FORMUUR LAPOR DIRI KARYASIS WA PUSBINDI KLATREN BAPPENAS 1 Nama
l ct l u iNI 3 NIP
I .3 18 I0 I
4 Jenis Kelamin
I
0
IG I
D
L
5 Alamat Rumah Nama Komp & Jln
I
0
I 8 I (;; I
L L c. 6 1-1 N A- 0
l 9 ly 141
I Bl
Gol:
1'1- w 4
.s
-4
2 I 2 0? 0 2 z. cY 'S 9 9 G 9 A IY1 E u 7 / A I@ y
~
I
4
it5
I
00
p
...J
Kab/Kota Pr-opinsi Telp
1
(.
T
I
fl1
IV
u R.
6
cY' g
A/ C)
G lj I
HP
()
Cit
Email
!<..
/
3
N
11
0
a
'
6 Instansi Asal
B
Nama Unit Kerja Jabatan Alamat Kab/Kota Propinsi Telp Fax
K
.D
s
r-
-:]
l
T
c
I
k::_
A c E
H
7
I
M
r
-4-
.1\J
4- f2 G G; I 16' G iLl I
0
2 I L[ 2
I
f!J g lf
A-
)
u R. I
13
/1!
C) ,
I {)
C)
7 Tempat Studi Program Studi Universitas Bulan &. Thn Masuk Jk Waktu Studi
Judul Thesis
IPK
L..:3 ::::.._j---<:.......L...::........L.___J
9 Sumber Pembiayaa n
I PI
c)
I $ I B I I IN I £) I ( V< I L 14 IT I;c._ I e IN I
10 Masukan selama studi (bila ada}
11 Tgl Selesai Program 12 Tanggal Wisuda
I ~lz I tl ul J.. . l ( I 1ID b I ~ r I Ot Is I I f\} I0 Iv I 71 ° I 0 I a I
Catatan: Mohon dikembalikan kpd Petugas Pemantauan atau dikirimkan kepada : Kepala Bidang Pemantauan Pusbindiklatre n Bappenas Gd . Bappenas 2A, Lt. 2 Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310 atau Fax : (021) 319-31392
Tanda TanQan
G
c_
d
t1tJ
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINT AH UNTUK PENDIDIKAN TERHADAP HUMAN CAPITAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 An Analysis of Government Expenditure's Impact on Education to Human Capital and Its Effect to Economic Growth In Nanggroe Aceh Darussalam 1980-2003 Period
Oleh: RINAMEUTIA L2E 053 617 TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Ekonomi Terapan Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Spesialisasi/Peminatan : Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006
ANALISIS PENGARUH PENGELUAR AN PEMERINTA H UNTUK PENDIDIKAN TERHADAP HUMAN CAPITAL DAN DAMPAKNY ATERHADAP PERTUMBUH ANEKONOM I PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 An Analysis of Government Expenditure's Impact on Education to Human Capital and Its Effect to Economic Growth In Nanggroe Aceh Darussalam 1980-2003 Period
Oleh: RINA MEUTIA
L2E 053 613
TESIS Untuk memenuhi salab. satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Ekol!!omi Terapan Pascasarjana Fakultas Ekoilomi Universitas Padjajaran Spesialisasi/Pem inatan: Ekonomi Pembungunan dan Perencanaan
Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal yang tertera di bawah ini Bandung, Mengetabui Ketua Program MET
September 2006 Pembimbing
f·
Prof. Dr. Tati S. Joesron, SE, MS NIP. 130 437 fl52
sebt~~L~-b111L~ teVVtliiV'v c{vtc{vt~
llldiiiLIIIV!
bvt~vt.·
k-IIIYeV'v/11
bvt~V<. tLd111~ ~~~~~~~V'v VVteVVt~LVVtV<. deV'vgliiV'v berLebL!tllllll'v, s 111 V1 111 b111 t
tl 111 V'vg
tLd 111 ~
tjlllll'vg tLd/11~ /11~/IIV'v
-p
111 ~~~~ V'v VVte V'vL V<. VVt V<.,
VVteVVtbvtllltVVtvt bos/IIV'v
d 111 V'v te VVt 111 V'v (ALjClV!LzV!)
'l(upersem6ali~9n ~epada
mama dan afm. papa ter~.::J.:ur.g --------------------·~~
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan : 1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pemah diajukan untuk mendapatkan gelar ak:ademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun di pergoruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah mumi gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak: lain, kecuali araban Tim Pembimbing. 3 . Dalam k~a tulis ini tidak: terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicanttumkan sebagai acuan n~kah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan ·dalam daftar pustaka 4. Pe~ayataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi ak:ademik bempa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku-di perguruan tinggi ini.
Bandung, September 2006 membuat pemyataan ~~-..
ABSTRAK ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN TERHADAP HUMAN CAPITAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OJ PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 Salah satu unsur utama kebijakan jangka panjang adalah human capital, dimana pendidikan merupakan salah satu elemennya. Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara agar human capital Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terus meningkat adalah campur tangan pemerintah melalui peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. Penelitian ini menganalisis ( 1) pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) dan (2) pengaruh human capital terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003. Sedangkan metode yang digunakan untuk studi ini adalah metode studi kepustakaan dengan menggunakan alat analisis ekonometrika persamaan simultan two stage least square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (GE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap human Sedangkan human capital capital (yang diproksi dengan angka melek huruf). berpegaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk itu dalam rangka meningkatkan angka melek huruf dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pemerintah perlu melakukan intervensi. Intervensi pemerintah dalam upaya peningkatan angka melek huruf adalah melalui peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. Sehingga dengan meningkatnya human capital, maka pertumbuhan ekonomi juga akan ikut meningkat. Kata kunci: Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan, Human Capital, Pertumbuhan Ekonomi
11
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF GOVERNMENT EXPENDITURE'S IMPACT ON EDUCATION TO HUMAN CAPITAL AND ITS EFFECT TO ECONOMIC GROWTH IN NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1980-2003 PERIOD One of special elements of long-term policy is human capital, where education represents one of its elements. Education represents the form of invesment of human resource. It gives significant contribution to economic growth. One way to improve human capital in Nanggroe Aceh Darussalam is governmental interference through governmental expenditure for education. This thesis analyzes: ( 1) the effect of governmental expenditure for education to human capital (which is proximated by literacy rate) and; (2) the effect of human capital to economic growth in Nanggroe of Aceh Darussalam during period 19802003. The method used for this thesis is library research. The tool used for analyzing data is simultaneous econometric with two stage least square method. The Result of this research indicates that the governmental expenditure for education variabel (Gr:) gives a positive and significant contribution to human capital which is proximated by literacy rate. Further, human capital variabel (LR) shows to have a positive and significant contribution to economic growth in Nanggroe Aceh Darussalam. Hence, in order to improve literacy rate and economic growth in Nanggroe Aceh Darussalam, the governmental intervention is really required. Governmental intervention to increase literacy rate can be done by increasing the governmental expenditure for education. Therefore, with the qualified human capital, economic growth will increase.
Keywords: Governmental Expenditure for Education, Human Capital, Economic Growth
1ll
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Analsisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Terhadap
Human Capital dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam Periode 1980 - 2003. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas bantuan dan dorongan moril yang telah diberikan terutama kepada suami tersayang, Muhammad Jamal, SH yang dengan setia dan sabar telah mendukung dan mengizinkan
penulis untuk melanjutkan studi di Bandung, serta anak-anakku
tersayang Gilang dan Givel
atas kerelaannya berbagi waktu ketika mama harus
kuliah dan mulai menulis.
Terima kasih dan penghargaan yang sama juga
disampaikan kepada Papa, Alm. Suharir yang selalu berkata pendidikan tidak menjamin masa depan tetapi dengan pendidikan kita bisa mencari masa depan dan Mama, Nazariah AB yang telah mendidik dan membesarkan serta mendo'akan dengan tulus, serta adik-adik (Rinaldi Aulia, AP, M.Si, Ners. Riza Wahyudini, S.Kep., Ririn Andika, S.STP dan Riyan Haritama, S.ST) atas kasih sayangnya. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada Bapak Kodrat Wibowo, S.E, Ph.D selaku Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing penulis dari awal hingga selesainya penulisan tesis ini.
IV
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Aty, Guru Kelas 1 SD penulis yang telah mengajarkan a, b, c dan 1, 2, 3
beserta para guru SDN I Paya Bujok Tunong serta SDN I Langsa, SMP Negeri I Langsa, SMA Negeri I Langsa, para dosen D-Ill Ekonomi Universitas Syiah
Kuala dan para dosen STIM Pase Langsa yang telah
memberikan pondasi awal bagi penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. 2. Ibu Prof Dr. Hj. Tati Suhartati Joesron, SE. MS selaku Ketua Program Magister Ekonomi Terapan Universitas Padjadjaran, Bapak Dr. Budiono, SE, MA selaku Sekretaris Bidang Akademik dan Kerjasama serta Bapak Ir. Bagdja Muljarijad~ SE, MS selaku Sekretaris Bidang Administrasi, Keuangan dan Prasarana terima kasih untuk beasiswa dan kerjasamanya. 3. Bapak Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta staf, terima kasih untuk beasiswa dan kerjasamanya. 4. Bapak Bupati dan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur yang telah memberikan penulis izin untuk melanjutkan pendidikan. 5. Bapak H. Agussalim, SH, MH dan rekan-rekan kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Aceh Timur yang telah memberikan araban dan dukungan moral dan material selama penulis menempuh pendidikan. 6. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staf bagian administrasi (Pak Aris dan ternan-ternan) Program Magister Ekonomi Terapan Universitas Padjadjaran.
v
7. Bapak Prof Dr. T. Dzulkarnaen Amin,SE, MA, Ph.D, lbu Prof Dr. Hj. Tati Suhartati Joesron, SE. MS, dan Ibu Hj. Rina Indiastuti, SE, MSIE, Ph.D yang telah dengan sabar dan teliti memberikan masukan-masukan berharga selama proses penyelesaian tesis ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa Magister Ekonomi Terapan Spesialisasi Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Angkatan 2005 untuk saran dan kritikannya terutama Irma untuk kata-kata bijaknya, Ikus for the magic words, Lia dan Luluk dengan kesabarannya, Dedy, ternan jalan rute Japati-Cimandiri dan U
knows untuk ide-ide konyolnya 9. Adik-adik di Manteron (Neni, Titi, Hari, Seno), adik-adik Asrama Cicendo 9 (Ferry, Fendy, Rasyid, Ajir) serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuannya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempuma, oleh karena itu saran dan masukan sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dengan berlipat ganda
Dan hanya kepada-Nya kita berserah diri dimana semua kebenaran dan
kesempumaan terletak. Aaamiin. Bandung,
September 2006 Penulis,
Rina Meutia
VI
DAFTARISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ . ABSTRAK ABSTRACT ........................................................................................ . KATAPENGANTAR ................................................................................ . DAFTARISI ........................................................................................ . DAFTAR TABEL ...................................................................................... . DAFT AR GAMBAR .................................................................................. .
11 lll
IV Vll
XI Xlll
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ .
1
1. 1 Latar Belakang ...................................................................... .
1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... .
9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................... .
9
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ..................................................... .
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
11
2.1 Kajian Pustaka ....................................................................... .
11
2. 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi ................................................. .
11
2.1.1.1 Investasi ............................................................. .
12
2.1.1.2 Tenaga Kerja ...................................................... .
15
2.1.2 Pembentukan Human Capital ...................................... .
17
2.1.3 Peranan Pemerintah Terhadap Pendidikan .................... .
23
2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................. .
30
2.3 Hipotesis ··················.····\························································
35
VII
4.1.1 Perkembangan PDRB Riil.............................................
55
4.1.2 Perkembangan Investasi................................................
58
4.1.3 Perkembangan Tenaga Kerja.......... ................ ...............
59
4.1.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan
61
4 .1. 5 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan
63
4.1.6 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah.....................
65
4.1.7 Perkembangan Angka Melek Huruf..............................
66
4.2 Pembahasan..................... ........... .... ........................................
68
4.2.1 Kriteria Ekonometrika...................................................
68
4.2.1.1 Uji Endogeneity .................................................
68
4.2.1.2 Uji Masalah Identifikasi ................... ..................
71
4.2.1.3 Uji Gejala Multikolinearitas ...............................
72
4.2.1.4 Uji Gejala Heteroskedastisitas ............................
73
4.2.1.5 Uji Gejala Autokorelasi................................... .. .
75
4.2.2 Kriteria Statistik...... .. ........... .. .... ....... ................... .... .....
76
4.2.2.1 Uji-F .................................... ....... .... .. .................
76
4.2.2.2 Uji Parsial Signifikansi (t-test).... ...... ..................
78
4.2.2.3 Penaksiran Koefisien Determinasi (R2 L............
85
4.2.3 Kriteria Ekonomi ..........................................................
86
4.2.3.1 Hasil Estimasi Human Capital ..... .. ....... ........ .. ...
86
4.2.3.2 Hasil
Estimasi
Pengeluaran
Pemerintah
Untuk
Pendidikan ........................................................
90
4.2.3.3 Hasil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi................
93
Vlll
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN.........................................
36
3.1 Bahan/Objek Penelitian ..........................................................
36
3.2 Metode Penelitian...................................................................
36
3.2.1 Desain Penelitian ..........................................................
36
3.2.2 Sumber dan Prosedur Pengumpulan Data......................
37
3.3 Operasional Variabel..............................................................
40
3.4 Penyusunan Model.................................................................
43
3.5 Spesifikasi Model...................................................................
44
3.6 Evaluasi Model.......................................................................
46
3.6.1 Kriteria Ekonometrika...................................................
47
3.6.1.1 Uji Gejala Endogeneity .......................................
47
3.6.1.2 Uji Masalah Identifikasi ......................................
48
3.6.1.3 Uji Gejala Multikolinearitas ................................
49
3.6.1.4 Uji Gejala Heteroskedastisitas .............................
50
3. 6. 1. 5 Uj i Gej ala Autokorelasi .......................................
51
3.6.2 Kriteria Statistik.............................................................
52
3.6.2.1 Uji-F ...................................................................
52
3.6.2.2 Uji Parsial Signifikansi (t-test). ............................
53
3.6.2.3 Penaksiran Koefisien Determinasi (R2)...............
53
3.6.3 Kriteria Ekonomi ..........................................................
54
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. ....... .. .. .. .. ...... .. .. .. ..
55
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................
55
IX
BAB V KESIMPULA N DAN SARAN .. ................................ ....... ......... .. ..
97
5.1 Kesimpulan ............................................................................
97
5.2 Saran......................................................................................
98
DAFTARPUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................
X
100 104
DAFTAR TABEL Halaman
TABEL 1.1
ANGKA MELEK HURUF PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA PERI ODE 1996 DAN 1999 ....................... .
4
TABEL 3.1
CARA MENGUBAH TAHUN DASAR .......................... .
39
TABEL 3.2
OPERASION AL V ARIABEL PENELITIA N .................. .
42
TABEL4.1
PDRB PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSAL AM DAN PERTUMBU HANNY A PERIODE 1980-2003 ATAS DASARHAR GAKONSTA N 1993 ..................... .
56
INVEST ASI DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERIODE 1980-2003 ATAS DASAR HARGA KONST AN 1993 .............................................. .
58
PERKEMBA NGAN TENAGA KERJA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERIODE 1980-2003 ....................................................................... .
60
RASIO PENGELUA RAN PEMERINTA H UNTUK PENDIDIKA N DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERI ODE 1980-2003 ........................... .
62
RASIO PENGELUA RAN PEMERINTA H UNTUK KESEHATAN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERI ODE 1980-2003 ........................... .
64
SCHOOL ATTENDED RAS/0 USIA 7-18 TAHUN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERI ODE 1980-2003 ...................................................... .
65
PERKEMBA NGAN LITERACY RATE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAL AM PERIODE 1980-2003 ....................................................................... .
67
PERSAMAA N STRUKTUR AL TINGKAT MELEK HURUF (LR) ................................................................... .
69
PENGELUA RAN STRUKTUR AL PERSAMAA N PEMERINTA H UNTUK PENDIDIKA N (
70
TABEL4.2
TABEL4.3
TABEL4.4
TABEL 4.5
TABEL4.6
TABEL4.7
TABEL4.8
TABEL4.9
Xl
TABEL 4.10
PERSAMAAN STRUKTURAL PERTUMBUHAN EKONOMI (YT)..............................................................
70
DAFT AR V ARIABEL ENDOGEN DAN EKSOGEN TIAP MODEL..................................................................
72
TABEL 4.12
IDENTIFIKASI KONDISI ORDER.................................
72
TABEL 4.13
HASIL PENGUflAN HETEROSKEDASTISITAS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTIC1Y TESTPADA MODEL LITERACY RATE (LR) ..................
73
HASIL PENGUflAN HETEROSKEDASTISITAS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTIC1Y TESTPADA MODEL PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN (~). .. ........ ... ... .. .......... .. ....... .. .. .
74
HASIL PENGUflAN HETEROSKEDASTISITAS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTIC1Y TEST PADA MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI (YT)...............................................................
74
TABEL 4.16
HASIL UTI F UNTUK MODEL LITERACY RATE (LR) ...
76
TABEL 4.17
HASIL UTI F UNTUK MODEL PENGELUARAN PEMERINT AH UNTUK PENDIDIKAN (~) .. .. .. .. .. .. .. ...
77
HASIL UTI F UNTUK MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI (YT)...............................................................
78
HASIL UTI PARSIAL SIGNIFIKANSI MODEL LR (LITERACY RATE)...........................................................
79
HASIL UTI P ARSIAL SIGNIFIKANSI MODEL ~ (PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN)................................................................
81
HASIL UTI PARSIAL SIGNIFIKANSI MODEL YT (PERTUMBUHAN EKONOMI). ... .. ..... ........ .. .... .. .. .........
83
T ABEL 4.11
TABEL4.14
TABEL4.15
TABEL4.18
TABEL 4.19
TABEL 4.20
TABEL 4.21
Xll
DAFTAR GAMBAR Halaman
GAMBAR 1.1
GAMBER 1.2
GAMBAR2.1
GAMBAR 2.2
GAMBAR 2.3
RASIO PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PROVINSI PDRB TERHADAP PENDIDIKAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 ....................... .......... ......................... ..............
6
PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 ................
7
PERMINTAAN AGREGAT DAN PENAWARAN ANGREGAT DALAM POSISI EKONOMI MAKRO YANG SEIMBANG ...... .......... .... .. ........ .... ........ ...... .........
11
DIAGRAM HUBUNGAN ECONOMIC GROWTH DAN HUMAN DEVELOPMENT DARI RANIS, STEWART, DAN RAMIREZ (1998) ...................................................
29
BAGAN KERANGKA ALUR BERPIKIR DALAM ANALISIS PENELITIAN PELAKSANAAN PEMERINTAH PENGELUARAN PENGARUH UNTUK PENDIDIKAN TERHADAP HUMAN CAPITAL DAN PENGARUH HUMAN CAPITAL TERHADAP PROVINSI DI EKONOMI PERTUMBUHAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM.............................
