1
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Media Simpan terhadap Kualitas Biji Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Selama Masa Simpan Haryono Siswanto, Tutik Nurhidayati, dan Trimanto Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Purwodadi, Pasuruan
1
1
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111; 2Jl. Surabaya Malang Km 65, Pasuruan 67163, Jawa Timur e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Biji eboni merupakan biji yang bersifat rekalsitran sehingga memerlukan penanganan khusus dalam mempertahankan kualitasnya selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Natrium Benzoat dan media simpan dalam mempertahankan kualitas biji eboni selama 30 hari masa simpan. Konsentrasi natrium benzoat yang digunakan adalah: 0 gr/L, 1 gr/L, 2 gr/L, 3 gr/L dan menggunakan media simpan yang berupa arang sekam, serbuk gergaji, dan media kombinasi berupa arang sekam dan serbuk gergaji (1:1) kemudian disimpan selama 30 hari. Menggunakan rancangan acak lengkap dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Dilakukan uji statistik anova two way lalu dilanjutkan uji tukey dengan taraf kepercayaan 95% untuk menguji pengaruh perlakuan terhadap kualitas biji eboni. Biji eboni yang telah disimpan selama 30 hari kadar air biji dapat dipertahankan hingga batas kritis di atas 70% yaitu 75,71% dengan media serbuk gergaji dan 73,46% pada media arang sekam. Hasil persentase menunjukkan bahwa media simpan dapat mempertahankan kadar air biji selama masa simpan. Perendaman biji dengan menggunakan larutan natrium benzoat dapat mencegah biji terserang oleh kapang selama masa penyimpanan berlangsung, biji yang memiliki persentase biji yang berjamur paling rendah adalah biji eboni yang direndam kedalam larutan natrium benzoat konsentrasi 3 gr/L dengan hasil 4,76% hal ini membuktikan bahwa perlakuan perendaman biji sebelum biji disimpan dapat menekan pertumbuhan kapang selama biji mengalami masa penyimpanan. Kedua perlakuan yang telah diberikan dapat mempertahankan kualitas biji eboni selama masa peyimpanan namun tidak dapat mempertahankan viabilitas biji eboni saat biji dikecambahkan. Kata kunci : Kadar Air, Kualitas Biji Eboni, Media Simpan, Natrium Benzoat.
ABSTRACT Ebony are recalcitrant seed that require special handling to maintain during the storage period. This study intend to determine effect concentration of Sodium Benzoate and storage media in maintaining seed quality ebony for 30 days shelf life. Concentration of sodium benzoate used is: 0 g / L, 1 g / L, 2 g / L, 3 g / L and using storage media in the form of rice husk, sawdust, and the combination of media such as rice husk and sawdust (1: 1) and then stored for 30 days. Using a completely randomized design with repeat 3 times. Statistical test and two way ANOVA followed by Tukey test level of 95%. Ebony seeds that had been stored for 30 days seed water content can be maintained up to a critical limit above 70% is 75.71% with sawdust medium and 73.46% in rice husk. Results showed that the percentage of storage media can maintain seed water content during storage period. Soaking seeds in a sodium benzoate solution can prevent seeds attacked by fungi during storage takes place, the seeds which have a percentage of moldy beans levels the lowest is the ebony seeds soaked into of sodium benzoate solution concentration of 3 g / L to 4.76%, this results prove that the treatment of seeds before soaking seeds stored may suppress mold growth experienced during seed storage period. Both treatment was given to maintain the quality of ebony seeds during the storage period, but could not maintain the viability of ebony seeds when the seeds germinated. Keywords: Quality Seeds Ebony, Sodium Benzoate, Media Store, Water Content
2 I. PENDAHULUAN
iospyros celebica Bakh. merupakan jenis tumbuhan berkayu. yang termasuk jenis tanaman endemik Indonesia dan penyebarannya sangat terbatas. Pohon Diospyros celebica Bakh. hanya bisa dijumpai di Kepulauan Sulawesi dimana populasi terbanyak berada di Sulawesi Tengah [1]. Kayu Diospyros celebica Bakh. tergolong dalam kelas Ebenaceae yang merupakan jenis tanaman kayu hutan, tergolong mewah (Fancy wood) dan menjadi primadona dalam dunia perdagangan kayu. Kayu ini sering disebut dengan kayu Eboni karena warnanya yang hitam secara alami[2]. Menurut Surat Edaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 160/Dj PLN/VI/2001 tentang Penetapan Harga Patokan Barang-Barang Ekspor, harga kayu gergajian, kayu belahan, dan tiang pancang kelompok Eboni sebesar US $ 6.000/m3 [3]. Harga kayu eboni yang sangat mahal mendorong orang untuk melakukan penebangan pohon eboni secara illegal sehingga menyebabkan eksploitasi yang tidak terkendali dan menjurus pada penurunan populasinya [4]. Kondisi inilah yang menyebabkan eboni menjadi langka. Eboni tergolong ke dalam status vurnerable [5] yang artinya berada pada batas beresiko tinggi untuk punah di alam sehingga tanaman Eboni dimasukkan kedalam appendix II [6]. Kayu Eboni pada tahun 1990 sudah dinyatakan oleh pemerintah Indonesia sebagai jenis kayu yang terkena larangan tebang dan dilindungi (boleh dilakukan eksploitasi atas persetujuan dan ijin khusus dari Dephut). Peraturan larangan ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 950/IV-TPHH/90 [1]. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk melestarikan tanaman Eboni melalui kegiatan konservasi dengan menetapkan 356 areal konservasi di berbagai pulau yang total luasnya sekitar 17,7 juta hektar [3]. Kegiatan kondisi yang setimbang dengan keadaan lingkungannya. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi biji karena berkaitan dengan laju kerusakan biji yang pada akhirnya akan mempengaruhi viabilitas biji dan menyebabkan penurunan daya kecambah biji [8]. Oleh karena itu, penentuan kadar air biji menjadi suatu faktor penting dalam kegiatan penanganan biji terutama pada teknik penyimpanan biji [9]. Viabilitas biji eboni yang telah dipanen perlu dipertahankan sampai biji eboni dikecambahkan. Viabilitas biji eboni selama masa penyimpanan dapat dipertahankan dengan berbagai cara yaitu salah satunya dengan menambahkan bahan pengawet kimia dan menggunakan media simpan selama masa penyimpanan. Bahan pengawet yang digunakan berfungsi untuk mencegah atau memperlambat kerusakan biji yang disebabkan oleh antimicrobial agents. Perlakuan terbaik untuk menjaga viabilitas biji Agathis loranthifolia Salisb selama masa penyimpanan adalah dengan merendam biji kedalam larutan asam benzoat berkonsentrasi 0,5 gr/l atau 1 gr/l dengan periode simpan 1 hingga 12 minggu. Penelitian ini telah mendapatkan periode simpan selama 3 bulan untuk biji Agathis loranthifolia Salisb dengan daya berkecambah
D
konservasi yang dilakukan pemerintah berupa konservasi secara in situ dan ex situ. Bentuk dari konservasi in situ dapat berupa hutan suaka alam. Konservasi in situ dapat dilakukan dengan memelihara atau melakukan restorasi eboni di habitat alaminya. Kegiatan restorasi dapat dilakukan dengan cara membuat pengadaan bibit eboni untuk ditanam kembali. Konservasi ini lebih sering dilakukan karena biji eboni lebih mudah dikecambahkan karena biji eboni tergolong kedalam biji rekalsitran. Biji rekalsitran merupakan biji yang memiliki masa dormansi pendek dan pada umumnya berkadar air cukup tinggi. Biji eboni yang baru dipanen umumnya memiliki daya berkecambah sekitar 85% dan akan mengalami penurunan apabila disimpan dalam jangka waktu lama [7]. Berdasarkan sifatnya yang rekalsitran, biji eboni memerlukan penanganan khusus melalui konservasi secara ex situ dengan cara menyimpan biji eboni dalam jangka waktu lama. Penyimpanan ini dilakukan karena tanaman eboni menghasilkan biji yang cukup melimpah pada saat pemanenan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan konservasi secara in situ. Tanaman Eboni biasanya mengalami musim berbunga pada bulan Maret-April dan musim berbuah masak pada bulan September-Nopember. Berkenaan dengan masa berbuah tanaman eboni yang terjadi hanya sekali dalam setahun maka biji yang dipanen akan dikonservasi secara ex situ. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolahan konservasi tanaman eboni yang dilakukan secara ex situ terutama dalam hal penyimpanan biji diantaranya adalah viabilitas dan kadar air biji. Kadar air biji menentukan aktifitas fisiologis dan biokimia biji. Kadar air biji selalu berubah tergantung dengan kadar air lingkungannya karena biji memiliki sifat selalu mencapai tertinggi 50,8% dan yang terendah sebesar 16,8% untuk biji yang tidak direndam larutan asam benzoat (kontrol) [9]. Nilai viabilitas biji Agathis loranthifolia Salisb tertinggi dicapai oleh biji yang direndam natrium benzoat 3 gr/l pada periode simpan 2 minggu (73,65%) sedangkan viabilitas benih terendah dimiliki oleh benih yang direndam natrium benzoat 1 gr/l pada periode simpan 14 minggu (19,45%) [10]. Beberapa uraian penelitian menjelaskan bahwa biji yang direndam dengan menggunakan benzoat, viabilbilitasnya akan terjaga dengan baik. Biji yang disimpan dalam waktu lama tanpa diberi pengawet, cenderung mengalami kerusakan oleh mikroba yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas biji secara tidak langsung karena mikroba dapat menyumbat ruang diantara butiran biji yang akan menyebabkan terganggunya sirkulasi udara diantara butiran biji. Sirkulasi udara yang terganggu akan menghambat perkecambahan biji. Selain bahan pengawet, digunakan pula media simpan untuk mendukung proses masa penyimpanan dalam mempertahankan viabilitas biji. Media simpan yang dapat digunakan antara lain adalah arang sekam dan serbuk gergaji. Arang dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena arang dapat mempertahankan kadar air. Hal itu dapat
3 terjadi dikarenakan arang memiliki banyak ruang pori sehingga memperluas permukaan aktivasi arang sehingga arang cenderung konstan mempertahankan daya berkecambah. Media arang memiliki tingkat kelengasan yang tinggi yaitu 9,02 %, dimana hal ini mempengaruhi kemampuan arang untuk mengikat air atau uap air. Daya kecamabah biji eboni dapat dipertahankan dengan cara menambahkan media simpan arang basah dalam proses penyimpanan. Penambahan arang basah dapat mempertahankan daya kecambah biji hingga 70% untuk jangka waktu 12 hari [7]. Biji eboni yang disimpan dengan kadar air dan media arang yang tepat dapat mengurangi laju respirasi. Laju respirasi yang rendah dapat menghambat hilangnya cadangan makanan yang akan digunakan untuk perkecambahan. Peningkatan laju respirasi yang terjadi pada biji dapat pula dihambat dengan menggunakan serbuk gergaji. Serbuk gergaji memiliki kelembaban yang mampu mempertahankan kadar air biji sehingga tidak menurunkan daya kecambah biji saat dikecambahkan setelah disimpan dalam waktu yang lama. Penyimpanan benih Rhizopora apiculata pada ruang kamar dengan media serbuk gergaji mampu mempertahankan viabilitas benih sampai 4 minggu penyimpanann dengan daya berkecambah benih masih tetap 100% [11]. Hasil yang serupa juga terdapat pada penelitian Brugueira gymnorhiza yang disimpan dalam media serbuk gergaji diruang pendingin mampu membuatn benih Brugueira gymnorhiza bertahan selama empat minggu dengan daya berkecambah tetap 100% [12]. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air biji selama masa simpan, kemungkinan biji untuk berkecambah juga semakin tingggi. Berdasarkan uraian yang ada, dari penelitian ini diharapkan konsentrasi Natrium Benzoat dan media simpan dapat memperbaiki kualitas biji Eboni yang disimpan selama 30 hari. II. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium kriopreservasi Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Purwodadi Pasuruan. Waktu penelitian dimulai bulan Januari 2013 – Februari 2013. B. Bahan dan alat penelitian Bahan – bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: biji Diospyros celebica sebanyak 720 buah, larutan Natrium Benzoat (konsentrasi: 1gr/l, 2gr/l, 3gr/l), arang sekam, serbuk gergaji dan media perkecambahan berupa pasir:tanah (1:1). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang bersuhu kamar, besek (wadah yang terbuat dari anyaman bambu), timbangan analitis, higrometer, termometer, pH meter, gelas ukur, handsprayer, alat tulis, polybag ukuran 12x20 cm, timbangan manual, kamera, penggaris, dan pisau.
