LAKON RUWATAN TETEUGALL KARYA : ALIN AMBARWATI Babak 1 ( SUASANA PANGGUNG REDUP NAN MEGAH DIIRINGI DEYUTAN -DEYUTAN MUSIK TENANG, SEDIKIT TERDENGAR SUARA SAYUP – SAYUP BURUNG CAMAR, NAMPAK DISEBUAH HALAMAN GUBUG KECIL TERGANTUNG JALA – JALA USANG NELAYAN, TERLIHAT PEREMPUAN SETENGAH PARUH BAYA YANG SEDANG BERNYAYI MERDU SEMBARI MERAPIKAN JALA DEMI JALA. TIBA – TIBA TERDENGAR SUARA GADUH SEPERTI SUARA LEDAKAN DARI LAUT ) PEREMPUAN Suara apa itu ? seperti suara ledakan ? ( menerka kebingungan ) WARGA 1 Tolong – tolong ada mayat ( berlari tergopoh – gopoh ) PEREMPUAN ( menoleh terkaget dan menghampiri warga ) Ada apa toh kang sepertinya akang panik sekali ? WARGA 1 Ada ada mayat nduk ( terbata – bata dengan nafas tersengal – senggal ) PEREMPUAN Dimana kang ?
WARGA 1 di.. di.. PEREMPUAN ( memotong ) Dimana kang WARGA 1 di..di pantai nduk PEREMPUAN Walahh.. mayat siapa kang ? tadi juga saya mendengar suara ledakan dan sepertinya berasal dari dasar laut kang seperti suara bom, keras sekali, ada apa ini kang ? ( panik ketakutan ) WARGA 1 Akang juga kurang tau nduk, akang pergi dulu mau memberitahu warga lain dulu, permisi permisi ( beranjak dengan nafas masih tersenggal – senggal ) PEREMPUAN Kang.. kang tunggu sebentar toh saya belum selesai bertanya ( memanggil ) ( Dari bilik daun pintu reot rumah, keluar seorang lelaki lansia dengan tongkat digengaman tangan keriputnya dan dengan nada suara yang sudah mulai tak terdengar jelas memanggil sang perempuan yang tidak lain adalah anaknya ) BAPAK Nduk..nduk.. ( suara lirih diselinngi batuk – batuk kering ) siapa tadi yang kau ajak bicara ?
PEREMPUAN Walah bapak ( menoleh dan menghampiri ) bapak kenapa bangun dari tempat tidur ? bapak kan masih belum sehat betul ? BAPAK Bapak tidak apa – apa nduk, tadi ada ribut – ribut apa ? PEREMPUAN Itu tadi ada warga yang memberitahu kalau ada mayat di pantai pak, tadi juga saya mendengar suara ledakan sepertinya dari dasar laut , mengapa keadaan desa menjadi kacau seperti ini pak ? BAPAK benar yang kamu katakan ? PEREMPUAN Tadi warga sendiri yang kasih tau pak, dari lekukan raut wajahnya sepertinya warga tadi berkata benar pak, keringatnya bak terguyur hujan, raut wajahnya bak buah naga yang siap panen pak, dan nada suaranya seperti orang yang ditagih hutang dan suara ledakan itu saya mendengarnya sendiri pak, ada apa ini ya pak ? ( bingung ) BAPAK Sepertinya ini karena sudah banyak warga yang tidak peduli lagi dan ada yang tidak dijalankan ( lirih seraya mengeleng kepala ) PEREMPUAN Apa yang tidak dijalankan pak ?
