LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IBM KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA DODOL DI DESA PENGLATAN
Ketua: Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. NIDN 0008096602 Anggota Tim: I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd. NIDN 0009046902 Dibiayai Oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 381/UN48.15/LPM/2014
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul IbM
Nama Mitra Program IbM (1) Nama Mitra Program IbM (2)
: IbM Kelompok Usaha Rumah Tangga Dodol di Desa Penglatan : Pembuat dan Penjual Dodol Desa Penglatan “Bu Sutarmi” : Pembuat dan Penjual Dodol Desa Penglatan “Bu Sumenasih”
2. Ketua Tim Pelaksana a. Nama : Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. b. NIDN : 0008096602 c. Jabatan/Golongan : Lektor Kepala/IVa d. Program Studi : Bahasa Inggris / Bahasa dan Seni e. Perguruan Tinggi : Undiksha Singaraja f. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa g. Alamat Kantor/Telp./Fax/Surel : Jl A Yani 67, Singaraja-Bali/ (0362) 21541/ (0362) 27561/
[email protected] 3. Anggota Tim Pelaksana a. Jumlah Anggota b. Nama Anggota I/Bidang Keahlian c. Mahasiswa yang terlibat 4. Lokasi Kegiatan/Mitra (1) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Provinsi d. Jarak PT ke lokasi Mitra (Km) 5. Lokasi Kegiatan/Mitra (2) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Provinsi d. Jarak PT ke lokasi Mitra (Km)
ii
: Dosen 1 orang : I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd. /Pendidikan Seni Rupa :-
: Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng : Buleleng : Bali : 10 Km
: Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng : Buleleng : Bali : 10 Km
6. Luaran yang dihasilkan
:
a. Terdapatnya kerjasama dengan Desa Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa sebagai produsen gula aren yang dapat mensuplai bahan baku yang diperlukan untuk dodol. b. Terdapatnya kerjasama dengan penghasil ketan dan ketan hitam Bali asli dari Desa Sudaji. c. Terdapatnya kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik. d. Terdapatnya desain label untuk kemasan. e. Terdaftarnya merek dagang (TDI) f. Terdapatnya pelatihan pembungkusan dan pelabelan dodol. g. Terdapatnya kerjasama (MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online. h. Terdapatnya publikasi artikel ilmiah pada jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional.
7. Jangka waktu pelaksanaan 8. Biaya total - Dikti - Sumber lain
: 8 Bulan : Rp. 45.000.000 : Rp. 45.000.000 : tidak ada
Mengetahui, Dekan FBS
Singaraja, 1 Oktober 2014 Ketua Tim Pelaksana
(Prof. DR. Putu Kerti Nitiasih, M.A.) NIDN 0026066203
(Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.) NIDN 0008096602
Mengetahui, Ketua LPM Undiksha
(Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.) NIDN 0001015913
iii
RINGKASAN Sesuai dengan hasil diskusi tim IbM dengan kedua mitra, ada 8 permasalahan yang dihadapi oleh mitra, yakni permsalahan dalam ketersediaan bahan baku yang berkualitas, teknik pembuatan santan, kemasan yang menarik, tidak memiliki merek dagang, target pasar yang masih terbatas, permodalan yang minim, cuaca yang tidak bersahabat, dan terbatasnya sumberdaya manusia yang trampil dalam membuat santan dan pengadukan dodol. Namun, dalam pelaksanaan I bM ini, sesuai dengan kesepakatan pihak mitra dengan tim I bM dari 8 permasalahan yang ada, 4 permasalahan yang menjadi fokus yang dipecahkan dalam Ibm ini, yakni: bahan baku, kemasan, merek dagang, dan target pasar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, langkah-langkah yang dilakukan dalam I bM ini meliputi: (1) membantu mitra untuk membuat kerjasama dengan produsen bahan baku dodol; (2) membantu mitra dalam mendesain dan membuat kemasan serta membungkus dodol dengan kemasan yang lebih menarik; (3) membantu mitra dalam mendesain dan membuat label dan mendaftarkan merek dagang; (4) dan memperluas target pasar dengan melakukan pelatihan membuat MoU dengan penjual. Dari tahapan tersebut, luaran yang telah dihasilkan adalah: (a) terdapatnya kerjasama dengan Desa Silangjana, Desa Sambirenteng, dan Desa Pedawa sebagai produsen gula aren yang dapat mensuplai bahan baku yang diperlukan untuk dodol; (b) terdapatnya kerjasama dengan penghasil ketan dan ketan hitam Bali asli dari Desa Sudaji; (c) terdapatnya kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik; (d) terdapatnya desain label untuk kemasan; (e) terdaftarnya merek dagang (TDI); (f) terdapatnya pelatihan pembungkusan dan pelabelan dodol; (g) terdapatnya kerjasama (MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online; (h) terdapatnya publikasi artikel ilmiah pada jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional. Kata Kunci: usaha rumah tangga, dodol tradisional
iv
PRAKATA Puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Pengasih, karena berkat rahkmatNya, kami pelaksana kegiatan P2M dapat menyelesaikan laporan akhir IBM Kelompok Usaha Rumah Tangga Dodol di Desa Penglatan tepat pada waktunya. Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini. Adapun pihakpihak terkait antara lain: 1. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi khususnya Bidang Penelitian
dan
Pengabdian
kepada
Masyarakat
yang
telah
menghibahkan dana pengabdian demi terselenggaranya kegiatan IBM ini. 2. Kepada Bapak Rektor Undiksha khususnya Ketua LPM Undiksha yang telah membantu mengalokasikan dana serta menyediakan surat-surat administrasi terkait dengan pelaksanaan kegiatan IBM ini. 3. Kepada kedua mitra Pembuat dan Penjual Dodol (Bu Sutarmi dan Bu Sumenasih)
yang
telah
dengan
semangat
bekerjasama
dalam
melaksanakan tahapan kegiatan, sehingga semua kegiatan berjalan dengan lancar. 4. Kepada masyarakat terutama supplier bahan baku yang telah dengan antusias mau bekerjasama dengan kedua mitra dengan membuat surat perjanjian kerjasama melalui MoU. 5. Kepada semua Kepala Desa/Perbekel yang juga turut serta mendukung kegiatan ini dalam membantu usaha peningkatan kesejahteraan usaha rumah tangga yang dilakukan oleh para ibu untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Hormat kami Tim Pelaksana P2M 2014 v
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pengesahan .................................................................................... ii Ringkasan ..................................................................................................... iv Prakata.......................................................................................................... v Daftar Isi....................................................................................................... vi Daftar Tabel.................................................................................................. vii Daftar Gambar .............................................................................................. viii Daftar Lampiran............................................................................................ x Bab 1. Pendahuluan ...................................................................................... 1 Bab 2 Target dan Luaran ............................................................................... 6 Bab 3. Metode Pelaksanaan........................................................................... 7 Bab 4. Kelayakan Perguruan Tinggi .............................................................. 11 Bab 5. Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 14 5.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan P2M ............................................................ 14 5.2 Pembahasan ............................................................................................ 45 Bab 6. Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 51 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 51 6.2 Saran ...................................................................................................... 51 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Permasalahan dan Langkah-Langkah Solusi atas Permasalahan.............................14 Tabel 4.1 KebutuhanMitra, Kompetensi yang diperlukan, serta Tim Pakar............................17
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta Desa Penglatan............................................................................................... 19 Gambar 2 Koordinasi Awal Mitra 1........................................................................................ 20 Gambar 3 Koordinasi Awal Mitra 2........................................................................................ 20 Gambar 4 Lokasi Kantor Desa Pedawa................................................................................... 21 Gambar 5 Penjajagan dan Pembahasan Kerja Sama di Desa Pedawa.................................... 22 Gambar 6 Penjajagan dan Pembahasan Kerja Sama di Desa Sambirenteng ......................... 22 Gambar 7 Penjajagan dan Pembahasan Kerja Sama di Desa Silangjana................................ 23 Gambar 8 Peta Desa Sudaji..................................................................................................... 24 Gambar 9 Penjajagan dan Pembahasan Kerja Sama di Desa Sudaji....................................... 25 Gambar 10 Penjajagan dan Pembahasan Kerja Sama di Desa Yeh Sumbul........................... 26 Gambar 11 Area Penanaman Jagung Desa Yeh Sumbul........................................................ 26 Gambar 12 Kulit Jagung yang Siap Dikeringkan.................................................................... 27 Gambar 13 Pembahasan MoU Bahan Baku Dodol di Desa Penglatan................................... 28 Gambar 14 Pembahasan MoU Bahan Baku Dodol di Desa Penglatan................................... 28 Gambar 15 Penandatanganan MoU Gula Aren di Desa Silangjana........................................ 29 Gambar 16 Penandatanganan MoU Gula Aren di Desa Pedawa............................................ 31 Gambar 17 Penandatanganan MoU Gula Aren di Desa Sambirenteng................................... 32 Gambar 18 Penandatanganan MoU Ketan Bali di Desa Sudaji.............................................. 33 Gambar 19 Penandatanganan MoU Kulit Jagung di Desa Yeh Sumbul................................. 35 Gambar 20 Penandatanganan MoU Kulit Jagung di Desa Yeh Sumbul................................. 35 Gambar 21 Penandatanganan MoU Bahan Baku di Desa Penglatan...................................... 37 Gambar 22 Penandatanganan MoU Bahan Baku di Desa Penglatan...................................... 38 Gambar 23 Pengenalan Tali dari Kulit Batang Pisang............................................................ 40 Gambar 24 Pengenalan Desain Label dan Ujicoba Cara Merangkai Dodol.......................... 41 Gambar 25 Pengenalan Desain Label dan Ujicoba Cara Merangkai Dodol.......................... 41 Gambar 26 Rangkaian Dodol yang Telah Direvisi................................................................. 42 viii
Gambar 27: Pelatihan Membungkus di Mitra Bu Sutarmi...................................................... 43 Gambar 28: Pelatihan Merangkai............................................................................................ 44 Gambar 29: Pelatihan Melabel................................................................................................ 44 Gambar 30: Pelatihan Pengepakan.......................................................................................... 45 Gambar 31: Pelatihan Penyusunan MoU dari Narasumber................................................... 45 Gambar 32: Peserta Pelatihan Penyusunan MoU.................................................................. 46 Gambar 33: Pelatihan Berkomunikasi dalam Membuat Kerjasama...................................... 46 Gambar 34: Pelatihan Pemasaran Online................................................................................ 47 Gambar 35: Pelatihan Pemasaran Online................................................................................ 47 Gambar 36: Pemasaran Online Program Fans Page di Facebook Mitra Bu Sutarmi............. 48 Gambar 37: Pemasaran Online Program Fans Page di Facebook Mitra Bu Sumenasih..........48 Gambar 38: Pemasaran Langsung di Toko Oleh-Oleh Sastra Harmoni................................ 49 Gambar 39: Pemasaran Langsung di Toko Oleh-Oleh Mank Honi....................................... 49 Gambar 40: Pemasaran Langsung di Toko Dewata Oleh-Oleh Khas Bali........................... 50
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Personalia Tenaga Pelaksana Berserta Kualifikasinya..................................................... 54
Lampiran 2. Artikel Ilmiah yang sudah dikirimke Jurnal Terakdreditasi (HPI).................... 56
x
BAB 1. PENDAHULUAN Dodol adalah makanan khas Indonesia yang dapat ditemui di berbagai daerah. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) definisi dodol adalah makanan yang dibuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan lain yang diijinkan. Dodol merupakan salah satu jenis produk olahan hasil pertanian yang bersifat semi basah, berwarna putih sampai cokelat, dibuat dari campuran tepung ketan, gula, dan santan (Soemaatmadja,1997). Dodol yang paling terkenal di Indonesia adalah „Dodol Garut‟ yang merupakan produksi daerah Garut, Jawa Barat. Bali, sebagai tempat tujuan wisata internasional, juga memiliki jenis penganan tradisional dodol yang oleh kebanyakan orang Bali yang beragama Hindu digunakan sebagai kelengkapan upacara agama, yaitu banten (sesajen). Dahulu, dodol dibuat hanya oleh tiap keluarga pada hari besar keagamaan saja, seperti pada Hari Raya Galungan atau Kuningan, tetapi sekarang ini dodol bisa ditemui dan dibeli sepanjang tahun, oleh karena sudah banyak terdapat usahausaha kecil di rumah tangga yang memproduksi dodol terutama oleh para ibu-ibu PKK di desa. Desa Penglatan, sebagai salah satu desa di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dengan jumlah penduduk 3.582 jiwa, mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga hasil-hasil pertanian seperti ketan, ketan hitam,, dan kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dodol. Sementara itu, sekitar 503 jiwa penduduknya yaitu ibu-ibu rumah tangga, lebih kurang 20 orang telah mengembangkan usaha dodol sebagai usaha ekonomi produktifnya untuk membantu kesejahteraan keluarga. Dodol yang mereka produksi kebanyakan baru dipasarkan secara lokal di daerahnya sendiri, yakni melalui warungnya sendiri, dan diambil oleh beberapa distributor dari kabupaten lain. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Soemaatmadja (1997) bahwa pengolahan dodol sudah dikenal masyarakat, prosesnya sederhana, murah dan banyak menyerap tenaga kerja. Dodol yang diproduksi ibu-ibu rumah tangga di Desa Penglatan memang terkenal sejak dahulu. Diakui oleh salah satu pembuat/penjual dodol yang diwawancarai, yaitu Kadek Sutarmi (28/05/13) bahwa yang bersangkutan telah memulai usaha dodolnya sejak tahun 1997. Para pembuatnya tidak hanya melayani pelanggan di Buleleng saja, tetapi juga pelanggan dari kabupaten lain, seperti dari Denpasar, Tabanan, Gianyar, dan beberapa daerah lain di Bali juga banyak memesan dodol khas Desa Penglatan ini. Meningkatnya permintaan dodol dari desa tersebut membuat industri rumahan pengolah adonan dodol mampu memproduksi hingga satu setengah ton menjelang hari raya besar. Dalam pembuatan hingga pengemasan 1