C. Prosedur Kerja Ruang simpan yang digunakan adalah ruangan bersuhu kamar yang diukur suhu dan kelembabannya. Suhu kamar yang digunakan adalah suhu 270-300 C. Wadah simpan yang digunakan adalah besek (wadah yang terbuat dari anyaman bambu). Jumlah wadah simpan yang digunakan sebanyak 36 buah untuk penyimpanan biji dengan masing-masing perlakuan dan tiap-tiap wadah berisi media berupa arang sekam, serbuk gergaji, arang sekam+serbuk gergaji (1:1) [13]. Media simpan yang digunakan adalah arang dan serbuk gergaji. Masing - masing wadah simpan diisi media simpan sebanyak 200 gram [11]. Media simpan dikering ovenkan hingga berkadar air 0 %. Pengeringan dengan oven ini sekaligus untuk mensterilkan media simpan. Selanjutnya dilembabkan sampai berkadar air 50% dengan cara setiap 100 gram media ditarnbah dengan air 50 ml [14]. Biji eboni yang akan digunakan berasal dari koleksi tanaman Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan. Biji eboni didapatkan dengan cara memanen buah eboni yang telah masak dengan menggunakan bantuan galah bambu. Buah yang didapat kemudian disortasi berdasarkan warna dan ukuran buah. Buah yang telah dipanen kemudian diambil bijinya dan dibersihkan dari daging buah dan kotoran yang menempel. Biji yang telah dibersihkan lalu dikering anginkan selama 2 hari pada suhu kamar. Biji yang telah disiapkan kemudian diberi perlakuan dengan cara direndam kedalam larutan Natrium Benzoat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu, 1gr/l, 2gr/l, 3gr/l selama + 3 jam. Biji eboni sebanyak 20 buah disediakan untuk masing-masing perlakuan konsentrasi [10]. Biji yang telah direndam dengan Natrium Benzoat, kemudian disimpan kedalam wadah simpan yang berisi media simpan. Pada setiap wadah simpan diletakkan 20 biji. Selanjutnya wadah simpan ditutup dan diletakkan di ruang simpan selama 30 hari. Kegiatan pengujian perkecambahan biji dilakukan dengan menggunakan metode langsung yaitu dengan cara menanam biji pada akhir periode simpan. Persemaian dilakukan dengan cara membenamkan biji sedalam 1/3 dari panjang biji. Media perkecambahan yang digunakan untuk mengecambahkan biji eboni adalah campuran antara tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 yang telah dimasukkan kedalam polybag. D. Parameter Pengamatan Pengukuran kadar biji dilakukan pada tiga kondisi, yaitu sebelum dan sesudah direndam larutan Natrium Benzoat selama + 3jam dan setelah disimpan selama 30 hari. Pengukuran kadar air dihitung berdasarkan rumus, yaitu [15]:
Penentuan kadar biji berjamur dilihat dari kulit biji yang ditumbuhi oleh kapang dilakukan dengan mengamati biji eboni yang telah disimpan selama 30 hari kemudian
4 ditentukan kadar biji berjamur secara visual dengan rumus [16]:
III. HASIL dan PEMBAHASAN a. Hasil Pengamatan Kadar Air Biji Eboni (Diospyros celebica. Bakh) Kadar air biji rekalsitran harus tetap tinggi sampai batas tertentu agar viabilitas biji dapat dipertahankan karena viabilitas biji eboni mudah mengalami penurunan, hal itu yang menyebabkan biji rekalsitran tidak memiliki masa dormansi [16]. Hasil uji ANOVA Two-way yang telah dilakukan diketahui bahwa interaksi antara perlakuan media simpan dan perendaman dengan larutan natrium benzoat tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase kadar air eboni karena nilai P value sebesar 0,064. Hasil uji Tukey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa masing- masing perlakuan pemberian konsentrasi natrium benzoat dan media simpan memberikan pengaruh signifikan yang ditunjukan pada tabel 1 dan gambar 1. No
Media simpan
N Mean
Grouping
1
Serbuk gergaji
68.3
A
2 3
Arang sekam Arang sekam+serbuk gergaji
59.7 26
A B
Tabel 1. Hasil uji Tukey perlakuan perlakuan media simpan terhadap kadar air biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan taraf kepercayaan 95%.
mengaktifkan hormon dan enzim pertumbuhan. Aktivasi hormon dan enzim akan meningkatakn respirasi dalam pembentukan ATP, jika hal itu terjadi maka biji akan kehilangan banyak cadangan makanan. Proses respirasi yang cepat dan yang terjadi secara terus menerus akan menghabiskan cadangan makanan dan mengakibatkan penurunan kadar air biji sehingga akan menurunkan kualitas biji terutama viabilitas biji dan menyebabkan biji menjadi sulit berkecambah ketika biji disemai [17]. Penelitian tentang perhitungan persentase daya berkecambah biji pada biji kakao yang diberi abu sekam padi dan disimpan satu sampai dua minggu masih relatif tinggi kecuali perlakuan abu sekam padi 20 gr/100 biji, daya berkecambahnya tinggal 79% di bawah standar daya berkecambah biji kakao yaitu 80%. Pemberian abu sekam padi 5-10 g/100 biji mampu mempertahankan daya berkecambah biji kakao 99-100% setelah penyimpanan biji selama dua minggu [18]. No
Konsentrasi natrium benzoat
Grouping
1
Konsentrasi 0 gr/L
63,2
A
2
Konsentrasi 1 gr/L
44,1
A
3
Konsentrasi 2 gr/L
43,1
A
4
Konsentrasi 3 gr/L
55,0
A
Tabel 2. Hasil uji Tukey perlakuan konsentrasi natrium benzoat terhadap kadar air biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan taraf kepercayaan 95%.
a a
a
N Mean
a
a
a b Gambar 2. Grafik hasil uji Tukey terhadap konsentrasi natrium benzoat terhadap kadar air biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan taraf kepercayaan 95%.
Gambar 1. Grafik hasil uji Tukey terhadap perlakuan media simpan terhadap kadar air biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan gambar 1 terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan media simpan yang diberikan. Hal itu menunjukkan bahwa media kombinasi berpengaruh rendah dalam mempertahankan kadar air biji eboni selama masa penyimpanan. Penurunan kadar air ini disebabkan karena kedua media simpan bersifat porous yang artinya mudah menyerap larutan maupun uap air. Apabila kedua media simpan dikombinasikan maka akan membuat kelembaban lingkungan penyimpanan semakin tinggi. Tingginya kelembaban lingkungan penyimpanan akan mempercepat proses imbibisi oleh uap air akibat proses respirasi yang dilakukan oleh biji. Imbibisi yang terjadi akan
Hasil uji Tukey pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap kadar air biji eboni menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi natrium benzoat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan biji yang tanpa diberi konsentrasi natrium benzoat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ataupun tanpa pemberian perlakuan konsentrasi natrium benzoat tidak mempengaruhi persentase kadar air biji eboni. Hal itu dikarenakan pemberian natrium benzoat berfungsi untuk mempengaruhi proses fisiologis biji yaitu sebagai inhibitor perkecambahan agar biji mengalami dormansi dan menekan pertumbuhan kapang selama masa penyimpanan.
