LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM KELOMPOK WANITA TANI KETELA POHON Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Desak Nyoman Sri Werastuti, SE. M.Si, Ak./ NIDN.0006127903 (Ketua) Dra. Risa Panti Ariani, M.Si./ NIDN.0019046502 (Anggota) I Made Gede Sunarya, S.Kom.,M.Cs./ NIDN.0025078303 (Anggota)
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor : 122/UN48.15/LPM/2015 tanggal 5 Maret 2015
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 i
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul IbM 2. Daftar Mitra Nama Mitra Program IbM (1) Nama Mitra Program IbM (2) 3. Ketua Tim Pengusul a. Nama b. NIDN c. Jabatan/Golongan d. Program Studi e. Perguruan Tinggi f. Bidang Keahlian g. Alamat Kantor/Telp/Faks/surel 4. Anggota Tim Pengusul a. Jumlah Anggota b. Mahasiswa yang terlibat 5. Lokasi Kegiatan/Mitra (1) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Propinsi d. Jarak PT ke lokasi mitra (KM) 6. Lokasi Kegiatan/Mitra (2) a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Propinsi d. Jarak PT ke lokasi mitra (KM) 7. Luaran yang dihasilkan
: IbM KELOMPOK WANITA TANI KETELA POHON : Ni Komang Ayu Kurniawati, S.Pd (Ketua KWT Sari Tunjung Mekar) : Jero Made Yuliani (Ketua KWT Gunung Sari) : : : : : : :
DESAK NYOMAN SRI WERASTUTI M.Si 0006127903 Asisten Ahli / IIIb Akuntansi UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Ekonomi/ Akuntansi – Manajemen Keuangan Jl. Udayana No. 11 Singaraja / 081337430370 /
[email protected]
(0362) 25735 /
: 2 orang, : 2 orang : : : :
Desa Cempaga / Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali 18.00
: : : : :
Desa Cempaga / Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali 17.00 1. Pemberian peralatan penunjang proses produksi2. Pembentukan struktur organisasi3. Diversifikasi produk olahan berbahan bakuketela pohon .4. Kemasan dan design kemasan produk yang sesuai dengan standar pemasaran yang bermutu 5. Keahlian dalam memperhitungkan harga pokok penjualan dan pembukuan sederhana6. Penetapan strategi pemasaran, termasuk didalamnya pembuatan blog, akun di akun di facebook, twitter untuk promosi7. Terbentuk pola kemitraan dengan Disperindag Kabupaten Buleleng 8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 tahun 9. Biaya Total : Rp. 43.000.000,00 - DIKT : Rp. 43.000.000,00 - Sumber Lain : Rp. 0,00 (Sebutkan) : 0 dan lampirkan Surat Peryataan Penyandang Dana Singaraja, 2 - 11 - 2015 Ketua Tim Pengusul
( DESAK NYOMAN SRI WERASTUTI M.Si) NIDN. 0006127903
ii
RINGKASAN
Desa Cempaga adalah salah satu desa penghasil ketela pohon terbesar di Kabupaten Buleleng. Di desa ini terdapat 4 (empat) Kelompok Wanita Tani (KWT), namun kegiatan ini hanya pada peserta di KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari. Desa Cempaga banyak menghasilkan ketela pohon (singkong) sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Namun masalahnya keterbatasan kemampuan pengolahan, cita rasa dan penerapan strategi pemasaran yang kurang maksimal. Selain itu ketela pohon hanya diolah menjadi gaplek, sela kukus, lempog, sela meurap, bahkan hanya untuk pakan ternak. Untuk itu diperlukan pemberdayaan masyarakat KWT Desa Cempaga dalam pengolahan ketela pohon agar dimanfaatkan menjadi produk pangan bernilai ekonomi. Metode pelaksanaan pengabdian di KWT Desa Cempaga untuk memberdayakan potensi ketela pohon yang dihasilkan. Kegiatan ini meliputi 1) pelatihan dan praktik langsung untuk menghasilkan berbagai produk ketela pohon yang siap dipasarkan, 2) perbaikan manajemen KWT desa Cempaga melalui struktur organisasi serta tugas tanggungjawabnya, perbaikan pembukuan sederhana, pembekalan strategi pemasaran dan promosi produk ketela pohon, 3) penyediaan sarana dan prasarana melalui pengadaan peralatan dan bahan praktik, 4) pendampingan berupa konsultasi dan bimbingan dalam memproduksi olahan ketela pohon, pembukuan sederhana dan strategi pemasarannya, serta promosi produk KWT desa Cempaga. Pencapaian hasil kegiatan ini adalah 1) Anggota KWT memperoleh pemahaman dan pengalaman untuk diversifikasi olahan ketela pohon, serta pengemasan dan pelabelan produk pangan, 2) Perbaikan manajemen KWT melalui struktur organisasi, pembukuan sederhana dan pemahaman strategi pemasaran dan promosi melalui media sosial (blog), 3) didukung penyediaan sarana dan prasarana kegiatan. Hal lain yang diperoleh KWT adalah adanya peningkatan pemasaran ke warung, toko-toko dan usahausaha yang tersebar di pasar tradisional Desa Cempaga. Adanya peningkatan kerja sama antar anggota melalui pembagian tugas dan tanggung jawab. Serta menjalin pola kemitraan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buleleng melalui pameran produk ketela pohon. Luaran dalam kegiatan IbM Kelompok Wanita Tani Desa Cempaga adalah laporan kegiatan, blog promosi produk KWT Desa Cempaga, artikel dan poster. Keywords : diversifikasi, ketela pohon, kemasan, pembukuan sederhana.
iii
PRAKATA
Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi sehingga laporan kemajuan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) dengan judul “IbM Kelompok Wanita Tani Ketela Pohon” dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kelompok pelaksana IbM yang telah diberi kesempatan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi para petani ketela pohon di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atas bantuan dananya sekaligus ucapan terimakasih untuk Kelompok Wanita Tani Ketela Pohon Desa Cempaga yang telah menjadi mitra baik serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan IbM ini. Tentunya laporan ini masih terdapat kekurangan dalam penyampaiannya, oleh karena itu besar harapan kami akan ada saran dan masukan guna kesempurnaan laporan akhir pelaksanaan IbM. Semoga bermanfaat.
Tim Pengabdian
iv
DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul ………........................................................................................ Halaman Pengesahan.............................................................................................. Ringkasan ............................................................................................................... Prakata …………………………………………………………………………… Daftar Isi ................................................................................................................. Daftar Gambar ........................................................................................................ Daftar Lampiran ………………………………………………..…………………
i ii iii iv v vi vi
BAB 1
PENDAHULUAN .........................................................................
1
BAB 2
TARGET DAN LUARAN..............................................................
8
BAB 3
METODE PELAKSANAAN ......................................................... 12
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ...................................... 20
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN……..……...................................... 22
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN…………………............................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 32 LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21.
Area Perkebunan Ketela Pohon di Desa Cempaga……………… Produk Olahan ketela pohon di desa Cempaga…………………. Vacum frying di Desa Cempaga………………………………… Peserta antusias mengikuti pelatihan…………………………… Pendamping dan bapak Kepala Desa Cempaga…………………. Bahan dan peralatan untuk praktik di Desa Cempaga…………… Tepung singkong , ubi ungu dan ubi kuning dari cacah…………. Praktik Stick singkong (kue Bawang)…………………………… Praktik Chiffon Cake singkong…………………………………… Praktik Brownies Kukus singkong……………………………….. Praktik Kripik singkong…………………………………………. Praktik Semprit singkong………………………………………… Penyuluhan Manajemen dan Pemasaran………………………… Pelatihan penggunaan blog……………………………………… Pameran KWT Desa Cempaga………………………………….. Penggunaan peralatan praktik…………………………………… Struktur Organisasi KWT Desa Cempaga……………………… Pembukuan Usaha KWT Desa Cempaga………………………. Produk kue kering singkong: kue bawang, semprit & kripik…… Produk cake singkong: brownkus cup & chiffon pandan……..... Data print screen Kutela Desa Cempaga…………………..……
2 4 4 8 11 12 13 14 14 15 15 16 17 17 18 26 26 27 28 29 30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Resep Olahan Ketela Pohon……………………………………… Penggunaan Vacuum Frying……………………………………... Data print screen IbM Desa Cempaga ……………….………….. Personalia Tenaga Pelaksana...................................…................... Publikasi Artikel...................................................................…......
