Hibah Monodisiplin
LAPORAN AKHIR KELAYAKAN BIS WISATA KOTA DI INDONESIA STUDI KASUS BANDUNG TOUR ON BIS (BANDROS) DAN BIS WISATA WERKUDARA (SURAKARTA)
Disusun Oleh: A. Caroline Sutandi, Ir., MT., Ph.D. Yustina Niken R. Hendra, S.T., M.Sc. Dipo Balida
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2016 i
Daftar Isi
Halaman Sampul .............................................................................................................
i
Daftar Isi
................................................................................................................... ii
Abstrak
................................................................................................................... iii
Bab I
Pendahuluan...................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah......................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
1.4
Sistematika Penelitian ............................................................................... 4
1.5
Penerapan Hasil Penelitian ........................................................................ 5
Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 6 2.1
Definisi Pariwisata .................................................................................... 6
2.2
Sarana dan Prasarana Kepariwisataan ....................................................... 6
2.3
Kepuasan akan Pelayanan Jasa Angkutan ................................................. 7
2.4
Kepuasan Pengguna Bis Wisata Kota ....................................................... 8
Bab III Metode Penelitian ............................................................................................. 9 3.1
Tahap Kegiatan Penelitian ........................................................................ 9
3.2
Indikator Capaian Terukur ........................................................................ 10
3.3
Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 10
Bab IV Jadwal Pelaksanaan ......................................................................................... 12 Bab V Hasil dan Pembahasan ........................................................................................ 13 5.1
Karakteristik Responden ........................................................................... 13
5.2
Kepuasan dan Kepentingan Terhadap Kualitas Pelayanan dan Operasional Bis Wisata Kota .................................................................... 15
5.3
Rekomendasi ............................................................................................. 18
Bab VI Simpulan dan Saran .......................................................................................... 23 6.1
Simpulan.................................................................................................... 23
6.2
Saran .......................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 24
ii
Abstrak
Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari suatu daerah/negara ke daerah/negara lain. Salah satu sarana dan prasarana pariwisata yang keberadaannya menunjang kehidupan pariwisata di Indonesia adalah transportasi pariwisata. Beberapa kota di Pulau Jawa telah melakukan banyak upaya untuk mengembangkan potensi-potensi wisata yang dimiliki agar mampu meningkatkan daya tarik wisatawan, seperti dengan melakukan perbaikan fasilitas wisata, optimalisasi bangunan bersejarah dan kegiatan kebudayaan sebagai aset wisata, serta pengoptimalan kinerja berbagai dinas untuk saling berkoordinasi dalam membangun kepariwisataan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan transportasi pariwisata seperti yang telah dilakukan di Kota Solo, Semarang, Bandung, Malang, dan Jakarta. Pelopor pertama adalah Bis Wisata Werkudara (Solo), selanjutnya menginspirasi Kota Bandung untuk menyediakan sarana pariwisata berupa Bandros, dan kemudian diikuti dengan munculnya Bis Wisata Mpok Siti (Jakarta), Macyto (Malang), dan Semarjawi (Semarang). Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang untuk menciptakan transportasi pariwisata sebagai faktor penunjang kehidupan pariwisata di Indonesia yang memperhatikan dan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengguna. Sedangkan, tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan operasional, kualitas pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara, serta menganalisis faktor-faktor yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan dan operasional bis wisata tersebut. Kehadiran Bis Wisata Werkudara dan Bandros sebagai pelopor transportasi pariwisata kota, semakin diminati masyarakat seiring berjalannya waktu. Kunjungan wisatawan yang makin meningkat dari tahun ke tahun, semakin meningkatkan tingkat urgensi dalam melakukan evaluasi terhadap sistem pelayanan dan operasional dari Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis hasil survei pengamatan langsung terhadap sistem operasional bis wisata kota dan kuesioner kepuasan pelayanan dengan responden penumpang bis wisata tersebut. Selain itu, perlu dilakukan perbandingan dari hasil evaluasi kinerja terhadap kondisi eksisting operasional dan pelayanan Bis Wisata Werkudara dengan Bandros. Dengan dilakukan evaluasi tersebut maka dapat direkomendasikan faktor-faktor dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap operasional dan layanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Faktor-faktor pelayanan yang perlu ditingkatkan dan dapat memberi pengaruh positif dalam peningkatan kepuasan pengguna adalah faktor terkait ketersediaan informasi dan keselamatan serta kenyamanan di dalam bus. Langkah-langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah upaya pengembangan sistem informasi baik secara online maupun offline untuk penyebaran informasi mengenai pelayanan bis wisata, melengkapi fasilitas keselamatan di dalam bis, dan perbaikan bentuk fisik bis, formasi tempat duduk, serta interior dalam bis yang dapat menunjang kenyamanan penumpang.
iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi. Pariwisata memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional, selain sebagai sumber perolehan devisa, juga banyak memberikan sumbangan dalam menciptakan lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa. Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari suatu daerah/negara ke daerah/negara lain. Semakin berkembangnya sektor pariwisata di Indonesia, maka akan semakin besar pengaruh dari manfaat pariwisata itu sendiri terhadap pembangunan nasional. Menurut Suwantoro (2004), sarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana kepariwisataan tersebut adalah perusahaan akomodasi, transportasi, rumah makan/restaurant, toko cinderamata, sedangkan, prasarana pariwisata yang dimaksud adalah prasarana perhubungan/jaringan transportasi, sistem perbankan, sistem telekomunikasi, pelayanan kesehatan dan keamanan. Salah satu sarana dan prasarana pariwisata yang keberadaannya menunjang kehidupan pariwisata di Indonesia adalah transportasi pariwisata. Pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia yang selalu ingin mengetahui dan mencari hal-hal yang baru, bagus, menarik, mengagumkan, dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut biasanya melakukan suatu perjalanan keluar daerah atau keluar dari kebiasaanya sehari-hari dalam kurun waktu tertentu (Wibowo, 2011). Beberapa kota di Pulau Jawa telah melakukan banyak upaya untuk mengembangkan potensi-potensi wisata yang dimiliki agar mampu meningkatkan daya tarik wisatawan, seperti dengan melakukan perbaikan fasilitas wisata, optimalisasi bangunan bersejarah dan kegiatan kebudayaan sebagai aset wisata, serta pengoptimalan kinerja berbagai dinas untuk saling berkoordinasi dalam membangun kepariwisataan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan transportasi pariwisata seperti yang telah dilakukan di Kota Solo, Semarang, Bandung, Malang, dan Jakarta.
