Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F KURVA PERTUMBUHAN PUYUH (Cortunix Cortunix Japonica) BETINA UMUR 0-6 MINGGU GALUR WARNA COKLAT GENERASI 3 GROWTH CURVES OF 0-6 WEEK OLD FEMALE QUAILS (Qortunix Qortunix Japonica) BROWN STRAIN THIRD GENERATION
Muhamad Fahmi Fauzi. *, Asep Anang **, Endang Sujana ** * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai kurva pertumbuhan puyuh (Cortunix Cortunix Japonica) betina umur 0-6 minggu galur warna coklat generasi ke-3 bertujuan untuk mengetahui kurva pertumbuhan dan mengetahui bobot badan standar mingguan. Penggambaran kurva pertumbuhan dan perkiraan bobot badan tersebut didapatkan berdasarkan data bobot setiap minggunya. Penelitian ini menggunakan metode eksplotatif dan analisis deskriptif. Variable yang diamati meliputi Bobot badan dan pertambahan bobot badan. Model kurva logistic digunakan untuk melihat dan menduga bentuk kurva pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot badan sebesar 141,22gr pada minggu ke-6 Penggambaran kurva pertumbuhan menggunakan rumus 162,86 π = 1+15,74π β0,765π‘ dan penggambaran kurva pertambahan bobot badan dengan rumus y = 1,324 + 13,32t -1,6t2. Pada kurva pertambahan bobot badan menunjukan titik infleksi dari pertambahan bobot badan pada saat umur 4,1 minggu atau 29 hari dengan nilai kecermatan sebesar 0,98. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini cukup akurat dan dapat dijadikan standar bobot badan. Kata Kunci: Puyuh petelur, bobot badan, pertambahan bobot badan, kurva pertumbuhan
ABSTRACT This study on growth curves of 0-6 week old female quails (Cortunix Cortunix Japonica) brown strain 3rd generation was conducted to observe the growth curves and to find out the weekly standard of bodyweight. The growth curves and the estimated body weight were obtained from weekly body weight. This study was use exploratif metodology and descriptive analysis. The variables observed was body weight and body weight gain. Logistic curve model was used to described growth curve. The results 162,86 showed that the average of body weight is 141.22gr. The growth curve formula was π = and gain formula y = -1,324 + 13,32t -1,6t2. 1+15,74π β0,765π‘ The inflection point of gain curve was at 4,1 week or 29 days and obtained 0,98 of accuracy. Based on these results it can be concluded that the results of this study were accurate and can be used for body weight standard at the age. Keyword: Laying quails, Body weight, Body weight gain, growth curve.
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F PENDAHULUAN Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi telurnya. Puyuh jepang berpotensi besar dalam menyumbangkan kebutuhan protein hewani. Permintaan pasar yang begitu besar dan peternak puyuh yang masih sedikit membuka potensi yang besar untuk di kembangkan. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari data berkembangnya peternakan puyuh dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. pada bulan Juli 2015, pemenuhan kebutuhan telur puyuh nusantara hanya terpenuhi sebanyak 20% dan masih 80% yang belum terpenuhi oleh peternak nusantara. Perkembangan populasi ternak pada tahun 2013 Sampai 2014 di Jawa Barat mengalami perkembangan sebesar 7.69%. Tentu saja berdasarkan data pusat statistika, angka ini masih amat sedikit untuk pemenuhan kebutuhan telur puyuh. Kurangnya pemenuhan kebutuhan telur puyuh tidak lepas dari pengaruh pemeliharaan puyuh itu sendiri. Tidak jarang peternak mempunyai kendala, pada periode 0-6 minggu yang umumnya merupakan periode disaat puyuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Periode 0-6 minggu bisa dikatakan sebagai periode penentu baik buruknya performa puyuh untuk periode bertelur. Upaya yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas puyuh adalah dengan program pemuliaan dan pemeliharaan periode awal pertumbuhan agar menghasilkan bobot puyuh yang maksimal. Program Pemeliharaan Periode Pertumbuhan perlu dilakukan dengan target bobot badan yang sesuai untuk setiap periode umur. Pertumbuhan merupakan perubahan komposisi badan dan bentuk yang akan meningkatkan ukuran dan bobot badan. Pertambahan bobot badan pada periode starter yang maksimal akan berhubungan langsung dengan kematangan seksual dari puyuh itu sendiri sehingga mempercepat kematangan seksual dan menjadikan puyuh lebih cepat memproduksi telur. Selain berpengaruh terhadap kematangan seksual, bobot badan juga berpengaruh terhadap bobot telur. Kurva adalah grafik yang menggambarkan varibel dan ditandai dengan titik-titik dan disambungkan oleh garis. Kurva salah satu cara penggambaran untuk melihat laju pertumbuhan individu atau populasi. Setelah mengetahui keuntungan dari perhitungan Kurva pertumbuhan Puyuh Jepang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kurva pertumbuhan puyuh cortunix cortunix japonica (umur 0 β 6 minggu) galur warna coklat generasi 3.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan anak puyuh Day Old Quail (DOQ) yang berasal dari puyuh Coturnix coturnix japonica betina galur warna bulu coklat yang berumur 1 hari dan dihasilkan oleh Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. DOQ yang digunakan populasi sebanyak 200 ekor jantan dan betina, penentuan kelamin puyuh hanya dapat dilakukan ketika ciri-ciri sekunder puyuh terlihat yakni sekitar 2-3 minggu dengan
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F pendugaan sex ratio sebesar 50:50. Pelaksanaannya
peneliti membutuhkan DOQ betina
sebanyak 100 ekor dan mempunyai koefisien variasi bobot badan sebesar 6,2 %.
