LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
(Skripsi)
Oleh : Agung Munandar
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
Oleh Agung Munandar
Pangsa pasar hasil budidaya perikanan sangat luas, sehingga perlu upaya peningkatan hasil budidayanya. Salah satu cara peningkatan produksi perikanan adalah dengan memperhatikan kualitas pakan ikan pada fase larva. Salah satu jenis pakan alami yang dipergunakan dalam pembenihan ikan dari zooplankton yaitu Oithona sp. karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan produktivitas Oithona dibutuhkan pakan yang berkualitas dan mudah didapat antara lain mikroalga. Mikroalga yang banyak digunakan sebagai pakan alami zooplankton diantaranya Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp. karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan Oithona sp. yang diberi pakan alami Nannochloropsis sp., Isochrysis sp. dan kombinasinya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 – April 2016 di Laboratorium Akuatik, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, diulang 4 kali. Data dianalisis ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan alami B (Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% memberikan hasil kepadatan puncak populasi Oithona sp yang paling tinggi yaitu 215 ind/L dan laju pertumbuhan tertinggi 5,08%/hari. Kata Kunci : Oithona sp., Pakan Alami, Kepadatan Populasi, Laju Pertumbuhan
LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
Oleh
Agung Munandar
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1994. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara, dari Bapak Suhandar dan Ibu Hasyuliani.
Penulis pertama kali mengenyam pendidikan di TK Ismariyah Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2006 di SD N 1 Rajabasa Bandar Lampung. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMP N 8 Bandar Lampung. Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2012 di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung pada tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan yang berada di Jurusan Biologi yaitu HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi). Pada tahun kepengurusan 2013-2014 penulis menjabat sebagai Anggota Bidang Dana Usaha.
Dalam masa perkuliahan, penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB TPH) Lampung dengan judul “Persentase Daya Berkecambah Bayam (Amaranthus sp.) Varietas Pertiwi pada Berbagai Macam Media”. Selanjutnya penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa Ngambur, Pesisir Barat, Lampung.
MOTTO
When life gets you down, you know what you gotta do? Just keep swimming (Dory)
What do we do? We swim, swim! (Dory)
Seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar (Raditya Dika)
Jika kau merasa lelah maka menangislah dan mulai kembali dengan senyuman (Agung Munandar)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat, kasih dan sayangnya, sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini Saya persembahkan karya ini sebagai tanda terimakasih dan cinta yang terdalam kepada orang-orang yang telah berjasa dalam hidup saya Mama dan Papa tercinta, yang telah memberikan semangat, kasih sayang, dan didikan yang baik kepada anaknya Bapak-Ibu Dosen dan Bapak-Ibu Guru Terimakasih atas ilmu dan budi pekerti yang telah membuat saya mandiri dan dewasa Saudara dan Teman yang telah menjadi penyemangat, ikhlas dalam membantu saya selama ini, dan menjadi tempat berbagi cerita suka dan duka. dan Almamater Saya Universitas Lampung Terima Kasih
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Laju Pertumbuhan Oithona sp. yang Diberi Pakan Alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., Beserta Kombinasinya” yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi Universitas Lampung.
Penulis menyadari terdapat banyak sekali bantuan yang didapatkan selama melaksanakan proses penyelesaian Tugas Akhir, untuk dengan segala hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua, Papaku Suhandar dan Mamaku Hasyliani yang telah mendukung dan menyemangati baik secara moral maupun financial. 2. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir. 3. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D. selaku Pembimbing II yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi, bimbingan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph,D. selaku pembahas atas segala saran dan masukkan yang diberikan dalam penyelesaian tugas akhir. 5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku ketua jurusan Biologi FMIPA Unila atas bimbingan dan nasihat yang diberikan kepada penulis. 6. Ibu C.N. Ekowati, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan saran serta motivasi kepada penulis. 7. Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fmipa Unila atas dukungannya kepada penulis. 8. Seluruh staff dosen pengajar yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan terimakasih atas segala ilmu dan wawasan yang diberikan selama ini. 9. Seluruh staf karyawan dan staf laboran Jurusan Biologi Fmipa Unila atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Adikku Syarah Purnama Sari, dan kucing kesyangan Katy yang telah menjadi penyemangat kepada penulis. 11. Mas Heri Prasetyo yang telah membantu memberi semangat dukungan kepada penulis 12. Keluarga besar Biologi 2012, Lutfi, Amanda, Henny, Nike, Emil, Kasmita, Faizatin, Rahma, Aida, Ambar, serta seluruh keluarga Biologi 2012 yang tidak bisa diucapkan satu persatu 13. Teman-teman Biologi angkatan 2011, 2013, 2014, 2015 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan semangat selama ini. 14. Serta seluruh pihak yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan tugas akhir ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Agustus 2016 Penulis,
Agung Munandar
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ............................................................................................. COVER .................................................................................................. LEMBAR MENYETUJUI ................................................................... LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. RIWAYAT HIDUP ............................................................................... MOTTO ................................................................................................. LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... SANWACANA ...................................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR .............................................................................
i ii iii iv v vii viii ix xii xiv xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. B. C. D. E.
Latar Belakang ............................................................................ Tujuan Penelitian......................................................................... Manfaat Penelitian....................................................................... Kerangka Pemikiran .................................................................... Hipotesis ......................................................................................
1 3 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5 A. B. C. D.
Oithona sp. .................................................................................. Nannochloropsis sp. .................................................................... Isochrysis sp. ............................................................................... Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Zooplankton ............
