Midwifery Journal Juni - Desember 2015
Volume 4 No.2
DAFTAR ISI Kualitas Asuhan Keperawatan Lulusan Program Studi Strata 1 Keperawatan Sosiloyobel .................................................................................................................. 1 Perawatan Tali Pusat Tertutup Kering Mempercepat Waktu Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Nunuk Nurhayati ....................................................................................................... 11 Pengaruh Penyuluhankesehatan Terhadap Motivasi Masyarakat Untuk Memiliki Jamban Keluarga Di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Mojokerto Ninik Murtiyani, Hetti Aprillin................................................................................... 19 Pengetahuan Pola Nutrisi Modisco Pada Ibu Yang Memiliki Balita Kekurangan Energi Protein Usia 1-3 Tahun Rohmatul Khasanah .................................................................................................. 25 Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktifdi Bps Ny Arifin. S. Sst Wonorejo Surabaya Syafrida S.o. Kune ..................................................................................................... 32
i
KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN LULUSANPROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN SosiloYobel SekolahTinggiIlmuKesehatanArtha Bodhi Iswara Surabaya Prodi S1 Keperawatan E-mail:
[email protected] ABSTRAK Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung diberikankepada system klien dalam rangka dan fasilitas kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan, diberikan kepada praktik keperawatan melalui asuhan keperawatan terdiri dari proses keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi, yang diberikan kepada klien, individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Desain penelitian ini adalah kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan dengan in-depth interview, focus group discussion dan studi dokumen.Sampling dilakukan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Surabaya Medical Service dan rumah sakitHusadaUtama Surabaya dengan lima ruangan yang menjadi tempat lulusan program studiS1 ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanArtha Bodhi Iswara Surabaya bekerja sebanyak 9 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dinyatakan bahwa kualitas asuhan keperawatan yang diberikan olehlulusan program studi S1 ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara dinyatakan cukup baik. Untuk meningkatkan kualitas lulusan yang baik maka pendidikan keperawatan harus melakukan metode pembelajaran tidak hanya menghasilakan lulusan yang kompeten dan mampu bersaing, tetapi harus menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, identitas, melalui proses pendidikan moral, agama selain pendidikan keperawatan itusendiri dalam proses pembelajaran. Kata Kunci: Kualitas pelayanan keperawatan, lulusanberkarakter, pendidikan moral ABSTRACT Nursing care is a process or series of activities in nursing practice either directly or indirectly supplied to the client system in order and other health facilities, using a scientific approach to nursing. Given to nursing practice through nursing care consists of nursing process, namely: assessment, nursing diagnosis, intervention, implementation and evaluation, which is given to clients, individuals, families and communities in solving simple to complex health problems. Design study is a qualitative, process of data collection was performed with an interview indepth interviews, focus group discussion and study of documents. Sampling conducted purposive sampling. The research was conducted in Surabaya Medical Service hospital and the HusadaUtama Surabaya with five rooms which became bachelor graduate study program nursing colleges of health sciences Artha Bodhi Iswara Surabaya, amounting to 9 people. The study is based on nine the number of respondents who are in two hospitals namely Surabaya Medical Service and the HusadaUtama implementing nursing care based on nursing process is expressed quite well from the interview with the head room to the user as well as the head where the graduates work. To improve the quality of graduates who are better then nursing education must do the learning method is not only produce graduates who are competent and able to compete, but must produce graduate nurses who have the character of identity through a process of moral education that put faith in the basic sciences. Keyword: Quality of nursing care, a graduate of character, moral education
1
PENDAHULUAN Pada Oktober 2011, Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan moratorium bagi pengusulan program studi keperawatan. Berdasarkan data jumlah perguruan tinggi yang berada dibawah binaan kementerian kesehatan dan kementerian pendidikan nasional saat ini terdapat 600 perguruan tinggi yang menyelenggarakan prodi D3 keperawatan, 309 perguruan tinggi menyelenggarakan prodi S1 keperawatan. Dari jumlah PT yang menyelenggarakan pendidikan tersebut hanya 23% yang sudah terakreditasi. Peningkatan jumlah prodi tersebut tidak diikuti dengan dosen yang sebanding dengan jumlah baik kuantitas maupun kualitas. Jumlah dosen yang ada adalah 2 orang guru besar, 11 orang doktor, 435 magister, 402 orang magister non keperawatan dan 1832 orang sarjana keperawatan. Kondisi tersebut juga sama pada lahan praktik klinik, hanya ada 43 rumah sakit pendidikan, sehingga di perkirakan dalam 5 tahun kedepan akan banyak lulusan yang tidak terserap. (Kemendiknas Dirjendikti, 2011). Dari jumlah lulusan yang besar tersebut dengan keterbatasan yang ada akan menghasilkan lulusan yang beragam pula yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dari asuhan keperawatan yang di berikan oleh lulusan kepada klien. Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya berdiri pada tahun 2004 dengan tiga program studi yaitu S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Jumlah dosen pada program studi S1 keperawatan adalah 10 orang dengan pendidikan 1 orang magister keperawatan, 3 orang magister kesehatan, dan 6 orang Sarjana keperawatan. Untuk memenuhi kebutuhan dosen dan guna meningkatkan kualitas lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya mengadakan kerja sama dengan Prodi lain pada Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar sesuai dengan bidang keilmuannya. Selain itu Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya juga mendatangkan dosen luar biasa sebagai pengampu beberapa mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan dosen yang berkualitas Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya saat ini sedang mengirim 4 orang dosen untuk malakukan studi lanjut pada Program Studi
2
Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Pada saat ini jumlah mahasiswa Prodi S1 keperawatan 250 orang dan terus akan mengalami peningkatan berdasarkan data penjaringan mahasiswa baru yang menyatakan minat untuk masuk di Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya. Peningkatan tersebut dapat memberikan tantangan namun juga dapat menjadi ancaman jika Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya tidak melakukan pembenahan didalam internal program studi, seperti rasio perbandingan antara dosen dan mahasiswa, kualitas dosen, laboratorium, rumah sakit tempat praktik. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Nasional tahun 1994 dengan 147 sks untuk tahap akademik dan 26 sks untuk tahap profesi. Pelaksanaan proses belajar mengajar mengalami berbagai tantangan pada awal berdirinya Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya terutama pada jumlah dosen dan fasilitas laboratorium yang kurang memadai untuk mengembangkan skills dari peserta didik. Pada tahun 2009, program studi S1 keperawatan meluluskan 18 sarjana keperawatan, Ners. Dari data alumni dan tracer study yang dilakukan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya para lulusan tersebut telah bekerja diberbagai tatanan pelayanan kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia baik di rumah sakit, puskesmas, poli klinik. Dari 18 lulusan tersebut 9 orang bekerja di beberapa rumah sakit di Surabaya dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada para lulusan yang berada di Surabaya guna mendapatkan informasi tentang kualitas dari para lulusan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien berdasarkan pengalaman belajar di Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya yang akhirnya hasil penelitian tersebut dapat dijadikan refrensi atau bahan rujukan untuk peningkatan kualitas lulusan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Berdasarkan data survey Margaretha (2006) dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien didapatkan keluhan dari klien tentang perilaku perawat yang judes, kurang ramah dan kurang memuaskan dalam memberikan jawaban, klien juga mengungkapkan bahwa perawat mendatangi
klien hanya rutinitas saat melakukan tindakan keperawatan. Tentu hal tersebut tidak sesuai dengan konsep caring yang dikemukakan oleh Cooper et al(1999dalam Evelyn 2002).Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan Untuk mengatasi kesenjangan tersebut dibutuhkan penataan kurikulum pendidikan yang baik bukan hanya menghasilan lulusan yang kompeten namun yang lebih penting adalah kurikulum yang dapat membentuk karakter perawat sehingga memiliki jati diri menjadikan seorang perawat yang caring.Proses pembelajaran yang demikian hanya akan terjadi secara efisien dan efektif melalui suatu sistem kurikulum yang dirancang secarasistematik sejak penentuan tujuan yang harus dicapai, materi yangharus dipelajari, proses pembelajaran yang harus diterapkan, dansistem evaluasi yang harus dikembangkan dan dilaksanakan.Esensi pendidikan keperawatan bukan hanya menciptakan perawat yang terampil dan kompeten yang mampu menyelesaikan permasalahan klien tetapi juga melakukan sesuatu dengan benar yang membimbing perawat menjadi pribadi yang berkarakter dengan jiwa empati, dan memberikan pelayanan dengan sepenuh hati. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian yang digunakan adalah “penelitian kualitatif” dengan proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara in-depth interview, focus group discussion (diskusi kelompok terarah) dan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu pendekatan yang didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman belajar diperoleh melalui hasil interprestasi. Sampel dari penelitian ini adalah lulusan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya 2009-2011 dan Kepala ruangan Rumah Sakit Husada Utama dan Rumah Sakit Surabaya Medical Service tempat lulusan bekerja. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara focus group discussion pada 9 lulusan dan indepth-interview kepada 5 kepala
ruangan yang menjadi atasan tempat lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya bekerja. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu namun tetap memenuhi kriteria penelitian.(Sugiyono, 2010). Pengumpulan data dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Peneliti mengadakan pertemuan dengan para lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya tahun 2009 menjadi dua kelompok, kelompok pertama berjumlah 4 orang dan kelompok kedua 5 orang. Pada pertemuan tersebut dilakukan diskusi guna mendapatkan informasi pengalaman klinik yang telah dilakukan selama bekerja di rumah sakit, kemudian pertanyaan berikutnya adalah berkaitan dengan proses pembelajaran yang pernah diikuti oleh lulusan di Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya. 2. Untuk kepala ruangan peneliti melakukan wawancara dengan teknik indepth-interview sebanyak 4 kali dengan masing-masing kepala ruangan rumah sakit tempat lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya bekerja. Semua kegiatan selama proses pengumpulan data di rekam dengan tape recorder atas ijin dari informan. 3. Untuk Ketua Jurusan peneliti melakukan wawancara berkaitan dengan proses pendidikan, tenaga dosen dan fasilitas yang ada pada saat itu, termasuk kebijakan yang diambil baik untuk menyelesaikan masalah maupun meningkatkan kualitas lulusan. 4. Informed Consent Sebelum melakukan wawancara dengan informan, peneliti meninta informan untuk mengisiInformed consentyang berisi penjelasan tentang peneliti, tujuan, manfaat, prosedur strategi dan lamanya penelitian.Bagian akhir berisi lembar persetujuan informan mengikuti penelitian.Informan bebas menentukan pilihan apakah mau berpartisipasi atau tidak setelah diberikan informasi tentang penelitian, tanpa ada unsur paksaan. Informed consent ini disampaikan pada awal penelitian, apabila setuju baru langkah
3
penelitian dilanjutkan. 5. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara in-depth interview,focus group discussion (diskusi kelompok terarah) dan studi dokumen. Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah w a w a n c a r a m e n d a l a m . Wa w a n c a r a mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam diskusi yang mendalam. (Idrus, 2009) 6. Pedoman pelaksanaan in–depth interview Esterberg, 2002 dalam Sugiyono,2010 mengatakan wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, 2010 ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data, yaitu 1. menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan 2. menyiapkan pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan 3. mengawali atau membuka alur wawancara 4. melangsungkan alur wawancara 5. mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6. menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
4
mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada informan maksud dari wawancara dalam penelitian ini, wawancara bisa dilakukan bila informan mengerti dan bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Jika informan setuju dan untuk memiliki bukti penelitian maka pembicaraan akan, a) dicatat pada buku catatan yang mengulas bagian penting isi dari pembicaraan, b) direkam menggunakan tape recorderyang berfungsi untuk merekam semua pembicaraan sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis hasil pembicaraan, c) difoto atau video pada saat wawancara. 7. Pedoman pelaksanaan Focus Group 7.
Discussion (FGD)
Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatan FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara.FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai.Jumlah pesertanya bervariasi antara 5-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan tujuh langkah dari Colaizi (1978) dalam Daymon dan Dolloway (2008) sebagai berikut. Pertama, membuat transkrip pernyataanpernyataan yang bermakna dari partisipan. Kedua, transkip yang telah dibuat dibaca berulang-ulang dan focus pada kalimat yang berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti untuk dihubungkan dengan tujuan khusus penelitian yang diinginkan. Ketiga, merumuskan makna. Keempat, mengulangi proses yang telah dilakukan untuk masing-masing wawancara dan catatan harian kemudian dikelompokan semua makna yang berbeda. Kelima, sediakan analisis yang terperinci menyangkut pelaksanaan proses keperawatan yang dilakukan oleh lulusan. Keenam, merumuskan uraian mendalam menyangkut keseluruhan fenomena yang diteliti.Ketujuh, adalah menyimpulkan hasil temuan dalam bentuk penelitan dan pembahasan.
HASIL Hasil penelitian merupakandeskripsi dari yang diperoleh dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan bermakna dari partisipan berdasarkan kemampuan yang telah diperoleh berdasarkan proses pendidikan yang telah diselesaikan danaplikasinya dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. hasil pengumpulan data dengan indepth-interview dengan lima kepala ruangan dua rumah sakit Surabaya Medical Service (SMS) dan rumah sakit Husda Utama Surabaya maka didapatkan hasil bahwa kemampuan lulusan dalam melakukan proses keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi menyatakan cukup puas dengan kinerja lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya. Namun ketika melakukan diskusi dengan tim kesehatan lain lulusan masih belum percaya diri, kemampuan untuk kolaborasi masih harus terus ditingkatkan. Kemampuan untuk komunikasi dengan pasien cukup baik, sedangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan teman sejawat ada satu orang yang agak kurang cepat mengerti, belum mampu bekerja secara sistematis.Hal tersebut bisa dikarenakan faktor budaya dari lulusan yang bersangkutan.Beberapa faktor yang mempengaruh kinerja perawat adalah individu, psikologis dan organisasi.Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang demografis, sedangkan faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi.Sedangkan faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan dan struktur. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menghasilkan tiga tema mengacu kepada tujuan khusus dari penelitian. Pada tujuan khusus pertama peneliti ingin menganalisis proses pendidikan di Stikes Artha Bodhi Iswara. Tujuan khusus kedua adalah menganalisis kualitasasuhan keperawatan yang yang diberikan oleh lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara.Dan yang ketiga adalah memberikan rekomendasi untuk meningkat kualitas asuhan keperawatan melalui pendidikan di Stikes Artha
Bodhi Iswara Surabaya. PEMBAHASAN Gambaran kualitasasuhan keperawatan yang yang diberikan oleh lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara.Dijelasakan dalam bentuk tema yang diperoleh dari analisis wawancara terhadap partisipan. Tema 1 yaitu menganalisis metode pembelajaran Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Prodi S1 keperawatan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya mulai tahun 2004 sampai dengan 2010 menggunakan Kurikulum Nasional 1994, sedangkan metode pembelajarannya masih menitikberatkan pada penggunaan metode Teacher centered learning. Metode teacher centered learning adalah sebuah paradigma berupa pembelajaran dalam dunia pendidikan dimana dosen sebagai pakar (expert) dibidangnya memfokus diri untuk menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada mahasiswanya selaku orang awam (novice) dalam bidang tersebut. Namun sayangnya ketika dosen semangat untuk mengejar standar kurikulum yang diterapkan, para mahasiswa justru menjadi “korban” karena ketidakmampuan atau ketidaksiapan dalam mengikuti standar tersebut. Dosen yang berada dalam lingkaran teacher centered learninglebih memfokuskan dirinya dan mahasiswanya untuk memahami materi-materi yang telah ditetapkan di dalam kurikulum ketimbang memperhatikan proses belajar mengajar yang dialami oleh mahasiswanya. Teacher centered learning juga diartikan sebagai sistem pembelajaran dimana dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu ditransfer secara cepat dari dosen kepada mahasiswa secara drill sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena hanya mendengarkan dosen. Untuk beberapa kondisi kegiatan belajar mengajar dengan metode teacher centered learningsebenarnya sudah cukup baik, namun ketika harus berhadapan dengan kondisi mahasiswa yang berbeda-beda kemampuanya dosen akanbanyak mengalami kesulitan karena sulitnya memfasilitasi seluruh potensi mahasiswa.
5
Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, mahasiswa akan kesulitan untuk mengikuti atau menangkap makna esensi materi pembelajaran, sehingga kegiatannya sebatas membuat catatan dan kebenarannya diragukan. Pola proses pembelajaran dosen aktif mahasiswa pasif ini efektifitasnya rendah dan tidak dapat menumbuhkembangkan proses partisipasi aktif dalam pembelajaran. Keadaan ini terjadi sebagai akibat elemen terbentuk proses partisipasi yang berupa (1) dorongan untuk memperoleh harapan (effort), (2) kemampuan mengikuti proses pembelajaran, dan (3) peluang untuk mengungkapkan materi pembelajaran yang diperoleh di dunia nyata atau klinik tidak ada waktu untuk membahasnya. Intensitas pembelajaran mahasiswa umumnya meningkat (tetapi tidak efektif) terjadi pada saat akhir mendekati ujian. Akibatnya mutu materi dan proses pembelajaran sangat sulit untuk diakses. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu (Dirjendikti, 2005). Perbaikan pola pembelajaran ini telah banyak dilakukan dengan kombinasi lecturing, Tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas yang semuanya dilakukan berdasarkan” pengalaman mengajar” dosen yang bersangkutan dan bersifat trial-error. Luaran proses pembelajaran tetap tidak dapat diakses, serta memerlukan waktu lama pelaksanaan perbaikannya. Pola pembelajaran yang berlangsung di Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya perlu dikaji untuk dapat dipetakan pola keragaman penyimpangan dan persentase dari masingmasing kelompok pola terhadap baku proses pembelajaran yang benar. Dalam rangka meningkatkan daya saing diperlukan pembelajaran yang efektif, dan padu antara dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif pembelajarannya didalam domain pilar pendidikan. Tujuan kompetensi akan dicapai melalui kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Maka ke depan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya khususnya prodi S1 keperawatan harus menggunakan metode Student Centered Learning (SCL). Student Centered Learning (SCL) adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, bukan hanya pada aktivitas dosen mengajar.
6
Situasi pembelajaran SCL di antaranya bercirikan: 1. Mahasiswa belajar baik secara individu maupun berkelompok untuk membangun pengetahuan dengan mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif daripada sekedar menjadi penerima pengetahuan secara pasif. 2. Dosen lebih berperan sebagai FEE (facilitating, empowering, enabling) dan guides on the side daripada sebagai mentor in the center, yaitu membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-hari, dari pada sekedar sebagai gatekeeper of information. 3. Mahasiswa tidak sekedar kompeten dalam bidang ilmunya, tapi juga kompeten dalam belajar. Artinya mahasiswa tidak hanya menguasi isi mata kuliahnya tetapi mereka juga belajar bagaimana belajar (learn how to learn) melalui discovery, inquiry, dan problem solving dan terjadi pengembangan. 4. Belajar menjadi komunitas yang difasilitasi oleh dosen, yang mampu mengelola pembelajaran menjadi berorientasi pada mahasiswa 5. Belajar lebih dimaknai sebagai sepanjang hayat (learning throughout of life), suatu keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. 6. Belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk memberdayakan mahasiswa dalam mencapai keterampilan utuh (intelektual, emosional, dan psikomotor) yang dibutuhkan. Tema 2 adalah Menganalisis kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya Surabaya.Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan indepth-interview dengan lima kepala ruangan dua rumah sakit Surabaya Medical Service (SMS) dan rumah sakit Husda Utama Surabaya maka didapatkan hasil bahwa kemampuan lulusan dalam melakukan proses keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi menyatakan cukup puas dengan kinerja lulusan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya. Namun ketika melakukan diskusi dengan tim kesehatan lain lulusan masih belum percaya diri, kemampuan untuk kolaborasi masih harus terus ditingkatkan. Kemampuan untuk komunikasi dengan pasien cukup baik, sedangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan teman sejawat ada satu orang yang agak kurang cepat mengerti, belum mampu bekerja secara sistematis.Hal tersebut bisa dikarenakan faktor budaya dari lulusan yang bersangkutan.Beberapa faktor yang mempengaruh kinerja perawat adalah individu, psikologis dan organisasi.Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang demografis, sedangkan faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi.Sedangkan faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan dan struktur. Tema 3 Memberikan rekomendasi untuk meningkat kualitas asuhan keperawatan melalui pendidikan di Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya.Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Di era pasar bebas dan liberalisasi, profesionalisme merupakan suatau instrumen yang unggul untuk memenangkan kompetensi, untuk itu tenaga keperawatan harus lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara regional maupun global, dengan demikian maka pelayanan keperawatan yang bermutu perlu didukung dengan tersedianya kebijakan, standart dan pedoman. Menurut Husein (1999), Perkembangan ProfesiKeperawatan Terkini dan Tantangannya bagi Pelayanan Kesehatan di RS” bahwa telah terjadi pergeseran mendasar dari keperawatan dari perawat vokasional menjadi profesional dikarenakan tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, tekanan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan-asuhan keperawatan yang
bermutu dan terjangkau, tekanan perkembangan Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat Keperawatan di Indonesia dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat harus berubah karena merupakan tanggung jawab moral memberi pelayanan asuhan yang baik dan benar. Perubahan tersebut dimulai dari pendidikan keperawatan dan peran serta organisasi keperawatan guna mencapai pelayanan keperawatan yang baik dan benar. (Warta Yanmed, 2010) Kualitas asuhan keperawatan adalah cerminan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien yang merupakan bentuk pelayanan profesional bertujuan untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai klien mampu untuk melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan. Bentuk pelayanan ini seyogyanya diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan; dan untuk itu tenaga keperawatan ini harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan terus menerus. Kualitas pendidikan nasional Indonesia pada umumnya masih memprihatinkan hal tersebut dapat dilihat dari daya saing bangsa Indonesia di dunia internasional. Menurut Masrizal, staf ahli Menristek RI. Indonesia berada pada peringkat ke 46 dari 142 Negara berdasarkan hasil surve World Economic Forum (WEF) pada tahun 2011. (Harian Analisis Medan, April 2012). Lebih lanjut, Masrizal mengatakan penyebab masih lemahnya daya saing bangsa Indonesia di dunia disebabkan rendahnya sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi dan inovasi.Untuk memacu kesiapan sumber daya manusia (SDM) katanya perlu merubah pola pikir atau mindsetbangsa Indonesia. Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2008 mengeluarkan buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam panduan tersebut disampaikan beberapa model pembelajaran yang telah dilaksanakan dan dapat memberikan perbaikan adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Di dalam
7
kurikulum KBK banyak dikembangkan metode-metode pembelajaran antara lain: (1) Small Group Discussion, (2) Role-Play & Simulation, (3) Case Study, (4) Discovery Learning, (5). Problem Based Learning and Inquiry. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kualitas lulusan program studi S1 keperawatan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya tahun 2009-2011 berdasarkan Sembilan jumlah responden yang berada di dua rumah sakit yaitu Surabaya Medical Service dan Husada Utama dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan dinyatakan cukup baik dari hasil wawancara dengan kepala ruangan yang menjadi pengguna sekaligus sebagai pimpinan dimana lulusan bekerja. Selain output dari lulusan itu sendiri, rumah sakit juga melakukan training kepada setiap perawat baru sebelum terjun langsung kepelayanan keperawatan. Kurikulum yang digunakan dari tahun 2004 sampai 2009 adalah Kurikulum Nasional 1994, dengan metode pembelajarannya masih menitikberatkan pada penggunaan metode Teacher centered learning. Kurikulum Nasional 1994 tersebut digunakan mengingat pada saat itu belum ada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), demikian juga jumlah dosen tetap pada saat itu hanya 5 orang sarjana keperawatan (S.Kep.,Ners) post graduage. Untuk meningkat kualitas lulusan yang kompeten dan mampu bersaing secara global maka penguasaan dari taksonomi Bloom harus dikuasai oleh setiap mahasiswa yang menempuh pendidikan pada program studi S1 keperawatan Stikes Artha Bodhi Iswara Surabaya. Selain kompeten dan mampu bersaing secara global lulusan lulusan pendidikan keperawatan diharapkan menjadi perawat yang berkarakter yang memiliki jati diri. Maka penataan kurikulum dan metode pembelajaran perlu dilakukan oleh seluruh bidang terkait dimulai dari pengambil kebijakan sampai ke level paling bawah dari pelaksanaan kebijakan tersebut harus mempunyai komitmen bersama secara terus menerus untuk melaksanakannya. Sebaik apapun kurikulum
8
yang telah disusun jika pelaksana dari kurikulum tersebut dalam hal ini dosen tidak dapat melaksanakan maka lulusan yang berkualitas dan berkarakter tidak akan pernah terwujud. Dosen menjadi “role model” yang menjadi panutan mahasiswa dalam perilakunya sehari-hari, sehingga apapun hasil dari lulusan maka institusi bertanggungjawab dalam keberhasilan mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A (1997). Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.Makalah Seminar. UI. Jakarta Burhan,B (2010) Analisis Data Penelitian Kualitatif, Rajawali Press Jakarta Carpenito,LJ 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosia Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Edisi 2 EGC, Jakarta Chitty,(1997), Maintaining a caring, personal, and holistic approach to patient care University of London: Institute of Education. Churchill, Gilbert A. (2005). Dasar-Dasar Riset Pemasaran, Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh Andriani, Dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta. Daymon, C. dan Holloway.(2008) Riset Kualitatif dalam Public Relations & M a r k e t i n g c o m m u n i c a t i o n s . P T. Benteng Pustaka. Yogyakarta Dirjendikti-Depdiknas, (2005).Tanya Jawab Seputar Pengembangan Materi dan Proses Pembelajaran di Perguruan Ti n g g i , D i r e k t o r a t P e m b i n a a n Akademik dan Kemahasiswaan Dirjendikti, (2005) Tanya Jawab Seputar Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi, Tim kerja Direktorat Pembinaan Akademik dan
Kemahasiswaan Evelyn, W & McEwen,M (2002). Theoretical Basis for Nursing Philadelphia. Lippincott Williams&wilkins. Fransisca, et all (2008) Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat dengan Kemampuan Komunikasi Terapeutuk di Ruang Rawat Inap RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu BangkalanJurnal Keperawatan. Jurnal Keperawatan Poltekes Depkes Surabaya p33 Henderson, V. (1969).ICN Basic Pinciples of Nursing Care. Geneva: International Council of Nursing. Husin, M (1999). Perubahan dan Keperawatan di Indonesia.Makalah Seminar Nasional. Jakarta Idrus, M (2009)Metode penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Kedua, Mohammad Idrus, Erlangga, Jakarta International Council of Nurses (2002) Briefings: Definition and characteristics of nurse practitioners/advanced practice nurses.Geneva: ICN. Isnaeni, (2009).Makna dan Implementasi Excellenc with Morality Bagi Dunia Pendidikan. Airlangga University Press, Surabaya Julia,G (1995), Nursing Theories- The base for profesional Nursing Practice , 3rd ed. Norwalk, Appleton & Lange. Kepmendiknas RI No. 232/U/2000, Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
Kode Etik Perawat Indonesia,(2005) Buku II. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kurikulum Pendidikan Ners, Implementasi Kurikulum KBK, Tim KBK AIPNI 2009-2013 Leininger ,M (1991). Culture Care Diversity and Universality : A Theory of Nursing. New York : National league for nursing press. Margaretha, W. (2006) Modalitas Perawat Adalah Empati, Refleksi Memperingati Ulang Tahun PPNI. http://www.indomedia.com/poskup/200 5/03/16/edisi16/1603pin1.htm. diakses 29 Februari 2012). Margaretha, (2009) Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat dalam pelayanan keperawatan , RS. Maranatha Bandung Muhmidayeli (2011) Filsafat Pendidikan, Resfika Aditama, Bandung Nursalam (2009) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika Jakarta Nursalam, (2011) Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional, Edisi 3, Salemba Medika Jakarta Oetomo, H (2012) Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Teruji, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta Panduan Pendidikan Program Sarjana S1 dan Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya, 2008
9
Potter & Perry.(2001). Fundamentals of Nursing.5th edition. St Louis : Mosby, Inc. Rachman, A. Assegaf (2011) Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis IntegratifInterkonektif. Rajawali Pers. Jakarta Rogers ME (1970) An introduction to the theoretical basis of nursing. F A Davis, Philadelphia. Saryono, Anggraeni ,MD. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta Samani, Mucklas (2006). Sertifikasi Guru di Indonesia. Surabaya: SIC. Sheehan (1986) Curriculum models: product versus process Principal Lecturer in Nursing, Faculty of Education, The Polytechnic, Holly Bank Road, HuddersJeld HD3 3BP Journal oj'Advunced Nursing, 11,671-678 Soedijarto,(2003) “Pendidikan Nasional Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Melalui Sekolah Sebagai Pusat Pembudayaan. Makalah Prakongres Kebudayaan di Bali, 28 April 2003 Standar Profesi & Kode Etik Perawat Indonesia2010), PPNI Pusat, Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-undang No. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan
10
Standar Praktik Keperawatan (2005) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Tahalele .P , (2002) Pendidikan Dasar Pembentukan Dokter Spesialis Bedah Yang Kompeten dan Berkarakter Menghadapi Diberlakukannya UndangUndang Kedokteran di Era Milenium Ketiga. Pidato Pengukuhan Guru Besar pad Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, 21 September 2002. Warta Yanmed, edidi XXIII, (2010). Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kershatan Republik Indonesia. Wibowo, EM (2001) Etika dan Moral Dalam Pembelajaran, Applied Approach, Mengajar di Perguruan Tinggi.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Zubaedi, (2011).Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Kencana Prenada Media Group. Jakarta http://www.transurabaya.com/2011/01rshusadautamasurabaya/#xzz1yIwyY1h1
diakses tanggal 20 Juni 2012
PERAWATAN TALI PUSAT TERTUTUP KERING MEMPERCEPAT WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR Nunuk Nurhayati SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA SURABAYA (
[email protected]) ABSTRAK Perawatan tali pusat adalah tindakan sederhana. Walaupun sederhana, harus memperhatikan prinsip seperti selalu cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap kering serta tali pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat. Karena bila hal tersebut tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila terjadi infeksi masalahnya menjadi tidak sederhana yaitu berpengaruh terhadap waktu pelepasan tali pusat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – April 2015 , Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik , Populasi dalam penelitian ini Semua bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin – Pungging – Mojokerto berjumlah 25 bayi, sampel penelitian semua bayi baru lahir di BPM Endah sukastin – Pungging – Mojokerto. Dengan menggunakan teknik “Simple Random Sampling”. Hasil penelitiandalam penelitian ini ada hubungan antara perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin – Pungging - Mojokerto berdasarkan uji statistic didapatkan nilai chi square hitung = 7.955 dan chi square tabel = 5,991 sehingga chi square hitung > chi square tabel yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi pada ibu agar dapat merubah kebiasaan dari perawatan tali pusat tertutup basah menjadi perawatan tali pusat tertutup kering. Kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa bekerja sama yang baik dengan ibu nifas dan kalau perlu melakukan kunjungan rumah untuk memberikan HE secara berkesinambungan sehingga nantinya dapat merubah kebiasaan ibu dari perawatan tali pusat basah menjadi perawatan tali pusat kering. Kata Kunci : Perawatan tali pusat, waktu pelepasan ABSTRACT Umbilical Cord care is a simple action. Although simple, must pay attention to principles such as always washing hands with water and soap, keep the area around the umbilical cord stay dry and not damp, and do not put anything in the surrounding area of ? ? the umbilical cord. Because if it is not addressed can lead to infection, and if infection becomes not a simple problem that affect the time release of the umbilical cord. This study was conducted in January-April 2015, type of research is analytic research, population in this study all newborns in BPM Endah Sukastin - Pungging - Mojokerto amounted to 25 infants, sample all newborns in BPM Endah sukastin - Pungging - Mojokerto. By using the technique of "Simple Random Sampling". Results of this research there is a relationship between cord care covered by a release of the umbilical cord of the newborn in BPM Endah Sukastin - Pungging - Mojokerto based on statistical test obtained value of chi square count = 7,955 and chi square table = 5.991 so that the chi square count> chi square table, which means that Ho refused and H1 accepted. The results could be used as information to the mother in order to change the habits of the closed wet cord care be covered dry cord care. We as health professionals must be able to work closely with puerperal women and if necessary conduct home visits to provide on an ongoing basis so that HE can later change the habits of mothers of umbilical cord care wet into dry cord care. Keywords: Umbilical cord care, time release
11
PENDAHULUAN Perawatan tali pusat adalah tindakan sederhana. Walaupun sederhana, harus memperhatikan prinsip seperti selalu cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap kering serta tali pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat. Karena bila hal tersebut tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila terjadi infeksi masalahnya menjadi tidak sederhana (Sodikin, 2009). Tali pusat berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong lalu dijepit dengan penjepit tali pusat (umbilical stump) untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat dibuang ketika tali pusat sudah kering. Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya, jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu atau ditemukan adanya tanda infeksi maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonates yang disebabkan oleh tali pusat. Waktu pelepasan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika waktu pelepasan tali pusatnya antara 5 – 7 hari dan lambat jika lebih dari 7 hari ( Uswatun, 2011). Target pencapaian MDGs di Indonesia 102 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tetapi menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Angka kejadian tetanus neonaturum di Jawa Timur mencapai 7/100 kelahiran hidup dimana menyumbangkan 20 % kematian bayi. Data dari kabupaten Mojokerto bahwa angka kelahiran bayi sebanyak 1.078 kelahiran bayi, sedangkan kematian bayi sebanyak 8 bayi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2015 pada 6 bayi baru lahir yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup didapatkan 3 bayi baru lahir (50%) waktu pelepasan tali pusat cepat ( < 1 minggu ) dan 3 bayi baru lahir (50 %) waktu pelepasan tali pusatnya lama ( > 1 minggu) . Perawatan tali pusat tertutup ada dua yaitu perawatan tali pusat tertutup basah dan perawatan tali pusat tertutup kering, perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan
12
yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Ibu dan perawat bayi tidak diperbolehkan membubuhkan apapun pada tali pusat dan tali pusat dibiarkan terbuka agar tetap kering. Ibu bayi perlu mendapat penekanan tentang hal ini karena mereka tidak suka melihat tali pusat yang mengering sehingga mereka memilih untuk membungkus tali pusat tersebut atau membubuhkan sesuatu yang mereka anggap akan membantu penyembuhan (Sodikin, 2009). Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan persalinan “ 3 Bersih” (bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat dan bersih alas tempat tidur bayi) termasuk perawatan bayi baru lahir yang adekuat dan termasuk perawatan tali pusat yang higienis karena pada intinya perawatan tali pusat hanya melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Dengan pengetahuan yang baik dan benar tentang perawatan tali pusat diharapkan orang tua atau profesional kesehatan (bidan atau perawat) yang terlibat dalam perawatan tali pusat dapat memahami prinsip perawatan tali pusat. Tenaga kesehatan dapat memberi pendidikan kesehatan tentang apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan selama merawat tali pusat. (Sodikin, 2009) .Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk penelitian lebih lanjut mengenai ” Hubungan perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di BPS Endah Sukastin – Pungging - Mojokerto MATERI Konsep Dasar Perawatan Tali Pusat 1 Pengertian perawatan tali pusat Perawatan tali pusat merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat (Dian, 2009). 2 Tujuan Perawatan Tali Pusat Tujuan melakukan perawatan tali pusat
adalah tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (Hasan, 2005). 3 Jenis Perawatan Tali Pusat 1) Perawatan tali pusat terbuka Prinsip perawatan tali pusat terbuka adalah bersih, kering dan tidak diberi tutup apapun, setelah itu bayi langsung diberi pakaian. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun karena : a) Menyebabkan tali pusat menjadi lembab. b) Memperlambat lepasnya tali pusat. c) Menyebabkan resiko terjadinya infeksi. 2) Perawatan tali pusat tertutup a) Perawatan tali pusat kering Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas. b) Perawatan tali pusat basah Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa alkohol 70% (Noviea, 2011). 4 Cara Perawatan tali Pusat 1) Perawatan tali pusat terbuka a) Selalu cuci tangan sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat. b) Tali pusat harus selalu diperhatikan ketika mengganti popok sampai tali pusat tersebut terlepas, dan luka pada daerah umbilikus sembuh. c) Langsung tutup dengan pakaian bayi, bila tali pusat kotor, Bersihkan tali pusat dengan air dan sabun. d) Keringkan tali pusat dengan kain. 2) Perawatan tali pusat tertutup a) Perawatan tali pusat kering Siapkan alat-alat (1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat. (2) Tali pusat dibersihkan dengan
kain kasa. (3) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering. (4) Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi, di lap saja dengan menggunakan air hangat. (5) Setelah tali pusat terlepas atau puput, pusat tetap diberi kasa steril. Cara perawatan tali pusat kering adalah dengan membungkus tali pusat dengan kasa dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. 5 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perawatan Tali pusat 1) . Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan tali pusat. 2). Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat. 3). Mengusap alkohol ataupun iodine povidine (Betadine) masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab. 4). Memperhatikan popok di area puntung tali pusat. 5). Jika tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang dan sabun. Keringkan secara seksama dengan menggunakan air bersih. 6). Jika tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, harus segera bawa bayi tersebut ke fasilitas yang Konsep Dasar BBL Asuhan segera Bayi Baru Lahir Asuhan segera pada bayi bau lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2006). 1. Penanganan Bayi baru Lahir 1) Membesihkan jalan nafas
13
2)
3)
4)
5)
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis segera membersihkan jalan nafasnya. Memotong dan merawat tali pusat Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bai dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.Untuk menghindari infeksi tali pusat ditempat potongan, di pangkal tali pusat diberi antiseptic, selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril atau bersih dan kering. Mempertahankan suhu tubuh bayi Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhun tubuhnya stabil. Suhu bayi harus dicatat. Identifikasi bayi Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin.Mengukur berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan mencatat dalam rekam medik. Pencegahan infeksi a) Memberi vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan katena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir, maka perlu diberi vitamin K melalui parenteral. b) Memberi obat tetes atau salep mata Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) (Saifudin, 2007).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Berdasarkan waktunya penelitian dikelompokkan dalam penelitian cross sectional yakni pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat saja. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin –
14
Pungging - Mojokerto pada bulan Januari – April 2015. Sampel Sampel pada penelitianini adalah sebagian bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin – Pungging - Mojokerto pada bulan Agustus 2011 dengan teknik Simple randam sampling. Variabel : 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perawatan tali pusat tertutup pada bayi baru lahir. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah waktu pelepasan tali pusat. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Setelah mendapat ijin penelitian di BPM Endah Sukastin - Pungging - Mojokerto, peneliti mengadakan pendekatan pada klien untuk mendapatkan persetujuan menjadi responden dan selanjutkan dilakukan observasi pada bayi baru lahir yang telah dilakukan perawatan tali pusat tertutup Instrumen penelitian ini dengan menggunakan lembar observasi. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPM Endah Sukastin – Pungging - Mojokerto. Yang dilaksanakan pada bulan januari – April 2015. Analisa Data Data yang sudah dikumpulkan dilakukan skoring kemudian data dihitung presentasinya dan dilakukan tabulasi silang. Untuk mengetahui hubungan variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji statistik Chi Square. Dengan probabilitas kesalahan atau tingkat kemaknaan 5% (a : 0,05) H0 ditolak bila hasil a < 0,05. Apabila ?2 hitung lebih besar dari ?2 tabel hipotesis nol (H0) di tolak berarti menunjukkan hubungan yang bermakna antar variabel 2 2 sedangkan apabila ? hitung kurang dari ? tabel maka hipotesis nol (H0) diterima.
HASIL PENELITIAN Data Umum 1. Karakteristik ibu yang melakukan perawatan tali pusat tertutup berdasarkan umur
Tabel 1 Umur Frekuensi Persentase (%) <20 tahun 14 56 20-35 tahun 8 32 >35 tahun 3 12 Total 25 100 Sumber: data primer 2015 Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 14 responden (56%). 2. Karakteristik ibu yang melakukan perawatan tali pusat tertutup berdasarkan pendidikan.
Tabel 2 Pendidikan
Frekuensi
P. Dasar 18 P. Menengah 5 P. Tinggi 2 Total 25 Sumber: data primer 2015
Persentase (%) 72 20 8 100
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu sebanyak18 responden (72%). 3. Karakteristik ibu yang melakukan perawatan tali pusat tertutup berdasarkan pekerjaan.
Tabel 3 Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Bekerja 8 32 Tidak 17 68 bekerja Total 25 100 Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 17 ibu (68%) 4. Karakteristik ibu yang melakukan perawatan tali pusat tertutup berdasarkan parita
Tabel 4 Paritas Frekuensi Persentase (%) Primipara 9 36 Multipara 11 44 5 20 Grande Multipara Total 25 100 Sumber: data primer 2015 Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya multipara yaitu sebanyak 11 ibu (44%). Data Khusus 5. Perawatan tali pusat tertutup pada bayi baru lahir Tabel 5 Perawatan tali Frekuensi pusat tertutup Kering 14 Basah 11 Total 25 Sumber: data primer
Persentase (%) 56 44 100
Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus dengan kasa steril saja) yaitu sebanyak 14 responden (56%). 6. Waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir .
Tabel 6 Waktu Frekuensi pelepasan tali pusat Cepat 10 Normal 10 Lambat 5 Total 25 Sumber: data primer
Persentase
40 40 20 100
Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya waktu pelepasan tali pusatnya cepat dan normal yaitu sebanyak 10 responden (40%). 7. Hubungan perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi
15
baru lahir . Tabel 7 Distribusi frekuensi tabulasi silang hubungan perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir Perawatan Tali Pusat Kering B Basah T Total
Cepat n % 9 64 1 9 10 40
Normal n % 3 21 7 64 10 40
Lambat n % 2 14 3 27 5 20
Jumlah n % 14 100 11 100 25 100
Sumber: data primer 2015
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa dari bayi baru lahir yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus kasa kering saja) sebagian besar waktu lepasnya tali pusat cepat (< 5 hari) yaitu sebanyak 9 responden (64%) dan bayi yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup basah (dibungkus kasa steril yang diberi alcohol) sebagian besar waktu pelepasan tali pusatnya normal ( 5-7 hari) yaitu sebanyak 7 responden (64%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai chi square hitung = 7.955 dan chi square tabel = 5,991 sehingga chi square hitung > chi square tabel atau nilai yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima yang dapat diartikan ada hubungan antara perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di BPM Endah sukastin – Pungging – Mojokerto. PEMBAHASAN 1. Perawatan tali pusat tertutup Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus dengan kasa steril saja) yaitu sebanyak 14 responden (56%). Menurut Dian (2009) Perawatan tali pusat merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Jenis Perawatan tali pusat tertutup ada 2 yaitu : Perawatan tali pusat kering adalah Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut dengan kassa steril sampai tali pusat kering dan lepas. Perawatan tali pusat basah adalah Perawatan tali pusat dibungkus kasa steril dengan menggunakan kassa alkohol 70%
16
Jika tali pusat berbau menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, harus segera bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan perawatan bayi secara lengkap agar tidak menyebabkan kelainan pada umbilicus yang berakibat pada tetanus neonaturom (Sodikin, 2009 ). Bayi yang baru lahir diperlukan perawatan tali pusat dengan baik yaitu dengan perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus kasa steril yang kering) dimaksudkan agar tali pusat cepat kering karena tali pusat tidak lembab sehingga cepat kering dan puput.Dalam melakukan perawatan tali pusat tertutup kering diperlukan kerjasama yang baik antara bidan dan ibu yang merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit karena ibu adalah orang pertama yang berhubungan dengan bayi. 2. Waktu pelepasan tali pusat Berdasarkan Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya waktu pelepasan tali pusatnya cepat dan normal yaitu sebanyak 10 responden (40%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Uswatun, (2011) bahwa waktu pelepasan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika waktu pelepasan tali pusatnya antara 5 – 7 hari dan lambat jika lebih dari 7 hari. Setiap tali pusat yang dirawat baik tertutup basah ataupun kering selalu berhubungan dengan waktu pelepasan tali pusat, dimana waktu pelepasan tali pusat tergantung dari ada atau tidak adanya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun, kopi dan sebagainya akan mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat (Novie, 2011 ). Waktu pelepasan tali pusat yang cepat (< 5 hari) menunjukan bahwa pada tali pusat tersebut kering dan tidak ada infeksi maka sebelum melakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir maka sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat agar selalu mencuci tangan karena dengan mencuci tangan setidaknya mengurangi kuman /
bakteri yang masuk pada tali pusat tersebut. Agar waktu puputnya tali pusat cepat ( < 5 hari ) maka untuk itu para tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi kepada para ibu yang sudah melahirkan terutama ibu primipara untuk memberi contoh / memperagakan cara merawat tali pusat kering sehingga dapat dipraktekan di rumah yang berpengaruh pada waktu pelepasan tali pusat lebih cepat. 3. Hubungan perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir . Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa dari bayi baru lahir yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus kasa kering saja) sebagian besar waktu lepasnya tali pusat cepat (< 5 hari) yaitu sebanyak 9 responden (64%) dan bayi yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup basah (dibungkus kasa steril yang diberi alcohol) sebagian besar waktu pelepasan tali pusatnya normal ( 5-7 hari) yaitu sebanyak 7 responden (64%). Menurut Sodikin (2009) Perawatan tali pusat merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab, karena kelembapan di tali pusat dapat memperlambat puputnya tali pusat dan juga menimbulkan resiko infeksi. Tujuan melakukan perawatan tali pusat adalah tidak terjadi infeksi serta tali pusat dapat puput lebih cepat yaitu < 5 hari tanpa ada komplikasi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa yang dilakukan perawatan tali pusat tertutup kering waktu puputnya lebih cepat dibandingkan tali pusat tertutup basah hal ini dikarenakan pada perawatan tali pusat tertutup kering tali pusatnya tidak lembab atau kering sehingga mempercepat waktu pelepasan tali pusat sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin – Pungging Mojokerto serta berdasarkan uji statistic
didapatkan nilai chi square hitung = 7.955 dan chi square tabel = 5,991 sehingga chi square hitung > chi square tabel yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima dimana hal ini dapat dibuktikan dengan taraf signifikasi α dari Contigency coefisient (0,019 ) < 0,05 . Penelitian ini sudah membutikan bahwa perawatan tali pusat tertutup kering waktu puputnya lebih cepat karena membutuhkan waktu < 5 hari untuk itu diperlukan dalam mempraktekan dan mengaplikasikan kebiasaan merawat tali pusat tertutup kering yang hanya dibungkus dengan kasa kering tanpa menggunakan alcohol. Kesimpulan 1. Perawatan tali pusat tertutup kering (dibungkus dengan kasa steril saja) yaitu sebanyak 14 responden (56%). 2. Waktu pelepasan tali pusatnya cepat yaitu sebanyak 10 responden (40%). 3. Ada hubungan antara perawatan tali pusat tertutup dengan waktu pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di BPM Endah Sukastin – Pungging - Mojokerto DAFTAR PUSTAKA Alimul A. 2007 Metode Penelitian Kebidanan Dan Te k n i k A n a l i s i s D a t a . J a k a r t a : SalembaMedika. . 2007 . Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : SalembaMedika. APN, 2007. Asuhan Persalinan Normal . Jakarta: JNPK-KR Dian, 2009. Perbedaan lama pelepesan tali pusat antara perawatan tali pusat terbuka dan t e r t u t u p . http://gigilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=br owse&op=read&id (Diakses 5 april 20011). Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. Prima, 2010.Cara perawatan tali pusat dan lama w a k t u p e l e p a s a n t a l i pusat.http://www.fkm.ui.ac.id(Diakses 5
17
April 2011). Sodikin, 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta : EGC. Sarwono Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. ___________________, 2007 Maternal Neonatal . jakarta : Yayasan Bina Pustaka Uswatun, 2011. Pemotongan dan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir http://novieac.blogspot.com./2011/03/ (Diakses 5 April 2011). Wibisono, 2009. Biostatistik penelitian kesehatan. Surabaya : percetakan dua tujuh.
18
PENGARUH PENYULUHANKESEHATAN TERHADAP MOTIVASI MASYARAKAT UNTUK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI DESA SUMBER TANGGUL KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO Ninik Murtiyani, Hetti Aprillin STIKES DIAN HUSADA ABSTRAK Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, diperlukan suatu kegiatan yang relevan, yaitu penanganan promotif dan preventif terhadap penyakit yang berbasis lingkungan. Salah satu kegiatan promotif–preventif untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga. Untuk dapat meningkatkan motivasi masyarakat dapat dilakukan dengan mengidentifikasi factor yang mempengaruhi, pemberian informasi tentang manfaat jamban keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap motivasi masyarakat untuk memiliki jamban keluarga di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Mojokerto. Desain penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan pendekatan Pre-Post test Control Design. Sampel penelitian iniadalah Keluarga yang rumahnya tidak terdapat jamban di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto sebanyak 40 orang dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan Mann Whutney Test. Hasil penelitian didapatkan motivasi kelompok perlakuan lebih dari separuh adalah motivasi tinggi (60%) dan kelompok kontrol adalah motivasi rendah (60%). Hasil uji Mann Whitney Test didapatkan nilai signifikansi0,000 < α=0,005 berarti ada pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan terhadap motivasi masyarakat memliki jamban keluarga. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada kelompok besar (20-30 orang) memungkinkan terjadinya proses transfer informasi yang lebih santai, waktu yang lebih pendek, tempat terbuka dan suasana lebih santai. Saat penyuluhan pada masyarakat kelompok perlakuan cenderung lebih berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan lebih terbuka dan terjadi sosialisasi kelompok dan berbagi pengalaman emosional sesama masyarakat. Masyarakat mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan nyata tentang pentingnya jamban keluarga dari pengalaman masyarakat lain yang sudah mendapatkan pengalaman yang positif maupun negatif sehingga motivasi masyarakat pada kelompok perlakuan tinggi Kata Kunci : Jamban Keluarga, Motivasi, Penyuluhan Kesehatan ABSTRACT Environmental factors and people's behavior plays a very important in order to achieve optimal health status. To improve public health efforts in addressing environmental health issues, needed an activity that is relevant, which is handling promotion and prevention of the disease based environment. One-preventive promotive activities to cope with the disease is the development environment based on the family toilet. In order to increase the motivation of the people can be done by identifying the factors that influence, providing information about the benefits of family latrines. The purpose of this study was to determine the effect of extension of the motivation of people to have a family in the village latrine Source embankment Mojosari District of Mojokerto. This study was Quasi Experimental approaches Pre-Post test Control Design. The sample was family whose home was not there latrines in Sumber Levee District of Mojokerto Mojosari 40 people with purposive sampling technique. Data were analyzed using the Mann Whutney Test. The result showed motivation more than half the treated group was highly motivated (60%) and the control group was low motivation (60%). Mann Whitney Test results obtained significance value 0,000 <α = 0.005 means that there is the effect of health education on the motivation of people possess the family toilet.
19
Health education carried out in large groups (20-30 people) allows the information transfer process more relaxed, a shorter time, the open and the atmosphere is more relaxed. When counseling on community treatment group tend to be more daring to ask and answer questions with more open and occurred socialization group and share the emotional experience among the public. Communities gain more knowledge and real about the importance of family latrines from the experience of other communities that have received both positive and negative experiences so that the motivation of people in the treatment group high Keywords: Family toilets, Motivation, Health Education
20
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Suatu paradigma mengatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor. Penyebab yang paling besar adalah faktor lingkungan, disusul oleh faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, kemudian yang paling kecil pengaruhnya adalah faktor keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, karena lingkungan yang sehat akan terwujud bila perilaku masyarakat juga sehat. Salah satu kegiatan promotif–preventif untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga, tetapi tingkat keberhasilannya masih jauh dari yang diharapkan, khususnya di daerah pedesaan. Data dari Bappenas menunjukkan bahwa di masa lalu banyak investasi besar tentang penyehatan lingkungan terutama jamban keluarga namun hasilnya tidak memenuhi harapan. Rendahnya partisipasi masyarakat lebih disebabkan karena kurang tahunya mereka pada program pemberdayaan yang digulirkan pemerintah. Partisipasi dikembangkan dengan asumsi bahwa masyarakat bukan sebagai objek, melainkan juga sebagai subjek dari pelayanan kesehatan. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor penentu dari keberhasilan suatu organisasi sosial. Masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi dari petugas kesehatan saja, melainkan juga ikut aktif mencari informasi. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang terbebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan lingkungan pemukiman yang sehat. Upaya yang perlu diperhatikan untuk mencapai lingkungan yang sehat adalah dengan cara pembangunan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. (Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 3, September 2010). Kesadaran untuk hidup sehat di mulai dari lingkungan keluarga. Hidup sehat akan terwujud jika fasilitasnya terpenuhi. Diantara syarat agar bisa hidup sehat adalah kepemilikan
fasilitas MCK bagi tiap-tiap keluarga. Pengadaan fasilitas MCK terutama jamban keluarga dipengaruhi oleh sosial ekonomi, budaya, dan motivasi warga untuk hidup sehat. Kepemilikan jamban keluarga adalah wajib bagi setiap keluarga. Jika masing-masing keluarga tidak termotivasi untuk memiliki fasilitas MCK terutama jamban keluarga akan memberi dampak terhadap kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya. Untuk meningkatkan motivasi masyarakat dapat dilakukan dengan mengidentifikasi factor yang mempengaruhi, pemberian informasi tentang manfaat jamban keluarga, juga dengan melibatkan LSM untuk pengadaan jamban, meningkatkan swadaya masyarakat bekerjasama dengan pemerintah. Pihak perangkat desa diharapkan juga melakukan supervisi terhadap pemanfaatan jamban dengan benar. Dari latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah “Bagaimanakah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Motivasi Masyarakat Untuk Memiliki Jamban Keluarga Di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Mojokerto?”. Tu j u a n p e n e l i t i a n i n i a d a l a h mengidentifikasi pengaruh penyuluhan terhadap motivasi masyarakat untuk memiliki jamban keluarga di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Mojokerto. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi mengenai pentingnya Health education/ penyuluhan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan motivasi masyarakat sehingga diharapakan ada tindakan nyata dari masyarakat untuk memiliki jamban di masingmasing rumahnya tanpa ada paksaan dari orang lain termasuk petugas kesehatan, sehingga masalah BAB disembarang tempat dapat diminimalkan bahkan tidak ada lagi di Desa Sumber Tanggul Kec. Mojosari Mojokerto METOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semua tau Quasi Eksperimental. Desain dalam penelitian ini adalah Pre-Posttest Control Design. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojasari
21
Kabupaten Mojokerto. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang rumahnya tidak terdapat jamban di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang dialokasikan sebesar 40 (n=40), yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok yang diberi perlakuan sebanyak 20 responden, dan kelompok control sebanyak 20 responden. Besar sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus ukuran sampel yang akan dianalisis dengan analisis multivariate (Hairetal, 1998 cit Murti, 2010) dimanan=15 hingga 20 subjek per variabel independen. 1.Hasil Penelitian Motivasi Kelompok Perlakuan Frek % Tinggi 12 60% Rendah 8 40% Total
20
100%
Kelompok Kontrol Frek % 8 40% 12 60% 20
100%
Dari hasil uji Mann Whitney Test dengan tingkat signifikasi α = 0,05 didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi yang didapatkan < (α = 0,05) maka hipotesis penelitian diterima yang berarti ada pengaruh penyuluhankesehatan terhadap motivasi masyarakat untukmemiliki jambankeluarga. 2. Pembahasan Motivasimerupakan suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu (Mangku,2005). Teori motivasi menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, 2004 yang sesuai kaitannya dengan perubahan masayarakat unuk memiliki jamban adalah 1) TeoriDayaPendorong Teori ini merupakan perpaduan antara “Teori naluri” dengan“ Teori reaksi yang dipelajari”. Daya dorong adalah semacam naluri, tetapi hanya satu dorongan kekuatan yang luar terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini, bila ingin memotivasi seseorang, harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang
22
dimiliki 2) TeoriKebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik atau pun psikis oleh karena itu, menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhankebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Motivasi yang tinggi akan memicu perilaku masyarakat untuk memiliki jamban untuk keluarganya. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor dari internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi adalah usia dan pendidikan, sedangkan faktor eksternal dari lingkungan dan informasi. Informasi yang diterima seseorang baik dari suatu tulisan akan memberikan stimulus pada orang tersebut untuk bertindak atau melakukan sesuatu (Depkes RI,1998). Tu j u a n m o t i v a s i a d a l a h u n t u k menggerakan atau mengubah seseorang agar timbul keinginan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat diperoleh hasil atau tujuan tertentu(Hamzah B Uno, 2006). Motivasi sebagai motor penggerak maka bahan bakarnya adalah kebutuhan atau Need itu tadi. Motivasi menjadi dasar seseorang untuk berperilaku. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan,dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pada kelompok perlakuan dengan pemberian penyuluhan kesehatan motivasi responden tinggi untuk memiliki jamban, sedangkan pada kelompok kontrol motivasi responden rendah. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada kelompok besar (20-30 orang) memungkinkan terjadinya proses tranfer informasi yang lebih santai, waktu yang lebih pendek, tempat terbuka dan suasana lebih santai. Saat penyuluhan pada masyarakat kelompok perlakuan cenderung lebih berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan lebih terbuka. Disamping itu dalam penyuluhan kesehatan memungkinkan terjadinya sosialisasi kelompok dan berbagi
pengalaman emosional sesama masyarakat. Masyarakat mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan nyata tentang pentingnya jamban keluarga dari pengalaman masyarakat lain yang sudah mendapatkan pengalaman yang positif maupun negatif sehingga motivasi masyarakat pada kelompok perlakuan tinggi. Jamban merupakan suatu tempat pembuangan kotoran manusia yang diperlukan masingmasing keluarga (Notoadmojo, 1997). Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi persyaratan yaitu: tidak mengotori air dipermukaan, tidak mengotori air disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, mudah desainnya, murahdan dapat diterima oleh pemakainya (Notoadmojo, 1997) Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa langsung atau tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typhus dsb. Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi higiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk (Kusnoputranto,1995). Penyakit yang ditularkan tinja manusia bisa menyebabkan kelemahan karena manusia sebagai reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan produktifitas kerja. Akibat mata rantai penyakit oleh tinja perlu dilakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak menular. Pencegahan itu memutuskan mata rantai penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinaj dengan jamban yang saniter. Rintangan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi pada air, tangan dan serangga.(Soemardji, 1999). Sehingga diharapkan setiap rumah sebisa mungkin bisa mempunyai jamban keluarga. Jamban keluarga yang sehat menurut kesehatan harus memiliki 8 syarat komponen, yaitu : rumah kakus, lantai kakus, terdapat tempat duduk, adanya kecukupan air bersih, tersedia alat pembersih, tempat penampungan tinja dan terdapat septic Tank.
Jenis jamban yang direkomendasikan oleh kesehatan antaralain: 1) Jambancemplung(pitlatrine) Jamban cemplung ini banyak dipedesaan tapi kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah. Dalamnya sekitar 1,5 – 3 meter ( Mashuri, 1994) 2) Jamban Cemplung Berfentilasi (Ventilacy Improved Pit Latrine/ VIPJamban) Jamban cemplung bedanya lebih lengkap yaitu memakai ventilasi pipa yang terbuat dari bahan bambu untuk pertukaran udara, didaerah pedesaan ventilasi ini dapat dibuat dari bambu. 3) JambanEmpang Jamban ini dibangun diatas empang, bedanya disini terjadi daur ulang, yakni tinja bisa langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, lalu ornag mengeluarkan tinja dan seterusnya. Jamban ini berfungsi mencegah tercemarnyna lingkungan oleh tinja, juga menambah protein bagi nelayan penghasil ikan ( Kumoro, 1998) 4) JambanPupuk (Compost Privy) Jamban ini seperti kakus cemplung, dan lebih dangkal galiannya. Fungsinya membuang kotoran, sampah dan daun-daunan ( Kusnoputro, 1995) Diharapkan dengan masyarakat mengerti dan memahami jamban yang ideal menurut kesehatan untuk keluarga maka masyarakat dapat termotivasi untuk memiliki jamban keluarga sendiri tidak harus mahal, yang murah dan mudah dibuat sendiri tetapi sudah sesuai dengan standart kesehatan yang sudah ditetapkan oleh kesehatan. KESIMPULAN Dari hasil uji Mann WhitneyTest dengan tingkat signifikasi α = 0,05 didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi yang didapatkan < (α = 0,05) maka hipotesis penelitian diterima yang berarti ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap motivasi masyarakat untuk memiliki jamban keluarga
23
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1998). Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. RinekaCipta
NursalamdanSitiPariani.(2001).PendekatanPr aktisMetodologiRisetKeperawatan.Jak arta: CV. Salemba Medika
Azwar A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Penerbit : Mutiara Sumber Widya Press
Sumardji Y, 1999. Pembuangan Kotoran Manusia dan Air Limbah, Majalah Sanitasi Lingkungan, Jakarata Simanjuntak P, 1999. Sarana Jamban Keluarga, penerbit Graedia: Jakarta
Depkes RI,(2002). Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Sukarni M, 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Ehler & Steel, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standart. Jakarta
U n o , H . 2 0 0 8 . Te o r i M o t i v a s i d a n Pengukurannya. Jakarta. Bumi Aksara.
Hidayat, A.2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Warsito S, 1996. Kakus Sederhana bagi Masyaraat Desa. Penerbit Kanisius. Jakarta
Kusnoputranto,1995. Kesehatan Lingkungan . FKM UI Jakarta
. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 3, September 2010
Kumoro P, 1998. Jamban Keluarga di Kecamatan Denpasar Bali.Bali Mashuri, 1994. Pengelolaan Tinja Manusia, APK, Teknologi Sanitasi Padang Notoatmodjo, 1996. Ilmu kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Rhineka Cita Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, penerbit Rhineka Cipta: Jakarta Nursalam.2003.KonsepdanPenerapanMetodol ogiPenelitianIlmuKeperawatan.Jakarta : Salemba Medika Nursalam.2008.KonsepPenerapanMetodologi PenelitianIlmuKeperawatan.Jakarta.Sa lembaMedika
24
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6 793. Aksestanggal 2 Juni 2014
PENGETAHUAN POLA NUTRISI MODISCO PADA IBU YANG MEMILIKI BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN USIA 1-3 TAHUN Rohmatul Khasanah email:
[email protected] ABSTRAK Masa bayi dan balita bahkan sejak dalam kandungan adalah periode emas karena jika pada masa tersebut pertumbuhan balita tidak dipantau dengan baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada periode Penilaian tumbuh selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan rutin setiap bulan pada balita agar dapat terdeteksi apabila ada penyimpangan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun berdasarkan pendidikan dan pekerjaan. Jenis enelitian ini adalah observasional, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 30 ibu balita dengan tehnik sampling jenuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun sebagian besar berpengetahuan kurang tentang pola nutrisi modisco 73,34% dan bila dijabarkan, berdasarkan pendidikan ibu sebagian besar berpengetahuan kurang 100% sebanyak 8 orang yang berpendidikan rendah (tidak sekolah atau tamat SD/MI) berdasarkan pekerjaan ibu sebagian besar berpengetahuan kurang 88,89% sebanyak 16 orang yaitu ibu yang tidak bekerja. Berdasarkan hal tersebut perlu diberikan perhatian khusus bagi ibu yang memiliki balita kekurangan energi protein usa 1-3 tahun yang memiliki pengetahuan kurang dan resiko tinggi dengan penambahan program penyuluhan yang terencana oleh tenaga kesehatan di komunitas tentang pola nutrisi modisco. Diharapkan ibu balita teratur melakukan pemeriksaan posyandu untuk mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi dalam perkembangan anak. Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu Balita, Pola Nutrisi Modisco ABSTRACT The infants and toddlers even in the womb is a golden period for if in the future growth of children is not monitored properly and disorder will not be repaired in the period grew further assessment. So we need regular growth monitoring in children under five every month in order to be detected if there are irregularities and countermeasures can be done as early as possible The purpose of this study was to identify the level of knowledge of nutrition patterns modisco in mothers who have children aged 1-3 years based on the PEM education and employment. Enelitian type is observational research method used is descriptive with cross sectional approach. A sample of 30 mothers with saturated sampling technique. The results showed that of the 30 mothers who have children aged 1-3 years PEM mostly less knowledgeable about nutrition patterns modisco 73.34% and when translated, by mother's education largely knowledgeable about 100% as much as 8 norang less educated (not school or complete primary school / MI) based on the mother's occupation largely knowledgeable about 88.89% as many as 16 people are mothers who are not working. Based on this need to be given special attention for mothers who have protein-energy malnutrition usa toddlers 1-3 years who have less knowledge and high risk with the addition of extension programs planned by health workers in the community about nutrition pattern modisco. Expected mothers Posyandu regular checks for early detection of complications in child development. Keywords: Knowledge Level, Mother Toddlers, Pola Nutrition Modisco
25
PENDAHULUAN Masa bayi dan balita bahkan sejak dalam kandungan adalah periode emas karena jika pada masa tersebut pertumbuhan balita tidak dipantau dengan baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada periode Penilaian tumbuh selanjutnya (Depkes RI, 2010). Kegiatan pemantauan pertumbuhan di indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Di Provinsi Jawa Timur, berdasarkan data hasil kegiatan Pemantauan Status Gizi pada tahun 2014, terdapat 12,7% angka kejadian gizi kurang; sebanyak 34,2% balita mengalami status gizi pendek. Meskipun angka tersebut di bawah capaian nasional yang 17,9%, akan tetapi karena jumlah balita di Jawa Timur cukup besar yaitu kurang lebih 3,7 juta maka sekitar 469.900 balita kita terkena gizi kurang. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Diperkirakan bahwa Provinsi Jawa Timur kehilangan 18,5 juta IQ poin akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas, yang diperkirakan antara 20-30%. (Dinkes jatim 2014) Melihat dari masalah diatas solusi atau upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan balita adalah dengan memberikan motivasi dan penyuluhan tentang pentingnya pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang akan menunjang pertumbuhan balita, modisco merupakan formula yang bergizi tinggi, kaya kalori dan protein yang terdiri atas susu skim, gula dan minyak atau margarine. Modisco telah teruji dan memenuhi syarat-syarat khusus diet untuk anak balita di indosesia sehingga dapat di gunakan untuk perbaikan status gizi (pemberian makanan tambahan) atau menambah berat badan secara cepat yang dapat dilakukan oleh
26
tenaga kesehatan melalui posyandu dengan penimbangan berat badan serta penyuluhan tentang makanan bergizi pada usia balita 1-3 tahun Berdasarkan survey awal yang dilakukan di BPS Sri Suprapti,Amd. Kec. Ketapang Kab. Sampang Madura, tanggal 1018 Februari 2015 dari 20 ibu yang memiliki balita KEP, didapatkan hasil bahwa ibu yang tahu tentang pola nutrisi modisco terdapat 5 (25%) ibu balita, dan yang tidak tahu tentang pola nutrisi modisco terdapat 15 (75%) ibu balita. Dari beberapa hal di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti, Amd. Keb., Madura Berdasarkan identifikasi diatas, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun tentang pola nutrisi modisco di BPS Sri Suprapti Amd. Keb Sampang Madura?” Balita adalah anak dibawah usia lima tahun. Tidak termasuk bayi, karena bayi mempunyai peraturan makanan khusus. Jelasnya anak balita adalah kelompok usia 1-5 tahun. Kelompok ini dipisahkan antara 1-3 tahun dan kelompok 3-5 tahun (Irianto,2014). Balita merupakan anak yang telah menginjak usia di atas 1 tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah 5 tahun. Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropomerti (Suhardjo, 2013) KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat energy dan zat protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) dan atau gangguan penyakit tertentu. KEP seringkali dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Gizi atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan serta hubungannya dengan kesehatan (Ambarwati, 2012).
Nutrisi yang dianjurkan adalah makanan seimbang yang terdiri atas : a) Sumber zat tenaga, misalnya : roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong, tepungtepungan, gula, dan minyak. b) Sumber zat pembangun, misalnya : ikan, telur, ayam, daging, susu, kacangkacangan, tahu, tempe, dan oncom. c) Sumber zat pengatur, misalnya : sayursayuran, buah-buahan, terutama sayuran berwarna hijau dan kuning (Achamad Djaeni Sediaoetama, 2010 ) Nafsu makan yang berubah-ubah : a. Penyajian porsi makan yang terlalu besar b. Kurangnya orang tua mengajarkan memilih bahan makanan yang bernilai gizi baik c. Pengaruh kebiasaan jajan d. Kurang mampunya orang tua dalam menyusun makanan anak-anak e. Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa jadi masih memerlukan adaptasi f. Masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukan untuk makanannya g. Ibu sering sedih mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh sehingga tidak lagi dapat memberikan perhatian kepada anak apalagi mengurusnya. Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali untuk anakanak yang mengalami gangguan gizi buruk berat di Uganda Afrika dengan hasil yang memuaskan. Manfaat modisco menurut (ir. Annis catur adi 2013 ) yang paling utama adalah untuk mengatasi gizi buruk pada anak dengan cepat dan mudah. Karena modisco mempunyai kandungan kalori yang tinggi serta mudah di cerna oleh anak. Selain itu bahan-bahan pembuatan modisco mudah untuk di dapat dengan harga yang terjangkau walaupun menengah ke bawah.
Formula dasar modisco dapat dilihat sebagai berikut : Modisco I Bahan - Susu skim 10 g atau full cream 12g - Gula 5 g - Minyak 5 g - Air 100ml
Modisco II Bahan - Susu skim 10g atau full cream 12g - Gula 5g - Margarin 5g - Air 100ml
Modisco III Bahan - Susu full cream 12g (1 ¼ sdm) - Gula 7,5g (1 ¼ sdt) - Margarin 5g (½ sdm) - Air 100 ml
Nilai Gizi Energi : 100 Kal Protein: 3,6 g Lemak: 5g Diberikan 100kkal/kg BB/hari
Nilai Gizi Energi: 100 Kal Protein: 3,6 g Lemak: 5 g Diberikan 125kkal/kg Bb/hari
Nilai Gizi Energi:130 Kal Protein:3 g Lemak:7,5 g Diberikan 150 kkal/kg BB/hari
Tabel 2.1formula Dasar Modisco
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain (Hidayat, 2014). Penelitian ini dilakukan di BPS Sri Suprapti Amd. Keb Sampang Madura Jadwal penelitian merupakan rencana tentang jadwal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2014). Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat, 2014). Populasi penelitian ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri suprapti Amd. Keb Madura. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014).
27
Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti Amd. Keb Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Jenuh yang dilakukan dengan cara pengambilan semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2014). Variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan ibu balita tentang pola nutrisi modisco. Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data terdiri atas wawancara, observasi, dokumen, focus group discussion, pemeriksaan fisik, dan kuesioner/ angket (Hidayat, 2014). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner sebanyak 20 soal. Responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia. 1. Editing (mengubah) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding (memberikode) Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Hal ini untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti sebuah kode dari suatu variabel. 3. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer. 4. Melakukan teknik analisis Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan data ilmustatistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak di analisis. Apabila penelitian deskriptif maka akan menggunakan
28
statistik deskriptif, sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial (Hidayat, 2014). HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan disajikan penelitian tentang pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun Di BPS Sri Suprapti Amd. Keb Madura. Tabel I Pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti Amd.Keb. pada tanggal 30 April 2015 -13 Juni 2015. Pendidikan Frekuensi Rendah : 8 SD/SMP Menengah : 19 SMA/D3 Tinggi : S1/PT 3 Total 30
Persentase (%) 26,67 63,33 10 100
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 30 ibu yang memiliki balita KEP sebagian besar yang berpendidikan menengah 63,33 % sebanyak 19 orang, dan sebagian kecil berpendidikan rendah 26,67 % sebanyak 8 orang Tabel 2 Pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang mempunyai balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti, Amd.Keb. pada tanggal 30 April 2015 -13 Juni 2015. Pekerjaan Frekuensi Bekerja : 11 TidakBekerja : 19 Total 30
Persentase (%) 36,67 63,33 100
Dari tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 ibu yang mempunyai balita KEP usia 1-3 tahun sebagian besar tidak bekerja yaitu 19 orang (62,5%) dan sebagian kecil bekerja sebanyak 11 orang (36,67%). Ta b e l 3 B e r d a s a r k a n t i n g k a t pengetahuan pola nutrisi modisco pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti,Amd.Keb. pada tanggal 30 April 2015 -13 Juni 2015. Pengetahuan Frekuensi Baik Cukup Kurang Total
3 5 22 30
Persentase (%) 10 16,67 73,34 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 ibu yang memiliki balita KEP sebagian besar berpengetahuan kurang 73,34% sebanyak 22 orang dan sebagian kecil berpengetahuan baik 10% sebanyak 3 orang tentang pola nutrisi modisco Tabel 4 Pengetahuan pola nutrisi modisco dengan pendidikan dan pengetahuan pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun tentang pola nutrisi modisco di BPS Sri Suprapti,Amd.Keb. pada tanggal 30 April 2015 - 13 Juni 2015. Pendidikan Dasar: SD/SMP Menengah : SMA/D3 Tinggi : S1/PT Total
Tingkat pengetahuan Baik Cukup ∑ % ∑ % 0 0 0 0
Kurang ∑ % 8 100
Jumlah % ∑ % 8 100
0
0
5
26,32
14
73,68
19
100
3
100
0
0
0
0
3
100
3
10
5
16,67
22
73,33
30
100
Dari tabel 4 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang berpendidikan menengah mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 73,68 % (14) orang. Dan sebagian kecil ibu berpengetahuan cukup sebanyak 26,32 % (5) orang. Tabel 5 Pengetahuan pola nutrisi modisco dengan pekerjaan dan pengetahuan pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun tentang pola nutrisi modisco di BPS Sri Suprapti,Amd.Keb. pada tanggal 30 April 2015 - 13 Juni 2015 Pekerjaan Bekerja Tidakbekerja Total
Baik ∑ % 3 25 0 0 3 10
Tingkat pengetahuan Cukup Kurang ∑ % ∑ % 3 25 6 50 2 11,11 16 88,89 5 16,67 22 73,33
Jumlah % N % 12 100 18 100 30 100
Tabel 5 dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak bekerja berpengetahuan kurang sebanyak 88,89 % (16) orang. Dan sebagian kecil ibu yang bekerja mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 50% (6) orang
PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Pola Nutrisi Modisco Pada Ibu Yang Memiliki Blita Kekurangan Energi Protein Berdasarkan table 3 di atas ibu yang memiliki balita KEP sebagian besar berpengetahuan kurang 73,34% sebanyak 22 orang dan sebagian kecil berpengetahuan baik 10% sebanyak 3 orang tentang pola nutrisi modisco. Menurut Notoatmodjo,2003 dalam Wawan dan Dewi, 2010 sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari data di atas menunjukkan bahwa terdapat kesamaan antara teori dengan hasil penelitian. Dimana sebagian besar ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun adalah berpengetahuan kurang dikarenakan para ibu jarang mendapatkan informasi baik dari media massa maupun media cetak, selain itu juga karena para ibu jarang mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan atau bidan. Semakin sedikit informasi yang didapat semakin kurang pengetahuan karena orang tersebut belum melakukan pengindraan. 2. Pengetahuan Pola Nutrisi modisco berdasarkan pendidikan pada ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun di BPS Sri Suprapti Amd.Keb Madura Berdasarkan tabel 4 data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang berpendidikan menengah mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 73,68 % (14) orang. Dan sebagian kecil ibu berpengetahuan cukup sebanyak 26,32 % (5) orang. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo (2003),semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
29
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangansikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Menurut A. Wawan dan Dewi A, (2010) pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi. Berdasarkan penelitian di BPS Sri SupraptiAmd, Keb.Madura bahwa ibu yang memilikibalita KEP yang berpendidikan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Sedangkan ibu yang mempunyaibalita KEP yang berpendidikan rendah dan sedang lebih banyak yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang pola nutrisi modisco. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuanibu yang mempunyai balita KEP denganhal-hal tertentu sebagai contoh adalah pola nutrisi modisco. 3. Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita KEP Usia 1-3 Tahun Berdasarkan Pekerjaan Tentang Pola Nutrisi Modisco di BPS Sri Suprapti, Amd.Keb., Madura Dari tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak bekerja berpengetahuan kurang sebanyak 88,89 % (16) orang. Dan sebagian kecil ibu yang bekerja mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 50% (6) orang. Menurut Thomas dalam Nursalam (2003) yang dikutip dari Wawan (2010), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Dari data di atas menunjukkan bahwa terdapat kesamaan antara teori dengan hasil
30
penelitan. Dimana sebagian besar ibu yang memiliki balita KEP usia 1-3 tahun yang tidak bekerja adalah berpengetahuan kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi dari luar baik melalui media massa atau pun orang di sekitarnya dan kurang berinteraksi dengan orang lain. KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu yang memiliki balita KEP berpengetahuan kurang 73,34% sebanyak 22 orang 2. Sebagian besar ibu yang berpendidikan menengah mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 73,68 % (14) orang. 3. Sebagian besar ibu yang tidak bekerja berpengetahuan kurang sebanyak 88,89 % (16) orang. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati Fitri. 2012. Ilmu Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu A.C Adi.2012. Simposium Pemakaian Modisco Untuk Pemulihan Gizi Balita. Yokyakarta : Nuhu Medika Djaeni Ahmad Sediaotama. 2010. Pemberian Gizi. Jakarta: PT Ranika Cipta Depatermen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/ kodya. Jakarta : Depkes RI http://www.binkesmas.depkes.go.id/klasifikasi KEP-2010 Hidayat, Alimul Aziz. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, Alimul Aziz. 2013. Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analis Data. Jakarta :
Salemba Medika Irianto, 2014. Konsep Dasar Balita. Jakarta : Pustaka Pelajar Muhyatun. 2013. Pengertian Anak dan B a l i t a d a r i h t t p : / / duniapsikologi.dagdigdug.com Notoatmodjo, Soekidjo, 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: RC , 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Nursalam, dan Pariani. 2011. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto Sjahmien, Moehji. 2013. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi). Jakarta: PT Bhratara Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Soetjiningsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Sagung Seto Wawan, Dewi, 2012. Teori Dan Pengukuran Sikap Dan Perilaku Manusia. Yokyakarta: Nuhu Medika
31
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIFDi BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya Syafrida S.O. Kune Email:
[email protected] ABSTRAK Rasa nyeri pada persalinan menimbulkan gejala yang dapat kenali. Salah satu manajemen nyeri yang bisa digunakan selain pemberian obat adalah dengan menggunakan terapi musik (Potter dan Perry, 2005). Data awal yang dilakukan di BPS Ny Arifin. S, SST Surabaya pada 10 ibu bersalin, pada ibu primipara sebanyak 6 ibu bersalin (60%), nyeri hebat sebanyak 5 ibu bersalin (83.3%) dan 1 ibu bersalin (16.7%) mengalami nyeri sedang. Pada multipara 4 orang (40%) merasakan nyeri hebat, 3 ibu (75%) nyeri sedang, dan 1 ibu (25%) nyeri ringan. Tujuan penelitian Menganalisis pengaruhpemberianterapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin S, SST Wonorejo Surabaya.Desain penelitian merupakan analitik quasy eksperimen untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam pengambilan data secara crossetional dengan pengambilan data menggunakan lembar obsevasi, jumlah jampel 25 responden. teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling dan alat uji menggunakan wilcoxon.Hasil penelitian Ibu inpartu sebagian besar diberi terapi musik sebanyak 64% (16 ibu inpartu) dan sebagian besar mengalami rasa nyeri sedang sebanyak 68% (17 ibu inpartu) hasil pengujian dengan uji wilcoxon menunukkan nilai valui P:-2.919 dan signifikansi000 < a : 0.05 sehingga ada pengaruhpemberianterapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.Penelitian dapat digunakan sebagai reverensi bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam melakukan menajamen nyeri saat persalina, dan diharapkan bagi ibu inpartu senantiasa sering membaca media masa tentang pengaruh pemberian musik. Dengan pengetahuan terapi musik ibu akan lebih mudah melakukan tindakan atau penanganan cara mengatasi nyeri pada saat persalinan. Kata Kunci : Ibu Inpartu, terapi musik dan nyeri persalinan ABSTRACT Pain in childbirth causes symptoms that can be recognized. One pain management that can be used in addition to drug delivery is to use music therapy (Potter and Perry, 2005). Preliminary data conducted at BPS Ny Arifin. S, SST Surabaya on 10 maternal, primiparous naternal as much as 6 maternity (60%), severe pain as much as 5 maternity (83,3%) and 1 maternal (16,7%) had moderate pain. At multiparas 4 people (40%) felt a strong pain, 3 mothers (75%) moderate pain, and one mother (25%) mild pain. The research objective is analyzing the effect of music therapy on the first stage of labor pain in the active phase of the BPS Ny Arifin. S, SST Wonorejo Surabaya.The study design is quasi experiments analytical to achieve the resarch objectives. In collecting data crossetionaly with data collection using observation sheets, the size of samples is 25 respondents. Sampling technique is using a random sampling method and apparatus is using the Wilcoxon test.Research results is that inpartu mother largely givn music therapyas much as 64% (16 mothers inpartu) and most experienced moderate pain as much as 68% (17 mothers inpartu) the results with the Wilcoxon test shows that the value of P value : - 2919 and significance 000
32
PENDAHULUAN Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan keluar. Persalinan dianggap normal jika wanita berada pada atau dekat masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat janin dengan presentasi puncak kepala, dan persalinan selesai dalam 24 jam. Pada persalinan kala I, lamanya persalinan pada ibu primipara 6-18 jam dan ibu multipara 2-10 jam. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat 70% sampai 80% wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa sakit dan akan merasakan nyaman. Saat ini 20% hingga 50% persalinan di rumah sakit swasta dilakukan dengan sectio caesaria, tingginya operasi sectio caesaria disebabkan para ibu yang hendak bersalin lebih memilih operasi yang relatif tidak nyeri. Data AKI di Indonesia masih menjadi perdebatan. Sebagai gambaran, pada tahun 2014 secara serentak Komisi Ekonomi dan osial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP), Program Pembangunan PBB (UNDP), UNFPA, dan WHO menyatakan bahwa telah terjadi kenaikan Angka Kematian Ibu melahirkan tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target MDG's sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.Di JawaTimur, capaian Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2010 sebesar 101,4 per 100.000 kh; tahun 2011 sebesar 104,3 per 100.000 kh; dan di tahun 2012 mencapai 97,43 per 100.000 kh. Capaian AKI Jawa Timur tahun 2012 keadaanya berada 5 point di bawah, dari target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kh. Berdasarkan data Dinkes di KotaSurabaya persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 sebesar 81,24% Angka Kematian Ibu. (Dinkes, 2013). mengeluhkan rasa nyeridankontraksi yang kuatpada uterus serta rasa sepertiingin BAB. Nyeripersalinanmerupakansuatukondisi yang fisiologis.(Bobak, 2009). Agar rasa nyeri saat persalinan berkurang BPS NyArifin S., SST Surabaya melakukan metode terapi musik, dengan mendengarkan musik yang di sukai ibu seperti music Klasik, instrumental, Keroncong,
33
musikIslami, music Jass atau dangdut. Menerapkan terapi musik pada ibu bersalin dapat mengurangi nyeri persalinan. Data persalinan di BPS NyArifin S., SST Surabaya didapatkan pada bulan Januari – Februari 2015 tercatat sebesar 37 ibu mengalami persalinan normal dan mengalami nyeri kala I. Data awal yang dilakukan di BPS Ny. Arifin. S, SST Surabaya pada 10 ibu bersalin pada ibu primipara sebanyak 6 ibu bersalin (60%), nyeri hebat sebanyak 5 ibu bersalin (83.3%) dan 1 ibu bersalin (16.7%) mengalami nyerisedang. Pada multipara 4 orang (40%) merasakan nyeri hebat, 3 ibu (75%) nyeri sedang, dan 1 ibu (25%) nyeri ringan. Berdasarkan latar belakang masalah dan indentifikasi masalah di atas maka rumusan masalah : “Apakah ada pengaruh pemberian terapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya. MATERI Te r a p i m u s i k a d a l a h u s a h a meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisisr sedemikian rupa hingga tercipta music yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011). Christandy Andrean menyatakan bahwa musik memiliki tiga bagian penting yaitu beatritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan harmoni mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring (Surilena, 2008). Efek Musik Terhadap Respon Tubuh Menurut Nurseha & Djafar (2002) musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur sehingga menghasilkan gelombang alfa serat gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang dapat menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran. Stimulasi itu
ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang merupakan ingatan, kemudian pada hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu. Pengertian Nyeri Persalinan Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran.Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit (Kinney, 2010). Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Nyeri di definisikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko dan aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Tournaire&Theau-Yonneau, 2007) Nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh faktor psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter&Perry, 2005). Mekanisme Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. (Arifin, 2008). Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri 1) Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri,
sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan. 2) Jenis kelamin Gill (2000) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri). 3) Kultur Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. 4) Makna nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya. 5) Tingkat pendidikan Ti n g k a t p e n d i d i k a n s e o r a n g k l i e n memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri. 6) Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. 7) Pengalaman masa lalu/ Paritas Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu melahirkan yang lalu dalam mengatasi nyeri. 8) Pola koping Pola koping adaptif akan mempermudah
34
seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri. 9) Support keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan Penyebab Rasa Nyeri Rasa nyeri persalinan muncul karena: a. Kontraksi otot rahim Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servikm serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi. b. Regangan otot dasar panggul Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri in terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penirunan bagian terbawah janin. c. Episiotomy Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun rupture pada jalan lahir d. Kondisi Psikologis Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.(Arifin, 2008). Pengukuran Tingkat Nyeri Untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita oleh seseorang, dan untuk mengetahui apakah suatu tindakan terhadap nyeri berhasil atau tidak, perlu adanya suatu alat ukur. Pengkajian yang terbaik dari nyeri adalah hasil evaluasi dari
35
klien. Data yang perlu dikumpulkan dari sifatsifat nyeri adalah lokasi, intensitas, kualitas, waktu (serangan, kekerapan, sebab). Cara pendekatan yang digunakan adalah dengan mengkaji PQRST: P : Provocative (pemicu) faktor yang mempergawat atau meringankan nyeri Q : Quality (kwalitas) tumpul, tajam dan merobek R : Regio(daerah) S : Severity (keganasan) atau intensitas T : Time (waktu) serangan, lamanya, kekerapan dan sebabnya. Menurut Bunner dan Suddarth (2011) ada beberapa metode dalam mengkaji nyeri yang dirasakan pasien antara lain: a. Skala intensitas nyeri deskriptif skala pendeskripsi verbal (Verbal Deseriptor Scale, VDS), merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini dirancang dari “tidak terasa nyeri” sampai” nyeri tidak tertahankan.
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Ada ringan sedang hebat sangat paling hebat
b. Skala intensitas nyeri numerik 0-10
012 Tidak ada nyeri
3 4 5 6 7 Nyeri Nyeri ringan sedang
8 9 10 Nyeri Nyeri berat paling terkontrol hebat
(Brunner dan Suddarth, 2002) Tabel IV.1 Keterangan Skala Nyeri Numerik (Brunner dan Suddarth, 2008)
Sk or
Tingkat nyeri
Keterangan
1-3 Nyeri ringan
Secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 Nyeri sedang
Secara objektif pasien mendesis, menyiringai dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri, dan dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 Nyeri berat terkontro l
Secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat di atasi dengan alih posisi, napas panjang (relaksasi) dan distraksi.
METODE PENELITIAN Metodepenelitianmerupakancara yang akandilakukan dalam proses penelitian. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Desain penelitian merupakan analitik eksperimen untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman/penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dua group pretest-postest desain. Populasi Populasi adalah setiap subjek (misal manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya . TeknikPengambilan Sampling Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2006). No Variabel 1
Pemberian terapi musik
2
Nyeri persalinan kala I fase aktif
DefinisiOperas ional Pemberian stimulasi musik, dimana musik tersebut masuk kedalam pikiran melalui sensasi auditori Tingkat nyeri yang diderita oleh seseorang, dan untuk mengetahui apakah suatu tindakan terhadap nyeri berhasil atau tidak
AlatUkur
Skala
Kriteria
Observasi
Nominal
1. Diberiterapimusik 2. Tidakdiberiterapimu sik
Observasi
Ordinal
1) 1-3Nyeri ringan (Pxdapatberkomuni kasidenganbaik) 2) 4-6Nyeri sedang (Pxmenyeringidapat menunjukkanlokasi nyeri) 3) 7-9Nyeri berat (pxtidakdapatmengi kutiperintahtetapim eresponterhadaptind akan)
TeknikPengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan Cheklist. Pengumpulan data primer dengan membuat daftar pertanyaan (kuesioner) kemudian diolah. Pengumpulan data adalah penelitian ini dikumpulkan berdasarkan kuesioner yang telah diberikan pada responden yang memenuhi kriteria. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014).
36
Sampel dalam penelitian adalah sebagian ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi Definisi Operasional Definisi Operasional pengaruhterapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya Analisis Data 1. Editing (mengubah) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding (memberikode) Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Hal ini untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti sebuah kode dari suatu variabel. 3. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer. 4. Melakukan teknik analisis Dalam melakukanan alisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan data ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitian deskriptif maka akan menggunakan statistik deskriptif, sedang kanan alisis analitik akan menggunakan statistikainferensial (Hidayat, 2014). HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dengan judul pengaruhterapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin. S. SST Wonorejo Surabaya. Tabel 1 Distribusi Frekuensi karakterisik Ibu Inpartu kala I fase aktif Berdasarkan Umur di
37
BPS Ny Arifin Surabaya BulanMei 2015
No Umur 1 <20 tahun 2 20-35 tahun 3 > 35 tahun jumlah
Frekuensi 4 12 9 25
% 16,00 48,00 36,00 100
Dari tabel.1 di atas menunjukkan bahwa dari 25 ibu inpartu sebagian besar berusia 20-35 tahun sebesar 48% (12 ibu inpartu), sebagian kecil berusia < 20 tahun sebanyak 16% (4 ibu inpartu). Tabel 2 Distribusi Frekuensi karakterisik Ibu Inpartu Berdasarkan Pendidikan di BPS Ny Arifin Surabaya Bulan Mei 2015.
No
Pendidikan
1 2
Dasar(SD/SMP) Menengah(SMA/ SMK) Perguruan Tinggi Jumlah
3
Frekue nsi 7 15
% 28,0 60,0
3
12,0
25
100
Dari tabel.2 di atas menunjukkan bahwa dari 25 ibu inpartu sebagian besar berpendidikan menengah SMA sebesar 60% (15 ibu inpartu), sebagian kecil berpendidikan tinggi sebanyak 12% (3 ibu inpartu). Tabel 3 Distribusi Frekuensi karakterisik Ibu Inpartu kala I fase aktif Berdasarkan Paritas di BPS Ny Arifin Surabaya Bulan Mei 2015
No paritas 1 1 anak 2 2-4 anak 3 > 4 anak jumlah
Frekuensi 7 15 3 25
% 28,0 60,0 12,0 100
Dari tabel.3 di atas menunjukkan bahwa dari 25 ibu inpartu sebagian besar memiliki 2-4 anak sebesar 60% (60 ibu inpartu), dan sebagian kecil memiliki < 3 anak sebesar 12% (3 ibu inpartu).
Tabel 4DistribusiFrekuensi Pemberian Terapi Musik pada Ibu Inpartu kala I fase aktif di BPS Ny Arifin Surabaya Bulan Mei 2015
No 1 2
Terapi musik Tidak diberi terapi musik Diberi terapi musik Jumlah
frekuensi 9
% 36,0
26
64,0
25
100
Dari tabel.4 di atas menunjukkan bahwa dari 25 ibu inpartu sebagian besar diberi terapi musik sebanyak 64% (16 ibu inpartu) dan sebagian kecil tidak diberi terapi musik sebanyak 36% (9 ibu inpartu Tabel.5Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan pada Ibu Inpartu kala I fase aktif di BPS Ny Arifin Surabaya Bulan Mei 2015
No 1 2 3
Nyeri persalinan frekuensi ringan 0 sedang 17 berat 8 jumlah 25 Sumber : data primer 2015
% 0 68,0 32,0 100
Dari tabel.5di atas menunjukkanbahwa dari 25 ibu inpartu sebagian besar mengalami nyeri persalinan sedang sebanyak 68% (17 ibu inpartu) dan sebagian kecil nyeri berat sebanyak 32% (8 ibu inpartu) No
1 2
Terapi musik
Tidak terapi musik Diberi terapi musik Total
Sedang n % 8 32.0
Nyeri Persalinan Berat n % N 17 68.0 25
20
80.0
5
25
100
25
20.0 100
Total % 100
25
100
50
100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 6.menunjukkan bahwa dari 25 ibu inpartu tidak diberi terapi musik sebagian besar mengalami nyeri berat sebanyak 77.8% ( 7 ibu inpartu) dan diberi terapi musik sebagian besar Tabel 6. Ditribusi sebelum diberi terapi musik terhadap rasa nyeri pada ibu inpartu kala 1 fase aktif di BPS Ny.Arifin surabaya bulan mei mengalami nyeri sedang sebanyak 93.8% (15
ibu inpartu). Hasil pengujian dengan Chi square didapatkan nilai 13.543 dengan nilai signifikansi α: 0.000 ini menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin S, SST Wonorejo Surabaya. PEMBAHASAN 1. Terapi musik pada ibu inpartu kala I fase aktif Ibu inpartu sebagian besar diberi terapi musik sebanyak 64% (16 ibu inpartu) Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahanani (2013) bahwa efek terapimi musik pada nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulasi ritme nafas lebih lentur, menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual imageri, relaksasi dan meningkatkan mood yang positif. Terapi musik dapat mendorong perilaku kesehatan yang positif, mendorong kemajuan pasien selama masa pengobatan dan pemulihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu inpartu kala I fase aktif setelah diberi terapi musik mengalami penurunan nyeri, dengan diberikan terapi musik dapat memberikan stimulus yang memiliki efek terhadap distraksi kognitif dalam mempersepsikan nyeri. Pada ibu inpartu kala I fase aktif mengalami rasa nyeri sedang, hal ini dengan pemberian terapi musik mempunyai efek pada frekuensi kontraksi uterus, durasi kontraksi uterus dan pembukaan servik. Dengan pemberian terapi musik pada ibu inpartu dapat mengurangi rasa nyeri serta dapat merelaksikan otot – otot yang tegang pada saat aktif kala I. Selain pemberian terapi musik pada ibu inpartu fase aktif kala I, bidan memberikan motivasi dan bimbingan saat persalinan pada ibu inpartu agar dapat mengurangi rasa nyeri yang dideriti ibu dengan mendengarkan musik yang disukainya. Denganbimbingan bidan untuk memberikan tindakan terapi musik ibu akan merasa rilek dan memberikan ketenangan, dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi baik maupun dengan pikiran baik. Untuk itu pada ibu inpartu yang mengalami nyeri saat persalinan untuk tenang, dan selalu berpikiran positif sehingga akan memberikan ketenangan
38
dan memberikan rilek otot supaya tidak tegang. 2. Nyeri Persalinan pada ibu inpartu kala I
fase aktif Ibu inpartu sebagian besar mengalami nyeri sedang sebanyak 68% (17 ibu inpartu). Nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh faktor psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri. Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran.Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit (Menurut Kinney : 2010) Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu bersalin pada fase aktif kala I mengalam rasa nyeri yang sedang hal ini disebabkan karena ibu pada masa kala I mengalami ketegangan otot pada perut, sehingga mempengaruhi perilaku dalam menahan sakit yang hebat. Dimana tingkat nyeri yang dirasakan oleh ibu inpartu dipengaruhi oleh usia, keletihan, gaya koping dan cemas sehingga otot menjadi tegang dan rasa nyeri menjadi berat. Untuk itu petugas kesehatan untuk memberikan memberikan motivasi dan bimbingan saat persalinan pada ibu inpartu agar dapat mengurangi rasa nyeri yang dideriti ibu dengan mendengarkan musik yang disukainya. 3. Pengaruh Pemberian Terapi Musik
Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Dari 25 ibu inpartu tidak diberi terapi musik sebagian besar mengalami nyeri berat sebanyak 77.8% ( 7 ibu inpartu) dan diberi terapi musik sebagian besar mengalami nyeri sedang sebanyak 93.8% (15 ibu inpartu). Hasil pengujian dengan Chi square didapatkan nilai 13.543 dengan nilai signifikansi α: 0.000 ini menunjukkan ada pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin S, SST Wonorejo Surabaya.
39
Menurut Nurseha & Djafar (2002) musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur sehingga menghasilkan gelombang alfa serat gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang dapat menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran. Stimulasi itu ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang merupakan ingatan, kemudian pada hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki susunan saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu. Hasil penelitian ini pada ibu inpartu kala I fase aktif terapi musik dapat menurunkan nyeri persalinan pada ibu bersalin. Dengan memberikan terapi musik dapat memberikan frekuensi gelombang beta telingan sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan mengurangi rasa nyeri pada saat persalinan. Selain pemberian terapi musik pada ibu inpartu, bidan memberikan motivasi dan bimbingan saat persalinan agar rasa nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang dengan mengarahkan posisi – posisi yang nyaman buat ibu. Pada petugas kesehatan khususnya bidan senantian memberikan motivasi atau pendekatan pada ibu – ibu hamil untuk melakukan terapi musik di rumah apabila mengalami nyeri. Bidan senantiasa memberikan penyuluhan atau perhatian pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di BPS. Bidan dapat memberikan contoh atau gerakan pada ibu hamil untuk melakukan terapi musik dirumah apabila ibu mengalami nyeri. Dengan memberikan contoh atau gerakan posisi persalinan serta terapi mudik yang benar pada ibu hamil dapat terbantu bidan dalam proses pesalinan. Bidan dengan memberikan motivasi, pendekatan dan informasi pada ibu – ibu maka dapat membantu peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang cara –cara mengurangi nyeri persalinan.
KESIMPULAN 1. Ibu inpartu sebagian besar diberi terapi musik sebanyak 64% (16 ibu inpartu) 2. Ibu inpartu sebagian besar mengalami nyeri sedang sebanyak 68% (17 ibu inpartu). 3. Ada pengaruh pengaruhpemberianterapi musik terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny Arifin S, SST Wonorejo Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Arifin.2008. Pengantar Psikologi untuk Ilmu kesehatan social, Rajawali press, Jakarta.
. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Satrioaji, 2006, Kehamilan danPersalinan Modern, Quills Book Publishers : Yogyakarta Sarlito, Mas. 2005. Teori “Psikologi Sosial Liberty”. Yogyakarta. Saifudin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YBPSP : Jakarta. Ta m s u r i , A . 2 0 0 6 . K o n s e p d a n Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Bobak., et al. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa; Wijayarini, Maria A. Jakarta: EGC.
Taufik, 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Bobak Orene M, et al. 2008. Keperawatan Maternitas. RGC : Jakarta
. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Dinkes, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur , Halim, 2010. Penanggulangan Nyeri Pada Persalinan, Jakarta : FKUI Hidayat A.. 2010. Riset Keperawatan danTeknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika. Manuaba, IBG. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, danKeluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Nursalam, 2007 Konsep Untuk Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
40