Pola Hubungan Sosial Ekonomi Pada Keluargaga Migran Sirkuler (Studi Kasus 5 (lima) Keluarga Migran di Desa Gaya Baru Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton The Pattem of Social Economic Relationship in Migrant Circular Families (A Case Study in Five Migrant families in Gaya Baru Village, Lapandewa District, Buton Regency) La Heru, H.M. Tahir Kasnawi, Maria E Pandu
Abstrak Tujuan penelitia ini adalah Untuk mengetahui faktor pendorong dan penarik migran sirkuler di Desa Gaya Baru, Untuk menganalisis pola hubungan sosial ekonomi keluarga migran sirkuler di Desa Gaya Baru dan Untuk menganalisis dampak migran sirkuler terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga migran sirkuler di Desa Gaya Baru Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus yang dianalisa secara kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, wawancara mendalam dan pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendorong melakukan migran sirkuler adalah terbatasnya lapangan kerja, rendahnya pendapatan dan minimnya sarana umum di Desa Gaya Baru. Faktor penarik melakukan migran sirkuler adalah adanya peluang untuk mendapatkan ikan dan penghasilan yang lebih besar di daerah migran. Pola hubungan sosial ekonomi keluarga migran adalah istri memelihara, membesarkan dan membina anaknya dibantu oleh orang tua dan mertua. Suami dan istri menjalin hubungan baik dengan keluarga dari istri dan suami. Bagi keluarga yang tinggalkan oleh suami untuk bermigrasi mereka masih ketergantunagan dengan orang tuanya dan keluarga yang lain baik dari keluarga ibu maupun keluarga bapak. Dampak migran terhadap kondisi sosial ekonomi adalah berkurangnya interaksi, kasih sayang, bimbingan, dorongan dan perlindungan Bapak terhadap anak, beban istri menjadi lebih besar meningkatnya pendapatan keluarga dan tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga. Kata kunci: Migran sirkuler, sosial dan ekonomi. Abstract The aims of the research are to find out the factors supporting and attracting circular migrants in Gaya Baru village, and analyze the pattem of social economic relationship of circular migrant families in Gaya Baru Village, and analyze the impact of circular families on social economic condition of circular migrant families in Gaya Baru Village, Lapandewa District, Buton Regency. The methods of obtaining the data were documentation, in-depth interview, end observation. The
1
data were analyzed by using qualitative analysis. The results of the research reveal that the factor to do circular migrants are limited vocation, low income, and minimum public facilities in Gaya Baru Village. The factors attracting to do circular migrant are opportunity to get fish and more income in the migrant area. The patterns of social economic relationship are that the wives take care, of their children with the help of their parents and parents-in-low; husband and wives have a good relationship with the families of their wives and husband; and they help each other to land and borrow money. The impact of migrant on social economic condition are the lack of social interaction, affection, guidance, and fathers’ support and protection on their children wives’ burden is bigger and bigger to increase families income and fulfillment level of family needs. Key words : circular migrants, social, economic. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sekarang ini sedang mengalami berbagai persoalan di berbagai bidang kehidupan, di bidang pembangunan yang dibarengi dengan proses perubahan sosial, di mana bangsa Indonesia masih memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dengan persebaran yang tidak seimbang antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan. Fenomena ini merupakan implikasi dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang, sehingga menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari desa ke kota atau urbanisisasi. Secara sosiologis, migrasi desa-kota tidak sekedar gerak yang berkenaan dengan lintasan batas-batas geografi. Lebih mendasar lagi, gerak ini merupakan wahana melintasi batas-batas budaya agraris-tradisional dengan budaya industrial–modern. Migrasi berasal dari desa, di mana wujud kesatuan atas dasar tinggal dekat dan atas dasar keturunan masih di junjung tinggi. Kehidupan sosial dan ekonomi bertumpang tindih dalam tindakan kolektif karena adanya saling ketergantungan ekologi maupun proses-proses biologi dalam berproduksi (Everett S.,Lee dalam terjemahan Hans Daeng; 1984). Interaksi antar tetangga rumah, tetangga dusun dan tetangga desa berlangsung dengan berhadapan muka dan bersifat mendalam. Waktu senggang yang digunakan untuk membangun hubungan silaturahmi dan bercengkerama dengan masyarakatnya cukup besar dan dipandang sebagai kebutuhan mendasar. Persoalan migrasi secara umum sebenarnya sangat terkait dengan pola hubungan antara manusia yang terbangun jauh sebelum peradaban manusia modern terbangun. Dalam berbagai dimensi yang mengikutinya aktivitas migrasi yang berkembang telah mengalami berbagai pergeseran makna maupun konsepsi, di sini jelas membicarakan proses migrasi dalam konteks pembangunan regional, nasional maupun lokal secara makro hampir tidak dapat dihindari, disamping itu kecenderungan terjadinya konsentrasi kelompok-kelompok migran baru di suatu wilayah terutama di perkotaan
2
menjadi sebuah fenomena yang tidak bisa terhindarkan ( Abdul Haris, 2005). TINJAUAN PUSTAKA Dalam konsep sosiologi, menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack (dalam Soekanto, 1999) menyatakan bahwa gerak sosial (social structure) yaitu: pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Misalnya seseorang yang berprofesi sebagai guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik toko buku, maka ia melakukan gerak sosial (mobilitas sosial). Menurut Sorokin (dalam Soekanto, 1999) tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam yaitu: gerak sosial yang horizontal dan gerak sosial vertikal. Gerak sosial yang horizontal adalah merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya yang sederajat. Sedangkan gerak sosial yang vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial kekedudukan lainnya, yang tidak sederajat, dan melihat makna gerak sosial penduduk (population mobility) sebagai gerak spesial, fisik atau geografis dengan berbagai tujuannya. Namun sebenarnya makna utamanya adalah untuk kepentingan peningkatan ekonomi dan perbaikan tingkat pendidikan. Gerak penduduk tersebut berlangsung dari desa ke kota, jarang terjadi sebaliknya. Menurut Petersen (dalam Baso, 1990) ada dua tipe migrasi, yaitu migrasi konservatif (Konservative migration) dan migrasi inovatif (innovative migration). Migrasi Koservatif adalah perpindahan dari satu tempat ketempat lain untuk mempertahankan gaya hidup tertentu, sedangkan migrasi inovatif adalah migrasi yang bertujuan untuk memperoleh gaya hidup baru. Selanjutnya Patersen (dalam Baso,1990) mengemukakan adanya empat macam migrasi, yaitu: 1. Migrasi primitif (Primitive migration) yaitu migrasi yang disebabkan oleh semakin menurunnya daya dukung alam. 2. Migrasi paksaan (impelled or forced migration), yaitu migrasi yang disebabkan oleh kekuatan politis atau kekuatan ekonomis yang memaksa orang untuk pindah. 3. Migrasi bebas (Free migration), yaitu migrasi yang didasarkan pada keinginan individu untuk pindah. 4. Migrasi massal (mass migration), yaitu migrasi yang terjadi karena adanya kekuatan-kekuatan sosial atau pola-pola sosial yang merupakan suatu kebiasaan atau tingkah laku sosial. Selain ke-empat macam migrasi di atas di Indonesia setidak-tidaknya dikenal dua tipe migrasi, yaitu: 1. Transmigrasi, yaitu migrasi struktural yang direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah, 2. Migrasi yang bersifat sosio-kultural. Terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakan untuk menyebut “keluarga”. Keluarga bisa berarti ibu, bapak anak-anaknya atau seisi rumah. Bisa
3
juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat. Defenisi keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, adopsi serta tinggal bersama. Pengertian keluarga di atas secara sosiologis menunjukkan bahwa dalam keluarga itu terjalin suatu hubungan yang sangat mendalam dan kuat, bahkan hubungan tersebut bisa disebut hubungan lahir batin. Bentuk keluarga sangat berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Bentuk ini dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga, yaitu keluarga batih dan keluarga luas, dilihat dari system yang digunakan dalam pengaturan keluarga, dilihat dari system yang digunakan, yaitu keluarga pangkal (stem family) dan keluarga gabungan (joint family), dan dilihat dari segi status individu dan keluarga, yaitu proyeksi dan keluarga orientasi; maka ada dua bentuk keluarga antara lain: a. Keluarga Batih (Nuclear Family) Keluarga batih ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanaknya yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga conjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri bersama anak-anaknya. Dan juga dapat dikatakan hubungan intim antara suami dan istri lebih mendalam, namun biasanya dikaitkan dengan suatu hubungan pertukaran yang menyenangkan. Apabila suami mampu memberikan suasana kepuasan batin dan materi, hubungan suami istri bisa dipertahankan. Akan tetapi, apabila hubungan suami dan istri menyebabkan mekanisme pertukaran sosial tidak berjalan, terbuka bentuk berpisah. b. Keluarga Luas (Extended Family) Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas ialah keluarga batih ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Sebutan keluaraga yang diperluas (Extended Family) digunakan bagi suatu system yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam suatu atap rumah tangga. Fungsi Keluarga Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yaitu fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relative lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain: a. Fungsi biologik Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh faktorfaktor: a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa kekota b. Makin sulitnya fasilitas perumahan
4
c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan keluarga e. Meningkatkan taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fasilitasnya f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak. g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah h. Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi b. Fungsi Afeksi Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cintah kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin imperasional, sekuler, dan asing, pribadi sangat membtuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi itu tidak trdapatdalam institusi sosial yang lain. c. Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan,cinta-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadianya. Sedangkan mac Iver and Page menyatakan “ the primary functions” dari keluarga moderen adalah sebagai berikut : a. Prokreasi dan memperhatikan dan membesarkan anak b. Kepuasan yang lebih stabil dari kebutuhan seks masing-masing pasangan c. Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya, kebudayaan dan kasih sayang Peran Anggota Keluarga Dalam teori ini tampak bahwa pembagian tugas antara istri dan suami memiliki tugas masing-masing dalam keluarga. Akan tetapi seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, peranan ibu tidak lagi hanya pada urusan rumah tangga saja namun ibu harus bekerja di luar rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ibu dalam menjalankan perannya yang tadinya hanya menjalankan perannya sebagai ibu, namun kini ia menjalankan peran sebagai ibu dan peran sebagai kepala keluarga yang dahulunya dijalankan oleh ayah. Gambaran mengenai peran yang harus dilakukan ibu yang menjalani peran sebagai kepala keluarga: Peran Ibu; a) Sebagai istri dan ibu b) Sebagai pencari nafkah tambahan c) Sebagai pengurus rumah tangga d) Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak e) Sebagai anggota kelompok masyarakat.
5
Peran Ayah; a) Sebagai suami dan ayah b) Sebagai pencari nafkah utama c) Sebagai Kepala Keluarga d) Sebagai pendidik dan pelindung keluarga e) Sebagai anggota kelompok masyarakat Dengan adanya tanggung jawab atas peran yang baru, dimana ibu tetap bertahan menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, memberikan tekanan pada terjadinya tingkah laku yakni dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gaya Baru Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton. Waktu penelitian Bulan April-Mei 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian adalah studi kasus yang dianalisa secara kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak, oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna, artinya bahwa hasil penelitiannya dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut mempunyai karakteristik yang tidak terlalu jauh berbeda. (Sugiyono, 2002). Jenis sumber data yang penulis lakukan adalah: 1. Data Primer yakni data yang diperoleh langsung pada lokasi penelitian, yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah melakukan migrasi sirkuler yang berjumlah lima anggota keluarga migran, yang berumur 30 tahun sampai 51 tahun dan berprofesi sebagai nelayan sedangkan informan penunjang adalah Kepala Desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 2. Data sekunder yakni data-data pendukung yang diperoleh berdasarkan hasil penelusuran berupa Peraturan Perundang-Undangan, buku-buku literatur, jurnal serta dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian. Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara observasi dan wawancara secara mendalam (depth interview) serta data dari kajian pustaka yang relevan dengan fokus penelitian Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, di mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari keluarga pelaku migran dan masyarakat di lokasi penelitian, dan masyarakat tersebut sebagai sumber data dalam penelitian. Dalam melakukan pengamatan, peneliti ikut berinteraksi dengan masyarakat, baik masyarakat yang melakukan migran dan keluarganya yang masih menetap di desa. Menurut Sugiyono (2008) dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan dapat diketahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak. Wawancara yang mendalam dilakukan dengan tekhnik wawancara tak berstruktur, di mana wawancara tak berstruktur ini adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
6