BAPAK Tidak .. tidak nduk bukan apa – apa ( panik ) PEREMPUAN Benar bukan apa - apa ? ( menegaskan ) BAPAK ( memotong ) Sudahlah.. katanya kau hendak pergi ke pendopo ? apa jadi ? PEREMPUAN Jadi pak, sebentar lagi saya pergi, saya mau mengambil selendang dulu di kamar ( Sang perempuan masuk kedalam bilik reotnya sedang lelaki lansia itu masih berdiam diri dan terlihat sedang merenungi suatu hal ) BAPAK Andai saja kala itu, tradisi yang selalu digelar tidak pernah tenggelam pasti tidak akan terjadi bala seperti ini, tidak akan ada kegaduhan yang membuat banyak warga berlari sebegitu bingungnya, sebegitu takutnya beranjak dari bilik mereka dan keadaan desa tak akan kelam perlahan seperti yang nampak akhir – akhir ini ( Tiba – tiba sang anak perempuan keluar dari bilik reotnya tanpa diketahui bapaknya ia sedikit mendengar apa yang dikatakan bapaknya ) PEREMPUAN Apa yang bapak maksud ? ( memotong ) BAPAK ( menoleh dengan raut wajah panik ) tidak tidak nduk
PEREMPUAN Pasti ada yang bapak sembunyikan BAPAK Tidak ada apa – apa, hanya saja kau harus lebih berhati – hati sedang banyak bala yang terjadi dipantai kita ini PEREMPUAN Apa bala yang bapak maksud ? BAPAK Nanti kau akan tahu nduk, tapi tidak sekarang PEREMPUAN Lalu ( Tiba – tiba terdengar suara sapaan dari para gadis desa yang datang ke bilik reot milik perempuan dan bapaknya itu ) PARA GADIS ( memotong ) permisi bu PEREMPUAN ( menoleh ) iya, walah sudah pada dateng rupanya GADIS 1 ( mengangguk ) kita hendak berlatih bu
PEREMPUAN Iya sebentar, saya pamitan dulu dengan bapak ( menoleh dan menatap raut wajah layu bapaknya ) pak, saya pamit dulu nanti kita sambung pembicaraan kita yang terpotong tadi ya pak BAPAK ( menggangguk ) ( Sang perempuan bersama para gadispun beranjak pergi ke pendopo desa yang letaknya disamping bilik sang perempuan, bapakpun beranjak masuk kedalam bilik reotnya, dan sesampainnya di pendopo mereka mulai berlatih tarian tradisional khas tegal yaitu tari topeng endel dan nyayian khas tegal yaitu balo – balo, iringan musik tari topeng endelpun mulai dimainkan, setelah sekitar 3 menit berlangsung tiba – tiba 4 warga menghampiri dan membuat gaduh latihan ) WARGA 2 Bubar.. bubar ( nada jengkel ) PEREMPUAN Ada apa ini ( menenangkan ) WARGA 2 Nok ayo pulang ( menarik tangan salah satu gadis yang tak lain anaknya ) PEREMPUAN Tunggu sebentar kang, ini ada apa ?
WARGA 1 Jadi be.. PEREMPUAN ( memotong ) akang yang tadi pagi berlari tergopoh – gopoh di depan bilikku kan, ada apa ini kang ? WARGA 1 Iya nduk, jadi be..be..be ( terbata – bata) PEREMPUAN Begini apa kang ? ngomongnya yang jelas toh WARGA 3 Sudah saya saja yang ngomong, maaf sebelumnnya ya nduk, kami para warga disini itu merasa takut jika anggota keluarga kami berada di luar rumah, karena akhir – akhir ini banyak hal – hal aneh yang terjadi di pantai kita ini WARGA 4 Iya nduk, banyak orang tenggelam di laut, banyak ikan – ikan yang mati tanpa sebab dan pantai kita ini menjadi sepi pengunjung, bukan begitu kang ? WARGA 3 Iya nduk, makanya kami kesini untuk menjemput anak – anak kami PEREMPUAN Tapi mereka sedang berlatih tari topeng endel dan nyayian balo – balo kang, kalau mereka tidak berlatih mereka nanti akan lupa dengan tradisi mereka bagaimana ? kan kita sendiri yang nantiya akan rugi ? ( mencoba menenangkan )
