Fisika Dasar, IPBA, Statistika, Fisika Dasar 2, Listrik Magnet, Gelombang Optik, Laboratorium Fisika 3 dan mata kuliah Manajemen Pendidikan (S1 Pendidikan Fisika) (bio data trelampir). Anggota tim I, I Nyoman Sukarta, S,Pd., M.Si, dosen D3 Analis kimia Undiksha. Memiliki bidang keahlian ilmu kimia dan Pendidikan kimia. Beliau nantinya memberikan 14
penyegaran materi IPA aspek kimianya serta membantu mengidentifikasi bahan/alat penunjang pembuatan KIT IPA berbasis lingkungan.
Anggota tim II, Dr. Gede Ari
Yudasmara, S.Si., M.Si, memiliki keahlian dalam bidang ilmu Biologi (S1). Beliau berkompeten dalam penyusunan materi IPA aspek biologinya. Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd, pengampu mata kuliah manajemen laboratorium, staf Pranata Laboratorium Pendidikan, seorang praktisi laboratorium yang telah berpengalaman lebih dari 17 tahun di laboratorium pendidikan Kimia. Sering mengikuti pelatihan manajemen laboratorium tingkat nasional dan pernah mengikuti Pendidikan non gelar (magang) di CV. Pudak Scientific Bandung, bidang “Pembuatan alat-alat gelas”. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki diharapkan nantinya banyak membantu dalam teknis pembuatan alat-alat/KIT IPA. Secara detail, kepakaran dan pengalaman yang pernah dilakukan oleh tim pengusul program dapat dilihat pada biodata tim pengusul yang disajikan pada lampiran 1. Dilihat dari bidang keahlian dan pengalaman terkait IbM yang diusulkan, tidak diragukan lagi bahwa tim pelaksana telah memenuhi persyaratan ideal kepakaran dalam mengembangkan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA berbasis lingkungan. Dengan demikian, tim pelaksana sangat menunjang kesuksesan pelaksanaan IbM ini. Dari aspek sarana dan prasarana, kegiatan yang diusulkan ini sangat feasible untuk dilaksanakan karena tidak dibutuhkan peralatan khusus. Kondisi lingkungan sangat potensial dijadikan sumber bahan baku pembuatan KIT praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA terpadu berbasis lingkungan. Daya dukung sarana dan prasara yang dimiliki Perguruan Tinggi Pengusul sangat layak. Keberadaan laboratorium IPA (Lab Biologi, Lab. Kimia, dan Lab. Fisika), bengkel gelas, sangat memadai serta tenaga kependidikan (laboran) yang sudah cukup berpengalaman.
15
BAB 5. HASIL DAN PEMBEHASAN
5.1 Hasil Kegiatan Pra Kegiatan Utama Sebelum pelaksanaan kegiatan utama, dilakukan kegiatan pendahuluan berupa penyegaran
materi
IPA
terpadu
(SMP
kelas VII),
pembekalan/pendalaman
model
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan pelatihan teknik-teknik merancang alat-alat
peraga. Kegiatan ini bertujuan meng-upgrade dan menyegarkan pemahaman guru tentang materi IPA terpadu terutama materi pelajaran yang bukan bidangnya. Kelompok guru IPA yang basic keilmuannya bidang
biologi diajak mendalami bidang kimia dan fisika.
Demikian pula kelompok guru IPA dengan basic keilmuannya bidang fisika disegarkan dengan materi bidang biologi dan kimia.
(a)
(b)
Gambar 4.1. Kegiatan Pra Pelaksanaan Kegiatan Utama (a) Penyegaran Materi IPA Terpadu (b) Pendalaman model-model pembelajaran dengan inkuiri Setelah mengikuti kegiatan tersebut, guru-guru IPA menyatakan bahwa pemahaman mereka tentang materi IPA terpadu menjadi lebih baik. Mereka merasa lebih percaya diri untuk membelajarkan mata pelajaran IPA terpadu di kelas. Demikian pula pemahaman mereka mengenai model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menjadi dipahami lebih jelas. Kegiatan Utama A. Pelatihan 1 Pelatihan 1 difokuskan untuk mensosialisasi bentuk RPP, LKS, model KIT IPA dan Panduan guru tentang pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri. Materi pelatihan mencakup penjelasan tentang contoh-contoh perangkat pembelajaran di atas discovery dan alur kerja dalam mewujudkan semua perangkat tersebut, yaitu dari: (1) 16
analisis konsep kunci berdasarkan kompetensi dasar (KD), (2) penyusunan indikator pembelajaran berdasarkan konsep/prinsip kunci, (3) penetapan konteks/fakta laboratorium yang digunakan dalam mendukung pembelajaran pada konsep/prinsip kunci, penyusunan RPP, (4) penyusunan petujuk praktikum berupa lembar kerja siswa (LKS) dan SOP berlaboratorium, (5) pembuatan KIT IPA, dan penyusunan Panduan bagi guru. B. Pelatihan 2 Pada pelatihan 2 ini dilakukan pendampingan pembuatan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery terkait topik yang diidentifikasi. Kegiatan mencakup penyusunan RPP dengan pendekatan inkuiri discovery, pembuatan prosedur kerja praktikum berupa lembar kerja siswa (LKS), dan penyusunan panduan bagi guru. Pada pelatihan ini dilakukan pembahasan tentang draft RPP yang dibuat masing-masing guru mitra. Pada pelatihan 2 dilatihkan cara mengembangkan LKS mengacu pada RPP dan konteks/fakta laboratorium yang telah diidentifikasi. Diskusi secara intensif tentang fenomena dan bagaimana mengembangkan pertanyaan untuk mengarahkan cara berpikir siswa berlangsung antara guru mitra-guru mitra, dan guru mitra-tim pelaksana.