7 12 14 15
III. METODE PENELITIAN .............................................................. 18 A. B. C. D.
Waktu dan Tempat ...................................................................... Alat dan Bahan ............................................................................ Rancangan Percobaan ................................................................. Pelaksanaan .................................................................................
18 18 20 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 26 A. Hasil ............................................................................................ 26 B. Pembahasan ................................................................................. 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38 A. Kesimpulan ................................................................................. 38 B. Saran ............................................................................................ 38 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 39 LAMPIRAN ........................................................................................... 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Bagian tubuh Oithona sp. ...................................................... 8 Gambar 2. Naplius Oithona sp dan Copepodit muda ............................. 8 Gambar 3. Siklus hidup Copepoda ......................................................... 10 Gambar 4. Induk Oithona sp. dengan Sepasang Kantung Telur ............. 11 Gambar 5. Nannochloropsis sp. .............................................................. 13 Gambar 6. Isochrysis sp. ......................................................................... 14 Gambar 7. Diagram alir penelitian .......................................................... 21 Gambar 8. Grafik laju pertumbuhan Oithona sp. (%/hari) dari hari ke 1 hingga hari ke 15 pengkulturan....................... 29
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ............................... 18 Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian........................ 19 Tabel 3. Rerata penambahan kepadatan Populasi Oithona sp. sampai hari ke 15 pengkulturan (ind/L) .................................... 27 Tabel 4. Kepadatan Puncak Populasi Oithona sp. pada hari ke 15 pengkulturan………………………………… 27 Tabel 5. Laju pertumbuhan spesifik populasi Oithona sp. hari ke 15 (%/hari) .................................................................... 29 Tabel 6. Data hasil pengukuran kualitas air awal dan akhir penelitian .......................................................... 30 Tabel 7. Konversi kandungan nutrisi Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp. ...................................................................... 32
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangsa pasar hasil budidaya perikanan sangat luas, sehingga untuk memenuhinya perlu ada peningkatan hasil budidaya perikanan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi budidaya perikanan adalah dengan memperhatikan kualitas pakan ikan terutama pada fase larva. Salah satu pakan ikan pada fase larva yaitu pakan alami yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Pemberian pakan alami dengan kandungan nutrisi tinggi dapat menjamin kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan. Semakin banyak larva ikan yang dapat bertahan hidup, hasil budidaya perikanan akan meningkat (Thariq dkk., 2002).
Pakan alami merupakan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan larva ikan serta menentukan perkembangannya, karena pakan alami memiliki lemak essensial yang tidak dimiliki oleh pakan buatan. Jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam pembenihan ikan adalah zooplankton (Soelistyowati, 1978). Di alam zooplankton merupakan biota yang memiliki peranan penting dalam rantai makanan di lautan yaitu sebagai konsumen primer dan juga merupakan pakan alami bagi ikan pada fase larva (Basmi, 2002). Saat ini beberapa spesies zooplankton sudah dibudidayakan
2
sebagai pakan larva ikan diantaranya adalah Oithona sp. dan Artemia. Harga Artemia sebagai pakan alami larva ikan dan udang relatif mahal, sehingga Oithona sp. menjadi pakan alami alternatif karena harganya relatif murah. Oithona sp. merupakan salah satu jenis zooplankton dari kelas Crustacea atau udang-udangan yang memiliki kandungan protein dan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia (Kusmiyati dkk., 2002).
Oithona sp. termasuk omnivora yang dapat memangsa mikroalga, serpihan mikroskopis, fragmen kecil dari tanaman atau bangkai. Oithona sp. dapat ditemukan di sepanjang perairan tertutup oleh tanaman air pada air mengalir. Meskipun banyak di alam namun pengambilan Oithona sp. secara masal sangat tidak efisien. Oleh karena itu Oithona sp. perlu dibudidayakan secara masal sehingga ketersediaannya dapat berlanjut. Dalam proses budidaya, dilakukan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan Oithona sp. agar kepadatan populasi juga meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Oithona sp. Adalah ketersediaan pakannya antara lain mikroalga (Anindiastuti dkk., 2002).
Mikroalga yang banyak digunakan sebagai pakan alami zooplankton diantaranya Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., kedua mikroalga ini memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi zooplankton. Nannochloropsis sp. memiliki kandungan nutrisi protein 52,11%, karbohidrat 16,00%, lemak 27,65%, vitamin C 0,85% (Fulks dan Main, 1991). Sedangkan kandungan nutrisi Isochrysis sp. adalah protein 31%, karbohirat 10%, lemak 18%, mineral 12%. (Nancy & John, 1990).
3
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui pertumbuhan Oithona sp. yang diberi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan Oithona sp. yang diberi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., beserta kombinasinya
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan informasi ilmiah mengenai kombinasi pemberian pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., beserta kombinasinya yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Oithona sp.
D. Kerangka Pemikiran
Copepoda (Oithona sp.) merupakan alternatif pakan alami untuk larva ikan, karena pakan alami Artemia yang banyak digunakan harganya mahal dan sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Budidaya Oithona sp. secara masal dan berkelanjutan merupakan upaya untuk menyediakan Oithona sp yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan Oithona sp. adalah nutrisinya. Pakan yang dibutuhkan Oithona sp. harus mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga kualitas Oithona sp. yang dihasilkan pun bergizi tinggi.