dodol tentu membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, sehingga masyarakat desa setempat memiliki tambahan lapangan pekerjaan khususnya bagi para ibu-ibu rumah tangga baik sebagai tenaga pembuat adonan dodol maupun sebagai tenaga pembungkus dodol. Salah satu pembuat dodol, lainnya, Ketut Sumenasih yang ditemui di rumahnya, Rabu (28/05/13), menuturkan dodol memang tidak bisa dipisahkan tiap merayakan hari Galungan dan Kuningan. Dalam hari raya ini warga harus memakai dodol sebagai pelangkap sarana upakara. Tidak heran jika jauh-jauh hari sebelum hari Galungan dan Kuningan, dia harus menambah kapasitas produksinya. Menjelang hari raya, per hari, Ketut Sumanasih mengolah adonan menjadi dodol rasa gula Bali (gula aren), gula pasir, hingga 1,5 kuintal. Sebelumnya, pada hari-hari biasa, dia hanya mengolah adonan dodol paling banyak 50 kilogram saja untuk dijual selama 3-7 hari. Hal senada juga diungkapkan oleh pembuat sekaligus pedagang dodol dari desa yang sama, Kadek Sutarmi (28/05/13). Sutarmi menambahkan, di tengah ramainya pesanan dodol, harga bahan baku, seperti tepung, gula aren, gula pasir, dan kelapa ikut melonjak. Untuk menyiasati kenaikan harga bahan-bahan baku, sering kali dilakukan penaikan harga jual ke masyarakat secara kondisional. Diakui oleh ibu-ibu pembuat dodol, berdasarkan hasil wawancara, bahwa masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi terkait dengan usaha mereka. Kendala utama yang sering dihadapi, yakni sulitnya mencari bahan baku seperti ketan, ketan hitam, kelapa, dan gula yang berkualitas dengan harga normal pada saat menjelang hari raya. Bahan baku yang baik menentukan kualitas dodol produksi, dengan demikian diperlukan pasokan bahan baku dengan kualitas yang terjamin. Menurut mereka, terkadang pelanggan mengeluhkan rasa dodol yang tidak seperti biasanya yang tentu berimbas pada jumlah pembelian konsumen. Terutama menjelang hari raya besar, pasokan beras ketan dan ketan hitam Bali menjadi langka dan biasanya digantikan dengan ketan Jawa yang kualitasnya kurang jika dibandingkan dengan ketan Bali. Begitu pula dengan gula aren, jika pasokan gula lokal tidak ada, maka digunakan gula dari Jawa yang juga kurang berkualitas, yang mempengaruhi rasa, tekstur dan ketahanan dodol produksi mereka. Selain itu, dalam proses pembuatan, mereka masih kewalahan dalam pengolahan kelapa menjadi santan. Dalam satu adonan, biasanya 4 kg tepung ketan harus dicampur dengan minimal 10 kg santan cair yang telah direbus. Bagi mereka, ketika pesanan melonjak, dimana mereka harus memproduksi hingga 1,5 kwintal per hari, pengolahan kelapa menjadi santan terkadang menghambat proses produksi dodol tersebut, karena mereka harus meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk memeras kelapa. Dari hasil wawancara yang dilakukan, ditemukan pula kendala lainnya dalam hal kemasan. Sampai saat ini, kemasan yang digunakan oleh para pembuat dodol yang menjadi 2
ciri khas dodol Penglatan adalah dari kulit jagung yang terkadang sulit didapatkan ketika memproduksi dalam jumlah yang besar. Tali pengikat yang digunakan untuk mengikat dodol adalah tali plastik rafia yang kurang ramah lingkungan, agak susah membukanya, dan kurang artistik. Lakoro (2002) mengatakan bahwa kemasan pada dasarnya adalah segala material yang digunakan untuk mengemas suatu benda/produk, agar dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Fungsi yang paling mendasar dari kemasan adalah mempertahankan dan melindungi isi produk, namun seiring pola perubahan perilaku konsumen dalam memandang dan memanfaatkan kemasan, fungsi kemasanpun berkembang tidak saja sebagai pelindung produk, tapi juga sebagai bagian dari daya saing pasar dan pedagang yang semakin meningkat (Lakoro, 2002). Mudra (2010) menambahkan bahwa ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu (1) untuk keamanan produk yang dipasarkan (2) untuk membedakan dengan produk pesaing, dan (3) untuk meningkatkan penjualan. Menurut Erliza dan Sutedja (1987), bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat, yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering. Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan pembaharuan kemasan dodol di Desa Pengelatan dalam kaitannya dengan perluasan pangsa pasar. Selain kemasan, tenaga kerja pembungkuspun terkadang menjadi kendala, terutama pada saat hari raya besar keagamaan. Sebagian besar ibu-ibu yang merupakan tenaga kerja pembungkus dodol kewalahan menangani banyaknya dodol yang harus mereka bungkus pada saat-saat tertentu. Untuk itu, diperlukan lebih banyak lagi tenaga terampil dalam pembungkusan dan pelabelan dodol. Ditegaskan pula oleh Kadek Sutarmi dan Ketut Sumanasih bahwa mereka memerlukan merek dagang yang dapat membedakan dodol produk mereka dengan merek lainnya. Dalam World Intellectual Property Organization (2008) disebutkan bahwa merek adalah sebuah tanda yang dapat membedakan barang dan jasa yang diproduksi dan dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan suatu produk (baik itu barang maupun jasa) yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dibedakan dari produk perusahaan lain yang serupa atau yang mirip yang dimiliki oleh pesaingnya. Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk tertentu akan membeli atau memakai kembali produk tersebut di masa yang akan datang. 3
Untuk dapat melakukan hal tersebut pemakai harus mampu membedakan dengan mudah antara produk yang asli dengan produk-produk yang identik atau yang mirip. Permasalahan lain yang dihadapi adalah masalah pemasaran. Selama ini, penjualan dodol pada saat hari raya masih didistribusikan oleh beberapa orang di beberapa kabupaten saja. Berdasarkan hasil wawancara, para distributor tersebut merupakan perorangan yang jumlah pesanannya berubah-ubah. Selain penditribusian tersebut, penjualan dodol di desa Penglatan hanya terbatas pada pemajangan produksi dodol di depan rumah dengan alas meja seadanya saja atau di warung-warung kecil milik mereka. Belum ada kerjasama dengan pedagang pasar tradisional ataupun moderen. Untuk itu, diperlukan adanya kerjasama pemasaran/MOU (Memorandum of Understanding). MOU merupakan dokumen legal yang mendeskripsikan perjanjian dua belah pihak yang berupa pernyataan sederhana yang dibagikan dan disetujui oleh kedua belah pihak (www.safecomprogram.gov). MOU ini penting sebagai pengikat kontrak antara produsen dodol dengan pedagang yang memasarkan. Selain masalah-masalah yang telah disebutkan di atas, masih terdapat beberapa kendala lainnya dalam proses produksi dan manajemen pemasaran dodol di desa Penglatan. Masalah-masalah tersebut berupa: 1) Permodalan yang terkendala, terutama bila mereka memproduksi dalam jumlah besar. Sementara ini mereka sering mengambil bahan baku dari pengepul dan berhutang bahan baku, dan setelah dodol terjual mereka baru melunasi hutangnya. 2) Cuaca yang terkadang tidak bersahabat (musim hujan) untuk proses penjemuran. Hal ini bisa membuat dodol cepat rusak (berjamur dan terasa tengik), sehingga masa berlakunya yang biasanya sampai dengan 1 bulan menjadi jauh berkurang. 3) Terbatasnya sumber daya manusia dalam proses pemerasan santan dan pengadukan adonan. Berdasarkan hasil kesepakatan dengan mitra, ada beberapa permasalahan yang sangat mendesak perlu diupayakan penyelesaiannya, agar usaha dodol dapat lebih banyak diproduksi dan dipasarkan bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional dan internasional. Masalah-masalah prioritas yang perlu segera diatasi adalah (1) pemenuhan bahan baku dengan mencarikan produsen yang terkait, (2) penentuan pemakaian kemasan agar lebih representatif dan menarik, (3) pendesainan label yang menjadi ciri khas produksi, (4) pendaftaran merek dagang, (5) tenaga kerja pembungkus dodol, dan (6) pemasaran dengan menjalin kerjasama (membuat MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online.
4
Dalam hal ini, Undiksha sebagai perguruan tinggi yang memiliki para akademisi yang berkompeten perlu turut berpartisipasi mensejahterakan rakyat, yaitu melalui program P2M yang dalam hal ini dikhususkan pada usaha membantu para ibu-ibu yang telah memiliki usaha kecil berupa produksi dodol, agar dapat meningkatkan hasil usaha dodol mereka. Dengan program P2M tersebut, usaha produksi dodol dapat diupayakan untuk memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan menjangkau konsumen yang lebih luas.
5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN Luaran yang menjadi target dari program P2M ini adalah: 1. Terdapatnya kerjasama dengan Desa Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa sebagai produsen gula aren yang dapat mensuplai bahan baku yang diperlukan untuk dodol. 2. Terdapatnya kerjasama dengan penghasil ketan dan ketan hitam Bali asli dari Desa Sudaji 3. Terdapatnya kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik. 4. Terdapatnya desain label untuk kemasan. 5. Terdaftarnya merek dagang (TDI) 6. Terdapatnya pelatihan pembungkusan dan pelabelan dodol. 7. Terdapatnya kerjasama (MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online. 8. Terdapatnya publikasi artikel ilmiah pada jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional.
6
BAB 3. METODE PELAKSANAAN Dari beberapa permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, ada beberapa permasalahan yang sangat mendesak perlu diupayakan penyelesainnya agar usaha dodol dapat lebih banyak diproduksi dan dipasarkan bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional dan internasional. Bagi para pembuat dan pedagang dodol di Desa tersebut, masalahmasalah prioritas yang perlu segera diatasi adalah (1) pemenuhan bahan baku dengan mencarikan produsen yang terkait, (2) penentuan pemakaian kemasan, agar lebih representatif dan menarik, (3) pendesainan label, (4) pendaftaran merek dagang, (5) tenaga kerja pembungkus dodol, dan (6) pemasaran dengan menjalin kerjasama (membuat MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online. Dari permasalahan yang dihadapi tersebut, maka dalam Program IbM ini, Tim Pengusul telah melakukan beberapa hal untuk membantu Kelompok Usaha Rumah Tangga Dodol di Desa Penglatan dalam mengatasi permasalahan tersebut: 1. Membantu mencarikan produsen bahan baku terutama gula aren yang berkualitas melalui penjajagan denga produsen gula aren di desa-desa yang memproduksi bahan baku tersebut, seperti di Desa Silangjana, Desa Sambirenteng, dan Desa Pedawa. 2. Menbantu mencarikan produsen ketan dan ketan hitam Bali asli dari Desa Sudaji. 3. Membantu menentukan pemakaian desain kemasan 4. Membuatkan desain label dan mencetak label 5. Mendaftarkan merek dagang (TDI) 6. Melatih mengkemas, merangkai, dan menaruh label agar produk terlihat lebih menarik dan berkualitas 7. Memberi pelatihan membuat kerjasama dengan pihak pemasar yaitu melalui pembuatan MOU atau melalui online. Adapun tahapan dari kegiatan P2M ini mengikuti alur seperti yang digambarkan pada bagan di bawah ini:
7
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen gula aren
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen/pengepul ketan
Mencarikan produsen gula aren ke desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan. Membuat Kerjasama dengan produsen gula aren ke desa desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan. Mencarikan produsen/ pengepul ketan di desa Sudaji dan Penglatan. Membuat kerjasama dengan produsen/ pengepul ketan di desa Sudaji dan Penglatan
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen/pengepul kulit jagung
Mencarikan produsen/ pengepul kulit jagung di Yeh Sumbul, Jembrana Membuat kerjasama dengan produsen/ pengepul kulit jagung di Yeh Sumbul, Jembrana
Membantu membuat desain label dagang yang menarik dan mendaftarkan merek dagang (TDI) ke KPT
Membantu membuat desain kemasan dan memberikan pelatihan pengemasan, perangkaian, pelabelan dan pengepakan dodol
Pelatihan penyusunan MoU, komunikasi, dengan pihak penjual dodol dan melakukan upaya penjualan melalui media online
Membuatkan label dagang yang menarik Mendaftarkan merek dagang ke HAKI
Mendesain kemasan yang representatif dan menarik Melatih mengemas dodol dengan menggunakan kemasan menarik
Terjalinnya kerjasama dengan produsen gula aren di desa Silangjana dan Pedawa sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan gula aren yang berkualitas
Terjalinnya kerjasama dengan produsen/ pengepul ketan sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan ketan yang berkualitas Terjalinnya kerjasama dengan produsen/ pengepul kulit jagung sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan ketan yang berkualitas
Tercipta label dan terdaftarnya merek dagang dodol Desa Penglatan Tercipta kemasan yang menarik dan terlatihnya pembuat dodol di Desa Penglatan dalam mengemas dodol dengan menggunakan kemasan tersebut
Melatih membuat MoU dan komunikas
Terciptanya MoU dengan pihak penjual dodol
Melatih melakukan pemasaran menggunakan media online
Terciptanya pemasaran menggunakan online
Bagan 3.1 Tahapan Kegiatan P2M
8
sistem dengan media
Keterkaitan antara masalah dan solusi yang ditawarkan dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3.1. Permasalah dan Solusi No
Permasalahan
Langkah-Langkah Solusi
1
Kesulitan mencari bahan baku berkualitas, seperti gula aren
Penjajagan pada produsen gula aren berkualitas di Desa Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa, 3 desa penghasil gula aren berkualitas di Kabupaten Buleleng untuk melakukan kerjasama.
