i
LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAHUN ANGGARAN 2016
PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN DOMBA “LOK-EG” PENGHASIL DAGING DAN SUSU RAKITAN TEKNOBREEDING DAN TEKNOFATTENING PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING
TIM PELAKSANA Prof.Dr.Dewa Ketut Meles,MS,drh Dr. Rimayanti,MKes,drh
: 0013125402 : 0003126305
Dibiayai Oleh: Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor 004/SP2H/DRPM/II/2016, Tanggal 17 Februari 2016
UNIVERSITAS AIRLANGGA OKTOBER, 2016
ii
iii
RINGKASAN PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN DOMBA “LOK-EG” PENGHASIL DAGING DAN SUSU RAKITAN TEKNOBREEDING DAN TEKNOFATTENING PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING Dewa Ketut Meles dan Rimayanti
Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada kelompok usaha Pembibitan dan pemggemukan Domba Ekor Gemuk (DEG) di kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro desa Tondomulo dan Panjang dengan tujuan dari IbM adalah: 1) Memperbaiki genetik domba lokal melalui IB menggunakan pejantan DEG 2) Mendapatkan induk domba birahi bersamaam dengan sinkronisasi birahi PGF2α 3) Mendapatkan induk domba bunting 2 kali dalam setahun dengan jumlah anak 3-4 ekor sekelahiran 4) Membuat pakan tanpa hijauan (Complete feed) 5) Membuat growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan. . Sasaran kegiatan IbM adalah anggota UMKM ”Domba Ekor Gemuk” yaitu anggota kelompok tani ternak domba Metoda yang digunakan pada IbM adalah pendidikan dan pelatihan serta praktek langsung pada anggota UMKM ”Domba Ekor Gemuk” yaitu memperkenalkan pejantan DEG, sinkronisasi birahi menggunakan PGF2α, IB pada domba lokal menggunakan pejantan DEG, pengolahan pakan tanpa hijauan (Complete feed) menggunakan bahan baku pakan lokal dan pengolahan growth promotor asal emponempon dan temu-temuan. Kegiatan program IbM melibatkan 8 orang mahasiswa untuk meningkatkan jiwa wirausaha. Hasilnya adalah sebagai berikut : 1) Sebanyak 15 ekor induk sapi mengalami birahi bersamaan menggunakan PGF2α sebesar 100%, 2) Inseminasi buatan menggunakan semen segar pada induk sapi sebanyak 15 ekor mempunyai anak rata-rata 2,8 ekor sekelahiran, berjenis kelamin jantan sebesar 46,67% dan betina 53,33%) 3) Peningkatan berat badan perhari sebesar 255,25 gram/ekor/hari. Disarankan kegiatan IbM dilakukan berkesinambungan setiap tahun untuk memantau perkembangan anak domba di kabupaten Bojonegoro agar menjadi sentra pembibitan domba ekor gemuk dengan melibatkan dinas terkait dan mahasiswa untuk menciptakan wirausaha baru.
Kata kunci : Domba Ekor Gemuk, sikronisasi dan superovulasi, Inseminasi buatan, pakan tanpa hijauan, growth promotor
iv
PRAKATA
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN DOMBA “LOK-EG” PENGHASIL DAGING DAN SUSU RAKITAN TEKNOBREEDING DAN TEKNOFATTENING PAKAN TANPA
HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGI PENCAPAIAN
SWASEMBADA DAGING dapat terselenggara dengan baik. Tujuan dari IbM adalah: 1) Memperbaiki genetik domba lokal melalui IB menggunakan pejantan DEG 2) Mendapatkan induk domba birahi bersamaam dengan sinkronisasi birahi PGF2α 3) Mendapatkan induk domba bunting 2 kali dalam setahun dengan jumlah anak 3-4 ekor sekelahiran 4) Membuat pakan tanpa hijauan (Complete feed) 5) Membuat growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan.
Sasaran
kegiatan IbM adalah anggota UMKM ”Domba Ekor Gemuk” yaitu anggota kelompok tani ternak domba Kegiatan IbM dilaksanakan mulai bulan Maret – Oktober 2016, dilakukan Staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Kegiatan ini bekerjasama dengan UMKM domba di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya Program Ipteks bagi Masyarkat, disampaikan kepada : Rektor Universitas Airlangga Ketua LP4M Universitas Airlangga UMKM domba di kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
kegiatan
v
DAFTAR ISI HALAMAN RINGKASAN …………………………………………………………….
i
PRAKATA ……………………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
vi
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
1.1. Analisis Situasi …………………………………………….........
1
1.2. Permasalahan Mitra ……………………………………….........
8
1.3. Tujuan Kegiatan ……………………………………………........
8
1.4. Manfaat Kegiatan …………………………………………........
9
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ………………………………………
11
BAB 3. METODE PELAKSANAAN …………………………………...
12
3.1.Kerangka pemecahan masalah ………………………………......
12
3.2.Realisasi Pemecahan Masalah ………………………………......
12
3.3.Khalayak Sasaran …………………………………………….....
13
3.4.Metode yang Digunakan ……………………………………......
13
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ……………………….
16
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………….. ………..
18
BAB 6. KESIMPULAN ………………………………………………….
23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
24
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………….
25
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1. Jumlah induk domba mengalami birahi setelah penyuntikan PGF2α
18
Tabel 5.2. Rata-rata jumlah induk domba yang bunting dan jenis kelamin anak yang dilahirkan setelah IB ..................................................................
19
Tabel 5.3. Hasil analisis pakan ternak tanpa hijaun (Complete feed) ………….
21
Tabel 5.4. Hasil analisis pakan ternak tape jerami/tebon ………………………
21
Tabel 5.5. Hasil sebelum dan sesudah dilakukan IbM …………………………
22
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Foto kegiatan .....................................................................................
25
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada mitra ……………
26
Lampiran 2. Pengolahan pakan, growth promotor dan fermentor …………..
27
Lampiran 3. Peta lokasi wilayah mitra ………………………………………
29
Lampiran 4. Mahasiswa yang terlibat dalam IbM ………………………….
