LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAHUN ANGGARAN 2016
PENGUATAN USAHA ITIK ”MA” SECARA AGROINDUSTRI PRODUKSI DAGING DAN TELUR SEPANJANG TAHUN MELALUI TEKNOBREEDING DAN TEKNOPAKAN (VILLAGE BREEDING CENTER)
TIM PELAKSANA : Suzanita Utama,drh, MPhil,PhD Tania Adriani Saleh,MS.,dra
: 196110021990022001/0002106104 : 196310061993032001/0006106304
Dibiayai Oleh: Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat Nomor 004/SP2H/DRPM/II/2016, Tanggal 17 Februari 2016
UNIVERSITAS AIRLANGGA OKTOBER,2016
RINGKASAN PENGUATAN USAHA ITIK ”MA” SECARA AGROINDUSTRI PRODUKSI DAGING DAN TELUR SEPANJANG TAHUN MELALUI TEKNOBREEDING DAN TEKNOPAKAN (VILLAGE BREEDING CENTER) Suzanita Utama dan Tania Adriani Saleh Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada kelompok usaha pembibitan itik, produksi daging dan telur itik di desa Bacem Ponggok dan desa Kunir kecamatan Srengat Kabupaten Blitar dengan tujuan : 1) Meningkatkan mutu genetik itik melalui kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina Alabio 2) Modifikasi mesin tetas telur itik untuk meningkatkan daya tetas telur iti dari 65% menjadi > 85% 3) Meningkatkan berat telur dari 60-65 garm menjadi 70-80 gram perbutir dan produksi telur itik 300-320 butir/ekor/tahun dengan menghilangkan sifat mengeram 4) Membuat pakan itik dengan formula buatan sendiri terstandar menggunakan bahan baku pakan lokal 5 ) Menekan angka kematian itik petelur dan 6) pusat pembibitan DOD (Duck Old Day) atau RIRI (Meri Umur Sehari). Sasaran kegiatan yaitu terutama anggota UMKM ”Itik Petelur” Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut pendidikan dan pelatihan budidaya itik yang meliputi ragam itik, teknik kawin silang menggunakan pejantan unggul, memodifikasi mesin tetas telur itik dengan mengatur temperatur dan kelembaban, cara menghilangkan sifat mengeram agar bertelur sepanjang tahun, membuat pakan itik terstandar menggunakan bahan baku pakan lokal praktek teknik kawin silang itik petelur, memodifikasi mesin tetas telur itik, menghilangkan sifat mengeram itik, membuat pakan itik terstandar dan diangnosa penyakit dan pencegahannya. Kegiatan program IbM melibatkan 8 orang mahasiswa guna meningkatkan jiwa wirausaha. Hasilnya adalah sebagai berikut : 1) Itik ”MA” dengan produksi telur 250320 butir/ekor/tahun dan berat badan itik 1,5-1,8 kg/ekor 2) daya tetas telur itik 89,33% 3) harga pakan itik dan kulit kepala udang penyebab kuning telur berwarna merah/orange sebesar Rp. 3800,-/kg 4) kematian < 1% 5) pengolahan telur asin untuk meningkatkan nilai jual dan 6) meningkatkan jiwa wirausaha bagi mahasiswa yang terlibat dalam IbM. Disarankan kegiatan IbM dilakukan berkesinambungan setiap tahun untuk meningkatkan populasi itik dan kabupaten Blitar menjadi sentra itik ”MA” dengan melibatkan dinas terkait dan mahasiswa untuk menciptakan wirausaha baru.
Kata kunci: Itik Mojosari,itik Alabio, itik “MA”, mesin tetas, pakan
PRAKATA
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), PENGUATAN USAHA AGROINDUSTRI PRODUKSI DAGING
ITIK ”MA” SECARA
DAN TELUR SEPANJANG TAHUN
MELALUI TEKNOBREEDING DAN TEKNOPAKAN
(VILLAGE BREEDING
CENTER) dapat terselenggara dengan baik. Tujuan dari IbM adalah 1) Meningkatkan mutu genetik itik melalui kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina Alabio 2) Modifikasi mesin tetas telur itik untuk meningkatkan daya tetas telur itik dari 65% menjadi > 85% 3) Meningkatkan berat telur dari 60-65 garm menjadi 70-80 gram perbutir dan produksi telur itik 300-320 butir/ekor/tahun dengan menghilangkan sifat mengeram 4) Membuat pakan itik dengan formula buatan sendiri terstandar menggunakan bahan baku pakan lokal 5 ) Menekan angka kematian itik petelur dan 6) pusat pembibitan DOD (Duck Old Day) atau RIRI (Meri Umur Sehari). Kegiatan IbM dilaksanakan mulai bulan Maret – Oktober 2016, dilakukan Staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Kegiatan ini bekerjasama dengan UMKM itik di kecamatan Ponggok dan Srengat kabupaten Blitar. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya kegiatan Program Ipteks bagi Masyarkat, disampaikan kepada : Rektor Universitas Airlangga Ketua LP4M Universitas Airlangga UMKM itik di kecamatan Ponggok dan Srengat Kabupaten Blitar
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN …………………………………………………………….
i
PRAKATA ……………………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
vi
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
1.1. Analisis Situasi ……………………………………………...
1
1.2. Permasalahan Mitra ………………………………………. .
8
1.3. Tujuan Kegiatan ……………………………………………...
9
1.4. Manfaat Kegiatan …………………………………………...
10
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ………………………………………
11
BAB 3. METODE PELAKSANAAN …………………………………...
12
3.1.Kerangka pemecahan masalah ………………………………
12
3.2.Realisasi Pemecahan Masalah ………………………………..
12
3.3.Khalayak Sasaran …………………………………………….
12
3.4.Metode yang Digunakan ……………………………………..
13
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ……………………….
15
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………….. ………..
17
BAB 7. KESIMPULAN ………………………………………………….
20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
21
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………..
22
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Persyaratan penetasan telur itik di Ponggok Blitar ................
5
Tabel 5.1.Kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio…...
18
Tabel 5.2. Daya tetas telur itik ………………………………………….
18
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Foto kegiatan …………………………………………………
22
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada Mitra …………
23
Lampiran 2. Persilangan pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio ......
24
Lampiran 3. Mesin tetas telur itik modifikasi .............................................
25
Lampiran 4. Formula pakan itik yang akan dikembangkan ………………
26
Lampiran 5. Denah lokasi UMKM itik…………………………………..