33 39 41 45 56
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
Desa Cempaga merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Jarak dari ibu kota Kabupaten Buleleng ke Desa Cempaga sekitar 24 km. Desa Cempaga dikelilingi oleh desa-desa sebagai berikut, di sebelah utara adalah Desa Temukus, di sebelah selatan Desa Pedawa, di sebelah timur Desa Tigawasa, dan di sebelah barat adalah Desa Sidatapa. Desa-desa ini dikenal sebagai desa-desa Bali Aga. Desa Cempaga berada di daerah dataran tinggi (daerah pegunungan) dengan ketinggian 300-700 meter dari permukaan laut, dengan luas wilayah 1.257.888 ha. Jumlah penduduk: 2.691 Jiwa atau 976 KK yang terdiri dari Laki-laki: 1.369 Jiwa Perempuan: 1366 Jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 2.115 jiwa merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia yang ada di Desa Cempaga sangat menjanjikan jika mampu diberdayakan dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Mata Pencaharian masyarakat Desa Cempaga adalah Petani 700 orang, Ibu rumah tangga 600 orang, Pedagang 80 orang, Karyawan Swasta 50 orang, Pensiunan 17 orang, Guru/Dosen 9 orang, Wiraswasta 20 orang, Buruh tani 200 orang dan PNS 23 orang. (Anonim, 2014) Kondisi tanah di Desa Cempaga tergolong tanah kering dengan sumber air yang sangat kecil. Tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat di desa ini yang paling cocok adalah ketela pohon. Para petani di Desa Cempaga tergolong petani yang sangat ulet. Walaupun dihadapkan pada kondisi alam dengan sumber air yang sangat minim, mereka mampu mengembangkan tanaman ketela pohon. Ribuan ketela pohon adalah rumah bagi penduduk Desa Cempaga, karena ketela pohon tumbuh menyebar diantara rumah-rumah penduduk. Desa Cempaga menjadi salah satu desa penghasil singkong terbesar di Kabupaten Buleleng. Ironisnya, Desa Cempaga justru memiliki angka kemiskinan tinggi, dengan pendapatan rata-rata perbulan hanya mencapai Rp. 425.000,. Menurut Kepala Desa Cempaga, I Nyoman Artika, pada saat panen, ketela pohon yang dihasilkan hanya diolah menjadi cacah saja, meskipun kadang-kadang diolah menjadi 1
sela kukus, lempog, sela meurap, bahkan jika harga ketela pohon jatuh, maka hanya digunakan untuk pangan ternak. Setelah terbentuknya beberapa Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa ini, olahan yang diproduksi tidak hanya cacah saja, namun juga opak singkong. Namun usaha ini masih sangat sederhana dan tersendat-sendat, meskipun saat ini, hanyalah cacah ketela pohon yang masih diproduksi. Sedangkan opak singkong sudah dihentikan produksinya karena tidak ada permintaan terhadap produk ini lagi.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 1. Area Perkebunan Ketela Pohon di Desa Cempaga. Jika ditelusuri lebih jauh, ketela pohon sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi berbagai macam diversifikasi produk, misalnya menjadi tepung cassava (tepung singkong). Pengolahan ketela pohon menjadi tepung juga mempermudah penggunaan dan penyimpanannya, juga memperpanjang daya simpan tepung hingga dapat tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Cita rasa aneka kue yang terbuat dari tepung singkong tidak kalah enaknya dengan yang terbuat baik dari tepung terigu, tapioka, beras maupun tepung ketan. (Sutrisno, 2013) Umbi singkong juga bisa diolah menjadi aneka bahan baku aneka industri seperti; nata de cassava, gula cair, sorbitol, bioetanol, tiwul instan, dan berbagai makanan camilan banyak disukai oleh masyarakat kita seperti opak singkong, gethuk goreng, cake singkong, bapia telo, ceriping singkong, serta bakso, nugget dan lain-lain. (Darminto, 2010)
2
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak I Nyoman Artika, selaku Kepala Desa Cempaga, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Cempaga terbentuk karena adanya keinginan isteri-isteri petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi keluarga. Dengan adanya KWT desa Cempaga, para isteri memiliki wadah untuk pembelajaran mengenai segala kegiatan-kegiatan yang sederhana seperti produksi pangan, dan wirausaha sehingga bisa menjadi industri rumah tangga. Disamping itu, mereka juga bisa menerapkan prinsip demokrasi karena ditiap periode ada pelantikan pengurus yang dipilih secara musyawarah. KWT yang telah terbentuk adalah KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari. KWT Sari Tunjung Mekar memiliki anggota kelompok sebanyak 25 orang dan KWT Sari Tunjung Mekar sebanyak 20 orang. Semua anggota KWT tersebut bermata pencarian sebagai petani ketela pohon. Menurut Ketua KWT Sari Tunjung Mekar, Ni Komang Ayu Kurniawati, sebelum diolah menjadi keripik singkong, pada saat musim panen, ketela pohon hanya diolah menjadi cacah karena proses pengolahannya yang sangat mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. Cacah yang dihasilkan mencapai 40 ton/panen. Cacah ini dijual ke warung-warung di sekitar desa dengan harga Rp. 2000,-/kg. Mereka cenderung berpikir praktis agar segera memperoleh penghasilan dari ketela pohon, tetapi hal ini juga disebabkan karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai pengolahan ketela pohon menjadi berbagai jenis bahan olahan.
Sumber:dok. Dewa Gede Mariawan, 2013
Gambar 2. Produk Olahan ketela pohon di desa Cempaga 3
Keadaan yang relatif sama juga terjadi di KWT Gunung Sari. Menurut Ketua KWT Gunung Sari, Jro Putu Dwiyani, pada saat panen, selain mengolah menjadi cacah, beberapa anggota kelompok juga mengolahnya menjadi opak ketela pohon. Opak yang dihasilkan mencapai 144.000 kg/tahun. Namun, pemasarannya di seputar warungwarung di desa tersebut sehingga belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Budidaya ketela pohon sudah berlangsung cukup lama, KWT desa Cempaga hanya memiliki pengetahuan terbatas untuk memanfaatkan ketela pohon. Batang ketela pohon yang tidak dijadikan bibit akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pada proses pembuatan cacah, begitu umbi ketela pohon selesai dikupas, maka kulit umbi ketela pohon tersebut akan dijadikan sebagai pakan ternak sapi juga. KWT Sari Tunjung Mekar yang telah terbentuk sejak tahun 2010, yang pembentukannya digagas oleh Ibu Komang Ayu Kurniawati, pada pertengahan tahun 2013, diberikan bantuan berupa peralatan vacum frying, dimana peralatan ini merupakan sumbangan yang diberikan oleh pemerintah melalui program PNPM Mandiri pada tahun 2013.
Sumber: dok. Dewa Gede Mariawan, 2013.