30
ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Analisis Situasi Komoditas salah satu peternakan yang dimiliki hampir di seluruh dunia yaitu domba dan domba. Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat mengendalikan produksi ternak domba dan domba potong untuk menghadapi globalisasai hasil peternakan 2020. Indonesia merupakan negara tropis dengan sumber alam yang mendukung, yaitu memiliki iklim tropis yang sesuai bagi pengembangan ternak domba dan doma, tanah yang luas dan produksi hijauan yang berlimpah pada musim hujan cukup untuk memelihara 100 juta ternak domba dan domba atau 10 kali dari populasi yang ada sekarang. Namun pada musim kemarau, hijauan berkurang sehingga para peternak enggan untuk beternak belum lagi terjadinya perubahan musim sehingga membingungkan peternak (Wurlina dkk, 2012, Junjungan dkk, 2002). Calon wirausahawan ternak domba dan domba banyak yang mengurungkan niatnya ketika harus berhitung dengan permasalahan hijauan pakan ternak. Calon peternak menjadi ragu dan akan mundur ketika harus menyediakan lahan untuk menanam hijauan pakan ternak dengan segala permasalahan tata laksana pemeliharaannya. Peternak skala kecilpun terpaksa menjual sebagian ternaknya untuk mengatasi terbatasnya hijauan yang tersedia. Apakah hal ini harus terus terjadi ? Jawabannya TIDAK, karena Perguruan Tinggi telah berhasil meneliti pengembangan ternak domba dan domba tanpa rumput/hijauan menggunakan rakitan teknopakan lengkap tanpa hijauan (complete feed) dan pembuatan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan (Wurlina dkk.,2012). Menurut Dirjennak jumlah populasi domba di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 18.500.000 sedangkan populasi domba di Jawa Timur sebesar 1.185.472 ekor, sedangkan populasi domba di kabupaten Bojonegoro sebesar 129.900 ekor. Kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro tepatnya di desa Tondomulo dan Panjang merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak domba. Kecamatan Kedungadem terletak ± 12 km dari Kota Bpjonegoro, merupakan daerah pertanian, dimana hanya sedikit petani yang mempunyai lahan, sehingga banyak diantara mereka yang menjadi petani penggarap dengan pendapatan yang minim dan belum memadai sehingga banyak kaum muda yang urban ke kota untuk mencari pekerjaan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan dari kalangan akademis untuk terlibat langsung dalam membangun segala potensi yang ada di pedesaan dengan pemanfaatan sumber alam dan sumber daya manusia (human resource). Sebagian
x
besar usia produktif yang ada dipedesaan ditengarai bermigrasi ke perkotaan untuk bekerja di pabrik sebagai buruh kecil, sedang yang tertinggal melanjutkan usaha di sektor pertanian sebagai buruh disawah, sedangkan lahan pertanian yang masih tersisa perlu dimanfaatkan untuk ditanami rumput dan hijauan daun, dimana dapat sebagai pakan ternak domba. Jenis domba yang dipelihara umumnya domba local dimana badannya kecil dengan berat 10-12 kg. Dengan memelihara domba ekor gemuk (DEG) disertai dengan bimbingan dari Perguruan Tinggi diharapkan masayarakat mampu meningkatkan ekonomi di pedesaan dengan memanfaatkan bahan baku pakan yang bersumber dari limbah pertanian dan limbah perkebunan serta limbah industri. Untuk setiap hektar sawah yang ada di kecamatan Kedungadem – Bojonegoro dapat menghasilkan jerami kering 3,5 - 4 ton yang merupakan limbah pertanian untuk dibuang atau dibakar. Apabila jerami tersebut dikeringkan dan dilakukan fermentasi menggunakan teknologi sederhana dapat dapat diubah menjadi pakan ternak ruminansia termasuk domba yang bergizi. Dengan memiliki persediaan jerami kering, peternak tidak perlu lagi ngarit atau membeli hijauan segar untuk domba. Kandungan nutrisi jerami sebelum difermentasi sebagai berikut : protein 4,5-5,5%, lemak 1,4-1,7%, serat kasar 31,546,5%, abu 19,9-22,9%,. Kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8-39,9% sehingga sebagai pakan ternak tergolong bermutu rendah. Dengan teknologi fermentasi menggunakan urea, molase dan ditambah bekatul, jerami padi dapat diolah menjadi pakan ternak untuk ternak ruminansia yang beraroma seperti caramel, mudah dicerna dan dapat meningkatkan palatabilitas dengan kandungan nilai gizi sebagai berikut : protein mencapai 11%, lemak 4-6%, serat kasar 21-22%, abu 17-18%, kalsium 0,7% dan Fosfor 0,3% dan BETN 27-28%. Hasil sampingan dari pengilingan padi dihasilkan dedak, yang menurut jenisnya ada 3 macam, yaitu dedak kasar, dedak halus dan bekatul (lunteh) dan yang terbaik adalah bekatul. Dari setiap ton gabah kering giling dapat dihasilkan 50 - 80 kg bekatul. Untuk mengantisipasi kekurangan hijauan saat musim kemarau dibuatlah pakan ternak tanpa hijauan. Keunggulan pakan tanpa hijauan (complete feed =CF) yaitu mengandung nutrisi yang seimbang dengan harga murah. Hal ini disebabkan complete feed dibuat dari limbah pertanian, limbah perkebunan serta limbah agroindustri ditambah suplementasi yang bernilai nutrisi tinggi. Keunggulan lain pakan tanpa hijauan adalah: 1) peningkatan berat badan domba 200-250 gram/hari/ekor 2) ekonomis dan praktis (1 ekor domba butuh 2 kg) dengan harga pakan Rp. 1200 – Rp.1500,-/kg 3) waktu penggemukan
xi
pendek (3-4 bulan) 4) hemat tenaga kerja (1 orang untuk 80- 100 ekor domba) dan 5) mudah diaplikasikan (Wurlina dkk, 2012, Hariadi dkk,2011). Kabupaten Bojonegoro penghasil empon-empon yang dapat diolah menjadi growth promotor untuk merangsang nafsu makan seingga akan meningkatkan berat badan. Penerapan teknologi inseminasi buatan pada ternak domba lokal menggunakan spermatozoa domba ekor gemuk hasil sexing diharapkan akan dihasilkan anak domba jantan unggul dengan pertumbuhan dan perkembangan berat badan cepat dan induk domba ekor gemuk sebagai penghasil susu dan daging. Kabupaten Bojoegoro diharapkan merupakan pilot project domba ekor gemuk (DEG) penghasil daging dan susu domba sebagai solusi strategi pencapaian swasembada daging dan susu menuju 2020. Hal ini berdampak pada kaum muda akan tertarik memelihara domba sekaligus meningkatkan gizi masyarakat pedesaan serta menciptakan lapangan pekerjaan di pedesaan dan tidak perlu lagi urban ke kota, sehingga gerakan "INTAN SEJATI" (Inseminasi Buatan Se Jawa Timur) yang diprogramkan oleh Gubernur Jatim dapat terwujud dan swasembada usaha peternakan domba ekor gemuk penghasil daging dan susu menuju 2020 dapat terwujud (Hariadi dkk, 2011). Idealnya domba dapat beranak dalam kurun waktu 6-7 bulan dengan jumlah anak dapat mencapai 4 ekor sekelahiran (Wurlina, 1996; Wurlina 2002). Untuk
mendapatkan
induk
domba
birahi
secara
bersamaan
dilakukan
