”KUNTULAN” SENI KHAS ISLAMI
REPRO INTERNET
Kesenian tradisional ”Kuntulan” sampai kini masih eksis di tengah masyarakat Kabupaten Pekalongan. Melestarikan
seni
tradisional
Islami
memakai bedug. Sebagai seni yang banyak
yang sudah ada sejak lama, sepertinya
terpengaruh oleh tradisi dan budaya Timur
menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat
Tengah, maka seni kuntulan pun mengalami
Kabupaten Pekalongan. Salah satu seni
perkembangan akulturarasi budaya.
tradisional yang masih terus di-uri-uri
itu
Pada perjalanan selanjutnya, seni kuntulan
adalah seni ”Kuntulan”. Seni yang satu ini
dirasuki oleh permainan-permainan atraktif
memang sangat populer di wilayah pesisir
semacam sirkus. Hal ini, tentunya terpengaruh
Pantai Utara (Pantura) sejak awal abad XX.
oleh seni beladiri pencak silat yang lazim
Masuknya pengaruh Karajaan Mataram
diajarkan
di
lingkungan
pesantren.
Di
Islam di Abad XVIII setidaknya sangat
Kabupaten sendiri, kelompok seni kuntulan
mewarnai
sejenis ini yang sangat kesohor adalah ”Gralis
seni
kuntulan
tersebut.
Pada
intinya, seni ini merupakan olahrasa dan
Budaya”.
olahpikiran yang cukup terkenal di lingkungan
Setiap
tampil
di
ajang
acara
resmi
masyarakat pesisir yang kebanyakan terdiri
atau acara hiburan rakyat, seni kuntulan
dari masyarakat santri itu.
menyuguhkan atraksi seperti berjalan di
Dalam perkembangannya, seni kuntulan
atas tali besi kawat dengan memegang galah
diawali dengan pemadukan antara seni
panjang, menyemburkan api dari mulut, dan
beladiri pencak silat dengan seni shalawatan
sebagainya. ”Atraksi-atraksi seperti itulah yang
dan seni hadrah. Alat-alat musik utamanya
membuat tertariknya para penonton terhadap
adalah terbang atau rebana dan ditambah
akrobat yang disuguhkan seni kuntulan,” kata
dengan tetabuhan lain, seperti jidor –dulunya
H. Kholis Jazuli, 48 tahun, pemerhari kesenian
84
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
khas
Islami
Kabupaten
Pekalongan. Bagi
Kholis,
kesenian
Islami berupa kuntulan ini memang banyak dilestarikan oleh masyarakat di kawasan pesisir pantura. Yang jelas, papar Kholis, kesenian ini merupakan
objek
wisata
budaya yang sampai sekar ang masih tetap hidup di tengah masyarakat. ”Oleh karena itu, sebagai budaya yang
sudah
ada
sejak
lama, seni kuntulan harus dipertahankan keberadaan nya,” ujar Kholis dengan pe
REPRO INTERNET
Penari ”Kuntulan” memang khas dengan kostum warna putih
nuh harap.
Pemainnya Berjumlah 18 Orang 18 orang yang tampil sebagai penari? Makna dari 18 orang penari ini memang
dilambangkan
dengan posisi sembilan penari di bagian depan dan sembilan penari di bagian belakang, sehingga ‘format’ sembilan-sembi lan (99) seperti yang ter kandung dalam “Asmaul Khusna”. Para penari kuntulan REPRO INTERNET
Gerakan tari ”Kuntulan” sangat ritmik dan dinamis
yang juga disebut para rudad itu diiringi oleh alatalt musik berupa terbang,
Kelompok seni kuntulan pada lazimnya
bedug, kempul, suwukan atau gong. Untuk
dimainkan oleh 18 orang. Kedelapan belas
mampu menyuguhkan tari-tarian dengan
orang pemain yang terdiri dari kaum pria
formasi yang utuh, seorang penari kuntulan
itu berperan sebagai penari. Kenapa mesti
memang memerlukan latihan khusus. Jadi,
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
85
pencak silat dengan warna-warna mencolok, semakin menambah keindahan dari seni kuntulan tersebut. Dan, ritme tarian yang runtun dipadu de ngan gaung musik perkusi (rebana) yang ran cak ditambah lagi dengan suara nyanyian yang bernafaskan religi membuat seni kuntulan kian menarik ditonton. Dari lembaran sejarah mencatat bahwa seni kuntulan diambil dari REPRO INTERNET
nama burung kuntul (burung bangau) yang
Salah satu penampilan seni ”Kuntulan” yang disuguhkan para remaja putri.
biasa terdapat di rawa-rawa atau lahan
benar-benar harus padu serta serasi sesuai
kemudian menjadi kuntulan karena sang
dengan gerakan yang ditentukan.
penari utamanya mengenakan pakaian putih
Bagi para penyuka seni kuntulan, memang
persawahan. Dari nama burung kuntul itulah
seperti warna burung kuntul.
akan bisa menikmati suguhan tari-tarian
Dalam versi lain menyebutkan bahwa
unik dan spesifik yang mirip dengan gerakan
kuntulan berasal dari kata Bahasa Arab yakni
pencak silat maupun seni beladiri khas Cina,
kuntu dan laila. Makna kuntu adalah kesenian
Kun Tauw. Para penari yang mengenakan
atau seni sedangkan laila berarti malam. Jadi,
seragam bak para pendekar di padepokan
kuntulan merupakan kesenian malam.
Ada ”Sirkus Genjring Dangdut Jaipong” Bila
bertandang
ke
Desa
Wonorejo,
Kecamatan Kajen, maka di desa ini masih bisa dijumpai kesenian khas milik masyarakat Kabupaten Pekalongan, yaitu yang bernama kesenian ”Sirkus Genjring Dangdut Jaipong. Secara umum, kesenian yang satu ini memang hasil memadukan antaran seni kuntulan dan seni tari jaipong, musik dangdut, dan seni sirkus atau akrobatik. Masih menurut M. Kholis Jazuli, pemerhati kesenian tradisional Kabupaten Pekalongan, seni sirkus yang mengombinasikan dengan sejumlah kesenian musik dan tari-tarian itu, secara spesifik memang patut mendapat HUMAS PEMKAB PEKALONGAN
Seni ”Sirkus Genjring” merupakan kesenian tradisional yang masih eksis di Kabupaten Pekalongan.
86
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
apresiatif dari pemerintah. ”Hal ini karena setiap
elemen gerak tarik, seni menyanyi, aksi
kesenian tradisional yang ada di Kabupaten
penampilan sirkus, dan dibumbui dengan
Pekalongan telah menjadi perhatian tersendiri
agedan lelucon dari para pelawak.
bagi
Pemerintah
Kabupaten
(Pemkab)
Pekalongan,” kata Kholis.
Nah, menurut Kholis yang juga sebagai wakil rakyat di DPRD Kabupaten Pekalongan
Kalau sicermati secara utuh, kesenian
ini, kesenian khas dari Kota Santri tersebut
tersebut merupakan kolaborasi antara seni
harus dipertahankan eksitensinya. Bahkan
kuntulan yang tradisional dan kesenian
kalau perlu, harap Kholis, bisa dilestarikan
semimodern serta kesenian modern. Dalam
dan ditularkan pada kalangan generasi muda,
penyuguhannya pun tak luput dari elemen-
sehingga kesenian ini tidak punah.
SINTREN, KESENIAN KHAS PANTURA
REPRO INTERNET
Gelar seni ”Sintren”, sebuah kesenian tradisional khas Pantura. Kawasan Partai Utara (Pantura), termasuk
kisah legenda tentang asramra sepasang
wilayah
memang
kekasih Sulasih dan Raden Sulandono.
dikenal kaya akan tradisi kesenian atau
Dalam banyak versi cerita dituturkan bahwa
kekhasan kesenian daerah. Dari sekian banyak
Raden Sulandono merupakan putra dari Ki
kesenian tradisional yang ada itu, tentu yang
Bahurekso –yang dikenal sebagai tokoh pem-
patut disimak adalah seni Sintren. Kesenian
babad wilayah Kabupaten Pekalongan dan
rakyat yang satu ini memang sangat kesohor
Kabupaten Batang— dari hasil pernikahannya
di tengah masyarakat Kota Santri, sehingga
dengan Dewi Rantansari.
Kabupaten
Pekalongan
tak jarang tampil untuk hiburan rakyat.
Jalinan asmara sang putra ini, ternyata tidak
Suguhan seni tradisional sintren seusai alur
mendapat restu dari Bahurekso, sehingga Raden
sejarah yang ada, memang diambil dari sebuah
Sulandono meninggalkan keluarganya untuk
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
87
HUMAS PEMKAB PEKALONGAN
Penari kesenian ”Sintren” menjalani proses persiapan pentas. bertapa. Sedangkan sang gadis, Sulasih lebih memilih sebagai penari. Nah, singkat cerita, kedua anak muda itu akhirnya bisa diper temukan dengan cara menyarukan Sulasih dengan sosok bidadari melalui dunia lain. Inilah salah satu unsur magis yang tersaji pada kesenian sintren, karena pemeran Sulasih
benar-benar
’menjelma’
sebagai
bidadari setelah dimasukkan dalam sebuah kurungan bambu. Untuk pemeran Sulasih ini memang harus diperankan oleh seorang perempuan yang benar-benar masih perawan. ”Apa pun asal-usul cerita dari kesenian sintren tersebut yang jelas seni ini merupakan objek wisata budaya yang perlu dipertahankan. Ya, tentunya sebagai sarana hiburan masyarakat,” ujar Achmad Kozin, 40 tahun, tokoh warga Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Bagi Kozin yang mengaku sangat getol HUMAS PEMKAB PEKALONGAN
Seorang penari persiapan pentas.
88
Sintren
menjalani
proses
mengikuti perkembangan sejumlah kesenian tradisional di Kota Santri, termasuk kesenian
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
sintren itu, keberadaan seni sintren memang
Yang ia ketahui, kesenian sintren hingga
sudah hampir langka. Kalau pun ada mungkin
saat ini memang masih ada di sejumlah desa di
jumlah kelompok kesenian ini bisa dihitung
Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan.
dengan jari. ”Itulah yang perlu diperhatikan
Biasanya, seni sintren ditampilkan dalam acara-
oleh pemerintah, sehingga seni-seni tradisional
acara peringatan Hari Kemerdekaan RI atau pada
bisa bertahan hidup,” kata Kozin.
peringatan Hari Jadi Kabupaten Pekalongan.
Bador pun Bikin Penonton Terpingkal Ketika
seni
sintren
tampil
menghibur
masyarakat, tentunya yang ditunggu-tunggu oleh para penonton adalah munculnya bador –sebutan bagi pelawak sebagai selingan rangkaian pertunjukan sintren. “Para bador inilah yang membuat para penonton bisa terpingkal-pingkal dengan gaya lawakannya,” ujar Achmad Kozin. Menyimak secara umum, seni sintren dimainkan dengan seperangkat alat musik tradisional, para penari, dan tentu para pemeran lakon lainnya. Awal pembuka pertunjukan sintren yang juga dikenal juga dengan nama seni Lais itu, para penonton disuguhi tembang “Kukus Gunung”. Setelah itu muncul seorang penari yang diika tangannya kemudian dimasukkan dalam kurungan. Nah, sang penari ini lalu keluar dari kurungan dengan ‘menjelma’ sebagai bidadari. Seterusnya berbarengan dengan munculnya si bidadari itu, pelantun tembang membawakan tembang ”Yu Sintren”. Di sela suguhan sintren, maka diselipi bador-bador yang membuat para penonton semakin kerasan untuk tetap di depan pentas pertunjukan. Para bador ini membawakan lawakan dengan cirikhas banyolan lokal. Model banyolan ala pelawak ketoprak atau kesenian ludruk di Jawa Timur ini, setidaknya yang
membuat
masyarakat.
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
sintren digemari
oleh
HUMAS PEMKAB PEKALONGAN
Dua penari ”Sintren” sedang berakting dalam pentas menghibur masyarakat.
89