1
Sarana transportasi wisata yang disediakan berupa bus tingkat wisata
yang dapat
digunakan untuk mengelilingi kota wisata tersebut. Kota Solo menyediakan Bis Tingkat Wisata Werkudara. Kota Semarang menyediakan Bis Semarjawi. Kota Bandung menyediakan Bandros (Bandung Tour on Bus). Kota Malang menyediakan Bis Macyto (Malang City Tour). Kota Jakarta menyediakan Bus City Tour Jakarta Mpok Siti. Dengan adanya fasilitas bis wisata diharapkan dapat menambah daya tarik wisatawan dan mempermudah wisatawan untuk menjangkau objek-objek wisata budaya di kota-kota tersebut. Pertumbuhan wisatawan yang semakin meningkat, menuntut adanya peningkatan kualitas pelayanan dalam penyediaan fasilitas pariwisata, terutama untuk fasilitas transportasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap operasionaldan sistem pelayanan
dari
transportasi
pariwisata
tersebut.
Evaluasi
dilakukan
untuk
bisa
mengidentifikasi seberapa besar tingkat kepuasan pengguna terhadap pelayanan yang sudah diberikan oleh pengelola. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan sistem operasional dari pengoperasian transportasi pariwisata tersebut. Kelayakan sistem operasional yang dimaksud mencakup kelayakan rute dan kendaraan. Evaluasi terhadap kelayakan sistem operasional akan memberikan gambaran mengenai seberapa besar perencanaan dan pengoperasian transportasi pariwisata tersebut dalam memperhatikan dan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan penumpang. Sedangkan, evaluasi kepuasan pengguna terhadap sistem pelayanan yang sudah diberikan oleh pengelola transportasi pariwisata, akan memberikan gambaran faktor-faktor yang perlu diprioritaskan dalam pelayanan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Dalam menyusun skala prioritas langkah perbaikan dari faktor-faktor pelayanan yang perlu ditingkatkan, perlu dianalisis faktor-faktor apa saja yang dapat memberi pengaruh positif dalam peningkatan kepuasan pengguna (Sutandi, 2016). Dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi terhadap sistem pelayanan dan operasional dari Bis Wisata Werkudara dan Bandros (Bandung Tour on Bus). Bis Wisata Werkudara sudah beroperasi sejak tahun 2011, sedangkan Bandros mulai beroperasi pada tahun 2014. Kedua bis wisata tersebut merupakan pelopor adanya transportasi pariwisata yang digunakan untuk mengeliling kota dan mengunjungi objek wisata budaya yang ada di kota tersebut. Pelopor pertama adalah Bis Wisata Werkudara, selanjutnya menginspirasi Kota Bandung untuk menyediakan sarana pariwisata berupa Bandros, dan kemudian diikuti dengan munculnya Bis Wisata Mpok Siti, Macyto, dan Semarjawi. Kehadiran Bis Wisata Werkudara dan Bandros sebagai pelopor transportasi pariwisata kota, semakin diminati masyarakat seiring berjalannya waktu. Kunjungan wisatawan yang makin meningkat dari tahun ke tahun, 2
semakin meningkatkan tingkat urgensi dalam melakukan evaluasi terhadap operasional dan sistem pelayanan dari Bis Wisata Werkudara dan Bandros. Selain itu, perlu dilakukan perbandingan dari hasil evaluasi kinerja terhadap kondisi eksisting operasional dan pelayanan Bis Wisata Werkudara dengan Bandros. Dengan dilakukan evaluasi tersebut maka dapat dirumuskan faktor-faktor dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap operasional Bis Wisata Werkudara dan Bandros.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana kelayakan rute operasional Bandros dan Bis Wisata Werkudara?
2.
Bagaimana kelayakan kendaraan Bandros dan Bis Wisata Werkudara?
3.
Bagaimana tanggapan wisatawan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola Bandros dan Bis Wisata Werkudara?
4.
Faktor-faktor dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap operasional Bandros dan Bis Wisata Werkudara?
1.3 Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian dengan topik “Kelayakan Bis Wisata Kota di Indonesia (Studi Kasus: Bandung Tour on Bus (Bandros) dan Bis Wisata Werkudara (Surakarta))” ini memiliki tujuan jangka panjang untuk menciptakan transportasi pariwisata sebagai faktor penunjang kehidupan pariwisata di Indonesia yang memperhatikan dan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengguna. Tujuan jangka panjang tersebut berusaha dicapai dengan melakukan penelitian ini yang memiliki tujuan khusus sebagai berikut: 1.
Mengevaluasi kelayakan rute operasional Bandros dan Bis Wisata Werkudara.
2.
Mengevaluasi kelayakan kendaraan Bandros dan Bis Wisata Werkudara.
3.
Mengevaluasi tanggapan wisatawan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola Bandros dan Bis Wisata Werkudara.
4.
Membandingkan hasil evaluasi kinerja terhadap kondisi eksisting operasional dan pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara.
3
5.
Merekomendasi faktor-faktor dan langkah-langkah yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap sistem operasional dan pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara.
1.4 Sistematika Penelitian Sistematika pelaksanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Studi awal. Dalam tahap ini ditetapkan tujuan yaitu untuk menciptakan transportasi pariwisata sebagai faktor penunjang kehidupan pariwisata di Indonesia yang memperhatikan dan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengguna. Kemudian melakukan studi literatur terhadap penelitian terdahulu yang relevan, baik penelitianpenelitian yang telah dilakukan sendiri maupun penelitian yang dilakukan peneliti lain, menentukan waktu survei, metoda survei yang cocok, dan alat bantu yang diperlukan; b) Pengumpulan data. Berdasarkan studi awal, metoda pengumpulan data lapangan sebagai data primer ditentukan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner pada pengguna Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Selain itu, pengumpulan data sekunder meliputi data rute Bandros dan Bis Wisata Werkudara, pertumbuhan pengguna bis wisata dari tahun ke tahun, jadwal dan sistem operasional. c) Pemrosesan Data. Pemrosesan data dilakukan terhadap data primer dan data sekunder dengan metode deskriptif dimana hasil penelitian akan diperoleh pada akhir pengolahan data; d) Analisis. Analisis dilakukan terhadap data yang siap tersaji untuk menjawab tujuan khusus penelitian, yaitu untuk mengetahui kelayakan operasional, kualitas pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara, serta menganalisis faktor-faktor yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan dan operasional bis wisata tersebut. Berdasarkan hasil analisis, rekomendasi yang dapat diberikan, yaitu langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan faktor pelayanan yaitu berupa upaya pengembangan sistem informasi baik secara online maupun offline untuk penyebaran informasi mengenai pelayanan bis wisata, melengkapi fasilitas keselamatan di dalam bis, dan perbaikan bentuk fisik bis, formasi tempat duduk, serta interior dalam bis yang dapat menunjang kenyamanan penumpang. e) Kesimpulan, saran, studi lanjut, diseminasi dan penerapan hasil penelitian. Kesimpulan dan saran diberikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi pariwisata Indonesia. Studi lanjut untuk meninjau kualitas pelayanan transportasi pariwisata dapat 4
dilakukan di kota-kota besar lain di Indonesia. Hasil studi di-diseminasi dalam forum nasional atau internasional untuk memperkaya dan mendapatkan masukan yang berharga dari para pakar dan teman sejawat.
1.5 Penerapan Hasil Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang untuk menciptakan transportasi pariwisata sebagai faktor penunjang kehidupan pariwisata di Indonesia yang memperhatikan dan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengguna. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis hasil survei pengamatan langsung terhadap sistem operasional bis wisata kota dan kuesioner kepuasan pelayanan dengan responden penumpang bis wisata. Dengan dilakukan evaluasi tersebut maka dapat direkomendasikan faktor-faktor dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas terhadap operasional dan layanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Hasil penelitian ini tidak hanya dapat diterapkan dan bermanfaat dalam pengembangan transportasi pariwisata di Kota Surakarta dan Bandung tetapi juga dapat diterapkan di kota-kota besar lain di Indonesia.
5
6
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Pariwisata Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (Fandeli, 1995). Pariwisata merupakan suatu sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan, restoran, dan transportasi (Pendit, 1990). Kegiatan wisata digolongkanmenjadi beberapa jenis, yaitu wisata budaya, kesehatan, komersial, industri perjalanan, politik perjalanan, konvensi perjalanan, sosial, pertanian, maritim/bahari wisata, cagar alam wisata, buru wisata, dan pilgrim wisata. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, usaha pariwisata adalah usaha menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata meliputi daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, dan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intesif, konferensi, serta pameran. Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan, pemerintah melakukan koordinasi strategis lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiataan kepariwisataan. Koordinasi strategis lintas sektor yang dimaksud antara lain bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, karantina, bidang keamanan, ketertiban, bidang prasarana umum, bidang transportasi, dan bidang promosi serta kerjasama luar negeri.
2.2 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Sarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayana pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam (Suwantoro, 2004). Sarana kepariwisataan tersebut adalah perusahaan akomodasi, transportasi, rumah makan/restaurant, toko cinderamata, dan lain-lain. Sedangkan, prasarana pariwisata yang dimaksud adalah prasarana perhubungan/jaringan transportasi, sistem perbankan, sistem telekomunikasi, pelayanan kesehatan dan keamanan.Interaksi/koordinasi antara transportasi, 6
akomodasi, restauran, atraksi, entertain, retail, dan aktifitas/program akan membentuk produk wisata. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan koordinasi strategis bidang prasarana umum dilakukan dengan instansi pemerintah dalam ketersediaan dan keterpeliharaan prasarana jalan menuju dan di lingkungan destinasi pariwisata, air bersih untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata, listrik untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata, sarana telekomunikasi untuk fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata, serta sistem pembuangan air kotor, sampah, dan sanitasi. Sedangkan koordinasi strategis bidang transportasi darat, laut, dan udara dilakukan dengan instansi pemerintah di bidang perhubungan dalam hal peningkatan jalur dan frekuensi penerbangan maskapai asing dan maskapai nasional dari sumber utama pasar wisatawan mancanegara, peningkatan kualitas sarana bandara, terminal bus, stasiun kereta api, dan pelabuhan laut yang memenuhi International Ship andPort Security Code (ISPS Code), peningkatan kenyamanan sarana transportasi,keterpaduan moda transportasi, ketersediaan pelayanan transportasi perintis, dan ketersediaan rambu/petunjuk perjalanan menuju daya tarik wisata serta destinasi pariwisata.