Gambar 4.2. Kegiatan Pelatihan 1, pembuatan perangkat pembelajaran inkuiri Pada pelatihan ini, didampingi tim pelaksana guru mitra menetapkan beberapa kompetensi dasar (KD) untuk dianalisis konsep/prinsip kuncinya sekaligus mengidentifikasi konteks/fakta
laboratorium
terintegrasi
yang
sesuai
dengan
pembelajaran
pada
konsep/prinsip kunci tersebut. Pelatihan ini ditindaklanjuti dengan penyusunan RPP untuk satu tema yang mengintegrasikan beberapa kompetensi dasar IPA SMP kelas VII semester 1 yang menuntut kegiatan inkuiri discovery (praktikum). Hasil kegiatan berupa RPP, LKS dan panduan bagi guru (terlampir). Berikut adalah contoh petunjuk praktikum (LKS) yang dikembangkan (dikerjakan) oleh guru mitra.
17
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Tema
: Mengenal benda-banda di sekitar
Sub tema
: Air laut
Peta integrasi aspek materi IPA terpadu: Aspek Fisika: - Pengukuran volume - Pengukuran Suhu - Wujud benda dan perubahan wujud
BENDABENDA DI SEKITAR KITA
Aspek Biologi: - Pengamatan dengan mikroskop - Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan tempat tinggalnya
Aspek Kimia: - Pemisahan campuran - Kristalisasi
Alat/bahan - Gelas bekas air mineral - Kaleng aluminium bekas - Air laut atau campuran garam dapur dan air - Mistar - Termometer - Kertas/kain saring - Corong plastik - Kayu pengaduk - Pembakar spiritus
Kegiatan: 1. Ambil air laut kotor yang sudah disiapkan dalam KIT sebanyak 2 gelas bekas air mineral. Masukkan ke dalam kaleng aluminium bekas (kaleng susu). (Catatan: air laut dapat diganti dengan melarutkan 3 sendok makan garam dapur bercampur pasir ke dalam air) 2. Ukurlah tinggi air dalam kaleng dari sisi mulut atas kaleng menggunakan mistar.
3. Amati kaleng dari posisi atas. Apakah kamu dapat membedakan air dan pasir/pengotor pada campuran air dan pasir tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu!
4. Siapkan kertas/kain saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
18
5. Letakkan kertas/kain saring di dalam corong sampai kertas/kain saring menempel pada
corong. 6. Pisahkan pengotor air laut dengan penyaringan. Amati filtrat dan residu pada kertas/kain saring. Bandingkan warna filtrate dengan warna air laut sebelum disaring!
7. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap. 8. Panaskan air laut tadi dengan pemanas spiritus (tungku).
9. Ukur suhu air setiap selang 10 menit. Catat perubahan suhu yang terjadi! 10. Ukur pula posisi permukaan filtrat yang dipanaskan dengan mistar setiap selang 10 menit. 11. Teruskan pemanasan tersebut sampai mendidih dan airnya menguap. 12. Amati zat apakah yang tersisa pada kaleng penguap? Catat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan!
13. Ambilah setetes air filtrat di atas! 14. Teteskan pada kaca objek dan tutuplah dengan gelas penutup! 15. Amatilah dengan mikroskop dimulai dari perbesaran lemah sampai perbesaran kuat! 16. Ulangi pengamatan hingga kamu menemukan bentuk kristal! 17. Jika sudah menemukannya, gambarlah pada buku tugas! Hasil Pengamatan 1: Air Laut Kotor
Suhu (oC)
Tinggi (cm)
semula Setelah 10 menit Setelah 20 menit Setelah 30 menit …………………
19
Hasil Pengamatan 2: No Bahan
Hasil Pengamatan
1
Wujud : ………………………
Campuran (garam kotor)
Warna : …………………….. 2
3.
Larutan garam setelah disaring Wujud : …………………… (filtrat)
Warna : ……………………..
Filtrat setelah dipanaskan
Wujud : …………………… Warna : ……………………..
Diskusi 1. Lakukan diskusi dengan teman-teman kelompokmu. Komunikasikan hasil diskusimu kepada kelompok lain!
2. Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu? 3. Jelaskan perubahan wujud benda yang terjadi pada percobaan? 4. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi? 5. Buatlah bagan klasifikasi hewan/tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya!