5 b. Hasil Pengamatan Proses Perkecambahan Biji Eboni (Diospiros celebica. Bakh) Setelah disimpan Selama 30 Hari Biji eboni yang telah disimpan selama 30 hari dikecambahkan untuk ditentukan daya viabilitas biji. Biji dikecambahkan pada media tanam selama 60 hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama proses perkecamabahan berlangsung, biji eboni tidak mengalami tanda – tanda berkecambah. Berdasarkan hasil uji ANOVA two way yang telah dilakukan pemberian larutan natrium benzoat memberikan pengaruh terhadap persentase biji eboni berjamur dengan nilai P value 0,001 sedangkan pemberian media simpan dan interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persentase biji eboni yang berjamur. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi natrium benzoat memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dengan tanpa perlakuan pemberian natrium benzoat. Hasil uji lanjut tentang perlakuan penambahan larutan natrium benzoat disajikan pada tabel 3 dan gambar 3. No
Konsentrasi natrium benzoat
N Mean
Grouping
1
Konsentrasi 0 gr/L
63.6
A
2
Konsentrasi 1 gr/L
28.6
B
3
Konsentrasi 2 gr/L
27.1
B
4
Konsentrasi 3 gr/L
17.4
B
Table 3. Hasil uji Tukey perlakuan konsentrasi natrium benzoat terhadap persentase biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) yang berjamur dengan taraf kepercayaan 95%.
a b
b
b
Gambar 3. Grafik hasil uji Tukey terhadap konsentrasi natrium benzoat terhadap persentase biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan taraf kepercayaan 95%.
Gambar 3 menunjukkan bahwa biji yang tanpa direndam kedalam larutan natrium benzoat berbeda secara signifikan dengan biji yang telah direndam kedalam larutan natrium benzoat. Perendaman biji dengan larutan natrium benzoat sebelum biji disimpan dapat menghambat pertumbuhan kapang. Perlakuan perendaman dengan larutan natrium benzoat terbukti dapat menekan pertumbuhan kapang. pemberian natrium benzoat memberikan efek menghambat fungsi metabolisme kapang yang meliputi mengubah fungsi membran sel, menghambat sistem transport dan pengambilan nutrien serta menghambat aktivitas enzim dan metabolik mikroba. Larutan natrium benzoat yang terserap oleh mikroba akan terdisosiasi menjadi ion-ionnya.
Penumpukan ion-ion tersebut sangat mengganggu keseimbangan elektrolit mikroba sehinggaa mikroba tersebut dapat menguras energi (ATP) dan merusak sistem metabolismenya kemudian pertumbuhan mikroba akan terhenti dan mati sehingga biji dapat terjaga kualitasnya dengan baik. Biji yang secara morfologi memiliki kualitas yang baik dapat diindikasikan bahwa viabilitas biji dapat terjaga dengan baik. Penggunaan fungisida dengan konsentrasi yang tepat mampu mencegah tumbuhnya jamur selama masa simpan, karena fungisida dapat melindungi biji dengan dua cara yaitu sistemik berarti membunuh jamur dalam biji dan kontak yaitu membunuh jamur biji yang kena langsung pada permukaan biji. perendaman biji dalam fungisida mampu menekan serangan jamur simpan selama 4 minggu dan persentase daya berkecambah biji lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa fungisida) [19]. Hal itu dibuktikan dengan peneitian yang penggunaan fungisida Benlate dengan konsentrasi 0,45% mampu menekan serangan jamur secara optimal setelah biji kakao disimpan selama 20 hari dibandingkan dengan konsentrasi fungisida 0,35% [20]. Jamur Penicilliopsis clavariaeformis merupakan jenis kapang yang sering menyerang biji-bijian dari golongan Diospyros. Jamur Penicilliopsis clavariaeformis menyerang buah eboni yang telah masak dan jatuh dipermukaan tanah [10]. Pemanenan buah eboni sering dilakukan dengan cara mengambil buah eboni yang telah jatuh dari pohon karena adanya kesulitan jika harus memanen buah eboni dengan