Kuberikan yang terbaik bagiMu Kurelakan segalanya Yang terbaik bagiMu S’genap hatiku dan s’gnap jiwaku
Karya kecil ini kupersembahkan kepada: Bapak, Mama, Nenek Karo serta keluarga besar Gurusinga tercinta
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN KEMBANG KOL (Studi Kasus Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
OSIN JODEN BR KARO H34076116
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN OSIN JODEN BR KARO. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan YUSALINA).
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penerapan tenaga kerja. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian terbagi atas sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura sebesar Rp 76.79 trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp 80.29 trilliun. Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol. Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua. Kelompok tani “Suka Tani” adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi sayuran kembang kol. Namun, pada kegiatan pemasaran kembang kol petani sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah) sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi. Penurunan harga kembang kol akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu komoditi. Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisisi tingkat pendapatan petani kembang kol, dan (2) Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer’ share. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani ”Suka Tani” akan di jadikan sebagai responden yaitu sebanyak 30 orang. Responden yang diambil untuk menganalisis pemasaran dengan mengikuti arus pemasaran kembang kol. Jumlah pedagang yang dijadikan responden terdiri dari dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan empat orang pedagang pengecer. Penerimaan petani yang diperoleh dalam melakukan usahatani kembang kol sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan (0.4 ha)dan penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750.000,-. R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6
yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 260,-. Nilai R/C yang lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0,4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 250,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0,4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Saluran pemasaran pada kegiatan usahatani kembang kol di Desa Tugu Utara ada lima saluran yang terdiri dari pola I (Petani - pedagang pengumpul) Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer (pasar induk keramatjati) – Konsumen, Pola II (Petani- pedagang pengumpul-pedagang besar ( pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( pasar TU) – Konsumen, Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen, Pola IV Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (pasar TU) – Konsumen dan pola saluran pemasaran V (Petani - Pedagang Pengecer (pasar Cisarua) – Konsumen. Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk pedagang grosir masing-maing pasar Induk Kramatjati, pasar Cisarua dan pasar TU cendrung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pada perilaku pasar yang dihadapi pemasaran kembang kol dalam praktek penjualan dan pembelian telah terjalin kerjasama antara sesama lembaga pemasaran sehingga tercipta stabilitas pasar. Penentuan harga antara petani dengan pedagang berdasarkan tawarmenawar, namun petani tetap sebagai penerima harga (price taker). Harga yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang terjadi adalah sistem pembayaran tunai atau dibayarkan setelah barang terjual. Kerjasama antara petani dan lembaga pemasaran sudah berlangsung lama, sehingga sudah terjalin hubungan baik dan rasa saling percaya. Berdasarkan marjin pemasaran kembang kol di Desa Tugu Utara pola pemasaran V merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, karena saluran pemasaran ini memiliki marjin pemasaran terkecil yakni sebesar Rp 2,500,- per kilogram kembang kol. Adapun farmer’s share terbesar yang diperoleh petani kembang kol berada pada saluran pemasaran V yaitu sebesar 56,5 dengan demikian saluran pemasaran V merupakan saluran pemasaran paling menguntungkan bagi petani. Sedangkan menurut rasio keuntungan terhadap biaya terbesar secara total menunjukkan saluran V memiliki pengambilan keuntungan sebesar 3.63. Untuk mengantisipasi ketidakstabilan harga Petani perlu mengatur kembali jadwal produksi dan panennya, sehingga dapat mengantisipasi kelangkaan serta melimpahnya produk di pasar yang dapat mengantisipasi fluktuasi harga kembang kol. Disarankan petani memilih saluran pemasaran IV dan V yang memiliki nilai Farmer’s share dan rasio keuntungan yang paling besar diantara saluran lainnya dan untuk meningkatkan daya tawar petani terhadap harga kembang kol, diharapkan kelompok Tani ”Suka Tani” melakukan pemasaran secara kolektif dengan memanfaatkan lembaga kelompok tani ”Suka Tani”.
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN KEMBANG KOL (Studi Kasus Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
OSIN JODEN BR KARO H34076116
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh galar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus : Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Nama
: Osin Joden Br Karo
NIM
: H34076116
Disetujui, Pembimbing
Dra. Yusalina, Msi NIP 19650115 199003 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usahatani dan sistem usahatni serta menganalisis sistem pemasaran kembang kol pada anggota kelompok tani “Suka Tani” Desa Tugu Utara, Cisarua. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2010 Osin Joden Br Karo
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Berastagi pada tanggal 8 Februari 1986. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Bagus Karokaro dan Ibu Rami Br Ginting. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Letjen Jamin Ginting Berastagi pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 1 Berastagi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Berastagi diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima di Program Diploma III Institut Pertanian Bogor pada Progaram Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi (MBK) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Kemudian tahun 2007 melanjutkan Strata I ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penulisan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Dra.Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, kesabaran dan pengorbanan waktu yang diberikan dalam proses penyusunan dan penyelesaian skipsi ini 2. Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji Utama atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam penyempurnaan skipsi ini 3. Ettriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang telah diberikan. 4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen Evaluator kolokium atas kritik dan sarannya dalam penyempurnaan skipsi ini 5. Bapak, Mama dan Nenek Karo terkasih untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Seluruh dosen dan staf Program Sarjana Penyelenggaraan
khusus
Departemen Agribisnis yang telah memberikan pelayanan serta bantuan kepada penulis dalam penyelasaian skripsi ini. 7. Bapak Ujang Yahya selaku ketua kelompok tani ”Suka Tani” dan petanipetani di Desa Tugu Utara yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuannya serta informasi yang sangat berharga untuk penulisan skipsi ini. 8. Bapak Badri Ismaya (Alm) Selaku Ketua Gapoktan ”Kaliwung Kalimuncar” atas informasi kelompok tani Desa Tugu Utara. Semoga amal dan Ibadah beliau diterima disisi-Nya. Amin 9. Saudara tercinta Kakak Nurhayati dan Abang Ramlan, Kakak Helvianta dan Abang Mulai, Kakak Hanani dan Abang Bayak, Kakak Alu Sartika, Amd. dan Abang Haris Jhon, serta adik terkasih Andriyesta yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.
10. Keponakan tercinta Rahma Wati, Medika, Angel, Lady, Elda, Louise, Jeryko, Yehezkiel, Alvin Feberyesta atas semangatnya. 11. Junita Purba dan Murni Purba yang telah bersedia membantu penulis dalam proses penyelesaian sekripsi ini. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Februari 2010 Osin Joden Br Karo .
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
I.
PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................
v
1 1 9 11 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................12 2.1 Deskripsi Kembang Kol .................................................................. 12 2.2 Budidaya Kembang Kol .................................................................. 14 2.3 Karakteristik Sayuran ...................................................................... 17 2.4 Penelitian Terdahulu........................................................................ 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 3.1.1 Konsep Usahatani ................................................................. 3.1.2 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................. 3.1.3 Konsep Pemasaran ................................................................ 3.1.4 Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran ........................ 3.1.5 Struktur Pasar ....................................................................... 3.1.6 Perilaku Pasar ....................................................................... 3.1.7 Keragaan Pasar ..................................................................... 3.1.8. Marjin Pemasaran ................................................................. 3.1.9. Farmer’s Share..................................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................
22 22 22 24 26 28 31 34 34 34 36 37
IV. METODE PENELITIAN ................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 4.3 Metode Penentuan Sampel .............................................................. 4.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................... 4.5.2 Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran ............ 4.5.3 Analisis Struktur Pasar ............................................................ 4.5.4 Analisis Perilaku Pasar ............................................................ 4.5.5 Analisis Marjin Pemasaran..................................................... 4.6 Definisi Operasional .......................................................................
39 39 39 40 40 40 41 43 44 44 44 46 i
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................... 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 5.2 Karakteristik Petani Responden ........................................................ 5.4.1 Usia Petani Responden ........................................................... 5.4.2 Pengalaman Petani Responden................................................ 5.2.3 Pendidikan Petani Responden .................................................. 5.4.3Status Pengelolaan dan Luas Lahan ........................................ 5.3 Karakteristik Lembaga Pemasaran ................................................... 5.4 Keragaan Usahatani Kembang Kol................................................... 5.4.1 Pengolahan Lahan ................................................................... 5.4.2 Pembibitan .............................................................................. 5.4.3 Penanaman .............................................................................. 5.4.4 Pemupukan dan Penyiangan .................................................... 5.4.5 Perawatan................................................................................ 5.4.6 Panen ......................................................................................
49 49 52 52 53 54 55 56 57 57 58 58 60 60 61
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI ....................................... 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol ...................................................... 6.1.1 Bibit ........................................................................................ 6.1.2 Lahan ...................................................................................... 6.1.3 Tenaga Kerja ........................................................................... 6.1.4 Alat-alat Pertanian .................................................................. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani .......................................................
63 63 63 64 65 68 71
VII. ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL ................................. 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol ................................................. 7.1.1 Saluran Pemasaran ................................................................ 7.1.2 Peranan Lembaga Pemasaran ................................................ 7.1.3 Sruktur Pasar ........................................................................ 7.1.4 Perilaku Pasar ....................................................................... 7.1.5 Keragaan Pasar ..................................................................... 7.1.5 Marjin Pemasaran .................................................................
78 78 78 80 85 86 88 89
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 96 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 96 7.2 Saran .............................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 98 LAMPIRAN ................................................................................................ 101
ii
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sebaran Struktur Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2006 .............................................................. 1 2.
Tahun Nilai PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 .....
2
3.
Perkembangan Produksi Komoditi Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2008 ......................................................................
3
Perkembangan Luas Panen Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 ......................................................................
4
Konsumsi Komoditi Buah-Buahan dan Sayuran Indonesia Tahun 2007-2008 .....................................................
5
Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2003-2007 ................................................................................
6
Perkembangan Kenaikan/Penurunan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Tanaman Kembang Kol Indonesia Tahun 2003-2007 .....................................................................
7
Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Komoditas Kembang Kol di Provinsi Jawa Barat Tahun ............................................
8
9.
Metode Penghitungan Pendapatan Usahatani .............................
43
10.
Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun 2006 ....................
50
11.
Karakteritik Jumlah Petani Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Tani “Suka Tani” ....................................................
53
Karakteritik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman pada Kelompok Tani ”Suka Tani” .............................................
53
Karakteritik Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” ...........................................
54
Karakteritik Petani Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” .................................
55
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” .....................................................
56
Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kembang kol Per Hektar Per Musim Tanam ...................................................
65
Pegunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata Lahan (0.4 Ha) .....................................................
67
4. 5. 6. 7.
8.
12. 13. 14. 15. 16. 17.
iii
18.
19. 20. 21. 22. 23.
Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Per Rata-rata Luasan Lahan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” ..............................................................................
68
Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Per Hektar Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” ................
69
Rata-rata Penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden Per Hektar ..................................................................................
69
Rata-rata Penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden Per Rata-rata Luas Lahan (0.4 Ha) ....................................................
70
Rata-rata Penggunaan Pestisida Petani Responden Per Hektar dan Per Rata-rata Luas Lahan (0,4).............................................
70
Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan/ Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Lembang Kol RP 3000,- ..................................................................................
24.
73
Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan/ Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Lembang Kol RP 1000,- ..................................................................................
75
Perhitungan Harga Pokok/Biaya Per Kg Kembang Kol .............
76
26. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lemabaga Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok ”Suka Tani” .............................
80
27. Rincian Biaya Pemasaran Masing-masing Pola Pemasaran..........
91
28. Marjin Pemasaran Kembang Kol Saluran I-V Pada Lembaga Pemasaran Kelompok Tani ”Suka Tani” .....................................
94
29. Persentase Farmer’s Share Pada Setiap Saluran Pemasaran ........
95
25.
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Halaman
Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia .....................................................................................
29
2.
Marjin Pemasaran ........................................................................
35
3.
Kerangka Pemikiran Operasional ................................................
38
4.
Pengolahan Lahan Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara Masih Menggunakan Cangkul Tahun 2009 .................
57
Penanaman Kembang Kol Petani Kelompok ”SukaTani” Petani di Desa Tugu Utara Tahun 2009 .....................................................
59
5. 6.
Proses Penyemprotan Pestisida Pada Tanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” di Desa Tugu UtaraTahun
2009 ............................................................................................
61
Kembang Kol yang Siap untuk Dipanen Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara Tahun 2009 .................................
62
Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok ”Suka Tani” Tahun 2009 .............................................................
66
Pola Umum saluran Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara ............................
79
10. Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua Tahun 2009 .................................................................................
84
7. 8. 9.
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Kuesioner Petani .......................................................................
102
2.
Kuesioner Pemasaran..................................................................
106
3.
Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya ......................
108
4.
Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya ......................
110
5.
Karakteristik Pedagang Responden ...........................................
111
vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan. Dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada semua sektor kecuali sektor pertanian, sektor industri pengolahan
dan
sektor
konstruksi.
Kontribusi
sektor
pertanian
dalam
pembentukan PDB sekitar 14.4 persen pada tahun 2008 menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan. Sebaran struktur PDB Indonesia menurut lapangan usahanya tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun 2007-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Industri
PDB (%) 2007 2008 13.7 14.4 11.2 11.0 27.1 27.9 0.9 0.8 7.7 8.4 14.9 14.0 6.7 6.3 7.7 7.4 10.1 9.8 100 100 89.5 89.3
Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdangangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa PDB PDB Non Migas
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2009
Berdasarkan bidang usahanya sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan,
subsektor
peternakan
dan
subsektor
perikanan.
Komoditas
hortikultura merupakan salah satu sumber pertumbuhan sektor pertanian karena sifat permintaannya yang inelastis terhadap pendapatan.
Seiring dengan laju
pertambahan jumlah penduduk, yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan dan berkembangnya pusat kota-industri-wisata, serta liberalisasi perdagangan merupakan faktor potensial bagi peningkatan permintaan produk hortikultura. Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Menurut studi penawaran
dan permintaan komoditas unggulan hortikultura, komoditas hortikultura paling sedikit mempunyai tiga peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan bumbu masak, dan sebagai salah satu sumber devisa Negara non-migas.1 Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan nasional. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura sebesar Rp 76.79 trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp 80.29 trilliun, dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4.55 persen. Peningkatan PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas areal produksi dan areal panen. Perkembangan nilai PDB hortikultura nasional sejak tahun 2007 sampai 2008 per kelompok komoditas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 No 1 2 3 4
Kelompok Komoditi Buah-buahan Sayuran Tan.Biofarmaka Tanaman Hias Total
PDB (Milyar) Tahun 2007 Tahun 2008*) 42,362 42,660 25,587 27,423 4,105 4,118 4,741 6,091 76.795 80.292
Peningkatan/ Penurunan(%) 4.02 7.18 0.32 28.48 4.55
Keterangan: *) Angka Ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008)
1http://www.psedeptan.go.id/hasil%20penelitian/studi penawaran dan permintaan komoditas. htm diakses tanggal 5 Oktober 2009
2
Dilihat
dari
ketersediaan
lahan,
komoditas
hortikultura
masih
memungkinkan untuk dikembangkan pada skala yang lebih luas. Potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura mencakup lahan pekarangan seluas 5.33 juta ha, lahan tegalan/huma 11.61 juta ha, lahan sementara tidak diusahakan seluas 7.58 juta ha dan lahan untuk kayu-kayuan seluas 9.13 juta ha (BPS, 2003; Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2001). Potensi produksi yang besar ini juga belum mampu dikelola secara optimal, karena petani menghadapi kendala dalam pemasaran, yang terkait dengan ketidakpastian pasar dan rendahnya harga pada musim panen. Kegiatan pengembangan produksi telah memberikan dampak positif pada penumbuhan
ekonomi
regional
dan
penyediaan
lapangan
kerja
serta
meningkatkan kesejahteraan petani/pelaku usaha. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan pada tahun 2007 sampai 2008 sebesar 7.43 persen. Perkembangan produksi komoditas hortikultura tertinggi terdapat pada kelompok sayuran yaitu meningkat sebesar 9.92 persen. Perkembangan produksi komoditas hortikultura terendah terdapat pada kelompok tanaman biofarmaka yaitu meningkat sebesar 3.11 persen. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 20072008 No 1 2 3
4
Kelompok Komoditas Buah-buahan (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias: Tan. Hias Potong( Tangkai) Dracaena (Batang) Melati (Kg) Palem(Pohon) Tanaman BioFarmak (Kg) Rata-rata
Produksi Tahun 2007 Tahun 2008* 17,116,622 18,241,248 9,455,464 10,393,407 9,189,962 2,041,962 15,775,751 1,171,768 472,911,940
11,037,463 2,355,403 16,597,668 1,304,178 489,702,035
Peningkatan Produksi (%) 7.15 9.92 9.55 1.89 12.10 9.00 15.20 3.11 7.43
Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008)
`
3
Perkembangan secara keseluruhan luas panen komoditas hortikultura tahun 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 7.86 persen.
Luas panen
kelompok komoditas tanaman hias mengalami peningkatan paling besar dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya.
Luas panen kelompok
komoditas sayuran mengalami peningkatan sebesar 8.06 persen, sedangkan luas panen komoditas buah-buahan meningkat sebesar 7.22 persen dan luas panen tanaman biofarmaka meningkat sebesar 3.16 persen. Secara keseluruhan luas panen komoditas hortikultura tahun 2007-2008 mengalami peningkatan. Menurut Ditjen Hortikultura (2009), peningkatan produksi ini terjadi sebagai akibat pertambahan luas areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi, semakin intensifnya bimbingan dan fasilitasi kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha, serta adanya penguatan modal dan kelembagaan agribisnis.
Peningkatan masing-masing komoditas
hortikultura dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembagan Luas Panen Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2007-2008 No
Kelompok Komoditas
1 2 3
Buah-buahan (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias: Tan. Hias Potong ( Tangkai) Dracaena (Batang) Melati (Kg) Palem(Pohon) Tanaman BioFarmaka (Kg) Rata-rata
4
Luas Panen Tahun 2007 Tahun 2008* 756,766 811,408 1,001,606 1,082,316 179,374,218 98,107 1,427,534 749,869 250,549,792
182,768,528 109,978 1,556,012 863,849 258,462,301
Peningkatan (%) 7.22 8.06 12.99 20.10 15.35 5.21 11.30 316 7.86
Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008)
Konsumsi hortikultura menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional/ SUSENAS menunjukkan konsumsi kelompok sayuran dan buah tahun 2007 dibandingkan dengan konsumsi menurut angka ramalan tahun 2008 mengalami peningkatan dari 74.96 kg/kapita/tahun menjadi 76.84 kg/kapita/tahun atau mengalami peningkatan sebesar 2.51 persen.
Peningkatan konsumsi tersebut
merupakan peluang bagi pelaku usaha atau petani hortikultura terutama kelompok 4
komoditas
buah-buahan
dan
sayuran
untuk
meningkatkan
produksinya.
peningkatan produksi Secara rinci konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Konsumsi Komoditi Buah-buahan dan Sayuran Indonesia Tahun 20072008 Komoditi Buah-buahan Sayuran Jumlah
Konsumsi (kg/tahun/kapita) Tahun 2007 Tahun 2008* 34.06 35.52 40.90 41.32 74.96 76.84
Peningkatan Konsumsi (%) 4.29 1.03 2.51
Keterangan : * Angka Ramalan Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Peratanian (2009)
Komoditas sayuran merupakan jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan penyediaan vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Kebutuhan konsumsi per kapita dipengaruhi oleh jumlah konsumen, perubahan preferensi konsumsi, tingkat harga, dan tingkat pendapatan masyarakat. Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol. Dampak lainnya adalah peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, dan pengembangan agribisnis. Kembang kol termasuk sayur mewah yang harga jualnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kubis-kubis yang lain. Kembang kol masih memberikan peluang usaha yang terbuka lebar seiring dengan derasnya permintaan di dalam negeri. Meningkatnya permintaan pasokan juga dikarenakan banyak restoran dan hotel yang menghidangkan aneka masakan luar negeri berbahan baku kembang kol. Kembang kol cara pembudidayaannya mudah dan pemasarannya juga tidak terlalu sulit.
Pada Tabel 6, produksi kembang kol
merupakan tanaman sayuran indonesia yang memiliki produksi terendah. Hal ini menunjukkan kembang kol memiliki peluang besar untuk diproduksi pada luasan
5
lahan yang lebih besar lagi agar dapat meningkatkan produktivitas kembang kol Indonesia.
Tabel 6. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2003-2007 Produksi NO
KOMODITAS 2003
2004
2005
2006
2007
1
Kentang
1,009,979
1,072,040
1,009,619
1,011,911
1,003,732
2
Kol/Kubis
1,348,433
1,432,814
1,292,984
1,267,745
1,288,738
3
Petsai/Sawi
459,253
534,964
548,453
590,400
564,912
4
Wortel
355,802
423,722
440,001
391,370
350,170
5
Kacang Merah
90,281
107,281
132,218
125,251
112,271
6
Kembang Kol
86,222
99,994
127,320
135,517
124,252
Cabe Besar
774,408
714,705
661,730
736,019
676,828
8
Cabe Rawit
292,314
385,809
396,293
449,040
451,965
9
Buncis
247,782
267,619
283,649
269,533
266,790
10
Ketimun
514,210
477,716
552,891
598,892
581,205
11
Labu Siam
103,451
179,845
180,029
212,697
254,056
12
Kangkung
208,450
212,870
229,997
292,950
335,086
13
Bayam
109,423
107,737
123,785
149,435
155,863
14
Kacang Panjang
432,365
454,999
466,387
461,239
488,499
7
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)
Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2008) luas panen, produksi dan hasil rata-rata kembang kol di Indonesia pada rentang tahun 2003-2007 sangat fluktuatif perkembangannya.
Pada tahun 2003 luas panen
kembang kol sebesar 5,165 hektar, tahun 2004 luas panen meningkat secara signifikan sebesar 1,761 hektar atau 34.1 persen. Pada tahun 2007 luas panen mengalami penurunan sebesar 646 hektar atau menurun 6,4 persen dari tahun sebelumnya sehingga luas panen menjadi 9,295 hektar. Perkembangan produksi kembang kol di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.
6
Tabel 7. Perkembangan dan Kenaikan/Penurunan Luas Panen Rata-rata, Hasil, dan Produksi Tanaman Kembang Kol Indonesia Tahun 2003-2007 Tahun
Kembang Kol Luas Produksi Hasil Panen (Ton) (Ton/Ha) (Ha) 5,165 86,222 16.69 6,926 99,994 14.44 8,763 127,320 14.53 9,941 135,517 13.63 9,295 124,252 13.37
2003 2004 2005 2006 2007
Kenaikan/ Penurunan Terhadap Tahun Sebelumnya Luas Panen Produksi Hasil Absolut % Absolut % Absolut % 1,761 1,837 1,178 (646)
34.1 26.5 13.4 (6.4)
13,772 27,326 8,197 (11,265)
16 27,3 6,4 (8,3)
(32.25) 0.9 (0.9) (2.6)
(1.9) 6.2 (6,1) (1,9)
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2008)
Tabel 7 menunjukkan nilai produksi kembang kol di Indonesia dari tahun 2003 sampai 2007 juga sangat fluktuatif. Pada tahun 2003 produksi kembang kol Indonesia sebesar 86,222 ton. Pada tahun 2005 produksi mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 27,326 ton atau 27.3 persen sehingga produksi menjadi 127,320 ton. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 11,265 ton atau sebesar 8.3 persen sehingga produksi menjadi 124,252 ton. Hal ini cukup menghawatirkan karena hasil panen banyak dirintangi oleh gangguan atau hambatan sehingga hasil panen pada umumnya di bawah prediksi saat tanam. Salah satu diantaranya berkurangnya hasil sayuran di Indonesia akibat adanya serangan hama yang dapat mengakibatkan panen gagal mencapai 50 sampai 100 persen.2 Berdasarkan besar luas panen dan nilai produksi kembang kol di Indonesia diperoleh nilai hasil rata-rata atau produktivitas kembang kol mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar 32.25 ton/ha atau 1.9 persen. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0.9 ton/ha atau 6.2 persen sehingga produktivitas menjadi 14,53 ton/ha. Tahun berikutnya yaitu tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 0.9 ton/ha atau 6.1 persen sehingga, produktivitas menurun menjadi 13.63 ton/ha. Pada tahun 2007 produktivitas kembang kol terus menurun sebesar 2.6 ton/ha atau 1.9 persen sehingga produktivitas kembang kol menjadi 13.37. 2 Si Nugrohati dan Kasumbogo Untung. 1986. Pestisida dalam Sayuran www. deptan.go.id. Tanggal akses 5 Oktober 2009
7
Tabel 8. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Kembang Kol di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2005 Tahun
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
2003
583
8,229
142.30
2004
1,354
25,104
185.40
2005
2,130
40,990
192.40
Sumber: Departemen Pertanian (2009)
Pada Tabel 8 menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas kembang kol di Provinsi Jawa Barat yang merupakan pusat produksi tanaman kembang kol pada periode tahun 2003-2005 terus mengalami peningkatan. Produksi pada tahun 2003 mencapai 8,229 ton, dan sebesar 40,990 ton pada tahun 2005. Luas panen kembang kol di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 seluas 538 hektar, dan meningkat menjadi seluas 2,130 hektar pada tahun 2005. Produktivitas kembang kol juga setiap tahunnya mengalami kenaikan, dimana produktivitas kembang kol pada tahun 142.30 ton/ha. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 30.2 persen. Pada tahun 2005 produktivitas kembang kol mencapai 192.40 atau mengalami kenaikan sebesar 35.2 persen dari tahun 2003. Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di Propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua. Kelompok tani “Suka Tani” adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi sayuran kembang kol. Kelompok tani ”Suka Tani” merupakan kelompok yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapotan) “Kaliwung Kalimuncar”. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang berada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor. Desa Tugu Utara berada pada ketinggian 1,200 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata harian 260 Celcius. Kondisi ini menyebabkan lokasi ini cocok untuk mengembangkan tanaman sayuran terutama kembang kol.
8
1.2 Perumusan Masalah Permintaan yang besar terhadap produk sayur-mayur memunculkan adanya jaringan perdagangan sayur-mayur mulai dari tingkat petani produsen, pedagang perantara, sampai pedagang keliling atau yang menjual sayur-mayur ke rumah-rumah. Kembang kol merupakan salah satu jenis sayuran yang sudah sangat dikenal dan dimanfaatkan menjadi berbagai macam bentuk sayuran seperti sayur sup dan tumis. Rasanya yang enak setelah diolah menjadi masakan menjadikan kembang kol sebagai makanan favorit yang banyak dijumpai diberbagai tempat. Di Indonesia, kembang kol termasuk salah satu sayuran yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas karena harganya yang relatif lebih tinggi daripada sayuran lainnya. Budidaya tanaman kembang kol dalam skala yang lebih besar agaknya cukup menjanjikan mengingat saat ini Indonesia sudah mengekspor kembang kol ke Hongkong, Jepang, Singapura dan Brunei. Kembang kol masih memberikan peluang usaha yang terbuka lebar seiring dengan derasnya permintaan di dalam negeri. Meningkatnya permintaan pasokan juga dikarenakan banyak restoran dan hotel yang menghidangkan aneka masakan luar negri berbahan baku kembang kol. Kembang kol cara budidayanya mudah dan pemasarannya juga tidak terlalu sulit. Kembang kol termasuk sayur mewah yang harga jualnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kubis-kubis yang lain. Dalam luasan satu hektar bisa menghasilkan 7-10 ton kembang kol. Jika dibudidayakan sebagai usaha yang berwawasan agribisnis maka hasil panennya berpotensi menghasilkan pendapatan yang tinggi. Masalah utama yang dihadapi oleh petani kelompok tani ”Suka Tani” dalam usahatani kembang kol adalah ketidakstabilan harga dan ketidakpastian pasar. Harga komoditas kembang kol sering tidak stabil dengan fluktuasi harga yang cukup besar. Pada kegiatan pemasaran kembang kol, petani sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah) sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi.
9
Harga yang diterima oleh petani di kebun adalah berkisar Rp 1,000,- − Rp 6,000,- per kilogram. Sementara harga jual pedagang pengecer di pasar tradisional sebesar Rp 4,000,- – Rp15,000,- per kilogram. Penurunan harga kembang kol akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu komoditi.
Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang
dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan. Pemasaran kembang kol tidak terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan kembang kol dari produsen ke konsumen. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi antara produsen dan konsumen.
Adanya
perbedaan lokasi dan kegiatan lembaga pemasaran menyebabkan harga tiap lembaga pemasaran menjadi berbeda. Masalah yang timbul adalah penyebaran harga dan keuntungan antara lembaga pemasaran tidak merata, akibatnya harga diterima petani menjadi rendah sedangkan konsumen harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Perbedaan harga jual oleh petani dengan harga yang diberlakukan pedagang menunjukkan adanya marjin pemasaran antara petani dengan konsumen. Dalam kondisi ini, petani sebagai penerima harga (price taker). Marjin pemasaran yang semakin besar akan menyebabkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil. Penyebaran margin pemasaran tidak merata dan harga yang rendah ditingkat petani dapat mempengaruhi pendapatan petani. Oleh karena itu, dengan menganalisis tingkat pendapatan dan pemasaran usahatani kembang kol dapat mengetahui tingkat biaya produksi yang dikeluarkan usahatani kembang kol serta mengetahui saluran pemasaran yang terbaik. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi petani masyarakat dalam proses pengembangan pertanian. Permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Bagaimana tingkat pendapatan petani kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani”? 2. Bagaimana sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar, sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer’s share?
10
1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Menganalisisi tingkat pendapatan petani kembang kol. 2. Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer’s share.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Memberikan informasi kepada pihak yang ingin mengetahui tentang biaya produksi dan pendapatan usahatani kembang kol serta pemasarannya. 2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya, khususnya yang berkaitan dengan tingkat pendapatan usahatani dan pemasaran kembang kol. 3. Sebagai informasi awal bagi masyarakat yang tertarik akan pertanian khususnya kembang kol.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Kembang Kol Kol bunga atau sering disebut kembang kol merupakan salah satu anggota famili kubis dengan nama latin Brassica oleracea botrytis L. subvar. cauliflora DC berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kembang kol sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kembang kol yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kembang kol masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX. Walaupun tanaman ini adalah tanaman dataran tinggi tropika dan wilayah dengan lintang lebih tinggi, beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar khatulistiwa. Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kembang kol. Pusat produksi tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas. Tetapi saat ini kembang kol mulai ditanam di sentrasentra sayuran lainnya seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan, Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng (Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali). Klasifikasi botani tanaman kembang kol adalah sebagai berikut: a) Divisi : Spermatophyta b) Sub divisi : Angiospermae c) Kelas : Dicotyledonae d) Keluarga : Cruciferae e) Genus : Brassica f) Spesies : Brassica oleracea var. botrytis L. g) Sub var : cauliflora DC Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas dua subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal sebagai kembang kol putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli. Manfaat tanaman, walaupun biasanya hanya bagian massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran yang
mengandung mineral cukup lengkap, daun tanaman ini juga bisa dimakan dan rasanya manis tanpa ada rasa pahit. Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum 15.5-18oC dan maksimum 24oC. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90 persen. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kembang kol daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Kemasaman tanah yang baik antara 5.5-6.5 dengan pengairan dan drainase yang memadai. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kecuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk. Di Indonesia, sebenarnya kembang kol hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.3 Menurut Ashari (1995), Tanaman kembang kol atau kembang kol yang dikonsumsi adalah kelopak bunganya.
Kandungan gizi yang terdapat pada
tanaman kembang kol adalah air sebanyak 90 ml, protein 3g, lemak 0,2 g, karbohidrat 5 g, serat 1 g, kalsium 30 mg, besi 1mg, vitamin A 20 IU, tiamin 0,1 mg, riboflavin 0,1 mg, nikotinamide 0,7 mg, dan asam askorbat 80 mg.2
3 http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=196 (Tanggal 3Agustus 2009)
13
2.2 Budidaya Kembang Kol a. Pengolahan Lahan Tanah yang akan ditanami kembang kol diolah sedalam 10-20 cm karena perakarannya dangkal. Agar kesuburannya terjamin, tanah perlu dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang berdosis 5 kg/m2. Kemudian, tanah dibiarkan selama 7-10 hari agar cukup mendapatkan sinar matahari, lalu dicangkul untuk kedua kalinya. Selanjutnya dibuat bedengan berukuran lebar sekitar 120 cm dan panjang sekitar 300 cm. Di antara bedengan dibuat parit, selebar 30 cm, dan saluran drainase. Setelah itu, tanah siap ditanami. b. Persemaian Benih kembang kol perlu disemai sebelum ditanam. Caranya, benih ditabur dalam barisan yang teratur di bedeng persemaian. Jarak antar barisan sekitar 10 cm. Setelah ditabur, benih segera ditutup tipis dengan tanah. Pada hari ke-12 biji yang tumbuh baik segera disapih dengan jarak (10 x 10) cm. Tindakan ini bertujuan agar pertumbuhan bibit menjadi baik sekaligus merupakan seleksi karena benih yang jelek (tidak tumbuh) langsung dibersihkan (dibuang). Bibit berada dipersemaian hingga berumur sekitar enam minggu atau sudah berdaun 5-6 helai. Lahan diolah sedalam 30 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2–1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbungan. Bumbunan dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm. Bumbungan diisi media campuran pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungan dari cara ini diantaranya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil, terutama saat pemindahan bibit ke lahan. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag) dilakukan dengan cara satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbungan yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbungan dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran
14
diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur enam minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya. b) Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5 - 3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm. c. Penanaman Kembang
kol
membutuhkan
banyak
air
terutama
pada
masa
pertumbuhannya. Oleh karena itu, penanaman sebaiknya dilakukan pada permulaan musim hujan.
Penanaman pada musim kemarau dapat dilakukan asal
penyiramannya intensif. Bibit yang telah disemai ditanam di bedeng penanaman dengan jarak dalam barisan antara 45-55 cm dan jarak antar-barisan kira-kira 60-70 cm. Waktu penanaman sebaiknya dipilih sore hari agar bibit yang baru ditanam tidak langsung terkena sinar matahari, terlebih sinar yang terik. d. Pemeliharaan Penyiraman pada bunga kol sangat penting guna mendapatkan hasil yang optimal. Sekurang-kurangnya dilakukan satu kali penyiraman setiap hari (kecuali turun hujan). Setelah berumur dua minggu, tanaman dibersihkan dari gulma dan rumput liar serta dilakukan pendangiran. Pendangiran tidak perlu terlalu dalam karena dapat merusak akarnya. Pekerjaan ini diulangi pada waktu tanaman berumur dua bulan. Pemeliharaan selanjutnya adalah pemberian pupuk terutama bagi tanah yang tidak terlalu subur. Bagi tanah yang subur, pemberian pupuk cukup pada saat pengolahan tanah. Pemupukan susulan dilakukan dua kali, yaitu saat tanaman berumur dua minggu dan ketika tanaman berumur dua bulan (saat pembentukan bunga), dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
15
e. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang menyerang kembang kol sama seperti pada famili kubis lainnya. Gangguan fisiologis penting pada kembang kol seperti Ekor cambuk, gejala gangguannya adalah bentuk daun kembang kol menjadi tidak teratur dan akhirnya menjadi seperti ekor cambuk karena sebagian besar daunnya hanya terdiri dari daun tengah dengan sedikit helaian daun. Umumnya kepala bunga yang terbentuk tidak dapat dijual karena pertumbuhannya terganggu akibat dari perubahan titik tumbuh. Gejala ekor cambuk biasanya disebabkan oleh tanah yang terlalu asam. Gangguan Bercak Cokelat yang menimbulkan sebagian atau beberapa bagian kepala bunga terlihat seperti ada noda air. Terkadang noda tersebut mengering atau mengeras, namun jika keadaan lembap sering menjadi busuk. Sebelum kepala bunga muncul, bagian tepi daun tengah sering berubah menjadi muda dan akhirnya mati. Kepala bunga yang terserang lama-kelamaan berubah warna menjadi cokelat karat dan rasanya menjadi pahit. f. Panen dan Pasca Panen Umur panen tergantung varietasnya, namun rata-rata kembang kol dapat dipanen setelah 55-60 hari sejak tanam atau 2-3 hari sesudah penutupan bunga. Pada saat dipanen kepala bunga harus mencapai besar maksimal dan warnanya belum berubah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari untuk menghasilkan kepala bunga yang segar karena masih terdapat sisa embun. Panen yang dilakukan sore hari akan menghasilkan kepala bunga yang kering akibat terkena sinar matahari. Cara panennya, kepala bunga dipotong beserta daunnya, terutama daun penutup bunga. Setelah dipanen, kepala bunga segera dibawa ke tempat yang teduh untuk menghindari sinar matahari langsung yang dapat mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning pucat sampai cokelat kehitaman. Kembang kol yang telah dipanen sebaiknya segera dipasarkan karena mudah rusak dan menurun kesegarannya. Apabila kembang kol akan disimpan, sebaiknya dimasukkan dalam ruang pendingin bersuhu 0° C. Dalam ruang pendingin ini kesegarannya dapat dipertahankan hingga 30 hari. Ruang pendingin bersuhu kurang dari 5° C hanya dapat mempertahankan kesegaran kurang dari 12 hari.
16
2.3 Karakteristik Sayuran Ciri-ciri komoditas sayuran memiliki kesamaan pokok dengan hortikultura lainnya (Harjadi 1999). Ciri komoditas sayuran adalah sebagai berikut: 1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar sehingga mudah rusak (Perishable) karena masih ada proses-proses kehidupan yang berjalan. 2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering. 3. Harga pasar komoditi ditentukan oleh mutu atau kualitasnya bukan oleh kuantitasnya saja. 4. Produk hortikultura bukan merupakan kebutuhan pokok yang tidak diperlukan dalam jumlah besar, namun diperlukan sedikit demi sedikit setiap harinya dan bila tidak mengkonsumsinya, maka tidak segera dirasakan akibatnya. 5. Produk digunakan tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani melainkan juga kebutuhan rohani. 6. Dari segi gizi, produk hortikultura penting sebagai sumber vitamin dan mineral, bukan diutamakan untuk sumber kalori dan protein. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dibanding komoditas pertanian lainnya (Harjadi, 1999).
Beberapa perbedaan sayuran terhadap komoditas
pertanian lainnya adalah sebagai berikut: 1. Tidak tergantung pada musim. 2. Mempunyai resiko tinggi. Biasanya produk sayuran mudah rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring berlalunya waktu dan kekuranghatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang dijual semakin lama semakin turun nilainnya sampai tidak bernilai sama sekali. 3. Karena sifatnya mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi dekat dengan konsumen.
17
2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik ini antara lain dilakukan oleh Sari (2006), yang menganalisis sistem pemasaran wortel dan bawang daun. Kondisi pemasaran wortel dan bawang daun yang terjadi di Desa Sukatani ada lima saluran, yaitu : 1. Petani – Tengkulak Kecil – Pedagang Pengecer ( Pasar Cipanas) – Konsumen 2. Petani – Pedagang Pengecer ( Pasar Cipanas) – Konsumen 3. Petani – Tengkulak Besar – Pedagang Grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen 4. Petani – Tengkulak Kecil – Pedagang Grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen 5. Petani – Tengkulak Kecil – Tengkulak Besar – Pedagang Grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen Sebagaian besar petani wortel dan bawang daun melakukan penjualan kepada tengkulak kecil pada saluran pemasaran IV, karena tengkulak kecil yang menyalurkan langsung ke Bogor dan Jakarta banyak tersebar di masing-masing dusun sehingga lebih mudah. Berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer’s share, saluran pemasaran wortel dan bawang daun yang paling efisien adalah saluran I karena memiliki marjin pemasaran yang paling kecil masing-masing sebesar 1,450,- per kg (64.44 persen) dan Rp 1,400,- per kg (56 persen). Sedangkan farmer’s share untuk
wortel dan bawang daun yang paling besar terdapat pada saluran
pemasaran II yaitu masing-masing sebesar 44.44 persen dan 54 persen. Untuk wortel dan daun bawang, rasio keuntungan dan biaya yang tertinggi juga terdapat pada saluran II, masing-masing sebesar 5.99 dan 6.82. Berarti, setiap Rp 100,per kg wortel biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 599,- per kg dan Rp 681,- per kg.
Dengan demikian saluran
pemasaran I merupakan saluran yang paling efisien, sedangkan saluran pemasaran II yang memberikan keuntungan yang besar kepada petani karena memiliki farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya terbesar.
18
Penelitian yang dilakukan oleh Maharany (2007), menganalisis mengenai usahatani dan tataniaga jamur tiram putih, diketahui bahwa besarnya pendapatan atas biaya total adalah Rp 1,476,930.64,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 1,697,633.53,-. Besarnya nilai R/C atas biaya tunai adalah 2.69 dan R/C atas biaya total adalah 2.20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram telah efisien. Analisis tataniaga jamur tiram menunjukkan bahwa terdapat lima saluran tataniaga jamur tiram di wilayah Bandung. Diantaranya yaitu pertama saluran I melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen akhir, kedua saluran II melibatkan produsen jamur tiram, bandar pengumpul, pengumpul, pedagang menengah, pedagang pengecer dan pedagang akhir, ketiga saluran III melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir keempat saluran IV melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang menengngah, pedagang pengecer dan konsumen akhir dan kelima saluran V. Secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga. Meryani (2008) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang menunjukkan usahatani kedelai per hektar untuk kedelai yang dipanen polong muda, total penerimaannya mencapai Rp 1,871,269.84,- dan total penerimaan untuk kedelai polong tua mencapai Rp 4,243,974.73,- R/C rasio yang diperoleh petani yang panen polong tua adalah 1.35 dan petani yang panen polong muda adalah 1.27. Angka ini memberi arti bahwa dari setiap rupiah yang biaya yang dikeluarkan oleh petani kedelai akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1.35,- untuk polong tua dan penerimaan sebesar Rp 1.27,- untuk polong muda. Saluran tataniaga kedelai yang ada di kecamatan Ciranjang, kabupaten Cianjur, ada dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga kedelai polong muda dan saluran tataniaga kedelai polong tua. Saluran tataniaga kedelai polong muda mempunyai tujuan yang sama, yaitu dari petani kedelai dibawa ke pedagang pengumpul, kemudian kedelai tersebut dibawa ke pedagang Pasar Induk Parung.
19
Di pedagang Pasar Induk, kedelai diserap oleh pedagang pengecer dan konsumen akhir. Untuk tataniaga kedelai polong tua terdapat delapan saluran tataniaga. Riyanto (2005), menganalisis mengenai pendapatan cabang usahatani dan pemasaran padi kasus di Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil analisis diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani kelompok I, II, dan III bernilai positif dan lebih besar dari pada pendapatan atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio yang diperoleh kelompok I lebih rendah dari petani yang ada pada kelompok II dan III. Adapun nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok I yaitu sebesar 1.81 atas biaya tunai dan 1.3 untuk R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok II yaitu sebesar 2.03 atas biaya tunai dan 1.54 untuk R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok III yaitu sebesar 2.13 atas biaya tunai dan 1.64 untuk R/C rasio atas biaya total. Pola pemasaran yang paling efisien adalah pola pemasaran I yaitu dari petani ke pedagang besar kemudian disalurkan kembali ke pedagang pengecer untuk disampaikan ke konsumen. Margin pemasaran Pola I adalah 23.30 persen dengan total keuntungan Rp 192.50,- per kg,
margin pemasaran pola II adalah 18 persen dengan total
keuntungan Rp 2,- per kg. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008), mengenai analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahdulur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa petani responden memperoleh nilai R/C rasio atas biaya total sebesar rata-rata 3.59 dan R/C ratio atas biaya tunai sebesar rata-rata 4.05. Nilai dari kedua R/C tersebut lebih dari satu, maka usahatani pepaya California tersebut masih memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur adalah: luas lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).
20
Pada saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahduhur, terdapat dua bentuk pola saluran.
Pada pola saluran I, petani
menjual pepaya tersebut kepada supplier, kemudian suplier menjual pepaya tersebut kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual pepaya langsung kepada pabrik (konsumen akhir). Berdasarkan penelitian terdahulu, menunjukkan pentingnya mengetahui pendapatan usahatani dan pemasaran suatu produk pertanian untuk mengetahui suatu usahatani menguntungkan/layak untuk diusahakan atau tidak dan juga untuk mendapatkan saluran pemasaran yang menguntungkan bagi petani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran (biaya tunai dan biaya diperhitungkan), dan R/C rasio. Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian yang dilakukan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, perbedaan jenis komoditi
dan waktu
dilakukannya kegiatan penelitian. Dari hasil pengamatan penelitian terdahulu belum ada yang melakukan penelitian tentang kembang kol sebelumnya, serta analisis pemasaran yang akan ditinjau lebih lanjut di lokasi penelitian.
21
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ilmu Usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 2006). Tjakrawiralaksana
(1983)
menyebutkan
suatu
usahatani
dapat
digambarkan lebih rinci sebagai berikut: 1. Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan ternak, dan tempat keluarga tani bermukim. 2. Pada usahatani juga akan dijumpai, Bangunan-bangunan, seperti: rumah tempat tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur atau pompa air dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti: bajak, cangkul, garpu, parang, sprayer, dan mungkin juga traktor. Sarana produksi (input), seperti; benih atau bibit tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obat-obatan pemberantas hama penyakit tanaman serta hewan ternak dan makanan ternak. 3. Pada usahatani itu terdapat keluarga tani, yang terdiri dari petani, istri dan anak-anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu. Semua merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan. 4. Petani sendiri, selain sebagai tenaga kerja juga berfungsi sebagai pengelola atau manajer, yaitu orang yang berwenang memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan usahatani. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani
adalah proses
pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk
menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau pun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Menurut Hernanto (1989) usahatani adalah sebagai organisasi alam, kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi itu ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang/sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat secara geologis, politik maupun teritorial sebagai pengelolanya. Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi, 1986). Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktorfaktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu : 1) Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari. 2) Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. 3) Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari
milik
sendiri,
pinjaman
atau
kredit
(kredit
bank,
pelepas
uang/famili/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
23
4) Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir
dan
mengkoordinasikan
faktor-faktor
produksi
yang
dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a)perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani.
3.1.2. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis
pendapatan
usahatani
pada
umumnya
digunakan
untuk
mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian yang digunakan adalah harga berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaanya cukup lama. Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi sendiri di rumah dan pengeluaran di luar usaha pertanian dikeluarkan oleh karena analisisi ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha pertanian saja. Analisa tersebut memerlukan suatu perkiraan pengembalian modal investasi dan tenaga petani, dan kemudian dibandingkan dengan pengambilan pola pilihan tanaman lain atau pilihan diluar usaha pertanian (Gittinger, 1986). Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar di biayai maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan penerimaan. Pendapatan terdiri dari dua unsur, yaitu:
24
1. Imbalan jasa manajemen, “upah” atau honorarium petani sebagai pengelola 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi risiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam artian ekonomi perusahaan. Pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa (beda) dari pada pengurangan nilai penerimaan-penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Dari jumlah pendapatan tersebut kemudian dapat dinyatakan besarnya balas-jasa atas peggunaan tenaga kerja petani dan keluarga, modal sendiri dan keahlian pengelolaan petani. Menurut Seokartawi (1986), banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani oleh karena itu uraian berikut menjelaskan penggunaan beberapa istilah dan artinya. 1. Pendapatan Kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani. 2. Pendapatan kotor tunai didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan Kotor tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda yang dikonsumsi. 3. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan digudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. 4. Pengeluaran total usahatani didefenisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.
25
6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Contoh keluaran ini adalah nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit. 7. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor – faktor produksi. 8. Untuk mengukur atau menilai penampilan usahatani kecil adalah dengan penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisa pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur nilai efisiennya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (analisa R/C). Perbandingan ini menunjukkan penerimaan kotor untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C rasio menunjukkan semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan semakin tinggi.
3.1.3 Konsep Pemasaran Menurut Sudiyono (2002), definisi pasar sebagai produsen adalah sebagai tempat untuk menjual barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan. Konsumen mendefinisikan pasar sebagai tempat membeli barang-barang dan jasa-jasa sehingga konsumen tersebut
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Sedangkan bagi lembaga pemasaran pasar merupakan tempat untuk melakukan
26
aktivitas usaha dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran tertentu sehingga lembaga pemasaran dapat keuntungan. Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi di pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses penyimpanan. Sebagai proses produksi yang komersil maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang dipertukar dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Menurut Hammond dan Dahl (1977) pemasaran didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari tentang (1) kekuatan permintaan dan penawaran, (2) menentukan atau memodifikasi harga, (3) pelayanan pemindahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen, dan (4) lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran barang. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang – barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke konsumen.
Konsep paling dasar yang
melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan rasa kehilangan. Berdasarkan kebutuhan inilah maka konsumen akan memenuhi kebutuhannya dengan mempertukarkan produk dan nilai dari produsen. Suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Menurut Asmarantaka (1999) pemasaran merupakan serangkaian atau koordinasi aktivitas bisnis yang
merupakan kegiatan produktif karena
menciptakan atau menambah nilai guna (guna kepemilikan, bentuk, tempat dan waktu) yang menghubungkan titik produksi primer (petani) dengan konsumen akhir, serangkaian aktivitas tersebut secara klasik disebut fungsi - fungsi
27
pemasaran dan pelaksanaan aktivitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran atau marketing firms. Adapun tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen melalui pertukaran. Dalam proses penyampaian produknya diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan–tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi – fungsi pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1997). Fungsi – fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu : 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. 2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi pengelolaan. 3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi pengangkutan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
3.1.4 Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Kotler ( 2005), mendefinisiskan saluran pemasaran sebagai rangkaian organsasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa yang tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Adanya jarak antara produsen dan konsumen maka proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen melibatkan beberapa perantara. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), saluran pemasaran adalah lembaga pemasaran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen. Lembaga pemasaran itu sendiri adalah badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, memperlancar arus atau gerak barang dari produsen sampai tingkat konsumen melalui berbagai
28
kegiatan atau aktivitas yang dikenal sebagai perantara (middlemen atau intermediatory). Pihak lembaga perantara (middlemen) adalah yang memberikan pelayanan dan hubungannya dalam pembelian atau penjualan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Adapun gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
TENGKULAK
PEDAGANG BESAR PERANTARA
PABRIK/ EKSPORTIR
PETANI (PRODUSEN)
KOPERASI/KUD
PENGECER
KONSUMEN AKHIR
Gambar 1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia Sumber :
Limbong dan Sitorus, 1987
Penggolongan saluran pemasaran atau lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Penggolongan menurut fungsi yang dilakukan: •
Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran, seperti pedagang pengecer, grosir dan lembaga-lembaga perantara lainnya.
•
Lembaga pemasaran yang melakukan kegitan fisik pemasaran, seperti lembaga
pengolahan,
lembaga
pengangkutan
dan
lembaga
pergudangan. •
Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas pemasaran. Seperti Bank Unit Desa (BUD), Kredit Desa, Koperasi Unit Desa (KUD), lembaga yang menyediakan informasi pasar, lembaga yang melakukan pengujian kualitas (mutu barang) dan lain-lain.
29
2. Penggolongan menurut penguasaan barang: •
Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yag dipasarkan, seperti pedagang pengecer, grosir, pedagang pengumpul dan lain-lain.
•
Lembaga pemasaran yang menguasai tapi tidak memiliki barang yang dipasarkan, seperti agen, broker, lembaga pelelangan dan lain-lain.
•
Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak meguasai barang yang dipasarkan ,seperti lembaga pengangkutan, pengolahan dan perkreditan.
3. Penggolongan menurut kedudukan dalam struktur pasar: •
Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pedagang pengecer rokok, pedagang pengecer beras dan lain-lain.
•
Lembaga pemasaran monopolistik, seperti pedagang asinan, pedagang benih, pedagang bibit, pedagang ubin dan lain-lain.
•
Lembaga pemasaran oligopolis, seperti perusahaan semen, impor cengkeh dan lain-lain.
•
Lembaga pemasaran monopolis, seperti perusahaan kereta api, perusahaan pos dan giro dan lain-lain.
4. Pengolongan menurut bentuk usahanya: •
Berbadan hukum, seperti Perseroan Terbatas, Firma, Koperasi dan lain-lain.
•
Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan lain-lain.
Firmansyah (1998) dalam Silalahi (2009) menjelaskan, mata rantai saluran pemasaran dan lembaga-lembaga yang terkait di dalamnya harus diketahui agar produk yang dihasilkan oleh petani yang disampaikan kepada konsumen melalui perantara mampu memberikan pembagian keuntungan yang adil terhadap semua pelaku pemasaran. Dalam sistem pemasaran, terdapat lembaga-lembaga yang cukup penting yaitu :
30
1. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli atau mengumpulkan barang-barang hasil pertanian dari produsen kemudian memasarkan dalam partai besar kepada pedagang lain. Dalam hal ini pedagang pengumpul biasanya ada di setiap desa. 2. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul dalam partai besar dan mendistribusikan ke setiap pedagang pengecer ataupun pasar. 3. Koperasi yaitu badan usaha berbadan hukum yang selain membantu petani dalam permodalan juga membantu petani menyalurkan hasil panennnya. 4. Pengecer yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar dan mendistribusikan barang secara langsung ke konsumen akhir. Pemilihan pola pemasaran yang tepat dapat menguntungkan produsen. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan seorang produsen dalam memilih pola pemasran (Limbong dan Sitorus, 1987) adalah: 1. Pertimbang pasar meliputi: siapa konsumennya (rumah tangga, industri, atau keduanya), berapa besar pembeli potensisl, bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli. 2. Pertimbanganm barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan beratnya barang, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana sifat teknisnya, apakah barang standar atau pesanan, dan bagaimana luas jangkauan produk perusahaan bersangkuatan. 3. Pertimbangan dari segi perisahaan meliputi :sumber permodalan, kemampuan dan ang diberikan oleh penjual. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan lembaga pemasaran, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, volume penjualan dan pertimbagan biaya.
3.1.5. Stuktur Pasar Firmansyah (1998) dalam Silalahi (2009), menyatakan penelitian mengenai struktur pasar secara deskriptif akan bermanfaat jika mampu menjelaskan sampai seberapa jauh “efektifitasnya” dalam kehidupan sehari – hari
31
yang diukur dengan variabel di atas baik untuk produsen, pedagang perantara, maupun konsumen. Hammond dan Dahl (1977) menjelaskan, ada empat faktor penentu karakteristik struktur pasar, yaitu jumlah atau ukuran pemasaran, kondisi atau keadaan produk, kondisi mudah tidaknya keluar masuk pasar, Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti ”size dan concentrasi”’ deskripsi ”product and product differentiation”, syarat-syarat entry dan sebagainya. Berdasarkan strukturnya, pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong dan Sitorus, 1987). Suatu pasar dapat digolongkan dalam struktur pasar bersaing sempurna apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1.Terdapat pembeli maupun penjual jumlahnya banyak, 2. Setiap pembeli maupun penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang ada dipasar oleh karena itu seorang pembeli atau penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar. 3. Barang atau jasa yang dipasarkan homogen, dan 4.Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar. Empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah penjualan dan pembeli; apakah jumlah relatif banyak sehingga tidak terdapat seorang penjual yang dapat mempengaruhi harga. Atau sebaliknya jumlah penjual sedikit sehingga dapat mempengaruhi harga pasar. (2) keadaan produk yang diperjual belikan; apakah produk tersebut himogen, berbeda corak atau produk tersebut unik sehingga tidak ada penjual lain yang dapat mensubstitusikan komoditi yang dijual penjual tersebut. (3) kemuddahan masuk dan kelluar pasar; apakah perusahaan mudah masuk dalam pasar jika terdapat keuntunga ekonomis atau perusahaan tersebut mudah keluar dari pasar seandainya tidak tercapai keuntungan normal. (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi; apakah terhadap informasi harga yang wajar bagi konsumen atau tidak ada informasi harga yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan diskriminasi harga (Sudiyono, 2002).
32
Struktur pasar sangat di perlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan (pembeli dan penjual) yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance). Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan lima jenis struktur dengan berbagai karakteristiknya. Struktur pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri terdapat banyak penjual dan pembeli. Setiap pembeli maupun penjual menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang ada di pasar. Oleh karena itu, pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar atau pembeli dan penjual sebaagai penerima harga (price taker) dan bebas keluar masuk pasar (freedom for entry and exit), barang atau jasa yang di pasarkan homogen (homogenous product). Pasar monopolistik memiliki ciri-ciri terdapat banyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai macam harga dan bukan atas dasar satu harga pasar. Adanya beberapa macam hargaa disebabkan penjual dapat melakukan penawaran yang berbeda kepada pembeli. Produk yang di jual dalam pasar monopolistik ini tidak homogen. Produk dapat di menurut kualitas, ciri atau gaya, service atau pelayan yang berbeda, perbedaan pengepakan, warna bungkus dan harga. Penjual melakukan penawaran yang berbeda untuk segmen pembeli yang berbeda dan bebas menggunakan merek,periklanan dan personal sellng disamping harga untuk menunjukkan penawaran penjual. Pasar oligopoli terdiri dari beberapa penjual yang sangat peka akan strategi pemasaran dan penetapan harga perusahaan lainnya. Produk dapat berupa produk homogen atau produk heterogen. Sedikitnya jumlah penjual ini di sebabkan oleh tingginya hambatan untuk memasuki industri yang bersangkutan. Hambatan ini seperti paten, kebutuhan modal yang besar, pengendalian bahan baku, pengetahuan dan sifatnya perorangan dam lokasi yang langka. Pasar monopoli memiliki ciri-ciri tedapat satu penjual yang berbentuk perusahaan monopololi, perusahaan atau swasta menurut undang-undang dan dapat beruipa monopoli sawata murni. Produk satu dan tidak bersubstitusi dengan barang lain dan ada pengendalian harga dari penjual. Tindakan diskriminasi harga
33
dengan menjual produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda-beda dan pada pasar yang berbeda.
3.1.6 Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan stuktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi stuktur pasar tersebut. Perilaku pasar tersebut dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut (Dahl dan Hammond, 1997) Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek pembelian dan penjualan yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan dan pembayaran harga serta kerjasama antara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga menentukan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi persaingan.
3.1.7 Keragaan Pasar Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian baik atau tidaknya sistem pemasaran. penggunaan
teknologi
Keragaan pasar juga dapat didefinisikan melalui
dalam
pemasaran,
pertumbuhan
pasar,
efisiensi
penggunaan sumberdaya, penghematan pembiayaan dan peningkatan jumlah barang yang dipasarkan sehingga mencapai keuntungan maksimum (Dahl dan Hammond, 1977)
3.1.8 Marjin Pemasaran Semakin pentingnya pemasaran dalam agribisnis telah menuntut sistem pemasaran yang efisien. Sistem pemasaran yang efisien akan tercapai jika penyaluran produk dari produsen ke konsumen memberikan keuntungan yang adil
34
bagi para pelaku pemasaran termasuk lembaga-lembaga pemasaran yang ada di dalamnya. Marjin pemasaran didefenisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa margin pemasaran menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsifungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir.setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tentu dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencarai atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan, adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ketingkat konsumen akhir. Secara grafis margin pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut ini : Sr
Sf
P Pr MP Pf
Df
Dr 0 Qrf Gambar 2. Margin Pemasaran Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987 Keterangan : Pr : Harga di tingkat pengecer Sr : Penawaran di tingkat pengecer Dr : Permintaan di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Sf : Penawaran di tingkat petani Df : Permintaan di tingkat petani Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer
35
Berdasarkan Gambar 2, besarnya nilai marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran (dalam hal ini selisih harga ditingkat pengecer dengan harga di tingkat petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besarnya nilai marjin pemasaran yaitu sebesar daerah segi empat (Pr – Pf) x Qr,f. Nilai Pr – Pf) menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditas per satuan atau per unit. Margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Rendahnya biaya pemasaran suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987).
3.1.9 Farmer Share Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan melihat besarnya margin pemasaran yang diperoleh oleh masing-masing lembaga keuntungan dan biaya pemasaran, serta
pemasaran, rasio
bagian harga yang diterima petani
terhadap konsumen akhir (farmer’s share). Bagian yang diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan sitorus, 1987). Apabila harga yang ditawarkan pedagang atau lembaga pemasaran semakin tinggi dan kemampuan konsumen dalam membayar harga semakin tinggi, maka bagian yang diterima oleh petani akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan petani menjual komoditinya dengan harga yang relatif rendah. semakin besar marjin maka penerimaan petani relatif kecil. Dengan demikian dapat diketahui adanya hubungan negatif antara marjin pemasaran denga bagian yang diterima petani.
36
3.2 Kerangka Operasional Penelitian ini mengkaji analisis usahatani dan aspek pemasaran kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masalah bagi petani di desa Tugu Utara dalam usahatani kembang kol, lebih banyak dikarenakan permasalahan fluktuasi harga jual petani yang sangat jauh. Harga jual kembang kol ditingkat petani di kebun berkisar Rp 1,000,- Rp 6,000,- per kilogram. Sementara harga jual pedagang pengecer di pasar tradisional sebesar Rp 4,000,- – Rp15,000,- per kilogram. Fluktuasi harga jual kembang kol ditingkat petani menyebabkan pendapatan yang diterima para petani menjadi rendah dan tidak stabil. Penelitian ini melibatkan berbagai lembaga pemasaran yang mempunyai peranan masing-masing dalam memasarkan kembang kol. Keterlibatan lembaga pemasaran dikarenakan adanya jarak antara produsen kembang kol dengan konsumen. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol adalah petani, pedagang pengumpul, grosir (Pasar Induk Keramatjati dan Pasar TU), pedagang pengecer (Pasar Induk Keramatjati, Pasar TU dan Pasar Cisarua). Analisis pendapatan usahatani akan dianalisis dengan menghitung penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi kembang kol yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan petani kembang kol yang diukur dengan rasio penerimaan terhadap biaya (R/C). Apabila nilai R/C lebih besar dari satu berati usahatani kembang kol
menguntungkan untuk
diusahakan oleh petani Kelompok ”Suka Tani” dan bila lebih kecil dari satu, maka usahatani kembang kol tidak menguntungkan untuk diusahakan. Selanjutnya aktivitas pemasaran yang melibatkan petani dan pedagang ke konsumen akhir akan dianalisis melalui analisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi dan lembaga pemasaran, stuktur dan perilaku pasar, marjin pemasaran serta farmer’s share.
Marjin pemasaran yang diperoleh akan menentukan saluran
pemasaran yang lebih menguntungkan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui farmer’s share.
Pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan
pemilihan saluran pemasaran yang tepat dengan tujuan untuk memberi keuntungan akan dinikmati oleh petani kembang kol sekaligus pedagang serta
37
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
• Produksi komoditas kembang kol berfluktuatif • Penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga pemasaran tidak merata, akibatnya harga yang diterima petani kembang kol menjadi rendah dan konsumen harus membayar dengan harga yang cukup tinggi
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Rasio R/C
Efisien
Analisis Sistem Pemasaran
Analisis Saluran Pemasaran
Efisiensi Pemasaran: − Analisis Farmer’s Share − Analisis Margin Pemasaran
Tidak Efisien
Analisis Efisiensi Pemasaran Evaluasi Kegiatan Usaha
Pengambilan Keputusan Kegiatan Usahatani
Gambar 3. Kerangka Operasional Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani ”SukaTani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
38
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangannya adalah bahwa Kecamatan Cisarua merupakan salah satu daerah penghasil kembang kol di Jawa Barat. Pemilihan Kecamatan Cisarua disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah yang produktivitas kembang kol cukup banyak di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kecamatan tersebut dipilih Desa Tugu Utara dengan kelompok tani ” Suka Tani”, karena di Desa Tugu Utara terdapat enam kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) ”Kaliwung Kalimuncar”. Masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan ini memiliki tujuan dan jenis komoditas yang diusahakan berbeda-beda. Kelompok ”Suka Tani” merupakan anggota Gapoktan yang memiliki petani anggota yang membudidayakan kembang kol. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Waktu ini digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari petani dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan data kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Dinas Pertanian Bogor, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian dan dari berbagai literatur baik buku, skripsi dan artikel-artikel dari internet.
4.3 Metode Penentuan Sampel Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani ”Suka Tani” akan dijadikan sebagai responden. Informasi mengenai populasi petani kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua diperoleh dari ketua kelompok tani tersebut. Jumlah petani dari seluruh kelompok tani tersebut 30 orang petani yang mengusahakan berbagai jenis sayuran seperti kembang kol, wortel dan cabai. Petani yang dipilih sebagai responden adalah seluruh petani anggota kelompok tani yang memproduksi kembang kol. Sampling yang dilakukan untuk menganalisis aspek pemasaran dengan mengikuti arus komoditi kembang kol dari petani sampai ke konsumen.
Responden yang diambil meliputi dua orang
pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan lima orang pedagang pengecer.
4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (observasi) dan metode kuisioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Observasi dilakukan dengan mengamati proses kegiatan pemasaran dan kegiatan budidaya yang berlangsung di lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan wawancara dengan para petani kembang kol, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer untuk mengetahui kegiatan pemasaran dan kegiatan usaha kembang kol.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan
untuk melihat kegiatan produksi, sistem pemasaran pada usahatani kembang kol di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait akan diuraikan secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah 40
dibaca. Dalam penelitian analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan komputer.
4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani Profitabilitas usahatani kembang kol dapat dikaji dengan dua indikator, yaitu pendapatan usahatani dan R/C rasio. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu.
Total biaya atau pengeluaran adalah
semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan (Soekartawi, et al, 1985). Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah : TR TC π atas biaya tunai π atas biaya total
= = = =
PxQ biaya tunai + biaya diperhitungkan TR - biaya tunai TR – TC
Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) P : Harga output (Rp/Kg) Q : Jumlah output (Kg) π : Pendapatan atau keuntungan (Rp) Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya
41
total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut : R/C rasio atas biaya tunai = R/C rasio atas biaya total =
TR / biaya tunai TR / TC
Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya dikurangi satu. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu: Biaya Penyusutan= ܊ۼെ ܛۼ n Keterangan: Nb Ns N
: Nilai pembelian (Rp) : Tafsiran nilai sisa (Rp) : Umur ekonomis (Tahun)
Sumber: Husen Umar (2003)
42
Contoh perhitungan pendapatan usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani No A B 1 2 3 4 C
D E F G H
Komponen Penerimaan Penjualan Biaya Tunai Sarana Produksi Pupuk Bibit (Kembang kol) Tenaga Kerja Luar Keluarga Pajak Lahan Sewa lahan (lahan disewa) Total Biaya Tunai Biaya yang diperhitungkan(Biaya Tidak tunai) Penyusutan Alat Tenaga Kerja dalam keluarga Sewa lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya yang diperhitungkan Jumlah Total Biaya (B+C) Pendapatan atas biaya tunai (A - B) Pendapatan atas biaya total (A - D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D)
Sumber: Tjakrawiralaksana, (1983)
4.5.2 Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Analisis lembaga pemasaran digunakan untuk mengetahui lembagalembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan juga fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga ini juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang atau jasa. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantyung yang terlibat dalam dalam proses untuk menjadikan suatu produkatau jasa siap untukdigunakan atau dikonsumsi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat lembaga pemasaran yang terlibat dan saluran pemasaran yang ada pada kelompok tani “Suka Tani” dalam menyalurkan kembang kol dari produsen ke konsumen dan melihat fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi. 43
4.5.3 Analisis struktur pasar Struktur pasar kembang kol dapat diketahui berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar, jenis-jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran seperti biaya, harga dan kondisi pasar partisipan. Metode anallisis ini di perlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar terseut cendrungmendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur tertentu.
4.5.4 Analisis Perilaku dan Keragaan Pasar Tingkah laku pasar dari kembang kol dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran, sistem pembayaran dan penentuan haraga serta kerjasama yang terjadi antara lembaga pemasaran. Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian baik atau tidaknya sistem pemasaran. Keragaan pasar dapat diidentifikasi melalui penggunaan sumberdaya dan penghematan biaya.
4.5.5 Analisis Marjin Pemasaran Analisis pemasaran dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi. Kemudian diidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran kembang kol dari petani sampai ke konsumen. Untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran
diukur dengan margin pemasaran, rasio
keuntungan/biaya dan farmer’s share. Saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani “Suka Tani” di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat dianalisis dengan mangamati lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga – lembaga pemasaran ini berperan sebagai perantara dalam 44
penyampaia p an barang daari produsenn ke konsum men akhir ddan arus baarang yang melalui m lem mbaga – leembaga yaang menjadi perantara membentu uk saluran pemasaran. p Anallisis marginn tataniaga digunakan untuk mellihat tingkaat efisiensi pemasaran p k kembang kool. Margin ppemasaran merupakan m pperbedaan harga h yang terjadi t di tinngkat produssen (harga bbeli) dengan harga di tinngkat konsum men (harga jual). j Margin pemasarann dihitung berdasarkan hasil h pengurrangan hargaa penjualan dengan d hargga pembelian pada setiaap lembaga tataniaga. (Limbong dan d Sitorus 1987). Perh hitungan margin pemaasaran secarra sistemasttis dapat dirumuskan d sebagai berikkut : Mi = Hji – Hbi Mi = Ci +
i
Hji – Hbi = Ci + πi
Berdasarkan B n persamaan diatas, keunntungan tatanniaga pada tiingkat ke-i adalah a
πi = Hji – Hbi – Ci Maka M besarnnya margin pemasaran p aadalah Mt =
Mi
Keterangan K : Mi M : Margin pemasaaran pada passar tingkat ke k - i (Rp/kg)) Hji H : Harrga penjualann pada pasarr tingkat ke - i (Rp/kg) Hbi H : Harrga pembeliaan pada pasaar tingkat ke - i (Rp/kg) Ci C : Biaaya pada pasaar tingkat kee - i (Rp/kg) i I Mt M
: Keuuntungan pem masaran padda pasar tinggkat ke - i (R Rp/kg) : 1, 2, 2 3, .... n : Tottal margin peemasaran Berd dasarkan nillai margin pemasaran yang diperroleh dapatt diketahui
tingkat t rasiio keuntunggan terhadaap biaya yang y dikeluuarkan oleh h lembaga pemasaran. p Rasio ini meenunjukkan besarnya keeuntungan yaang diperoleeh terhadap biaya b pemaasaran yang dikeluarkaan oleh massing-masingg lembaga pemasaran. p Semakin tinnggi nilai rasio r semakkin besar keeuntungan yyang diperooleh. Rasio tersebut t dipeeroleh dengaan menggunaakan rumus sebagai beriikut :
45
Rasio Keuntungan/Biaya =
Keuntungan (πi) Biaya Pemasaran (Ci)
Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Farmer,s share berhubungan negatif dengan margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmr’s share) akan semakin rendah. Rumus untuk menghitung farmes’s share adalah : fs =
pf x100% pr
Dimana : Fs = Farmer’s share Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir
4.6 Definisi Operasional 1. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi kembang kol dari titik produsen sampai ke titik konsumen yang membentuk pola pemasaran. 2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi pemasaran melalui titik produsen (petani) serta lembaga perantara lainya. 3. Petani kembang kol adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani kembang kol atau memperoduksi dan melakukan penjualan kembang kol. 4. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian dari petani. Mengumpulkannya dan menjual kembali kepedagang lainnya yang lebih besar. 5. Pengecer adalah pedagang yang melakukan penjualan kembang kol langsung ke konsumen.
46
6. Harga yang diterima petani adalah hasil produksi kembang kol yang dijual petani pada saat panen. Harga yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah pada saat masing-masing Rp 1,000,-, dan Rp 3,000,- untuk melihat tingkat harga yang diterima petani sudah tidak efisien melakukan kegiatan usahatani kembang kol. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 7. Harga pokok/ biaya per unit adalah harga jual paling minimal yang dapat dilakukan petani agar usahatani kembang kol tidak rugi.
Satuan yang
digunakan adalah rupiah per kilogram. 8. Harga eceran/harga konsumen adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli untuk setiap kembang kol yang diecerkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 9. Luas lahan, yaitu lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam kembang kol, dinyatakan dalam hektar (ha). Lahan yang akan dianalisis dibagi menjadi dua luasan, yaitu luas rata-rata lahan (0.4 ha) yang merupakan luas rata-rata lahan yang digunakan petani responden untuk usahatani kembang kol dan luasan satu hektar yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi usahatani kembang kol pada kedua luasan tersebut. 10. Bibit adalah jumlah bibit kembang kol untuk satu musim tanam satuan yang digunakan adalah amplop. Dimana dalam satu amplop benih kembang kol dapat menghasilkan 3,000 pohon bibit kembang kol. Dalam luasan lahan ! ha dibutuhkan 30,000 pohon bibit kembang kol, sehingga untuk memenuhi jumlah bibit tersebut maka dibutuhkan 10 amlop benih kembang kol untuk disemai. 11. Tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia yang digunakan dalam usahatani kembang kol baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga dihitung dengan satuan Hari Kerja Pria ( HKP). Dimana 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP 12. Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk satu musim tanam usahatani kembang kol diukur dengan satuan kilogram. 13. Pupuk Urea, ZA, TSP dan KCL yang digunakan adalah untuk satu musim tanam kembang kol diukur dengan satuan kilogram.
47
14. Biaya tunai adalah besarnya nilai yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 15. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik petani sendiri, seperti upah tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. 16. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 17. Umur teknis peralatan usahatani adalah berdasarkan penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian di lokasi yang sama namun dengan komoditi berbeda yang melakukan analisis usahatani cabe organik.
48
V KERAGAAN USAHATANI KEMBANG KOL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Kabupatan Bogor. Jarak dari desa ke ibukota adalah sejauh 3,5 km dan jarak ke ibu kota kabupaten Bogor adalah sejauh 30 km yang dapat ditempuh selama 45 menit sampai satu jam. Sarana transportasi untuk mencapai Desa Tugu Utara sudah sangat mudah, karena tersedia fasilitas jalan maupun kendaraan yang dapat digunakan untuk sampai di desa tersebut. Desa Tugu Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Cianjur di sebelah utara dan timur, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Batu layang, Kecamatan Cisarua dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan tingkat perkembangannya, Desa Tugu Utara termasuk dalam kategori perkotaan dengan luas administrasi desa 1,728 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 10,160 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5,361 jiwa (52.76 persen) dan jumlah perempuan sebanyak 4,799 jiwa (47.24 persen). Karakteristik geografis Desa Tugu Utara yaitu berada pada ketinggian 1,200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata per hari berkisar 260 C dengan banyaknya curah hujan 200 mm/bulan. Kondisi tersebut menunjukkan Desa Tugu Utara merupakan lokasi yang cocok untuk mengembangkan tanaman sayuran khususnya tanaman kembang kol. Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum 15.5-18oC dan maksimum 24oC. Kelembaban optimum bagi tanaman kembang kol antara 80 – 90 persen.
Adanya kultivar baru yang lebih tahan
terhadap temperatur tinggi, sehingga budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl).
Desa Tugu Utara memiliki luas wilayah kurang lebih 1,728 Ha (Tabel 10). Pemanfaatan lahan desa sebagian besar digunakan untuk areal perkebunan 47.45 persen, areal kehutanan 18.50 persen, jalur hijau 14.47 persen dan lahan pertanian 12.20 persen. Sebagian lainnya digunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Tabel 10 menunjukkan pemanfaatan lahan di Desa Tugu Utara secara keseluruhan.
Tabel 10. Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun 2006 Fungsi Lahan Lahan Pertanian Lahan Perkebunan Lahan Kehutanan Lahan Keperluan Fasilitas Umum: − Lapangan Olah Raga − Taman Rekreasi − Jalur Hijau − Pemakaman Umum Bangunan Total
Luas Lahan (Ha) 210.8 820.0 320.0
Persentase (%) 12.20 47.45 18.50
1.5 5.0 250.0 2.7
0.09 0.30 14.47 0.16
118.0 1,728
6.83 100
Sumber: Kecamatan Cisarua, (2006)
Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Tugu Utara sebagian besar digunakan untuk penggunan arel perkebunan, karena di Desa Tugu Utara ini terdapat satu perkebunan teh yaitu perkebunan ”Ciliwung”. Desa Tugu Utara memiliki banyak areal kehutanan dan jalur hijau, karena desa ini termasuk salah satu wilayah resapan air di Bogor, dengan demikian banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai jalur hijau dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga tidak ada pemberian izin untuk mendirikan bangunan dalam bentuk apapun. Sebagian kecil lahan lainnya digunakan untuk fasilitas umum dan bangunan, seperti pemukiman penduduk dan bangunan sekolah. Pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian masih banyak karena sebagian besar penduduk di Desa Tugu Utara memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Kelompok ”Suka Tani” merupakan kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ”Kaliwung Kalimuncar” yang diketuai oleh Bapak Badri Ismaya yang merupakan seorang aktivis lingkungan, pelopor 50
penghijauan di lereng- lereng bukit di kawasan Puncak yang rusak. Gapoktan ini terdiri dari enam sub kelompok salah satunya adalah kelompok tani Suka Tani. Tiap-tiap sub kelompok memiliki fungsi dan menggusahakan komoditas yang berbeda, seperti sub kelompok ”Tunas Kaliwung” merupakan kelompok tani yang bergerak dalam bidang peternakan, kelompok tani ”Puncak Lestari” kelompok yang bergerak dalam kegiatan bididaya kopi Perhutani, kelompok ”Wanita Tani” merupakan kelompok yang seluruh anggotanya adalah wanita dan bergerak dalam usaha budidaya bunga, kelompok ”Cibulaog”, memiliki fungsi memberikan perlindungan terhadap satwa hutan, kelompok ”Wijaya Tani” bekerja sama dengan Perhutani dan Kelompok ”Suka Tani” yang bergerak dalam bidang pertanian sayuran. Kelompok ”Suka Tani” terbentuk pada tahun 2009 yang diketuai oleh Bapak Ujang Yahya. Kelompok tani ini beranggotakan petani-petani sayuran di Desa Tugu Utara. Pendirian kelompok ”Suka Tani” bertujuan untuk mempermudah petani khususnya petani kelompok ”Suka Tani” dalam menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu yang memberikan keuntungan bagi kegiatan usahatani kelompok tani dan juga mempermudah petani untuk memperoleh bantuan dana berupa uang tunai ataupun dalam bentuk sarana pertanian baik yang datang dari lembaga pemerintahan atau lembaga diluar pemerintah. Kelompok tani ini juga berfungsi untuk mempermudah petani untuk memperoleh informasi bila diadakan penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian setempat. Stuktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani ”Suka Tani” masih sangat sederhana, dimana ketua kelompok langsung membawahi anggota kelompok tani. Sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai kepentingan kelompok, ketua kelompok bekerja sendiri tanpa dibantu oleh staf-stafnya. Ketua kelompok berhubungan langsung dengan anggota kelompok tani dalam menyampaikan suatu kebijakan dan kemudian dimusyawarahkan kembali untuk memutuskan suatu keputusan terbaik untuk kepentingan bersama. Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara ini belum berfungsi dengan baik, sehingga peranan kelompok tani ini belum dirasakan oleh anggota kelompoknya.
Selama berdiri kelompok tani ”Suka Tani” pernah mendapat
51
tawaran kerjasama oleh perusahaan Indofood dan Hero untuk memasok kebutuhan produk pertanian perusahaan tersebut. Perusahaan Indofood meminta kelompok tani untuk memproduksi dan menjual kentang dan tomat untuk memenuhi kebutuhan perusahan tersebut. Perusahaan Hero menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan komoditi kembang kol dan brokoli, namun karena kendala kemampuan kelompok tani masih minim terutama dalam pembuatan proposal penggajuan kerjasama dan perhitungan biaya produksi yang tidak dapat diterima oleh kedua perusahaan besar tersebut sehingga kerja sama tersebut tidak pernah terjadi.
5.2 Karakteristik Petani Kembang Kol Pada penelitian ini jumlah responden petani adalah 30 orang. Petani responden merupakan anggota kelompok tani ”Suka Tani” di desa Tugu Utara yang informasinya di peroleh dari ketua kelompok tani desa tersebut. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan usahatani kembang kol pada desa tersebut, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi: usia dan pengalaman petani, tingkat pendidikan, dan status kepemilikan lahan yang digarap. Karakteristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut.
5.2.1 Usia Secara umum rata-rata usia petani responden yang mengusahakan kembang kol adalah mulai dari umur 27-63 tahun. Sebaran umur petani ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu petani responden yang berumur muda dengan umur kurang dari 30 tahun, petani berusia sedang umur 30 sampai 50 tahun, dan petani responden berusia tua dengan umur lebih dari 50 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar responden adalah petani yang usia 30-50 tahun (64%). Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden bekerja pada umur produktif/muda dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kembang kol. Menurut Soeharjo (1973), umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat mempunyai 52
kemampuan fisik yang lebih besar dari petani yang lebih tua.
Petani yang
termasuk golongan usia kerja adalah pada usia 15 sampai 50 tahun. Petani muda juga lebih cepat menerima hal-hal yang baru karena petani muda lebih berani menanggung resiko. Sebaran usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” No
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%)
1
< 30
4
13
2
30-50
19
64
3
>50
7
23
Jumlah
30
100
5.2.2 Pengalaman Petani Keberhasilan suatu usahatani didukung oleh banyak faktor diantaranya pengalaman berusahatani. Rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani kembang kol adalah tiga tahun. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap petani responden, menunjukkan bahwa pertanian kembang kol baru dikenalkan kepada penduduk Desa Tugu Utara lebih kurang lima tahun lalu oleh pendatang dari Bandung yang saat ini tergabung dalam kelompok tani ”Suka Tani”. Untuk lebih jelasnya, sebaran pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Petani Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” No 1 2 3 4 5 6
Pengalaman Berusahatani (Tahun) 10 6 5 3 2 1 Total
Persentase (%)
Jumlah Petani (orang) 2 1 3 6 12 6 30
7 3 10 20 40 20 100
53
Tabel 12 menunjukkan pengalaman bertani kembang kol petani responden selama dua tahun adalah sebanyak 40 persen dan petani responden yang telah memiliki pengalaman lebih dari lima tahun hanya berjumlah tiga orang atau tujuh persen dari jumlah responden. Petani yang memiliki pengalaman lebih dari lima tahun, merupakan petani yang berasal dari daerah Lembang dan yang juga telah memperkenalkan usahatani kembang kol kepada para petani lainnya khususnya kelompok tani ” Suka Tani”, yang sudah memiliki banyak pengalaman mengenai usahatani kembang kol, karena Lembang merupakan pusat produksi kembang kol di Jawa Barat.
Jadi dari pengalaman petani responden tersebut, budidaya
kembang kol merupakan hal yang baru bagi petani kelompok tani ”Suka Tani”.
5.2.3 Pendidikan Petani Kembang Kol Pada umumnya tingkat pendidikan petani kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani” tergolong rendah. Terlihat pada Tabel 13 yang menyajikan sebaran tingkat pendidikan petani responden. Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar patani berpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 74 persen dari total seluruh petani responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian petani responden memiliki pendidikan formal yang rendah. Banyaknya petani responden yang berpendidikan rendah dikarenakan sulitnya keadaan ekonomi para petani. Petani responden yang lulus SLTP sebanyak 23 persen dan tiga persen petani responden lulus SMA. Akan tetapi kondisi ini dapat diimbangi dengan pengalaman yang telah dimiliki para petani dan keingin petani untuk mencoba dan mempelajari proses kegiatan budidaya dan pemasaran kembang kol. Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” No
Tingkat Pendidikan
1
SD
2 3 Total
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%)
22
74
SMP
7
23
SMA
1
3
30
100
54
5.2.4 Status Kepemilikan dan Luas Lahan Petani responden yang mengusahakan kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani” sebagian besar berstatus sebagai petani penggarap, karena lahan yang mereka garap bukan milik sendiri, tetapi milik orang lain. Petani tersebut diberi izin untuk mengelola lahannya untuk dimanfaatkan, tanpa harus membayar uang sewa kepada pemiliknya. Jumlah petani responden yang status lahannya sebagai penggarap sebanyak 90 persen dan sisanya merupakan lahan sewa. Petani responden mengungkapkan alasan mereka diijinkan untuk menggarap lahan tersebut adalah supaya lahan pemilik lahan kosong dan tidak berguna, karena hal ini akan mengakibatkan klaim lahan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun, dalam diri petani responden tercipta suatu ketakutan karena sewaktu-waktu pemilik lahan dapat mengambil haknya atas lahan. Berdasarkan hal tersebutlah petani responden memilih memproduksi tanaman yang berumur pendek seperti kembang kol. Status kepemilikan lahan petani kelompok ”Suka Tani” dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Peatni Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Status Lahan Penggarap Sewa Total
Petani (Orang)
Persentase (%) 27 3 30
90 10 100
Luasan lahan yang biasa dikelola untuk lahan pertanian responden sangat beragam, namun sebagian besar mengelola kembang kol pada lahan yang antara 0.3 hektar sampai 0.5 hektar. Pada Tabel 15 diketahui bahwa hampir sebagian besar petani kembang kol menanam kembang kol pada luasan 0.3-0.5 hektar, sedangkan sisanya menanam kembang kol pada luasan kurang dari 0.3 hektar adalah sebesar 40 persen dan yang menanam pada lahan satu hektar adalah sebesar 10 persen. Sebaran luas lahan yang digunakan untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 15.
55
Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Luas Lahan (Ha) <0,3 0,3-0,5 1,0 Total
Petani (Orang)
Persentase (%) 12 15 3 30
40 50 10 100
Selain usia, umur, pengalaman dan pendidikan, karakteristik responden juga dapat dilihar dari alasan petani memilih berusahatani kembang kol, pola bercocok tanam serta sumber modal yang digunakan untuk berusahatani. Ratarata modal yang digunakan petani responden adalah menggunakan modal sendiri dan alasan petani memilih berusaha tani kembang kol adalah, karena kembang kol mudah untuk membudidayakannya. Sedangkan pola bercocok tanam sebanyak 17 orang petani bercocok tanam dengan tumpang sari dan sisanya 13 orang petani bercocok tanam dengan melakukan pola usahatani monokultur. Sebaran petani berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
5.3 Karakteristik Lembaga-Lembaga Pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat pada daerah penelitian antara lain adalah tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing-masing individu dari setiap lembaga pemasaran tersebut memiliki berbagai karakter yang dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kembang kol terdiri dari dua orang tengkulak, dua orang pedagang besar dan empat orang pengecer. Pedagang pengumpul/tengkulak bertempat tinggal di lokasi penelitian, sehingga dekat dengan keberadaan petani responden. Lokasi pedagang besar dan pedagang pengecer berada di luar daerah penelitian yang melakukan penjualan kembang kol di pasar-pasar tradisional yaitu Pasar Cisarua, Pasar TU dan Pasar Induk Kramatjati. Umur pedagang responden berkisar antara 35 tahun sampai 55 tahun. Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Lampiran 5.
56
5.4 5 Keragaa an Usahatan ni Kembangg Kol 5.4.1 5 Pengoolahan Lahaan Peng golahan lahaan petani padda kelompok k ”Suka Tanni” di Desa Tugu T utara menggunaka m an cangkul. Lahan yang akan ditannami terlebiih dahulu dibersihkan d dari d tanamaan liar dan sisa-sisa s akaar, kemudiann tanah dicaangkul hinggga gembur dengan d kedaalaman cang gkul antara 440-50 centim meter agar aakar tanamann kembang kol k dapat dengan leluuasa memperroleh zat haara yang adda didalam tanah, t lalu dibuat d bedengan selebaar 80-100 ceentimeter, tiinggi 35 cenntimeter denngan jarak antar a bedenggan 40 centiimeter denggan tujuan ag gar bisa dilaalui oleh pettani. Pada lahan l miringg perlu dibu uat parit di antara a bedenngan agar aiir tidak terg genang dan mengganggu m u tanaman pada saat muusim hujan.
Gambar 4. Pengolahan Lahan Petanii Kelompok Tani T ”Suka Taani” di Desa Tugu T Utara Masih Mengggunakan Canngkul Tahun 2009
a persiappan lahan ppetani yang memiliki Dalaam pengolahhan lahan atau luasan l rata-rrata 0,4 hekktar pada um mumnya mellakukan penngolahan lah han sendiri dan d dibantu oleh satu orang o tenagaa kerja dalam m keluarga dan tiga oraang tenaga kerja k luar keluarga. k Seedangkan peetani yang memiliki m lahhan satu ha mengolah lahannya l dibbantu oleh enam e orang tenaga kerja. Terdiri dari d satu oraang tenaga kerja k dalam m keluarga dan d lima orang tenaga kerja luar keluarga, k denngan upah 57
sebesar Rp 30.000,- per orang per hari. Pengolahan lahan untuk lahan 1 hektar menghabiskan waktu dua minggu atau 14
hari dan pada lahan 0,4 hektar
dikerjakan selama delapan hari.
5.4.2 Pembibitan Penyiapan benih dilakukan pada bendengan yang dibuat khusus untuk pembenihan. Pada umumnya petani menyemai benih dalam bendengan dengan ukuran yang variasi berdasarkan banyaknya benih yang akan disemai. Penyemaiaan benih di bendengan cukup dengan menebarkan benih di atas tanah persemaian. Setelah benih ditebarkan di bendengan, di atas benih tersebut ditabur pupuk kandang dan kompos. Benih yang ditaburkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air hujan. Pada umur 4-5 hari atau setelah berdaun 3-4 helai, dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung bisa terbuat dari paralon yang dipotong atau dengan menggunakan polybag kecil. Kemudian satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang telah dibuat. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang kemudian disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (lima hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari). Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu tersebut, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit kembang kol, kegiatan ini dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
5.4.3 Penanaman Berdasarkan pengalaman petani responden jarak tanam yang lebar akan lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Jarak tanam kembang kol bunga adalah 50 x 50 centimeter. Dengan jarak tanam yang lebar, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman, agar antar tanaman tidak saling berebut
58
unsur u hara, seperti makkanan, air serta mempeeroleh sinar matahari yaang cukup karena k tidak k saling menaaungi antar ttanaman. Bibitt yang siap tanam adaalah bibit yang y sudah berumur 1--1,5 bulan setelah penyyemaian bennih. Sebeluum penanam man, polybagg atau parallon tempat pembibitan p harus dibu uang terlebiih dahulu. Bibit dikeeluarkan denngan cara membalikka m an bumbungg dan menggeluarkan bibit b dari buumbung parralon atau polybag p den ngan hati-hatti tanpa meruusak akar. Satu bibit di ttanam di dallam lubang tanam t yang g sudah dissiapkan sebelumnya daan segera ddisiram sam mpai tanah menjadi m basah. Setellah penanam man, penyiraaman dapat langsung dilakukan. Paada proses penanaman p tenaga kerjaa yang lebih banyak digu unakan adalaah tenaga kerja wanita. Tenaga T kerja wanita yanng digunakaan pada lahaan 1 hektar ssebanyak em mpat orang yang y diambiil dari tiga orang o tenaga kerja luar keluarga k dann satu orang dari dalam keluarga. k Seedangkan ten naga kerja prria yang diggunakan sebaanyak dua orrang, yaitu satu orang dari d dalam keluarga k dann satu orangg lagi dari luuar keluargaa. Tenaga kerja k yang digunakan pada p lahan 0,4 hektar yaitu dua oorang wanitaa dari luar keluarga k daan dari dalam m keluarga masing-maasing hanya satu orang.. Kegiatan penanaman p ini menghabbiskan waktuu masing-maasing untuk lahan 1 hekttar dan 0,4 hektar h yaitu selama tiga hari dan duaa hari.
Gam mbar 5. Pennanaman Keembang Koll Petani Kelompok Tani ”Suka ” Tani” di Desa D Tugu Utara U Tahun 2009 2
59
5.4.4 Pemupukan Tanaman dan Penyiangan Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak dua kali. Kegiatan pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan yaitu membersihkan tanaman dari tumbuhan pengganggu. Pupuk pertama diberikan 20 hari setelah tanam yang terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan penyiangan dan membuat lubang diantara jarak tanaman sejauh 20 centimeter dari batangnya, setelah itu pupuk yang telah tercampur dimasukkan kedalam lubang lalu ditimbun tanah. Pupuk kedua diberikan 35-40 hari setelah tanam terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha.
Pemupupukan dilakukan sama seperti
pemupukan sebelumnya yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Kegiatan pemupukan pada satu hektar, dilakukan oleh lima orang tenaga kerja yang terdiri dari dua orang tenaga kerja dalam keluarga dan sisanya tiga orang merupakan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan untuk lahan rata-rata tenaga kerja terdiri dari tiga orang tenaga kerja perempuan dan dua orang tenaga kerja laki-laki. Kegiatan pemupukan berlangsung selama dua minggu untuk lahan satu hektar, dan satu minggu untuk lahan 0,4 hektar.
5.4.5 Perawatan Kegiatan perawatan pada tanaman kembang kol terdiri dari kegiatan penyulaman dan penyemprotan. Penyulaman tanaman pada kembang kol diperlukan untuk menggantikan tanaman utama yang mengalami pelayuan tanaman atau mati. Proses penyulaman ini dilakukan sejak satu minggu hingga dua minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit yang masih ada di polybag. Proses penyulaman pada lahan satu hektar dan 0,4 hektar menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak tiga orang dan masingmasing lahan yang dikerjakan dalam waktu tiga hari dan dua hari.
60
Gambar 6. Proses Penyemprotan Pestisida Pada Tanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara Tahun 2009
Pengendalian hama dilakukan dengan cara menggunakan pestisida. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap dua minggu, sehingga penyemprotan dilakukan delapan kali sampai kembang kol panen. Jenis pestisida yang disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron, proklem ), Fungsida
(polarem), penyubur (supergro) dan perekat (dustic).
Penyemprotan untuk lahan satu hektar dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 hektar hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari.
5.4.6 Pemanenan Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal. Umur panen antara 80-100 hari. Panen kembang kol dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian daun. Kegiatan pemanenan pada lahan satu hektar dilakukan oleh lima orang tenaga kerja dan pada lahan rata-rata menggunakan tiga orang tenaga kerja, yang melakukan
61
kegiatan pemotongan, pengangkatan dan penyortiran bagi kembang kol yang tidak layak dijual atau busuk. Hasil panen per hektar antara 12 ton tergantung dari populasi tanaman dan pemeliharaan.
Gambar 7. Kembang Kol yang Siap untuk Dipanen Petani Kelompok Tani ”Suka Tani” di Desa Tugu Utara Tahun 2009
62
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL
6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya.
6.1.1 Bibit Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih. Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua. Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara, hingga menghasilkan buah yang berisi biji.
Biji tersebut kemudian dijemur
sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama 1-1.5 bulan. Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan, sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol. Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan 3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-, sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp 1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol
akan menghasilkan panen sebanyak 12 ton. Untuk luasan lahan 0.4 ha akan membutuhkan bibit kembang kol sebanyak 12,000 bibit atau sama dengan tiga amplop bibit kembang kol. Biaya bibit yang dikeluarkan untuk luasan rata-rata (0.4 ha) sebesar Rp 400,000,-.
6.1.2 Lahan Sebagian besar Lahan
yang digunakan petani responden untuk
berusahatani kembang kol merupakan lahan milik orang lain yang memberikan izin kepada para petani untuk mengolahnya. Para pemilik tersebut bersedia meminjamkan tanah mereka kepada petani, alasannya bahwa pemilik ingin tanah mereka dirawat dan digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan sehingga dapat saling mengguntungkan kedua belah pihak. Pemilik merasa aman dengan tanah yang mereka tinggalkan, sedangkan petani bisa menjaga tanah tanpa harus diupah tetapi dapat mencari nafkah dari kegiatan usahatani dengan menggunakan lahan tersebut. Untuk mengelola lahan tersebut petani sama sekali tidak dibebani biaya sewa ataupun biaya lainnya, namun sekali waktu pemilik lahan berkunjung ke lahan mereka. Petani memberikan sebagian hasil panennya, jika pemilik lahan datang tepat pada saat panen. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan per ha sebesar Rp. 500,000,per musin tanam, karena biaya sewa untuk satu hektar lahan per tahun sebesar Rp 1,500,000,- sedangkan dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali musim tanam kembang kol. Pada lahan rata-rata (0.4 Ha), biaya sewa dikenakan sebesar Rp 200,000,- per musim tanam. Rata-rata kepemilikan lahan pada kelompok tani ”Suka Tani” berkisar antara 0.2 ha sampai 1 hektar. Luasan lahan yang ditanami kembang kol oleh petani responden berkisar rata-rata lahan 0.4 hektar. Sehingga dalam perhitungan analisis usahatani kembang kol menggunakan luasan lahan tanaman kembang kol rata-rata (0.4 ha) dan satu hektar.
64
6.1.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk bidang pertanian kembang kol pada kelompok tani ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga upahan. Jadwal atau waktu kerja yang diberlakukan di Desa Tugu Utara khususnya pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00 (delapan jam kerja) untuk tenaga kerja laki-laki dan tenga kerja wanita dimulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00 (enam jam). Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 30,000,- per hari dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 20,000,- per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani kembang kol rata-rata sebanyak dua orang yaitu petani dan istri petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kembang Kol Per Hektar Per Musim Tanam No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Luar Keluarga Dalam Keluarga L
1 2 3 4
Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan Perawatan
Penyulaman Penyemprotan 5 pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000)
70 15 14
0 16 4 119 3570
P 2.1 19.6
2.1 23.8 714
L 14 3 14
3 8 1 43 1290
P 2.1 11.2
2.4 15.7 471
Total
Persentase (%)
84 22.2 58.8
41.7 11.0 29.2
7.5 24 5 201.5 6045
0.0 3.7 11.9 2.5 100.0
Tenaga kerja laki-laki lebih banyak digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan/pengolahan lahan dan penyemprotan.
Tenaga kerja perempuan
lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman, pemupukan dan penyiangan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 80 persen dari total pemakaian tenaga kerja. Hal ini di akibatkan oleh kegiatan budidaya kembang 65
kol ini banyak melakukan kegiatan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga seperti pengolahan lahan yang dilakukan dengan menggunakan cangkul karena lokasi usahatani yang berbukit-bukit dan lahan yang miring, serta fasilitas jalan yang belum memadai, sehingga tidak dapat dijangkau atau dilalui oleh mesin traktor. Kegiatan penyemprotan dan panen hanya mampu dilakukan oleh tenaga kerja pria.
Gambar 8. Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok ”Suka Tani” Tahun 2009
Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 201.5 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 142.8 HKP (71 persen) dari total tenaga kerja yang digunakan dan dari dalam keluarga sebanyak 56 HKP (29 persen). Jumlah tenaga kerja wanita yang digunakan dalam usahatani kembang kol telah dikonversikan kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Menurut (Hernanto, 1989), dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan dalam kegiatan pemupukan dan penyiangan yaitu sebanyak 31 persen.
66
Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata 0,4 Hektar Per Musim Tanam No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Luar Keluarga L
1
Persiapan Lahan
2
Penanaman
3
Pemupukan Penyiangan Perawatan
4
5
24
dan
Penyulaman
-
Penyemprotan pemanenan Total
-
Nilai Tenaga Kerja (000)
P
Persentase (%)
32
35.3
Dalam Keluarga L
-
Total
P 8
-
0
2.8
2
1.4
6.2
6.8
7
9.8
7
4.9
28.7
31.6
1.4
2
1.4
4.8
5.3
2 33 990
-
16
-
16
17.6
-
7.7
3 90.7
3.3
14
1 36
420
1,080
231
2,721
100.0
Pada luasan rata-rata (0.4 ha) tenaga kerja pria juga lebih banyak digunakan pada saat persiapan lahan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 75 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 70 HKP. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 47 HKP (50.3%) dan dari dalam keluarga sebanyak 43.7 HKP(49.7%). Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah pada kegiatan pegolahan, pemupukan dan penyiangan. Karena dalam kegiatan usahatani pengolahan lahan dilakukan masih dengan menggunakan cangkul, karena lokasi usahatani berada pada daerah yang curam dan belum tersedia fasilitas jalan untuk mesin traktor dan kendaraan besar lainnya. Pemupukan dan penyiangan dilakukan dengan bersamaan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 17 diatas.
67
6.1.4 Alat-alat Pertanian Dalam usahatani kembang kol jenis alat-alat pertanian yang digunakan seperti cangkul, sprayer, kored, pisau dan golok. Cangkul digunakan untuk megemburkan tanah atau untuk menggolah lahan. Koret dan golok digunakan petani untuk membersihkan/mengiangi gulma, dan rumput ataupun semak-semak yang mengganggu tanaman, serta pisau potong untuk digunakan pada saat panen. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pestisida. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani sendiri, namun jumlahnya tidak seimbang dengan luas lahan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena masing-masing buruh tani atau tenaga kerja luar keluarga membawa alat masing-masing. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun Sampai tidak dapat digunakan lagi. Nilai penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden Desa Tugu Utara
pada kelompok tani
”SukaTani” dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Rata-Rata Luasan Lahan No
Jenis Alat Jumlah (Buah)
1 Cangkul 2 Sprayer 3 Kored 4 Golok 5 Pisau 6 Sabit Jumlah
3 2 2 1 2 1
Harga (Rp) 50,000 400,000 20,000 40,000 20,000 20,000
Nilai (Rp)
150,000 800,000 40,000 40,000 40,000 20,000
Umur Teknis (Tahun) 3 5 3 3 3 3
Penyusutan (Rp/Tahun) 50,000 160,000 13,333 13,333 13,333 6,666 256,665
Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya adalah sama, hanya jumlah yang dimiliki petani tergantung kepemilikan luas lahan petani. Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani kembang kol pada luasa 1 hektar yaitu sebesar Rp 256,665,- per tahun, sedangkan pada luasan lahan rata-rata (0.4 ha) nilai penyusutan sebesar Rp 153,331,- per tahun. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan
68
asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis.
Tabel 19. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Hektar No
Jenis Alat
1 Cangkul 2 Sprayer 3 Kored 4 Golok 5 Pisau 6 Sabit Jumlah
Jumlah (Buah) 2 1 2 1 1 1
Harga (Rp) 50,000 400,000 20,000 40,000 20,000 20,000
Nilai (Rp) 100,000 400,000 40,000 40,000 20,000 20,000
Umur Teknis (Tahun) 3 5 3 3 3 3
Penyusutan (Rp/Tahun) 33,333 80,000 13,333 13,333 6,666 6,666 153,331
Selain lahan dan tenaga kerja, biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya pemupukan dan pestisida. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang, urea, ZA, KCL, TSP dan NPK. Biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan pada luasan satu hektar adalah sebesar Rp 4,020,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupupuk petani untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Hektar Komponen Pupuk Kandang Urea KCL TSP ZA Total
Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) 12,000 175 300 1,400 300 1,500 300 2,000 300 1,500
Nilai (Rp) 2,100,000 420,000 450,000 600,000 450,000 4,020,000
Pada luasan lahan rata-rata (0,4 hektar) biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan adalah sebesar Rp 1,608,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupukan petani responden untuk usahatani kembang kol per rata-rata luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 21.
69
Tabel 21. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Ratarata Luasan Lahan (0.4 ha) Komponen Pupuk Kandang Urea KCL TSP ZA Total
Untuk
Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) 4,800 175 120 1,400 120 1,500 120 2,000 120 1,500
pestisida
petani
responden
menggunakan
Nilai (Rp) 840,000 168,000 180,000 240,000 180,000 1,608,000
pestisida
yang
disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron dan proklem), Fungsida (polarem), penyubur ( supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar petani menggeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 1,060,000,- yang dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 ha petani mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 414,000,- per musim tanam dan hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari. Jenis dan jumlah pestisida yang digunakan pada luasan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22.
Tabel Rata-rata penggunaan dan Pestisida Petani Responden per Hektar dan per rata-rata luasan lahan (0.4 ha)
Komponen Curacron(liter) Proklem (grm) Polarem (kg) Supergro (liter) Dustic (liter) Total
Jumlah Fisik 1ha 0,4Ha 1 0.5 4 1.5 6 2 5 2 5 2
Harga (Rp/Satuan) 190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
Nilai (Rp) 190,000 360,000 300,000 110,000 100,000 1,060,000
Nilai (Rp) 95,000 135,000 100,000 44,000 40,000 414,000
70
6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Analisis usahatani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan petani. Analisis yang dilakukan mengacu pada selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, yang meliputi biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya bibit, pupuk, tenaga kerja luar keluarga dan peralatan yang digunakan selama kegiatan usahatani kembang kol. Biaya total adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani dalam bentuk tunai tetapi dihitung sebagai biaya, seperti tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Analisis usahatani kembang kol yang dilakukan dalam penelitian ini di bedakan berdasarkan rata-rata luas lahan 0,4 ha dan luas lahan satu hektar. Pada usahatani kembang kol, penerimaan total diperoleh petani dari produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku. Produksi rata-rata kembang kol per luasan rata-rata lahan per musim tanam adalah 5,000 kg, dengan luasan rata-rata lahan usahatani kembang kol seluas 0.4 ha. Hasil panen ini selain di jual, juga dikonsumsi sendiri oleh petani rata-rata sebanyak 0.5 persen (22 kg) dari total hasil panen. Maka, produksi rata-rata kembang kol per rata-rata luasan lahan per musim tanam setelah dikurangi dengan tingkat kegagalan panen sebesar 10 persen adalah 4,478 kg. Sehingga penerimaan petani yang diperoleh sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan. Penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750,000,- dengan asumsi perhitungan yang sama. Biaya yang dikeluarkan petani responden terdiri dari biaya tunai dan biaya di perhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden kembang kol meliputi biaya bibit, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pemupukan, biaya obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa.
71
Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk pupuk kandang dan pupuk kimia.
Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluasan pupuk
kandang per luasan rata-rata lahan permusim tanam adalah 4,800 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang yang didatangkan dari peternakan setempat sebesar Rp 840,000,-. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam sebesar 12,000 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kandang untuk luasan satu hektar sebesar Rp 2,100,000,per musim tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya telah dibuat. Penggunaan pupuk kimia pada kegiatan usahatni kembang kol terdiri dari pupuk urea, TSP, KCL dan ZA yang dibeli dengan harga masing-masing Rp 1,400,- per kilogram, Rp 2,000,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram. Rata-rata penggunaan pupuk kimia perluasan 1 hektar lahan dalam satu musim tanam masing-masing adalah 300 kilogram. Sedangkan pada luasan rata-rata lahan (0.4) pupuk yang digunakan masing-masing pupuk adalah sebanyak 120 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga untuk lahan satu hektar adalah sebesar Rp 4,284,000,- per musim tanam atau sama dengan 142.8 HKP. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja pada luasan rata-rata lahan adalah sebesar Rp 1,410,000,- per musim tanam atau menggunakan tenaga kerja sebanyak 47 HKP. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani kembang kol oleh petani responden Kelompok ”Suka Tani” untuk luasan rata-rata adalah sebesar 43.7 HKP dan untuk satu hektar sebesar 58.7 HKP. Tenaga kerja dalam keluarga ini hanya terdiri dari istri dan petani sendiri. Istri petani dan petani sendiri dianggap sebagai buruh tani dalam kegiatan usahatani kembang kol tersebut, sehingga istri petani dan petani juga deberi upah seperti tenaga kerja luar keluarga Hasil analisis pendapatan per luasan rata-rata lahan dan luasan hektar per musim tanam petani kembang kol di Desa Tugu Utara pada kelompok tani ”Suka Tani” dapat dilihat di Tabel 23.
72
Tabel 23.
Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 3,000,-
Jumlah Fisik Penerimaan: Hasil Panen (Kg) Penjualan (Kg) Konsumsi Sendiri (Kg) Resiko Panen (Kg) Total Penerimaan Pengeluaran: Biaya Tunai Benih Pupuk: a. Urea (kg) b. ZA (kg) c. TSP (kg) d. KCL (kg) e. Pupuk Kandang (kg) Pestisida : a. Curacron (Liter) b. Proklem( Gram) c. Polarem (Kg) d. Supergro (Liter) e. Dustic (Liter) Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan Atas Biaya Tunai Pendapatan Atas Biaya Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
Kembang Kol 0,4 Ha
Kembamg Kol 1 H
Uraian
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
12,500 11,206 60 1,250 11,250
3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
37,500,000 33,618,000 180,000 3,750,000 33,750,000
5,000 4,478 25 500 4,500
3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
15,000,000 13,434,000 75,000 1,500,000 13,500,000
10
100,000
1,000,000
4
100,000
400,000
300 300 300 300 12,000
1,400 1,500 2,000 1,500 175
420,000 450,000 600,000 450,000 2,100,000
120 120 120 120 4,800
1,400 1,500 2,000 1,500 175
168,000 180,000 240,000 180,000 840,000
1 4 6 5 5
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
190,000 360,000 300,000 110,000 100,000
0.5 1.5 2 2 2
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
95,000 135,000 100,000 44,000 40,000
142.8
30,000
4,284,000 10,364,000
47
30,000
1,410,000 3,832,000
256,665 58.7
30,000
1,761,000 500,000
153,331 43.7
30,000
1,311,000 200,000
2,517,665 12,881,665
1,664,331 5,496,331
23,386,000
9,668,000
20,868,335 3.3 2.6
8,003,669 3.5 2.5
Biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kembang kol perluasan ratarata lahan per musim tanam adalah sebesar Rp 5,496,331,-, sedangkan per hektar per musim tanam sebesar Rp 12,881,665,-. Pada rata-rata luasan lahan,
73
pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai pada saat harga kembang kol Rp 3,000,- adalah sebesar Rp 9,668,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total per luasan rata-rata lahan sebesar Rp 8,003,669,-. Pada luasan lahan satu hektar pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai adalah sebesar Rp 23,386,000,sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20,868,335,-. Usahatani kembang kol ini dikatakan menguntungkan atau efisien untuk diusahakan juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Berdasarkan Tabel 23, R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.6,-. Nilai R/C yang Lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0.4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.5,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0.4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan.
Penerimaan usahatani akan mengalami
penurunan jika terjadi penurunan harga karena penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumalah produksi dengan harga kembang kol. Harga kembang kol sering mengalami fluktuasi, harga terendah yang diterima petani kelompok tani Suka Tani adalah Rp. 1,000,-. Jadi penerimaan petani ketika harga kembang kol Rp 1,000,- pada luasan 1 ha adalah Rp 11,250,000,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp 4,500,000,-. Biaya yang dikeluarkan oleh petani sama seperti pada saat harga kembang kol sedang normal. Sehingga pendapatan petani atas biaya tunai pada lahan 1 ha adalah Rp -116,000,- sedangkan pada lahan luasan rata-rata adalah Rp 404,000,dan pendapatan atas biaya total pada Luan 1 ha adalahRp -2,282,665,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp -1,317,331,-. Perincian analisis pendapatan rata-rata
74
usahatani kembang kol petani kelompok tani ”Suka Tani” ketika harag mengalami penurunan menjadi Rp 1,000,- dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 1,000,uraian
Kembamg Kol 1 Ha Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
12,500 11,206 60 1,250 11,250
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
10
Kembang Kol 0,4 Ha Nilai (Rp)
Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
12,500,000 11,206,000 60,000 1,250,000 11,250,000
5,000 4,478 25 500 4,500
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
5,000,000 4,478,000 25,000 500,000 4,500,000
100,000
1,000,000
4
100,000
400,000
300 300 300 300 12,000
1,400 1,500 2,000 1,500 175
420,000 450,000 600,000 450,000 2,100,000
120 120 120 120 4,800
1,400 1,500 2,000 1,500 175
168,000 180,000 240,000 180,000 840,000
1 4 6 5 5 176.2
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000 30,000
190,000 360,000 300,000 110,000 100,000 5,286,000
1 2 2 2 2 55.8
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000 30,000
95,000 135,000 100,000 44,000 40,000 1,674,000
Penerimaan: Hasil Panen (Kg) Penjualan (Kg) Konsumsi Sendiri (Kg) Resiko Panen (Kg) Total Penerimaan Pengeluaran: Biaya Tunai Benih Pupuk: a. Urea b. ZA c. TSP d. KCL e. Pupuk Kandang Pestisida : a. Curacron b. Proklem c. Polarem d. Supergro e. Dustic Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan Atas Biaya Tunai Pendapatan Atas Biaya Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
11,366,000
4,096,000
256,665 62
30,000
1,860,000
153,331 45.6
30,000
1,368,000
50,000 2,166,665
200,000 1,721,331
13,532,665 (116,000)
5,817,331 404,000
(2,282,665)
(1,317,331)
1.0 0.8
1.1 0.8
75
Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa pada luasan lahan 1 ha nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam kembang kol maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,- sedangkah R/C atas biaya total adalah sebesar 0.8. hal ini juga berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan untuk menanam kembang kol akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.8,-. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan nilai R/C atas biaya total kurang dari satu. Begitu halnya pada lahan luasan rata-rata dimana R/C atas biaya tunai sebesar 1.1 sedangkan R/C atas biaya total adalah 0.8,sehingga usahatani kembang kol petani pada kelompok ”Suka Tani” Desa Tugu Utara pada luasan rata-rata apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Dengan kondisi harga yang berfluktuasi maka dilakukan perthintungan harga pokok produksi. Dengan dasar biaya per unit atau harga pokok tersebut maka petani dapat menetapkan harga jual sesuai dengan laba/ keuntungan sesuai dengan tujuan usahatani (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya per unit atau harga pokok dapat dihitung dengan menambahkan total biaya variabel dan biaya tetap dibagi dengan hasil penjumlahan produksi normal dan produksi nyata. Produksi nyata merupakan jumlah produksi yang dihasilkan pada saat kembang kol dipanen. Sedangkan produksi normal adalah jumlah produksi yang seharusnya di hasilkan pada saat panen kembang kol. Perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok/ Biaya per Kg Kembang Kol Uraian Total Biaya tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Produksi Normal (Kg) Produksi Nyata (Kg) Harga Pokok Produksi (Rp/Kg)
Luasan 1 Ha 2,166,665 11,366,000 12,000 11,250 1,190
Luasan 0,4 Ha 1,721,331 4,096,000 4.800 4.500 1,269
76
Tabel 25 menunjukkan harga pokok/biaya per unit kembang kol pada luasan lahan 1 ha adalah Rp 1,190. Hal ini menunjukkan bahwa harga minimal yang digunakan untuk menjual kembang kol tidak bisa kurang dari harga pokok produksi. Bila harga jual kembang kol lebih rendah dari harga pokok maka petani akan mengalami kerugian. Begitu pula pada luasan lahan rata-rata harga jual kembang kol harus lebih besar dari harga pokok yaitu sebesar Rp 2,269,-. Bila harga jual petani lebih rendah dari harga pokok/biaya per unit akan menimbulkan kerugian bagi petani.
77
m or
.c o
m .c o or
at re FC tP D
tP D
FC
re
at
VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL
Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali
.S m ar
.S m ar
7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol
w
w
besar (pedagang grosir), pedagang pengecer yang berada di Pasar Cisarua, Pasar
:// w
:// w
w
w
dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul, pedagang
tp
tp
TU dan Pasar Induk Kramatjati sampai kekonsumen akhir. Analisis pemasaran
ht
ht
dapat dilihat dari saluran pemasaran yang terjadi, peranan lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar, marjin pemasaran dan farmer¶s share.
om
7.1.1 Saluran Pemasaran
or
.c
Kegiatan pemasaran kembang kol pada kelompok tani ´Suka Tani´ di
re
at
Desa Tugu Utara melibatkan pelaku atau lembaga pemasaran dalam penyaluran
FC
barang yang disebabkan karena adanya jarak antara produsen dengan konsumen.
tP
D
Saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani ´Suka Tani´ dapat dilihat
ar
pada Gambar 9. Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat lima saluran
.S
m
pemasaran yang digunakan petani untuk menyalurkan kembang kol kepada
w
w
konsumen. Saluran tersebut antara lain: Pedagang Pengumpu
Pedagang grosir Kramatjati
://
w
tp
Pedagang Pengecer Pasar Induk Kramatjati Pedagang Pegumpul
ht
3. Petani
Konsumen
Pedagang Besar Pedagang Grosir Kramatjati
Pedagang
Konsumen
om
Pengecer Pasar Induk Kramatjati Konsumen
Konsumen
tP ar m .S w w //w tp : ht
ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
D FC
Pedagang Pengecer Pasar Cisarua
D FC
re
at or
Pengecer Pasar TU
Pedagang
.c
Pedagang Besar ( Pedagang Grosir Pasar TU)
.c
4. Petani 5. Petani
Pedagang
om
Pengecer Pasar TU
Pedagang Grosir TU
at or
2. Petani
Konsumen
re
1. Petani
78
m at FC .S m ar Pengecer Pasar TU
tp ht
ht
tp
:// w
w
Grosir Pasar TU
IV
Konsumen
w
III
Petani
re
Pengecer KramatJati
tP D
re
FC tP D .S m ar w
Grosir Kramat Jati
II
:// w
w
or
.c o
m .c o or at
Pedagang Pengumpul
I
Pengecer
V
om
Pasar Cisarua
re
at
or
.c
Gambar 9. Pola Umum Saluran Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani ´Suka Tani´ Desa Tugu Utara
FC
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 responden petani 22 orang
tP
D
(73%) menjual kembang kol kepada tengkulak.
Hal ini karena tengkulak
m
ar
mendatangi petani ke kebun petani untuk melakukan penawaran pembelian
.S
kembang kol, sehingga petani dapat dengan mudah memasarkan kembang kol
w
w
mereka karena tidak perlu mencari pembeli sehingga tidak mengetahui informasi
://
w
perkembangan harga sayur-sayuran dipasar. Sedangkan delapan orang (27%)
ht
tp
petani responden menjual kembang kol mereka langsung ke pasar kepada pedagang grosir atau pengecer.
Petani yang menjual langsung kembang kol
kepada pedagang besar dikarenakan harga di pasar lebih besar dan menjual ke
at or
at or
.c
Pada dasarnya petani memiliki kebebasan untuk menentukan saluran mana yang akan dipilih dalam menjual hasil panen kembang kol tersebut.
re
D FC
D FC
re
Pada saluran I dan II petani dapat menjual kembang kolnya melalui tengkulak, dan tengkulak akan melanjutkan proses pendistribusian ke dua pasar tujuan yakni,
tP
ar
ar
tP
pasar Induk Kramatjati dan pasar TU. Pada saluran pemasaran III, IV dan V
m
m
petani dapat menjual hasil panen kembang kolnya langsung ke pasar tujuan
.S w w //w
tp : ht
tp :
//w
w w
.S
seperti Pasar Kramatjati, pasar TU dan pasar Cisarua.
ht
.c
om
dapat mengetahui perkembangan harga.
om
pasar lebih menyenangkan dari pada harus menjual kepada tengkulak karena
79
m or
.c o
m .c o or
at re
re
at
7.1.2 Peranan Lembaga Pemasaran
FC
FC
Proses pemasaran kembang kol dari tingkat produsen ke tingkat konsumen
tP D
tP D
memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses
.S m ar
.S m ar
pemasaran dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi
w
w
fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol pada petani kelompok ´Suka Tani´ mempunyai fungsi pemasaran
:// w
:// w
w
w
fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran,
tp
lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 26.
ht
ht
tp
yang berbeda-beda. Perincian pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap
:// tp ht
Fungsi Fasilitas
or
at
re D FC tP ar m .S w w //w tp : ht
ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
D FC
re
at or
.c
om
Pedagang Pengecer Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas
om
Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik
w
Pedagang Besar
.c
ar
m .S
w
w
Fungsi Fasilitas
Penjualan Pemanenan dan Pengangkutan Pembiayaan, Informasi Pasar, Penanggungan Resiko, Pembelian dan Penjualan Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan Pembiayaan dan Informasi Pasar, Penanggungan Resiko Pembelian dan Penjualan Penyimpanan dan Pengangkutan, Pengumpulan Penaggungan Resiko, Sortasi, Pembiayaan dan Informasi Pasar Pembelian dan Penjualan Penyimpanan dan Pengangkutan Penaggungan Resiko, Standarisasi, Sortasi, Grading, Pembiayaan dan Informasi Pasar
at or
Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik
tP
Tengkulak
Aktivitas
re
D
Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas
.c
Fungsi Pemasaran
FC
Lembaga Pemasaran Petani
om
Tabel 26. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani
80
m re
at
or
.c o
m .c o or re
at
a. Petani
FC
FC
Pada dasarnya petani responden kembang kol pada kelompok ´Suka Tani´
tP D
tP D
tidak mengalami kesulitan dalam menjual kembang kol karena tengkulak siap
.S m ar
.S m ar
membeli kembang kol petani. Pada umumnya petani menjual kembang kol
w
w
terjadi karena lokasi petani jaraknya berjauhan dengan pasar yang ada, dan dengan mempertimbangkan ongkos dan biaya pengemasan petani lebih memilih
:// w
:// w
w
w
ketengkulak langganan dan jarang sekali langsung menjualnnya ke pasar. Hal ini
tp
ht
ht
tp
untuk langsung menjual kepada tengkulak karena dianggap lebih efisien. Petani menjual kembang kol kepada tengkulak dengan sistem siap angkut. Petani terlebih dahulu memanen kembang kol yang sudah layak untuk dipanen dan diangkat dari lahan pertanian, dan dihadapan tengkulak kembang kol di
om
masukkan kedalam karung untuk di timbang dan kembang kol siap dibawa
.c
tengkulak untuk dijual kembali. Harga yang terbentuk tetap menyandarkan
at
or
kepada harga pasar. Selain itu, harga pasar juga dijadikan patokan dalam tawar-
FC
re
menawar antara petani dengan pedagang pengumpul walaupun pada akhirnya
D
petani menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang. Fungsi pemasaran yang
ar
tP
dilakukan petani adalah fungsi pertukaran yaitu penjualan dan fungsi fisik yang
m
berupa pengumpulan.
w
.S
Fungsi pertukaran yaitu petani melakukan transaksi penjualan kepada
w
w
pedagang pengumpul maupun kepedagang grosir. Pada saluran pemasaran I dan
tp
://
II fungsi penjualan yang dilakukan Petani kepada pedagang pengumpul dilakukan
ht
dikebun petani dimana kembang kol telah siap dipanen. Pada saluran ini petani hanya menanggung biaya panen, tetapi untuk biaya pegemasan, dan pengangkutan seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sedangkan untuk petani yang
at or
re
sendiri.
re
at or
.c
seluruh biaya panen, pengemasan dan pengangkutan ditanggung oleh petani
D FC
D FC
Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani pada saluran III, IV dan
tP
tP
V yaitu petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang grosir dan
ar
ar
pengecer. Petani menanggung seluruh biaya panen, biaya pengemasan dan biaya
m
.S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
pengangkutan. Biaya panen diantaranya adalah biaya tenaga kerja untuk
ht
.c
om
di pasar yang dituju, seperti Pasar Cisarua, Pasar Induk Kramatjati, dan Pasar TU
om
melakukan penjualan langsung kepasar atau pedagang besar melakukan penjualan
81
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
pemanenan dari kebun yaitu pemotongan kembang kol. Biaya pemanenan ini
FC
FC
juga termasuk biaya tenaga kerja untuk pengemasan kembang kol kekarung.
tP D
tP D
Untuk pengemasan kembang kol petani membutuhkan karung besar untuk
.S m ar
.S m ar
mengemas kembang kol. Pengangkutan kembang kol dilakukan dengan
Fungsi fasilitas di tingakat petani pada saluran pemasaran III, IV dan V
:// w
:// w
w
w
biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar.
w
w
menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh
tp
ht
ht
tp
antara lain fungsi penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko dialami petani antara lain resiko fisik seperti hasil panen yang kurang baik maupun resiko penurunan harga komoditi kembang kol di pasar. Informasi pasar yang ada ditingkat petani adalah informasi mengenai
om
perkembangan harga pasar yang dapat diperoleh dari sesama petani atau langsung
.c
melakukan survei ke pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan
at
or
petani antara lain penyediaan modal untuk kegiatan usahatani dan penyediaan
FC
re
modal untuk pemasaran bagi petani yang menjual kembang kolnya langsung ke
D
pasar.
ar
tP
b. Pedagang Pengumpul
m
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul di Desa
w
.S
Tugu Utara antara lain fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, fungsi
w
w
fisik yaitu pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas
tp
://
yaitu penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan.
ht
Fungsi pembelian ditingkat pedagang pengumpul adalah pembelian kembang kol dari petani yang dilakukan langsung dikebun petani, dimana kembang kol telah selesai dipanen oleh petani, sedangkan untuk fungsi
at or
at or
.c
pasar pada saat transaksi terjadi. Pedagang pengumpul biasanya membeli
re
re
kembang kol dari petani rata-rata 2 - 2.5 ton per hari, hal ini terkait dengan
D FC
D FC
kapasitas kendaraan yang digunakan. Besarnya biaya angkut dari desa kepasar
tP
tP
seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan dilakukan
ar
ar
dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup
m
.S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar.
ht
.c
om
pembelian kembang kol ditentukan berdasarkan harga yang sedang berlaku di
om
penjualannya hanya dilakukan kepada pedagang grosir yang ada di pasar. Harga
82
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Pada fungsi fasilitas sebelum membeli kembang kol dari petani, pedagang
FC
FC
pengumpul akan mencari informasi harga dari pasar induk untuk menentukan
tP D
tP D
harga beli kembang kol. Biaya penyusutan kembang kol umumnya tidak ada di
.S m ar
.S m ar
tingkat pedagang pengumpul karena tidak ada kegiatan penyimpanan. Tetapi
w
w
selama perjalanan ke pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu yang dapat menurunkan nilai jual produk. Sedangkan fungsi pembiayaan di tingkat
:// w
:// w
w
w
penanggungan resiko dapat dialami pedagang pengumpul bila terjadi kerusakan
tp
ht
ht
tp
pedagang pengumpul adalah penyediaan modal untuk kegiatan pemasaran kembang kol. c. Pedagang Grosir pedagang grosir ini antara lain pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan
om
pedagang Pasar TU. Pedagang grosir pada masing-masing saluran pemasaran ini
.c
melakukan beberapa fungsi pemasaran diantaranya adalah fungsi pertukaran yaitu
at
or
fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu fungsi pengumpulan,
D
resiko, pembiayaan dan informasi pasar.
FC
re
pengemasan, penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu standarisasi, penanggungan
ar
tP
Fungsi pembelian yang dilakukan pedagang grosir adalah pembelian dari Fungsi penjualan dilakukan pedagang grosir kepada Pembelian dan penjualan dilakukan dimasing-
w
.S
pengecer maupun konsumen.
m
pedagang pengumpul.
w
w
masing lapak pasar yang sudah disewa oleh pedagang grosir. Fungsi Fisik
tp
://
dilakukan pedagang grosir dengan mengumpulkan semua penjualan dari Setelah
ht
pedagang-pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah.
sampai di pasar, kembang kol diturunkan dari mobil oleh buruh yang seluruh biaya upah ditanggung oleh pedagang grosir. Kembang kol kemudian ditimbang
at or
at or
.c
tidak layak jual dan biaya penyusutannya ditanggung oleh pedagang grosir.
re
re
Kemudian kembang kol yang sudah disortasi dikemas dengan menggunakan
D FC
D FC
karung dan disimpan untuk dijual pada hari selanjutnya. Penyimpanan tidak dapat
tP
tP
dilakukan dalam waktu yang lama karena mengingat sifat tanaman sayuran yang
ar m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
mudah busuk.
ht
.c
om
yang akan dijual ke pedagang pengecer dan konsumen. Untuk kembang kol yang
om
dan sortasi berdasarkan kualitas, terdapat tiga tingkatan kualitas kembang kol
83
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Fungsi fasilitas di tingkat pedagang grosir diantaranya adalah fungsi
FC
FC
standarisasi, yaitu penentuan mutu dari kembang kol yang layak untuk dijual.
tP D
tP D
Untuk kembang kol yang tidak layak jual biaya ditanggung oleh pedagang grosir.
.S m ar
.S m ar
Fungsi penanggungan resiko juga terjadi bila harga yang berlaku di pasar berubah.
w
w
kondisi yang terjadi di pasar. Fungsi pembiayaan yang ditanggung oleh pedagang grosir adalah biaya bongkar muat, biaya sewa lapak, biaya pengemasan dengan
:// w
:// w
w
w
Informasi mengenai pasar dan harga di dapat dari pedagang lainya dan dari
tp
ht
ht
tp
menggunakan karung, biaya retribusi. Pedagang grosir tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena penjualan kepada pengecer dilakukan di pasar tersebut. d. Pengecer Fungsi pemasaran yang ada di tingkat pedagang pengecer diantaranya
om
fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan.
Fungsi pembelian
.c
dilakukan pada pedang grosir yang ada di pasar-pasar besar dan fungsi penjualan
at
or
dilakukan kepada konsumen akhir. Fungsi fisik di tingkat pengecer pada masing-
FC
re
masing pasar diantaranya adalah grading yaitu membagi kembang kol menjadi
D
tiga tingkat kualitas yang berbeda-beda harga jualnya, fungsi fisik lainnya seperti
ar
tP
pengemasan kembang kol, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan
m
dilakukan bila kembang kol tidak habis di pasarkan pada hari yang sama. Fungsi
om .c at or re D FC
D FC
re
at or
.c
om
ht
tp
://
w
w
w
.S
pengangkutan hanya dilakukan saat membeli kembang kol ke pasar grosir.
tP
ar m .S w w //w tp : ht
ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
Gambar 10. Kondisi Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua Tahun 2009
84
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Fungsi fasilitas di tingkat pengecer diantaranya adalah standarisasi dan
FC
FC
grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Resiko terjadi di
tP D
tP D
pengecer bila terjadi penurunan harga di pasar dan kerusakan yang terjadi pada
.S m ar
.S m ar
saat pengangkutan kembang kol. Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang
w
w
penjualan yang tidak terlalu besar, karena modal yang dimiliki tidak besar. Informasi mengenai harga dan kondisi pasar kembang kol diketahui pengecer dari
:// w
:// w
w
w
pengecer adalah penyediaan modal. Pengecer biasanya hanya melakukan kegiatan
tp ht
ht
tp
pedagang lain dan kondisi di sekitar pasar.
7.1.3 Stuktur Pasar Analisis stuktur pasar di daerah penelitian dilakukan melalui pengamatan
om
berdasarkan jumlah penjualan dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar,
or
.c
jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga, dan informasi pasar. Stuktur
re
at
pasar yang terjadi pada setiap tingkat lembaga pemasaran kembang kol adalah:
FC
1. Petani
tP
D
Struktur pasar yang dihadapi petani kembang kol kelompok tani ´Suka
ar
Tani´ cendrung mengarah kepasar bersaing sempurna. Hal tersebut dilihat dari
.S
m
jumlah petani yang lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang. Petani juga
w
w
tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar, dan petani bebas keluar
://
w
masuk pasar. Sumber informasi tentang harga hanya berasal dari sesama petani
tp
dan pedagang. Penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang
ht
berlaku di pasar sehingga kedudukan petani dalam pemasaran lemah dan tidak memiliki bargaining posotion yang kuat dan hanya bertindak sebagai price taker. 2. Pedagang Pengumpul
at or
at or
dan melibatkan banyak pihak yang berperan sebagai pembeli dan penjual.
re
re
Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar yang ditunjukkan dengan bebasnya
tP
ar m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
mempengaruhi harga dan menjual berdasarkan harga pasar yang berlaku.
D FC
D FC
pedagang pengumpul menentukan pasar tujuan. Pembeli dan penjual tidak dapat
ht
om
.c
bersifat pasar bersaing sempurna. Produk yang dijual belikan bersifat homogen
.c
om
Stuktur pasar yang ada di tingkat pedagang pengumpul juga cendrung
85
m or
.c o
m .c o or
at re
re
at
3. Pedagang Grosir
FC
FC
Struktur pasar yang terjadi antara pedagang grosir pada masing-masing
tP D
tP D
pasar cendrung memiliki stuktur pasar oligopoli karena jumlah pedagang grosir
.S m ar
.S m ar
lebih sedikit dibandingkan pedagang pengecer. Terdapat hambatan untuk keluar
w
w
pemasukan komoditi. Pemasukan komoditi dari pedagang pengumpul maupun petani sudah terjalin hubungan erat, sehingga banyak pedagang grosir yang sudah
:// w
:// w
w
w
masuk pasar karena persaingan yang tinggi diantara pedagang grosir dalam
tp
Pedagang grosir juga
ht
ht
tp
memiliki langganan tetap dalam pemasukan komoditi.
masih dapat mempengaruhi harga. Hal ini mengindikasikan bisa terjadinya tawarmenawar antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir. Sistem pembayaran yang terjadi ditingkat grosir adalah secara tunai.
om
4. Pengecer
.c
Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cendrung
at
or
mengarah ke struktur pasar bersaing sempurna karena jumlah pengecer yang
FC
re
cukup banyak. Barang yang diperjual belikan bersifat homogen dan pengecer
D
juga tidak dapat mempengaruhi harga. Informasi mengenai harga yang terjadi di Sistem
ar
tP
pengecer di dapat dari pedagang grosir dan dari pengecer lainnya.
w
://
7.1.4 Perilaku Pasar
w
w
.S
m
pembayaran yang berlaku di pengecer adalah tunai.
tp
Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga
ht
pemasaran yang meliputi praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran. Sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerja sama yang terjadi antar lembaga- lembaga pemasaran. Perilaku pemasaran yang
om
.c
1 Prakter Penjualan dan Pembelian
at or
at or
Dalam penelitian ini, praktek penjualan dan pembelian dilakukan oleh
re
re
setiap pelaku pemasaran. Untuk petani yang menjual kembang kol kepada
D FC
D FC
pedagang pengumpul kegiatan pembelian yang langsung dilakukan di kebun
tP
tP
petani sehingga pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya pengangkutan
ar
m
m
ar
dan retribusi. Sedangkan untuk petani yang langsung menjual kembang kol ke
.S
w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
pasar atau pedagang grosir, kegiatan panen, pengangkutan dan biaya retribusi
ht
.c
om
ada di Desa Tugu Utara adalah:
86
m FC
FC
kembang kol ke pedagang grosir di Pasar Induk Kramatjati dan Pasar TU.
re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
dilakukan oleh petani sendiri. Pedagang pegumpul atau petani kemudian menjual
tP D
tP D
Praktek pembelian di tingkat pedagang grosir dilakukan dengan pedagang
.S m ar
.S m ar
pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Pedagang grosir biasanya sudah
w
w
mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang grosir
dilakukan dengan pedagang pengecer yang ingin menjual kembali kembang kol
:// w
:// w
w
w
memiliki langganan dengan beberapa pedagang pengumpul sehingga tidak
tp
ht
ht
tp
tersebut atau sebagian dijual langsung kepada konsumen. Biasanya kembang kol habis terjual dalam satu hari, namun jika tidak habis maka disimpan untuk dijual kembali pada hari berikutnya. Kegiatan pembelian ditingkat pedagang pengecer biasanya sudah memiliki langganan dengan pedagang grosir sehingga tidak
om
mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang pengecer
.c
adalah penjualan pada konsumen akhir yang membeli untuk kebutuhan sendiri.
at
or
2. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran
FC
re
Petani tidak memiliki kekuasaan dalam menentukan harga karena
D
bargaining position di tingkat petani yang rendah dan petani hanya bertindak
ar
tP
sebagai price taker. Walaupun harga dipasar sedang turun petani tetap melakukan
m
kegiatan penanaman. Sistem pembayaran yang ada ditingkat petani dilakukan
w
.S
secara tunai atau dibayar setelah barang terjual.
w
w
Pedagang pengumpul tidak memiliki kebebasan dalam menentukan harga.
tp
://
Harga yang berlaku sesuai dengan mekanisme pasar yang mudah berubah-ubah
ht
setiap saat dan pedagang pengumpul mengikuti harga yang berlaku di pasar. Sistem pembayaran atas penjualan kepada pedagang grosir dilakukan secara tunai maupun pada saat penjualan barang berikutnya karena antara pedagang
at or
at or
.c
pasar atau dari sesama pedagang. Sistem penentuan harga di tingkat pedagang
re
re
grosir terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang dilakukan
D FC
D FC
atas pembelian pedang pengecer adalah secara tunai. Penjualan kepada konsumen
tP
tP
akhir juga dilakukan secara tunai. Sistem penentuan harga antara konsumen dan
ar
ar
pedagang pengecer juga berdasarkan mekanisme pasar, tetapi masih dapat
m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
melakukan tawar-menawar.
ht
.c
om
harga dapat diperoleh secara mudah baik dengan melakukan survei langsung ke
om
pengumpul dan pedagang grosir sudah terjalin hubungan yang baik. Informasi
87
m or
.c o
m .c o or
lembaga
at pemasaran
mutlak
dilakukan
re
antara
FC
Kerjasama
untuk
FC
re
at
3. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran
tP D
tP D
menyalurkan kembang kol dari petani kepada konsumen. Kerjasama antar petani
.S m ar
.S m ar
dengan pedagang pengumpul umumnya sudah berlangsung cukup lama, karena
w
Kerja sama tersebut
w
pedagang pengumpul dengan pedagang grosir di pasar.
didasarkan atas lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan adanya rasa
:// w
:// w
w
w
pedagang pengumpul masih berasal dari desa yang sama. Demikian juga antara
tp
ht
ht
tp
saling percaya di antar lembaga-lembaga pemasaran tersebut.
7.1.5 Keragaan Pasar Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang
teknologi
.c
dalam
or
penggunaan
pemasaran,
efisiensi
penggunaan
re
melalui
Keragaan pasar juga dapat diidentifikasi
at
komoditas yang diperdagangkan.
om
dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin pemasaran dan jumlah
FC
sumberdaya dan penghematan pembiayaan sehingga mencapai keuntungan
tP
D
maksimum.
ar
Proses pemasaran kembang kol petani pada kelompok tani ´Suka Tani´
.S
m
sudah menggunakan teknologi, seperti teknologi telekomunikasi. Alat transportasi
w
w
yang digunakan dalam pemasaran kembang kol adalah pick up, sedangkan Teknologi
://
w
teknologi telekomunikasi yang digunakan adalah telepon seluler.
tp
telekomunikasi ini dapat menunjang kelancaran pemasaran kembang kol antara
ht
lembaga pemasaran.
Efisiensi penggunaan sumberdaya sudah dilakukan oleh petani, antara lain dengan memilih cara melakukan penjualan secara langsung ke pasar pedagang
at or
at or
kembang kol yang diperoleh sesuai dengan harga pasar saat penjualan terjadi.
re
re
Petani juga melakukan penjualan langsung ke pedagang pengecer, hal ini selain
D FC
D FC
memberikan keuntungan bagi petani juga memberikan keuntungan bagi pedagang
tP ar m
.S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
pengecer karena tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan.
ht
om
.c
Dengan cara ini petani akan memperoleh untung yang maksimal karena harga
.c
om
grosir dari pada menjual kembang kol melalui tengkulak (pedagang pengumpul).
88
m or
.c o
m .c o or
at re
re
at
7.1.6 Marjin Pemasaran
FC
FC
Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga yang dibayar
tP D
tP D
konsumen dengan harga yang diterima produsen atau nilai jasa dari jasa-jasa
.S m ar
.S m ar
pelaksana kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen
w
w
dibahas dalam analisis ini adalah lima pola saluran pemasaran yang terdiri dari pola I (Petani - Tengkulak ( pedagang pengumpul) - Pedagang Besar ( pedagang
:// w
:// w
w
w
akhir, yang terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga. Pola yang akan
tp
ht
ht
tp
grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer ( Pasar Induk Kramatjati) ± Konsumen), Pola II (Petani- pedagang pengumpul- Pedagang besar ( pedagang Grosir TU) Pedagang pengecer ( Pasar TU) ± Konsumen), Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen), Pola IV Petani - Pedagang
.c
Pedagang Pengecer (Pasar Cisarua) ± Konsumen).
om
Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (Pasar TU) ± Konsumen) dan V (Petani -
at
or
Komponen terpenting dalam analisis marjin pemasaran kembang kol yaitu antara
lain biaya
panen,
pengemasan,
D
konsumen meliputi biaya-biaya
FC
re
biaya. Biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran kembang kol dari petani sampai
ar
tP
pengangkutan, retribusi, bongkar muat, standarisasi dan grading, sewa tempat,
m
dan penyusutan. Komponen biaya pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 3.
w
.S
Biaya panen adalah biaya yang dikeluarkan petani pada saat kegiatan
w
w
panen kembang kol. Biaya tersebut mencakup biaya tenaga kerja yang melakukan
tp
://
kegiatan panen kembang kol. Biaya pengemasan adalah biaya setelah dilakukan
ht
kegiatan pemanenan, yaitu biaya pembelian karung. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pengepakan kembang kol ke dalam mobil. Biaya panen pada saluran I hingga V seluruhnya di tanggung oleh petani. kilogram. Sedangkan besarnya biaya
at or
at or
.c
pengemasan pada saluran pemasaran I dan II semuanya ditanggung oleh pedagang
re
re
pengumpul yaitu sebesar Rp 48,- per kilogram dan pada saluran III, IV dan V
D FC
D FC
sebesar Rp 32,- per kilogram.
tP
tP
Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut
ar
ar
kembang kol sampai daerah tujuan pemasaran. Besarnya biaya pengangkutan
m
.S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
tergantung dari jarak lokasi tujuan pemasaran, semakin jauh maka semakin mahal
ht
.c
om
pemasaran ini adalah Rp1,200,- per
om
Besarnya biaya panen yang sudah termasuk pada biaya usahatani pada saluran
89
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
biaya transportasinya. Biaya tersebut sudah termasuk biaya ongkos sopir dan
FC
FC
bensin mobil. Alat transportasi yang digunakan adalah Pick up dengan kapasitas
tP D
tP D
2000-2500 kilogram. Biaya transportasi di tingkat pedagang pengumpul pada
.S m ar
.S m ar
saluran pemasaran I dengan tujuan Pasar Induk Keramatjati diperoleh sebesar Rp
w
w
Rp 100 per kilogram. Biaya pengangkutan pada saluran III, IV hingga V di tingkat petani yang
memasarkan langsung kembang kolnya ke pasar adalah
:// w
:// w
w
w
200,- per kilogram kembang kol. Pada saluran II dengan tujuan Pasar TU sebesar
tp
ht
ht
tp
sebesar Rp 225,- per kilogram untuk tujuan Pasar Kramatjati, Rp 80,- per kilogram untuk tujuan Pasar Cisarua dan Rp 100,- per kilogram untuk tujuan pasar TU. Biaya pengangkutan untuk tingkat pengecer disetiap pasar memiliki rata-rata sebesar Rp 40,- per kilogram untuk pengecer keramat Jati, Rp 25,- per
om
kilogram untuk pengecer Pasar TU dan untuk Pengecer Pasar Cisarua tidak
.c
dikenai biaya pengangkutan, karena pada saluran ini petani langsung menjualnya
at
or
ke lokasi pengecer berjualan.
FC
re
Biaya retribusi adalah pungutan yang dibayar lembaga pemasaran untuk
D
biaya pemeliharaan pasar seperti biaya kebersihan dan biaya pungutan lain yang
ar
tP
terjadi selama proses pendistribusian kembang kol. Rata-rata biaya retribusi di
m
tingkat pedagang pengumpul dan petani saluran I dan II adalah Rp 2,- per
w
.S
kilogram, III dan V adalah Rp 2,- per kilogram dan V petani tidak dikenai biaya
w
w
retibusi. Pada tingkat pedagang grosir biaya retribusi sebesar Rp 5,- per kilogram
tp
://
untuk pedagang grosir pasar induk Kramatjati. Pedagang grosir Pasar TU sebesar
ht
Rp 3,- per kilogram. Rata-rata biaya retribusi di tingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp 23,- per kilogram di Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 7,- per kilogram di pengecer pasar Cisarua, dan sebesar Rp 12,- per kilogram di Pasar
at or
at or
.c
Biaya bongkar muat di keluarkan oleh pedagang grosir. Pada tingkat pedagang
re
re
Grosir biaya bongkar muat sebesar Rp 20,- per kilogram untuk pedagang grosir
D FC
D FC
Pasar Induk Kramatjati dan di tingkat pedagang grosir Pasar TU sebesar Rp 14,-
tP
tP
per kilogram. Pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya bongkar muat karena
ar
m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
lokasi pedagang grosir dan pedagang pengecer masih berada di lokasi yang sama.
ht
.c
om
Biaya bongkar muat adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
om
TU.
90
m at
re 1,200
w
32 100 2.5
32 80
1,459.5
1,334.5
1,312
1,200
48 200 2
48 100 2
D
FC
re
at
or
.c
1,200
om
ht
tp
:// w
32 225 2.5
tP 250
150
100
33
100
33
5 20 60 7 114 306
3 14 42 9 105 206
5 20 60 7 114 306
3 14 42 9 105 206
40 23
25 12
40 23
25 12
7
83 34 1,250 1,430
34 45 1,125 1,241
83 34 1,250 1,430
34 45 1,125 1,241
14 35 875 931
om .c at or re
D FC tP
m .S ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
om
.c
at or
re
D FC
1,200
ar
tP
1,200
w w //w tp : ht
Saluran V
ar
w
://
tp
ht
4
tP D
FC 1,200
.S m ar
1,200
Saluran IV
w
Saluran III
w
3
Saluran II
m
2
Petani a. B panen dan Usahatani b. B. pengemasan c. B. Pengangkutan d. B. Retribusi e. B. Bongkar Muat f. B. Sortasi dan Grading g. B. Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah Pedagang Pegumpul a. B panen b. B. pengemasan c. B. Pengangkutan d. B. Retribusi e. B. Bongkar Muat f. B. Sortasi dan Grading g. B. Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah Pedagang Grosir a. B panen b. B. pengemasan c. B. Pengangkutan d. B. Retribusi e. B. Bongkar Muat f. B. Standarisasi g.B.Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah Pedagang Pengecer a. B panen b. B. pengemasan c. B. Pengangkutan d. B. Retribusi e. B. Bongkar Muat f. B. Grading g. B. Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah
Saluran I
.S
ht
tp
:// w
w
w
1
Komponem Biaya
w
.S m ar
Tabel 27. Rincian Biaya Pemasaran Masing-Masing Pola Pemasaran No
or
.c o
m .c o or
tP D
FC
Tabel 27.
re
at
Rincian biaya pemasaran masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada
91
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Biaya sewa tempat hanya dikeluarkan oleh pedagang grosir dan pengecer.
FC
FC
Biaya sewa tempat yang dibayarkan pedagang grosir adalah per bulan, sedangkan Setelah biaya
tP D
tP D
untuk pengecer biaya sewa tempat yang dikeluarkan per hari.
.S m ar
.S m ar
dirata-ratakan, biaya sewa tempat pedagang grosir adalah sebesar Rp 7,- per
w
w
untuk pedagang grosir Pasar TU. Sedangkan biaya sewa tempat yang dikeluarkan pengecer adalah sebesar Rp 34 per kilogram untuk pengecer Pasar Induk
:// w
:// w
w
w
kilogram untuk pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati, Rp 9,- per kilogram
tp
ht
ht
tp
Kramatjati, sebesar Rp 45,- per kilogram untuk pengecer Pasar TU dan Rp 35,untuk Pasar Cisarua. Biaya yang termasuk biaya sortasi dan grading adalah biaya tenaga kerja yang dipekerjakan untuk kegiatan tersebut. Biaya penyusutan adalah biaya yang ditanggung lembaga pemasaran
om
karena kembang kol yang dijualnya mengalami pengurangan kuantitas akibat
.c
adanya proses pendistribusian dan pemotongan daun yang tidak layak atau rusak.
at
or
Pada pemasaran kembang kol penyusutan hanya dialami oleh pedagang grosir dan
FC
re
pengecer. Seluruh penyusutan kembang kol yang terjadi di pedagang grosir dan
D
pengecer memiliki rata-rata yang sama yaitu tiga persen perhari. Petani dan
ar
tP
pedagang pengumpul tidak menanggung biaya penyusutan karena seluruh
m
kembang kol hasil panen langsung dikirim ke pedagang grosir.
Penyusutan
w
.S
kembang kol terjadi dikarenakan kembang kol tidak habis terjual di hari yang
w
w
sama dan juga terdapat kembang kol yang tidak layak jual saat proses sortase dan
tp
://
grading.
ht
Berkaitan dengan
sebaran margin pemasaran, secara umum petani
menyalurkannya melalui dua lembaga saluran pemasaran yaitu melalui pedagang pengumpul dan langsung ke pedagang grosir. Saluran pemasaran yang melalui
at or
at or
.c
pemasaran III dan saluran pemasran IV dan saluran pemasaran V langsung ke
re
re
pengecer. Tujuan pasar kembang kol secara umum terbagi menjadi tiga pasar
D FC tP ar
m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar
tP
D FC
tujuan, yakni Pasar Induk Kramatjati, Pasar Cisarua dan Pasar TU.
ht
.c
om
I dan II. Sementara saluran yang langsung ke pedagang grosir yaitu saluran
om
pedagang pengumpul terdiri dari tiga saluran pemasaran, yaitu saluran pemasaran
92
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Berdasarkan Tabel 28, biaya usahatani yang dikeluarkan petani sebesar Rp
FC
FC
1,200,- per kilogram. Lembaga pemasaran pada tingkat pedagang pengecer
tP D
tP D
merupakan lembaga yang mengeluarkan jumlah biaya pemasaran terbesar yaitu
.S m ar
.S m ar
sebesar Rp 1,430,- per kilogram pada saluran I dan III yakni pedagang pengecer
w
w
dan Rp 931,- per kilogram pada Pasar Cisarua yaitu pada saluran pemasaran V. Berdasarkan kelima saluran pemasaran, total marjin pemasaran terkecil terjadi
:// w
:// w
w
w
Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 1,259,- per kilogram pada saluran II dan IV,
tp
ht
ht
tp
pada saluran lima, yaitu sebesar Rp 2,500,-per kilogram kemudian saluran IV sebesar Rp 3,500,- per kilogram dan marjin pemasaran terbesar terjadi pada saluran I, yaitu Rp 4,500,-per kilogram.
Marjin pemasaran pada saluran V
menjadi lebih kecil daripada saluran lainnya dikarenakan pada saluran V petani
om
langsung menjual kembang kol ke pedagang pengecer kemudian dari pengecer
.c
baru ke konsumen.
at
or
Tingkat keberhasilan suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari rasio
FC
re
keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya yang
D
digunakan untuk mengetahui penyebaran rasi keuntungan terhadap biay yang
ar
tP
diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap
m
saluran pemasaran.Penyebaran keuntungan di antara lembaga-lembaga pemasaran
w
.S
tidak merata. Rasio keuntungan terhadap biaya terbesar pada masing-masing
w
w
saluran pemasaran kembang kol yaitu pada saluran I rasio terbesar di peroleh
tp
://
pedagang grosir kramatjati sebesar 2.92. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- per
ht
kilogram biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 292,- per kilogram. Pada saluran pemasaran lainnya rasio keuntungan terhadap biaya terbesar masing-masing diperoleh pedagang grosir Pasar TU
om
dengan nilai 2.92 pada saluran III, pedagang grosir Pasar TU dengan nilai 3.85
at or
at or
.c
pada saluran IV, dan pedagang pengecer Pasar Cisarua dengan nilai 1.69 pada
re
re
saluran V. Namun total rasio keuntungan terhadap biaya terbesar terjadi pada
D FC
D FC
saluran pemasaran V yaitu sebesar 3.63. Sehingga saluran pemasaran V
tP
tP
merupakan saluran paling menguntungkan bagi petani. Sebaran marjin dan rasio
ar
ar
keuntungan pada setiap lembaga pemasaran tiap saluran pemasaran dapat dilihat
m .S w w //w tp : ht
tp :
//w
w w
.S
m
pada Tabel 28.
ht
om
pada saluran II, pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati
.c
dengan nilai 3.85
93
m at
re
FC
1200 134.5 2165.5 3500
1200 105 2195 3500
16.1
20.9
ht 3000 150 350 3500 500 2.33
3800 306 894 5000 1200 2.92
3500 206 794 4500 1000 3.85
3800 306 894 5000 1200 2.92
3500 206 794 4500 1000 3.85
5000 1430 1070 7500 2500 0.75 1986 4314 4500 2.17
4500 1241 1259 7000 2500 1.01 1597 4203 4000 2.63
5000 1430 1070 7500 2500 0.75 1995.5 4304.5 3700 2.16
4500 1241 1259 7000 2500 1.01 1581.5 4218.5 3500 2.67
merupakan
salah
.c at or
yang
dapat
re
indikator
D FC
at or
re
satu
D FC
share
om
FC D tP
ar
m .S w
3500 931 1569 6000 2500 1.69 1036 3764 2500 3.63
.c
om
ht
tp
://
w
Harga Beli Biaya Pemasaran Keuntungan Harga Jual Marjin Rasio ʌ/C Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya Pemasaran Keuntungan Harga Jual Marjin Rasio ʌ/C Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Marjin ʌ/C
re
at
or
.c
om
3000 250 550 3800 800 2.20
w
w w :// w tp ht
tP D
1800 3000
.S m ar
1800 3000
1200 259.5 2340.5 3800
Saluran V Nilai (Rp/Kg)
w
1200
Saluran IV Nilai (Rp/Kg)
w
1200
Saluran III Nilai (Rp/Kg)
:// w
Saluran II Nilai (Rp/Kg)
tp
Saluran I Nilai (Rp/Kg)
Petani Biaya Usahatani Biaya Pemasaran Keuntungan Harga Jual Marjin Rasio ʌ/C Pedagang Pengumpul Harga Beli Biaya Pemasaran Keuntungan Harga Jual Marjin Rasio ʌ/C Pedagang Grosir
Farmer¶s
membandingkan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk menentukan
tP
ar
ar
tP
efisiensi pemasaran suatu produk. Farmer¶s share mempunyai hubungan negatif
m
m
dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka
.S w w //w
tp : ht
tp :
//w
w w
.S
bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.
ht
or
.c o
m .c o or
Uraian
.S m ar
tP D
FC
re
at
Tabel 28. Marjin Pemasaran Kembang Kol Saluran 1-V Pada LembagaPemasaran Kelompok Tani ´Suka Tani´.
94
m re
at
or
.c o
m .c o or
re
at
Berdasarkan Tabel 29, bagian terbesar yang diterima petani adalah pada
FC
FC
saluran V yaitu sebesar 56.5 persen. Berdasarkan hasil perhitungan Farmer¶s
tP D
tP D
share kelima saluran pemasaran yang ada dapat diketahui bahwa saluran V
.S m ar
.S m ar
merupakan saluran yang paling menguntungkan bagi petani. Tingginya bagian
w
w
pemasaran yang pendek. Namun pada saluran pemasaran V tujuan Pasar Cisarua
dimana kembang kol dijual langsung kepada pengecer tidak mampu menampung
:// w
:// w
w
w
harga yang diterima petani pada saluran V disebabkan oleh pola saluran
tp
terbatas.
ht
ht
tp
seluruh hasil produksi kembang kol petani karena memiliki kapasitas pasar yang Sehingga saluran pemasarn IV dapat dijadikan sebagai saluran
pemasaran yang juga memberikan imbalan besar dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Dengan demikian tidak perlu menjual kembang kol langsung
om
ke Psar Keramatjati atau melalui tengkulak.
.c
Saluran pemasaran kedua yang menguntungkan dan efisien bagi petani
at
or
adalah saluran IV, dimana saluran ini memberikan nilai Farmer¶s share sebesar
FC
re
48 persen dari harga yang diterima konsumen. Harga pada saluran III, IV dan V
D
terlebih dahulu di kurang biaya pemasaran yang dikeluarkan petani yang menjual
ar
tP
langsung ke pedagang. Pasar yang memberikan imbalan terkecil bagi petani dari
m
hasil pemasaran kembang kol adalah saluran I, dimana pada saluran ini Farmer¶s
w
.S
Share yang diperoleh sebesar 40 persen dari harga yang diterima konsumen akhir.
ht
tp
://
dilihat pada Tabel 29.
w
w
Farmer¶s share yang diterima pada setiap saluran pemasaran kembang kol dapat
.c
ar ht
tp :
//w
w w
.S
m
ar m .S w w //w tp : ht
at or
D FC
re
Farmer's Share (%) 40.0 42.9 47.2 48.0 56.5
tP
.c at or re D FC
Harga di Tingkat Konsumen 7,500 7,000 7,500 7,000 6,000
tP
I II III IV V
Harga di Tingkat Petani 3,000 3,000 3,540.5 3,365.5 3,395
om
Saluran Pemasaran
om
Tabel 29. Persentase Farmer¶s Share Pada Setiap Saluran Pemasaran
95
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis pendapatan usahatani berdasarkan nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total pada luasan lahan rata-rata (0.4 hektar) adalah 3.5 dan 2.5, sedangkan niali R/C pada luasan lahan satu hektar masing-masing sebesar 3.3 dan 2.6. Hal ini menunjukkan usahatani kembang kol menguntungkan atau efisien untuk diusahakan oleh petani kelompok ”Suka Tani” 2. Proses pemasaran kembang kol dari petani hingga konsumen melibatkan lembaga pemasaran pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Terdapat lima saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani ”Suka Tani”, di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masing-masing lembaga pemasaran memiliki fungsi-fungsi dalam proses pemasaran kembang kol. Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk pedagang grosir masing-masing Pasar Induk Kramatjati, Pasar Cisarua dan Pasar TU cendrung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Harga yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang terjadi adalah tunai. Kerjasama antara petani dan lembaga pemasaran sudah berlangsung lama, sehingga terjalin hubungan baik dan rasa saling percaya. Berdasarkan marjin pemasaran kembang kol pola pemasaran V merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, karena saluran pemasaran ini memiliki marjin pemasaran terkecil yakni sebesar Rp 2,500,- per kilogram kembang kol. menurut farmer’s share bagian terbesar yang diperoleh petani kembang kol berada pada saluran pemasaran V yaitu sebesar 56.5 dengan demikian saluran pemasaran V merupakan saluran pemasaran paling menguntungkan bagi petani. Sedangkan menurut rasio keuntungan terhadap biaya terbesar secara total menunjukkan saluran V memiliki pengambilan keuntungan sebesar 3.63.
8.2 Saran 1. Usahatani Kembang kol kelompok tani ”Suka Tani” masih menguntungkan bila petani mampu menjual kembang kol tidak kurang dari harga pokok produksi/biaya per unit. Petani juga disarankan untuk terus memantau informasi pasar kembang kol, sehingga petani dapat mengetahi kondisi pasar sehingga petani memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. 2. Pemerintah membantu petani dalam penyediaan informasi mengenai teknik budidaya kembang kol yang efisien misalnya pada penggunaan input dan sarana produksi sehingga biaya yang dikeluarkan petani rendah dan hasil yang diperoleh tinggi. 3. Disarankan petani memilih saluran pemasaran IV dan V yang memiliki nilai Farmer’s share dan rasio keuntungan yang paling besar diantara saluran lainnya. Oleh karena itu agar proses pemasaran dapat berjalan denganbaik dan keuntungan petani dapat lebih tinggi diharapkan wadah kelompok Tani ”Suka Tani” difungsikan dengan baik sehingga pemasaran dapat dilakukan secara kolektif untuk mengurangi biaya pemasaran serta dapat meningkatkan bargaining position petani dalam keputusan pengambilan harga.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. (UI- Press). Jakarta Asmarantaka RW. 1999. Pemasaran Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahl DC, Hammond J. 1977. Market and Price Analysis The Agriculture Indutries. Mc. Graw-Hill Inc. New York. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan 2002-2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Jawa Barat. Bogor Direktorat Jendaral Hortikultura. 2008. Produksi Sayuran Indonesia. Jakarta Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta Harjadi. 1999. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Hernanto F. 1991. Ilmu Usahatan. Penebar Swadaya. Jakarta. Limbong WH, Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Limbong WH, Sitorus P. 1997. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maharany D. 2007. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus: Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Meryani N. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai Di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Purba AP. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya California di Desa Cimande dan Lemahdulur, Kecamtan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribinis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institiut Pertanian Bogor. Bogor. Riyanto. 2005. Analisis Pendapatan Cabang Usahatani dan Pemasaran Padi (kasus di Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sari YI. 2006. Analisisi Sistem Pemasaran Wortel dan Bawang Daun (Studi kasus :Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Silalahi H. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siregar FM. 2008. Analisis Usahatani Cabai Merah Organik (Studi Kasus Kelompok Tani ”Kaliwung Kalimuncar” Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soeharjo A dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatan dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta Sudiyono A. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
99
Tjakrawiralaksana A. 1983. Usahatani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. CV. Seraya. Jakarta Timur Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
100
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Petani Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani ”Suka Tani”, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Osin Joden Br Karo (H34076116) Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Tanggal : ......................... No. Kuesioner : ......................... A. IDENTITAS PETANI 1. Nama : ............................................................................................ 2. Alamat Tempat Tinggal : ............................................................................................ Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor 3. Umur dan Jenis Kelamin : ..............tahun/Laki-laki/perempuan 4. Pendidikan Formal : ...................tamat/tidak tamat kelas.................................... 5. Pekerjaan Utama : ............................................................................................ 6. Pekerjaan Sampingan : ............................................................................................ 7. Pengalaman Bertani Kembang kol : ........................tahun 8. Status Sebagai Petani : a. Pemilik b. Penggarap c. Penyewa d. Penyakap atau Bagi hasil e. Lain........................................................................ 9. Alasan menjadi petani kembang kol........................................................................................... ..................................................................................................................................................... 10. Pola Bercocok tanam kembang kol (monokultur/tumpang sari dengan ............................................... 11. Varietas kembang kol yang ditanam: .................................................................................................... B. LAHAN USAHATANI 1. Luasa lahan yang dimiliki/dikuasai Jenis Lahan Digarap Sendiri/orang lain Sawah Tegalan Kebun Kolam Pekarangan Jumlah
2. Jenis Tanaman yang diusahakan No Jenis Tanaman Lusa (Ha) 1 2 3 4 5
Status
Luas (Ha)
Status
Taksiran Nilai (Rp)
Taksiran Nilai (Rp)
Kembang kol
Total Luas Lahan
102
3. Pola Pergiliran Tanaman dalam Satu Tahun Luas
Bulan C. BIAYA INVENTARISASI DAN ASET YANG DIGUNAKAN DALAM USAHATANI KEMBANG KOL Jenis Aset dan Investasi Bangunan Alat-alat: Cangkul Kored Sabit Golok Sprayer ……… Sarana Produksi: Pupuk ……… Pestisida ……… Tenaga Kerja Lain-lain
Jumlah Yang Dimiliki
Jumlah yang Disewa
Harga beli (Rp/Buah)
Harga Sewa (Rp/buah/musim)
D. PENGELUARAN USAHATANI KEMBANG KOL 1. Penggunaan Sarana Produksi (Satu masa tanaman) No Jenis Sarana Harga Jumlah(Satuan) Produksi (Rp/Satuan) 1 Bibit/benih Jenis .............. 2 Pupuk Kimia Urea TSP KCL NPK 3 Pupuk Buatan Pupuk Kadang Pupuk Kompos 4 Obat-obatan (pestisida)
Umur Teknis
Jumlah Nilai (Rp)
Nilai Sekarang (Rp)
Asal Pembelian*
Perkiraan Penyusutan
Sistem Pembayaran**
Jumlah
103
Cat: penggunaan sarana produksi ini hanya yang dibeli, harga satuan sarana produksi diperhitungkan pada tingkat usahatani/petani Ket: *Asal Pembelian: Kios saprotan desa, kios saprotan kecamatan, KUD, Pabrik Saprotan, dll ** Sistem pembayaran: Tunai, kredit, dll 2. Pengeluaran Umum Usahatani No Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Nilai (Rp)
Keterangan Satuan
Kembang Kol Jumlah Nilai Keterangan (Rp) Satuan
Ipeda Lahan (PBB) Iuran Pengairan Iuran wajib lainnya(listrik) Zakat produksi Sewa lahan/bagi hasil Perbaikan lahan Upah Tenaga Kerja luar keluarga ...................................... ...................................... ...................................... Total
3. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Kegiatan Jenis Pekerjaan (Jenis Kelamin)
Luar Keluarga Lama Jam Kerja Upah/har Pekerjaan (Hari) / (Hari) orang
Dalam Keluarga Jumlah Lama Jam Pekerja Pekerjaan Kerja/har (Jenis (hari) i Kelamin)
E. PENDAPATAN USAHATANI 1. Produksi dan penggunaannya (satu masa tanam) Jenis Produk
Jumlah (satuan)
Dikonsumsi Keluarga Jumlah Jumlah Nilai (Rp)
Dipakai lagi Dalam Usahatani Jumlah Jumlah Nilai (Rp)
Dijual Jumlah
Jumlah Nilai (Rp)
Yang Hilang Jumlah
Jumlah Nilai (Rp)
Kembang Kol
Total Cat : Produk adalah yang dihasilkan oleh petani, perhitungan nilai produk didasarkan pada harga-harga yang berlaku di tingkat petani
104
F. PEMASARAN USAHATANI KEMBANG KOL 1. Kegiatan Pemasaran Lembaga Harga Jual ( Rp/kg) Jumlah Penjualan Pemasaran (Kg)
Sistem Pembayaran*
Pasar yang Dituju
2. apakah mengeluarkan biaya pengangkutan ? Jika ya, besarnya biaya pengangkutan : Rp 3. Apakah lembaga yang menerima hasil panen dari petani menerapkan suatu standarisasi? (Ya/Tidak)........................................................................................................................................ 4. Sebelum dijual apakah dilakukan penyortiran? (ya/Tidak) 5. Bagaimana dan siapakah yang menentukan harga? 6. Darimanakan informasi mengenai harga yang diperoleh? 7. Apakah kesulitan yang dihadapi dalam sistem pemasaran komoditi sayuran di kecamatan? 8. Apakah jika harga di pasar sedang turun ada tetap melakukan kegiatan panen? 9. Apakah pengaruh hari besar terhadap harga? 10. Sumber modal (modal sendiri/modal bantuan) a. Besarnya modal : Rp…………………………… b. Jika mendapat bantuan dalam bentuk…………….dengan jangka waktu….thn c. Apakah ada keterkaitan dengan pemilik modal? Ya. Tidak d. Jika ya, apakah petani harus menjual hasil panen kelembaga tersebut?
105
Lampiran 2. Kuesioner Pemasaran Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Osin Joden Br Karo (H34076116) Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
KUESIONER PEMASARAN Pemasaran Tingkat :........................................... Tanggal : .................................................. No. Kuesioner : .................................................. A. IDENTITAS PEDAGANG 1. Nama : ................................................................................................... 2. Almat Tempat Tinggal : .................................................................................................. 3. Umur dan Jenis Kelamin : .................tahun/Laki-laki/Perempuan 4. Pendidikan Formal : ...............................tamat/tidak tamat kelas............................. 5. Pekerjaan utama :.......................................................................................................... 6. Pekerjaan sampingan :.......................................................................................................... 7. Kegiatan pembelian Pembelian Dari
Jumlah Pembelian(Kg)
Harga Beli (Rp/Kg)
Sistem Pembayaran
8. Kegiatan penjualan Lembaga Pemasaran
Jumlah Pembelian (Kg)
Produk Yang Hilang (Kg)
Harga Penjualan (Rp/Kg)
Sistem Pembayaran
Pasar Yang Dituju
106
9. Kegiatan penyimpanan a. Jumlah komoditi yang disimpan=......................................Kg b. Lokasi penyimpanan :......................................................................................... c. Lama penyimpanan : ....................................................................................... d. Cara penyimpanan : ....................................................................................... e. Besarnya biaya penyimpanan = Rp.................................................................................. f. Besarnya Biaya penyusutan = Rp.................................................................................. 10. Kegiatan pengangkutan a. Jumlah kendaraan yang digunakan : ...................................................Buah b. Kapasitas kendaraan : ....................................................Kg c. Dibutuhkan berapa kali pengangkutan : ........................................................................... d. Biaya bahan bakar yang digunakan untuk 1 kali pengangkutan = Rp.................................. e. Jumlah Biaya lain-lain = Rp..................................................................... 11. Biaya yang dikeluarkan: Jenis Biaya Jumlah Upah Tenaga Jumlah Biaya Jumlah Pemasaran Tenaga Kerja (Rp) Lain(Rp) Keseluruhan Kerja (Rp) Pemanenan Pengemasan Pengangkutan Bongkar Muat Penyimpanan Sortasi Retribusi Lain-lain
12. Bagaimana menentukan harga jual? ................................................................................................................................................ 13. Darimanankah informasi mengenai harga yang diperoleh ? ................................................................................................................................................ 14. Apakah anda menetapkan suatu standarisasi produk yang dibeli? ................................................................................................................................................ 15. Apaka anda menenggung biaya resiko dari kegiatan penjualan? .............................................................................................................................................. 16. Sumber modal berdagang : 17. Besarnya modal = Rp ..................................... 18. Jika mendapatkan bantuan dalam bentuk................................dengan jangka waktu..........th 107
Lampiran 3. Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Makmin Musa Obar Kardi Irdas Uus Aso Oni Deni Ondi Rustandi Ai Daska Ace Bawan Saat Sanen M. Beb Edi Jasman Soleh Parno Bp.Dadin Bp.usman Gandi Ihard Odang Dadah Tatang Enyang Ujang
Umur
Pendidikan
30 54 55 50 35 28 35 34 29 35 37 40 43 48 52 48 31 47 41 62 46 65 51 49 37 57 39 31 46 45
SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SMP SD SD SMP SD SD SMP SD SMP SMP SD SD SD SD SD SD SMA SD SMP
pengalaman 3 2 1 1 1 2 3 2 2 3 10 1 2 2 5 2 2 6 3 2 3 3 5 1 2 5 2 10 5 3
Status Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap sewa Penggarap Penggarap Penggarap sewa Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap sewa Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap Penggarap
Luas Tanam 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 0.35 0.2 0.25 0.4 0.5 0.2 0.3 0.2 1 0.3 0.2 1 0.2 0.5 0.35 0.5 0.3 0.2 0.3 0.5 0.3 0.35 0.35 1
108
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Makmin Musa Obar Kardi Irdas Uus Aso Oni Deni Ondi Rustandi Ai Daska Ace Bawan Saat Sanen M. Beb Edi Jasman Soleh Parno Bp.Dadin Bp.usman Gandi Ihard Odang Dadah Tatang Enyang Ujang
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Lembaga Pemasaran Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak
Alasan Ustan Kembang Kol Tertarik Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Ingin mencoba Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah
Tengkulak Tengkulak Tengkulak Cisarua KramatJati Tengkulak Tengkulak KramatJati Pasar TU Tengkulak Cisarua Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Pasar TU Tengkulak Pasar TU Tengkulak Pasar TU
Sudah pengalaman Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Sudah pengalaman Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Budidaya mudah Sudah pengalaman Budidaya mudah Senang/ Lebih terjamin harganya
Jlh TKD Keluarga 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
Pola Tanam monokultur monokultur monokultur monokultur monokultur monokultur monokultur monokultur Tumpang sari Tumpang sari
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
Tumpang sari monokultur monokultur monokultur Tumpang sari monokultur Tumpang sari Tumpang sari monokultur Tumpang sari Tumpang sari Tumpang sari monokultur monokultur monokultur Tumpang sari monokultur Tumpang sari Tumpang sari Tumpang sari
109
Lampiran 4. Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya No
Karakteritik
1
Umur
2
Pendidikan
3
Pengalaman
4
Status Kepemilikan Luas Tanam Kembang Kol
5
6
7
Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pola Tanam
8
Pemasaran
9
Alasan Budidaya Kembang Kol
Uraian
Jumlah (Orang)
< 30 30-50 >50 SD SMP SMA 10 6 5 3 2 1 Penggarap Sewa <0,3 0,3-0,5 1,0 2 1
4 19 7 22 7 1 2 1 3 6 12 6 27 3 12 15 3 27 3
Persentase (%) 13 63 23 73 23 3 7 3 10 20 40 20 90 10 40 50 10 90 10
Monokultur tumpang sari
17 13
57 43
Tengkulak Grosir Pengecer Budidaya Mudah
22 6 2 24
73 20 7 80
Tertarik Mencoba Pengalaman Lebih Terjamin Harga
1 1 3 1
3 3 10 3
110
Lampiran 5. Karakteristik Pedagang Responden Nama Jasman Pak Edi Iis Eka Bpk. Jaya Bpk. Santa Hasan Omar
umur 41 47 35 36 55 52 42 45
Status Tengkulak Tengkulak Pengecer Pengecer Pengecer Pengecer Grosir Grosir
Pasar TU KramatJati Cisarua Cisarua TU KramatJati TU Kramatjati
111