6. Buatlah kesimpulan dari aktivitas diskusi! Contoh penilaian kinerja 1) Penilaian Kinerja Melakukan Percobaan Penilaian 1 2
No
Aspek yang dinilai
1
Merumuskan masalah, hipotesis dan merencanakan percobaan
2
Merangkai alat
3
Melakukan pengamatan/pengukuran
4 Melakukan analisis data dan menyimpulkan Rubriknya: Penilaian Aspek yang dinilai 1 2 Merumuskan Tidak mampu Dilakukan dengan masalah, hipotesis, merumuskan bantuan guru dan merencanakan masalah, percobaan hipotesis, dan merencanakan percobaan Merangkai alat Rangkaian alat Rangkaian alat benar, tidak tetapi tidak rapi atau benar tidak memperhatikan keselamatan kerja 20
3
3 Dilakukan secara mandiri (individual atau kelompok)
Rangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerja
Pengamatan/penguk uran
Pengamatan tidak cermat
Melakukan analisis Tidak mampu data dan menyimpulkan
Pengamatan cermat, tetapi mengandung interpretasi
Pengamatan cermat dan bebas interpretasi
Dilakukan dengan bantuan guru
Dilakukan secara mandiri (individual atau kelompok)
C. Pelatihan 3 Pelatihan 3 berupa kegiatan pendampingan pembuatan rancangan KIT IPA serta alat/bahan kelengkapan keperluan praktikum sesuai LKS yang telah disusun.
Gambar 4.3. Pendampingan Pembuatan KIT IPA KIT IPA ini dikemas dalam kemasan kotak yang terbuat dari kayu dan triplek. Dalam kotak KIT berisi alat dan sekaligus bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum sesuai petunjuk praktikum (LKS). Alat dan bahan yang dipakai sebagian besar dengan pemanfaatan barang-barang bekas dan bahan-bahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar. Misalnya, untuk mengganti alat-alat gelas dipakai gelas bekas air minuman mineral, pembakar spiritus dibuat dari botol bekas minuman suplemen, untuk alat ukur dimanfaatkan spite bekas injector tinta printer reftil, pengganti tabung reaksi dimanfaatkan botol bening kecil bekas tempat parfum.Berikut disajikan gambar (foto) model KIT praktikum IPA yang dikembangkan.
Gambar 4.4. Model KIT IPA
21
Demikian pula bahan-bahan yang dirujuk dalam petunjuk praktikum (LKS), memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Misalnya, untuk bahan indikator memanfaatkan bahan-bahan alam seperti kunir, bunga kol, kembang ungu, dll. Untuk pengenalan larutan asam, basa dan garam menggunakan asam alami (cuka, ekstrak buah jeruk), larutan basa (kapur tohor, batu kapur, abu, dll). Garam, menggunakan garam dapur, air laut, dll. Beberapa contoh gambar alat/bahan yang dipergunakan disajikan pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Contoh alat/bahan KIT IPA Gambar alat/bahan
Nama
Pemanfaatan
Model molekul dari buah Mengenalkan jeruk nipis
model
bentuk
molekul sederhana
Model Alat Cara Kerja Membantu mengenalkan cara Paru-Paru
kerja paru-paru
Model alat Respirometer Membantu dari
botol
mengenalkan
bekas pengukuran udara pernafasan
minuman mineral Indikator
bahan
(bunga
kol,
alam Membantu kunir, mengenali/membedakan
kembang ungu, dll) Model
alat
senyawa asam dan basa.
distilasi Mengenalkan proses pemisahan
(terbuat dari pipa dan campuran dalam air teh bolan bekas) Cermin datar lipat dari Mengenalkan sifat pemantulan plastik mika
cahaya
oleh
benda
bening
(cermin)
D. Pelatihan 4: Pendampingan Uji Coba dan Revisi Penyempurnaa KIT IPA Uji coba kelayakan penggunaan KIT IPA dilakukan untuk menguji apakah rancangan KIT yang dibuat sudah bisa diterapkan sebelum dicobakan di kelas. 22
Gambnar 4.5 Pendampingan Uji Coba KIT oleh Guru Mitra Setelah dilakukan uji coba, selanjutnya dilakukan revisi. Sebelum direvisi, perangkat praktikum yang dihasilkan dievaluasi oleh tenaga ahli (expert) dan oleh praktisi (guru IPA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa skor rata-rata uji validasi isi terhadap produk petunjuk praktikum, perangkat KIT IPA dan lembar penilaian kinerja praktikum berturut-turut sebesar 3,07, 3,22 dan 3,4 serta termasuk kategori valid. Selain itu, skor rata-rata uji kelayakan terhadap petunjuk praktikum dan KIT IPA oleh guru berturut-turut 3,3 dan 3,4 serta termasuk kategori baik/layak. Hasil uji relevansi konten dan konstruk oleh ahli dan guru terhadap petunjuk praktikum (LKS) berturut-turut adalah 85,30% dan 89,55%. Hasil ini termasuk kategori relevan. Dari hasil penilaian, model KIT IPA berorientasi lingkungan yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria relevan dan layak. Dari komentar penilai juga diketahui bahwa perangkat praktikum yang dikembangkan memiliki kelebihan dengan perangkat praktikum standar, antara lain: 1) perangkat praktikum ini disesuaikan dengan kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran IPA SMP dilakukan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach); 2) konten materi praktikumnya terintegrasi, diupayakan sesuai dengan konten IPA terpadu; 3) perangkat praktikum ini merujuk bahan/alat yang dekat dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar; 4) memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan, karena petunjuk praktikum (LKS) diadaptasi dari petunjuk percobaan (kegiatan) yang sudah tercantum pada buku siswa; 5) memberikan kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan eksperimen karena perangkat penunjang praktikum telah tersusun dengan rapi dalam satu kotak kemasan (KIT IPA) dan dilengkapi instruksi kerja alat. Sementara itu, kekurangan KIT IPA ini adalah (1) belum mencakup materi IPA terpadu, (2) petunjuk perlu dibuat lebih terstruktur agar memberi tuntunan secara mudah dan cepat kepada siswa, dan (3) perlu dilengkapi soal-soal pendalaman untuk mengeksplorasi pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dibelajarkan. Berdasarkan hasil penilaian tim ahli dan masukan dari praktisi dilakukan revisi dan penyempurnaan perangkat. Pada kegiatan ini tim pelaksana mendampingi guru mitra merevisi dan melakukan penyempurnaan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, KIT IPA). 23
E. Pelatihan 5: Pendampingan Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Perangkat Pembelajaran dan KIT IPA yang telah dirancang.