Gambar 3. Vacum frying di Desa Cempaga. Menurut Ibu Komang Ayu Kurniawati dan Jro Putu Dwiyani, selain citarasa, juga kelemahan dari segi aspek manajemen, dengan struktur organisasi dan tugas tanggung jawab yang belum jelas. Pada saat musim panen tiba, proses produksi dikerjakan secara bersama-sama. Sedangkan pemasarannya, hanya dilakukan oleh 4
anggota KWT yang mau dan memiliki waktu luang. Akibatnya seringkali setelah selesai produksi, produk yang dihasilkan disimpan di gudang penyimpanan karena seluruh anggota KWT memiliki kesibukan sendiri, karena adanya upacara agama, dan lain-lain. Dengan tidak adanya pendistribusian tugas secara jelas, mengakibatkan pemasaran menjadi tersendat-sendat, lebih banyak penawaran daripada permintaan. Selain itu harga penjualan ketela pohon sangat rendah, bahkan terkadang tidak dihargai. Seharusnya biaya produksi meningkat, pada bahan baku, upah pembuatan opak dan biaya produksi lainnya. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang proses perhitungan harga pokok dan harga jual. Harga ketela pohon sekarang mencapai Rp.2000/kg, ditingkat petani. Selain itu, promosinya tidak ada, hal ini bisa dilihat dari pemasaran opak singkong hanya dilakukan oleh Ni Ketut Rideng, yang mempunyai usaha sampingan sebagai pedagang keliling di Gianyar. Karena hanya mengandalkan satu orang saja, menyebabkan tidak ada lagi permintaan produk ke KWT, sehingga produksinya menjadi macet, keadaan ini membuat semua anggota KWT menjadi sangat putus asa. Mereka sekarang hanya mau mengolah ketela pohon menjadi cacah saja sehingga tidak terjadi peningkatan kesejahteraan bagi mereka, mengingat keuntungan yang mereka dapatkan sangat tipis, tidak sebanding dengan peningkatan biaya hidup yang terjadi dewasa ini. Vacum frying yang mereka peroleh dari bantuan pemerintah melalui program PNPM Mandiri disimpan di gudang yang terletak di belakang wantilan desa tanpa dimanfaatkan. Selain itu, meskipun sudah memiliki merk dan mencantumkan ijin produksi, produk ketela pohon yang dihasilkan belum memiliki pelabelan yang layak, belum mencantumkan alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, belum menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan belum adanya jaminan jenis produk yang ditawarkan aman untuk dikonsumsi melalui sudah terdaftarnya di BPOM.
Berdasarkan analisis situasi diatas, maka akan dianalisis permasalahan mitra sebagai berikut : 5
1. Produk olahan ketela pohon hanya dimanfaatkan umbinya, untuk cacah saja dengan proses produksi yang sangat sederhana dan sedikit memperoleh keuntungan. 2. Belum memperoleh pelatihan dalam pengolahan diversifikasi ketela pohon, mengingat pentingnya pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan produk ketela pohon, serta proses pengemasan produk. 3. Kurangnya peralatan yang dimiliki Kelompok Wanita Tani, untuk dapat mengolah produk diversifikasi ketela pohon. 4. Pemasaran belum memenuhi standar prospek manajemen secara maksimal, karena kemampuan dalam menjaring relasi bisnis masih lemah, 5. Promosi tidak pernah dilakukan dalam bentuk apapun, hanya dari mulut kemulut, karena tidak memiliki pemahaman tentang produk ketela pohon yang berkualitas. 6. Belum ada struktur organisasi yang jelas sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam tugas dan tanggung jawabnya. 7. Belum ada sistem packing atau kemasan yang memenuhi standar pemasaran bermutu, sehingga produk cepat rusak, karena pengemasan tidak baik. 8. Pelabelan produk ketela pohon ini hanya menuliskan nama produk saja, tanpa adanya tanggal kedaluarsa, komposisi produk, keunggulan produk, nama yang membuat dan sebagainya
Dari berbagai permasalahan pada KWT desa Cempaga yang mendapat prioritas untuk dilakukan dalam kegiatan ini adalah: 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan ketela pohon menjadi produk pangan yang berkualitas, dalam pemilihan bahan, proses produksi, proses pengemasan dan pelabelan produk yang tepat, sehingga usaha ini menjadi industri rumah tangga yang berkualitas. 2. Perbaikan manajemen KWT desa Cempaga melalui struktur organisasi ang menguraikan tugas dan tanggung jawab anggota KWT, meningkatkan 6
kemampuan pembukuan sederhana agar mampu menentukan harga jual dan memperoleh keuntungan yang wajar, memberi pemahaman tentang strategi pemasaran (marketing program) untuk memperluas pemasaran dan merebut pangsa pasar, serta meningkatkan promosi melalui media sosial dan kerjasama dengan instansi terkait.. 3. Melengkapi kebutuhan peralatan sebagai penunjang aktivitas produksi yang masih terbatas, misalnya oven, mixer, dan bahan-bahan pangan untuk praktik yang menunjang pelaksanaan kegiatan. 4. Sebagai tindak lanjut kegiatan dilakukan pendampingan yang dilakukan berkala secara langsung (datang ke desa) ataupun melalui media komunikasi, serta pemanfaatan blog untuk promosi produk ketela pohon.
7
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
Target dan luaran yang dicapai dalam kegiatan IbM Desa Cempaga ini agar dapat terukur, maka dijelaskan target kegiatan secara terinci sebagai berikut : 1. Ketersediaan peralatan yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk diversifikasi produk unggulan yang akan dikembangkan, misalnya oven, mixer, alat pencetak kue, panci, wajan, blender. Tanpa tersedianya sarana dan prasarana penunjang, maka program ini tidak akan bisa berjalan seperti yang diharapkan. Setelah peralatan-peralatan tersebut diserahkan, dilanjutkan dengan pelatihan untuk menggunakannya agar warga bisa memanfaatkannya secara efektif sehingga menghasilkan produk dengan kualitas yang optimal. Masyarakat diharapkan mempunyai pemahaman dan penguasaan teknologi untuk diversifikasi produk. 2. Pelatihan dan praktik berbagai jenis produk ketela pohon yang dihasilkan, yaitu tepung ketela pohon (singkong), Brownies Kukus Singkong (Cup), Pandan Chiffon Cake Singkong, Semprit Singkong, Keripik Singkong, dan Stick Singkong. Pelatihan ini dibimbing oleh pakar dari jurusan tata boga dibantu oleh 2 orang mahasiswa yang terbaik dari segi keahliannya.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 4. Peserta antusias mengikuti pelatihan 8
Anggota KWT bagian produksi diminta untuk secara langsung mempraktekkan proses pembuatan olah makanan yang diperagakan oleh pakar tata boga hingga tuntas. Melalui program diversifikasi produk, ketela pohon dapat menghasilkan produk yang bervariasi dan potensial untuk pengembangan potensi industri olahan rumah tangga. Anggota KWT diharapkan memiliki jiwa enterpreneurship yang meningkat dan bisa mengolah umbi ketela pohon menjadi produk industri rumah tangga yang kreatif dan inovatif. 3. Berdasarkan hasil diskusi antara anggota KWT bersama pakar di bidang ekonomi. Strategi pemasaran didahului dengan penetapan harga jual dilakukan dengan cara memperhitungkan harga bahan baku, upah pekerja, proses produksi, pengemasan, dan pemasaran. Semua harga yang telah teridentifikasi dapat dihitung hingga bisa didapat harga satuan minimal (modal yang digunakan). Selanjutnya ditentukan harga jual, setelah menetapkan keuntungan yang ingin diperoleh. Hal yang perlu diingat dalam penetapan harga jual adalah jika harga ditentukan terlalu tinggi maka konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk membeli produk kita dan lebih jauh lagi mereka akan lari ke produk lain yang sejenis. Untuk mempercepat proses pendistribusian, ditugaskan 5 orang dari anggota KWT Sari Tunjung Mekar dan 3 orang dari anggota KWT Gunung Sari sebagai tenaga pemasaran. Promosi dilakukan melalui internet dengan pembuatan blog, akun twitter dan facebook. 4. Menghasilkan desain kemasan sehingga menarik konsumen. Pembuatan desain kemasan akan dilakukan oleh tim ahli dari Jurusan Teknologi Informatika dan sudah tentu berdasarkan kesepakatan dari anggota KWT tersebut. Hal ini dilakukan untuk menunjang pelaksanaan strategi pemasaran dan promosi yang akan dipilih oleh peserta KWT bersama tim pendamping. Merk yang digunakan berdasarkan kesepakatan yaitu Sari Tunjung Mekar dan mencantumkan ijin produksi, alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, keunggulan rasa dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan sudah terdaftarnya di Dinas Kesehatan. 5. Penciptaan struktur organisasi yang bisa memisahkan tugas dan tanggung jawab secara tegas antar masing-masing anggota organisasi. Selain itu, bisa mencerminkan 9
sikap profesionalisme suatu kelompok tani. Struktur organisasi KWT terdiri dari ketua, bagian produksi, bagian pembukuan, bagian personalia dan bagian pemasaran. Pada KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari dibentuk, ketua 1 orang, produksi 12 orang, keuangan 1 orang, pembukuan 1 orang, pembelian 1 orang, pemasaran 5 orang. Tugas ketua adalah memimpin dan mengendalikan semua kegiatan usaha KWT, merencanakan dan menyusun program kerja, mengurus dan mengelola kekayaan KWT. Tugas bagian produksi adalah menyusun rencana dan jadwal produksi, memproduksi produk untuk menjamin kesinambungan dalam produksi, pengendalian bahan baku dan efisiensi penggunaan peralatan dan mesin, serta selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan pengolahannya. Tugas bagian pembelian adalah mengelola persediaan bahan baku, menjaga kualitas dan harga bahan baku secara tepat, membeli dan memeriksa ketersediaan bahan baku, menyimpan bahan dan peralatan yang dibeli. Pembukuan bertugas untuk merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, melaporkan secara rutin kondisi keuangan perusahaan. Bagian pemasaran bertugas melaksanakan program pemasaran produk, pembuatan data barang, penetapan harga, menentukan pasar sasaran, memonitor kepuasan konsumen, mengevaluasi persaingan, serta identifikasi peluang pasar. 6. Menjalin pola kemitraan antara KWT dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, menumbuh kembangkan industri kecil dan menengah di Desa Cempaga. Dengan demikian diharapkan produk-produk yang dihasilkan KWT bisa diikutsertakan dalam kegiatan pameran industri kecil yang diadakan pada event-event tertentu di Buleleng. Di Desa Cempaga tumbuh ekonomi kreatif, khususnya dibidang kuliner, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan ini sejalan dengan program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Buleleng.
