Lahir Dan Perkembangan Pesantren Al-Basyariyah Di Bandung (1982-2005) Oleh Sukandi
Abstrak Skripsi ini berjudul “Lahir Dan Perkembangan Pesantren Al-Basyariyah di Bandung (1982-2005)”. Tujuan penelitian skripsi ini adalah membahas proses lahir dan perkembangan Pesantren Al-Basyariyah yang didirikan oleh K.H. Saeful Azhar dari 1982 sampai 2005 yang bisa berkembang dengan luas dan cepat. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode sejarah, yang terdiri atas empat tahap kerja. Keempat tahap kerja dalam metode sejarah adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selain itu, dalam penelitian ini digunakan juga konsep kepesantrenan untuk menjelaskan perkembangan Pesantren Al-Basayariyah dari pesantren salafi yang berkembang menjadi pesantren khalafi. Sumber yang digunakan adalah sumber primer yang terdiri dari arsip pesantren, dokumen pesantren, wawancara dan buku. Adapun sumber sekunder terdiri dari buku, koran, dan majalah yang mendukung penulisan ini. Berdasarkan penelitian sejarah ini dapat disimpulkan bahwa Pesantren AlBasyariyah pada awal berdiri merupakan pesantren salafi yang hanya mengajarkan materi pengetahuan agama Islam saja. Selanjutnya berkembang menjadi pesantren khalafi, yang telah menggabungkan materi pengajarannya antara pengetahuan agama dengan pengetahuan umum, dan mempunyai lembaga formal seperti madrasah dan sekolah umum. Pesantren ini berperan dalam mendidik dan membina santri-santrinya dan warga sekitar sebagai kader-kader ulama dan membangun suatu masyarakat yang islami.
ABSTRACT This title of this thesis is "Birth and Development of Pesantren AlBasyariyah in Bandung (1982-2005)". Purpose of research of this thesis is to Mahasiswa Strata Satu, Fakultas Ilmu Budaya, Univ Padjdjaran, Jurusan Ilmu Sejarah, Lulus 18 Juli 2012
1
discuss the birth and its development of Pesantren Al-Basyariyah founded by K.H. Saeful Azhar from 1982 to 2005 which can be widely and rapidly growing. The method that is used is historical method that consists four steps of work. The fourth steps of work in the history of the method is heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Moreover, in this study also used the concept to explain the development of Pesantren Al-Basyariyah of salafi that develop into boarding khalafi. The source used is a primary source consists of boarding schools archive, boarding schools documents, interviews and books. The secondary sources consists of books, newspapers, and magazines supporting this writing. Based on the historical research can be concluded that Pesantren AlBasyariyah at the beginning of the stand is a salafi pesantren that teach Islamic religious knowledge matter only. Subsequently developed into a pesantren khalafi, who has combined his teaching material between religious knowledge with general knowledge, and have formal institutions such as madrasah and public schools. These boarding school play a role in educating and fostering students and nearby residents as a cadre of scholars and establish an Islamic society.
Kata kunci: Pesantren, Madrasah, Pondok, Masjid, Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, Santri dan Kyai.