2
Kesulitan mencari bahan baku berkualitas, seperti ketan dan ketan hitam Kemasan yang kurang representatif dan menarik
Penjajagan pada produsen penghasil ketan dan ketan hitam Bali asli dari Desa Sudaji.
3
Membantu menentukan desain kemasan yang lebih representatif dan menarik agar produk kelihatan lebih higienis dan bernilai jual lebih tinggi.
4
Produk belum memiliki label
Membuatkan dan Mencetak label yang tepat dan menarik.
5
Merek belum terdaftar (TDI)
Mendaftarkan merek dagang dodol di Desa Penglatan ke Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kab. Buleleng.
6
Keterampilan mengemas, merangkai dan melabel
Membantu mengadakan pelatihan membungkus, merangkai, dan melabeli dodol.
7
Pemasaran masih terbatas pada warung-warung dan pasar-pasar lokal
Memberi pelatihan membuat kerjasama dengan pihak pemasar yaitu melalui pembuatan MOU atau melalui online.
Dari cara-cara yang ditempuh di atas dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi, diharapkan kegiatan P2M Undiksha dapat membantu masyarakat pembuat dan pedagang dodol di Desa Penglatan dalam hal menjalin kerjasama dengan Desa Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa sebagai produsen gula aren yang dapat mensuplai bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan dodol, desa Sudaji, Silangjana dan desa-desa lainnya sebagai produsen ketan dan ketan hitam, membuat kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik, mendesain label untuk kemasan, mendaftarkan merek dagang, mengadakan pelatihan membungkus, merangkai, dan melabeli dodol, serta menjalin kerjasama (MOU) 9
dengan pihak pemasar langsung atau melalui online. Selain itu, diharapkan pula, pada akhir kegiatan P2M Undiksha ini, dapat dihasilkan publikasi artikel ilmiah pada jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional.
10
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Sejak tahun 2005, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Undiksha memiliki komitmen untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya dan mengembangkan SDM wilayah Kabupaten Buleleng. Lima wilayah yang telah menjadi sentra garapan LPM Undiksa adalah Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng, Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, dan Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kecamatan Sawan, dan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Selain bidang pendidikan, LPM Undiksha juga menggarap segmen lain, seperti: pertanian, industri kecil dan menengah, serta sosial, pariwisata budaya di Bali. Kelompok-kelompok tersebut mendapatkan pengetahuan teknologi, menejemen, dan budaya baru di bidang yang diperlukan. Tahun 2010 dana yang diterima Undiksha Rp. 750.000.000, 00 berasal dari 2 IbW, 1bK, dan 7 IbM. Tahun 2011: 12 IbM, 2 IbW. 1 Ibk. Tahun 2012 terus meningkat, menjadi 15 IbM, 2 IbW, 3 IbK. Peningkatan kuantitas dan kualitas P2M masih memiliki peluang yang sangat besar dalam kurun waktu lima tahun ke depan, karena masyarakat Bali masih sangat membutuhkan kerjasama dengan Undiksha pada berbagai bidang untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini, tim pengusul adalah dosen-dosen bahasa Inggris yang memiliki kualifikasi dan keahlian yang relevan dengan kegiatan yang diusulkan. Ketua pelaksana, Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. adalah dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki keahlian dalam pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu, kemampuan berkomunikasi yang ditunjang dengan pengalaman memimpin Jurusan sebagai Ketua Jurusan, membuat yang bersangkutan mampu membangun kerjasama dengan berbagai pihak dengan sangat baik. Pengalaman menjalin berbagai kerjasama jurusan dengan pihak luar, termasuk pihak asing, akan membantu dalam penjalinan kerjasama dengan penyedia bahan baku serta pihak penjual langsung terkait dengan kegiatan P2M yang dirancang ini. Selain itu, kepakaran dari anggota tim pelaksana 1, I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd., yang merupakan dosen Pendidikan Seni Rupa juga sangat membantu kegiatan ini khususnya yang berkaitan dengan desain kemasan, rangkaian dan label produk yang artistik dan bernilai jual lebih tinggi. Selain itu, yang bersangkutan menggeluti bidang seni kria yang dapat membantu melatih keterampilan masyarakat desa setempat dalam pembungkusan, perangkaian, dan pelabelan dodol.
11
Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa tim pelaksana kegiatan P2M ini memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sangat relevan dan memadai untuk melaksanakan kegiatan yang diusulkan. Dengan kualifikasi dan pengalaman tersebut, tim pelaksana dapat bekerjasama dengan baik, memadukan semua pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk menyukseskan kegiatan P2M ini. Tabel 4.1 Kebutuhan Mitra, Kompetensi yang diperlukan, serta Tim Pakar No.
Kebutuhan Mitra
Kompetensi yang diperlukan
Nama Tim Pakar
1
Mendapatkan bahan baku yang diperlukan, terutama gula aren yang baik dan berkualitas
Mampu melakukan penjajagan pada produsen gula aren yang baik dan berkualitas di Desa Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa, 3 desa penghasil gula aren berkualitas di Kabupaten Buleleng untuk melakukan kerjasama.
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
2
Mendapatkan bahan baku yang diperlukan, terutama ketan dan ketan hitam yang baik dan berkualitas
Mampu melakukan penjajagan pada produsen ketan dan ketan hitam yang baik dan berkualitas di Desa Sudaji, Silangjana dan dan desa-desa lainnya untuk melakukan kerjasama.
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
3
Memiliki kemasan produk yang lebih representatif dan menarik agar produk kelihatan lebih higienis
Mampu menentukan desain kemasan yang lebih representatif dan menarik agar produk kelihatan lebih higienis dan bernilai jual lebih tinggi
I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd.
4
Memiliki label untuk Mampu membuatkan dan memberikan Mencetak label yang tepat penjelasan pada dan menarik produk
12
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
5
Memiliki merek Mampu mendaftarkan dagang yang terdaftar
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
6
Memiliki kemampuan Mampu Melakukan pelatihan mengkemas dan mengkemas dan memberikan memberikan label label agar produk lebih menarik dan berkualitas
I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd.
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
7
Adanya pemasaran 1) Mampu memberi pelatihan membuat dengan jangkauan kerjasama MOU yang lebih luas. 2) Mampu membuat pemasaran secara online
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd.
13
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan P2M Berdasarkan uraian target luaran pada bagian terdahulu, terdapat delapan macam luaran yang menjadi target dalam kegiatan P2M ini. Adapun hasil-hasil P2M yang dapat dilaporkan sebagai laporan kemajuan dari kegiatan yang baru berjalan lebih kurang satu bulan setelah kontrak ditandatangani, yaitu pada tanggal 19 Mei 2014, adalah sebagai berikut: Kegiatan diawali dengan memberitahu kedua mitra yang berlokasi di Desa Penglatan pada tanggal 27 Mei 2014 bahwa pelaksanaan program kegiatan IBM akan segera dilaksanakan oleh karena adanya bantuan dana dari pemerintah untuk menyelenggarakan IBM. Mereka juga dijelaskan tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan. Luaran kegiatan dapat dilihat pada bukti dokumentasi berikut:
Gambar 1: Peta lokasi Desa Penglatan tempat kedua mitra melaksanakan usaha
14
Gambar 2: Koordinasi Awal Pelaksanaan IBM 2014 dengan Mitra 1
Gambar 3: Koordinasi Awal Pelaksanaan IBM 2014 dengan Mitra 2
Kegiatan berikut adalah penjajakan awal kepada produsen sekaligus penjual gula aren yang berlokasi di Desa Silangjana yang dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2014, di Desa 15
Samirenteng yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2014, dan di Desa Pedawa yang dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2014 untuk pembahasan pembuatan kerja sama (MoU) dengan pembuat dan penjual dodol di Desa Penglatan. Kegiatan ini disambut baik masingmasing produsen gula aren di masing-masing desa tersebut, yaitu Bapak Nyoman Susila dari desa Silangjana, Bapak Nyoman Winasa dari Desa Samirenteng, dan Ibu Nengah Seriani dari Desa Pedawa. Dari penjelasan Bapak Nyoman Susila selama ini dia langsung menjual gula arennya ke pasar Anyar di Kota Singaraja. Sementara Bapak Nyoman Winasa menyatakan bahwa sudah ada pelanggan yang langsung datang mencari gula aren di desanya yang berasal dari Penglatan. Berikut, Ibu Nengah Seriani dari Desa Pedawa menyatakan bahwa belum ada pihak pembuat dodol dari Penglatan yang langsung membeli gula Pedawa. Dengan adanya kerjasama ini, mereka menyadari bahwa mereka dapat memasarkan produksinya secara lebih luas khususnya kepada ibu-ibu pembuat dan penjual dodol di Desa Penglatan manakala usaha dodol mereka sudah semakin berkembang, sehingga mereka mendapatkan imbas berupa pemasaran gula aren yang semakin luas. Foto-foto dokumentasi kegiatan terkait penjajakan dengan produsen gula aren di tiga desa tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 4: Lokasi Kantor Desa Pedawa sebagai Tempat Produsen dan Pengepul Gula Aren
16
Gambar 5: Penjajakan dan Pembahasan Kerjasama dengan Produsen dan Pengepul Gula Aren di Desa Pedawa dimediasi Bapak Perbekel Desa Pedawa
Gambar 6: Penjajagan dan Pembahasan MoU Pengepul Gula Aren di Desa Samirenteng
17
Gambar 7: Penjajagan dan Pembahasan MoU Pengepul Gula Aren di Desa Silangjana
Penjajakan berikutnya dilakukan kepada produsen ketan Bali di Desa Sudaji. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014. Pada awal kegiatan tim pelaksana langsung menuju ke kantor Kepala Desa Sudaji. Bapak Kepala Desasangat menyambut baik kegiatan ini, dan bahkan beliau ingin mengembangkan penanaman ketan Bali di desanya yang sudah mulai berkurang oleh karena banyaknya pasokan dari Jawa. Selanjutnya beliau mendatangkan salah satu penduduk yang memiliki slip padi sebagai pengepul ketan untuk membahas maksud dan tujuan dari kedatangan tim pelaksana P2M Undiksha. Bapak Ketut Saputra sangat antusias dengan kegiatan ini dan berjanji membantu untuk penyiapan dan pemasokan ketan Bali bilamana ada masa panen padi ketan yang menjadi bahan utama pembuatan dodol. Berikut adalah foto dokumentasi kegiatan penjajakan yang difasilitasi oleh bapak Kepala Desa Sudaji.
18
Gambar 8: Peta Lokasi Desa Sudaji Tempat Produsen dan Pengepul Ketan Bali
19
Gambar 9:Menyampaikan Surat Tugas dari Undiksha terkait dengan Penjajakan dan Pembahasan Kerjasama Suplai Ketan Bali di Desa Sudaji
Penjajakan selanjutnya dilakukan pada tanggal 8 Juni 2014 yaitu dengan petani jagung di Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Bapak I Gede Gunada Wirawan yang menjadi petani sekaligus kelian dusun di Desa Yeh Sumbul sangat antusias untuk membantu memasok kulit jagung sebagai pembungkus alami dari dodol Penglatan.
20
Gambar 10: Penjajakan dengan petani jagung sebagai produsen kulit jagung di Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana.
Gambar 11: Area penanaman jagung di Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana
21
Gamabr 12: Kulit Jagung yang Siap untuk Dikeringkan
Penjajakan untuk pembahasan kerjasama melalui MoU juga dilakukan kepada dua pengepul bahan baku pembuatan dodol seperti ketan dan gula aren di Desa Penglatan, yaitu Ibu Nengah Sumanti dan Ibu Nyoman Supeni, agar dapat membantu baik Ibu Sutarmi dan Ibu Sumanasih dalam mensuplai bahan baku pembuatan dodol secara terus menerus. Kedua pengepul dan pemasok tersebut menyatakan sangat mendukung usaha pembuatan dodol oleh para ibu-ibu di desanya, sehingga mereka terkadang memberikan peluang kepada ibu-ibu pembuat dodol untuk mengambil saja dulu bahan baku yang diperlukan dan membayarnya ketika dodolnya sudah laku. Berikut adalah foto dokumentasi penjajakan pembahasan kerjasama dalam bentuk pembuatan MoU untuk mensuplai bahan baku baik berupa gula aren dan ketan.