10
Sedangkan luaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, melalui kegiatan IbM Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Cempaga adalah laporan kegiatan, blog promosi produk KWT Desa Cempaga, artikel dan poster.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 5. Pendamping dan bapak Kepala Desa Cempaga
11
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan terkait dengan target luaran yang telah ditetapkan adalah Persiapan kegiatan dilakukan untuk menyesuaikan produk olahan yang diminati peserta, waktu pelaksanaan dan tempat untuk melaksanakan kegiatan, serta penyediaan sarana dan prasana untuk praktik. Peralatan praktik olahan ketela pohon dan bahan praktik disediakan terlebih dahulu agar pelaksanaan pelatihan berjalan lancar dan efisien, seperti oven, alat pengemas (impulse sealer), mixer, dan peralatan pendukung lainnya.
Sumber: dok. Werastuti, 2014
Gambar 6. Bahan dan peralatan untuk praktik di Desa Cempaga
Sebelum diberikan pelatihan dan pendampingan pengolahan produk, masyarakat diberikan berbagai penyuluhan agar tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan ini bisa tercapai. Pertama kali yang diberikan kepada masyarakat adalah memberikan penyuluhan mengenai potensi hasil komoditi perkebunan mereka yang bisa menghasilkan berbagai olahan industri rumah tangga yang inovatif dan bercitarasa tinggi. Penyuluhan juga disertai dengan contoh pengusaha-pengusaha yang sukses
12
mengolah ketela pohon menjadi berbagai olah makanan. Selain itu, diberikan pula penyuluhan mengenai kiat- kiat sukses menjadi seorang enterprenuer. Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan berbagai keterampilan. Tenaga ahli dari jurusan tataboga dengan dibantu oleh dua orang mahasiswa memberikan pelatihan dan pendampingan berupa pengolahan berbagai jenis makanan dengan memanfaatkan umbi ketela pohon. Diupayakan untuk menciptakan cita rasa yang lain dari yang lain agar bisa cepat merebut pangsa pasar, pelatihan dan praktik dengan materi olahan ketela pohon (singkong) sebagai berikut:
1) Tepung singkong (Resep 1 terlampir) Proses pembuatan tepung, sangat sederhana karena dibuat dari cacah yang sudah diproduksi di desa Cempaga, caranya cacah ditepung (diselip) dan diayak halus. Tepung singkong sudah disiapkan
Sumber: dok. Risa, 2014
Gambar 7. Tepung singkong , ubi ungu dan ubi kuning dari cacah.
2) Stick Singkong (Kue Bawang Singkong), keistimewaannya kue kering ini terbuat dari bahan utama singkong dengan aroma daun jeruk purut.
13
Sumber: dok. pribadi, 2015
Gambar 8. Praktik Stick singkong (kue Bawang). 3) Chiffon Cake Singkong, adalah cake ringan yang empuk terbuat dari tepung singkong, rasanya gurih dan manis dengan aroma pandan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 9. Praktik Chiffon Cake singkong
14
4) Brownies cup singkong merupakan kue dengan rasa coklat yang berbentuk cup (cetakan kecil), untuk lebih menarik dapat diberi taburan meises diatasnya.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 10. Praktik Brownies Kukus singkong 5) Kripik singkong merupakan irisan tipis ketela pohon yang diberi bumbu dan digoreng, sehingga rasanya gurih dan renyah. Kripik ini memiliki daya simpan lebih dari satu bulan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 11. Praktik Kripik singkong 15
6) Stick singkong disebut juga kue bawang singkong, kue kering gurih ini dibuat dari ketela pohon segar yang dikukus, dihaluskan, dibumbui dan dibentuk seperti stick atau ranting, kemudian digoreng. Kue kering ini memiliki daya simpan lebih dari satu bulan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 12. Praktik Semprit singkong 7) Penyuluhan mengenai manajemen operasional dan pemasaran hasil produk industri, pengelolaan usaha kecil, pengembangan pangsa pasar dan strategi untuk meningkatkan pendapatan juga menjadi prioritas. Penyuluhan ini diharapkan dapat menciptakan efektivitas kinerja untuk mencapai keuntungan kompetitif dengan biaya lebih rendah dan pelayanan lebih baik disampaikan oleh tim ahli dari jurusan ekonomi akuntansi. Penyuluhan mengenai strategi pemasaran, diakhiri dengan diskusi untuk menyepakati strategi pemasaran pada usaha KWT agar mempercepat pemasaran. Selanjutnya untuk memperluas jangkauan pasar, dibuka sistem keagenan baik secara offline maupun online bagi konsumen yang tertarik memasarkan produk ketela pohon. Strategi berikutnya adalah pemasaran dilakukan secara langsung ke minimarket, toko-toko, warung, maupun online melalui blog.
16
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 13. Penyuluhan Manajemen dan Pemasaran
Untuk menunjang kegiatan tersebut, diberikan pelatihan penggunaan jejaring sosial dan pemanfaatan blog KWT Desa Cempaga. Pembuatan blog difasilitasi oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik Informatika.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 14. Pelatihan penggunaan blog 8) Simulasi desain label dan kemasan dipandu oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik Informatika. Sedangkan pembuatan kemasan dipandu oleh instruktur tata boga.
17
Kemasan dan label dibuat sesuai dengan standar, yaitu dengan adanya brand, alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan adanya jaminan produk yang ditawarkan aman dikonsumsi. Sistem packing yang sederhana, tetapi menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut karena konsumen merasa aman dan nyaman mengkonsumsi hasil produk. 9) Membentuk pola kemitraan yang dikembangkan antara KWT Desa Cempaga dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng. Pemerintah daerah berkepentingan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, bagi industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga, pengembangan daya saing,, sehingga diharapkan produk- produk sektor industri kecil mampu bersaing di pasar global. Strategi promosi kerjasama ini melalui berbagai pameran UKM yang sering diadakan pemerintah daerah atau ormas tertentu. Melalui berbagai pameran KWT desa Cempaga bisa mengenalkan produkproduknya kepada khalayak ramai, dan membuka peluang yang lebih besar untuk mengembangkan usaha tersebut.