cara dipetik secara langsung dari pohonnya. Buah eboni yang telah jatuh dari pohon dan menempel diatas permukaan tanah kemungkinan besar akan terserang cendawan. Kapang yang menginfeksi biji eboni secara langsung dapat mempengaruhi kehilangan daya kecambah atau mendorong pada penurunan viabilitas dan vigor biji. Kapang yang menyerang biji dapat merusak bagian penting biji diantaranya kotiledon, embrio axis, dan radikula yang merupakan sumber nutrisi bagi kapang. Infeksi kapang juga dapat merusak biji seperti pericarp dan membran, berkurangnya rasio embrio dan endosperma, serta kandungan pati pada saat terjadi imbibisi [21]. Respirasi kapang pada biji lembab terjadi bersamaan dengan respirasi pada biji sehingga menimbulkan panas. Peningkatan panas akibat serangan jamur tersebut bukan indikasi adanya awal serangan tetapi merupakan suatu indikasi bahwa serangannya telah berlangsung lama sehingga bijinya sudah rusak atau mati [19]. Selama biji disimpan, gas oksigen yang ada dalam wadah simpan akan segera menurun konsentrasinya karena dipakai oleh biji. Selanjutnya, keadaan tersebut diikuti oleh akumulasi produk akhir respirasi seperti gas karbondioksida, uap air dan panas. Peningkatan panas dan uap air dalam kemasan akan lebih memacu lagi kegiatan respirasi biji selama disimpan. Sementara itu peningkatan konsentrasi gas karbondioksida dan konsentrasi gas oksigen yang semakin menurun dalam kemasan juga berpengaruh buruk pada viabilitas biji yang disimpan terlalu lama. Akumulasi panas dan uap air akan memacu kegiatan respirasi biji lebih cepat lagi, sedangkan pening-katan konsentrasi CO2 diikuti oleh O2 yang semakin menurun, akan
6 merangsang kegiatan respirasi anaerob pada biji yang disimpan dalam kemasan yang tertutup rapat. Produk akhir respirasi anaerob tersebut sangat toksik bagi jaringan hidup biji. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa biji eboni tidak dapat dikategorikan sebagai biji vigor karena tidak memiliki indikasi: (1) tahan simpan, (2) Berkecambah cepat dan merata, (3) tahan terhadap gangguan berbagai mikroorganisme, (4) bibit efisien dalam memanfaatkan cadangan makanan . Penurunan viabilitas dan vigor biji eboni selama penyimpanan kemungkinan besar bisa disebabkan karena proses imbibisi ketika biji eboni direndam kedalam larutan natrium benzoat. Setelah biji berimbibisi protoplasma akan melunak dan akan terjadi reaktivasi enzim, proses metabolisme (respirasi), sintesis RNA dan protein yang berpengaruh pada peningkatan integritas struktur sel [22]. Peningkatan kadar air biji akibat imbibisi akan mengaktifkan sistem enzim hidrolase untuk melakukan perombakan atas cadangan makanan [23]. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkaan bahwa : 1. Perlakuan yang diberikan dapat mempertahankan kualitas biji eboni melalui persentase biji yang berjamur dan kadar air biji eboni yang terkandung selama masa penyimpanan. 2. Perlakuan perendaman biji eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan menggunakan larutan natrium benzoat dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap kadar air biji eboni selama masa penyimpanan yang berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai P value sebesar 0,034. 3. Penambahan larutan natrium benzoat juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kapang selama proses penyimpanan dengan persentase biji eboni yang berjamur sebesar 4,76% dengan nilai P value 0,001 pada konsentrasi larutan natrium benzoat 3 gr/L. 4. Perlakuan penambahan media simpan serbuk gergaji dan arang sekam pada saat proses penyimpanan biji dapat mempertahankan kadar air biji eboni sebesar 73,46% dan 75,71% dengan uji tukey menunjukan hasil yang berbeda signifikan dengan media kombinasi.
