KUMPULAN INFORMASI
TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2008
PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Buku Kumpulan Informasi Teknologi Pertanian ini dapat tersusun dengan baik. Buku ini disusun sebagai upaya BPTP Bengkulu dalam rangka menyiapkan informasi teknologi untuk mendukung pemanfaatan dana PUAP Tahun Anggaran 2008. Informasi teknologi yang disajikan dalam buku ini terdiri atas 34 judul yaitu perkebunan 11 judul, tanaman pangan dan hortikultura 5 judul, pasca panen dan pengolahan hasil 5 judul, bahan organik/kompos 3 judul, dan peternakan 9 judul. Disamping itu juga disajikan cara pembukuan praktis bagi gapoktan/kelompok tani. Informasi teknologi yang disajikan berdasarkan Rencana Usaha Bersama (RUB) GAPOKTAN PUAP yang dominan di Propinsi Bengkulu pada tahun 2008. Kami menyadari bahwa tidak semua informasi teknologi yang dibutuhkan dalam pemanfaatan dana PUAP oleh pengguna dapat kami penuhi. Buku ini hanyalah sebagai salah satu sumber informasi dari sekian banyak sumber informasi yang dapat digali dan dimanfaatkan oleh pengguna. Informasi teknologi ini telah diupayakan disajikan secara singkat, padat dan jelas sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam aplikasi di lapangan. Akhirnya kami berharap agar Buku Kumpulan Informasi Teknologi Pertanian ini dapat bermanfaat bagi pengguna.
Bengkulu, 1 Desember 2008
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Tri Sudaryono, MS NIP. 080 067 922
ii
DAFTAR ISI Halaman
PENGANTAR.............................................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................................. PERKEBUNAN Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (Yong Farmanta)................ Menentukan Ketersediaan Hara Tanaman Kelapa Sawit berdasarkan Analisa Daun (Yong Farmanta).............................................................................. Benih Sawit Palsu (Ahmad Damiri)........................................................................ Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Yong Farmanta)............................................ Pemupukan Tanaman Karet (Yong Farmanta)....................................................... Pemeliharaan Tanaman Kakao (Iswandi H. Basri)................................................. Fermentasi Biji Kakao (Iswandi H. Basri)................................................................ Budidaya Nilam (Iswandi H. Basri).......................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Nilam (Iswandi H. Basri).................. Panen dan Penyulingan Nilam (Iswandi H. Basri).................................................. Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Tanaman Jahe (Afrizon)............................ TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTTURA Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah (Sri Suryani M. Rambe)................................................................................................................ Pemupukan Padi Sawah (Sri Suryani M. Rambe).................................................. Pemasangan Pagar Plastik dan Bubu Perangkap Hama Tikus (Sri Suryani M. Rambe)................................................................................................................ Budidaya Kacang Tanah (Ahmad Damiri).............................................................. Pemupukan Tanaman Tomat (Ahmad Damiri).......................................................
ii iii 1 3 5 8 11 13 16 19 22 26 28
30 32 34 36 39
PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL Penanganan Pasca Panen Jagung (Wilda Mikasari)............................................. Telur dan Pasca Panennya (Zul Efendi)............................................................... Jahe Instan (Afrizon)............................................................................................ Pengolahan Tortila Chips (Shannora Y.)............................................................... Pengolahan Lele Asap (Shannora Y.)...................................................................
41 44 46 48 50
BAHAN ORGANIK/KOMPOS Bahan Organik Tanah (Ahmad Damiri).................................................................. Kompos Jerami Padi (Sri Suryani M. Rambe).......................................................... Kompos Limbah Kakao dan Kotoran Ternak (Ruswendi)....................................
52 54 56
PETERNAKAN Pemeliharaan Ayam bersama Ikan (LONGYAM) (Zul Efendi).............................. Budidaya Itik tanpa Air (Zul Efendi)....................................................................... Beternak Itik secara Intensif (Wahyuni A. Wulandari)............................................... Tatalaksana Pengembangbiakan Kambing Kacang (Harwi K.)............................ Penanganan Penyakit Kudis pada Ternak Kambing (Ruswendi)......................... Sapi Kereman (Zul Efendi).................................................................................... Pembibitan Sapi Potong (Ruswendi).................................................................... Pemanfaatan Solid untuk Pakan Sapi (Ruswendi)............................................... Fermentasi Jerami untuk Pakan Ternak (Harwi K.).............................................. PEMBUKUAN Pembukuan Praktis bagi Gapoktan/Kelompok Tani (Ahyadi Jakfar dkk.)................
iii
59 62 64 67 69 72 74 78 81 83
PEMELIHARAAN TANAMAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN I.
PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang perkembangannya cukup pesat dibandingkan komoditas lainnya, semula hanya di Sumatera Utara dan Aceh dan saat ini telah berkembang di beberapa propinsi di Indonesia yang salah satunya di Propinsi Bengkulu. Melihat peluang yang begitu besar untuk pengembangan kelapa sawit maka perlu upaya untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit dengan peningkatan kesuburan tanah melalui pemberian pupuk yang berimbang. Tujuannya untuk menambah unsur-unsur hara tertentu di dalam tanah, sehingga tercukupi kebutuhan haranya dan dapat berproduksi tinggi.
II.
PEMELIHARAAN 1. Pengendalian Gulma Piringan harus bebas dari gulma agar pupuk yang diberikan tidak diserap gulma. Radius piringan yang ideal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Radius Piringan Sesuai dengan Umur Tanaman. Umur Tanaman (tahun)
Radius Piringan (m)
<5
1,00 - 1,25
5 - 10
1,25 - 1,75
> 10
1,75 - 2,50
2. Pemangkasan Pemangkasan bertujuan: Membuang daun yang tidak berfungsi Membantu penyerbukan Mengurangi hambatan pembesaran buah akibat terjepit pelepah Memudahkan panen Pemangkasan dalam prakteknya dibagi 2 bagian, yaitu: 1. Tanaman umur < 10 tahun dimana pemotongan dilakukan satu lingkaran dari tandan terbawah 2. Tanaman > 10 tahun dimana ditinggalkan dua lingkaran atau 2 pelepah daun dibawah tandan matang Pemangkasan dilakukan 5 -10 cm dari pokok berbentuk tapak kuda luar. Hasil pangkasan dipotong menjadi 2 atau 3 bagian kemudian disusun dalam jalur barisan. 3. Pemupukan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan: Pupuk diberikan 2 atau 3 kali setahun Cara pemupukan dilakukan dengan menyebar pupuk secara merata di piringan Jenis dan dosis pupuk
1
Jenis dan Dosis pupuk secara umum untuk tanaman menghasilkan. Umur Tanaman
Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)
(tahun) Urea
SP-36
KCl
Kieserit
1,0 - 2,0
0,5 - 1,0
0,5 - 1,0
0,5 - 1,0
(2x/th)
(1x/th)
(2x/th)
(2x/th)
6 - 12
2,0 - 3,0
1,0 - 2,0
1,5 - 3,0
1,0 - 1,5
(2x/th)
(1x/th)
(2x/th)
(2x/th)
> 12
1,5 - 3,0
0,5 - 1,0
1,5 - 2,0
0,5 - 1,5
(2x/th)
(1x/th)
(2x/th)
(2x/th)
3-4
Keterangan : 2x/th = diberikan 2 kali dalam setahun (awal dan akhir musim hujan) Sumber : BPTP Bengkulu 2004 Yong Farmanta
2
MENENTUKAN KETERSEDIAAN HARA TANAMAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN ANALISA DAUN I.
PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit telah banyak dikembangkan petani. Pemupukan dengan dosis tinggi telah banyak dilakukan petani dengan anggapan untuk mendapatkan hasil buah sawit yang tinggi pula. Dalam hal ini petani pada umumnya belum mengetahui berapa takaran/dosis pupuk yang diberikan untuk tanaman kelapa sawitnya. Oleh karena itu diperlukan suatu cara agar petani mengetahui kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawitnya. Kesatuan Contoh Daun (KCD) adalah satu unit areal yang dipakai sebagai tempat pengambilan contoh daun dari pokok yang ditetapkan. Unit areal ini harus dapat mewakili suatu luasan yang tertentu yang seragam dalam hal jenis dan kesuburannya, umur tanaman, dan perlakuan yang diberikan. Dari tiap KCD dipilih 30 pokok yang memenuhi syarat untuk dipakai sebagai pokok contoh, dari pokok contoh ini akan kita ambil daunnya untuk dianalisa sehingga akan diketahui berapa kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit tersebut.
II.
KESATUAN CONTOH DAUN (KCD) Untuk mendeteksi ketersediaan hara pada tanaman kelapa sawit dapat dilihat dari analisa daun yang dapat memberikan informasi tentang kekurangan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan lain-lain sehingga dapat dipakai sebagai dasar penyusunan program pemupukan Pokok yang dipakai sebagai contoh haruslah memenuhi beberapa kriteria seperti berikut: 1. Pokok Normal 2. Sehat dan tidak terserang penyakit 3. Tidak dekat dengan jalan, parit atau bangunan 4. Tidak bersebelahan dengan pokok mati atau sisipan Syarat-syarat daun yang diambil sebagai contoh untuk membuat rekomendasi pemupukan yaitu: 1. Pelepah ke 17 atau ke 9 2. Minimal 2 bulan setelah pemupukan 3. Daun yang diambil sebanyak 2 helai dari sebelah kiri dan kanan serta kira-kira 1/2 atau 1/3 bagian dari ujung pelepah 4. Contoh daun diambil mulai jam 07.00 - 12.00 dan tidak pada waktu hari hujan 1. 2.
3. 4.
Pedoman menentukan daun contoh ke 17 sangat perlu diketahui yaitu : Daun ke-1 adalah daun termuda, dimana helai daun telah mekar seluruhnya Daun ke-3 letaknya ke-4 dari daun pertama dihitung dari daun pertama ke arah kiri pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kanan dan dihitung ke arah kanan pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kiri Daun ke-9 berada di bawah daun ke-1 agak ke sebelah kiri pada spiral kanan dan agak ke kanan pada pokok yang berspiral ke kiri Daun ke-17 letaknya di bawah daun ke-9 agak kekiri pada pokok yang berspiral kanan dan agak kekanan pada pokok yang berspiral ke kiri
3
III.
ANALISA CONTOH DAUN Helai daun contoh dibersihkan dengan kain lap dan 1/3 dari ujung dan pangkal anak daun dipotong dan bagian tengahnya dipakai sebagai contoh setelah dibuang lidinya. Daun yang telah disiapkan tadi dikeringkan di laboratorium dalam oven dengan temperatur 70 – 80˚C selama 12 - 15 jam. Faktor ketelitian dan kebersihan perlu dijaga sewaktu pengambilan contoh di lapangan seperti alat yang dipakai, kain lap, plastik pembungkus, tidak terkontaminasi pupuk, herbisida, insektisida dan setelah diambil agar diletakkan ditempat yang teduh. Selanjutnya di laboratorium dilakukan analisa kadar hara pada daun contoh. Pembersihan sebelum dimasukkan kedalam oven pemanas juga perlu diperhatikan, demikian pula waktu mengeringkan agar selalu dibolak-balik. Kandungan Unsur Hara Optimum. NO
UNSUR HARA
KANDUNGAN (ppm)
1
N
2,83
2
P
0,19
3
K
1,02
4
Ca
0,47
5
Mg
0,34
6
Cl
0,54
Sumber : Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
Tabel di atas, dapat digunakan oleh rekomendator dalam menganalisa kebutuhan pupuk tanaman, namun masih diperlukan data pendukung lainnya seperti produksi tahun sebelumnya, realisasi pemupukan yang sudah dilaksanakan dan pengamatan lapangan untuk mengecek kebenaran data dan kondisi lapangan. Pada tabel di bawah ini ditampilkan contoh hasil analisa daun kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu. Hasil Analisis Daun ke-17 Kelapa Sawit di Lahan Gambut Mukomuko Bengkulu, Desember 2004. Hara
Kandungan
Rerata
Optimum
Keterangan
Nitrogen (%)
0,6 - 4,32
2,49
2,83
Tinggi
Phosphor (%)
0,06 - 0,16
0,09
0,19
Rendah
Kalium (%)
0,36 - 1,01
0,76
1,02
Rendah
Dalam menyusun rekomendasi pemupukan perlu diperhatikan juga: 1. Persediaan dan Harga Pupuk yang berlaku saat itu 2. Fiksasi dan kehilangan pupuk di tanah 3. Kualitas pupuk Yong Farmanta
4
BENIH SAWIT PALSU I.
PENDAHULUAN Komoditas kelapa sawit masih merupakan andalan untuk ekspor maupun untuk meningkatkan pendapatan petani perkebunan di Indonesia, termasuk Bengkulu. Saat ini di Provinsi Bengkulu luas perkebunan kelapa sawit mencapai 144.297,88 ha yang terdiri dari 53.399,88 ha perkebunan besar, dan 9.898,00 ha perkebunan rakyat. Permasalahan utama kelapa sawit rakyat adalah produktivitas yang rendah bila dibandingkan dengan perkebunan besar. Pada perkebunan besar, bibit yang digunakan merupakan rekomendasi dari pemerintah yaitu bibit yang memiliki produktivitas yang tinggi. Bibit ini berasal dari varietas unggul yang dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan, sehingga didapatkan benih Tenera yang hibrid. Pada perkebunan rakyat, diperkirakan sebanyak 60% bibit yang digunakan berasal dari benih yang tidak direkomendasikan (varietas Dura) atau sering disebut dengan benih palsu.
II.
BENIH PALSU Yang dimaksud dengan benih palsu adalah : 1. Benih yang jenis persilangannya tidak sesuai dengan prosedur pengadaan benih. 2. Diproduksi oleh produsen liar tanpa mengikuti kaidah-kaidah pengadaan benih yang benar 3. Diperoleh dari pohon Tenera komersial atau brondolan Dura liar 4. Menghasilkan tanaman beragam dengan rendemen Crude Palm Oil (CPO) 16 – 18%
III.
KERUGIAN MENGGUNAKAN BENIH PALSU Beberapa aspek kerugian dari penggunaan benih palsu yaitu : 1. Dari aspek teknis a. Produktivitas tanaman sangat rendah, karena komposisi tegakan pohon di lapangan terdiri dari 25% Pisifera yang tidak produktif, 25% Dura dengan kuantitas dan kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang rendah, dan 50% Tenera yang sangat beragam. Dengan demikian produktivitas total penggunaan benih palsu ini hanya 50% dari benih asli. Sebagai contoh penanaman kelapa sawit pada lahan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit, produksi selama 25 tahun pada kelapa sawit dengan bibit palsu sebanyak 276,5 ton (12 ton/ha/tahun) dibandingkan dengan produksi kelapa sawit dengan bibit asli sebanyak 553,0 ton (24 ton/ha/tahun) b. Benih palsu akan menghasilkan 25% jenis Dura. Buah jenis Dura ini mempunyai cangkang yang sangat tebal dan sulit dipecah, sehingga akan merusak mesin pemecah biji. Selain itu terjadi penurunan rendemen inti yang disebabkan biji Dura tidak terproses oleh mesin jenis Light Tenera Duct Separator (LTDS) dan nut cracker. Oleh karena itu harus mencari mesin jenis lain yang mampu memproses biji Dura
5
2. Dari aspek sosial Masalah sosial yang berkembang dimasyarakat, khususnya petani kelapa sawit adalah timbulnya ketidakpuasan dan keluhan akibat benih palsu. Keluhan tersebut berupa produksi yang rendah yaitu hanya mencapai 25 – 40% dari standar produksi, walaupun pertumbuhan tanaman cukup jagur. Yang utama bagi produsen benih resmi, peredaran benih palsu adalah menurunkan citra selain menurunkan pangsa pasar, mengingat tidak sedikit oknum pelaku bisnis benih palsu yang mengatasnamakan produsen benih asli. 3. Dari aspek finansial Dari segi biaya; pembibitan, investasi kebun, dan total biaya produksi per 1 ha, usahatani kelapa sawit dengan menggunakan benih palsu lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan benih asli. Tetapi produksi buah yang dua kali lebih tinggi pada usahatani kelapa sawit dengan menggunakan benih asli, menyebabkan penghasilan yang lebih tinggi pula bila dibandingkan dengan usahatani kelapa sawit dengan menggunakan benih palsu. Penghasilan yang diperoleh per bulan per ha pada usahatani yang menggunakan benih palsu hanya 17% dibandingkan dengan penghasilan dari usahatani yang menggunakan benih asli. Hal ini dapat diketahui dari asumsi harga tandan buah segar Rp 550/kg dan tingkat produksi yang dicapai dengan menggunakan benih asli dan benih palsu masing-masing 553 ton dan 277 ton selama 22 tahun, maka total laba setelah dikurangi pajak berturut-turut Rp 143.927.000 dan Rp 24.223.000 selama satu siklus ekonomi atau Rp 479.757/bulan dan Rp 80.743/bulan. IV.
PERSILANGAN KELAPA SAWIT Peranan benih sangat penting dalam menentukan keberhasilan usahatani kelapa sawit. Benih yang kurang baik akan menghasilkan tanaman dengan produksi yang kurang baik pula. Benih yang baik adalah benih penghasil tanaman bermutu, produksi tinggi, unggul dan telah dilepas pemerintah. Penggunaan benih liar (palsu) akan menghasilkan tanaman yang beragam tergantung dari pohon induknya dan asal tepung sari bapaknya. Hal ini baru diketahui setelah 3 – 4 tahun kemudian dan setelah terlanjur biaya yang dikeluarkan cukup besar. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan salah satu produsen benih resmi di Indonesia. Benih yang dihasilkan berasal dari persilangan antara pohon induk jenis Dura dengan jenis Pisifera. Sebelum dijadikan sebagai pohon induk, seleksi telah dilakukan terhadap calon pohon induk sejak dari pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan saat tanaman telah menghasilkan. Pengamatan dilakukan sampai beberapa tahun, dengan demikian dapat diketahui dengan pasti sifat-sifat dan potensi calon tanaman induk. Pada penyilangan pohon induk, dilakukan pengujian untuk mendapatkan kombinasi terbaik terhadap produksi dan kualitas di lapangan. Hal ini karena ada pohon ibu (Dura) yang tidak dapat digabungkan dengan pohon bapak (Pisifera ) tertentu, dan sebaliknya ada pula pohon bapak (Pisifera) yang tidak dapat digabungkan dengan semua pohon ibu (Dura).
V.
KRITERIA SELEKSI Kriteria utama hasil persilangan terbaik antara pohon ibu (Dura) dengan pohon bapak (Pisifera ) terhadap produksi bahan tanaman adalah: 1. Tingkat produksi minyak di atas 6 ton/ha/tahun. Penentuan tingkat produksi minyak pada setiap persilangan yang diuji didasarkan pada hasil pengamatan selama
6
periode 10 tahun terhadap komponen produksi (jumlah tandan dan bobot tandan) dan hasil analisis tandan 2. Laju pertumbuhan meninggi yang lambat yaitu kurang dari 85 cm/tahun 3. Tajuk yang pendek
Dura terpilih - Buah besar - Sabut tipis - Cangkang tebal
Pisifera terpilih - Buah abortus - Sabut tebal - Cangkang tidak ada
Tenera - Buah banyak - Sabut tebal - Cangkang tipis - Rendemen CPO 25 – 28% Buah sawit jenis Dura, Pisifera, dan Tenera.
Karakteristik yang dimiliki buah kelapa sawit: 1. Jenis Dura: Memiliki cangkang besar dan tebal (2 – 5) mm, daging buah tipis (2 – 6) mm, persen cangkang terhadap buah 25 – 30%, persen daging buah terhadap buah 20 – 65%, persen inti terhadap buah 4 – 20%. 2. Jenis Pisifera: Tidak memiliki cangkang, daging buah tebal (5 – 10) mm, persen daging buah terhadap buah 92 – 97%, persen inti terhadap buah 3 – 8%. 3. Jenis Tenera: Memiliki cangkang sedang (1 – 2,5) mm, daging buah sedang sampai tebal (3 – 10) mm, persen cangkang terhadap buah 3 – 20%, persen daging buah terhadap buah 60 – 90%, persen inti terhadap buah 3 – 15%. Kemungkinan yang terjadi dengan persilangan antar varietas kelapa sawit adalah: 1. Dura dengan Dura, akan menghasilkan 100% Dura. 2. Dura dengan Pisifera, akan menghasilkan 100% Tenera. 3. Dura dengan Tenera, akan menghasilkan 50% Dura dan 50% Tenera. 4. Tenera dengan Pisifera, akan menghasilkan 50% Tenera dan 50% Pisifera. 5. Tenera dengan Tenera, akan menghasilkan 25% Dura, 50% Tenera, dan 25% Pisifera. Ahmad Damiri
7
PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT I.
PENDAHULUAN Pembibitan kelapa sawit merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Penjadualan yang tepat perlu dilakukan karena keterbatasan yang mungkin dialami seperti kesediaan kecambah oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan tenaga dan lain-lain. Pemesanan kecambah hendaknya dilakukan 3 - 6 bulan sebelum dimulai pembibitan. Jika direncanakan penanaman di lapangan bulan September-Desember yaitu selama 4 bulan musim hujan maka kecambah harus sudah mulai ditanam di pembibitan pada bulan bersamaan setahun sebelumnya.
II.
PERSEMAIAN (Pre-nursery) Sebelum di pembibitan, kecambah terlebih dahulu ditanam di persemaian selama 1 - 3 bulan dengan memperhatikan : A. Persiapan
Dipilih lokasi yang rata, dekat dengan sumber air Dibuat bedengan dengan ukuran 1,2 m x 1,0 m dengan jarak antar bedengan 0,8 m Ukuran Polibag lebar 15 cm dan tinggi 20 cm warna hitam Dibuat naungan setinggi 1,6-2,0 m, sebaiknya atap dibuat dari pelepah daun sawit Pada dasar bedengan diberi pasir setebal 2 cm agar air pembuangan dari polibag dapat terserap dan tidak tergenang Dua hari sebelum meletakkan polibag, bedengan disemprot dengan insektisida Untuk pengisian tanah ke dalam polibag dipilih tanah humus yang subur dan gembur bebas dari akar-akar halus Tanah diisikan ke dalam polibag sampai batas 1-2 cm dari bibir atas polibag
B. Penanaman dan pemeliharaan kecambah
Kecambah ditanam dengan akar ke bawah dan jangan sampai terbalik Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) Penyiangan gulma 2 kali sebulan (membersihkan rumput kecil yang tumbuh di dalam polibag) Hama dan penyakit dikendalikan dengan penyemprotan pestisida sekali seminggu
C. Pemupukan pada pre-nursery Pada masa mulai tumbuh yaitu sampai berumur 1 bulan sejak kecambah ditanam (berdaun 2) masih belum perlu dipupuk karena masih mendapat makanan dari endosperm biji. Bibit yang telah berdaun 2, sudah memiliki kemampuan mengambil hara, baik dari tanah atau melalui daun. Aplikasi pemberian pupuk melalui daun adalah cara yang dipilih karena lebih mudah dan merata. Penyemprotan urea dengan konsentrasi 0,1 – 0,2 % atau 1 - 2 gram/1 liter air. Pada bibit yang berumur 2 bulan kepekatannya dapat ditingkatkan seperti urea menjadi 0,25 %.
8
III.
PEMBIBITAN (main nursery) Pada main nursery dianjurkan melaksanakan pembibitan dengan polibag besar karena seleksi bibit lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan pembibitan langsung di tanah (field nursery). Bibit yang mati atau abnormal dapat segera dibuang dengan mencabut dari kantongnya, bibit dapat digeser pindah dan efisisensi pemupukan dan penyiraman akan lebih tinggi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembibitan di polibag besar: Ukuran polibag adalah tinggi 50 cm, diameter 38 – 40 cm, berwarna hitam dan alasnya dilubangi dengan garis tengah 5 mm. Polibag disusun berbentuk segitiga sama sisi dengan jarak 90 cm Penyiraman tergantung cuaca Bibit umur 12 – 14 bulan siap dipindahkan ke lapangan, penanaman bibit di lapangan sebaiknya dilakukan pada musim hujan Pemupukan Dosis pemupukan pupuk ZA pada saat bibit setelah dipindahkan. Waktu (bulan ke)
Dosis (gr/bibit)
1
10
2
10
3
12
4 dst
15
Sumber : Teknologi budidaya kelapa sawit (BPTP Bengkulu 2004)
IV.
Hama dan Penyakit Untuk mendapatkan bibit yang sehat dan prima pengendalian hama dan penyakit sangat penting. A. Hama di pembibitan Kumbang malam (Apogonia sp) aktif memakan epidermis daun dan meninggalkan lobang, bekerja mulai sore hari sedangkan siang bersembunyi di semak-semak, dalam jumlah rendah dicegah dengan pembersihan gulma Kutu daun (Aphids) dijumpai pada helai daun, pucuk, leher akar atau pada akar muda Ulat api atau ulat siput (Setora nitens Wlk) Jengkerik (Gryllus sp) sering menyerang bibit kecil pada pembibitan awal, memakan pucuk, pangkal daun Tikus dan babi juga harus diwaspadai B. Penyakit pada pembibitan Penyakit yang menyerang akar disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp dan Phythium sp, serangan dimulai dari ujung akar yang masih lunak menyebar ke akar yang lebih tua Penyakit yang menyerang daun cukup banyak antara lain : disebabkan cendawan Botriodiplodia sp, Glomerlla singulata dan Melaconiem elaedis, penyakit ini sering timbul karena kelembaban tinggi bercak daun yang terjadi berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi coklat membusuk dan kering
9
Terhadap masalah hama dan penyakit maka cara yang baik adalah pencegahan. Namun apabila terpaksa menggunakan pestisida maka harus memperhatikan : Menyemprot hanya dilakukan pada kondisi yang sesuai agar tidak mengurangi efisiensi penyemprotan Menyemprot seperlunya saja yaitu pada tanaman yang diserang penyakit Penyiraman bibit hendaknya dilakukan 2 jam sebelum atau sesudah penyemprotan Yong Farmanta
10
PEMUPUKAN TANAMAN KARET I.
PENDAHULUAN Karet adalah komoditas yang sejak dahulu hingga saat ini selalu memegang peranan penting dalam perkembangan sektor perkebunan di Indonesia. Di samping berkembangnya perkebunan besar yang diusahakan oleh para pengusaha perkebunan, berkembang pula perkebunanan-perkebunan karet yang diusahakan oleh rakyat (petani karet) terutama di Propinsi Bengkulu. Namun demikian, produktifitas dan kualitas karet rakyat saat ini masih tergolong rendah dibandingkan produktifitas dan kualitas karet perkebunan besar, hal ini dikarenakan perkebunan besar telah menggunakan teknologi pemupukan yang tepat dan berimbang. Oleh karena itu, perlunya teknologi pemupukan bagi petani yang mengusahakan tanaman karet.
II. TEKNOLOGI PEMUPUKAN Tujuan utama dalam pemupukan yaitu untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan pertumbuhan tanaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan adalah: 1. Dosis Pemberian Pemberian dosis yang tepat adalah hal yang sangat berpengaruh dalam pemberian pupuk. Cara menentukan takaran dosis dapat melalui : Uji Tanah: diambil beberapa sampel tanah di perkebunan karet dan dianalisa di laboratorium Uji Daun: Diambil sampel daun untuk dianalisa kecupukan haranya di laboratorium Literatur secara umum mengenai pemupukan karet 2. Waktu Pemberian
Semester pertama yaitu pada berakhirnya musim hujan (maret - april) Semester kedua yaitu pada awal musim hujan (september - oktober)
3. Cara Pemberian Pemberian pupuk ini tergantung dari kondisi lahan dan curah hujan. Beberapa cara pemberian pupuk adalah: Tugal: dilobangi beberapa titik sekitar daerah perakaran lalu dimasukan pupuk dan ditutup dengan tanah Alur/parit sekitar kanopi atau tajuk tanaman (± 2 m dari pokok) Disebar merata di atas tanah sekitar daerah perakaran Jenis dan Dosis pupuk secara umum untuk Tanaman Karet Menghasilkan. Jenis dan Dosis Pupuk (gr/pohon) tiap 6 bulan Urea
SP-36
KCl
ZA
300
275
150
600
Sumber : (Budidaya Karet, Djoehana Setyamidjaja)
11
Pemupukan tanaman produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberikan kenaikan produktif 10 - 20%, meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan hama/penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Yong Farmanta
12
PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO I.
PENDAHULUAN Untuk pertumbuhan yang optimal tanaman kakao memerlukan kandungan bahan organik tanah yang tinggi (di atas 3%), drainase baik, cukup lembab, solum tanah dalam. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah dan kemampuan penyerapan hara, daya simpan lengas tanah, kadar hara makro dan mikro untuk mendukung pertumbuhan dan produksi kakao. Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah dengan kemampuan pertukaran kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Tanaman kakao rentan terhadap angin kencang atau kondisi terlalu kering. Kakao menghendaki curah hujan yang tinggi (1.250 – 3.000 mm/tahun) yang tersebar merata sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Namun pada curah hujan lebih dari 2.500 mm akan menyebabkan munculnya populasi jamur penyebab penyakit yang lebih tinggi. Tanaman kakao menghendaki temperatur tahunan 0 0 0 berkisar antara 18 – 28,5 C, dengan rata-rata harian 26,6 C. Batas ekstim yang dapat 0 0 ditolerir adalah terendah 18 C dan tertinggi 33,5 C. Zona yang cocok untuk kakao 0 0 adalah 20 Lintang Utara (LU) sampai 20 Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian tempat sampai 600 m di atas permukaan laut. Tanaman kakao dapat tumbuh berdampingan dengan tanaman lain dan bentuk tumpang sari atau tanaman campuran, hal ini akan membantu menjaga kelembaban udara. Tanaman kakao dapat ditanam dengan jarak tanam 3 x 3 m atau 2,5 x 4 m (populasi 1.000 tanaman per hektar). Tanaman pelindung dapat ditanam dengan jarak 10 x 10 atau 12 x 12 m. Jenis tanaman pelindung yang cocok untuk kakao antara lain: Lamtoro, sengon, dadap, glirisidia, petai dan kelapa.
II.
PEMELIHARAAN Kegiatan pemeliharaan kakao dapat dibagi menjadi: A. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk mengurangi persaingan antara kakao dengan tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan dengan membabat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman (50 cm dari batang) dengan menggunakan cangkul/koret atau disemprot menggunakan herbisida. Penyiangan yang paling aman adalah dengan mencabut gulma. Penyiangan sebaiknya dilakukan sekali sebulan. B. Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk membuang sebagian organ tanaman berupa cabang, ranting dan daun untuk: 1. Memperoleh rangka tanaman (frame) tanaman kakao yang baik. 2. Mengatur agar penyebaran cabang-cabang dan daun-daun produktif bisa merata. 3. Membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, misalnya tunas air, cabang sakit/patah. 4. Merangsang agar tanaman membentuk organ baru yaitu daun-daun muda yang potensial sebagai penghasil makanan dan membentuk bunga. 5. Menekan resiko terjadinya serangan hama dan penyakit. 6. Meningkatkan kemampuan tanaman untuk membentuk buah.
13
Macam-macam pangkasan: a. Pemangkasan bentuk Pada fase muda dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang penyebarannya merata ke segala arah (pembentukan jorget). Pada fase remaja pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 1814 bulan dengan membuang cabang sekunder yang tumbuh pada cabang primer dalam jarak 30 – 60 cm dari jorget. Disisakan 3 cabang yang sehat dan tumbuhnya semetris dan menuju ke atas. b. Pangkasan pemeliharaan Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman kakao yang sudah baik. Cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat dengan jorget dibuang, dan cabang sekunder berikutnya diatur jaraknya tidak terlalu rapat satu sama lain. c.
Pangkasan produksi Bertujuan untuk mengatur penyebaran daun produktif merata. Untuk membuang daun yang kurang produktif dalam menghasilkan tanaman. Membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki (sakit atau patah) dan untuk menekan resiko serangan hama dan penyakit. Mengurangi tajuk tanaman kakao yang terlalu rimbun, cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameternya < 2,5 cm dipotong.
Sasaran pangkasan bentuk untuk setiap tahapnya 1. Pangkasan bentuk sasarannya cabang primer 2. Pangkasan pemeliharaan sasarannya cabang sekunder 3. Pangkasan produksi sasarannya daun dan ranting Pedoman pemangkasan kakao a. Hindari memotong cabang yang terlalu besar (diameter > 2,5 cm), kecuali memang diperlukan seperti cabang patah atau terserang hama dan penyakit (bila harus dipotong maka bekas potongan harus ditutup dengan cat atau ter) b. Pemotongan ranting atau cabang-cabang kecil (diameter < 2,5 cm) dilakukan rata dengan cabang induknya sedangkan pemotongan cabang besar dilakukan dengan meninggalkan sisa kira-kira sepanjang 5 cm c. Dalam pemangkasan selalu dijaga agar tajuk tanaman tidak terlalu terbuka yang dapat berakibat matinya sel-sel jaringan pada bagian jorget. d. Jangan dilakukan pangkasan jika tanaman kakao sedang berbunga atau sebagian besar buah masih kecil e. Jangan memotong cabang atau ranting tanpa pertimbangan yang matang
14
C. Pemupukan Pemupukan dilakukan berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman: a. Tanaman belum berproduksi Umur
Macam dan takaran pupuk
(bulan)
(g per batang)
2
ZA (50 g)
6
ZA (50 g) + TSP 50 g) KCl (30 g)
12
ZA (100 g)
18
ZA (150 g) + TSP) 100 g) + KCl 70 g
24
ZA (200 g)
Tambahan; pada umur 6 dan 18 bulan ditambahkan dolomit 50 gr/batang dan setiap pemberian pupuk ditambahkan 5-10 g Furadan 3G. b. Pemupukan tanaman berproduksi Pemupukan dilakukan 2 kali setahun (tiap 6 bulan). Umur
Macam dan takaran pupuk
(tahun)
(g per batang)
3
ZA (2 x 100 g) + Urea ( 2 x 50 g) + TSP (2 x 50 g) + KCl (2 x 50 g)
4
ZA ( 2 x 100 g) + Urea ( 2 x 100 g) + TSP (2 x 100 g) + KCl ( 2 x 100 g)
5 dsl
ZA ( 2 x 250 g) + Urea (2 x 125 g) + TSP ( 2 x 125 g) + KCl (2 x 125 g)
Tiap pemberian pupuk ditambahkan Furadan 3G sebanyak 20 g per batang. Pemupukan diberikan dengan membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang kira-kira setengah diameter tajuk. D. Penyiraman Bila kondisi terlalu kering sewaktu-waktu tanaman memerlukan penyiraman yang dapat dilakukan secara manual atau diairi. E. Penyemprotan pestisida Penyemprotan pestisida dapat berupa pencegahan atau pemberantasan. Bahan yang dipakai tergantung pada hama dan penyakit yang menyerang. Iswandi H. Basri
15
FERMENTASI BIJI KAKAO I.
PENDAHULUAN Pada saat ini kakao diperdagangkan dalam bentuk biji kering, tidak mengalami perlakuan khusus sehingga mutu hasil kurang baik. Pengolahan biji sudah dilakukan namun belum sempurna. Pada umumnya petani hanya melakukan fermentasi dengan cara membungkus biji kakao dengan kantong plastik/karung kemudian dibiarkan beberapa hari, lalu langsung dijemur tanpa melakukan pencucian. Peningkatan mutu hasil dapat dilakukan dengan fermentasi.
II.
TUJUAN FERMENTASI Untuk menghilangkan lapisan lendir dan mengubah kimiawi dalam keping biji, agar diperoleh kakao yang berkualitas bagus. Setelah difermentasi, biji kakao akan mati, rasanya menjadi enak dan aromanya sedap Sebelum pelaksanaan fermentasi beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Kelayakan panen buah kakao Buah kakao siap dipanen jika memenuhi ketentuan masak yang baik. Ciri buah yang telah masak dapat dilihat dari warna luarnya yaitu: yang semula berwarna merah akan berwarna oranye yang semula berwarna hijau akan berwarna kuning Waktu mulai dari terbentuknya buah sampai masak ± 6 bulan 2. Cara panen buah Sebaiknya dilakukan dengan pisau atau gunting yang tajam Saat memetik, tempat tangkai buah atau bantalan bunga pada batang tidak boleh rusak. Jika rusak pembuahan berikutnya akan terhenti Pemetikan buah dilakukan dengan sistem gilir yaitu antara 7-10 hari untuk tiap pohon
Cara memetik buah kakao
3. Cara pemecahan buah Pemecahan buah kakao dilakukan dengan alat pemukul kayu atau pisau. Biji kakao yang baik adalah tidak pecah, tidak tersentuh logam dan tidak kotor oleh tanah.
16
Hal seperti ini biasanya kurang diperhatikan. Selain itu tidak pernah dilakukan pemilihan biji. Biji hanya dikumpulkan seluruhnya tidak disesuaikan dengan kriteria. III.
FERMENTASI DENGAN PETI Peti fermentasi terbuat dari bahan papan/multiplek. Peti berbentuk kubus yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam dan bagian luar dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Kapasitas 5 kg biji segar Bagian luar 30x30x30 cm, bagian dalam 25x25x25 cm 2. Kapasitas 2,5 kg biji segar Bagian luar 25x25x25 cm 3. Jarak bagian luar dan bagian dalam ± 1,5 cm 4. Bagian dinding dalam dilengkapi lubang berdiameter 1 cm dengan jarak antar lubang sekitar 10 cm 5. Peti dilengkapi dengan penutup
Kotak bagian dalam
Kotak bagian luar
Kotak fermentasi biji kakao
Proses Fermentasi Proses fermentasi sangat menentukan mutu biji kakao yang dihasilkan terutama dalam hal warna, aroma, rasa dan konsistensi biji. Proses fermentasi dengan peti adalah sebagai berukut: 1. Buah kakao yang baru dipanen dipisahkan antara yang baik dengan yang rusak 2. Buah kakao yang baik dikeluarkan dengan alat pemukul 3. Biji kakao dimasukkan dalam peti fermentasi lalu ditutup 4. Aduk biji kakao dalam peti setiap hari dengan tangan agar proses fermentasi merata 5. Fermentasi dilakukan selama 3-7 hari (waktu ini penting untuk menentukan mutu biji kakao) 6. Selama fermentasi jangan ada biji kakao yang bersinggungan dengan logam karena dapat menimbulkan kontaminasi yang tidak diinginkan
17
7. Fermentasi selesai jika lendir (penutup biji) mudah terlepas dari kulit biji, berwarna cokelat dan tercium aroma yang khas 8. Jika pulp masih berwarna putih, kulit biji belum berwarna cokelat dan tercium bau alkohol, maka fermentasi masih perlu dilanjutkan Perendaman Biji kakao yang telah difermentasi direndam ± 2 jam untuk memudahkan pencucian, manfaatnya : meningkatkan berat dan jumlah biji bulat memperbaiki warna kulit biji mengurangi keasaman biji cokelat kering Pencucian Biji kakao dicuci dalam bak perendaman, diaduk dengan kayu atau alat lain yang tidak terbuat dari logam, untuk : menghilangkan sisa pulp dan asam menghasilkan warna yang baik agar lebih kering, terhindar dari jamur Pengeringan Agar warna kulit biji lebih baik (merah cokelat, mengkilap, halus dan mengurangi kadar air. Dapat dilakukan dengan cara : sinar matahari pengering buatan kombinasi penjemuran langsung dengan sinar matahari dan pengering buatan Pengemasan dan Penyimpanan
Pisahkan biji kering rusak dan bagus Masukkan biji yang bagus kedalam karung plastik atau karung goni Biji yang sudah dalam karung disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan sirkulasi udara lancar Susun secara bertingkat di atas papan setinggi 10 cm dari atas lantai dengan tumpukan maksimal 5 tingkat. Iswandi H. Basri
18
BUDIDAYA NILAM I.
PENDAHULUAN Nilam bukanlah tanaman asli Indonesia namun karena banyak daerah yang kondisi agroekologinya sangat sesuai untuk tanaman nilam, Indonesia saat ini menjadi negara penghasil minyak nilam terbesar. Saat ini nilam paling banyak diusahakan di Aceh secara tradisional, sedang di beberapa tempat di pulau Jawa oleh pengusaha sudah diusahakan secara besar-besaran.
II.
PERSYARATAN TUMBUH Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya. Namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kondisi ekologi yang sesuai untuk pertumbuhannya. 1. Tinggi tempat dan curah hujan Dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 10-400 m di atas permukaan laut. Tanaman menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu 2.000- 2.500 mm/th 0 dengan suhu optimal 24-28 C dengan kelambaban lebih dari 75%. Nilam memerlukan intensitas penyinaran yang cukup, di bawah naungan tanaman akan tumbuh lebih subur, daun lebar, tipis dan kadar minyak rendah 2. Tanah Tanah yang sangat sesuai untuk tanaman nilam adalah tanah yang gembur dan subur, kaya akan humus dan tidak tergenang air. Jenis tanah yang mempunyai tekstur remah seperti Andosol dan Latosol. Pada tanah liat diperlukan pengolahan intensif sedang pada tanah-tanah yang kurang humus, pemberian pupuk kandang sangat dianjurkan untuk memperbaiki kesuburan dan kegemburan tanah.
III.
TEKNIK BUDIDAYA 1. Bibit dan perbanyakan bibit Tanaman nilam diperbanyak dengan stek yaitu stek batang atau cabang diambil dari bagian tengah tanaman yang sudah mengayu dan tidak terlalu tua atau terlalu muda. Dengan diameter 0,8-1,0 cm sepanjang 20-30 cm mempunyai paling sedikit tiga mata tunas. Pembibitan dibuat di sekitar lokasi penanaman dan dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman. Persemaian dapat dilakukan pada bedengan atau polibag. Tanah untuk persemaian dipilih yang gembur dan datar dan bebas dari tanaman pengganggu. Untuk memudahkan perkembangan akar, setelah diolah cukup gembur tanah dicampur dengan pasir dengan perbandingan 2:1, selanjutkan diberi pupuk kandang. Ukuran bedengan dibuat lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjang tergantung kebutuhan dan kodisi lahan. 2. Persiapan lahan Lahan diolah sempurna secara intensif agar diperoleh keadaan tanah yang gembur dan bebas dari gulma, kayu dan semak belukar. Bila tanah banyak mengandung air dibuat parit pembuangan sehingga air tidak menggenang di lahan yang akan ditananami nilam.
19
3. Penanaman Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab selama masa pertumbuhan agar dapat berproduksi secara optimal. Oleh karena itu penanaman dianjurkan pada awal musim hujan. Pengolahan tanah pada lahan miring harus mengikuti garis kontur, atau melintang lereng. Seingga akan terbentuk tangga untuk mengurangi aliran air permukaan dan mengurangi erosi. Penanaman dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pada penanaman langsung, bibit ditanam pada setiap lubang dengan jarak tanam antar barisan 60-90 cm dan jarak tanam dalam barisan 40-50 cm dengan perkiraan kebutuhan bibit untuk 1 hektar lahan sekitar 20.000 bibit. Penanaman secara tidak langsung, bibit yang sudah berakar diambil dari persemaian dan ditanam 1 batang per lubang. Bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong, untuk menghindari akar berlipat yang mudah diiserang penyakit busuk akar 4. Pemeliharaan Nilam memerlukan tindakan pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan yang diperlukan mencakup penyiangan, pemberian mulsa, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit. 5. Pemupukan Pemupukan sangat penting pada tanaman nilam. Karena hasil yang diambil adalah daun maka pemupukan ditujukan agar pertumbuhan vegetatif dapat dicapai secara maksimal. Jenis pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk buatan dan pupuk kandang, kompos (yang sudah matang) dan pupuk hijau. Untuk tanaman nilam dianjurkan memberikan 10 ton kompos dan 100 kg Urea , 400-500 kg Phonska. Pupuk kandang dan kompos diberikan 1 minggu sebelum tanam, diaduk dengan tanah. Urea diberikan 1/3 saat tanam dan 2/3 pada umur 3 bulan. Phonska diberikan saat tanam sampai umur 1 bulan. Pemukukan berikutnya diberikan setiap sudah panen dengan takaran 100 kg Urea, 300 kg Phonska. 6. Penyulaman Untuk mengganti tanaman yang mati dilakukan penyulaman pada umur 2-4 minggu. 7.
Pemberian mulsa Pemberian mulsa bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah dan menekan gulma.
8. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman nilam, dilakukan bila tanaman sudah mencapai ketinggian 20-30 cm dan tajuk sudah mencapai radius 20 cm. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis dengan cangkul atau parang dan secara kimiawi dengan herbisida. 9. Pemangkasan Dilakukan untuk mengurangi pertumbuhann yang terlalu lebat dan menaungi satu sama lain.
20
10. Pembumbunan Dilakukan sesudah panen pertama. Cabang-cabang tanaman yang ditinggalkan ditimbun setinggi 10-15 cm sehingga diperoleh rumpun tanaman yang mempunyai banyak anakan. 11. Pola tanam Penanaman nilam dapat dilakukan secara monokultur maupun polikultur, secara tumpangsari, tumpang gilir, atau secara budidaya lorong di antara tanaman perkebunan, buah-buahan sayur-sayuran dan lain-lain. Penanaman secara monokultur memerlukan sistem budidaya intensif, sejak awal: kesesuaian lahan, varietas/klon, PHT serta cara dan waktu panen. Pola ini sering diterapkan oleh perusahaan swasta dengan luasan yang besar. Penanaman secara polikultur dilaksanakan petani yang menanam nilam di antara tanaman tahunan: kopi, kelapa sawit dan lain-lain. Iswandi H. Basri
21
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN NILAM I.
PENDAHULUAN Hama-hama penting yang banyak menyerang tanaman nilam antara lain penggulung daun, belalang, dan tungau merah. Sedangkan penyakit-penyakit penting adalah penyakit layu bakteri, budok, dan penyakit akibat gangguan nematoda parasit. Serangan hama dan penyakit selain mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, ternyata juga mampu mengakibatkan kematian tanaman. Dari alasan yang disebutkan diatas, pengendalian serangan hama dan penyakit dalam budidaya tanaman nilam merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilaksanakan dengan baik.
II.
