LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMULA
IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK MEMBANGUN SIKAP ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TIM PENYUSUN: Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I
(9014394/0518099001)
Dra. Hj. Hidayati, M.Pd
(19561016 1989032001)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA DESEMBER 2015
i
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PEMULA Judul Penelitian
:Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Peneliti / Pelaksana Nama Lengkap NIY / NIDN Jabatan Fungsional Program Studi Nomor HP Alamat surel (email)
: Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I : 9014394 / 0518099001 :: Pendidikan Guru Sekolah Dasar : 081391415659 :
[email protected]
Anggota (1) Nama Lengkap NIP Program Studi Perguruan Tinggi
: Dra. Hj. Hidayati, M. Pd : 19561016 1989032001 : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Biaya Keseluruhan : Rp. 3.375.000, 00 Biaya dari UST : Rp. 3.000.000, 00 Biaya Mandiri : Rp. 375. 000, 00 Yogyakarta, 1 Desember 2015 Mengetahui, Ketua Program Studi
Ketua Peneliti
Dra. C. Indah Nartani, M.Pd NIP. 19570617 198403 2 003
Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I NIY. 9014394
Menyetujui, Kepala LP2M – UST
Ir. Rossana Christiningsih, M.Si NIY. 5784063
ii
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:
Ketua Peneliti
: Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I
NIY / NIDN
: 9014394 / 0518099001
Program Studi
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian dengan judul “Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar” betul-betul merupakan penelitian saya sendiri. Dalam laporan penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam sumber kutipan dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam laporan ini terdapat pelanggaran ilmiah, saya bersedia menerima sanksi berupa pengembalian dana penelitian dan pembatalan pengakuan terhadap laporan penelitian, yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait.
Yogyakarta, Desember 2015
Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I
iii
ABSTRAK
Ana Fitrotun Nisa dan Hidayati. Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penelitian LP2M. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh calon guru. Hasil observasi menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD UST Yogyakarta belum memiliki sikap ilmiah. Hal tersebut dibuktikan dengan ketidakjujuran mahasiswa dalam mengerjakan ujian, ketidakilmiahan dalam penulisan makalah, ketidakdisiplinan dalam pembelajaran IPA dan kurangnya tasa ingin tahu mahasiswa dalam mendalami materi yang dipelajari. Dari berbagai permasalan tersebut, maka perlu diimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran IPA untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa PGSD. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang dapat diimplementasikan antara lain yaitu ajaran trilogi kepemimpinan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ajaran lain yang dapat diimplementasikan yaitu sistem among dan tri N (Niteni, nirokke, nambahi). Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dalam setiap siklusnya. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar dapat membangun sikap ilmiah mahasiswa PGSD UST Yogyakarta. Dengan mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran IPA, terbangunlah sikap mahasiswa yang sikap jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri dan rasa ingin tahu.
Keywords: Ajaran Ki Hajar Dewantara, Pembelajaran IPA, Sikap Ilmiah, Mahasiswa PGSD
iv
ABSTRACT
Ana Fitrotun Nisa and Hidayati. The Implementation of Ki Hajar Dewantara
Teachings in Learning Science to Build Scientific Attitude of Students of Primary Teacher Education. LP2M Research. Sarjanawiyata Tamansiswa University. 2015 This research aims to implement the teachings of Ki Hajar Dewantara in Learning Science to build Scientific Attitude of Students of Primary Teacher Education. Scientific attitude is an attitude that must be owned by prospective teachers. The result of research indicates that the Students of Primary Teacher Education of Sarjanawiyata Tamansiswa University do not have a scientific attitude yet. This is evidenced by the dishonesty of students in doing examination, unscientific in writing papers, indiscipline in learning science and lack of curiousity in exploring the material has been learned. Based on those facts, it is necessary to implement the Ki Hajar Dewantara teaching in learning science to build Scientific Attitude of Students of Primary Teacher Education. Ki Hajar Dewantara teachings that can be implemented is leadership trilogy: ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. The other teaching is Among system and Tri N (niteni, nirokke, nambahi). This research uses Classroom action research method with four stages: planning, implementation, observation and reflection on each cycle. The result of the research shows that Ki Hajar Dewantara teaching can build Scientific Attitude of the Students of Primary Teacher Education of Sarjanawiyata Tamansiswa University, Yogyakarta. By implementing the teachings of Ki Hajar Dewantara in learning science, the students’s honest, discipline, hard work, creative, independent and curious will be realized. Keywords: Ki Hajar Dewantara Teaching, Learning science, Scientific attitude, Students of Primary Teacher Education.
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii ABSTRAK ..................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................. v DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 1. 2 Rumusan Masalah....................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori................................................................................ 6 2. 1. 1 Ajaran Ki Hadjar Dewantara ........................................... 6 2. 1. 2 Hakikat Ilmu Pendidikan Alam ....................................... 14 2. 1. 3 Sikap Ilmiah .................................................................... 18 2. 1. 4 Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ............................... 20 2. 2 Penelitian yang Relevan .............................................................. 21 2. 3 Kerangka Pikir ............................................................................. 23 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3. 1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 24 3. 2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Jenis dan Tahapan Penelitian ........................................................ 26 4. 2 Subjek Penelitian .......................................................................... 27 4. 3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 27
vi
4. 4 Teknik Analisis Data .................................................................... 28 BAB V HASIL YANG DICAPAI ................................................................. 30 5. 1 Tindakan Siklus 1 ........................................................................... 31 5. 2 Tindakan Siklus 2 .......................................................................... 36 BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ............................................ 39 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7. 1 Kesimpulan .................................................................................... 40 7. 2 Saran .............................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42 LAMPIRAN .................................................................................................. 44
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 23 Gambar 2. Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan ....................................... 26 Gambar 3. Proses Presentasi Mahasiswa ....................................................... 33 Gambar 4. Bukti fisik contekan mahasiswa di bangku ujian ......................... 36 Gambar 5. Apresiasi bertanya mahasiswa yang tinggi .................................. 37 Gambar 6. Ketertiban mahasiswa saat ujian akhir semester ........................... 38
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Makalah Mahasiswa yang Belum Sesuai Kaidah Ilmiah ............ 45 Lampiran 2. Contekan Mahasiswa Saat UTS ................................................. 46 Lampiran 3. Rincian Anggaran Penelitian .................................................... 47 Lampiran 4. Instrumen Peneilitian ................................................................. 48 Lampiran 5. Sertifikat Publikasi Seminar Internasional ................................. 49 Lampiran 6. Publikasi Prosiding Seminar Internasional.................................. 50
ix
KATA PENGANTAR
Salam dan Bahagia
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penelitian yang didanai oleh LP2M UST dengan judul ”Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar ” dapat diselesaikan dengan lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Penelitian ini disusun dalam rangka untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai pelaksanaan Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tentu saja pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor UST Yogyakarta 2. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan UST Yogyakarta 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UST Yogyakarta 4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaa dan selanjutnya kritik, saran yang konstruktif kami harapkan untuk perbaikan penelitian di masa mendatang.
Salam.
Yogyakarta, Desember 2015 Ketua Peneliti
Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I
x
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari gejalagejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris. Empiris merupakan segala sesuatu yang didapat berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Salah satu hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah IPA sebagai pemupuk sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Menurut Hadiat dan I Nyoman Kertiasa (1976:9–10) mengemukakan beberapa sikap ilmiah yaitu (1) jujur, (2) disiplin, (3) kerja keras, (4) kreatif, (5) mandiri, (6) rasa ingin tahu, (7) peduli lingkungan, (8) tanggung jawab, dan (9) demokratis. Mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa. Terdapat empat mata kuliah yang berbasis kealaman di program studi PGSD UST Yogyakarta (Kurikulum KBK 2012), yaitu IPA 1, IPA 2, Pengembangan Pembelajaran IPA SD, dan pendidikan lingkungan. Mata kuliah IPA 1 merupakan mata kuliah yang membahas tentang pokok-pokok bahasan tentang fisika SD, mata kuliah IPA 2 membahas tentang pokok-pokok bahasan tentang biologi SD. Sedangkan mata kuliah pengembangan pembelajaran IPA SD membahas tentang pendekatan, strategi, sumber belajar, media, evaluasi dan simulasi yang perlu dipersiapkan dalam mengajarkan materi IPA di SD. Sedangkan mata kuliah Pendidikan lingkungan merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa tentang bagaimana cara menjaga lingkungan dengan baik dan bagaimana cara menanamkan kecintaan terhadap lingkungan kepada anak didik di SD. Tujuan dari mata kuliah IPA 1 dan IPA 2 adalah untuk memberikan bekal kepada mahasiswa calon guru SD tentang materi IPA dasar yang baik dan benar. Hal tersebut menuntut mahasiswa harus memiliki sikap ilmliah.
1
Sikap ilmiah ini sangat penting bagi mahasiswa calon guru SD pada umumnya dan calon guru mata pelajaran IPA pada khususnya. Dengan sikap ilmiah, mahasiswa (calon guru SD) menjadi memiliki karakter yang baik yang mencirikan sosok seorang guru, seperti jujur, disiplin, kreatif, tanggungjawab, memiliki rasa selalu ingin tahu dan memiliki sikap demokratis. Bekal ini sangat penting dimiliki oleh calon guru SD karena pembelajaran yang baik adalah dengan memberikan tauladan yang terbaik terlebih dahulu kepada anak didik agar anak didik dapat meniru sikap yang dimiliki oleh guru. Jika guru sendiri tidak memiliki sikap ilmiah yang mendarah daging (menjadi karakter) maka akan sulit bagi dirinya memberi tauladan sikap ilmiah yang baik kepada anak didik. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mahasiswa semester 2 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) tahun ajaran 2014/2015 belum memiliki sikap ilmiah. Hasil observasi di kelas I, J dan K menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang belum memiliki sikap ilmiah: Jujur, ketidakjujuran mahasiswa masih belum muncul dalam kegiatan membuat makalah yang harus dipresentasikan. Sembilan puluh persen (90%) dari makalah mahasiswa belum mencantumkannya sumber yang akurat dalam pengambilan materi u ntuk pembuatan makalah baik dari segi materi maupun gambar-gambar yang diambil dari buku, internet maupun sumber lain. Hal ini menandakan bahwa budaya plagiat masih menjamur dikalangan mahasiswa (Lampiran I). Dalam penulisan makalah, mereka hanya copy paste materi dari berbagai sumber tanpa menyebutkan sumber yang mereka ambil dan mereka tidak memberikan pemikiran pribadi dari penulis sendiri. Selain itu, mahasiswa juga masih membawa contekan dan saling tanya satu sama lain saat ujian tengah semester. Hal ini mencerminkan bahwa mahasiswa masih belum percaya diri dan masih tertanam jiwa ketidakjujuran dalam mengerjakan soal ujian tengah semester (Lampiran II). Sikap ketidakjujuran ini jika terus tertanam dalam sifat seseorang maka lampat laun dapat mengakibatkan budaya korupsi, manipulasi data, dan berbagai kegiatan fatal
2
lainnya yang menyebabkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain pada umumnya. Disiplin, kedisiplinan mahasiswa juga perlu ditingkatkan. Misalkan saja dalam kedisiplinan masuk perkulihan, masih banyak mahasiswa yang telat untuk masuk kelas dikarenakan bangun kesiangan, macet, dan alasan lain yang tidak mencerminkan kedisiplinan calon guru. Kerja keras, sikap kerja keras mahasiswa dalam belajar juga masih sangat kurang, hal ini dibuktikan dengan kurangnya semangat dalam proses pembelajaran, dalam mengerjakan tugas mereka tidak mengerjakan secara maksimal dan asal menyelesaikannya, dan dalam usaha untuk dapat memahami materi yang belum mereka pahami mereka belum memiliki rasa menggali lebih dalam dan bekerja lebih keras lagi dalam mendalami materi yang dipelajari. Kreatif, sikap kreatif merupakan salah satu ciri orang yang sukses. Dengan kreatif, kita bisa menjadi survive di masa depan. Kreativitas mahasiswa PGSD dalam membuat inovasi dalam pembelajaran IPA masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan sikap apa adanya dalam mempresetasikan makalah yang telah ia buat tanpa memberikan pemikiran dari dirinya sendiri. Mereka belum memiliki rasa kreatif untuk membuat inovasi baru suatu keilmuan terkait dengan kealaman/Ilmu Pengetahuan Alam. Mandiri, kemandirian mahasiswa masih belum terlihat karena mereka masih merasa malu-malu jika harus memberikan masukan dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam presentasi secara mandiri. Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh mahasiswa pun masih sangat kurang karena saat ada kesempatan sesi tanya jawab dan kegiatan menggali lebih lanjut materi mahasiswa masih belum memperlihatkan rasa ingin tahunya dengan baik. Minat bertanya mahasiswa dalam proses pembelajaran juga masih sangat kurang. Mahasiswa masih sering sibuk ngobrol sendiri di kelas dan mengabaikan materi yang sedang disampaikan dosen atau pemakalah. Dari hasil observasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah dalam jiwa mahasiswa masih sangat perlu dipupuk karena hal ini sangat penting
3
bagi calon pendidik yang akan menjadi tauladan bagi anak didiknya kelak di saat menjadi pengajar. Ki Hajar Dewantara mengatakan “Aku hanya orang Indonesia biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia”. Masalah yang kita hadapi adalah di Indonesia, sehingga dalam menyelesaikannya pun harus dengan cara Indonesia. Indonesia adalah Indonesia. Bukan negara lain dan bukan negara tetangga. Indonesia memiliki keunikan tersendiri dan pasti tidak sama dengan negara manapun. Sehingga cara yang digunakan pun harus yang sesuai dengan Indonesia bukan negara lain. Misi
Tamansiswa
yaitu
melestarikan
dan
mengembangkan
kebudayaan nasional Indonesia; mewujudkan masyarakat tertib, damai, dalam dan bahagia sesuai dengan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, rasa dan karsa, menuju pembangunan manusia merdeka lahir dan batin, berbudi pekerti luhur, serta tinggi harkat dan martabat kemanusiaannya. (Ki. B. Boentarsono. 2012: 1-2) Budi pekerti luhur adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perguruan Tamansiswa. Budi pekerti luhur ini dapat diwujudkan dengan sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh mahasiswa melalui pembelajaran IPA. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan cara jitu. Salah satunya yaitu dengan berbagai ajaran yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan di prodi PGSD yang bertujuan untuk membentuk guru yang profesional dan berkarakter yang dapat menjadi tauladan bagi anak didiknya kelak. Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran IPA antara lain: ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karso, tut wuri handanyani. Ajaran tersebut mengajarkan kita untuk selalu bisa menempatkan diri. Terlebih sebagai seorang pendidik, kita harus selalu bisa menyesuaikan diri di manapun kita berada dan dalam kondisi/keadaan apapun. Baik itu memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, memberikan semangat untuk selalu bekerja keras dala menuntut ilmu, dan
4
selalu mendorong untuk memperoleh kesuksesan. Serta ajaran-ajaran lainnya yang penuh dengan makna pembelajaran. Dari latar belakang di atas, maka sangat diperlukan implementasi ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan sikap ilmiah Mahasiswa PGSD, agar para calon guru tersebut dapat menjadi sosok guru yang memiliki sikap ilmiah serta mensukseskan misi perguruan Tamansiswa.
1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumuan masalah penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar?
2.
Apakah implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat membangun sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar?
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kajian Teori 2. 1. 1 Ajaran Ki Hadjar Dewantara Ki Hajar Dewantara merupakan Bapak Pendidikan Indonesia yang menciptakan sistem pendidikan perjuangan dengan metode among. Sebagai Bapak Pendidikan, sudah seyogyaknya ajaran-ajarannya dianut untuk menjadi pedoman dalam pembelajaran di Indonesia. Pendidik atau dalam khalayak umum disebut guru, dosen, ustadz, dan sebutan lainnya, dalam lingkungan tamansiswa pendidik disebut sebagai pamong. Hakikat pamong adalah: (a) pamong merupakan guru atau pengajar yang mendidik; (b) pendidik yang membentuk dan membina cipta-rasa-karsa anak didik senafas-seirama dengan kodrat-bakat-pembawaan anak tersebut; (c) pamong merupakan pembina jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari kepribadiannya sendiri (Sudiyat. 1987: 3). Sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara dikembangkan berdasarkan lima asas pokok yang disebut dengan pancadarma Tamansiswa (Suratman, 1985: 111) yang meliputi: a. Asas kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Asas merdeka, adalah sanggup dan mampu untuk berdiri sendiri untuk mewujudkan hidup diri sendiri, hidup tertib dan damai dengan kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka tidak hanya berarti bebas tetapi harus diartikan sebagai kesanggupan dan kemampuan yaitu kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi. b. Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk, adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan ini. Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya.
6
c. Asas kebudayaan, yang berarti bahwa pendidikan harus membawa kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup lahir dan batin rakyat paa setiap zaman dan keadaan. d. Asas kebangsaan, yang berarti tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malah harus menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata. Oleh karena itu, asas kebangsaan ini tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa. e. Asas kemanusiaan, yang menyatakan bahwa darma setiap manusia itu adalah perwujudan kemanusiaan yang harus terlibat pada kesucian batin dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk ciptaan Tuhan seluruhnya.
Asas-asas tersebut khususnya dalam pendidikan dapat dirangkum sebagai berikut: a. Mendidik pada dasarnya adalah membimbing/membina anak didik dalam hidup-tumbuh dan perkembangan jiwa-raanya. Sedangkan tujuannya ialah agar dalam angkuman garis kodrat pribadi sera pengaruh alam dan zaman, si anak dapat menjadi manusia merdeka, mencapai keselamatan lahir dan kebahagiaan batin bermuara ke dalam adab kemanusiaan. b. Hidup-tumbuh menurut kodrat alam mengandung kemajuan sehingga harus dimerdekakan dalam batas-batas kepentingan bersama, agar anak didik yang bercipta-rasa-karsa merdeka itu mampu berperan serta aktif di dalam memajukan keselarasan, suasana kekeluargaan, musyawarah, toleransi, semangat kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Tumbuh berkembang berkat bimbingan penuh cintakasih-sayang itulah idaman metode among. c. Suatu pengetahuan dinilai baik dan perlu, jika memenuhi persyaratan manfaat/kegunaan bagi kehidupan masyarakat dalam masyarakat
7
meliputi kebutuhan lahir maupun batin. Disini ternyata bahwa Tamansiswa sejak lahirnya sudah menganut filsafat fungsionalisme religius: prinsip fungsi sosial yang dilandasi keyakinan akan dependensi manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Padahal aliran fungsionalisme –tanpa adjectivum ”religius”—ini baru saja lahir pada tahun 80 sebagai paham pikiran “modern di dunia barat. d. Pengajaran yang hanya berupa pengisian otak (intelek, akal, nalar, rasio) dapat
menimbulkan:
intelektualisme
dengan
segala
akibat:
individualisme, materialisme, kapitalisme, kolonialisme, imperialisme dan menempatkan kita pada posisi keterganungan ekonomis dari bangsa/negara lain. Yang lebih parah ialah bahwa orang-orang yang merasa dirinya “terpelajar” lalu seperti terenggutkan dari pangkuan budaya rakyatnya sendiri. Untuk mengatasinya, kita harus kembali kepada kebudayaan nasional, yang memang mencerminkan kepribadian kita sendiri. e. Usaha meningkatkan pendidikan secara vertikal jangan sampai menghambat/merugikan usaha penyebarluasan pendidikan untuk rakyat banyak secara horisontal. Prinsip ini dapat dikembalikan kepada dua asas yaitu; (1) kekuatan seutas ranta terletak pada/ditentukan oleh mata rantai yang terlemah; (2) mendahulukan/mengutamakan pemerataan pendidikan tu seiring sejalan dengan prinsip demokrasi berkeadilan sosial. f. Menolak bantuan yang dapat mengekang kemerdekaan kita lahir ataupun batin, adalah sesuai dengan usaha menanamkan jiwa merdeka yang membina rasaa harga diri, mampu hidup mandiri, berpola hidup bersahaja/prasaja/sederhana,
pantang
meminta-minta,
yang
akan
menjatuhan harkat /derajat kita sebagai masyarakat yang terhormat dan sebagai manusia beradab. g. Pengabdian melalui dunia pendidikan merupakan panggilan hidup dan pilihan suka-rela, dilandasi semboyan “sepi ing pamrih” dan rasa penuh tanggungjawab. Pendekatan kepada sang anak didasari rasa cinta-kasihsayang, karena secara naluriah kita rasakan sebagai kewajiban
8
manusiawi, yang dapat dikembalikan kepada usaha penerusan/pelestarian kebudayaan, sebagai perwujudan ibadah kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari nafsu melestarikan jenis/keturunan. Ajaran Ki Hadjar Dewantara terdiri dari beberapa hal yang bersifat konsepsional, petunjuk operasional-praktis, fatwa, nasihat dan sebagainya. Berikut beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara (Ki B. Boentarsono, dkk: 1923): a. Sistem Among Sistem among ini diimplementasikan sebagai realisasi dan asas emerdekaan diri tertib damainya masyarakat, atau demokrasi dan pimpinan kebijaksanaan dengan laku “tut wuri handayani”. Among (mengemong), berarti memberi kebebasan pada anak didik dan pamong akan bertindak bila anak didik akan berbuat/melakukan tindakan yang membahayakan keselamatannya. Dalam keadaan biasa pemimpin harus tegas, anggota/anak didik harus tunduk pada pimpinan yang berlaku, kedudukan pimpinan di atas peraturan yang berlaku. Sistem among ialah cara pendidikan yang dilakukan Tamansiswa, yang mewajibkan para pamong agar mengikuti dan mementingkan kodrat pribadi anak didik dengan tidak melakukan pengaruh-pengaruh yang melingkunginya (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 39).
b. Ajaran yang bersifat konsepsional 1) Tri Pusat Pendidikan Ajaran ini merupakan sistem pendidikan Tamansiswa yang dilakukan dalam perguruan (sistem Paguron) yang memusatkannya tiga lingkungan Pendidikan: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut saling berkaitan erat dilaksanakan dalam bentuk perguruan yang mensyaratkan adanya rumah pamong, kegiatan belajar mengajar,
kegiatan
berlatih,
kegiatan
hidup
kemasyarakatan
berasaskan kekeluargaan, dan pondok asrama bagi anak didik. Hal ini
9
menjadikan perguruan sebagai pusat kegiatan kebudayaan dalam melaksanakan “belajar seumur hidup dan membias keluar perguruan yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dalam usaha mencerdaskan kehidupan Bangsa (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 42-43). Keluarga
merupakan
tempat
pertama
bersemainya
pendidikan seseorang. Sekolah merupakan tempat pendidikan secara kulikuler, ko dan ekstra kulikuler. Sedangkan masyarakat merupakan tempat pendidikan yang beragam fungsinya dan pada umumnya kurang terkendali. Sistem among/ Tutwuri Handayani, berasaskan kekeluargaan dan pemerataan Pendidikan yang diterapkan dalam komunikasi di tri pusat pendidikan ini. Dalam implementasinya, tri pusat pendidikan harus memiliki kerjasama yang solid salam mendidik anak untuk dapat tumbuh kembang dengan baik. Keluarga harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan sekolah dan saling memberikan informasi terkait perkembangan anaknya di rumah. Dan sekolah juga harus selalu menerima masukan dan saran terkait dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan yang diberikan oleh orang tua wali. Tidak sampai disitu, masyarakat secara umum juga harus memberikan lingkungan yang baik agar dapat dicontoh oleh anak seperti apa ia harus bergaul dan berinteraksi di masyarakat. Masyarakat pun harus berperan aktif untuk memberikan masukan kepada sekolah dan berkomunikasi baik dengan keluarga dan masyarakat lain untuk saling bekerja sama mendidik anak di lingkungan manapun.
2) Bidang Kebudayaan: Trikon Ajaran trikon yang selalu diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam pengembangan kebudyaan adalah kontinyu, konvergen, dan konsentris.
Kontinyu
adalah
peningkatan
dan
pengembangan
kebudayaan sebagai kelanjutan dari kebudayaan yang sudah ada.
10
Kontinyu ini juga diartikan sebagai keberlanjutan. Keberlanjutan disini merupakan keberlanjutan ilmu pengetahuan yang telah diterima harus berkesinambungan dan berlanjut sehingga menjadikan ilmu menjadi bermakna. Konvergensi merpakan jalan bersama antara kebudayaan bangsa sendiri dengan kebudayaan bangsa asing dan saling memperkaya (menyertap
dengan
seleksi
adaptasi).
Sedangkan
konsentris
merupakan lingkaran-lingkaran kebudayaan dalam pergaulan umat manusia pada umumnya dengan tidak kehilangan kepribadian kebudayaan masing-masing bangsa (kebhinekaan dalam pergaulan hidup).
3) Trilogi kepemimpinan/pembelajaran Trilogi kepemimpinan/pembelajaran yang juga menjadi icon kementerian pendidikan dan budaya Republik Indonesia adalah Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memberikan dorongan dan di belakang selalu menyemangati.
c. Ajaran yang Bersifat Petunjuk Operasional Praktis 1) Tri Pantangan Tri pantangan yang dimaksud dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah pantangan yang tidak beloh dilakukan oleh semua orang yang ingin meraih kesuksesan adalah Penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan, penyalahgunaan keuangan dan pelanggaran kesusilaan/moral.
2) Tri Hayu Tri hayu merupakan cita-cita Ki Hadjar Dewantara dalam hidup. Hasil renungan para tokoh pejuang kemerdekaan dalam kelompok “sloso Kliwonan” yang menjadi garis dan tujuan perjuangan, yaitu
11
Memayu hayuning sariro, yang artinya membahagiakan diri, Memayu hayuning bongso, yang artinya membahagiakan bangsa, dan Memayu hayuning manungso yang artinya membahagiakan umat manusia (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 43).
3) Tri nga (Ngerti, ngroso, nglakoni) Ajaran ini mengingatkan kita terhadap segala aharan hidup atau cita-cita kita diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan dalam pelaksanaannya, tahu dan mengerti saja tidak cukup kalau tidak menyadari dan tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan dan memperjuangkannya. Ilmu tanpa amal adalah kosong dan amal tana ilmu adalah dusta/pincang (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 42). Tri nga merupakan implementasi dari seseorang yang telah memiliki
ilmu
pengetahuan.
Seseorang
jika
telah
memiliki
pengetahuan (ngerti) tentang suatu hal, maka ia harus memiliki rasa ingin melakukan hal yang sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. Dan tidak hanya sampai ingin (ngroso), tetapi hendaknya ia melakukan (nglakoni) dari ilmu pengetahuan yang ia miliki. Misalkan ia tahu untuk menjadi seorang ilmuan maka sikap yang harus dimikili adalah sikap jujur, apa adanya, disiplin, dan sesuai fakta. Maka sikap yang harus dilakukan adalah adalah jujur, apa adanya, disiplin, dan sesuai fakta. 4) Tri
juang:
berjuang
memberantas
kebodohan,
kemiskinan,
ketertinggalan. 5) Tri N (Niteni, nirokke, nambahi) Tri N ini merupakan ajaran yang mengajarkan kita dalam menemukan temuan yang lebih baik dan anti plagiatisme. Untuk membuat hal baru kita harus melihat terlebih dahulu produk yang sudah ada, meniru bagaimana cara pembuatannya, dan menambahi inovasi hasil pikir dari individu tersebut sebagai pembeda dari hasil yang sudah-sudah.
12
d. Ajaran yang Berupa Fatwa 1) Lawan sastra ngesti mulya: dengan ilmu pengetahuan/budaya mencita-citakan kebahagiaan dan kesejahteraan. 2) Suci tata ngesti tunggal: Dengan suci hati, dalam keadaan yang teratur, tertib mencita-citakan persatuan, kesempurnaan. 3) Ning-neng-nung-nang Kesucian fikiran kebatinan yang didapat dengan ketenangan hati, itulah yang mendatangkan kekuasaan dan jika sudah ada tiga tiganya maka kemenangan akan menjadi bahagia kita (Ki Hajar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa: 2013. 14). Dengan fikiran yang hening, tenang, diam tidak mudah emosi, memiliki
keteguhan,
kekuatan
hati
akhirnya
memperoleh
kemenangan. Ning dari kata hening, tenang; neng dari kata meneng, diam, tidak emosi, tidak gegabah; nung dari kata hanung, teguh, kuat, sentosa; dan nang dari kata menang, wewenang. 4) Ngandel-kendel-bandel-kandel Ngandel: percaya kepada Tuhan, percaya diri; kendel: berani, berani karena benar; bandel: tahan banting, tidak mudah putus asa; kandel: tebal, tebal kepercayaan, tebal imannya. Percaya akan memberikan pendirian yang tegak, maka kemudian kendel (berani), dan bandel (tidak lekas ketakutan, tawakal) akan menyusul sendiri (Ki Hajar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa: 2013. 14). 5) Bibit-bebet-bobot. Dalam membentuk keluarga yang baik, sejahtera, perlu memperhatikan bibit, bebet, bobot. Bibit: benih yanng dimaksud anak (calon pengantun); bebet: yang menurunkan (orangtua, asal usul) dari keluarga yang baik ataukah tidak, mempunyai penyakit yang menurun atau tidak, dst; bobot: berat, yang dimaksud adalah mutu dan kualitas.
13
6) Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia: setiap orang memiliki hak untuk memperoleh kebahagiaan, dan kesejahteraan. 7) Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat. 8) Alam hidup manusia adalah alam hidup pembulatan: bahwa manusia hidupnya tidak terlepas dari keadaan alam, ekologi. Manusia yang mampu menyatu dengan alam itulah yang dapat bahagia 9) Dengan bebas dari segala ikata dan dalam kesucian, kita berhamba kepada sang anak. 10) Tetep – antep – mantep: Tetep: ketetapan hati, tetap pada pendiriannya tidak tergoyahkan oleh pengaruh negatif. Antep: berat, berbobot, bermutu. Mantep: mantap, tetap pada pilihannya. Ketetapan fikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang dan jika tetep dan antep itu sudah ada, maka mantep itu datang juga, yakni tidak dapat diundurkan lagi (Ki Hajar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa: 2013. 14). Dari berbagai ajaran Ki Hadjar Dewantara di atas, ajaran tersebut sangat sesuai dengan pembelajaran IPA untuk meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa. Ajaran tersebut adalah tri logi kepemimpinan dan tri N yang diimplementasikan dengan sistem among. 2. 1. 2 Hakikat Ilmu Pendidikan Alam Sains
berasal dari bahasa Latin “scientia” yang artinya
pengetahuan (The Liang Gie, 1982: 14). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical science (ilmu fisik) dan life science (ilmu biologi). Collette &Chiappetta (1994: 30) berpendapat bahwa “Science should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating claim about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”.
14
Menurut Carin & Sund (1980: 2) “Science is a human activity that has evolved as an intellectual tool to facilitate describing and ordering the environment”. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya. Ilmu Pengetahuan Alam juga didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh
melalui
pengumpulan
data
dengan
eksperimen,
pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Trianto, 2007: 102). Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (b) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk
menguji tindak
lanjut
hasil
eksperimen,
(c)
dikembangkannya sikap ilmiah (Pusat Kurikulum, 2007: 7). Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahanpermasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup identifikasi masalah, memeriksa data, merumuskan hipotesis, eksperimen dan membuat kesimpulan (Ralph Martin E. et al, 1998: 10).
15
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2007: 99). Pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, sehingga
proses
pengalaman
pembelajarannya
langsung
untuk
menekankan
mengembangkan
pada
pemberian
kompetensi
agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.
Di tingkat SD
diharapkan ada penekanan pembelajaran mengenai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Menurut Pusat Kurikulum, pada hakikatnya IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (a) sikap yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
16
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended, (b) proses yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, (c) produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, (d) aplikasi penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Sains/IPA perlu diajarkan karena IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis dan obyektif. Selain membelajarkan anak untuk berfikir, IPA juga memberikan
nilai-nilai pendidikan yang berpotensi untuk membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan. Untuk pendidikan IPA sendiri ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam pembelajarannya yaitu: (a) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup kita, (b) menanamkan suatu sikap hidup yang alamiah, (c) memberikan pengetahuan tentang sains kepada siswa dan ketrampilan kepada mereka, (d) mendidik anak-anak agar dapat menghargai penemu-penemu sains, pekerja-pekerja sains yang telah banyak berjasa bagi dunia dan kemanusiaan umumnya (Sukarno, 1981: 26-27). Dari berbagai teori di atas, Pembelajaran IPA yang dimaksud dalam program studi PGSD adalah pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa sebagai bekal materi IPA dasar keSDan untuk calon guru SD dan
cara-cara
penyampaian
materi
17
IPA
tersebut
dalam
proses
pembelajaran di SD. Materi yang diberikan yaitu materi terkait dengan fisika SD yang selanjutnya diimplementasikan dengan mata kuliah IPA I dan biologi SD yang selanjutnya diimplementasikan dengan mata kuliah IPA II. Sedangkan terkait dengan strategi penyampaian materi IPA SD, diimplementasikan dengan mata kuliah pengembangan pembelajaran IPA SD. Materi Fisika SD yang diberikan yaitu mencakup Besaran, Satuan dan Pengukuran; Materi dan Perubahannya; Gerak; Gaya; Energi dan usaha; pesawat sederhana; Suhu dan Kalor; Bunyi; Cahaya; listrik; rangkaian listrik; magnet dan tata surya. Sedangkan materi Biologi SD yang diberikan yaitu mencakup Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya; Fisiologi dan tingkah laku tumbuhan dan hewan serta fungsinya; Daur hidup beberapa jenis makhluk hidup; Hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan; Hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi dan masyarakat; Rangka manusia dan fungsinya; Organ/bagian tumbuhan, manusia, dan hewan beserta fungsinya serta pemanfaatan bagian hewan dan tumbuhan di sekitar bagi manusia; Siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup; Hewan dan jenis makanannya; Makhluk hidup dan lingkungannya; Sistem pernapasan hewan dan manusia serta penyakit yang berkaitan dengan pernapasan; Perkembangbiakan makhluk hidup; dan Adaptasi makhluk hidup dengan lingkungan.
2. 1. 3 Sikap Ilmiah Sikap ilmiah merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang saintis atau peneliti. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam sebuah penelitian, kita juga harus dapat melakukannya dengan proses yang baik. Menurut Hadiat dan I Nyoman Kertiasa (dalam Kartono: http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_%2837%29.pdf) mengemukakan beberapa sikap ilmiah yaitu (1) obyektif terhadap fakta, (2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, (3) berhati terbuka, (4) tidak
18
mencampuradukkan fakta dengan pendapat, (5) bersifat hati-hati, dan (6) ingin menyelidiki. Namun demikian pada hakekatnya banyak sekali sikap ilmiah yang dapat ditumbuhkan pada diri siswa. Penjelasan dari beberapa sikap ilmiah adalah sebagai berikut : a. Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. b. Disiplin yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. c. Kerja keras yaitu Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam
mengatasi
berbagai
hambatan
belajar
dan
tugas,
serta
menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. d. Kreatif yaitu Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. e. Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. f. Rasa ingin tahu yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. g. Peduli lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. h. Tanggung jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. i. Demokratis yaitu Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
19
Guna memperoleh kepastian tercapainya tujuan afektif ranah sikap ilmiah tentu harus dilakukan pengamatan terhadap sikap ilmiah IPA pada diri siswa. Berikut ini beberapa deskriptor sikap ilmiah yang perlu di kembangkan pada mata pelajaran IPA khususnya siswa sekolah dasar. Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh kerana dalam pembelajaran sains berkaitan dengan kemampuan, sehingga menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran. Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan masa lalu dan masa kini. Melaui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecendrungan bertindak. Setelah sikap terbentuk akan mempengaruhi perilaku secara langsung. Perilaku akan memmpengaruhi perubahan lingkungan yang ada, dan perubahan-perubahan yang terjadi akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki. Sikap ilmiah yang dibangun dalam penelitian ini adalah sikap ketidakilmiahan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah, ketidakjujuran dalam pengutipan keilmuan orang lain, ketidakdisiplinan dalam perkuliahan, ketidakkreatifan
dalam
pembuatan
karya
ilmiah,
dan
ketidaktanggungjawaban dalam tugas individu dan kelompok yang diberikan dalam proses pembelajaran IPA.
2. 1. 4 Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan dalam pembelajar IPA untuk mahasiswa PGSD antara lain: a. Tri logi kepemimpinan
20
Pamong harus dapat mengaplikasikan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wurihandayani” saat di dalam kelas atau pun di luar kelas. d. Sistem Among Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pamong, mereka harus dapat mengimplementasikan sistem among dengan: (1) mendidik dengan penuh kasih sayang dan kecintaan terhadap mahasiswa; (2) membentuk dan membina cipta-rasa-karsa anak didik senafas-seirama dengan kodratbakat-pembawaan anak tersebut; (3) menjunjung jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari kepribadiannya sendiri. e. Tri N (Niteni, nirokke, nambahi) Ajaran ini sangat perlu ditanamkan dalam menumbuhkan sikap ilmiah. Dengan mengimplementasikan ajaran tri N Mahasiswa dapat menumbuhkan jiwa kreatif dan mampu menciptakan hal yang baru yang dapat diperoleh dari memperhatikan hal yang sudah ada, mengikuti cara nya dan kemudian menambahi agar kreatifitas yang baru menjadi tumbuh. 2. 2 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Bartolomeus Samho dan Oscar Yasunari (2010) di Universitas Katolik Parahyangan Bandung dengan judul “Konsep
Pendidikan
Ki
Hadjar
Dewantara
dan
Tantangan
Implementasinya di Indonesia Dewasa Ini”. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan hendaknya diarahkan untuk: (1) Memerdekaan lahiriah dan batiniah. (2) Membangun kesadaran peserta didik bahwa dirinya adalah bagian integral dari alam semesta. (3) Membentuk perasaan peserta didik untuk mencintai ketertiban dan kedamaian. (4) Membentuk sikap tanggungjawab dalam diri peserta didik agar setia dan bertanggungjawab dalam memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. (5)
21
Membangun rasa nasionalisme dalam diri peserta didik sehingga ia merasa satu dengan bangsanya dan cinta akan bangsanya. (6) Membangun rasa persaudaraan dalam diri peserta didik yang berskala planeter (lintas batas) sehingga melalui keluhuran akal budi dan kebeningan nuraninya tumbuh perasaan cinta kasih terhadap sesama manusia. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Duncan dan Arthurs (2008) dengan judul “Improving Student Attitudes about Learning Science and Student Scientific Reasoning Skill”. Sikap ilmiah mahasiswa dinilai menggunakan pengamatan, wawancara, dan tes tertulis. Hasil menunjukkan bahwa pembelajaran sains dapat meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa dengan cara mengimplementasikan scientific Reasoning Skill. .
22
2. 3 Kerangka Pikir Dalam meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sebagai calon guru SD diperlukan berbagai faktor pendorong yang akan membantu meningkatkan sikap
ilmiah
mahasiswa
tersebut.
Salah
satunya
adalah
dengan
mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara. Kerangka piker dalam penelitian ini digambarkan sesuai Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
23
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3. 1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2. Mengetahui pencapaian sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
melalui implementasi ajaran
Ki Hajar
Dewantara dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
3. 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dalam hal pengembangan keilmuan, hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah khazanah ilmu tentang pembelajaran IPA berbasis ajaran Ki Hajar Dewantara untuk membangun sikap ilmiah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk membumikan kembali ajaran Ki Hajar Dewantara yang terbukti masih relevan dengan keadaan saat ini.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam membangun sikap ilmiahnya.
b.
Bagi Pamong, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan demi perbaikan pembelajaran khususnya bagi pamong yang akan memimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran.
c.
Bagi Institusi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi penyusunan kurikulum serta dapat membumikan kembali nilai-nilai ajaran Ki Hajar Dewantara sebagai ciri khas perguruan Tamansiswa.
24
25
BAB IV METODE PENELITIAN
4. 1 Jenis dan Tahapan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Prosedur dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsipprinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Desain penelitian tindakan terdiri dari empat komponen merupakan siklus mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang diikuti dengan perencanaan ulang sesuai pada Gambar 2.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 2. Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Secara detail Tahap-tahap penelitian tindakan di atas dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah : (1) dialog awal untuk mengidentifikasi masalah, dan (2) merumuskan permasalahan untuk perbaikan pembelajaran
26
2. Tahap perencanaan yang meliputi: (1) menetapkan alternatif upaya peningkatan kualitas pembelajaran, (2) penentuan metode pembelajaran, (3) penyusunan rancangan tindakan. 3. Pelaksanaan
tindakan.
Peneliti
sebagai
kolaborator
menerapkan
pembelajaran berbasis ajaran Ki Hajar Dewantara 4. Observasi dan Monitoring. Tahap ini dilakukan dalam upaya perbaikan proses pembelajaran dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Peneliti sebagai kolaborator melaksanakan pengamatan secara sistematis terhadap kegiatan mahasiswa. 5. Refleksi berguna sebagai upaya memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul di lapangan. 6. Evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini evaluasi meliputi evaluasi sikap ilmiah mahasiswa. Kriteria keberhasilan tindakan dilihat dari meningkatnya sikap ilmiah mahasiswa. 7. Kesimpulan hasil. Pada tahap ini dibuat pelaporan hasil secara keseluruhan.
4. 2 Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Penerapan metode ini dilakukan terhadap mahasiswa semester II tahun 2014/2015 kelas J dalam pembelajaran mata kuliah IPA 1 yang berjumlah 50 mahasiswa.
4. 3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode angket untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa, dokumentasi untuk mendapatkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah pembelajaran, observasi untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku secara langsung kelompok ataupun individu, dan wawancara digunakan
27
untuk mengungkap data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis Ajaran Ki Hajar Dewantara.
4. 4 Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif. Analisis ini meliputi perhitungan nilai rerata, standar deviasi, dan prosentase. Selanjutnya hasil penelitian masing-masing siklus dipaparkan secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah, seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari angket, wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumen lainnya. Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis data kualitatif yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi data Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi data yang bermakna. Reduksi data disini adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
yaitu
pembelajaran
berbasis Ajaran Ki Hajar Dewantara untuk meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa. 2. Paparan Data Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif, representasi tabular termasuk dalam berbagai format. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah mahasiswa dengan menerapkan pembelajaran berbasis Ajaran Ki Hajar Dewantara maka data yang diperlukan berupa data hasil
28
observasi selama pembelajaran berlangsung serta data angket yang diisi mahasiswa.
29
BAB V HASIL YANG DICAPAI
Beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan dalam pembelajar IPA untuk mahasiswa PGSD antara lain: 1. Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia
Dalam setiap pembelajaran, pamong selalu mengucapkan salam pembuka “salam dan bahagia” dan saat pembelajaran selesai, pasti diakhiri dengan kata “salam”. Hal ini dilakukan agar mahasiswa selalu menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk selalu merasakan selamat dan bahagia. Salam, merupakan kata sapaan yang memiliki filosofi bahwa manusia harus selamat. Maksud dari selamat disini adalah untuk selalu dalam jalur yang benar agar kita tetap selamat, maka kita harus melakukan hal-hal yang sesuai dengan prosedur yang ada serta tidak melakukan segala sesuatu yang melanggar prosedur yang sudah ada. Dengan begitu maka hidup kita akan selalu selamat dan bahagia tanpa memikirkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah dan khasanah yang sesungguhnya. Pemahaman tentang filosofi tersebut sudah disampaikan kepada mahasiswa saat pertemuan pertama mata Kuliah Ipa.
2. Tri Logi Kepemimpinan
Pamong harus dapat mengaplikasikan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wurihandayani” saat di dalam kelas atau pun di luar kelas.
3. Sistem among
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pamong, mereka harus dapat mengimplementasikan sistem among dengan: (1) mendidik dengan penuh kasih sayang dan kecintaan terhadap mahasiswa; (2) membentuk dan membina ciptarasa-karsa anak didik senafas-seirama dengan kodrat-bakat-pembawaan anak tersebut; (3) menjunjung jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari kepribadiannya sendiri.
30
4. Tri N (Niteni, nirokke, nambahi)
Ajaran ini sangat perlu ditanamkan dalam menumbuhkan sikap ilmiah. Dengan mengimplementasikan ajaran tri N Mahasiswa dapat menumbuhkan jiwa kreatif dan mampu menciptakan hal yang baru yang dapat diperoleh dari memperhatikan hal yang sudah ada, mengikuti cara nya dan kemudian menambahi agar kreatifitas yang baru menjadi tumbuh.
5. Tri Nga (Ngerti, Ngroso, Nglakoni)
Ajaran tri Nga ini diimplementasikan dalam pembelajaran IPA dengan tujuan agar mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang ia dapat selama perkuliahan kedalam kesehariannya. Misalkan mahasiswa sudah tahu penulisan karya ilmiah sesuai kaidah ilmiah, maka dalam pelaksanaanya ia juga harus menerapkan pengetahuan yang ia dapat sebelumnya.
Dari penjelasan di atas dapat di uraikan secara detail sebagai berikut: 1. Tindakan pada siklus 1 a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti merencanakan pembelajaran IPA yang dapat memberikan solusi dari berbagai masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang. Dari latar belakang yang mengatakan bahwa mahasiswa PGSD belum memiliki sikap ilmiah, maka penelitian yang dilakukan adalah melakukan perencanaan pengimplementasian ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara agar sikap ilmiah mahasiswa dapat tumbuh. Perencanaan tersebut terkait stategi, materi, alokasi waktu, dan skenario pembelajaran. Strategi yang dilakukan yaitu dengan mengimplementasikan sistem among dalam materi Rangkaian Listrik dengan alokasi waktu 100 menit. Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
31
b. Pelaksanaan Berikut pelaksanaan implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara pembelajaran IPA 1 dalam Materi Rangkaian Listrik: 1) Dosen mengucapkan salam dan bahagia dalam mengawali pembelajaran IPA 1. Salam dan bahagia ini bertujuan agar mahasiswa memiliki keteguhan pikiran dan memantapkan kembali tujuan mereka belajar adalah untuk memperoleh kebahagian, keselamatan dan kesejahteraan. 2) Proses pembelajaran di kelas menggunakan model diskusi, hal ini penting agar
mahasiswa
merasa
memiliki
andil dalam proses
pembelajaran. Jika dosen yang selalu berbicara di depan, mahasiswa merasa tidak bebas dalam berekspresi. Saat berdiskusi dosen lebih menjadi fasilitator yang memfasilitasi apa saja yang dibutuhkan mahasiswa saat proses diskusi. Ini merupakan implementasi sistem among dan ajaran Tut Wuri Handayani. Dosen selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa saat berdiskusi. Jika ada hal-hal yang tidak diketahui oleh mahasiswa maka dosen menjelaskan hal tersebut secara gamblang. 3) Mahasiswa mempresentasikan makalah yang telah dibuat secara kelompok dengan tema rangkaian listrik. Pengerjaan makalah secara kelompok ini sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu asas kekeluargaan. Dengan diajarkan bekerja secara kelompok mereka menjadi mengerti bahwa dengan bekerja sama pekerjaan akan menjadi semakin ringan. Namun dosen juga harus menguji seberapa jauh kerja sama mereka dalam mengerjakan makalah secara kelompok dengan menanyakan isi dari makalah secara individu. Dengan begitu dosen menjadi tahu seberapa besar kerja sama mereka dalam bekerja secara kelompok. Makalah yang akan dipresentasikan ini dikumpulkan satu hari sebelum presentasi. Hal ini merupakan cara untuk melatih anak melakukan proses tanggungjawab dalam pengerjaan tugas. Jangan sampai mereka mengerjakan makalah tersebut dengan sistem SKS
32
(sistem kebut semalam) atau bahkan mereka tidak bertanggungjawab dan tidak berangkat saat Presentasi berlangsung.
Gambar 3. Proses presentasi mahasiswa
Proses pembuatan makalah juga harus selalu diperiksa oleh Dosen untuk menghindari plagiasi dalam penulisan makalah. Dosen harus mengecek apakah makalah sesuai dengan kepenulisan kaidah ilmiah, seberapa besar kontribusi pemikiran mahasiswa dalam makalah, sehingga makalah tidak hanya proses copy and paste tanpa adanya kontribusi pemikiran dari penyusun. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran tri N. Yaitu mengajarkan kepada mahasiswa untuk selalu melakukan proses niteni, nirokke, nambaih. Sebelum melakukan penyusunan makalah, mahasiswa harus terlebih dahulum melakukan proses niteni apa saja yang harus dibahas dalam tema yang diangkat dalam makalah. Kemudian setelah memahami apa saja yang harus dibahas salam makalah, tahap selanjutnya adalah nirekke. Tahap ini dilakukan dengan mencar materimateri yang terkait dengan tema yang diambil dari berbagai sumber dan sumber tersebut harus dicantumkan dalam makalah agar terhindar dari unsur plagiasi. Sedangkan tahap akhir adalah tahap yang harus dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan penulisan ilmiah. Tahap ini yaitu nambahi. Mahasiswa harus memberikan kontribusi pemikiran sendiri
33
sebagai wujud dari karya pribadinya. Tidak hanya menyadur dari pengetahuan orang lain. Makalah yang belum sesuai dengan kaidah ilmiah tidak begitu saja di salahkan, namun dosen harus mencontohkan seperti apa penulisan yang sesuai dengan kaidah ilmiah dan menunjukkan dibagian mana kesalahan yang dilakukan serta mengarahkan apa yang harus dilakuka selanjutnya. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran ing ngarso sung Tuladha dan ing madya mangun karsa. Dengan begitu mahasiswa merasa diarahkan tidak hanya disalahkan. Mahasiswa juga merasa dibimbing untuk menjadi yang lebih baik dan kemudian menjadikan hal tersebut menjadi kebiasaan dan mendarah daging bagi mahasiswa. 4) Dosen juga mengevaluasi makalah yang telah dibuat oleh mahasiswa, sejauh mana mereka terhindar dari plagiasi, hal ini merupakan implementasi dari ajaran Ing ngarso sung tuladha yang artinya di depan memberi contoh. Dengan kita memberikan contoh bagaimana tata cara penulisan makalah yang benar dan menjungjung tinggi nilai kejujuran dalam penulisan makalah. Tidak hanya berhenti disitu, guru harus memantau seberapa juah mereka memperbaiki makalahnya secara intens. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran ing madya mangun karsa yang artinya di tengah memberikan dorongan. 5) Dalam proses pembelajaran dosen juga memberikan semangat kepada mahasiswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran, baik aktif dalam proses diskusi, bertanya, memberi masukan,bahkan menanyakan materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hal tersebut merupakan implementasi dari ajaran Ki Hajar Dewantara yakni tut wuri handayani yang artinya dan di belakang selalu menyemangati. Menyemangati disini tidak hanya dalam proses perkuliahan IPA, namun juga dalam aspek lain seperti memberi semangat untuk selalu berbuat baik, selalu membantu satu sama lain, dan yang pasti memberi semangat untuk selalu rajin belajar.
34
6) Dosen juga memberikan arahan kepada para siswa untuk mengamati alam sekitar sebagai implementasi dari materi yang telah diajarkan. Dalam hal ini mahasiswa diajak membuat rangkaian listrik seri, paralel dan campuran agar mereka dapat mengamati secara langsung perbedaan dan cara merangkai rangkaian seri, paralel dan campuran. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran Ki Hajar Dewantara yakni asas kodrat alam. Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk, adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan ini. Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya. c. Pengamatan Dari pelaksanaan diatas, dosen mengamati perubahan yang terjadi pada mahasiswa, seperti perubahan dalam menulis makalah sesuai dengan kaidah ilmiah (jujur dalam pengambilan informasi), mandiri dalam belajar serta bekerja keras dalam implementasi pembuatan rangkaian dalam kehidupan sehari-hari. d. Refleksi Sikap ilmiah tentang kejujuran dalam penilisan makalah dan pengambilan sumber sudah mulai tertanam. Hal ini dibuktikan dengan revisi yang dikumpulkan secara idividu sudah mulai mencantumkan sumber dari materi yang di kutip dan alamat gambar yang dimbil dari internet. Kreativitas mahasiswa juga mulai tertanam, hal ini dibuktikan dengan mereka mampu membuat media rangkaian listrik seri, paralel dan campuran. Namun saat ujian tengah semester tiba, masih ada beberapa mahasiswa yang mencontek dengan berbagai cara seperti membawa contekan, menanyakan jawaban kepada teman, dan berbagai cara lainnya seperti menuliskan contekan di kursi ujian, memasukkan contekan di sepatu, di tempat pensil dan membawa handphone kedalam ruang kelas.
35
Gambar 4. Bukti fisik contekan mahasiswa di bangku ujian
2. Tindakan Pada Siklus 2 a. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan dalam siklus dua ini adalah lebih menekankan kembali implementasi sistem among dalam menumbuhkan sikap ilmiah jujur kepada mahasiswa. Pamong sejatinya adalah pembimbing yang memberikan bimbingan agar mendapatkan pencerahan jalan yang lebih baik. Pamong bukanlah pemberi hukuman. Sehingga dalam mengimplementasikan sistem among dosen hendaknya selalu sabar menyadarkan kepada mahasiswa tentang arti penting dari kejujuran. Dosen tidak lagi memberi hukuman namun lebih memberikan penghargaan bagi mahasiswa yang tidak mencontek akan diberikan nilai tambahan dan bagi yang mencontek akan diberi konsekunsi yang telah disetujui sebelum ujian dilaksanakan. Dengan begitu mahasiswa juga merasa tanggungjawab dengan konsekuensi yang telah disepakati bersama.
b. Pelaksanaan Pada siklus dua ini sikap ilmiah mahasiswa sudah sangat terlihat peningkatanya. Mulai dari tingat rasa ingin tahu mereka terhadap materi
36
yang dipresentasikan sampai kepada kejujuran dalam melaksanakan ujian. Peningkatan rasa ingin tahu mahasiswa dapat kita lihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5. Apresiasi bertanya mahasiswa yang tinggi
Begitu juga dengan kejujuran mahasiswa dalam proses ujian akhir semester. Mereka sudah tidak lagi mencontek dan saling bertanya saat proses ujian berlangsung. Hal tersebut dapat kita amati pada gambar berikut ini:
37
Gambar 6. Ketertiban mahasiswa saat ujian akhir semester
c. Pengamatan Sikap ilmiah jujur, mandiri, kreatif, disiplin, kerja keras dan rasa ingin tahu mahasiswa sudah tercermin dalam proses pembelajaran IPA I.
d. Refleksi Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dapat menumbuhkan sikap ilmiah mahasiswa dalam proses pembelajaran IPA 1. Dan hal tersebut harus selalu dijaga dengan memberikan bimbingan yang intens kepada mahasiwa di semua mata kuliah
38
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana tahapan berikutnya dalam penelitian ini adalah mengembangkan model ajaran Ki Hajar Dewantara yang dapat diimplementasikan di semua mata kuliah sehingga terbentuk sikap ilmiah mahasiswa dari semua mata kuliah dan juga sekaligus sebagai perwujudan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan.
39
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama implementasi ajaran ing ngarso sing tuladha, yang diintegrasikan dengan materi rangkaian listrik dengan penugasan pembuatan makalah dan media pembelajaran dapat membangun sikap kejujuran mahasiswa dalam membuat makalah yang sesuai dengan kaidah ilmiah dan terhindar dari plagiasi. Kemudian implementasi ajaran ing madya mangun karso, dapat membangun sikap rasa ingin tahu mahasiswa dalam menggali materi yang dipelajari di ruang kelas. Ajaran tut wuri handayani membangun sikap mandiri mahasiswa dalam mencari tahu dan menemukan permasalahanpermasalah yang dihadapi melalui diskusi kelompok dan masukanmasukan yang diberikan oleh teman sebaya. Sedangkan ajaran Tri N dapat membangun sikap kreatif mahasiswa dalam menemukan inovasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada siklus kedua, dengan antusias dalam diskusi dan kejujuran dalam proses ujian akhir semesterpun meningkat. 2.
Dengan mengimplementasikan ajaran: Tri Logi Kepemimpinan, Sistem among; dan Tri N (Niteni, nirokke, nambahi) dapat membangun sikap jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan rasa ingin tahu mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran IPA 1.
7. 2 Saran Ajaran Ki Hajar Dewantara merupakan ciri khas yang dimiliki oleh perguruan Tamansiswa. Mengimplementasikan ajaran Tamansiswa bukan
40
hanya kewajiban pamong mata kuliah Ketamansiswaan namun merupakan kewajiban semua civitas akademika di lingkungan Tamansiswa. Sehingga sudah menjadi kewajiban semua pamong mengimplementasikan ajaran tersebut baik dalam proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan ini dapat dijadikan contoh implementasi mata kuliah lain dan harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi yang akan disampaikan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Carin, Arthur A & Sund, Robert B. 1980. Teaching modern science. Ohio: Bell & Howell Company. Collette, Alfred T & Chiappetta, Eugene T. 1994. Science instruction in the middle and secondary schools. New York: Macmillan Publishing Company. Hadiat dan I Nyoman Kertiasa, 1976. Metodologi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kartono. Tt. Pengembangan Model Penilian Sikap Ilmiah IPA Bagi Mahasiswa PGSD. Surakarta: eprint-uns.ac.id. dikutip dari http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_%2837%29.pdf pada tanggal 15 Maret 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Revolusi. Dikutip dari http://kbbi.web.id/revolusi pada tanggal 30 September 2015 Majelis Luhur Tamansiswa. 2013. Ki Hajar Dewantara Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa. Pusat Kurikulum. 2007. Panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Ralph Martin E. et al. 1998. Teaching science for all children. Boston: Pearson Education Inc Soeratman, Parsiti. 1985. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar. Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sukarno. 1981. Dasar-dasar pendidikan sains. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014. Materi Kuliah Ketamansiswaan. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Tim penyusun. 2012. Tamansiswa: Badan Perjuangan Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Perguruan Tamansiswa Yogyakarta. Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
42
The Liang Gie. 1982. The interrelationships of science and technology. Yogyakarta: The Science and Technology Studies Foundation.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran I Makalah Mahasiswa yang Belum Sesuai dengan Kaidah Ilmiah
45
Lampiran II CONTEKAN MAHASISWA SAAT UTS
46
Lampiran 3 Rincian Anggaran 1 No 1 2 2
Honor Honor
Honor/ Jam (Rp)
Ketua Anggota
Waktu (jam/ minggu)
5000 4000
Minggu
Jumlah Honor (Rp)
5 24 4 24 Subtotal (Rp)
600.000 384.000
984.000
Peralatan penunjang
No
Material
1
Kamera foto / video
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Penyewaan
Harga Peralatan Penunjang (Rp) 50.000 200.000 Subtotal (Rp) 200.000
Lama Pemakaian (hari)
1
4
Harga Satuan (Rp)
3 Bahan Habis Pakai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Material Pencetakan Proposal Penjilidan Proposal Materai 6000 ATK (bolpoint, ordner, stopmap, dll) Pencetakan dan Copy Handout CD, Label CD dan Tempat CD Scan Data Pencetakan Laporan Penjilidan Laporan Paket data Internet
250 5 5 4
Harga Satuan (Rp) 500 7.000 7.000 45.000
Total Biaya (Rp) 125.000 35.000 35.000 180.000
Pembelian
322
500
161.000
Pembelian
5
20.000
100.000
Pembelian Pembelian Pembelian Pembelian
10 500 5 3
2.000 500 7.000 65.000 Subtotal (Rp)
20.000 250.000 35.000 195.000 941.000
Justifikasi Pemakaian Pembelian Pembelian Pembelian Pembelian
Kuantitas
4 Perjalanan No 1 2
Material Seminar proposal dan hasil penelitian Rapat dan diskusi hasil penelitian
Justifikasi Perjalanan Presentasi
2
75.000
Biaya per Tahun (Rp) 150000
2
50.000
100000
Subtotal (Rp)
250.000
Kuantitas
Presentasi
Harga Satuan (Rp)
5 Lain-lain No 1 2
Kegiatan Publikasi Prosiding Seminar Internasional Hardcopy untuk Prosiding
Justifikasi Publikasi/ presentasi Prosiding
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
2
350.000
Biaya per Tahun (Rp) 700.000
1
300.000 Subtotal (Rp)
300.000 1. 000.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELAMA 6 BULAN (Rp)
47
3.375.000
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA
No
Aspek sikap ilmiah
1
Jujur
2
Rasa ingin tahu
3
Sikap kritis
4
Terbuka dan mau bekerja sama
Indikator Menyampaikan pendapat sesuai dengan keadaan sebenarnya Menuliskan karya disertai dengan sumber yang jelas Menanyakan hal-hal baru yang belum diketahui Antusias mencari informasi dari berbagai sumber Antusias mencari jawaban Melakukan penyelidikan melalui pengamatan/ dengan serius Meragukan temuan orang lain/teman Teliti dalam melakukan pengamatan Tidak mengabaikan data meskipun kecil Menerima dan menghargai pendapat orang lain/teman Tidak merasa selalu benar Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif Bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam kelompok
48
SKOR