KWT Ds Cempaga
Sumber: KWT Desa Cempaga , 2015
Gambar 15. Pameran KWT Desa Cempaga
18
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program adalah 1. Kehadiran anggota KWT pada saat jadwal pelaksanaan penyuluhan atau pelatihan tiba. 2. Penyediaan tempat untuk pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan kepada KWT, yaitu di wantilan banjar Desa Cempaga. 3. Membagi anggota KWT menjadi beberapa bagian, yaitu bagian produksi, bagian pemasaran, bagian pembelian, bagian keuangan, dan bagian pembukuan. 4. Pemberian fasilitas yang menunjang pemakaian peralatan vacuum friying dan peralatan yang disediakan oleh tim pengabdian, yaitu listrik dan air. 5. Sebagai pelaksana yang paling aktif dalam kegiatan pelatihan pengolahan bahan baku. 6. Menetapkan strategi pemasaran berdasarkan musyawarah dengan anggota 7. Menetapkan design kemasan yang akan digunakan dalam hasil olahan berbagai produk. 8. Mengemas produk yang sudah jadi untuk dikemas dalam kemasan yang sudah diberikan design. 9. Menetapkan harga pokok penjualan dan harga jual berdasarkan target penjualan yang ditentukan. 10. Melaksanakan tes rasa produk pada warung-warung di sekitar desa untuk menilai respon konsumen terhadap produk baru tersebut. 11. Membuat iklan di media masa, radio dan pada akun jejaring sosial yang sudah dibuatkan oleh tim pengabdian. 12. Menawarkan produk dan berupaya menjalin kerjasama dengan perusahaan supermarket, minimarket, pedagang di pasar-pasar tradisional, toko grosir cemilan, dan pusat oleh- oleh khas Bali. 13. Bersama-sama dengan tim pengabdian, membentuk pola kemitraan dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan produk ke luar wilayah. 19
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
1. Kinerja Lembaga P2M Undiksha dalam Kegiatan PPM Tahun 2013 Universitas Pendidikan Ganesha memiliki sebuah lembaga yang khusus menangani pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen-dosen yaitu Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh LPM Universitas Pendidikan Ganesha, selama ini tidak hanya dilakukan atas dana DIPA Undiksha namun juga dari dana DIKTI yang pelaksanaannya dilakukan oleh setiap fakultas. Adapun pengabdian masyarakat yang didanai dari dana DIPA sejumlah 73 buah proposal dan dana DP2M DIKTI sejumlah 32 buah proposal selama tahun 2013.
2. Kualifikasi Pelaksana Program dan Jenis Kepakaran Kualifikasi yang diperlukan dalam menyelesaikan seluruh persoalan atau kebutuhan mitra dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masarakat ini, sebagai berikut: No
Nama
Jabatan
1
Desak Nyoman Sri Werastuti, SE, M.Si, Ak.
Ketua
Kualifikasi Tugas Pendikan Ekonomi/ * Menyerahkan sarana dan Akuntansi – prasarana untuk pelatihan dan Manajemen pendampingan Keuangan * Memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai proses perhitungan harga pokok penjualan dan pembukuan sederhana penyuluhan * Memberikan mengenai strategi pemasaran, pentingnya pembuatan blog dan akun jejaring sosial bagi KWT Desa Cempaga * Menetapkan strategi pemasaran berdasarkan hasil kesepakatan dengan KWT 20
penyuluhan * Memberikan mengenai pentingnya design kemasan dan sistem packing yang sesuai dengan standar pemasaran yang bermutu tinggi. pola kemitraan * Membuat dengan Disperindag Kabupaten Buleleng * Memberikan penyuluhan mengenai manfaat ketela pohon yang bisa diolah menjadi berbagai macam produk unggulan * Memberikan pelatihan cara pembuatan berbagai olahan ketela pohon
2 Dra. Risa Panti Ariani, M.Si.
Anggota Tata Boga
3
Anggota Teknologi * Pembuatan design kemasan Informatika dengan memasukkan merk, ijin produksi, alamat produksi, masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin. * Pembuatan blog, akun jejaring sosial seperti facebook, twitter bagi KWT Desa Cempaga untuk promosi dan perluasan pemasaran
I Made Gede Sunarya, S.Kom., M.Com.
21
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Desa Cempaga Berbicara historis / mitologi terjadinya Desa Cempaga, sampai saat ini belum pernah diadakan suatu penelitian dari kalangan ilmuan ke purbakalaan atau intansi terkait, di samping itu belum pernah diketemukan benda-benda kuno seperti prasastiprasasti. Sebagai bahan acuan hanyalah keterangan-keterangan yang di warisi secara turun-temurun dalam ujud lisan, bersifat dongeng belaka, yang di ceritakan oleh sesepuh penduduk desa kemudian di wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Asal usul terjadinya desa cempaga yang diteliti lewat bukti-bukti yang riil berdasarkan informasi dari orang-orang yang dianggap mengetahui tentang desa cempaga. Di dalam buku Catur Desa Adat Kuno dikatakan dalam prasasti Desa Banyusri bahwa Desa Cempaga itu dahulu di bawah pemerintahan Raja Crisuradipta pada tahun 1115 masehi (Simpen,1986:39). Desa Cempaga itu termasuk desa tua seperti Desa pedawa, sidetapa, dan tigawasa, sebagai berikut: dalam kehidupan masyarakat Bali, pengaruh jawa-hindu cukup kuat, antara lain pengaruh hindu dizaman Majapahit yang menyebabkan terbentuk masyarakat Bali Aga dan Bali Majapahit (wong Majapahit). Masyarakat Bali Aga tidak begitu kuat mendapat pengaruh kebudayaan jawa-hindu dari majapahit,maka umumnya diam di desa-desa daerah pegunungan (seperti sembiran, Cempaga, Sidatapa, Pedawa, Tigawasa di Kabupaten Buleleng, dan desa Tenganan Pegringsingan), sedangkan orang-orang Bali Majapahit umumnya diam di daerah dataran rendah dan merupakan bagian besar penduduk Bali (Rendra,1990:187). Desa Cempaga sudah dikenal oleh masyarakat umum di Bali tahun 1350 Masehi dengan nama desa Gunung Sari. Penyebutan oleh Balian Desa lebih sering di katakan Giri Kusuma, dengan makna giri adalah Gunung, kusuma adalah bunga, artinya gunung yang indah dan berseri, namun oleh masyarakat setempat mengatakan suatu daerah pegunungan yang memiliki budidaya berbagai tanaman disebut Desa Cempaga. Diantara jenis-jenis tanaman 22
tersebut yang khas daerah pegunungan adalah pohon cempaka dan padi Gaga, yang di sebut istilah ngaga. Ini bentuk tanaman padi di Tegalan, alat yang dipergunakan dinamakan pul-pul yang terbuat dari bambu yang diruncingkan untuk membuat lobang (najuk), kemudian lobang itu diisi jijih (Gabah), pengisian lobang itu dikenal istilah mebubud, namun Gunung Sari sampai saat ini masih tetap lestari terbukti dengan adanya tempekan bernama Gunung Sari. Berdasarkan Cerita, pada zaman dahulu serombongan orang yang berjumlah 500 KK dari Campa, sebuah Negeri yang terdapat antara Muangthai dan India, pertama kali datang di daerah sekitar Temukus. Mereka menuju daerah pegunungan karena terlihat indah dan berseri, ditempat ini terdapat sebuah pohon besar (pohon cempaka) yang sedang berbunga dan harum semerbak. Mereka melepas lelah dan berteduh dibawah pohon besar itu, kemudian bersepakat untuk menetap disana. Didalam buku leluhur orang Bali menyinggung tentang keturunan Campa bahwa Keluarga Warma Dewa di Bali baik yang datang duluan yang menurunkan Kutawaringin dan Nyuh Ayu maupun yang datang belakangan (Adityawarman). Ini adanya keturunan Raja dari dinasti Warmadewa I di Bali Cri Kesari Warmadewa, dalam Raja Purana Bali. Beliau dikenal dengan gelar Cri Wira Dalem Kesari.Beliau datang ke Bali Pada Caka Khecara Wahni Murti sama dengan tahun Caka 835 atau 913 Masehi, Cri Wira Dalem Kesari yang berkeraton di Singadwala (Besakih) kerajaan disebut Kahuripan. Kata Cempaka mengalami perubahan pengucapan menjadi Cempaga, tetapi dalam prasasti Banyusri kata Cempaga berasal dari dua kata yaitu Campa dan Aga, Campa berarti sebuah Negeri yang ada di India dan Aga penduduk pulau Bali yang pertama. Jadi Cempaga mempunyai makna denotasi penduduk Pulau Bali yang pertama dari penduduk Campa yang tinggal dipegunungan.