penyerentakan birahi menggunakan PGF2α. Menurut Wurlina dkk. (2005, 2002) domba di pedesaan ukurannya kecil sehingga dosis yang digunakan untuk sinkronisasi birahi adalah 5-7 mg/ ekor. Cara penyuntikan agar mendapatkan domba birahi secara serentak dalam suatu populasi yaitu dilakukan penyuntikan 2 kali dengan selang waktu 11 hari, selanjutnya inseminasi dilakukan pada birahi setelah penyuntikan PGF2α kedua. Untuk mendapatkan anak domba dengan jumlah 3-4 ekor sekelahiran dilakukan superovulasi menggunakan hormon PMSG dan HCG, sedangkan untuk mendapatkan anak domba dengan jenis kelamin sesuai harapan dilakukan sexing spermatozoa (Susilowati dkk, 1996). Petani ternak domba yang berlokasi di desa Tondomulo dan Panjang, kecamatan Kedungadem, kabupaten Bojonegoro adalah UMKM “Domba Ekor Gemuk” yang bergerak dalam usaha pembibitan dan penggemukan domba. Populasi domba yang digemukkan saat ini mencapai
100 ekor. Kapasitas kandang yang tersedia untuk
memelihara domba di UMKM “Domba Ekor Gemuk” dapat menampung domba sebanyak 400 ekor dengan luas area 0,8 hektar. Bibit domba untuk digemukkan diperoleh dari pasar
xii
hewan yang ada di kabupaten Jawa Timur dengan kualitas genetik yang tidak pasti, dan sebagian lainnya diperoleh dari hasil budidaya sendiri. Permasalahan ketersediaan bibit yang dihadapi oleh UMKM “Domba Ekor Gemuk” yaitu induk induk domba yang bunting hanya mampu beranak setahun satu kali dengan jumlah anak 1-2 ekor sekelahiran (umumnya 1 ekor sekelahiran). Padahal domba dapat beranak setahun dua kali, hal ini dimungkinkan karena masa bunting domba +140 hari sehingga dalam setahun dapat beranak dua kali. Kelahiran dapat dibuat kembar dua, tiga atau bahkan empat ekor melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen hasil sexing dengan jenis kelamin jantan sesuai harapan. Untuk mendapatkan umur anak domba yang hampir bersamaan, induk domba disinkronisasi birahi menggunakan hormon prostaglandin F2α (PGF2α) serta dibuat superovulasi dengan menggunakan hormon PMSG dan HCG (Susilowati dkk, 1996). Permasalahan pakan yang dihadapi oleh UMKM “Domba Ekor Gemuk” adalah ketersediaan pakan hijauan terutama pada musim kemarau. Solusinya adalah pengolahan pakan domba tanpa hijauan dengan memanfaatkan bahan baku pakan lokal melalui pemanfaatkan limbah pertanian (jerami padi, kulit batang kedelai, bonggol jagung, tumpi/ slamper, kulit singkong), limbah perkebunan (kulit kopi, kulit kakau, bungkil sawit, gaplek, klenteng), limbah pabrik (ampas tahu, ampas sawit, ampas beer). Permasalahan kotoran yang dihadapi oleh UMKM “Domba Ekor Gemuk” yaitu kotoran belum dimanfaatkan sebagai pupuk bokhasi yang ramah lingkungan. Dalam bidang pemasaran yang dihadapi oleh UMKM “Domba Ekor Gemuk” yaitu tidak ada kendala terlebih pada hari raya qurban dan pembeli datang sendiri ke kandang. Pemasaran domba UMKM sampai saat ini hanya meliputi wilayah pemasaran di sekitar kabupaten Bojonegoro saja. Peluang pasar Domba masih terbuka sangat luas baik pasar antar kabupaten maupun pasar antar propinsi, serta pasar ekspor ke negara-negara Asean dan Timur Tengah.
Profil dan Kebutuhan Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro terutama kecamatan Kedungadem sangat potensial untuk pengembangan ternak domba. Berdasarkan data Dinas Peternakan Daerah Tingkat I Jawa Timur dan statistik peternakan 2013 populasi ternak domba 1.185.429 ekor atau 7,94 % dari populasi domba di Indonesia 14.926.000. Sedangkan populasi domba di kabupaten Bojonegoro adalah 129.900 ekor atau 10,9% dari populasi di Jawa Timur. Namun dalam
xiii
perkembangannya, populasi cenderung menurun sejak terjadi krisis ekonomi. Hal ini disebabkan jumlah pejantan domba terbatas sehingga sering kawin keluarga (inbreeding). Hal ini berakibat pertumbuhan domba terhambat, kematian tinggi dan domba yang diberikan saat adanya program Instruksi Presiden Desa tertinggal (IDT) ukurannya semakin kecil-kecil. Keadaan ini akan semakin parah pada saat hari raya Idul Qurban dimana terjadi pengeluaran pejantan muda secara besar-besaran. Mengingat kecamatan
Kedungadem merupakan daerah miskin di Kabupaten
Bojonegoro maka perlu dicari jalan keluar untuk mengentas dari kemiskinan yaitu dengan beternak domba ekor gemuk (DEG). Dari beternak domba banyak keuntungan yang didapat namun pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih mengalami banyak hambatan seperti sistem pemeliharaan yang masih secara tradisional yaitu domba dilepas mencari pakan sendiri atau diberi makan seadanya. Sistem pemeliharaan tidak terprogram dan tidak terencana dengan kandang ditempatkan seadanya. Dengan sistem pemeliharaan seperti ini maka beternak domba kurang menguntungkan karena domba yang dipelihara ukurannya kecil dan kurus. Agar beternak domba menguntungkan maka domba harus dipelihara secara intensif yaitu pemeliharaan yang sesuai dengan persyaratan, pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan gizi, pengawasan domba dilakukan secara cermat baik terhadap ternak yang sakit maupun yang sehat. Dengan sistem pemeliharaan secara intensif maka domba menjadi lebih produktif, pengawasannya mudah serta perawatannya lebih terjamin. Alasan ternak domba di kembangkan di kecamatan Kedungadem di kabupaten Bonegoro adalah sebagai berikut : 1. Dengan lahan yang sempit dapat dipelihara domba sistem kereman. 2. Daya adaptasi domba cukup tinggi artinya mudah dipelihara pada dataran rendah maupun tinggi, pada daerah keringpun domba masih dapat bertahan. 3. Peningkatan berat badan domba ekor gemuk rata-rata 250- 300 gram/ekor/hari sehingga berat badan pejantan dapat mencapai lebih dari 100 kg pada umur 2,5 tahun. 4. Domba dapat dibuat beranak setahun 2 kali dengan jumlah anak yang dilahirkan dapat mencapai kembar 4 ekor sekelahiran sehingga dalam setahun dapat dihasilkan 8 ekor anak domba. 5. Daging domba merupakan sumber protein dan sumber gizi. 6. Hijauan di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro berlimpah terutama saat musim penghujan.
xiv
7. Pada skala besar ternak domba dapat merupakan lapangan pekerjaan baru sehingga kaum muda tidak perlu urban ke kota besar. 8. Sebagai Pilot Project pengentasan kemiskinan dengan produksi bibit domba dan penggemukan domba ekor gemuk penghasil daging dan susu dengan teknologi inseminasi buatan maupun kawin alam.
Domba Ekor Gemuk (DEG) Penghasil daging Perkawinan silang antara pejantan DEG dengan domba lokal secara alam maupun inseminasi buatan menggunakan semen beku DEG akan menghasilkan keturunan F1 yang mempunyai genetik 50% pejantan EDG dan 50% induk domba lokal dengan ukuran besar tubuh DEG tergantung dari besar pejantan, induk domba dan ransum pakan, serta mampu berproduksi susu sampai 0,8-1 liter/hari (Karo, 2005, Wurlina dkk, 2005, Syukur, 2001). Domba Ekor Gemuk (DEG), merupakan domba jenis unggul penghasil daging dan susu dengan berat badan 65-70 kg pada domba betina, sedangkan pada pejantan DEG dengan bobot badan dapat mencapai lebih dari 100 kg. (Syukur, 2001). Harga jual DEG berkisar antara Rp. 2,5-3 juta perekor dengan bobot badan 70 kg. Pada saat hari raya kurban harga domba semakin meningkat harganya menjadi diatas Rp. 2.500.000 bahkan sampai Rp. 3,5 juta per ekor dengan bobot badan sekitar 70 kg.
Informasi tentang mitra UMKM domba ekor gemuk (DEG) Industri kecil pedesaan UMKM “Domba Ekor Gemuk” memiliki 5 orang tenaga untuk menjalankan usaha pembibitan dan penggemukan domba ekor gemuk. Industri ini managemennya dipegang oleh Bapak Ratmo dengan pendidikan SMU. Pekerja lainnya seorang wanita berpendidikan SMU sebagai pencatat hasil produksi dan 3 orang lainnya laki-laki berpendidikan SMP sebagai tenaga kandang. UMKM tersebut memiliki anggota atau plasmanya 20 orang dengan kepemilikan 5 sampai 15 ekor. Cara mengawinkan ternaknya dengan pejantan lokal seadanya atau meminjam pejantan milik anggota. Pengalaman anggota UMKM “Domba Ekor Gemuk” yaitu 10 tahun mulai pertama kali mendapat bantuan pemerintah, sehingga pengetahuan pemilihan bibit, deteksi birahi, saat IB cukup dapat dipercaya.
xv
Manajemen dan Investasi Peternak pada UMKM “Domba Ekor Gemuk“selama ini tanpa bimbingan teknis dan hanya mengandalkan dari pengalaman, selalu menjalin komunikasi antar anggota dalam hal pemilihan bibit, teknologi pakan, perkandangan, pejantan dll. Kebersamaan antar anggota peternak domba dan aparat pemerintahan berjalan serasi dan komunikatif. Peningkatan populasi domba diwilayah kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro tidak terganggu karena tersedia limbah hasil pertanian yang belum dimanfaatkan. Tempat usaha domba sangat sederhana dan telah berjalan lebih 10 tahun. Manajemen yang diterapkan pada UMKM “Domba Ekor Gemuk” adalah sistem kekeluargaan dan saling percaya, dimana pembukuan dilakukan sangat sederhana. Pola pemasaran dilakukan dengan cara ada uang ada barang dengan mengambil di tempat atau diantar. Industri tersebut belum berani memberi pinjaman pada anggota UMKM yang akan mengambil hasil anak domba disebabkan kekurangan modal, sehingga sistem pembelian kontan atau pembayaran mundur 2 minggu hingga 1 bulan. Keadaan Produksi UMKM “Domba Ekor Gemuk” Jumlah domba sebagai percontohan (inti) adalah 100 ekor induk domba dengan 8 ekor pejantan. Sedangkan bersama plasmanya yang merupakan URT mencapai 400 ekor, dengan produksi anak domba seekor/tahun. Apabila domba tersebut dikawinkan beberapa kali tidak bunting atau anak yang dilahirkan selalu lemah maka segera dijual. Anak domba yang dihasilkan kurang baik kualitasnya, hal ini disebabkan pejantan yang digunakan untuk mengawini induk domba bukan kualitas unggul dan sudah cukup tua. Sistem perkawinan secara alam dan pejantan dikawinkan setiap hari. Lokasi UMKM ”Domba Ekor Gemuk” yaitu kecamatan Kedungadem terletak 13 km dari kota Bojonegoro. Selain itu Dinas Peternakan kabupaten Bojonegoro sangat mendukung dilakukan kegiatan IB pada domba lokal menggunakan pejantan DEG untuk menghasilkan domba ”Lok-EG”. Kerjasama yang baik antara UMKM ”Domba Ekor Gemuk” dan Dinas Peternakan kabupaten Bojonegoro dengan Perguruan Tinggi Universitas Airlangga menyebabkan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tujuan dari IbM dapat tercapai dan manfaatnya dapat langsung dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengentas kemiskinan.
xvi
1.2. Permasalahan Mitra Sampai saat ini pembibitan dan penggemukan domba di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro belum mencapai tingkat keberhasilan yang optimal. Hal ini merupakan permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : Belum diketahui penyedian bibit pejantan DEG penghasil daging dan susu untuk menghasilkan anak yang disebut domba ”LOK-EG” melalui teknologi IB menggunakan semen dengan jenis kelamin jantan sesuai harapan Belum diketahui cara memperoleh, memilih anak domba LOK-EG kualitas unggul penghasil daging dan susu Belum diketahu domba dapat beranak setahun 2 kali dengan jumlah anak kembar 4 ekor sekelahiran Belum diketahui penggemukan domba menggunakan pakan tanpa hijauan yang berbasis bahan baku pakan lokal seperti kulit kacang, kulit singkong, kulit batang kedelai, kulit kopi, kulit kakao, tumpi, limbah sawit, limbah kelapa, bekatul, biji kapuk sebagai pengganti hijauan
1.3. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan program IbM pada UMKM ”Domba Ekor Gemuk” di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro, yaitu sebagai berikut. 1. Memperbaiki genetik domba lokal melali IB menggunakan pejantan DEG penghasil daging dan susu menjadi anak domba LOK-EG 2. Mendapatkan induk domba birahi bersamaam dilakukan sinkronisasi birahi 3. Mendapatkan induk domba bunting dari setahun sekali menjadi 2 kali setahun 4. Meningkatkan jumlah anak dari 1 ekor sekelahiran menjadi kembar 3-4 ekor sekelahiran menggunakan teknologi superovulasi 5. Menekan biaya produksi, membuat pakan tanpa hijauan (Complete feed) 6. Merangsang pertumbuhan berat badan dengan membuat growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan Untuk mencapai tujuan tersebut, yang harus dilakukan oleh Tim Pelaksana Program IbM adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan ekonomi rakyat pedesaan dengan pemberian bantuan alih teknologi melalui IB menggunakan pejantan DEG penghasil daging dan susu
xvii
2. Penggemukan dan pengembangan domba LOK-EG hasil IB, guna menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha di pedesaan sekaligus meningkatkan produksi daging serta kesejahteraan masyarakat. 3. Memanfaatkan bahan baku pakan lokal limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri untuk pakan tanpa hijauan (Complete feed) sebagai pakan ternak menggunakan teknologi sederhana.
1.4. Manfaat Kegiatan Manfaat bagi tim pelaksana dan perguruan tinggi 1. Memperkaya wawasan tim pelaksana tentang kegiatan beternak domba ekor gemuk (DEG) dengan produksi daging dan susu 2. Tempat sarana diskusi antara pelaksana kegiatan, pengusaha mitra dan mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis dan pemasaran domba. 3. Perguruan Tinggi dapat memfungsikan pelaksananya secara integral untuk melatih kegiatan kewirausaha bagi mahasiswa.
Manfaat bagi UMKM domba 1. Meningkatkan produksi karena pengusaha mendapat tenaga kerja dari mahasiswa 2. Memperoleh masukan teknis dari Tim pelaksana IbM dan mahasiswa peserta IbM tentang mendapatkan anak domba setahun 2 kali dan beranak hingga 4 ekor sekelahiran, serta menggunakan pakan domba menggunakan bahan baku pakan lokal yaitu pakan tanpa hijauan. 3. Mahasiswa memberikan kontribusi positif sehubungan pengetahuan seperti keselamatan dan kesehatan pekerja
Manfaat bagi mahasiswa dari sisi ketrampilan dan manajemen 1. Ketrampilan peternakan domba secara agribisnis menjadi meningkat karena mahasiswa terlibat secara langsung pengolahan pakan tanpa hijauan. 2. Alih teknologi dan transfer pengetahuan khususnya cara beternak domba EG yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM 3. Calon wirausaha sesuai dengan basis iptek yang dimiliki 4. Menguasai aspek teknologi, manajemen (pemasaran, keuangan dan personalia)
xviii
Ipteks yang di implementasikan 1. IB pada domba 2. Pengolahan pakan ternak tanpa hijauan 3. Pengolahan Growth promotor 4. Pencegahan penyakit dan sanitasi
xix
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
Target Keberhasilan (Indikator Keberhasilan) IbM Target keberhasilan atau indikator keberhasilan program IbM pada anggota UMKM ”Domba Ekor Gemuk” yaitu pembibitan dan penggemukan domba di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. yaitu setelah dilaksanakan pendidikan dan pembinaan serta pelatihan usaha pembibitan dan penggemukan domba LOK-EG yaitu sebagai berikut : 1. Anak yang dihasilkan domba LOK-EG Induk domba dilakukan sinkronisasi birahi menggunakan PGF2α 2.
Induk domba yang bunting setahun 2 kali setelah IB menggunakan semen DEG
3. Jumlah anak domba 3-4 ekor sekelahiran dan jenis kelamin jantan domba LOK-EG 4. Menurunnya angka kemtian anak yang dilahirkan 5. Produksi pakan tanpa hijauan 6. Peningkatan berat badan domba LOK-EG minimal 250 gram/ekor/hari 7. Produksi growth promotor asal ewmpon-empon dan temu-temuan
Luaran Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) 1. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional Domba beranak setahun 2 kali dengan jumlah anak kembar
3-4 ekor
sekelahiran dengan teknologi IB pejantan DEG yang sebelumnya induk domba disinkronisasi menggunakan PGF2α Penggemukan domba LOK-EG menggunakan pakan domba tanpa hijauan dengan nilai gizi terstandar dan formula 2. Buku Ipteks bagi Masyarakat “Budidaya Ternak Domba” yang dibagikan saat dilakukan pendidikan dan pelatihan 3. Hasil sampingan IbM yang menguntungkan Growth promotor asal empon-empon Pupuk bokhasi asal kotoran domba dengan harga Rp. 2000/kg
xx
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1.Kerangka Pemecahan Masalah Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan dinas peternakan kabupaten Bojonegoro, UMKM domba. Sasaran program IbM, yaitu anggota dari UMKM domba
kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. Namun tidak
menutup kemungkinan peserta pelatihan berasal dari wanita tani, karang taruna, pondok pesantren dari masyarakat peternak domba dari desa lain maupun di kecamatan lain namun masih di kabupaten Bojonegoro. Keberhasilan program ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam meningkatkan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui pemeliharaan domba.
3.2.Realisasi Pemecahan Masalah Untuk mencapai keberhasilan program IbM dilakukan pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM pada anggota UMKM domba Kabupaten Bojonegoro yaitu sebagai berikut. 1.
Pengenalan domba
pejantan domba ekor gemuk (DEG) sebagai dombs yang
mempunyai peningkatan berat badannya dapat mencapai 250-300 gram/ekor/hari dan Sinkronisasi birahi pada induk domba 2.
Inseminasi Buatan pada domba lokal menggunakan semen pejantan DEG
3.
Pengolahan pakan tanapa hijauan (complete feed) menggunakan bahan baku pakan lokal.
4.
Ragam penyakit pada domba dan cara pencegahannya
5.
Menumbuhkan jiwa wirausaha dan menghitung analisis usaha
Pendekatan bekerjasama dengan dinas terkait Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan dinas peternakan kabupaten Bojonegoro, UMKM ”Domba Ekor Gemuk”, Sasaran program IbM, yaitu anggota dari UMKM ”Domba Ekor Gemuk” kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. Namun tidak menutup kemungkinan peserta pelatihan berasal dari wanita tani, karang taruna, pondok pesantren dari masyarakat peternak domba dari desa lain maupun di kecamatan lain namun masih di kabupaten Bojonegoro. Keberhasilan program
xxi
ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam meningkatkan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui pemeliharaan domba.
3.3. Khalayak Sasaran Memasyarakatkan Intan Sejati serta prospek usaha peternakan domba secara agribisnis menuju 2020 melalui pembinaan dan pelatihan pada peternak domba serta penerapan teknologi kawin suntik milik peternak sendiri menggunakan semen pejantan DEG dan pengolahan pakan tanpa hijauan menggunakan bahan baku pakan lokal. Diharapkan peternak ikut melestarikan lingkungan dan menjaga kualitas sumber daya alam (SDA) memalui proses analisa dampak lingkungan (AMDAL).
3.4.Metode Yang Digunakan Untuk mencapai keberhasilan program IbM dilakukan pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM pada anggota UMKM “Domba Ekor Gemuk” di Kabupaten Bojonegoro.yaitu sebagai berikut. 1. Pengenalan pejantan DEG dengan peningkatan berat badannya mencapai 250 gram/ekor/hari dan penghasil susu 0,8-1 liter/ekor/hari. 2. Sinkronisasi birahi dan superovulasi pada induk domba 3. Inseminasi Buatan pada induk domba lokal menggunakan semen pejantan DEG menghasilkan anak domba LOK-EG 4. Pengolahan pakan tanapa hijauan (complete feed) menggunakan bahan baku pakan lokal 5. Pembuatan pupuk bokhasi ramah lingkungan 6. Ragam penyakit pada domba dan cara pencegahannya 7. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan menghitung analisis usaha Program IbM pada UMKM „Domba Ekor Gemuk“ di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro menggunakan metode sebagai berikut : 1. Pembekalan Ilmu Pengetahuan tentang Pengenalan ragam domba Pengenalan pejantan DEG penghasil daging dan susu
xxii
Pengenalan sinkronisasi birahi, superovulasi serta IB pada induk domba lokal menggunakan pejantan DEG guna menghasilkan anak domba LOK-EG Pembuatan pakan tanpa hijauan (complete feed) menggunakan bahan baku pakan lokal (limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri) Pembuatan pupuk bokhasi ramah lingkungan
2. Praktek -
Praktek pengambilan semen pejantan DEG dan pemeriksaan kualitas dan kuantitas.
-
Praktek dan latihan pembuatan diluter/ pengencer semen pejantan DEG
- Praktek sinkronisasi birahi , superovulasi dan IB pada DEG - Pembuatan pakan domba tanpa hijauan (complete feed) - Pembuatan pupuk bokhasi ramah lingkungan - Diagnosa kebuntingan secara dini
3. Akhir Program Pengabdian Kepada Masyarakat IbM dievaluasi dengan cara : * Mencatat hasil sinkronisasi dan IB meliputi : * Jumlah dan bobot serta jenis kelamin anak domba lahir * Memilih anak domba LOK-EG sebagai pemacek untuk pejantan dan Indukan * Adanya kesulitan waktu melahirkan dan penyakit reproduksi * Hasil usaha pembuatan pakan domba tanpa hijauan
Partisipasi mitra IbM dari UMKM Partisipasi dari UMKM “Domba Ekor Gemuk” yaitu sebagai berikut : 1. Menyediakan tempat untuk pertemuan dan pelatihan yaitu di tempat UMKM kecamatan Kedungadem untuk pelaksanaan kegiatan program IbM . 2. Menyediakan alat pemotong jerami dan penggiling bonggol jagung 3. Menyediakan alat untuk mencampur pakan tanpa hijauan 4. Menyediakan tempat untuk pengolahan pupuk bokhasi
xxiii
Mengukur keberhasilan Mengukur keberhasilan program IbM di kecamatan Kedungadem Bojonegoro adalah sebagai berikut : 1. Jumlah induk domba yang birahi setelah sinkronisasi birahi 2. Jumlah induk dombs bunting setelah IB 3. Jumlah anak domba dan jenis kelamin 4. Kematian anak domba 5. Peningkatan berat badan domba
kabupaten
xxiv
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Kinerja Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan secara inovatif, integratif
dan komprehensif.
Kerjasama dan jejaring (networking) yang
dilakukan LP4M ditujukan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada pencapaian produk unggulan berupa bioexcellent product maupun model excellent, sehingga akan membawa manfaat yang nyata untuk kepentingan institusi maupun masyarakat dengan capaian luaran berupa inovasi teknologi, produk, maupun market yang berlandaskan pada hasil riset. Selesainya kegiatan IbM dharapkan dapat mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for poor) secara ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam. Tim pelaksana kegiatan program IbM terdiri dari 2 orang berpengalaman dalam reproduksi ternak, IB pada ternak dan unggas, seleksi induk, pejantan dan anak domba LOK-EG hasil IB, menyusun formula pakan domba tanpa hijauan (complete feed) untuk penggemukan, kesehatan ternak dan manajemen produksi hasil ternak. Pengalaman dan keahlian tim pelaksana menunjang keberhasilan dalam membina UMKM di pedesaan guna memperbaiki genetik dan meningkatkan produksi induk domba dengan bunting setahun 2 kali dengan jumlah anak kembar 4 ekor sekelahiran serta pengolahan pupuk ramah lingkungan. Tugas pelaksana kegiatan adalah sebagai berikut :
NAMA
STATUS
KEAHLIAN
Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS, drh
Ketua Tim Pelaksana
Penggemukan ternak dan pupuk
Dr.Rimayanti, MKes,drh
Anggota Tim Pelaksana
Pengolahan pakan dan pupuk
Prof. Dr. Wurlina,MS,drh
Konsultan Pelaksana
Pengolahan growth promotor
TUGAS Merancang kegiatan IbM, bimbingan teknis skill, Seleksi anak domba Manajemen dan pemantauan kesehatan, IB domba Pengolahan growth promotor dan IB
Fasilitas yang dimiliki Fakultas Kedokteran Hewan adalah : 1. Lab. Inseminasi Buatan lengkap dengan alat untuk prosesing semen beku 2. Lab. Kemajiran/infertiliti lengkap dengan peralatan bila terjadi kesukaran melahirkan
xxv
3. Lab Pakan ternak untuk pemeriksaan tape jerami dan pakan ternak tanpa hijauan 4. Lab. Kebidanan lengkap dengan peralatan USG untuk mendiagnosa kebuntingan
xxvi
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Pendidikan dan pelatihan peternakan Peserta pendidikan dan pelatihan IB pada domba menggunakan semen segar dari pejantan DEG merupakan anggota UMKM peternak domba, dokter hewan, mantri hewan yang ada di kabupaten Bojonegoro. Kegiatan di pusatkan UMKM domba
kecamatan Kedungadem kabupaten
Bojonegoro. Dipilihnya tempat tersebut karena UMKM
domba tersebut merupakan
Binaan LP4M Unair serta agar masyarakat mengenal kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Unair yang dilakukan secara terbuka untuk umum yang merupakan salah satu kegiatan untuk pembedayaan masyarakat. Bentuk kegiatan tidak hanya sekedar pendidikan dan pelatihan IB pada domba saja tetapi dilakukan diskusi antar peternak domba terutama para peternak domba pemula dan yang telah berproduksi untuk saling tukar pikiran, suka duka usaha beternak domba, pemasaran domba maupun cara mengurangi polusi bau. Disamping itu dilakukan percontohan peternakan domba secara agribisnis milik peternak bapak Sabad Diskusi tidak hanya pada usaha domba saja, namun tidak menutup kemungkinan ternak lain seperti domba, sapi potong, sapi perah, ayam petelur, ayam pedaging, itik dan diversifikasi produk.
5.2. Sinkronisasi birahi pada domba Sinkronisasi birahi bertujuan untuk mendapatkan domba birahi secara bersamaan dan memudahkan melalaksanakan inseminasi buatan. Domba sebanyak 15 ekor dilakukan sinkronisasi birahi menggunakan PGF2 α. Dosis yang digunakan untuk sinkronisasi birahi pada domba sebesar 5 mg/ekor. Penyuntikan dilakukan dua kali selang waktu 11 hari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 5.1. Jumlah induk domba mengalami birahi setelah penyuntikan PGF2α Jumlah induk domba 15 ekor
Induk domba birahi pada penyuntikan PGF2α Pertama Kedua 8 (53,33%) 15 (100%)
xxvii
Pada penyuntikan PGF2α pertama ternyata terdapat 8 ekor (40%) induk domba yang menunjukkan birahi. Hal ini disebabkan induk domba dalam fase luteal. Sedangkan induk domba yang tidak birahi sebanyak 12 ekor (60%) dalam fase folikuler. PGF2α bekerjanya pada fase luteal yang berfungsi dan tidak efektif pada fase folikuler. Pada penyuntikan PGF2α kedua ternyata semua induk domba menunjukkan birahi. Hal ini disebabkan semua induk domba dalam fase luteal.
5.3.Inseminasi Buatan pada domba menggunakan semen segar Cara pengambilan semen domba diperagakan langsung dihadapan peserta pelatihan. Kemudian juga diperagakan cara penanganan semen tersebut dan penambahan media pengencer agar dapat diinseminasikan pada induk domba lokal yang telah dilakukan penyerentakan birahi oleh mantri hewan/ dokter hewan. Pada pelatihan ini pengenceran semen yang digunakan adalah yang paling murah, mudah didapat dan tidak mahal harganya yaitu air susu sapi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Rata-rata jumlah induk domba yang bunting dan jenis kelamin anak yang dilahirkan setelah IB Tidak bunting
Bunting
Anak hidup
Anak mati
3 20%
12 80%
32 93,75%
2 6,25
Jenis Kelamin Jantan Betina 14 46,67
16 53,33
Hasil dari kawin suntik menggunakan semen segar terhadap 15 ekor induk domba ternyata induk domba bunting sebanyak 12 ekor (80%), induk tidak bunting sebanyak 3 ekor (20%). Jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 34 ekor (rata-rata 2,8 ekor) sedangkan yang mati sebanyak 2 ekor (6,25 %). Anak yang hidup sebanyak 32 ekor (93,75 %), berjenis kelamin jantan sebanyak 14 ekor (46,67%) dan betina sebanyak 16 ekor (53,33%). Induk domba dilakukan sinkronisasi birahi menggunakan PGF2α, diharapkan anak yang dilahirkan berjumlah mencapai 4 ekor, namun kenyataannya rata-rata 2,26 ekor. Hal ini disebabkan karena genetik induk domba yang memang hanya kembar dua atau kembar 3 dan daya tamping uterus dari induk domba. Terjadinya kematian anak domba disebabkan saat anak domba lahir, peternak terlambat mengeluarkan lender yang ada didalam mulutnya, induk tidak mau menyusui
xxviii
karena baru pertama melahirkan. Pada induk domba yang beranak kembar 4, anak domba yang dilahirkan ada 1 ekor yang pertumbuhannya sangat kecil dan lemah sehingga pada umur 53 hari menjadi mati. Hal ini disebabkan kekurangan air susu induknya karena kalah dengan saudara kembarnya.
5.4. Penggemukan domba menggunakan pakan tanpa hijauan Penggemukan domba jantan
sebanyak 10 ekor menggunakan pakan hijaun
menggunakan formula dari PKM dan growth promotor sebesar 230-300 gram atau ratarata sebesar 255,25 gram/ekor perhari. Kandungan dari empon-empon sebagai growth promoter yang merupakan enzim protease yang bersifat proteolitik yang mampu memecah protein, protease dan peptida. Kandungan empon-empon dapat mengadakan reaksi kompleks dengan protein dan reaksi yang terjadi dapat bersifat hidrolisa protein, sintesis protein, reaksi transferase. Emponempon menyebabkan hidrolisa protein secara sempurna menjadi asam amino bebas. Empon-empon memecah protein menjadi peptida yang selanjutnya menghasilkan asam amino dan amonia. Amonia tersebut digunakan oleh mikroba rumen ternak ruminansia untuk memecah serat kasar. Selain itu empon empon dapat langsung bereaksi dengan mikroba membentuk protein mikroba sehingga kerja dari rumen dalam memecah partikel makanan dapat meningkat dan lebih efektif, sehingga hasil dari pemecahan partikel makanan tersebut dapat digunakan oleh tubuh untuk keperluan pertumbuhan dan peningkatan produksi sehingga peningkatan berat badan ternak menjadi cepat dan ternak menjadi gemuk. Mekanisme kerja empon-empon dalam rumen adalah sebagai berikut : produk akhir dari makanna dalam rumen adalah Volatyl Fatty Acid (VFA) atau asam lemak terbang, karbon dioksida dan methan. Asam lemak terbang terdiri dari asetat, propionat dan butirat. Energi yang hilang sebagai panas dan methan. ATP diproduksi dengan mengubah makanan menjadi asam lemak dan unsuryang lain untuk pertumbuhan sel. ATP merupakan energi utama untuk pertumbuhan mikroorganisme. Karbohidrat yang berupa pati, gula dan serat kasar akan difermentasikan dalam rumen menjadi asam lemak, karbon doksida dan methan.
xxix
Tabel 5.3. Hasil analisis pakan ternaki tanpa hijaun (Complete feed) Pakan ternak Pakan 1 Pakan 2 Pakan 3 Pakan 4 Pakan 5
Bahan kering 87,77 93,59 87,50 74,41 90,44
Hasil Analisis pakan tanpa hijaun (Complete feed) (%) Abu Protein Lemak Serat Ca BETN Kasar Kasar Kasar 9,76 10,01 10,56 31,52 0,14 25,90 10,37 10,53 6,22 32,08 1,11 34,36 10,24 10,62 4,17 16,50 0,97 45,95 8,89 9,23 8,16 12,51 0,58 35,61 10,22 10,34 5,47 17,30 0,93 47,10
TDN 67,38 67,56 69,57 68,35 68.72
Tabel 5.4. Hasil analisis pakanternak tape jerami/tebon Pakan ternak
Hasil Analisis pakan tape jerami (%)
Pakan 1
Bahan kering 56,77
Pakan 2
44,81
Abu
Lemak Kasar 3,77
Serat Kasar 16,00
Ca
BETN
TDN
6,65
Protein Kasar 8,91
0,97
21,43
41,94
4,60
7,87
3,55
13,83
1,14
14,94
33,84
5.5. Pencegahan dan pengobatan Pemeriksaan adanya penyakit pada sapi dilakukan pada saat dilaksanakan pendidikan dan pelatihan peternakan, namun bila tempatnya jauh dari pusat kegiatan maka Tim IbM yang datang ke lokasi. Kasus penyakit yang sering menyerang ternak adalah sebagai berikut : Diare saat musim hujan dan kembung. Apabila belum terlambat maka ternak tersebut masih dapat ditangani namun bila telah jatuh (ambruk) maka dianjurkan diberi minyak kelapa. Mata merah sering terjadi pada ternak, dianjurkan pemberian salep antibiotika sedangkan kebiasaan di pedesaan pengobatan mata dengan diberi
air jeruk nipis.
Kluron (keguguran) pada ternak. Dianjurkan pemberian pakan yang teratur dan jangan terlalu banyak diberi daun lamtoro, bekas kluron segera dibersihkan dengan desinfektan, dan kandang tidak digunakan selama 2 minggu agar tidak terjadi kluron yang sama pada ternak yang lain. Kejang pada anak domba/domba. Kejang diduga berasal dari rumput yang diberikan atau hijauan yang diberikan. Cacingan pada ternak. Disarankan tidak memberikan rumput yang baru dipetik, disarankan untuk jemur di sinar matahari 10-15 menit agar telur cacing mati.
xxx
Tabel 5.5. Hasil sebelum dan sesudah dilakukan IbM Sebelum IbM Domba tanpa sinkronisasi birahi Domba kawin alam dengan pejantan seadanya Belum mengenal growth promotor Domba beranak setahun sekali bahkan lebih dengan jumlah anak 1-2 ekor sekielahiran Domba diberi pakan rumput/hijauan Kenaikan berat badan domba 100 -150 gram/ekor/hari
Setelah dilakukan IbM Domba dilakukan sinkronisasi birahi Inseminasi Buatan pada induk domba menggunakan semen pejantan DEG Telah mengenal growth promotor Domba beranak setahun 2 kali dengan jumlah anak 2-4 ekor sekelahiran Domba diberi pakan tanpa hijauan atau tape jerami Kenaikan berat badan 255,25 gram / ekor/hari
5.6. Diskusi dan tanya jawab Dari diskusi peserta pendidikan dan pelatihan penggemukan dan kawin suntik pada domba, tidak hanya bertanya tentang domba namun juga pada ternak lain yaitu pada kambing, sapi, ayam dan itik. Selain itu diskusi peluang wirausaha yang dapat dilakukan di pedesaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Peluang yang dapat dilakukan adalah produksi anak domba. Ternak domba dapat beranak dua kali setahun dan jumlah anak yang dikandung dalam satu periode kebuntingan dapat mencapai 4 ekor. Petani ternak domba menghendaki perguruan tinggi sebagai pusat Iptek ikut berperan dalam peningkatan populasi dengan menerapkan teknologi.
xxxi
BAB 6. KESIMPILAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Telah dilakukan sinkronisasi dan inseminasi buatan pada domba lokal menggunakan pejantan domba ekor gemuk (DEG) 2. Telah dilakukan Pembuatan pakan domba tanpa hijauan dan tape jerami serta growth promotor 3. Penggemukan domba menggunakan pakan tanpa hijauan dan growth promotor dan dijual saat harga tinggi (Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Qurban) serta dapat diketahui peningkatan berat badan domba perekor perhari.
Saran Iptek bagi Msyarakat (IbM) hendaknya dilakukan secara berkesinambungan untuk menguatkan UMKM hingga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.
xxxii
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Peternakan. 2015. Data Statistik Populasi Ternak Di Jawa Timur. Hafez.E.S.E. 2008. Reproduction in Farm Animal. Lea and Febiger. Philadelphia. Hariadi M, Harjopranjoto S, Wurlina, Hermadi H.A, Utomo B, Rimayanti, Ratnani H dan Triana IN, 2011. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Susilawati,T, S.B. Sumitro, S. rahayu. S.Ciptadi and N.Isnaeni. 1996. Separationn of X and Y Chromosome Bearing Sperm in Indonesian Native Bull With Sephadex G-200. International Congress on Animal Reproduction. Darling Harbour Convention Center. Sydney. Wurlina, Meles D.K dan Rachmawati K. 2012. Ipteks bagi Masyarakat Budidaya Ternak Domba. Airlangga University Press. Wurlina, K. Rachmawati dan D.K. Meles. 2005. Penggemukan Domba Peranakan Etawa Menggunakan pakan tanpa hijauan.. LPM Unair. Wurlina, K. Ratnani,H dan D.K. Meles. 2004.Pengolahan growth promoter asal temutemuan dan empon-empon. LPM Unair Wurlina, K. Rachmawati dan D.K. Meles. 2004. Penggemukan Domba dan Domba. LPM Unair Wurlina, 2002. Kawin Suntik Pada Domba dan Domba menggunakan semen segar dan semen beku. LPM Unair.
xxxiii
Gambar 1. Foto kegiatan
xxxiv
Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada mitra
Domba lokal
Sinkronisasi PGF2α
Jerami kering
Empon-empon Temu-temuan
Limbah pertanian Limbah perkebunan Limbah industri
IB
Domba ekor gemuk (DEG)
Fermentasi
Pakan tape jerami
Domba bunting
Growth promotor
Penggemukan
Anak domba LOK-EG (3-4 ekor)
Bakalan domba siap digemukkan
Fermentasi
Pakan tanpa hijaun
Penggemukan Bakalan domba siap digemukkan
Peningkatan berat badan 250-300 gram/ekor/hari
Domba LOK-EG siap dijual
Pendapatan peternak meningkat
xxxv
Lampiran 2. Pengolahan pakan, growth promotor dan fermentor Pengolahan limbah pertanian, perkebunan, industri menjadi pakan tanpa hijauan (complete feed) (Wurlina dkk, 2005) Limbah kulit kacang, kulit kedelai (onggok), kulit kopi, kulit kakao digiling Diberi katul dan polar dicampur hingga rata Molase (tetes) di encerkan menggunakan air dengan perbandingan 1 : 10, kemudian disiramkan pada campuran pakan secukupnya (jangan terlalu basah) diberi probiotik (lactobacillus sp, streptococcus sp, closteridium dan Bifidobacterium) sebanyak 1 liter (1 liter probiotik diencerkan dengan 10 liter air) Kemudian dimasukkan dalam drum plastik, dilakukan fermentasi dengan ditutup plastik selama 5 hari. Pakan terfermentasi berwarna kecoklatan dan berbau harum dengan gizi 15-17% siap diberikan pada sapi Formula pakan lengkap tanpa hijauan dapat di patenkan Katul 140 DDG5 50 Tepung roti 100 Gram 2,5 MCMM 2,5 Kopra 50 Tepung batu 2,5 Kulit kopi 120
Slamper Klenteng Tepung Kedelai Bungkil sawit Air Molase Starbio
200 30 80 200 360 9 3
Pengolahan tape jerami (Wurlina dkk, 2004) Jerami padi yang kering dipadatkan pada tempat yang telah disediakan dengan ketebalan + 20 cm dan siap dilakukan fermentasi. Molase (tetes) di encerkan menggunakan air dengan perbandingan 1 : 10, kemudian disiramkan pada tumpukan jerami kering tersebut secukupnya (jangan terlalu basah) Selanjutnya tumpukan jerami, diatasnya ditaburi dedak dengan ketebalan 2 cm Selanjutnya ditaburi dengan bubuk urea secukupnya. Buat tumpukan jerami lagi dan beri molase, dedak dan urea seperti tumpukan jerami pada lapisan pertama, demikian seterusnya hingga tempat yang disediakan penuh dan sesuai dengan kebutuhan akan pakan menggunakan jerami. Selanjutnya tumpukan jerami tersebut diberi probiotik (lactobacillus sp, streptococcus sp, closteridium dan Bifidobacterium) sebanyak 1 liter (1 liter probiotik diencerkan dengan 10 liter air) Kemudian terakhir tumpukan jerami dilakukan fermentasi dengan ditutup plastik selama 14 -18 hari. Jerami terfermentasi berwarna harum dan mempunyai nilai gizi protein 17-18% yang siap diberikan pada sapi.
xxxvi
Pengolahan Growth Promotor (Wurlina dkk, 2005) Bahan : Jahe, laos, kunyit, kencur, serai, sirih, kemangi, bengkuang, temu lawak, temu mangga, temu ireng, kunci, kunir putih, blimbing wuluh, benkuang masingmasing ¼ kg. fermentor 1liter dan molase (tetes) 1 liter serta air 20 liter Cara membuat : Semua bahan dihaluskan dengan diblender Tambahkan fermentorsebanyak 1 liter dan molase sebanyak 1 liter Masukakan 20 liter air dan diaduk hingga rata Masukkan dalam derijen dan setiap hari tutup dibuka untuk mengeluarkan gas biarkan selama 10 - 15 hari. Larutan tersebut disaring dan masukkan dalam jerigen 1 liter dan dapat dijual Ampasnya untuk pupuk tanaman, Dosis untuk Sapi 20 ml/hari dan untuk domba/ domba 10 ml/hari Pengolahan fermentor Limbah sis rumen asal RPH sebanyak 10% Molase/tetes sebanyak 10% Air 80% Semua bahan dicampur dan difermentasikan dan masukkan jerigen, setiap hari dibuka agar gasnya hilang biarkan 10-14 hari Airnya disaring sebagai fermentor sedangkan ampasnya sebagai pupuk Pengolahan jenang/dodol tetes dan Suplemen sapi potong Bahan
: Urea Kapur/enjet Mineral campur Katul Tetes /molase Jagung giling
:7 :1 :5 : 30 : 42 : 15
% % % % % %
= 0,7 kg = 0,1 kg = 0,5 kg = 3 kg = 4,2 liter = 1,5 kg
Cara Membuat : Semua bahan diaduk hingga rata Panasi diatas kompor hingga menjadi jenang/dodol Dinginkan, kemudian bungkus seperti dodol/jenang
xxxvii
Lampiran 3. Peta lokasi wilayah mitra
U
Surabaya
20 km
Lamongan
26 km 8 km 4 km
Bojonegoro
Kedungadem (Lokasi kegiatan)
20 km Gresik
xxxviii
Lampiran 4. Mahasiswa S1 yang terlibat dalam Iptek bagi Masyarakat (IbM) No 1 2 3 4 5 6 7 8.
Nama mahasiswa Cahyani Kartika Ni Made Mentari Rizki rostantinata Nuril Fadhilah Yayan Oki Istyana Dandy Narindra M. Taufiqurahman Rian Rizky Octaviani
NIM 061513143034 061413143085 061413143130 061413143081 061413143022 061413143105 061413143019 061413143136