Kuliah Tamu Jurnalistik, Sinergikan Teori dengan Praktisi UNAIR NEWS – Melibatkan praktisi secara langsung dalam pembelajaran akan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada mahasiswa. Hal itulah yang dilakukan oleh Departemen Sastra Indonesia Universitas Airlangga dalam kuliah tamu yang bertajuk “Kiat Menulis Opini di Media Massa”. Acara yang dilaksanakan di Aula Siti Parwati pada Rabu (7/12), dibuka langsung oleh Wakil Dekan I FIB UNAIR Puji Karyanto, M.Hum. Dalam sambutannya, Puji menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari departemen untuk meningkatan kualitas mahasiswa dalam memahami jurnalistik lebih dalam dan langsung kepada pelakunya. “Dengan kuliah ini saya harap akan banyak hal yang dibagi untuk mengenalkan mahasiswa dengan dunia jurnalistik,” harap Puji. Hadir sebagai moderator kuliah tersebut Prof. Ida Bagus Putera Manuaba, M.Hum. menyampaikan bahwa ia ingin mata kuliah yang diampunya bisa dipraktikan langsung oleh mahasiswa. Selain itu, Guru Besar pertama FIB UNAIR tersebut juga berharap bahwa dengan mendatangkan praktisi di tengah mahasiswa bisa menambah gairah menulis anak didiknya. “Kami harapkan dengan ini mahasiswa bisa lebih produktif dengan pengalaman langsung di lapangan,” ujarnya. Pemateri pertama yang memaparkan mengenai penulisan opini, Agus Muttaqin menyampaikan beberapa hal mengenai karakter penulisan opini dan cara menyusun kerangka penulisan opini. Redaktur artikel opini pada harian Jawa Pos tersebut juga menegaskan bahwa hal terpenting dalam teknik menulis
opini di media adalah bahasa yang komunikatif, ringkas, dan tidak bertele-tele. “Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna,” ulasnya. Selanjutnya, pemateri kedua yakni Frido Sri Adawina. Alumni Sastra Indonesia yang kini berprofesi sebagai editor bahasa harian Jawa Pos menjelaskan, sebagai editor bahasa pada media massa harus mengetahui kebutuhan pembaca. Baginya, bahasa koran yang baik adalah bahasa yang membuat pembaca senang. “Untuk bahasa koran yang baik adalah bikin pembaca senang. Dengan senang pembaca akan dapat menyerap informasi yang ada dalam berita itu,” paparnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor:
Faridah Hari
Hikmah dari Pelatihan Bahasa Inggris, Defi Lulus Terbaik Vokasi UNAIR NEWS – Salah satu pengalaman menarik yang pernah dirasakan Defi Ika Suwandari, A.Md selama kuliah di Universitas Airlangga adalah ketika mengikuti pelatihan Bahasa Inggris di Pusat Bahasa. Pelatihan itu merupakan bagian dari kegiatan pengembangan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Selama pelatihan itu Defi dan peserta lain menerima materi tentang persiapan TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Lalu bersama mahasiswa UNAIR penerima Bidikmisi lainnya, ia diajak mempelajari tentang structure, listening,
dan reading. “Saat saya mengikuti training Bahasa Inggris itu, saya bertemu banyak teman dari jurusan lain di tiap semesternya. Saya merasa training ini sangat bermanfaat, mengingat sekarang saya bekerja di lingkungan yang sering bertemu dengan pasien asing,” tutur Defi. Dari situlah, Defi menganggap pelatihan Bahasa Inggris itu banyak memberi manfaat terhadap pekerjaannya sekarang. Meski baru resmi diwisuda periode Desember 2016, alumnus prodi Teknik Kesehatan Gigi Fakultas Vokasi ini sudah bekerja sebagai laboran di salah satu laboratorium kesehatan gigi di Bali, selama sekitar tiga bulan. “Saya dipercaya untuk bekerja di departemen keramik, dan beberapa kali melakukan tugas yang mengharuskan interaksi langsung dengan pasien,” ujarnya.
adanya
Peraih IPK 3,74 ini mengaku seperti belajar dari nol karena faktanya kehidupan di lingkungan kerja sangat berbeda dengan proses belajar di kampus. Tapi Alhamdulillah karena selalu diberi kepercayaan dan tantangan, sehingga membuatnya lebih percaya diri. Ketika prodi tersebut masih berada dalam manajemen Fakultas Kedokteran Gigi, ia bergabung dengan Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Tari Saman. Sebagai penari, ia dan kawan-kawan UKF sudah pernah tampil di berbagai acara, baik di fakultas, universitas, bahkan sampai keluar kampus. Termasuk ke sejumlah seminar nasional dan beberapa event swasta lain. Selain itu ia juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa TKG dan pernah bergabung dalam sejumlah kepanitiaan di FKG. “Beberapa kali saya sempat aktif dalam beberapa kepanitiaan di FKG seperti PPKMB serta seminar. Memasuki semester III dan IV, saya mulai aktif di HIMA TKG dan sempat ikut dalam kegiatan program pengenalan mahasiswa baru Fakultas Vokasi,” cerita Defi.
Setelah tiga tahun kuliah di UNAIR, Defi merasa bangga bisa menjadi bagian dari keluarga alumni sivitas akademika. Baginya, ada banyak ilmu, wawasan, pengalaman baru, dan banyak bertemu dengan orang-orang hebat. Selain melanjutkan karirnya sebagai laboran, ia berharap dapat melanjutkan studi ke jenjang sarjana. (*) Penulis: Defrina Sukma Satiti Editor: Dilan Salsabila
’Working Mom’ Ayu Lawuningtyas, Lulus Terbaik S-2 Farmasi UNAIR UNAIR NEWS – Ayu Lawuningtyas Hariadini, M.Farm menjadi wisudawan terbaik jenjang S-2 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Ia lulus dari program studi Magister Ilmu Farmasi minat studi kebijakan dan Manajemen Farmasi FF UNAIR, dan meraih IPK nyaris sempurna yaitu 3.95. Kesuksesan Ayu ini juga tak lepas dari usahanya mempertahankan tesisnya yang bertajuk “Analisis Beban Kerja Apoteker Ruang Rawat Inap dalam Melakukan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Tipe A (Studi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)”. Perempuan yang suka mengajak anaknya mengunjungi tempat-tempat bersejarah ini pernah mendaptkan predikat Best Student Paper Award dalam 2nd Annual International Conference on Pharmacology and Pharmacetical Sciences (PAHRMA 201). Ayu menceritakan pengelamannya dalam menyelesaikan tugas akhirnya ini, yang diibaratkannya sebagai Working Mom.
“Saya adalah Working Mom dengan seorang putri dan sampai saat ini suami baru bisa memberikan support dari jarak jauh,” kata perempuan yang akrab disapa Ayuk. Ia merasa beruntung instansi memberikan pembebasan tugas belajar selama dua tahun, sehingga ia dapat fokus pada penyelesaian studi. Dalam tesisnya, pengajar di Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran UB ini bertujuan memberikan kajian terhadap upaya pemenuhan kebutuan tenaga kesehatan, khususnya apoteker di fasilitas pelayanan kesehatan. Baginya, upaya itu dapat dilakukan melalui analisis terhadap beban kerja dan kebutuhan tenaga apoteker dalam melakukan pelayanan farmasi. “Penelitian tersebut akan memakan waktu lama jika saya mengerjakan sendiri, jadi waktu penelitian itu saya merekrut sejumlah enumetor penelitian,” imbuhnya. Dari tesisnya yang mengambil data dari RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ini, membuat perempuan kelahiran Kediri, 10 Juni 1988 ini harus rela membawa anaknya Malang-Surabaya pergi-pulang (PP). “Dari anaknya saya masih berumur setahun hingga sekarang tiga tahun, dia dengan setia mendampingi saya. Tapi saya tetap harus membagi waktu untuk memperhatikan tumbuh kembangnya juga,” pungkasnya. (*) Penulis : Mohammad Janni Editor : Nuri Hermawan
Pertama
Kali,
BEM
UNAIR
Adakan Isbat Nikah UNAIR NEWS –Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNAIR bersama dengan Direktorat Mahasiswa (Dirmawa) menghelat kegiatan pengabdian masyarakat (Pengmas). Kali ini, Rabu (7/12), BEM UNAIR mengadakan Isbat Nikah bagi warga Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. Isbat Nikah ini merupakan sebuah kegiatan untuk menyempurnakan pernikahan yang masih belum resmi secara hukum negara (nikah siri). Sehingga Isbat Nikah hanya dilakukan kepada mereka yang menikah siri. “Ini baru pertama kalinya kita mengadakan seperti ini. Karena sebelumnya belum ada acara seperti ini dari UNAIR,” ujar Fardhan, Menteri Pengmas BEM UNAIR. “Memang, hal seperti ini kelihatannya remeh. Tapi memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat,” tambahnya. Fardhan mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan acara ini selama tiga bulan. Ia mengaku, butuh waktu lama untuk menginformasikan dan mencari pasangan yang memenuhi syarat dan berminat untuk disempurnakan pernikahannya. “Selama tiga bulan itu, kita juga dibantu dan berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Mulyorejo untuk menginformasikan dan mencari pasangan,” jelasnya.“Hasilnya, sembilan pasangan berminat untuk mengikuti Isbat Nikah tersebut. Namun, hanya empat pasangan yang dinyatakan memenuhi syarat administrasi dari Pengadilan Agama Surabaya,” imbuhnya.
Suasana Pembukaan Isbat Nikah Oleh BEM UNAIR dan DIRMAWA di Lobi Lantai 1 Gedung Rektorat, Rabu (7/12). (Foto : Dilan Salsabila) Acara yang dihelat di Lobi Lantai 1 Gedung Manajemen, Kampus C tersebut diresmikan oleh Kasubag Kesejahteraan Direktorat Kemahasiswaan M. Fauzi, S.E. Setelah mengikuti acara pembukaan di Lobi, keempat pasangan tersebut mengikuti sidang isbat nikah di Pengadilan Agama Kota Surabaya yang bertempat di Jalan Ketintang. Setelah itu, pada Kamis (8/12), akan ada resepsi dari keempat pasangan yang bertempat di Kecamatan Mulyorejo. “Besok (Kamis (8/12), red) jam satu siang akan diadakan resepsinya, di Kecamatan Mulyorejo,” jelas Fardhan. Fardhan mengatakan, acara ini diharapkan dapat diadakan secara rutin, sebagai agenda tahunan BEM. Selain itu, ia juga mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, terlebih untuk memperluas daya jangkau Pengmas ini.
“Semoga apa yang sudah dikontribusikan oleh UNAIR ini bisa lancar. Ke depan, supaya lebih luas lagi jangkauannya, kalau bisa, juga ada dukungan dari pemerintah, jadi pihak yang ndukung acara ini lebih banyak lagi,” tandasnya. “dan semoga bisa diregenerasikan kepada kepengurusan selanjutnya,” imbuhnya mengakhiri.(*) Penulis : Dilan Salsabila Editor :Faridah Hari
Praktisi dan Sosiolog HAM Imam Prasodjo Dianugerahi Soetandyo Award UNAIR NEWS – Pada puncak perayaan Dies Natalis ke-39 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, sivitas akademika menyelenggarakan acara Soetandyo Award dan Soetandyo Scholarship. Acara tersebut diselenggarakan di Aula Soetandyo FISIP UNAIR, Rabu (7/12). Beasiswa Soetandyo ini diberikan kepada 15 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki disiplin ilmu sosial, hukum, dan humaniora. Beasiswa Soetandyo diperuntukkan bagi mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhir skripsi, tesis, maupun disertasi yang membahas penelitian dengan topik pluralisme, keadilan sosial, hukum, hak dan hak asasi manusia (HAM), serta demokrasi. Seluruh mahasiswa penerima beasiswa Soetandyo itu berasal dari berbagai jenjang mulai sarjana, master, hingga doktoral. Penerima beasiswa itu berasal dari Universitas Palangkaraya, Universitas Jember, Universitas Riau, Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Lampung, dan tentu saja Universitas Airlangga. Ketua Pusat Studi Soetandyo Prof. Dr. Budi Prasetyo, M.Si, mengatakan, penerima beasiswa itu telah melalui proses seleksi dari ratusan proposal penelitian yang dikirimkan ke panitia. Dari ratusan proposal itu, disaring sampai 30 besar, hingga akhirnya terpilih 15 penerima beasiswa. Selain acara pemberian beasiswa, dalam acara yang sama juga digelar penganugerahan penghargaan Soetandyo. Pada tahun ini, penghargaan Soetandyo diberikan kepada praktisi HAM sekaligus sosiolog Imam B. Prasodjo. Akademisi berusia 56 tahun itu merupakan penggagas Gerakan Nurani Dunia. Terkait dengan penghargaan Soetandyo, Prof. Budi menyampaikan, bahwa pihaknya menerima sekitar 30 nama calon penerima penghargaan dari berbagai lembaga. Setelah dilakukan berbagai penyaringan, terpilih 10 nama hingga akhirnya mengerucut satu nama, yakni sosiolog Universitas Indonesia tersebut. Menurut Prof. Budi yang juga tim panitia Soetandyo Award, kriteria yang ditetapkan untuk penerima penghargaan ini adalah publikasi karya ilmiah dan pengabdian masyarakat. “Banyak akademisi yang bagus tetapi nggak punya karya riil di tengah masyarakat, khususnya di bidang hukum dan HAM. Mudah-mudahan penerima bisa meneruskan kiprah Soetandyo,” tutur Prof. Budi. “Kita memang mencari yang semirip mungkin dengan Soetandyo,” imbuh Wakil Dekan I FISIP. Usai menerima penghargaan tersebut, sosiolog Imam menyampaikan apresiasinya kepada sivitas akademika FISIP UNAIR atas penghargaan tersebut. Ia tak pernah menyangka akan dianugerahi penghargaan tersebut. “Jujur saja, saya merasa terhormat ketika dikabari bahwa saya dianugerahi penghargaan ini. Penghargaan ini memiliki nilai yang sangat tinggi. Bagi saya, penghargaan ini bernilai
simbolik tentang perjuangan seorang tokoh akademisi kampus yang sekaligus sebagai aktivis sosial dan pejuang hak asasi manusia yang penuh dedikasi, tulus, dan konsisten sebagaimana yang tergambar dalam sosok Profesor Soetandyo Wignjosoebroto,” tutur Imam. Pemberian beasiswa dan penghargaan Soetandyo telah dilaksanakan sejak tahun 2015 bertepatan dengan perayaan Dies Natalis FISIP. Tahun lalu, beasiswa diberikan kepada sepuluh penerima. Pada tahun 2015 pula, penghargaan diberikan kepada pakar Antropologi Hukum Prof. Sulistyowati Irianto. Bangun keterbukaan Dekan FISIP Dr. Falih Suaedi dalam sambutannya menyampaikan, bahwa fakultas yang kini berusia 39 tahun itu akan terus membangun keterbukaan, sinergitas, dan kekeluargaan dalam menciptakan iklim akademis yang sehat. “Sampai tahun 2020, kita akan terus bangun keterbukaan, sinergitas, dibungkus semangat kekeluargaan. Semoga hasilnya lebih dahsyat. Kita junjung nilai-nilai pluralisme, demokratisasi serta keadilan seperti kata Prof. Tandyo (sapaan akrab Soetandyo),” tutur Falih. “Ada 13 program studi di FISIP. Kurikulum akan terus dirancang agar tetap ada saling sapa. Integrated social science sebagaimana cita-cita Pak Tandyo,” imbuh Falih. Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Cak Kartolo Meriahkan Dies Natalis FIB UNAIR ke-18 Nuntut ilmu iku ga ono watese, digawe ngeladepno pikiran. Kadang-kadang ngelumpokno dunyo iso enteke, yen numpuk ilmu gawe selawase. (Menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, digunakan untuk mempertajam fikiran. Kadang-kadang menumpuk harta bisa habis, tetapi menumpuk ilmu berguna untuk selamanya) Kito iki bangsa Indonesia, ojok sampek ngelalekno sejarahe bangsa kito, lan kudu diluruhi karo kaum mudo. (Kita adalah bangsa Indonesia, jangan sampai melupakan sejarah bangsa kita, dan harus dipelajari oleh para kaum muda) Belajar boso asing iku penting gawe komunikasi. Tapi ojo sampe ngelalekno bosone dewe. (Belajar bahasa asing itu penting untuk berkomunikasi. Tetapi jangan sampai melupakan bahasan sendiri) Monolog itulah yang membuka pertunjukan dari pelawak sekaligus seniman ludruk kenamaan Kartolo, di hall Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga, Jumat (2/12). Suasana riuh menyelimuti pertunjukan yang digelar dalam rangka peringatan Dies Natalis FIB ke-18. Dengan dagelan khasnya, Kartolo atau yang lebih karib disapa Cak Kartolo sukses mengocok perut penonton yang terdiri dari dosen, tenaga pendidikan, dan mahasiswa. Di sela-sela hiburan dagelan yang lucu, tidak lupa seniman senior ludruk Jawa Timur itu mengucapkan selamat ulang tahun kepada FIB UNAIR yang disampaikan dengan bahasa khas Jawa Timuran.
Suasana meriah menyelimutiperingatan Dies Natalis FIB UNAIR ke-18 yang mengundang seniman ludruk Jawa Timur Cak Kartolo (Foto : Istimewa) Pada kesempatan itu, Cak Kartolo mengajak dua kadep FIB yaitu Gayung Kasuma selaku kadep Ilmu Sejarah dan Dwi Handayani selaku kadep Sastra Indonesia untuk maju kedepan bersama dirinya. Suasana seketika riuh dengan gelak tawa ketika mantan Dekan FIB tahun 1999-2003 Prof. Wahjoedi dan Wakil Dekan I Puji Karyanto dapat mengimbangi dagelan-dagelan Cak Kartolo. Acara siang itu, ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Diah Ariani Arimbi., Ph.D bersama Ketua Panitia Dies Natalis FIB 2016 Tita Rismayanti. Suasana kekeluargaan semakin erat terasa ketika digelar acara makan siang dan foto bersama dengan semua penonton yang hadir. Diundangnya Cak Kartolo sebagai pengisi acara kali ini, merupakan bagian dari upaya melestarikan kesenian tradisional. Selain itu, kehadiran Cak Kartolo diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa tentang kesenian dan hiburan khas Jawa Timur. Hal yang lebih penting adalah, stand up comedy Jawa
Timuran ala Cak Kartolo ini tidak hanya mementingkan aspek kelucuan semata, tetapi ada pesan moral yang disisipkan kepada penonton melalui dagelannya. Selain acaradegelanbersama Cak Kartolo, rangkaian Dies Natalis FIB diisi dengan Kirab Budaya dan Dekan Cup. Diharapkan, kemeriahan Dies Natalis FIB ke-18 dapat menyemarakkan beragam acara bersifat kebudayaan di UNAIR. (*) Penulis : Ikhsan Rasyid dan Yudi Wulung Editor : Binti Q. Masruroh
Setelah Vakum Setahun, Atlet Tenis Meja Kembali Raih Prestasi UNAIR NEWS – Ada satu lagi mahasiswa Universitas Airlangga yang menorehkan prestasi di ajang keolahragaan. Viviani Nadyaningrum, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tahun angkatan 2016 berhasil menyabet juara III tunggal putri cabang olahraga tenis meja, Minggu (4/12). Ia mendapatkan juara III setelah dirinya bertanding melawan atlet Persatuan Tenis Meja (PTM) Sukun Kudus dalam Kejuaraan Tenis Meja Nasional Mahasiswa dan Umum dalam memperebutkan “Rektor Cup UGM”. Kompetisi tersebut berlangsung di GOR Lembah, Universitas Gadjah Mada, tanggal 30 November sampai 4 Desember 2016. Sebelum lomba berlangsung, Viviani, melakukan persiapan seperti biasa. Viviani menjalani latihan rutin di dua tempat yakni di klub tenis yang ia ikuti, dan Unit Kreativitas
Mahasiswa (UKM) Tenis Meja. Ia pun tak lupa untuk meminta doa restu kepada kedua orang tua. Viviani mengaku, ia mengenal dunia tenis meja dari sang ayah yang merupakan mantan atlet. Mahasiswa FEB ini mulai sering berlatih tenis meja sejak ia duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Sejak itu, ia memutuskan untuk lebih aktif lagi dengan bergabung di klub sejak sekolah menengah pertama. Prestasi kali ini bukan yang pertama dicapai oleh Viviani. Sebelumnya, mahasiswa angkatan tahun 2016 itu juga pernah meraih prestasi pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Jawa Timur, Olimpiade Olahraga Siswa nasional (O2SN) Jakarta, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur, Pekan Olahraga Pelajar nasional (POPNAS) Kejurnas Kelompok Umur, dan lain sebagainya. Meski saat ini Viviani masih aktif menjadi mahasiswa tetapi hal tersebut tidak menjadikan dirinya berhenti mengasah bakat yang ia miliki. Menurutnya, dunia akademis dan non akademis harus berjalan seimbang. “Di dunia kerja nantinya pintar dalam akademis dan juga harus diimbangi dengan non-akademis. Cara membagi waktu saya antara kuliah dan karir yakni kuliah pagi sampai sore, kemudian disusul dengan latihan pada sore hingga malam. Setelah itu saya lanjutkan membaca buku ataupun mengerjakan tugas agar saya tidak ketinggalan materi kuliah,” ungkap Viviani. Viviani merasa bangga atas keberhasilannya saat ini, mengingat dirinya sudah vakum selama satu tahun dalam dunia tenis meja. Kini, dirinya kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Viviani berharap semoga ke depannya bisa kembali menorehkan prestasi yang lebih baik. Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S