5.2 PESERTA KEGIATAN Pada bagian ini akan diuraikan menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) peran peserta dari KWT ketela pohon desa Cempaga Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (2) respon kegiatan P2M, (3) harapan ke depan kegiatan P2M untuk meningkatkan 23
ekonomi KWT Ketel Pohon Desa Cempaga. Kegiatan P2M IbM KWT Ketela Pohon ini diikuti oleh 2 kelompok, yaitu KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari yang diketuai oleh Ibu Komang Ayu Kurniawati, S.Pd dan Jro Putu Dwiyani. Nama-nama peserta yang hadir pada kegiatan ini terdapat pada Tabel 1, yaitu Tabel 1 Daftar Nama Peserta KWT Desa Cempaga No.
Nama Peserta
1
Ni Komang Ayu Kurniawati
2
Ni Kadek Ari Eka Yanti
3
Jro Putu Dwiyani
4
Ni Ketut Sri Murtiasih
5
Komang Suandani
6
Ni Ketut Triasi
7
Made Karmini
8
Made Kesi
9
Kadek Sri Dalem
10
Ketut Sutermi
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Indrawati Wayan Sriasi Sermini Sarmadi Sentri Kenik Kertiasih Made Sri Pujantini Serineki Made Astiti
5.3 LANGKAH KEGIATAN P2M Kegiatan P2M IbM ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: (1) Kegiatan diawali dengan penjajagan lokasi KWT yang dilakukan pada saat pembuatan proposal, (2) persiapan awal penyiapan kelompok wanita tani ketela pohon, (2) identifikasi peralatan yang akan digunakan,(3) menetapkan resep makanan yang akan diterapkan, 24
(4) pengadaan bahan dan alat penunjang pelatihan (5) pelaksanaan kegiatan (6) pendampingan kegiatan. Penjajagan Lokasi dan penggalian masalah KWT: Lokasi KWT Tunjung Sari Mekar, berada di dekat kantor kepala desa Cempaga, sedangkan KWT Gunung Sari berada sekitar 2 km dari Kantor Kepala Desa Cempaga. Pengadaan Peralatan dan Bahan Penunjang Pelatihan: pada analisis situasi bahwa salah satu masalah yang dihadapi KWT adalah tidak dimilikinya peralatan penunjang proses produksi. Adapun pengadaan peralatan pengolahan umbi ketela pohon adalah oven, loyang, kompor gas, baskom, mixer, pemarut singkong, timbangan, panci, pres plastik, dll. Kegiatan pengabdian IbM ini untuk memanfaatkan potensi yang ada di Desa Cempaga, yaitu ketela pohon. Dengan dimilikinya kemamppuan serta keahlian dalam mengolah umbi ketela pohon menjadi berbagai produk, yang disertai dengan kemampuan dalam pengemasan, membuat design kemasan, manajemen usaha serta pembukuan sederhana diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan IbM sampai bulan Juni 2015 ini difokuskan pada kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi para anggota KWT utamanya dalam pengolahan umbi ketela pohon menjadi berbagai jenis produk. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM KWT Ketela Pohon bagi para petani melibatkan 2 (dua) KWT, yaitu KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan kepada anggota KWT desa Cempaga, juga dukungan pada kegiatan awal ini dengan kehadiran Kepala Desa Cempaga yang memberi sambutan dan memotivasi agar peserta yang hadir bisa serius mengikuti semua kegiatan.
5.4 . HASIL KEGIATAN P2M 1. Ketersediaan Peralatan Penunjang Seperti yang diungkapkan pada analisis situasi bahwa salah satu masalah yang dihadapi KWT adalah tidak dimilikinya peralatan penunjang proses produksi. 25
Adapun pengadaan peralatan pengolahan umbi ketela pohon adalah oven, loyang, kompor gas, baskom, mixer, pemarut singkong, timbangan, panci, pres plastik, wajan, timbangan, dll. Peralatan tersebut diserahkan kepada ketua KWT Sari Tunjung Mekar, yaitu Ni Komang Ayu Kurniawati, dan ketua KWT Gunung Sari yaitu Jro Putu Dwiyani yang disaksikan oleh Kepala Desa Cempaga.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 16. Penggunaan peralatan praktik 2. Penciptaan struktur organisasi Pembentukan struktur organisasi dilakukan sebelum kegiatan pendampingan dan pelatihan dilaksanakan.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 17. Struktur Organisasi KWT Desa Cempaga 26
Penciptaan struktur organisasi bisa memisahkan tugas dan tanggung jawab secara tegas antar masing-masing anggota organisasi. Selain itu, bisa mencerminkan sikap profesionalisme suatu kelompok tani. Pemberian pelatihan dan pendampingan bisa terpusat sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Struktur organisasi KWT terdiri dari ketua, bagian produksi, bagian pembukuan, bagian personalia dan bagian pemasaran. Pada KWT Sari Tunjung Mekar dan KWT Gunung Sari telah dibentuk, ketua 1 orang, produksi 12 orang, keuangan 1 orang, pembukuan 1 orang, pembelian 1 orang, pemasaran 5 orang. Tugas ketua adalah memimpin dan mengendalikan semua kegiatan usaha KWT, merencanakan dan menyusun program kerja, mengurus dan mengelola kekayaan KWT. Tugas bagian produksi adalah menyusun rencana dan jadwal produksi, memproduksi produk untuk menjamin kesinambungan dalam produksi, pengendalian bahan baku dan efisiensi penggunaan peralatan dan mesin, serta selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan pengolahannya. Tugas bagian pembelian adalah mengelola persediaan bahan baku, menjaga kualitas dan harga bahan baku secara tepat, memelihara bahan dan peralatan yang dibeli.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 18. Pembukuan Usaha KWT Desa Cempaga
27
Pembukuan bertugas untuk merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, melaporkan secara rutin kondisi keuangan perusahaan. Bagian pemasaran bertugas untuk melaksanakan program pemasaran produk, pembuatan data stok barang, penetapan harga, menentukan pasar sasaran,
memonitor
kepuasan
konsumen,
mengevaluasi
persaingan,
serta
mengidentifikasi peluang pasar.
3. Menghasilkan diversifikasi produk berbahan baku ketela pohon Produk yang sudah dihasilkan, yaitu tepung singkong, Brownies Kukus singkong, Pandan Chiffon Cake, Keripik Singkong, dan Kue Semprit Singkong. Pelatihan ini dibimbing oleh pakar dari jurusan tata boga dibantu oleh 2 orang mahasiswa yang terbaik dari segi keahliannya.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 19. Produk kue kering Singkong: Kue bawang, Semprit & kripik Anggota KWT bagian produksi diminta untuk secara langsung mempraktekkan proses pembuatan olah makanan yang diperagakan oleh pakar tata boga hingga tuntas. Melalui program diversifikasi produk, ketela pohon dapat menghasilkan produk yang bervariasi dan potensial untuk pengembangan potensi industri olahan rumah tangga. 28
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 20. Produk cake Singkong: Brownkus cup & Chiffon pandan 4. Pendampingan usaha Pendampingan pengolahan umbi ketela pohon menjadi berbagai produk olahan dilakukan di wantilan Desa Cempaga atau pun langsung bertemu di tempat usaha KWT desa Cempaga. Bahkan juga dilakukan komunikasi melalui telepon, sehingga permasalahan usaha produk ketela pohon dapat berjalan lancar. Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan sampai tuntas sehingga bisa memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat khususnya KWT desa Cempaga.