4
Jenis mikroalga yang mempunyai nilai gizi yang cukup baik antara lain Nannochloropsis sp. dan Isohrysis sp. Hasil penelitian sebelumnya pada Nannochloropsis sp dan Isochrysis sp. sebagai pakan alami zooplankton tertentu menunjukkan bahwa kedua mikroalga ini merupakan pakan alami yang dapat meningkatkan populasi zooplankton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp. yang paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Oithona sp.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Kombinasi pakan alami mikroalga Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% dapat meningkatkan laju pertumbuhan Oithona sp. yang paling tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Plankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang di air, bergerak secara pasif di permukaan perairan, memiliki pergerakan yang lemah, dan distribusinya dipengaruhi oleh arus (Sumich, 1992, Nybakken, 1992, dan Arinardi, 1997). Plankton terdiri atas dua kelompok yaitu plankton yang bersifat heterotrof atau zooplankton dan plankton yang bersifat autotrof atau fitoplankton (Sari dan Manan, 2012).
Zooplankton sebagai plankton hewani bersifat heterotrof karena membutuhkan senyawa organik dari mahkluk hidup lain untuk pertumbuhannya. Pada ekosistem perairan zooplankton merupakan konsumen primer dan sekunder pada rantai makanan. Zooplankton dapat berenang aktif tetapi pergerakannya sangat lemah karena dipengaruhi pergerakan arus yang kuat (Hutabarat dan Evans, 1986).
Fitoplankton bersifat autotrof karena dapat membuat makanannya sendiri, sehingga di ekosistem perairan, fitoplankton berperan sebagai produsen. Fitoplankton merupakan pakan alami dari zooplankton (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dibedakan menjadi dua golongan yaitu meroplankton dan holoplankton. Meroplankton merupakan mahkluk hidup yang
6
menjadi plankton untuk sementara saja, sedangkan holoplankton merupakan mahkluk hidup yang menghabiskan seluruh hidupnya menjadi plankton (Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk., 1994).
Habitat zooplankton ada yang di perairan air tawar dan air laut. Zooplankton meliputi hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau avertebrata seperti Rotatoria, Protozoa, dan kelas Crustacea yang diwakili dari Cladocera dan Copepoda (Odum, 1971).
Berbagai spesies zooplankton saat ini banyak yang dibudidayakan dan digunakan sebagai pakan alami larva ikan. Dalam budidaya ikan diperlukan pakan alami maupun buatan. Pakan alami ikan harus memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pakan buatan. Definisi pakan alami sendiri adalah makanan yang tumbuh tanpa campur tangan manusia dan hidup di alam (Effendi, 2003).
Secara kualitatif peran pakan alami bagi organisme tidak dapat digantikan dengan pakan apapun. Zooplankton dijadikan pakan alami yang diperhitungkan karena memiliki nilai gizi tinggi dan memiliki ukuran tubuh kecil yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Selain itu pergerakan zooplankton menarik perhatian larva ikan untuk memangsanya (Odum, 1971; Arinardi dkk., 1994). Salah satu zooplankton yang dibudidayakan untuk pakan alami ikan adalah zooplankton dari kelas Crustacea yaitu Oithona sp.
7
A. Oithona sp.
Oithona sp. adalah zooplankton yang banyak ditemukan di daerah-daerah tropis baik pada perairan tawar dan peraian asin (Sherman, 1969). Takashii dan Uciyama (2006) mengklasifikasikan Oithona sp. sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Class
: Crustacea
Sub Class : Copepoda Ordo
: Eucopepoda
Sub Ordo : Cyclopoida Family
: Cyclopoidae
Genus
: Oithona
Species
: Oithona sp.
1. Morfologi Oithona sp.
Tubuh Oithona sp.dibagi dua bagian yaitu metasoma dan urosoma. Bagian metasoma terletak di sebelah anterior, tersusun atas kepala, dada dan anggota tubuh. Pada bagian ini terletak bagian yang penting dari tubuh yaitu antenna, mulut dan kaki renang. Bagian urosoma merupakan bagian posterior tubuh dimulai dari bagian segmen genital kemudian, segmen abdominal, dan cabang ekor (Gambar 1).
8
Gambar 1. Bagian tubuh Oithona sp. (Anonim , 2004).
Oithona sp. pada stadia larva memiliki ukuran tubuh yang kecil, bagian tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian antena pertama, antena kedua, dan mandibula. Berdasarkan fase pertumbuhan dan perkembangannya, larva Oithona pada hari ke-3 disebut nauplii (Gambar 2 A) dan pada hari ke-5 pengkulturan disebut copepodit (Gambar 2 B)
Gambar 2. Naplius Oithona sp. pada hari ke-3 (A), Copepodit muda Oithona sp. pada hari ke-5 (B) (Aliah dkk., 2010). Oithona sp. jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, Oithona sp. jantan lebih besar daripada betinanya. Jenis kelamin Oithona sudah dapat diidentifikasi pada hari ke tujuh atau delapan pengkulturan, yaitu pada saat memasuki tahap copepodit. Pada waktu tersebut individu jantan dan betina Oithona sp. mengalami penyempurnaan segmen genital sehingga Oithona
9
jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Penciri khas pada individu jantan yang tidak dimiliki oleh individu betina adalah adanya Pseudocella yaitu duri pada ujung antena dan dua persendian pada ruas-ruas antenanya. Penciri morfologi lainnya pada individu jantan yaitu memiliki segmen genital berbentuk ramping dan pada kedua sisi dari ujung segmen genitalnya berduri. Pada individu betina segmen genitalnya berbentuk oval/lonjong tanpa duri (Aliah dkk,, 2010).