Pendahuluan Pendidikan dalam agama Islam mempunyai tingkat martabat yang suci dan penting sekali yang menjadikan orang mendapatkan kebahagian yang tidak dapat dipisahkan dari Islam, kerena dalam agama Islam pendidikan merupakan tuntutan dan kewajiban bagi umat manusia. Dalam pandangan Islam mencari ilmu dan mengajarkannya adalah suatu kewajiban yang sangat mulia, oleh karena itu, mencari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam yang memegang peranan sangat penting dalam rangka
2
penyebaran agama Islam di Indonesia. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang bersifat nonformal seperti pesantren, dan ada yang bersifat formal seperti madrasah (Dhofier, 1982: 19) Salah satu pendidikan yang telah membudaya di kalangan sebagian besar umat Islam yang merupakan golongan mayoritas dari bangsa Indonesia adalah pesantren1. Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam, dan pengamalannya sebagai pedoman hidup keseharian, atau tafaqquh fiddin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Dalam bidang pendidikan, terutama pendidikan agama Islam, Bandung terkenal dengan banyak pesantren yang melakukan pembinaan kepada masyarakat langsung sehingga bisa dirasakan keberadaannya itu. Namun yang ada adalah pesantren itu melakukan pembinaan secara intern, yaitu pembinaan hanya kepada santri-satrinya sehingga pesantren yang ada belum mampu memberikan pengaruh yang luas di kalangan masyarakat. Sebenarnya pesantren bisa melakukan mengadakan pengajian-pengajian rutin untuk memberi kesempatan kepada masyarakat setempat untuk mendapat ilmu agama. Pesantren-pesantren tersebut merupakan pesantren tradisional
dan
pesantren yang berbasis modern. Di antara pesantren-pesantren yang pernah ada di daerah Bandung sejak abad ke-20, di antaranya Pesantren Al-Jawami Cileunyi, Pesantren Sukamiskin Ujung Berung, Pesantren Al-Huda Mathlaul Anwar Ciwidey, Pesantren Yamisa Soreang, Pesantren Darul falah Pangalengan, dan Pesantren Al-Basyariyah (Departemen Agama RI. Kab. Bandung, 1995: 4). Pesantren tersebut merupakan pesantren yang terkenal di daerah Bandung saat itu,
1
Pesantren menurut Zamakhsyari Dhofier berasal dari kata santri dengan awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal santri, Istilah pesantren di Minagkabau disebut juga surau, rangkah atau meunusah di Aceh, Menyantri di Madura dan maktab di Sumatera Utara (Dhofier, 1982: 18)
3
di pesantren-pesantren tersebut, mengajarkan Al-Qur’an dan hadist. Selain itu juga, diajarkan kitab-kitab fiqih, tashawuf2, dan ilmu kalam. Salah satu pesantren yang berkembang di wilayah Bandung dan menjadi pesantren modern adalah Pesantren Al-Basyariyah yang didirikan oleh K.H. Saeful Azhar pada 1982. Sistem pendidikan yang digunakan Pondok Pesantren Al-Basyariyah menggabungkan pengetahuan agama dan pengetahuan umum membuat pesantren ini berbeda dan dapat dikategorikan sebagai pondok pesantren modern. Pendirian Pondok Pesantren Al-Basyariyah ini dapat dikatakan sebagai sesuatu terobosan baru dalam bidang pendidikan Islam. Pondok Pesantren AlBasyariyah dapat dikatakan sebagai sebuah pesantren modern, tetapi tidak terlepas dari elemen-elemen dasar pesantren tradisional. Pesantren Al-Basyariyah tumbuh dan berkembang secara dinamis seiring dengan masa-masa yang dilalui oleh bangsa Indonesia. Pesantren Al-Basyariyah ini berkembang menjadi pesantren yang bertahan di tengah-tengah era globalisasi dan eksistensi sekolah umum yang lebih modern dan berkembang dimana-mana. Eksistensi pesantren ini dipertaruhkan dengan keadaan di mana segala informasi mudah diakses oleh masyarakat sehingga membentuk pribadi masyarakat yang cenderung lebih kritis terhadap gejala di dalam masyarakat. Proses globalisasi ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan pesantren yang umumnya cenderung tradisional. Keadaan ini menjadi situasi yang kontras terhadap permasalahan tersebut. Sehingga globalisasi akan selalu mengalahkan sifat ketradisionalan yang nantinya akan mempengaruhi lembaga keagamaan yang selalu melakukan pembinaan keagamaan, sehingga lembaga keagamaan seperti pesantren ini akan ditinggalkan seiiring dengan arus informasi yang intens dan keeksistensian sekolah umum yang banyak diminati masyarakat sekarang ini. Selain itu, hambatan perkembangan pesantren akan semakin kuat ketika banyak
2
Tasawuf merupakan salah satu pelajaran yang diberikan di pesantren-pesantren. Ada banyak pendapat yang dikemukakan mengenai definisi tashawuf. Dari beberapa pendapat mengenai definisi tashawuf itu, Saifullah Al-Aziz menyimpulkan bahwa tashawuf adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah untuk mencari keridhoan-Nya dengan meninggalkan nafsu duniawi dan menghapus nafsu tercela dengan bimbingan cahayacahaya dan pengetahuan (Al-Aziz, 1998: 18)
4
dari sebagian anggota masyarakat yang memiliki kepentingan akan keeksistensian kedua hal itu. Adapun bahasan pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Bagaimana perkembangan Pesantren Al-Basyariyah serta proses pembelajaran yang diajarkan kepada santri-santri dengan menerapkan kurikulum khusus yang khas dari Pesantren Al-Basyariyah yang dipadu dengan pendidikan umum, sehingga menjadikan kurikulum pesantren ini menjadi unik. Dari keunikan itu Pesantren Al-Basyariyah menjadi pesantren yang representatif dalam pengajaran Islam, dengan melihat hal itu penulis merasa yakin untuk membahas lebih dalam mengenai Pesantren Al-Basyariyah. Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul penelitian skripsi ”Lahir dan Perkembangan Pesantren Al-Basyariyah di Bandung (1982-2005)”. Kurun waktu yang dijadikan batas penelitian adalah 1982-2005. Alasan pengambilan 1982 sebagai titik tolak pembahasan adalah Pesantren Al-Basyariyah mendirikan pendidikan formal, yaitu, Sekolah taman kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar Pesantren (SDP). Seiring dengan itu, pesantren mulai mengadakan perkembangan baik dalam materi pelajaran maupun sasaran dakwah sehingga pada tahun itulah memperlihatkan perkembangan dan kemajuannya, sedangkan pada 2005, Pesantren Al-Basyariyah sudah termasuk sebuah lembaga pesantren yang berkembang baik dalam bidang pendidikan dan bidang yang lainnya sehingga bisa disebut dengan pesantren modern.
Pembahasan Pesantren Al-Basyariyah lahir diawali dengan keinginan seseorang yang menguasai ilmu Agama Islam yang bernama K.H. Saeful Azhar. Dia mengajarkan dan menyebarkan Agama Islam di daerah Cikungkurak jalan Caringin Kota Bandung dan membangun masjid3 yang sederhana dekat rumahnya pada 1980
3
Masjid berasal dari kata sujudan atau sajada yang artinya ia telah bersujud. Kata tersebut diberi awalan ma menjadi “masjidu” atau “ masjid”. Jadi ejaan aslinya adalah masjid bukan mesjid seperti bahasa yang beredar di masyarakat sekarang (Gazalba, 1989: 118). Masjid merupakan sarana yang selalu ada dalam setiap pesantren. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional.
5
sebagai
lembaga
pengajian
yang
dipimpinnya.
Keberhasilan
dalam
mengembangkan agama di daerah tersebut menyebabkan lembaga pengajian tersebut berkembang menjadi sebuah lembaga yang bernama pesantren tradisional (pesantren salafi). Pada mulanya kegiatan-kegiatan yang ada di Pesantren AlBasyariyah hanya berupa Majelis Ta ‘lim, yaitu pengajian umum untuk ibu-ibu yang diselenggarakan pada malam minggu, dan pengajian untuk bapak-bapak yang diselenggarakan pada malam jum’at. K.H. (Wawancara. Saeful Azhar: 1 November 2011 di Bandung) Pendirian Pesantren Al-Basyariyah oleh K.H. Saeful Azhar dilatar belakangi oleh keinginan K.H. Saeful Azhar untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya selama menimba ilmu agama di beberapa pesantren, diantaranya Pesantren Sindang Sari Cileunyi Kabupaten Bandung, Pondok Modern Walisongo Ngabar Jawa Timur, Pesantren Modern Gontor Jawa Timur, dan Pesantren Singaparna Tasikmalaya. Setelah mendalami ilmu agama Islam dibeberapa pesantren, kemudian pada umur 26 tahun, lalu ia meneruskan kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati dari 1969 sampai 1974, dia juga sambil kuliah di Pesantren Al-Jawami Cileunyi Bandung. Setelah lulus kuliah dan tamat di Pesantren AlJawami, pada 1975 dia diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama Kodya Bandung, di Departemen Agama Kodya Bandung ia duduk sebagai staf seksi urusan agama. Untuk mengisi waktu luang dia juga merangkap sebagai tenaga pengajar di beberapa perguruan tinggi seperti IAIN dan UNPAS. Selama menjadi pegawai negeri sipil, dia juga merintis mendirikan pesantren sebagai aktualisasi dedikasinya sebagai pendidikan agama Islam (Ikapa, 2009: 23-24). Berawal dari madarasah diniyyah dan pengajian majelis ta’lim tersebut K.H. Saepul Azhar mencanangkan pembangunan Pesantren Al-Basyariyah pada 1981 yang terletak di Jalan Cibaduyut No. 9 Kotamadya Bandung di atas tanah wakaf dari kakeknya yang bernama K.H. Basyari Pada 1938 seluas 700 m². Di
Menurut Zamakhsyari Dhofier, suatu pesantren mutlak memiliki masjid, sebab masjid merupakan tempat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang berjama’ah shalat lima waktu, khotbah, shalat jum’at, I’tikaf, tadarus Al-Qur’an dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik yang keseluruhnya berbahas Arab (Dhofier, 1982: 49).