HAMA-HAMA PENTING A. Hama-hama Ulat pemakan dan penggulung daun Hama ulat pemakan dan penggulung daun (Sylepta sp) mengganggu pertumbuhan nilam dengan cara memakan daun nilam. Hama ini meletakkan telur di atas permukaan daun. Pada saat menetas menjadi ulat yang berwarna transparan. Sesudah memakan daun, warna ulat berubah menjadi hijau. Ulat muda hidup bergerombol memakan bagian atas permukaan daun sehingga bagian yang terserang menjadi transparan. Ketika panjang tubuhnya mencapai + 9 mm, ulat mulai menyebar ke seluruh tanaman dan mulai membuat sarang dengan cara menggulung sambil memakan daun. Jika daun habis dimakan, ulat akan menyerang batang muda sehingga kerusakan tanaman semakin berat. Serangga dewasa yang keluar dari pupa berupa ngengat berwarna abu-abu coklat keemasan dengan garis-garis berwarna abu-abu muda yang melintang pada kedua sayapnya. Dua hari kemudian ngengat mengadakan perkawinan yang dilanjutkan dengan peletakan telur pada hari berikutnya. Gejala serangan awal sulit terlihat karena ulat baru menyerang lapisan epidermis daun. Serangan lanjut biasanya mudah dikenali dengan adanya pucuk daun yang menggulung dan berlubang-lubang. Pada Kondisi demikian serangan hama sudah mulai menimbulkan kerugian yang berarti sehingga perlu diwaspadai dan segera mengambil tindakan.Perlu tidaknya dikendalikan tergantung pada tingkat kepadatan populasi ulat di kebun. Pengendalian -
Pengendalian awal Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa tahap dan cara. Agar serangan hama ini dapat diketahui lebih awal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan daun secara rutin setiap bulan, dimulai sejak pemeriksaan daun secara rutin setiap bulan. Apabila ditemukan daun-daun yang transparan, sebaiknya daun yang terserang segera dipetik dan dibuang. Pengendalian awal ini sangat efisien dan mudah karena ulat masih menggerombol pada daun tanaman. Pemusnahan/pemetikan beberapa daun terserang disamping tidak mengganggu produksi juga mampu membunuh banyak ulat dengan sedikit tenaga.
22
-
Pengendalian kultur teknis Pengendalian secara kultur teknis/fisik dengan memetik seluruh daun tanaman pada saat panen diharapkan juga mampu menekan populasi hama karena siklus hidupnya terpotong. Pengendalian ini disamping mudah untuk dilaksanakan juga tidak memerlukan waktu khusus sehingga secara ekonomis lebih murah.
-
Pengendalian dengan insektisida Cara ini dilakukan apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara mekanis. Penggunaan insektisida membutuhkan biaya mahal dan bisa menurunkan kualitas daun karena adanya residu pestisida yang terbawa saat panen daun.
B. Belalang Jenis belalang yang banyak menyerang tanaman nilam adalah belalang kayu dan belalang daun. Belalang kayu sering menyebabkan banyak kerugian. Serangga ini berpindah dari satu kebun ke kebun lainnya bila tanaman yang diserangnya telah habis dimakan. Serangga ini mematahkan batang dan cabang tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Belalang daun biasanya menyerang dari bagian pinggir daun atau tengah daun sehingga terbentuk bekas gigitan melingkar atau lonjong. Adakalanya hama ini juga menyerang bagian tengah batang dan ranting tanaman. Hama ini aktif pada siang hari tetapi kehadirannnya sulit diketahui karena perilakunya yang suka bersembunyi dikerimbunan tanaman. Pengendalian Pengendalian belalang sebaiknya dilakukan saat hama masih dalam stadia telur atau nimfa. Pada stadia tersebut, pergerakan belalang masih sangat terbatas sehingga lebih mudah pengendaliannya. Pengendalian terhadap telur terutama ditujukan pada belalang kayu, antara lain dengan melakukan pengolahan tanah yang baik sehingga telur-telur tidak menetas akibat terangkat kepermukaan tanah dan terkena sinar matahari. Pengendalian hama pada stadia nimfa dan dewasa dapat dilakukan dengan memanfaatkan salah satu musuh alaminya yang cukup potensialyaitu jamur Metarrhizium anisopliae. Penyemprotan sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari atau sore hari pada saat sinar matahari tidak terlalu terang/panas sehingga spora-spora jamur mampu bertahan hidup dan dapat menginfeksi tubuh belalang dengan sempurna.Pengendalian terhadap stadia nimfa akan meningkatkan efektivitas jamur mengingat nimfa belum aktif bergerak. C. Tungau merah Tungau merah pada umumnya menyerang daun tua dan muda. Di pertanaman, tungau dijumpai hidup berkelompok di permukaan daun bagian bawah, merusak tanaman dengan menghisap cairan daun. Gejala serangan berupa bercak-bercak putih yang semakin lama semakin banyak sehingga daun menjadi merana. Gejala lainnya daun menjadi berlekuk-lekuk tidak teratur dimana pada tingkat serangan berat daun akan rontok. Di musim penghujan populasi hama ini biasanya sangat rendah sehingga kerusakannya tidak berarti. Rendahnya populasi tungau disebabkan oleh terpaan air hujan yang mengenai daun dan tubuh serangga sehingga serangga jatuh ke tanah dan mati akibat hanyut terbawa air. Sebaliknya mulai musim kemarau
23
populasi hama meningkat dengan cepat. Hama ini memiliki siklus hidup yang pendek dan kemampuan bertelurnya cukup tinggi. Pengendalian Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara mekanis dengan pemetikan/pemangkasan terutama ditujukan untuk mencegah meluasnya serangan hama. Pengendalian dengan cara ini sebaiknya dilakukan saat tingkat populasi hama masih rendah. Pemangkasan berulang-ulang dalam jangka pendek dapat mencegah peningkatan populasi hama. Penanaman tanaman ubi kayu dapat mengurangi tingkat kerusakan tanaman dan sekalian meningkatkan pendapatan petani karena hasilnya dapat dijual. Pengendalian tungau merah dengan memanfaatkan musuh alami yaitu sejenis kumbang (Coccinelid). III.
PENYAKIT-PENYAKIT PENTING A. Penyakit layu bakteri Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangan dapat diamati sebagai berikut: 1) terjadi layu dari cabang ke cabang secara tidak teratur, 2) pada saat bersamaan ada cabang yang layu dan sehat, 3) perkembangan lebih lanjut seluruh bagian tanaman layu dan mati. Pada tanaman berumur 1-3 bulan kematian terjadi 6 hari setelah terlihat gejala serangan, sedang pada tanaman berumur 4-5 bulan kematian terjadi 1-2 minggu setelah gejala terlihat. Jaringan batang dan akar tanaman yang terserang membusuk sedang kulit akar sekundernya mengelupas. Irisan melintang batang terserang memperlihatkan warna coklat sampai hitam sepanjang jaringan yang layu sampai kambium. Timbulnya penyakit disebabkan oleh penggunaan bibit nilam yang sudah tertular bakteri. Pada kondisi lingkungan lembab dan curah hujan tinggi dan drainase tanah kurang baik, penyakit akan menyebar keseluruh lokasi kebun dengan sangat cepat. Penyakit ini menjadi lebih berat setelah penanaman nilam yang kedua kalinya. Pengendalian Pengendalian dapat dilakukan dengan cara: 1) mengurangi sumber penyakit yaitu dengan mencabut tanaman sakit lalu membakarnya, 2) tidak menanam tanaman nilam selama 2-3 tahun di kebun yang sudah terserang penyakit, 3) melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya seperti padi dan jagung, 4) memperbaiki saluran air, 5) menggunakan bibit dari lokasi yang tidak terserang penyakit, dan 6) menggunakan pestisida untuk mencegah penularan penyakit. B. Penyakit budok Munculnya penyakit ini sering bersamaan dengan penyakit layu bakteri. Diduga penyakit ini disebabkan oleh virus yang penyebarannya melalui kontak langsung, tertular melalui setek atau alat pertanian yang sudah tercemar penyakit, serta bantuan vektor dari golongan serangga dan nematoda. Gejala serangan berupa penghambatan pertumbuhan vegetatif sehingga, rumpun tanaman tidak bertambah besar, permukaan batang menebal, ruas batang memendek, pada ketiak cabang tumbuh tunas-tunas berdaun keriput dan kerdil. Daun muda menebal, permukaan bawahnya berwarna merah kekuningan, berbulu kasar, tulang daun menebal dan keriput. Gejala tersebut akhirnya menyebar
24
keseluruh daun dalam satu batang. Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tetapi menurunkan produksi dan mutu daun sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan. Pengendalian Pengendalian dapat dilakukan dengan mencabut dan membakar tanaman sakit disertai penyemprotan insektisida untuk membunuh vektor penyakit. Tindakan lainnya adalah menggunakan bibit yang sehat disertai dengan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak terserang virus tersebut. C. Penyakit akibat gangguan nematoda parasit Penyakit tanaman yang disebabkan oleh serangan nematoda parasit adalah penyakit kuning atau penyakit merah. Serangan nematoda umumnya menghambat pertumbuhan tanaman, daun berwarna kuning kemerahan, akar membusuk atau terdapat benjolan-benjolan pada akar. Gejala kuning pada daun nilam yang terserang nematoda nampak seperti gejala kekurangan unsur N,P, dan K. Beberapa nematoda penyebab penting penyakit pada tanaman nilam antara lain: Pratylenchus brachyurus dan Meloidogyne spp. Pengendalian Cara pengendalian nematoda antara lain dengan menggunakan bahan organik seperti kotoran ayam, sapi, kambing, sekam, serbuk gergaji dan mimba. Pemupukan Urea dan TSP 5 g/tanaman yang dikombinasikan dengan kotoran sapi efektif mengendalian seranga nematoda.Kombinasi Furadan, bahan organik dan dolomit mampu menekan populasi nematoda sekaligus meningkatkan produksi tanaman. Iswandi H. Basri
25
PANEN DAN PENYULINGAN NILAM I.
PENDAHULUAN Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup penting bagi Indonesia sebagai komoditas ekspor. Sampai saat ini sekitar 80% kebutuhan minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Di pasar dunia saat ini minyak nilam Indonesia mendapat saingan terutama dari RRC sedangkan negara produsen baru minyak nilam adalah India dan Vietnam yang harus juga diwaspadai. Agar minyak nilam Indonesia mampu bertahan di pasar dunia mutunya harus lebih ditingkatkan dan biaya produksi hendaknya relatif rendah. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penggunaan varietas unggul berikut cara budidaya dan pengolahan yang tepat dan efisien. Klon unggul nilam yang sudah dirilis antara lain Cisaroni, Lhokseumawe, Sidikalang, dan Tapak Tuan dengan produksi masing-masingnya 252, 201, 264 dan 305 kg/ha/tahun sedangkan kandungan patchouli oil masing-masingnya 33,1; 30,5; 37,3; dan 35%.
II.
PANEN Tanaman nilam yang tumbuh baik dan terpelihara dengan baik dapat dipanen pada umur 6 bulan dan selanjutnya dipanen setiap 2-3 bulan sekali. Pemanenan dilakukan dengan memangkas atau memotong cabang ranting dan daun nilam. Setiap panen dianjurkan untuk ditinggalkan satu cabang agar pertumbuhan tunas baru cepat. Panen sebaiknya dilakukan sebelum warna daun berubah menjadi coklat. Daun coklat telah kehilangan sebagian minyaknya akibat radiasi matahari yang terlalu tinggi, atau umur yang terlalu tua. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore menjelang malam hari agar diperoleh kandungan minyak paling tinggi. Panen siang hari sebaiknya dihindari karena akan mengurangi kandungan minyak di daun saat dipanen. Semua bagian tanaman yaitu daun, batang, dan cabang mengandung minyak atsiri, namun kandungan minyak tertinggi terdapat pada daun. Oleh karena itu, setelah panen sebaiknya dipisahkan bagian cabang tanaman, sehingga didapat rendemen minyak tertinggi pada saat penyulingan. Alat yang dipakai untuk panen haruslah bersih, hindari memakai alat yang sudah dipakai memotong tanaman nilam yang terserang penyakit budok. Pada panen pertama, bagian yang boleh dipangkas adalah cabang dari tingkat kedua ke atas, sedang cabang tingkat pertama sebaiknya ditinggalkan.
III.
PENCINCANGAN Panenan dicincang sepang 3 – 5 cm, untuk memudahkan pengeringan. Perajangan dalam keadaan basah lebih mudah dilakukan dari pada keadaan kering dan menghindari kerontokan daun. Perajangan bertujuan untuk meratakan distribusi bahan (terna) dalam sulingan.
IV.
PENGERINGAN Pengeringan daun akan menentukan mutu minyak yang diperoleh. Selama pengeringan sebagian air yang ada dalam terna (bahan sulingan) menguap dan meninggalkan rongga kosong dalam bahan. Akibat adanya rongga kosong ini maka jaringan tanaman akan mengkerut dan sel minyak pecah sehingga minyak mudah diambil pada proses penyulingan. Penyulingan daun segar tidak dianjurkan karena akan menghasilkan rendemen minyak yang rendah.
26
Cara pengeringan yang baik adalah dijemur dengan cara dihamparkan di bawah sinar matahari di atas tikar atau lantai semen yang bebas dari daun-daun atau bahan lainnya. Penjemuran dilakukan selama 4 jam (10.00-14.00) setiap hari dan dilakukan selama 3-5 hari, tergantung terik matahari. Selama penjemuran hamparan daun harus dibalik agar diperoleh kekeringan yang merata dan menghindari kelembaban daun. Daun yang lembab akan menyebabkan fermentasi. Penjemuran dilakukan sampai kadar air bahan sekitar 15%. V.
PENYULINGAN Penyulingan minyak atsiri adalah suatu proses pengambilan minyak dari bahannya dengan bantuan air. Ada 3 (tiga) cara metode penyulingan minyak nilam, yaitu (1) penyulingan air, (2) penyulingan air dan uap, dan (3) penyulingan uap. 1. Penyulingan air. Bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. 2. Penyulingan dengan air dan uap. Bahan diletakkan di atas rak-rak sarinfan berlobang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan. Pada metode ini, uap selalu dalam keadan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap. 3. Penyulingan uap. Prinsipnya hampir sama dengan penyulingan air dan uap, tetapi pada penyulingan uap sumber panas terdapat pada ketel uap yang terpisah dari ketel suling. Iswandi H. Basri
27
PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU BAKTERI TANAMAN JAHE I.
PENDAHULUAN Kendala utama budidaya jahe di berbagai daerah adalah serangan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh patogen Pseudomonas solanacearum Biovar 3 ras 4. Kegagalan panen akibat serangan penyakit ini bisa mencapai 90 %. Gejala dari serangan ini terlihat daun tanaman menguning dan menggulung mulai dari daun tua kemudian diikuti daun yang lebih muda. Pada bagian pangkal batang terlihat garis hitam atau abu-abu. Apabila dipijat potongan pangkal batang dan rimpang akan mengeluarkan eksudan bakteri berwarna putih susu. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam upaya mencegah penyakit ini diantaranya dengan pamakaian bahan kimia dan pengaturan pola tanam secara kultur teknis. Hasil penelitian dengan penerapan pola tanam memperlihatkan hasil yang cukup baik menekan tingkat serangan penyakit layu bakteri dengan beberapa keuntungan antara lain tidak merusak lingkungan dan efisiensi yang tinggi.
II.
UPAYA PENCEGAHAN 1. Seleksi bibit a. Bibit yang dipilih harus sehat dan dipanen pada umur minimal 9 bulan b. Permukaan rimpang terlihat mengkilat tidak memar dan kulit tidak lecet c. Dilakukan perendaman dengan Fungisida. 2. Pengolahan Tanah a. Untuk mencegah terjadinya serangan bakteri maka lahan perlu disterilkan dengan cara pengapuran dan fumigasi. Tanah dicangkul dan harus gembur b. Pembuatan saluran drainase, untuk menghindari air yang tergenang yang dapat mengakibatkan busuknya akar dan tanaman 3. Penanaman Sebagaimana tanaman lain, untuk ketahanan tanaman maka pemupukan marupakan suatu keharusan. Pupuk yang dianjurkan adalah pupuk kandang/kompos. Pupuk kompos bisa berasal dari bahan organik yang tidak terpakai seperti limbah pengolahan biji kopi dan limbah organik lainnya. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi sanitasi kebun dan pembersihan gulma untuk menghindari persaingan hara tanah dan menghindari berkembangnya inang perantara. Selanjutnya pemupukan berimbang (sesuai hasil analisa tanah, penyemprotan sesuai tingkat serangan hama dan perbaikan drainase untuk menghindari genangan air diwaktu hujan.
III.
UPAYA PENGENDALIAN 1. Intercropping Penanaman jahe intercropping dengan bawang putih atau bawang daun dan penggunaan mulsa daun kopi dapat menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan hara tanah serta memberikan pertumbuhan lebih optimal yang
28
berakibat memperbanyak jumlah anakan dan meningkatkan berat rimpang tiap rumpun. 2. Rotasi tanaman Rotasi atau pergiliran tanaman sangat dianjurkan untuk memutus rantai perkembangbiakan suatu organisme penggaggu. Rotasi dengan tanaman yang tidak menjadi inang Pseudomonas solanacearum seperti kacang tanah, jagung dan nilam. 3. Cara lain Memakai antibiotik nabati seperti pemakaian mulsa daun teh, daun kopi yang mengandung senyawa xanthin, alkaloid theobromin dan theophytin yang bersifat bakterisida dan fungisida. Cara ini dapat memperbaiki kondisi tanah dan mengontrol serangan patogen tertentu. Afrizon
29
PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI SAWAH PTT PADI SAWAH Budidaya padi model PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahatani. Komponen Teknologi PTT padi sawah adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna, yaitu 2 (dua) kali bajak dan 1 (satu) kali garu. Setelah pembajakan pertama, sawah digenangi air selama 7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua dan penggaruan agar lahan sawah rata dan berlumpur. Pada pengolahan tanah kedua diberikan pupuk organik berupa kompos jerami sebanyak 5 ton/ha atau pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha. 2. Penggunaan Varietas Adaptif dan Benih Berkualitas Varitas yang digunakan adalah varitas unggul yang memiliki produktivitas tinggi, misalnya Ciherang. Seleksi benih bernas dilakukan dengan air garam atau ZA (3%) atau 30 gr garam/ZA/lt air. Benih yang tenggelam yang digunakan, sedangkan benih yang terapung dibuang. 3.
Persemaian Luas persemaian 1/25 bagian dari luas lahan yang ditanam. Benih padi yang diperlukan sekitar 15-20 kg/ha. Persemaian yang dilakukan adalah persemaian basah. Lahan persemaian dapat dipupuk dengan Urea sebanyak 10 % dari jumlah pupuk Urea yang digunakan di lapangan.Pada persemaian ini perlu ditambahkan kompos atau sekam 2 sebanyak 2 kg/m , untuk memudahkan pencabutan bibit. Benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam dan diperam selama 24 jam. Selanjutnya bibit disebar secara merata.
4. Penanaman Bibit yang ditanam adalah bibit muda umur 18 s/d 21 hari setelah sebar, sebanyak 1-3 bibit/rumpun (sesedikit mungkin). Pada daerah endemis keong mas, dapat digunakan bibit yang berumur agak tua. Penanaman disarankan dengan sistim jejer legowo 4:1 atau 2:1 karena lebih tinggi produksinya. Jarak tanam legowo tersebut adalah 20 X 20 cm., jarak antara lorong 40 cm. Bibit yang seharusnya ditanam pada lorong, dipindahkan ke baris kiri kanannya sehingga jarak dalam barisan 10 cm. 5. Pengairan Terputus-putus Pada saat tanam, tanah dalam keadaan macak-macak, lalu secara bertahap diairi setinggi 2-5 cm sampai umur 15 hari dan dibiarkan sampai kering (biasanya memerlukan waktu 7 hari), kemudian digenangi dan dikeringkan kembali dengan interval waktu 7 hari sampai menjelang fase pembungaan. Sejak fase pembungaan sampai 10 hari menjelang panen, tanah digenangi air setinggi kurang lebih 5 cm, sedangkan sejak 10 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan dengan maksud untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen. 6. Pemupukan Pupuk yang digunakan sesuai rekomendasi. Sebagai contoh, rekomendasi pupuk untuk Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Tengah yaitu NPK 15:15:15 sebanyak 250 –
30
300 kg/ha dan Urea 150-200 kg/ha. Pemberian pupuk NPK dilakukan dua kali yaitu sebagai pupuk dasar (7-14 hari setelah tanam) dan saat primordia yaitu umur 45-50 HST). Pemberian pupuk Urea sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk susulan jumlahnya tergantung dari hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) mulai umur 25-28 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan setiap 7 – 10 hari sekali sampai diketahui nilai kritis kapan saat pupuk N harus diaplikasikan. Jika pupuk harus diberikan maka dosisnya adalah 75 kg/ha. Pengembalian jerami ke lahan atau pemberian kompos jerami 5 ton/ha yang dikombinasikan dengan Urea: 180 kg/ha, SP-36 : 75 kg/ha, tanpa KCl. Jika disekitar lokasi banyak tersedia pupuk kandang sangat dianjurkan diberikan. Pemberian kompos atau pupuk kandang dilakukan saat pengolahan lahan kedua. 7. Pengendalian Gulma Tanaman pengganggu atau gulma dikendalikan dengan prinsip pengendalian gulma terpadu. Pengendalian secara manual dengan menggunakan gasrok/landak dan bila perlu menggunakan herbisida kimia. Pengendalian secara manual ini dianjurkan karena dapat memperbaiki kondisi tanah. 8. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Penggunaan pestisida kimia, hayati atau nabati maupun kombinasinya dilakukan jika serangan hama penyakit di atas ambang ekonomi. 9. Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan pada saat gabah telah menguning tetapi malai masih segar karena apabila panen dilakukan terlalu tua (warna gabah kuning) akan memberikan kualitas beras yang rendah (mudah patah). Panen dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi, batang padi dipotong 1/3 bagian dari atas dan gabah dirontokkan dengan thresher. Sri Suryani M.Rambe
31
PEMUPUKAN PADI SAWAH I.
DOSIS PEMUPUKAN N, P dan K -
-
II.
Penentuan jumlah pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah dapat dilakukan melalui analisis tanah di laboratorium atau dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Petak Omisi. Jika belum ada maka dapat menggunakan rekomendasi pupuk berdasarkan KEPMENTAN No.01/Kpts/SR.130/1/2006 tanggal 3 Januari 2006. Sebagai contoh, secara umum rekomendasi pupuk untuk : Kecamatan Lebong Tengah, Lebong Utara dan Lebong Atas yaitu : 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50-100 kg KCl per hektar. Kecamatan Lebong Selatan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar dan Kecamatan Rimbo Pengadang 200 kg Urea, 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk Urea. SP-36 dan KCl bisa diganti dengan pemberian pupuk NPK dan Urea dengan dosis 250-300 kg NPK (15:15:15) dan 150-200 kg Urea
CARA PEMBERIAN PUPUK a. Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl - Pupuk Dasar yang diberikan pada umur tanaman 7-14 hari setelah tanam (hst) adalah 1/3 bagian Urea, seluruh SP-36 dan ½ bagian KCl. - Pupuk susulan pertama diberikan saat tanaman berumur 21 - 30 hst dengan dosis 1/3 bagian Urea + ½ bagian KCl. - Pupuk susulan kedua diberikan saat tanaman berumur 40 - 45 hst dengan dosis 1/3 bagian Urea. - Pupuk diberikan dengan cara disebar merata pada lahan sawah dengan kondisi macak-macak, lalu diinjak-injak. - Lahan sawah jangan dimasukkan air selama 3 hari. Pemberian pupuk jangan dilakukan jika hari hujan atau akan hujan. b.
III.
Pemberian pupuk Urea dan NPK - Pupuk Dasar yang diberikan pada umur tanaman 7-14 hari setelah tanam (hst) adalah 1/3 bagian Urea (50 kg) dan ½ bagian NPK (150 kg NPK 15:15:15) - Pupuk susulan ke-1 diberikan saat tanaman berumur 21 - 30 hst (setelah penyiangan ke-1) dengan dosis 1/3 bagian Urea (atau dengan menggunakan BWD) - Pupuk susulan ke-2 diberikan saat tanaman berumur 35 - 42 hst (setelah penyiangan ke-2) dengan dosis ½ bagian NPK (150 kg/ha). PEMUPUKAN N BERDASARKAN BWD - Dengan penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) maka pemberian pupuk dasar Urea adalah 50 kg/ha. - Pemberian pupuk susulan Urea dilakukan tergantung dari hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) pada tahap anakan aktif (umur 21 - 28 hari setelah tanam/hst) dan tahap primordia ( 38 - 42 hst) - Jika pembacaan BWD berada di bawah nilai kritis (<4,0) maka dosis pupuk N yang diberikan dinaikkan 25 % - Sebaliknya jika nilai > 4,0 maka dosis pupuk N dikurangi 25% dari jumlah yang telah ditetapkan
32
IV.
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK - Bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang atau jerami padi sangat penting untuk menyuburkan lahan - Pemberian 2 ton pupuk kandang atau 5 ton kompos jerami padi bisa menghemat penggunaan pupuk kimia sekaligus memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah - Kompos/pupuk kandang disebarkan ke lahan sebelum pengolahan lahan yang terakhir. Penggunaan kompos jerami atau dengan pengembalian jerami ke lahan dapat menghemat penggunaan pupuk KCl (< 50 kg/ha) - Penggunaan bahan organik juga mampu menekan penggunaan pupuk kimia 30 %. Jika penggunaan bahan organik dilakukan terus menerus maka mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 % . Sri Suryani M.Rambe
33
PEMASANGAN PAGAR PLASTIK DAN BUBU PERANGKAP HAMA TIKUS I.
PENGENDALIAN TERPADU Komponen teknologi pengendalian hama tikus secara terpadu meliputi: 1) pemantauan populasi, 2) sanitasi lingkungan, 3) gropyokan, 4) pengemposan (fumigasi), 5) pemagaran lahan dengan plastik, 6) bubu perangkap dan 7) pemasangan umpan beracun. Salah satu sistem pengendalian hama tikus secara non kimiawi yang cukup efektif adalah pemasangan pagar plastik dan bubu perangkap yang dikenal dengan singkatan TBS (Trap Barrier System atau Sistim Bubu Perangkap). Sistim ini bertujuan untuk untuk melindungi padi dari serangan hama tikus. Fungsi pagar plastik adalah untuk melindungi tanaman dan mengarahkan serta menggiring tikus masuk bubu perangkap yang diletakkan dengan lubang menghadap keluar. Sistim ini bekerja dengan cara menekan jumlah tikus melalui tangkapan bubu perangkap dari populasi sebelum dan selama musim perkembangbiakan tikus. Setiap tikus yang betina tertangkap adalah setara dengan membunuh 30-40 ekor tikus pada saat menjelang panen padi.
II.
BAHAN
III.
Plastik untuk bahan pagar (plastik yang tebal/lebih kuat akan lebih tahan lama, mampu menahan tiupan angin yg kuat dan dapat digunakan lagi pada musim berikutnya (1 kg plastik untuk panjang sekitar 13 m). Plastik dibelah (lebar sekitar 50 - 60 cm) Ajir bambu untuk menegakkan berdirinya pagar plastik dan bubu perangkap. Tali plastik atau kawat untuk menegakkan pagar plastik. Lidi untuk merekatkan plastik pada tali Bubu perangkap sebanyak 16 buah per hektar
CARA PEMASANGAN
Persiapan lahan (Bersihkan lahan dan pengolahan tanah) Pasang ajir bambu dengan menanamnya 10 cm di bawah tanah dengan tinggi 60 cm di atas tanah. Jarak antar ajir bambu sekitar 1 m Gali parit di pinggir pematang dengan lebar sekitar 50 cm Tali plastik tiga baris yaitu di atas, tengah dan di bawah Pasang plastik dengan cara ditegakkan di sepanjang ajir bambu yang telah dipasang Plastik bagian atas di lipat sedikit dengan tali berada di dalamnya dan dijepit dengan lidi agar bentangan plastik kencang dan rapi sehingga tidak mudah lepas ditiup angin Pasang bubu perangkap dengan jarak maksimal 20 m. Bubu dipasang dengan menggunakan bambu, diikat sekitar 15 cm dari tanah (tidak tergenang). Dalam 1 ha dipasang 16 bubu perangkap Buat jalan masuk dengan meletakkan bambu dari pematang ke bubu perangkap
34
Pemasangan pagar plastik (kiri) dan perangkap tikus di dalam petakan plastik (kanan)
Pemeliharaan
Kosongkan bubu perangkap dari tikus-tikus yang tertangkap sedini mungkin setiap pagi (tikus yang mati dalam perangkap akan mengganggu masuknya tikus lainnya Secara rutin diperiksa apakah terdapat lubang pada pagar plastik dan segera diperbaiki Hindarkan saluran air dari rumput atau gulma (tikus dapat menggunakannya sebagai sarana untuk melompat ke dalam melewati pagar plastik
Perangkap bubu juga dapat dipasang dengan menggunakan umpan kemudian diletakkan disemak-semak, di bawah pohon bambu atau tempat-tempat yang diduga banyak tikusnya. Pemagaran plastik dapat dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap sumber infeksi serangan tikus. Sri Suryani M.Rambe
35
BUDIDAYA KACANG TANAH I.
PENDAHULUAN Setiap orang yang datang ke Rejang Lebong pulangnya akan memburu “Kacang Curup” sebagai oleh-oleh. Kenyataan ini menjadikan perdagangan kacang tanah di Kabupaten Rejang Lebong cukup lancar meskipun kenyataannya tidak semua “Kacang Curup” yang dijual menggunakan bahan baku dari Kabupaten Rejang Lebong pada saat-saat kekurangan bahan baku, pedagang mencari kacang tanah dari kabupaten lain seperti Kabupaten Bengkulu Utara atau Bengkulu Selatan. Menangkap peluang pasar kacang tanah yang cukup baik tersebut, Gapoktan “Prima Usaha” Prima Tani Desa Air Bening dengan bimbingan BPTP Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong melakukan penangkaran bibit kacang tanah menggunakan benih baru dari varietas unggul.
II.
TEMPAT PENANAMAN Tanaman kacang tanah dapat tumbuh sepanjang tahun. Pada lahan sawah biasanya ditanam setelah panen padi, sedangkan pada tegalan ditanam bila kondisi air hujan cukup. Kondisi lahan yang kering dengan curah hujan yang rendah akan menyebabkan produksi berkurang.
III.
PENYIAPAN LAHAN Penyiapan lahan sebelum penanaman bertujuan untuk : a. membuat kondisi fisik lahan cukup remah/gembur untuk menunjang pertumbuhan yang baik bagi tanaman. b. mengurangi populasi gulma yang tumbuh Penyiapan lahan dilakukan dengan pembuatan bedengan untuk lahan tegalan yang digemburkan dan diberi pupuk organik agar pertumbuhan akar lebih baik, ginofor akan lebih mudah menembus tanah dan polong dapat berkembang secara baik. Untuk penanaman di lahan sawah, sebaiknya di kanan dan kiri petakan dibuat drainase, sehingga akan terbentuk bedengan. Ukuran bedengan lebar 1 m, panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan ± 30 cm. Kacang tanah yang ditanam dengan tanpa bedengan serta tanahnya diolah secara dangkal akan mempengaruhi hasil, sebab pertumbuhan tanaman kurang optimal. Kegunaan drainase pada bedengan selain untuk pembuangan air pada saat berlebihan, juga berfungsi untuk jalan pemasukan air irigasi apabila diperlukan tambahan air.
IV.
CARA TANAM Populasi tanaman optimum untuk kacang tanah dengan bedengan 1 m dan jarak antar bedengan 30 cm ± 190.500 tanaman/ha, benih ditanam secara tugal dengan jarak tanam 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm. Penanaman secara larikan ini bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan tanaman seperti penyiangan gulma, penyemprotan pestisida, dll. Penanaman benih dilakukan dengan meletakkan benih ke dalam lubang tanam sedalam 3 – 5 cm dengan jumlah benih satu biji per lubang tanam. Selanjutnya lubang ditutup dengan tanah tipis-tipis untuk menghindari serangan hama dan mengurangi busuk benih karena banyaknya air di lubang tanam.
36
V.
PERLAKUAN BENIH Daya tumbuh benih yang baik adalah lebih dari 90%. Sebaiknya sebelum tanam dilakukan uji daya kecambahnya. Biji kacang tanah yang dipilih untuk benih adalah yang tua dan bebas dari penyakit. Pertanaman yang hasil polongnya akan digunakan untuk benih, harus dipanen pada saat masak betul (sesuai umur panen). Perlakuan benih pada penangkaran kacang tanah di Desa Air Bening (lokasi Prima Tani); sebelum benih ditanam, benih diaduk dengan insektisida (seed treatment) Marshal dengan dosis 15 g per 1 kg benih.
VI.
PEMUPUKAN Kacang tanah seperti tanaman kacang-kacangan lainnya tidak menunjukkan respons yang nyata terhadap penambahan pupuk. Akan tetapi untuk mempertahankan keseimbangan unsur hara, maka pemberian pupuk sebanyak 50 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha dapat dijadikan sebagai patokan pemupukan di lahan kering. Untuk daerah yang kandungan K-nya rendah dapat digunakan 150 kg KCl/ha. Pada penangkaran kacang tanah di Desa Air Bening (lokasi Prima Tani), pupuk yang diberikan masing-masing 50 kg Urea, 100 kg SP-36, 50 kg KCl, dan 500 kg kapur/ha.
V.
PENGELOLAAN AIR Dibandingkan dengan kacang kedelai atau kacang hijau, kacang tanah lebih toleran terhadap kekeringan. Walaupun demikian kebutuhan air pada saat kritis pertumbuhan tanaman (perkecambahan, pembungaan, dan pengisian polong) harus tercukupi.
VI.
PENYIANGAN Saat penyiangan yang tepat sangat dipengaruhi oleh kondisi populasi gulma di lapangan. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebelum tanaman berbunga (umur 21 hst dan 42 hst). Manfaat penyiangan adalah : a. menekan persaingan unsur hara antar tanaman kacang tanah dengan gulma b. mengurangi sumber serangan penyakit c. mempermudah pemeliharaan dan panen d. menggemburkan tanah dan membumbun
VII.
PANEN Penentuan umur panen tanaman kacang tanah relatif lebih sulit karena polongnya berada dalam tanah. Sebagai patokan untuk mengetahui tanaman telah tua dan dapat dipanen adalah : a. daun-daun telah mulai luruh b. melihat kondisi polong dengan mencabut beberapa tanaman kemudian dilihat bagian-bagiannya seperti ; - kulit polong telah mengeras dan bagian dalam berwarna cokelat. - biji telah terisi penuh serta kulit tipis dan berwarna mengkilat. Umur panen tergantung pada varietas yang ditanam, dan musim tanamnya. Umur panen varietas unggul bervariasi antar 100 – 110 hari. Pada penangkaran kacang tanah di Desa Air Bening (lokasi Prima Tani), umur panen kacang tanah menjadi lebih panjang ± 10 hari pada varietas Bima, Bison, Jerapah, Kancil, dan Tuban dibandingkan dengan umur pada deskripsinya.
37
Hasil panen masing-masing varietas dari penangkaran pada lokasi Prima Tani Kabupaten Rejang Lebong (Desa Air Bening). No
Varietas
Deskripsi tanaman
Hasil penangkaran
Umur panen (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Hasil ratarata (t/ha)
Hasil rata-rata (t/ha)
-
1,70
2,595
1.
Bima
90 - 95
2.
Bison
90 - 95
3,60
2,00
2,580
3.
Jerapah
90 - 95
1,00 – 4,00
1,92
2,415
4.
Kancil
90 - 95
2,40
1,70
2,790
5.
Tuban
90 - 95
3,20
2,00
2,988
Sumber : Dari berbagai sumber dan hasil pengolahan data. Ahmad Damiri
38
PEMUPUKAN TANANAMAN TOMAT I.
PENDAHULUAN Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran yang sudah biasa ditanam di Bengkulu terutama di daerah dataran tinggi Kabupaten Rejang Lebong. Walaupun harga komoditi ini sering mengalami pluktuasi, harapan petani pada komoditi ini masih besar dan setiap penanaman dilakukan, harapan harga yang tinggi pada saat panen selalu menggoda untuk selalu menanam walaupun dengan jumlah sedikit karena dengan penanaman yang sedikit juga menghindari resiko kerugian jika saat panen harga jatuh. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kebiasaan petani menanam tomat, petani selalu merasa dosis pupuk yang diberikan lebih tinggi akan meningkatkan produksi/hasil yang diperoleh. Padahal dosis pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan kerugian karena kemampuan tanaman menyerap pupuk terbatas dan akan hilang tercuci sementara biaya untuk membeli pupuk lebih besar. BPTP Bengkulu pada tahun 2006 melakukan pengujian empat paket teknologi pemupukan tanaman tomat, dilakukan di lahan petani Desa Kayu Manis, Kecamatan Sindang Kelingi pada ketinggian tempat ± 1.000 m dpl. Penanaman dilakukan pada bulan Mei-Juni 2006 dan cara penanaman disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat, seperti jarak tanam 60 x 60 cm, lebar bedengan ± 120 cm, dan jarak antar bedengan antara 80 -100 cm. Jumlah bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan masing-masing. Setiap petani menggunakan tiga gulung mulsa plastik hitam perak ukuran berat 10 kg per gulung.
II.
PAKET TEKNOLOGI PEMUPUKAN Empat paket teknologi pemupukan tomat yang diterapkan adalah; paket 1, 2, dan 3 merupakan paket yang dirakit dengan dosis pupuk yang lebih rendah serta paket 4 dengan dosis yang biasa digunakan oleh petani. Paket-paket ini dapat digunakan sebagai pilihan sesuai dengan kemampuan modal, kesanggupan dan target produksi yang ingin dicapai petani. Hasil pengujian, produksi yang dicapai masing-masing paket teknologi pemupukan tersebut adalah: a) paket 1 = 17.2 t/ha, BC ratio 0,04, b) paket 2 = 18.9 t/ha, BC ratio 0,14, paket 3 = 23.0 t/ha, BC ratio 0,20, dan paket 4 = 26.1 t/ha, BC ratio 0,25. Hasil per hektar yang dicapai tersebut telah dikonversi dengan nilai pengali 80%. Paket Teknologi Pemupukan 1 1. Pengolahan tanah dengan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha 2. Pupuk dasar diberikan pupuk SP-36 sebanyak 5g/lubang tanam dan diaduk rata dengan tanah 3. Pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP) 4. * Pemupukan awal dengan pupuk Urea : KCl = 1 : 1 sebanyak 2 g/tanaman yang diberikan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan jarak 3 cm dari tanaman * Pemupukan kedua dengan pupuk Urea : KCl = 1 : 1 sebanyak 5 g/tanaman yang diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan jarak 5 cm dari tanaman * Pemupukan ketiga dengan pupuk Urea : KCl = 1 : 1 sebanyak 7 g/tanaman yang diberikan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan jarak 5 cm dari tanaman
39
Paket Teknologi Pemupukan 2 1. Pengolahan tanah dengan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha 2. Pemasangan mulsa plastik hitam perak 3. Pupuk yang diberikan yaitu: Urea sebanyak 30 kg/ha, SP-36 sebanyak 150 kg/ha, KCl sebanyak 150 kg/ha - 1/3 dosis Urea dan seluruh SP-36 dan KCl diberikan pada umur 15 hst. - 2/3 dosis Urea diberikan pada umur 50 – 60 hst Paket Teknologi Pemupukan 3 1. Pengolahan tanah dengan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha 2. Pemasangan mulsa plastik hitam perak 3. * Pemupukan awal dengan pupuk ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 50 kg/ha, KCl = 43 kg/ha yang diberikan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam * Pemupukan kedua dengan pupuk ZA = 160 kg/ha, SP-36 = 137,5 kg/ha, KCl = 109 yang diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam * Pemupukan ketiga dengan pupuk ZA = 224 kg/ha, SP-36 = 192 kg/ha, KCl = 152 yang diberikan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah tanam 4. Pemberian pupuk NPK = 15:15:15 sebagai pupuk kocor diberikan pada: * umur 3 minggu setelah tanam dengan dosis 131 kg/ha * umur 5 minggu setelah tanam dengan dosis 131 kg/ha Paket Teknologi Pemupukan 4 1. Pengolahan tanah dengan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha 2. Kapur Dolomit 3,5 t/ha 3. Pemasangan mulsa plastik hitam perak 4. Pemupukan awal dengan 6 kg per bedengan campuran pupuk Urea : ZA : SP-36 : KCl = 1 : 1 : 2 : 1 yang diberikan sebagai pupuk dasar * Sebagai pupuk kocor I; diberikan 3 kg NPK 15 : 15 : 15/drum air pada umur 1 - 2 minggu setelah tanam * Sebagai pupuk kocor II (10 –15 hari kemudian); diberikan 4 kg NPK 15:15:15/drum air * Sebagai pupuk kocor III (10 – 15 hari kemudian); diberikan 4 kg NPK 15:15:15 + 1 kg KCl/drum air * Sebagai pupuk kocor IV (10 – 15 hari kemudian); diberikan 5 kg NPK 15:15:15 + 1 kg KCl/drum air.
Tanaman tomat siap panen pertama
Tanaman tomat menjelang masak
Ahmad Damiri
40
PENANGANAN PASCA PANEN JAGUNG I.
PENDAHULUAN Penanganan pascapanen jagung adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak jagung dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen. Dengan demikian kegiatan penanganan pascapanen meliputi semua kegiatan mulai dari pemanenan, pengangkutan, pengeringan, penundaan, perontokan dan penyimpanan. Kegiatan penanganan pascapanen pada umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani, koperasi dan pedagang pengumpul. Penanganan pascapanen ini juga didukung oleh berbagai lembaga dalam masyarakat yang dalam satu kesatuan keseluruhan dapat disebut sistim penanganan pascapanen jagung. Keberhasilan kegiatan penanganan pascapanen oleh petani tergantung pula kemajuan usaha penyuluh pertanian di wilayah kerjanya, karena penyuluh pertanian merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan petani. Penyuluh Pertanian adalah jembatan antara petani dengan lembaga-lembaga yang mendukung kegiatan petani. Penanganan pascapanen jagung bermaksud untuk: 1. Menjaga mutu jagung supaya tetap sama seperti pada waktu panen 2. Mengurangi susut tercecer pada semua proses kegiatan yang dilakukan 3. Mendapatkan harga jual jagung yang tinggi.
II.
STANDAR MUTU Standar mutu jagung ada dua macam, yaitu standar mutu yang dikeluarkan oleh pemerintah dan standar yang berlaku di pasar. Standar mutu yang berlaku di pasar berdasarkan tingkat kadar air biji, persentase biji rusak dan persentase kotoran. Peraturan mutu jagung di pasar umum lebih ditentukan oleh kelompok pedagang, mulai dari pedagang besar, pedagang pengumpul tingkat kabupaten sampai pedagang pengumpul di pedesaan. Standar Mutu Jagung. Persyaratan Mutu
JK S
JKP
JKP
Kadar Air Maksimum
14%
16%
18%
Kadar Kotoran Maksimum
3%
6%
8%
Butir Rusak maksimum
3%
3%
3%
Butir warna lain maksimum
5%
5%
5%
Keterangan; JKS: Jagung Kering Simpan JKP: Jagung Kering Pasar JKP: Jagung Kering Pipil
Cara penanganan panen dan pascapanen yang kasar akan memberikan dampak yang buruk terhadap mutu jagung.Bila mutu jagung menurun, maka harga jual akan menurun dan pendapatan petani menjadi lebih rendah.
41
Jenis faktor mutu jagung yang terkena dampak kegiatan panan dan pascapanen. Kegiatan
Kadar air
Butir Rusak
Butir Warna lain
Kotoran
Panen
X
X
X
X
Pengangkutan
-
-
-
X
Pengeringan
X
X
X
X
Pemipilan
-
X
-
X
X : terpengaruh - : tidak terpengaruh
III.
TINDAKAN PANEN DAN PASCA PENEN Panen Jagung membutuhkan penanganan yang cepat setelah dipanen. Panen hendaknya dilakukan tepat waktu, yaitu pada umur 75-80 hari setelah tanam. Untuk dapat mengetahui saat panen yang tepat maka jadwal tanam perlu diperhatikan. Jagung yang siap dipanen dapat pula diketahui dari perubahan pada batang dan daun serta kelobot telah menguning atau mulai mengering. Biji tampak keras, bernas dan mengkilap, bila ditekan dengan kuku tangan tidak meninggalkan bekas. Pada waktu panen, tongkol yang terinfeksi serangga/jamur dipisahkan dari tongkol yang sehat. Pengupasan Kelobot Tongkol yang telah dipanen segera dikupas dan dihindarkan dari serangga yang dapat merusak biji jagung. Saat mengupas kelobot, kotoran yang terikut dibuang. Tongkol dikupas hingga bersih sehingga tidak ada kelobot dan rambut jagung yang tersisa. Sortasi Sortasi bertujuan untuk memisahkan tongkol yang tua dan sehat dari tongkol muda, berjamur atau terserang hama. Rambut jagung, ranting atau kotoran yang terikut dibuang. Pengeringan Tongkol jagung yang telah disortir segera dijemur hingga kadar air 15%. Pada proses ini, kotoran yang terikut disingkirkan. Penjemuran hendaknya menggunakan alas/terpal agar tongkol terhindar dari kotoran. Selama dijemur, tongkol dibalik dengan menggunakan alat bantu agar pengeringan merata. Cara mudah untuk mengetahui pengeringan telah mencukupi adalah bila tongkol jagung saling digesekkan akan terdengan bunyi nyaring. Pemipilan Pemipilan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin atau tangan, dan hendaknya pada kadar air yang tepat agar biji tidak rusak/cacat. Untuk menghindari kerusakan mutu pada jagung pemipilan jagung dengan tangan sebaiknya pada tingkat kadar air 17%. Biji yang cacat/rusak akan mudah terinfeksi jamur. Selama pemipilan, kotoran yang terikut disingkirkan. Pembersihan Pembersihan kotoran yang terikut hendaknya dilakukan hingga batas maksimum 5%.
42
Sortasi mutu Sortasi mutu bertujuan untuk memisahkan biji yang berjamur, berbau busuk, asam, apek atau bau asing lainnya. Pengemasan Pengemasan hendaknya menggunakan pengemas atau kantong yang bersih. Jagung yang telah dikemas siap untuk dijual atau disimpan. Penyimpanan Tempat penyimpanan hendaknya dijaga selalu kering dan bersih. Penumpukan karung agar diperhatikan. Bagian yang paling bawah tumpukan diberi alas agar karung tidak menyentuh lantai atau tidak lembab. Ruang penyimpanan hendaknya diaerasi untuk mencegah akumulasi panes dan air sebagai hasil respirasi. Pada penyimpanan di dalam karung, gudang hendaknya dilengkapi dengan ventilasi yang menyebabkan sirkulasi udara di antara tumpukan dan karung. Pada penyimpanan bentuk curah dibuat ketentuan untuk terjadinya aliran udara di antara biji. Satu hal penting yang perlu diperhatikan petani serta pekerja yang menangani pascapanen jagung adalah membiasakan menggunakan alas kaki dan selalu menjaga kebersihan lingkungan saat melakukan kegiatan tersebut. Penanganan pascapanen secara cepat dan tepat mampu menekan pertumbuhan jamur penghasil aflatoksin sampai tingkat yang aman, yaitu <4 ppm, dan memperpanjang daya simpan jagung. Petani disarankan untuk tidak melakukan penundaan dalam menangani jagung sampai tahap penyimpanan. Wilda Mikasari
43
TELUR DAN PASCA PANENNYA I.
PENDAHULUAN Sebutir telur itik mengandung air sebanyak 69%, protein 13,7%, lemak 14,4%, karbohidrat 1,2% dan bahan organis 1%, karenanya sangat mudah rusak atau busuk dan tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama. Hal yang perlu diperhatikan dalam menangani telur sejak keluar dari tubuh itik adalah pengaruh lamanya telur dalam sarang/kandang. Makin lama telur berada dalam kandang, makin besar kemungkinan tercemar bakteri. Faktor suhu dan kelembaban di lingkungan tropis banyak mempengaruhi penurunan kulitas telur selama penyimpanan. Oleh karena itu, peternak perlu memperhatikan cara menyimpan telur yang baik. - usahakan hanya telur-telur yang bersih saja yang disimpan pada ”egg tray” atau tempat telur. - bagian ujung yang tumpul diletakkan di atas: jika terbalik rongga udara dan letak kuning telur akan bergeser sehingga kualitas telur menurun. simpan telur ditempat yang sejuk, atau lebih baik apabila disimpan di tempat yang 0 temperatur sekitar 10 - 15 C dengan kelembaban relatif 80 – 85%. Selain itu, untuk menambah daya simpan dan nilai jual dari telur dapat dilakukan pengolahan setelah panen. Ada beberapa teknologi pengolahan telur antara lain: Telur asin, pindang telur dan lain-lain.
II.
TELUR ASIN Telur asin adalah telur segar yang diolah dalam keadaan utuh, diawetkan sekaligus diasinkan dengan menggunakan bahan garam. Hasilnya, telur asin memiliki rasa asin dan aroma yang khas. Telur itik yang diasinkan mempunyai keuntungan sebagai berikut: nilai gizi telur dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama, nilai ekonomis telur dapat ditingkatkan, memenuhi selera konsumen telur itik, merupakan alternatif pemasaran disamping telur segar. Syarat-syarat telur yang akan diasinkan; telur masih segar dan baru, telur harus sudah dibersihkan dari kotoran, kulit telur masih utuh, tidak retak, sebelum diasinkan telur harus diampelas untuk memudahkan proses pengasinan. Ada beberapa cara pengasinan telur yang semuanya menggunakan bahan utama garam, yaitu: a. cara pengasinan telur ”Halidan” yaitu pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus tanah liat dan garam, dengan perbandingan 1 : 1. Telur yang diasinkan dengan cara ini bisa dipertahankan/disimpan selama 30 hari. b. cara pengasinan telur ”Pidan” adalah pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus serbuk gergaji, kapur dan garam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Telur yang diasinkan dengan cara ini bisa dipertahankan/disimpan selama 150 hari. c. cara pengasinan telur : “Dsaudan” adalah pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus nasi dan garam, dengan perbandingan 1 : 1. Telur yang diasinkan dengan cara ini bisa dipertahankan/disimpan selama 180 hari. d. cara pengasinan telur dengan ”larutan garam jenuh” adalah pengasinan telur yang menggunakan air garam, perbandingan bahan adalah 1 : 1 atau 1 : 2. Telur yang diasinkan dengan cara ini bisa dipertahankan/disimpan selama 15 hari. e. cara pengasinan telur ”Brebes” adalah pengasinan telur tradisional yang menggunakan bubuk bata merah, garam, ciu/arak, sendawa dan gula merah.
44
Penggunaan ciu/arak sebagai pembentuk pasta berguna untuk menghilangkan bau amis pada telur itik. Sendawa untuk mempertahankan warna putih telur dan kuning telur, gula merah untuk menetralisasi rasa pahit sendawa. Bahan yang dibutuhkan untuk pengasinan 100 butir telur itik. - Bubuk bata merah 3 kg - Garam 1 kg - Ciu/arak 3 liter - Sendawa 25 gram - Gula merah 50 gram Cara Pembuatan - Telur itik yang sudah diampelas dicuci dengan air kapur dan kemudian dikeringkan Siapkan adonan dari bahan bubuk bata merah, garam, ciu/arak, sendawa dan gula merah. Usahakan adonan untuk pembungkus berbentuk pasta Telur yang sudah kering, satu persatu dibungkus adonan tersebut dengan ketebalan 0,2 – 0,3 cm Telur yang sudah dibungkus adonan disimpan dalam tempayan yang terbuat dari tanah liat, setiap hari bagian luar tempayan diperciki air untuk menjaga kelembaban telur dalam tempayan Telur yang telah disimpan selama 15 hari, bisa dikeluarkan dan dibuka balutannya dengan cara merendamnya dalam air Telur yang sudah dibuka dari bungkus adonan bisa langsung direbus III.
TELUR PINDANG Telur pindang adalah telur yang dipindang. Umumnya cara ini merupakan jalan keluar sulitnya pemasaran telur-telur yang retak atau pecah. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat telur pindang adalah air, daun jambu klutuk (sejenis jambu yang banyak bijinya) atau daun bawang merah, garam dengan perbandingan 10 : 1 : 1 dan cuka secukupnya. Kegunaan cuka adalah untuk menghindari agar telur yang retak tidak pecah karena perebusan. Cara Pembuatan: masukkan air, daun jambu/daun bawang, garam dan cuka secukupnya dalam panci masukkan telur retak/pecah yang akan dipindang rebus selama 60 menit sampai bumbu-bumbu meresap (tutup panci di alasi kain atau serbet bersih) - bila dianggap cukup, bisa diangkat dan didinginkan Telur pindang mempunyai rasa yang khas, lebih enak dibandingkan telur rebus biasa dan dapat tahan selama 2 hari Zul Efendi
45
JAHE INSTAN I.
PENDAHULUAN Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk tanaman rempah yang cukup penting karena banyak dipakai sebagai bahan obat tradisional, bumbu penyedap makanan serta menghasilkan minyak atsiri. Disamping sebagai bahan baku obat tradisional jahe juga bisa sebagai bumbu masak, minuman segar, bahan pembuatan kosmestika dan lain-lain. Dengan pengelolaan diversifikasi produk akan memberikan peluang nilai tambah ekonomi bagi petani. Berbagai produk olahan jahe antara lain Sirup jahe, manisan jahe, permen jahe, wajik jahe, jahe instan dan lain-lain. Jahe Instan merupakan salah satu produk olahan jahe yang dapat digunakan sebagai minuman penghangat dengan kasiat kesehatan dan bahan campuran pembuatan kue dan makanan lainnya.
II.
PEMBUATAN (Hasil 2 kg) a. Bahan dasar 1 kg jahe yang sudah tua 2 kg gula pasir Bahan pembantu b. Peralatan Pisau Sikat Ember Alat pemarut Saringan Wajan Kompor c. Cara Pengolahan 1. Rimpang jahe yang sudah tua dibersihkan dan kemudian dipanggang beberapa saat untuk mengurangi bau langur 2. Kermudian dicuci dengan sikat plastik sehingga kulit luarnya mengelupas selanjutnya dikeringkan 3. Setelah kering diparut dan selanjutnya hasil parutan diperas untuk menghasilkan sari jahe 4. Sari jahe yang diperoleh kemudian dipanaskan pakai kompor dan api diatur kecil semudian diaduk sampai membentuk pasta 5. Pasta jahe yang terbentuk kemudian didinginkan. Setelah dingin dicampur dengan 2 kg gula dan diaduk sampai merata. 6. Kemudian campuran pasta jahe dan gula dikeringkan dengan suhu rendah sehingga membentuk kristal gula jahe 7. Kristal gula jahe digiling halus dan siap untuk digunakan sebagai bahan minuman 8. Untuk meningkatkan nilai jual dibuat kemasan agar menarik konsumen.
46
Alur Pembuatan Jahe Instan Jahe
Dipanaskan
Dibersihkan
Dikeringkan
Diparut
Diperas untuk hasil sari jahe
Dipanaskan membentuk pasta
Didinginkan + gula
Dikeringkan dan digiling
Dikemas Afrizon
47
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TORTILA CHIPS I.
PENDAHULUAN Ketersediaan jagung di berbagai daerah di Bengkulu membuka peluang kegiatan usaha bagi masyarakat. Salah satunya adalah membuat aneka produk olahan jagung. Pengolahan jagung bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya, serta meningkatkan daya tahan simpan jagung dalam bentuk produk olahan. Salah satu produk olahan jagung yang cukup potensial adalah TORTILA CHIPS. Tortila chips disebut juga Kerupuk Jagung merupakan produk olahan jagung khas Amerika Latin. Proses pengolahan Tortila Chips merupakan kombinasi dari beberapa proses, yaitu perebusan, perendaman, pencucian, penggilingan, pencetakan, pengeringan, dan penggorengan. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan Tortila Chips adalah jagung pipilan, kapur sirih, garam halus, bawang putih, merica bubuk, bumbu penyedap royco, dan minyak goreng. Sedangkan alat yang digunakan antara lain panci, baskom, keranjang peniris, timbangan, blender, kayu/botol penggiling, niru/tampah, pisau, wajan, plastik pengemas, dan plastik sealer.
II.
CARA PEMBUATAN
Pencucian; jagung pipilan ditimbang, kemudian dicuci bersih dan ditiriskan. Pembuatan larutan perebus; buat larutan perebus dengan mencampurkan kapur sirih sebanyak 5 g/liter air, garam halus 5 g/liter air, dan minyak goreng 1 ml (untuk setiap 1 kg jagung pipilan diperlukan air perebus sebanyak 3 liter). Perebusan; masukkan jagung ke dalam larutan perebus dan rebus selama 3 jam. Perendaman; setelah perebusan, biarkan rebusan jagung dalam larutan perebus selama 24 jam, dan lakukan pengadukan beberapa kali. Pencucian II; buang air rendaman jagung dan cuci jagung sekitar lima kali sampai jagung bersih dari kapur. Penirisan; jagung diletakkan pada keranjang peniris dan biarkan beberapa saat sampai air tidak menetes dan jagung agak kering. Penggilingan; jagung digiling dengan blender sampai halus. Pemberian bumbu; untuk setiap 1 kg jagung timbang bawang putih giling sebanyak 20 g (± 4 siung ukuran besar), merica halus/royco 15 g (± 2 bungkus), dan garam 10 g (± 1 sdm penuh), dan kemudian campur dengan jagung yang telah halus. Pencetakan; adonan jagung dibuat menjadi lembaran tipis di atas plastik. Pengeringan; lembaran adonan jagung diletakkan di atas niru/tampah dan dijemur sampai agak kering. 2 Pemotongan; setelah lembaran jagung agak kering, dipotong-potong ukuran 2 cm . Pengeringan II; lembaran jagung yang telah dipotong-potong tersebut dijemur di o bawah terik matahari sampai kering benar, atau dengan oven pada suhu 70 C selama 3 jam. o Penggorengan; Tortila chips digoreng pada minyak panas (170 C), dan kemudian tiriskan sampai minyaknya tidak menetes. Pengemasan; Tortila Chips yang masih mentah atau yang telah digoreng dikemas dalam kemasan plastik
48
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TORTILA CHIPS
Larutan kapur
Pencucian
Jagung pipilan
Perebusan
Perendaman selama 24 jam
Penggilingan
Pencucian dan Penirisan
Penjemuran dan Pemotongan Pengeringan Pencampuran dengan bumbu
Penggilingan adonan
TORTILA CHIPS Shannora Y.
49
PENGOLAHAN LELE ASAP I.
PENDAHULUAN Ikan asap adalah ikan yang diolah dari ikan segar dengan metode pengasapan secara tradisional sehingga mencapai tingkat kekeringan tertentu, yang membuat ikan menjadi awet dan memiliki cita rasa khas. Pengasapan merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengawetkan ikan tanpa campuran bahan pengawet. Pengasapan ikan dilakukan pada suhu tinggi (80-100 o C) selama 3-5 jam. Bahan pengasap yang digunakan adalah bahan yang mengandung selulosa tinggi berguna sebagai pengawet ikan dan memberi aroma harum yang khas pada ikan, misalnya tempurung dan sabut kelapa. Kelebihan Ikan Asap
II.
Ikan mengandung sedikit kadar air sehingga masa simpan dapat diperpanjang. Rasa daging gurih dan padat, serta mempunyai aroma yang khas. Produk lele asap mudah diolah dan disajikan dalam berbagai masakan, antara lain digulai santan, digoreng balado (digoreng dan dicampur dengan sambal cabai merah), dan dipindang kuah.
BAHAN DAN ALAT Bahan yang dibutuhkan adalah ikan lele segar, garam, bawang putih, dan kunyit. Sedangkan alat yang digunakan antara lain baskom, keranjang peniris, pisau stainless steel, dan para-para penjemur. Cara Pembuatan
III.
Penyiangan dan Pencucian; ikan dibelah dan dibuang isi perutnya. Kemudian ikan dicuci bersih untuk menghilangkan lendir, darah, isi perut dan kotoran lain yang masih menempel. Perendaman; ikan direndam dalam larutan garam konsentrasi 30% (30 g garam/liter air perendam), serta bumbu penambah rasa seperti bawang putih, ketumbar, dan kunyit. Penirisan; ikan ditiriskan dan dibiarkan kering angin selama 15-20 menit. Pengasapan; ikan diletakkan di atas para-para bambu. Proses pengasapan dilakukan setelah terbentuk bara api yang merata dan tidak boleh dilakukan ketika masih ada api yang membakar tempurung kelapa. Pencucian dan penjemuran; ikan lele asap dicuci bersih untuk menghilangkan bau asap, kemudian diletakkan di atas niru/tampah dan dijemur di bawah terik matahari. Penjemuran dilakukan sampai lele asap kering (sekitar 3 hari saat panas terik). o Pengeringan juga dapat dilakukan dengan oven pada suhu 70 C selama 6 jam. Pengemasan; lele asap yang telah kering dimasukkan dalam plastik kemasan dan diseal.
KUALITAS LELE ASAP
Kandungan gizi; hasil uji Laboratorium yang telah dilakukan oleh PPUKM IPB, lele asap mempunyai kadar protein 63,3%, lemak 7,75%, dan air 13,46%. Organoleptik; penampakan cukup menarik, berwarna coklat tua mengkilat, tekstur padat dan kering, aroma khas ikan asap.
50
Masa penyimpanan; lele asap yang dijemur alami mempunyai masa simpan 10 hari, sedangkan lele asap yang dikeringkan dengan oven masa simpannya dapat lebih panjang mencapai 1 bulan. Masa simpan dapat menjadi lebih lama jika lele asap disimpan di tempat dingin (lemari pendingin). DIAGRAM ALIR PEMBUATAN LELE ASAP
Penyiangan
Pemberian bumbu Lele segar
Penirisan
Perendaman dalam larutan garam
Pengasapan
Pencucian Penjemuran
LELE ASAP Shannora Y.
51
BAHAN ORGANIK TANAH I.
PENDAHULUAN Bahan organik merupakan hasil lapukan sisa-sisa tanaman/tumbuh-tumbuhan atau hewan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman, merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah, media penyimpanan hara bagi tanaman, sehingga mempunyai potensi dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman.
II.
PERANAN BAHAN ORGANIK 1. Menjaga kelembapan tanah Bahan organik tanah terutama yang telah menjadi humus, dengan C/N 20 dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air, sehingga kelembapan tanah akan lebih baik. 2. Menawarkan sifat racun dari Al dan Fe Ion-ion Al dan Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun bagi tanaman dapat dikurangi. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran (Ca) tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Al dan Fe juga dapat dikurangi. 3. Penyangga hara tanaman Bahan organik yang berbentuk humus dapat menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan anorganik yang dilakukan dapat lebih efisien. 4. Membantu meningkatkan penyediaan hara tanaman Bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terikat oleh Al dan Fe dan tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsurunsur Al dan Fe tersebut diikat oleh bahan organik. 5. Memperbaiki suhu tanah Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya juga dapat menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu walaupun permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah bagian bawah tidak terlalu terpengaruh. 6. Memperbaiki aktivitas mikro organisme Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik yang masih segar atau yang belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah menjadi stabil setelah humus terbentuk.
52
7. Memperbaiki struktur tanah Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, sehingga percampurannya dengan tanah memberikan struktur tanah yang gembur dan mudah diolah. Struktur tanah yang demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang berstruktur liat, berpasir, atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik. 8. Meningkatkan efisiensi pemupukan Dengan pemberian bahan organik, pemberian pupuk anorganik dapat diberikan lebih sedikit dan hasil optimum yang dicapai dapat lebih tinggi. 9. Mengurangi terjadinya erosi Butir-butir air hujan yang jatuh ke permukaan tanah mineral, mampu memecah massa dan melemparkan butir-butir tanah yang telah lepas sebagai erosi percikan. Dengan adanya bahan organik di lapisan tanah atas, erosi percikan dapat dihambat karena bahan organik bertindak sebagai perisai (penghalang). Penutupan tanah dapat dikurangi oleh bahan organik, membuat lebih banyak rongga udara dan struktur tanah lebih mantap sehingga partikel tanah tidak mudah lepas. Aliran permukaan berkurang karena lebih banyak air yang dapat meresap ke dalam tanah sehingga erosi percikan dapat dihindari atau minimal dapat dikurangi. Ahmad Damiri
53
KOMPOS JERAMI PADI I.
PENDAHULUAN Salah satu upaya mengatasi kelangkaan pupuk kimia dan tingginya pupuk adalah dengan menggunakan bahan/pupuk organik. Jerami padi merupakan limbah tanaman dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak atau menyuburkan lahan. Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah, jerami padi dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos).
II.
harga yang untuk dapat
BAHAN YANG DIPERLUKAN 3
Jerami padi segar 1 m (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg, SP-36 1 kg (jika tidak ada, bisa digantikan dengan NPK), kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg (1 kaleng minyak) dan starter trichoderma 0,5 kg. III.
CARA PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. IV.
Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab. Bahan aktif (Urea, SP-36/NPK, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan diaduk sampai rata dan dibagi atas 4 bagian. 3 Jerami ditumpuk 1 m dibagi atas 4 lapisan Pada lapisan jerami pertama (1/4 bagian jerami) ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya. Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang terlindung Lakukan pembalikan tumpukan jerami setiap minggu Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes) Kompos siap digunakan setelah 3 – 4 minggu.
CIRI-CIRI KOMPOS YANG SIAP DIGUNAKAN 1. Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur 2. Bersuhu dingin 3. Tidak berbau atau berbau daun lapuk
V.
MUTU/KUALITAS KOMPOS Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan: 1. Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa diperoleh dari laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Bengkulu atau Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. 2. Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal.
54
3. Selain itu trichoderma mengomposkan jerami.
juga
memerlukan
kelembaban
yang
tinggi
untuk
Kandungan Beberapa Unsur Hara dalam 1 Ton Kompos Jerami Padi Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Sri Suryani M.Rambe
55
KOMPOS LIMBAH KAKAO DAN KOTORAN TERNAK I.
PENDAHULUAN Pemanfaatan tanah untuk ditanami suatu jenis tanaman tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa dilakukan pemupukan, akan terjadi penurunan pada kesuburan tanah itu sendiri yang juga akan berdampak terhadap penurunan pada produksi tanaman yang tumbuh. Harga pupuk saat sekarang terus mengalami kenaikan sehingga menyebabkan banyak tanaman yang dipupuk oleh petani tidak sesuai dengan kebutuhan tamanan itu sendiri. Disamping itu ketersediaan pupuk di pasaran seperti Urea, KCl dan SP-36 semakin langka dan tidak menentu, sehingga menyulitkan bagi petani untuk mendapatkan pupuk tanaman sesuai jumlah dan waktu dibutuhkan. Maka untuk memberikan solusi akibat kondisi di atas perlu dilakukan upaya lain dalam mengatasi keberadaan pupuk dengan jalan penggunaan pupuk organik melalui pengolahan berbagai limbah pertanian menjadi kompos, termasuk limbah kakao dan limbah kotoran ternak yang banyak diusahakan petani di Bengkulu. Pengolahan limbah menjadi kompos akan memberikan dampak pengurangan terhadap pencemaran lingkungan akibak tidak termanfaatkannya limbah tersebut.
II.
PUPUK ORGANIK/KOMPOS Pupuk organik (kompos) adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terbuat dari bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman maupun kotoran tenak atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus berbentuk padat ataupun cair yang telah mengalami dekomposisi. Pupuk organik dari sisa/limbah tanaman maupun kotoran ternak mengandung berbagai unsur hara, baik mikro maupun makro yang cukup komplit seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S. Di lingkungan alam terbuka, kompos akan terbentuk dengan sendirinya dari jenis berbagai limbah yang mengalami pelapukan dan busuk dalam jangka waktu yang cukup lama, oleh sebab itu biasanya lahan yang baru dibuka selalu subur untuk ditanami dengan berbagai tanaman.
III.
MANFAAT PUPUK ORGANIK/KOMPOS Penggunan pupuk organik/kompos pada tanah sangat memberikan manfaat, antara lain dapat : menambah kesuburan tanah memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah
56
IV.
PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK/KOMPOS Dalam pengolahan limbah menjadi pupuk organik/kompos diperlukan berbagai bahan dan sarana pendukung pengolahan sampai terrjadinya pengomposan, maka perlu perhatian: bahan kompos harus dibuat jangan terlalu besar dan terlalu lembut, jika terlalu besar bakteri pembusuk mengalami kesulitan dalam proses penghancuran dan terlalu kecil menyebabkan terjadinya pemadatan yang mengakibatkan aerasi (penghawaan) udara untuk jasad renik dan mikro-organisme akan kurang. Untuk itu kulit kakao harus dicacah terlebih dahulu sebelum proses pengomposan dilakukan suhu dan ketinggian tumpukan dalam proses pengomposan juga harus menjadi perhatian. Suhu yang baik berkisar antara 50-60°C dan ketinggian tumpukan yang ideal 1 - 1,5 m, sehingga dapat mengatur kelembaban (40-60%) dengan baik. Tumpukan yang terlalu rendah akan cepat terjadi penurunan panas dan sebaliknya tumpukan terlalu tinggi mempercepat pemadatan, sehingga suhu dalam timbunan menjadi tinggi dan dapat membunuh bakteri pembusuk. biang/mikroba atau starter diperlukan untuk mempercepat proses pengomposan, sehingga dapat mempercepat pengomposan dalam waktu 3 - 4 minggu, dibanding dengan pengomposan biasa tanpa menggunakan starter yang memakan waktu 12 – 14 minggu. Starter ini ada berbagai nama dari produsen mikroba, seperti probion, stardec, trichoderma, orgadex, starbio dll. serta ketersediaan nitrogen (N) yang diperlukan mikroba untuk bertumbuh dan berkembangbiak selama berlangsungnya proses dekomposisi /pelapukan yang dapat bersumber dari urea maupun dari tanaman yang banyak mengandung N, seperti daun lamtoro,gliricidia, gamal, turi dan daun kacang-kacangan pengadukan sangat diperlukan saat proses pengomposan, guna memberikan ruang udara baru dan juga untuk meratakan mikro-organisme tempat penumpukan harus kering dan diberi naungan untuk menghindari terkena matahari langsung dan air hujan, sebaiknya naungan terbuat dari bahan yang tidak mudah kropos akibat terkena uap nitrogen
V.
PEMBUATAN KOMPOS LIMBAH KAKAO DAN KOTORAN TERNAK Bahan kotoran sapi dikumpulkan dengan cara mengandangkan ternak, karena ternak yang digembalakan pada siang hari kotorannya akan sulit dikumpulkan. Oleh karena itu pemeliharaan ternak yang baik adalah dengan cara dikandangkan, sehingga dapat meningkatkan maanfaat dan hasil yang diperoleh dari ternak kulit buah kakao yang terkumpul; dicacah kecil-kecil untuk mempermudah pembusukan dan penghancuran, selain itu juga dapat memberikan rongga udara yang lebih banyak untuk kebutuhan hidup mikro-organisme sampah (rumput dan daun-daunan) kering maupun basah seperti daun kakao, sisa pakan ternak, daun bambu, dsb sekam atau abu dari dapur maupun sisa pembakaran sekam bagus sebagai bahah campuran kompos sebagai sumber Ca urea diperlukan bagi bakteri penghancur untuk bertumbuh starter yang mengandung mikro-organisme dapat mempercepat proses pelapukan/pembusukan air berfungsi untuk mempertahakan kelembaban agar mikro-organisme dapat tumbuh dengan baik naungan atau terpal penutup tidak tembus air
57
Pencacahan kulit buah kakao
Proses pembuatan untuk pembuatan 1 ton kompos tumpuk semua bahan kotoran sapi, kulit kakao sudah dicacah, sampah daun dan sekam abu menjadi satu. Kemudian diaduk secara merata campuran 3 kg starter (stardec atau probion) dan 3 kg urea diaduk sampai merata tumpukan bahan baku kompos setebal 30 cm, kemudian taburkan campuran starter dan urea secukupnya di atas tumpukan lalu percikan air. Selanjutnya tumpukan lagi bahan baku setinggi 30 cm dan taburkan campuran starter kembali serta percikan air. Lakukan hal tersebut sampai lapisan mencapai tinggi 1 – 1,5 m atau sesuai dengan bahan baku yang ada kemudian ditutup dengan plastik atau terpal untuk menjaga kelembaban lakukan pembalikan tumpukan bakhan kompos tersebut setiap minggu, agar lapisan campuran tersebut berpindah. Bila kelembaban berkurang tambahkan air selama proses pengomposan suhu akan mencapai 60°C dan akan menurun bila proses pembusukan/pelapukan sempurna proses pengomposan dikatakan sempurna apabila; (1) warna kompos menjadi coklat kehitaman, (2) kompos tidak berbau menyengat dan (3) kompos remah seperti tanah. Penggunaan kompos Tanaman di bawah 5 tahun diberi 5 kg/btg/th Tanaman di atas 5 tahun diberi 14 – 20 kg/btg/th Pemberian kompos sebaiknya dilakukan secara bertahap (3 - 4 tahap) tidak sekaligus Ruswendi
58
PEMELIHARAAN AYAM BERSAMA IKAN (LONGYAM) I.
PENDAHULUAN Memelihara ayam bersama ikan (Longyam) adalah pemeliharaan ikan bersama ayam, dapat disebut juga mina ayam. Long adalah kependekan dari balong (kolam) dan yam adalah kependekan dari ayam. Jadi artinya pemeliharaan kombinasi antara ikan dan ternak ayam.
II.
PEMELIHARAAN TERNAK AYAM Ayam yang bisa dipelihara bersama ikan adalah ayam kampung, ayam ras petelur dan juga ayam potong (broiler), tetapi disini khusus dibicarakan adalah ayam potong. A. Perkandangan Model kandang dapat disesuaikan dengan selera, kondisi serta keadaan setempat. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah atap kandang, atap sebaiknya digunakan yang ringan, murah dan tidak menghantar panas, misalnya genteng, rumbia, dll. Dinding kandang digunakan sistem terbuka penuh dan dilapisi dengan kawat burung atau anyaman bambu agar burung, tikus atau kucing tidak dapat masuk. Kepadatan kandang untuk ternak ayam broiler pada sistem longyam 2 adalah sekitar 10 ekor/m . Peralatan kandang yang harus disediakan adalah indukan atau brooder yang berguna sebagai pemanas untuk anak ayam (DOC). Alat ini bisa diganti dengan lampu pijar 40 – 60 watt untuk 40 – 50 ekor yang digantung 10 – 15 cm di atas lantai. Selain itu juga harus tersedia tempat pakan dan minum. B. Pemilihan DOC Ada beberapa pedoman untuk memilih DOC yaitu: 1. Ayam yang berasal dari sumber bibit yang jelas. 2. Ukuran DOC relatif sama dan besar-besar. 3. Mata cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar. 4. Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya. 5. Tidak ada lekatan tinja didubur. C. Pakan dan Pemeliharaan Pakan merupakan salah satu faktor utama dalam usaha ternak ayam broiler, lebih-lebih terhadap laju pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang sangat besar. Dalam usaha peternakan ada 3 hal utama yang selalu berhubungan dan saling menunjang, yakni sifat genetis, pemeliharaan dan pakan disamping faktor lainnya yang tidak bisa diabaikan, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit. Ayam broiler apabila diberikan ransum secara tidak terbatas, maka ayam tersebut akan makan sepuasnya hingga kenyang. Pada hal bibit ayam itu sudah ditentukan konsumsi ransumnya pada batas tertentu. Ransum ayam broiler pada masa awal umur 1 – 4 minggu dapat dibeli di toko Poultry Shop. Sedangkan untuk menghemat biaya pakan untuk pemeliharaan ayam masa akhir umur 5 – 7 minggu, peternak dapat membuat ransum sendiri dengan memanfaatkan bahan yang tersedia.
59
Komposisi ransum yang dapat dibuat adalah Jagung giling 60 %, dedak halus 20 % dan konsentrat 20 %. Kebutuhan pakan ayam broiler untuk satu kali produksi. Umur (Minggu)
Konsumsi Ransum Seminggu (kg/ekor)
1
0,14
2
0,21
3
0,36
4
0,48
5
0,58
6
0,76
7
0,84
8
0,92
Sedangkan pemberian air minum kepada DOC diberikan 2 – 3 jam setelah DOC tersebut tiba. Air minum diberi gula dengan konsentrasi 5 – 8 %, setelah air gula habis, bisa dilanjutkan dengan penambahan vitamin-vitamin, antibiotik di dalam air minum. Air minum harus selalu tersedia dalam keadaan bersih, dingin atau segar. D. Pencegahan Penyakit Untuk mengurangi angka kematian pada awal seterusnya, banyak faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
pertumbuhan
dan
-
Perhatian umur 5 hari yang pertama. Umur 1 – 2 hari anak ayam perlu diberi obat antistress yang mengandung antibiotik, vitamin-vitamin dan mineral. Umur 1 – 4 hari dilakukan pencegahan terhadap infeksi ND, dengan memberikan vitamin vaksinasi ND. Umur 3 – 5 hari anak ayam diberi feed-suplement yang mengandung vitamin-vitamin dan mineral. Umur 5 hari dan seterusnya diberi vitamin-vitamin dan mineral.
-
Umur 6 hari dan seterusnya diberi coccidiostat secara teratur dengan rutin 3,2,3 yakni 3 hari diberi coccidiostat, 2 hari berhenti dan tiga hari diberikan coccidiostat, demikian seterusnya. Umur 1 – hari dan minggu 3 – 4 dilakukan vaksinasi ulang untuk ND. Umur 5 minggu diberikan antibiotik, guna mencegah infeksi penyakit tertentu.
-
E. Panen Panen dapat dilakukan setelah ayam berumur 6 – 7 minggu atau tergantung dari pemintaan konsumen. Setelah ayam dijual, kandang harus dikosongkan selama 1 – 2 minggu, maksudnya berkaitan dengan kemungkinan penularan penyakit atau sisa-sisa penyakit yang masih ada di dalam kandang.
60
III.
PEMELIHARAAN IKAN Keuntungan dari usaha pemeliharaan ikan sistem longyam (mina ayam) ini antara lain adalah: Kotoran ayam yang jatuh ke kolam dapat berguna sebagai pupuk Kotoran ayam yang jatuh ke kolam dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan yang mengandung gizi Makanan yang jatuh ke kolam yang diperkirakan antara 1% - 5% dapat menjadi makanan yang baik bagi ikan Mengefisienkan lahan di atas kolam yang umumnya tidak dimanfaatkan Ukuran kolam yang digunakan tidak berbeda dengan kolam pemeliharaan di kolam (luasnya tergantung lahan yang tersedia), bentuk kolam umumnya persegi panjang. Sedangkan kandang ayam yang dibangun di atas kolam antara dasar kandang dan permukaan air diberi jarak antara 50 – 100 cm, untuk sirkulasi udara hingga pelembaban dasar kandang oleh air kolam dapat dihindari. Syarat lain yang harus dipenuhi pada sistem longyam adalah penebaran ikan. 2 Sebagai patokan untuk ayam pedaging luas kolam yang dibutuhkan adalah 1 ekor/m . 2 Jika luas kolam yang digunakan 500 m hanya boleh memelihara ayam 500 ekor ayam pedaging. Kalau ikan yang dipelihara ikan mas sebaiknya yang sudah berukuran 100 gram/ekor. Pellet sebagai makanan yang bergizi tinggi perlu diberikan secara berkesinambungan 3% - 5% dari bobot total ikan. Dalam pemeliharaan kurang lebih 4 bulan, ikan mas yang semula berbobot 100 gram/ekor dapat tumbuh pesat hingga 5 kali lipat. Dengan demikian dalam waktu 4 bulan kita sudah bisa memungut ikan 500 gram/ekor atau 1/2 kg/ekornya. Zul Efendi
61
BUDIDAYA ITIK TANPA AIR I.
PENDAHULUAN Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Umumnya ternak itik dipelihara secara tradisional dengan mengigiring ternaknya secara berpindah-pindah dari sawah satu ke sawah yang lainnya. Dengan semakin sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus keracunan ternak akibat pestisida maka pemeliharaan cara ini terancam kelestariannya. Salah satu usaha yang dipandang mampu untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemeliharaan itik dengan dikandangkan (tanpa air). Itik yang dipelihara secara intensif tanpa air ini tak perlu diberi pejantan. Dengan pemberian pakan yang terjamin gizinya dan pemeliharaan yang benar, itik akan tetap bisa bertelur pada waktunya (umur 5,5 – 6 bulan).
II.
PERKANDANGAN Tempat yang cocok untuk memelihara itik adalah cukup jauh dari suara gaduh dan aman dari lalu lalang orang atau kendaraan. Jenis kandang yang dapat digunakan untuk ternak itik adalah kandang bentuk batterai, kandang koloni sistem postal atau koloni sistem ren. Dari ketiga jenis kandang tersebut kandang koloni sistem ren yang paling praktis untuk ternak itik karena kandang ini dapat disekat-sekat untuk menggolongkan itik kedalam beberapa kelompok sesuai dengan umurnya. Satu kelompok biasanya 60 – 100 ekor itik yang sama umurnya. Kandang ini mempunyai dua ruangan kandang dengan fungsi berbeda. Ruang pertama merupakan tempat bagi itik untuk tidur, istirahat dan bertelur, sedangkan ruangan kedua merupakan tempat bagi itik untuk makan, minum dan bercengkerama di siang hari. Lantai kandang yang beratap perlu diberi alas karena digunakan untuk tidur dan bertelur. Arah kandang yang dianjurkan adalah membujur dari Selatan ke Utara, sedangkan atapnya miring dengan bagian Timur lebih tinggi dari bagian Barat. Luas kandang sebaiknya jangan dibuat terlalu sempit atau terlalu luas, hal ini disebabkan karena itik merupakan ternak yang mudah kaget dan ketakutan. Sebagai patokan untuk kandang sistem postal, idelnya satu ekor itik dewasa (umur > 6 bulan) yang terus menerus di dalam kandang cukup diberi tempat seluas 0,25 2 m (50 cm x 50 cm). Artinya tiap satu meter persegi kandang, bisa didiami oleh 4 ekor itik. Jika itik yang akan dipelihara berjumlah 600 ekor maka kandang yang dibuat paling 2 tidak harus seluas 600 : 4 = 150 m . Sedangkan pada kandang yang memakai sistem ren, patokan idealnya sedikit 2 berbeda. Bagian kandang yang tertutup atap bisa dipadatkan dari 4 – 5 ekor/m 2 menjadi 7 – 8 ekor/ m . Adapun bagian kandang umbarannya bisa ditempati oleh 2 – 3 2 ekor/m .
III.
PEMBIBITAN Penggunaan bibit yang baik atau unggul penting artinya sebab produksi telur seekor itik dipengaruhi 30% oleh sifat genetik dan 70% oleh lingkunganya, termasuk perkandangan, pakan serta tatalaksananya. Untuk memperoleh bibit ternak itik yang akan dipelihara, ada tiga cara yaitu membuat bibit itik sendiri, membeli DOD, atau membeli itik dara siap berelur. Apabila kita ingin mendapatkan telur, bibit yang dipelihara harus berasal dari itik tipe petelur. Tipe ini umunya mempunyai penampilan tubuh relatif tegak dan kuat
62
berjalan jauh. Ciri lain adalah itik mempunyai bentuk tubuh seperti botol dengan leher panjang, kaki cukup besar, perut penggelantung di antara kedua kakinya, mata cerah bersinar, serta gerak geriknya lincah dan nafsu makan tinggi. Beberapa jenis itik tipe petelur adalah : Indian Runner (itik kerawang, itik mojosari, itik tegal, itik magelang), itik Bali, itik alabio, itik Khaki Campbell dan itik CV 2000-INA. IV.
PAKAN Sesuai dengan umur itik, pakan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: untuk anak itik (pakan starter), pakan itik dara (pakan Grower) dan pakan itik dewasa (pakan layer). Ketiga pakan itik ini dapat dengan mudah dibeli di toko makanan ternak, seperti konsentrat 511 untuk anak itik dan konsentrat 144 untuk itik dara dan petelur). Bagi peternak kecil dengan jumlah itik puluhan sampai dua ratus ekor, dianjurkan untuk mengusahakan pakan alternatif. Pakan ini dapat dibuat sendiri dengan bahan yang diperoleh disekitar lokasi usaha. Bahan pakan yang dapat dipilih antara lain dedak/bekatul, jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu, daging kelapa/kopra, sorgum dan menir. Dari bahan protein hewani dapat berupa cangkang udang, bekicot rebus, ikan rucah, yuyu, keong emas. Untuk menyusun ransum itik petelur, baik itik menjelang umur 2 bulan maupun itik dara, digunakan patokan 2 bagian dedak, 2 bagian jagung dan 1 bagian konsentrat. Hanya saja untuk itik dara, ransum ini masih perlu ditambah dengan ikan rucah, bekicot, keong mas ataupun cacing. Sedangkan untuk itik dewasa membutuhkan 175 gram ransum perhari dengan susunan ransumnya: 70 gram dedak, 70 gram jagung dan 35 gram konsentrat. Ransum ini masih perlu ditambah dengan hijauan segar berupa sayuran yang tidak dikonsumsi, rumput atau hijauan lainnya.(konsentrat dapat diganti dengan ikan rucah, bekicot, keong mas dll). Keong mas baik digunakan untuk campuran ransum itik karena hewan ini mengandung banyak protein, karbohidrat, lemak, fosfor, besi dan kalsium.
V.
PENCEGAHAN PENYAKIT Vaksinasi yang perlu diberikan pada itik adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit “folw cholera” atau “duck cholera”. Vaksinasi folw cholera sangat ampuh dalam mencegah infeksi bakteri Pasteurella Avicida dan Septicaemia yang merupakan penyebab penyakit folw cholera. Program vaksinasi ini harus teratur, mulai pada saat berumur 2 minggu, kemudian umur 8 dan 10 minggu. Begitu itik dewasa, setelah berumur 16 minggu, vaksinasi diulang setiap 6 minggu sekali. Zul Effendi
63
BETERNAK ITIK SECARA INTENSIF I.
PENDAHULUAN Intensifikasi pemeliharaan itik mutlak dilakukan untuk mengatasi persoalan berkurangnya areal penggembalaan akibat pembangunan perumahan. Intensifikasi pemeliharaan yang dimaksud disini dikenal dengan pola pemeliharaan semi-intensif dan intensif. Pola pemeliharaan semi intensif adalah pemeliharaan dengan cara mengandangkan itik pada saat-saat tertentu, biasanya malam hari sampai pagi hari dan menggembalakannya di sekitar halaman kandang. Sementara itu, pola pemeliharaan semi intensif adalah pemeliharaan dengan cara mengandangkan itik secara terusmenerus.
II.
PERKANDANGAN Kandang memegang peranan sangat penting dalam pola pemeliharaan semiintensif dan intensif. Kandang yang biasa digunakan dalam pola pemeliharaan semiintensif dan intensif dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu kandang sistem baterai atau cage, kandang sistem tertutup penuh dan kandang sistem setengah tertutup atau ren. Kandang sistem cage dan tertutup penuh dikenal dan biasa digunakan untuk pola pemeliharaan intensif, sementara kandang sistem ren digunakan untuk pola pemeliharaan semi intensif. Semua sistem kandang tersebut digunakan untuk pemeliharaan itik remaja dan dewasa, sedangkan untuk anak itik dapat digunakan kandang boks. Ketiga jenis kandang tersebut seperti pada gambar berikut.
Kandang baterai atau cage
Kandang ren
64
Kandang tertutup penuh
III.
PAKAN Jenis bahan baku ransum ada berbagai macam, tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku nabati yang diberikan umumnya berupa biji-bijian. Bahan baku nabati merupakan sumber energi terbaik untuk itik dan cukup mudah pengadaannya. Bahan baku itu antara lain dedak halus, jagung kuning, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa, tepung gaplek, tepung daun turi dan tepung daun lamtoro. Bahan baku hewani misalnya keong, bekicot, katak, siput dan cacing. Saat ini bahan baku hewani dapat ditemukan juga dalm bentuk olahan pabrik, seperti tepung bulu, tepung darah, tepung limbah udang, tepung ikan, tepung tulang, dan tepung kerang. Kandungan nutrisi ransum sebagai campuran konsentrat sebagai berikut: 1. Dedak halus. Kandungan protein 13-14%, dedak kasar 0,5-0,6%, serat kasar 1213%, energi metabolisme 1.890 kkal/kg. Pemberian pada anak itik dan itik dara adalah 60%, dan itik dewasa 40% dari total ransum yang diberikan. 2. Jagung kuning. Kandungan protein 8-9%, lemak 3-4% dan asam amino 90-95%, energi metabolis 3.394 kkal/kg. Pemberian pada anak itik dan itik dara adalah 60% dan itik dewasa 40% dari total ransum yang diberikan. 3. Tepung ikan. Kandungan protein 50-60%, energi metabolisme 2.640-3.190 kkal/kg. Pemberian pada anak itik dan itik dara 25% sementara pada itik dewasa 15% dari total ransum yang diberikan. 4. Bungkil kedelai. Kandungan protein 40-50%, serat kasar 6-7%, kalsium 0,11% dan fosfor lebih dari 0,65% serta energi metabolisme sebesar 2.890 kkal/kg. Pemberiannya pada anak itik dan itik dara adalah 20%, sementara pada itik dewasa 40% dari total ransum yang diberikan. Pembibitan dan Pemeliharaan Awal Kriteria telur unggul yang akan ditetaskan yaitu: Telur tetas berasal dari induk itik yang tingkat produktivitasnya stabil, yaitu 65-80% Telur yang berasal dari induk yang baru pertama kali bertelur sebaiknya jangan dipilih, demikian juga telur dari induk yang terlalu tua yaitu di atas 3,5 tahun Telur tetas yang dipilih sebaiknya memiliki cangkang yang tidak terlalu tebal atau terlalu tipis, bentuk telur oval sempurna, mulus tidak retak, dan beratnya minimal 65 g
65
Sifat alamiah itik tidak mengerami telurnya sendiri, sehingga proses penetasan telur dilakukan dengan : Dieramkan pada ayam kampung atau itik manila/entog Dieramkan dengan menggunakan sekam padi Ditetaskan dengan mesin tetas sederhana dan mesin tetas modern Anak itik yang baru menetas diletakkan dalam wadah yang biasanya terbuat dari anyaman bambu. Beberapa jam setelah kuat berdiri dan seluruh tubuhnya kering, anak itik dimasukkan ke dalam kotak pemanas atau brooder. Untuk mempersiapkan alat pencernaannya, selama dua hari anak itik tidak diberi pakan dan minum. Pemeliharaan Masa Remaja Anak itik segera dipindahkan dari kandang boks pada usia 9 minggu. Beberapa contoh ransum yang dapat diberikan yaitu:
Ransum dari campuran jagung giling 45%, bungkil kelapa 4,5%, kedelai 15%, tepung daun lamtoro 5%, tepung ikan 10%, rumput kering 2%, tepung kerang 2%, tepung tulang 1% dan garam 0,5%
Pemeliharaan Masa Dewasa Saat itik memasuki masa dewasa atau layer, pemeliharaannya bertujuan untuk itik produktif dan mempertahankannya agar tetap stabil. Ada tiga hal penting agar itik mampu menjadi petelur unggul dan memiliki kestabilan dalam berproduksi yaitu: Ketenangan dan kenyamanan kandang dan lingkungan sekitarnya. Artinya selama beraktivitas, baik bermain, tidur mandi maupun bertelur itik terbebas dari segala gangguan Kesehatan dan kebersihan. Keduanya tidak hanya difokuskan pada kandang, itik juga harus terjaga kesehatannya Ketepatan pemberian ransum, Artinya pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan itik, baik nutrisi maupun jumlahnya Contoh ransum itik periode layer :
Ransum yang berasal dari 3 kg konsentrat yang dicampur dengan 6 kg jagung giling dan 6 kg bekatul Wahyuni Amelia Wulandari
66
TATALAKSANA PENGEMBANGBIAKAN KAMBING KACANG I.
PENDAHULUAN Kambing kacang merupakan ruminansia kecil sehingga jika diternakkan tidak memerlukan lahan yang luas, pakan bisa didapatkan di sekitar lahan, cepat berkembang biak dan modal yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan ruminansia besar. Beternak kambing kacang cocok untuk usaha petani di pedesaan. Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia, tidak jelas asal usulnya. Ciri-cirinya badan kecil pendek, telinga pendek tegak, leher pendek,punggung meninggi, jantan dan betina bertanduk, tinggi badan jantan 60-65 cm dan betina dewasa 56 cm, bobot dewasa untuk betina rata-rata 20 kg dan jantan 25 kg. Beternak kambing kacang bagi peternak di pedesaan pada umumnya sebagai usaha sampingan, sehingga pemeliharaannya sederhana, kurang diperhitungkan perkembangannya. Padahal jika pemeliharaannya cukup serius beternak kambing kacang bisa menjadi alternatif sumber pendapatan pokok.
II.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Memilih Induk dan Pejantan Induk yang baik berumur minimal 15 bulan dengan ciri-ciri bentuk tubuh normal, tidak mempunyai cacat fisik, perut baik dan normal, ambing besar dan puting normal, berat dan tinggi tubuh ideal, bersifat keibuan dan sebaiknya berasal dari keturunan kembar. Pejantan yang baik minimal berumur 12 bulan dengan ciri-ciri bentuk tubuh normal, tidak mempunyai cacat fisik, kaki kokoh kuat, skrotum cukup besar dan tumbuh normal, berat dan tinggi tubuh normal, libido kuat dan sebaiknya berasal dari keturunan kembar. 2. Saat Perkawinan Masa birahi induk kambing selama 24-48 jam dan akan berulang setiap 1821 hari dengan ciri-ciri vulva bengkak, berwarna merah serta keluar cairan putih agak padat, nafsu makan berkurang, gelisah dan mengeluarkan suara. Waktu yang tepat untuk mengawinkan kambing betina yang sedang birahi adalah jika sedang birahi pada sore hari, maka pagi hari harus segera dikawinkan, jika birahi pada pagi hari, maka sore hari harus segera dikawinkan. Pejantan usia 12 bulan bisa digunakan sebagai pemacak 2 kali seminggu dan usia 15 bulan digunakan 3 kali seminggu. Pada saat umur di atas 20 minggu bisa digunakan sebagai pemacak 4 kali seminggu, tetapi setelah itu diistirahatkan 2 minggu untuk mengembalikan vitalitasnya. 3. Lama Bunting dan Dikawinkan lagi Lama bunting kambing berlangsung selama 150-154 hari. Kambing bunting akan menunjukkan ciri-ciri lebih tenang, terlihat pertumbuhan perut, perkembangan pada ambing dan berat badan naik. Sesudah melahirkan induk kambing dipelihara bersama anaknya sampai usia 3 bulan (anak sudah bisa disapih). Selama 3 bulan tersebut anak kambing akan mendapatkan susu untuk pertumbuhannya dan sudah dapat makan pakan rumput dan pakan penguat. Selama itu juga alat reproduksi induk kambing mengalami perbaikan sehingga siap dikawinkan lagi. Sebelum 3 bulan apabila
67
induk kambing birahi jangan dikawinkan karena alat reproduksi kambing belum siap. 4. Pakan Pakan yang diberikan pada induk kambing harus cukup ditambah dengan pakan penguat, karena induk kambing makan untuk kebutuhan pokok hidupnya, pertumbuhan anak apabila sedang bunting dan untuk menjaga alat reproduksinya. Pakan hijauan yang diberikan paling tidak 8 kg/ekor/hari dan pakan penguat 0,40 kg/ekor/hari. Pakan yang diberikan pada pejantan untuk menjaga fisiknya agar tetap sehat, kuat, serta untuk menjaga vitalitas sebagai kambing pemacak. Pakan hijauan yang diberikan paling tidak 10 kg/ekor/hari dan pakan penguat 0,5 kg/ekor/hari. Pada dasarnya pakan hijauan yang diberikan sebanyak 10% dari berat badannya ditambah pakan hijauan yang kemungkinan terbuang. Sedangkan pakan penguat yang diberikan secukupnya. Pakan penguat yang paling sederhana adalah dedak padi, bahan yang mudah didapat dan cukup murah harganya. 5. Perkandangan Kandang yang disukai kambing berbentuk panggung yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, lantai dibuat celah-celah sehingga kotoran bisa langsung jatuh ke bawah. Bahan yang digunakan untuk membuat kandang bisa sederhana yang penting kuat, murah dan mudah didapatkan. Pada dasarnya kambing merasa nyaman, mudah makan dan minum, leluasa bergerak dan bernafas dan bagi peternak mudah dalam memeliharanya. Kandang yang dibutuhkan dan luasnya sebagai berikut: 1. Kandang pejantan : 2 X 1,5 m 2. Kandang betina bunting : 1,5 X 1,5 m 3. Kandang betina menyusui : 1,5 X 2,5 m 4. Kandang anak/pembesaran : 1,5 X 1,5 m 6. Pengendalian Penyakit Penyakit yang sering menyerang kambing diantaranya kudis (scabies), mencret, perut kembung. Upaya pencegahan penyakit tersebut antara lain pakan hijauan yang diberikan kepada ternak jangan terlalu muda, hijauan perlu dilayukan sebelum diberikan kepada ternak. Kebersihan kandang dijaga setiap hari dan dilakukan penyemprotan desinfektan paling tidak satu bulan sekali. Untuk pengobatan penyakit scabies, obat yang paling sederhana antara lain: 1. Vaselin 97% + 3% sulfur (belerang) 2. Oli bekas 97% + 3% sulphur 3. Oli bekas 97% + 3% cuka dan bawang merah 3-5 siung Caranya: ternak dimandikan, luka dibersihkan, setelah kering gosokkan obat tersebut secara merata, lakukan pengobatan setiap hari selama 3 minggu. Harwi K.
68
PENANGANAN PENYAKIT KUDIS PADA TERNAK KAMBING I.
PENDAHULUAN Salah satu ternak yang dapat diandalkan dalam penyediaan protein hewani, adalah ternak kambing. Dari segi ekonomi selain sebagai usaha sambilan ternak kambing juga dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama, jika dipelihara masyarakat secara baik dengan penerapan budidaya yang benar. Disamping itu melalui usaha ternak kambing juga mampu meningkatkan pendapatan keluarga, karena mudah dalam pemeliharaan dan dapat memberikan keturunan lebih dari satu ekor. Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas ternak kambing yang perlu juga diperhatikan selain teknik pemeliharaannya adalah kesehatan ternak kambing itu sendiri, terutama gangguan terhadap penyakit. Penyakit yang perlu diwaspadai dan sangat sering menjangkiti ternak kambing salah satunya adalah penyakit kudis atau dikenal juga dengan penyakit scabies. Penyakit kudis pada ternak kambing sudah lazim ditemui, karena penyakit ini penyebab utamanya adalah kelalaian peternak dalam menjaga kebersihan ternak dan kandang. Bahkan apabila lambat dalam penanganan penyakit kudis ini, dapat menimbulkan kematian pada ternak kambing.
II.
PENYAKIT KUDIS/BUDUK/SCABIES Penyakit kudis ini mulai banyak menyerang ternak kambing milik peternak pada musim kemarau. Umumnya penyakit kudis pada ternak kambing oleh peternak tidak begitu menjadi perhatian serius dan tidak ditangani secara baik, pada hal kambing yang terkena kudisan apabila dijual harganya akan sangat murah dengan alasan kulitnya tidak dapat dimanfaatkan. Akibat penularan penyakit kudis pada ternak kambing dapat menyebabkan penurunan berat badan sampai mencapai 30% dibandingkan dengan kambing sehat, disamping juga dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu dan produksi susu turun. Penyebab dan tanda-tanda penyakit kudis Penyhakit kudis, adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit dengan tanda-tanda klinis adanya kerak-kerak pada permukaan kulit akibat penebalan dan bersisik diikuti dengan terjadinya kerontokan bulu. Gejala lain akibat kudisan pada ternak kambing kelihatan gelisah karena merasa gatal dan untuk menghilangkan rasa gatal ini, ternak kambing akan menggesek-gesekan badannya kekandang untuk menghilangkan rasa gatal yang ditimbulkan akibat parasit pada kudis tersebut. Pada infeksi yang berat, seluruh permukaan kulit menjadi tebal dan kaku. Pada infeksi ringan, kudis biasanya terlihat pada tempat tertentu seperti pada daerah telinga, hidung, kaki, ambing dan sepanjang punggung bagian atas. Proses penyebaran penyakit kudis Penyebaran penyakit kudis pada ternak kambing terjadi melalui penularan dan kontak langsung, terutama pada ternak kambing yang sehat berdekatan dengan ternak kambing yang terserang kudis. Tempat penyebaran umumnya terjadi pada saat digembalakan bersama-sama antara kambing sehat dan kudisan atau dalam satu kandang serta lingkungan yang kotor juga akan dapat memperburuk kondisi kambing dan mengakibatkan ternak kambing tersebut mudah terjangkit kudis.
69
Penanganan penyakit kudis Dalam usaha ternak kambing, kesehatan memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan usaha tersebut. Kandang dan lingkungan yang bersih, pemberian air yang teratur dan bersih serta perawatan yang baik meupakan cara yang termudah dalam usaha pencegahan penyakit pada ternak yang dipelihara. Langkah pencegahan Hal terbaik dilakukan dalam pencegahan ternak kambing agar tidak terserang penyakit kudis adalah dengan upaya melakukan pencegahan secara dini, antara lain dengan cara memperhatikan: 1. Perkandangan Kandang merupakan tempat beristirahat dan tempat tinggal bagi ternak, kandang yang baik dan nyaman akan membuat ternak menjadi sehat dan dapat berproduksi secara optimal. Untuk mencegah ternak kambing terhindar dari penyakit, maka kondisi kandang yang harus diperhatikan adalah sbb ;
letak kandang harus jauh dari bangunan perumahan tempat tinggal fentilasi udara kandang harus baik, sehingga keluar masuk udara dalam kandang menjadi lancar kandang harus terkena sinar matahari langsung, sehingga dapat membunuh kuman yang sekaligus juga akan memberikan manfaat kesehatan pada kambing yang dipelihara bentuk kandang sebaiknya bentuk panggung, namun harus kokoh walaupun dari bahan lokal yang sederhana kandang sebaiknya dibuat ditempat terbuka untuk mengindari kandang dari kelembaban
2. Kebersihan Menjaga kebersihan juga merupakan hal yang harus dilkukan dalam beternak, karena lingkungan yang kurang bersih dan lembab merupakan sumber dan berkembangnya penyakit. Langkah paling tepat dilakukan untuk pencegahan agar ternak kambing tidak terserang penyakit adalah dengan menjaga;
kebersihan kandang dengan jalan membersihkan kandang sesering mungkin (1-2 kali sehari) kotoran kambing tertampung langsung pada lubang khusus disekitar kandang dalam keadaan kering dan langsung terkena sinar matahari kandang tidak becek dan terhindar dari kerubungan lalat, karena lalat merupakan media pembawa tungau penyebab kudis kepada ternak sehat yang dihinggapinya semprot kandang secara rutin dengan bahan desinfektan atau dengan membuat campuran 1 sendok teh basudin 60 EC dengan 15 liter air
3. Pemisahan ternak
kambing yang terserang penyakit kudis harus diupayakan terpisah dari kambing sehat, pencampuran antara kambing terserang kudis dengan kambing sehat dalam satu kandang akan beresiko penularan kudis sangat cepat hindari lokasi pengangonan yang berdekatan dengan ternak kambing terserang kudis milik peternak lain
70
Kandang yang bersih akan mencegah terkena penyakit kudisan pada kambing
Langkah pengobatan Apabila ternak kambing memperlihatkan gejala atau terserang penyaklit kudis, segera ambil langkah pengobatan dengan : Cara pengobatan tradisional memandikan ternak kambing terserang penyakit kudis dengan menggunakan campuran 5 liter oli bekas + 5 sendok teh basudin 60 EC setelah diaduk rata mengoleskan campuran oli bekas dan belerang pada bagian terserang kudis dengan perbandingan 2/3 bagian belerang dan 1/3 bagian oli bekas mengoleskan campuran 1 liter oli + 6 sendok teh cuka + bawang merah yang sudah dihancurkan secukupnya pada bagian yang terkena kudisan atau dapat juga dengan mencampurkan oli baru dan oli bekas masing-masing ½ bagian setelah dipanaskan beberapa saat dan diaduk rata, kemudian didinginkan dan dioleskan pada seluruh badan kambing yang terkena kudis Cara pengobatan modern obat suntik Ivomec langsung disuntikan di bawah kulit atau obat sejenisnya dari merek dagang yang lain sesuai dosisi anjuran mengoleskan campuran 1 kg vaseline + 50 g belerang dipanaskan sampai cair, setelah dingin oleskan pada bagian terkena kudis memandikan kambing terkena kudis dengan air hasil saringan dari perasan 100 g tembakau dicampur 1 liter air bersih. Ruswendi
71
SAPI KEREMAN I.
PENDAHULUAN Sapi kereman adalah sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, yang tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk menaikkan berat badan dan kesehatan sapi yang optimal. Dengan pemeliharaan system ini, daging yang dihasilkan akan lebih lunak walaupun kandungan lemaknya menjadi sedikit lebih tebal. Dalam usaha pemeliharaan sapi kereman ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi produksinya, yakni jenis bangsa sapi, umur, penyediaan makanan baik hijauan maupun konsentrat.
II.
PEMILIHAN SAPI Bangsa sapi yang dikerem biasanya bervariasi bergantung dari tersedianya ternak di daerah tersebut, sedangkan umur biasanya diambil dari sapi yang belum dewasa. Pemilihan bangsa sapi perlu diperhatikan walaupun hal ini agak sulit dilakukan. Semua bangsa sapi dapat digunakan dalam usaha sapi kereman ini baik jenis pedaging, sapi perah maupun persilangan keduanya. Jenis bangsa sapi yang dikerem di Indonesia bervariasi bergantung pada sapi yang tersedia, terutama pada sapi-sapi yang dikerem secara tradisional. Pertambahan berat badan (kg/hari) dan berat badan akhir (kg) pada pemeliharaan sapi selama 5 bulan dengan pemberian pakan tertentu. Bangsa
III.
PBB (kg/hari)
Berat Akhir (kg)
Madura
0,60
324,3
Ongol
0,75
395,7
Bali
0,66
334,7
Grati
0,90
425,4
PERKANDANGAN Pembuatan kandang sapi kereman harus memperhatikan beberapa hal, yaitu 1) luas kandang: untuk satu ekor sapi dibutuhkan 2 x 2,5 m, 2) lantai kandang: dapat dibuat agak miring, dibuat dari semen atau tanah biasa, 3) tempat makanan: dibuat memanjang sepanjang kandang dan sapi dapat mengeluarkan kepalanya untuk mengambil makanan yang diberikan, 4) tempat minuman: dapat ditaruh di ember plastik atau dari bahan lain, digantung setinggi sekitar 80 cm dari lantai untuk menghindari kontaminasi dari makanan dan desakan sapi dan 5) ventilasi udara: dibuat dengan tembok keliling yang terbuka atap diberi ventilasi.
IV.
PAKAN Pada sistem kereman tradisional persentase hijauan segar masih dominan (lebih 50%). Pakan hijauan ini disamping dapat diberikan dalam bentuk segar, juga dapat diberikan dalam bentuk awetan, baik berbentuk silage (pengawetan dengan penambahan urea/fermentasi) maupun dalam bentuk hay (tanpa bahan pengawet). Hijauan dapat berasal dari jenis Graminae (rumput-rumputan), Leguminosa (kacangkacangan) dan limbah pertanian lain seperti daun tebu, kacang tanah, dll.
72
Pakan konsentrat yang diberikan biasanya berupa campuran beberapa macam biji-bijian, dedak, gandum, bungkil kedelai, jagung dan beberapa macam bahan lainnya yang jumlahnya bervariasi untuk setiap jenisnya. V.
PEMELIHARAAN Pada pemeliharaan sistem tradisional, waktu penggemukan sangat bervariasi dan bergantung pada kebutuhan uang. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat masih bervariasi. Sapi bakalan dengan berat 250 kg kg, setiap hari harus diberi hijauan segar (berupa hijauan, legum, daun turi, lamtoro, dll) sebanyak 25 kg (10% dari berat badan) ditambah 1 kg dedak halus, 1,5 kg ampas tahu dan sedikit garam dapur. Lama pemeliharaan dalam sistem sapi kereman ini bergantung pada umur sapi bakalan yang dipelihara. Pemberian hijauan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, Sedangkan konsentrat diberikan sebelum sapi diberi hijauan. Air minum diberikan secara adlibitum (tersedia terus menerus). No
Umur Sapi
Lama Pemeliharaan
1.
<1 tahun
9 – 12 bulan
2.
1 – 2 tahun
6 bulan
3.
2 – 3 tahun
4 bulan
4.
> 3 tahun
4 bulan
Yang lazim dilakukan pada usaha kereman di Indonesia adalah pembelian sapi bakalan umur 1 – 2 tahun dengan masa pemeliharaan sekitar 6 bulan. VI.
PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA Perubahan dari kondisi yang biasanya bebas, kemudian dikerem ini dapat menyababkan stres sehingga mengakibatkan naiknya kepekaan sapi terhadap penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada sapi kereman disebabkan oleh beberapa agen penyakit yang termasuk golongan virus, bakteri dan parasit, sedangkan penyakit yang dijumpai tidak disebabkan oleh agen infeksi adalah penyakit keracunan dan gangguan metabolisme. Tindakan pencegahan terhadap penyakit sapi kereman ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Pemilihan sapi bakalan yang betul-betul sehat sehingga daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit yang lebih tinggi. 2. Pemilihan lokasi dan kadang harus betul-betul memenuhi syarat baik dalam segi kesehatan lingkungan maupun kenyamanan sapi bila ditaruh dikandang tersebut. 3. Pemberian pakan yang baik, yaitu pakan yang bermutu tinggi baik dalam kecukupan nilai gizi maupun jumlah yang cukup. 4. Setelah semua hal tersebut dapat terpenuhi, maka segi pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi maupun pengobatan. Beberapa junis agen penyakit yang biasanya menyerang dengan tidak melihat kondisi ternak seperti penyakit virus, bakteri maupun parasit perlu dicegah sedini mungkin. Zul Effendi
73
PEMBIBITAN SAPI POTONG I.
PENDAHULUAN Dalam rangka terpenuhinya pencapaian kebutuhan pangan hewani, khusunya daging asal sapi setiap tahun, diperlukan ketersedian bibit ternak sapi potong yang terprogram dan kontinyu. Ketertsediaan bibit ternak sapi potong tersebut dapat terjamin secara kontinyu, salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan terhadap pembibitan ternak sapi potong rakyat. Untuk itu, perlu dilakukan pembinaan dan atau bimbingan kepada peternak rakyat agar mampu memacu usaha ternak sapi potong menjadi suatu usaha perkembangan sapi potong lokal. Terjadinya keterlambatan diagnosa birahi oleh peternak merupakan penyebab utama efisiensi reproduksi dari sapi potong yang masih rendah (hampir mencapai 60%) yang secara otomatis juga menyebabkan pertumbuhan populasi sapi potong menjadi rendah.
II.
PEMBIBITAN SAPI POTONG Pemeliharaan ternak sapi disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang akan diusahakan, seperti halnya untuk pembibitan sapi potong. Dalam usaha pembibitan sapi potong ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian dan mempengaruhi produktivitas ternak, antara lain faktor keterampilan peternak dalam pemilihan bibit yang baik dan tatalaksana pemeliharaan. A. Pemilihan Bibit Dalam pemilihan bibit untuk sapi potong sangat ditentukan oleh kondisi induk maupun pejantannya. Ada beberapa tanda umum yang perlu menjadi perhatian dalam pemilihan bibit sapi potong, antara lain : 1. Betina bibit Asal usul induk untuk dijadikan bibit harus jelas Bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk Tidak cacat, kondisi kaki lurus dan normal Penampilan jinak, mata jernih dan bersinar Kondisi gigi rata dan lengkap, mempermudah ternak merumput secara efisien 2.. Pejantan bibit Asal usul pejantan untuk bibit harus jelas dan tidak merupakan satu turunan Bentuk tubuh kompak, besar tinggi, tidak gemuk, dada dalam dan lebar Penampilan gagah, ramah, aktif dan siap mengawini betina birahi Usia masih muda dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit membahayakan Pertumbuhan kelamin normal dan tidak mandul
74
Umumnya sapi yang dipelihara peternak di Provinsi Bengkulu adalah sapi Bali dan sapi PO. Beberapa ukuran vital minimal sapi potong bibit dapat dilihat pada tabel berikut: Ukuran minimal vitalistik sapi potong betina bibit (Bali dan PO) secara umum. Ukuran Sapi Jantan
Sapi Bali
Sapi PO
Muda
Dewasa
Muda
Dewasa
Tinggi gumba (cm)
105
115
112
122
Panjang badan (cm)
116
120
122
132
Lingkar dada (cm)
162
169
151
162
Umur (tahun)
2-3,5
4-8
2-3,5
4-8
Sumber : Buku saku Peternakan (1975) Ukuran minimal vitalistik sapi potong pejantan bibit (Bali dan PO) secara umum. Ukuran Sapi Jantan
Sapi Bali
Sapi PO
Muda
Dewasa
Muda
Dewasa
Tinggi gumba (cm)
112
126
128
135
Panjang badan (cm)
127
134
127
133
Lingkar dada (cm)
185
193
162
171
Umur (tahun)
2-3,5
4-8
2-3,5
4-8
Sumber : Buku Saku Peternakan (1975)
B. Mengawinkan sapi bibit Untuk mendapatkan hasil dan bibit yang baik perlu diperhatikan beberapa hal penting dalam mengawinkan ternak sapi bibit dan setiap perkawinan diharapkan akan menghasilkan kebuntingan. Hal-hal yang perlu dipahami, antara lain: o Sapi betina siap kawin pada umur 30 bulan dan beranak pertama kali pada umur 40 bulan (3,3 tahun) o Masa birahi sapi betina merupakan pengetahuan juga sangat penting dikuasai peternak, sehingga pelaksanaan perkawinan sapi dapat menghasilkan tingkat kebuntingan sapi yang tinggi. Lama siklus birahi sapi betina sekitar 21 hari dan lamanya birahi antara 12 - 22 jam o Mengenal saat perkawinan yang tepat, berkaitan dengan perkiraan waktu ovulasi yang akan menghasilkan dalam suatu perkawinan. Waktu ovulasi berkisar 12-14 jam setelah ternak sapi memperlihatkan tanda birahi, maka perkawinan yang baik dilakukan adalah pada jam ke 10 - jam ke 18 setelah berlangsung birahi.
75
1. Sistim perkawinan Dalam mengawinkan sapi umumnya peternak melakukanya secara alami dan buatan, tergantung kepada kondisi dan ketersedian bibit pejantan. Secara umum ada dua metode yang telah biasa dilakukan peternak sapi, yaitu: a. Metode alamiah Sapi betina induk yang sedang mengalami birahi dikawinkan dengan pejantan pemacek yang ada di sekitar lokasi usaha ternak sapi potong. Perkawinan secara alami ini tidak efisien, karena sering kali baru terjadi kebuntingan setelah 3-4 kali perkawinan. b. Metode Inseminasi Buatan (IB) Metode ini lebih populer dikenal dengan kawin suntik, dimana perkawinan sapi dilakukan dengan bantuan peralatan khusus dan manusia (inseminator) tanpa menggunakan pejantan langsung. Pelaksanaan perkawinan secara buatan (IB) dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu 1) pengambilan semen (sperma) sapi jantan pemacek yang sudah diseleksi, 2) penyimpanan semen dalam kondisi tertentu agar tidak rusak dan 3) memasukan (menyuntikan) semen kedalam cervix (kelamin sapi betina) melalui alat khusus (inseminasi gun) untuk menyemprotkan semen yang sudah dimasukan terlebih dahulu pada sebuah pipet khusus.
Mengawinkan sapi dengan metode Inseminasi Buatan (IB)
Perkawinan secara IB akan efisien apabila dilakukan pada saat sapi birahi dan proses ovulasi yang tepat, sehingga perlu pengetahuan dan ketepatan peternak dalam mengamati waktu birahi ternak sapi yang dipeliharanya. 2. Gejala sapi betina birahi Sapi betina yang sedang mengalami birahi akan memperlihatkan tanda-tanda, sbb: o nafsu makan berkurang o kelihatan gelisah dan tidak tenang o melenguh-lenguh o vagina mengeluarkan cairan putih pekat o vulva membengkak dan berwarna merah o ekor dikibas-kibaskan atau selalu berada di atas
76
3. Gejala kebuntingan Gejala kebuntingan sapi setelah perkawinan perlu dipahami peternak, secara teori sapi betina memperlihatkan tanda-tanda positif bunting, sbb: o berat tubuh meningkat o kelihatan lebih tenang o perut membesar dan ada gerakan sebelah bawah, sisi kanan serta bagian belakang perut o nafsu makan meningkat o perlu diketahui, masa bunting sapi ± 281 hari 4. Gejala kemandulan Gejala kemandulan pada sapi betina setelah perkawinan perlu dipahami peternak, antara lain sbb: o telah mengalami tiga kali perkawinan, namun tidak mengalami kebuntingan. Secara normal, setelah dua kali perkawinan sudah mengalami kebuntingan o tidak pernah memperlihatkan gejala birahi atau berahi tidak teratur o gangguan penyakit dan reproduksi Guna mencegah kemandulan hal yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana pemeliharaan, pemahaman sistem perkawinan, deteksi birahi, pemeriksaan kebuntingan dan pakan berkualitas. Ruswendi
77
PEMANFAATAN SOLID UNTUK PAKAN SAPI I.
PENDAHULUAN Pakan merupakan komponen utama yang menentukan tingkat produktivitas dan kualitas ternak, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Dari segi teknis kualitas pakan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak dalam mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan tanpa adanya gangguan kesehatan ternak, dari segi ekonomis biaya pakan merupakan komponen biaya tertinggi untuk menjalankan aktivitas hidupnya (60-70%). Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas ternak sapi, petani peternak harus dapat mencukupi kebutuhan akan pakan bagi ternak yang dipeliharanya sesuai kebutuhan namun harus memenuhi kriteria murah, mudah dan tersedia. Penggunaan limbah dan sisa hasil pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu alternatif inovasi teknologi pemanfaatan limbah pertanian secara aktif, telah memberikan sumbangan positif terhadap penurunan potensi limbah pertanian yang terbuang dan belum dimanfaatkan.
II.
SOLID SEBAGAI PAKAN SAPI Umumnya peternak memberikan pakan kepada ternak sapi berupa pakan hijauan saja tanpa diberi pakan tambahan sesuai kebutuhan sapi yang dipeliharanya, sehingga mengakibatkan produktivitas ternak sapi menjadi rendah. Agar kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi perlu dipikirkan bagaimana pakan yang dikonsumsi ternak cukup memenuhi kebutuhan gizinya, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pemberian pakan tambahan memanfaatkan limbah pertanian yang terdapat di sekitar lokasi usaha ternak. Seperti halnya solid yang berasal dari limbah pengolahan CPO. Komposisi nutrisi solid Solid dalam bahasa jawa disebut `` blondho sawit `` adalah limbah padat hasil samping prosesing pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Bentuk dan konsistensinya seperti ampas tahu namun berwarna coklat gelap, berbau asam-asam manis, masih mengandung minyak CPO sekitar 1,5%. Limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan terbuang begitu saja. Kandungan nutrisi Solid berdasarkan hasil analisis proksimat laboratorium nutrisi ternak Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, adalah berupa; Bahan kering (BK) 49,57%., Protein Kasar (PK) 10,16%., Lemak Kasar (LK) 12,90%., Serat Kasar (SK) dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) sebesar 23,17%. Melalui inovasi teknologi yang sudah dikajiterapkan dalam SL-SISKA, pemanfaatan limbah industri sawit berupa solid sebagai pakan ternak sapi memberikan hasil positif dan memberikan peluang kepada masyarakat yang memelihara ternak sapi untuk memanfaatkan solid bagi kecukupan dan kebutuhan pakan ternak sapinya. Jumlah pemberian Jumlah pemberian pakan yang baik untuk ternak sapi tergantung besar atau beratnya ternak sapi yang akan diberi pakan. Sebaiknya pakan yang harus diberikan untuk ternak sapi terdiri dari pakan hijauan minimal diberikan sebanyak 10 % berat badan ditambah pakan tambahan atau pengganti hijauan untuk meningkatkan produksi maupun berat badan sapi tersebut.
78
Solid (limbah pabrik sawit) sebagai pakan sapi
Cara pemberian Untuk ternak sapi, pemberian pakan dari solid dapat diberikan dalam bentuk segar secara tunggal, umumnya ternak sapi paling suka makan solid yang baru datang dari pabrik dan baunya harum. Pemberian solid sebaiknya dilakukan 2 kali, yaitu ½ bagian pada pagi dan ½ bagian pada sore hari. Namun yang harus diperhatikan adalah waktu pemberian pakan ini harus dilakukan sebelum ternak sapi diberi pakan hijauan dan air minum, maksudnya adalah agar pakan ini habis dimakan sapi dan tidak ada yang tersisa. Setelah itu baru diberi air minum dan hijauan. Untuk meningkatkan nafsu makan sapi terhadap solid bisa juga ditambahkan sedikit garam dan pemberian solid bagi ternak sapi dapat disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan yang diberikan pada periode-periode tertentu berdasarkan fungsi fisiologisnya seperti diberikan untuk tujuan penggemukan dan periode-periode kritis (Flushing), dimana pada periode tersebut sapi memerlukan kandungan nutrisi yang cukup. Seperti pada priode 1 bulan sebelum dan setelah melahirkan, dimana hal ini bertujuan untuk mempersiapkan kondisi induk saat melahirkan dan kesiapan untuk membantu kecukupan air susu induk hingga anak-anak yang dilahirkannya dapat bertumbuh dengan baik. Cara melatih sapi makan solid Untuk membiasakan ternak sapi diberi pakan dari solid perlu dilatih terlebih dahulu. Seperti halnya manusia, sapi juga sulit memakan makanan yang tidak biasa dikonsumsinya dan perlu dilatih terlebih dahulu. Agar ternak sapi mau makan solid. Berdasarkan pengalaman di lapangan perlu dilatih dan diadaptasikan paling tidak 3-4 hari. Cara melatih dan mengadaptasikan agar solid dapat dan mau dikonsumsi ternak sapi dapat dilakukan dengan cara memaksa sapi tanpa diberi makan apapun dan air minum, kecuali solid yang hanya tersedia di dekat sapi dan bila perlu dijemur di bawah terik matahari. Begitu sudah mnau makan solid, limbah tersebut harus tersedia terus dekat sapi. Dampak pemberian solid sebagai pakan sapi adalah kebutuhan air minumnya menjadi lebih banyak, maka untuk itu air minum harus tersedia dalam jumlah cukup bagi ternak sapi. III.
HASIL PENGKAJIAN Hasil pengujian pada ternak sapi jantan setelah diberi pakan solid disamping hijauan untuk tujuan penggemukan memperlihatkan peningkatan pertambahan berat badan harian (PBBH) mencapai dua kali lebih berat dibanding hanya diberi hijauan saja.
79
Dalam pengujian tersebut selama 3 bulan, pemberian solid sebanyak 5 kg/ekor/hari pada sapi PO dalam bentuk tunggal memperlihatkan PBBH yang cukup signifikan, sebesar 0,378 kg/ekor/hari dibanding ternak sapi yang menggunakan pakan rumput tanpa diberi solid (eksisting) sebagai pembanding hanya memperlihatkan pertambahan berat badan sebesar 0,199 kg/ekor/hari. Disamping itu, dengan dimanfaatkannya penerapan inovasi teknologi solid ini memberikan dampak bagi peternak sapi untuk mengatasi keterbatasan waktu dalam mencari hijauan, dapat mengganti sebagian dari kebutuhan hijauan pakan ternak sapi dan akan dapat memotivasi peternak sapi untuk menambah populasi yang secara tidak langsung juga akan dapat memacu peningkatan pendapatan dan memacu perekonomian masyarakat peternak sapi sendiri. Diperkirakan dengan peningkatan PBBH sebesar 0,179 kg/ekor/hari dan harga berat hidup sapi, maka diperoleh peningkatan pendapatan peternak selama 100 hari pemeliharaan sebesar Rp. 429.600,- (empat ratus dua puluh sembilan ribu enam ratus rupiah,-) disamping penghematan waktu yang digunakan untuk mencari hijauan. Dari hasil pengamatan lapangan dan sosialisasi hasil pengkajian penggunaan solil untuk pakan sapi penggemukan, saat sekarang sudah banyak peternak yang mengikuti inovasi teknologi pemanfaatan solid sebagai pakan ternak yang diberikan dalam bentuk tunggal, terutama pada ternak sapi yang pemberiannya sebelum pemberian rumput. Ruswendi
80
FERMENTASI JERAMI UNTUK PAKAN TERNAK I.
PENDAHULUAN Pada daerah penghasil padi, sisa-sisa hasil panen berupa jerami padi sangat melimpah. Satu hektar tanaman padi bisa menghasilkan 7 ton jerami padi. Jika satu ekor sapi mengkonsumsi jerami padi 30 kg jerami padi setiap hari,maka bisa digunakan untuk memberi makan sapi lebih dari 5 bulan. Secara tradisional petani di pedesaan memberikan jerami padi kepada ternaknya langsung dalam kondisi basah, sebagian dikeringkan dan ditumpuk untuk persediaan pakan pada waktu sulit mendapatkan pakan ternak. Padahal jerami padi mempunyai beberapa kelemahan yaitu rendah kecernaannya karena kandungan seratnya (lignin) tinggi dan rendah kandungan nilai gizinya (protein dan bahan organik lainnya). Hal ini perlu ada upaya peningkatan kualitas jerami padi. Teknologi fermentasi telah banyak dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pakan, salah satunya fermentasi jerami padi
II.
BAHAN - BAHAN 1. 2. 3. 4. 5.
III.
CARA PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
IV.
Jerami padi : 100 kg Starter (misal strarbio) : 0,50 kg Pupuk urea : 0,50 kg Air : 40 liter Tempat menumpuk jerami fermentasi serta untuk menghindari hujan dan panas matahari.
Jerami diangin-anginkan sehingga kadar air 40% Jerami ditumpuk dengan panjang 2,5 m ,lebar 2,5 m dan ketebalan 25 cm. Di atas lapisan jerami disiram air yang telah dicampur urea sampai merata. Di atas lapisan jerami ditaburi starter hingga merata. Jerami ditumpuk lagi dengan ketebalan 25 cm diinjak-injak hingga padat. Diulangi penyiraman air yang telah dicampur dengan urea hingga merata Diulangi penaburan starter hingga merata. Demikian diulangi setiap kali mengulang penumpukan jerami padi Setelah selesai bagian atas ditutupi daun-daun kering seperti daun pisang. Jerami padi dibiarkan minimal 3-4 minggu Jerami padi fermentasi (tape dami) siap diberikan kepada ternak.
CIRI JERAMI PADI FERMENTASI YANG BAIK 2. 3. 4. 5. 6.
Warna kuning agak kecoklatan (warna dasar jerami masih terlihat) Teksturnya lemas (tidak kaku) Tidak busuk Tidak berjamur Baunya agak harum
81
V.
CARA PEMBERIAN PADA TERNAK Setelah 3-4 minggu jerami padi siap diberikan kepada ternak, namun sebelumnya diangin-angainkan terlebih dahulu. Jika ternak tidak langsung mau makan , maka perlu penyesuaian sedikit demi sedikit. Harwi K.
82
PEMBUKUAN PRAKTIS BAGI GAPOKTAN / KELOMPOK TANI I.
PENDAHULUAN Pembukuan adalah merupakan unsur penting bagi Bendaharawan dalam tugasnya sebagai orang yang oleh karena masyarakat, kelompok atau organisasi dipercaya atau diserahi tugas sebagai Bendaharawan. Ditegaskan tugas dan kegiatan seorang Bendaharawan (menerima, menyimpanan, pembayaran atau penyerahan uang atau surat-surat berharga dan barang-barang, selanjutnya mempertanggung jawabkan tugas tersebut kepada masyarakat, kelompok atau organisasi. Bagi Bendaharawan mengelola keuangan masyarakat, kelompok atau organisasi berpedoman kepada aturan-aturan yang berlaku didalam melaksanakan tugas sebagai Bendaharawan ( aturan pemerintah, AD/RT dan lain-lain). Bagi Bendaharawan dalam tugas dapat mengelola keuangan dengan baik perlu melaksanakan Pembukuan sesuai dengan kebutuhan diantaranya (Buku Kas Umum, Buku Kas Harian dan Buku Bank). Modul ini disusun sebagai panduan Bendaharawan (Proses Pembukuan Praktis) agar dapat diterapkan dalam pengelolaan keuangan masyarakat, kelompok atau organisasi. 1. Ketentuan Pokok 1. Setiap Bendaharawan/Pemegang Kas yang mengurus uang harus mempunyai Buku Kas dan mencatat semua pengeluaran dan penerimaan 2. Pada halaman pertama Buku Kas dicatat oleh pemegang kas jumlah halamannya yang kemudian diberi tanggal dan tandatangan olehnya, halaman terahir dipergunakan untuk mencatat pemeriksaan kas 3. Buku Kas dikerjakan sendiri oleh Bendaharawan/Pemegang Kas bersangkutan, kecuali ditentukan lain oleh yang berwenang 4. Jumlah-jumlah penerimaan dan pengeluaran dibukukan terlebih dahulu, setelahnya baru diterima jumlahnya atau dibayarkan 5. Penerimaan dibukukan disebelah kiri, pengeluaran dibukukan disebelah kanan 6. Buku Kas ditulis dengan tinta hitam, tidak diizinkan adanya ruangan-ruangan yang tidak terisi, tanda-tanda hapusan atau tindasan tulisan: jika ada, coretancoretan harus dikerjakan dengan dua garis lurus dengan lineal sedemikian rupa sehingga tulisan yang semula masih dapat dibaca, kemudian diparaf 7. Buku Kas sedikitnya satu kali sebulan diperiksa dan selanjutnya setiap kali jika dianggap perlu oleh atasan, ditotal dan ditutup dan uang kasnya dihitung. Saldo total dari Buku Kepala, jika buku ini digunakan harus cocok dengan saldo Buku Kas 8. Penutupan kas tersebut dicatat dalam register mengenai peneutupan kas 9. Jika Bendaharawan/Pemegang kas tidak di tempat kedudukannya Buku Kas tidak boleh dibawa dan harus ditinggalkan di Sekretariat Disarankan bagi Bendaharawan untuk memiliki buku-buku pedoman dan aturan Pengelolaan Keuangan /Kepres 2. Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan Sebelum dilaksanakan kegiatan pembukuan terlebih dahulu harus diketahui transaksi/kejadian kegiatan yang menjadi bahan untuk pembukuan tersebut. Dalam kegiatannya seorang Bendaharawan melakukan kegiatan: menerima, menyimpan, membayarkan dan mempertanggung jawabkan uang atau surat-surat berharga barang- barang milik masyarakat, kelompok atau organisasi.
83
Dalam kegiatan pembukuan ini yang dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu lainnya yang berhubungan dengan Penerimaan dan Pembayaran/pengeluaran. 1. Penerimaan : a. SP2D yang diterbitkan KPPN atau transper langsung dari Lembaga pemberi dana b. Pengisian Kas Bendahara c. Penerimaan Bunga Bank d. Dan penerimaan lainnya 2. Pengeluaran : a. Pembayaran/penyaluran atas pengajuan modal oleh kelompok b. Pengeluaran dari Bank untuk mengisi Kas Bendaharawan c. Pembayaran atas pembelian barang, jasa dlll 3. Langkah-langkah Pembukuan Untuk melaksanakan Pembukuan dari bahan-bahan pembukuan diperlukan langkah-langkah pelaksanaan pembukuan sebagai berikut : 1. Buku Kas Umum (BKU) Setiap bahan/transaksi terlebih dahulu harus dicatat dalam Buku Kas Umum baik penerimaan ataupun pengeluaran/pebayaran 2. Buku Pembantu Kas Tunai (Buku Kas Harian) Pencatatan dalam Buku Pembantu Kas Tunai yaitu sepanjang penerimaan/pengeluaran dari transaksi tersebut dilaksanakan dengan pembayaran/penerimaan secara tunai. Dengan demikian pencatatan dalam Buku Pembantu Kas Tunai menggambarkan pembayaran/penerimaan secara physik, karena menyatakan keadaan uang tunai yang ada pada seorang Bendaharawan 3. Buku Pembantu Bank (Buku Bank) Pencatatan dalam Buku Pembantu Bank yaitu sepanjang penerimaan/pengeluaran dari transaksi tersebut dilaksanakan melalui Bank, dengan cara antara lain dengan penarikan tunai serta penerimaan Bunga Bank (tabungan) 4. Buku Pembantu lainnya (jika dibutuhkan) pada prinsipnya sama proses dengan Buku Kas Umum , Buku Kas Tunai dan Buku Bank. Prosedur Pembukuan 1. Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh Bendaharawan harus mendapat persetujuan dari atasan langsung Bendaharawan 2. Bukti Pengeluaran: nama orang yang menerima pembayaran dan jumlah uang (angka dan huruf) 3. Ditandatangani oleh pihak yang menerima (pihak ketiga) 4. Setelah bukti pengeluaran Kas ditandatangani oleh yang berkepentingan dengan disertai bukti pendukung lainnya maka oleh Bendaharawan dibukukan sebagai pengeluaran Tata cara memperbaiki kesalahan Dalam mengerjakan/melaksanakan Buku Kas Umum ataupun Buku Kas Tunai dan Buku Bank mungkin saja terjadi kesalahan pembukuan, oleh karena itu perlu adanya perbaikan atas kesalahan tersebut. Kesalahan pembukuan tersebut pada umumnya disebabkan oleh; 1. Kesalahan tulis
84
Tercatat dalam Buku Kas tidak sesuai dengan bukti-buktinya yaitu dicatat lebih besar atau lebih kecil. Cara memperbaikinya : 1. Mencoret angka yang salah dengan 2 (dua) garis lurus dan diparaf kemudian ditulis angka yang baru dengan angka yang benar tetapi angka semula masih dapat dibaca 2. Contra Pos ( CP ) Mencatat jumlah yang sama besarnya pada sisi yang berlawanan dalam Buku Kas Umum kemudian pada sisi semula dibukukan lagi jumlah yang seharusnya 2. Kesalahan dalam pembayaran a. Kelebihan membayar Kelebihan pembayaran terjadi apabila dalam membayar kwitansi sebesar Rp. 300,000.- sedangkan menurut bukti – buktinya setelah dijumlah hanya Rp. 250.000,- Kesalahan tersebut sebenarnya kesalahan Bendaharawan yang kurang teliti dalam menguji tagihan. Kesalahan tersebut dapat diminta langsung kelebihannya atau menggantikan kwitansi. b. Kekurangan membayar Apabila terjadi kekurangan pembayaran dan pihak ketiga tidak menagih kekurangannya tersebut tidak perlu ada perbaikan pembukuan . II.
PEMBUKUAN PADA BUKU KAS UMUM (BKU) Dalam pembukuan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Halaman pertama Buku Kas Umum harus dicatat jumlah halaman dan ditandatangani oleh Bendaharawan dan atasan langsungnya, Buku Kas Umum dihitung halamannya diberi angka 1 s/d 100 serta di paraf 2. Halaman terahir Buku Kas Umum dipergunakan untuk mencatat catatan pemeriksaan 3. Semua penerimaan dicatat pada sisi sebelah kiri Buku Kas Umum (Debet/Penerimaan) dan semua pengeluaran dicatat pada sisi sebelah kanan Buku Kas Umum (Kredit/pengeluaran) 4. Semua penerimaan dicatat pada sisi sebelah kiri Buku Kas Umum (kolom debet/penerimaan) dan semua pengeluaran dicatat pada sisi sebelah kanan Buku Kas Umum (kolom kredit/pengeluaran) 5. Sebagai pos pertama penerimaan sebelah kiri dan pengeluaran sebelah kanan, dibukukan saldo kelebihan/kekurangan yang diperoleh karena penutupan buku kas sebelumnya 6. Total pos-pos sebelah kiri, tiap kali penutupan harus sama dengan total pos-pos sebelah kanan 7. Buku Kas Umum sedikitnya satu kali sebulan diperiksa dan selanjutnya tiap kali jika dianggap perlu oleh atasan yang terdekat, ditotal dan ditutup dan uangnya dihitung
85
Contoh Kolom Buku Kas Umum ( B K U ) Sisi kiri Debet/Penerimaan
Sisi kanan/Pengeluaran
Kredit/Pengeluaran Nomor Tanggal
III.
Uraian
Bukti
Nomor Jumlah
Tanggal
Uraian
Bukti
Jumlah
PEMBUKUAN PADA BUKU KAS TUNAI Buku Kas Tunai adalah Buku Kasir yang mencatat segala transaksi baik penerimaan ataupun pengeluaran Kas (physik) yang terjadi setiap hari, berfungsi untuk memantau keadaan physik uang yang tersedia di Bendaharawan. Pembukuan pada Buku Kas Tunai : 1. Dibuka dengan saldo yang diperoleh dari hasil penutupan periode sebelumnya 2. Setiap penerimaan dicatat pada kolom penerimaan 3. Setiap pengeluaran dicatat pada kolom pengeluaran 4. Ditutup dengan cara menjumlahkan angka-angka kolom penerimaan dan kolom pengeluaran atau hasil pengurangan penerimaan dengan pengeluaran dimasukan ke kolom sisa/saldo. Contoh kolom BUKU KAS TUNAI Nomor Tanggal
Uraian
Bukti
Penerimaan
86
Pengeluaran
Saldo
IV.
PEMBUKUAN PADA BUKU BANK Buku Bank mencatat semua transaksi penerimaan maupun pengeluaran yang dilaksanakan melalui Bank, dapat juga transaksi-transaksi yang dilaksanakan melalui Bank sebagai control melihat kondisi uang yang ada di Bank. Pencatatan dalam Buku Pembantu Bank yaitu sepanjang penerimaan/pengeluaran dari transaksi tersebut dilaksanakan melalui Bank, seperti penarikan tunai, termasuk administrasi bank dan pajak dibukukan pada kolom pengeluaran, sedangkan penerimaan bunga bank (tabungan) atau transper dana dari pihak lain melaui bank dibukukan pada kolom penerimaan. Contoh kolom BUKU BANK Nomor Tanggal
Uraian
Bukti
Penerimaan
Pengeluaran
Saldo
Ahyadi Jakfar, Sanusi Musa, Bastian
87