2. Habitat Oithona sp.
Oithona adalah salah satu genus dari Copepoda. Copepoda sendiri hidup dan dijumpai di daerah beriklim tropis dan banyak ditemukan di perairan asin dan tawar, hidup bebas, serta bersifat planktonik yaitu organisme yang hanyut bebas dalam air dan sangat lemah daya renangnya (Sherman, 1969). Oithona sp. merupakan Copepoda yang hidup di perairan air laut, menyebar, dan berkeliaran bebas di air, serta di liang sedimen di dasar laut. Copepoda juga ditemukan di flat pasang surut, dalam parit laut yang dalam, dan ditemukan di flat pasang mangrove. Oithona sp. terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia. keberadaannya yang menyebar membuat zooplankton ini mudah untuk diisolasi dan dikoleksi untuk kemudian dikultur dan digunakan sebagai pakan alami ikan dan udang (Nybakken, 1992). Copepoda dijumpai hampir di seluruh habitat akuatik tetapi kemelipahan dan komposisinya bervariasi bergantung pada lingkungan dan perubahan musim (Koropitan, 1998).
10
3. Siklus Hidup Oithona sp.
Oithona sp. berkembang biak secara seksual yaitu melalui proses perkawinan antara individu jantan dan betina. Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa Oithona sp. dapat berkembang biak secara parthenogenesis. Oithona sp. dewasa siap untuk melakukan perkawinan dan perkembangbiakkan pada stadia copepodit dewasa yaitu dimulai pada hari ketujuh penkulturan. Proses kopulasi pada Oithona sp. berlangsung dengan cara menyalurkan spermatophora ke dalam lubang reseptakel betina. Sperma akan membuahi telur yang telah berada pada saluran telur individu betina saat proses kopulasi berakhir. Setelah terbuahi telur keluar secara bertahap dari saluran telur, memenuhi sepasang kantung telur (Gambar 3).
Gambar 3. Siklus hidup Copepoda (Natural Environment Research Council, 2016).
11
Telur Oithona sp. menetas setelah 24 hingga 36 jam kemudian menjadi nauplius. Individu betina memiliki sepasang kantung telur yang terletak pada bagian kanan dan kiri tubuhnya (Gambar 4). Setiap kantung telur berisi 15 hingga 20 butir telur. Telur Oithona sp. berbentuk bulat dengan ukuran 96,93 ± 5,35 µm pada diameter terpanjang, dan diameter terpendeknya berukuran 88,22 ± 6,42 µm (Takahasii dan Uciyama, 2006).
Kantung Telur
Gambar 4. Induk Oithona sp. dengan sepasang kantung telur (Aliah dkk., 2010).
4. Pakan dan Cara Makan Oithona sp.
Pada dasarnya, jenis pakan untuk Oithona sp. hampir sama dengan pakan untuk jenis Copepoda lainnya. Oithona mampu mengkonsumsi dan mencerna fitoplankton, bahan organik, ragi dan bakteri (Kokarkin dan Prastowo, 1998).
Menurut Perscone dan Sorgeloos (1980) makanan yang dikonsumsi oleh hewan kecil copepod merupakan partikel biologi (organisme detritus) dan organisme hidup yang masih berada pada kisaran ukuran yang tepat yang sesuai bukaan
12
mulutnya, misalnya alga mikroskopik. Pakan hidup yang biasa diberikan pada Copepoda untuk meningkatkan kandungan nutrisinya adalah mikroalga seperti Chaetoceros sp., Cyclotella sp., Nitzchia sp., dll. (Puja, 1999). Dosis pakan alami yang tidak maksimal akan mempengaruhi pertumbuhan Copepoda dan menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Harefa, 1997). Dalam penelitian ini mikroalga yang digunakan sebagai pakan alami Oithona sp. adalah Nannochloropsis sp., Isochrysis sp., dan kombinasi dari keduanya.
B. Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. adalah mikroalga berwarna hijau dengan ukuran sel 2-4 µm, memiliki 2 flagel (heterokontous) yang salah satu flagelnya berambut tipis. Nannochloropsis sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi oleh membran (Gambar 5). Selain itu Nannochloropsis sp. termasuk jenis alga yang dapat berfotosintesis dan memiliki dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa (Sleigh dan Williams, 1991). Nannochloropsis sp. dapat ditemukan pada air tawar, payau dan laut. Nannochloropsis sp. memiliki sifat kosmopolit yaitu dapat tumbuh dimana-mana kecuali pada tempat dengan kondisi yang kritis bagi kehidupannya seperti di gurun pasir dan salju abadi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Menurut Adehoog dan Kevin (2001) Nannochloropsis sp. diklasifikasikan sebagai berikut : Regnum
: Protista
Super Divisi
: Eukaryotes
13
Divisi
: Chromophyta
Class
:Eustigmatophyceae
Genus
: Nannochloropsis
Species
: Nannochloropsis sp.
Gambar 5. Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) fitoplankton ini dapat bertahan hidup pada suhu 40 C dan dapat tumbuh pada salinitas 20-25 ppt. Kandungan gizi yang dimiliki Nannochloropsis sp. adalah protein 38,65 %, lemak 0,49 % dan karbohidrat 0,048 % dari berat kering.