6
atas tanah wakaf tersebut, terdapat pula masjid sederhana yang di wakafkan pula untuk pengajian, keilmuan Islam dan pelayanan masyarakat dalam hal ibadah. Kampus Pesantren Al-Basyariyah yang berdiri di Cibaduyut berjarak 5 KM ke arah Barat dari Cikungkurak. Pemberian nama Al-Basyariyah diambil dari nama kakeknya yaitu K.H. Basyari yang mewakafkan tanahnya untuk pesantren tersebut. Nama Al-Basyariyah merupakan penghormatan terhadap kakenya tersebut (Wawancara. Saeful Azhar: 1 November 2011 di Bandung). Pada waktu mendirikan pesantren di daerah Cibaduyut belum ada satupun lembaga atau sarana untuk mempelajari agama Islam. Keadaan masyarakat kampung Cibaduyut saat itu sangat jauh dari kehidupan agama, bahkan mereka masih sangat kental dengan kehidupan yang berbau judi seperti mengadu ayam dan domba. Dengan tujuan untuk meluruskan akidah masyarakat, maka dimulailah penyebaran agama dan pembinaan masyarakat dengan cara-cara yang disesuaikan dengan keadaan dan kehidupan masyarakat setempat, sehingga penyebaran agama dapat berhasil dengan baik (Wawancara. Endang Suhendi: 3 November 2011 di Bandung) Dalam mengimbangi wajib belajar enam tahun, di mana pada waktu itu di daerah Cibaduyut belum ada madrasah yang menyelenggarakan materi-materi umum seperti SD (Sekolah Dasar), sehingga masyarakat jauh dan sulit untuk menyekolahkan anak-anaknya. Oleh karena itu, di tahun itu juga K.H. Saeful Azhar berinisiatif untuk mendirikan SDP (Sekolah Dasar Pesantren). Dengan berdirinya SDP ini, tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan cenderung meningkat, seiring dengan perkembangan di bidang pendidikan. Kurikulum SDP ini menginduk ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan ditambah materi-materi lokal dari pesantren. Selain mendirikan Pesantren Al-Basyariyah dan Sekolah Dasar Pesantren, K.H. Saeful Azhar pada 1982 mendirikan sekolah formal yaitu Sekolah taman kanak-kanak (TK). Selanjutnya pada 1983 dia mendirikan Madrasah Tsanawiyah. dua tahun kemudian (1985), dia juga mendirikan sekolah tingkat SMA (Madrasah Aliyah). (Ikapa, 2009: 10-14). Pada 1987 lokasi pesantren pindah ke sebuah lahan kosong seluas 280 m² di jalan Batu Rengat Desa Cigonewah Hilir Kecamatan Margaasih Kabupaten
7
Bandung, karena santri di kampus Cibaduyut sudah tidak tertampung lagi, maka sebagian santri dipindahkan ke kampus baru ini, dan santri yang pertama dipindahkan adalah santri kelas 1 (satu) Aliyah. Sampai saat ini areal kampus tersebut menjadi sebuah komplek pesantren yang disebut dengan komplek Pesantren Al-Basyariyah Kampus II, dan sekarang menjadi luas sekitar 6000 m² yang digunakan sebagai areal kampus beserta keluarga kyai. Setelah mendirikan pesantren di Desa Cigonewah Hilir Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. K.H. Saeful Azhar juga membuka cabang di Arjasari pada 1990, hal ini disebabkan karena dia mempunyai tanah yang luas di Jalan Arjasari Desa Patrol Sari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Komponen fisik yang pertama kali dibangun di Arjasari oleh K.H. Saeful Azhar sebagai cikal bakal pesantren yaitu rumah kyai yang sangat sederhana yang terbuat dari papan atau bambu yang berlantaikan talupuh4 dan dibuat agak tinggi dan bertiang, rumah seperti ini lazimnya disebut dengan Rumah Panggung. Berawal dari rumah sederhana sebagai tempat tinggalnya inilah kegiatan penyebaran agama bagi masyarakat setempat dimulai. Sebagai ciri khas kegiatan keagamaan (pesantren), maka ia membangun pula sebuah masjid kecil dan sederhana yang disebut dengan tajug5, yang fungsinya sebagai tempat shalat apabila ia datang ke Arjasari dan untuk keperluan warga sekitar dalam hal ibadah. Selain alasan itu juga, karena daerah Arjasari merupakan salah satu daerah hitam, yaitu daerah yang tingkat kejahatan dan kemaksiatannya tinggi, sehingga dengan didirikannya pesantren di sana, minimal masyarakat sekitar Pesantren AlBasyariyah akan mengalami perubahan dan mengerti dengan nilai-nilai agama Islam (Wawancara. Dinar Herawan: 1 November 2011 di Bandung). Pada 1997 di kampus Arjasari mulai diresmikan, karena santri di Cigonewah Hilir (Kampus II) sudah tidak tertampung lagi, sehingga sebagian santri dipindahkan dari Cigonewah ke Arjasari, dan santri yang pertama
4
Beberapa potong bambu yang dipipihkan menjadi lebar dipakai sebagai alas kasur atau
tikar. 5
Istilah dalam bahasa Sunda yang artinya sama dengan langgar, yaitu masjid kecil tempat mengaji atau sembahyang.
8
dipindahkan adalah kelas 1 (satu) tingkat madrasah tsanawiyah (Wawancara. Saeful Azhar: 1 November 2011 di Bandung) Kurikulum
yang diterapkan di
pondok Pesantren Al-Basyariyah
komposisinya lebih mengutamakan materi-materi kepesantrenan. Dari delapan jam pelajaran setiap minggu, 40 jam untuk materi pendidikan Islam dan 16 jam untuk materi pendidikan umum. Bila diprosentasikan untuk materi Islam yang diberikan kepada santri sebanyak 70%, sementara pengetahuan umum mendapat porsi 30% dari seluruh mata pelajaran yang disajikan (Wawancara. Inna Siti Nurhasanah: 1 November 2011 di Bandung) Penguasaan pengetahuan yang diberikan kepada para santri6 di Pondok Pesantren Al-Basyariyah tidak ada bedanya dengan siswa-siswi sekolah lain, atau SLTP / SLTA pada umumnya, sedangkan untuk pengetahuan Al-Islam merupakan racikan sendiri dengan mengambil literatur perbahasa Arab asli yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunah shahih. Di tingkat Tsanawiyah santri diperkenalkan dan dibimbing langsung memahami kitab kuning. Setelah itu, pengenalan dan kemampuan dasar mambaca kitab kuning dikembangkan pada tahap kedua disamping dibina bermuqaranatul madzahib. Pusat pengembangan keilmuan di pesantren adalah agama, tetapi ilmu agama ini tidak akan berkembang dengan baik tanpa ditunjang ilmu-ilmu lain (ilmu-ilmu sosial, humaniora dan eksakta). Oleh karena itu, ilmu-ilmu tersebut juga diajarkan di Pesantren Al-Basyariyah sebagai penunjang bagi ilmu-ilmu agama. Dengan demikian, orientasi keilmuan Al-Basyariyah tetap berpusat pada ilmu-ilmu agama. Sementara itu ilmu-ilmu umum dipandang sebagai suatu kebutuhan. Tantangan untuk menguasai pengetahuan umum itu dianggap satu tugas yang harus dilaksanakan oleh Al-Basyariyah sebagai lembaga pendidikan 6
Santri adalah orang-orang yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren. Menurut C.C Berg istilah santri berasal dari kata shastri yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu (Dhofier, 1982: 18). Penggunaan istilah santri ini berhubungan dengan istilah pesantren yang merupakan lembaga transformasi dari mandala dan dharma yang merupakan lembaga pendidikan Hindu-Budha. Istilah santri diserap dan alih artikan menjadi orang yang menempuh pendidikan di pesantren. Profesor A.H. Jhons berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji (Dhofier, 1982: 46-48).
9
Pesantren
Al-Basyariyah
sangat
berperan
dalam
pengembangan
pendidikan di Bandung. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenjang pendidikan yang ada di Pesantren Al-Basyariyah. Dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan tersebut, Pesantren Al-Basyariyah membuka kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan formal. Secara hukum lembagalembaga pendidikan tersebut telah memperoleh pengakuan dari pemerintah. Pesantren Al-Basyariyah mempunyai kekhususan yang menjadi daya tarik tersendiri. Daya tarik itu muncul karena sistem pengelolaan, kurikulum, proses kegiatan belajar mengajar, dan pembinaan santri yang diberlakukan berbeda dengan pondok dan lembaga pendidikan lainnya. Secara kelembagaan bagi orangorang tertentu terutama yang mempunyai visi dan misi satu arah dengan pondok, Al-Basyariyah seakan memberikan jawaban dari persoalan yang belum terpecahkan. Sejak langkah pertama, dengan tanpa publikasi seperti yang dilakukan lembaga lain, Pesantren Al-Basyariyah tidak pernah kehilangan peminat. Bahkan apabila melihat daerah asal santri, Pesantren Al-Basyariyah sudah bukan sekedar milik orang Bandung atau Jawa Barat, beberapa orang tua dari berbagai provinsi luar Jawa Barat sudah mulai memberikan kepercayaan kepada pondok untuk menitipkan anak-anaknya, sekalipun dalam kenyataannya kedatangan santri itu tidak lepas dari motivasi orang tua yang cukup beragam.
Simpulan Berdasarkan penelitian ini, Pesantren Al-Basyariyah merupakan pesantren yang didirikan oleh K.H. Saeful Azhar yang memiliki keunggulan di bidang ilmu agama Islam, serta mempunyai kemampuan menejerial atau administrasi yang baik pula sehingga menjadikan Pesantren Al-Basyariah menjadi pesantren yang maju dan menjadi salah satu pesantren modern yang ada di Jawa Barat. Pesantren Al-Basyariah merupakan pesantren yang modern yang mengembangkan pola pendidikan agama Islam yang dipadukan dengan pendidikan umum, sehingga pesantren ini berbeda dengan pesantren umumnya. Dalam perkembangannya Pesantren Al-Basyariyah, memberikan jawaban terhadap suasana dimana keadaan masyarakat yang mengalami kemorosotan
10
moral (Demoralisasi) di wilayah Bandung diawal berdirinya sekitar 1982 sampai sekarang. Dengan tekad menjadi penetrasi kemorosotan moral ini, Pesantren AlBasyariah terus berupaya memberikan pelayanan ibadah yang berbasis pengajaran akhlak terhadap santri dan masyarakat sekitarnya. Selama perkembangannya Pesantren Al-Basyariyah terus membenah diri baik secara kelembagaan ataupun secara substansi ajaran yang diajarkan. K.H. Saeful Azhar atau yang dikenal dengan sebutan Buya di kalangan pesantrennya, dengan tekad yang kuat dan kegigihannya selalu melakukan perbaikan-perbaikan metode pengajaran dalam rangka mengembangkan syariat Islam dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengatahuan yang berkembang. Sehingga jelas dari awal berdirinya pesantren ini terlihat jelas perkembanganyang menunjukan kearah yang lebih maju, baik dari segi perkembangan infratruktur sarana dan prasarana maupun dari segi manejemen kurikulum pendidikannya yang lebih luas yang tidak hanya mengembangkan pendidikan agama Islam saja tetapi menambah dengan materi pendidikan umun yang sedang berkembang. Pesantren Al-Basyariah memiliki tujuan yang selalu ingin menjadikan pendidikan Islam sebagai pendidikan utama tanpa menghilangkan eksistensi dari pendidikan umum. Oleh karena itu, Pesantren Al-Basyariah telah berusaha memadukan kedua hal tersebut antara pendidikan agama dan pendidikan umum, maka Pesantren Al-Basyariah menjadi pesantren yang tidak bersifat tradisional lagi, seperti layaknya tradisi pesantren pada umumnya. Oleh karena itu memang jelas tujuan yang diemban dari pesantren yang mengusung bahwa pendidikan agama tanpa diimbangi pendidikan umum merupakan hal yang tidak lengkap, dan sebaliknya pula bahwa pendidikan umum tanpa diimbangi pendidikan agama juga tidak lengkap. Hal inilah yang membawa Pesantren Al-Basyariah disebut sebagai pesantren modern, yang memperlihatkan eksistensinya kepada masyarakat sebagai pesantren yang bisa dijadikan representative pesantren modern yang ada di wilayah Bandung dan umumnya di Jawa Barat. Pesantren Al-Basyariah sekarang merupakan pesantren yang maju dan modern. Kurikulum di Pesantren Al-Basyariyah yang memiliki komposisi pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30% ini menjadikan daya tarik
11
tersendiri bagi masyarakat untuk memasukan putra-putrinya untuk belajar di Pesantren Al-Basyariah.
Keberadaan pesantren dengan kurikulum
yang
diterapkannya ini menjadi penetrasi untuk menghindari bahkan menjauhi budayabudaya negatif yang berkembang mengikuti perkembangan zaman yang di identifikasikan jauh dari nilai-nilai agama. Fenomena sosial yang berkambang dikalangan remaja yang terlihat semakin jauh dari tataran kehidupan agama menjadikan pesantren sebagai alternatif bagi masyarakat sebagai lembaga pembimbingan akhlak bagi putra-putrinya.
Daftar Sumber: Abdulah, Taufik. 1996. Islam Dan Masyarakat Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3S Anshari, Endang Saefudin. 1986. Wawasan Islam. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Ummatnya. ed. 2. Jakarta: Rajawali. Attarmizi, Yoga Ad, dan M. Yajid Kalam. 1998. Risalah Memahami Ilmu tasawwuf. Surabaya: Terbit Terang Bachtiar, T. Anwar. 2002. Perkembangan Pesantren Persatuan Islam di Indonesia Tahun 1936-1983. Bandung: Universitas Padjadjaran. Bruinessen, Martin Van. 1999. Kitab Kuning. Pesantren dan Tarekat: Tradisitradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan. DEPAG. 1985. Pondok Pesantren dan Sistem Pendidikan Nasional. Seri Monografi 1984-1985. Jakarta: Departemen Agama. Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. Gazalba, Sidu. 1989. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. IKAPA (Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Al-Basyariyah). 2009. Riwayat Ringkas Sesepuh dan Pendiri Pondok Pesantren Al-Basyariah. Bandung: IKAPA ________________. 2009. Profil Sesepuh dan Pendiri Pondok Pesantren AlBasyariah. Bandung: IKAPA
12
Jackson, Karl D. 1990. Traditional Authority, Islam, and Rebellion. Terjemahan oleh Grafiti. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Kuntowijoyo. 2001. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lubis, Nina H. 1998. Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda ____________. 2008. Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika Madjid, Nurholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Mastuhu. 1996. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: INS. ____________. 1996. Studi Tentang Percaturan Dalam Konstituante Islam Dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3S. Prasojdo, Sujdoko et, al. 1974. Profil Pesantren Laporan Hasil Penelitian AlFalah dan Delapan Pesantren di Bogor. Jakarta: LP3ES Rahardjo, M. Dawam (ed). 1974. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. ____________________. 1982. Pengaruh Dunia Pesantren. Jakarta: P3M Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke19. Jakarta: Bulan Bintang. _______________. 1986. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. Syahid, Achmad. Ed. 2002. Pesantren dan Perkembangan Ekonomi Umat: Pondok Pesantren Al-Ittifaq Dalam Perbandingan. Departemen Agama RI. Proyek Peningkatan Pondok Pesantren. Direktorat Jendral Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Indonesia Institute for Civil Society Wagiman, Suprayetno. 1997. The Modernization Of The Pesantren’s Educational System To Meet The Need Of Indonesian Communities. Montreal: Institute Of Islalamic Studies, Mc Gill University. Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Zuhairini, dkk. 1997. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
13