7 LAMPIRAN
[4] [5] [6] [7] [8] [9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15] [16] [17] [18]
[19]
[20]
[21]
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
Djuan, A. 2010. Asosiasi Eboni (Diospyros Celebica Bakh.) Dengan Berbagai Jenis Tumbuhan Di Kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanudin Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Skripsi. Mahasiswa Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanudin, Makassar. Kurniaty, R. 2001. Ebony (Diospyros Celebica Bakh.) dalam Atlas Biji Tanaman Hutan Indonesia. Jilid II. Balai Teknologi Perbijian. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Hendromono, 2008. Konservasi Sumberdaya Genetika Eboni Di Sulawesi Selatan. Info Hutan Vol. V No. 2: 177-187.
[22] [23]
Sumiasri, Nurul. 2006. Pengaruh Beberapa Media Pada Pertumbuhan Bibit Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Melalui Perbanyakan Biji. Biodiversitas. Vol. 7. Hal 260-263, Bogor. IUCN (International Union For Conservation Of Nature). 1998. IUCN Red List Of Threatened Spesies. Version 2010. 3. (www.iucnredlist.Org). Diakses Tanggal 27 Juni 2010. Riswan, Soedarsono. 2003. Kajian Biologi Eboni. Berita Biologi Vol. 6 No. 2, Bogor. Alrasyid, Harun. 2002. Kajian Budidaya Pohon Eboni. Vol. 6 No. 2, Bogor Schmidt, L. 2000. Guide To Handling Of Tropical And Subtropical Forest Seed. Danida Forest Seed Centre, Copenhagen Denmark. Murti, Diana. 2000. Penggunaan Asam Benzoat Untuk Peningkatan Daya Simpan Biji Agathis Loranthifolia Salisb. Pada Suhu Kamar Dan Suhu Dingin. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kholibrina, Cut Rizlani. 2001. Penggunaan Natrium Benzoat Dan Arang Untuk Peningkatan Daya Simpan Biji Agathis Loranthifolia Salisb Pada Berbagai Tingkat Periode Simpan. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggraini, Y.N. 2000. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan Dan Lama Penyimpanan Propagul Terhadap Viabilitas Biji Rhizopora apiculata. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Handayani, B. R. 2003. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas Propagul (Brugueira gymnorhiza) Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Risasmoko, Andy. 2006. Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah Dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Biji Suren (Toona Sureni Merr). Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ilmiyah, R. N. 2009. Pengaruh Priming Menggunakan Hormone GA3 Terhadap Viabilitas Biji Kapuk. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang. Nur, Fauzan. 2004. Efektivitas Teknik Penyimanan Dalam Mempertahankan Viabilitas Biji Avicennia Marina Vierh. Skripsi Sekolah Pasca Sarjana. Bogor. Pato, Usman. 2003. Studi Mutu Biji Kakao Forastero yang Diolah dengan Metode Sime-Cadbury. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Riau, Riau. Santoso, Bambang B. 2009. Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar Asal Biji Dan Stek Pada Berbagai Macam Media Pembibitan. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor. Rahardjo, Pudji. 2012. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Desikan Pada Penyimpanan Biji Terhadap Daya Tumbuh Dan Pertumbuhan Bibit Kakao. Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia. Jember. Nurahmi, Erida. 2010. Pengaruh Fungisida Benlate Dan Media Pengepakan Dalam Kondisi Kelembaban Tinggi Terhadap Vigor Dan Viabilitas Biji Kakao Setelah Penyimpanan. Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh. Rizmi, R.C. 2004. Pengaruh Kelembaban dan Penggunaan Fungisida Benlate terhadap Viabilitas Simpan Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Skripsi, tidak dipublikasikan. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 72 hlm. Baharudin, 2012. Isolasi dan Identifikasi Kapang Terbawa Biji Kakao Hibrida. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor. Nonogaki H, Bassel GW, Bewley JD. 2010. Germinaton -still a mystery. Plant Science 179, 574-581. Sari. L.D.A. 2004. Hubungan Kativitas Enzim Amylase Dengan Perkecambahan Pada Tiga Varietas Kedelai (Glycine Max (L) Merill.) Yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang.