Laporan Akhir Iptek Bagi Masyarakat (IbM) Tahun Anggaran 2015
IbM Lansia Penderita Diabetes Melitus yang Menerima Polifarmasi di Kedung Tarukan dan Wonorejo Surabaya
Oleh : Zamrotul Izzah, S.Farm., M.Sc., Apt.
NIDN 0018058501
Mahardian Rahmadi, S.Si., M.Sc., Ph.D., Apt.
NIDN 0014038102
Dewi Wara Shinta, S.Farm., Apt.
NIDN 0018108502
Dibiayai oleh DIPA DITLITABMAS Tahun Anggaran 2015 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Airlangga tentang Pelaksanaan Hibah Kegiatan Penelitian dan Program Pengabdian kepada Masyarakat Baru dan Lanjutan Dana DIPA Ditlitabmas Tahun Anggaran 2015 Nomor: 519/UN3/2015, Tanggal 26 Maret 2015
Universitas Airlangga Oktober 2015
HALAMAN PENGESAHAN Judul Pengmas
: IbM Lansia Penderita Diabetes Melitus yang Menerima Polifarmasi di Kedung Tarukan dan Wonorejo Surabaya
Peneliti/Pelaksana : Nama Lengkap : NIDN : Jabatan Fungsional : Program Studi : Nomor HP : Alamat Surel (e-mail) :
ZAMROTUL IZZAH 0018058501 Asisten Ahli Ilmu Farmasi 085655191257
[email protected]
Anggota (1) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi
: MAHARDIAN RAHMADI : 0014038102 : Universitas Airlangga
Anggota (2) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi
: DEWI WARA SHINTA : 0018108502 : Universitas Airlangga
Institusi Mitra (jika ada) Nama Institusi Mitra : Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan dan “Sapto Argo” Wonorejo Alamat : Kelurahan Pacar Keling dan Wonorejo Surabaya Penanggungjawab : Biaya Tahun Berjalan : Rp. 35.500.000,00 Surabaya, 16 Oktober 2015 Mengetahui, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Ketua Pelaksana,
Dr. Umi Athiyah, M.S., Apt. NIP 195604071981032002
Zamrotul Izzah, S.Farm., M.Sc., Apt. NIP 198505182008122002
Mengetahui/Menyetujui, Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga
Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, M.Com. NIP 196505061993031003
ii
RINGKASAN
Program IbM Lansia Penderita Diabetes Melitus yang Menerima Polifarmasi di Kedung Tarukan dan Wonorejo Surabaya bertujuan untuk mengoptimalkan peran Posyandu Lansia dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama bagi lansia penderita diabetes melitus yang menerima banyak obat baik untuk pengobatan diabetes maupun penyakit penyerta lainnya. Program ini sebagai upaya mensosialisasikan Gerakan Lansia Sehat dan Sadar Obat. Mitra pada program IbM ini adalah kader Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan dan “Sapto Argo” Wonorejo. Permasalahan yang terpotret dari kedua mitra adalah kader mengalami kesulitan untuk memberikan edukasi dan pelayanan pada anggota lansia yang sebagian besar terdiagnosa diabetes dan menerima banyak obat namun cenderung tidak rutin kontrol ke puskesmas atau rumah sakit. Kesulitan kader tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki kader mengenai diabetes dan pengobatannya serta belum adanya pelatihan bagi kader tersebut untuk penggunaan kit pemeriksaaan kesehatan mandiri. Oleh karena itu tim pelaksana IbM melakukan koordinasi teknis dengan kader Posyandu Lansia di Kedung Tarukan dan Wonorejo untuk pelaksanaan program IbM. Tim pelaksana IbM melakukan beberapa pelatihan pada kader tersebut meliputi pelatihan edukator diabetes, pelatihan cara belajar insan aktif (CBIA) pengenalan obat antidiabetes, serta pelatihan penggunaan alat pemeriksaaan tekanan darah digital dan kit pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU self-check). Sebagai bentuk pendampingan, tim pelaksana IbM memantau pertemuan rutin posyandu dan membekali kader dengan leaflet tentang Diabetes Melitus dan Penggunaan Obat yang Baik, materi penyuluhan dan kuesioner tentang diabetes dan pengobatan, buku rekam pemeriksaan kesehatan, kartu catatan pengobatan, kotak obat, alat pemeriksa tekanan darah digital, kit pemeriksa gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU self-check) yang digunakan saat kader memberikan pelayanan kesehatan kepada para lansia. Hasil evaluasi kuesioner pelatihan kader memperlihatkan adanya peningkatan lebih dari 50% pada tingkat kepedulian dan pengetahuan kader terhadap diabetes dan penanganannya. Hasil evaluasi pemeriksaan gula darah anggota lansia penderita diabetes melitus menunjukkan penurunan gula darah acak 31% pada lansia di Kedung Tarukan dan 14% pada lansia di Wonorejo. Sebanyak 60% lansia penderita DM di Kedung Tarukan memiliki profil gula darah yang berada dalam rentang target kendali gula darah (≤ 140-180 mg/dL).
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmatNya sehingga laporan akhir program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini dapat diselesaikan dengan baik. Program yang berjudul “IbM Lansia Penderita Diabetes Melitus yang Menerima Polifarmasi di Kedung Tarukan dan Wonorejo Surabaya” dilaksanakan sebagai upaya optimalisasi fungsi Posyandu Lansia pada pemberdayaan Lansia penderita Diabetes Melitus dalam bidang kesehatan sekaligus sebagai bentuk sosialisasi Gerakan Lansia Sehat dan Sadar Obat. Laporan akhir ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan dan berisi tentang capaian aktivitas pelaksanaan program serta rencana tahapan berikutnya yang akan dijalankan.
Surabaya, Oktober 2015 Tim Pelaksana IbM
iv
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Pengesahan
ii
Ringkasan
iii
Prakata
iv
Daftar Isi
v
Daftar Tabel
vi
Daftar Lampiran
vii
Bab I
Pendahuluan
1
Bab II
Target dan Luaran
5
Bab III Metode Pelaksanaan
6
Bab IV Kelayakan Perguruan Tinggi
8
Bab V Hasil dan Pembahasan
9
Bab VI Kesimpulan dan Saran
13
Daftar Pustaka
14
Lampiran
15
v
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
V.1 Karakteristik lansia penderita diabetes anggota Posyandu Lansia
10
V.2 Perbandingan hasil penilaian kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan
10
V.3 Perbandingan rerata gula darah total lansia penderita diabetes
vi
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Halaman
Materi Pelatihan Edukator Diabetes dan Penyuluhan Penggunaan Obat Antidiabetes
14
2
Kuesioner Penyuluhan
26
3
Brosur Informasi Diabetes Melitus dan Penggunaan Obat
27
4
Lembar Hasil Pemeriksaan dan Kartu Catatan Pengobatan
29
5
Foto-Foto Kegiatan
31
6
Presensi Anggota Posyandu Lansia
34
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Analisis Situasi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Surabaya tahun 2013, Kelurahan
Pacar Keling memiliki jumlah penduduk lebih dari 32.000 jiwa dan kelompok terbesar (lebih dari 11.000 jiwa) adalah lanjut usia. Kelurahan Wonorejo memiliki lebih dari 3.500 kepala keluarga dengan penduduk berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia berjumlah lebih dari 3.600 orang dan sebagian besar merupakan pensiunan TNI, POLRI atau sipil. Secara umum, penduduk di kedua Kelurahan tersebut meliputi masyarakat tingkat menengah dan menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan minimal SMA/sederajat dan pekerjaan sebagai PNS, swasta, dan wiraswasta. Sebagian besar warga lanjut usia (lansia) di kedua Kelurahan tersebut sudah tidak produktif lagi, hanya sebagian kecil saja yang masih produktif dengan memanfaatkan waktu mereka untuk berjualan di kios atau toko kelontong. Sebagian besar waktu mereka hanya digunakan untuk istirahat di rumah sambil merawat cucu atau mengurus pekarangan rumah dengan menanam mangga, belimbing, dan bunga-bungaan. Kelurahan Pacar Keling dan Kelurahan Wonorejo merupakan dua kelurahan di Kota Surabaya yang telah memiliki Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia). Salah satu Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan setiap bulannya adalah Posyandu Lansia di RW 03 Kedung Tarukan (Kelurahan Pacar Keling) dan Posyandu Lansia “Sapto Argo” Kelurahan Wonorejo. Kedua Posyandu tersebut dikelola oleh koordinator dan beberapa kader dari warga lansia sekitar yang dipilih berdasarkan musyawarah warga. Posyandu Lansia di RW 03 Kedung Tarukan memiliki anggota sekitar 100 lansia. Pembinaan Posyandu tersebut dilakukan oleh Ketua RW 03 Kedung Tarukan, Kelurahan Pacar Keling dan Puskesmas Pacar Keling Surabaya. Posyandu Lansia “Sapto Argo” Kelurahan Wonorejo telah memiliki anggota mencapai 300 lansia. Pembinaan Posyandu ini dilakukan oleh Kelurahan Wonorejo dan Puskesmas Medokan Ayu Surabaya. Kedua Posyandu Lansia tersebut rutin mengadakan pertemuan minimal satu kali dalam satu bulan dengan aktivitas antara lain senam lansia, dana sehat, dan pemeriksaan kesehatan. Tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan dibantu oleh dokter dan
1
perawat dari Puskesmas pembina sehingga seringkali jadwal pemeriksaan kesehatan menyesuaikan waktu dokter dan perawat tersebut dan menyebabkan pemeriksaan kesehatan tidak berjalan rutin tiap bulan. Selain itu, aktivitas penyuluhan dan pelatihan hanya dilaksanakan secara insidentil bila ada kontribusi dari organisasi sosial atau lembaga swadaya masyrakat (LSM). Kegiatan yang telah dan sedang berjalan masih terbatas pada pelayanan kesehatan, padahal Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia yang diterbitkan oleh Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) jelas menyebutkan bahwa Posyandu Lanjut Usia tidak hanya terbatas memberikan pelayanan kesehatan saja tetapi hendaknya dapat memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia agar
dapat
meningkatkan
kesehatan
sekaligus
kesejahteraan
mereka
dan
mengembangkan potensi diri mereka untuk lebih berdaya guna. Lebih lanjut, hasil pelaksanaan program Diabetes Support Groups oleh tim pelaksana IbM tahun 2013 menunjukkan sekitar 30% penderita diabetes melitus (terdata 187 warga mengikuti program) di RW 03 Kedung Tarukan adalah warga kelompok usia 60 tahun ke atas (Izzah dkk, 2013). Mereka tidak hanya menderita diabetes namun juga memiliki riwayat penyakit hipertensi dan komplikasi lainnya, seperti gangguan penglihatan (retinopati) atau nyeri neuropati sehingga menggunakan beragam jenis obat-obatan (lebih dari 5 jenis obat). Polifarmasi tersebut diberikan pada lansia penderita diabetes untuk mengendalikan kadar glukosa darah, mengurangi nyeri di daerah kaki dan tangan, mengendalikan tekanan darah, mencegah pembuntuan aliran darah karena bergabungnya platelet yang reaktif, dan membantu metabolisme tubuh. Hasil pelaksanaan program serupa di Kelurahan Wonorejo tahun 2014 menunjukkan bahwa 36% dari 159 warga yang mengikuti program merupakan kelompok lansia yang memiliki diabetes melitus disertai komplikasi hiperglikemia, hipertensi, dan lainnya dan sedang menggunakan beberapa jenis obat antara lain antidiabetes dan antihipertensi (data belum dipublikasi).
2
1.2
Permasalahan Mitra Berdasarkan diskusi dengan Ketua RW 03 Kedung Tarukan dan Lurah Wonorejo,
beberapa permasalahan muncul dari para warga lansia yang tergabung dalam Posyandu Lansia. Para lansia masih belum memperoleh manfaat optimal dari keberadaan Posyandu Lansia dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama bagi lansia penderita diabetes melitus yang menerima banyak obat baik untuk pengobatan diabetes maupun penyakit penyerta lainnya. Permasalahan yang terpotret dari kedua mitra adalah kader mengalami kesulitan untuk memberikan edukasi dan pelayanan pada anggota lansia yang sebagian besar terdiagnosa diabetes dan menerima banyak obat namun cenderung tidak rutin kontrol ke puskesmas atau rumah sakit. Kesulitan kader tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki kader mengenai diabetes dan pengobatannya serta belum adanya pelatihan bagi kader tersebut untuk penggunaan kit pemeriksaaan kesehatan mandiri. Permasalahan kesehatan yang dihadapi antara lain kurangnya informasi terkait obat-obatan yang diterima, jumlah obat yang digunakan terlalu banyak (5-8 obat sehari), kesulitan membedakan obat dan sering terlewat waktu menggunakan obat karena terjadi penurunan daya penglihatan dan daya ingat, serta penyimpanan obat yang tidak rapi sehingga sering menyulitkan saat sudah tiba waktunya untuk menggunakan obat tersebut. Beberapa permasalahan tersebut memicu pada ketidakpatuhan terapi dan beresiko untuk memicu pemburukan kondisi serta komplikasi penyakit lebih lanjut. Permasalahan tersebut belum terkelola dengan baik karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh para kader posyandu dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan penyuluhan kesehatan dan pelatihan hanya sesekali dilakukan oleh pihak LSM, instansi sosial atau instansi pemerintahan dan tidak berkelanjutan sehingga hasilnya lebih cepat dilupakan oleh para lansia. Permasalahan dalam aspek sosial dan ekonomi yang terpotret antara lain, para lansia sudah tidak produktif meskipun mereka masih mampu hidup secara mandiri. Guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka bergantung pada dana pensiun yang jumlahnya tidak terlalu besar. Sebagian besar dari lansia tersebut tidak memiliki aktivitas lain yang bernilai ekonomis karena mereka hanya tinggal di rumah dan membantu merawat cucu. Hanya segelintir lansia yang masih produktif dengan mengelola kios atau toko di pasar dan rumah mereka.
3
Berdasarkan uraian permasalahan yang dihadapi mitra, tim pelaksana IbM telah berdiskusi dengan kedua mitra guna mengkaji permasalahan mana saja yang bisa diselesaikan melalui pelaksanaan program IbM. Akhirnya, tim pelaksana dan kedua mitra sepakat untuk menyelesaikan permasalahan pelayanan kesehatan oleh kader Posyandu Lansia sebagai prioritas yang dibantu melalui program IbM tahun 2015 ini.
4
BAB II TARGET DAN LUARAN
Program IbM ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran Posyandu Lansia dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama bagi lansia penderita diabetes melitus yang menerima banyak obat baik untuk pengobatan diabetes maupun penyakit penyerta lainnya. Program ini sebagai upaya mensosialisasikan Gerakan Lansia Sehat dan Sadar Obat. Target pelaksanaan program adalah terjadi transfer of knowledge dan transfer of skill dari tim pelaksana IbM kepada kader Posyandu Lansia sehingga diharapkan tingkat partisipasi aktif dari para kader Posyandu Lansia dan para lansia anggota Posyandu Lansia terutama yang menderita penyakit diabetes melitus cukup tinggi selama pelaksanaan program. Luaran program IbM berupa publikasi hasil pelaksanaan program IbM di kedua posyandu lansia pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi.
5
BAB III METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program IbM dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pertama berupa pelatihan pada mitra yaitu 10 kader Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan dan 10 kader Posyandu Lansia “Sapto Argo” Wonorejo, tahap kedua berupa pelaksanaan hasil pelatihan oleh kader pada pertemuan rutin bulanan Posyandu Lansia yang diisi dengan pemnyuluhan dan pemeriksaan kesehatan pada anggota lansia bekerjasama dengan dokter dan perawat dari Puskesmas setempat, dan tahap ketiga berupa evaluasi pelaksanaan program setelah 3 bulan berjalan terhadap peningkatan informasi yang diperoleh anggota dan hasil pemeriksaan gula darah. Pada tahap pertama, tim pelaksana IbM melakukan beberapa pelatihan pada kader posyandu meliputi pelatihan edukator diabetes, pelatihan cara belajar insan aktif (CBIA) pengenalan obat antidiabetes, serta pelatihan penggunaan alat pemeriksaaan tekanan darah digital dan kit pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU selfcheck). Pada pelatihan ini tim pelaksana IbM menyerahkan beberapa prasarana untuk membekali kader antara lain leaflet tentang Diabetes Melitus dan Penggunaan Obat yang Baik, materi penyuluhan dan kuesioner tentang diabetes dan pengobatan, buku rekam pemeriksaan kesehatan, kartu catatan pengobatan, kotak obat, alat pemeriksa tekanan darah digital, kit pemeriksa gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU selfcheck) yang digunakan saat kader memberikan pelayanan kesehatan kepada para lansia. Pada tahap kedua, kader yang telah dilatih mengimplementasikan hasil pelatihan pada pertemuan rutin posyandu bulanan melalui kegiatan penyuluhan tentang diabetes dan penggunaan obat antidiabetes serta pemeriksaan kesehatan selama tiga bulan berikutnya. Tim pelaksana IbM membantu ketersediaan tenaga dokter dan perawat untuk kebutuhan pemeriksaan kesehatan dari Puskesmas Pacar Keling (Kedung Tarukan) dan Puskesmas Medokan Ayu (Wonorejo). Pada tahap ini dilakukan skrining anggota Posyandu Lansia sejumlah ± 30 orang masing-masing yang mendapatkan prioritas untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan dan konseling obat hingga proses evaluasi selama tiga bulan berturut-turut. Para lansia diminta persetujuannya untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara sukarela dan apabila mereka menyetujui maka mereka akan mendapatkan kartu pemeriksaan kesehatan untuk dokumentasi hasil
6
pemeriksaan. Kader atau perawat akan mengukur tekanan darah dan berat badan, kadar glukosa darah, asam urat dan kolesterol. Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan klinis. Selanjutnya, lansia tersebut mendapatkan konseling dari Apoteker (tim pelaksana IbM) terkait obat-obatan yang sedang digunakan dan informasi terkait upaya hidup sehat. Oleh karena itu, lansia tersebut diminta untuk membawa kotak obat dan kartu catatan pengobatan setiap kali hadir pada kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan untuk dilakukan kepatuhan pemantauan penggunaan. Pada tahap ketiga program IbM, tim pelaksana melakukan kajian dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan program tahap pertama dan kedua. Evaluasi dilakukan terhadap hasil pengisian kuesioner saat penyuluhan untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi terhadap tingkat pengetahuan anggota Posyandu Lansia dan hasil pengukuran gula darah pada bulan pertama dan ketiga pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui pengaruh keberlanjutan program terhadap pengendalian kadar gula darah lansia penderita diabetes melitus yang mengikuti program.
7
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Universitas Airlangga sebagai perguruan tinggi pengusul memiliki komitmen tinggi dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui pengawasan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Fakultas Farmasi. Tim pengusul IbM yang berasal dari Fakultas Farmasi sebagai bagian dari Universitas Airlangga juga terus berkomitmen dalam hal meningkatkan program berbasis kemasyarakatan. Tim terdiri atas staf dosen yang berpengalaman, profesional dan memiliki keahlian dalam bidang farmasi klinis serta didukung oleh pengalaman tim pengusul dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam kurun lima tahun terakhir. Program IbM ini sejalan dengan roadmap pengabdian kepada masyarakat Universitas Airlangga yang menitikberatkan pada pengembangan enterpreneur atau kewirausahaan dan kesehatan berbasis masyarakat.
8
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Program IbM berjalan dengan lancar dimulai dari tahap pertama yang dilaksanakan pada awal Juni 2015 di Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan dan akhir Juli 2015 di Posyandu Lansia “Sapto Argo” Wonorejo (foto kegiatan di Lampiran 5). Pelatihan diikuti oleh 10 kader di masing-masing posyandu secara aktif meliputi pelatihan edukator diabetes termasuk pengenalan obat antidiabetes, pelatihan penggunaan alat pemeriksaaan tekanan darah digital dan kit pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU self-check), serta pelatihan pembuatan minuman herbal. Minuman herbal terdiri atas campuran mengkudu, jahe merah, bawang jantan dan cuka apel. Evaluasi pelaksanaan pelatihan kader dilakukan melalui kuesioner sebelum dan setelah pelatihan (Tabel V.1). Pada tahap ini tim pelaksana IbM menyerahkan pada masing-masing kelompok kader berupa leaflet tentang Diabetes Melitus dan Penggunaan Obat yang Baik, materi penyuluhan dan kuesioner tentang diabetes dan pengobatan, buku rekam pemeriksaan kesehatan, kartu catatan pengobatan, kotak obat individual, 2 set alat pemeriksa tekanan darah digital, 3 set kit pemeriksa gula darah, asam urat dan kolesterol (GCU self-check). Pelaksanaan program tahap kedua berupa pendampingan dilakukan pada bulan Agustus 2015 (bulan ke-1), September 2015 (bulan ke-2), dan Oktober 2015 (bulan ke3). Pada pertemuan bulanan ini para kader yang telah dilatih mengimplementasikan hasil pelatihan melalui penyuluhan tentang diabetes dan penggunaan obat antidiabetes, pemeriksaan kesehatan, serta pembuatan minuman herbal yang ditujukan pada anggota Posyandu Lansia di Kedung Tarukan dan Wonorejo dan utamanya ditujukan pada anggota yang menderita diabetes melitus serta mendapatkan banyak obat. Karakteristik anggota lansia penderita diabetes melitus pada kedua Posyandu Lansia yang terlibat dapat dilihat pada tabel V.2. Pada tahap ketiga, tim pelaksana IbM bersama dengan kader melakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah anggota yang dilakukan pada bulan ke-1 dan ke-3 (tabel V.3).
9
Tabel V.1 Perbandingan hasil penilaian kuesioner sebelum dan sesudah pelatihan kader
Pertanyaan 1. Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit yang berkaitan dengan gangguan .... 2. Gejala penyakit Diabetes Melitus adalah .... 3. Tujuan pengobatan Diabetes Melitus adalah .... 4. Target capaian gula darah sesaat pada pengobatan Diabetes Melitus adalah kurang dari .... 5. Target HbA1c pada pengobatan Diabetes Melitus yaitu .... 6. Aktivitas yang dianjurkan untuk mencegah Diabetes Melitus adalah .... 7. Glibenclamide, salah satu obat Diabetes Melitus, hendaknya tidak digunakan pada .... 8. Obat Diabetes Melitus Acarbose (Glucobay®) sebaiknya digunakan .... 9. Cara menghindari efek samping obat Metformin dengan menggunakan .... 10. Salah satu efek samping obat Diabetes Melitus adalah hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal) yang ditandai dengan gejala .... 11. Cara cepat mengatasi hipoglikemia bila posisi di rumah adalah .... 12. Komplikasi jangka panjang Diabetes Melitus antara lain .... Rata-rata ± SD
Jumlah responden menjawab benar (%), n=10 Sebelum Sesudah 1 (10) 8 (80) 6 (60) 2 (20) 2 (20)
9 (90) 6 (60) 6 (60)
3 (30)
5 (50)
1 (10)
6 (60)
5 (50)
7 (70)
1 (10)
5 (50)
3 (30)
6 (60)
2 (20)
7 (70)
3 (30)
7 (70)
4 (40)
6 (60)
2,5 ± 1,6
6,0 ± 1,2
Tabel V.1 menunjukkan perbandingan skor pengetahuan kader yang dinilai dari jawaban benar atas pertanyaan kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah penyuluhan. Jawaban benar dinilai dengan angka 1 sedangkan jawaban salah dinilai 0. Hasil evaluasi kuesioner pelatihan kader memperlihatkan adanya peningkatan lebih dari 50% pada tingkat kepedulian dan pengetahuan kader terhadap penanganan diabetes. Peningkatan skor terkecil teramati pada pertanyaan tentang HbA1c yang belum dikenal umum dan belum rutin dilakukan pemeriksaan di pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Peningkatan skor tertinggi teramati pada pertanyaan tentang gejala diabetes, mengenali gejala efek samping terapi dan cara pengatasan. Ketiga hal ini penting diketahui tidak hanya oleh penderita namun juga tenaga kesehatan. Bila penderita dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan terapi penderita mengetahui tentang
10
permasalahan efek samping potensial dari obat yang digunakan dan cara pengatasannya maka tenaga kesehatan tersebut akan membantu memantau terapi penderita sehingga meminimalkan perilaku menghentikan terapi secara spontan sendiri tanpa konsultasi dengan dokter atau profesi kesehatan lain.
Tabel V.2 Data partisipasi anggota Posyandu Lansia penderita Diabetes Melitus pada pemeriksaan kesehatan oleh mitra kader yang sudah dilatih Parameter
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) 60-69 > 70 Gula darah puasa (mg/dL) ≤ 126 > 126 Gula darah acak (mg/dL) ≤ 140 > 140
Kedung Tarukan (n = 35) Jumlah (%)
Wonorejo (n = 35) Jumlah (%)
6 (17,1) 19 (54,2)
8 (22,9) 17 (48,6)
29 (82,9) 6 (17,1)
25 (71,4) 10 (28,6)
0 (0) 0 (0)
2 (5,7) 2 (5,7)
25 (71,4) 10 (28,6)
22 (62,9) 9 (25,7)
Hasil evaluasi pelaksanaan program selama tiga bulan berturut-turut pada pemeriksaan gula darah menunjukkan penurunan gula darah acak 31% pada lansia di Kedung Tarukan dan 14% pada lansia di Wonorejo. Sebanyak 60% lansia penderita DM di Kedung Tarukan memiliki profil gula darah yang berada dalam rentang target kendali gula darah (≤ 140-180 mg/dL). Selain itu kader sudah mulai aktif membentuk kelompok kecil untuk pembuatan minuman herbal yang dijual di kalangan posyandu sendiri dengan hasil rata-rata sehari membuat 10 botol ukuran 600 mL.
11
Tabel V.3 Data pengendalian gula darah anggota Posyandu Lansia yang mengikuti pemeriksaan kesehatan rutin oleh mitra kader terlatih selama 3 bulan Profil Gula darah puasa (mg/dL)
Gula darah acak (mg/dL)
Bulan ke-1 Bulan ke-3 % penurunan % masuk rentang target (≤ 110 mg/dL) Bulan ke-1 Bulan ke-3 % penurunan % masuk rentang target (≤ 140-180 mg/dL)
Kedung Tarukan
Wonorejo
123 127 3,3 0
0 0 0 0
206 142 31,1 60,0
166 143 13,9 37,1
Berdasarkan evaluasi program, kader terlatih dari kedua Posyandu Lansia sepakat untuk melanjutkan program terutama pemeriksaan kesehatan minimal tiap bulan secara rutin dan bekerjasama dengan puskesmas setempat. Selain itu sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi terutama kader Posyandu akan dilakukan pembuatan minuman herbal dengan skala lebih besar, perijinan ke Dinas Kesehatan Kota setempat, serta pemasaran produk ke lingkungan lebih luas.
12
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Program IbM mengoptimalkan peran Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan
dan “Sapto Argo” Wonorejo untuk pemberdayaan ekonomi kader dan kesehatan anggota lansia penderita diabetes melitus dengan polifarmasi. Evaluasi program setelah berjalan 3 bulan menunjukkan peningkatan jumlah lansia dengan profil gula darah dalam rentang target kendali (≤ 140-180 mg/dL).
6.2
Saran Pengawasan
pelaksanaan
program
berkelanjutan
di
kedua
mitra
tetap
dilaksanakan di tahu n mendatang disertai upaya keberlanjutan program yang diarahkan pada pemberdayaan lansia mandiri secara ekonomi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2013. Data Profil Kelurahan Wonorejo Kecamatan
Rungkut
Kota
Surabaya.
Alamat
akses
URL:
http://kelurahan.surabaya.go.id/prokel/node/6?tombol=view_data&kdkel=1505. Tanggal akses: 23 April 2014. Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2013. Data Profil Kelurahan Pacar Keling Kecamatan
Tambak
Sari
Kota
Surabaya.
Alamat
akses
URL:
http://kelurahan.surabaya.go.id/prokel/node/6?tombol=view_data&kdkel=0506. Tanggal akses: 23 April 2014. Izzah Z, Budi S, Toetik A, dkk. 2013. Diabetes Support Groups Improve Patient’s Compliance and Control Blood Glucose Levels. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2 (3): 94-101. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Lamberts, E.J.F., Bouvy, M.L., and van Hulten, R.P., 2010. The role of the community pharmacist in fulfilling information needs of patients starting oral antidiabetics. Research in Social and Administrative Pharmacy, 6: 354-364. Mayberry, L.S., and Osborn, C.Y., 2012. Family support, medication adherence, and glycaemic control among adults with type 2 diabetes. Diabetes Care, 35: 12391245.
14
Lampiran 1 Materi Pelatihan Edukator Diabetes dan Penyuluhan Penggunaan Obat Antidiabetes
15
HANDOUT MATERI PENYULUHAN AGUSTUS 2013
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Lampiran 2 Kuesioner Penyuluhan
27
Lampiran 3 Brosur Informasi Diabetes Melitus dan Penggunaan Obat
28
29
Lampiran 4
Lembar Hasil Pemeriksaan dan Kartu Catatan Pengobatan
30
31
Lampiran 5 Foto-Foto Kegiatan
Pelatihan Kader Posyandu Lansia di Kedung Tarukan dan Wonorejo Juni – Juli 2015
32
Penyuluhan, Pemeriksaan Keseha tan, dan Konseling Obat Oleh Kader Posyandu Lansia RW 03 Kedung Tarukan didampingi Tim IbM Agustus – Oktober 2015
33
Penyuluhan, Pemeriksaan Kesehatan, dan Konseling Obat Oleh Kader Posyandu Lansia “Sapto Argo” Wonorejo didampingi Tim IbM Agustus – Oktober 2015
34