1
KULIAH LAPANGAN KEBERHASILAN REVEGETASI PADA LAHAN TAILING PASIR PASCA PENAMBANGAN TIMAH DENGAN TANAMAN SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum) di PT KOBA TIN Pembimbing I Dr. Ir. Ismed Inonu, M.Si. Pembimbing II Purbaya, SP. PUTRI MAYA SARI 201 09 110 020 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN,PERIKANAN DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2011
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan timah telah memberikan konstribusi yang begitu besar dalam pengembangan perekonomian di Pulau Bangka. Namun pada sisi lain telah terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan pada areal lahan pasca tambang dan lingkungan sekitarnya (Veryadi 2007). Revegetasi tailing timah dimulai tahun 1992 dengan penggunaan jenis yang didominasi oleh jenis eksotik Acacia mangium (Nurtjahya 2001), yang sempat ditunda tahun 2001 akibat penambangan ilegal di lahan yang telah direvegetasi dan dilanjutkan kembali tahun 2006 (PT Tambang Timah 2001 dalam Nurtjahya 2007). Untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut, maka kegiatan revegetasi pada lahan lahan terbuka perlu diterapkan. Kegiatan ini bertujuan tidak saja untuk memperbaiki kondisi lahan yang labil, dan mengurangi erosi tanah, tetapi dalam jangka panjang dapat memperbaiki kondisi iklim mikro, estetika dan meningkatkan kondisi lahan ke arah yang lebih protektif dan konservatif. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Oleh karena itu, kuliah lapangan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan sengon di lahan tailing pasca tambang timah (Hartoyo 2010). Areal revegetasi PT. Koba Tin seluas ± 3364 ha, terdiri dari 5 tipe tanah yang berbeda; yaitu . pasir tailing, lumpur, liat, humik dan laterit. 8 jenis tanaman
2
pokok yang dijadikan sebagai tanaman revegetasi di PT Koba Tin adalah: Acacia mangium, Acacia auriculiformis, Eucalyptus urophylla, Melaleuca leucadendron, Paraserianthes falcataria, Anacardium occidentale, Casuarina equisetifolia dan Vitex pubescens. Dari ke-8 jenis tersebut; A. mangium, A. auriculiformis dan E. urophylla rnerupakan jenis-jenis yang dominan ditanam di areal revegetasi (Setyawan dan Imam 2003). Pada kuliah lapangan ini, penulis tertarik mengamati tanaman sengon di lahan tailing adalah karena tanaman sengon mampu hidup pada tanah yang tidak subur atau pada kondisi kekeringan. Selain itu, tanaman sengon telah lama menjadi tanaman revegetasi lahan tailing di PT Koba Tin. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana pertumbuhan tanaman sengon di lahan tailing pasca tambang timah? 2. Bagaimana teknis budidaya sengon di lahan pasca tambang timah ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pertumbuhan tanaman sengon di lahan tailing pasca tambang timah. 2. Mengetahui teknis budidaya tanaman sengon di lahan pasca tambang timah. II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritik 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum) Menurut Hartoyo (2010), klasifikasi tanaman sengon buto sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (suku polong-polongan) Genus : Enterolobium Spesies : Enterolobium cyclocarpum. 2.1.2 Deskripsi Botani Tanaman Sengon Buto Deskripsi botani tanaman menurut Hartoyo (2010) sebagai berikut : Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 – 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
3
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman, agak keras, dan berlilin. Bentuk benih pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir 16 – 26 gram. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Menurut Sanoesi (2008), dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan Sengonisasi di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatera. 2.1.3 Revegetasi Lahan Pasca Tambang Tailing timah adalah hamparan sisa pencucian bahan galian timah pada tambang aluvial. Hamparan tailing biasanya merupakan bagian yang paling dominan di lahan bekas penambangan timah yang mencapai 50-70% dari luas areal bekas tambang. Tailing timah terdiri dari dua fraksi : sand tailing dan slime tailing. Sand tailing bertekstur sangat kasar dan memperlihatkan tidak adanya perkembangan profil dan agregasi. Slime tailing terutama terdiri dari mineral dan tanah yang sangat halus, (silt dan clay), serta memiliki struktur yang kompak (Majid 1994 dalam Nurtjahya 2003). Sifat fisik tailing bervariasi berdasarkan mineral yang diproses, bentuk bijih logam asal, dan proses yang digunakan untuk konsentrasi mineral. Sejumlah karakteristik tailing timah telah oleh beberpa peneliti. Sifat fisik berupa tekstur yang didominasi fraksi pasir, sementara debu dan liat sangat rendah (Anonim 2011). Salah satu tahap yang terpenting dari kegiatan reklamasi lahan tambang adalah revegetasi. Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang (Departemen Kehutanan 1999). Menurut Setiadi (2006), tujuan dari revegetasi akan mencakup re-establishment komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat satwa liar, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air.
4
Keberhasilan revegetasi tailing sangat ditentukan oleh manajemen dan tekonologi yang diterapkan. Teknologi revegetasi yang dikembangkan harus mempertimbangkan spesifiklokasi dan spesifik jenis logam yang ditambang. Seleksi tanaman lokal dilakukan dengan melihat beberapa sifat seperti bersifat katalistik (pohon yang dapat dipelihara),tumbuh cepat (pionir), penambat nitrogen, menyukai penyinaran penuh, toleran terhadap hara rendah, memproduksi seresah yang mudah terdekomposisi, mudah diperbanyak, biaya rendah, dan benih tersedia secara alami (Nurtjahya 2003). Pertimbangan spesifik dari tanaman revegetasi taling adalah penggunaan spesies yang dapat menambat N. Awang (1988) menyarankan penggunaan MPTS (multipurpose tree species) khususnya pohon yang mempunyai kemampan untuk menfiksasi nitrogen dan mengakumulasi bahan organic secara cepat. Menurut Latifah (2003), revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman, persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan tanaman. 1. Penyusunan Rancangan Teknis tanaman Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang menggambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata waktu pelaksanaan kegiatan. Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi geofisik meliputi topografi atau bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasu asli. Sedangkan data sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara lain demografi, sarana, prasaran, dan eksesbilitas yang ada. Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat saat ini. Sehingga, perlu selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis tanaman yang cocok. 2. Persiapan Lapangan Pada umumnya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan, pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat penting agar keberhasilan tanaman dapat tercapai. a. Pembersihan lahan Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentu dalam persiapan lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman pengganggu (alang-alang, liliana, dll), dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik tanpa ada persaingan dengan tanaman pengganggu dalam hal mendapatkan unsur hara, sinat matahari, dll. b. Pengolahan lahan Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah menembus tanah dan mendapatkan unsur hara yang diperlukan dengan baik, diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan. c. Perbaikan tanah Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum,
5
kapur, mulsa, pupuk (organik maupun anorganik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan dapat memperbaiki persyaratan tumbu tanaman. 2.1.4 Tahapan Reklamasi Reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Departemen Kehutanan 1997). Ruang lingkup reklamasi lahan meliputi: (1) Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya. (2) Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sasaran akhir dari reklamasi tersebut adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi, sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya (Direktorat Jenderal Mineral Batubara Dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2006). (3) Lavelling dan Ripping. Kegiatan ini merupakan tahapan reklamasi lahan bekas timah yang akan direhabilitasi dengan cara lavelling (pemerataan) dengan cara mengambil tanah bekas TI lain sedalam 1 meter untuk dibawa ke lahan reklamasi dengan menggunakan alat-alat berat seperti: bulldozer ,truck dump dan volvo, serta ripping (penggemburan) tanah lahan reklamasi tersebut dengan menggunakan campuran kapur kira-kira 3 ton dengan maksud agar mencegah penurunan pH tanah. Alat berat yang dipakai untuk lavelling dan ripping adalah bulldozer atau PC multifungsi. (4) Pot system dilakukan untuk menyiapkan tempat tanaman akan ditanam, dengan cara membuat lobang sedalam 4 meter yang kemudian ditancapkan dengan kayu pancang. Dalam tahapan ini mulai dilakukan pencampuran bahan-bahan tuk kesuburan tanaman, seperti top soil, kompos, kapur dolomite, dan pupuk TSP. (5) Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Departemen Kehutanan 1997). Menurut Setiadi (2006). Tujuan dari revegetasi akan mencakup re-establishment komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan biodiversitas, dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat satwa liar, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air. Menurut Sujitno (2007), arah dari upaya rehabilitasi lahan bekas tambang ditinjau dari aspek teknis adalah upaya untuk mengembalikan kondisi tanah agar stabil dan tidak rawan erosi. Berdasarkan aspek ekonomi dan estetika lahan, kondisi tanah diperbaiki agar nilai/potensi ekonominya dapat dikembalikan sekurang-kurangnya seperti keadaan semula. Berdasarkan aspek ekosistem, upaya pengembalian kondisi ekosistem ke ekosistem semula. Dalam hal ini revegetasi/reforestisasi adalah upaya yang mencakup kepentingan aspek-aspek tersebut. Reklamasi hampir selalu identik dengan revegetasi.
6
(6) Maintenance merupakan upaya untuk menjaga dan memelihara serta merawat tanaman yang ditanam ataupun dibudidayakan di lahan reklamasi. Cara yang dilakukan yaitu meliputi penyiraman , perawatan, dan penyulaman. 2.2 Hipotesis 1. Tanaman sengon mampu tumbuh dengan baik di lahan tailing pasca penambangan timah. 2. Budidaya tanaman sengon di lahan pasca tambang timah berbeda dengan budidaya di lahan non tambang. III . PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN 3.1 Tempat dan Waktu Kuliah lapangan ini dilaksanakan di areal reklamasi pasca tambang timah PT. Koba Tin, pada Juli- Agustus 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam kuliah lapang ini adalah kamera, alat-alat tulis, alat ukur seperti jangka sorong, meteran dan alat-alat safety seperti topi dan sepatu boot. 3.3 Metode Kuliah Lapangan 3.3.1 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel adalah dengan metode acak dan jumlah tanaman (sampel) yang diamati adalah 5 dan 10 tanaman untuk semua tingkatan umur tanaman. Setelah pengambilan sampel dilakukan pengukuran terhadap peubah (tinggi tanaman, diameter batang, warna daun). Untuk pengukuran tanaman yang diamati adalah pada tanaman yang berumur 5 bulan, 7 bulan, 9 bulan, 15 bulan hingga yang berumur 27 bulan. Pengamatan dilakukan 2 kali, pengamatan I tanaman yang berumur 5 dan 7 bulan dilakukan pada tanggal 25 Juli 2011, tanaman yang berumur 9, 15 dan 27 bulan dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2011 dan pengamatan II semua umur tanaman dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2011 pada daerah reklamasi Jongkong 12 dan Kayu ara 6 PT. Koba Tin. 3.3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan cara pengumpulan data observasi di lapangan dan data sekunder didapatkan dari sumber. 3.4 Cara Kerja 1.
2.
3.
Observasi. Observasi dilakukan dilapangan yaitu pengamatan pertumbuhan sengon di lahan tailing pasca tambang PT Koba Tin. Wawancara Wawancara mengenai teknis budidaya tanaman sengon dengan karyawan PT Koba Tin. Dari mulai pembibitan, pemindahan kelapangan, pemupukan dan juga perawatannya di lahan pasca tambang. Praktek Kerja Praktek kerja dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak Koba Tin atau oleh pembimbing lapangan. Kegiatan dalam praktek kerja
7
meliputi pembibitan di Nursery, pemindahan tanaman ke lapangan, perawatan tanaman dan pengamatan revegetasi di lahan tailing pasca tambang timah. 3.5 Peubah Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang,keliling batang dan warna daun. Untuk tinggi tanaman, diukur menggunakan meteran dengan terlebih dahulu melakukan pengambilan sampel, diameter batang dan keliling batang diukur menggunakan jangka sorong, namun karena keterbatasan alat, diameter dan keliling batang diukur menggunakan tali rafia dan juga meteran. Sedangkan untuk warna daun dengan pengamatan langsung. 3.6 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan berbentuk data tabulasi yang disajikan dalam angka,dibahas secara deskriftif serta dibandingkan dengan tanaman pada lahan non tailing sesuai literatur. IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Kuliah Lapangan Kontrak kerja PT. Koba Tin pertama kali disetujui pada tanggal 16 Oktober 1971 melalui Keppres B/12/Pres./1971. Saat itu areal kontraknya sebesar ± 550.000 Ha. Eksplorasi dimulai selama 2 tahun dan pada tahun 1973 siap dieksploitasi. Kini luas wilayah kontraknya dipersempit hingga ± 42.000 Ha (5% dari Pulau Bangka) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi 333 K/29/M.PE/1997 tertanggal 30 April 1997. PT. Koba Tin adalah perusahaan swasta berstatus perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang beroperasi di wilayah Negara Republik Indonesia. Lokasi operasional PT. Koba Tin berada di Negeri Serumpun Sebalai (Kabupaten Bangka Tengah) dan Negeri Sejunjung Besaoh (Kabupaten Bangka Selatan) wilayah Negeri Serumpun Sebalai Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. PT. Koba Tin adalah perusahaan Badan Hukum Indonesia yang didirikan dengan Akte Notaris Nomor 2872 tanggal 19 Oktober 1972, dikuatkan dengan penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 05 Oktober 1972 No. Y.A.5/226/17. Saham PT. Koba Tin dimiliki oleh 2 perusahaan yaitu tujuh puluh lima persen (75%) dimiliki oleh Kajuara Mining Corporation Pty Limited perusahaan yang didirikan di hukum New South Wales, Australia yang beralamat di Goldfields House, 1 Alfred Street, Sydney, NSW 2000, Australia dan dua puluh lima persen (25%) dimiliki oleh PT. Timah tbk, perusahaan Badan Hukum Indonesia, berstatus perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Saat ini 100% saham PT. Koba Tin dimiliki oleh Kajuara Mining Corporation Pty Limited atau Malaysia Smelting Corporation (MSC) perusahaan swasta Malaysia yang menguasai 75% kepemilikan saham PT.Koba Tin tersebut. PT.Koba Tin berkantor pusat di Kabupaten Bangka Tengah dengan alamat Jl.Anggrek no. 142 Koba-Bangka Tengah. Kantor registrasi PT. Koba Tin berada di Arthaloka Building Jl.jend. Sudirman-Jakarta. Penanggung jawab PT.Koba Tin di pegang oleh seorang Presiden Direktur. Metode penambangan timah yang digunakan oleh PT. Koba Tin yaitu Tambang Mekanis. Cara ini menggunakan alat monitor, bulldozer dan pompa
8
tanah. Bulldozer berfungsi untuk mendorong lapisan timah yang kemudian dihancurkan monitor sampai terbentuk pulp yang dialirkan ke sump (sumur), lalu dihisap oleh pompa tanah dan dialirkan ke tempat konsentrasi dengan bantuan pipa. Kombinasi antara monitor, pompa tanah dan bulldozer dapat memindahkan tanah bertimah yang ditambang rata-rata sebesar 55.000 m³/bulan. PT. Koba Tin sudah mulai melakukan upaya reklamasi dan revegetasi pada tahun 1976 dengan melakukan berbagai percobaan. Semenjak tahun 19881989, perusahaan telah memulai kegiatan reklamasi dengan penanaman tanaman pohon seperti akasia, sengon dan gelam (Setiawan 2003). Sampai tahun 2002, PT. Koba Tin telah mereklamasi 3.304 ha lahan bekas tambang di Kabupaten Bangka Tengah (PT. Koba Tin 2003 dalam Nurtjahya 2003). Sarana utama yang dimiliki PT. Koba Tin yaitu Pabrik Kompos di Jongkong 9 (Compost Pit Fabrication at Jongkong 9), Nursery PT. Koba Tin, FarmFish PT. Koba Tin, dan Bemban Pilot Project(BPP) PT. Koba Tin. Sarana penunjang PT. Koba Tin antara lain : Mobil ,Motor ,Truck, PC, Buldozer, Dump Truck dan lainnya. 4.1.2 Teknis Budidaya Sengon di Lahan Tailing Tanaman sengon buto bisa dipindahkan kelapangan apabila telah berumur 2-3 bulan. Jarak tanam untuk tanaman sengon yaitu 4x4 m dengan lubang tanam 50x50x50 cm. Tanaman sengon ditanam dengan campuran media tanam top soil, pupuk kompos dan pupuk urea. Dosis pupuk kompos yaitu 2kg/lubang tanam, sedangkan urea 2 ons/lubang tanam dengan top soil 0,125 m3. Untuk pemupukan lanjutan, dilakukan 4 bulan sekali dengan menggunakan pupuk urea (2 ons/tanaman). Pemupukan dilakukan selama 3 tahun, setelah 3 tahun tidak dilakukan pemupukan lagi. 4.1.3 Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto Tabel 1. Pertumbuhan tinggi tanaman sengon buto Tinggi tanaman pada sampel (cm)
Umur (bln) 5 7 9 15
1 71 122 174 176
2 119 97 120 132
Pengamatan I 3 4 107 113 88 76 86 142 123 180
5 93 76,5 135 80
250
200
128
199
320
27
Rerata 100,6 91,9 131,4 138,2
Pengamatan II 3 4 5 126 150 122 91 82 81 117 143 142 130 233 95
1 110 127 193 190
2 152 117 122 144
266
209
136
326
200
102
77
73
122
76
147,2 93
54
58
100
70
Rerata 132 99,6 143,4 158,4 148,5
9
180 Tinggi tanaman (cm)
143.4
158.4
148.5
138.2
147.2
132 120
99.6
100.6
131.4
Pengamatan 1
91.9
Pengamatan 2
60
0 0
5
10 15 20 Umur tanaman (bulan)
25
30
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman sengon buto Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, rata-rata tinggi tanaman sengon buto umur 5 bulan yaitu 100,6 cm pada pengamatan I dan meningkat menjadi 132 cm pada pengamatan II. Sementara pada tanaman sengon buto umur 7 bulan rata-rata tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan tanaman umur 5 bulan, pada pengamatan I rata-rata tinggi tanaman 91,9 cmdan pada pengamatan II 99,6 cm. Hal ini dikarenakan kondisi pertumbuhan tanaman sengon buto umur 7 bulan dilapangan tidak seragam. Pada tanaman sengon buto umur 9 bulan rata-rata tinggi tanaman meningkat, 131,4 cm pada pengamatan I menjadi 143,4 cm pada pengamatan II. Tanaman sengon buto umur 15 bulan juga mengalami peningkatan, pada pengamatan I rata-rata tinggi tanaman 138,2 cm meningkat pada pengamatan II yaitu 158,4 cm. Begitu juga dengan tanaman sengon buto umur 27 bulan yang mengalami peningkatan. Tabel 2. Pertumbuhan diameter batang tanaman sengon buto Diameter batang pada sampel (mm)
Umur (bln) 5 7 9 15
1 8,2 17,1 32,8 51,3
2 15,8 12,2 42,5 36,6
Pengamatan I 3 4 12,2 11,2 10,1 14,6 8,2 32,8 46,4 63,4
150,3
113,6
51,3
306,2
5 6,4 7,3 34,7 24,3
Rerata 10,8 12,3 30,2 43,2
31
27
78,8 17,1
38,6
32,8
12,2
34,7
1 31 29,3 49 53,6 154, 2
2 34,7 18,4 43,6 38,6 117, 1
Pengamatan II 3 4 13,4 29,3 15,8 14,6 22,7 38,6 40,4 73,8 306, 60,8 2
18,4
38,6
32,8
18,4
5 24,3 22,7 36,6 25,9
Rerata 26,5 14,3 38,1 46,5
31 81,8 38,6
10
90
81.6
Diameter batang (mm)
80
78.8
70 60
46.5
50
Pengamatan 1
38.1
40
43.2
26.5
30 20
14.3
10
10.8
0 0
Pengamatan 2
30.2
12.3 5
10 15 20 Umur tanaman (bulan)
25
30
Gambar 2. Grafik diameter batang tanaman sengon buto Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, diameter tanaman sengon buto umur 5 bulan mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu pada pengamatan I rata-rata diameter batang 10,8 mm menjadi 26,5 mm pada pengamatan II. Pada tanaman sengon buto umur 7 bulan juga mengalami peningkatan, namun hanya meningkat 2 cm dari 12,3 mm pada pengamatan I menjadi 14,3 mm pada pengamatan II. Pada tanaman sengon umur 9 bulan, rata-rata diameter batang pada pengamata I 30,2 mm meningkat pada pengamatan II menjadi 38,1 mm. Pada tanaman sengon buto umur 15 bulan, rata-rata tinggi tanaman yaitu 43,2 mm dan pada pengamatan II menjadi 46,5 mm. Tanaman sengon buto umur 27 bulan rata-rata diameter batang meningkat cukup tinggi yaitu pada pengamatan I 78,8 mm menjadi 81,6 mm pada pengamatan II. Tabel 3. Pertumbuhan keliling batang tanaman sengon buto Keliling batang pada sampel (mm)
Umur (bln) 5 7 9 15
1 18 26 36 45
2 25 22 41 38
Pengamatan I 3 4 22 21 20 24 18 36 40 50
5 16 17 37 31
77
67
45
35
11
27
Rerata 20,4 21,8 33,6 33,8
1 35 34 44 46
2 37 27 42 39
Pengamatan II 3 4 23 34 25 24 30 39 42 54
5 31 30 31 33
78
68
49
11
35
27
39
36
39
32
39,5 26
39
36
37
22
Rerata 32 28 37,2 42,8 41,4
11
Keliling batang (cm)
50
42.8
41.4
37.2
40 32 28
30 20
20.4
33.6
39.5 33.8
Pengamatan 1 Pengamatan 2
21.8
10 0 0
5
10 15 20 Umur tanaman (bulan)
25
30
Gambar 3. Grafik keliling batang tanaman sengon buto Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pertumbuhan keliling batang tanaman sengon buto peningkatannya sama dengan diameter batang. Keliling batang tanaman sengon buto meningkat pada semua umur tanaman. Tabel 4. Pengamatan warna daun tanaman sengon buto Warna daun pada sampel (mm)
Umur (bln) 5 7 9 15
1 H.T H.T H.T H.T
2 H.T H.T H.T H.M
Pengamatan I 3 H.T H.T H.T H.M
4 H.M H.M H.M H.T
5 H.T H.T H.T H.T
1 H.T H.T H.T H.T
2 H.T H.T H.T H.M
Pengamatan II 3 4 H.T H.M H.T H.M H.T H.M H.T H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.T
H.K
H.K
H.T
H.T
H.T
H.T
H.K
H.T
H.T
H.T
5 H.T H.T H.T H.T
27
Keterangan : HT = Hijau tua HM = Hijau muda HK – Hijau kekuningan Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, warna daun tanaman sengon buto pada umur 5, 7, 9 dan 15 bulan tidak mengalami perubahan warna yaitu hijau muda dan hijau tua. Sementara warna daun tanaman sengon buto umur 27 bulan terjadi perubahan warna yaitu hijau kekuning-kuningan. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, tanaman sengon yang berumur 5 bulan rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada pengamatan I dan II. Pada pengamatan I ratarata tinggi tanaman sengon 100,6 cm meningkat menjadi 132 cm pada pengamatan II. Begitu pula dengan diameter batang yang mengalami peningkatan dari pengamatan I rata-rata diameter batang10,8 mm menjadi 26,5 mm pada pengamatan II. Hal ini menunjukkan, tanaman sengon umur 5 bulan dapat beradaptasi pada lahan tailing.
12
Pertumbuhan yang baik juga ditunjukkan pada tanaman sengon yang berumur 7 bulan. Berdasarkan hasil pengamatan pertama, rerata tinggi tanaman sengon 91,9 cm dan pada pengamatan kedua rerata tinggi tanaman sengon meningkat 99,6 cm. Untuk diameter batang juga mengalami peningkatan, pada pengamatan I 12,3 mm dan pengamatan II 14,3 mm. Pada tanaman sengon yang berumur 9,15 dan 27 bulan juga mengalami peningkatan sama halnya dengan tanaman sengon yang berumur 5 dan 7 bulan. Namun pertumbuhan sengon buto tersebut tidak optimal jika dibandingkan dengan pertumbuhan sengon buto di lahan non tambang. Karena pada lahan non tambang, tinggi tanaman sengon buto dapat mencapai 7 meter pada umur 1 tahun. Hal ini jauh berbeda, karena pada pengamatan yang dilakukan rata-rata tinggi tanaman sengon buto umur 15 bulan atau 1 tahun lebih hanya mencapai 138,2 cm atau 1,38 meter. Sedangkan pada umur 27 bulan, tanaman sengon buto rata-rata tinggi tanamannya hanya mencapai 147,2 cm atau 1,47 meter. Begitu juga dengan pertumbuhan diameter batang tanaman sengon, pada lahan non tailing diameter batang dapat mencapai 5-7 cm pertahun. Sedangkan pada pengamatan, tanaman sengon yang berumur 15 bulan rata-rata diameter batang hanya mencapai 43,2 mm atau 4,32 cm. Salah satu jenis kayu yang banyak dikenal dan cukup disukai oleh masyarakat adalah kayu sengon, karena termasuk tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat dan jika ditanam pada tanah yang subur dan iklim yang sesuai, tingginya bisa mencapai 7 meter pada umur 1 tahun, 18 meter pada umur 3 tahun dan 30 meter pada umur 9-10 tahun. Pada kondisi optimum, pertumbuhan diameter batangnya mencapai 5-7 cm pertahun (Perhimpi dan Balitbang Kehutanan 1990 dalam Risnasari 2008). Pertumbuhan sengon buto pada lahan tailing tidak optimal dikarenakan 100% lahan tailing adalah pasir yang sifatnya tidak dapat memegang air, sehingga air kurang diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan unsur hara pada lahan tailing kurang yang menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang sengon tidak optimal. Pasir adalah komponen utama dari tailing tambang pedalaman di Pulau Bangka, yang dapat membuat hingga 95% dengan tanah liat dan lumpur di bawah 6% dan 5% masing-masing. Pasir tailing biasanya memiliki kapasitas menahan air rendah, porositas tinggi dan konduktivitas hidrolik yang tinggi, status hara rendah dan stabilitas struktur lemah. CEC juga sangat rendah dan karena itu, kerugian pencucian tinggi nutrisi diterapkan diharapkan (Awang 1988 dalam Nurtjahya 2003). Budidaya tanaman sengon buto dillahan tailing dan non tailing sangat berbeda. Pada lahan tailing, tanaman sengon bisa dipindahkan ke lahan tailing bila sudah berumur 2-3 bulan, dengan jarak tanam 4x4 meter, sementara lubang tanam 50x50x50 cm. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kompos dengan dosis 2kg/lubang tanam dan pupuk urea 2 ons/lubang tanam. Budidaya sengon dilahan non tambang, jarak tanam sengon 2x3 meter, lubang tanam 30x30x30 cm. Sedangkan bibit sengon bisa dipindahkan ke kebun pada umur 6 bulan. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali menggunakan pupuk TSP dengan dosis 2 sendok makan. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan gir. Adapun pembuatan larutan gir, disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk
13
kandang, tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan. Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun (Hartoyo 2010). Berdasarkan pengamatan, tanaman sengon buto tidak tumbuh lurus namun melengkung. Hal ini dikarenakan batang sengon buto bertekstur lemah, tidak kuat seperti sengon laut. Warna daun tanaman sengon di lahan tailing bervariasi, hijau tua, hijau muda dan hijau kekuning-kuningan. Perbedaan warna daun sengon merupakan pengaruh dari lingkungan pada lahan tailing. Tanaman sengon buto dapat tumbuh baik pada tanah tailing, dengan ketersediaan unsur hara yang minim dan juga suhu yang tinggi. Ini dikarenakan tanaman sengon merupakan tanaman dengan iklim tropis. Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C. Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya (Hartoyo 2010). Pada lokasi reklamasi tailing (tanah berpasir), rehabilitasi lahan tanpa melalui tahapan lavelling (pemerataan), hanya dilakukan tahapan ripping (penggemburan) saja.karena lahan tailing bukan tipe tanah keras, sehingga tidak perlu pemerataan kembali.tetapi hanya perlu di ripping saja dengan harapan untuk memudahkan tanaman menyerap air dan mineral atau makanan serta membantu air menuju akar tanaman dan masuk kedalam tanah daengan mudah, karena itu tanaman sengon dapat dengan mudah tumbuh di daerah tailing walaupun saat musim kering (Ata 2009). Pemupukan tanaman sengon di lahan tailing dilakukan 4 bulan sekali. Menggunakan pupuk Urea,Tsp dan Kcl. Tanaman sengon sendiri termasuk tanaman yang tahan terhadap kondisi kekeringan dan kekurangan unsur hara. Tanpa dilakukan pemupukan pun tanaman sengon dapat tumbuh di lahan tailing. Tanaman sengon buto di PT. Koba Tin telah ditanam kurang lebih 2 tahun. Dengan berbagai macam lahan bekas penambangan timah yang ada di PT. Koba Tin yaitu tailing, clay, slime, over burden. Penanaman dilakukan dengan melihat beberapa kondisi antara lain ketersediaan air,ketinggian air,kondisi dan kondisi bibit tanaman. Tanaman sengon dapat tumbuh baik di lahan eks. timah tailing, daripada tanaman lainnnya seperti Melanger, dan lamtoro. Sengon tetap dapat tumbuh dengan baik walaupun saat musim kemarau (kering) melanda. Hal ini di lakukan setelah melihat terlebih dahulu tipe tanah dan ketinggian air tanah di wilayah tailing kukuru , maka lokasi tersebut dapat ditanami oleh tanaman sengon yang
14
lebih dominan dari tanaman lain ( sengon 50% : tanaman lain 50% ). Dengan harapan jika tanaman sengon ini dapat tumbuh baik, maka tanaman sengon dapat menyuplai makanan untuk tanaman sengon itu sendiri dari tanaman lain yang berasal dari decomposer daun sengon (Ata 2009). Pada awalnya tanaman sengon hanya tumbuh bebas pada kebun-kebun rakyat yang penanamannya tidak memperhatikan kaidah pembudidayaan. Masyarakat hanya mengenal sengon yang kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar,daun untuk pakan ternak dan tajuk sebagai peneduh di berbagai perkebunan. Seiring dengan perkembangan teknologi perkayuan,sengon disadari memiliki manfaat multiguna yang menguntungkan dengan potensi pengembangan yang tinggi. Kemampuan sengon untuk tumbuh dengan cepat dan persyaratan tumbuh yang dimilikinya merupakan keunggulan dari jenis ini dengan yang lainnya. Tegakan sengon juga bermanfaat sebagai penjaga lingkungan hidup. Dengan menanam sengon tingkat pencemaran udara dan pemanasan global dapat dikurangi (Pradana 2001). V . SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pertumbuhan tanaman sengon buto di lahan tailing pasir tidak optimal dibandingkan pertumbuhan tanaman sengon buto pada kondisi yang optimum. 2. Budidaya tanaman sengon di lahan tailing berbeda dengan budidaya sengon di lahan non tailing, meliputi jarak tanam, dosis pupuk, lubang tanam dan juga waktu pemupukan. 5.2 Saran Perlunya penelitian lanjut tentang tanaman sengon pada lahan pasca tambang timah, agar dalam upaya revegetasi pertambangan dapat mencapai hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang Timah. Http:// www.ubb.ac.id/fppb/?Page=artikel_ubb&&Nama_menu=&&id=4(8Jun 2011) Ata. 2009. Pengamatan revegetasi lahan pasca tambang pada program reklamasi di PT. Koba Tin (praktek lapangan). Sungailiat : Fakultas Pertanian,Perikanan dan Biologi. Biologi,Universitas Bangka Belitung. Awang K. 1988. Tin tailings and their possible reclamation in Malaysia. (Tailing timah dan reklamasi di Malaysia). Dalam: Adioemanto, S. (ed.). Regional Workshop on Ecodevelopment Process for Degraded Land Resources in Southeast Asia. Bogor 23-25 August 1988. (8 Juni 2011) Hartoyo. 2010. Budidaya Sengon. http://htysite.co.tv/budidaya%2010sengon .htm (8 Juni 2011) Latifah S. 2003. Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang. http://repository
15
.usu.ac.id/bitstream/123456789/920/3/hutan-siti1.pdf.txt (16 Juni 2011) Marhaini. 2010. Penghijauan kawasan penambangan. http://marhaini-marhaini. blogspot.com/2010/01/penghijauan-kawasan-penambangan.html (16 Juni 2011) Nurtjahya E, Setiadi D, Guharjda E, Muhadiono, Setiadi Y. 2007. Populasi Collembola di Lahan Revegetasi Tailing Timah di Pulau Bangka. Biodeversitas 8:4. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/ D0804/D080413. pdf (16 Juni 2011) Nurtjhya. 2003. Potential lokal tree candidates for revegetating sandy tin tailing in Bangka Island (Potensi pohon local sebagai revegetasi lahan tailing di Pulau Bangka). http://www.ubb.ac.id/files/jurnal/april/2003/ Potential lokal tree candidates for revegetating sandy tin tailing in Bangka Island.pdf (16 Juni 2011) Pradana. 2001. Inventarisasi hasil-hasil penelitian tanaman sengon di Indonesia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/872/1/08E00804.pdf (14-10-2011) Risnasari. 2008. Kajian sifat fisis kayu sengon pada berbagai bagian dan posisi batang. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/872/1/08E00804 .pdf (06 Oktober 2011) Sanoesi. 2008. Mengenal Kayu Sengon. http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/18 /mengenal-kayu-sengon-paraserianthes-falcataria/ (8 Juni 2011) Setiadi. 2006. Teknik revegetasi untuk merehabilitasi lahan pasca tambang. Http ://pkrlt.ugm.ac.id/files/yadi setiadi.pdf (8 Juni 2011) Setyawan dan Imam,E. 2003. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi Pada Lahan Bekas Tambang Timah Pt. Koba Tin Koba, Bangka-Belitung. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16953 (16 Juni 2011) Veryadi.2007. Studi pemanfaatan lahan pasca tambang di PT Timah. Http :// eprints.lib.ui.ac.id/2066/ (16 Juni 2011)
16
LAMPIRAN
17
Lampiran 4. Pembibitan Sengon Buto
Lampiran 5. Benih Sengon Buto
18
Lampiran 6. Benih Sengon Buto di bak perendaman
Lampiran 7. Benih Sengon Buto setelah 2 hari direndam
19
Lampiran 8. Sengon Buto di media penyemaian
Lampiran 9. Sengon Buto umur 5 bulan di Lapangan
20
Lampiran 10. Sengon Buto umur 7 bulan di Lapangan
Lampiran 11. Sengon Buto umur 9 bulan di Lapangan
21
Lampiran 12. Sengon Buto umur 15 bulan di Lapangan
Lampiran 13. Sengon Buto umur 27 bulan di Lapangan
22
Lampiran 14. Lokasi Pengamatan di Jongkong 12