Blog yang sudah dibuatpun
digunakan sebagai sarana promosi produk ketela pohon desa Cempaga dengan web. www.kutelacempaga.com . Pendampingan pengemasan berbagai produk olahan dilakukan di wantilan Desa Cempaga. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan kepada anggota KWT. Berikut gambaran kegiatan yang sudah dilakukan. Pendampingan Pembuatan Design Kemasan Produk Olahan. Pendampingan Manajemen Usaha dan Pembukuan Sederhana Kegiatan pelatihan
dan
pendampingan
manajemen
usaha
dan
pembukuan sederhana
29
dilakukan di wantilan Desa Cempaga. Kegiatan ini diawali dengan pembekalan kepada anggota KWT. Komunikasi antara tim pelaksana dengan KWT selama kegiatan berjalan dirasakan sangat efektif guna mendapatkan informasi tentang pengolahan ketela pohon menjadi berbagai jenis produk yang berkualitas, manajemen usaha, pembukuan sederhana, desain kemasan dan pemasaran melalui internet.
Sumber: dok. pribadi , 2015
Gambar 21. Data print screen Kutela Desa Cempaga
30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Produk yang ditawarkan melalui program IbM Ketela Pohon di desa Cempaga ini memiliki perbedaan yang khas dibandingkan produk lainnya seperti yang telah diuraikan diatas. Perbedaan pertama pada bahan utama ketela pohon merupakan bahan pangan hasil perkebunan desa Cempaga, dan tidak menggunakan bahan tambahan makanan kimia seperti penyedap rasa, ataupun pengawet makanan. Selain itu juga proses pengolahan makanan yang tepat dan bersih sesuai standar. Perbedaan kedua pada jenis makanan yang diproduksi merupakan produk pangan inovatif, sehingga sesuai dengan selera masyarakat Bali. Selain itu produk ini mampu menjadi makanan baru yang diharapkan menjadi daya tarik kuliner di Bali. Ketiga, produk ketela pohon ini merupakan hasil penelitian, inovasi dan kreatifitas Undiksha. Keempat mendukung
program
pemerintah
dalam
upaya
diversifikasi
pangan
dengan
mengutamakan pemanfaatan bahan makanan lokal yang berkualitas.
6.2 Saran 1. Perlu sosialisasi lebih intensif mengenai diversifikasi ketela pohon agar masyarakat mau mengkonsumsi produk ketela pohon berbahan baku lokal melalui promosi di Web (www.kutelacempaga.com ) 2. Program IbM ini perlu didampingi terutama dalam bantuan pengurusan ijin produksi, kualitas produk di Dinas Kesehatan, ijin usaha di Dinas Perindag, bantuan perpajakan, penyiapan audit dan penerapan manajemen terbuka.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Profil Desa Cempaga, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali Darminto. 2010. Aneka Makanan dari Ubi Jalar. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Green Trust Magazine (Majalah Petani), 2010, Artikel Pertanian dalam Berita: Kita harus Peduli terhadap Ketahanan Pangan, Volume 02 Juni – Agustus 2010 ISSN 0216-7883, DGIS – Belanda. Lies Suprapti, M. 2006. Teknologi Tepat Guna: Tepung Kasava Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius. ---------. 2007. Teknologi Pengolahan Pangan: Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Sutrisno Koswara. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian. Southeast Asian Food And Agricultural Science And Technology (Seafast) Center Research And Community Service Institution Bogor Agricultural University. Risa P. Ariani, 2013, Unit Usaha Boga Ganesha: Produk Makanan Tradisional Bali dan Produk Makanan Inovatif dan Kreatif khas Undiksha, ISSN 2087-118x Vol. 4 no. 1 Juni 2013 Majalah Aplikasi IPTEKS ”NGAYAH” Forum Layanan Masyarakat Perguruan Tinggi di Bali. hal. 73 s/d 83. Risa P. Ariani, 2013, Optimalisasi Penggunaan Tepung Singkong untuk Substitusi Terigu dalam Pembuatan Variasi Cake, ISBN 9789794957516, Prosiding1st National Research Symposium, UN Malang, 8-9 Oktober 2014. hal. 119 s/d 128
32
Lampiran 1. Resep Olahan Ketela Pohon
1. RESEP TEPUNG SINGKONG
Bahan :
Singkong (ketela pohon)
2 kg
Cara membuat : 1.Siapkan alat dan bahan. 2.Singkong dikupas tersebut dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit dan dikupas. 3.Selanjutnya diparut, kemudian diperas, ditekan sedikit sehingga air berkurang (setengah kering). 4.Tahap berikutnya yaitu tahap penjemuran. Pada tahap ini parutan singkong harus benar-benar dijemur di bawah sinar matahari, karena nantinya akan mempengaruhi warna pada hasil akhir tepung talas. 5.Setelah itu ditumbuk hingga halus dan diayak. Tepung singkong dijemur kembali supaya tahan lama dalam penyimpanan. 6.Sebaiknya tepung singkong disimpan di tempat yang kering atau tidak lembab.
Hasil : 400 - 500 gram tepung casava
1
2. STICK SINGKONG Bahan
:
tepung terigu (ditambah ½ sdt baking powder)
250
gr
tepung singkong/ubi ungu
250
gr
telur
1
btr
santan/susu cair
30
cc
minyak goreng (2 sdm margarin)
¼
gelas
bawang putih cincang
1
sdm
bawang merah cincang
1½
sdm
garam
¼
sdm
merica bubuk
¼
sdt
seledri ( cincang )
1
sdm
Minyak goreng untuk menggoreng Cara Membuat
:
1. Campurkan tepung, garam, merica, dan telor. 2. Remas–remas sambil masukkan santan/susu, bawang merah,dan bawang putih, sampai bisa dibentuk, terakhir masukkan cincangan seledri. 3. Giling adonan dengan menggunakan penggiling mie, lalu potong memanjang dengan ukuran ± 5 cm, berbentuk persegi memanjang. 4. Lalu goreng didalam minyak panas sampai berwarna kecoklatan dengan api sedang. 5. Setelah matang tiriskan, lalu dinginkan kemudian kemas dengan menggunakan plastik. 6. singkong siap dipasarkan.
2
3. CHIFFON CAKE SINGKONG Bahan:
Kuning telur
7
butir
Santan
75
ml
Pandan essence
4
gr
Tepung singkong
150
gr
Baking powder
4
gr
Gula (1) dan gula (2)
95 /100 gr
Garam
3
gr
Minyak
83
ml
Putih telur
6
butir
Cream of tartar
½
sdt
Cara Membuat: 1. Campurkan kuning telur, pandan essense dan santan ke dalam mangkok. 2. Ayak tepung terigu bersama baking powder, kemudian masukkan gula (1) dan garam ke dalam adonan kuning telur di atas. 3. Masukkan juga minyak ke dalam adonan di atas, aduk dengan pengocok tangan hingga tercampur rata. Sisihkan. 4. Kocok putih telur dan cream of tartar hingga berbuih, lalu masukkan gula (2) sedikit-sedikit dan kocok hingga mengembang / kaku. 5. Masukkan adonan putih ke dalam adonan kuning telur secara bertahap dan aduk menggunakan sendok kayu hingga tercampur rata. 6. Tuang ke dalam cetakan chiffon, cetakan jangan dioles margarine 7. Setalah matang balikkan cetakan chiffon diatas botol kecap. Biarkan dingin sebelum dilepaskan dari cetakan.
3
4. BROWNKUS CUP SINGKONG Bahan :
Tepung singkong/ Ubi
100
g
Telur
5
utir
Vanili bubuk
½
sdt
Garam
Gula Pasir
200
g
Minyak Goreng
50
cc
Margarin (dilelehkan)
Coklat Bubuk
50
g
Coklat Baking (ditim hingga cair)
50
g
Baking Powder
½
sdt
½
50
sdt
g
Cara membuat:
Campur margarin cair, minyak goreng dan coklat cair, kemudian disisihkan.
