24
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHANMASALAH MATEMATIS SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Edy Surya dan Riska Rahayu Prodi Pascasarjana Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), 20221, Medan Sumatera Utara, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan pembelajaran langsung, (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan pembelajaran langsung, (3) interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, dan (4) interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VII SMP Ar-Rahman Percut yang berjumlah 150 siswa, sedangkan sampelnya terdiri 30 siswa pada kelas VII-B dan 30 siswa pada kelas VII-C. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan awal matematika, pretes dan postes kemampuan komunikasi matematis, serta pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan rumus ANAVA Dua Jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung, (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung, (3) tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, dan (4) tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kata kunci: Kemampuan Komunikasi, Pemecahan Masalah Matematis, Kooperatif Tipe STAD
ABSTRACT The aim of this study were to know (1) improved the abilities of students' mathematical communication who are taught by cooperative learning type STAD and who are taught by direct instruction, (2) improved the abilites of students' mathematical problem solving who are taught by cooperative learning type STAD and who are taught by direct instruction, (3) interaction between student's mathematical initial abilities and learning models toimprovement the abilities of students' mathematical communication, and (4) interaction between student's mathematical initial abilities and learning models toimprovement the abilities of students' mathematical problem solving. The type of research used in this study was quasi experimental with design of non-equivalent control group.The population in this study consisted of all students of grade VII SMP Ar-Rahman Percut amounting to 150 students, while the sample consisted of 30 students in class VII-B and 30 students in class VII-C. The research instruments used in this study were test of mathematical initial ability, pretest and posttest of mathematical communication ability, as well pretest and Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
25
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
posttest of mathematical problem solving ability. Statistical hypothesis testing in this studyusing formula of ANOVA Two Way. The results showed that (1) improved the abilities of students' mathematical communication who are taught by cooperative learning type STAD higher than who are taught by direct instruction, (2) improved the abilites of students' mathematical problem solving who are taught by cooperative learning type STAD higher than who are taught by direct instruction, (3) there was no interaction between student's mathematical initial abilities and learning models toimprovement the abilities of students' mathematical communication, dan (4) there was no interaction between student's mathematical initial abilities and learning models toimprovement the abilities of students' mathematical problem solving. Keywords: Mathematical Communication Ability, Mathematical Problem Solving, Cooperative, Learning Type STAD
PENDAHULUAN Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Departemen Pendidikan Nasional (2007:4) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah, yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikanmodel, dan menafsirkan solusi yangdiperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Akan tetapi, pada kenyataannya dari berbagai bidang studi di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap menakutkan dan sulit oleh para siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Setyono (2010:6) bahwa meskipun matematika merupakan ilmu yang sangat mendasar, tetapi bagi sebagian besar siswa,
atau siapa pun yang pernah bersekolah, matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sangat sulit. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan matematis siswa. Padahal kemampuan matematis harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:7) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus memiliki kemampuan matematis, yaitu kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan representasi matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika. Di antara kemampuan matematis siswa yang rendah adalah kemampuan komunikasi matematis. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Bagus (2006) bahwa kemampuan siswa dalam hal mengemukakan ide keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain dengan bahasa sendiri masih rendah. Selain itu, hasil penelitian Putri (2006) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.Sumarmo menyatakan bahwa kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematis diantaranya adalah (1) kemampuan menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika, (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, (3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4) membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (5) membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi, dan (6)
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
26
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri (Atun 2009:7). Dalam matematika, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan cara untuk berbagi gagasan danmengklarifikasi pemahaman. Melalui komunikasi siswa dapat mengembangkan berbagai ide-ide matematika atau membangun pengetahuannya. Di samping kemampuan komunikasi matematis siswa, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa juga rendah. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Suhendri (2006) bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Selain itu, hasil penelitian Sutrisno (2012) menunjukkan bahwa hasil belajar kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara klasikal belum tuntas.Pemecahan masalah merupakan proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Polya (1973:5) mengembangkan model, prosedur, atau heuristik pemecahan masalah yang terdiri atas tahapan-tahapan untuk memecahkan masalah, yaitu (1) memahami masalah (understanding the problem), (2) membuat rencana pemecahan masalah (devising a plan), (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah (carryingout the plan), dan (4) menelaah kembali (looking back). Pemecahan masalah juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan pemecahan masalah merupakan sarana untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Melalui pemecahan masalah matematis, memungkinkan siswa menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Berdasarkan pada pentingnya kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis, guru diharapkan seoptimal mungkin dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Salah satu
penyebab rendahnya kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa adalah kurang tepatnya orientasi pembelajaran matematika di sekolah. Nur menyatakan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik dan berpusat pada guru (Shadiq, 2008:9). Turmudi menambahkan bahwa proses pembelajaran yang disampaikan selama ini masih menggunakan sistem transmission of knowledge (Yuniawatika, 2011:109). Selain itu, guru juga kurang memperhatikan aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Trianto (2010:5) bahwa proses pembelajaran selama ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri. Hal ini mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah diajarkan oleh guru saja sehingga kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya tidak berkembang secara optimal. Selanjutnya, Murni, dkk (2010:2) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok heterogen, sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Di samping itu, dalam proses pembelajaran guru juga masih menggunakan pembelajaran yang kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widdiharto (2008:9) bahwa di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran, misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuannya untuk mengkomunikasikan
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
27
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
ide-ide dan menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapinya, sehingga mengakibatkan rendahnya komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Pada proses pembelajaran, keberhasilan pembelajaran sangat besar dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru untuk terciptanya pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2009:16). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009:74). Hasil penelitian Hidayati (2008) juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu mendorong siswa dalam penguasaan materi pelajaran dan mewujudkan pembelajaran aktif yang menyenangkan melalui kebersamaan dalam belajar. Selain itu, hasil penelitian Handayani dan Murwaningtyas (2012) juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas dan pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mengutamakan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam
menguasai materi pembelajaran, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap mampu membantu meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Atun (2009) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian Indriati, dkk (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Ar-Rahman Percut yang terdiri dari 5 kelas dan setiap kelas terdiri dari 30 siswa, sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 150 siswa, sedangkan sampelnya terdiri dari 30 siswa pada kelas VII-B dan 30 siswa pada kelas VII-C. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Ar-Rahman Percut yang berlokasi di Jalan Kangkungan Dusun II Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, yaitu pada akhir Januari 2014 sampai dengan akhir Pebruari 2014 selama 6 kali pertemuan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran langsung, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
28
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes kemampuan awal matematika, tes kemampuan komunikasi matematis, dan tes pemecahan masalah matematis.Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari pengujian normalitas, pengujian homogenitas, pengujian perbedaan rata-rata, perhitungan indeks gain, dan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan rumus ANAVA Dua Jalan. HASIL PENELITIAN Pengujian hipotesis statistik pertama dilakukan untuk menguji apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05dengan pembilang sebesar 1 dan penyebut sebesar 54, , yaitu 13,241 4,020 dan P-value , yaitu 0,001 0,05 sehingga ditolak dan diterima. Dengan demikian, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Pengujian hipotesis statistik kedua dilakukan untuk menguji apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05dengan pembilang sebesar 1 dan penyebut sebesar 54, , yaitu 6,770 4,020 dan P-value , yaitu 0,012 0,05 sehingga ditolak dan diterima. Dengan demikian, peningkatan kemampuan pemecahan matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Pengujian hipotesis statistik ketiga dilakukan untuk menguji apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05dengan pembilang sebesar 2 dan penyebut sebesar 54, , yaitu 0,938 3,168 dan P-value , yaitu 0,398 0,05 sehingga diterima dan ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pengujian hipotesis statistik keempat dilakukan untuk menguji apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bahwa pada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05dengan pembilang sebesar 2 dan penyebut sebesar 54, , yaitu 0,120 3,168 dan P-value , yaitu 0,887 0,05 sehingga diterima dan ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh siswa. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nida (2011) yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat belajar kelompok, sehingga
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
29
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengomunikasikan ide-ide matematikanya yang bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tedi (2012) yang menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan ide-ide matematikanya dalam membantu siswa lain yang mengalami kesulitan dalam kelompoknya, sedangkan pada pembelajaran langsung siswa kurang diberi kesempatan untuk mengomunikasikan ide-ide matematikanya, sehingga kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh siswa. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nurlela (2012) yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat belajar kelompok, sehingga siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya selama menyelesaikan permasalahan matematika. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menduga bahwa terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga peneliti membuat hipotesis bahwa terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa Akan tetapi, hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Qohar (2010) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Faktor yang menyebabkan tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa diantaranya adalah perbedaan model pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran langsung. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga yang membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep matematika. Selain itu, pembelajaran koopertif tipe STAD juga menggunakan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Dalam LAS tersebut disajikan masalah-masalah kontekstual yang mengukur kemampuan komunikasi matematis, sehingga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya. Di samping itu, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD juga terdapat belajar kelompok. Masalah-masalah yang terdapat pada LAS tersebut didiskusikan oleh siswa selama
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
30
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
belajar kelompok, sehingga siswa bekerja sama dan saling membantu dengan mengomunikasikan ide-ide matematikanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada LAS tersebut. Hal tersebut bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya. Tidak seperti pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran langsung tidak menggunakan alat peraga, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengusai konsep-konsep matematika. Selain itu, pembelajaran langsung juga tidak menggunakan LAS, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengukur kemampuan komunikasi matematis. Pada pembelajaran langsung, guru berperan sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru (Utomo, 2012:2). Di samping itu, pada pembelajaran langsung juga tidak terdapat belajar kelompok, sehingga siswa kurang diberi kesempatan dalam mengomunikasikan ide-ide matematikanya melalui belajar kelompok. Dengan demikian, penggunaaan model pembelajaran yang berbeda dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menduga bahwa terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sehingga peneliti membuat hipotesis bahwa terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Akan tetapi, hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Sabirin (2011) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan matematis siswa. Faktor yang menyebabkan tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diantaranya adalah perbedaan model pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran langsung. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga yang memudahkan siswa memahami konsep-konsep matematika. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga menggunakan LAS yang menyajikan masalah-masalah kontekstual yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Selanjutnya, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD juga terdapat belajar kelompok. Selama belajar kelompok, siswa mendiskusikan masalahmasalah yang terdapat dalam LAS tersebut dengan saling bertukar ide-ide matematika yang dimilikinya, sehingga melatih keterampilannya dalam memecahkan permasalahan matematika. Hal tersebut bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Lain halnya dengan pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung tidak menggunakan alat peraga, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Selain itu, pembelajaran langsung juga tidak menggunakan LAS, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis. Di samping itu, peran guru dalam pembelajaran langsung juga lebih dominan daripada peran siswa
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
31
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
(Nawi, 2012:93). Di samping itu, pada pembelajaran langsung juga tidak terdapat belajar kelompok. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang diberi kesempatan untuk saling bertukar pendapat dan melatih keterampilan pemecahan masalah matematisnya melalui belajar kelompok. Dengan demikian, penggunaaan model pembelajaran yang berbeda dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan pembelajaran langsung. 3. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. 4. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaranterhadap peningkatan kemampuan pemecahan matematis siswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan, saran-saran yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Guru, khususnya guru matematika, hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
2.
3.
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan awal matematika yang rendah, sedang, dan tinggi. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menjadikan penelitian ini sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian dengan menambahkan aspek lain yang belum terjangkau dalam penelitian ini. Bagi Lembaga Terkait Lembaga terkait hendaknya dapat mensosialisasikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA Atun, I. 2009. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student TeamsAchievement Division untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober 2009, P. 7, 10, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/P ENDIDIKAN_DASAR/Nomor_12Oktober_2009/PEMBELAJARAN_MAT EMATIKA_DENGAN_STRATEGI_KO OPERATIF_TIPE_STUDENT_TEAMS _ACHIEVEMENT_DIVISIONS_UNTU K_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN _KOMUNIKASI_MATEMATIK_SISW A.pdf, diakses 4 Desember 2013).
Bagus,
A. 2006. Pembelajaran dalam Kelompok Kecil dengan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
32
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
Komunikasi Matematik Siswa SMP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Ngamprah). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Handayani, R. N. L. W. dan Murwaningtyas, C. E. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012-2013. Prosiding, ISBN: 978-979-16353-8-7, P. 762, 769, (Online), (eprints.uny.ac.id/10093/1/P%20, diakses 4 Desember 2013). Hidayati. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial di Kelas 7C SMPN I Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, P. 181, 185, (Online), (eprints.uny.ac.id/6924/1/P15%20Pendidikan(Hidayati).pdf, diakses 22 Pebruari 2013). Indriati, Hartono, Y., dan Hiltrimartin, C. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Soalsoal Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 6 Palembang.Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, No.1, Juni 2009, P. 51, (Online),
(eprints.unsri.ac.id/463/2/cecil3.pdf, diakses 4 April 2013). Isjoni.
2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Murni. A., Nurul, Y. T., dan Solfitri, T. 2010. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa X IPS 1 MAN 2 Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 11, No. 2, Oktober 2010, P. 2, (Online), (jurnal.upi.edu/file/1Atma_Murni.pdf, diakses 19 Maret 2013). National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council ofTeachers of Mathematics.
Nawi,
M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED, Vol. 9 No.1, Juni 2012, P. 93, (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNI MED-Article-23927-M%20Nawi.pdf, diakses 28 Pebruari 2014).
Nida, J. 2011. Penerapan Pembelajaran Koopratif Tipe STAD (Student Teams Achievment Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://aresearch.upi.edu/tesisview.php?no_te sis=568, diakses 26 Pebruari 2014).
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
33
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
Nurlela. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Kalkulator dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Polya, G. 1973. How to Solve It, A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press. Putri,
Qohar,
H. E. 2006. Pembelajaran Kontekstualdalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasidan Koneksi Matematik Siswa SMP (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 3 Tanjungpandan Kabupaten Belitung Kepulauan Bangka Belitung). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. A. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://repository.upi.edu/1084/, diakses 27 Pebruari 2014).
Sabirin, M. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Representasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://aresearch.upi.edu/disertasiview.php?no _disertasi=225, diakses 26 Pebruari 2014). Setyono, A. 2010. Mathemagics. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Shadiq, F. 2008. Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui ProblemCentered-Learning (PCL) (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Ukui Kab. Pelalawan). Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Suherman. 2012. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions di SMA Negeri 1 Stabat. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 2, Desember 2012, ISSN 2252-732X, P. 14, Online, (http://dikfispasca.org/wpcontent/uploads/2013/04/ArtikelSuherman-13-18.pdf, diakses 28 Pebruari 2014). Sutrisno, J. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Geometri melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 4 Bandar Lampung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php ?digital_id=319, diakses 4 Desember 2013). Tedi, R. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Disertai Tugas Bentuk Superitem. Tesis
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
34
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 7 Nomor 1, Hal. 24-34
Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://aresearch.upi.edu/tesisview.php?no_tesi s=2110, diakses 26 Pebruari 2014). Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Utomo, D. P. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori yang Mendasari dan Prakteknya dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. UMM Scientific Journal, Pebruari 2012, P. 2, 4, (Online), (http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ penmath/article/viewFile/583/602_u mm_scientific_journal.pdf, diakses 22 Pebruari 2013). Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remedinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yuniawatika. 2011. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi React untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi). Jurnal, Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, ISSN 1412-565X, P. 109, (Online), (jurnal.upi.edu/file/12-YuniawatikaEDIT.pdf, diakses 19 Maret 2013).
Edy Surya dan Riska Rahayu , Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahanmasalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)