34
Xlll
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dalam pembahasan teori ekonomi makro selalu tertuju pada dua masalah pokok, yaitu (1) kebijakan jangka pendek, yaitu kebijakan stabilisasi yang berkaitan dengan bagaimana mengatur perekonomian agar terhindar dari tiga penyakit ekonomi, yaitu inflasi, pengangguran dan ketimpangan neraca pembayaran; dan (2) kebijakan jangka panjang, yaitu kebijakan yang mengatur agar dalam suatu perekonomian terjadi keselarasan antara pertumbuhan penduduk, kapasitas produksi dan tersedianya dana untuk investasi sehingga pendapatan meningkat (Sadono Sukirno (2000), Mankiw (2003)). Salah satu unsur utama dari kebijakan jangka panjang adalah human capital (Umar Juoro, 2003) karena dengan adanya pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kualitas manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan ekonomi. Manusia yang berkualitas akan mempengaruhi sumbersumber pokok pertumbuhan seperti modal fisik dan tenaga kerja. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi, karena manusia merupakan penggerak bagi modal fisik dan sumber daya alam yang merupakan faktor produksi yang bersifat pasif. Sehingga jika suatu negara tidak mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya dan tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif dalam pembangunan dan pengelolaan ekonomi nasional, maka untuk selanjutnya negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun (Harbison dalam Jhingan, 2003).
2
Menurut Gupta (1999) salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur human capital adalah angka melek huruf(literacy rate). Angka melek huruf termasuk faktor penting untuk dikaji karena akan menentukan daya adaptibilitas
penduduk
terhadap
penguasaan
teknologi,
komunikasi
kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan sederhana.
dan
Buta huruf
cenderung menjadi penyebab keterbelakangan dan kemiskinan penduduk (Nunung N dan Dindin M (2004). Fasli Jalal dan Nina Sardjunani (2006) dalam Laporan Pengawasan Global PUS
(Pendidikan
Untuk
Semua)
2006,
Keaksaraan
bagi
Kehidupan
mengemukakan bahwa keaksaraan ( melek huruf) memainkan peranan yang esensial dalam meningkatkan kehidupan perekonomian individu yang aman dan kesehatan yang bagus serta memperkaya masyarakat dengan pembangunan modal manusia, pengembangan identitas budaya dan toleransi, serta mempromosikan partisipasi warga negara.
Peningkatan angka melek huruf merupakan salah satu
jalan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang secara intemasional dapat diukur dari human development index (HDI). Masih menururt Laporan Pengawasan Global Pendidikan Untuk Semua (PUS) 2006, pada tahun 2002 HDI Indonesia telah meningkat menjadi 69,2% dengan angka melek huruf sebesar 88,9%.
Tetapi angka tersebut lebih rendah
dibandingkan Thailand, Malaysia, Philipina, dan Vietnam.
Sehingga pemerintah
Indonesia menargetkan pada tahun 2009, angka melek huruf akan meningkat menjadi 95%.
Untuk mempercepat target negara tersebut Presiden Indonesia
telah meluncurkan secara resmi PERGERAKAN KEAKSARAAN tanggal 2 Desember 2004 untuk mempromosikan pentingnya melek huruf dan memperoleh
3
komitmen kuat dari seluruh pelaku kebijakan termasuk pemerintah setempat, parlemen pusat, tingkat daerah dan provinsi. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai salah satu provinsi di Indonesia tentu saja turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan angka melek huruf nasional.
Berikut Angka Melek HurufNanggroe Aceh Darussalam
dan Provinsi - provinsi lainnya di Indonesia:
4
TABEL 1.1 ANGKA MELEK HURUF PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA PERIODE 1996 DAN 1999 Provinsi
angka melek huruf ( 0/o)
pertumbuhan
1996
1999
(%)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung
90,1 94,6 91,8 93,4 91,8 90,4 91,5 89,8
93,1 95,8 94,7 95,5 93,7 93,4 92,7 91,8
3 1,2 2,9 2,1 1,9 3 1,2 2
Jakarta JawaBarat Jawa Tengah Jogyakarta Jawa Timur
96,8 89,7 81,3 79,8 77,7
97,8 92,1 84,8 85,5 81,3
1 2,4 3,5 5,7 3,6
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
79,4 68 78,9
82,7 72,8 81,2
3,3 4,8 2,3
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
80,4 93,7 90,3 90,3
83,2 94,8 92,8 93,5
2,8 1,1 2,5 3,2
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Selawesi Tenggara
96,8 90,4 79,6 86,3
97,2 92,6 83,2 87,1
0,4 2,2 3,6 0,8
Maluku
93,2
95,8
2,6
Irian Jaya
67,4
71,2
3,8
Indonesia
85,5
88,4
2,9
Kalimantan Se1atan Kalimantan Timur
Swnber: Laporan Pembangunan Manusia Indonesia, 200 I
Dari Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa Angka Melek Huruf Nanggroe Aceh Darussalam sudah berada di atas Angka Melek HurufNasional, yaitu 93% pada tahun 1999 dengan pertumbuhan sebesar 3 persen selama 3 tahun, selama
5
periode 1996-1999.
Angka 93% ini menunjukkan bahwa dari seratus orang
penduduk Nanggroe Aceh Darussalam yang berusia di atas 15 tahun, terdapat 93 orang yang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin. Meskipun jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Sumatera, Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 1999 berada di urutan ke enam sebelum Bengkulu dan Lampung.
Tetapi jika dibandingkan dengan Angka Melek Huruf
Nasional, Nanggroe Aceh Darussalam sudah berada di atas rata-rata nasional. Tingginya Angka Melek Huruf Nanggroe Aceh Darussalam, mungkin tidak lepas dari pengaruh investasi pemerintah melalui pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kodrat Wibowo dalam
Working Paper-nya yang berjudul "Human Capital Improvement: The Key For The Success of Economic Development", bahwa salah satu cara meningkatkan human capital adalah melalui kebijakan internal pemerintah, yaitu melalui anggaran pendidikan. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta, Verhoeven, dan Tiongson (1999), bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh terhadap angka melek huruf dan Chakraborty (2003) bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi human capital.
Sedangkan Ferry Andrianus (2003)
mengemukakan bahwa ada hubungan yang saling mempengaruhi antara pengeluaran pemerintah dengan angka melek huruf.
Berikut Pengeluaran
Pemerintah Untuk Pendidikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
6
GAMBAR 1.1 RASIO PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN TERHADAP PDRB DI PROVINSI NANGGROE ACED DARUSSALAM PERIODE 1996-1999 (DALAM PERSEN) 1 ,8000 1,6000 1,4000 1 ,2000
l
1 ,0000 0 ,8000 0 ,6000 0,4000 0 ,2000 0 ,0000 1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
tahun
Sumber: BPS, berbagai terbitan, diolah
Dari Gambar 1.1 di atas dapat dilihat Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami fluktuasi.
Tetapi
selama periode 1980-2003 dapat dikatakan bahwa Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berusaha untuk terus memperbesar Rasio Pengeluaran Untuk Pendidikannya. Dengan rata-rata pertumbuhan rasio pengeluaran sebesar 0,06%. Selain dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, human capital juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ferry Andrianus (2003), Ranis, Stewart dan Ramirez (1998) serta
Gupta (1999) bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan human
capital memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Berikut Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
7
GAMBAR 1.2 PDRB PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ATAS DASAR BARGA KONSTAN 1993 PERIODE 1980-2003
PDRB
J: ~
a..
;:::) a:: -
~ ~
-
8.000.000,00 7.000.000,00 6.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 0,00 1970
1980
1990
2000
201 0
TAHUN Sumber: BPS, berbagai terbitan, diolah
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa PDRB Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003 terns mengalami peningkatan walaupun dalam periode tersebut penurunan PDRB juga terjadi.
Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1981-2003 sangat berfluktuasi. Dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11 .83%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1984 sebesar 77, 11%
sementara mencapai titik
terendah pada tahun 2000 dengan laju pertumbuhan sebesar -34,60%. Karena selama periode 1981-2003 PDRB Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terns mengalami peningkatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003 tetjadi pertumbuhan ekonomi, peningkatan rasio pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, dan peningkatan human capital.
8
Masalah sumber daya manusia ini telah menarik perhatian banyak ahl i ekonomi, yang kemudian memasukkan sumber daya manusia sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi dalam model-model mereka, diantaranya Mankiw, Romer dan Weil (1992) yang menguji pengaruh tingkat partisipasi sekolah terhadap GDP riil di negara-negara maju terpilih dan negara-negara sedang berkembang terpilih yang menemukan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi,
Durkin
(2000)
mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sektor perdagangan merupakan akibat perusahaan mencurahkan perhatian terhadap investasi dalam pengetahuan yang kemudian dapat menurunkan biaya sektor ini di masa mendatang, Ferry Andrianus (2003) yang mengemukakan bahwa ada hubungan saling mempengaruhi antara human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
serta Nurwidiastuti dan Budiono Sri Handoko (2002) yang
menyelidiki pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan menemukan bahwa ada pengaruh positif pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah "Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Terhadap
Human Capital (Yang Diproksi Dengan Angka Melek Hurut) Dan Dampak Human Capital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam".
9
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dalam penelitian dibuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam? b. Bagaimana pengaruh human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah melihat kelangsungan sumber daya manusia dalam hal pengukuran human capital. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisis tentang hal-hal berikut ini: a. Pengaruh pengeluaran pemerintah untuk
pendidikan terhadap
human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. b. Pengaruh human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) terhadap pertumbuhan ekonomi Darussalam.
Provinsi Nanggroe Aceh
10
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meliputi dua aspek, yaitu aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek guna laksana (kebijakan). Bagi aspek pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat berperan dalam menambah serta memantapkan teori-teori ekonomi ( khususnya mengenai hubungan human capital dan pertumbuhan ekonomi) yang pada gilirannya dapat memperluas wawasan penalaran dan pendidikan di perguruan tinggi.
Bagi aspek guna laksana, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan dalam pembangunan daerah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan membahas teori dan konsep yang menjadi landasan pokok dari penelitian yang akan dilakukan, serta akan menguraikan penelitian-penelitian empiris yang berhubungan dengan modal manusia (human capital), pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. 2.1.1
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat bersumber dari sisi permintaan agregat maupun
penawaran agregat, sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2-1 berikut : GAMBAR2-1 .,ERMINTAAN AGREGAT DAN PENAWARAN AGREGAT DALAM POSISI EKONOMI MAKRO YANG SEIMBANG
I
PI
ASo
y
0
PANEL A
I
Sumber: Tulus T.H Tambunan, 2001
y
0
PANEL B
12
Dari gambar 2-1 di atas dapat dilihat bahwa perpotongan antara kurva permintaan agregat (aggregate demand, AD) dan kurva penawaran agregat
(aggregate supply, AS) yang disebut dengan titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan jumlah output agregat (Y) tertentu pada tingkat harga tertentu. Output agregat yang dihasilkan dalam suatu perekonomian disebut dengan Pendapatan Domestik Bruto, yang selanjutnya membentuk pendapatan nasional. Bila pada tahun awal (t=O), output = Yo , maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah hila pada tahun berikutnya output =Yt.
Dari gambar 2-l dapat
dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dapat disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS0 ke AS 1) pada Panel A atau pergeseran kurva agregat permintaan (ADo ke ADt) pada Panel B.
2.1.1.1 Investasi Investasi adalah pembelian yang dilakukan oleh perusahaan atau rumah tangga yang tidak dipergunakan untuk tujuan konsumsi tetapi dipergunakan untuk tujuan proses produksi yang menghasilkan suatu barang/jasa (Mankiw, 2003). Mankiw juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi, seperti ramalan (ekspektasi) mengenai keadaan di masa mendatang, tingkat bunga, perkembangan teknologi, tingkat pendapatan nasional. Investasi merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan ekonomi. Meningkatnya investasi akan berpengaruh pada produksi yang dapat meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan output dan nilai tambah, sehingga dapat
13
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu komponen yang menentukan pembangunan adalah pembentukan modal. Menurut Van den Berg (2001) proses pembentukan modal berjalan melalui tiga tingkatan, yaitu (1) kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan menabung, (2) keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan menjadi dana yang dapat diinvestasikan, (3) penggunaan tabungan untuk tujuan investasi barangbarang modal perusahaan. Investasi baru dapat berasal dari sektor swasta ataupun pemerintah. Investasi sektor pemerintah dilakukan dan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/D).
Sedangkan investasi swasta dalam kaitan dengan
penelitian ini merupakan gabungan antara investasi swasta asing (penanaman modal asing) dan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri).
a.
Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Asing (PMA) diatur dengan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967. Menurut Undang-undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan penuh atas hi dang usaha yang bersangkutan ( 100% asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia dapat terdiri dari hanya dengan pemerintah (seperti pertambangan) atau dengan pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun.
14
Bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik, pembangkit tenaga atom, telekomunikasi, pelayanan kesehatan, air minum, kereta api umum, mass media dan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer. Menurut Sadono Sukimo ( 1982), PMA merupakan sesuatu yang posit if, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang didapat di dalam negeri, menambah
cadangan
devisa,
memperbesar
penenmaan
pemerintah
dan
mengembangkan keahlian manajerial bagi negara penerimanya.
b.
Penanaman Modal Dalam Negeri Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) diatur dengan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
PMDN merupakan
bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan ( 1) secara langsung oleh pemilik modal sendiri, (2) secara tidak langsung antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito dan tabungan yang jangka waktunya minimal satu tahun. Kedua jenis investasi ini (PMA dan PMDN) berpengaruh terhadap pembangunan daerah, karena dengan adanya investasi ini diharapkan agar (Wahyunadi, dkk., 2003): pertama, kehadiran investor dapat dijadikan counterpart oleh daerah untuk mendayagunakan segenap potensi sumber daya yang dimiliki. Kedua, dengan keberhasilan mendayagunakan potensi sumber daya alam yang dimiliki akan membuka peluang kesempatan kerja yang luas sekaligus dapat mengisi "lumbung" keuangan daerah, baik itu yang berasal dari pungutan pajak dan retribusi. Ketiga, dengan keberhasilan mengisi dan menambah sumber pendapatannya, daerah dapat memberikan kontribusi ke arah perbaikan dan peningkatan human capital, termasuk pelayanan kepada publik, membangun infrastruktur yang diperlukan,
15 membuka kesempatan kerja yang lebih banyak lagi. Kesemua itu diarahkan dalam upaya untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat daerahnya. Sinha dan Sinha (200 1) menganalisis tentang pengaruh pertumbuhan dari openness dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia
(termasuk Indonesia, Singapura, China, Jepang, Hongkong, Bangladesh, India, Iran, dan Pakistan).
Metode yang dipakai menggunakan teori pertumbuhan neoklasik
Solow-Swan. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan GDP, pertumbuhan populasi dari 19 negara-negara di Asia. Sedangkan untuk openness menggunakan data sesuai dengan kriteria World Bank (1987) yang mengelompokkan negara-negara berdasarkan orientasinya terhadap perdagangan selama periode 1973-1985. Berdasarkan kriteria World Bank tersebut, Hongkong, Singapura dan Korea Selatan dikategorikan strongly outward oriented; Israel, Malaysia, dan Thailand dikategorikan moderately outward oriented; Indonesia, Pakistan, Philipina dan Sri Langka moderately inward oriented; Bangladesh dan India strongly inward oriented. Dalam analisis ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan investasi memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan.
Sedangkan untuk
negara-negara yang menerapkan perdagangan dan investasi (baik asing maupun domestik) secara luas (China, Hongkong, Indonesia dan Jepang) memiliki pengaruh positifterhadap pertumbuhan ekonomi.
2.1.1.2 Tenaga Kerja
Menurut Dumairy ( 1996) tenaga kerja adalah penduduk yang berumur dalam usia kerja. Tenaga kerja (man power) terbagi dalam dua kelompok, yaitu angkatan
16 kerja dan bukan angkatan kerja. Yang terrnasuk angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempuanyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan termasuk angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan; yaitu yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga (maksudnya ibu rumah tangga bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa pekerjaannya Masih menurut Dumairy (1996), angkatan kerja dibedakan menjadi dua subkelompok, yaitu pekerja dan penganggur.
Yang dimaksud dengan pekerja adalah
orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau disurvai) memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Yang terakhir ini misalnya petani yang sedang men anti panen at au wan ita karir yang sedang menjalani cuti melahirkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penganggur
adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, atau dapat disebut dengan orang yang tidak bekerja dan ( masih atau sedang) mencari pekerjaan. Sebagai indikator tenaga kerja dapat digunakan unemployment rate yang dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja yang kemudian dikalikan seratus persen,
ataupun employment rate,
yaitu
perbandingan jumlah tenaga kerja dengan jumlah angkatan kerja dikalikan seratus persen.
17 Ferry Hadiyanto dan Lugina (2003) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Total Faktor Produktifitas (TFP) terhadap pertumbuhan output agregat regional Jawa Barat periode 1986-2000", yang telah dibukukan dalam buku "Analisis Ekonomi Jawa Barat Tahun 2003".
Analisis ini didasarkan pada apakah
pertumbuhan output agregat disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor produksi modal, tenaga kerja atau peningkatan produktifitas faktor-faktor yang disebut Total Faktor
Produksi.
Penelitian
menggunakan
teknik
ekonometrika
dengan
menggunakan data time-series untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan Ordinasi Least Square dengan memakai fungsi produksi Cobb-Douglas.
Kesimpulan dan basil dari penelitian ini menunjukkan
pertumbuhan output agregat disebabkan oleh peningkatan pemakaian faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu kapital (sejumlah investasi pemerintah dan swasta serta tenaga kerja). Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian Jawa Barat lebih banyak menggunakan input tenaga kerja. Dimana selama periode 19862000 pertumbuhan output agregat Jawa Barat sekitar 97% disebabkan oleh pertumbuhan kapital dan tenaga kerja sedangkan sisanya sebesar 3% disebabkan oleh proses teknologi.
2.1.2
Pembentukan Human Capital
Jhingan (2003) mengemukakan bahwa manusta
sebagai
modal dasar
pembangunan. Pengertian pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik suatu negara.
18
Human capital adalah nilai potensi untuk mendapatkan pendapatan/ penghasilan yang terkandung pada setiap individu (dalam hal ini tenaga kerja, dalam bentuk keahlian/ skill dan pengetahuan yang lebih baik).
Pembangunan ekonomi
tidaklah mungkin tanpa pendidikan, sehingga menurut Myrdal (dalam Jhingan, 2003) "untuk memulai program pembangunan nasional sambil membiarkan sebagian besar penduduk tetap buta huruf kelihatannya akan sia-sia."
Melalui pendidikan umum
pemerintah meningkatkan persediaan buruh efektif dan kapasitas produktif bangsa. Program melek huruf merupakan salah satu prioritas pengembangan pendidikan yang secarajelas telah disebutkan dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional (2004-2009) bahkan melek huruf juga ada dalam rencana Rencana Strategis Pengurangan Kemiskinan dimana program melek huruf merupakan hal penting yang dapat mengurangi kemiskinan.
Dalam konteks Indonesia, melek
huruf didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis kalimat sederhana dalam bahasa latin atau bahasa lain serta melakukan perhitungan sederhana (Laporan Pengawasan Global Pendidikan Untuk Semua, 2006). Masih menurut Laporan Pengawasan Global Pendidikan Untuk Semua (2006) bahwa berdasarkan penelitian tentang
44 negara di Afrika menemukan bahwa
keaksaraa merupakan salah satu variabel yang berefek posit if pada pertumbuhan GDP per kapita, sementara sebuah survey pada 33 negara islam sedang berkembang menyimpulkan bahwa tingkat melek huruf dan pendaftaran sekolah, keduanya mempunyai dampak dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Melek huruf merupakan investasi karena dapat memperkuat modal fisik dan menyebabkan manusia mampu menyesuaikan diri dengan tingkat kemajuan teknologi
19
yang diterapkan pada mesin-mesin industri. Oleh karena itu dibutuhkan reformasi pendidikan untuk memberikan bekal pada tenaga kerja agar mempunyai kemampuan adaptas~
memiliki keahlian yang dimiliki pasar, mengembangkan sikap yang mudah
menerima informasi sehingga pada akhirnya akan mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bangsa. Umar Juoro (2003) mengemukakan bahwa pendidikan dasar di negara-negara berkembang memiliki tingkat keuntungan sosial yang tinggi.
Pendidikan
memberikan kontribusi yang positifterhadap basil (output) pertanian, terutama dalam soal perbaikan alokasi petani. Pada daerah modern pendidikan memperkuat kernampuan petani untuk memilih dan memakai input pertanian yang lebih baik dan mengalokasikan secara efisien sumber-sumber yang ada dan baru. Pada Daerah tradisional pendidikan mempertinggi
kemampuan petani untuk mengalokasikan
secara lebih efisien sumber-sumber yang ada (Umar Juoro, 2003) Merujuk pada teori mikroekonomi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilihat bagaimana physical capital, human resources dan faktor teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Secara matematika, fungsi CobbDouglas dapat ditulis sebagai berikut (Nicholson, 2005): Q = A(t)f[K,L]
Dimana K adalah physical capital, L adalah human resources (labor) dan A(t) adalah faktor perubahan teknologi. Tetapi dalam penelitian yang akan dilakukan ini, kita akan melihat bagaimana faktor teknologi dalam fungsi produksi tersebut akan mempengaruhi human resources yang nantinya akan disebut dengan Labor Augmenting Technological Progress. Sehingga fungsi produksinya akan menjadi:
20
Q = f[K,A(t)L] Studi
Denison
tentang
perekonomian
Amerika
Serikat
pada
1962
membuktikan bahwa kemajuan teknologi lebih disebabkan oleh adanya peningkatan kualitas tenaga kerja, baik dari keahlian maupun ilmu pengetahuan.
Hal ini
merupakan bukti bahwa modal manusia (human capital) memegang peranan penting dalam
pertumbuhan
ekonomi
(Kodrat
Wibowo,
2000,
melalui
http://papers. ssm. com/so/3/papers. cfm?abstract~id= 156829).
Dalam teori pertumbuhan Neo-Klasik yang dikembangkan oleh Solow-Swan, perkembangan produksi (pertumbuhan ekonomi) suatu negara ditentukan oleh tiga faktor, yaitu akumulasi modal, pertambahan penawaran tenaga kerja, dan residu yang dapat dinamakan kemajuan teknologi. Jika diasumsikan bahwa kemajuan teknologi adalah fungsi dari waktu, maka fungsi produksi adalah (Sanusi Fattah, 2004): Y = f(K, L, t) ................................................................................... (2.1) Dimana: Y=
produksi nasional
K=
stok kapital
L=
jumlah tenaga kerja
t=
waktu yang menunjukkan perubahan teknologi dalam hubungannya dengan
fungsi produksi yang mengalami perubahan sesuai dengan waktu (tingkat teknologi pada periode t ). Menurut Sadono Sukimo (2000), t menunjukkan tingkat teknologi. Namun dalam keadaan yang sebenamya, faktor tersebut mewakili segala faktor di luar
21 penambahan tenaga kerja dan stok kapital yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang biasa disebut dengan faktor residual. Yusuf Wibisono (2005) mengadakan studi tentang sumber pertumbuhan ekonomi regional, dengan pendekatan model pertumbuhan Solow-Swan. Data yang digunakan adalah data PDRB propinsi-propinsi di Indonesia periode 1984-2000. Menurutnya ada konvergensi pendapatan yang terjadi secara lambat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingkat investasi yang rendah baik pada physical capital maupun human capital di beberapa propinsi. Lebih lanjut David Romer dalam bukunya Advanced Macroeconomics (200 1) mengemukakan dua pandangan tentang pembentukan human capital, yaitu: pertama, pandangan yang menekankan pentingnya investasi teknologi oleh perusahaan swasta sebagai suatu sumber produktivitas, sehingga perlu insentif ekonomi bagi inovasi teknologi yang dilakukan oleh perusahaan swasta.
Dimana kemudian perusahaan
akan melakukan perbaikan dengan cara mendesain ulang produk menjadi lebih baik dari sebelumnya. melalui
Pandangan ini menyatakan bahwa inovasi teknologi dapat terjadi
penelitian dan pengembangan (R & D), dan melalui proses informal
learning by doing. Kedua, pandangan yang menekankan pada peran human capital, dimana kaitan antara modal manusia dan pertumbuhan dapat dilihat dari dua sisi. Di satu pihak perekonomian yang semakin maju akan menyebabkan semakin banyak investasi dalam bentuk manusia, baik dalam bentuk peningkatan dan perbaikan gizi, serta sekolah.
Sedangkan dipihak lain, dengan semakin sehat dan semakin tinggi
keahlian yang dimiliki pekerja, maka produktifitas juga meningkat yang pada
22 gilirannya akan meningkatkan standar hidup. Kedua pandangan ini tidaklah berdiri sendiri tetapi sating berkaitan satu sama lainnya. Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba mengukur kualitas sumber daya manusia dengan beberapa indikator, seperti Indeks Mutu hidup atau Pysica/ Quality of Life Index (PQLI) yang dikemukakan Morris dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang dikemukakan oleh UNDP
(United Nations Development Programme)
pada tahun
1990
dan
dikembangkan dengan memasukan Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index/HPJ) dan Indeks Pembangunan Gender (Gender-related Development Index!GDI) pada tahun 1995 (Indonesia Human Development Index, 2001). IPM mengukur tingkat pencapaian kualitas sumber daya manusia dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup yang layak.
Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian
pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah) dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Berdasarkan ulasan di atas, maka angka melek huruf dapat dijadikan salah satu indikator untuk melihat modal manusia
Gupta ( 1999) dan Ferry Andrianus
(2003) juga pernah menggunakan literacy rate sebagai indikator human capital. Dalam penelitian tersebut mereka mengemukakan bahwa ada hubungan yang sating mempengaruhi antara literacy rate dan pertumbuhan ekonomi. Mempertimbangkan bahwa ketrampilan membaca dan menulis anak-anak sekolah juga berpengaruh terhadap angka melek huruf, maka angka partisipasi
23
sekolah (school attended ratio) memegang peranan penting dalam meningkatkan angka melek huruf
2.1.3 Peranan Pemerintah Terbadap Pendidikan
Pada awalnya, penganut aliran ekonomi kapitalis yang dimotori oleh Adam Smith membatasi peran pemerintah dalam sistim perekonomian hanya pada tiga
fungsi yaitu (1) melaksanakan fungsi peradilan, (2) pertahanan dan keamanan serta (3)
melaksanakan
fungsi
pekerjaan
umum
(Adam
Smith
dalam
Guritno
Mangkoesoebroto: 2001).- Menurut Adam Smith, setiap individu paling tahu apa
yang paling baik buat dirinya. Sehingga setiap individu akan melaksanakan aktifitas yang harmonis yang diatur oleh invisible hand sehingga perekonomian berkembang dengan maksimun.
Kebebasan ekonomi dalam prakteknya menemui banyak
benturan kepentingan karena tidak adanya koordinasi atas perbedaan kepentingan antar individu, sehingga dalam perekonomian modem, menurut Musgrave diperlukan peran pemerintah yang diklasifikasikan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu (1) peranan alokasi, (2) peranan distribusi, dan (3) peranan stabilisasi (Musgrave: 1980 dan Guritno, 200 1).
Sedangkan Lincolin Arsyad (1999) menunjukan ada 4 peran yang
dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi di daerah yaitu sebagai entepreneur, koordinator, fasilitator dan stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif pembangunan daerah Menurut Meier (dalam Suady Hamid, 2002) perlunya intervensi pemerintah dalam perekonomian adalah karena :
24 a) adanya kegagalan pasar, termasuk adanya ekstemalitas ekonomi, skala produksi yang meningkat, penyediaan barang publik dan informasi yan~ tiaa. sempuma o) perhatian untuk menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan distribusi pendapatan c) adanya tuntutan untuk pemenuhan hak-hak pokok: pendidikan, kesehatan dan peru mahan. d) penyediaan dana-dana untuk masyarakat tertentu oleh pemerintah e) melindungi hak-hak generasi mendatang termasuk lingkungan. Belli (dalam Siti Aisyiah Tri Rahayu,2004) mendukung pendapat Meier dalam versi yang berbeda. Perlunya intervensi pemerintah dalam perekonomian tidak semata-mata karena terjadinya kegagalan pasar (market failurer), tetapi intervensi tersebut dipergunakan untuk pengurangan tingkat kemiskinan dan dalam kasus barang merit. Sehingga dalam menentukan intervensi pemerintah sektor publik harus didasarkan pada tiga hal ( 1) identifikasi kegagalan pasar yang menyebabkan swasta tidak memproduksi barang-barang sosial, (2) meningkatkan efek kemakmuran, dan (3) masyarakat menjadi lebih baik dengan adanya intervensi pemerintah. Meski demikian tidak selamanya keterlibatan pemerintah menyebakan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju Pareto Optimal, bahkan kadang-kadang justeru menjauhi kondisi tersebut. Kegagalan peran pemerintah tersebut menurut Guritno dikarenakan (1) adanya dampak yang tidak terperkirakan sebelumnya, (2) inefisiensi, karena kekurangcermatan dalam memperhitungkan manfaat dan biaya, sehingga kadang-kadang biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah justru lebih besar daripada biaya masyarakat, (3) kegagalan program karena kompleksitas sistem dalam program pemerintah, dan (4) Rent seeking behaviour, dimana perilaku pemegang kebijakan pemerintah cenderung mengejar keuntungan pribadi (Guritno,2001 ).
25
Data statistik yang mengesankan dan berbagai studi tentang pertumbuhan ekonomi di negara-negara Barat yang memperlihatkan bahwa yang memacu pertumbuhan ekonorni adalah pengembangan sumber daya manusia (faktor residual dalam perhitungan fungsi produksi secara ekonometrik) dan merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi negara-negara maju. Hal ini menyebabkan negaranegara Afrika dan Asia yang baru merdeka bersemangat untuk mencetak dan membangun modal manusia (human capital) secara terencana sebagaimana halnya mereka mengembangkan modal fisik infrastruktur (Todaro, 2000). Schultz (Jhingan, 2003) menyatakan bahwa ada lima cara pengembangan sumber day a man usia, yaitu (I) fasilitas dan pelayanan kesehatan, pada umumnya mencakup semua pengeluaran yang mempengaruhi harapan hidup, kekuatan dan stamina, tenaga serta vitalitas rakyat; (2) latihan jabatan, termasuk magang model lama yang diorganisasikan oleh perusahaan; (3) pendidikan yang diorganisasikan secara formal pada tingah dasar, menengah dan tinggi; (4) program studi bagi orang dewasa yang tidak diorganisasikan oleh perusahaan, termasuk program ekstensi, khususnya pada pertanian; (5) migrasi perorangan dan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan kesempatan kerja yang selalu berubah. Sedangkan Jhingan (2003) mendefinisikan "investasi modal manusia dalam arti luas sebagai pengeluaran di bidang pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial pada umumnya dan dalam pengertian pendidikan dan latihan"
sempit berarti pengeluaran di bidang
26 Melalui pendidikan pemerintah dapat menciptakan kestabilan negara sebagaimana yang dikemukakan oleh Rosen (2002) bahwa "sekolah akan memberikan suatu kekuatan dalam proses sosialisasi kehidupan.
Pendidikan akan
memberikan perluasan kesempatan dari suatu doktrin politik negara yang menciptakan kestabilan suatu negara."
Sehingga dengan adanya kestabilan ini
pembangunan dapat berjalan dengan baik Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 1999, melalui kebijakan publik yang terkait dengan
peran pemerintah
pembangunan manusia diberikan
ilustrasi antara negara Kenya dan Malawi. Dimana pada tahun 1980-an, kedua negara tersebut memiliki proporsi pengeluaran publik per GDP yang relatif sama, 27 % di Kenya dan 30% di Malawi. Tetapi terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengalokasian pengeluaran publik di bidang sosial yaitu 47% di Kenya dan 35% di Malawi. Hasilnya peningkatan pembangunan manusia di Kenya menjadi 3 kali lipat pembangunan manusia di Malawi. Dengan demikian pengeluaran sektor publik di bidang sosial termasuk pendidikan dan kesehatan sangat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian pembangunan manusia. Sedangkan Gupta, Verhoeven, Tiongson (1999) yang melakukan penelitian dengan menggunakan data cross-section 50 negara-negara sedang berkembang membuktikan bahwa kontribusi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan
yang besar dapat meningkatkan human capital (meningkatnya angka
melek huruf) dan menurunkan angka kematian. Nur Widiastuti dan Budiono Sri Handoko (2002) yang meneliti "Dampak Pendidikan Formal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (1975-1997) ",
27 dengan alat analisis multiple regresion dengan menggunakan metode estimasi OLS dengan data time-series periode 1975-1997, salah satu kesimpulannya adalah pengeluaran sektor publik untuk pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonorni. Sehingga pengeluaran publik sektor pendidikan tersebut dapat dianggap sebagai investasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun model yang digunakan dalam penelitiannya mengacu pada model
Barro dan Martin (1995) dengan menggunakan model dinamis yaitu model koreksi kesalahan Engle Granger. Dhliwayo (200 1), meneliti tentang dampak pengeluaran publik di bawah program ESAP (Economic Strnctural Adjusted Program) terhadap pelayanan sosial yang mendasar terutama pada sektor kesehatan dan pendidikan di Zimbabwe. Dari hasil
penelitiannya adalah
ditemukan
adanya hubungan
pengeluaran publik dengan kondisi sosial suatu negara.
antara manajemen Peningkatan alokasi
anggaran untuk kesehatan pada tahun 1980-an menyebabkan menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan serta meningkatnya usia harapan hidup. Begitu juga dengan indikator pada sektor pendidikan, meningkatnya alokasi anggaran pada sektor ini menyebabkan tingkat pendidikan di Zimbabwe semakin membaik. Sedangkan pada tahun 1990-an, pemerintah Zimbabwe memperkenalkan program
ESAP dengan tujuan utama mengurangi pengeluaran pemerintah termasuk sektor pendidikan dan kesehatan. hidup manusia.
Hasil dari program ini adalah adanya penurunan kualitas
Salah satu contohnya adalah turunnya rata-rata lama pendidikan
yang ditempuh penduduk Zimbabwe, karena banyak yang drop out akibat mahalnya
28
biaya pendidikan; sebagai konsekuensi dari pengurangan subsisdi pemerintah di sektor pendidikan. Chakraborty (2003) dalam penelitiannya "Public Expenditure and Human Development"
mengadakan
penelitian tentang
pengeluaran
pemerintah
dan
pembangunan sumber daya manusia. Penelitian dilakukan pada berbagai negara Asia bagian Selatan dan negara-negara Eropa ( 15 negara) periode 1993-1995, juga menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran publik untuk sektor kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita terhadap pencapaian pembangunan manusia.
Penelitian menggunakan regresi linier dengan
data pooled. Variabel yang dipergunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia adalah Human Development Index (HDI) dan Gender Development Index (GDI) dengan variabel yang dianggap mempengaruhi kualitas manusia adalah pengeluaran sosial per kapita (kombinasi bidang kesehatan dan pendidikan) dan pertumbuhan pendapatan per kapita. Hasilnya kedua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap HDI dan GDI. Ranis, Stewart dan Ramirez (1998) berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan
ekonorni dan pembangunan manusia adalah saling mempengaruhi.
Dalam menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan pembangunan manusia, Ranis, Stewart dan Ramirez (1998) membuat diagram sebagai berikut :
29
Labor-Augmented Technology dan Positive External Effect
Government Behaviour
Alokasi pengeluaran untuk Pendidikan dan Kesehatan
Social Capital dan Infrastruktur Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pendidikan dan
Kontrol Pendapatan oleh Wanita
Gambar 2.2. Diagram Hubungan Econonic Growth dan Human Development dari Ranis, Stewart dan Ramirez (1998)
Menurut
Ranis
dkk,
pertumbuhan
ekonomi
berdampak
terhadap
pembangunan manusia diantaranya melalui tingkah laku rumah tangga yang ditentukan oleh distribusi pendapatan nasional. Selain itu pemerintah juga berperan melalui alokasi anggaran di bidang pendidikan dan kesehatan serta penyediaan infrastruktur. Sebaliknya pembangunan manusia berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui labor-augmented technological progress. Selain itu pembangunan manusia juga memberikan efek ekstemal posit if bagi petumbuhan ekonomi. Dengan
30 demikian terdapat arus hubungan imbal batik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia Begitu pula halnya dengan penelitian Fery Andrianus (2003) yang berjudul "Analisis Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1970-2000". Pada penelitiannya ini digunakan dua metode analisis yaitu metode simultan dan error correction methods (ECM). Metode Simultan digunakan untuk mengestimasi literacy rate,
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan tiga model.
Sedangkan ECM
digunakan untuk mengestimasi equilibrium jangka panjang dan pendek.
Penelitian
ini dilakukan berdasarkan penelitian empiris yang telah dilakukan sebelumnya oleh Gupta (1999).
Adapun dari basil estimasi secara simultan didapat bahwa school
enrolment dan PDB berpengaruh secara positif terhadap literacy rate. Pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan dipengaruhi oleh literacy rate dan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi yang juga dipengaruhi oleh literacy rate. Dalam penelitian ini semua variabel yang digunakan berbentuk logaritma.
2.2
Kerangka Pemikiran
Perhatian dalam pembahasan teori ekonomi makro selalu tertuju pada dua masalah pokok (Sadono Sukimo (2000) dan Mankiw (2003)), yaitu (1) kebijakan jangka pendek, yaitu kebijakan stabilisasi yang berkaitan dengan bagaimana mengatur perekonomian agar terhindar dari tiga penyakit ekonomi, yaitu inflasi, pengangguran dan ketimpangan neraca pembayaran; dan (2) kebijakan jangka
31
panJang, yaitu kebijakan yang mengatur agar dalam suatu perekonomian terjadi keselarasan antara pertumbuhan penduduk, kapasitas produksi dan tersedianya dana untuk investasi sehingga pendapatan meningkat. Salah satu unsur utama dari kebijakan jangka panjang adalah human capital (Umar Juoro, 2003) karena dengan adanya pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kualitas manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan ekonomi.
Manusia yang berkualitas akan mempengaruhi sumber-sumber pokok
pertumbuhan seperti modal fisik dan tenaga kerja Human capital adalah nilai potensi untuk mendapatkan pendapatan/ penghasilan yang terkandung pada setiap individu (dalam hal ini tenaga kerja, dalam bentuk keahlian/ skill dan pengetahuan yang lebih baik).
Pembangunan ekonomi
tidaklah mungkin tanpa pendidikan, sehingga menurut Myrdal (dalam Jhingan, 2003) "untuk memulai program pembangunan nasional sambil membiarkan sebagian besar penduduk tetap buta huruf kelihatannya akan sia-sia."
Melalui pendidikan umum
pemerintah meningkatkan persediaan buruh efektif dan kapasitas produktif bangsa. Literacy rate merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur modal manusia.
Dalam konteks Indonesia, melek huruf didefmisikan
sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis kalimat sederhana dalam bahasa latin atau bahasa lain serta melakukan perhitungan sederhana (Laporan Pengawasan Global Pendidikan Untuk Semua, 2006). Masih menurut Laporan Pengawasan Global Pendidikan Untuk Semua (2006), melek huruf merupakan investasi karena dapat memperkuat modal fisik dan menyebabkan manusia mampu menyesuaikan diri dengan tingkat kemajuan teknologi
32 yang diterapkan pada
mesin-mesin industri.
Melek huruf dapat menambah
kemampuan adaptasi, mengembangkan sikap yang mudah menerima informasi sehingga pada akhimya akan mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bangsa. Teori mikroekonomi, dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas Juga menjelaskan bagaimana
sumber daya manusia
pertumbuhan output melalui apa yang disebut dengan
akan mempengaruhi Labor Augmenting
Technological Progress. Peran pemerintah daerah melalui alokasi Belanja Publik memang merupakan suatu hal penting (Musgrave: 1980) yang dianggarkan dalam APBD untuk Bidang Pendidikan dan Kesehatan akan menentukan tingginya angka melek huruf
Dimana melalui investasi pemerintah di bidang pendidikan sarana dan
prasarana pendidikan tersedia. Sehingga dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, kualitas modal manusia (angka melek huruf) dapat meningkat karena masyarakat menjadi lebih mudah mengakses pendidikan. Untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi human capital, maka digunakan variabel school attended ratio sebagai variabel kontrol karena semakin tinggi school attended ratio dapat menjadi indikator bahwa human capital (yang diproksi dengan tingkat melek huruf) juga akan ikut naik. Sebagaimana penelitian-penelitian sebelumnya (Laporan
Pembangunan
Manusia Indonesia 1999, Chakraborty (2003), Gupta (1999) dan Kodrat Wibowo (2000) bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan menentukan kualitas human capital dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan juga dipengaruhi oleh
33
pengeluaran untuk kesehatan (Ferry Andrianus, 2003).
Hal ini dikarenakan
masyarakat tidak mungkin akan memikirkan pendidikan jika kondisi kesehatan mereka masih jauh dari sehat.
Untuk itu dalam penelitian ini digunakan variabel
pengeluaran pemerintah untuk kesehatan sebagai variabel kontrol.
Ranis. Stewart dan Ramirez (1998), berpendapat bahwa hubungan antara dan kualitas sumber daya manusia adalah saling
pertumbuhan
ekonomi
mempengaruhi.
Begitu pula dengan Gupta (1999), Ferry Andrianus (2003) yang
mengemukakan bahwa antara pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dengan
human capital memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam menjelaskan hubungan tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut:
34
GAMBAR 2.3 DALAM PELAKSA NAAN BERPIKIR ALUR KA BAGAN KERANG PENELIT IAN ANALISIS PENGARU H PENGELU ARAN PEMERIN TAH UNTUK PENDIDIK AN TERHAD AP HUMAN CAPITAL DAN PENGARU H HUMAN CAPITAL TERHAD AP PERTUMB UHAN EKONOM I DI PROVINS I NANGGR OE ACEH DARUSSA LAM
Kebijakan Makro
----------
t-
~
~
------- ----
Kebijakan Jangka Panjang
Kebijakan Jangka Pendek
I
-· 0
0
L--
-·
/
-- --
Pengeluara n Pemerintah Untuk Pendidikan
f-
f-
--
,.-I I
Pendidikan
I
Human capital
I
I
Ferry Andrianus (2 003), Kodrat Wibo wo (2000), dan Ran is, Stewart & Ram irez ( 1998), dll
----.,
I I
Teori Pertumbuh an /Labor Augmented Tehcnology Q = f[K,A(t)L ]
Keterangan:
= penelitian dilakukan oleh =
Umar Juoro (2003)
I
Gupta dkk (1999), Human Development Report 1996, Chakrabort y (2003), dll
r--.-J
J.j_
Pengeluara n Pemerintah Untuk Kesehatan
/
////i --
Mankiw (2003), Sadono Sukimo (2000)
mempengaruhi variabel beril"Utnya
II
School attended ratio
Pertumbuh an Ekonomi
35 2.3
Hipotesis 1. Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan pada Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam berpengaruh positif terhadap human capital (diproksi dengan
literacy rate) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Human Capital ( diproksi dengan literacy rate) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
BAB ID OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Objek Penelitian Objek
penelitian
tm
berkaitan
dengan
pertumbuhan
ekonomi,
pembentukan human capital yang diproksi dengan angka melek huruf (literacy
rate), pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan, angka partisipasi sekolah (school attended ratio), investasi dan tenaga kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam periode 1980-2003 dengan menggunakan variabel dummy otonomi daerah. Penelitian ini membatasi pembuktian pengaruh human capital terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap human
capital di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam Periode 1980-2003. Pemilihan periode penelitian ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam memperoleh data yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif dan kuantitatif Metode analisis deskriptif artinya penelitian ini disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, artikel studi literatur dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan. Sedangkan dalam melakukan analisis kuantitatif dipergunakan alat bantu ekonometrika dengan menggunakan data time series dalam menguji pengaruh
37
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yang diestimasi dengan menggunakan metode simultan Two Stage Least Square (FSIS).
3.2.2
Somber dan Prosedur Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Jumlah
data yang digunakan adalah 24 observasi (time-series dari tahun 1980-2003). Pemilihan data runtut waktu selama 24 tahun dimaksudkan untuk melihat dampak suatu kebijakan ekonomi dan perubahan variabel ekonomi terhadap perekonomian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang biasanya dampak tersebut baru kelihatan dalam kurun waktu sepuluh sampai dengan dua puluh tahun. Sedangkan data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian mt bersumber dari publikasi resmi dari: a. Badan Pusat Statistik; b. Bank Indonesia; c. Referensi studi kepustakaan melalui jurnal, makalah, artikel dan bahan-bahan yang secara langsung maupun tidak langsung dari Perpustakaan MET, Perpustakaan F.xtention, dan Perpustakaan Induk FE Unpad. Untuk data variabel investasi dan pengeluaran pemerintah, dalam penelitian ini
menggunakan harga konstan 1993 yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Spiegel, 1988):
x dim ana,
HK93
=
(p~~~~~ )xst
00
00
00 00 00
00
00
00
00
00
00
00 00
00
00
00
00
00
00
00.
(3. 1)
38
X 11 ~o.: 93
=
Variabel X dengan Harga Konstan tahun 1993
PDRBnilthnt
=
PDRB Harga Konstan Tahun t
PDRBberlakuthnt = PDRB Harga Berlaku Tahun t XBt
=
Variabel X tahun t
Begitu pula halnya dengan nilai PDRB 1980-1992,
perubahan tahun
dasar juga dilakukan karena data yang tersedia adalah berdasarkan harga konstan tahun 1983.
Menurut Spiegel ( 1988) merubah harga konstan tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut: Andaikan tahun diberi nomor urut mulai 1 sampai N seperti baris pertama dari Tabel 3.1, dan andaikan P,, P2, .. , PN menyatakan harga-harga untuk tahuntahun tersebut seperti dalam baris kedua tabel.
Harga-harga relatif yang
bersesuaian dengan tahun j dan k, yang berturut-turut disebutkan dengan tahun lama dan tahun barn, dinyatakaan dalam baris ketiga dan keempat dari Tabel. Di sini pj 11 = pdpj, pj 12
p:Jpj, dan seterusnya. Baris keempat dapat diperoleh dari
=
baris ketiga dengan membagi setiap masukan dalam baris ketiga dengan pj 1 k. yaitu harga relatif pada tahun k dibandingkan dengan tahun j sebagai dasar, misalnya, ~= P; 1<
p, 1 P;
Pt I P1
= p kl = ..!!l Pt
I
dan seterusnya
39
TABEL 3.1 CARA MENGUBAH TAHUN DASAR
I
Tahun Harga Harga relatif yang sesuai dengan tahun lama,j Harga relatif yang sesuai dengan tahun
1
2
3
...
PI
P2
P3
...
Pi
Pjll
Pjl2
Pjl3
...
100%
Pkll
Pkl2
Pkl3
PkiJ
J
... ...
k
N
Pk
... ...
Pn
Pjlk
...
Pjln
100%
...
PkiN
baru, k Sumber: Schaum's Outlme of Theory and Problem of Staustics (1988)
Dalam penelitian ini seluruh jenis pengeluaran pemerintah yang dianalisis menggunakan angka-angka dari dua jenis tahun yang berbeda, dimana dari tahun 1979/1980 sampai dengan 199912000 berdasarkan tahun anggaran, sedangkan dari tahun 2001-2003 berdasarkan tahun kalender. Periode tahun anggaran berubah dari periode 1 April- 31 Maret menjadi 1 januari - 31 Desember pada tahun 2001. Untuk memperoleh data yang sama, yaitu angka tahunan,
maka pengeluaran pemerintah atas dasar harga konstan
1993 mengalami penyesuaian data. Adapun data yang mengalami penyesuaian adalah data dari tahun 1979/1980- 199912000. Dalam penyesuaian data penelitian ini digunakan teknik interpolasi data dari Insukindro (1993 : 138-142) sebagai berikut: a. Data tahun anggaran dibagi menjadi empat dalam bentuk triwulanan, sehingga dalam satu tahun akan didapat 4 (em pat) triwulanan. b. Formulasi yang digunakan untuk memecah data interpolasi adalah sebagai berikut: Yu = I;4 [Yt- 4,5 I 12 (Yt- Yt-I)]
(3.2)
Yt2 = lJ4 [Yt- 1,5 I 12 (Yt- Yt-I)] .............................................. (3.3) Yn = V4 [Yt + 1,5 I 12 (Yt- Yt-I)] .............................................. (3.4)
40
Yt4 = '!4 [Yt + 4,5 I 12 (Yt- Yt-t)] .............................................. (3.5) Dimana:
Yt1, Yt 2• Yt3, Yt4 masing-masing adalah nilai pada triwulan pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Yt adalah nilai pada tahun t Yt-I adalah nilai pada tahun t-1 c. Untuk memperoleh data tahunan yang paling mendekati angka sesungguhnya maka data tahunan yang dicari adalah data tahun anggaran tahun itu sendiri dikurangi angka triwulan terakhir (triwulan IV) tahun itu sendiri ditambah angka triwulan terakhir (triwulan IV) tahun anggaran sebelumnya.
3.3
Operasional Variabel
Variabel yang dianalisis meliputi variabel-variabel yang dipilih dengan pengertian dasar atau konsep operasional sebagai berikut: a. PDRB, yang dimaksud dengan PDRB adalah jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan
adalah PDRB atas harga konstan 1993 tanpa migas yang diperoleh dari BPS (Provinsi Dalam Angka berbagai terbitan). b. Literacy Rate!Angka Melek Huruf, merupakan rasto antara jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang dapat membaca dan menulis huruf
41
latin dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Data ini diperoleh dari BPS (Statistik Kesejahteraan Rakyat berbagai terbitan). c. Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan,
yaitu Anggaran Belanja
Pemerintah Menurut Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda Dan Olah Raga.
Merupakan data yang berasal dari BPS (Statistik
Keuangan Daerah berbagai terbitan), dan dirasiokan dengan PDRB. d. Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan, yaitu Anggaran Belanja Pemerintah Menurut
Sektor Kesehatan,
Pemberdayaan Perempuan.
Kesejahteraan Sosial, dan
Merupakan data yang berasal dari BPS
(Statistik Keuangan Daerah berbagai terbitan), yang kemudian dirasiokan dengan PDRB. e. School Attended Ratio!Angka Partisipasi Sekolah, merupakan rasio antara jumlah siswa SD, SMP, dan SMA dibandingkan dengan jumlah anak usia sekolah (usia 7-18 tahun).
Merupakan data yang berasal dari BPS
(Statistik Kesejahteraan Rakyat berbagai terbitan).
f.
Investasi, merupakan besamya investasi swasta yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah dikurskan dengan Rupiah dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah disetujui yang bersumber dari BPS (Statistik Indonesia berbagai terbitan).
g. Tenaga Kerja, merupakan rasio total tenaga kerja seluruh sektor dengan jumlah angkatan kerja. Kerja berbagai terbitan).
Data ini bersumber dari BPS (Statistik Tenaga
42
h. Dummy otonomi daerah, digunakan untuk melihat apakah otonomi daerah yang efektif dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 (Tulus Tambunan, 1996) memiliki pengaruh terhadap pengeluaran pemerintah, human capital, dan pertumbuhan ekonomi. Lebih jelasnya operasional Variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
No
1 1
2
3
4
5
TABEL3.2 OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Simbol Konsep Variabel 3 Huruf Melek Angka jumlah (perbandingan antara penduduk usia di atas 15 tahun yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah huruf latin penduduk usia 15 tahun ke atas) di Aceh Provinsi Nanggroe Darussalam periode 1980-2003. Pengeluaran Rasio pengeluaran pemerintah pemerintah untuk untuk pendidikan terhadap PDRB pendidikan riil atas dasar harga konstan 1993 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peri ode 1980-2003. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil Provinsi Nanggroe ekonomi Aceh Darussalam atas dasar harga konstan 1993 periode 1980-2003. Pengeluaran Perbandingan antara Pengeluaran pemerintah untuk Pemerintah untuk pendidikan kesehatan dengan PDRB Riil atas dasar harga konstan 1993 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peri ode 1980-2003. School Attended Perbandingan antara jumlah siswa Ratio yang bersekolah (SD, SMP, SMU) dengan anak-anak USia 7-18 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam periode 1980-2003
2 Human capital
5 LR
Ukuran/ Satuan 6 Persen
Ch:
Persen
YT
Rupiah
GH
Persen
ER
Rasio
43
1 6
2 Tenaga Kerj a
7
investasi
8
Dummy
3.4
3 Perbandingan antara jumlah tenaga kerja seluruh sektor dengan jumlah Provinsi di kerja angkatan Darussalam Aceh Nanggroe Periode 1980-2003 Jumlah investasi (PMA dan PMDN}ya ng telah disetujui. Pelaksaanaan Otonomi daerah
5 TK
6 Per sen
INV
Rupiah
Dummy
1= setelah otonomi 0= sebelum otonomi
Penyusunan Model Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat disusun model penelitian.
Model merupakan representasi dari suatu realitas.
Representasi realitas model
disusun dimaksudkan sebagai penyederhanaan masalah dalam mengambil keputusan.
Tetapi sayang tidak ada aturan yang mudah atau metode yang
otomatis untuk menyusun model. Penyusunan model melibatkan imajinasi dan seni disamping pengetahuan. Tetapi harus diingat bahwa suatu model bukanlah suatu realitas.
Model
merupakan suatu pendekatan secara simbolik, suatu pendekatan yang dipilih dari suatu realitas. Suatu model dapat menghasilkan keputusan terbaik tetapi hanya dalam konteks yang terbatas dari modelnya sendiri (Carter Hill, 2001). Masih menurut Carter Hill (200 1) bahwa model merupakan konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pemyataan dari suatu sistem yang kompleks. Oleh karena itu, model merupakan gambaran abstrak dari suatu sistem dimana hubungan antar variabel digambarkan sebagai hubungan sebab akibat.
44
Suatu model juga dapat diartikan sebagai penyederhanaan suatu sistem maupun subsistem.
Sebagai sistem mungkin kelihatan rumit karena melibatkan banyak
proses di dalamnya, tetapi sistem tersebut tetap merupakan suatu keteraturan. Dalam model ekonometrika, persamaan simultan digunakan karena adanya hubungan yang kompleks dan berkesinambungan antar variabel.
Variabel di
dalam persamaan simultan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu variabel endogen dan eksogen.
Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam
model, akibat adanya hubungan antar variabel.
Sedangkan variabel eksogen
adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar model. Bila variabel eksogen sudah diketahui, maka nilai variabel endogen dapat dihitung berdasarkan hubungan variabel yang sudah ditentukan.
3.5
Spesifikasi Model Penelitian ini memadukan beberapa kondisi Makroekonomi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dengan menggunakan metode simultan yang terdiri dari: a.
Model human capital, yaitu
LR = f(YT, Gt, ER, dummy) Dimana human capital Iyangmerupakan fungsi dari:
YT
=PDRB
Gt
= Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan
ER
=School Attended Rasio
Dummy = Otonomi daerah
45
b.
Model Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan, yaitu Gr;
=
f(LR,
ern, dummy)
dimana Pengeluaran Pemerintah merupakan fungsi dari:
c.
LR
=human capital
ern
= Rasio Pengeluaran Pemerintah U ntuk Kesehatan
Dummy
=
Otonomi daerah
Model Pertumbuhan Ekonomi, yaitu
Dimana pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari: LR
=
human capital
INV
=
Investasi swasta
TK
=
Rasio Tenaga Kerja
Model-model di atas diestimasi dengan menggunakan metode TSLS sebagai berikut: (2.1)
GE, =a6 +a 7 LR, +a 8 GH, +a 9 dummy+u 2 , Yn =a 10 +a 11 LR, +a 12 1NV,
+a 13 1~,
.......................................... ..•
(2.2)
+a 14 dummy +u 3 , ...•..•..........••....... (2.3)
Dimana rasio pengeluaran pemerintah untuk pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap angka melek huruf dan melek huruf berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Gupta (1999), Ferry Andrianus (2003), Ranis, Stewart, Ramirez (1998)) ..
46
Persamaan di atas selanjutnya dirumuskan menjadi persamaan reduced form sebagai berikut: (2.4)
GE = I121 + I122GH + I123ER + I124TK + I12sfNJl. + I126Dummy ················· (2.5) YT
= I127 + Il2sGH + I129ER + I13oTK + I13/NV + I132Dummy ·················
(2.6)
Dimana variabel human capital (LR). pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (Gr:) dan pertumbuhan ekonomi (YT) merupakan variabel-variabel endogen. Sedangkan variabel school attended ratio (ER), pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (Gt!), investasi (INV), tenaga kerja (T K) dan dummy otonomi daerah merupakan variabel-variabel eksogen.
3.6
Evaluasi Model
Evaluasi dimaksudkan untuk memutuskan apakah taksiran-taksiran terhadap parameter bermakna secara teoritis (theoritically meaningful!) dan nyata secara statistik (statistically significant). Untuk itu digunakan tiga kriteria untuk mengevaluasinya (Gunawan Sumodiningrat, 2003) yaitu: a. Kriteria ekonometrika, yaitu tidak adanya pelanggaran asumsi masalah endogeneity,
identifikasi,
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
outokorelasi. b. Kriteria statistika, yaitu uji parsial signifikansi (t-test), koefisien determinasi
UJI
f-stat, dan
(R 2 ).
c. Kriteria ekonomi yaitu arah hubungan (sign) dan besaran (magnitude).
47
3.6.1
Kriteria Ekonometrika Kriteria ini ditentukan oleh teori ekonometrika. Pengujian dengan kriteria
ini membantu dalam menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan seperti BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Jika asumsi-asumsi teknik ekonometrika yang diterapkan untuk menaksir parameter tidak dipenuhi, maka taksiran-taksiran tersebut dianggap tidak memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan. Pengujian-pengujian ekonometrika meliputi:
3.6.1.1 Uji Gejala Endogeneity Untuk mengetahui ada tidaknya masalah endogeneity dapat digunakan
Hausman Specification Test. persamaan
lebih
atau
Tes ini dilakukan untuk menguji apakah dua
mengandung
hubungan
simultan
dalam
variabel
pembentuknya. Jika dua persamaan atau lebih tersebut tidak mengandung hubungan simultan maka estimasi dengan metode sistem persamaan tunggal dengan menggunakan OLS masih bisa digunakan dan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien (tak bias dan bervarians minimum). Pengujian null hypotesis,
yang digunakan dalam
UJI
Hausman yaitu
Ho: Cov(y,u) = 0 H1 : Cov(y,u)
t
0
Jika Ho ditolak maka terdapat simultanitas, sehingga metode OLS tidak dapat digunakan dan jika Ho tidak ditolak berarti tidak ada hubungan antar variabel endogen dengan error term dalam model, maka bisa digunakan metode OLS. Misalkan terdapat dua model: (3.12)
GEt =P6 +P7LRt +PsGHt +P9dummy+u2, ............................................. (3.13)
48
Untuk menguji apakah kedua persamaan diatas mempunya1 masalah simultan, maka dilakukan pengujian seoagai oenKut. •
tlemuk persamaan reduced form dari persamaan diatas
•
Estimasi persamaan reduced form sehingga didapat niiai resiciu unmK masing-masing persamaan.
•
Regresi residual dan variabel eksogen pada persamaan struktural terhadap variabel endogen pada masing-masing persamaan
•
Lakukan pengujian signifikansi terhadap koefisien regresi residual. Bila hasilnya signifikan (Ho ditolak) maka dapat disimpulkan bahwa dalam kedua persamaan tersebut mengandung masalah simultan.
•
Jika terdapat masalah simultan maka penggunaan OLS menjadi bias sehingga penggunaan model-model persamaan simultan (Rekursif, TSLS, ILS, 3SLS) mutlak diperlukan.
3.6.1.2 Uji Masalah Identifikasi Metode identifikasi merupakan metode yang secara cepat mampu menentukan apakah suatu persamaan simultan dapat diestimasi atau tidak.
Ada
tiga kemungkinan yang terjadi pada persamaan simuhan, yaitu tidak teridentifikasi (unidentified), teridentifikasi (identified), dan terlalu teridentifikasi (overidentified).
Salah satu peraturan dalam mengidentifikasi sebuah persamaan simuhan disebut dengan order and rank condition of identification (Agus Widrujono, 2005~ yang terdiri
dari beberapa notasi, yaitu: M
= jumlah variabel endogen di dalam model simultan
m
=
jumlah variabel endogen di dalam persamaan tertentu
K
=
jumlah variabel eksogen di dalam model simultan
k
=
jumlah variabel eksogen di dalam persamaan tertentu.
49
Ada dua syarat agar masalah identifikasi persamaan simuhan dapat diestimas~ yaitu: 1. Dalam persamaan simultan M, suatu persarnaan teridentifikasi jika mengeluarkan paling tidak M-1 variabel (endogen maupun eksogen) yang ada di dalam model. Jika mengeluarkan tepat sebesar M-1, maka model disebut teridentifikasi sedangkan jika lebih dari M-1 maka model disebut terlalu teridentifikasi. 2. Dalam persarnaan simuhan M, suatu persamaan teridentifikasi jika jumlah variabel eksogen yang dikeluarkan dari persarnaan kurang dari jumlah variabel endogen dikurangi 1, yaitu: K-k~m-1
Jika, K- k < m -1 maka persamaan tidak teridentifikasi, K-k = m-1 maka persamaan teridentifikasi, K-k > m- 1 maka persamaan terlalu teridentifikasi. Bila terdapat
masalah
simultan dan
sistem
persamaan
simultan
teridentifikasi overidentified, maka metode estimasi akan menggunakan TSLS.
3.6.1.3 Uji Gejala Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model. Jika hanya ada satu variabel bebas dalam model berarti tidak ada masalah multikolinearitas. Adanya
multikolinearitas
di
antara variabel-variabel
bebas
akan
menyebabkan koefisien regresi masing-masing variabel bebas ini secara statistik
50
tidak signifikan sehingga tidak dapat diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam model, tanda yang paling jelas adalah ketika R2 tinggi (misal; antara 0,7 dan 1) tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien regresi secara parsial signifikan secara statistik berdasarkan pengujian t-test. Cara menanggulangi multikolinearits dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan mentransformasikan variabel, mengeluarkan salah satu variabelnya, atau dengan menambah data baru (Agus Widarjono, 2005).
3.6.1.4 Uji Gejala Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
adalah
merupakan
pelanggaran
dari
asumst
homoskedastisitas (semua gangguanldisturbance yang muncul dalam model
persamaan regresi bersifat homoskedastik atau mempunyai varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan). Oleh karena itu, konsekuensi dari adanya heteroskedastistas dalam sistem persamaan bahwa penaksiran tidak lagi mempunyai varians yang minimum. Salah satu cara untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan White
Heteroscedasticity Test (Gujarati,2003), yaitu dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis sebagai berikut : (tidak terdapat gejala heteroskedastisitas) (terdapat gejala heteroskedastisitas)
51
Apabila nilai nR 2 atau Obs * R 2 lebih besar dari nilai
z
2
pada tingkat
signifikansi tertentu maka Ho ditolak. Atau dengan menggunakan nilai probabilitas dengan kriteria tolak Ho jika nilai signifikasi < a .
3.6.1.5 Uji Gejala Autokorelasi
Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi non-autokorelasi, yaitu adanya korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu pada data time series.
Autokorelasi
mengakibatkan metode OLS menghasilkan taksiran yang tak bias namun tidak efisien (underestimated). Salah satu cara mendeteksi masalah autokorelasi bisa dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh BrueschGodfrey (Gujarati, 2003) dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis sebagai berikut:
Ho: p,
= p 2 = ... = p p =
H1
: p 1 * p 2 * ... * p P
0 (tidak terdapat gejala autokorelasi dalam model)
* 0 (terdapat gejala autokorelasi dalam model)
Statistik Uji :
(n- p)Rz:::: xz, Kriteria Uji kepercayaan
tertentu~
Tolak Ho jika nilai
(n- p)R 2 > z\ pada derajat
Atau dengan menggunakan nilai signifikansi dengan
ketentuan tolak Ho jika nilai signifikansi < a..
52
Penanggulangan
autokorelasi
yaitu
dengan
menggunakan
model
peramalan dalam Time Series Analysis diantaranya model autoregresif (AR); model rata-rata bergerak (MA); model campuran ( ARMNARIMA).
3.6.2
Kriteria Statistik
Kriteria ini ditentukan oleh teori statistik, termasuk di dalamnya adalah penaksiran koefisien determinasi (R2 ), uji serentak yaitu dengan menggunakan Uji -F, dan Uji-t dari semua model yang digunakan. Bila semua model memenuhi semua kriteria statistik maka hasil evaluasi model dapat digunakan untuk langkah selanjutnya.
3.6.2.1 Uji-F
Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel independen secara simultanlbersama-sama terhadap variabel dependen, dengan hipotesis statistik sebagai berikut (Gujarati, 2003):
Ho: an
=0
H1 : setidaknya satu o.n =f. 0 (dimana n = 2,3,4, ... 14)
Untuk menguji kedua hipotesis tersebut adalah dengan cara membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar nilai dari F-tabel maka hipotesis alternatifnya adalah bahwa semua variabel dependen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut :
53
Ho ditolak apabila F-hitung > F-tabel atau p-value :Sa.. Terima Ho dalam hal lainnya.
3.6.2.2 Uji Panial Signifikansi (t-test) Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, atau untuk mengetahui apakah masingmasing variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dan dilakukan dengan cara uji t satu arah. Hipotesis yang diuji pada uji t-stat adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):
Ho :
O.n
:S 0, masing-masing variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan. H1
: O.n
> 0, masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung yang didapat dari hasil regresi dengan nilai kritis yang didapat dari t-tabel pada tingkat kepercayaan tertentu. Jika t-stat
Dan sebaliknya jika t-stat>t-tabel,
maka Ho ditolak yang berarti variabel independen signifikan.
3.6.2.3 Penaksiran Koefisien Determinasi (R3 ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antar variabel independen yang digunakan dengan variabel depend en. R2 adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variasi variabel
54
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama. Besarnya R2 berada antara 0 dan 1 (0< R2<1).
Hal ini menunjukkan bahwa
semakin mendekati 1 nilai R2 berarti dapat dikatakan model tersebut baik, karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dengan kata lain, semakin mendekati 1 maka variasi dependen hampir selumhnya dipengamhi dan dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati, 2003).
3.6.3
Kriteria Ekonomi
Kriteria ini ditentukan oleh pnnstp-pnnstp teori ekonomi.
Jika nilai
maupun tanda taksiran parameter tidak sesuai dengan kriteria ekonomi, maka taksiran-taksiran itu hams ditolak, kecuali kalau ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa dalam kasus-kasus tertentu prinsip-prinsip ekonomi tidak berlaku, sehigga alasan-alasan untuk membenarkan taksiran yang berbeda dengan yang telah digariskan oleh teori ekonomi hams dinyatakan dengan jelas.
DAB IV BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Basil Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan gambaran singkat basil penelitian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam periode 1980-2003 yang meliputi beberapa variabel, seperti, (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil dan pertumbuhannya; (2) Investasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; (3) Rasio Tenaga Kerja dan pertumbuhannya; (4) Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan terhadap PDRB Riil dan pertumbuhannya; (5) Rasio
Pengeluaran Pemerintah Untuk
Kesehatan terhadap PDRB Riil dan pertumbuhannya; (6) Angka Partisipasi Sekolah (School Attended Ratio); dan (7) Human Capital yang diproksi dengan Angka Melek Huruf(Literacy Rate) dan pertumbuhannya.
4.1.1
Perkembangan PDRB Riil PDRB riil merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran akurat
mengenai terjadinya peningkatan atau penurunan dalam kegiatan ekonomi suatu daerah secara makro. Dari data PDRB dapat diturunkan laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan variabel makro lainnya. Secara ringkas, nilai PDRB riil dan laju pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
56
TABEL4.1 PDRB PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN PERTUMBUHANNYA PERIODE TAHUN 1980-2003 ATAS DASAR BARGA KONSTAN 1993 (dalam juta Rupiah) Pertumbuhan PDRB
Tahun
(o/o)
-
955.046,88 1.011.394,65 1.701.037,73 1.368. 726,92 2.424.188,86 2.758.726,92 3.004.253,62 3.103436,53 3.543.376, 77 4.099.034,33 3.060.055,53 4.134.119,48 4.277.251,39 4.826.477,00 4.294.948,00 5.756.875,00 6.213.757,00 6.526. 730,00 6.149.195,00 6.267.695,00 4.099.034,33 6.093.905,94 6.651.546, 72 6.866.362,68
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata
5,90 68,19 -19,54 77,11 13,80 8,90 3,30 14,18 15,68 -25,35 35,10 3,46 12,84 -11,01 34,04 7,94 5,04 -5,78 1,93 -34,60 48,67 9,15 3,23 11.83
Somber: BPS, Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Angka (beberapa terbttan), diolah
Dari Tabel 4.1 di atas tampak bahwa selama kurun waktu 1980-2003 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan.
Walaupun begitu dalam kurun waktu tersebut PDRB juga
mengalami penurunan, yaitu pada tahun 1983, 1990, 1994, hal ini mungkin
57
disebabkan oleh faktor non-ekonomi seperti situasi keamanan yang tidak kondusif
Situasi keamanan yang tidak kondusif ini dibuktikan dengan
berlakunya Daerah Operasi Militer pada tahun 1989-1998, Daerah Darurat Militer pada 2003-2004, dan Darurat Sipil pada 2005. Dimana pada masa-masa tertentu selama masa operasi militer ini banyak terjadi "letupan" yang menyebabkan perekonomian tidak dapat berjalan dengan baik. Sebagai contoh pada masa-masa itu banyak petani tidak berani turon ke tanah garapannya karena merasa terancam keselamatannya. Begitu juga dengan industri dan perkebunan besar yang harus menganggarkan pengeluaran yang lebih besar untuk jasa keamanan, yang nantinya akan mempengaruhi keuntungan perusahaan.
Sedangkan sektor
pertanian memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Angka, 2003). Penurunan PDRB pada 1998 dan 2000 mungkin salah satunya dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Sementara laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi N anggroe Aceh Darussalam sejak 1980 hingga 2003 berdasarkan tahun konstan 1993 berfluktuasi dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11.83%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1984 sebesar 77, 11% sementara mencapai titik terendah pada tahun 2000 dengan laju pertumbuhan sebesar -34,60%.
Tetapi pada tahun berikutnya
pertumbuhan perekonomian daerah cenderung membaik, hal ini dimungkinkan karena pemerintah mengeluarkan kebijakan yang membuat perekonomian daerah dapat berj alan dengan baik.
58
4.1.2
Perkembangan Investasi Besamya investasi swasta di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah disetujui dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
TABEL4.2 INVESTASI DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 ATAS DASAR BARGA KONSTAN 1993 (Dalam Juta Rupiah) Tahun
Investasi
Pertumbuhan (Ofo)
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
7.016,4212 10.089,7798 7.216,4212 511.546,8266 44.720,7917 775.485,5811 148.163,8735 175.852,1601 2.436.364,0739 126.121,1508 482.279,9114 2.570.868,4977 2.340,1893 1.115.650,9000 2.113.972,2396 3.013.705,6126 940.144,0877 2.570.868,4977 3.128.571,3042 2.570.868,4977 3.013.705,6126 5.699.431, 7998 6.436.364,0739 7.099.431,7998
43,80 -28,48 6.988,65 -91,26 1.634,06 -80,89 18,69 1.285,46 -94,82 282,39 433,07 -99,91 4.7573,53 89,48 42,56 -68,80 173,45 21,69 -17,83 17,23 89,12 12,93 10,30
Swnber: BPS, berbagat terbitan, d10lah Ket.: nilai investasi PMA dikurskan dengan kurs tengah (R]Y$AS) pada tahun tersebut ( swnber kurs: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Indonesia berbagai terbitan)
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa investasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sejak 1980-2001 sangatlah fluktuatif, dengan pertumbuhan tertinggi
59
dicapai pada tahun 1993 dengan persentase yang hampir mendekati 47.574%. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 1992 dengan persentase hampir mendekati 100%.
Pertumbuhan investasi yang tinggi ini dikarenakan
besarnya investasi asing pada sektor industri sedangkan pada tahun-tahun yang mengalami penurunan investasi maka pada tahun-tahun tersebut tidak ada investasi asing yang masuk. Jadi investasi hanyalah berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri saja.
4.1.3
Perkembangan Tenaga Kerja
Data tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Rasio Total Tenaga Kerja Yang Beketja Di Seluruh Sektor Lapangan Usaha dibandingkan dengan Jumlah Angkatan Kerja. Perkembangan tenaga ketja secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
60
TABEL4.3 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA DI PROVINSI NANGGROE ACED DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 Tahun
Rasio Tenaga Kerja (o/o)
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata
63,17 66,17 70,99 80,47 98,59 70,03 80,69 90,59 88,99 90,47 82,47 73,17 90,47 96,08 90,59 93,47 90,47 90,99 89,99 98,60 80,17 96,67 98,17 98,87 86,31
Pertumbuhan (%)
3,00 4,82 9,48 18,12 -28,56 10,66 9,90 -1,60 1,48 -8,00 -9,30 17,30 5,61 -5,49 2,88 -3,00 0,52 -1,00 8,61 -18,43 16,50 1,50 1,70 1,66
Somber: BPS, diolah
Selama periode 1980-2003 pertumbuhan Rasio Tenaga Kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam rata-rata sebesar 1,66%. ·Pertumbuhan Rasio Tenaga Kerja tertinggi tetjadi pada tahun 1984 sebesar 18,12% dan terendah pada tahun 1985 sebesar -28,56%.
61
Rata-rata Rasio Tenaga Kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebesar 86,31%. Rasio Tenaga Kerja terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 98,87% dan Rasio yang terkecil terjadi pada tahun 1980 sebesar 63,17%. Berfluktuasinya pertumbuhan Rasio Tenaga Kerja ini mungkin disebabkan karena adanya migrasi penduduk (umumnya penduduk yang berada di daerah transmigrasi) yang keluar dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode Daerah Operasi Militer (1989-1998), Darurat Militer (2003-2004), dan Darurat Sipil (2005). Sedangkan pada 1998 faktor krisis ekonomi mungkin juga ikut mempengaruhi turunnya Rasio Tenaga Kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
4.1.4
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Data yang digunakan untuk pengeluaran pendidikan merupakan data yang
berasal dari Statistik Keuangan Daerah berbagai terbitan, yaitu Anggaran Belanja Pemerintah Menurut Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda Dan Olah Raga yang kemudian dibandingkan dengan PDRB Riil.
Besarnya Rasio
Pengeluaran Untuk Pendidikan dapat dilihat pada Tabel4.4 berikut:
62
TABEL4.4 RASIO PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN DI PROVINSI NANGGROE ACED DARUSSALAM PERIODE 1980-2003
Tahun
Rasio Pengeluaran Pemerintah (%)
Pertumbuhan (o/o)
0,0830 0,0580 0,0870 0,0166 0,0590 0,1060 0,1070 0,0024 0,0914 0,0969 0,1982 0,2812 0,3094 0,3096 0,2087 0,2791 0,0969 0,2834 0,3792 0,0580 0,3484 1,5055 I,5503 1,5827 0,34
-0,0250 0,0290 -0,0704 0,0424 0,0470 0,0010 -0,1046 0,0890 0,0055 0, I 013 0,0830 0,0282 0,0002 -0, I 009 0,0703 -0,1822 0,1865 0,0958 -0,3212 0,2904 I,I571 0,0448 0,0324 0,07
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Rata-rata
-
Swnber: BPS, diolah
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa selama periode 1980-2003 Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berfluktuasi dengan Rasio rata-rata pengeluaran sebesar 0,34% dan rata-rata pertumbuhannya adalah 0,07%. Kenaikan Rasio yang cukup signifikan pada tahun 2001, 2002, dan 2003 dikarenakan Otonomi Daerah sudah dijalankan dan pemerintah berusaha memenuhi tanggung jawabnya, sesuai dengan Undangundang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) bahwa "pemerintah mengusahakan dan
63
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur
dengan
undang-undang."
Serta
ayat
(4)
bahwa
"negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional"
4.1.5
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan Data yang digunakan untuk pengeluaran kesehatan merupakan data yang
berasal dari Statistik Keuangan Daerah berbagai terbitan, yaitu Anggaran Belanj a Pemerintah Menurut Sektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan yang kemudian dibandingkan dengan PDRB Riil.
Besarnya Rasio
Pengeluaran Untuk Pendidikan dapat dilihat pada Tabel4.5 berikut:
64
TABEL 4.5 RASIO PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK KESEHA TAN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata
Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan (0/o) 0,02 0,04 0,05 0,04 0,06 0,05 0,04 0,06 0,04 0,07 0,12 0,17 0,21 0,19 0,12 0,09 0,09 0,11 0,12 0,23 0,53 1,81 1,88 1,91 0,33
PERTUMBUHAN (%)
0,00 0,02 0,01 -0,02 0,02 -0,01 -0,01 0,02 -0,02 0,03 0,06 0,04 0,05 -0,02 -0,07 -0,03 0,00 0,02 0,01 0,11 0,30 1,28 0,07 0,03 0,08
smnber: BPS, diolah
Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan selama periode penelitian mengalami fluktuasi dengan rata-rata Rasio Pengeluaran sebesar 0,33% dan ratarata laju pertumbuhan sebesar 0,08%. Kenaikan rasio cukup tinggi yang terjadi pada tahun 2001, 2002, dan 2003 dikarenakan adanya implementasi otonomi daerah sehingga mempengaruhi pengeluaran daerah.
65
4.1.6
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Berikut Tabel 4.6 yang menggambarkan perkembangan Angka Partisipasi
Sekolah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
TABEL4.6 SCHOOL AITENDED RATIO USIA 7-18 TAHUN PROVINSI NANGGROE ACED DARUSSALAM PERIODE 1980-2003
TAHUN 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata
SCHOOL ATTENDED RATIO
PERTUMBUHAN
(O/o)
(%)
14,28 14,67 15,54 16,32 17,21 17,73 18,55 19,69 20,37 20,80 21,76 20,11 21,27 23,25 22,80 21,63 20,91 23,07 22,34 14,28 18,28 22,40 24,22 25,97 20,76
0,39 0,87 0,78 0,89 0,52 0,82 1,14 0,68 0,43 0,96 -1,65 1,16 1,98 -0,45 -1,17 -0,72 2,16 -0,73 -8,06 4,00 4,12 1,82 1,75 0,51
Sumber: BPS
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode penelitian mengalami fluktuasi.
66
Rata-rata laju pertumbuhan adalah sebesar 0,51% dengan laju tertinggi terjadi pad a tahun 2001 sebesar 4, 12% dan laju terendah pada 1999 sebesar -8,06%. Penurunan yang cukup besar ini merupakan dampak dari krisis moneter yang menyebabkan orang tua tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya, sehingga mereka harus putus sekolah. Dan juga dimungkinkan oleh situasi politik di daerah dimana banyak sekolah yang dibakar oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Situasi ini juga mengakibatkan banyak tenaga pengajar yang berasal dari luar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (terutama dari Pulau Jawa) kembali ke daerah asalnya meninggalkan tempat tugas sehingga sekolah pun terpaksa ditutup.
4.1.7
Perkembangan Angka Melek Huruf Berikut Tabel 4.7 yang menggambarkan perkembangan Angka Melek
Huruf di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
67
TABEL4.7 PERKEMBANGAN LITERACY RATE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERIODE 1980-2003 Tahun
Literacy Rate (o/o)
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata
73,7 74,9 76 77,2 78,3 79,4 80,5 80,5 82,5 83,4 84,6 85,4 86,2 87,0 85,8 88,6 90,1 91,4 92,7 93,1 93,9 95,2 95,8 96,7 85,53
Pertumbuhan /o)
(0
0 1,2 1,1 1,2 1,1 1,1 1,1 0 2 0,9 1,2 1 0,8 0,8 -1,2 2,8 1,5 1,3 1,3 0,4 0,8 1,3 0,6 0,9 0,99
Swnber: BPS, diolah
Dari Tabel4.7 dapat dilihat bahwa dari 1980 sampai dengan 1993 Literacy Rate di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terns mengalami peningkatan. Lalu
pada 1994 mengalami penurnnan 1,2% dan terns meningkat pada tahun berikutnya. Rata-rata literacy rate adalah sebesar 85,53% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,99%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 1,5% dan terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar -1,2%.
Hal ini
68
memjelaskan bahwa pemerintah dengan investasinya terus berupaya untuk meningkatkan sumber daya masyarakat.
4.2 Pembahasan 4.2.1
Kriteria Ekonometrika
4.2.1.1 Uji Endogeneity Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bah III bahwa disarankan untuk menguji model yang digunakan agar diketahui apakah terdapat masalah simultan atau tidak.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya masalah simultan
dapat digunakan Hausman Specification Test.
Hausman Specification Test dilakukan untuk menguji apakah dua persamaan atau
lebih
mengandung
hubungan
simultan dalam
variabel
pembentuknya. Jika dua persamaan atau lebih tersebut tidak mengandung hubungan simultan maka estimasi dengan metode sistem persamaan tunggal dengan menggunakan OLS masih bisa digunakan dan menghasilkan estimasi yang Jika persamaan-
konsisten dan efisien (tak bias dan bervarians minimum).
persamaan tersebut memiliki hubungan simultan maka estimasi dilakukan dengan menggunakan persamaan simultan (Gujarati, 2003). Pengujian null hypotesis,
yang digunakan dalam
UJI
Hausman yaitu
Ho: Cov(y,u) = 0 Ht: Cov(y,u) f. 0 Jika Ho ditolak maka terdapat gejala simultanitas, sehingga metode OLS tidak dapat digunakan dan jika Ho tidak ditolak berarti tidak ada hubungan antar
69
variabel endogen dengan error term dalam model, maka metode OLS dapat digunakan untuk penelitian ini. Hasil pengujian masalah simultan untuk masing-maing persamaan pada model yang diteliti adalah sebagai berikut : TABEL4.8 PERSAMAAN STRUKTURAL TINGKAT MELEK HURUF (LR): Dependent Variable: LR Method: Least Squares Date: 08/02/06 Time: 15:32 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Coefficient Variable 66.74721 c 1.86E-06 YT HAT 11.14086 GE HAT 0.369955 ER -10.24954 DUMMY 10.79772 U2 1.18E-06 U3 0.988686 R-squared 0.984693 Adjusted R-squared 0.758323 S.E. of regression 9.775914 Sum squared resid -23.27694 Log likelihood 2.003567 Durbin-Watson stat
t-Statistic Std. Error 48.48158 1.376754 10.96552 1.70E-07 4.372868 2.547723 3.994105 0.092625 -3.206334 3.196653 3.586580 3.010590 5.904029 2.00E-07 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0000 0.0000 0.0004 0.0009 0.0052 0.0023 0.0000 84.29167 6.129254 2.523078 2.866677 247.5949 0.000000
Berdasarkan basil diatas, nilai signifikansi untuk koefisien regresi untuk
U2 dan U3 masing-masing sebesar 0.00. Dengan demikian Ho ditolak. Artinya, persamaan struktural Tingkat Melek Huruf di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003 mempunyai hubungan simultan dalam variabel pembentuknya.
70
TABEL 4.9 PERSAMAANSTRUKTURALPENGELUARANPEMEmNTAH UNTUK PENDIDIKAN (GE): Dependent Variable: GE Method: Least Squares Date: 08/02/06 Time: 15:33 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Coefficient Variable -1.126529 c 0.015126 LR HAT 0.338136 GH 0.606498 DUMMY 0.021440 Ul 0.983916 R-squared 0.980530 Adjusted R-squared 0.066946 S.E. of regression 0.085154 Sum squared resid 33.64171 Log likelihood 2.084700 Durbin-Watson stat
Prob. t-Statistic Std. Error 0.0010 -3.865817 0.291408 0.0005 4.193412 0.003607 0.0346 2.276056 0.148562 0.0237 2.459591 0.246585 0.0505 2.087614 0.010270 0.337409 Mean dependent var 0.479779 S.D. dependent var -2.386809 Akaike info criterion -2.141382 Schwarz criterion 290.5753 F-statistic 0.000000 Prob(F-statistic)
Berdasarkan hasil diatas, nilai signifikan koefisien regresi untuk U 1 sebesar 0.0505. Nilai ini signifikan pada tingkat kepercayaan 90% sehingga Ho ditolak. Artinya, persamaan struktural Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003 mempunyai hubungan simultan dalam variabel pembentuknya. TABEL 4.10 PERSAMAAN STRUKTURAL PERTUMBUHAN EKONOMI (YT) Dependent Variable: YT Method: Least Squares Date: 08/02/06 Time: 15:33 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Variable Coefficient -13219343 c LR HAT 140814.3 57089.24 TK INV 0.425565 DUMMY -1938791. Ul 455912.7 R-squared 0.926181 Adjusted R-squared 0.905676 S.E. of regression 578304.3 Sum squared resid 6.02E+l2 Log likelihood -349.0309 Durbin-Watson stat 2.032556
Std. Error t-Statistic 3749768. •3.525377 57719.40 2.439635 17620.90 3.239860 0.171134 2.486732 663726.1 -2.921071 88716.08 5.139009 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F -statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0024 0.0253 0.0045 0.0229 0.0091 0.0001 4132799. 1882981. 29.58591 29.88042 45.16823 0.000000
71
Berdasarkan hasil diatas, nilai signifikansi koefisien regresi untuk U 1 sebesar 0.0001. Nilai ini signifikan pada tingkat kepercayaan 90%, 95%, maupun 99% sehingga Ho ditolak. Artinya, persamaan struktural Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode
mempunyat
1980-2003
hubungan
simultan
dalam
variabel
pembentuknya.
4.2.1.2 Uji Masalah Identifikasi
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab III bahwa dalam persamaan simultan perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui apakah model-model yang digunakan dapat diestimasi atau tidak. Salah satu metode yang lazim digunakan untuk identifikasi adalah Order Condition and Rank. Pengujian yang dilakukan adalah dengan memenuhi syarat perlu yaitu kondisi rank dan syarat cukup yaitu kondisi order.
Ketiga model persamaan
simultan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: LR= Uto
+
CJr: = U2o
UitYT
+
+
U21LR
+
a12CJr:
+
U22GH
UnER
+ Ui.J)ummy +
+ anf]ummy +
elt
........... (4.1) ............. ....... (4.2)
e21
........... (4.3)
Lalu ketiga model di atas dirubah menjadi: LR-
a10-
auYT- a12Gr: -unER
CJr:- U2o- U21LR- U22GH-
-a1.JJummy =
a2:JJummy =
e21
e1t
........... (4.4) ............. ....... (4.5)
........... (4.6)
72
Untuk melakukan identifikasi kondisi order dapat dilakukan dengan membuat tabel sebagai berikut: TABEL 4.11 DAFTAR VARIABEL ENDOGEN DAN EKSOGEN TIAP MODEL
Equation Number
4.4 4.5 4.6
Koefisien 1
LR
GE
YT
ER
-a. to
1
-a.12
-a.u
0
-a.13
-a.2o
-a.21
1 0
0 1
-a.22
0 0
-a.3o
-a.31
Dari Tabel
4.11
di
0
atas,
INV
Dummy
0 0
0 0
-a.14
-a.32
-a.33
-a.34
TK
dapat dibuat
-a.23
satu tabel barn untuk
mengidentifikasi kondisi order, adapun tabel tersebut adalah sebagai berikut: TABEL 4.12 IDENTIFIKASI KONDISI ORDER
J umlah Varia bel Model
Eksogen yang Dikeluarkan (K-k)
4.4 4.5 4.6
3 3 2
J umlah Varia bel Endogen yang Masuk Persamaan dikurangi Satu (m-1) 2 I I
Identifikasi
Over identified Over identified Over identified
Berdasarkan aturan yang telah dijelaskan pada Bab III sebelumnya dan melihat kondisi identifikasi yang seluruhnya over identified maka metode Two Stage Least Square (TSLS) dapat digunakan sebagai alat estimasi.
4.2.1.3 Uji Gejala Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang disebabkan adanya hubungan linear diantara variabel regresor. Menurut Gujarati
73
(2003), jika suatu model memiliki nilai R2 tinggi sedangkan banyak variabel bebasnya yang tidak signifikan secara parsial maka itu merupakan gejala adanya multikolinieritas. Berdasarkan basil yang telah diperoleh (lihat lampiran I dan 2) temyata nilai R 2 ketiga model yang digunakan dalam penelitian ini sangat tinggi dan semua variabel berpengaruh secara signifikan.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak tetjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebasnya.
4.2.1.4 Uji Gejala Heteroskedastisitas
Uji masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode White Heteroscedasticity Test.
Pengujian dilakukan pada ketiga model, yaitu
Model LR (literacy rate), Model Cit (Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan), dan Model YT (pertumbuhan ekonomi). Pengujian
heteroskedastisitas
dengan
menggunakan
White
Heteroscedasticity Test pada Model LR diperoleh basil sebagai berikut:
TABEL4.13 BASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTICITY TEST PADA MODEL LITERACY RATE (LR) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.310227 8.744707
Probability Probability
0.307381 0.271508
Dengan menggunakan bantuan software E-Views diperoleh nilai
Obs* R 2 sebesar 8,744707 dengan nilai signifikansi sebesar 0,271508. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian
74
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam data pengamatan pada Model LR. Pengujian
dengan
heteroskedastisitas
menggunakan
White
Heteroscedasticity Test pada Model
TABEL4.14 BASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISIT AS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTICIT Y TEST PADA MODEL PENGELUARAN PEMERINTAH UNTUK PENDIDIKAN (GE) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.329095 2.010203
Dengan menggunakan bantuan
Probability 0.888789 Probability 0.847732 software E-Views diperoleh nilai
Obs* R 2 sebesar 2,010203 dengan nilai signifikansi sebesar 0,847732. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam data pengamatan pada model
heteroskedastisitas
dengan
menggunakan
White
Heteroscedasticity Test pada Model YT diperoleh hasil sebagai berikut:
TABEL 4.15 BASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISIT AS DENGAN METODE WHITE HETEROSCEDASTICIT Y TEST PADA MODEL PERTUMBUBAN EKONOMI (YT) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.489898 4.236020
Probability Probability
0.828302 0.752227
Dengan menggunakan bantuan software E-Views diperoleh nilai
Obs * R 2 sebesar 4,236020 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 752227. Nilai
75
signifikansi ini lebib besar dari 0,05 sebingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan babwa tidak terjadi gejala beteroskedastisitas dalam data pengamatan pada model YT.
4.2.1.5 Uji Gejala Autokorelasi
Deteksi masalab autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleb BruescbGodfrey.
Pengujian dilakukan pada ketiga model, yaitu Model LR (Literacy
Rate), Model Gr: (Pengeluaran Pemerintab Untuk Pendidikan), dan Model YT
(Pertumbuban Ekonomi). Untuk Model LR.. dari basil output E-Views (sebagaimana dalam lampiran 3) didapat nilai Obs * R 2 sebesar 0,144209 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,704132. Nilai signifikansi ini lebib besar dari 0,01 dan 0,05 maupun 0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan babwa dalam data pengamatan tidak terdapat masalab autokorelasi pada tingkat signifikansi 1%, 5%, maupun 10%. Pada Model Gr:, dari basil output E-Views (sebagaimana lampiran 3) didapat nilai Obs * R 2 sebesar 0,036492 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,848503. Nilai signifikansi ini lebib besar dari 1%, 5%, maupun 10%. Dengan demikian dapat disimpulkan babwa dalam data pengamatan tidak terdapat masalab autokorelasi pada tingkat signifikansi 1%, 5%, maupun 10%. Sedangkan dalam Model YT, dari basil output E-Views (sebagaimana lampiran 4) didapat nilai Obs * R 2 sebesar 0,423799 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,515047. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 1%, 5%, maupun 10%.
76
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak terdapat masalah autokorelasi pada tingkat signifikansi I%, 5%, maupun I 0%.
4.2.2
Pengujian Statistik
4.2.2.1 Uji F Pengujian F-Statistik ini dilakukan pada ketiga model, yaitu Model LR
(Literacy Rate), Model
~
(Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan), dan
Model YT (Pertumbuhan Ekonomi). Adapun kriteria pengujiannya adalah Tolak Ho jika Fhitung > F {a;(k,n-k-1)} atau p-value ~
a. Terima Ho dalam hallainya.
Untuk Model LR, dari hasil output E-Views 4.1 dan Excel
2003
(sebagaimana dalam lampiran 1) didapat hasil sebagai berikut :
TABEL 4.16 BASIL UJI F UNTUK MODEL LITERACY RATE (LR) Df(k-1;n-k-1) = (4-1;24-4-1)
a
(3,19)
1% 5%
F-tabel 5,0103 3,1274
10%
2,3970
F-hitung 231,6246
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan
Dari hasil di atas diperoleh nilai F-hitung sebesar 231,6246. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tiga tingkat signifikansi (I%, 5%, dan 10%), nilai F-hitung yang diperoleh masihjauh lebih besar dari nilai F-tabel pada ketiga tingkat signifikansi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB (harga konstan 1993), Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan terhadap PDRB, School
77
Attended Ratio, dan Dummy Penerapan Otonomi Daerah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan tingkat Human Capital yang diproksi dengan Tingkat Melek Huruf. Untuk Model CiE, dari hasil output E-Views 4.1
dan Excel 2003
( sebagaimana dalam lamp iran 1) didapat hasil sebagai berikut :
TABEL 4.17 BASIL UJI F UNTUK MODEL PENGELUA RAN PEMERINT AH UNTUK PENDIDIKA N (GE) Df (k-1;n-k-1) = (3-1;24-3-1)
a 5%
F-tabel 5,8489 3,4928
10%
2,5893
1% (2,20)
F-hitung 398,3706
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan
Dari hasil di atas diperoleh nilai F-hitung sebesar 398,3706. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1 %, 5%, dan 10%), nilai F-hitung yang diperoleh masih jauh lebih besar dari nilai F-tabel pada ketiga tingkat signifikansi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Human Capital (diproksi dari Tingkat Melek Hurut), Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan terhadap PDRB, dan Dummy Penerapan Otonomi Daerah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan terhadap PDRB. Untuk Model YT, dari hasil output E-Views 4.1 (sebagaimana dalam lampiran 2) didapat hasil sebagai berikut :
dan Excel 2003
78
TABEL 4.18 BUHAN EKONO MI (YT) PERTUM BASIL UJI F MODEL F-hitung
1%
F-tabel 5,0103
Kesimpu lan Signifikan
5%
3,1274
30,9431
Signifikan
10%
2,3970
a
Df (k-1;n-k- 1) = (4-1;24-4-1) (3, 19)
Signifikan
Dari hasil di atas diperoleh nilai F-hitung sebesar 30,9431. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1 %, 5%, dan 10%), nilai F-hitung yang diperoleh masihjau h lebih besar dari nilai F-tabel pada ketiga tingkat signifikansi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Human Capital (diproksi dari Tingkat Melek Huruf), Rasio Total Tenaga Kerja Seluruh Sektor Terhadap Angkatan Kerja, Investasi (harga konstan 1993), dan Dummy Penerapan Otonomi Daerah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003.
4.2.2.2 Uji Parsial Signifika nsi (t-test)
Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen maka dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel independen manakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk keperluan itu dilakukan Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual (Testing Individual Regression Coefficient).
79
Pengujian ini dilakukan pada ketiga model, yaitu Model LR (Literacy Rate), Model GF; (Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan), dan Model YT
(Pertumbuhan Ekonomi) dimana hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Untuk Model LR dengan menggunakan bantuan E-Views 4.1 dan Microsoft Excel 2003 didapat hasil sebagai berikut: TABEL4.19 BASIL un PARSIAL SIGNIFIKANSI MODEL LR(LITERACY RATE) Variabel YT
GE
ER
DUMMY
DF=(n-k-1) 19
19
19
19
a
t-hitung
1%
t-tabel 2,539
Kesimpulan Signifikan
5%
1,729
8,8276
Signifikan
10% 1%
1,328 2,539
5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
1,729
Signifikan Signifikan
3,5186
1,328 2,539 1,729
Signifikan Signifikan Signifikan
3,2221
Signifikan
1,328
Signifikan
2,539
Signifikan
1,729 1,328
-2,5790
Signifikan Signifikan
Dari Tabel 4.19 dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a.
Variabel PDRB Harga Konstan 1993 (YT) Hasil perhitungan yang diperoleh untuk nilai t-hitung variabel PDRB
(harga konstan 1993) sebesar 8,8726. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai t-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1%, 5%, dan 10%) sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB (harga konstan 1993) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Human Capital pada periode 1980-2003.
80
b.
Variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung untuk variabel Rasio
Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan sebesar 3,5186. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai t-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1%, 5%, dan 10%) sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Human Capital pada periode 1980-2003. c.
Variabel School Attended Ratio Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel
School Attended Ratio sebesar 3,2221. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai t-tabel
pada tiga tingkat signifikansi (1 %, 5%, dan 10%) sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel School Attended Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Human Capital periode 1980-2003. d.
Variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel
Dummy Penerapan Otonomi Daerah sebesar 2,5790. Nilai ini lebih besar dari nilai
t-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1%, 5%, dan 10%) sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Human Capital pada periode 1980-2003. Untuk Model GE; dengan menggunakan bantuan E-Views 4.1 dan Microsoft Excel 2003 didapat hasil sebagai berikut:
81
TABEL4.20 BASIL UJI PARSIAL SIGNIFIKA NSI MODEL GE (PENGELUA RAN PEMERINT AH UN TUK PENDIDIKA N) Variabel
LR
DF=(n-k-1)
a
20
1% 5%
20
DUMMY
20
10%
t-tabel 2,528 1,725 1,325
1%
2,528
5%
1,725
10%
1,325
1%
2,528
5% 10%
1,725
t-hitung 4,2601
2,3123
2,4987
1,325
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Tidak S!g_nifikan Signifikan Signifikan
Dari Tabel4.20 dapat disimpulkan bahwa: a. Variabel Human Capital (LR) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung untuk Human Capital sebesar 4,2601. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai t-tabel pada tiga tingkat signifikansi (1%, 5%, dan 10%) sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Human Capital mempunyai pengaruh yang
signifikan
dalam
menentukan
besarnya
Rasio
Pengeluaran
Pemerintah Untuk Pendidikan selama periode 1980-2003. b. Variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah untuk Kesehatan (CiH) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan sebesar 2,3123. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Namun jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan 10%, nilai t-hitung untuk variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat
82
disimpulkan bahwa variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya Rasio Pengeluaran Pemerintah U ntuk Pendidikan selama periode 1980-2003. Variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah
c.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah sebesar 2,5790. Nilai ini lebih kecil dari
nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Namun jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan 10%, nilai t-hitung untuk variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam
menentukan
besarnya Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk
Pendidikan selama peri ode 1980-2003. Untuk Model YT dengan menggunakan bantuan E-Views 4.1 dan Microsoft Excel 2003 didapat hasil sebagai berikut:
83
TABEL4.21 BASIL UJI PARSIAL SIGNIFIKANSI MOL:-.._ -. (PERTUMBUHAN EKONOMI) Variabel
LR
19
TK
19
19
INV
DUMMY
a
t-tabel
1%
2,539
5% 10%
1,729 1,328
1% 5%
2,539 1,729
10%
1,328
1%
2,539
5% 10%
1,729 1,328
1%
2,539
5% 10%
1,729
DF=(n-k-1)
19
t-hitung
1,9221
Kesimpulan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
2,5523
Signifikan
1,9590
Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
-2,3012
Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
1,328
Signifikan
Dari Tabel4.21 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Variabel human capital (LR) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel
Human Capital sebesar I. 9221. Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Namun jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan 10%, nilai t-hitung untuk variabel
Human Capitallebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Human Capital mempunyai pengaruh
yang
signifikan
dalam
menentukan
besarnya
tingkat
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003.
84
b.
Variabel Rasio Total Tenaga Kerja Seluruh Sektor (TK) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel
Rasio Total Tenaga Kerja Seluruh Sektor sebesar 2,5523. Nilai ini lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Variabel Rasio Total Tenaga Kerja Seluruh Sektor mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besamya tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003. c.
Variabel Investasi (INV) Dari hasii perhitungan diperoieh nuat aosomt 1-nnung umuK vatti:l.uta
Investasi sebesar 1,9221.
Nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel pada tingkat
signifikansi 1%. Namun jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan 10%, nilai t-hitung untuk variabel lnvestasi lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Investasi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besamya tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003. d.
Variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah Dari hasil perhitungan diperoleh nilai absolut t-hitung untuk variabel
Dummy Penerapan Otonomi Daerah sebesar 2,3012. Nilai ini lebih kecil dari nilai
t-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Namun jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan 10%, nilai t-hitung untuk variabel Dummy Penerapan Otonomi Daerah lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Dummy Penerapan Otonomi
85
Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besamya tingkat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 1980-2003.
4.2.2.3 Penaksiran Koefisien Determinasi (R1)
Koefisien determinasi mencerminkan besamya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variable dalam model yang digunakan. Besamya nilai R 2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Adapun hasil pengujian koefisien determinasi terhadap ketiga model tersebut adalah sebagai berikut: a.
Model Literacy Rate (LR) Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan
(lampiran 1) diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,980501. Nilai ini berarti bahwa sebesar 98,05% perubahan variabel tingkat Human Capital di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada periode 1980-2003 dapat diterangkan oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya sebesar 1. 95% dipengaruhi oleh varibellain. b.
Model Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan (Ch:) Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan
nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.983596. Nilai ini 1) dioeroleh Oamoiran ... . . ,
86
berarti bahwa sebesar 98,36% perubahan variabel Rasio Pengeluaran Pemerintah ·Untuk Pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada periode I9802003 dapat diterangkan oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya sebesar I.64% dipengaruhi oleh varibellain c.
Model Pertumbuhan Ekonomi (YT) Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan
(lampiran 2) diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.874449. Nilai ini berarti bahwa sebesar 87,44% perubahan variabel tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam selama periode
I980-2003
dapat
diterangkan oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya sebesar I2,56% dipengaruhi oleh variabellain.
4.2.3
Kriteria Ekonomi
4.2.3.1 Basil Estimasi Human Capital
Dengan menggunakan metode TSLS dan bantuan software E-Views 4. I, diperoleh hasil taksiran untuk model persamaan Human Capital selama periode I980-2003 sebagai berikut (hasil E-Views dapat dilihat pada lampiran I): LRt = 66,740 +I,86E-06 Yn + II,I28 t(39,04I) (8,828) R-squared
~1 +
(3,5I9)
0,37I ERt- I0,233(Dummy) + elt (3,22)
(-2,579)
0,98050I
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa model ini telah lolos uji statistik dan uji asumsi OLS. Dimana bahwa variabel PDRB, Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan, Angka Partisipasi Sekolah, dan Dummy Penerapan
87
Otonomi Daerah baik secara bersama-sama maupun secara parsial mempunyai pengaruh
yang
signifikan
dalam
menentukan
Human
Capital
(Angka
Melek Hurut). Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan diatas dioeroleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.980501. Nilai ini berarti bahwa sebesar 98,05% perubahan variabel tingkat Human Capital di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada periode 1980-2003 dapat diterangkan oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya sebesar 1,95% dipengaruhi oleh varibel lain.
Faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap
human capital dapat berupa faktor ekonomi dan non-ekonomi, seperti pendapatan masyarakat, konsumsi masyarakat untuk pendidikan, letak daerah yang terpencil, ataupun status beberapa kabupaten-kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selama masa Darurat Militer memiliki status Daerah Abu-Abu danHitam.. Sedangkan secara parsial, berdasarkan hasil estimasi dapat dikatakan bahwa: a.
Bila PDRB (YT) meningkat sebesar Rp.1, maka Angka Melek Huruf akan meningkat sebesar 1.86 x 10-6 %. ceteris oaribus. Maka daoat disimoulkan bahwa PDRB berpengaruh positifterhadap Human Capital. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Human Capital, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ferry Andrianus (2003). Begitu pula dengan penelitian Oong Komar (2004) pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengembangan sumber daya manusia dimana
88
pertumbuhan ekonomi industri-industri
menyebabkan timbulnya teknologi baru sehingga
menuntut
agar
pekerjanya
mampu
mengikuti
perkembangan tersebut. b.
Bila Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan naik sebesar 1%, maka Angka Melek Huruf akan meningkat sebesar 11,13%, ceteris paribus; Hal ini sejalan dengan yang terdapat dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia
1999, bahwa
peran pemerintah melalui kebijakan publik
memiliki pengaruh yang positif.
Dimana pada Laporan ini disebutkan
bahwa ada perbedaan antara negara Kenya dan Malawi. Dimana pada tahun 19980-an, kedua negara tersebut memiliki proporsi pengeluaran publik per GDP yang relatif sama, 27% di Kenya dan 30% di Malawi. Tetapi terdapat perbedaan yang cukup besar dalam pengalokasian pengeluaran publik di bidang sosial yaitu 47% di Kenya dan 35% di Malawi. Hasilnya peningkatan pembangunan manusia di Kenya menjadi 3 kali lipat pembangunan manusia di Malawi. Dengan demikian pengeluaran sektor publik di bidang sosial termasuk
pendidikan
dan
kesehatan
sangat
berpengaruh
terhadap
peningkatan sumber daya manusia.
c.
Bila Angka Partisipasi Sekolah meningkat sebesar 1%, maka akan meningkatkan Angka Melek Huruf sebesar 0,37%; ceteris paribus. penelitian
Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunung
Nurwati dan Dindin Makhmuddin (2004) yang menyatakan bahwa tingginya rasio partisipasi sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam
89
menurunkan angka buta huruf (hal tm berarti meningkatkan angka melek huruf). d
Variabel dummy Otonomi Daerah yang mulai efektif terhitung tahun 2001 membuktikan bahwa Otonomi Daerah berpengaruh negatif Terhadap Rasio Melek Huruf, dimana Otonomi Daerah menyebabkan Angka Melek Huruf turun sebesar 10,3%; ceteris paribus. Hal ini dimungkinkan karena otonomi daerah yang barn berjalan 3 tahun menyebabkan pemerintah daerah belum menemukan formula yang tepat baik dari segi kesiapan manusia maupun program-program yang akan dilaksanakan. Karena segala sesuatunya masih dalam taraf coba-coba (trial and error).
Sehingga kadang-kala timbul inefisiensi dalam penggunaan
anggaran (Yafiz, dalam Tulus Tambunan, 2001) Menurut Tulus Tambunan (2001) hal ini dapat disebab karena masih besamya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat yang dapat dilihat dari kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan yang mendominasi konfigurasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Sedangkan Yafiz (Tulus Tambunan, 2001) mengemukakan bahwa hal ini terjadi karena sumber-sumber penerimaan yang relatif besar pada umumnya dikelola oleh pemerintah pusat, sedangkan sumber-sumber penerimaan yang relatif kecil dikelola oleh pemerintah daerah. Dari
penjelasan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa Rasio
Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan memberikan kontribusi yang besar
90
(sekitar II%) terhadap peningkatan human capital jika faktor-faktor lain dianggap tidak berubah. Selain itu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia diperlukan keterlibatan berbagai pihak mulai dari kurikulum, strategi pengajaran, materi pengajaran, para guru, pengawas dan para pembuat kebijakan serta para orang tua. Untuk semua kegiatan itu tentu saja dibutuhkan dana yang cukup besar sehingga campur tangan pemerintah memang diperlukan. Untuk itu jika pemerintah daerah ingin terns meningkatkan kualitas sumber daya manusianya maka pemerintah daerah harus meningkatkan Rasio Pengeluaran Pendidikannya lebih besar lagi sehingga masyarakatnya dapat terbebas dari buta huruf. Hal ini juga sejalan dengan konfrensi intemasional tentang pendidikan yaitu Konfrensi Jomtien di Thailand tahun I990 dan Konferensi Dakar di Senegal tahun 2000 (Indonesia Human Development Index Report, 200 I) yang telah mengakui bahwa melek huruf merupakan hak asasi manusia, dan merupakan salah satu tujuan EFA (Education For All), yaitu untuk meningkatkan angka melek huruf bagi orang dewasa di dunia sebesar 50% sebelum tahun 2015.
4.2.3.2 Hasil Estimasi Pengeluaran Pemeritah Untuk Pendidikan
Dengan menggunakan metode TSLS dan bantuan software E-Views 4.I, diperoleh hasil taksiran untuk Model Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalm selama periode 1980-2003 sebagai berikut (hasil E-Views dapat dilihat pada lampiran I):
91
Gt:t = -1,1265 + 0,0151 LRt + 0,3384 Gt~t+ 0,6065 (Dummy)+ e2t t(-3,927) (4,260) R-squared
(2,312)
(2,498)
0.983596
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa model ini telah lolos uji statistik dan uji asumsi OLS. Dimana bahwa variabel Angka Melek Huruf, Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan dan Dummy Penerapan Otonomi Daerah baik secara bersama-sama maupun secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. Secara bersama-sama variabel Angka Melek Huruf, Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan dan Dummy Otonomi Daerah mampu menjelaskan variabel dependennya, Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan sebesar 98%. Sedangkan sisanya sebesar 2% dijelaskan oleh faktor lain. Beberapa hal lain yang mungkin mempengaruhi Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan adalah pendapatan per kapita, investasi swasta untuk pendidikan, konsumsi masyarakat untuk pendidikan. Secara parsial, basil estimasi adalah sebagai berikut: a.
Bila Angka Melek Huruf naik 1%, maka akan meningkatkan Rasio Pengeluaran Pemerintah U ntuk Pendidikan sebesar 0, 0151 %; ceteris paribus. Hal ini sejalan dengan penelitian Gupta (1999), Ferry Andrianus
(2003) dan Aloysius Gunadi Brata (2002) bahwa ada hubungan timbal balik antara human capital dengan Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan.
92
b.
Bila Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan naik 1%, maka akan mempengaruhi
peningkatan
Rasio
Pengeluaran
Pemerintah
Untuk
Pendidikan sebesar 0,3384%; ceteris paribus. Sebagaimana dikemukan pada Bah I bahwa tidak mungkin masyarakat akan memikirkan pendidikan jika kondisi kesehatan mereka tidak baik.
Adalah tugas pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan
masyarakat, salah satu caranya adalah dengan melakukan investasi publik melalui pengeluaran pemerintah untuk kesehatan. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan secara tidak langsung ikut mendorong adanya demand terhadap pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ferry Andrianus (2003) bahwa peningkatan kesehatan masyarakat akibat dampak positif pengeluaran pemerintah untuk kesehatan mendorong terciptanya demand terhadap pendidikan. Dengan adanya demand ini maka pemerintah harus menambah fasilitas untuk pendidikan yang dapat dilakukan dengan memperbesar anggaran untuk pendidikan. Tetapi faktor lain yang juga mungkin dapat menentukan besar kecilnya pengeluaran pemerintah untuk pendidikan adalah tekanan penduduk, tingginya tingkat pertumbuhan penduduk memberikan tekanan sendiri terhadap anggaran pemerintah untuk menyediakan lebih banyak sarana dan prasarana pendidikan. Dan untuk itu diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang peran pertumbuhan penduduk.
93
c.
Penerapan
otonomi
Pengeluaran
daerah
Pemerintah
menyebabkan Untuk
adanya
Pendidikan
kenaikan
sebesar
Rasio
0,6065%,
ceteris paribus.
d.
Bila tidak ada kenaikan pada Rasio Melek Huruf dan Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Kesehatan serta tanpa adanya Otonomi Daerah, maka Rasio Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan akan turon sebesar 1, 1265%; ceteris paribus.
4.2.3.3 Basil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi
Dengan menggunakan met ode TSLS dan bantuan software E-Views 4.1, diperoleh hasil taksiran untuk model Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalm selama periode 1980-2003 sebagai berikut (hasil E-Views dapat dilihat pada lampiran 2):
YTt= -1.321.980,5+ 140.822,3LR+57.087TKt+0,4255INVt-1.938.776Dummy + e3t t(-2,777) R-squared
(1,922)
(2,552)
(1,959)
(-2,301)
0.874449
Begitu pula halnya dengan Model Pertumbuhan Ekonomi ini, bahwa model ini telah lolos uji statistik dan uji asumsi OLS. Dimana variabel Angka Melek Huruf, Rasio Tenaga Kerja, Investasi dan Dummy Penerapan Otonomi Daerah baik secara bersama-sama maupun secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan Pertumbuhan Ekonomi.
94
Secara bersama-sama variabel bebas; Angka Melek Huruf, Rasio Tenaga Kerja, Investasi dan Dummy Otonomi Daerah mampu menjelaskan variabel terikat, Pertumbuhan Ekonomi sebesar 87%. Sedangkan 13% lagi dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dapat berupa faktor makro seperti (kondisi perekonomian maupun kondisi politik dan keamanan) maupun faktor demografi seperti jumlah penduduk. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa: a. Bila teijadi kenaikan 1% pada Angka Melek Huruf, maka PDRB akan meningkat sebesar Rpl40.822.300.000,-; ceteris paribus.
Menurut
Indonesia Human Development Index Report 2001, angka melek huruf
yang tinggi merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang cepat di Asia Timur dan Tenggara.
Begitu juga dengan penelitian Sanusi Fattah (2005) yang
mengkombinasikan model pertumbuhan baru (New Growth Theory) khususnya Human Capital Model- nya Romer dengan Source of Growthnya Solow dan Denison bahwa human capital memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu pertumbuhan human capital erat kaitannya dengan tingkat penguasaan dan pengembangan
teknologi yang pada akhirnya berimplikasi terhadap kemampuan berproduksi dan terhadap pendapatan nasional.
95
b. Bila terjadi peningkatan sebesar 1% pada rasto tenaga kerja, maka menyebabkan peningkatan PDRB sebesar Rp.57.087.000.000,-; ceteris paribus.
Hasil analisis ini sejalan dengan Teori Pertumbuhan Solow yang mengemukakan bahwa perkembangan produksi (pertumbuhan ekonomi) suatu negara ditentukan oleh tiga faktor, yaitu akumulasi modal, pertambahan tenaga kerja, dan residu yang kita namakan teknologi. Begitu juga dengan penelitian Ferry Hadiyanto dan Lugina (2003) yang menggunakan metode OLS dengan fungsi produksi Cobb-Douglas bahwa pertumbuhan output aggregat dipengaruhi oleh investasi dan tenaga kerja. c. Sedangkan jika investasi naik Rpl,- maka akan terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp.425.500,-; ceteris paribus.
Sebagaimana telah disebutkan
bahwa hal ini sejalan dengan model pertumbuhan Solow dimana pertumbuhan investasi akan meningkatkan stok modal yang selanjutnya akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena dengan bertambahnya stok modal maka jumlah stok alat-alat modal dan teknologi juga akan meningkat, yang pada akhirnya berimplikasi pada kemampuan untuk berproduksi sehingga pendapatan daerah akan meningkat dari waktu ke waktu sehingga menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mempertahankan atau meningkatkan investasi di daerah maka ada beberapa hal yang harus diupayakan; pertama, perlu ada kebijakan terpadu untuk menarik dan mempertahankan ataupun meningkatkan jumlah investasi.
Kebijakan tersebut paling kurang harus meliputi kepastian
96
hukum, kemudahan berinvestasi, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai serta
keamanan~
kedua, komposisi investasi juga harus dipilih,
yakni yang paling menguntungkan masyarakat, oleh karenanya ada beberapa kriteria investasi yang perlu dipertimbangkan (Jhingan,2004), yaitu: (I) produktivitas marginal
sosial~
(2) overhead ekonomi dan
sosial~
(3) pertumbuhan berimbang~ (4) pilihan teknologi~ (5) rasio modal output. d. Otonomi daerah menyebabkan teijadinya penurunan PDRB sebesar Rp.1.938.776.000.000,-.
Hal ini berlawanan dengan tujuan utama dari
otonomi daerah dimana seharusnya otonomi daerah mampu meningkatkan PDRB. Menurut Sjafrizal hal ini mungkin teijadi hila kebijakan prioritas pembangunan daerah belum sesuai dengan potensi daerah. Hal lain yang mungkin terjadi untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah karena situasi politik dan keamanan waktu penelitian.
yang berlangsung selama
kurun
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil estimasi dan penguJtan hipotesis diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif terhadap
human capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Dengan bertambahnya jumlah pengeluaran pemerintah
untuk pendidikan maka pemerintah daerah dapat menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dengan lebih baik sehingga masyarakat menjadi lebih mudah mengakses pendidikan sehingga angka melek hurufpun meningkat. 2.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memberikan pengaruh positif terhadap angka melek huruf Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang tinggi akan
menyebabkan perusahaan meningkatkan investasi yang digunakan untuk membeli peralatan bam atau modal fisik lainnya sehingga perusahaan akan menuntut para pekerjanya untuk mampu menguasai teknologi bam tersebut. Penguasaan ilmu bam akan lebih mudah bila mereka mampu membaca. 3.
Di Provinsi N angroe Aceh Darussalam, School A Itended Ratio memberikan pengaruh positif terhadap Angka Melek Huruf
Peningkatan school
attended ratio berarti meningkatnya jumlah peserta didik di sekolah. Dengan meningkatnya jumlah peserta didik maka jumlah orang yang dapat menulis dan membaca juga akan meningkat.
98
4.
Human Capital (yang diproksi dengan angka melek huruf) berpengaruh positif terhadap Darussalam.
Pertumbuhan
Ekonomi
Human capital
Provinsi
Nanggroe
merupakan faktor
Aceh
penting yang
menggerakkan modal fisik dan sumber daya alam yang merupakan faktor produksi yang bersifat pasif.
Sehingga diperlukan pengembangan keahlian
dan pengetahuan masyarakat (yang didapat dengan cara membaca) agar pertumbuhan ekonomi meningkat. 5.
Investasi memberikan kontribusi positif terhadap PDRB.
Meningkatnya
investasi akan berpengaruh pada produksi yang dapat meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan output dan nilai tambah, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 6.
Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDRB.
Dimana dengan
meningkatnya jumlah tenaga kerja maka sumber daya alam dapat diberdayakan dengan optimal yang nantinya akan berpengaruh pada produksi yang dapat meningkatkan produktivitas sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1.
Disarankan pada penelitian tentang human capital berikutnya dapat menggunakan indikator yang lain sebagai proksi modal manusia, karena sebagaimana telah dibahas pada Bab II bahwa modal manusia dapat diartikan dalam arti luas dan sempit.
99
2.
Pada Model Modal Manusia hanya dibangun dengan memasukkan empat variabel pokok, yaitu Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan, School
Attended Ratio, PDRB, dan Dummy Otonomi Daerah.
Masih banyak
variabel-variabel lain yang pada dasarnya ikut menentukan pertumbuhan angka melek huruf, misalnya jumlah penduduk, pengeluaran masyarakat untuk pendidikan, pendapatan per kapita.
Disarankan untuk penelitian
berikutnya dapat menggunakan variabel yang lebih banyak. 3.
Model Pertumbuhan Ekonomi hanya dibangun dengan empat variabel yaitu, Human Capital, Tenaga Kerja, Investasi dan Dummy Otonomi Daerah. Masih banyak variabel-variabel lain yang pada dasarnya ikut menentukan pertumbuhan ekonomi, misalnya jumlah penduduk, ekspor dan impor. Disarankan untuk penelitian berikutnya untuk menggunakan variabel yang lebih banyak lagi.
4.
Berdasarkan basil estimasi Model Human Capital diketahui bahwa Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan Angka Melek Huruf Oleh karena itu pemerintah daerah (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dapat meningkatkan alokasi dana anggaran untuk pendidikan, mengingat masih sangat kecilnya rasio dana anggaran untuk pendidikan terhadap PDRB. Sehingga pemerintah daerah dapat merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat meningkatkan modal manusia (dalam hal ini melek huruf) secara lebih baik. terhadap pertumbuhan ekonomi.
Yang nantinya juga akan berpengaruh
DAFfAR PUSTAKA
Agus Widardjono (2005), Ekonometrika : Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta. Aloysious Gunadi Brata (2002), Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional di Indonesia, Jumal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang, UII, Vol. 7 No.2, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Regional Bruto Propinsi-Propinsi Indonesia Menurut Lapangan usaha, (berbagai edisi), Jakarta ------------------------------, Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Indonesia (berbagai edisi), Jakarta. --------------------------------, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, SAKERNAS (berbagai edisi), Jakarta. -----------------------------, Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Angka, (berbagai edisi), Jakarta.
-------------------------------, "Statistik Kesejahteraan Rakyat" (berbagai edisi), Jakarta Barro, Robert J, dan Sala-i-Martin (2004), &onomic Growth 2nd Edition, McGrawwHill Book Co., Singapore.
BPS, Bappenas, UNDP, (1999), Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 1999, Jakarta. Carter, Hill R, E. Wiliam, G.G Judge (2001), Undergratuate Econometrics. Edition, John Wiley and Sons, Inc. New York
2nd
Chakraborty, Lekha S (2003), Public Expenditure and Human Development : An Empirical Investigation, Journal of Human Development, National Institute ofPublic Finance and Policy, India, www.uipfp.org.in. Dhliwayo, Rogers (2001), The Impact of Public Ecpenditure Management under ESAP on basic Social Service : Health and Education, SAPRI, Zimbabwe, www.saprin.org/zimbabwe/research/zim public exp Dumairy (1996), Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta. Durkin, John T Jr (2000), "Trade Capital, Human Capital and Economic Development", Chicago.
101
Ferry Andrianus (2003), Ana/isis Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (19970-2000), Jumal Ekonomi Manajemen, dan Akuntansi Vol. 1 no.2, Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. Ferry Hadiyanto dan Lugina (2003), Ana/isis Total Faktor Produktijitas (IFP) Terhadap Pertumbuhan Output Agregat Regional Jawa Barat 1986-2000, Analisis Ekonomi Jawa Barat, Unpad Pers, Bandung. Gujarati, Damodar N, ( 2003), Basic Econometrics, 3rd Edition, McGraw-Hill, New York. Gunawan Sumodiningrat (2003), Ekonometrika Pengantar, BPFE, Jogyakarta
Gupta, K (1999), Public Expenditure on Education and Literacy Levels: A Comperative Study, State University at Story Book Gupta, S, M.Verhoeven, E. Tiongson (1999), Does Higher Government Spending Buy Better Results in Education and Health Care?, IMF Working Paper, WP/99/21. Guritno Mangkoesoebroto (200 1), Ekonomi Publik, Cetakan Ke-1 0, Y ogyakarta: BPFE Jhingan, M.L. (2003), Ekonomi pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan D. Guritno, Rajawali Pers, Jakarta. Kodrat Wibowo (2000), Human Capital Improvement: The Key for The Success of Economis Development. Melalui httpllpapers.ssrn. com/so/3/papers. cfm?abstract_id= 15 6829 Lincolin Arsyad, (1999), Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta:BPFE Mankiw, N. Gregory, (2000), Macroeconomics, 4th Edition, Worth Publisher Inc., New York. --------------, D. Romer, D.N Weil (1992), A Contribution to The Empirics of Economic Growth, Quarterly Journal ofEconomics Musgrave RA, dan Peggy B Musgrave (1984), Public Finance in Theory and Practice, 4th Edition, Singapore, Me Graw-Hill Book Co Nicholson, Walter, (2005), Microeconomic Theory, Basic Principle and Extensions, ~h Edition, South-Western, a part of Thomson Co., Ohio.
102
Nunung Nurwati dan Dindin Makhmuddin (2004), Beberapa Permasalahan Yang Dihadapi DaJam Pelaksanaan Wajib Be/ajar Sembilan Tahun di Jawa Barat, Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 6, No. 2, Bandung Nur Widiastuti dan Budiono Sri Handoko (2002), Dampak pendidikan formal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 1975-1997, Jurnal kajian bisnis STIE Widyawiwata no. 27 , Jogyakarta. Oong Komar (2004), Keterkaitan Kualitas Penduduk Dengan Masalah Pendidikan, Jurnal Kependudukan Padjadjaran Vol. 6 No. 2, Bandung. Ranis,G, F. Stewart and A. Ramirez, (1998) : Economic Growth and Human Development, World Development Vol. 28 No.2 Romer, David (2001), Advanced Macroeconomics, 2nd edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Rosen, Harvey S (2005), Public Finance 7th edition, McGraw-Hill Inc., New York. Sadono Sukirno (2000), Makroekonomi Modem dari Klasik hingga Keynes Bant, Rajawali Pers, Jakarta. - - - - - (1982), Beberapa Aspek Da/am Persoa/an Pembangunan Daerah, LPFE-UI, Jakarta Sanusi Fattah (2004), Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Antar Daerah di Indonesia Periode 1987-2003(disertasi tidak dipublikasikan) Universitas Padjajaran Bandung. Sinha, D dan Sinha T (200 1), Openness, Invesment and Economic Growth in Asia, Department of Economics, Ritsumeikan, Asia Pasific University, Japan and Macquarie University, Australia. Siti Aisyiah Tri Rahayu (2004), Peranan Sektor Publik Lokal dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional di Wilayah Surakarta (1987-2000), Kinerja : Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Vol. 8 No. Sjafrizal (1997), Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Prisma No.3. Spiegel, Murray R (1988), Schaum's Outline of Theory and Problem of Statistics, 2nd Edition, McGraw-Hill Inc. New York. Todaro, Michael P (2000), Economic Development, 7th Edition, Addison-Wasley Logman, Inc., New York
103
Tulus T.H. Tambunan (2001), Perekonomian Indonesia; Teori dan Temuan Empiris, Ghalia Indonesia, Jakarta. Umar Juoro (2003), Sumber Pertumbuhan Ekonomi, Cides Online-ekonomi, htm Unesco, Laporan Pengawasan Global PUS, Keaksaraan Untuk Semua 2006, melalui http~. 1vww.unesdoc. unesco. org UNDP,
Indonesia Human Development http'.:i-t'lvw.undp.or.idjmhsihdr200-l
Index
Report
2001,
melalui
Van den Berg, Hendrik (2001), Economic Growth and Development (an analysis of Our Greatest Economic Achievement s and Our Most Exciting Challenges), McGraw- Hill Co., Singapore. Wahyunadi dkk (2003), Kebijakan dan Arah Investasi di Jawa Barat, Analisis Ekonomi Jawa Barat, Unpad Pers, Bandung. Yusuf Wibisono (2005), Sumber-sumber Pertumbuhan FJwnomi Regional: Studi Empiris antar Propinsi di Indonesia, Jumal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. VNo. 2, FE-UI, Jakarta.
LAMPIRAN 1 ESTIMASI MODEL HUMAN CAPITAL (Lr) Dependent Variable: LR Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 21:08 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Instrument list: C ER GH TK INV DUMMY t-Statistic Coefficient Std. Error Variable 39.04093 1.709482 66.73976 c 2.11E-07 1.86E-06 8.827618 YT 3.518564 3.162770 11.12841 GE 0.370548 3.222058 0.115004 ER 3.967706 -10.23271 -2.578999 DUMMY Mean dependent var 0.980501 R-squared S.D. dependent var 0.976396 Adjusted R-squared 0.941668 Swn squared resid S.E. of regression stat Durbin-Watson 231.6246 F-statistic 0.000000 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0000 0.0000 0.0023 0.0045 0.0184 84.29167 6.129254 16.84805 1.781347
ES TIMASI MODEL RASIO PENGELUARAN PEMERINTAH (1 Dependent Variable: GE Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 21:07 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Instrument list: C ER GH TK INV DUMMY t-Statistic Coefficient Std. Error Variable 0.286844 -1.126531 -3.927336 c 4.260126 0.003551 0.015126 LR 0.338143 2.312308 GH 0.146236 0.242723 0.606486 2.498678 DUMMY R-squared 0.983596 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.981135 S.D. dependent var 0.065897 Swn squared resid S.E. of regression 398.3706 F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000
Prob. 0.0008 0.0004 0.0315 0.0213 0.337409 0.479779 0.086848 1.984677
105
Lampiran 2
ESTIMASI MODEL TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI (Yt) Dependent Variable: YT Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 21:11 Sample: 1980 2003 Included observations: 24 Instrument list: C ER GH TK INV DUMMY Variable Coefficient Std. Error t-Statistic -13219805 4759813. -2.777379 LR 140822.3 73266.68 1.922051 57086.66 TK 22367.15 2.552255 INV 0.425556 0.217233 1.958986 DUMMY -1938776. 842509.6 -2.301191 R-squared 0.874449 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.848018 S.D. dependent var S.E. of regression 734078.3 Sum squared resid 30.94309 Durbin-Watson stat F -statistic Prob(F-statistic) 0.000000
c
Prob. 0.0120 0.0697 0.0195 0.0650 0.0329 4132799. 1882981. l.02E+I3 1.742669
106 Lampiran 3
UJI AUTOKORELASI Model Angka Melek Huruf (LR) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: 0.144209 Probability Obs*R-squared
0.704132
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 23:45 Presample missing value lagged residuals set to zero. t-Statistic Std. Error Coefficient Variable -0.022785 1.755233 -0.039993 -0.010597 2.16E-07 -2.29E-09 YT 0.018712 3.244885 0.060719 GE 0.016956 0.117955 0.002000 ER -0.020228 4.071828 -0.082363 DUMMY 0.329865 0.237208 0.078247 RESID(-1) var dependent Mean 0.006009 R-squared var dependent S.D. -0.270100 Adjusted R-squared Akaike info criterion 0.964561 S.E. of regression 16.74681 Schwarz criterion Sum squared resid -29.73637 F-statistic Log likelihood 1.941390 Prob(F-statistic) Durbin-Watson stat
Prob. 0.9821 0.9917 0.9853 0.9867 0.9841 0.7453 1.26E-14 0.855876 2.978031 3.272545 0.021762 0.999760
c
UJI AUTOKORELASI Model Pengeluaran Pemerintah Untuk Pendidikan (GE) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: 0.036492 Probability Obs*R-squared
0.848503
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 23:46 Presample missing value lagged residuals set to zero. Prob. t-Statistic Std. Error Coefficient Variable 0.9735 0.033600 0.299982 0.010079 0.9758 -0.030737 0.003701 -0.000114 LR 0.9698 -0.038378 0.153889 -0.005906 GH 0.9635 0.046318 0.258611 0.011978 DUMMY 0.8667 -0.170098 0.24723.8 -0.042055 RESID(-1) -1.25E-16 0.001520 Mean dependent var R-squared 0.061449 -0.208686 S.D. dependent var Adjusted R-squared -2.368632 0.067557 Akaike info criterion S.E. of regression -2.123204 0.086716 Schwarz criterion Sum squared resid 0.007233 33.42359 F-statistic Log likelihood 0.999886 1.915387 Prob(F-statistic) Durbin-Watson stat
c
107
Lampiran 4
UJI AUTOKORELASI Pertumbuhan Ekonomi (Y T) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: 0.423799 Probability Obs*R-squared
0.515047
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 08/01/06 Time: 23:48 Presample missing value lagged residuals set to zero. Prob. t-Statistic Std. Error Coefficient Variable 0.9106 0.113826 4946930. 563090.6 c 0.9027 76443.()1 -0.123926 -9473.309 LR 0.9101 0.114523 23252.40 2662.927 TK 0.9778 -0.028264 0.221479 -0.006260 INV 0.8905 0.139626 884995.6 123568.4 DUMMY 0.5765 0.568826 0.254216 0.144605 RESID(-1) -1.15E-09 0.017658 Mean dependent var R-squared 667198.8 -0.255214 S.D. dependent var Adjusted R-squared 30.09919 747505.2 Akaike info criterion S.E. of regression 30.39370 criterion Schwarz 1.01E+13 resid Sum squared 0.064713 F-statistic -355.1903 Log likelihood 0.996674 1.897642 Prob(F-statistic) Durbin-Watson stat