Pada kegiatan ini dilakukan penerapan pembelajaran inkuiri discovery memanfaatkan perangkat yang telah dikerjakan oleh guru mitra. Salah seorang guru mitra tampil sebagai guru model, sementara guru-guru yang lain memantau bersama tim pelaksana.
Gambar 4.6. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Discovery Berbantuan KIT IPA Hasil penilaian oleh siswa terhadap pemanfaatan produk pada pembelajaran dengan pendekatan inkuiri termasuk kategori baik. Respon siswa pada pembelajaran yang memanfaatkan perangkat praktikum berorientasi lingkungan lebih baik dan lebih menyenangkan daripada respon siswa pada pembelajaran konvensional (tanpa menggunakan KIT IPA). Siswa menunjukkan respon positif (skor rata-rata 89,6%). Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, pada pembelajaran memanfaatkan perangkat praktikum berorientasi lingkungan siswa lebih aktif dibandingkan pada pembelajaran tanpa perangkat praktikum. Aktivitas siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum berorientasi lingkungan dalam pembelajaran IPA termasuk sangat positif (96,8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perangkat praktikum yang dikerjakan mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik.
24
Guru memberi respon positif terhadap perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan,
baik
dari
kemudahan
mempersiapkan
maupun
dari
kemudahan
mengimplementasikannya (skor rata-rata 3,4). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model perangkat praktikum berorientasi lingkungan yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria relevan dan mudah digunakan. Respon siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum berorientasi lingkungan dalam pembelajaran IPA diperoleh hasil, yaitu: jumlah siswa yang memberikan respon positif sebesar 83,3% dan memberi respon sangat positif sebesar 4,7%. Jumlah siswa yang memberi respon posistif dan sangat positif adalah 88%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perangkat praktikum mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa guru memberi kesan positif terhadap perangkat praktikum berorientasi lingkungan, baik dari mudahnya mempersiapkan maupun dari mudahnya mengaplikasikannya. Rangkuman pelaksanaan kegiatan dan hasilnya atau dokumen pendukungnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5.2. Rangkuman pelaksanaan kegiatan No
Tanggal
1
10/4/2015
2
11/4/2015
3
18/4/2014
4
25/4/2015
5 6
5/5/2015 9/5/2015
7
23/5/2015
8
30/5/2015
9
6/6/2015
10 11 12 13 14 15
7/6/2015 9/6/2015 13/6/2015 13/6/2015 14/6/2015 14/6/2015
16
15/6/2015
17
16-17/6/2015
18
18-19
Materi Kegiatan Pengurusan ijin, koordinasi dan sosialisasi program IbM ke Dinas Pendidikan Kab. Buleleng Keperluan Administrasi Koordinasi dan sosialisasi penetapan jadwal rencana pelaksanaan program IbM dengan kelompok guru IPA dan Kepala Sekolah SMPN 1 Banjar Koordinasi dan sosialisasi penetapan jadwal rencana pelaksanaan program IbM dengan kelompok guru IPA dan Kepala Sekolah SMPN 4 Singaraja Penyusunan modul ajar penyegaran materi pelajaran IPA terpadu, penyususnan Modul Model Pembelajaran Rapat Koordinasi Tim Pelaksana: persiapan pelaksanaan kegiatan IbM Penyusunan materi model-model pembelajaran ilmiah Pengumpulan dan penyusunan bahan pembuatan rancangan model pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan pembelian ATK Penyusunan draf model KIT IPA terpadu dan draf LKS Pembukaan resmi pelaksanaan kegiatan: audiensi dengan guru-guru IPA, penetapan jadwal kegiatan, pengenalan program Pembelian Material box KIT (bahan pembuatan kotak KIT IPA) Ongkos pembuatan Kotak KIT Praktikum Pembelian bahan-bahan pembuatan Alat Peraga IPA Pembelian kelengkapan bahan-bahan/alat KIT IPA Pengecekan bahan/alat dan perangkat pembelajaran Pembelian kekurangan alat dan bahan KIT IPA Pra Pelatihan: Penyegaran/Penguatan Materi IPA Terpadu dan penyempurnaan materi penyegaran materi IPA terpadu Pelatihan: Pemantapan model-model pembelajaran (inkuiri, discovery, PBL, Project Based Learning) Pelatihan I: Identifikasi konsep kunci dan topik atau konteks pembelajaran
25
/6/2015 19
20-21/6/2015
20 21
22-23/6/2015 24-25/6/2015
21
26-27/6/2015
22
28/6/2015
23
29/6/2015
24
29/6/2015
(2 kali) Pelatihan II dan Pendampingan: Pembuatan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terkait topik yang diidentifikasi (LKS) (2 kali) Pelatihan (III) Pembuatan rancangan KIT IPA dan alat-alat peraga (2 kali) Pendampingan Pembuatan alat-alat peraga IPA (4orang) Pelatihan IV, Pendampingan: lanjutan pembuatan KIT IPA, penyelesaian dan penyempurnan KIT IPA (2x) Uji coba penggunan KIT IPA Pendampingan revisi dan penyempurnaan perangkat pembelajaran inkuiri berbantuan KIT IPA Honorarium guru mitra 10 or x 6 j x50000
25
29/6/2015
Honorarium Tim pendamping uji coba implementasi pembelajaran inkuiri di kelas = 3 orang Honorarium Kepala sekolah (mengkoordinasikan kegiatan) = 2 orang
26 27
29/6/2015 29/6/2015
Penyusunan laporan kemajuan Penyususnan laporan penggunaan keuangan
28
30/6/2015
Mengunggah laporan kemajuan dan laporan penggunaan keuangan, pengumpulan laporan kemajuan, laporan keuangan 70%,
29
27/7/2015
Pengadaan kekurangan bahan/alat penunjang KIT praktikum IPA
30
1/8/2015
Uji coba KIT skala luas I
31
8/8/2015
Uji coba KIT skala luas II
32
15/8/2015
Pengadaan kekurangan bahan penunjang praktikum (tambahan)
33
3/9/2015
34
10/9/2015
35
26/9/2015
Monev internal Pendampingan implementasi pembelajaran inkuiri berbantuan perangkat pembelajaran dan KIT IPA yang telah dirancang (klp I). Pendampingan implementasi pembelajaran inkuiri berbantuan perangkat pembelajaran dan KIT IPA yang telah dirancang (klp II).
36
10/10/2015
37
24/10/2015
38
26/10/2015
40
2729/10/2015 30/10/2015
41
8/11/2015
42
9/11/2015 12 Nov-5 Des 2015
39
43
Evaluasi hasil implementasi pembelajaran inkuiri berbantuan KIT IPA Workshop pengembangan materi pembelajaran inkuiri memanfaatkan KIT IPA Insentif mahasiswa pelaksana Honorarium Teknisi Pelaksana Penyusunan Laporan dan artikel ilmiah, laporan keuangan 100%, artikel ilmiah, profil dan poster Penggandaan Laporan dan artikel Alokasi dana seminar hasil pengabdian kepada masyarakat Unggah laporan akhir, laporan keuangan 100%, artikel ilmiah, profil, dan poster Pengumpulan laporan dan artikel Seminar hasil pengabdian kepada masyarakat
Produk yang telah dihasilkan antara lain: a) KIT IPA terintegrasi; b) perangkat pembelajaran IPA terpadu
menggunakan
pendekatan
inkuiri discovery (RPP, LKS,
Pedoamn Guru), c) modul penyegaran materi IPA terpadu, d) modul pelatihan teknik-teknik merancang alat-alat peraga IPA, e) artikel ilmiah. 26
F. Evaluasi Kegiatan Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan antara lain, meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru-guru IPA di SMPN 1 Banjar dan SMPN 4 Singaraja terhadap materi IPA secara terpadu, meningkatnya pemahaman guru-guru tentang pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dicovery,meningkatnya keterampilan guru-guru IPA merancang/membuat KIT IPA sederhana berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri dicovery, meningkatnya kemampuan guru-guru IPA untuk merancang perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dicovery (pendekatan ilmiah), terlatihnya keterampilan dan kemampuan guru-guru IPA di sekolah mitra dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA dengan pendekatan ilmiah.