WARGA 2 Kami tidak peduli itu, kami lebih takut terkena bala dari pada kehilangan tradisi ( nada kolot ) ayo nok pulang sekarang manut sama bapa ( menarik anaknya ) GADIS 1 Tapi pak.. WARGA 2 Sudah manut saja PEREMPUAN Tunggu sebentar kang ( mencoba menahan ) WARGA 2 Sudah kau jangan menghalangi kami, kau berlatih saja sendiri tak usah mengajak anak gadisku dan anak gadis lainnya, kau itu tidak tahu apa – apa tentang daerah ini bahkan tentang bala yang sedang mendera kami ( berjalan kencang ) PEREMPUAN Tapi kang ( berusaha mengejar namun gagal ) ( Wargapun membawa paksa anak gadis mereka dan meninggalkan sang perempuan di pendopo seorang diri ) PEREMPUAN ( bersimpuh di tanah seraya menahan air mata yang tak bisa terbendung ) sebenarnya ada apa ini ? aku seperti orang bodoh yang tak tahu apa – apa, apa yang sebenaranya disembunyikan mereka ? bapak ? para warga ? pantai ini ? apa yang tak aku ketahui ( menjerit dengan linangan air mata di raut wajahnya )
( Suara alunan musik yang mengambarkan suasana kekalutan dan kebingungan sang perempuan pun mengiringi dan perlahan lampu panggung mulai redup ) Babak 2 ( Keesokan harinya, lampu panggung perlahan mulai terang, terlihat seorang lelaki lansia sedang duduk termenung di depan bilik reotnya nampak kebingungan yang muncul dari lekukan raut wajah tuanya, tiba – tiba sang perempuan keluar dari dalam bilik dan menghampiri sang lelaki ) PEREMPUAN Bapak tolong katakan apa yang bapak sembunyikan ? apa yang warga sembunyikan ? apa pak ? (nada sedikit tinggi ) BAPAK Nduk, belum saatnya ( batuk – batuk ) PEREMPUAN Lalu kapan pak ? menunggu para gadis benar – benar tak ada lagi yang berlatih tari topeng endel dan nyayian balo – balo yang menjadi tradisi tegal ? menunggu banyak bala – bala lainnya datang ? menunggu pantai ini murka ? atau menunggu desa ini menjadi desa yang kelam ? begitu pak ?! aku hanya ingin tahu dan mungkin ada cara untuk mengakhiri bala atau musibah ini. Aku tak ingin seperti siput yang hanya berada dalam tempurungnya dan tak tahu apa – apa bahkan tak bisa berbuat apa – apa selain keluar masuk bilik seperti ini BAPAK Baiklah kalau kamu maunya seperti itu nduk, bapak akan ceritakan perlahan. Jadi dulu di pantai tegal ini atau dulu namanya teteugall ini setiap tahunnya selalu melakukan tradisi yang namanya ruwatan atau sedekah laut nduk, tapi sekarang tradisi itu perlahan tenggelam bak ditelan tanah yang merekah
PEREMPUAN Ruwatan itu apa pak dan Mengapa bisa sampai tenggelam? BAPAK Jadi ruwatan itu sama saja dengan merawat atau mensucikan kembali, ruwatan juga bisa berarti salah satu rasa syukur kita kepada tuhan yang maha esa atas rezeki yang kita dapatkan dari hasil bumi dan laut selama ini, dan ruwatan diyakini juga sebagai tolak bala atau menolak musibah, namun sekarang tradisi itu hanya tinggal kenangan saja nduk, Karena seiring perkembangan zaman banyak masyarakat yang tidak begitu peduli dengan tradisi sehingga lambat laun tradisi itupun akhirnya tenggelam ( menghela nafas panjang dengan raut wajah penyesalan ) ya seperti yang kau bicarakan nduk, masyarakat lebih takut akan bala dari pada takut kehilangan tradisi seperti tari topeng endel dan balo balo yang kau ajarkan itu PEREMPUAN Lantas prosesi ruwatan sendiri seperti apa pak ? saya ingin tahu lebih jauh ( penasaran ) BAPAK Tata cara ruwatan itu dengan membawa TIGA ancak (tandu) diarak membelah kerumunan ratusan warga yang memadati Pantai Kota Tegal. Ancak yang masingmasing dipikul empat orang itu berisi berbagai hasil bumi, seperti sayur dan buah, serta replika kepala kerbau.Sesampainya di pinggir pantai, tiga ancak terbuat dari kayu itu diletakkan berjejer. Tak lama kemudian, sejumlah pemuka agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, yang sudah berkumpul
memanjatkan
doa
bersama-sama
memohon
keselamatan.
