Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri Ni Made Agusuriyani Diana Putri Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Penyebab peradangan ini adalah endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya dan eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi pada pembedahan. Laki-laki, 41 tahun, mata kiri merah dan penglihatan kabur secara mendadak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai mata terasa sangat nyeri dan kelopak mata sulit dibuka. Terdapat riwayat mata kiri pasien terkena kayu saat sedang bekerja 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, pada status generalis tidak didapatkan kelainan. Pada status oftalmologis okuli sinistra didapatkan visus 1/300, injeksi konjungtiva, injeksi siliaris dan lesi pada sklera, kornea keruh, bilik mata depan keruh, hipopion, fundus refleks negatif dan korpus vitreum keruh. Pasien didiagnosis sebagai endoftalmitis eksogen pasca trauma, dengan penatalaksanaan medikamentosa cefoperazone intravena, dexametason intravena, ranitidin intravena, levofloxacin tetes mata dan non-medikamentosa berupa edukasi. Prognosis pada pasien ini buruk. Kata kunci: Endoftalmitis, laki-laki, okuli sinistra
Abstract Endophthalmitis is a purulent inflammation throughout the intraocular tissues, accompanied by the formation of abscesses in the vitreous humour. The cause of this inflammation is due to endogenous sepsis, orbital cellulitis, and other systemic diseases and exogenous, which often occur as a result of penetrating trauma, ulcer perforation, infection and complications in surgery. Male, 41 years old, left eye red and a sudden blurred vision since two weeks before came to the hospital. Complaints accompanied by very painful eye and eyelid difficult to open. There is a history of the patient's left eye exposed wood while working one month before came to the hospital. On physical examination found the general condition good, compos mentis, blood pressure 110/60 mm Hg, pulse 80 x / min, breathing 20 x / min, the status generalist no abnormalities found. On the left oculi obtained ophthalmological status visual acuity 1/300, conjunctival injection, ciliary injection and lesions in sclera, cloudy cornea, camera oculi anterior cloudy, hypopyon, negative fundus reflex and cloudy vitreous humour. Patients diagnosed as post-traumatic exogenous endophthalmitis, the medical management of cefoperazone intravenous, dexametason intravenous, ranitidine intravenous, levofloxacin eye drops and non-medical form of education. Poor prognosis in these patients. Keywords: Endoftalmitis, man, oculi sinistra
Korespondensi : Ni Made Agusuriyani Diana Putri, Perum Panorama Alam Blok E No. 9, Jl. Untung Suropati Labuhan Dalam, 082175879599,
[email protected]
Pendahuluan Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.1,2,3 Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler,
disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yang mengenai ketiga dinding bola mata, 5 maka keadaan ini disebut panoftalmitis.4, Penyebab peradangan ini adalah endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya dan eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi pada pembedahan.4,6,7 Dalam keadaan normal, sawar darah mata (blood ocular barrier) memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 147
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
Gambar 1. Anatomi penampang sagital bola mata
Pada endoftalmitis endogen mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah mata baik oleh invasi langsung (misalnya emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen.8,9 Endoftalmitis dapat terlihat sebagai nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital.10,11 Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Gejala pada endoftalmitis antara lain: nyeri hebat pada mata, mata merah, lakrimasi, penurunan visus, dan fotofobia. Tanda pada endoftalmitis antara lain: kelopak mata bengkak dan eritema, konjungtiva tampak
2
kemosis, kornea edema, keruh, tampak infiltrat, hipopion, iris edema, dan keruh, pupil tampak yellow reflex, eksudat pada vitreus, tekanan intra okular meningkat atau menurun, visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis.4,6,11, 12 Endoftalmitis akut pasca bedah katarak merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis dan hampir selalu disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca operasi. 13,14,15,16 Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.17,18,19
Gambar 2. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
11
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 148
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tandatanda infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti
olehreaksi post trauma jaringan mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan. (11%).20,21
11
Gambar 3. Endoftalmitis Post Trauma
Pada bentuk endoftalmitis endogen tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan mekanisme pertahanan hospes atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi. Dalam
kelompok ini penyebab tersering adalah adanya septikemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan kateter dan kanula intravena kronis. Agen yang paling sering menyebabkan endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), bakteri gram positif (33%), dan bakteri gram negatif (5%).
Gambar 4. Endoftalmitis endogen
Kasus Pasien laki-laki, 41 tahun, pekerjaan tani, Poliklinik Mata Rumah Sakit Ahmad Yani dengan keluhan mata mata kiri merah dan penglihatan kabur secara mendadak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
11
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit terdapat riwayat mata kiri terkena kayu saat sedang bekerja. Mata kiri menjadi merah dan nyeri kemudian pasien dirawat inap selama 2 hari untuk dilakukan pengambilan serpihan kayu dari mata pasien. Setelah itu keluhan membaik dan pasien diperbolehkan J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 149
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
pulang. Saat ini keluhan mata kiri merah dan penglihatan kabur disertai mata terasa sangat nyeri dan kelopak mata sulit dibuka. Keluhan tidak disertai mata belekan, bercak putih pada bagian tengah mata, sakit kepala, mual muntah dan berjalan sering tersandung. Tidak terdapat riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat trauma pada mata kiri diakui pasien pada 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tidak terdapat riwayat operasi mata dan penggunaan obat kortikosteroid. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20 x/menit, pada status generalis tidak didapatkan kelainan. Pada status oftalmologis okuli sinistra didapatkan visus 1/300, koreksi tidak dilakukan, supersilia dalam batas normal, terdapat edema pada palpebra superior dan
tidak disertai spasme, tidak terdapat edema dan spasme pada palpebra inferior, silia dalam batas normal, tidak terdapat eksoftalmus dan strabismus pada bulbus oculi, gerakan bola mata baik ke segala arah, terdapat injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi, tidak terdapat sekret pada konjugtiva forniks, terdapat hiperemis pada konjungtiva palpebra dan tidak disertai sikatrik. Pada sklera terdapat injeksi siliaris dan lesi, kornea keruh dan tidak terdapat ulkus, bilik mata depan kedalaman cukup, keruh dan terdapat hipopion, iris gambaran kripta baik dan warna coklat, pupil bulat, regular, sentral, ϴ 3mm, reflek cahaya positif, lensa jernih, fundus refleks negatif, korpus vitreum keruh, tekanan intra okular normal dan sistem kanalis lakrimalis dalam batas normal.
Gambar 5. Status oftalmologis pasien
Diagnosis kerja pada pasien adalah endoftalmitis eksogen pasca trauma. Penatalaksanaan medikamentosa diberikan cefoperazone intravena, dexametason intravena, ranitidin intravena, dan tetes mata levofloxacin. Selain itu, pasien juga diberikan penatalaksanaan non medikamentosa berupa edukasi perban mata kiri, jangan menggosokgosok mata, dan jaga mata supaya tidak kemasukan air. Prognosis pada pasien ini buruk. Pembahasan Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan mata kiri merah disertai penglihatan kabur mendadak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai mata kiri terasa nyeri dan kelopak mata sulit dibuka.
Pasien memiliki riwayat mata terkena kayu pada 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Diagnosis banding pada keluhan mata merah disertai penurunan visus mendadak antara lain keratitis, ulkus kornea, glaukoma akut, endoftalmitis, uveitis, dan panoftalmitis.12,22 Keluhan tidak disertai mata belekan, bercak putih pada bagian tengah mata, sakit kepala, mual muntah dan berjalan sering tersandung. Tidak terdapat riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat trauma pada mata kiri diakui pasien pada 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tidak terdapat riwayat operasi mata dan penggunaan obat kortikosteroid. Dari anamnesis, keluhan mengarah kepada diagnosis endoftalmitis eksogen post trauma. Gejala pada endoftalmitis antara lain
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 150
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
nyeri hebat pada mata, mata merah, lakrimasi, penurunan visus, dan fotofobia.6,12 Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. 20 Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post trauma yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan. (11%).21 Pada pemeriksaan mata kiri pasien didapatkan visus 1/300, edema palpebra, injeksi konjuntiva, lesi pada sklera, injeksi siliar, kornea keruh, kamera okuli anterior keruh dan hipopion, fundus refleks negatif, dan korpus vitreum keruh. Hasil pemeriksaan fisik ini sesuai dengan tanda klinis pada endoftalmitis yaitu kelopak mata bengkak dan eritema, konjungtiva tampak kemosis , kornea edema, keruh, tampak infiltrat, hipopion (lapisan selsel inflamasi dan eksudat di ruang anterior) , iris edema dan keruh, pupil tampak yellow reflex, eksudat pada vitreus, tekanan intra kular meningkat atau menurun, dan visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. 6,12 Secara klinis, endoftalmitis pasca trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi siliar, gambaran hipopion dan kekeruhan pada badan vitreous. Dalam kasus endoftalmitis post trauma, agen kausatif paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus.1,2 Dalam endoftalmitis post trauma, khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.23 Pada pasien diberikan infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, cefoperazone intravena 2x1 gram, dexametason intravena 3x10 mg, ranitidine intravena 3x50 mg, tetes mata levofloxacin 2 tetes/jam OS. Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endoftalmitis. Hasil akhir ini sangat tergantung pada penegakan
diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi endoftalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. 24,25 Terapi pada endoftalmitis terdiri dari medikamentosa berupa antibiotik, steroid dan suportif. Apabila medikamentosa gagal dapat direncanakan tindakan bedah berupa eviserasi atau vitrectomy.26
Simpulan Pasien laki-laki berusia 41 tahun didiagnosis sebagai endoftalmitis eksogen pasca trauma okuli sinistra berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan. Pasien diberi penatatalaksanaan medikamentosa berupa antibiotik dan kortikosteroid dan non medikamentosa berupa edukasi. Prognosis pada pasien ini buruk.
Daftar Pustaka 1. Ilyas S, Mailangkay HBB, Taim H, Saman R, Simarwata M, Widodo PS. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Sagung Seto; 2010. hlm. 75-7. 2. Voughan, Asbury. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hlm. 1813. 3. Suhardjo H. Ilmu kesehatan mata. Edisi 1. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM; 2009. 4. Amadi A. Common ocular problems in aba metropolis of albia state, Eastern Nigeria. Federal Medical Center Owerri [internet]. 2009 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 6(1): 32-5. Tersedia dari: http://www.medwelljournals.com/fulltex t/?doi=pjssci.2009.32.35 5. Khurana AK. Community ophtalmology in comprehensive ophtalmology. Edisi ke-4. India: New Age International Limitid publisher; 2007. hlm. 443-57. 6. Kanski JJ. Clinical ophthalmology: a systematic approach Philadelphia. Butterworth Heinemann Elsevier [internet]. 2006 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 6(1): 242-4. Tersedia dari: http://www.ajo.com/article/S00029394%2803%2901519-8/pdf
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 151
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
14.
15.
16.
Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga; 2006. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12 edition. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc; 2009. Hartono. Buku saku ringkasan anatomi dan fisiologi mata. Yogyakarta: FK UGM; 2007. Nurwasis, dkk. Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi ke-3. Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Mata Airlangga; 2006. James B. Konjungtiva, kornea, sklera. oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga Medical Science; 2006. Ikatan Dokter Indonesia. Buku panduan praktis klinis bagi dokter pelayanan primer. Edisi ke-1. Jakarta: IDI; 2013. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis [internet]. 2004 [diakses tanggal 14 Februari 14]; 38(4): 542-6. Tersedia dari: http://cid.oxfordjournals.org/content/38/ 4/542.full Cooper BA, Holekamp NM, Bohigian G, Thompson PA. Case-control study of endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J Ophtalmol [internet]. 2003 [diakses tanggal 14 Februari 15]; 136(3): 300-5. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 2888053 Srinivasan S, Kumar BV, Prasad S, Hiscott P. Partial posterior capsulectomy through an anterior approach: an intraocular lens retaining technique in the management of presumed Propionibacterium acnes endophtalmitis. Eye [internet]. 2006 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 20(1): 382-4. Tersedia dari: http://www.nature.com/eye/journal/v20 /n3/full/6701850a.html Sadaka A, Durand ML, Gilmore MS. Bacterial endophthalmitis in the age of outpatient intravitreal therapies and cataract surgeries: Host-microbe interactions in intraocular infection. USA. National Institutes of Health [internet]. 2012 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 31(4): 316-31. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 2521570
17. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology [internet]. 2009 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 116(3): 425-30. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 9091417 18. Huynh TH. Delayed post traumatic Propionibacterium acnes endophtalmitis in a child. Ophthalmic Surgery Lasers Imaging [internet]. 2006 Jul-Aug [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 37(4): 314-6. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 9091417 19. Song S, Ahn JK, Lee GH, Geo Y. An epidemic of chronic pseudophakic endophthalmitis due to ochrobactrum anthropi: clinical findings and managements of nine consecutive cases. Korea. Ocular Immunology and Inflammation [internet]. 2007 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 15(3): 429-34. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article s/PMC2430177/ 20. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal endophthalmitis. Int Ophthalmol Clin [internet]. 2007 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 47(2): 173-83. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 7450017 21. Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology, therapeutics, and bacterial host interactions. Clin Microbiol Rev [internet]. 2007 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 15(1): 111-24. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 1781270 22. Veselinovic D, Veselinovic A. Endoftalmitis. Acta Medica Medianae [internet]. 2009 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 48(2): 56-62. Tersedia dari: http://publisher.medfak.ni.ac.rs/2009ht ml/1broj/ENDOFTALMITIS-en.pdf 23. Miller JJ, Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus pneumoniae. Am J Ophtalmol [internet]. J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 152
Putri, NMAD│ Laki-laki 41 Tahun dengan Endoftalmitis Eksogen Pasca Trauma pada Mata Kiri
2004 [disitasi 2015 Feb 15]; 138(2): 2316. Tersedia dari: http://www.ajo.com/article/S00029394% 2804%2900328-9/pdf 24. Melo GB, Bispo PJM, Yu MCZ, Pignatari ACC, Lima AH. Microbial profile and antibiotic susceptibility of cultur-positive bacterial endophthalmitis. Eye [internet]. 2011 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 25(1): 382-8. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 1336253 25. Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of coagulase negative staphylococciin the endophtalmitis vitrectomy study. A comparasion of eyelid and intraocular isolates using pulsed field gel
electrophoresis. Arch Ophtalmol [internet]. 1997 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 115(2): 357-61. Tersedia dari: http://archopht.jamanetwork.com/article .aspx?articleid=642034 26. Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years review of culture proven cases. Am J Ophtalmol [internet]. 2004 [diakses tanggal 14 Februari 2015]; 137(1): 38-42. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 4700642
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 153