5.2 Pembahasan
Dalam hal respon siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri dicovery diperoleh hasil jumlah siswa yang mempunyai respon positif mencapai 35 siswa dari 42 orang atau 83,3% dan 2 orang (4,7%) memberi respon sangat positif. Hal tersebut menunjukkan perangkat praktikum IPA mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik. Ketertarikan siswa dimungkinkan karena pembelajaran IPA berbantuan KIT IPA berorientasi lingkungan secara tidak langsung menuntut siswa aktif melakukan sendiri dan menemukan sendiri. Hal ini ini juga dapat diamati dari semangat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Karli dan Margaretha (2002) menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk menarik minat siswa, dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan. Perangkat praktikum IPA membutuhkan alat dan bahan untuk mendukung kegitan praktikum yang dikemas dalam kotak unit pembelajaran. Perangkat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA dan dilengkapi dengan buku pedoman penggunaannya. Shadely (dalam Suharningrum, 2010) berpendapat bahwa alat perga KIT IPA adalah kotak yang berisi alat-alat IPA. Seperangkat peralatan IPA tersebut mengarah pada kegiatan yang berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan IPA yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA. Sebagai alat yang dirancang dan dibuat secara khusus ini, maka dapat diartikan bahwa ”alat peraga” KIT IPA merupakan suatu sistem yang didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu (Suharningrum, 2010). 27
Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) mensyaratkan bahwa pendidikan wajib memiliki prasarana termasuk ruang laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lebih jauh dijelaskan bahwa untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Tujuan pembelajaran IPA di SMP hanya dapat dicapai secara optimal bila guru menggunakan laboratorium sebagai sarana dan prasarana belajar siswa (Sulastri, 2008). Pada pembelajaran yang memanfaatkan perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan, siswa dilibatkan dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan hakekat pembelajaran kontekstual, yaitu: makna, bermakna, dan dibermaknakan. Johnson, E.B. (2002) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa belajar bila mereka memperoleh makna dalam materi pelajaran yang dipelajari dan bisa menghubungkan informasi yang baru diperoleh dengan pengetahuan awal yang dimiliki dan pengalaman mereka (Johnson, E.B. 2002). Dengan melibatkan siswa secara langsung dan mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitarnya diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung lebih bermakna. Menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya. Setiap pembelajaran selalu diamati proses belajar dan mengajar yang terjadi, dicatat dalam lembar observasi aktivitas siswa. Dari hasil pengamatan pembelajaran, ternyata siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri memanfaatkan perangkat praktikum IPA lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan tanpa praktikum. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas siswa termasuk kriteria aktif dan sangat aktif. Dengan demikian, pembelajaran IPA yang memanfaatkan KIT IPA mampu meningkatkan aktivitas dan efektivitas pembelajaran IPA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembelajaran menggunakan perangkat praktikum IPA merupakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses. Implementasi pembelajaran menggunakan perangkat praktikum IPA memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk membangun konsep sains melalui 28
pengalaman langsung. Model pembelajaran menggunakan praktikum memiliki karakter yang relevan dengan karakter materi pelajaran sains. Memperhatikan kesesuaian antara tuntutan materi, karakteristik IPA, dan tuntutan tujuan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran praktikum menggunakan perangkat praktikum IPA sangat relevan diterapkan pada pembelajaran IPA. Hal penting yang perlu diperhatikan pada pembelajaran inkuiri menggunakan praktikum berbatuan KIT IPA adalah pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Aktivitas pembelajaran lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk mengaktualisasi kreativitas berpikir dengan melakukan eksperimen secara langsung. Pembelajaran sains dilaksanakan
dengan
menumbuhkan
pendekatan
kemampuan
ilmiah
berpikir,
(scientific bekerja
approach)
dan
sehingga
bersikap
ilmiah
mampu serta
mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Keterampilan proses sains menjamin siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna sebab hal ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, membuat keputusan, dan pemecahan masalah (Karsli & Sahin, 2009). Pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri dicovery dengan berbantuan KIT praktikum berorientasi lingkungan dapat memfasilitasi siswa memperoleh keterampilanketerampilan, memelihara sikap-sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep-konsep yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Perangkat praktikum ini menyajikan materi yang dekat dengan dunia siswa, artinya bahan-bahan yang dipergunakan sudah dikenal dan mudah didapat dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung akan membantu siswa memahami dan mencintai lingkungan. Pembelajaran ini juga memberi ruang bagi siswa untuk melakukan discovery. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang ditekankan dalam kurikulum 2013. Begitu halnya dengan hasil wawancara dengan guru bahwa guru memberi kesan positif terhadap perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan, baik dari mudahnya mempersiapkan, maupun mudahnya mengaplikasikannya. Mudah mempersiapkan maupun menggunakan karena perangkat alat dan petunjuk praktikum yang dibutuhkan telah dikemas dalam satu KIT perangkat praktikum yang siap digunakan. Sehingga pada waktu akan dipergunakan, guru cukup hanya miminta kepada masing-masing perwakilan siswa untuk mengambil KIT tersebut. Di samping itu bahan/alat pengganti untuk keperluan praktikum juga dengan mudah bisa didapatkan dari lingkungan sekitar.
29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Sejauh ini yang dapat disimpulkan adalah bahwa kegiatan ini berlangsung dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Guru-guru dari sekolah mitra antusias dan berpartisifasi aktif dalam melaksanakan kegiatan. Sebagian besar guru mitra masih membutuhkan penyegaran materi IPA terpadu, keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri discovery beserta penyusunan perangkat pendukung pembelajarannya juga belum optimal. Keterampilan guru mitra dalam membuat KIT IPA terintegrasi juga masih perlu mandapat pendampingan lebih intensif. Perlu ada pendampingan lebih lanjut bagi guru-guru dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA terpadu dengan inkuiri discovery.
2. Saran KIT IPA dan perangkat pembelajaran pendukung pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri discovery sangat dibutuhkan oleh semua guru, utaman guru IPA, baik SD, SMP, maupun SMA. Keterampilan guru-guru dalam membuat KIT IPA terintegrasi maupun perangkat pembelajaran masih kurang. Demikian juga kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran inkuiri discovery masih perlu pendampingan lebih intensif. Oleh sebab itu, pengabdian masyarakat sejenis ini sangat penting didorong dan diberikan peluang yang lebih besar.
30
DAFTAR PUSTAKA Admin. 2009. Alat Peraga IPA Sederhana Solusi Pembelajaran IPA di Sekolah. http://ypwi.or.id/index.php?view=article&catid=25%3Apendidikan&id=98% 3Alat-peragaIPA-sederhana-solusi-pembelajaran-ipa-di sekolah&format=pdf&option=com_content. Diakses Minggu tanggal 17 Pebruari 2012. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Biologi Sederhana Untuk SMA. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching (5th Ed.). Boston: Allyn and Bacon. Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, M. M. 2012. Concurrent Enrollment in Lecture and Laboratory Enhances Student. Journal of Research in Science Teaching. Vol 49 Issue 5. May 2012. ISSN 0022-4308. online www/htt: library.wiley.com/ doi/10.1002/ tea.21016. diakses tgl. 2 September 2012 Milo Koretsky, at.al. 2011. Student Perceptions of Learningin the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011 ASEE. http://www.jee.org National Research Council (NRC). 2002. Explore Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington: National Academy Press. Novianti, N.R. 2011. Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Tehadap Efektifitas Proses Pembelajaran (Penelitian pada SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan Provinsi JawaBarat). Jurnal.Upi.Edu/File/15. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. ISSN 1412-565X Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. 2007. (Online), (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf, diakses 8 Februari 2013). Pujani, N.M, dan Rapi N. K. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Widya Laksana. ISSN: 1410-4369, Edisi Juli 2012. Hal.119-130. Singaraja: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha Santoso, T. T. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan.Jurnal Pendidikan Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar. Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Jurnal pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN: 1410-4269. Subamia, I.D.P, dkk. 2013. Analisis Kebutuhan Tata Kelola Tata Laksana Laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional Riset dan Inovatif. Vol.1, hal. 388-393. November 2013. ISSN:2339-1553 Suharningrum, Tatik. 2010. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN No.65/I Tiang Tunggang dengan Menggunakan Alat Peraga Kit IPA. http://ebookbrowse.com/45-tatik-suharningrum-cover-proposal1-doc-d243360024 Sukarta, dkk. 2012. Pelatihan Pembelajaran Inovatif Bagi Guru-guru di SMP Negeri 2 Kubu. Jurnal pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN: 14104269.
31
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan
Kotak KIT IPA
Acara Pembukaan Pelaksanaan IbM
Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Model KIT dan Alat Peraga 32
Uji Coba KIT IPA
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN KIT
33
LAMPIRAN 2. Contoh Konsep Kunci IPA (Aspek Kimia) SMP Kelas VII Semester I KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata KD
: - Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi - Klasifikasi benda, wujud dan perubahan wujud benda, pengukuran - Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat - Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari
Topik: Benda-Benda di Sekitar Kita Struktur Konseptualnya, dan Fakta-fakta yang Relevan dengan Konsep Kunci
Benda di Sekitar
Aspek Fisika
- Pengukuran - Wujud dan perubahan wujud benda
Aspek Biologi
Aspek Kimia
- Partikel penyusun benda - Pemisahan campuran
- Pengamatan kristal dari air laut dengan mikroskop - Klasifikasi benda-benda di lingkungan laut
SIFAT BENDA
Asam
Garam
Basa
Elektrolit
Non elektrolit
KIT Praktikum Terintegrasi Berorientasi Lingkungan Gambar : Bagan Konsep Dasar Penyusunan KIT Praktikum Terintegrasi
34
Fakta-fakta yang relevan terkait dengan konsep kunci di atas: Fakta laboratorium Pemilihan bahan-bahan dari lingkungan sekitar sebagai bahan baku praktikum
Konsep kunci yang disasar Perubahan wujud, pengukuran, penggunaan mikroskop, klasifikasi benda
Penyiapan beberapa jenis benda yang bahan bakunya diambil dari lingkungan terdekat (air laut, buah jeruk nipis, batu kapur, dll). Diamati perubahan sebelum dan sesudah dipanaskan Memisahkan bahan di sekitar menjadi komponen penyusun, uji kelistrikan benda (zat), manfaat bahan-bahan di lingkungan dalam kehidupan
Perubahan wujud air laut sebelum dan sesudah dipanaskan dan pada proses pendinginan
Cara pemisahan dengan penguapan, pemurnian campuran, pemanfaatan sifat biologis, fisis dan kimia suatu bahan dalam kehidupan (membuat garam dari air laut) Pemanfaatan barang-barang bekas yang Alat sederhana yang efektif dan mudah didapat dari lingkungan sekitar sebagai efisien.berorientasi lingkungan bahan baku pembuatan alat-alat penunjang KIT praktikum terintegrasi dalam pembelajaran IPA Contoh: Peta Integrasi Aspek Materi IPA Terpadu Tema Sub tema
: Mengenal benda-banda di sekitar : Air laut
Aspek Fisika: - Pengukuran volume air laut - Pengukuran Suhu air laut sebelum dan sesudah dipanaskan - Wujud benda dan perubahan wujud air laut
BENDABENDA DI SEKITAR KITA
Aspek Biologi: - Pengamatan kristal dari air laut dengan mikroskop - Klasifikasi bendabenda di lingkungan laut
Aspek Kimia: - Partikel penyusun air laut - Pemisahan campuran - Kristalisasi
Alat/bahan -
Gelas bekas air mineral Kaleng aluminium bekas Corong plastik Mistar Termometer
-
Kertas/kain saring Kayu pengaduk Pembakar spiritus Air laut
Kegiatan: 1. Ambil air laut kotor yang sudah disiapkan dalam KIT sebanyak 2 gelas bekas air mineral. Masukkan ke dalam kaleng aluminium bekas (kaleng susu). (Catatan: air laut dapat diganti dengan melarutkan 3 sendok makan garam dapur bercampur pasir ke dalam air) 2. Ukurlah tinggi air dalam kaleng dari sisi mulut atas kaleng menggunakan mistar.
35
3. Amati kaleng dari posisi atas. Apakah kamu dapat membedakan air dan pasir/pengotor pada campuran air dan pasir tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu! 4. Siapkan kertas/kain saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
5. Letakkan kertas/kain saring di dalam corong sampai kertas/kain saring menempel pada corong. 6. Pisahkan pengotor air laut dengan penyaringan. Amati filtrat dan residu pada kertas/kain saring. Bandingkan warna filtrate dengan warna air laut sebelum disaring! 7. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap. 8. Panaskan air laut tadi dengan pemanas spiritus (tungku).
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Ukur suhu air setiap selang 10 menit. Catat perubahan suhu yang terjadi! Ukur pula posisi permukaan filtrat yang dipanaskan dengan mistar setiap selang 10 menit. Teruskan pemanasan tersebut sampai mendidih dan airnya menguap. Amati zat apakah yang tersisa pada kaleng penguap? Catat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan! Ambilah setetes air filtrat di atas! Teteskan pada kaca objek dan tutuplah dengan gelas penutup! Amatilah dengan mikroskop dimulai dari perbesaran lemah sampai perbesaran kuat! Ulangi pengamatan hingga kamu menemukan bentuk kristal! Jika sudah menemukannya, gambarlah pada buku tugas! Hasil Pengamatan 1: Air Laut Kotor
Suhu (oC)
Tinggi (cm)
semula Setelah 10 menit Setelah 20 menit Setelah 30 menit …………………
Hasil Pengamatan 2: No 1
Bahan Campuran (garam kotor)
Hasil Pengamatan Wujud : ………………………
36
2 3.
Warna : …………………….. Larutan garam setelah disaring Wujud : …………………… (filtrat) Warna : …………………….. Filtrat setelah dipanaskan Wujud : …………………… Warna : ……………………..
Diskusi 1. Lakukan diskusi dengan teman-teman kelompokmu. Komunikasikan hasil diskusimu kepada kelompok lain! 7. Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu? 8. Jelaskan perubahan wujud benda yang terjadi pada percobaan? 9. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi? 10. Buatlah bagan klasifikasi hewan/tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya! 11. Buatlah kesimpulan dari aktivitas diskusi! Contoh Pemanfaatan lingkungan sebagai bahan baku praktikum (indikator asam basa)
(a)
Alat dan bahan uji coba
b) Kol ungu (Brassica oleracea).
(c) Persiapan untuk uji coba bahan
(d) Hasil pengujian Kemasan KIT IPA
(e) Contoh Model
37
Contoh alat/bahan KIT IPA berorientasi lingkungan Gambar alat/bahan Nama Pemanfaatan Model molekul dari buah Mengenalkan jeruk nipis
model
bentuk
molekul sederhana
Model Alat Cara Kerja Membantu mengenalkan cara kerja Paru-Paru
paru-paru
Model alat Respirometer Membantu
mengenalkan
dari botol bekas minuman pengukuran udara pernafasan mineral
Indikator
bahan
alam Membantu mengenali/membedakan
(bunga kol, kunir, kembang senyawa asam dan basa. ungu, dll)
Model alat distilasi (terbuat Mengenalkan
proses
pemisahan
dari pipa dan bolan bekas)
campuran dalam air teh
Model baterai jeruk
Mengenalkan sifat larutan yang bersifat elektrolit
Cermin datar lipat dari Mengenalkan plastik mika
sifat
pemantulan
cahaya oleh benda bening (cermin)
38
Lampiran 3 Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari kedua mitra IbM
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tanganb di bawah ini : Nama
: Nyoman Sedana, S.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-Laki Jabatan
: Guru IPA di SMPN 4 Singaraja
Menyatakan bahwa program IbM bagi Kelompok Guru IPA yang diselenggarakan oleh Tim Pelaksana Program IbM Undiksha di SMPN 4 Singaraja telah berjalan sesuai rencana. Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Singaraja, 29 Juni 2015
39
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tanganb di bawah ini : Nama
: Ni Made Ayu Parwiyani, S.Pd.
NIP
: 198103072006042029
Jenis Kelamin : Perempuan Jabatan
: Guru IPA SMPN 1 Banjar
Menyatakan bahwa program IbM bagi Kelompok Guru IPA yang diselenggarakan oleh Tim Pelaksana Program IbM Undiksha di SMPN 1 Banjar telah berjalan sesuai rencana. Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Banjar, 29 Juni 2015
LAMPIRAN 4: HASIL PENILAIAN MONEV