22
Gambar 13: Pembahasan MoU Suplai Gula Aren dan Ketan dengan Ibu Nengah Sumanti di Desa Penglatan
Gambar 14: Pembahasan MoU Suplai Gula Aren dan Ketan dengan Ibu Nyoman Supeni di Desa Penglatan Dengan adanya respon positif dari semua pihak sebagai produsen dan pengepul gula aren di Desa Silangjana, Desa Samirenteng, Desa Pedawa, produsen dan pengepul ketan Bali 23
di Desa Sudaji, dan pengepul gula aren dan ketan Bali di Desa Penglatan, dan produsen kulit jagung di Desa Yeh Sumbul, Jembrana, maka kegiatan ditindaklanjuti yakni pembahasan dan penandatangan MoU yang yang dimediasi oleh Tim pelaksana kegiatan P2M dan Bapak Perbekel di masing-masing desa. Hal ini dilaksanakan oleh karena kedua mitra memberikan kepercayaan penuh kepada pihak akademisi kampus untuk membuatkan MoU bagi usahanya. Kegiatan penandatangan MoU dengan Bapak Nyoman Susila berlangsung pada tanggal 10 Juni 2014 di rumahnya. Di bawah ini foto kegiatan dan MoU yang telah ditandatangani.
Gambar 15: Penandatanganan MoU Suplai Gula Aren dengan Bapak Nyoman Susila di Desa Silangjana
24
Selanjutnya penandatangan MoU terkait dengan kerjasama penyediaan gula aren dengan Ibu Nengah Seriani dilakukan pada tanggal 12 Juni 2014 dengan bukti Foto dan Mou sebagai berikut:
25
Gambar 16: Penandatanganan MoU Suplai Gula Aren dengan Ibu Nengah Seriani di Desa Pedawa
26
Pembahasan dan penandatangan Mou dengan pengepul gula aren di Desa Samirenteng juga telah dilakukan dengan Bapak Nyoman Winasa. Dengan bukti sebagai berikut:
Gambar 17: Penandatangan MoU dengan Bapak Nyoman Winasa di Desa Sambirenteng 27
Pembahasan dan penandatangan MoU dengan Bapak Ketut Saputra sebagai pemilik slip dan pengepul ketan di Desa Sudaji dilakukan pada tanggal 13 Juni 2014 di Kantor Kepala Desa Sudaji. Berikut adalah sertifikat MoU dan bukti dokumentasi kegiatan.
Gambar 18: Penandatanganan MoU Produsen dan Pengepul Ketan Bali di Desa Sudaji 28
29
Selanjutnya, kegiatan pembahasan dan penandatanganan MoU dengan petani jagung yang menjual kulit jagung yaitu Bapak I Gede Gunada Wirawan dilakukan di Kantor Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana pada tanggal 15 Juni 2014. Adapun sertifikat MoU dan foto dokumentasi kegiatan adalah sebagai berikut:
Gambar 19: Pembahasan pembuatan MoU dengan Petani Jagung dimediasi Bapak Perbekel Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana
Gambar 20: Mencermati isi MoU sebelum penandatanganan dengan petani jagung Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana
30
Kegiatan pembahasan dan penandatangan MoU dengan pemasok gula aren dan ketan Bali di Desa Penglatan bersama Ibu Nengah Sumanti dilakukan di rumah beliau yang juga menjadi tempat distribusi bahan baku dan Ibu Nyoman Supeni dilakukan di toko beliau yang berlokasi di depan rumahnya. Berikut adalah sertifikat MoU dan bukti foto dokumentasi kegiatan tersebut. 31
Gambar 21: Penandatangan MoU dengan pengepul bahan baku di Desa Penglatan
32
Gambar 22: Penandatanganan MoU dengan pengepul bahan baku di Desa Penglatan
Demikian dapat dilaporkan pada laporan kemajuan terkait dengan IbM Kelompok Usaha Rumah Tangga Dodol di Desa Penglatan, Kabupaten Buleleng. Dapat disimpulkan bahwa selama lebih kurang satu setengah bulan yakni sejak ditandatangi kontrak perjanjian 33
kerja antara Tim Pelaksana Kegiatan P2M dengan Ketua LPM Undiksha, Tim Pelaksana langsung turun ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah disusun, ditindaklanjuti berupa Surat Tugas melaksanakan Kegiatan dari Ketua LPM Undiksha. Selain kegiatan tersebut di atas, tim pelaksana juga telah berhasil mendesain kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik yaitu dengan tetap menggunakan kemasan utama kulit jagung. Yang diubah dalam kemasan adalah tali pengikat dodol yang bisanya menggunakan tali sintetik plastik (tali rafiah) diganti dengan bahan yang alami yaitu dari batang pisang yang dikeringkan. Setelah kering, batang pisang bagian luar tersebut disuir-suir lalu dililit menjadi tali yang sangat kuat. Keuntungan yang didapat dari pemanfaatan tali dari batang pisang adalah mudah mendapatkan, karena di desa biasanya batang pisang yang hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak babi, juga bisa dimanfaatkan dalam membungkus dodol. Selain manfaat tersebut, dodol yang biasanya diikat dengan tali plastik (tali rafiah) kelihatan tidak rapi, kurang menarik, dan kurang higienis. Dengan kemasan yang lebih alami, yakni memanfaatkan bahan baku yang alami yaitu kulit jagung dan batang pisang, kemasan dodol secara keseluruhan menjadi lebih alami dan menarik. Setelah mencermati perangkaian yang menggunakan tali dari batang pisang kurang kuat setelah proses penjemuran dodol dan ketika penghandelan waktu pengepakan menjadi cepat putus, maka hasil pembahasan antara pihak mitra dengan tim pelaksana memutuskan mengganti tali untuk rangkaian dengan menggunakan benang nilon agar penghandelan ketika pengepakan dan pemasaran lebih kuat. Disamping itu tim pelaksana juga sudah berhasil mendesain dua jenis label kemasan untuk masing-masing usaha dagang, yaitu usaha dodol Penglatan Bu Sutarmi, dan usaha dodol Penglatan Bu Sumenasih dengan menggunakan bahan baku bambu yang ditempeli label merek dagang. Bambu yang berisi label merek dagang ditaruh di bagian atas rangkaian. Jumlah rangkaian dodol adalah 11 biji dodol, yang dirangkai 10 berjejer, dan 1 di bagian bawah sebagai asesori untuk mempercantik rangkaian. Di bagian tengah diberikan label untuk masa produksi dodol (production date) dan masa berlaku (expired date). Hal ini bermanfaat bagi konsumen untuk mengetahui masa konsumsi dodol. Di bagian bawah juga diberikan label identitas Bali, yang memberikan aksen bahwa produk ini adalah asli buatan Bali yang menjadi ikon pariwisata Indonesia. Dengan merangkai dodol seperti itu, tampilan dodol menjadi lebih menarik dan lebih cantik serta mudah dipajang dengan menggantung, dengan demikian hanya memerlukan sedikit tempat pajangan. Keuntungan lain dari tampilan dodol dalam rangkaian seperti itu menjadikan dodol lebih lama bertahan karena bisa secara 34
terus menerus diangin-anginkan. Dodol yang kurang mendapat sinar dan angin akan menjadi mudah rusak dan berbau tengik, oleh karena itulah tim pelaksana berusaha keras untuk menciptakan tampilan dodol yang tidak hanya terlihat cantik dan menarik tetapi juga menjaga mutu dodol agar tetap berkualitas baik dalam waktu yang lebih lama. Berikut adalah foto-foto dokumentasi dari kemasan dodol dengan kulit jagung, tali dari batang pisang kering, dan label dari bambu yang telah dicobakan kepada kedua mitra.
Gambar 23: Pengenalan tali dari kulit batang pisang yang sudah dikeringkan
35
Gambar 24: Pengenalan Desain Label dan Ujicoba Cara Merangkai dodol
Gambar 25: Pengenalan Desain Label dan Ujicoba Cara Merangkai dodol
36
Gambar 26: Rangkaian dodol setelah direvisi tali rangkaian menggunakan benang nilon
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah pelatihan-pelatihan. Pelatihan pertama adalah pelatihan pengemasan, perangkaian dan pelabelan bersama ibu-ibu yang bekerja di kedua mitra pembuat dodol. Dapat dilaporkan bahwa dengan adanya pelatihan yang disediakan oleh tim pelaksana para ibu-ibu memiliki keterampilan tambahan dalam mengemas, merangkai dan melabel dodol untuk oleh-oleh wisata. Di bawah ini adalah bukti foto-foto kegiatan pelatihan tersebut.
37
Gambar 27: Pelatihan Membungkus di Mitra Bu Sutarmi
Gambar 27: Pelatihan Membungkus di Mitra Bu Sumenasih Selain membungkus, pelatihan juga dilanjutkan dengan kegiatan belajar merangkai dengan rangkaian yang baru agar dodol memiliki tampilan yang menarik sebagai oleh-oleh tradisional Bali. Di bawah ini adalah bukti-bukti kegiatan tersebut.
38
Gambar 28: Pelatihan Merangkai
Gambar 29: Pelatihan Melabel
39
Gambar 30: Pelatihan Pengepakan
Selanjutnya, pelatihan yang kedua adalah pelatihan penyusunan Mou dengan berbagai pihak terkait baik itu dengan produsen bahan baku dan pemasar langsung. Selanjutnya juga diberikan pelatihan berkomunikasi dengan pihak terkait dalam rangka membangun kerjasama dengan produsen bahan baku dan pemasar langsung. Di bawah ini adalah bukti dari kegiatan pelatihan tersebut.
Gambar 31: Pelatihan Penyusunan MoU dari Narasumber
40
Gambar 32: Peserta Pelatihan Penyusunan MoU
Gambar 33: Pelatihan Berkomunikasi dalam Membuat Kerjasama Kegiatan pelatihan terakhir adalah pelatihan pemasaran online yang perlu diberikan kepada kedua mitra bersama ibu-ibu yang difasilitasi oleh narasumber dan dibantu oleh mahasiswa. Hal ini perlu dilatihkan untuk mengenalkan produk pada jaringan yang lebih luas, sehingga produk dodol dapat dipasarkan pada pasar yang lebih luas baik lokal, nasional dan internasional.Di bawah ini adalah bukti kegiatan tersebut. 41
Gambar 34: Pelatihan Pemasaran Online
Gambar 35: Pelatihan Pemasaran Online Berikut adalah hasil dari pelatihan pemasaran Online dalam bentuk Fans Page pada Facebook.
42
Gambar 36: Pemasaran Online Program Fans Page di Facebook Mitra Bu Sutarmi
Gambar 37: Pemasaran Online Program Fans Page di Facebook Mitra Bu Sumenasih
Selain pemasaran online yang telah diupayakan melalui program Fans Page di Facebook, pemasaran langsung dengan kerjasama melalui MoU juga telah dilakukan dengan pemiliki beberapa toko oleh-oleh khas Bali. Di bawah ini adalah bukti kegiatan tersebut.
43
Gambar 38: Pemasaran Langsung di Toko Oleh-Oleh Sastra Harmoni, Luwus Tabanan
Gambar 39: Pemasaran Langsung di Toko Oleh-Oleh Mank Honi Luwus, Tabanan
44
Gambar 40: Pemasaran Langsung di Toko Dewata Oleh-Oleh Khas Bali, Kertalangu, Kesiman, Denpasar Timur
5.2 Pembahasan Dari semua hasil pelaksanan kegiatan P2M yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu dibahas sebagai berikut. Sesuai dengan penjelasan pada target dan luaran yang menjadi perencanaan dari kegiatan P2M ini, terdapat delapan jenis target dan luaran yang direncanakan. Kedelapan target dan luaran tersebut sudah dapat dicapai oleh tim pelaksana. Kedelapan target dan luaran tersebut adalah (1) Terdapatnya kerjasama dengan Desa Silangjana, Desa Sambirenteng, dan Desa Pedawa sebagai produsen gula aren yang dapat mensuplai bahan baku yang diperlukan untuk dodol, (2) Terdapatnya kerjasama dengan penghasil ketan dan ketan hitam Bali dari Desa Sudaji, (3) Terdapatnya kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik, (4) Terdapatnya desain label untuk kemasan yang lebih representatif dan menarik,(5) Terdapatnya merek dagang (TDI), (6) Tercapainya peningkatan keterampilan ibu-ibu dalam pembungkusan dan pelabelan dodol, (7) Terdapatnya kerjasama (MOU) dengan pihak pemasar langsung atau melalui online, dan (8) Terdapatnya artikel ilmiah yang sudah dikirim pada jurnal terakreditasi nasional (HPI). 45
Pembuatan dan penjualan dodol yang menjadi usaha rumah tangga para ibuibu di Desa Penglatan hendaknya bisa dibantu oleh para akademisi. Upaya dari pihak akademisi Undiksha adalah menjadikan produk dodol mereka bukan hanya sebagai penganan yang digunakan untuk sesajen pada hari-hari raya bagi umat Hindu, tetapi berusaha meluaskan usaha tersebut menjadi oleh-oleh khas Bali baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Untuk mencapai target pangsa pasar yang lebih luas, perlu diupayakan peningkatan kualitas produk melalui pembuatan kerjasama dengan berbagai pihak terkait, kususnya produsen dan pengepul bahan baku utama untuk membuat dodol. Adapun berbagai tagetl dan luaran yang telah berhasil dikerjakan oleh Tim Pelaksana P2M ini adalah pembuatan kerjasama dalam bentuk MoU dengan beberapa produsen dan pengepul gula aren dan ketan Bali yang ada di Desa Penglatan dan desa-desa lain yang memproduksi bahan-bahan baku terkait untuk memperluas jangkauan penyediaan bahan bila produsen dan pengepul bahan baku yang ada di Desa Penglatan kesulitan penyediaan bahan baku. Hal ini diupayakan sedemikian rupa agar produk yang memang memiliki potensi bisa dikembangkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan memerlukan pasokan yang banyak dari deda-desa di sekitarnya. Sesuai dengan pendapat Maddy (2009), kerjasama yang baik dari dua pihak yang bekerjasama merupakan kunci kesuksesan usaha. Kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Untuk itulah kerjasama yang dibuat berupa MoU, yang dijelaskan sebagai sertifikat yang merupakan dokumen legal yang mendeskripsikan perjanjian dua belah pihak yang berupa pernyataan sederhana yang dibagikan dan disetujui oleh kedua belah pihak (Department of Homeland Security, 2013). MoU ini adalah dokumen penting sebagai pengikat kontrak kerjasama antara produsen dan pengepul dari luar desa Penglatan, seperti Desa Silangjana, Desa Pedawa, Desa Sambirenteng dalam membantu penyediaan gula aren yang berkualitas. Untuk penyediaan ketan Bali, kerjasama dilakukan dengan produsen dan pengepul beras dan ketan Bali dari Desa Sudaji. Sementara penyediaan kulit jagung yang menjadi pembungkus dodol dibantu pasokannya dari produsen dan pengepul kulit jagung dari Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Disamping itu, kerjasamayang diikat melalui MoU juga dilakukan dengan pihak pemasar,dalam hal ini adalah beberapa pemilikitoko oleh-oleh khas Bali.
46
Melalui kerjasama berupa MoU yang telah difasilitasi oleh pihak akademisi Undiksha yang dimediasi oleh para perbekel di Desa masing-masing, masyarakat yang mampu menyediakan bahan baku terkait dengan usaha dodol diberikan jalan untuk saling bekerjasama meningkatkan pemasaran barang yang mereka miliki, sehingga dengan cara tersebut kelanjutan dari usaha rumah tangga bisa terbantu dengan penyediaan bahan baku yang secara terus menerus bisa diadakan untuk menjamin kelangsungan dan keberlanjutan dari usaha tersebut. Disamping itu, masyarakat yang memasok bahan baku juga bisa mendapat imbas berupa peningkatan penjualan, sehingga secara ekonomi dapat dikatakan bahwa dengan adanya kerjasama ini baik pembuat dan penjual dodol dan para produsen dan pengepul bahan baku dapat meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan, maka dapat dikatakan bahwa kesejahteraan masyarakat juga diharapkan dapat meningkat melalui usaha dodol yang diupayakan pemasarannya untuk merambah pasar yang lebih luas baik nasional maupun internasional. Selain pembuatan kerjasama berupa MoU, Tim Pelaksana Kegiatan P2M juga membantu pembuat dan penjual dodol dalam membuat kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik dengan desain labe yang juga menarik sebagai merek dagang mereka. Kemasan dasar dari dodol dari Desa Penglatan adalah kulit jagung. Kulit jagung yang merupakan bahan alami sangat cocok dan tepat untuk dipertahankan pemanfaatannya dalam mengkemas dodol. Hanya saja, yang diupayakan perbaikannya oleh tim pelaksanaP2M Undikksha adalah tali yang menjadi pengikat dodol. Tali pengikat dodol yang awalnya biasa digunakan ibu-ibu adalah tali sintetik plastik (tali rafiah) yang secara umum memang harganya murah di pasaran dan mudah didapatkan, namun tampilan dodol kelihatan tidak rapi, tidak menarik, kurang higienis, dan bahkan terlihat kualitasnya rendahan (low quality assurance) bila ingin dipasarkan kepada para wisatawan baik domestik maupun internasional. Para wisatawan asing akan lebih senang pada produk yang unik menarik namun tetap alami dengan tetap mengacu pada standar mutu makanan yang higienis. Untuk itulah maka pihak akademisi Undiksha membantu para ibu-ibu untuk mencarikan solusi terkait dengan tampilan kemasan dodol yang lebih representatif dan menarik dengan tetap mempertahanan kealamian tampilan produk. Cara yang berhasil diupayakan oleh Tim Pelaksana P2M ini adalah melalui pemanfaatan batang pisang yang dikeringkan dan setelah kering disuir-suir lalu dipilin-pilin menjadi tali pengikat dodol yang kuat. Selain sebagai pengikat dodol perbiji, tali dari batang pisang juga digunakan untuk 47
merangkai dodol dalam sebuah rangkaian yang terdiri atas 11 buah dodol. Dengan membuat tampilan dodol dalam rangkaian, ada 4 keuntungan yang didapatkan yaitu (1) tampilan dodol menjadi unik, menarik serta lebih representatif, (2) rangkaian dodol yang bisa digantung membuat dodol bisa bertahan lebih lama karena posisi digantung membuat dodol dapat secara terus menerus diangin-anginkan, (3) rangkaian dodol tersebut tidak memerlukan ruang yang luas untuk memajang pada etalase penjualan, karena bisa hanya digantung pada tiang-tiang etalase, dan (4) rangkaian dodol yang hanya berisi 11 buah menjadikan harga dodol lebih murah (+ Rp.15.000), Dengan tampilan yang unik, menarik dan cantik dan harga lebih murah, maka siswa yang berwisata (SD, SMP, dan SMA) dapat menjadikan penganan dodol yang murah sebagai oleh-oleh pulang dari berwisata. Temuan ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Mudra (2010) bahwa fungsi pengemasan adalah bukan hanya untuk keamanan produk yang dipasarkan, tetapi juga untuk membedakan dengan produk pesaing, dan meningkatkan penjualan. Dengan demikian, kemasan yang baik dan inovatif pada dodol Penglatan, bukan hanya untuk pengamanan produk yang dipasarkan, tetapi yang lebih penting adalah untuk membedakan dengan produk orang lain serta untuk meningkatkan penjualan. Penjualan bisa ditingkatkan bila kemasan ditampilkan secara menarik, sehingga dapat mendorong konsumen untuk membeli. Senada dengan Erliza dan Sutedja (1987), kemasan harus mempunyai syarat-syarat, yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam
mengeluarkan isi, kemudahan
pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Untuk menjamin hal itu, maka kemasan dodol diupayakan untuk menggunakan bahan langsung dari alam untuk menghindari toksik dari bahan sintetis, yaitu dengan tetap mempertahankan kulit jagung tetapi tali pengikat dodol diubah dengan tali dari batang pisang yang dipakai untuk membungkus dan untuk membuta rangkaian dodo llebih kuat tali batang pisang diubah menjadi tali benang nilon sehingga tampil cantik dan menarik dengan tetap mempertahankan higienis makanan. Menurut Thalib (2011), penggunaan kemasan yang baik dan tepat dapat menjaga dan menghambat kerusakan produk yang diakibatkan oleh mikroba, senyawa kimiawi, dan kerusakan fisik. 48
Desain label yang menjadi bagian penting dari tampilan keseluruhan kemasan dodol juga perlu dibuatkan. Dua mitra IBM ini, yaitu Ibu Sutarmi dan Ibu Sumenasih belum memiliki desain label, karena usaha dodol mereka baru awalnya hanya ditargetkan untuk masyarakat lokal saja sebagai penganan untuk sesajen pada hari raya. Label adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan menimbulkan arti psikologis, merek juga merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual, secara konvensional. Suatu merek dagang adalah tanda pembeda yang mengidentifikasikan barang atau jasa tertentu dihasilkan oleh seseorang atau suatu perusahaan (Institut Teknologi Bandung, 2014). Menurut UU no 15 tahun 2001: Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Desain label pada dodol Penglatan untuk kedua mitra, adalah label yang dibuat dengan menggunakan materi bambu dan label berisi nama usaha dagang, yang memiliki ciri khusus yang menjadi pembeda produk mereka dengan produk lainnya. Setelah label dibuat, tim pelaksana lalu membahas desain tersebut kepada kedua mitra. Dalam pembahasan dari contoh desain label, kedua mitra memberikan masukan yang sangat berharga yakni perlu adanya identitas pada label, bukan hanya “Dodol Penglatan Bu Sutarmi” dan “Dodol Penglatan Bu Sumenasih”, tetpi menambahkan kata Bali dan memberikan ciri khas Bali pada label, yakni berupa desain gambar bunga Kamboja atau Penari Bali. Masukan ini dinilai sangat bagus untuk membuat tampilan desain label lebih menarik dan representatif yakni menunjukkan kekhasan Bali. Selanjutnya, kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilakukan seperti pelatihan pengemasan, perangkaian, pelabelan, dan pengepakan, pelatihan penyusunan MoU, berkomunikasi dengan pihak terkait baik itu dengan produsen, pengepul dan pemilikik toko untuk pemasaran langsung, dan pelatihan pemasaran online perlu diberikan. Menurut Marzuki (dalam Farianto,2012), pelatihan adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelatihan adalah saat kejadian pembelajaran yang dirancang sistematik dan relatif dalam lingkungan pekerjaan (Dunnette, dalam Farianto, 2012). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berbagai pelatihan yang diikuti oleh ibu-ibu ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap para ibu-ibu sebagai pembuat dan penjual
49
dodol Penglatan dalam usaha meningkatkan jumlah produksi dodol mereka, sehingga secara ekonomi dapat memberikan peningkatan nilai pendapatan keluarga. Kesuksesan sebuah produk dapat dilihat pada pemasaran. Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat krusial dalam sebuah usaha. Karim (2012) dengan tegas mengungkapkan bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha untuk mengembangkan usahanya dan mendapatkan laba dari penjulan barang dan jasa, yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli dan juga dapat memberikan kepuasan. Perluasan pemasaran langsung ke toko atau outlet oleh-oleh memberikan peluang bagi kedua mitra, agar produk dodol yang dihasilkan dengan kemasan yang lebih menarik dan representatif dan dengan label yang juga didesain dengan lebih menarik dan unik dan memiliki kekhasan ke-Bali-an membuat dodol Penglatan lebih terkenal di antara para wisatawan domestik dan internasional, yang akan berdampak pada peningkatan usaha dodol itu sendiri. Begitu pula dengan pemasaran online diharapkan dodol dapat dipasarkan secara lebih luas yang dapat mencapai pangsa pasar secara global, sehingga dodol Penglatan bisa menjadi produk lokal yang mendunia.
50
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan P2M ini adalah: 1) Pelaksanaan kerjasama dalam pensupaian bahan baku dodol yaitu gula aren sudah berhasil dilaksanakan dengan produsen dan pengepul gula aren di Desa Silangjana, Pedawa, Samirenteng,dan Penglatan dengan bukti berupa MoU. 2) Pelaksanaan kerjasama dalam pensupaian bahan baku dodol yaitu ketan Bali sudah berhasil dilaksanakan dengan produsen dan pengepul ketan di Desa Sudaji dan Penglatan dengan bukti berupa MoU. 3) Pelaksanaan kerjasama dalam pensupaian bahan pembungkus dodol yaitu kulit jagung sudah berhasil dilaksanakan dengan produsen dan pengepul kulit jagung di Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana dengan bukti berupa MoU. 4) Adanya kemasan dengan pemanfaatan kulit jagung dan tali dari batang pisang untuk pengikat dodol, dan tali pengikat rangkaian dengan benang nilon untuk membuat kemasan dodol lebih menarik dan representatif. 5) Adanya desain label yang menarik dan berciri khas pembuatnya dengan tampilan kekhasan Bali dapat mempromosikan usaha dagang agar dikenal oleh masyarakat khusunya dalam pemasaran pada tamu domestik dan internasional. 6) Adanya merek dagang industri (TDI) yang sudah terdaftar di KPT Kab Buleleng. 7) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan para ibu-ibu dalam mengemas, merangkai,melabel, dan mengepak dodol untuk pemasaran langsung dan pemasaran online. 8) Adanya artikel ilmiah yang sudah terkirim ke jurnal terakreditasi nasional (jurnal HPI).
6.2 Saran Hal-hal yang dapat disarankan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1) Kepada para ibu-ibu pembuat dan penjual dodol, disarankan agar kerjasama yang telah dibuat berupa MoU dapat dijalankan secara terus menerus terutama bila usahanya semakin lancar dan meluas. 2) Kepada para ibu-ibu disarankan agar desain kemasan seperti kulit jagung yang telah sejak lama digunakan lebih diperhatikan kualitas kulit jagung yang dipakai serta tali pengikat yang telah diupayakan oleh tim pelaksana P2M dapat secara terus menerus digunakan pemanfaatannya agar tampilan dodol menjadi tetap alami. Memang diakui 51
membuat tali dari batang pisang memerlukan proses penjemuran, sehingga menjadi lebih lama, tetapi satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah penyiapan tali bisa dilakukan secara lebih dini karena mereka tidak perlu membeli batang pisang. Dengan penggunaan batang pisang sebagai pasca panen pisang, para ibu-ibu dapat memanfaatkan bahan sisa menjadi bahan yang bermanfaat yakni bukan hanya sebagai pakan ternak babi, tetapi juga sebagai tali pengikat dan perangkai dodol. 3) Desain label yang sudah diciptakan untuk membantu para ibu-ibu untuk mengidentifikasikan usaha dagangnya hendaknya dapat dijadikan merek dagang secara terus menerus khusunya untuk mempromosikan merek dagang mereka. Dengan memiliki merek dagang, maka usaha dodol mereka diharapkan dapat semakin berkembang karena sudah dapat dikenali oleh mayarakat luas sebagai pangsa pasar baik untuk masyarakat lokal, wisatawan domestik dan manca negara.
DAFTAR PUSTAKA Breemer, R., dkk. 2010. Pengaruh Konsentrasi Tepung Beras Ketan terhadap Mutu Dodol Pala. Jurnal Budidaya Pertanian, 6(1): 17-20. Chem, B. 2014. Makalah Pembuatan Dodol. Diakses dari http://buyungchem.wordpress.com/about/makalah-pembuatan-dodol/ (tanggal 9 Juli 2014). Erliza & Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan TIP. IPB. Bogor. Farianto, A. 2012. Pelatihan dan Pengembangan SDM. Diakses dari http://agoesfarianto.blogspot. com/ 2012/03/pelatihan-dan-pengembangan-sdm.html Institut Teknologi Bandung. 2014. Apakah merek dagang itu?. Diakses dari http://www.lp.itb.ac.id/product/ KM%20HKI/merek.html. (Tanggal 9 Juli 2014) Kamar Dagang dan Industri Indonesia. 2008. Membuat Sebuah Merek: Pengantar Merek untuk Usaha Kecil dan Menengah. World Intellectual Property Organization.
Karim, A. 2012. Pengaruh Biaya Saluran Distribusi terhadap Volume Penjualan Krupuk Kelempang ”Dahliah” 1 Ulu Darat Palembang. Ilmiah 4(2): 13-23. Lakoro, R. 2002. Studi Komunikasi Visual pada Kemasan Makanan Ringan. https://www.google.co.id/search?q=Lakoro,+kemasan,+2002&ie=utf-8&oe=utf8&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=sb&gws_rd=cr&ei= WHi8U57YEIi-sQSzq4CACA Mudra, I W. 2010. Desain Kemasan Produk. Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Kemasan pada Kegiatan Pembinaan Kemampuan. Puslit Seni Kreasi Baru LP2M ISI Denpasar. Maddy, K. 2009. Pengertian kerja sama. Diakses dari http://id.shvoong.com/businessmanagement/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/#ixzz36vnmFo6u. (tanggal 9 Juli 2014). 52
Soemaatmadja. 1997. Pengawetan Pangan di Indonesia. IPB, Bogor. Thalib, A. 2011. Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Masa Simpan Bumbu Gulai Pasta (Effect of Packaging Type on Curry Seasoning Pasta Shelf Life). Jurnal Hasil Penelitian Industri 24(2): 83-87. Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek. World Intellectual Property Organization. 2008. Membuat Sebuah Merek: Pengantar Merek untuk Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Kamar Dagang dan Industri Indonesia
53
LAMPIRAN Lampiran 1. Personalia Tenaga Pelaksana Berserta Kualifikasinya Ketua Tim Pelaksana
I.
KETERANGAN PERSONAL 1. Nama Lengkap 2. NIP 3. Jabatan 4. Pangkat/Golongan 5. Tanggal Lahir 6. Tempat Lahir 7. Jenis Kelamin 8. Agama 9. Perguruan Tinggi 10. Fakultas/Jurusan
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A 19660908 199102 2 002 Lektor Kepala Pembina/Iva 8 September 1966 Sukasada Wanita Hindu Unversitas Pendidikan Ganesha Pend. Bahasa dan Seni/ Pend. Bahasa Inggris Jl. A. Yani 67 Singaraja, Bali, 81116 (0362) 21541, (0362) 22570/ (0362) 25375 Kawin Jl. Jelantik Gingsir 83 Sukasada, Singaraja 81161 Sukasada Sukasada Buleleng Bali (0362) 25119 081558380435
[email protected]
11. Jabatan Struktural 12. Alamat Perguruan Tinggi 13. Telp/Fax 14. Status Perkawinan 15. Alamat a. Jalan
16. Telp
II. NO. 1 1. 2. 3. 4.
b. c. d. e. a. b. c.
Kelurahan/Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Rumah HP Email
RIWAYAT PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan 2 3 SD SD. No. 2 Sukasada SMP SMP Negeri Sukasada SLTA SPG Negeri Singraja Perguruan Tinggi S1 FKIP UNUD S2 DEAKIN UNIVERSITY Pasca Sarjana 54
Jurusan 4 -
Tahun 5 1977
Tempat 6 Sukasada
-
1981
Sukasada
IPA
1984
Singraja
Pend. Bahasa 1990 Inggris Pend. Bahasa 1997 Inggris Pend. Bahasa 2011
Singaraja Melbourne, Australia Jakarta
Universitas Negeri Jakarta
Inggris
Anggota Tim Pelaksana 1 2 3
6
Nama Lengkap Jenis Kelamin Pangkat, Fungsional NIP Tempat dan Lahir Alamat Rumah
7 8 9
Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor
Perum. Panji Asri Blok i No.5 Singaraja, Bali 0362 22640 081 33800 3369 Jln. Ahmad Yani 67 Singaraja, Bali, 81116.
10 11
Nomor Telepon/Fax Alamat e-mail
036221541 / 036227561 -
4 5
I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd. Laki Jabatan Penata Tk I , Lektor III/d 19690409 199703 1 002 Tanggal Angantaka, 9 April 1969
Riwayat Pendidikan 1. Program: 2. Nama PT 3. Bidang Ilmu 4. Tahun Masuk 5. Tahun Lulus 6. Judul Skripsi/Tesis/Diser tasi 7. Nama Pembimbing/ Promotor
S1 FKIP UNUD Singaraja Pendidikan Seni Rupa 1988 1993
S2 Undiksha Singaraja
Kerajinan Logam di Desa Singapadu Tengah Gianyar
Pola Interaksi Edukatif Pembelajaran Seni Rupa di SMKN 1 Sukasada
Drs. Ketut Supir Drs. Mursal
55
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 2006 2010
Prof. Dr. Gde Anggan Suhandana Prof. Dr. Nyoman Dantes
Lampiran 2. Artikel Ilmiah yang sudah dikirimke Jurnal Terakdreditasi (HPI) DODOL TRADISIONAL DESA PENGLATAN BALI: MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI DAN UPAYA PEMECAHANNYA (Traditional Balinese Cake of Penglatan Village: Problems and Solutions) Ni Made Ratminingsih Universitas Pendidikan Ganesha Jln. Ahmad Yani 67 Singaraja, Bali, 81116. E-mail:
[email protected] I Gusti Made Budiarta E-mail:
[email protected] ABSTRAK. Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang sangat populer di kalangan orang Bali. Dodol Desa Penglatan adalah salah satu dari jenis dodol yang diminati dan memiliki pangsa pasar cukup luas di Bali terutama untuk kebutuhan lokal khususnya sebagai bagian pembuatan sesajen ketika hari raya besar ataupun sebagai oleholeh. Melalui wawancara, dengan dua mitra pembuat dan penjual dodol, terdapat empat permasalahan utama yang dihadapi, yaitu (1) kurangnya penyediaan bahan baku yang berkelanjutan, (2) kemasan yang kurang menarik dan represntatif yang memiliki nilai jual, (3) belum adanya merek dagang, dan (4) pemasaran terbatas. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan penjajagan langsung dalam membangun kerja sama melalui pembuatan MoU dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran langsung, pendesainan kemasan dan label, dan pelatihan. Adapun hasil dari kegiatan adalah (a) adanya kerjasama berupa MoU dengan produsen atau pengepul bahan baku utama yakni gula aren, ketan, dan kulit jagung, (b) adanya desain kemasan yang menarik dan representatif, (c) adanya desain label sebagai merek dagang, dan (d) adanya kerjasama pemasaran dengan toko oleh-oleh di tempat wisata dan pemasaran online. Kata kunci: dodol tradisional, masalah, pemecahan ABSTRACT. “Dodol” is one of traditional Balinese cake which is famous among Balinese community. One of the favorite varieties comes from Penglatan village. This kind of dodol has already widely mareketed all over Bali especially for the local need as a part of the ceremmony or gift.Based on the result of interview with two business partners who produce and sell dodol, there were four identified problems: (1) insufficiency of main raw material, (2) unattractiveness of dodol wrapper, (3) unavailablity of trade mark, and (4) limited acess of marketing. Efforts to solve the problems were conducted through direct field visits to business partners to build up business cooperation through MoU agreement in providing the main raw materials and direct marketing, designing the product wrapper and trade mark, and training. The results of this social service program are: (a) the agreement of MoU with the producer or collector of main raw material, such as brown sugar, sticky rice, and corn husk, (b) the creation of attractive and representative product wrapper design, (c) the design of label as a trade mark, and (d) the agreement of MoU for direct marketing with the owner of gift shops in tourism area and the availablity of online marketing.
56
Key words: traditional cake, problems, solutions 1. PENDAHULUAN Dodol adalah makanan khas Indonesia yang dapat ditemui di berbagai daerah. Sebagai makanan khas, maka dodol harus dilestarikan keberadaannya dan dapat diupayakan sebagai komoditi yang dapat merambah pasar yang luas dalam rangka peningkatan ekonomi kreatif para ibu-ibu di desa. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) (dalam Soemaatmadja,1997), dodol adalah makanan yang dibuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan lain yang diijinkan. Dodol merupakan salah satu jenis produk olahan hasil pertanian yang bersifat semi basah, berwarna putih sampai coklat, dibuat dari campuran tepung ketan, gula, dan santan (Soemaatmadja,1997). Haryadi (dalam Breemer, dkk., 2010) menambahkan bahwa dodol merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari campuran tepung beras ketan, gula kelapa, santan kelapa, yang didihkan hingga menjadi kental dan berminyak tidak lengket, dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal dan dapat diiris. Jenis dodol sangat beragam tergantung keragaman campuran tambahan dan juga cara pembuatannya. Sementara itu Chem (2014) mengklasifikasikan dodol menjadi dua, yaitu dodol yang diolah dari buah-buahan dan dodol yang diolah dari tepungtepungan, antara lain tepung beras dan tepung ketan. Dodol yang menjadi produk olahan ibu-ibu di desa Penglatan adalah dodol berbahan dasar tepung ketan, yaitu tepung ketan putih dan hitam dengan aneka rasa yaitu original, pandan, vanilai, dan kacang.
57
Dodol yang paling terkenal di Indonesia adalah „Dodol Garut‟ yang merupakan produksi daerah Garut, Jawa Barat, jenang Kudus dari Jawa Tengah, dan gelamai dari Sumatra Barat dan Kalimantan (Chem, 2014). Bali, sebagai tempat tujuan wisata internasional, juga memiliki jenis penganan tradisional dodol yang oleh kebanyakan orang Bali yang beragama Hindu digunakan sebagai kelengkapan upacara agama, yaitu banten (sesajen). Dahulu, dodol dibuat hanya oleh tiap keluarga pada hari besar keagamaan saja, seperti pada Hari Raya Galungan atau Kuningan, tetapi sekarang ini dodol bisa ditemui dan dibeli sepanjang tahun, oleh karena sudah banyak terdapat usaha-usaha kecil di rumah tangga yang memproduksi dodol terutama oleh para ibu-ibu PKK di desa. Desa Penglatan, sebagai salah satu desa di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dengan jumlah penduduk 3.582 jiwa, mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga hasil-hasil pertanian seperti ketan, ketan hitam, dan kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dodol. Sementara itu, sekitar 503 jiwa penduduknya yaitu ibuibu rumah tangga, lebih kurang 40 orang telah mengembangkan usaha dodol sebagai usaha ekonomi produktifnya untuk membantu kesejahteraan keluarga. Dodol yang mereka produksi kebanyakan baru dipasarkan secara lokal di daerahnya sendiri, yakni melalui warungnya sendiri, dan diambil oleh beberapa distributor dari kabupaten lain di Bali. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Soemaatmadja (1997) bahwa pengolahan dodol sudah dikenal masyarakat, prosesnya sederhana, murah dan banyak menyerap tenaga kerja. Dodol yang diproduksi ibu-ibu rumah
tangga di Desa Penglatan memang terkenal sejak dahulu. Diakui oleh salah satu pembuat/penjual dodol yang diwawancarai, yaitu Kadek Sutarmi (28/05/13) bahwa yang bersangkutan telah memulai usaha dodolnya sejak tahun 1997. Para pembuatnya tidak hanya melayani pelanggan di Buleleng saja, tetapi juga pelanggan dari kabupaten lain, seperti dari Denpasar, Tabanan, Gianyar, dan beberapa daerah lain di Bali juga banyak memesan dodol khas Desa Penglatan ini. Meningkatnya permintaan dodol dari desa tersebut membuat industri rumah tangga dodol mampu memproduksi hingga satu setengah ton menjelang hari raya besar. Dalam pembuatan hingga pengemasan dodol tentu membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, sehingga masyarakat desa setempat memiliki tambahan lapangan pekerjaan khususnya bagi para ibu-ibu rumah tangga baik sebagai tenaga pembuat adonan dodol maupun sebagai tenaga pembungkus dodol. Pembuat dan penjual dodol lainnya, Ketut Sumenasih yang ditemui di rumahnya, Rabu (28/05/13), menuturkan dodol memang tidak bisa dipisahkan tiap merayakan hari Galungan dan Kuningan. Dalam hari raya ini warga harus memakai dodol sebagai pelengkap sarana upacara. Tidak heran jika jauh-jauh hari sebelum hari Galungan dan Kuningan, dia harus menambah kapasitas produksinya. Menjelang hari raya, per hari, Ketut Sumenasih mengolah adonan menjadi dodol rasa gula Bali (gula aren), gula pasir, hingga 1,5 kuintal. Sebelumnya, pada hari-hari biasa, dia hanya mengolah adonan dodol paling banyak 50 kilogram saja untuk dijual selama 3-7 hari. Hal senada juga diungkapkan oleh Kadek Sutarmi (28/05/13). Sutarmi menambahkan, di tengah ramainya pesanan dodol, harga
bahan baku, seperti tepung, gula aren, gula pasir, dan kelapa ikut melonjak. Untuk menyiasati kenaikan harga bahan-bahan baku, sering kali dilakukan penaikan harga jual ke masyarakat secara kondisional. Diakui oleh ibu-ibu pembuat dodol bahwa masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi terkait dengan usaha mereka. Kendala utama yang sering dihadapi, yakni sulitnya mencari bahan baku seperti ketan, ketan hitam, dan gula yang berkualitas dengan harga normal pada saat menjelang hari raya. Bahan baku yang baik menentukan kualitas dodol produksi, dengan demikian diperlukan pasokan bahan baku dengan kualitas yang terjamin. Kendala lainnya dalam hal kemasan. Sampai saat ini, kemasan yang digunakan oleh para pembuat dodol yang menjadi ciri khas dodol Penglatan adalah kulit jagung yang terkadang sulit didapatkan ketika memproduksi dalam jumlah yang besar. Tali pengikat yang digunakan untuk mengikat dodol adalah tali plastik rafia yang kurang ramah lingkungan, agak susah membukanya, dan kurang menarik dan artistik. Lakoro (2002) mengatakan bahwa kemasan pada dasarnya adalah segala material yang digunakan untuk mengemas suatu benda/produk, agar dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Fungsi yang paling mendasar dari kemasan adalah mempertahankan dan melindungi isi produk, namun seiring pola perubahan perilaku konsumen dalam memandang dan memanfaatkan kemasan, fungsi kemasanpun berkembang tidak saja sebagai pelindung produk, tapi juga sebagai bagian dari daya saing pasar dan pedagang yang semakin meningkat. Mudra (2010) menambahkan bahwa ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu (1) untuk keamanan 58
produk yang dipasarkan (2) untuk membedakan dengan produk pesaing, dan (3) untuk meningkatkan penjualan. Menurut Erliza dan Sutedja (1987), bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat, yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering. Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan pembaharuan kemasan dodol Desa Penglatan dalam kaitannya dengan perluasan pangsa pasar. Selain kemasan, tenaga kerja pembungkuspun terkadang menjadi kendala, terutama pada saat hari raya besar keagamaan. Sebagian besar ibu-ibu yang merupakan tenaga kerja pembungkus dodol kewalahan menangani banyaknya dodol yang harus mereka bungkus pada saat-saat tertentu. Untuk itu, diperlukan lebih banyak lagi tenaga terampil dalam pembungkusan dan pelabelan dodol. Merek dagang juga sangat diperlukan yang dapat membedakan dodol produk mereka dengan merek lainnya. Dalam World Intellectual Property Organization (2008) disebutkan bahwa merek adalah sebuah tanda yang dapat membedakan barang dan jasa yang diproduksi dan dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan suatu
produk (baik itu barang maupun jasa) yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dibedakan dari produk perusahaan lain yang serupa atau yang mirip yang dimiliki oleh pesaingnya. Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk tertentu akan membeli atau memakai kembali produk tersebut di masa yang akan datang. Untuk dapat melakukan hal tersebut pemakai harus mampu membedakan dengan mudah antara produk yang asli dengan produkproduk yang identik atau yang mirip. Pemasaran merupakan kegiatan lain yang sangat penting dalam usaha meningkatkan produksi barang. Menurut Karim (2012), pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan para pimpinan dalam usahanya untuk berkembang dan mendapatkan laba dari penjulan barang dan jasa, yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli dan juga dapat memberikan kepuasan. Swastha & Sukotjo (dalam Karim, 2012) menjelaskan empat faedah dari pemasaran yaitu (1) Faedah waktu, yakni menyediakan produk pada saat konsumen membutuhkan untuk membelinya, (2) Faedah Tempat, yaitu menyediakan produk tempat yang strategis apabila konsumen ingin membeliny, (3) Faedah Milik yaitu mempersiapkan pemindahan hak milik dari penjual ke pembeli, (4) Faedah Informasi, yakni memberikan informasi tentang penawaran suatu produk yang ditawarkan oleh perusahahan sehingga lebih mudah dalam mengambil keputusan untuk membelinya. Permasalahan lain yang juga dihadapi oleh para ibu-ibu rumah tangga pembuat dan penjual dodol Penglatan adalah masalah pemasaran. Selama ini, penjualan dodol pada saat hari raya masih didistribusikan oleh beberapa orang di beberapa kabupaten saja. Berdasarkan 59
hasil wawancara, para distributor tersebut merupakan perorangan yang jumlah pesanannya berubah-ubah. Selain penditribusian tersebut, penjualan dodol di desa Penglatan hanya terbatas pada pemajangan produksi dodol di depan rumah dengan alas meja seadanya saja atau di warung-warung kecil milik mereka. Belum ada kerjasama dengan pedagang pasar tradisional ataupun modern. Untuk itu, diperlukan adanya kerjasama pemasaran/MOU (Memorandum of Understanding). MoU merupakan dokumen legal yang mendeskripsikan perjanjian dua belah pihak yang berupa pernyataan sederhana yang dibagikan dan disetujui oleh kedua belah pihak (Department of Homeland Security, 2013). MOU ini penting sebagai pengikat kontrak antara produsen dodol dengan pedagang yang memasarkan. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, melalui program kegiatan P2M ada 4 hal pokok yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan pemasaran produksi dodol Desa Penglatan, yaitu (1) melakukan kerjasama penyediaan bahan baku utama melalui pembuatan kerjasama dengan produsen dan pengepul, (2) menciptakan kemasan yang menarik, (3) menciptakan merek dagang, dan (4) perluasan pemasaran. 2.
Meninjau empat permasalahan pokok yang dihadapi pembuat/penjual dodol Penglatan yang telah diuraikan di atas, terdapat sembilan kegiatan yang menjadi metode pelaksanaan kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi adalah: (1) Penjajagan langsung ke lapangan untuk mencarikan produsen dan pengepul bahan baku terutama gula aren di Desa Penglatan, Silangjana, Desa Samirenteng, dan Desa Pedawa. (2) Penjajagan langsung ke lapangan untuk mencarikan produsen dan pengepul ketan dan ketan hitam Bali, di Desa Penglatan dan Sudaji. (3) Penjajagan langsung ke lapangan untuk mencarikan produsen dan pengepul kulit jagung sebagai bahan pembuat kemasan di desa Yeh Sumbul, Jembrana. (4) Mengkreasikan kemasan yang menarik dan representatif (5) Mengkreasikan desain label sebagai merek dagang (6) Mendaftarkan merek dagang (7) Pelatihan pembuatan MoU dengan produsen dan pengepul bahan baku (8) Pelatihan pembuatan MoU dengan pemasar langsung di toko-toko/outlet oleh-oleh di tempat wisata (9) Pelatihan pemasaran online Adapun tahapan dari kegiatan P2M ini mengikuti alur seperti yang digambarkan pada bagan di bawah ini:
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
60
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen gula aren
Mencarikan produsen gula aren ke desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan. Membuat Kerjasama dengan produsen gula aren ke desa desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan.
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen/pengepul ketan
Mencarikan produsen/ pengepul ketan di desa Sudaji dan Penglatan. Membuat kerjasama dengan produsen/ pengepul ketan di desa Sudaji dan Penglatan
Membantu mencarikan dan membuat kerjasama dengan produsen/pengepul kulit jagung
Mencarikan produsen/ pengepul kulit jagung di Yeh Sumbul, Jembrana Membuat kerjasama dengan produsen/ pengepul kulit jagung di Yeh Sumbul, Jembrana
Membantu membuat desain label dagang yang menarik dan mendaftarkan merek dagang ke HAKI
Membuatkan label dagang yang menarik
Mendaftarkan merek dagang ke HAKI
Membantu membuat desain kemasan dan memberikan pelatihan pengemasan dan pengepakan dodol sehingga lebih baik
Pelatihan penyusunan MoU ke pihak penjual dodol dan melakukan upaya penjualan melalui media online
Mendesain kemasan yang representatif dan menarik
Terjalinnya kerjasama dengan produsen gula aren di desa Silangjana dan Pedawa sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan gula aren yang berkualitas
Terjalinnya kerjasama dengan produsen/ pengepul ketan sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan ketan yang berkualitas
Terjalinnya kerjasama dengan produsen/ pengepul kulit jagung sehingga kelompok pembuat dodol di Desa Penglatan tidak kekurangan ketan yang berkualitas
Tercipta label dan terdaftarnya merek dagang dodol Desa Penglatan
Melatih mengemas dodol dengan menggunakan kemasan menarik
Tercipta kemasan yang menarik dan terlatihnya pembuat dodol di Desa Penglatan dalam mengemas dodol dengan menggunakan kemasan tersebut
Melatih membuat MoU
Terciptanya MoU dengan pihak penjual dodol
Melatih melakukan pemasaran menggunakan media online
Terciptanya pemasaran menggunakan online
Bagan 3.1 Tahapan Metode Pelaksanaan Kegiatan
61
sistem dengan media
Dari tahapan yang diuraikan di atas, jelas terlihat bahwa untuk menjawab permasalahan pertama yakni menjaga keberlangsungan pasokan bahan baku, metode yang dilakukan adalah penjajagan langsung ke lapangan untuk membangun kerjasama melalui MoU dengan produsen dan pengepul bahan baku, yaitu gula aren di Desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan. Untuk penyediaan ketan dan ketan hitam, hal yang sama dilakukan dengan produsen dan pengepul di Desa Sudaji dan Penglatan, sementara untuk penyediaan kulit jagung dilakukan kerjasama dengan produsen dan pengepul dari kabupaten lain yaitu Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Jembrana. Selanjutnya untuk menjawab masalah yang kedua yaitu menyediakan kemasan yang menarik dan representatif sebagai persyaratan pemasaran, tim pelaksana memberikan bantuan langsung dalam bentuk kreasi kemasan dan membahasnya bersama mitra untuk meminta persetujuan. Untuk memecahkan masalah yang ketiga, yaitu desain label, sama halnya dengan desain kemasan, tim pelaksana memberikan bantuan langsung dengan mendesain label yang menarik dan juga representatif untuk pemasaran. Draf desain yang dibuat kemudian dimintakan masukan langsung kepada kedua mitra untuk memperbaiki label agar mendapatkan desain label yang lebih baik dan sesuai dengan harapan mereka. Selanjutnya untuk memecahkan masalah keempat yaitu perluasan pemasaran, tim pelaksana juga mengadakan penjajagan langsung kepada pihak pemasar langsung yaitu pemiliki toko atau outlet di tempat-tempat pariwisata melalui kerjasama MoU, dan pelatihan pemasaran online.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil wawancara dengan kedua mitra mengungkapkan bahwa terdapat empat permasalahan utama yang menjadi prioritas untuk dicarikan solusinya dalam kegiatan P2M ini. Keempat permasalahan tersebut yaitu (1) kekurangan pasokan bahan baku utama seperti gula aren, ketan dan ketan hitam, dan kulit jagung yang berkualitas pada saat saat menjelang hari raya besar, (2) desain kemasan yang kurang menarik dan representatif, (3) belum adanya desain label, dan (4) pemasaran terbatas. Kekurangan pasokan bahan baku khususnya diakui terjadi ketika menjelang hari raya, karena pesanan dodol bisa mencapai 10 kali lipat dari hari-hari biasa. Desain kemasan kurang menarik dan representatif karena pembungkus dodol yang dirangkai dalam ikatan sebanyak 25 sd 29 buah dodol diikat dengan tali sintetik (tali rafiah) yang menyebabkan dodol kelihatan kurang rapi. Dari segi kehigienisan, tali sintetik tersebut walaupun tidak berkontak langsung dengan makanan, namun memberi kesan bahwa makanan tersebut kurang berkualitas dari segi kesehatan. Hasil wawancara juga membuktikan bahwa dua mitra belum mengupayakan desain label untuk hasil produksinya, karena menurut mereka usahanya hanya sekadar usaha kecil. Dari segi pemasaran juga dijelaskan bahwa kebanyakan pembeli langsung mendatangi mereka untuk membeli dodol, dan kebanyakan pemasaran lebih banyak merambah daerah-daerah di sekitar Kabupaten Buleleng dan Kabupaten lainnya di Bali. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, solusi yang telah diupayakan adalah: Pertama, melalui penjajagan 62
langsung kepada pihak produsen dan pengepul bahan baku seperti gula aren di beberapa desa penghasil gula aren, yaitu Desa Silangjana, Samirenteng, Pedawa, dan Penglatan. Kegiatan penjajagan dilakukan untuk membangun kerjasama yang dapat dilakukan secara berkesinambungan, yaitu berupa MoU agar pasokan gula aren tidak terputus ketika produksi meningkat; kedua, untuk penyediaan pasokan bahan baku ketan dan ketan hitam, kerjasama MoU dengan pihak produsen dan pengepul ketan di Desa Sudaji dan Penglatan juga sudah berhasil dilakukan. Semua kerjasama berupa MoU tersebut sudah dihasilkan dalam bentuk sertifikat MoU sebanyak 12 MoU untuk kedua mitra. Kerjasama dalam hal bahan baku sangat bermanfaat untuk kelangsungan usaha dodol. Kerjasama yang baik dari dua pihak yang bekerjasama merupakan kunci kesuksesan usaha. Kerja sama yang diistilahkan “kemitraan” adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Maddy, 2009). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kerjasama yang dilakukan antara pembuat dan penjual dodol dengan produsen dan pengepul bahan baku, dalam hal ini gula aren, ketan, dan kulit jagung dapat memberikan keuntungan mutual dari kedua belah pihak baik sebagai penjual ataupun sebagai pembeli. Dari pihak pembuat dodol, mereka mendapat keuntungan berupa penyediaan langsung bahan baku secara terus menerus untuk kelancaran usahanya, yang tentunya akan mendatangkan hasil keuntungan dari penjualan produk dodol, sedangkan dari pihak produsen dan pengepul bahan baku, mereka mendapat keuntungan finansial
berupa penjualan langsung bahan baku kepada konsumen dalam hal ini pembuat dodol. Kerja sama yang dilakukan adalah berupa pembuatan MoU, yaitu sertifikat yang merupakan dokumen legal yang mendeskripsikan perjanjian dua belah pihak yang berupa pernyataan sederhana yang dibagikan dan disetujui oleh kedua belah pihak (Department of Homeland Security, 2013). MOU ini penting sebagai pengikat kontrak kerja sama antara konsumen bahan baku yaitu ibu-ibu pembuat dodol dengan produsen dan pengepul bahan baku. Melalui kerjasam yang tertuang dalam MoU, maka kedua belah pihak akan secara bertanggung jawab melakukan usahanya dalam membesarkan usaha yang saling menguntungkan. Selanjutnya, untuk membuat tampilan dodol lebih menarik dan representatif serta higienis, kreasi kemasan juga telah dilakukan dan untuk memberikan karakteristik pada dodol hasil produksi kedua mitra, telah dihasilkan kreasi label yang menjadi ciri merek dagang yang akan segera didaftarkan pada lembaga terkait. Kemasan dasar dari dodol dari Desa Penglatan adalah kulit jagung. Kulit jagung yang merupakan bahan alami sangat cocok dan tepat untuk dipertahankan pemanfaatannya dalam mengkemas dodol. Hanya saja, yang diupayakan perbaikannya adalah tali yang menjadi pengikat dodol. Tali pengikat dodol yang awalnya biasa digunakan ibuibu adalah tali sintetik plastik (tali rafiah) yang secara umum memang harganya murah di pasaran dan mudah didapatkan, namun tampilan dodol kelihatan tidak rapi, tidak menarik, kurang higienis, dan bahkan terlihat kualitasnya rendahan (low quality assurance) bila ingin dipasarkan kepada 63
para wisatawan baik domestik maupun internasional. Para wisatawan asing akan lebih senang pada produk yang unik menarik namun tetap alami dengan tetap mengacu pada standar mutu makanan yang higienis. Cara yang berhasil diupayakan adalah melalui pemanfaatan batang pisang yang dikeringkan dan setelah kering disuir-suir lalu dipilin-pilin menjadi tali pengikat dodol yang kuat. Selain sebagai pengikat dodol perbiji, tali dari batang pisang juga digunakan untuk merangkai dodol dalam sebuah rangkaian yang terdiri atas 10 buah dodol. Dengan membuat tampilan dodol dalam rangkaian, ada 5 keuntungan yang didapatkan yaitu (1) tampilan dodol menjadi unik, menarik serta lebih representatif, (2) pengurangan penggunaan bahan plastik membuat dodol menjadi produk yang higienis dan ramah lingkungan, (3) rangkaian dodol yang bisa digantung akan dapat secara terus menerus diangin-anginkan, sehingga dapat membuat dodol tesebut bertahan lebih lama, (4) rangkaian dodol tersebut tidak memerlukan ruang yang luas untuk memajang pada etalase penjualan, karena bisa hanya digantung pada tiang-tiang etalase, dan (5) rangkaian dodol yang hanya berisi 10 buah menjadikan harga dodol lebih murah (+ Rp.15.000), jika dibandingkan dengan yang terdahulu berisi 25 sd 30 buah dalam rangkaian ((+ Rp.25.000). Dengan tampilan yang unik, menarik dan cantik dan harga lebih murah, maka siswa yang berwisata (SD, SMP, dan SMA) dapat menjadikan penganan dodol yang murah sebagai oleh-oleh pulang dari berwisata. Temuan di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan Mudra (2010) bahwa fungsi pengemasan adalah bukan hanya untuk keamanan produk yang dipasarkan, tetapi juga untuk membedakan dengan
produk pesaing, dan meningkatkan penjualan. Dengan demikian, kemasan yang baik dan inovatif pada dodol Penglatan, bukan hanya untuk pengamanan produk yang dipasarkan, tetapi yang lebih penting adalah untuk membedakan dengan produk orang lain serta untuk meningkatkan penjualan. Penjualan bisa ditingkatkan bila kemasan ditampilkan secara menarik, sehingga dapat mendorong konsumen untuk membeli. Senada dengan Erliza dan Sutedja (1987), kemasan harus mempunyai syarat-syarat, yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syaratsyarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Untuk menjamin hal itu, maka kemasan dodol diupayakan untuk menggunakan bahan langsung dari alam untuk menghindari toksik dari bahan sintetis, yaitu dengan tetap mempertahankan kulit jagung tetapi tali pengikat dodol diubah dengan tali dari batang pisang yang dipakai untuk membungkus dan merangkai dodol sehingga tampil cantik dan menarik dengan tetap mempertahankan higienis makanan. Menurut Thalib (2011) penggunaan kemasan yang baik dan tepat dapat menjaga dan menghambat kerusakan produk yang diakibatkan oleh mikroba, senyawa kimiawi, dan kerusakan fisik. Desain label yang menjadi bagian penting dari tampilan keseluruhan kemasan dodol sangat memegang peran 64
sentral dalam sebuah usaha. Label adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan menimbulkan arti psikologis, merek juga merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual, secara konvensional. Suatu merek dagang adalah tanda pembeda yang mengidentifikasikan barang atau jasa tertentu dihasilkan oleh seseorang atau suatu perusahaan (Institut Teknologi Bandung, 2014). Secara lebih detail dikemukakan bahwa merek dagang digunakan oleh pebisnis untuk mengidentifikasikan sebuah produk atau layanan. Merek dagang meliputi nama produk atau layanan, beserta logo, simbol, gambar yang menyertai produk atau layanan tersebut. Selanjutnya, menurut UU no 15 tahun 2001: Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Desain label
representatif yakni menunjukkan kekhasan Bali. Kegiatan yang tidak kalah penting adalah pelatihan pembuatan MoU tambahan bila diperlukan untuk membuat kerjasama dengan produsen dan pengepul bahan baku lainnya, pelatihan pembuatan MoU dengan pemasar langsung di tokotoko/outlet tempat wisata, dan pelatihan pemasaran online. Menurut Marzuki (dalam Farianto,2012), pelatihan adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelatihan adalah saat kejadian pembelajaran yang dirancang sistematik dan relatif dalam lingkungan pekerjaan (Dunnette, dalam Farianto, 2012). Berdasarkan dua definisi tersebut semua pelatihan baik itu dalam pembuatan MoU dengan produsen dan pengepul bahan baku dan dengan pemasar langsung ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap para ibu-ibu sebagai pembuat dan penjual dodol Penglatan dalam usaha meningkatkan jumlah produksi dodol mereka, sehingga secara ekonomi dapat memberikan peningkatan nilai pendapatan keluarga. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang sangat krusial dalam sebuah usaha. Karim (2012) dengan tegas mengungkapkan bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha untuk mengembangkan usahanya dan mendapatkan laba dari penjulan barang dan jasa, yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli dan juga dapat memberikan kepuasan. Perluasan pemasaran langsung ke toko atau outlet oleh-oleh memberikan peluang bagi kedua mitra, agar produk dodol yang dihasilkan
pada dodol Penglatan untuk kedua mitra, adalah label yang dibuat dengan
menggunakan materi bambu yang dilobangi, dan label berisi nama usaha dagang, yang memiliki ciri khusus yang menjadi pembeda produk mereka dengan produk lainnya. Setelah label dibuat, tim pelaksana lalu membahas desain tersebut kepada kedua mitra. Dalam pembahasan dari contoh desain label, kedua mitra memberikan masukan yang sangat berharga yakni perlu adanya identitas pada label, bukan hanya “Dodol Penglatan Bu Sutarmi” dan “Dodol Penglatan Bu Sumenasih”, tetapi menambahkan kata Bali dan memberikan ciri khas Bali pada label, yakni berupa desain gambar bunga Kamboja atau Pura. Masukan ini dinilai sangat bagus untuk membuat tampilan desain label lebih menarik dan 65
dengan kemasan yang lebih menarik dan representatif dan dengan label yang juga didesain dengan lebih menarik dan unik dan memiliki kekhasan ke-Bali-an membuat dodol Penglatan lebih terkenal di antara para wisatawan domestik dan internasional, yang akan berdampak pada peningkatan usaha dodol itu sendiri. Begitu pula dengan pemasaran online diharapkan dodol dapat dipasarkan secara lebih luas yang dapat mencapai pangsa pasar secara global, sehingga dodol Penglatan bisa menjadi produk lokal yang mendunia.
Hal-hal yang dapat disarankan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah, (1) kepada para ibu-ibu pembuat dan penjual dodol, disarankan agar kerjasama yang telah dibuat berupa MoU dapat dijalankan secara terus menerus terutama bila usahanya semakin lancar dan meluas, (2) kepada para ibu-ibu disarankan agar desain kemasan seperti kulit jagung yang telah sejak lama digunakan lebih diperhatikan kualitas kulit jagung yang dipakai serta tali pengikat yang telah diupayakan oleh tim pelaksana P2M dapat secara terus menerus digunakan pemanfaatannya agar tampilan dodol menjadi tetap alami, (3) desain label yang sudah diciptakan untuk membantu para ibu-ibu untuk mengidentifikasikan usaha dagangnya hendaknya dapat dijadikan merek dagang secara terus menerus khususnya untuk mempromosikan merek dagang mereka. Dengan memiliki merek dagang, maka usaha dodol mereka diharapkan dapat semakin berkembang karena sudah dapat dikenali oleh mayarakat luas sebagai pangsa pasar baik untuk masyarakat lokal, wisatawan domestik dan manca negara, (4) para ibu-ibu pembuat dan penjual dodol disarankan untuk secara terus menerus berupaya memperluas pemasaran dodolnya dengan berbagai cara baik langsung maupun online, (5) melalui pelatihan pembuatan MoU diharapkan para ibu-ibu dapat secara terus menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam membuat kerjasama baik dengan suplaier baru dalam hal penyediaan bahan baku dan pemasaran langsung sehingga usahanya datap diperluas dan produksinya bisa ditingkatkan.
4.
KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah: (1) Adanya MoU dalam pelaksanaan kerjasama dalam pensupaian bahan baku dodol yaitu gula aren, ketan, dan kulit jagung untuk pembungkus dodol, (2) Adanya kemasan dengan pemanfaatan kulit jagung dan tali dari batang pisang untuk membuat kemasan dodol lebih menarik, representatif, dan alami, (3) Adanya desain label yang menarik dan berciri khas pembuatnya dengan tampilan kekhasan Bali dapat mempromosikan usaha dagang, (4) Adanya MoU pemasaran langsung dengan pihak pemasar di toko/outlet tempat wisata, dan pemasaran online. Di samping empat upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan, untuk meningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari para ibu-ibu pembuat dan penjual dodol Penglatan dalam pengelolaan keberlanjutan usahanya, maka dilakukan pelatihan pembuatan MoU untuk suplai bahan baku dan pemasaran langsung, pengemasan dodol dengan kemasan dan label baru, serta pemasaran online.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada DIKTI melalui LPM Undiksha 66
yang telah memberikan dana melakukan kegiatan P2M ini.
untuk
Pelatihan Pembuatan Kemasan pada Kegiatan Pembinaan Kemampuan. Puslit Seni Kreasi Baru LP2M ISI Denpasar. Maddy, K. 2009. Pengertian kerja sama. Diakses dari http://id.shvoong.com/businessmanagement/entrepreneurship/194 3506-pengertian-kerjasama/#ixzz36vnmFo6u. (tanggal 9 Juli 2014). Soemaatmadja. 1997. Pengawetan Pangan di Indonesia. IPB, Bogor. Thalib, A. 2011. Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Masa Simpan Bumbu Gulai Pasta (Effect of Packaging Type on Curry Seasoning Pasta Shelf Life). Jurnal Hasil Penelitian Industri 24(2): 83-87. Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek. World Intellectual Property Organization. 2008. Membuat Sebuah Merek: Pengantar Merek untuk Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Kamar Dagang dan Industri Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Breemer, R., dkk. 2010. Pengaruh Konsentrasi Tepung Beras Ketan terhadap Mutu Dodol Pala. Jurnal Budidaya Pertanian, 6(1): 17-20. Chem, B. 2014. Makalah Pembuatan Dodol. Diakses dari http://buyungchem.wordpress.com/ about/makalah-pembuatan-dodol/ (tanggal 9 Juli 2014). Erliza & Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan TIP. IPB. Bogor. Farianto, A. 2012. Pelatihan dan Pengembangan SDM. Diakses dari http://agoesfarianto.blogspot. com/ 2012/03/pelatihan-danpengembangan-sdm.html Institut Teknologi Bandung. 2014. Apakah merek dagang itu?. Diakses dari http://www.lp.itb.ac.id/product/ KM%20HKI/merek.html. (Tanggal 9 Juli 2014) Karim, A. 2012. Pengaruh Biaya Saluran Distribusi terhadap Volume Penjualan Krupuk Kelempang ”Dahliah” 1 Ulu Darat Palembang. Ilmiah 4(2): 13-23. Lakoro, R. 2002. Studi Komunikasi Visual pada Kemasan Makanan Ringan. https://www.google.co.id/search?q =Lakoro,+kemasan,+2002&ie=utf8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxa&channel=sb&gws_rd=cr&ei= WHi8U57YEIi-sQSzq4CACA Mudra, I W. 2010. Desain Kemasan Produk. Disampaikan pada 67