Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Bobot Bibit Yang Berbeda di Perairan Desa Labuhan Sangoro Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa 1 1
2
Ronny 2 Syamsul Bachri
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian dan Perikanan UNSA
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian dan Perikanan UNSA ABSTRAK
Budidaya rumput laut memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Desa Labuhan Sangoro merupakan salah satu desa penghasil rumput laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Sumbawa dengan luas areal budiadaya ± 1.343 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot bibit yang ideal untuk laju pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii). Survey dan pengambilan sampel dilakukan pada bulan April-Mei 2015 selama 45 hari. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan rancangan acak lengkap, dengan 4 perlakuan (A=50 gr, B=100 gr, C=150 gr dan D=200 gr) dan 4 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan bobot bibit yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan bobot bibit 200 gr sebesar 5.50 %. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan A dengan bobot 50 gr sebesar 3.82%. begitu juga dengan pertumbuhan mutlak dimana laju pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan bobot bibit 200 gr sebesar 1.777 gr dan laju pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan A dengan bobot bibit 50 gr sebesar 199 gr. Kata Kunci : Rumput laut, Eucheuma cottonii, bobot bibit dan laju pertumbuhan.
71
PENDAHULUAN Rumput laut atau alga (seeweed)
(1990), karaginan Eucheuma cattonii
merupakan salah satu potensi sumberdaya
pengental, pembentuk gel, pengemulsi
perairan yang ada di Kabupaten sumbawa
dan sebagainya. Dari hal-hal tersebut,
dan banyak diminati oleh masyarakat
80%
pesisir untuk dibudidayakan. Rumput laut
makanan, untuk obat-obatan, kosmetik,
merupakan
komoditas
tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya.
budidaya laut ekonomis penting yang
Pada umumnya bobot bibit yang
dapat diandalkan, mudah dibudidayakan
digunakan petani rumput laut di Desa
dan mempunyai prospek pasar yang baik
Labuhan Sangoro ± 100 gr/rumpon
serta dapat meningkatkan pemberdayaan
namun terdapat beberapa petani yang
masyarakat pantai teknologi dan hasil
menggunakan bobot bibit sampai 200
perikanan Menurut Khordi, (2010), Saat
gram dengan asumsi pertumbuhan akan
ini
telah
lebih cepat. Sehingga informasi mengenai
mengalami kemajuan yang sangat pesat
bobot bibit yang tepat untuk petumbuhan
yaitu
rumput laut Eucheuma cottonii sangat
salah
pemanfaatan
satu
rumput
dijadikan
laut
agar-agar,
algin,
sangat penting sebagai stabilisator, bahan
dimanfaatkan
dalam
produk
karaginan (carrageenan) dan furselaran
diharapakan
(furcellaran) yang merupakan bahan baku
pemanfaatan potensi perikanan yang ada
penting dalam industri makanan, farmasi,
di Kabupaten Sumbawa serta mampu
kosmetik dan lain-lain. Rumput laut juga
memeberikan
merupakan salah satu komoditas ekspor
memenuhi kebutuhan pasar baik di
andalan yang permintaannya tinggi di
tingkat lokal maupun pada tingkat ekspor.
pasar
Oleh karena itu penelitian ini perlu
dunia,
sehingga
kemampuan
guna
memaksimalkan
kontribusi
untuk
produksinya harus terus ditingkatkan
dilakukan
guna memenuhi kebutuhan konsumen
memberikan informasi terkait dengan
yang
bobot
setiap
tahunnya
mengalami
kekurangan.
dengan
bibit
yang
harapkan
baik
dapat
untuk
laju
pertumbuhan Eucheuma cottonii.
Salah satu dari jenis rumput laut
Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang sudah dibudidayakan secara intensif
mengetahui pengaruh bobot bibit yang
di
berbeda
Desa
Labuhan
Sangoro
adalah
Eucheuma cattonii. Menurut Winarno
terhadap
laju
pertumbuhan
rumput laut Eucheuma cottonii. 72
MATERI DAN METODE
Bahan
PENELITIAN
penelitian ini adalah rumput laut jenis
Tempat dan Waktu Penelitian
Eucheuma cottonii sebagai tanaman uji
Penelitian ini dilakukan di Perairan Desa
dan kertas label.
Labuhan Sangoro Kecamatan Maronge
Metode Penelitian
Kabupaten
digunakan
pada
Metode Yang digunakan adalah
pengambilan data dilakukan pada bulan
metode penelitian eksperimen. Sugiyono
April sampai dengan bulan Mei 2015.
(2012) menyatakan bahwa penelitian
Alat dan Bahan
eksperimen
yang
Survey
akan
dan
Alat
Sumbawa.
yang
digunakan
dapat
diartikan
sebagai
dalam
metode penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini adalah tali Poli Ethelen
mencari pengaruh perlakuan tertentu
(PE) berdiameter 9 mm sebagai tali
terhadap perlakuan lain dalam kondisi
induk, tali Poli Ethelen (PE) berdiameter
yang terkendali.
4 mm sebagai tali ris untuk mengikat
Rancangan Percobaan
rumput laut, tali rafia sebagai tempat mengikat
rumput
laut,
plampung
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
styrofoam sebagai plampung tali induk,
lengkap.
botol plastik sebagai plampung tali ris,
digunakan bila faktor yang akan diteliti
kemudian
dan
satu faktor atau lebih dari satu faktor
timbangan analitik untuk menimbang
(Syarifudin, 2002). Digunakan rancangan
berat rumput laut dan perahu untuk
acak lengkap pada penelitian ini karena
memuat rumput laut pada saat penebaran
hanya satu faktor yang akan diteliti yaitu
bibit
yang
faktor perlakuan yang diberikan (bobot
digunakan untuk pengkuran kualitas air
bibit) sedangkan faktor lain dianggap
terdiri dari termomether digunakan untuk
homogen. Penelitian ini dilakukan dengan
pengukuran
sesidics
satu faktor utama yaitu bobot bibit yang
digunakan untuk mengukur kecerahan,
terdiri dari 4 perlakuan. Masing-masing
meteran
mengukur
perlakuan diulang 4 kali, jadi terdapat 16
kedalaman, tali rafia dan botol plastic
unit percobaan. Adapun bobot bibit dari
digunakan untuk menghitung kecepatan
masing-masing perlakuan adalah sebagai
arus, hand refractometer
berikut:
timbangan
dan
duduk
pemanenan.
suhu,
digunakan
Alat
piring
untuk
digunakan
Rancangan
acak
lengkap
untuk mengukur salinitas dan pH paper
Perlakuan A bobot 50 gram
untuk pengukuran pH.
Perlakuan B bobot 100 gram 73
Perlakuan C bobot 150 gram
petani di Desa Labuhan Sangoro dengan
Perlakuan D bobot 200 gram
kondisi bersih, mudah dan segar. Kualitas dan kuantitas produksi budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh bibit rumput lautnya, maka kegiatan penyediaan bibit harus direncanakan dan memperhatikan sumber perolehan (Kadi dan Atmadja, 1988).
Gambar 1. Denah rancangan percobaan
4. Pengikatan Bibit Rumput Laut Bibit Eucheuma cottonii diikat pada
Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
sebagai
tali raffia yang sudah dihubungkan pada tali ris dengan jarak 20 cm perikat dengan
berikut:
berat masing-masing perlakuan A (50
1. Survei Lokasi
gram/ikat), perlakuan B (100 gram/ikat),
Survey lokasi merupakan langkah
perlakuan
C
(150
gram/ikat)
awal dalam pelaksanakan penelitian ini
perlakuan D (200 gram/ikat).
yang bertujuan untuk menentukan lokasi
5. Penanaman Bibit Rumput Laut
dan
Langkah awal dalam penanaman
penelitian.
yaitu merentangkan kedua tali utama pada
2. Pemlihan lokasi Pemilihan menentukan
lokasi
sangat
keberhasilan
penelitian.
lokasi perairan yang telah dipilih dengan posisi
saling
berhadapan
kemudian
Pemeilihan lokasi harus memenuhi syarat
mengikat tali jangkar pada masing-
kesesuaian untuk pertumbuhan rumput
masing ujung tali utama dan setelah itu
laut yang akan di budidayakan. Gurno
memasangkan
(2004) menjelaskan bahwa pemilihan
masing
lokasi budidaya dapat dilakukan dengan
merentangkan tali ris yang berisi bibit
memperhatikan
faktor
Eucheuma cottonii kemudian masing-
lingkungan, terutama pengaruh kondisi
masing ujung tali ris diikatkan ketali
fisika, kimia dan biologi lingkungan
utama. Setelah mengikat semua tali ris
perairan terhadap kualitas rumput laut
pada
3. Pengadaan bibit
mengikatkan Styrofoam atau botol plastik
Bibit
yang
berbagai
digunakan
adalah
plampung
sudut
tali
tali
utama
di
utama
masingkemudian
kemudian
baru
bekas sebagai plampung pada tali ris agar
Eucheuma cottonii hasil dari budidaya 74
tali ris yang sudah berisi bibt eucheuma cottonii tidak tenggelam. 6. Pemeliharaan dan Pengamatan Pertumbuhan Rumput Laut Pemeliharaan rumput laut dengan
Keterangan: LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik rata-rata (%) Wt = Berat rata-rata ti (g) (1=minggu I,II t) Wo = Berat rata-rata ti-1 (g) T = Periode pengamatan (hari)
mengawasi dan membersihkan baik dari hewan predator maupun dari sampah atau
2. Petumbuhan Mutlak
lumut yang menempel pada rumput laut agar
pertumbuhan rumput laut dapat
Pertumbuhan mutlak diamati dari awal
hingga
berakhirnya
penelitian,
berjalan dengan baik. Sedangkan untuk
pertumbuhan
pengamatan pertumbuhan rumput laut
menggunakan rumus pertumbuhan mutlak
akan dilakukan selama satu minggu sekali
(Efendy 2003)
mutlak
diukur
selama 45 hari. 7. Panen Pemanenan dilakukan dengan cara melepas tali ris dari ikatan tali utama, kemudian tali ris yang sudah dilepas di naikan ke perahu kemudian dibawa ke
G = Wt – Wo Keterangan : G = Pertumbuah mutlak rata-rata (gr) Wt = Berat bibit pada awal penelitian (gr) Wo = Berat bibit pada akhir penelitian (gr)
pinggir pantai dan rumput taut dilepas dari tali ris dengan cara memotong
3. Parameter Perairan Pengukuran kualitas air dilakukan
rumput laut dari ikatan tali raffia
setiap satu minggu sekali (pagi pukul
Variabel Pengamatan Pada penelitian ini, adapun variabel pengamatan adalah sebagai berikut :
8.00, siang pukul 13.00 dan sore pukul 16.00). Adapun kualitas air yang diukur adalah:
1. Laju Pertumbuhan Spesifik Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
a. Kecerahan Pengukuran
di peroleh dengan menimbang bibit basah rumput laut setiap 7 hari selama 45 hari. Laju
Pertumbuhan
Spesifik
dihitung
menggunakan rumus (Dawes, 1994). 𝐿𝑃𝑆 = 𝐿𝑛 𝑊𝑡−𝐿𝑛 𝑊𝑜 𝑡
𝑥 100%
kecerahan
perairan
dilakukan dengan menggunakan secchi disk. Cara pengukurannya yaitu secchi disk
dimasukkan
kedalam
perairan
sampai secchi disk tersebut tidak terlihat, kemudian
secchi
disk
dinaikan dan
panjang tali diukur menggunakan meteran lalu hasilnya dicatat (Effendi 2003). 75
setiap perlakuan. Sampel air diambil
b. Suhu Suhu
di
ukur
menggunakan
kemudian
diteteskan
hand
diarahakan
kearah
thermometer dengan cara thermometer
refractomter
dimasukkan ke dalam perairan, dengan
matahari agar hasil dapat terlihat dengan
posisi
matahari,
jelas, kemudian nilai salinitas yang
tersentuh
terlihat dalam handrefractomete dicatat.
membelakangi
diusahakan
jangan
sampai
dengan tangan, kemudian di diamkan
e. Derajat Keasaman (pH)
beberapa saat, pembacaan skala pada thermometer
dilakukan
pada
dan
pada
pH diukur dengan menggunakan pH
saat
meter. Dengan cara dimasukkan pH meter
thermometer masih di dalam perairan,
pada larutan sampel selanjutnya nilainya
o
dan dicatat dalam skala C
(Effendi
2003).
dicatat. Analisis Data Data pertumbuhan rumput laut yang
c. Kecepatan Arus Kecepatan
arus
diukur
dengan
diperoleh selama penelitian
menggunakan botol plastik sebanyak dua
dalam
buah yang diisi air (1 botol diisi air
dilakukan uji normalitas dan homogenitas
sampai penuh, 1 botolnya lagi diisi air
dengan menggunakan SPSS 16.0 for
setengah), botol diikat dengan tali rafia
windows
sepanjang 5 m, kemudian dilepas ke
mengetahui normal dan homogennya data
perairan secara bersamaan dengan diukur
hasil penelitian. Jika data yang dihasilkan
waktunya
sudah
menggunakan
stopwatch.
bentuk
dinyatakan
rata-rata,
yang
normal
selajutnya
bertujuan
dan
selanjutnya
pengukuran kemudian dicatat dengan
menggunakan sidik ragam sesuai dengan
rumus (Triadmodjo 1999).
rancangan yang digunakan yaitu RAL. Analisis
Keterangan: V = Kecepatan arus (m/s) S(tali) = Panjang tali t = Waktu yang perlukan untuk tali menegang
sidik
dianalisis
maka
Kemudian hasil yang didapatkan dari
V = S(tali)/ t
akan
homogen
untuk
ragam
dengan
(ANOVA)
dilakukan pada taraf 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Labuhan Sangoro merupakan
d. Salinitas
salah satu Desa dari 63 Desa pesisir di
Salinitas
diukur
dengan
menggunakan hand refractometer dan dilakukan
langsung
dilapangan
Kabupaten
Sumbawa
yang
secara
administratif termasuk dalam wilayah
pada 76
Kecamatan Maronge dan terletak ±50 km
sebagai TNI atau PNS sebanyak 13 orang
dari pusat kota Kabupaten Sumbawa.
atau 2,50 persen, sebagai petani sebayak
Desa Labuhan Sangoro pada umumnya
151 jiwa atau 29,15 persen, sebagai buruh
memiliki
dataran
tani yaitu 25 orang atau 4,82 persen,
rendah. Kelembaban udara yang relatif
sebagai peternak yaitu 122 orang atau
konstan sementara suhu udara rata-rata
23,56, sebagai pembantu rumah tangga
terendah
permukaan
berupa
dan
rata-rata
yaitu 8 orang atau 1,54 persen, sebagai
31℃.
Secara
pengusaha kecil dan menengah yaitu 5
administratif, Desa Labuhan Sangoro
orang atau 0,97 persen, sebagai bidan
mempunyai batas-batas wilayah, yaitu
swasta dan karyawan perusahaan swasta
:Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk
yaitu 7 orang atau 1,35 persen, dan
Saleh, Sebelah Selatan berbatasan dengan
sebagai TKI/pelayan toko yaitu 27 orang
Desa Maronge Kecamatan Maronge,
atau 5,21 persen.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Parameter Perairan
Teluk Santong Kecamatan Plampang, dan
Kehidupan
adalah
tertinggi
25℃
mencapai
rumput
laut
tidak
Sebelah Barat berbatasan dengan desa
terlepas dari pengaruh faktor dari luar.
Labuhan Kuris Kecamatan Lape.
Gambaran
Desa Labuhan Sangoro menempati
tentang
penting
biofisik
diketahui
air
laut
karena
dapat
perkembangan
rumput
area seluas 2111,5 ha. Berdasarkan jenis
mempengaruhi
penggunaan lahan, luasan tersebut terbagi
laut. Faktor luar yang mempengaruhi
menjadi beberapa areal seperti; lahan
perkembangan rumput laut adalah faktor
sawah (tadah hujan), area lahan kering
fisika,
(lahan
pengamatan
tegalan
dan
perkebunan
kimia
perorangan), area hutan (hutan lindung,
dilokasi
hutang produksi, buatan, mangrove, milik
Lampiran 2.
negara, perhutani dan milik masyarakat
1. Salinitas
perorangan), tanah fasilitas umum (kas
Nilai
dan
biologi.
parameter
penelitian
salinitas
Hasil
kualitas
disajikan
yang
air pada
diperoleh
desa, lapangan olah raga, dan tempat
selama penelitian berkisar antara 31-33
pemakaman
besar
ppt dengan nilai rata-rata 32 ppt ± 2,0 ppt,
penduduk Desa Labuhan Sangoro bekerja
dari hasil penelitian ini nilai salinitas
sebagai nelayan yaitu sebanyak 159 jiwa
cenderung tidak ada perubahan yang
atau 30,70 persen dari total jumlah
signifikan selama masa penelitian dan
penduduk. Sisanya bermata pencaharian
nilai salinitas pada perairan ini cukup
umum).
Sebagian
77
menunjang
pertumbuhan
dan
petunjuk
untuk
menyatakan
perkembangan rumput laut Eucheuma
buruknya suatu perairan.
cattonii. Menurut Anggadiredja, (2006),
3. Oksigen Terlarut (DO)
kisaran
salinitas
untuk
Dari
pertumbuhan Eucheuma cottonii antara
kandungan
28 – 31 ppt.
antara 10.-14 ppm dengan rata-rata 11.8
Salinitas
yang
baik
perairan
penelitian
oksigen
diperoleh
terlarut
berkisar
bagi
ppm ± 4 ppm. Kisaran ini masih layak
organisme laut terutama dalam mengatur
bagi Eucheuma cottonii untuk tumbuh
tekanan osmosis yang ada dalam tubuh
dan berkembang. Nilai ini sesuai dengan
organisme
pernyataan
dengan
penting
hasil
baik
lingkungannya.
Wardoyo
rumput
laut memiliki kisaran toleransi yang
berkembang secara optimal pada kisaran
berbeda-beda terhadap salinitas termasuk
lebih dari 6,5 ppm dan belum tercemar.
Eucheuma cottonii, sehingga salinitas
Oksigen dihasilkan dari tanaman rumput
merupakan salah satu faktor penting yang
laut dan menjadi kelanjutan kehidupan
berpengaruh
terhadap
biota perairan karena dibutuhkan oleh
hidup
pertumbuhan
dan
organisme
untuk
2. Derajat keasaman (pH)
membantu
respirasi.
Fitoplankton
menambah
jumlah
juga kadar
oksigen terlarut pada lapisan permukaan
penelitian menujukan nilai 7.5-8.3 dengan
di waktu siang hari sebagai hasil dari
nilai rata-rata 7,9 ± 0,8. Nilai ini
fotosintesis.
menunjukan bahwa lokasi penelitian ini
4 Suhu
untuk
budidaya
pH
dan
dilokasi
layak
pengamatan
tumbuh
hewan dan tanaman air, termasuk bakteri
(Gambar 4.1).
Hasil
dapat
bahwa
Menurut Dahuri (2001), Setiap organisme
kelangsungan
laut
(1975)
rumput
laut
Kisaran
suhu
perairan
selama
Eucheuma cottonii . Menurut Hutabarat
penelitian 25 – 31º C dengan nilai rata-
dan Evans (2008), kisaran pH yang sesuai
rata 29 0C ± 6 0C. Nilai ini sesuai dengan
untuk budidaya rumput laut adalah yang
pernyataan Anggadiredja (2006) bahwa
cenderung basah, pH yang sangat sesuai
kisaran suhu perairan yang baik untuk
untuk
Eucheuma cottonii adalah 27-30º C. Suhu
budidaya rumput
laut adalah
berkisar antara 7,0 – 8,5.
Derajat
mempunyai peranan yang sangat penting
keasaman (pH) mempunyai pengaruh
bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput
yang sangat besar terhadap organisme
laut. Suhu air dapat berpengaruh terhadap
perairan sehingga dipergunakan sebagai
beberapa fungsi fisiologi rumput laut 78
seperti
fotosintesa,
metabolisme,
respirasi,
pertumbahan
eucheuma cottonii yang dihasilkan dapat
dan
optimal.
reproduksi (Dawes 1981). Suhu yang
6. Arus
optimal meningkatkan penyerapan nutrien
Kecepatan arus dilokasi penelitian
pertumbuhan
yaitu 20 – 40 cm/detik dengan nilai rata-
rumput laut karena akan memberikan
rata 30 cm/detik ± 20 cm/detik. Hal ini
kelancaran
sesuai dengan pernyataan Ambas (2006),
sehingga
mempercepat
dan
kemudahan
dalam
metabolisme (Effendi 2003).
kecepatan arus yang baik untuk budidaya
5 Kecerahan
Eucheuma cottonii adalah 20 – 40
Nilai kecerahan selama penelitian
cm/detik. Menurut Ditjenkanbud (2004),
berkisar antara 7 – 8 m dengan nilai rata-
Arus merupakan salah satu faktor penting
rata 7.5 m ± 1,0 m. Nilai ini menunjukan
dalam pertumbuhan rumput laut. Hal ni
bahwa lokasi ini baik untuk budidaya
dikarenakan arus mempunyai peranan
Eucheuma cottonii karena menurut Soleh
penting dalam transportasi unsur hara
(2007), kondisi air yang jernih dengan
sebagai sumber makanan, gerakan air
tingkat transparansi lebih dari 1,5 meter
yang
cukup baik bagi pertumbuhan rumput
terkumpulnya
laut. Kecerahan perairan memberikan
membantu mencegah adanya fluktuasi
petunjuk
yang besar terhadap salinitas dan suhu.
tentang daya
tembus
atau
penetrasi cahaya kedalam air laut (Brid
cukup
menghindari
kotoran
pada
thallus,
7. Nitrat
dan Benson 1987). Banyak sedikitnya
Dari
sinar matahari yang menembus kedalam
penelitian
perairan
hasil
pengukuran
nilai
nitrat
selama
dilokasi
ini
bergantung
dari
berkisar antara 1.7-2.7 ppm dengan nilai
Semakin
cerah
rata-rata 2,3 ppm ±1.0 ppm. Menurut
perairan tersebut akan semakin dalam
Sulistijo (1996), Setiap jenis alga, untuk
cahaya yang menembus kedalam perairan
keperluan pertumbuhannya memerlukan
(Hutabarat dan Evans 2008). Hal ini
kandungan nitrat yang berbeda-beda.
menyebabkan
Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan
kecerahan
sangat
akan
perairan.
kecerahan
perairan
merupakan faktor yang sangat penting
berpengaruh
untuk pertumbuhan Eucheuma cottonii.
gametofit alga. Nitrat (NO3) merupakan
Intensitas cahaya yang masuk kedalam
bentuk utama nitrogen di perairan alami
perairan
dan
dapat
membantu
proses
fotosintesis sehingga laju pertumbuhan
terhadap
merupakan
kesuburan
nutrien
bagi
pertumbuhan rumput laut. Kadar nitrat 79
dan fosfat mempengaruhi pertumbuhan
parameter
kualitas
alga bila zat tersebut melimpah di
penelitian dapat dikatakan berada dalam
perairan (Aslan, 1991).
batas
kisaran
pertumbuhan
8. Fosfat Kandungan fosfat rata-rata dilokasi penelitian adalah
0,05 ppm. Nilai ini
air
yang
pada
lokasi
layak
rumput
laut
untuk
Eucheuma
cotonii. Pertumbuhan Rumput Laut
sesuai dengan Hutabarat dan Evans
Pertumbuhan didefinisikan sebagai
(2008), yang menyatakan bahwa Kisaran
perubahan ukuran suatu organisme yang
fosfat yang optimal untuk pertumbuhan
dapat berupa berat ataupun panjang dalam
rumput laut adalah 0.051 ppm – 1.00
waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut
ppm. Unsur ortho-fosfat diperlukan alga
Eucheuma cattonii sangat dipengaruhi
bagi pertumbuhannya, umumnya unsur
oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan
fosfat yang dapat diserap oleh alga adalah
faktor internal. Faktor internal yang
dalam
berpengaruh
bentuk
ortho-fosfat
Fosfat
terhadap
pertumbuhan
merupakan makanan alami rumput laut,
rumput laut antara lain, jenis, galur,
sehingga tinggi rendanya kandungan
bagian thallus dan umur. Sedangkan
fosfat akan mempengaruhi pertumbuhan
faktor eksternal yang berpengaruh antara
rumput laut (Wardoyo, 1975).
lain
keadaan
lingkungan
fisik
dan
Karakteristik fisik perairan berperan
kimiawi perairan. Selain faktor-faktor
penting dalam menentukan kesesuaian
tersebut, ada faktor lain yaitu faktor
wilayah untuk budidaya rumput laut.
pengelolaan
Organisme laut memiliki syarat-syarat
manusia.
lingkungan agar dapat hidup dan tumbuh
manusia dalam kegiatan rumput laut
dengan baik. Semakin sesuai kondisi
kadang merupakan faktor utama yang
lingkungan perairan maka akan semakin
harus
baik
organisme.
perairan , bobot bibit dan juga jarak
salah
tanam bibit dalam satu unit long line.
pertumbuhan
Rumput organisme
laut
suatu
merupakan
laut
yang
satu
membutuhkan
yang Faktor
dilakukan
oleh
pengelolaan
oleh
diperhatikan
Menurut
Iksan
seperti
substrat
(2005),
laju
habitat lingkungan untuk tumbuh dan
pertumbuhan bobot rumput laut yang
berkembang biak. Rumput laut Eucheuma
dianggap cukup menguntungkan adalah
cottonii memerlukan habitat lingkungan
di atas 3% pertambahan berat per hari.
perairan tertentu untuk kelangsungan
Supit (1989) juga mengemukakan bahwa
pertumbuhannya. Dari hasil pengukuran
laju pertumbuhan Eucheuma cattonii 80
yang ditanam di Goba Labangan Pasir
pertumbuhan rata-rata mencapai 5.50 % ±
Pulau Pari bahwa laju pertumbuhan
1.46 %, Tingginya pertumbuhan spesifik
rumput laut yang baik adalah diatas 3 %.
pada bobot bibit 200 gr ini diduga karena
Ukuran bibit rumput laut yang ditanam
pada bobot 200 gr jumlah tunas dalam
sangat
laju
satu rumpon lebih banyak sehingga
pertumbuhan dan rumput laut Eucheuma
pertumbuhan pada bobot 200 gr lebih
cottonii.
cepat. Hal ini sesuai dengan hasil
1. Laju Petumbuhan Spesifik
penelitian Muda (2004) yang dilakukan
berpengaruh
Pertumbuhan
terhadap
diperoleh
diperairan Teluk Sodong menunjukkan
dengan menimbang berat bibit basah
pertumbuhan rumput laut tertinggi terjadi
setiap 7 hari sekali selama 45 hari. Data
pada bobot bibit tertinggi. Selanjutnya
hasil laju pertumbuhan spesifik setelah
Asmawati (2010), dengan menggunakan
dilakukan uji normalitas dan homogenitas
metode long line yang dilakukan di
data, menunjukan nilai Sig >0.05 yang
perairan pantai desa Toli-Toli dimana
menunjukan
hasil
pertumbuhan tertinggi terjadi pada bobot
pengamatan yang diperoleh berditribusi
bibit tertinggi (150 gr) karena rumput laut
normal
berkembang
dan
spesifik
bahwa
data
homogen.
Selanjutnya
secara
vegetatif
dan
dilakukan analisis ragam (ANOVA) pada
pertambahan beratnya dipengaruhi oleh
taraf kepercayaan 95% menunjukan nilai
pertumbuhan tunasnya.
Sig < 0.05 yang menunjukan bahwa
Sedangkan
laju
pertumbuhan
pelakuan (bobot bibit) yang diberikan
spesifik terendah terjadi pada perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap laju
dengan bobot 50 gr dengan rata-rata
pertumbuhan
pertumbuhan
rumput
laut
Eucheuma
cottonii.
pertama
spersifik
sampai
dari
minggu
minggu keenam
Laju pertumbuhan spesifik rumput
mencapai 3.82 % ± 0.42 %, Rendahnya
laut Eucheuma cottonii dari minggu
pertumbuhan harian pada bobot 50 gr ini
pertama
keenam
diduga karena pada bobot 50 gr jumlah
menunjukan bahwa laju pertumbuhan
tunas dalam satu rumpon lebih sedikit
spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan
sehingga pertambahan bobot dalam satu
dengan
rumpon lebih lambat (Gambar 2.).
sampai
bobot
200
minggu
gr
dengan
laju
81
7 6
5
A
4
B
C
3
D
2 1 I
II
III
IV
V
VI
Minggu Pengatan Gambar 2. Laju Pertumbuhan Harian Laju
pertumbuhan
pada
Penurunan pertumbuhan dari masing-
mengalami
masing perlakuan pada minggu ke-VI
peningkatan pertumbuhan dari minggu
diduga karena pada minggu ke-VI (fase
ke-I
dan
III) rumput laut Eucheuma cottonii
mengalami pertumbuhan tertinggi pada
mencapai batas maksimal dan sudah
minggu ke-V. Sedangkan pada minggu
memasuki masa panen atau dengan kata
ke-VI
perlakuan
lain tidak akan bertambah lagi laju
pertumbuhan.
pertumbuhannya selain itu pula semakin
Mamang (2008), menjelaskan bahwa
meningkatnya alga penempel yang justru
masa
laut
akan menghambat pertumbuhan dan akan
Eucheuma cottonii dibagi dalam tiga fase,
menimbulkan penyakit ice ice pada
yaitu; fase I (masa tanam 1-2 hari), fase II
rumput
(masa tanam 3-4 hari) dan fase III (masa
(Mamang, 2008)
tanam 5-6 hari). Perlakuan ini dilakukan
2. Laju perumbuhan Mutlak
masing-masing
sampai
perlakuan
minggu
masing-masing
mengalami
spesifik
penurunan
pertumbuhan
ke-IV
rumput
untuk membedakan laju pada awal,
laut
yang
Pertumbuhan
dibudidayakan
mutlak
diperoleh
tengah dan akhir dari laju pertumbuhan
dengan menimbang berat bibit basah
harian dari tanaman uji sehingga dapat
Eucheuma cottonii sebanyak dua kali,
jelas terlihat pada hari ke berapa suatu
yaitu pada awal penanaman dan pada saat
rumput laut tumbuh subur baik dengan
pemanenan dengan masa tanam selama
perlakuan bobot bibit.
45 hari. Dari
hasil
pengamatan
pertumbuhan mutlak menunjukan bahwa 82
laju pertumbuhan mutlak tertinggi terjadi
umumnya semakin besar bibit semakin
pada perlakuan dengan bobot 200 gr
banyak hasil panen.
dengan
laju
1.777 gr.
pertumbuhan
mencapai
Tingginya laju pertumbuhan
Selanjutnya
laju
pertumbuhan
mutlak terendah terjadi pada perlakuan
mutlak, disebabkan karena pada bobot
dengan
200 gr jumlah tunas dalam satu rumpon
pertumbuhan
199
lebih banyak sehingga penambahan bobot
pertumbuhan
ini
lebih
(2001)
sebaliknya dimana pada bobot 50 gr
menyatakan bahwa semakin berat bibit
jumlah tunas dalam satu rumpon lebih
awal rumput laut yang ditanam maka
sedikit sehingga pertabahan bobot dalam
pertumbuhannya akan lebih cepat. Neish
satu rumpon lebih lambat (Gambar 3).
cepat.
(2005)
juga
Sudjiharno,
menerangkan
bobot
50
gr
dengan
gram.
laju
Rendahnya
disebabkan
hal
bahwa
2000 1500 1000 500 0 A (50 gr)
B (100 gr)
C (150 gr)
D (200 gr)
Gambar 3. Laju Pertumbuhan Mutlak Eucheuma cottonii Dari keduan teknik pengamatan pertumbuhan ini yaitu Laju pertumbuhan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
spesifik dan laju pertumbuhan mutlak
Dari hasil penelitian ini dapat
menunjukan bahawa perlakun dengan
disimpulkan bahwa perlakuan bobot bibit
pertumbuhan tertinggi
yang
terjadi pada
berbeda
memberikan
pengaruh
perlakuan D dengan bobot 200 gr dan laju
nyata terhadap laju pertumbuhan rumput
pertumbuhan
laut Eucheuma cottonii.
terendah
terjadi
perlakuan A dengan bobot 50 gr.
pada
Saran Perlu dilakukan penelitian serupa namun pada waktu dan musim yang berbeda dengan menggunakan jenis bibit 83
Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
dan metode yang sama untuk dapat dibanding
laju
pertumbuhan
dari
perbedaan musim dan waktu di perairan Desa Labuhan Sangoro.
DAFTAR PUSTAKA Ambas, I., 2006. Budidaya Rumput Laut, Pelatihan Budidaya Laut (cOremap Fase II Kab. Selayar). Yayasan Mattirotasi’. Makassar. Anggadiredja TJ, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Jakarta:Penebar Swadaya. Jakarta. Anugarah, 1990. Potensi dan Pengembangan Budidaya Perairan di Indonesia. Lembaga penelitian Indonesia. Jakarta. Afrianto, E., Liviawaty, E.,1993. Budidaya Laut dan Cara Pengolahannya. Bharata. Jakarta. Atmadja, W. S., A. Kadi., Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi. LIPI. Jakarta. Aslan, L. M., 2006. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta. Asnawati, S., 2010. Pengaruh Jarak Kedalaman Tali Ris Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Metode Long Line Di Desa ToliToliKecamatan Lalonggasmeeto Kabupaten Konawe. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. John Wiley and Sons. University of South Florida. New York. Depertemen Pertanian, 1992. Budidaya Beberapa Hasil Rumput Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Produksi Perikanan Budidaya. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp. Direktorat Jenderal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan. 1997. Pedoman Teknis Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput Laut. Ditjen Perikanan. Jakarta. DKP Kab. Sumbawa. 2012. Minapolitan. Majalah Perikanan Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan.Kanisius. Yogyakarta Ghufran, Heddy, 2001.Ekofisiologi Tumbuhan, Suatu Kajian Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman. PT Raja Grafika, Yogyakarta. Hutabarat, S dan S.M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Iksan,
K. H. 2005. Kajian Pertumbuhan, Produksi Rumput Laut (Eucheuma 84
cattonii), dan kandungan Karaginan pada berbagai Bobot Bibit dan Asal Thallus di perairan desa Guraping Oba Maluku Utara.. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kantor Desa Labuhan Sangoro, 2014. Profil Desa. Kordi, M., G. 2008. Budidaya Perairan. Buku Kesatu. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Nazam, M. P. dan A. Surahman, 2004. Dampak Pengkajian Budidaya Rumput Laut di Nusa Tenggara Barat.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Nontji 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Mamang N. 2008. Laju Pertumbuhan Bibit Rumput Laut Eucheuma cattonii dengan Perlakuan asal thallus Terhadap Bobot Bibit di Perairan Lakeba, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. (Skripsi). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Soenardjo N., 2003. Membudidayakan Rumput laut, Balai Pustaka Semarang.
Sulistijo dan W. S. Atmadja. 1996. Perkembangan budidaya Rumput Laut di Indonesia. Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta. Syamsiah. 2007. Studi FisikaKimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. [Skripsi].Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.Makassar. Syafikri, D. 2010. Kajian Potensi dan Pengelolaan Kekerangan di Perairan Pulau Saringi Kabupaten Sumbawa.Tesis S2 Pada Program magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. 265 Hal Tilaar, M., 2008. The Use of Seaweed For Cosmetic Industry Developmen In Indonesia, Presented In 1 St Indonesia Seaweed Forum. 27-30 October 2008. Clarion Hotel dan Convention. Makasar – South Sulawesi. Winarno, F.G., 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
85