Nannochloropsis sp. atau dikenal dengan nama Chlorella laut merupakan pakan alami yang penting sehingga banyak dibudidayakan. Kandungan nutrisi Nannochloropsis sp. adalah vitamin B12 dan EPA sebesar 30,5% dan total kandungan ω3 HUFAs sebesar 42,7%. Vitamin B12 berfungsi sebagai nutrisi yang penting bagi larva dan juvenile ikan laut (Fulks and Main, 1991).
14
C. Isochrysis sp.
Isochrysis sp. berukuran 5-6 µm dan tebal 2,5-3 µm. Isochrysis sp. berbentuk bulat dan dapat berubah seperti bola memanjang. Isochrysis memiliki flagella dengan panjang sekitar 7 µm dan disebut haptonema (Gambar 6). Flagel digunakan sebagai alat gerak sehingga spesies ini dapat begerak meskipun gerakannya lambat (Martosudarmo & wulani, 1990; Tomas, 1997). Isochrysis sp. dapat hidup dengan baik di perairan laut dengan kandungan salinitas sebesar 10-30 ppt (Rusyani, 2001).
Menurut Parke (1971) dikutip Natasya (2008) Isochrysis sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi
: Haptophyta
Class
: Prymnnesiophyceae
Ordo
: Isochrysidales
Family
: Isochrysidaceae
Genus
: Isochrysis
Species
: Isochrysis sp.
Gambar 6. Isochrysis sp. (Tsukii, 2001)
15
Isochrysis sp. memiliki kandungan protein 31%, karbohirat 10%, lemak 18%, mineral 12%. (Nancy & John, 1990). Isochrysis sp. kaya dengan DHA. Kandungan asam lemak Isochrysis sp. berkisar antara 14% hingga 26% (Natassya, 2008). Menurut Liu dan Lin (2001), kandungan lemak yang tinggi akan meningkatkan PUFA dan DHA pada mikroalga dan sangat penting bagi pertumbuhan zooplankton.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Zooplankton
Pertumbuhan dan perkembangan zooplankton sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan sebagai berikut :
1. Salinitas Salinitas adalah komposisi ion-ion yang ada di dalam perairan (Wetzel, 1983). Ion-ion yang terdapat dalam perairan laut terdiri dari enam elemen, yaitu klorin, sodium, magnesium, sulfur, kalsium dan potassium. Menurut Andrews dkk., (2003) salinitas dapat berfluktuasi karena pengaruh penguapan dan hujan. Salinitas lingkungan yang tidak sesuai akan mempengaruhi kelangsungan hidup zooplankton dan tingkat pertumbuhannya. Salinitas ekstrim dapat menghambat petumbuhan bahkan dapat meningkatkan tingkat kematian zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), plankton air tawar tumbuh dengan baik pada salinitas 0-10 ppt, sedangkan untuk plankton air payau adalah 10-20 ppt, dan untuk plankton air laut adalah > 20 ppt.
16
2. Suhu Daur hidup suatu organisme pada umumnya juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu merupakan faktor yang membatasi penyebaran suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kemelimpahan zooplankton. Suhu yang baik untuk biota laut dapat hidup normal adalah pada kisaran 20-35ºC dengan fluktuasi yang tidak melebihi 5ºC (Dawes, 1981). Suhu yang baik untuk kemelimpahan zooplankton di daerah tropika menurut Dawson (1979) berkisar antara 24-30 ˚C.
3. Derajat keasaman (pH) pH adalah derajat keasaman yang diukur dengan jumlah ion hidrogen dan dapat dijadikan sebuah acuan untuk mengetahui baik buruknya suatu perairan. pH memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan oksigen terlarut berkurang, sehingga konsumsi oksigen biota perairan menurun, aktivitas akan naik, dan selera makan menurun. pH perairan yang baik untuk budidaya adalah pada pH 6,5-9,0 dan Kisaran optimalnya adalah pada 7,58,7 (Effendi, 2003). Menurut Raymont (1983), pH dapat mempengaruhi proses fisiologis perkembangan plankton dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.
