Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL AvoER VI 2014
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Gedung Serbaguna Pacasarjana Universitas Sriwijaya Kamis, 30 Oktober 2014
Disponsori oleh :
i
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
SEMINAR NASIONAL ADDED VALUE OF ENERGY RESOURCES (AvoER) VI Gedung Serbaguna Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jl. Padang Selasa No. 524 Bukit Besar Palembang
Untuk segala pertanyaan mengenai AvoER VI 2014 Silahkan hubungi Telp : 0711 370178 Fax : 0711352870 Sekretariat : Grha Batubara Fakultas Teknik Kampus Palembang Contact Person : Budi Santoso, M.T. (089666952636)
e-mail :
[email protected] Website : https://www.avoer.ft.unsri.ac.id
ii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
Reviewer
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Prof. Dr. Ir. Subriyer Nasir, M.S. (koordinator) Prof. H. Zainuddin Nawawi, Ph.D Prof. Dr. Ir. H. Kaprawi Sahim, DEA Prof. H. Anis Saggaf, MSCE Prof. Edy Sutriyono, M.Sc. Dr. Ir. Hj.Susila Arita Dr. Novia, M.T. Dr. Ir. Hj. Reini Silvia I Dr. Ir. Endang Wiwik DH. M.Sc. M. Yanis, S.T. M.T. Dr. Yohannes Adiyanto, M.S. Heni Fitriani, Ph.D
iii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
Published by : Faculty of Engineering, University of Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Kampus Unsri Bukit Besar Palembang Sumatera Selatan INDONESIA
Copyright reserved The organizing comittee is not resposible for any errors or views expreesd in the papers as these are reponsibility of the individual authors
iv
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga Seminar Nasional AvoER VI 2014 ini dapat dilaksanakan sesuai jadwal Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AvOer) dilaksanakan oleh Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya sebagai implementasi dan tanggung jawab dunia akademik dalam permasalahan energi. Oleh karenanya, output dan outcome forum ilmiah ini dapat dijadikan konsiderasi bagi stakeholder untuk mengambil keputusan terutama yang berkaitan dengan masalah energi serat dampaknya pada lingkungan Forum ini merupakan wadah komunikasi dari berbagai segemen yang notabene berbeda kepentingan dan pandangan. Duni Industri, pemerintahan, dan akademisi akan menjadi suatu kekuatan yang besar pabila mempunyai kesamaan persepsi dan visi terhadap masalah energi. Energi Baru terbarukan Konservasi Energi dan Coal Upgrading memang dipilih untuk tema AvoER kali ini didasarkan atas pertimbangan UU No. 30 th 2007 tentang energi dan melihat sejauh mana perkembangan pemahaman tentang Energi Mix 2025. Dari makalah-makalah yang masuk dapat terlihat bahwa penelitian tentang energi sudah banyak membahas tentang energi baru terbarukan, seperti biogas, bioetanol, biofuel, dll dan juga bidang coal upgrading sudah mengarah pada utilisasi batubara seperti pengembangan Biobriket untuk sektor rumah tangga dan industri rumah tangga. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya pada Narasumber : 1. Prof. Dr. Wiratmaja Puja ( Kementrian ESDM) 2. Dr. Soni Solistia Wirawan ( Kementrian Ristek / BPPT) yang telah berkenan hadir dan berpartispasi sebagai Narasumber pada acara seminar yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2014, selanjutnya kami juga menyampaikan terim kasih kepada para Sponsor : Fakultas Teknik Unsri, PT. Bukit Asam Persero, PT. Pertamina Persero, PT. Cogindo DayaBersama, dan Pemerintah Kapbupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) yang telah berkontribusi dalam kegiatan seminar ini. Akhir kata, kami berharap Seminar Nasional ini dapat berfaedah bagi kita semua. Palembang, 30 Oktober 2014 Dekan, Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA
v
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
PANITIA PELAKSANA SEMINAR NASIONAL AVoER VI 2014 Pengarah
:
Prof. Dr. Ir. H.M. Taufik Toha, DEA (Dekan Fakultas Teknik) Dr. Tuty Emilia Agustina, S.T., M.T. (Pembantu Dekan I Fakultas Teknik) Dr. Ir. Amrifan S. Mohruni, Dipl.-Ing. (Pembantu Dekan II Fakultas Teknik) Ir Hairul Alwani, M.T. (Pembantu Dekan III Fakultas Teknik)
Penanggung Jawab
:
Dr. Ir. Riman Sipahutar, M.Sc. (Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Fakultas Teknik)
Ketua Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara
: : : :
Dr. Ir. Hj. Sri Haryati, DEA Budi Santoso, S.T., M.T. Ir. Marwani MT Umiati, S.E
Seksi Makalah/Publikasi
Prof. Dr. Ir. Subriyer Nasir, M.S. (koordinator) Dr. Ir. Hj.Susila Arita Dr. Novia, M.T. Dr. Ir. Hj. Reini Silvia I Dr. Ir. Endang Wiwik DH. M.Sc. M. Yanis, S.T. M.T. Dr. Yohannes Adiyanto, M.S. Heni Fitriani, Ph.D
Seksi Web :
Irsyadi Yani S.T., M.Eng., Ph.D Bhakti Yudho Suprapto, S.T., M.T. Ayatullah Khomeini, S.T. Carbella Azhary, S.Kom. Panji Pratama, S.E. Fandy, S.Kom. Rudiansyah, S.Kom.
vi
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
Seksi Acara :
Prof. Dr. Ir. Kaprawi, DEA Prof. Dr. Ir. Edy Sutriyono, M.Sc. Dr. Ir. Tri Kurnia Dewi, M.Sc. Ir. Irwin Bizzy, M.T. Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi,M.T. Ir. Fusito HY, M.T. Dr. Dewi Puspita Sari, S.T., M.Eng. Gustini, S.T.,M.T. Astuti, S.T.,M.T Suci Dwijayanti, S.T.,M.T. Puspa Kurniasari, S.T.,M.T.
Seksi Pendanaan :
Prof. Ir. H. Zainuddin Nawawi, Ph.D Ir. Hj. Ika Juliantina, M.S. Ir. Rudiyanto Thayib, M.Sc. Dr. Ir. H. Joni Arliansyah, M.Eng Dr. Irfan Djambak, S.T., M.T. Dr. Agung Mataram, S.T., M.T. Sazili, S.E., M.M. Heriyanto, S.E.
Seksi Sekretariat :
Ellyani, S.T., M.T. Caroline, S.T.,M.T. Hj. Hermawati, S.T., M.T. Hj. Ike Bayusari, S.T., M.T. Wienty Triyuly, S.T., M.T. Bochori, S.T., M.T. Barlin, S.T. M.T Prahady Susmanto, S.T., M.T. Marzuki, S.E. M. Jamil Irhas Bambang M. Faisal Fikri,S.E.
Seksi Transportasi :
Ir. Helmy Alian, M.T. Aneka Firdaus, S.T., M.T. Maryono David Syahrial A. Rivai
vii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
Seksi Perlengkapan dan Tata Tempat:
Ir. Firmansyah Burlian, M.T. Ir. Sarino, M.T. M. Ridwan (Pasca) Rico Sarjak
Seksi Pembantu Umum:
Hendra, S.T. M.T. Rahmatullah, S.T., M.T. Eva Oktarina Sari, S.T. Alex Al-Hadi, S.T. IMATEK FT. Unsri
viii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH Panitia AvoER VI 2014 menyampaikan terima kasih dan penghargaan setbesar-besarnya kepada sponsor, keynote speaker dan semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini
SPONSOR PT. Tambang Batubara Bukit Asam , TBk PT. Pertamina Persero PT. Cogindo DayaBersama Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
Narasumber Prof. Dr. Wiratmaja Puja ( Kementrian ESDM) Dr. Ir. Soni Solistia Wiarawan M.Eng ( Kementrian Risek/ BPPT)
ix
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
DAFTAR ISI
PRAKATA KEPANITIAAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI
v vi ix x
BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONVERSI ENERGI PENINGKATAN PERSENTASE METANA (CH4) DARI BIOGAS SISTEM KONTINYU MELALUI PROSES PURIFIKASI DENGAN MEMBRAN ZEOLIT
2
Abdullah Saleh, Elda Melwita, Prasetyowati, Lerry Fernando Manalu, Yohannes Christian OPTIMASI PROSES PURIFIKASI DME DAN METANOL PADA PABRIK DME DARI GAS SINTESIS
3
Abdul Wahid, Tubagus Aryandi Gunawan EFEKTIFITAS MINYAK OLAHAN PELUMAS BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR DIESEL
4
Agung Sudrajad, Yohan Septian PEMBUATAN BIOGASOHOL DENGAN BLENDING GASOLINE DAN BIOETANOL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BAHAN BAKAR
5
A. Budiyanto, D. Herfian, Prasetyowati POMPA SPIRAL SEBAGAI SALAH SATU ASPEK APLIKASI ENERGI TERBARUKAN
7
Darmawi, Riman Sipahutar, Jimmy D Nasution PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA UNTUK KEBUTUHAN LISTRIK POMPA AIR DI DESA KADURUNG KECAMATAN PURWAKARTA, CILEGON BANTEN
8
Erwin, Yeni Pusvyta, Bahrul Ilmi PENGARUH PENGELASAN DENGAN NYALA API OKSI-ASETILEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PELAT LOGAM MUNTZ Fusito, dan D.K.Pratiwi
x
9
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
APLIKASI ADITIF Bio2POWER UNTUK PREMIUM PADA GENSET LISTRIK
MENGHEMAT KONSUMSI BENSIN
10
Hamdan Akbar Notonegoro, Sunardi, Dwinanto ANALISIS TEGANGAN DAN KEKUATAN PADA TABUNG GAS LPG KAPASITAS 3 kg 11
Hendri Chandra*, R.Sipahutar, M.Yanis ANALISA EKSPERIMENTAL PENGARUH JARAK DUA SELINDER BULAT TERHADAP TEKANAN DALAM ALIRAN UDARA
12
Kaprawi, Andi Hidayat ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA COOLING FAN DENGAN TUBE BERISI ES TANPA FIN DAN DENGAN FIN Marwani, Aad Zilasa
13
PERANCANGAN KOTAK PENDINGIN (COOLBOX) TENAGA SURYA M. Z. Kadir, A.D. Priyadi
14
STUDI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN ELEKTROLIT KOH, VOLTASE ELEKTROLISA DAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK, SERTA RASIO CPO/KATALIS ZEOLIT ALAM YANG DIAKTIFKAN TERHADAP KONVERSI TRIGLISERIDA CPO MENJADI BIOGASOLIN Nina Haryani PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PERENDAMAN AMMONIA TERHADAP KONVERSI BIOETANOL DARI JERAMI PADI DENGAN METODE SOAKING IN AQUEOUS AMMONIA (SAA)
15
16
Novia, M.Amirullah Lubis, Fernando Jufianto PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI BIJI MANGGA MELALUI PROSES HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI
17
Pamilia Coniwanti, Tri Wulan Damayanti, Rizka Novarina STUDI KARAKTERISTIK PENYALAAN DAN PROFIL API PADA PEMBAKARAN CAMPURAN MINYAK SOLAR DAN BIODIESEL DI OIL BURNER
18
Roosdiana Muin, Mulkan Hambali, Leily Nurul Komariah, M. Yadry Yuda, Trisna Novitasari KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH JARAK, BENTUK DAN UKURAN NOSEL TERHADAP DAYA TURBIN CROSS FLOW Sri Poernomo Sari, Franky Martupa, Astuti
xi
19
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
IMPLEMENTASI PERANGKAT WIRELESS MONITORING ENERGI LISTRIK BERBASIS ARDUINO DAN INTERNET
20
Wahri Sunanda, Irwandinata BIDANG COAL UPGRADING PENGARUH MASSA DAN RASIO ETANOL TERHADAP AKSELERASI WAKTU NYALA BRIKET Budi Santoso, Ellynda Permasita, Uwu Holifah Ana F
22
AKSELERASI WAKTU NYALA BRIKET BATUBARA DENGAN PEMANFAATAN TALL OIL SISA DIGESTER PULP KRAFT PROCESS DAN GETAH DAMAR (Agathis Damara) Budi Santoso, Dede Hadi Widianto, Yono Purnama
24
PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN SERBUK BRIKET YANG TERBUAT DARI BATUBARA DAN JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN
25
Didik Sugiyanto KAJIAN COAL TAR MIXTURE (CTM) BERDASARKAN PERSENTASE CAMPURAN BATUBARA, TAR DAN AIR DALAM INTERVAL VISKOSITAS 900 - 1100 cP Ega Salfira, dan Rr. Harminuke Eko Handayani KAJIAN ANALITIS PEMBAKARAN BRIKET BATUBARA PENGECORAN LOGAM Imam Hidayat, Riman Sipahutar dan Diah Kusuma Pratiwi
UNTUK
27
TUNGKU
PENGARUH TEMPERATUR DAN KOMPOSISI PADA PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CANGKANG BIJI KARET DAN PLASTIK POLIETILEN
29
30
Selpiana , A. Sugianto , F. Ferdian PENGARUH SUHU KARBONISASI SERAT SAWIT TERHADAP NILAI HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI) PADA CAMPURAN BATUBARA BITUMINUS DENGAN SERAT SAWIT ShantiAisyah, Rr. Harminuke Eko Handayani
31
PENGARUH SUHU PADA PROSES HYDROTHERMAL TERHADAP KARAKTERISTIK BATUBARA
33
Yunita Bayu Ningsih
xii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
BIDANG GREEN CLEAN TECHNOLOGY
METODE PENGUKURAN KEBISINGAN RUANGAN MENGGUNAKAN DATA LOGGER SPL
36
Aryulius Jasuan PENGARUH pH AIR ASAM TAMBANG SINTETIK TERHADAP KUALITAS PERMEAT HASIL PROSES SANDFILTRASI, ULTRAFILTRASI, DAN REVERSE OSMOSIS
37
Dominica Charitas Manalu, Ridha Thaherah, Subriyer Nasir PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN SAND FILTER/ADSORBEN COAL FLY-ASH, ULTRAFILTRASI, DAN REVERSE OSMOSIS Devi Anggraini , Silfia Dahnia, Subriyer Nasir
EFEK VENTILASI MEKANIK DAN NATURAL TERHADAP PENURUNAN KADAR CO2 DI LABORATORIUM PRESTASI MESIN
38
39
Dwinanto, Imron Rosyadi dan Rian Dwi Purnomo ANALISA LAPISAN BATUAN YANG MENGANDUNG AIR ( AKUIFER ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DAERAH SUKAWINATAN, PALEMBANG
40
Falisa PEMANFAATAN EKSTRAK KELOPAK DAN BIJI BUNGA ROSELLA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Farida Ali, Anna Stasiana, Noviyanti Puspasari PENGARUH LAJU ALIR UMPAN ULTRAFILTRASI DAN TEKANAN OPERASI REVERSE OSMOSIS PADA PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG SINTETIK MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU TERBANG BATUBARA 38 Hasanah Oktavia Pane, Sondang Purnama Sari, Subriyer Nasir
41
42
PENGARUH ADSORBEN RICE HUSK-ASH, LAJU ALIR UMPAN PADA SISTEM ULTRAFILTRASI DAN TEKANAN OPERASI PADA UNIT REVERSE OSMOSIS
43
Jelita Br. Sinurat, Sara Situmeang Subriyer Nasir POTENSI PEMANFAATAN ZIRKONIA PADA ASPEK LINGKUNGAN : SUATU TINJAUAN PUSTAKA Melati Ireng Sari, Tuti Emilia Agustina
44
xiii
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
KAJIAN TINGKAT RISIKO PENCEMARAN AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI ASPEK KONSTRUKSI DAN LETAK SUMUR GALI SERTA PERILAKU PENGGUNA SUMUR GALI DI KELURAHAN TALANG PUTRI KECAMATAN PLAJU KOTA PALEMBANG Nyimas Septi Rika Putri PENGOLAHAN AIR RAWA MENJADI AIR BERSIH DI DAERAH TIMBANGAN INDRALAYAMENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI
46
48
Prahady S, J. Prihantoro S , A. Rumaiza TEKNOLOGI NANO: INOVASI BARU UNTUK MENGOLAH LIMBAH MENJADI MATERIAL KONSTRUKSI YANG RAMAH LINGKUNGAN Saloma PENGARUH RASIO MOLAR DAN VOLUME REAGEN FENTON PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN REAGEN FENTON DAN KARBON AKTIF
49
51
Tuty Emilia Agustina, A. Prasetyo, C. A. Hafiz PENGARUH PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGHUNI RUMAH PANGGUNG DALAM PENGENDALIAN PENUTUPAN AREA RESAPAN AIR PADA PERMUKIMAN LAHAN BASAH TEPIAN SUNGAI MUSI PALEMBANG Widya Fransiska F.Anwar , Setyo Nugroho PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Yudi Mubrika Yasri , Janeth Ayu Anggitarini , Elda Melwita
xiv
53
55
Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AVoER) Ke-6 Kamis, 30 Oktober 2014 di Palembang, Indonesia
PENGARUH RASIO MOLAR DAN VOLUME REAGEN FENTON PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN REAGEN FENTON DAN KARBON AKTIF Tuty Emilia Agustina1*, A.Prasetyo 1, C.A.Hafiz1 1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang Corresponding author:
[email protected]
ABSTRAK: Industri tahu adalah industri kecil yang banyak tersebar di kota besar dan di pedesaan. Meningkatnya jumlah industri tahu mengakibatkan semakin meningkat pula limbah dari industri tahu tersebut.Permasalahan yang kerap muncul dalam industri tahu tradisional adalah pengolahan limbah yang belum baik.Limbah dari industri tahu terbagi menjadi dua bagian yaitu limbah padat dan cair.Limbah padat digunakan untuk pakan ternak sedangkan limbah cair biasanya dibuang begitu saja di selokan atau sungai terdekat tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini tentu saja sangat mengganggu karena selain baunya yang tidak enak, air limbah tahu akan mencemari perairan di sekitarnya yang dapat menyebabkan rusaknya habitat di lingkungan tersebut. Salah satu alternatif yang tepat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan akibat limbah cair ini adalah dengan menggunakan kombinasi reagen Fenton dan karbon aktif.Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengolahan air limbah tahu menggunakan dua metode yaitu pengolahan air limbah denganmenggunakan reagen Fenton dan pengolahan air limbah menggunakan kombinasi reagen Fenton dan karbon aktif sebagai adsorben. Dalam penelitian ini digunakan variabel perbandingan konsentrasi molar reagen Fenton dan volume reagen Fenton. Untuk pengolahan dengan adsorben, setelah limbah dioksidasi dengan reagen Fenton maka dilewatkan kedalam kolom adsorpsi karbon aktif dengan tinggi karbon aktif di dalam kolom yaitu 20 cm. Karbon aktif yang digunakan berbentuk granular, dengan variabel tetap yaitu waktu proses selama 1 jam,kecepatan pengadukan 200 rpm dan volume sampel 250 ml. Parameter yang dipelajari dari penelitian ini adalah Nilai COD, TSS dan pH. Dari hasil penelitian ini didapatkan degradasi nilai COD tertinggi yaitu 92%, nilai TSS sebesar 136 mg/L,dan perubahan nilai pH menjadi 5,5 dengan menggunakan metode kombinasi reagen Fenton dan karbon aktif, perbandingan konsentrasi molar reagen Fenton 1:80 dan volume reagen Fenton sebanyak 50 ml. Kata Kunci: air limbah industri tahu, reagen Fenton, adsorpsi, karbon aktif ABSTRACT: Tofu industri is a small industri which spread in many cities and rurals. The increasing number of tofu industries has increased tofu waste. The waste from tofu industries consist of two parts, solid waste and liquid wastes. The solid waste was used for animal feed, while most of the liquid waste just discharged to the nearest sewer or river without any treatment. This matter generated a problem, not only because of foul odor generated, but the tofu wastewater also pollute aquatic system so can damaged habitat in that environmentment. One of alternative to overcome the environmental pollution due to tofu wastewater is by using a combination of Fenton reagent and activated carbon. The objective of this research was to study the tofu wastewater treatment by means of two methods,namely wastewater treatment by using Fenton reagent and wastewater treatment by using a combination of Fenton reagent and activated carbon as an adsorbent. The research used the ratio of the molar concentration of Fenton reagent and volume as variables. For the treatment with an adsorbent, after oxidation by Fenton Reagent the wastewater then passed into a column of activated carbon with the adsorbent height of 20 cm, Granular activated carbon was used where the fixed variables were 1 hour of reaction time, 20 rpm of stirring speed, and sample volume used of 200 ml. Parameters of this researchare COD, TSS and pH value. The highest COD degradation is 92%, TSS value of 136 mg/L and the pH value changes into 5,5 by using a combination of Fenton reagent and activated carbon, the molar ratio concentration of Fenton reagen is 1:80 and Fenton reagent volume was 50 ml. Keywords: tofu industri wastewater, Fenton’s reagent, adsorption, activated carbon
T. E. Agustina, et al.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai keragaman hasil pertanian, diantaranya kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki banyak kegunaan seperti dapat diolah menjadi tempe, kecap, susu kedelai, makanan ringan, dan tahu. Tahu sudah sejak lama dikonsumsi sebagai lauk pauk.Menurut SNI 013142-1998, tahu didefinisikan sebagai suatu produk makanan berbentuk padatan lunak yang dibuat melalui proses pengolahan kedelai (Glycine sp.) dengan cara mengendapkan proteinnya, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan (Rahayu, 2012). Kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu mempunyai kandungan protein sekitar 30-45%, sehingga kedelai merupakan makanan yang mengandung protein paling tinggi dibandingkan dengan daging, ikan dan telur. Secara garis besar proses pembuatan tahu dibagi menjadi dua yaitu, pembuatan ekstrak susu kedelai dan penggumpalan susu kedelai. Pembuatan ekstrak dibuat dengan cara perendaman, penggilingan, perebusan dan penyaringan kedelai.Proses pengendapan protein dilakukan pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana telah terbentuk gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 500C, dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan seperti bahan pengawet dan bahan pewarn (Hartati, 1994). Penggumpalan tahu dilakukan dengan penambahan bahan penggumpal asam asetat atau garam CaSO4, pada umumnya proses produksi tahu di Indonesia masih tergolong tradisional karena menggunakan bahan penggumpal tersebut (P3TP IPB, 1981). Salah satu limbah industri yang berpotensi mencemari lingkungan yaitu limbah cair industri tahu.Limbah cair industri tahu mengandung sejumlah besar karbohidrat, lemak dan protein. Molekul organik yang terdapat dalam limbah cair industri tahu secara garis besar mengalami perombakan terutama karbohidrat, lemak dan protein yang terkandung didalamnya yang dilakukan oleh mikroorganisme pengurai. Bahan organik kompleks berupa karbohidrat, lemak dan protein mula-mula diubah menjadi bentuk persenyawaan yang lebih sederhana glukosa, gliserol, asam lemak dan asam amino. Asam amino yang merupakan hasil dari perombakan protein akan dioksidasi menjadi nitrogen amonia (NH3) dan senyawa karboksil. Senyawa (NH3) akan dioksidasi lagi menjadi nitrit (NO2-). Apabila oksigen tersedia akan dioksidasi lagi menjadi nitrat (NO3-) (Pelczar dan Chan, 1996). Bahan organik yang terdapat pada limbah cair industri tahu apabila berada dalam konsentrasi tinggi dan langsung dibuang tanpa pengolahan akan
menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan (Nurhasan dan Pramudyanto, 1997). Suatu hasil studi tentang karakteristik air buangan industri tahu-tempe di Medan (Bappedal Medan, 1993), dilaporkan bahwa air buangan industri tahu rata-rata mengandung COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 7050, 4743 dan 26 mg/L. Sementara EMDI – Bapedal (1994) melaporkan kandungan rata-rata 6520 dan 1500 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri menurut PerMenLH No. 15 Tahun 2008tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan pengolahan kedelai. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk COD,TSS dan pH berturut-turut adalah 300 mg/L, 200 mg/L, dan 6-9 sehinga jelas bahwa limbah cair industri tahu telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Menurut Eddy Prihantoro (2010) sebagai Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek pada Deputi Pendayagunaan dan Permasyarkatan Iptek Kementrian Ristek menyatakan bahwa industri tahu ternyata merupakan salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan.Jumlah industri tahu di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.Mengingat industri tahu merupakan industri dengan skala kecil, maka membutuhkan intalasi pengolahan limbah dengan peralatan yang sederhana, biaya operasiona yang murah, memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan. Saat ini metode yang sedang berkembang dalam mengolah air limbah adalah dengan proses oksidasi lanjut (Advanced Oxidation Processes) yang akan mengoksidasi zat-zat pencemar sehingga menjadi zat-zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.
Pengaruh Rasio Molar dan Volume Reagen Fenton pada Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan Menggunakan Reagen Fenton dan Karbon Aktif
Selain menghasilkan limbah cair, industry tahu juga menghasilkan limbah padat. Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Air limbah industri tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu sehingga kuantitas air limbah yang dihasilkan sangat tinggi. Air limbah industri tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Berikut ini adalah data-data karakteristik limbah cair industri tahu: Tabel 1. Karakteristik air limbah industri tahu No Karakteristik limbah Nilai cair industri tahu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Padatan Terendap Padatan Tersuspensi Padatan Total Warna Kekeruhan Amoniak-Nitrogen Nitrit-Nitrogen Nitrat-Nitrogen PH BOD
170-190 mg/L 638-660 mg/L 668-703 mg/L 2225-250 pt CO 524-585 FTU 23,3-23,5 mg/L 0,1-0,5 mg/L 3,5-4,0 mg/L 4–6 6000-8000 mg/L 11 COD 7500-14000 mg/ L 12 Karbohidrat 0,51 % 13 Pati 0,46 % Sumber : Nurhasan dan Pramudyanto (1997) Menurut Dhahiyat (1990) di dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram karbohidrat. Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan terganggunya kualitas air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan di sekitar industri tahu. Penurunan daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau (Rossiana, 2006). Herlambang (2002) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara. Apabila konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi
berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau. Bila kondisi anaerobik tersebut dibiarkan maka air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari maka akan menimbulkan gangguan kesehatan (Kaswinarni, 2007). Suhu limbah cair yang berasal dari rebusan kedelai mencapai 70°C. Apabila setiap hari perairan memperoleh pasokan limbah cair dengan suhu yang tinggi maka akan membahayakan kehidupan organisme air. Suhu yang optimum untuk kehidupan dalam air adalah 25-30°C. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan maupun tanaman air karena kadar oksigen terlarut akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu (Wardhana, 2004). Pengolahan limbah cair industri tahu sampai saat sekarang kebanyakan hanya menampung limbah cair kemudian didiamkan beberapa saat lalu dibuang ke sungai.Cara ini memerlukan kapasitas penampungan limbah cair yang sangat besar.Terlebih lagi apabila kapasitas industri tahu cukup besar, maka dihasilkan limbah cair industri tahu yang sangat banyak (Darsono, 2007). Polutan air limbah tahu tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen bebas atau secara anaerob.Memang hal tersebut dapat berjalan walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Supaya proses pengolahan dapat berjalan lebih efektif, maka perlu dicari kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme dapat hidup dengan baik pada kondisi pH limbah cair mendekati netral.Limbah cair industri tahu bersifat asam sehingga sebelum diolah perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan kapur agar kerja mikroorganisme berlangsung dengan baik. Mengingat waktu yang cukup panjang dalam proses pengolahan air limbah tahu secara anaerob, maka perlu dicari jalan ke luar untuk mendapatkan proses yang singkat namun biayanya tetap murah (Darsono, 2007). Limbah cair pabriktahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses anaerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 5080% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi air limbah industri tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses
T. E. Agustina, et al.
pembuatan tahu (Macklin, 2013). Namun, karena teknologi biogas dari limbah cair industri tahu membutuhkan area dan biaya instalasi, sehingga banyak pengrajin industri tahu yang lebih memilih membuang langsung limbahnya ke lingkungan.Pada penelitian ini, metode pengolahan yang digunakan adalah proses oksidasi lanjut dengan reagen Fenton dan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif sehingga diharapkan air limbah industri tahu yang diolah dapat memenuhi baku mutu lingkungan. Reagen Fenton adalah campuran antara hidrogen peroksida dan ion besi dimana campuran diantara keduanya akan bergenerasi menjadi gugus radikal hidroksil mengikuti laju dari reaksi diantara keduanya (Ruppert dan Bauer,1993; Venkatadri dan Peters, 1993). Pereaksi Fenton terdiri dari oksidator hidrogen peroksida (H2O2) dan katalis ion Fe (II). Reaksi Fenton menghasilkan spesi radikal hidroksil (OH-) dan hidroperoksil (OOH-) yang dapat memecah struktur berbagai senyawa organic seperti senyawa fenolik menjadi asam-asam alifatik yang lebih ramah lingkungan bahkan mampu mendegradasi total senyawa fenolik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi peroksida berkatalisis besi ini biasanya dijalankan pada pH 3-5 yang disebut sebagai “Fenton Chemistry” dan kombinasi reagen besi/perokisda disebut sebagai ”Fenton Reagent”. Reaksi Fenton sekarang banyak digunakan dalam kegiatan penanganan air limbah, tanah dan lumpur terkontaminasi dengan beberapa aplikasi sebagai berikut: 1. Destruksi polutan organik 2. Penurunan sifat racun 3. Peningkatan biodegradasi 4. Penhilangan BOD/COD 5. Penghilangan warna dan bau 6. Destruksi resin pada lumpur terkontaminasi radioaktif Berikut ini adalah mekanisme reaksi yang terjadi : H2O2 + Fe2+ → •OH + OH - + Fe3+ Jika bereaksi dengan ion ferri menghasilkan persamaan berikut:
(1) maka
akan
H2O2 + Fe3+ → Fe2+ + HO2• + H+
(2)
H2O2 + Fe3+ → H+ + FeOOH2+
(3)
FeOOH2+ → HO2• + Fe2+
(4)
HO2• + Fe2+ + H+ → H2O2 + Fe3+
(5)
HO2• + Fe3+ → H+ +Fe2+ +O2
(6)
Fe2+ + O2-• ↔ Fe2+ + O2
(7)
Fe3+ + O2- → Fe2+ +O2
(8)
Fe3+ + HO2• → Fe3+ + HO2-
(9)
Konsumsi ion fero lebih cepat dibandingkan dengan produksinya, jadi kecepatan reaksi persamaan 10 lebih lambat dari pada kecepatan reaksi pada persamaan 11. Radikal hidroksil yang bereaksi dengan ion fero akan menghasilkan ion ferri. •OH + Fe2+ → OH- + Fe3+
(10)
•OH + organik → produk
(11)
Proses Fenton terbagi dalam dua tahap : Tahap Fe2+/ H2O2 Ion ferro bereaksi sangat cepat dengan hidrogen peroksida untuk memproduksi sejumlah senyawa radikal hidroksil yang nantinya akan dapat bereaksi sangat cepat dengan zat organik.Karena kecepatan reaksi ion ferri dengan hidrogen peroksida lebih lambat dibandingkan dengan ion ferro, maka oksidasi zat organik merupakan tahapan yang kedua. 1.
Tahap Fe3+/ H2O2 Tahap kedua ini lebih lambat daripada tahap pertama.Dalam literatur disebutkan bahwa ion ferri merupakan katalis dengan aktifitas yang lebih rendah daripada ferro. 2.
Secara umum, kemampuan oksidasi reagen Fenton dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter yang diklasifikasikan sebagai berikut : a. Nilai pH a. Konsentrasi zat organik b. Konsentrasi ferro c. Konsentrasi hidrogen peroksida Kondisi optimum untuk reagen Fenton telah diamati pada pH 3-5. Pada pH lebih rendah efektifitas penghilangan kontaminan akan menurun karena dekomposisi H2O2. Pada pH<3, konsentrasi ion H+ terlalu tinggi yang menyebabkan ion hidrogen sebagai aseptor utama radikal.OH(Barbusinki, 1999). Nilai pH secara langsung dapat mempengaruhi reaksi dari ion ferro dan kecepatan reaksi dari ion ferro tersebut dengan hidrogen peroksida dalam membuat radikal hidroksil secara efektif. Ion ferro berperan penting dalam katalis hidrogen peroksida untuk memproduksi radikal hidroksil, jadi apabila kita menambahkan ion ferro maka secara langsung akan mempengaruhi kecepatan dekomposisi senyawa organik. Laju dekomposisi akan meningkat dengan meningkatnya jumlah ion ferro dan akan mencapai titik maksimum dimana dengan
Pengaruh Rasio Molar dan Volume Reagen Fenton pada Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan Menggunakan Reagen Fenton dan Karbon Aktif
Tabel 2.Pengaruh nilai pH terhadap reaksi Fenton Pengaruh terhadap reaksi Fenton Nilai pH Reaksi berjalan dengan perlahan pH < 2 Laju reaksi rendah untuk Fe2+ → 1,8 < pH Fe3+ <2,5 Pembentukan HO• berjalan lambat pH > 4 Reaksi Fe2+ → Fe3+ berlangsung pH > 4,6 cepat tapi tidak mengoksidasi sasaran yang ditentukan Laju dekomposisi yang lambat 3 < pH <5 untuk H2O2 Dekomposisi diri sendiri dari PH > 10 hidrogen peroksida :2H2O2 → 2H2O2 + O2 (Sumber: Walling, 1975). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di laboratorium Analisa dan Instrumen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Bahan baku berupa air limbah tahu, dan bahan-bahan kimia yaitu reagen Fenton, karbon aktif, dan natrium tiosulfat. Prosedur penelitian dimulai dengan limbah tahu di masukan kedalam tanki penampung yang telah diketahui nilai TSS, pH, dan COD. Kemudian limbah di masukan kedalam reaktor sebanyak 250 ml. Pada percobaan ini dianalisa hasil pengolahan air limbah industri tahu menggunakan reagen Fenton, tanpa karbon aktif serta dengan penambahan karbon aktif.
Pengadukan sampel dengan reagen Fenton dilakukan di jar test apparatus dengan kecepatan 200 rpm.Variabel dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Perbandingan molar reagen Fenton yaitu 1) FeSO4.7H2O: H2O2 = 1 : 20 2) FeSO4.7H2O: H2O2 = 1 : 40 3) FeSO4.7H2O: H2O2 = 1 : 80 2. Volume reagen Fenton: 10 ml,20 ml,30 ml, dan 50 ml Air limbah tahu memiliki pH sebesar 3,81 yang sudah memenuhi persyaratan untuk terjadinya reaksi Fenton. Sedangkan variabel tetap yang digunakan adalah waktu reaksiselama 60 menit dan kecepatan putaran pengaduk200 rpm. Untuk percobaan reagen Fenton dengan menggunakan karbon aktifmaka hasil sampel setelah direaksikan dengan larutan selama 1 jam dialirkan kedalam kolom berisi karbon aktif dengan tinggi unggun karbon aktif 20 cm. Kemudian sampel dianalisa kandungan COD,TSS dan pH. HASIL DAN PEMBAHASAN 90
De gradasi COD (%)
penambahan secara terus menerus tidak akan membuatnya effisien lagi.
80 70
Rasio Molar Fenton
60 50 40
1:20
30
1:40
20
1:80
10 0 0
10
20
30
40
50
Volume Fenton (ml)
Sampling Analisa Sampel Awal
ReaksiFenton
Analisa Kolom karbon aktif Analisa sampelakhir Pengolahan data Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Pengaruh rasio molar dan volume Fenton terhadap persen degradasi COD dalam pengolahan air limbah tahu dengan menggunakan reagen Fenton. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan persen degradasi angka COD dari air limbah tahu yang cukup signifikan dari masingmasing variabel penelitian yaitu berkisar 66-85%. Dari analisa sampel awal, diketahui bahwa nilai COD sebesar 1970 mg/L. Nilai ini sangat jauh dari nilai COD baku mutu lingkungan untuk air limbah buangan pengolahan kedelai yang diatur oleh pemerintah, yakni maksimal 300mg/L. Setelah dilakukan pengolahan dengan reagen Fenton,nilai COD dari air limbah tersebut mengalami penurunan. Dari data grafik terlihat penurunan nilai COD yang paling besar yaitu 85% dari kondisi awal turun menjadi 296mg/L yaitu satu-satunya yang memenuhi baku mutu dengan menggunakan volume reagen Fenton 50 ml dan rasio molar 1:80.
T. E. Agustina, et al.
1000 900 800
Rasio Molar Fenton
90
80
600
Rasio Molar Fenton
500
1:20
700
400
1:40
300
1: 80
200 100 0 0
10
1:20 1:40
70
1:80
60 0
10
20
30
40
50
Volume Fenton (ml)
Gambar 3. Pengaruh rasio molar dan volume Fenton terhadap persen degradasi COD dalam pengolahan air limbah tahu dengan menggunakan reagen Fenton dan karbon aktif. Dari Gambar 3 terlihat bahwa terjadi kenaikan persentasi penurunan nilai COD dari masingmasing variabel yang digunakan yaitu mencapai 86-92%. COD yang diperoleh telah memenuhi standar baku mutu yangditetapkan yaitu 213 mg/L, 189.5 mg/L, dan 154.5 mg/Luntuk rasio molar berturut-turut sebesar 1:20,1:40, dan 1:80. Hal ini dikarenakan proses adsorpsi air limbah melalui pengolahan dengan karbon aktif sebagai adsorben telah menjerapsisa kandungan organik pada air limbah tahu yang belum teroksidasi sehingga berpengaruh terhadap penurunan angka COD.Persen degradasi terendah yaitu sebesar 86% pada rasio molar Fenton 1:20 dan volume Fenton 10 ml, sedangkan persen degradasi tertingi yaitu sebesar 92% pada rasio molar Fenton 1:80 dan volume Fenton 50 ml. Dari kedua grafik ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan molar reagen Fenton(dalam hal ini konsentrasi H2O2), maka akan semakin besar persen degradasi COD, dan juga semakin besar volume reagen Fenton yang digunakan maka semakin besar persen degradasi COD yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kenaikan konsentrasi dan volume akan
20 30 40 Volume Fenton (ml)
50
60
Gambar 4. Pengaruh rasio molar dan volume Fenton terhadap nilai TSS dalam pengolahan air limbah tahu dengan menggunakan reagen Fenton Hasil endapan yang berupa TSS ini ternyata menjadi permasalahan baru bagi lingkungan karena nilai TSS yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan sebesar 200 mg/L, sedangkan nilai TSS hasil pengolahan dengan reagen Fenton menghasilkan endapan dengan nilai TSS diatas 200 mg/L. Sehingga diperlukan pengolahan lanjutan untuk menyisihkan endapan ini yaitu dengan bantuan karbon aktif.
Nilai TSS (mg/L)
Degradasi COD (%)
100
meningkatkan konsentrasi OH• (ion hidroksil) dalam reagenuntuk tejadinya reaksi mineralisasi yaitu reaksi pemecahan kandungan organik oleh ion-ion hidroksil yang berasal dari H2O2 menjadi mineral-mineral yang mengendap. Oleh sebab itu nilai TSS (Total Suspended Solid) menjadi semakin besar pula sebagai akibat endapan yang dihasilkan yang dinyatakan dalam total suspended solid (TSS) seperti digambarkan pada grafik berikut.
Nilai TSS (mg/L)
Semakin besar volume reagen Fenton yang digunakan, semakin besar persen degradasi COD. Demikian pula semakin besar rasio molar yang digunakan, maka semakin besar degradasi persen COD yang dicapai. Hal ini dikarenakan semakin besar volume dan semakin tinggi rasio molar reagen Fenton maka semakin banyak hidroksil radikal yang dihasilkan sehingga kemampuan reagen Fentonuntuk mengoksidasi kontaminan dari air limbah semakin meningkat. Metode kedua yang diterapkan pada penelitian ini yaitu kombinasi antara reagen Fenton dan karbon aktif.Sampel air limbah setelah direaksikan dengan reagen Fenton selanjutnya dilewatkan melalui kolom berisi karbon aktif.
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Rasio Molar Fenton
1:20 1:40 1: 80
0
10
20 30 40 Volume Fenton (ml)
50
60
Gambar 5. Pengaruh rasio molar dan volume Fenton terhadap nilai TSS dalam pengolahan air limbah tahu dengan menggunakan reagen Fenton dan karbon aktif Berdasarkan Gambar 5 di atas didapatkan bahwa semakin besar nilai TSS awal limbah hasil pengolahan dengan reagen Fentondimana endapan yang terbentuk semakin besar sehingga akan lebih
Pengaruh Rasio Molar dan Volume Reagen Fenton pada Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan Menggunakan Reagen Fenton dan Karbon Aktif
memudahkan untuk penyisihan endapan tersebut oleh adsorben, sehingga nilai TSS yang dihasilkan akan semakin kecil seiring naiknya perbandingan rasio molar dan volume Fenton yang digunakan. Dari Gambar 5dapat dilihat bahwa nilai TSS terendah didapat oleh perbandingan rasio molar Fenton 1:80 pada volume 50 ml dengan niai TSS sebesar 136mg/Lsedangkan nilai TSS tertinggi didapatkan pada perbandingan rasio molar Fenton 1:20 dengan volume 10 ml dimana nilai TSS 530 mg/L. Dikarenakan standar baku mutu TSS yang diizinkan untuk dbuang ke lingkungan adalah maksimal 200 mg/L, maka pengolahanair limbah dengan menggunakan reagen Fentondan karbon aktif dapat digunakan dengan rasio molar 1:80 dan volume 20 ml dimana sudah memenuhi standar baku mutu TSS limbah tahu.
hujan sebagai pengencer limbah sehingga nilai pH dapat berubah mendekati nilai baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan. Dari hasil pembahasan, berdasarkan variabel yang digunakan dan analisa parameter, maka kondisi optimum proses dicapai dengan pengolahan air limbah tahu menggunakan reagen Fenton dan karbon aktif dimana telah tercapai baku mutu lingkungan untuk COD dan TSS dengan menggunakan rasio molar 1:80 dan volume Fenton 20 ml. Pada kondisi ini didapatkan nilai degradasi COD sebesar 90.8 %, nilai TSS sebesar 160mg/Ldan nilai pH 5,1. Dalam hal ini digunakan volume reagen Fenton yang relatif lebih hemat namun dapat mencapai baku mutu yaitu nilai COD 182 mg/L dan TSS 160 mg/L. Pada pengolahan menggunakan reagen Fenton tercapai persen degradasi COD tertinggi sebesar 85%. Sedangkan pada pengolahan menggunakan kombinasi reagen Fenton dan karbon aktif kondisi terbaik dicapai dengan penurunan COD menjadi 154.5 mg/L atau sebesar 92%, dan capaian angka TSS terendah 136 mg/L. Sedangkan perubahan nilai pH akhir pengolahan tertinggi sebesar 5,5. KESIMPULAN
Gambar 6. Pengaruh rasio molar dan volume Fenton terhadap perubahan pH dalam pengolahan air limbah tahu dengan menggunakan reagen Fenton dan karbon aktif Nilai pH pada hasil akhir pengolahan dengan Fenton dan karbon aktif bervariasi dari nilai 4.81 sampai dengan 5.35. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai pH sampel awal yaitu 3.8, sehingga akibat proses yang dilakukan terjadi perubahan nilai pH. Nilai pH sampel awal pada kondisi asam dikarenakan adanya proses koagulasi menjadi tahu dengan adanya tambahan asam asetat atau garam CaSO4 yang digunakan pada industri tahu, sehingga limbah tidak siap dibuang karena baku mutu standar untuk pH limbah yaitu 6-9. Dengan adanya penambahan reagen Fenton kondisi limbah akan semakin asam, seperti yang telah diukur bahwa nilai pH limbah setelah proses Fenton berkisar antara 3.3-4.2, dimana penurunan nilai pH ini akibat penambahan larutan H2O2 sebagai reaktan utama pada proses, karena larutan H2O2 bersifatasam. Peningkatan nilai pH didapat setelah proses adsorpsi karbon aktif yaitu antara 4,8-5,4. Namun, nilai ini masih dibawah nilai pH 6 sebagai nilai standar, untuk itu harus dilakukan pengolahan tambahan untuk mencapai nilai standar yaitu antara lain dengan penambahan air seperti air
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) Metode reagen Fenton dan adsorpsi karbon aktif dapat digunakan dalam pengolahan air limbah industri tahu untuk menurunkan angka COD dan TSS. 2) Semakin besar perbandingan molar dan volume reagen Fenton yang digunakan maka semakin besar penurunanangka COD dan pH pada air limbah industri tahu. Namun Semakin besar kenaikan angka TSS. 3) Pada pengolahan menggunakan reagen Fenton tercapai persen degradasi COD tertinggi sebesar 85%. Sedangkan pada pengolahan menggunakan kombinasi reagen Fenton dan karbon aktif kondisi terbaik diperoleh dengan rasio molar reagen Fenton 1:80 dan volume reagen Fenton 50 ml dimana persen degradasimencapai 92%, sertaangka TSS terendah 136mg/L. DAFTAR PUSTAKA Anonim.(1981). Diktat tahu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan (P3TP), Institut Pertanian Bogor.Tersedia diwww.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/ pangan/ipb/tahu.pdf.diakses pada tanggal 12 Agustus 2014 Barbusinki, K. dan Koscielniak.(1999). Aerobic Sludge Digestion In The Presence Of Chemical Oxidation Agents. Part I: Hydrogen Peroxide,
T. E. Agustina, et al.
Institute a Water and Waste Water Engineering, Silesion Technical University. Poland Bappeda Medan. (1993).Laporan Penelitian Pencemaran Air Limbah Di Sentra Industri Kecil Tahu/ Tempedi Kec.Medan Tuntungan Kotamadya Dati II Medan.Bappeda TK II Medan. Medan. Darsono, V. (2007).Pengolahan Air limbah tahu Secara Anaerob Dan Aerob. Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Dhahiyat, Y. (1990). Kandungan Limbah Cair Pabrik Tahu dan Pengolahannya dengan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms). Tesis. Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. EMDI – Bapedal. (1994).Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia: Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu. EMDI – BAPEDAL. Hartati.(1994). Tahu Makanan Bergizi.Kanisius.Yogyakarta. Herlambang, A.(2002). Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Bapedal. Samarinda ITB.(1981). Diktat tahu.Pusat penelitian dan pengembangan teknologi pangan Institut Pertanian Bogor. Kaswinarni, F.(2007).Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu.Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro Macklin, B. (2013).Limbah Tahu Cair Menjadi Biogas.Http://onlinebuku.com/2009/01/15/limb ah-tahu-cair-menjadi-biogas/ Diakses pada 13 Oktober 2013 Pukul 19.06 WIB. Nurhasan, A. dan B. B. Pramudyanto. (1997). Pengolahan Air Buangan Tahu. Yayasan Bina Karta Lestari dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Semarang. Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. (1996).Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI Press. Jakarta. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri Pengolahan Kedelai Prihantoro, E.(2010).Peluncuran Unit Instalasi Pengolah Limbah (IPAL) Limbah Cair Sentra Industri Kecil Tahu, di Purwokerto.Http : //www. ristek.go.id /?module =News %20 News &id=5912. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013. Rahayu, E.S., (2012). Teknologi Proses Produksi Tahu, Kanisius, Jakarta Rossiana, Nia. (2006). Uji Toksisitas Air limbah tahu Sumedang Terhadap Reproduksi Daphnia carinata KING.Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Bandung. Ruppert, G dan Bauer, R. (1993). Mineralization of cyclic organic water contaminants by the photo-
Fenton reaction: influence of structure and substituents. Chemosphere. (27) :1339-1347. Walling, C. (1975).Fenton reagent: V. Hydroxylation and side-chain cleavage of aromatics. Acc. Chem. Res.(8):125-131. Wardhana, W.A., (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Venkatadri, Rdan Peters, R. W. (1993). Chemical oxidation technologies: ultraviolet light/hydrogen peroxide, Fenton’s reagent and titanium dioxide-assisted photocatalysis. Haz. Waste Haz. Mater.(10):107-149.