Kocok telur, dan gula pasir sampai putih.
Masukkan Campuran tepung, vanilli, garam dan baking powder.
Kocok hingga kental dan mengembang.
Masukkan campuran margarine, diaduk dengan sendok kayu sampai rata.
Tuangkan ke dalam cetakan kecil (cup) yang telah dialasi kertas/cup cake.
Kukus selama 30 menit. Angkat dan dinginkan.
Sajikan.
4
5. KRIPIK SINGKONG
Bahan:
singkong, diiris tipis
500
gram
air kapur sirih/sodakue
1
sdt
garam
1
sdt
air
750
ml
Cara Membuat Keripik : 1. Rendam singkong dalam larutan air kapur sirih/soda kue, garam, dan air. Diamkan 15 menit. Cuci bersih. 2. Tiriskan singkong. Goreng dalam minyak panas sedang sampai matang dan kering.
5
6. SEMPRIT SINGKONG
Bahan:
Margarin
150
gram
gula tepung
100
gram
esens vanila
1/4
sdt
kuning telur
1
btr
tepung singkong
100
gram
tepung terigu protein rendah
100
gram
maizena
25
gram
susu bubuk
20
gram
coklat keping
20
gram
Cara membuat : 1. Kocok margarin, gula tepung, dan esens vanila 2 menit sampai lembut. Masukkan kuning telur. Kocok rata. 2. Masukkan tepung terigu, maizena, dan susu bubuk sambil diayak dan diaduk rata. 3. Semprot menggunakan spuit bunga di loyang yang dioles tipis margarin. Beri cokelat keping di atasnya. 4. Oven dengan api bawah suhu 140 derajat Celcius 25 menit sampai matang.
Untuk 425 gram
6
Lampiran 2. Penggunaan Vacuum Frying
Cara Menggoreng Dengan Mesin Vacuum Frying Mesin vacum frying adalah mesin yang berfungsi untuk memproduksi keripik buah maupun keripik sayur dengan cara melakukan penggorengan secara vacuum tanpa merubah rasa buah tersebut dan memperpanjang masa buah itu untuk dikonsumsi. Hampir semua buah yang tumbuh di negara kita bisa kita buat menjadi keripik buah dengan mesin ini, seperti keripik mangga, keripik melon, keripik semangka, keripik apel, keripik nangka, keripik papaya, keripik salak, keripik jamur, keripik rambutan, keripik jambu, keripik pisang, keripik cempedak dan lain sebagainya. Untuk sayuran yang bisa diolah menjadi keripik dengan vacum frying adalah wortel, buncis, kacang panjang, terong dan lain sebagainya. Secara teknis, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Bahan yang dimasukkan ke dalam penggorengan vacuum akan digoreng secara vacuum. Penggorengan secara vacuum ini akan membuat kadar air di dalam buah atau sayuran akan dikeluarkan dan digantikan oleh minyak. Dengan suhu penggorengan rata-rata yang digunakan berkisar 80-90 º C dan tekanan bisa mencapai 76 cmhg, dengan lama penggorengan antara 45 - 60 menit (perlakuan ini tergantung jenis dan karakteristik buah atau sayuran). Setiap buah memiliki kadar air dan tekstur daging buah yang berbeda. Penggorengan dengan mesin Vacuum Frying ini bisa menurunkan titik didih di bawah 90 º C, maka hasil kripik tidak akan sampai gosong. 2. Untuk menggoreng dibutuhkan minyak goreng sekitar 25 liter. Dengan adanya penurunan titik didih di bawah 90 º C pada penggorengan maka struktur kandungan minyak goreng tidak cepat rusak, sehingga minyak goreng bisa digunakan untuk menggoreng kripik hingga mencapai 100 kali penggorengan. Dengan demikian bisa menghemat penggunaan minyak goreng. 3. Untuk hasil yang terbaik sebaiknya menggunakan minyak goreng yang bermerk dan jernih, karena minyak goreng yang kualitasnya rendah akan mempengaruhi warna dan aroma kripik buah. Buah atau sayuran yang dibuat dengan mesin vacuum frying bisa bertahan untuk layak konsumsi hingga setengah tahun, dan ini juga tergantung kualitas akan kemasannya. 4. mesinlatan yang diperlukan untuk produk yang dihasilkan adalah peniris minyak (spiner) dan handsealer. Berikut cara/langkah mengoperasikan mesin Vacuum Frying sebagai berikut: 1. Pastikan bagian-bagian mesin sudah terangkai dengan benar sesuai dengan petunjuk perakitan mesin. 2. Isi bak Vacuum Frying dengan air secukupnya (hingga lubang masukan menuju pompa air terendam seluruhnya). 7
3. 4. 5.
6.
7.
8. 9.
10.
11. 12.
13.
14.
15. 16. 17. 18.
Hubungkan selang regulator dari kompor gas ke Panel Kontrol, dan dari Panel Kontrol ke tabung gas elpiji. Hubungkan Panel Control dengan sumber arus listrik. Setelah arus listrik terhubung dengan Panel Kontrol, nyalakan Thermo Control dengan menekan saklar “thermo control” pada Panel Kontrol. Atur suhu setting sesuai keinginan (suhu setting ideal antara 80° – 85° C). Nyalakan Kompor Gas dan tunggu sampai Thermo Control mencapai suhu yang diinginkan. Nyala kompor otomatis akan mengecil bila suhu dalam Tabung Penggorengan lebih tinggi dari suhu setting. Setelah suhu setting tercapai, buka tutup Tabung Penggorengan dan masukkan bahan ke dalam keranjang. Posisikan keranjang bahan tetap di atas minyak. Tutup kembali Tabung Penggorengan dan kencangkan mur di kedua sisi tutup dengan benar. Pastikan semua kran dalam keadaan tertutup dan hidupkan pompa air dengan menekan saklar “POMPA”. Perhatikan jarum Vacuum Meter sampai menunjukkan minus 65 – 70 cmHg. Bila jarum Vacuum Meter telah menunjukkan minus 65 – 70 cmHg, masukkan keranjang bahan ke dalam minyak dengan menggunakan Tuas Pengaduk. Setelah bahan masuk ke dalam minyak, buka kran di atas Jett Injector. Pada awal proses sebaiknya sering dilakukan pengadukan untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus. Setelah itu pengadukan dilakukan kirakira setiap 5-10 menit sekali. Setelah bahan matang, angkatlah bahan dari dalam minyak menggunakan Tuas Pengaduk. Cara mengetahui produk sudah matang atau belum, dengan mengamati kondisi di dalam Tabung Penggorengan. Tekanlah saklar “LAMPU” pada panel control untuk melihat kondisi di dalam Tabung Penggorengan. Jika kondisi permukaan minyak sudah tenang (tidak ada pergolakan gelembung udara) maka bahan sudah matang. Biarkan pompa dalam keadaan hidup dan bukalah kran di atas tabung penggoreng sedikit demi sedikit (supaya perubahan tekanan terjadi secara perlahan-lahan agar produk tidak keriput) hingga jarum Vacuum Meter menunjukkan angka 0 cmHg. Setelah jarum Vacuum Meter menunjukkan angka 0 cmHg, buka tutup Tabung Penggorengan. Ambil produk hasil penggorengan dan tiriskan minyak pada produk menggunakan Mesin Spinner. Setelah dingin, kemas produk dalam kemasan plastik atau Aluminium Foil. Setelah proses selesai, air kondensat dibuang dengan membuka kran di bagian bawah kondensor.
8
19.
Terakhir adalah membersihkan tabung penggoreng dari sisa-sisa bahan. Jika mesin akan digunakan untuk menggoreng produk lainnya, maka perlu dilakukan penggantian minyak agar rasa produk tidak bercampur.
9
Lampiran 3. Data print screen IbM Desa Cempaga. Alamat website : www.kutelacempaga.com
10
11
12
13