17
4. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut di perairan air berasal dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitopankton dan jenis tanaman air (Boney, 1975). Oksigen terlarut penting untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan metabolisme dan sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1982). Menurut Raymont (1983), konsentrasi oksigen terlarut paling rendah yang dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan selama Maret 2016 – April 2016 di Laboratorium Akuatik, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Penelitian No 1 2 3 4 5
Nama Alat Botol kultur 3 liter Aerator Batu aerasi dan selang aerasi Kertas label Plankton-net dan corong
6 7 8 9 10
Alumunium foil Ultraviolet water sterillizer Timbangan digital Refraktometer Pipet tetes
11
Mikroskop
Fungsi Untuk wadah kultur Untuk aerasi pada kultur Perlengkapan aerasi Untuk menandai tiap perlakuan Alat bantu untuk menyaring air tawar dan air laut Untuk penutup/ pembungkus Untuk sterilisasi air Untuk menimbang bahan Untuk mengukur salinitas air Untuk mengambil sampel/larutan untuk dipindahkan Untuk membantu mengidentifikasi mikroalga, zooplankton
19
12
Handcounter
13
Haemocytometer
14
Gelas ukur
15 16 17 18 19 20 21
Do meter pH meter Cover glass Botol kaca gelap Beaker glass Petridish Termometer
Untuk membantu menghitung kepadatan sel fitoplankton dan zooplankton Untuk membantu menghitung kepadatan sel fitoplankton Untuk wadah penampung larutan pupuk Untuk mengukur oksigen terlarut Untuk mengukur derajat keasaman Untuk penutup haemocytometer Untuk wadah stok larutan pupuk Untuk sampling Oithona Untuk wadah penghitungan Oithona Untuk megukur suhu
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan-Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian. No 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bahan Inokulum Nannochloropsis sp., Isochrysis sp. stok murni di BBPBL Lampung Oithona sp. dengan kepadatan awal 100ind/l stok murni di BBPBL Lampung Alkohol 70% Kalsium hipoclorit (kaporit) Tissu Air laut Air tawar Sabun cuci piring Pupuk Conwy Aquades
Fungsi Sebagai pakan hewan uji
Hewan uji yang akan dikultur
Untuk sterilisasi alat Untuk sterilisasi alat Untuk sterilisasi alat Untuk media kultur Untuk mencuci peralatan kultur Untuk mencuci alat kultur Untuk penambah nutrient alga Bahan campuran pembuatan media pupuk/ pelarut pupuk
20
C. Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian pakan alami yang terdiri dari 5 tingkat perlakuan sebagai berikut : A. Nannochloropsis sp. 100% (10 ml) B. Nannochloropsis sp. 75% (7,5 ml) dan Isochrysis sp. 25% (2,5 ml) C. Nannochloropsis sp. 50% (5 ml) dan Isochrysis sp. 50% (5 ml) D. Nannochloropsis sp. 25% (2,5 ml) dan Isochrysis sp. 75% (7,5 ml) E. Isochrysis sp. 100% (10 ml)
Densitas pakan alami yang diberikan yaitu dengan kepadatan mikroalga sebanyak 200 x 104 – 250 x 104 sel/ml. Percobaan diulang 4 kali. Parameter yang diamati adalah kepadatan populasi Oithona sp., dan laju pertumbuhan spesifik Oithona sp. Faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut.
21
D. Pelaksanaan
Tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 7. Sterilisasi alat dan media Penyiapan pakan uji Kultur Oithona sp.
Pengukuran kepadatan populasi dan laju pertumbuhan Oithona sp. Analisis data Gambar 7. Diagram alir penelitian
1. Sterilisasi Alat
Peralatan kultur disterilisasi dengan cara direndam dalam air tawar yang dicampur kaporit 100 ppm selama 24 jam. Peralatan kemudian dicuci menggunakan sabun sampai bersih. Setelah bersih peralatan kultur kecuali alat yang berbahan kaca seperti selang aerasi, batu aerasi, corong, tutup wadah tabung kaca direbus menggunakan air tawar pada suhu 100- 150OC selama 1530 menit. Peralatan yang telah direbus ditiriskan sampai kering lalu disemprot dengan alkohol 70% dan dikeringkan. Peralatan kultur berbahan kaca seperti pipet tetes, gelas ukur, cawan petri dan beaker glass setelah dicuci dikeringkan kemudian disemprot dengan alkohol 70% dan dikeringkan kembali.
22
2. Sterilisasi Bahan
Media kultur fitoplankton dan zooplankton skala laboratorium menggunakan air laut yang sudah disterilkan dengan uv sterilizer. Kemudian air yang ditampung dalam derijen penampungan direbus untuk mematikan protozoa dan bakteri. Air laut yang sudah disterilkan dicampur air tawar steril hingga salinitas mencapai 25 ppt. Kemudian air disaring dengan menggunakan plankton-net dan dimasukkan ke wadah kultur.
3. Kultur Mikroalga
Kultur Mikroalga dilakukan untuk mempersiapkan pakan Oithona sp. Fitoplankton yang dikultur adalah Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp. Kultur fitoplankton dilakukan dalam toples kaca berukuran 3 L secara monokultur dengan media air laut sebanyak 1 L. Bahan untuk kultur dilengkapi dengan aerasi, pencahayaan lampu untuk fotosintesis Mikroalga, serta dilakukan pemupukan menggunakan pupuk media Conwy dan vitamin B12 sebanyak 2 ml. Fitoplankton ditumbuhkan hingga tercapai fase pertumbuhan logaritmik yaitu pada hari ke 4-7 setelah inokulasi. Hal ini bertujuan untuk menjaga fitoplankton dalam keadaan yang baik serta memiliki kandungan nutrisi yang optimal. Volume inokulum yang akan dimasukkan ke wadah kultur dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
23
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan: V1 = volume inokulum (ml) V2 = volume media kultur yang digunakan (ml) N1 = jumlah inokulum stok murni (sel/ml) N2 = kepadatan awal yang diinginkan (sel/ml) (Villegas, 1986).
Volume air laut yang telah diketahui kemudian dimasukkan ke dalam toples beserta inokulum mikroalga yang telah disiapkan.
4. Kultur Oithona sp.
Oithona sp. dikultur dalam wadah berupa toples kaca bervolume 3 liter yang telah diisi dengan air laut sebanyak 1 liter. Dalam kultur Oithona sp., bibit yang digunakan adalah induk Oithona sp. Pemilihan induk Oithona sp. dilakukan dengan cara menyaring hewan uji menggunakan plankton net 300 µm. Induk Oithona sp. yang akan digunakan sebagai induk yaitu berupa, jantan dan betina dewasa, serta betina yang sedang membawa telur. Induk Oithona sp. yang telah terpilih tersebut dimasukkan kedalam wadah kultur dengan kepadatan 100 ind/L. Pemeliharaan Oithona sp. dilakukan selama 15 hari. Aliah dkk. (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan Oithona sp. dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 14-15 hari. Berdasarkaan pendapat di atas maka diduga pada hari ke 15 populasi Oithona sp. dalam kultur sudah mengganda dan semua individunya sudah mencapai
24
umur siap bertelur kembali. Pemberian pakan dilakukan setiap hari dengan dosis yang telah ditentukan.
5. Kepadatan Populasi Oithona sp.
Penghitungan populasi Oithona sp. dilakukan setiap 3 hari selama 15 hari dengan cara sebagai berikut. Sampel yang diambil sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas beker. Sampel yang berada dalam gelas beker dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam cawan petri, kemudian Oithona sp. yang berada di dalam cawan petri tersebut dihitung satu persatu, jumlah individu yang didapat dikalikan 10, penghitungan ini menggunakan konversi 100 ml sampel ke dalam 1000 ml media kultur. Saat pengambilan sampel, laju aerasi diperbesar agar penyebaran populasi merata. Bila kepadatan tinggi (> 1 individu/ml), maka kepadatan populasi dihitung dengan sedgewick rafter cell.
6. Laju Pertumbuhan Oithona sp.
Laju pertumbuhan Oithona sp. diambil dari data kepadatan populasi bagian eksponensial, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus modifikasi Becker (1994) yaitu:
µ= Keterangan : No
: Kepadatan awal populasi (Ind/L)
Nt
: Kepadatan puncak populasi (Ind/L)
t
: Waktu (hari) dari No Ke Nt (15 hari)
25
µ
: Laju Pertumbuhan Populasi (%/hari)
7. Kualitas Air untuk Pertumbuhan Oithona sp.
Kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, pengukuran salinitas dengan menggunakan refraktometer, pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter, pengukuran pH dengan menggunakan pH meter.
8. Analisis Data
Data kepadatan populasi Oithona sp. disajikan dalam bentuk tabel kepadatan populasi (Ind/L) terhadap waktu (hari). Data laju pertumbuhan Oithona sp. disajikan dalam bentuk tabel dan grafik laju pertumbuhan Oithona sp. data kepadatan puncak dan laju pertumbuhan spesifik hari ke 15 dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan jika hasilnya berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Sedangkan data pengamatan kualitas air disajikan dalam bentuk tabel, serta dijelaskan secara deskriptif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian pakan alami kombinasi Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% menunjukkan kepadatan populasi tertinggi Oithona sp, yaitu 215 ind/l 2. Laju pertumbuhan tertinggi dengan pemberian pakan alami Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% pada hari ke 15 yaitu 5,08%/hari 3. Kondisi media kultur berupa air laut untuk pengkulturan pada awal dan akhir penelitian masih pada batas standar kelayakan untuk pertumbuhan dan perkembangan zooplankton Oithona sp.
B. Saran Diperlukan penelitian lanjutan pengkulturan Oithona sp yang diberi pakan alami kombinasi pada Nannochloropsis sp dan Isochrysis sp. pada skala semi masal dan masal.
DAFTAR PUSTAKA
Adehoog and Kevin Fits Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain. London. Alaerts, G, Srimestri Santika. 2002. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha NAsional Arikunto Suharsimi. Surabaya. Aliah, Kusmiyati, dan D. Yaniharto. 2010. Pemanfaatan Copepoda Oithona sp. Sebagai Pakan Hidup Larva Ikan Kerapu. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 1.Hlm 45-52. Andrews, C., E. Adrian. and C. Neville. 2003. Manual of Fish Health. A Firefly Publisher. Canada. Fisrt Printing. hlm. 207. Anindiastuti, Soedarsono dan A. W. Kadek. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Seri Budidaya Laut no: 9. Balai Budidaya Laut, Lampung. Anonim, 2004. Pemenihan Ikan Kerapu. Seri Budidaya Laut No : 13. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. 106 hal. Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kemelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta. Arinardi, O.H., S.H. Trimaningsih., E. Riyono, E. Asnaryanti. 1994. Pengantar Tentang Plankton Serta kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di sekitar Pulau Jawa dan Bali. LP3O- LIPI. Jakarta : 113 hlm. Basmi, Johan. 1995. Planktonologi : Produksi Primer. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Basmi, Johan. 2002. Planktonologi : Bioekologi Plankton Alga. Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Becker, E.W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambridge University Press. Great Britain. England. Biondi and Fredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustinable Production of 2nd Generation Biofuels. Unit I. Page 148-150
40
Boney, 1975. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University Experiment Station. Albama. Boyd, C.E, 1982. Water Quality Management For pond Fish Culture Development. In Aquaculture and Fish Science, Vol. 9. Elsevier Scientific Pub. Comp 318p. Budianto A.K. 2009. Pangan Gizi dan Pembngunan Manusia Indonesia: DasarDasar Ilmu Gizi, Malang: UMM press 1-16 Chumaidi, S., M, Ilyas., R, Sahlan., A, Utami. 1992. Pedoman Teknik Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang. Departemen Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Dahuri, R san A. Damar. 1994. Metoda dan Teknik Analisis Kualitas Air. Kursus AMDAL Tipe B, kerjasama PSL-ZUNDANA dan BAPEDAL, Kupang November - !7 Desember 2004. Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. John Wiley and John, Inc. New York. 628 pp. Dawson, J.K. 1979. Pollution Ecology of Estuarine Environment. Academic Press. London. Djarijah. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 11-12 Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, M. I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Fulks dan Main. 1991. Alga Laut. Angkasa Bandung. Ghufran M, Kordi K. 2011. Marikultur:Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Yogyakarta: Penerbit Andi. Harefa. 1997. Spesifikasi Pakan Alami (Udang). Puslitbang Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hal 7-8. Hermawan, A., Anindiastuti. KA Wahyuni dan Julianty. 2001. Kajian Pendahuluan Penggunaan Pakan Fermentasi Untuk Kultur Massal Cyclops sp. Buletin Bududaya Laut 13 : 14-23 Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara
41
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton : Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut, Kanisius: Yogyakarta. Kokarkin, C. dan B.W. Prastowo , 1998. Manfaat Strategis kutu air, Diaphanosoma celebencis dalam Budidaya dan Managemen Lingkungan Pantai. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. Krebs C.J. 1985. Ecological Methodology. Harper Collins Publishers. New York. Kusmiyati, D. Yaniharto, E. Juliaty, dan S. A. Indah. 2002. Kajian Tentang Ukuran dan Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Pakan Alami yang Sesuai Bagi Larva Ikan Kerapu. Majalah Ilmiah Analisa Sistem, Edisi Khusus No. 4 Tahun IX, 2002. Liu, Ching-Piao dan Liang-Ping Lin. 2001. Ultrastructural Study and Lipid Formation of Isochrysis sp. CCMP1324. Botanical Bulletin of Academia Sinica, Vol. 42 : 207-214. Martosudarmo, B & I. Wulani., 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Microalga. United Nation Development Programme Food and Agriculture Organization of the United Natiuns. Subcenter Udang Jawa Timur, 50 Hal. Masizal. 1992. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Organik Terhadap Perkembangan Populasi Moina sp. Jurnal Terubuk XVIII 54 Mubarak, A.S., D. Ernawti dan Rr. J. Triastuti. 2008. Hubungan Rasio Induk Jantan dan Betina Daphnia sp. Terhadap Efisiensi Perkawinan dan Produksi Ephinia. Jurnal Berkala Ilmiah Periknan 3(1):17-22. Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Mokoginta, I. 2003. Budidaya Daphnia sp. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Nancy, M.C. & R.K. John, 1990. Biology of Marine Plants. Longman, Melbourne. 99-127 pp. Nattasya, G. Yuliani. 2009. Skripsi. Pengaruh Sedimen Berminyak Terhadap Pertumbuhan Mikro Alga Isochrysis sp. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogot. Bogor. Natural Environment Research Council, Zooplankton Identification Manual for Northern European Seas (ZIMNES), http://192.171.193.133/index.php. Diakses tanggal 15 Mei 2016 pukul 19.00 WIB.
42
Novianty, S. 2000. Pengaruh Kepadatan Chaetoceros sp. (Bacillariophyceae) Terhadap Laju Pertumbuhan Cyclops sp. (cructacea) dalam Kondisi Laboratorium. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya. Inderalaya. Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nybakken, J.W.1982. Marine Biology : An Ecological Approach. PT. Gramedia Jakarta. (Diterjemahkan Oleh Muhammad Eidman, dkk). 459 hlm. Odum. 1993. Fundamental of Ecology. W.B. Souders Company. Toronto. 577 pp. Odum, 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia. Omori. M dan T. Ikeda. 1984. Methods in Marine Zooplankton Ecology. John Willey and Sons. A Willey Intercine. New York. 332 Hal. Persoone dan Sorgeloos. 1980. General Aspect of Ecology an Biogeography of Artemia: In The Brine Shrimp. Vol 3. University Press Wattesen. Belgium. Hal 11-14. Puja, Y. 1999. Rekayasa Teknik Produksi Masal Alga. Proyek Pengembangan Budidaya Air Laut Lampung. Hal 110-115. Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in the Ocean. 2nd edition. Pergamon Press, Oxford. 770 pp. Rochmah, Siti Nur. 2009 Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta Rusyani, E., L. Erawati da A Hermawan. 2005. Budidaya Zooplankton dalam Pembenihan Kuda Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Dijen Perikanan Budidaya DKP. Lampung. Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. Sari, I.P. dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada kultur skala laboratorium, intermediet, dan masal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 4 (2): 123-127. Sleigh, dan Willians. 1991. Marine. University New Zealand. Soelistyowati. 1978. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Diaphanosoma sp. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang. Sumich, J. L. 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life. Fifth edition. WCB Wm. C. Brown Publishers. United States of America, 2460 Kerper Boulevard Dubuque IA 52001.
43
Sumich, J. L. 1999. An Introduction to the Biology of Marine Life. 7th edition. WCB. McGrow-Hill, Inc. 484 p. Tait,R.V. 1981. Element of Marine Ecology. An Introduction. Cambridge University Press. New York. 356 pp. Takashii, T. and I. Uchiyama. 2006. Morphology of the naupliar stages of some Oithona species (Copepoda : Cyclopodia) occurring in Toyama Bay, southern Japan Sea. Plankton & Benthos Research. Japan. Thariq, M., Mustamin, dan D. W. Putro. 2002. Biologi Zooplankton dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Dirjen Perikanan Budidaya DKP. Lampung. Tjahjo, L., Erawati dan Hanung. 2002. Biologi Fitoplankton dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung Dirjen Perikanan Budidaya DKP. Lampung. Tsukii, Y. 2001. Isochrysis sp. Protist Information Server. Japan. Tomas, C.R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Academic Press, San Diego California. 636 pp. Wetzel, R.G. 1983. Limnology. 2nd Edition. Toronto: Saunders College Publishing.