Pemanjatan doa bersama disusul dengan arak-arakan sejumlah kesenian tradisional seperti barongsai, balo-balo, jaran lumping yang menyusuri rute
Pantai Bersamaan dengan itu, turut dipentaskan juga pagelaran wayang kulit dan tari topeng endel. Usai parade kesenian, ancak yang berisi hasil bumi dan simbol kepala kerbau dilarung ke laut. PEREMPUAN Apa ada cara untuk menghidupkan tradisi ruwatan itu pak ? mungkin dengan menghidupkan tradisi ruwatan semua masalah bisa teratasi BAPAK Ada, tapi.. PEREMPUAN ( memotong ) tapi apa pak ? BAPAK Tapi percuma nduk PEREMPUAN Belum dicoba kok sudah bilang percuma pak ? BAPAK Karena jikalau kita hendak menghidupkan suatu tradisi, harus dipandu oleh seorang juru adat (sesepuh ) atau tokoh agama yang mumpuni nduk PEREMPUAN Ya sudah kita datangi saja juru adatnya pak BAPAK Percuma nduk, sudah lupakan saja
PEREMPUAN Tunggu dulu pak, coba beri tahu aku, mengapa bapak mengatakan percuma padahal kita belum mencobanya ? BAPAK sesepuh di desa kita ini sudah sangat berumur nduk, bahkan usianya sudah seabad lebih buat berjalan saja perlu dibantu oleh orang banyak, dan yang paling fatal ingatnnya itu sudah simpang siur nduk, untuk mengingat siapa dirinya saja dia sudah sangat kesulitan PEREMPUAN Apa hanya dia yang tahu seluk beluk tradisi ruwatan itu pa ? apa tidak ada yang lain yang memungkinkan ? BAPAK Sayangnnya tidak ada nduk ( menghela nafas ) tradisi itu sudah bertahun – tahun tenggelam, maklum saja tidak banyak orang yang tahu akan seluk beluk tradisi ruwatan itu nduk PEREMPUAN Kalau begitu, saya yang akan menghidupkannya pak BAPAK Kau ini perempuan nduk, sudah lupakan saja mungkin ini memang sudah menjadi garis takdir desa kita ini PEREMPUAN Saya sangat yakin saya mampu pak, RA Kartini, dewi sartika, cut nyak dien dan banyak perempuan gagah lainnya saja bisa masa saya tidak pak ?
BAPAK Mereka ini kan pahlawan revolusi nduk, lah kamu ? ( tertawa kecil seraya menggoda anaknya ) PEREMPUAN Kalau begitu saya pahlawan tradisi ruwatan tegal saja pak, bagaimana ? (membalas dengan tertawa kecil ) saya pasti bisa pak, saya yakin itu dan tidak ada yang tidak mungkin BAPAK Masalahnya bukan karena hal itu saja nduk, bukan hanya dengan menggelar tradisi ruwatan itu lalu semua masalah di pantai ini akan selesai, tidak semudah itu PEREMPUAN Lalu apa lagi pak ? BAPAK Perlu adanya kesadaran dari warga sini untuk menjaga kelestarian pantai yaitu dengan tidak menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan yang dapat merusak terumbu karang dan makhluk hidup di dasar laut, perlu adanya kesadaran untuk tidak membuang sampah di laut dan perlu adanya kesadaran untuk selalu taat terhadap larangan – larangan apa yang di tegakan di pantai ini nduk, apa selama ini warga patuh ? banyak yang tidak bukan ? kalau sudah seperti ini kejadiannya, siapa yang patut disalahkan nduk ? ( Tiba – tiba terdengar suara ledakan bom ikan dari dasar pantai suara itu begitu jelas terdengar )
BAPAK Kau mendengarnya nduk ? kau mendengarnya bukan ? ini suara yang kau dengar kemarin kan yang kau ceritakan kepadaku ? ( nada tinggi dengan air mata yang tak terbendung ) warga bilang mereka takut akan bala tetapi mengapa mereka masih melakukan itu ? mengapa ? PEREMPUAN Tenang pak, tenang, mungkin mereka bukan warga sini ( menenangkan ) BAPAK Sampai kapan laut kita akan dileburkan dengan penjahat – penjahat yang tak bertanggung jawab itu nduk ? sampai kapan ? bapak sudah tak sanggup lagi, bapak geram ( berjalan tergopoh – gopoh dengan air mata di pipinya ) hentikan ! hentikan ! hentikan biadab ! kalian menghancurkan diri kalian sendiri, kalian menghancurkan desa ini, kalian menghancurkan semuanya, dasar biadab ! ( seakan berbicara dengan para nelayan yang mengebom laut dengan amarah yang meledak – ledak ) PEREMPUAN Bapak hentikan amarahmu, hentikan ! ini tak akan menyelesaikan masalah ( menenangkan dengan air mata mengalir dipipinya ) BAPAK Mereka nduk.. mereka ( suara panjang dan seketika terjatuh pingsan ) PEREMPUAN Bapak.. bapak kenapa ? bapak bangun pak, sadar pak ( panik dan mengangkat tubuh ayahnya untuk dipangku di pahanya ) tolong tolong tolong, pak sadar pak sadar.. bapak ( menjerit panjang )
( Suasanapun menjadi sangat genting dan kalut diirigi musik yang mencengang dan lampu panggungpun perlahan redup ) Babak 3 ( Keesokan harinya, lampu panggung perlahan mulai menerangi masih di tempat yang sama yaitu di depan halaman bilik reot milik keluarga kecil yang hanya di huni oleh lelaki lansia dan sang perempuan setengah paruh baya. Terlihat sang perempuan itu mondar – mandir di depan biliknya ) PEREMPUAN Apa yang harus aku laukan ? aku harus mencarinya mungkin ini bisa menjadi jalan terbaik untuk menghentikan permasalahan – permasalahan yang semakin genting ini tapi aku tak mungkin beranjak dari bilikku, bapak sedang terbaring lemah ( Seketika ada warga yang hendak lewat depan biliknnya ) PEREMPUAN Kang, akang kemari dulu WARGA 1 Memanggil saya nduk ? PEREMPUAN Iya kang, akang kenal dengan sesepuh desa sini tidak ? WARGA 1 Tentu kenal nduk, memangnya kenapa nduk ?
PEREMPUAN Bisa akang bawa sesepuh itu kemari ? saya ada hal penting yang perlu saya tanyakan padanya, saya tidak bisa langsung menemui kerumahnnya soalnya bapak saya sedang sakit kang tidak mungkin saya tinggal seorang diri WARGA 1 Sepertinya susah kalau saya membawanya kemari nduk, soalnya dia sudah terlalu sepuh, perlu usaha keras pastinya nduk PEREMPUAN Apa tidak bisa diusahakan dulu kang ? ini demi masa depan desa dan pantai kita ini kang ? WARGA 1 Sepertinya akan sulit nduk PEREMPUAN Tolong kang ( memohon ) WARGA 1 Baiklah akan saya usahakan nduk, tapi saya tidak janji PEREMPUAN Yang penting usaha dulu kang, mudah – mudahan beliau berkenan WARGA 1 Kalau gitu, saya permisi dulu nduk, saya akan usahakan
PEREMPUAN Terimakasih kang kalau bisa hari ini juga ya kang WARGA 1 ( Mengangguk ) ( Warga itupun beranjak untuk menemui orang yang di maksud perempuan itu, sang perempuan pun berinisiatif untuk mengumpulkan warga dengan cara menabuh kentongan yang ada di pendopo samping rumahnnya) PEREMPUAN Tolong.. tolong.. tolong ( menabung kentongan ) ( Seluruh wargapun keluar dari biliknya masing – masing dan mengampiri sang perempuan ) WARGA 3 Ada apa nduk ? ada maling ? mana malingnya ? WARGA 4 Iya mana malingnya biar saya hajar ( menggerakan jurus bela dirinya ) PEREMPUAN Tidak ada maling kang, tidak ada apapun GADIS 2 Kalau tidak ada maling atau apapun, mengapa ibu membunyikan kentongan itu bu ? bikin kaget saja
PARA WARGA Iya kau membuat gaduh saja PEREMPUAN Tenang dulu tenang dulu, saya membunyikan ini bukan ada maksud untuk membuat gaduh, tentu tidak. Saya hanya ingin berembug dengan kalian semua WARGA 2 Berembug perihal apa ? pasti tidak penting kan ? sudah lah sudah ayo kita bubar saja ( beranjak bersama para warga ) PEREMPUAN Tunggu dulu, tunggu. Apa kalian tidak ingin mengakhiri bala yang akhir – akhir ini terjadi di pantai ini ? apa kalian tidak ingin lepas dari rasa takut kalian ? apa kalian tidak ingin mencoba untuk lepas dari malapetaka ini ? PARA WARGA ( terdiam ) PEREMPUAN Sudah cukup kalian hanya diam saja ! sudah cukup kalian hanya mengumpat di balik bilik reot kalian ! sudah cukup ! apa kalian tidak ingin merubahnya ? ayo lah kita mampu lepas dari bala ini. WARGA 2 Apa kau punya cara untuk lepas dari semua ini ? (menantang ) tak punya kan ? tak usah belaga seperti pahlawan kau nduk ( Warga yang diamanati perempuan itu untuk membawa sesepuh desa pun datang )
WARGA 1 tenang – tenang jangan emosi seperti itu PEREMPUAN Syukurlah akang datang disaat yang tepat WARGA 1 Iya nduk, bapak berhasil membujuk si mbah untuk datang menemuimu ya meskipun dengan menggunakan tongkat ala kadarnya ( berbincang lirih dengan sang perempuan ) PEREMPUAN Iya kang, tak masalah yang penting si mbah berkenan kemari Mbah ? ( menyapa si mbah yang tak lain adalah sesepuh desa ) SI MBAH ( mengangguk ) PEREMPUAN Akang – akang sekalian saya ingin memberitahukan sesuatu hal, kalian ingat tradisi yang kalian tingalkan sekarang ini ? PARA WARGA ( kebingungan dan hanya tengok kanan dan kiri sambil berbisik satu sama lain ) PEREMPUAN Kalian ingat tradisi ruwatan ? tradisi dimana kita memenjatkan doa kepada tuhan yang maha esa atas rizki yang telah diberikan kepada kita dari hasil bumi ini ? tradisi dimana banyak ritual – ritual yang kita panjatkan dengan membawa hasil
bumi kita di atas tandu dengan di lengkapi kepala kerbau yang diarak mengelilingi pantai dan dilengkapi dengan sajian – sajian tradisi budaya kita dari mulai tari topeng endel, balo – balo, kuda lumping, pementasan wayang kulit dan pementasan budaya – budaya kita ini. Apa kalian ingat ? WARGA 4 Ya saya mengingatnya. Itu sudah beberapa tahun lalu dan kini tradisi ruwatan itu sudah tidak pernah lagi diadakan PEREMPUAN Kalian tahu bukan bahwa tradisi itu diyakini dapat menolak bala atau musibah ? Apa kalian sadar karena kurangnnya rasa syukur kalian yang di simbolkan dengan melakukan tradisi ruwatan itu berakibat terjadinya banyak bala di pantai kita ini PARA WARGA Benar juga apa yang di katakan dia ( menganguk – anggukan kepala ) WARGA 3 Lalu apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki itu semua nduk ? tidak ada yang bisa kita lakukan. Ayo lah pulang saja ( mengajak para warga ) PEREMPUAN Tunggu dulu sebentar, dengarkan saya dulu. Kita harus menghidupkan tradisi itu kembali. Ini saya sudah membawa sesepuh desa ini, beliaulah yang nantinya akan memandu kita dalam melakukan tradisi ruwatan tersebut dari mulai persiapan pengumpulan hasil bumi, pembuatan tandu, dan juga prosesi arak – arakan yang nanti akan di laksanakan mengelilingi pantai kita ini. Namun di perlukan juga beberapa gadis untuk menari tari topeng endel dan menyayikan balo – balo juga dan untuk pementasan wayang nanti akan dipentaskan oleh
dalang lokal yaitu ki enthus susmono. Yang saya butuhkan sekarang adalah kesiapan para warga untuk bangkit dari keterpurukan yang selama ini mendera kita semua, apa kalian bisa ? WARGA 1 Kami ingin lepas dari keterpurukan ini nduk, dan kami yakin kamulah yang dikirim tuhan untuk menyelesaikan permaslahan kita ini. PARA WARGA Kalau seperti itu kami siap PEREMPUAN Tapi.. WARGA 1 ( Memotong ) tapi apa nduk ? PEREMPUAN Tapi ada satu hal lagi yang perlu kalian ketahui WARGA 2 Apa itu nduk ? PEREMPUAN Adanya musibah seperti ini tidak serta merta karena kita tidak melakukan tradisi ruwatan saja tetapi apa kalian sadar banyaknya ikan yang mati mendadak dilaut itu karena efek dari adanya nelayan yang menagkap ikan dengan menggunakan bom ikan yang dapat merusak keindahan dasar laut kita dan meracuni banyak ikan akibantnya banyak ikan – ikan mati mendadak, dan banyaknya orang yang tenggelam di laut itu disebabkan karena diantara mereka tidak mengindahkan
peraturan bahwa dilarang berenang dilaut apalagi saat laut sedang pasang dan mengapa pantai kita ini sepi pengunjung itu karena banyak sampah – sampah yang berserakan di tepi pantai itu karena banyak orang yang tidak menjaga kebersihan pantai. Untuk itu selain melakukan tradisi ruwatan yang menjadi simbol rasa syukur kita terhadap tuhan yang maha esa, kita pun harus senantiasa menjaga kelestarian pantai, kita tidak boleh semena – mena kalau kita tidak ingin mendapatkan musibah WARGA 4 Benar juga apa yang dikatakan dia ( berbincang dengan warga lain ) PEREMPUAN Dan perlu kalian tahu bahwa arti sebenarnya dari ruwatan itu sendiri ialah merawat atau menjaga, jadi diharapkan dengan adanya tradisi ruwatan ini kita mampu merawat pantai kita ini dan menjaga dari hal – hal yang dapat merusak pantai ini WARGA 2 kami baru sadar akan hal itu nduk, maafkan kami PEREMPUAN Sudahlah kang yang terpenting ayo kita bangkit dari keterpurukan ini PARA WARGA Setuju PEREMPUAN mbah dari mana kita akan memulai persiapan untuk mengadakan tradisi ruwatan ini ?
SI MBAH Para warga disini, untuk memulai persiapan mengadakan tradisi ruwatan ini, kita butuh bahan – bahan hasil bumi, seperti sayur – sayuran, buah - buahan dan tak lupa kepala kerbau juga ( sangat pelan dan lirih dengan nada suara yang hampir tak terdengar ) kemudian kita akan membuat tandu sebagai wadah dari hasil bumi dan kepala kerbau itu, yang kemudian kalau sudah siap semua nanti kita akan memanjatkan doa bersama dan dilanjutkan dengan melakukan arak – arakan mengelilingi pantai dan jalan desa dengan diiringi budaya – budaya kita yaitu tari topeng endel, balo – balo, pertunjukan wayang kulit dan budaya lainnya, dan terakhir tandu yang berisi hasil bumi tersebut akan dilarung kelaut. PEREMPUAN Sudah jelas semua kan akang – akang disini. Untuk itu besok kita akan memulai persiapan nanti besok kita mulai mengumpulkan hasil bumi dan mebuat tandu, kita lakukan disini saja di depan rumah saya, jadi nanti para gadis dapat berlatih tari topeng endel dan balo – balo di pendopo, bagaimana ? PARA WARGA Setuju PEREMPUAN Baiklah berhubung ini sudah sore kita pulang dulu ke bilik masing – masing nanti besok kita akan mulai persiapan PARA WARGA Baiklah
PEREMPUAN Kang tolong antarkan si mbah pulang ya, biar nanti si mbah bisa memandu kami ( berbincang kepada warga 1 ) WARGA 1 Baiklah nduk, kami pamit dulu PEREMPUAN Iya kang, si mbah hati – hati ya di jalan SI MBAH Iya cu ( Para warga pun kembali ke biliknya masing – masing dan lampu panggungpun berlahan mulai redup ketika sang perempuan mulai perlahan memasuki bilik reotnya ) Babak 3 ( Keesokan harinya, lampu panggung perlahan mulai terpancar, masih ditempat yang sama, terlihat banyak warga sibuk dengan perencanaan tradisi ruwatan, ada yang mengumpulkan hasil bumi ada yang mebuat tandu ada pula yang sedang berlatih menari dan menyayi. Tiba tiba suasana tenang itu berganti dengan suasana kacau kala seorang warga berteriak ) WARGA 3 Tolong.. tolong ada mayat terapung ( panik dengan nafas tersenggal – senggal ) WARGA 1 Tenang dulu, mayat siapa yang terapung ?
WARGA 3 Mayat.. su (terbata – bata ) WARGA 2 ( memotong ) mayat siapa ? WARGA 3 Mayat sumarni WARGA 4 Apa Kau tak salah bicara ? (menegaskan ) WARGA 3 Tidak, saya melihat dengan mata saya sendiri, sumarni terapug di pantai sana ( menunjuk kearah pantai ) ( Seketika bapak sang perempuan itupun keluar dari bilik reotnya karena mendengar nama anaknya disebut – sebut oleh warga ) BAPAK Ada apa dengan sumarni ? ( dengan jalan yang teramat pelan dan suara yang sedikit merintih serta raut wajah pucat pasi ) WARGA 3 Anu pak .. anu ( kebingungan ) BAPAK ( memotong ) anu kenapa ?
WARGA 1 Dia melihat sumarni terapung di laut pak, tapi saya tidak percaya itu, sumarni pasti di dalam kan pa ? BAPAK ( tergeletak lemas ) sumarni pamit padaku waktu subuh, katanya hendak kelaut ( menangis lemas ) WARGA 3 Jadi itu memang betul mayat sumarni saya pasti tidak salah lihat lagi WARGA 1 Sumarni ? ( bingung tak menyangka ) BAPAK Sumarni mengapa kau meninggalkan bapak begitu cepat nduk? Mengapa kau menjadi korban pantai ini nduk ? mengapa nduk ? kau telah berjuang menyadarkan warga desa dan membuat bapak percaya bahwa perempuanpun mampu merubah apapun dan kini tinggal selangkah lagi mimpimu menjadi pahwalan tradisi ruwatan tegal akan terwujud tapi mengapa kau pergi secepat ini nduk ? SUMARNI SUMARNI...........( menagis histeris ) ( Warga desa ikut menangis tak percaya, seorang perempuan yang telah berhasil merubah pemikiran warga desa kini terkena bala sebelum tradisi yang diperjuangkannya guna menolak bala atau musibah
di laksanakan, musik
mengalun mengiringi kesedihan para warga dan bapak dari sang perempuan bernama sumarin itu, perlahan lampu panggungpun mulai redup dan pementasan selesai ) SELESAI ***
BIODATA Nama
: ALIN AMBARWATI
Tempat, Tanggal Lahir
: Tegal, 10 November 1996
Alamat
: Desa Kebandingan RT.24 / 06 Kec. Kedungbanteng Kab. Tegal
No.Hp
: 085742932871
Asal Universitas
: UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL