16
1. Identifikasi Sistcm
ObSeIVasi langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara mempakan smltu hal yang tl1utlak dilakukan untuk mengetahui lebih jauh pennasaiahan deteriorasi yang ada pada bangunan
gedung.
Dalam tahap identifikasi sistem ini dilakukan cilia kegiatan pakok, yaitu; tinjauan landasan pustaka dan tinjau31l lerhadap kondisi lingkung,an eli Japangan. Tinjaual1 terhadap landasall pustaka
dilakukan untuk menentukan lalldasan teoritis yang sesuai dengan kOlldisi permasalahan akibat serangan rayap dan kaslls kerusakan Jainnya pacta bangunan rumah serta aspek pengencialiannya.
Landasan pustaka ini juga dapat memperkaya ide dal£1m memformulasikan strategi beserta komponenkomponen yang tekait didalamnya. Sedangkan tinjanan terhadap kondisi di lapangan ditnjnkan nntuk
mengkaji secara lebill mendalam mengenai upaya pencegahan yang tepat untuk diputuskan sebagai pengambilan tindakan dalam mengatasi ancaman deteriorasi tersebut.
Selain itll juga, untuk
mendapatkan beberapa data dan illfonnasi mengenai tipe-tipe pencegahan deteriorasi dan infonnasi
pendukung lainnya.
2.
Data/lnformasi Pemilihan rumah contoh dilakukan dengan menggunakan Teknik Penarikan Contoh Acak
Bertingkat (Multiple Siage Random Sampling) dengan empat tingkat. kelurahan, RW, Rt dan mmah contoh.
Pada tiap tillgkat yaitu
Dalam hal ini dari satn wilayah DK! Jakarta yang telah
ditentukall> di ambiI 2 kecamatan, dari masing-masing kecamatan di ambit 3 kelurahan, sehingga diperoleh 6 kelurahan. Dari tiap-tiap kelurahan di ambit 3 R\V, sehingga diperoleh 18 RW contoh. Dari tiap-tiap RW centah di pilih 3 RT cantah, jumlah RT contoh menjadi 54 RT contoh. Selanjutnya
dari m3sing-m3sing RT contail di 3mbil seeara aeal< 3 rumah eontoh, sehing;ga jumlah nUllah contoh sebanyak 162 nlll1ah contoh.
Rumah-nlll1ah contoh yang di pilih didasarkan pertimbangan pada
asumsi bahwa populasi rayap mllngkin berbeda pada kondisi
lingkung,~n
(geografi) yang berbeda, di
samping terbatasnya waktll dan biaya. Rumah-mmah contoh yang di snrvai adalah mmah contoh yang telah berumur 4 talulI1 ataulebih.
Dalam pengkajian masalah khuslts ini data yang diambil dapat di telaah berdasarkan : • •
Potensi penyebab terjadinya deteriorasi pada bangunan yang ada. Potensi tanda-tanda serangan (kemsakan) yang terlihat mempakan gejala spesifik dari salah satu faktor penyebab deteriorasi.
•
Distribusi jenis kay1.1 yang digunakan oleh konsumen ulltuk membangun rumah tinggall pemmahan.
•
Sanitasi lingkungan dan praktek pembangunan yang baik.
•
Daya beli masyarakat (konsnmen) terhadap teknik apJikasijasa pengendalian rayap.
•
Tingkat ·~\'Qfe(v" aplikasi pengendaliall hama terhadap lingk1.1ngan dan penguna akhir (end user).
•
Tindakan-tindakan pengendalian hama yang telah dilakukan oleh para aktor.
17
Di tinjau dari potensi dcteriorasi pada bungunan yang ada, dapat discbabkan oleh ban yak
faktor, baik dari faktor fisik, faktor biologis maupun faktor lingkungan. Oari faktor biologis hewani,
serangga atau insek1a mentpakan yang paling banyak jenis perusaknya.
Oi antara serangga yang
penting adalah rayap yang mcmiliki kemampuan menyerang yang luar biasa, sehingga mcrupakan ancaman utama bagi perumahan pemukiman dan rumah-nullah komersial.
Di s3mping itll, terdapat
juga faktor fisik akibat dari pengaruh cuaca, udara dan suhu yang clapat menyebabkan konstmksi bangunan rusak.
Kerusakannya dapat bempa retak-retak pada ciinciing, ponciasi atau pun karen a
benturan yang menyebabkan
mCnUftltUlya
kualitas bangllnan tersebut.