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan tetapi bisa bebas untuk menelusuri pada hal-hal yang lebih spesifik. Untuk lebih menelusuri permasalahan yang lebih sempurna penulis juga menggunakan dengan tekhnik purposive sampling. Teknik yang digunakan dalam analisa data ini adalah teknik analisa data komponensial atau dengan menganalisa komponen-komponen atau data-data yang berhubungan dengan masalah Faktor penarik, faktor pendorong, bagaimana pola hubungna sosial keluarga migran dan bagaimana dampak migran sirkuler, komponen ini peneliti analisa sesuai dengan indikator faktor pendorong yakni mengenai makin berkurangnya sumber daya alam, menyempitnya lapangan pekerjaan dan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik; faktor penarik dengan indikator ajakan dari teman-teman, adanya kesepakatan dengan keluarganya untuk bermigrasi dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik’ aspek sosial dengan indikator yaitu memelihara dan membimbing anak, menyekolahkan anak, meneruskan nilai-nilai budaya/sosialisasi dan aspek sosial ekonomi dengan indikator tentang pendapatan, pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan. Defenisi konseptual yang digunakan oleh penulis dalam rancangan penelitian ini adalah: 1. Migran sirkuler: penduduk yang meninggalkan desa ke daerah lain dalam waktu lebih dari satu hari dan kurang dari satu tahun serta tidak punya niat untuk menetap di daerah tujuan. 2. Keluarga : Sekumpulan orang yang hidup bersama untuk waktu dan tempat tinggal yang sama. 3. Pola hubungan: bentuk-bentuk relasi yang terjalin antar anggota keluarga, antara suami dan istri atau antara anak dan orang tua dan pola hubungan keluarga yang di tinggalkan dengan keluarga suami dan keluarga istri. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor Pendorong Melaukan Migrasi Sirkuler Berdasarkan uraian pada deskripsi keluarga migran, maka ditemukan beberapa faktor pendorong terjadinya migrasi. Pekerjaan utama para suami jika tinggal di Desa Gaya Baru adalah nelayan. Kapal yang digunakan adalah kapal kecil dan wilayah jelajah tangkapan ikan hanya di teluk dan perairan sekitar Desa Gaya Baru. Masyarakat di Desa Gaya Baru banyak sekali yang pekerjaannya menangkap ikan sehingga tingkat persaingan dalam penangkapan ikan sangat tinggi sehingga ikan yang didapat hanya sedikit. Secara total jumlah tangkapan ikan yang didapat oleh masyarakat di Desa Gaya Baru jauh lebih banyak dari pada kebutuhan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penawaran ikan (supply) lebih besar dari jumlah permintaan ikan (demand). Hal ini menyebakan harga ikan menjadi murah. Jadi pendapatan masyarakat yang tinggal (tidak bermigran) adalah rendah.
7
Pandangan Pemikiran Teoritis Faktor pendorong seseorang melakukan migrasi karena: -. Berkurangnya sumber daya alam pada tempat asal - Menyempitnya lapangan pekerjaan - Alasan karena pekerjaan atau perkawinan - Adanya tekanan atau diskriminasi politik agama, suku di daerah asal. - Bencana alam atau wabah penyakit (Munir,1981) Hasil Temuan Lapangan - Terjadi kesesuaian dengan sebagian pandangan pandangan pemikiran dengan temuan lapangan di Desa Gaya Baru bahwa faktor penarik menurut para informan adalah karena: - Faktor sumber daya alam yang semakin hari semakin berkurang - Menyempitnya lapangan pekerjaan. - Alasan pekerjaan yang lebih menjanjikan di tempat migran Pengambaran perpaduan antara pandangan/pemikiran dan temuan lapangan menunjukkan bahwa di Desa Gaya Baru, keluarga melakukan migrasi karena tiga faktor yang mendominasi yakni menyempitnya lapanagan pekerjaan di daerah asal, , makin berkurangnya sumber adaya alam dan karena alasan mencari pekerjaan yang lebih baik. 2. Faktor Penarik Melakukan Migrasi Sirkuler Dalam melkukan migrasi sirkuler selain faktor pendorong ada juga faktor penarik di lokasi migran, Berdasarkan uraian pada deskripsi keluarga migran, maka ditemukan beberapa faktor penarik melakukan migran Kaitannya dengan faktor penarik timbulnya migrasi menurut Munir (1981), yaitu: 1. Adanya kesepakatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok 2. Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik 3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi 4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang lebih menyenangkan 5. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat untuk berlindung Pandangan dan Pemikiran Teoritis - Adanya kesepakatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok - Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik - Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi - Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang lebih menyenangkan (Munir, 1981). Hasil Temuan Lapangan - Keluarga melakukan migran karena ajakan teman-teman yang pernah melakukan migrasi sirkuler - Pendapatan di tempat migrasi lebih menjanjikan, terutama harga penjualan ikan.
8
Penggambaran pandanga/pemikiran teoritis dengan temuan lapangan menunjukkan bahwa ada kesesuain antara pandangan pemikiran teoritis dengan temuan lapangan terutama pada pandangan bahwa faktor penarik adalah untuk meningkatkan pendapatan dari keluarga migran itu sendiri ini sesuai dengan pendapat dari Munir. Dan juga temuan lapangan diperkuat pula oleh informan utama tersebut di atas. Sementara Everett (terjemahan oleh Hans Daeng: 1984) menganalisis pengaruh orang mengambil keputusan untuk bermigrasi dan proses migrasi yang disingkat menjadi empat pokok pembicaraan, yaitu: pertama faktor-faktor yang terdapat di daerah asal; kedua, faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan; ketiga penghalang antara, dan; ke-empat faktor-faktor pribadi. 3. Aspek Sosial Keluarga dari istri banyak yang turut membantu membina anak-anak keluarga migran. Interaksi dan komunikasi antara keluaga migran dengan keluarga istri lebih banyak dibanding interaksi dan komunikasi dengan keluarga suami. Hal ini disebabkan karena tanggungjawab utama dalam memelihara, membesarkan dan membina anak setelah suami bermigran adalah berada di tangan ibu (istri). Hubungan antara istri dengan keluarga istri tentu secara umum lebih dekat dan lebih akrab dibanding dengan hubungan terhadap keluarga suami. Secara umum keluarga migran tetap berusaha menjaga hubungan kekeluargaan yang baik terhadap keluarga istri dan keluarga suami. Pandangan dan Pemikiran Teoritis - Hubungan-hubungan sosial yang dinamis merupakan konsep dasar dari interaksi sosial antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia - bentuk perilaku sosial; dalam bentuk yang lebih khusus lagi merupakan bentuk interaksi antara orang dengan orang. inetraksi adalah suatu proses timbal balik dengan mana seseorang atau sekelompok orang sehingga menimbulkan reaksi dari seseorang atau sekelompok orang yang dipengaruhi (Soekanto, 2009). Temuan Hasil Lapangan - Hubungan sosial keluarga keluarga migran terutama dari keluarga suami berjalan dengan baik. - Istri masih tetap berhubungan dengan keluarga suami. - Istri masih tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di desa. - Dalam hal mendidik anak semuanya berada pada tanggungjawab istrinya. Penggambaran pandangan pemikiran teoritis dan temuan lapangan menunjukkan bahwa keluarga migran mempunyai pola hubungan yang baik dan dari segi pola hubungan antara tetangga dan masyarakat tetap terjaga karena istri keluarga migran juga tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang di lakukan di desanya.
9
Melihat kondisi hubungan sosial tersebut yang menyangkut dengan keluarga migran, maka Soekamto (1990) menyatakan bahwa keluarga adalah merupakan kelompok-kelompok kecil (small group) dalam kerangka masyarakat tertentu. Dari pandang sudut sosiologi, keluarga tidak semata-mata dilihat sebagai “kinship group” yang terdiri dari ayah ibu, dan anak yang terhimpun atas pertalian darah dan perkawinan, tetapi juga ditempatkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat (Usman, 1998). Aspek Ekonomi Sumber pendapatan keuangan keluarga yang utama adalah dari suami. Uang remitan dari suami tidak menentu kadang banyak dan kadang kurang, namun jika dirata ratakan bisa lebih dari Rp 1.000.000 per bulan. Pandapatan ini belum cukup untuk memenuhi semua hidup, pakaian dan perumahan yang layak. Sebagian istri keluarga migran turut bekerja untuk mencari uang seperti buruh bangunan dan jualan. Kadangkala terjadi kekurangan uang keluarga. Untuk menutupi kekurangan tersebut, ada istri yang pinjam uang dari orang tuanya atau orang tua suami atau dari dari bos pemilik kapal motor atau utang di toko. Nanti setelah ada uang remitan dari suami baru dibayar utang tersebut. Terkadang juga orang tua istri atau orang tua suami kekurangan uang sehingga kadang pinjam uang sama keluraga migran dan nanti dibayar setelah ada uang orang tua. Jadi di sini kelihatan bahwa terjadi pinjam meminjam antar keluarga migran dengan orang tuanya. Pada waktu suami pulang migran dan kebeltulan bawa uang yang banyak, maka biasa ada sedikit yang disisihkan untuk diberikan kepada orang tua. Pandangan Dan Pemeikiran Teoritis - Salah satu ciri dari jaringan yang diciptakan oleh generasi migran terdahulu adalah independensinya secara ekonomis antara daerah asal dan daerah tujuan (Hugo, dalam, Mulyadi, 2003 : 165). - Sektor pertanian merupakan sumber utama dari surplus tenaga kerja ketika berlangsung transisi yang sukses menuju pertumbuhan ekonomi modren, (Pauuw,dalam Mulyadi, 2003 : 165). Temuan Hasil Lapangan - Keluarga migran dari segi ekonomi tetap tidak merasa cukup, pendapatan yang mereka dapatkan hanya memenuhi kebutuhan dasarnya saja, untuk kebutuhan lain mereka dalam hal ini istri sering mencari kerja tambahan seperti membuat batako,jual ikan dan jual kue-kue tradisional. - Sumber pertanian tidak merupakan sumber utama mata pencaharian keluarga migran, yang merupakan penopang pertumbuhan ekonomi masyarakat, oleh karena itu salah satu yang di lakukan keluarga adalah dengan jalan melakukan migrasi sirkuler. Penggambaran pandangan pemikiran teoritis dengan temuan lapangan menujukkan bahwa di satu sisi terdapat kesesuain antara penadngan pemikiran teoritis dengan temuan lapangan tapi di sisi lain pandangan pemikiran teoris dan temuan lapangan bertolak belakang. Ini dapat dilihat bahwa pandangan pemikiran
10
yang menyatakan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu surplus tenaga kerja dalam suatu masyarakat, tetapi temuan lapangan di Desa Gaya Baru sektor pertanian tidak dapat mendukung untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 4. Dampak Migran Sirkuler terhadap Kondisi Sosial Para istri yang ditinggal suami melakukan migran menyadari bahwa memelihara, membesarkan dan membina anak adalah tugas dan tanggungjawab orang tua. Istri yang ditinggalkan suami, tentu memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap anak dalam memelihara, membesarkan dan membina anak jika dibandingkan seandainya ada suami di rumah. Pada saat tidak ada suami, maka istri mengambil alih tanggungjawab suami di rumah. Hal ini sesuai dengan Hugo (dalam Baso 1990) bahwa terpisahnya antara suami dan istri untuk jangka waktu yang lama, menyebabkan wanita dan anak-anak kadang-kadang mengambil alih peran-peran yang selama ini secara tradisional tidak pernah dilakukannya. Dengan adanya migrasi sirkuler, maka suami tidak ikut memelihara, membesarkan dan mendidik anaknya. Anak-anak kadang mencari-cari dan menanyakan bapaknya terutama waktu ada masalah misalnya sakit, waktu dimarahi ibunya atau berkelahi dengan sesama anak-anak. Pada saat itu, anak-anak mengharapkan adanya kasih sayang dan perlindungan dari bapaknya sementara bapaknya bermigran. Hal ini berdampak negatif terhadap kondisi psyikologi anak seperti menjadi kurang perhatian terhadap tugas dan tanggungjawab bapak terhadap anak. Pandangan dan Pemikiran Teoritis - Fungsi-fungsi keluarga adalah pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, defenisi status, perlindungan, dan ekonomi.(Goode, 2007). Temuan Hasil Lapangan - Sebagaian fungsi keluarga tidak berjalan dengan baik, misalnya sosialisasi seorang terhadap anaknya karena jarang dilakukan - Pola hubungan antara suami istri dan anak-anak renggang karena jarang bersamasama. - Kondisi anak dari segi psikologi kurang baik karena sering di tinggal oleh bapaknya. - Kondisi keluarga terutama anak-anaknya kurang terlalu akrab dengan bapaknya Penggambaran pemikiran /pandangan teorisis dengan temuan lapangan menujukkan bahwa keluarga migran mempunyai pola hubungan yang bersifat renggang karena mereka kurang bertemu, anak-anak keluarga migran tidak terlalu akrab dengan nya. Hal tersebut memperkuat bahawa hubungan sosial dalam keluarga berdampak juga pada perkembangan anak dalam bergaul dengan sesama temannya. Menurut tokoh pendidikan bahwa motivasi anak yang bermigran dengan yang tidak bermigran adalah tinggi. Hal ini berbeda dengan pandangan penulis bahwa anak yang orang tuanya bermigran dengan yang tidak bermigran memiliki motivasi yang rendah untuk meningkatkan pendidikan. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa anak yang putus sekolah setelah tamat SD, pada hal pemerintah sudah menetapkan pendidikan wajib belajar 9 tahun dan pendidikan gratis bagi anak yang sekolah pada pendidikan dasar 9 tahun.
11
5. Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap konomi Sumber pendapatan keuangan keluarga sebagian besar dari suami. Ada keluarga yang hanya memperoleh pendapatan dari suami yang melakukan migran, ada juga sebagian istri yang mencati tambahan keuangan melalui kerja membantu tukang batu, jual kue dan menjual di pasar. Tingkat pendidikan suami secara umum sangat rendah yakni tamatan SD bahkan sebagian tidak tamat SD. Selain itu, mereka tidak memiliki keterampilan khusus selain menangkap ikan. Hal ini menyebabkan suami hanya menggantungkan hidupnya dari pekerjaan menangkap ikan dan pekerjaan yang tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi seperti buruh bangunan atau jual ikan. Selain itu, lapangan kerja yang tersedia di Desa Gaya bagu untuk mereka hanya menangkap ikan,berkebun, buruh bangunan, dan berdagang kecil-kecilan. Pekerjaan itu pun sangat terbatas dan dengan penghasilan yang sangat rendah. Hasilnya paling hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat sederhana. Hasilnya itu tidak bisa diharap untuk membeli makanan yang memenuhi kebutuhan gizi, pakaian yang baik, rumah yang baik dan sekolah. Jika mereka tidak melakukan migran maka jelas bahwa sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang layak. Bahkan pada saat mereka tidak migran, maka pendapatannya menangkap ikan tidak cukup untuk makanan yang layak. Pengahasilan per bulan kurang dari Rp 1.000.000, itupun termasuk untuk pemenuhan kebutuhan suami. Pandangan dan Pemikiran Teoritis - Penciptaan keseimbangan ekonomi antara kota dan desa. - Keseimbangan kesempatan ekonomi yang lebih layak antara desa dan kota merupakan suatu unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam strategi menanggulangi masalah-masalah pengangguran di desa maupun kota (James II Weaver (Susanto, 1984) Temuan Lapangan - Kondisi ekonomi keluarga migran lebih baik bila dibandingkan mereka belum melakukan migrasi sirkuler - Keluarga migran merasa terbantu dengan melakukannya migrasi sirkuler. - Pendapatan keluarga meningkat Penggambaran pandangan/ pemikiran teoritis dan hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa kondisi keluarga migran dari segi ekonomi lebih baik bila dibandingkan belum melakukan migrasi sirkuler, karena dengan melakukan migrasi sirkuler pendapatan ekonomi bisa meningkat. Hal tersebut memberi dampak bahwa dengan melakukan migran sirkuler kebutuhan keluarga dapat terbantu, bila dibandingkan sebelum melakukan migrasi sirkuler, ini juga hampir sebagian besar yang dirasakan oleh migran yang lain. Ini juga mengindikasikan bahwa migran sirkuler di Desa Gaya Baru memberi dampak positif terhadap kondisi ekonomi keluarga yakni meningkatkan pendapatan keluarga. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh wariso (1989) bahwa dengan pola migrasi sirkuler, keluarga migran sirkuler memiliki sumber nafkah ganda.
12
Dari sumber lain yang dilakukan oleh keluarga migran sebagai Uang remitan biasanya digunakan untuk membayar utang, membeli bahan makanan, beli pakaian, biaya sekolah anak dan memperbaiki/membangun rumah. Selain itu, terkaang ada sedikit yang diberikan kepada orang tua suami dan orang istri. Tidak ada yang ditabung. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor pendorong dan penarik melakukan migran sirkuler adalah: a. Faktor pendorong melakukan migrasi sirkuler adalah rendahnya pendapatan keluarga migran, menyempitnya lapangan pekerjaan, berkurangnya sumber daya alam di Desa Gaya Baru. b. Faktor penarik melakukan migrasi sirkuler adalah adanya teman-teman nelayan yang mengajak untuk bermigrasi, tersedianya ikan yang banyak dan besar di tempat tujuan, harga ikan yang lebih tinggi, pendapatan migran yang lebih besar dari yang tidak bermigrasi. 2. Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga Migran a. Pola Hubungan sosial antar keluarga terutama suami, kerabat dan masyarakat sangat baik. Interaksi dan komunikasi antara keluaga migran dengan keluarga istri lebih banyak dibanding interaksi dan komunikasi dengan keluarga suami. Istri berusaha menjaga hubungan kekeluargaan yang baik terhadap keluarga istri dan keluarga suami. Pada saat suami datang (pulang kampung), suami selalu berkunjung ke orang tua suami dan orang tua istri. b. Pola Hubungan ekonomi yang terjadi adalah pola hubungan kekeluargaan, di mana pada waktu keluarga migran mengalami kekurangan uang, maka biasanya mereka meminjam sama orang tua, nanti tidak ada baru minta pinjam sama mertua. Demikian sebaliknya, pada waktu orang tua kekurangan uang, maka biasanya mereka meminjam kepada anak/menantunya. Pada waktu suami datang dan kebetulan ada banyak uang yang dibawa, maka biasanya ada sedikit yang disisihkan untuk orang tua suami maupun orang tua istri 3. Dampak migrasi terhadap kondisi sosial ekonomi migran sirkuler: a. Dampak migrasi terhadap kondisi sosial adalah berkurangnya interaksi, kasih sayang, bimbingan, dorongan dan perlindungan bapak terhadap anak. Mencegah timbulnya konflik akibat terbatasnya lapangan kerja, persaingan kerja yang ketat dan kurangnya pendapatan. b. Dampak migrasi terhadap kondisi ekonomi keluarga adalah meningkatnya pendapatan keluarga dan tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Kabupaten Buton untuk memberikan pelatihan berbagai keterampilan teknis
13
kepada anak dan generasi muda yang sudah tidak sekolah 2. Kepada para ilmuan dan akademisi agar hasil peneltian ini dapat dijadikan bahan informasi yang ilmiah untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Pemberdayaan ibu rumah tangga terutama bagi keluarga yang melakukan migrant sirkuler agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya selain peningkatan keterampilan jual ikan juga melalui pendidikan dan keterampilan berupa kursus kerajinan tangan, industry rumah tangga dan teknologi tepat guna. DAFTAR PUSTAKA Agus, Salim, 2002, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, PT Tiara Wacana, Yogya. Anantas, Aris, 1993, Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembagunan Ekonomi, Lembaga Demografi dan Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Baso A, Gani, 1990, Dampak Migrasi Sirkuler Pada Kehidupan Sosial Masyarakat Pantai (Studi Kasus Pada Empat Tipe Desa Pantai di Sulawesi Selatan), Tesis, Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. BPS, 2010a, Kabupaten Buton Dalam Angka. BPS Kab, Buton, Buton. ………..2010b, Kecamatan Lapandewa Dalam Angka, BPS Kab, Buton, Buton. Brian, Turner, 2003, Teori-Teori Sosiologi Modernitas Posmodernitas, Pustaka Pelajar, Jogyakarta Bungin Burhan, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Effendi, S, 1986, Studi Mobilitas Sirkuler Penduduk Ke Enam Kota Besar di Indonesia, Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Effendi, Tajuddin Nur, 1993, Sumber Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskina,. Tiara Wacana, Yogyakarta. Lee, Everett S, Terjemahan Hans Daeng, 1984, Suatu Teori Migrasi, Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gilbert, Alan, Josef Gugler, 1996, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga, PT. Tiara Wacana, Jakarta. Goode, William, J, Tahun, 1993, Sosiologi Keluarga, Bumi Aksara, Jakarta. Haris Abdul, 2005, Gelombang Migrasi Jaringan Perdagangan Manusia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Herlianto, 1986, Urbanisasi dan Pembangunan Kota, PT. Alumni, Bandung. Hendi Suhendi, 2001, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.CV Pustaka Setia. Bandung Husaini Usman dan Purnomo Setiady. 2008, Metodologi Penelitian Sosial, PT Bumi Aksara, Jakarta. 14
Jumadi. 2000, Migrasi dan Integrasi Sosial di Daerah Perkotaan (Studi Pada pengrajin Emas Asal Sidrap di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar). Tesis, Universitas Hasanuddin, Makassar. Khairuddin, 1985, Sosiologi Keluarga Nurcahaya-Yogyakarta Anggota IKAPI. Leibo, Jefta, 1990, Sosiologi Pedesaan, Andi Offset, Yogyakarta. Manning, Chris, Tadjuddin Noer Effendi, 1985, Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota, Gramedia Jakarta. Mantra, Ida Bagus. 1985. Migrasi Penduduk Indonesia: Suatu Analisa Hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1980. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada, Yokyakarta. Santoso M, Iman Santoso, 2004, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Pandu, Maria E, 2009, Modul Mata Kuliah Sosiologi Keluarga, Makassar ………. 2004. Kependudukan Birokrasi dan Reformasi Ekonomi. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Rachbini, Didik, J, Abdul Hamid. 1994, Ekonomi informal di Perkotaan. LP3ES, Jakarta. Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu berpengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Pers, Jakarta. R.H. Pardoko, 1986, Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi, Angkasa, Bandung. Rozy Munir, 1981, Migrasi dalam Dasar-Dasar Demografi, LDFE Universitas Indonesia, Jakarta. Schrool, J, W, 1981, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan NegaraNegara Sedang Berkembang. Gramedia, Jakarta. Simanjuntak, B, 1992, Perubahan dan Perencanaan Sosial, Tarsito Bandung. Soekanto Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif. CV Alfabeta, Bandung. Suparto, 1987, Sosiologi dan Antropologi, CV. ARMICO, Jakarta. Sztompka Piotr, 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media Group, Jakarta. Usman Sunyoto, 2010, Pembangunan dan Pemberdayaaan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Tjiptoherijanto, Prijono 1997, Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
15