2. Peubah yang diamati Terdapat beberapa peubah yang diamati dalam penelitian yang akan dilakukan meliputi: 1
Bobot Badan (gram) Bobot badan puyuh dihitung dengan cara menimbang menggunakan timbangan digital yang mempunyai ketelitian 0.1 gram yang akan dihitung setiap 7 hari sekali.
2
Pertambahan Bobot Badan (gram/satuan waktu) Pertambahan bobot badan dicatat setiap 7 hari. Pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan selisih antara bobot terakhir pencatatan dengan bobot awal puyuh per satuan waktu (Rasyaf, 2004). Pernyataan tersebut dapat digambarkan seperti:
PBB(g) =
π΅π΅1 (π)β π΅π΅0 (π) π‘
Keterangan: PBB
= Pertambahan bobot badan
BB1
= Bobot badan akhir minggu (bobot akhir)
BB0
= Bobot badan minggu sebelumnya (bobot awal)
t
= Waktu pengukuran (1 minggu atau 7 hari) 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dan analisis deskriptif dengan
memelihara dan mengumpulkan data di lapangan. Data yang diambil di lapangan merupakan hasil dari pengamatan dan perhitungan pertambahan bobot badan puyuh Coturnix coturnix japonica betina galur warna bulu coklat generasi 3 yang digambarkan dalam bentuk kurva. 4. Analisis data Pengolahan data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif terhadap populasi puyuh dengan teknik sampling menggunakan rumus menurut Sudjana (2005), Sebagai berikut : 1 Rata-rata Data kuantitatif dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyaknya data.
π₯Μ
= Keterangan :
βππ‘=1 π₯π π
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F π₯Μ
=Rata-rata
βππ‘=1 π₯π
= Jumlah data x ke-i
n
= Jumlah data
2 Nilai Minimal Untuk mengetahui nilai terendah dari peubah yang diamati. 3 Nilai Maksimal Untuk mengetahui nilai tertinggi dari peubah yang diamati. 4 Simpangan Baku atau Standar Deviasi Simpangan baku adalah akar ragam. Ragam merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata sampel, rumusnya adalah : π=β
2 βπ π=1(π₯1 β π₯Μ
) π=1
Keterangan S = Simpangan Baku π₯1 = Nilai data ke-i π₯Μ
= Rata-rata populasi π = Jumlah data 5 Koefisien Variasi atau Bilangan Baku Koefisien variasi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui besarnya variasi nilai dari hasil pengukuran variabel yang diamati dengan menggunakan rumus : S πΎπ = x 100% π₯Μ
Keterangan KV
= Koefisien Variasi
S
= Simpangan Baku
π₯Μ
= Rata-rata
Penggambaran Kurva logistik Kurva ditentukan menggunakan persamaan logistik yang didapat dari Curve expert 1.4 sebagai berikut: π=
πΌ {1 + π½Γ©βππ‘ }
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Keterangan πΌ = bobot badan tubuh (asimtot) yaitu pada nilai π‘ mendekati tak hingga π½ = parameter skala (nilai konstanta integral) Γ© = 2,7181818 π = rataan laju pertumbuhan hingga ternak mencapai dewasa tubuh. π = ukuran bobot tubuh ternak pada waktu π‘ dan π‘ = Satuan waktu (Minggu). Kecermatan Pengukuran data diperlukan untuk Pendugaan bobot badan dan bobot aktual, Dalam hal ini variable yang digunakan adalah bobot badan dan umur. Untuk catatan tunggal kecermatan peneliti menggunakan persamaan:
π=
πΆππ£ (π¦, Ε·) βπ 2 π¦ . π 2 Ε·
Keterangan π
= Koefisien korelasi
π¦ = Perfomans data aktual Ε·
= Dugaan Perfomans data
π 2 = Ragam Kurva pertambahan bobot badan pada puyuh ditulis dengan persamaan sebagai berikut: π¦ = π + ππ‘ + ππ‘ 2 Keterangan π¦
= Bobot Badan
πΌ, π, π
= Konstanta numerik
π‘
= Ragam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang yang berada di koordinat 108ΒΊ, 6ΒΉ, 41,71 dtk (BT) dan 1ΒΊ, 50ΒΉ, 36,38 dtk (LS). Wilayah Kecamatan Jatinangor meliputi luas 26,2 KmΒ² dengan jarak antar Batas Wilayah dari Utara-Selatan 5 Km dan dari arah Barat-Timur 7 Km. Di Sebelah utara kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Tanjungsari, disebelah Timur dengan Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Cimanggung, disebelah Selatan dengan Kecamatan Rancaekek Kab. Bandung, disebelah Barat dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Keadaan Topografi Kecamatan Jatinangor merupakan Daerah Perbukitan dengan ketinggian antara 725-800 m di atas permukaan air laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata per tahun mencapai 492,64 mm. Sedangkan orbitasi ke Ibu Kota Kabupaten Sumedang sepanjang 21,5 Km. Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran terletak di lingkungan kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung β Sumedang Km.21 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia.
Kecamatan Jainangor merupakan daerah
dataran tinggi sehingga suhu lingkungan cenderung sejuk dengan kelembaban relatif tinggi. Suhu di lokasi pembibitan berkisar anatara 22 β 31 Β°C dengan kelembaban berkisar pada angka 60 β 80 % dan kecepatan angin 1 β 15 km per jam (BMKG, 2015). Lokasi penelitian yang berada di Pusat pembibitan puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sistem pemeliharaan yang diterapkan merupakan sistem peliharaan intensif. Pemeliharaan menggunakan kandang sistem baterai dengan kapasitas 100 ekor berukuran 100 x 60 x 40 cm dengan lantai kandang terbuat dari ram kawat yang dialasi oleh terpal dan dinding kandang terbuat kayu triplex. Bagian atap terbuat dari papan triplek yang dapat dibuka tutup dan bagian bawah lantai dipasangkan papan tiplek untuk menampung feses. Penerangan puyuh menggunakan lampu 60 watt sebanyak 2 buah untuk 2 minggu pertama yang diletakan diantara puyuh yang memungkinakan panas dari lampu menyebar dan merata hingga sisi kandang, untuk minggu ke-3 hingga minggu ke-6 menggunakan lampu 45 watt sebanyak 2 buah dikarenakan puyuh dapat menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu yang dibutuhkan tidak sama dengan minggu awal. Pembersihan feses puyuh dilakukan seminggu tiga kali untuk menghindari bau amonia yang menyengat dan mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan puyuh serta mengkontaminasi telur yang dihasilkan. Round feeder dan round waterer di tempatkan diantara puyuh. Pemberian pakan diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada siang dan sore hari sedangkan pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Pakan yang diberikan merupakan
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F pakan komersil untuk fase layer. Berikut adalah analisis kandungan nutrient pakan komersil yang digunakan dan standar kebutuhan nutrisi puyuh fase layer. Kurva Pertumbuhan Seiring dengan bertambahnya umur, bobot badan pun akan bertambah, guna mengetahui pertambahan bobot badan perlu adanya data bobot badan. Setelah melakukan pemeliharaan selama 6 minggu maka didapatkan data rataan bobot badan yang sesuai denga populasi dan umur, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel Data Rata β Rata Bobot Badan Umur 0 β 6 Minggu Minggu
Rata - Rata Bobot Badan (g/ekor)
Bobot Awal
7,41
1
19,29
2
36,62
3
66,49
4
91,13
5
120,82
6
141,22
Berdasarkan Tabel 1, bobot badan puyuh coturnix coturnix japonica betina umur 4 minggu sebesar 91,13g. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan penelitian dari Kuswahyuni (1983) berat badan puyuh jantan pada umur empat minggu berkisar 86.95-89.66 gram. Bobot puyuh Umur 6 minggu mencapai rata β rata 141,22g hasil ini lebih tinggi dengan pendapat Anggorodi (1995) bahwa puyuh jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 100-140 g. Menurut Sujana dkk., (2012) berat badan puyuh pada umur 6 minggu di kota Bandung sebesar 127,9 gram. Tujuan membentuk kurva adalah untuk mendeskripsikan perjalanan peningkatan bobot badan terhadap umur menggunakan rumus sederhana dengan beberapa parameter. Kurva