2.3 Kepuasan akan Pelayanan Jasa Angkutan Pemuasan akan jasa transpor pada dasarnya tidak disebabkan oleh pemuasan kita langsung terhadap jasa transportasi, tetapi karena kepuasan yang diciptakan sebagai akibat penggunaan jasa transportasi (Nasution, 2004). Konsep quality, cost, dan delivery digunakan sebagai landasan bagi perusahaan untuk melihat unsur penting dalam jasa transportasi agara dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Quality mencakup masukan/input, proses, dan keluaran/output. Keluaran jasa transportasi harus sesuai dengan kebutuhan penggunan jasa. Cost penyedia dan pengembangan jasa transportasi selain harus memberikan keuntungan bagi penyedia jasa, juga harus memberikan keuntungan bagi konsumen/pengguna. Keuntungan bagi konsumen yang dimaksudkan adalah bahwa konsumen dapat menikamati jasa transportasi yang terjangkau oleh kemampuannya. Delivery yang terlambat dari jasa transportasi akan menyebabkan jasa tersebut berkurang nilainya, serta menimbulkan citra negatif bagi konsumen. Kepuasan pelanggan/pengguna jasa merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 1997).
7
2.4 Kepuasan Pengguna Bis Wisata Kota Kepuasan pengguna diukur dalam 8 jenis indikator terkait pelayanan dalam aspek pariwisata dengan pertanyaan yang sesuai untuk masing-masing indikator (Middleton, 2009), seperti ditunjukkan sebagai berikut: a) Kepuasan terhadap indikator ketersediaan dan kemudahan layanan, diukur dari kepuasan pengguna dalam mengakses halte/titik kumpul, mendapatkan informasi melalui internet terkait sistem operasional, ketersediaan informasi jadwal operasional dan rute, dan ketersediaan
rute
mampu
mengakomodasi
keinginan/kebutuhan
dari
penumpang/wisatawan. b) Kepuasan terhadap indikator desain dan kinerja kendaraan, diukur dari kepuasan pengguna terhadap faktor ketepatan waktu berangkat bis, kemampuan pengemudi dalam mengemudikan bis, kecepatan pengemudi dalam mengemudikan bis, dan keadaan fisik di bagian dalam (interior) bis. c) Kepuasan terhadap indikator kenyamanan, tempat duduk, suasana, dan layanan yang diberikan, diukur dari kepuasan pengguna terhadap faktor kebersihan dan kenyamanan di dalam bis. d) Kepuasan terhadap indikator penanganan penumpang yang diberikan, diukur dari kepuasan pengguna terhadap faktor keramahan operator di kantor pusat dan kesiapsiagaan operator dari kantor pusat dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang. e) Kepuasan terhadap indikator kemudahan pembelian tiket, diukur dari kepuasan pengguna terhadap keterjangkauan biaya tiket bis dan kemudahan untuk melakukan booking atau memesan tiket bis. f) Kepuasan terhadap indikator ketersediaan kontak dan komunikasi dengan pemandu, diukur dari kepuasan pengguna terhadap kesiapsiagaan operator di lapangan (tour guide) dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang, kejelasan dari pemandu lapangan (tour guide) dalam menyampaikan informasi dan petunjuk di dalam bis, dan kemampuan presentasi pemandu lapangan (tour guide) kepada para penumpang bis. g) Kepuasan terhadap indikator penampilan dan posisi pengelola layanan, diukur dari kepuasan pengguna terhadap keramahan dari pemandu lapangan (tour guide) bis. h) Kepuasan terhadap indikator keselamatan selama di dalam bis, diukur dari kepuasan pengguna terhadap ketersediaan alat keselamatan di dalam bis dan keamanan terhadap kejahatan di dalam bis. 8
Bab III Metode Penelitian
3.1 Tahap Kegiatan Penelitian Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian tersebut, maka penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu studi literatur, pengumpulan data sekunder, penyusunan perangkat penelitian, pengumpulan data primer (survei lapangan dan penyebaran kuesioner), pengolahan data, analisis data, dan publikasi hasil penelitian serta penyampaian laporan penelitian. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan dasar teoritis dan perkembangan analisis terkini. Literatur yang digunakan adalah pustaka-pustaka yang berkaitan dengan teori kepariwisataan, kelayakan transportasi umum, dan pendekatan analisis kepuasan pengguna. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mendapatkan data pendukung yang meliputi data rute Bandros dan Bis Wisata Werkudara, pertumbuhan pengguna bis wisata dari tahun ke tahun, jadwal dan sistem operasional. Kemudian dilanjutkan penyusunan perangkat penelitian yang berupa kuesioner untuk meninjau kepuasan pengguna akan pelayanan dan operasional dari Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Penyebaran kuesioner dilakukan bersamaan pada saat survei lapangan untuk mengumpulkan data primer mengenai operasional Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Survei lapangan dilakukan dengan meninjau langsung pada jam operasional Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Hal-hal yang ditinjau antara lain kelayakan rute, kendaraan, dan sistem pelayanan serta operasional dari Bandros dan Bis Wisata Werkudara selama beroperasi di jaringan jalan perkotaan. Sasaran penyebaran kuesioner adalah penumpang Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Pengolahan data dilakukan sebagai langkah awal dari analisis kelayakan operasional dan kualitas pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Pengolahan data primer berupa kuesioner yang telah dibagikan pada penumpang Bandros dan Bis Wisata Werkudara, akan dijadikan sebagai bahan dalam analisis kualitas pelayanan bis. Sedangkan pengolahan data primer berupa hasil survei lapangan yang meninjau rute, kendaraan, dan sistem pelayanan serta operasional dari Bandros dan Bis Wisata Werkudara selama beroperasi di jaringan jalan perkotaan, akan dijadikan sebagai bahan dalam analisis kelayakan operasional bis. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kelayakan operasional dan kualitas pelayanan Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Selanjutnya, hasil penelitian ini akan dipublikasi pada jurnal dan prosiding seminar tingkat nasional dan internasional. 9
3.2 Indikator Capaian Terukur Penelitian ini dinyatakan berhasil jika dengan adanya analisis kelayakan rute dan kendaraan dari bis wisata dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna Bandros dan Bis Wisata Werkudara. Dengan adanya analisis kepuasan pengguna akan pelayanan dari Bis Bandros dan Bis Wisata Werkudara maka dapat dirumuskan faktor-faktor yang harus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Analisis kepuasan pengguna dapat dinyatakan berhasil bila terdapat peningkatan jumlah pengguna Bandros dan Bis Wisata Werkudara setelah diterapkan pengembangan faktor-faktor yang terkait dalam pengoperasian bis wisata.