Tanda-tancia kerusakan yang terjadi pada bahan (kayu) konstruksi
bangunan perumahan,
dapat tedihat dari adanya cacat herupa lobang gerek yang disertai dengan bahan tanah, adallya eksremen berbentuk butir-butir kecil bewarna Imning atau putih. pewamaan (stail1ing), pelapukan (decay), rekahan (brillle.I·)' pelembekan Gl'ofiil1g), dan perubahan lailUlya yang semuanya merupakan
penurunan kl18litas da!l bahkan kuantitas karena ada juga yang benar-benar memakan habis, Adanya serang,:'1n itu sendiri sekaligus mempakan kriteria bahwa kayu yang bersangkutan telah terserang hama, penyakit atau penyebab laitmya,
Di tinjau dari distribusi jenis kayu yang digunakall untuk bangunan pennnahan pemerintah daerah OKI adalah kayu dengan kualitas rendal, yaitu kayu-kayu yang tenllasuk dalam kelas awet III, IV dan V. Kayu-kayn tersebut dipakai untuk lrusen maupUll kaso dan tidak diawetkan pada umunUlya tidak tahan tehada serangan rayap (Djamhari A., 1983). Sanitasi lingkungan bersih dan praktek pembangunan yang baik, meliputi usaha-usaha untuk menghindari obyek serangan (ballgunan) dari stlmber hama mempakan cara pellgendalian yang wajar,
seperti adanya sisa-sisa kayu (tunggak, kayu yang bekas pakai, tumpukan sampah) karena obyekobyek seperti ini merupakan daya tarik dan tempat bersarallg yang paling baik bagi rayap. Untuk lokasi daerall penllllallall yang dekat dengan daerah rawa atau sungai juga merupakan titik rawan untuk masuknya faktor perusak kayu sehingga diusahakan supaya kayu tidak herhubungan langsung dengall tanall. Oi pihak lain, tingginya biaya teknik aplikasi jasa pengendalian hama merupakan faktor pertimbangan yang mendasar bagi para konsumen untuk melindungi bangullan hunirumya. Nrunun demikian, bukan berarti tindakan tersebut ditiadakan sruna sekali, mengingat tujuan dari upaya tersebut
untuk memperpanjang umur pakai dari bangunan tersebul.
Oleh karena itu, perlu dilakukall
perencanaan terhadap upaya pencegahrul deteriorasi yang efektif dan efesien.
Adanya Kecendenmgan bahwa perhatiali dan tingkat kecemasan masyarakat, khususnya golongan menengah ke atas akan ballaya serangan rayap terus meningkat, sehingga daya beli terhadap jasa pengendalian rayap diperkirakan akan tems meningkat sejalan dengan pesatnya pembangunan gedung dan pent mahan di OKI Jakarta.
Begitu pula, dengan tingkat "keamanan" yang akan
diterapkan oleh pemsallaan (produsen) jasa pengendalian hama/rayap akan dituntut untuk lebih mampu "menjamin" keselamatan konsumen dan lingkungannya. Dengan perkataan lain, ballan kimia untuk pengawetan kayu atau pestisida juga hams arnan bagi konsumen dan bersahabat dengan 1ingkungan,
18
Data atau infromasi diatas diperoieh dcng,an obscrvasi langsung kc inpangan
dengan
1l1clakukan wawancara (diskusi) dcngan para aktOf, yaitu:
•
Konsllmen golongan bawah (rumah sangat sederhana)
•
KOllsumen golongan mcneng,ah ke at3s (gcdung-gedung komersii, I1I111ah mewah)
•
Borongan bangunan/dikCljakall sendiri
•
Produsen jasa pengendalian 11am3 (pest control operators).
Pihak-pihak yang terkait dalam kajian m3salah khusus ini hams memperhatikan faktor-faktor
yang terlibat dalmn menganalisis keputusall yang akal1 diambil dalam upaya peningkatan mutn (u1l1ur
pakai) bangunan tersebut. Sehingga diperlukan stlatu pendekatan pemilihan prioritas dan alternatif dari m3sing-masing tindakan pencegahan deteriorasi, y,mg selanjutnya dilakukan penyusunan
komponen-komponen
tersebllt lIntuk penelapan dan pemilii1811 priorilas selta alternatif-alternatif
tilldakan pencegahannya, dengaIl stJatu metoda Proses Hirarki Analitik (PHA).
3. Pcnyusunan Hirarld Keputusan Hirarki keputusan di susun berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil kajian pustaka dan diskusi (wawancara) dengan para aktor yaitu: konsumen, borongan bangunan, dan produsen jasa pengendalian hama. Dari hasil wawancara dan pendukung data lainnya maka dibuat suatu resume
dengan mengelompokkan kriteria-kriteria tersebut.
Kemudian di susun dala111 suatu hirarki atau
stmktur.
Tilliauan terhadap landasan pustaka dilakukan untuk menentukan landasan teoritis yang seSUal dengan kondisi permaslliahall yang dihadapi sel1a memperkaya ide dalam mcmformulasikan pilihan-pilihan beserta komponen-komponen yang terkait di ctalamnya. Tinjauan terhadap kondisi lingkungan pemukiman (penunahan) ditujukan untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai penyebab terjadinya deteriorasi serta mendapatkan beberapa infonnasi mengenai tipe keputusan dalam
upaya pencegahan hama bangtman dan informasi pendukung lainnya'-- Tinjauan terhadap kondisi Iingkungan pemmahan serta pemsahaan pengendalian hama (prodnsen) dilakukan melalui diskusi dan sllmbang saran dengan para aktor konsumen, borongan bangunan rumah maupun produsen jasa pengendalian hama.
Hasil tilljallan terhadap landasan pustaka dan tinjauan terhadap kondisi lingkungan pemukiman tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang sejenis. Kelompok-kelompok kriteria tersebut kemudian disusun dalam suatu hirarki atau stmktur. Melalui kajian ini, dihasilkan lima hirarki yang terdiri
dan
satll hirarki utaIlla perencanaan tindakan pencegahan deteriorasi pacta
bangunan mmah dan empat hirarki tingkat dua.
Hirarki pemilihan utam3 tindakan pencegahan
deteriorasi terhadap penyebab kemsakan yaitu Cllaca, rayap, jamllr dan sumber-sumber pemsak pada bangllml1l mmah pemukiman lIntlik menentukan mana yang lebih
memiliki peluang untuk
diimplementasikan dalam rangka meningkatkan lII11ur pakai bangunan (sen'ice I!(e). secara lengkap dapat di lihat pacta gEullbar 4.
Struktur hirarki