27
Lampiran 6. Mahasiswa yang terlibat dalam Iptek Bagi Masyarakat (IbM)
28
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Analisis Situasi Faktor pakan merupakan unsur yang sangat penting bagi keberhasilan usaha skala rumah tangga. Untuk pemenuhan gizi bagi itik diperlukan beberapa factor, yaitu faktor teknis yang meliputi : faktor kimia, yaitu persyaratan kandungan nutrisis pakan (protein, lemak, vitamin dan nimeral) sesuai dengan kebutuhan itik, faktor fisik yaitu bentuk dan ukuran pakan, saktor biologis yaitu berkaitan dengan rasio pakan dan faktor ekonomis yaitu mempunyai harga yang rendah tanpa kehilangan kualitasnya. Itik yang paling disukai petani ternak adalah itik lokal yang disilangkan dengan pejantan Mojosari, Tegal dan Alabio, merupakan itik yang cocok untuk agroindustri sebab sebagai itik pedaging dapat cepat dipanen, sedangkan sebagai itik petelur produksinya dapat mencapai 250-300 butir.tahun, bila dipelihara secara intensif. Itik tersebut mulai produksi umur 4,5 - 5 bulan, namun sifat jeleknya adalah kerontokan bulu atau "ngurak". Itik biasa bertelur pada dini hari dan setelah pukul 8.00 dapat dipastikan tidak ada lagi itik yang bertelur. Waktu yang cocok untuk kawin adalah pagi hari (beda dengan ayam). Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas itik terutama produksi telurnya adalah meningkatkan mutu bibit itik (DOD = day old duck), peningkatan kualitas pakan dan intensifikasi pemeliharaan. Itik Mojosari merupakan itik Jawa yang mempunyai produksi telur 150-180 butir/ekor/tahun, namun telur yang dihasilkan kecil-kecil. Itik Alabio merupakan itik Kalimantan yang mempunyai produksi telur 100-120 butir/ekor/tahun, namun telur yang dihasilkan besar-besar. Persilangan antara pejantan itik Mojosari dan betina Alabio akan menghasilkan itik ”MA” dengan produksi telur 180 -220 butir/ekor/tahun bahkan mencapai 320 butir/ekor/tahun. Agar itik bertelur sepanjang tahun harus menghilangkan kerontokan bulu (moulting) dengan cara perbaikan genetik atau pemberian antiprolaktin Menurut Peni dan Rukmiarsih (2001) menyatakan bahwa itik memerlukan pakan dengan kadar protein 18-24 % dan energi (ME) 2900 kkal/kg dengan konsumsi perhari + 110 gram/ekor/hari. Itik cukup diberi pakan dengan kadar protein 14-16% dan energi (ME) 2400 kkal/kg dengan konsumsi perhari + 90 gram /ekor/hari (Meles et al.,2007, Meles et al., 2009). Pakan itik dapat dibuat dengan mencampur dedak 70%, jagung 6%, bungkil kedelai 10 %, tepung ikan 1,5% dan vitamin serta mineral.
Menurut Sutawi (1993) yang dikutip oleh Wurlina (2003) salah satu alternatif sebagai pengganti konsentrat adalah pemanfaatan chitin yang berasal dari limbah kepala dan cangkang kulit udang yang mengandung 57,4 %. Limbah kepala dan cangkang kulit udang ketersediaannya cukup sepanjang musim, dengan kandungan proteinnya 42,40 %. Chitin sangat tepat sebagai pakan tambahan, yang mengandung asam amino sama dengan daging udang, selain itu chitin bersifat amobilisasi sel. Karena sifat tersebut organisme (bakteri) mudah melekat pada chitin karena muatan positif, maka gerakan mikroba ditahan sehingga chitin dapat berfungsi sebagai bakterisida. Nilai gizi kandungan protein kepala dan cangkang kulit udang tidak jauh berbeda dengan bahan yang biasa digunakan untuk campuran pembuatan pakan itik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun import. Udang windu (Penaeus monodon Fab) banyak dibudidayakan di kabupaten Sidoarjo, karena pertumbuhannya cepat dan beratnya dapat mencapai 100 gram dalam 4-6 bulan. Udang tersebut dieksport ke manca negara diantaranya : Singarore, Jepang, Cina, Thailan, dan negara Eropah dan Amerika. Limbah kepala dan cangkang udang banyak terdapat di Sidoarjo dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Adanya penggunaan pakan itik dengan campuran kepala dan cangkang udang menyebabkan adanya lintas usaha antara kabupaten Sidoarjo sebagai pemasok kepala dan cangkang udang dengan kabupaten Blitar sebagai pengguna limbah tersebut. Pemalsuan telur itik dengan kuning telur berwarna merah/ orange dengan memberikan warna rhodamin B yang sangat berbahaya bagi kesehatan masuia karena dapat menyebabkan kaker. Wurlina et al., 2003 melakukan penelitian pemanfaatan limbah kepala cangkang udang sebagai pengganti konsentrat dicampur dalam pakan itik, ternyata hasilnya dapat menekan biaya produksi pakan hingga 25 %, meningkatkan produksi telur dan kualitas kuning telur berwarna merah atau orange. Dalam pembuatan pakan itik perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu tersedianya bahan baku, harga bahan baku murah, komposisi ransum pakan serta membuat variasi pakan tergantung bahan baku yang tersedia dan cara meyimpan pakan. Spesifikasi pakan buatan itik dengan menggunakan kepala udang, yaitu sebagai berikut: 1) Pakan mengandung protein 42,40%
2)
Mengandung asam lemak dan asam amino yang dibutuhkan itik 3) Mengandung vitamin dan mineral 4) Chitin
kepala cangkang udang penyebab kuning telur itik berwarna
merah/orange 5) Efisien, ekonomis dan berkualitas yang menekan biaya produksi dan meningkatkan nilai jual telur itik.
Mengingat daya simpan telur sangat rendah maka perlu penanganan tambahan. Ada bermacam cara mengawetkan telur tetapi pada dasarnya dapat dipilah menjadi 2 yaitu pengawetan telur dalam bentuk segar dan dalam bentuk olahan. Telur asin merupakan pengawetan telur bentuk olahan, sebab rasanya telur menjadi asin dan umumnya dijual dalam bentuk matang. Keuntungan pengasinan telur adalah usia simpan dapat mencapai 6 bulan, rasanya enak, nilai gizinyapun tetap terjamin. Dari segi bisnis telur asin dapat meningkatkan nilai jual, pembuatannyapun cukup medah, dapat dilakukan skala kecil untuk kebutuhan keluarga atau untuk mendatangkan keuntungan. Untuk tujuan komersial sampai saat ini masih menggunakan telur itik sebagai bahan bakunya, namun pada dasarnya semua telur dapat dibuat telur asin. Telur asin menjadi lebih awet sebab garam, selain memberi rasa asin, berfungsi sebagai pengawet. Garam yang masuk kedalam telur akan juga berfungsi sebagai antiseptik dan pengendali mikroorganisme penyebab pembusukan. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual telur itik sekaligus menciptakan lapangan kerja adalah pengolahan telur asin bacem kuning masir. Perlu dikembangkan serta mengingat potensi hasil produksi telur itik di desa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar cukup tinggi serta permintaan telur asin yang terus meningkat. Cara pembuatan telur asin Bacem kuning masir ini sangat sederhana, terutama pada proses penggaraman, menggunakan garam 30%. Proses pembuatan telur asin terdapat 2 metode yaitu secara direndam dalam larutan garam pekat dan telur dibungkus dengan abu garam atau pasir garam atau bata merah garam atau tanah liat garam. Untuk mendapatkan telur asin kuning masir dibutuh penambahan sendawa pada penggaram. Telur itik biasanya diolah menjadi telur asin dan tidak dapat digantikan dengan telur unggas lainnya. Harga telur itik dengan kuning telur berwarna puyeh Rp. 1200,-/butir, sedangkan telur itik dengan kuning telur berwarna merah Rp. 1350,-, namun apabila dibuat telur asin maka harga telur itik yang berwarna merah menjadi Rp.1800,’/butir. Apabila dikemas harganya mencapai Rp. 2300,-/butir. Umumnya peternak di pedesaan tepatnya didesa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar sudah terbiasa memelihara itik secara turun temurun, namun belum mempunyai program dalam menyiapkan calon bibit itik untuk proses regenerasi. Karena belum ada perusahaan yang menyediakan day old duck (DOD) itik (sering disebut riri yaitu meri umur sehari) maka harus dihasilkan sendiri oleh peternak atau secara kelompok sebagai industri kecil dipedesaan dengan cara mengawinkan secara alam dengan pejantan seadanya berasal dari desa setempat.
Keberhasilan penetasan selain ditentukan oleh kualitas telur, juga sangat ditentukan oleh kestabilan temperatur dalam ruang penetasan sesuai dengan keperluan, sedangkan agar panas merata dan
menstabilkan temperatur pada telur dilakukan
pembalikan telur sehari 2 kali menggunakan tangan. Banyak mesin tetas yang ditawarkan dipasaran dengan berbagai model, ukuran, kapasitasnya dan harga, tetapi mesin tetas tersebut dibuat untuk menetaskan telur ayam dan belum tentu cocok untuk telur itik. Hal ini disebabkan temperatur dan kelembaban yang berbeda. Akibat ketidak cocokan tersebut akan berakibat daya tetas telur yang ditetaskan akan rendah, sehingga produksi DOD (Day Old Duck) atau lebih dikenal dengan RIRI atau meri umur sehari akan rendah. Meles et al.(2007) melakukan penelitian penetasan telur itik menggunakan mesin tetas yang dimodifikasi berbagai macam bahan, ternyata hasilnya mesin tetas telur itik yang dimodifikasi menggunakan gabus ternyata hasilnya telur itik yang menetas 80 - 86 %, bahkan ada yang menetas 92%. Mesin tetas yang digunakan adalah terbuat dari bahan triplek rangkap, dimodifikasi dengan gabus untuk menjaga temperatur dan kelembaban secara merata. Mesin tetas telur itik berkapasitas 300 butir dengan panas 60 watt yang terbagi menjadi 12 lampu sehingga tiap lampu 5 watt. Petani itik telah mencoba menetaskan telur itik menggunakan mesin tetas untuk telur ayam. Hasilnya telur tersebut mempunyai daya tetas maksimum 53%. Petani ternak itik mencoba menetaskan telur itik menggunakan mesin tetas yang diberi sekam untuk mengatur kelembaban, tetapi daya tetasnyapun tidak lebih dari 55%. Untuk mendapatkan hasil penetasan telur itik yang maksimal maka telur itik yang akan ditetaskan harus memenuhu syarat
yaitu a) Telur yang akan ditetaskan harus
ditunasi. Artinya telur tersebut dihasilkan oleh betina yang kawin secara alam atau inseminasi buatan b) Kerabang telur harus bersih, bebas dari feses atau kotoran, karena kotoran dapat masuk kedalam kerabang telur dan menyebabkan telur busuk c) Temperatur lingkungan telur dan kelembaban selama telur ditetaskan harus sesuai dengan kebutuhan perkembangan embrio itik. Memilih telur itik yang akan ditetaskan adalah sebagai berikut a) Bentuk telur tidak terlalu bulat atau lonjong b) Kerabang telur utuh dan bersih dan c) Kantong udara didalam telur dapat dilihat melalui peneropongan tidak besar, kedalamannya antara 0,5-1,0 cm. Perlakuan telur sebelum ditetaskan adalah sebagai berikut : a) Kerabang telur dibersihkan dengan lap dibasahi air hangat b) Letakkan telur dengan ujung tumpul dibagian atas. Mesin tetas untuk telur itik masih belum ada atau masih langka sehingga
perlu diupayakan suatu teknologi pembuatan mesin tetas telur itik. Penetasan telur itik berbeda dengan telur ayam yaitu lamanya penetasan + 28 hari dan temperaturnya berbeda. Selain itu telur itik yang akan ditetaskan harus dicelup kedalam air hangat terlebih dahulu. Tabel 1.1. Persyaratan penetasan telur itik di Ponggok Blitar Persyaratan
Jenis mesin tetas Tanpa kipas angin 38,6 65 38,2
Jenis mesin tetas dengan kipas angin 37,6 65 37,1
70
70
Temperatur (0 C) Kelembaban (%) Temperatur 3 hari terakhir penetasan (0 C) Kelembaban 3 hari terakhir penetasan (%) Pembukaan lubang ventilasi ¼
Hari ke 12 dari awal penetasan
Pelebaran ventilasi untuk kontrol suhu
Hari ke 25 dari awal penetasan
Pemutaran telur
Tidak dilakukan, sampai hari ke 25
Hari ke 12 dari awal penetasan Hari ke 25 dari awal penetasan Tidak dilakukan sampai hari ke 25
Peternakan itik petelur milik bapak Adin dan bapak Ujang merupakan UMKM skala pedesaan yang bekerjasama lebih dari 8 tahun dan telah melaksanakan pola kemitraan antara peternak besar dengan peternak kecil berdasar ’win and win’
atau
menang sama menang, bukan salah satu diinjak atau dikalahkan. Oleh karena itu kerjasama antara peternak besar dan peternak kecil tidak lagi menggunakan istilah bapak angkat dan anak angkat karena istilah itu berarti terdapat perbedaan tingkat. Yang namanya mitra seharusntya diartikan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Pengertian dasar kemitraan usaha ternak itik adalah kegiatan kerja sama usaha kecil menengah dengan usaha besar dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan. Perguruan Tinggi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan gudang teknologi sudah saatnya menerapkan teknologi yang dapat diterima masyarakat terutama petani ternak itik, mudah dilaksanakan dan murah harganya serta tepat guna dan berhasil guna yaitu pertama kawin silang atau kawin suntik pada itik untuk menghasilkan riri kualitas unggul dalam meningkatkan produksi telur maupun dagingnya. Kedua yaitu pembuatan mesin tetas telur itik dengan modifikasi untuk mengatur kelembaban dan temperature. Ketiga adalah pemanfaatan chitin asal limbah kepala cangkang udang sebagai pengganti konsentrat yang mahal harganya. Pakan itik dengan campuran kepala cangkang udang yang mengandung chitin akan meningkatkan kualitas (nilai gizi) pakan, biaya pakan dapat ditekan,
meningkatkan produksi daging dan telur serta kuning telur itik menjadi berwarna merah atau orange. Apabila dibuat telur itik asin maka telur asin tersebut kuning telurnya berwarna merah atau orange serta
masir sehingga nilai jualnya akan meningkat
(Rachmawati et al.,2008; Wurlina et al., 2000).
Informasi tentang mitra Mitra UMKM Adin Sumberdaya manusia Industri kecil pedesaan Kelompok Tani Ternak (KTT) Adin memiliki 8 orang tenaga untuk menjalankan usaha produksi telur itik sekaligus penghasil DOD/RIRI. Industri ini manajemennya dipegang oleh Bapak H. Adin dengan pendidikan SMU. Pekerja lainnya adalah 1 orang wanita berpendidikan SMU (sebagai simpan pinjam) dan 7 orang lainnya laki-laki berpendidikan SMU dan SMP.
Kelompok tani ternak (KTT itik) Salah satu anggota KTT “Adin” bernama Ujang merupakan usaha itik petelur dengan penetasan sebagai breeding telah berkembang pesat dengan populasinya 8.000 ekor sehingga dapat disebut dengan UMKM karena modal usahanya lebih dari 300 juta. Tenaga kerjanya 8 orang untuk menjalankan usaha produksi telur itik. Industri ini manajemennya dipegang oleh Bapak Ujang dengan pendidikan S1 Peternakan. Pekerja lainnya adalah 1 orang wanita berpendidikan SMU (sebagai simpan pinjam) dan 7 orang lainnya laki-laki berpendidikan SMU dan SMP dengan rincian 2 orang di penetasan dan 5 orang di kandang. KTT itik mempunyai anggota 18 orang dengan kepemilikan 500 – 3000 ekor/orang. KTT “Adin” dan KTT itik pimpinan bapak Ujangmempunyai kerjasama yang baik dan saling menguntungan dengan melakukan pemasaran yang dikelola bersama Pengalaman para peternak itik petelur, yaitu 6 sampai 10 tahun mulai pertama kali mendapat bantuan pemerintah, sehingga pengetahuan pemilihan bibit cukup baik, Hal ini dapat dibuktikan dengan populasi didaerah tersebut mencapai lebih 100. 000 ekor. Hasil telur itik belum diolah menjadi telur asin atau telur asin aneka rasa karena belum mengetahui cara pengolahan pasca panen
Manajemen dan Investasi Manajemen yang diterapkan pada UMKM “Adin” adalah sistem kekeluargaan dan saling percaya, dimana pembukuan dilakukan sangat sederhana. Tempat usaha itik milik kelompok dan telah lebih dari 10 tahun, namun dibentuknya UMKM “Adin” sejak tahun 2002 dan manajemen yang diterapkan seperti koperasi. UMKM “Adin” mempunyai 40 anggota dengan kepemilikan 300 - 3000 ekor itik . Pemasaran telur itik selain di Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Solo dan Surabaya bahkan sampai Jawa Tengah yaitu Brebes yang terkenal dengan telor asin membeli telornya dari kabupaten Blitar. Pola pemasaran dilakukan dengan cara ada barang dapat mengambil di tempat atau diantar. Pemasaran DOD/RIRI itik dipasarkan disekitar UMKM “Adin” dan sekitar kabupaten Blitar. Keadaan produksi Rencana komoditas yang dihasilkan oleh industri mitra, berupa telur, itik pullet, DOD, pakan itik sesuai umur, obat untuk ternak dan alat beternak unggas . Produksi telur itik dipasarkan antar propinsi, obat untuk ternak merupakan titpan (distributor). Pakan itik buatan sendiri dan DOD untuk kebutuhan sendiri beserta plasmanya Jumlah itik petelur pada UMKM “Adin” sebagai percontohan (inti) adalah kurang lebih 8.000 ekor. Sedangkan bersama anggota (plasma) mencapai 50.000 ekor, dimana produksi telurnya 170-200 butir/ekor/tahun. Apabila itik mempunyai produksi telur yang rendah maka dijual sebagai itik sayur. Telur yang dihasilkan oleh UMKM “Adin” kuning telurnya puyeh sehingga apabila dibuat telur asin maka kurang menarik, sehingga nilai jualnya murah yaitu Rp.850,- - Rp.900,-/butir. sedangkan harga jual telur asin kuning masir aneka rasa Rp.1250,-/ butir. Apabila telah dikemas dan masuk dalam supermrket harga jual mencapai Rp. 1500/ butir. DOD/RIRI yang dihasilkan juga terkesan kurang baik kualitasnya. Hal ini disebabkan pejantan yang digunakan untuk mengawini itik betina bukan kualitas unggul dan sudah cukup tua. Sistem perkawinan secara alam dan pejantan dikawinkan setiap hari. Keunggulan beternak itik adalah lebih cepat mendatangkan hasil daripada unggas lain. Pemeliharaan selama 16 minggu itik petelur sudah menghasilkan telur 60% dan pada umur 20 minggu – 20 bulan produksi itik 70-90%, sehingga perputaran modal berjalan dalam waktu singkat. Prinsip neternak itik tidak jauh berbeda dengan unggas lain.
Tujuan kegiatan program IbM di desa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan memperbaiki genetik itik lokal menggunakan pejantan itik Mojosari dan betina alabio melalui teknologi kawin silang sehingga meningkatkan produksi telur 250-320 butir/ ekor/tahun dan bobot telur itik. 2. Meningkatkan daya tetas dengan membuat mesin tetas telur itik yang dimodifikasi untuk mengatur kelembabab dan temperature. 3. Menekan biaya pakan dengan menggunakan chitin limbah kepala dan cangkang udang sebagai pengganti konsentrat. 4. Membuat telur itik mempunyai warna kuning telur merah/orange. 5. Meningkatkan pengetahuan cara pencegahan dan penanganan penyakit 6. Meningkatkan pengetahuan cara pemeliharaan itik dari pola tradisional menjadi semiintensif dengan menghilangkan sifat ngurak dan mengasuh anak. Manfaat kegiatan IbM di desa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar yaitu sebagai berikut: 1. Produksi itik asli Indonesia dengan produksi telur sepanjang tahun (320 butir/ ekor/tahun) 2. Pemanfaatan chitin asal kepala cangkang udang, dapat menekan biaya pakan yang mencapai 70%, meningkatkan kualitas (nilai nutrisi) pakan serta kuning telur itik berwarna merah atau orange. 3. Peningkatan SDM dalam memproduksi pakan itik dengan kualitas (nilai nutrisis) baik dengan harga murah sehingga menekan biaya produksi. 4. Produksi mesin tetas telur itik modifikasi mengarur kelembaban dan temperatur 5. Terciptanya lapangan kerja terutama kaum muda yang pada akhirnya tidak ada urban ke kota serta gerakan kembali ke desa (GKD) yang diidamkan terutama oleh masyarakat Jawa Timur segera terwujud. Akhirnya program ini dapat dijadikan contoh (pilot project) daerah lain atau propinsi lain
1.2. Permasalahan Mitra Produksi telur itik lokal hanya berkisar 100 -130 butir/ekor/tahun karena sifat mengerami dang kerontokan bulu sehingga perlu perbaikan genetik. Selain itu diperlukan bibit (DOD) yang berkualitas namun daya tetas telur itik masih rendah yaitu 40-55%. Faktor pakan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam budidaya itik skala
rumah tangga, terutama dalam meningkatkan kualitas pakan, produksi dan kualitas telur, mempercepat hasil panen serta meningkatkan nilai jual telur. Salah satu cara untuk menekan biaya produksi melalui pemanfaatan
limbah kepala dan cangkang udang
pengganti konsentrat guna meningkatkan kualitas pakan (nilai gizi), produksi telur dan kualitas kuning telur itik. Permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Belum diketahui cara memilih pejantan dan babon itik yang berkualitas unggul berdasarkan profil individu, performan produksi dan berdasarkan garis keturunan. 2. Belum diketahui persilangan pejantan itik mojosari dan betina alabio (Itik MA) dapat menghasilkan itik kualitas unggul bertelur sepanjang tahun. 3. Belum diketahui cara memperoleh, memilih dan menetaskan telur itik dengan kualitas unggul seperti ayam ras. 4. Belum diketahui cara memodifikasi mesin tetas telur itik agar didapat daya tetasnya mencapai > 80% 5. Belum diketahui cara menghilangkan sifat ngurak dan mengasuh anak 6. Belum diketahui cara memilih, menyusun, mencampur dan membuat pakan (4 M pakan)
itik menggunakan kepala dan cangkang udang pengganti konsentrat dan
kuning telur berwarna merah/orange.
1.3 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan program IbM di desa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan memperbaiki genetik itik lokal menggunakan pejantan itik Mojosari dan betina alabio melalui teknologi kawin silang sehingga meningkatkan produksi telur 250-320 butir/ ekor/tahun dan bobot telur itik. 2. Meningkatkan daya tetas dengan membuat mesin tetas telur itik yang dimodifikasi untuk mengatur kelembaban dan temperature. 3. Menekan biaya pakan dengan menggunakan limbah kepala dan cangkang udang sebagai pengganti konsentrat dan kuning telur itik berwarna merah/orange. 4. Meningkatkan pengetahuan cara pencegahan dan penanganan penyakit 5. Meningkatkan pengetahuan cara pemeliharaan itik dari pola tradisional menjadi semiintensif dengan menghilangkan sifat ngurak dan mengasuh anak.
1.4. Manfaat Kegiatan Manfaat bagi tim pelaksana dan perguruan tinggi 1. Memperkaya wawasan tim pelaksana tentang kegiatan beternak itik petelur dengan produksi telur sepanjang tahun 2. Tempat sarana diskusi antara pelaksana kegiatan, pengusaha mitra dan mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis dan pemasaran itik petelur. 3. Perguruan Tinggi dapat memfungsikan pelaksananya secara integral untuk melatih kegiatan kewirausaha bagi mahasiswa.
Manfaat bagi UMKM itik petelur 1. Meningkatkan produksi karena pengusaha mendapat tenaga kerja dari mahasiswa 2. Memperoleh masukan teknis dari Tim pelaksana IbM dan mahasiswa peserta IbM tentang kawin silang, pakan dan modifikasi mesin tetas itik 3. Mahasiswa memberikan kontribusi positif sehubungan pengetahuan seperti keselamatan dan kesehatan pekerja
Manfaat bagi mahasiswa dari sisi ketrampilan dan manajemen 1. Ketrampilan peternakan itik petelur secara agribisnis menjadi meningkat karena mahasiswa terlibat secara langsung . 2. Alih teknologi dan transfer pengetahuan khususnya ”itik MA” yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM 3. Calon wirausaha sesuai dengan basis iptek yang dimiliki 4. Menguasai aspek teknologi, manajemen (pemasaran, keuangan dan personalia)
Ipteks yang di implementasikan 1. Kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio 2. Pengolahan pakan iti menggunakan limbah kepala cangkang udang 3. Pembuatan mesin tetas itik
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
Target dari kegiatan IbM atau indikator keberhasilan program IbM pada anggota UMKM “Itik Petelur” kecamatan Ponggok dan Srengat kabupaten Blitar. yaitu setelah dilaksanakan pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta praktek usaha itik petelur dengan teknobreeding dan tekno pakan yaitu sebagai berikut : DOD itik “MA” yang dihasilkan kualitas unggul penghasil daging dan telur Produksi telur itik “MA” 300-320 butir/ekor/tahun Daya tetas telur itik menggunakan mesin tetas modifikasi PKM >80% Kuning telur berwarna merah/orange dengan berat telur itik 70 -80 gram/butir Pakan itik menggunakan bahan baku pakan lokal terstandar Kematian itik <3%
Luaran dari kegiatan IbM adalah sebagai berikut 1. Buku “Ipteks bagi Msyarakat Budidaya Itik Petelur” 2. Hasil IbM di publikasikan dalam jurnal nasional 3. Hasil sampingan IbM yang menguntungkan * Pupuk bokhasi asal kotoran itik dengan harga Rp. 2000/kg
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1.Kerangka Pemecahan Masalah Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan dinas peternakan kabupaten Blitar, UMKM itik. Sasaran program IbM yaitu anggota dari UMKM itik kecamatan Ponggok dan Srengat kabupaten Blitar. Keberhasilan program ini berarti peternak ikut berpartisipasi dalam meningkatkan protein hewani di pedesaan melalui perbaikan genetik itik lokal dan pemanfaatan kepala cangkang udang untuk menekan biaya produksi dan kuning telur berwarna merah/ orange.
3.2.Realisasi Pemecahan Masalah Untuk mencapai keberhasilan program IbM dilakukan pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM dan penghasilan pendapatan pada anggota UMKM itik di Kabupaten Blitar.yaitu sebagai berikut. 1.
Pengenalan jenis itik MA sebagai itik asli Indonesia penghasil telur sepanjang tahun yang dapat dipatenkan
2.
Kawin silang antara pejantan itik Mojosari dan betina itik alabio
3.
Pengolahan pakan menggunakan kepala cangkang udang pengganti konsentrat guna menekan biaya produksi dan kuning telur itik berwarna merah/orange
4.
Menghilangkan sifat mengeram dan menghilangkan sifat mengasuh anak atau ngurak (kerontokan bulu)
5.
Membuat mesin tetas telur itik modifikasi guna meningkatkan daya tetas > 80%
6.
Cara memilih, menyusun, mencampur dan membuat (4M) pakan dan membuat pakan menggunakan kepala cangkang udang pengganti konsentrat menjadi complete feed
7.
Cara memilih dan menetaskan telur dengan baik dan seleksi terhadap DOD
8.
Ragam penyakit, pencegahan dan pengobatan
9.
Pengolahan telur asin bacem kuning masir
10. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan menghitung analisis usaha
3.3. Khalayak Sasaran Memasyarakatkan usaha peternakan itik petelur jenis “MA” secara agribisnis melalui pembinaan dan pelatihan pada petani ternakitik serta penerapan teknologi kawin
silang
dan pakan menggunakan bahan baku pakan lokal. Diharapkan peternak ikut
melestarikan lingkungan dan menjaga kualitas sumber daya alam (SDA) memalui proses analisa dampak lingkungan (AMDAL).
3.4.Metode Yang Digunakan Untuk mencapai keberhasilan program IbM dilakukan pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM pada anggota UMKM itik petelur di Kabupaten Blitar yaitu sebagai berikut. 1. Pembekalan Ilmu Pengetahuan tentang pemeliharaan itik dan diversifikasi telur itik yang meliputi: * Pengenalan ragam itik dan itik “MA” * Pengenalan pejantan Mojosari * Pengenalan teknik kawin silang pada itik * Mesin tetas itik modifikasi * Menghilangkan sifat ngurak atau mengeram * Pembuatan pakan menggunakan kepala cangkang kulit udang *Teknik pengolahan pasca panen telur itik menjadi telur asin bacem atau telur asin aneka rasa. 2. Praktek - Praktek kawin silang pada itik - Membuat mesin tetas itik modifikasi - Cara memilih dan menetaskan telur dan seleksi terhadap DOD - Pemeliharaan DOD diangon dan campuran pakan kepala cangkang udang -Menentukan jenis pejantan sebagai pemacek itik di UMKM itik - Membuat telur dengan warna kuning telur orange atau merah melalui pakan menggunakan kepala cangkang udang - Praktek menetaskan telur itik dan sexing anak itik umur sehari (DOD) - Pengolahan pakan menggunakan kepala cangkang udamg
3. Akhir Program IbM dievaluasi dengan cara : -
Mencatat hasil produksi mulai jumlah dan bobot telur, DOD yang dihasilkan serta babon hasil kawin silang
-
Daya tetas telur itik dengan mesin tetas buatan IbM
Partisipasi mitra IbM dari UMKM itik Partisipasi dari UMKM itik, yaitu sebagai berikut : 1. Menyediakan tempat untuk pertemuan dan pelatihan yaitu di tempat UMKM untuk pelaksanaan kegiatan program IbM peternakan itik petelur . 2. Menyediakan kandang itik untuk kawin silang pejantan Mojosari dan betina alabio 3. Menyediakan mesin untuk mencampur pakan itik 4. Menyediakan tempat untuk penetasan telur itik 5. Menyediakan tempat untuk pengolahan telur asin bacem dan aneka rasa
Mengukur Keberhasilan -
Produksi telur yang semula 100 -120 butir/ekor/tahun menjadi 300-320 butir/ekor/tahun
-
Telur yang dihasilkan yang bisanya 60-65 gram/butir menjadi 70 -80 gram
-
Daya tetas telur yang semula 50-55% menjadi 75-85%
-
Kuning telur yang semula berwarna kuning pucat menjadi merah atau orange
-
Berat badan itik dewasa yang biasa 0,8-1kg menjadi 1,3-1,8 kg
-
Telur yang semula dijual mentah Rp. 1.500/ butir menjadi telur asin dan telur aneka rasa Rp. 2.750/butir
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Kinerja Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan secara inovatif, integratif
dan komprehensif.
Kerjasama dan jejaring (networking) yang
dilakukan LP4M ditujukan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada pencapaian produk unggulan berupa bioexcellent product maupun model excellent, sehingga akan membawa manfaat yang nyata untuk kepentingan institusi maupun masyarakat dengan capaian luaran berupa inovasi teknologi, produk, maupun market yang berlandaskan pada hasil riset. Selesainya kegiatan IbM dharapkan dapat mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for poor) secara ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam. Kegiatan program IbM dikelola staf pengajar dari berbagai disiplin ilmu dan melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan itik asli Indonesia melalui kawin silang dengan produksi telur sepanjang tahun. Pembuatan mesin tetas itik dengan modifikasi gabus disesuaikan kelembaban dan temperatur di kabupaten Blitar mempunyai daya tetas > 80%. Bahan baku pakan lokal, kepala cangkang udang, selain nilai proteinnya tinggi juga chitin maupun chitosan yang terkandung didalamnya menyebabkan warna kuning telur berwarna merah/orange. Untuk meningkatkan nilai jual dilakukan diversifikasi produk melalui pengolahan telur asin bacem dan aneka rasa. Fasilitas yang dipunyai oleh perguruan tinggi adalah laboratorium pakan ternak, produksi ternak, reproduksi, kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran Hewan, Untuk meningkatkan pengalaman bagi mahasiswa peserta IbM maka dilakukan kerjasama dengan UMKM itik petelur milik bapak Adin yang terletak didesa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar bapak Ujang didesa Kunir kecamatan Srengat. Di perguruan tinggi terdapat tempat unit uji pakan ternak untuk mengetahui nilai gizi dari campuran pakan secara mandiri menggunakan bahan baku pakan lokal, produksi ternak, unit uji patologi klinik untuk pemeriksaan penyakit unggas dan BSL3. SDM yang terlibat pada kegiatan program IbM ini terdiri dari 2 Staf pengajar dan 1 orang konsultan, 2 orang UMKM dengan pengalaman sesuai dengan kebutuhan kegiatan program ini. Tugas pelaksana kegiatan adalah sebagai berikut :
Nama Suzanita Utama,Mphil,drh
Status Ketua pelaksana
Keahlian Peternak itik. Seleksi DOD, pullet
Tania Adriani Saleh,MS,dra
Anggota pelaksana
Prof. Dewa Ketut Meles,MS, drh
Konsultan pelaksana
Pengolahan pakan dan penyakit ternak Reproduksi, Seleksi DOD dan sexing
Tugas Merancang kegiatan kesehatan, manajemen pemantauan dan bimbingan teknis skill Penetasan telur itik Menyusun formula pakan
Fasilitas yang dimiliki Fakultas Kedokteran Hewan adalah : 1. Lab. Inseminasi Buatan lengkap dengan alat untuk prosesing semen beku 2. Lab. Kemajiran/infertiliti lengkap dengan peralatan 3. Lab Pakan ternak untuk pemeriksaan pakan 4. BSL3 untuk pencehgahan penyakit unggas terutama flu burung
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1.Pendidikan dan pelatihan peternakan Peserta pendidikan dan pelatihan kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio merupakan anggota UMKM peternak itik petelur, dokter hewan, mantri hewan yang ada di kabupaten Blitar. Kegiatan di pusatkan UMKM itik kecamatan Ponggok dan Srengat kabupaten Blitar. Dipilihnya tempat tersebut karena UMKM itik tersebut merupakan Binaan LP4M Unair serta agar masyarakat mengenal kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Unair yang dilakukan secara terbuka untuk umum yang merupakan salah satu kegiatan untuk pembedayaan masyarakat. Bentuk kegiatan tidak hanya sekedar pendidikan dan pelatihan IB pada itik saja tetapi dilakukan diskusi antar peternak itik terutama para peternak itik pemula dan yang telah berproduksi untuk saling tukar pikiran, suka duka usaha beternak itik, pemasaran itik maupun cara mengurangi polusi bau kotoran itik. Disamping itu dilakukan percontohan peternakan itik secara agribisnis milik peternak bapak Adin dan pembibitan bapak Ujang.
Diskusi tidak hanya pada usaha itik saja, namun tidak menutup
kemungkinan ternak lain seperti kambing dan domba, sapi potong, sapi perah, ayam petelur, ayam pedaging, dan diversifikasi produk.
5.2.Kawin Silang Pejantan Itik Mojosari dan Betina Itik Alabio Setelah dilakukan kawin silang antara pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio hasilnya dapat terlihat 7 hari setelah perkawinan yaitu telur yang dihasilkan ukurannya lebih besar daripada telur itik lokal. Pada perkawinan itik secara alami dilakukan 1 ekor pejantan itik Mojosari berbanding 10 ekor betina itik Alabio. Dilakukan perkawinan silang antara pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio yaitu disebabkan itik Mojosari dikenal mempunyai produksi telur itik 200 butir/tahun, sedangkan itik Alabio mempunyai postur tubuh yang besar, sehingga dengan kawin silang diharapkan telur yang dihasilkan mempunyai ukuran tekur yang lebih besar daripada telur itik lokal. Apabila telur tersebut ditetaskan maka DOD yang dihasilkan adalah DOD “MA” mempunyai karakteristik sebagai berikut: produksi telur sepanjang tahun yaitu mencapai 250-320 butir/tahun dan ukurannya itiknya besar. Apabila setelah masa produksi maka itik afkir betina “MA” dapat
digunakan sebagai itik panggang dengan nilai jual tinggi. Hasil kawin silang dapat dilihat pada table 5.1. Tabel 5.1.Kawin silang pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio Uraian
Jenis itik Itik Alabio 1,4 – 1,8 70-100 65 -70
Itik Mojosari 0,8 – 1,3 120-160 46 – 65
Berat badan (Kg) Produksitelur (ekor/tahun) Berat telur (gram)
Itik “MA" 1,4 – 1,7 250 -320 68 – 80
5.3.Penambahan Pakan Limbah Kepala dan Cangkang Kulit Udang atau Remis Dalam beternak , 70% adalah biaya pakan sehingga dilakukan mencampur pakan sendiri untuk menekan biaya produksi. Selain itu untuk membuat kuning telur itik berwarna merah/orange dilakukan penambahan limbah kepala dan cangkang kulit udang atau kulit remis dalam pakan selama 7 hari maka pada hari kedelapan, telur itik yang dihasilkan kualitas super artinya kuning telurnya berwarna merah atau orange. Pemberian limbah kepala dan cangkang kulit udang sebanyak 100 gram/ekor setiap hari.
5.4.Membuat mesin tetas dimodifikasi dengan gabus Selama ini mesin tetas itik mempunyai daya tetas 55-60%. Untuk meningkatkan daya tetas telur itik dilakukan modifikasi menggunakan gabus yang berguna untuk mengatur suhu dan kelembaban agar merata. Hasilnya yaitu
mempunyai daya tetas
89,33% dapat dilihat tabel 5.2.
Tabel 5.2. Daya tetas telur itik Jenis Mesin tetas
Mesin tetas biasa Mesin tetas Modifikasi
Jumlah
Jumlah telur (%)
300 300
Jumlah telur menetas 200 (66,67%) 268 (89,33%)
Jumlah telur tidak menetas 100 (33,33%) 32 (10,67%)
5.5.Membuat telur asin Garam dapur merupakan bahan pengawet telur yang utama untuk mencegah pertumbuhan bakteri, karena bersifat bakteriostatik. Selain itu garam memberi cita rasa telur asin yang spesifik akibat pemecahan senyawa kimia didalam telur selama garam
dapur berdifusi kedalam telur dan juga akibat fermentasi bakteri halofilik (bakteri tahan garam) selama proses pengasinan.
Pengawetan telur itik melalui pengasinan merupakan
yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat. Selain biayanya murah, telur cukup disimpan pada temperatur kamar, dan citarasa dari telur tersebut sangat disukai oleh masyarakat. Telur itik apabila dijual dalam keadaan mentah maka harganya telur itik kualitas super Rp.2100/butir, namun apabila dibuat telur asin maka nilai jual Rp. 2500/ butir dan apabila dikemas dijual di supermarket maka nilai jualnya mencapai Rp. 3000/ butir. Target yang telah dicapai pada kegiatan IbM Sebelum IbM Itik lokal produksi telur 100-150 butir/ tahun Pakan tanpa kepala udang warna kuning telur puyeh nilai jual Rp. 1800/butir Daya tetas mesin tetas biasa 66,67% Peternak belum mengenal ragam penyakit itik Belum mengenal pengolahan telur asin aneka rasa dengan rendaman Nilai jual telur asin Rp. 2200 – 2500/butir
Setelah dilakukan IbM Itik ”MA” produksi telur 250-320 butir/ tahun Pakan menggunakan kepala udang warna kuning telur merah/orange nilai jual meningkat Rp. 2100/butir Daya tetas mesin tetas menggunakan modifikasi gabus 89,33% Peternak telah mengenal ragam penyakit itik (menekan kematian) Mengenal pengolahan telur asin aneka rasa dengan rendaman Nilai jual telur asin super Rp. 2600- 3000
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Kawin silang Pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio menghasilkan itik “MA” dengan berat badan
1,5-1,8 kg/ekor dan produksi telur diharapkan
mencapai 250 - 320 butir/tahun 2. Kepala dan cangkang kulit udang atau remis yang diberikan setiap hari sebesar 100 gram/ ekor/hari selama 7 hari maka akan menghasilkan telur dengan kuning telur berwarna merah/orange dengan nilai jual tinggi 3. Mesin tetas itik dimodifikasi gabus mempunyai daya tetas sebesar 89,33%. 4. Telur itik kualitas super apabila dibuat telur asin akan meningkatkan nilai jual
Saran 1. Iptek bagi Msyarakat (IbM) hendaknya dilakukan secara berkesinambungan untuk menguatkan UMKM hingga dapat menyerap tenaga kerja 2. Hendaknya melibatkan mahasiswa untuk meningkatkan jiwa wirausaha
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Meles, Hermin ratnani dan Sri Mulyati. 2007. Pemanfaatan kulit Udang pengganti konsentrat (Cmplete feed) untuk meningkatkan kualitas kuning telur itik serta diversifikasi produk. Ipteks Dewa Ketut Meles, Hermin Ratnani, Wurlina dan Kadek Rachmawati.2009. Pakan itik menggunakan konsentrat dan kebi untuk menekan biaya produksi. Iptekda-LIPI Kadek Rachmawati, Wurlina, Hermin Ratnani dan Dewa Ketut Meles. 2008. Pemanfaatan Chitin dan Chitosan asal kepala kulit udang dan kulit kupang terhadap warna merah kuning telur itik. Ipteks. Peni,H dan Rukmiarsih. 2001. Itik Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutawi. 1993. Pemanfaatan Limbah Kepala Udang sebagai Pakan Ternak. Poultry Indonesia. Wurlina, Kadek Rachmawati dan Dewa Keut Meles.2003. Budidaya itik petelur dan diversifikasi produk untuk mengentas Kemiskinan. Iptekda-LIPI. Wurlina, Kadek Rachmawati dan Dewa Keut Meles.2003. Potensi Kepala kulit Udang pada Pakan itik untuk Membuat Kuning telur berwarna Merah. Iptekda-LIPI.
Gambar 1. Foto kegiatan
Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada Mitra
Itik pejantan Mojosari
Diperiksa semen
Kualitas
Itik betina Alabio
Menghilangkan sifat kanibal Menghilangkan sifat ngurak Pakan buatan PKM
Kuantitas Kualitas & kuantitas telur Berat telur Daya tetas telur Biaya produksi
Kualitas DOD “MA” unggul
Itik “MA” penghasil daging Itik “MA” penghasil telur 320-350 butir/tahun
Keuntungan Mitra meningkat
Lampiran 2. Persilangan pejantan itik Mojosari dan betina itik Alabio Itik Mojosari (M)
Itik Alabio (A)
2 1 M½
MA A½ 3
MA A¾
M¼
MA Halus A¾
M¼
5
4
MA M 7/8
A 1/8
MA A½ 7
M½
6
M 1/8
MA Super A 7/8 8
MA M½
9 M 13/16 A3/16
A½ 11
12
10 M 11/16 A 5/16
M 5/16 A 11/16
M¼
15
A¼
DB ½ Itik ”MA” adalah Turunan 3, 7 dan 11 Itik ”MA halus” adalah turunan 5 dan 8
13 M 3/16
A 13/16
14
DARAH BARU
Lampiran 3 Mesin tetas telur itik modifikasi
Wurlina,dkk.(2008)
Lampiran 4. Formula pakan itik yang diterapkan
Bahan Jagung Dedak Tepung gaplek Tepung daun papaya Tepung daun singkong Bungkil kelapa Tepung bulu Tepung cacing tanah Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Energi metabolisme (kkg/kg)
Jumlah pakan pada umur (kg) Masa Pertumbuhan Produksi 1-20 hari 21-35 hari 36 hari 53 42 43 4 21 12,5 2 2,5 5 2 3 5 5 5 5 10 10 15 4 1,5 1,5 20 15 13 Kadar Nutrisi pakan 25 20 19.5 5 5,5 5,3 5 6 6,3 2900 2600 2600 Wurlina, 2008
Lampiran 5. Denah lokasi UMKM itik
U Gresik
40km Mojowarno 5 15 km Jombang 20 km
Pare
30 km 5 km UMKM Adin Ponggok UMKM Ujang Blitar
Mojokerto
Surabaya
Lampiran 6. Mahasiswa yang terlibat dalam Iptek Bagi Masyarakat (IbM) No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Mahasiswa Nimas ayu Cristianita Mochamad Imam Benda Alifianti Rio Tinggaling Himawan Sugiarto Anis Oktaria
NIM 061413143100 061413143106 061413143103 061413143012 061413143027 061413143110 061413143139