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F pertumbuhan dapat digunakan untuk pra-seleksi ternak karena kurva pertumbuhan dapat memprediksi pertumbuhan sesuai umur (Ricklefs, 1985). Penggunaan kurva dalam mempermudah penggambaran laju perumbuhan sangat sering digunakan dalam industri peternakan, ini dikarenakan memudahkan pembaca dalam penilaian pertumbuhan. Pendugaan bobot badan merupakan suatu perhitungan untuk menentukan bobot yang seharusnya pada satuan waktu tertentu. Bobot dugaan dihitung dengan menggunakan analisis regresi model logistik yang berguna untuk menduga bobot badan yang susuai dengan umur ketika bobot dugaan mempunyai selisih yang kecil dengan data bobot badan penelitian maka dapat dikatakan bahwa data tersebut valid. Selisih anatara dugaan bobot badan dengan data bobot badan peneliti disebut dengan residu data, semakin kecil angka dari residu berarti data tersebut sesuai tujuan seleksi. Mattjik dan Sumertajaya (2000) menyatakan bahwa analisa regresi dapat digunakan untuk melihat hubungan antar peubah, seperti hubungan antara umur dan bobot hidup. Secara kuantitatif hubungan antar peubah tersebut dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematik yang disebut persamaan regresi. dalam hal ini pendugaan bobot badan yang menggunakan persamaan logistik yang didapat dari Curve expert 1.4 πΌ 1+π½Γ© βππ‘
π=
dengan nilai πΌ = 162,86, π½ = 15,74, dan πΌ = 0,765. Hasil dari perhitungan standar
bobot badan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Bobot Puyuh 0-6 Minggu Minggu
Rata - Rata Bobot Badan aktual (g/ekor)
Bobot dugaan
7,41
9,72
1
19,29
19,56
2
36,62
36,94
3
66,49
62,98
4
91,13
93,71
5
120,82
121,24
6
141,22
140,43
Bobot Awal
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Kurva pertumbuhan bobot badan kumulatif puyuh petelur jantan selama 6 minggu periode pemeliharaan dapat dilihat pada Ilustrasi 1.
Kurva Pertumbuhan
Bobot Badan (gram/ekor)UR
160 140 120 100 80
Bobot Aktual
60
Standar Bobot
40 20 0 Bobot Awal
1
2
3
4
5
6
UMUR (minggu) M(minggu)UR
Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Puyuh coturnix coturnic japonica Betina Umur 0-6 Minggu
Dari Ilustrasi 1 dapat dilihat bahwa pada setiap minggunya bobot badan rata-rata puyuh betina selalu mengalami peningkatan, pada minggu ke-6 bobot badan mencapai rata β rata 141.22 g. Dilihat dari dugaan bobot badan dengan data hasil penelitian bahwa garis bobot dugaan tidak terlalu jauh diatas dari data, terkecuali pada minggu ke-3 yang mempunyai rentang bobot dugaan dengan bobot aktual yang terlihat jauh, pada minggu ke-3 residu sebesar -3,507704307 yang berarti bobot dugaan dan bobot aktual pada minggu ke-3 mempunyai perngaruh negatif atau menyimpang dengan jauh. Pada Ilustrasi 1 terdapat dua buah garis, yang pertama adalah garis berwana biru yang merupakan garis data yang didapat atau data aktual, sedangkan garis merah merupakan garis bobot dugaan dengan rumus yaitu π = πΌ {1+π½ππ₯πβππ‘ }
dengan nilai πΌ = 162,86, π½ = 15,74, dan π = 0,765, rumus tersebut diperoleh dengan
menggunakan program curve expert. Keakuratan model kurva logistik diamati berdasarkan koefisien dan standar error. Koefisien korelasi dapat menunjukan kecerematan data terhadap garis regresi, dan menunjukan hubungan variabel depedent dan independent. Besar nilai koefisien korelasi model logistik untuk pertumbuhan puyuh betina umur 0-6 minggu sebesar 0,9991. Nilai tersebut berarti kedekatan antara data bobot badan aktual dengan bobot badan dugaan berdasarkan model persamaan logistik sebesar 99,91%.
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Standar error menunjukan besar kekeliruan atau penyimpangan bobot badan taksiran berdasarkan model logistik terhadap bobod badan aktual. Semakin rendah nilai standar error, menunjukan kemampuan dalam menaksir bobot badan mampu mendekati bobot badan aktual. Besar nilai standar error model logistik untuk pertumbuhan puyuh cortunix cortunix japonica betina umur 0-6 minggu sebesar 2,516, nilai ini menunjukan besar penyimpangan sebesar 2,516 terhadap bobot badan puyuh hasil pencatatan selama penelitian. Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan ini biasa digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk., 1998). Pertambahan bobot badan merupakan pencerminan kemampuan puyuh dalam kecepatan pertumbuhannya. Rataan pertambahan bobot badan selama 6 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 .
Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Betina per Hari (g).
Minggu
Rataan
1
1,40
2
2,48
3
3,71
4
4,39
5
3,93
6
2,74
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Pertambahan bobot badan puyuh coturnix coturnix japonica betina mengalami kenaikan di minggu awal hingga minggu ke-4 dan mulai menurun di minggu ke-5 hingga minggu ke-6, Pertambahan bobot badan harian paling tinggi berada di minggu ke empat, yaitu sebesar 4,39 gram/hari. Hasil penggambaran kurva pertambahan bobot badan kumulatif puyuh petelur betina selama 6 minggu dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Kurva Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor/hari)
Rataan Pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari)
5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 1
2
3
4
5
6
UMUR (Minggu)MUR
Ilustrasi 2. Kurva Pertambahan Bobot Badan Mingguan Puyuh cortunix cortunix japonica. Dilihat dari ilustrasi 2 terdapat garis kurva, pertama garis yang berwana Hitam merupakan kurva pertambahan bobot badan setiap minggunya yang di peroleh berdasarkan data Table 4. Kurva pertambahan bobot badan dibuat menggunakan program curve expert dengan model yang digunakan adalah Quadratic fit, yang memiliki rumus yaitu π¦ = (β1,324) + 13,32π‘ β 1,6π‘ 2 Keakuratan atau kecermatan (r) antara titik data dengan kurva memiliki nilai sebesar 0,98 yang berarti keakuratan data tersebut sangat tinggi dan pada ilustrasi 2, Menurut Brody (1945) titik infleksi (titik balik) mengindikasikan; 1. Umur terjadinya pertambahan bobot maksimum, 2. Umur pubertas, 3. Umur dengan tingkat mortalitas terendah. Berdasarkan Ilustrasi 2 bahwa titik tertinggi pada pertambahan bobot badan terjadi di minggu ke- 4,1 minggu dan menurun setelahnya (titik infleksi), Hasil tersebut didapatkan melalui persamaan
ππ¦ ππ‘
= 0 yang merupakan titik maksimum.
Dilihat bahwa kurva pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan mengalami peningkatan sesuai dengan umur dan mencapai puncak pertambahan bobot badan (titik infleksi) pada minggu keempat. Pada ilustrasi 2 bahwa pertambahan bobot badan meningkat
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F sesuai umur dan berlangsung sampai dewasa tubuh dan pertambahan bobot badan akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur puyuh tersebut. Pertambahan bobot badan digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk, 198).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa puyuh petelur betina Galur warna bulu coklat generasi 3 memiliki performa: 1. Total pertambahan bobot badan selama enam minggu untuk puyuh petelur rata-rata sebesar betina 141,22 gram 162,86
2. Rumus kurva pertumbuhan puyuh betina adalah π = 1+15,74π β0,765π‘ dan mempunyai nilai standar error sebesar 2,516. 3. Rumus kurva pertambahan bobot badan adalah y = -1,324 + 13,32t -1,6t2, mempunyai titik infleksi terjadi pada umur 4,1 minggu atau sekitar umur 29 hari dan mempunyai nilai kecermatan data (r) sebesar 0,98 atau 98%. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan bobot standar yang didapat dari kurva dapat dijadikan sebagai evaluasi pemeliharan puyuh dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap puyuh petelur galur warna bulu coklat untuk kemajuan peternakan puyuh petelur di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, H.R., 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. BMKG. JABAR. 2015. Daerah Kota Bandung dan Sumedang. (Online) http://www.meteo.go.id. Diakses pada Rabu, 23 Agustus 2015 pukul 20:19 WIB. Mattjik, A. A & Sumertajaya, I. M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press Rasyaf, M. 2004. Beternak
Ayam Pedaging.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Ricklefs, R. E. 1985. Modification Of Growth And Development Of Muscles Of Poultry. Poultry Sci,64: 1563-1576. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Kurva Pertumbuhan Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica)................ ..........M. Fahmi. F Sujana, E., W. Tanwiriyah, T. Widjastuti. 2012. Evaluation On Quails (Cotunix cotunix japonica) Growth Performance Among The Breeding Center Of village Communities in West Java. Bandung. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.