3.3 Bagan Alir Penelitian Adapun tahapan dan proses penelitian dapat seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut ini: Mulai Rumusan Masalah
Studi literatur Pengumpulan data
Data Primer: 1. Kuesioner Kepuasan Pengguna 2. Survei pengamatan langsung mengenai sistem operasional bis wisata Werkudara dan Bandros 3. Kelayakan rute dan kendaraan
Data Sekunder: 1. Data operasional bis wisata Werkudara dan Bandros (rute, jadwal, dan sistem operasional) 2. Database jumlah pengguna Bis Wisata Werkudara dan Bandros
Pengolahan Data Analisis kelayakan operasional dan kualitas pelayanaan Bis Wisata Werkudara dan Bandros A
10
A
Publikasi Hasil Penelitian dan Penyampaian Laporan Penelitian
Selesai
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
11
Bab IV Jadwal Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian dirancang untuk dapat dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan dengan rincian kegiatan di setiap bulannya adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Rencana Waktu Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan Ke Kebutuhan (orang/minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
Persiapan, meliputi: 1
Identifikasi Permasalahan
2
2
Studi Pustaka
2
3
Penyusunan Kuesioner Kepuasan Pengguna dan Persiapan Surat-Surat Ijin (kebutuhan administrasi survei data primer)
2
Pelaksanaan, meliputi: 1
Survei data sekunder ke instansi pengelola Bandros dan Bis Wisata Werkudara
1
2
Survei lapangan dan penyebaran kuesioner pada pengguna Bandros dan Bis Wisata Werkudara
1
3
Pengolahan data
2
Penyelesaian, meliputi: 1
Analisis Kelayakan Operasional Bis Wisata Werkudara dan Bandros
2
3
Analisis Kualitas Pelayanan Bis Wisata Werkudara dan Bandros
2
4
Penyusunan laporan penelitian
2
12
Bab V Hasil dan Pembahasan
5.1 Karakteristik Responden Karakteristik sosial demografi responden Bus Werkudara ditunjukkan pada Tabel 5.1. Karakteristik sosial demografi responden Bus Bandros ditunjukkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Karakteristik Sosial Demografi Pengguna Bus Werkudara Karakteristik Jenis kelamin
Uraian Karakteristik
Laki-laki Perempuan Asal kota Solo Luar Solo Usia 15-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun > 55 tahun Pendidikan terakhir Di bawah SMA SMA dan sederajat Diploma (D1/D2/D3) S1 dan sederajat S2/S3 Status pernikahan Belum/pernah menikah Menikah Pendapatan per bulan < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 - Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000 > Rp. 10.000.000 Frekuensi Penggunaan 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali > 4 kali
Jumlah Persentase (orang) 70 136 53 153 39 74 49 29 15 1 37 22 120 26 56 150 18 40 73
34,0% 66,0% 25,7% 74,3% 18,9% 35,9% 23,8% 14,1% 7,3% 0,5% 18,0% 10,7% 58,3% 12,6% 27,2% 72,8% 8,7% 19,4% 35,4%
47 28 194 6 1 2 3
22,8% 13,6% 94,2 % 2,9 % 0,5 % 1,0 % 1,5 %
Pengguna Bus Werkudara didominasi oleh perempuan dan berasal dari luar Surakarta. Usia pengguna Bus Werkudara mayoritas berkisar diantara 26-35 tahun. Pengguna mayoritas 13
memiliki pendidikan terakhir S1 dan sederajat. Status pengguna mayoritas sudah menikah. Pendapatan pengguna mayoritas berkisar antara Rp. 1.000.000,00 hingga Rp. 2.500.000,00. Pengguna paling banyak baru menggunakan Bus Werkudara hanya sekali. Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Karakteristik Sosial Demografi Pengguna Bus Bandros Jumlah Karakteristik Uraian Karakteristik Persentase (orang) Jenis kelamin Laki-laki 45 45,0% Perempuan 55 55,0% Asal kota Bandung 61 61,0 % Luar Bandung 39 39,0% Usia 15-25 tahun 30 30,0% 26-35 tahun 29 29,0% 36-45 tahun 22 22,0% 46-55 tahun 17 17,0% > 55 tahun 2 2,0% Pendidikan terakhir Di bawah SMA 1 1,0% SMA dan sederajat 18 18,0% Diploma (D1/D2/D3) 17 17,0% S1dan sederajat 54 54,0% S2/S3 10 10,0% Status pernikahan Belum/pernah menikah 43 43,0% Menikah 57 57,0% Pendapatan per bulan < Rp. 1.000.000 6 6,0% Rp. 1.000.000 - Rp. 2.500.000 9 9,0% Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 23 23,0% Rp. 5.000.000 - Rp. 32 32,0% 10.000.000 > Rp. 10.000.000 30 30% Frekuensi Penggunaan 1 kali 97 97,0 % 2 kali 3 3,0 % 3 kali 0 0,0 % 4 kali 0 0,0 % > 4 kali 0 0,0 % Pengguna Bus Bandros didominasi oleh perempuan dan berasal dari Bandung. Usia pengguna Bus Bandros mayoritas berkisar diantara 15-25 tahun. Pengguna Bus Bandros mayoritas memiliki pendidikan terakhir S1 dan sederajat. Status pengguna Bus Bandros mayoritas sudah menikah. Pendapatan pengguna mayoritas berkisar antara Rp. 5.000.000,00 hingga Rp. 10.000.000,00. Pengguna mayoritas baru menggunakan Bus Bandros sebanyak sekali.
14
5.2 Kepuasan dan Kepentingan Terhadap Kualitas Pelayanan serta Operasional Bis Wisata Dalam meninjau tingkat kepuasan pengguna terhadap kualitas pelayanan dan operasional bis wisata kota, disebarkan pertanyaan dengan indikator pengukuran kepuasan menggunakan skala Likert. Skala yang digunakan pada penilaian adalah dari 1 sampai dengan 5 yang meliputi sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Sedangkan dalam meninjau tingkat kepentingan terhadap faktor-faktor pelayanan dan operasional, indikator pengukuran juga menggunakan skala Likert. Skala yang digunakan pada penilaian adalah dari 1 sampai dengan 5 yang meliputi sangat tidak penting, tidak penting, cukup penting, penting dan sangat penting. Tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan berdasarkan persepsi pengguna Bus Werkudara ditunjukkan pada Tabel 5.3, sedangkan penilaian berdasarkan persepsi pengguna Bus Bandros ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 5.3
Persepsi Pengguna Bus Werkudara
No
Pertanyaan
Nilai rata-rata tingkat kepuasan
Nilai rata-rata tingkat kepentingan
1
Kemudahan mengakses halte/titik kumpul penumpang Bus Werkudara. Kemudahan mendapatkaninformasi melalui internet terkait sistem operasional Bus Werkudara. Ketersediaan informasi jadwal operasional dan rute dari Bus Werkudara (contoh: brosur). Ketersediaan rute mampu mengakomodasi keinginan/kebutuhan dari penumpang/wisatawan. Ketepatan waktu berangkat Bus Werkudara. Kemampuan pengemudi dalam mengemudikan Bus Werkudara. Kecepatan pengemudi dalam mengemudikan Bus Werkudara. Keadaan fisik di bagian dalam (interior) Bus Werkudara. Kebersihan di dalam Bus Werkudara. Kenyamanan di dalam Bus Werkudara.
3,45
3,98
3,59
4,11
3,45
4,15
3,33
4,02
3,40
4,29
3,64
4,37
3,65
4,17
3,43
4,27
3,41
4,35
3,45
4,36
2
3
4
5 6 7 8 9 10
15
No
Pertanyaan
Nilai rata-rata tingkat kepuasan
Nilai rata-rata tingkat kepentingan
11
Keterjangkauan biaya tiket Bus Werkudara. Kemudahan untuk melakukan booking atau memesan tiket Bus Werkudara. Keramahan operator di kantor pusat Bus Werkudara. Kesiapsiagaan operator dari kantor pusat dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang. Kesiapsiagaan operator di lapangan (tour guide) dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang. Kejelasan dari pemandu lapangan (tour guide) dalam menyampaikan informasi dan petunjuk di dalam Bus Werkudara. Keramahan dari pemandu lapangan (tour guide) Bus Werkudara. Kemampuan presentasi pemandu lapangan (tour guide) kepada para penumpang Bus Werkudara Ketersediaan alat keselamatan di dalam Bus Werkudara. Keamanan terhadap kejahatan di dalam Bus Werkudara.
3,56
4,14
3,64
4,29
3,62
4,22
3.46
4.24
3,49
4,24
3,31
4,24
3,51
4,26
3,23
4,21
3,21
4,35
3,50
4,40
12
13 14
15
16
17 18
19 20
Jenis pelayanan Bis Werkudara dibedakan menjadi pelayanan umum/reguler dan pelayanan sewa grup. Total responden Bis Werkudara berjumlah 206 orang. Pada Tabel 5.3, nilai ratarata tingkat kepuasan berada di bawah 4 pada seluruh aspek. Hal ini menunjukkan kepuasan pengguna Bis Werkudara cenderung berada dalam skala 3 (Netral) sampai dengan skala 4 (Puas), yang artinya kepuasan pengguna Bis Werkudara belum mencapai skala “Puas”. Pada aspek kemampuan presentasi pemandu lapangan dan ketersediaan alat keselamatan memiliki nilai kepuasan pengguna paling rendah dibanding aspek lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh pihak penyelenggara Bis Werkudara dalam melakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan operasional bis. Nilai rata-rata pada tingkat kepentingan berada pada skala di atas 4 pada 19 aspek dan terdapat 1 aspek yang memiliki tingkat kepentingan di bawah 4. Hal ini menunjukkan pengguna berpendapat bahwa hampir seluruh aspek memiliki tingkat kepentingan yang tinggi 16
dalam menunjang tingkat kepuasan pengguna bis. Tingkat kepentingan tertinggi berada dalam aspek
kemampuan pengemudi, kebersihan, kenyamanan, ketersediaan alat
keselamatan, dan keamanan di dalam bis. Tabel 5.4
Nilai rata-rata tingkat kepuasan
Nilai rata-rata tingkat kepentingan
Kemudahan mengakses halte/titik kumpul penumpang Bus Bandros. Kemudahan mendapatkan informasi melalui internet terkait sistem operasional Bus Bandros. Ketersediaan informasi jadwal operasional dan rute dari Bus Bandros (contoh: brosur). Ketersediaan rute mampu mengakomodasi keinginan/kebutuhan dari penumpang/wisatawan. Ketepatan waktu berangkat Bus
3,21
4.03
3,00
4,14
2,96
4,17
3,04
4,06
3,33
4,11
Kemampuan pengemudi dalam mengemudikan Bus Bandros. Kecepatan pengemudi dalam mengemudikan Bus Bandros. Keadaan fisik di bagian dalam (interior) Bus Bandros. Kebersihan di dalam Bus Bandros. Kenyamanan di dalam Bus Bandros. Keterjangkauan biaya tiket Bus Bandros. Kemudahan untuk melakukan booking atau memesan tiket Bus Bandros. Keramahan operator di kantor pusat Bus Bandros. Kesiapsiagaan operator dari kantor pusat dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang. Kesiapsiagaan operator di lapangan (tour guide) dalam menanggapi keluhan dan pertanyaan penumpang.
3,56
4,16
3,54
4,03
3,39
4,29
3,39
4,30
3,29
4,31
3,38
4,05
3,16
4,08
3,39
4,18
3,25
4,25
3,37
4,23
No
Pertanyaan
1 2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12
13 14
15
Persepsi Pengguna Bus Bandros
17
No
Pertanyaan
16
Kejelasan dari pemandu lapangan (tour guide) dalam menyampaikan informasi dan petunjuk di dalam Bus Bandros. Keramahan dari pemandu lapangan (tour guide) Bus Bandros. Kemampuan presentasi pemandu lapangan (tour guide) kepada para penumpang Bus Bandros. Ketersediaan alat keselamatan di dalam Bus Bandros. Keamanan terhadap kejahatan di dalam Bus Bandros.
17
18
19 20
Nilai rata-rata tingkat kepuasan
Nilai rata-rata tingkat kepentingan
3,54
4,25
3,55
4,29
3,51
4,26
3,03
4,31
3,26
4,34
Jenis pelayanan Bis Bandros hanya berupa pelayanan sewa grup. Total responden Bis Werkudara berjumlah 100 orang. Pada Tabel 5.4, nilai rata-rata tingkat kepuasan berada di bawah 4 pada seluruh aspek. Hal ini menunjukkan kepuasan pengguna Bis Werkudara cenderung berada dalam skala 3 (Netral) sampai dengan skala 4 (Puas), yang artinya kepuasan pengguna Bis Bandros belum mencapai skala “Puas”. Pada aspek kemudahan mendapatkan informasi, ketersediaan informasi jadwal, dan ketersediaan alat keselamatan memiliki nilai kepuasan pengguna paling rendah dibanding aspek lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh pihak penyelenggara Bis Bandros dalam melakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan operasional bis. Nilai rata-rata pada tingkat kepentingan berada pada skala di atas 4 pada keseluruhan aspek yang ditinjau. Hal ini menunjukkan pengguna berpendapat bahwa seluruh aspek memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam menunjang tingkat kepuasan pengguna bis. Tingkat kepentingan tertinggi berada dalam aspek kebersihan, kenyamanan, ketersediaan alat keselamatan, dan keamanan di dalam bis.
5.3 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kepuasan pengguna terhadap pelayanan dan operasional Bis Wisata Werkudara serta Bandros, disusun berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 5.3 dan 5.4. Bila ditinjau dari keseluruhan tingkat 18
kepentingan, maka seluruh aspek memiliki tingkat kepentingan yang tinggi untuk harus diperbaiki kualitasnya. Namun bila disusun skala prioritas terhadap aspek-aspek yang memiliki urgensitas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek yang memiliki nilai tingkat kepuasan yang cenderung rendah dibandingkan aspek lain dan memiliki tingkat kepentingan yang cenderung tinggi dibanding aspek lain, perlu diberi prioritas dalam melakukan penanganan guna meningkatkan kualitas pelayanan dan operasional bis. Pada peninjauan kualitas pelayanan dan operasional Bis Werkudara, aspek ketersediaan alat keselamatan memiliki nilai kepuasan pengguna rendah dan tingkat kepentingan tinggi dibanding aspek lain. Oleh karena itu, aspek ketersediaan alat keselamatan perlu menjadi prioritas. Ketersediaan alat keselamatan dalam Bis Werkudara yang ada, ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Ketersediaan Alat Keselamatan Bis Werkudara Prioritas penanganan selanjutnya dilakukan pada aspek kemampuan presentasi pemandu lapangan yang juga memiliki nilai kepuasan pengguna rendah dibanding aspek lainnya. Untuk perlu adanya pelatihan bagi pemandu lapangan sebelum ditugaskan di lapangan. Tingkat kepentingan yang memiliki nilai tinggi juga berada dalam aspek kemampuan pengemudi, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di dalam bis. Dari keempat aspek tersebut, aspek kebersihan dan kenyamanan memiliki tingkat kepuasan yang rendah. Oleh karena itu, prioritas penanganan selanjutnya diberikan pada aspek kebersihan dan kenyamanan di dalam bis. Kondisi kebersihan dan kenyamanan di dalam Bis Werkudara seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2 dan 5.3.
19
Gambar 5.2 Kondisi Bis Werkudara Lantai 2
Gambar 5.3 Kondisi Bis Werkudara Lantai 1 Kecenderungan yang ada pada peninjauan kualitas pelayanan dan operasional Bis Werkudara juga dijumpai dalam peninjauan kualitas pelayanan dan operasional Bandros, yaitu aspek ketersediaan alat keselamatan menjadi prioritas. Pada aspek tersebut memiliki nilai kepuasan pengguna rendah dan tingkat kepentingan tinggi dibanding aspek lain. Ketersediaan alat keselamatan dalam Bis Werkudara yang ada, ditunjukkan pada Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Ketersediaan Alat Keselamatan di Bandros
20
Prioritas penanganan berikut diberikan pada aspek ketersediaan informasi jadwal yang memiliki nilai kepuasan pengguna paling rendah dibanding aspek lainnya. Pada kondisi eksisting, informasi jadwal operasional Bandros hanya dapat dipastikan dengan menghubungi langsung pihak pengelola Bandros, yaitu Badan Promosi Pariwisata Kota Bandung. Bandros hanya melayani untuk sewa grup, oleh karena itu ketersediaan jadwal harus dipastikan secara langsung dan tidak terdapat informasi jadwa yang bisa diakses secara offline maupun online. Proritas selanjutnya diberikan pada aspek kemudahan mendapatkan informasi mengenai sistem operasional Bandros. Untuk sementara ini informasi operasional Bandros didapatkan dengan cara mendatangi maupun menghubungi langsung pihak pengelola Bandros. Bila ditinjau berdasarkan tingkat kepentingan maka prioritas penanganan selanjutnya diberikan pada aspek kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di dalam bis. Kondisi kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di dalam Bandros seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan 5.5.
Gambar 5.4 Kondisi Bandros Lantai 2
Gambar 5.5 Kondisi Bandros Lantai 1
Berdasarkan hasil peninjauan kualitas pelayanan dan operasional pada Bis Werkudara dan Bandros, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pelayanan yang perlu ditingkatkan dan dapat memberi pengaruh positif dalam peningkatan kepuasan pengguna adalah faktor terkait 21
ketersediaan informasi dan keselamatan serta kenyamanan di dalam bus. Langkah-langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah upaya pengembangan sistem informasi baik secara online maupun offline untuk penyebaran informasi mengenai pelayanan bis wisata, melengkapi fasilitas keselamatan di dalam bis, dan perbaikan bentuk fisik bis, formasi tempat duduk, serta interior dalam bis yang dapat menunjang kenyamanan penumpang.
22
Bab VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka didapatkan beberapa simpulan. Pada evaluasi kualitas pelayanan dan operasional Bis Werkudara, prioritas penanganan diberikan secara berurutan pada aspek ketersediaan alat keselamatan, kemampuan presentasi pemandu lapangan, kebersihan, dan kenyamanan memiliki tingkat kepuasan yang rendah. Oleh karena itu, prioritas penanganan selanjutnya diberikan pada aspek kebersihan dan kenyamanan di dalam bis. Sedangkan prioritas penanganan yang dapat diberikan pada pelayanan dan operasional Bandros, diberikan secara berurutan pada aspek ketersediaan alat keselamatan, ketersediaan informasi jadwal, kemudahan mendapatkan informasi mengenai sistem operasional Bandros, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di dalam bis. Berdasarkan hasil peninjauan kualitas pelayanan dan operasional pada Bis Werkudara dan Bandros, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pelayanan yang perlu ditingkatkan dan dapat memberi pengaruh positif dalam peningkatan kepuasan pengguna bis wisata kotaadalah faktor terkait ketersediaan informasi dan keselamatan serta kenyamanan di dalam bus. Langkah-langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah upaya pengembangan sistem informasi baik secara online maupun offline untuk penyebaran informasi mengenai pelayanan bis wisata, melengkapi fasilitas keselamatan di dalam bis, dan perbaikan bentuk fisik bis, formasi tempat duduk, serta interior dalam bis yang dapat menunjang kenyamanan penumpang.
6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya. Dalam rangka untuk menciptakan transportasi pariwisata sebagai faktor
penunjang
kehidupan
pariwisata
di
Indonesia
yang
memperhatikan
dan
memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengguna maka diperlukan penelitian lanjut yang meninjau kualitas pelayanan terhadap bus wisata kota lain di berbagai daerah di Indonesia, yaitu Jakarta (Bus Mpok Siti), Semarang (Bus Semarjawi), dan Malang (Bus Macyto), sehingga didapatkan rumusan rekomendasi yang menyeluruh. 23
Daftar Pustaka Fandeli, Ch. (1995). Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan dalam “Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam”. Editor: Ch. Fandeli, Liberty. Yogyakarta. Kementerian Pariwisata. (2015). Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2002-2013. Jakarta. Kotler, P. (1997). Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, dan Pengendalian. Penerbit Erlangga, Jakarta. Middleton, V. T. C., Fyall, A., Morgan, M., dan Ranchhod, A. (2009). Marketing in Travel and Tourism. 4th edition. Butterworth-Heinemann, Oxford. Morlok, E.K. (1991). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Nasution, M.N. (2004). Ekonometri. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta. Pendit, N.S. (1990). Ilmu Pariwisata, Sebuha Pengantar Perdana. Penerbit PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sutandi, A. C., dan Hendra, Y.N.R. (2016). Important Factors of Service Quality to Improve Customer Satisfaction of City Tour Bus As A Public Transport in Large Cities in Indonesia. Proceeding on The 19th International Symposium of the Indonesian Inter University Transport Studies Forum (FSTPT). Universitas Islam Indonesia, 11-13 Oktober 2016. Suwantoro, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Warpani, S.P. (1990). Perencanaan Sistem Perangkutan. Penerbit ITB, Bandung. Wibowo, S. (2011). “Pariwisata Sebagai Disiplin Ilmu Yang Mandiri” (Online) Jurnal Ilmiah Pariwisata, Vol. 16, No. 1, Hal. 1-12, (http://www.stptrisakti.ac.id/puslit/jurnal/, diakses 11 Februari 2016)
24