1
KRITIK ZIZEK ATAS PERJUANGAN KELAS KARL MARX (Analisa Kritis terhadap Finalitas Revolusi Marxisme) Wilson Wijaya & Donny Gahral Ardian1 Program Studi Ilmu Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ABSTRAK Kapitalisme sebagai sistem yang muncul di tengah-tengah masyarakat industri menjadi fenomena tersendiri di dalam relasi kehidupan manusia. Karl Marx sebagai seorang pemikir ekonomi, menemukan kontradiksi di dalam relasi kapitalisme ini, yaitu relasi kelas borjuis dan proletar. Ia menyatakan bahwa relasi hanya sekedar membawa kemunduran terutama bagi nilai-nilai kehidupan manusia, untuk itu diperlukan suatu gagasan final untuk mengakhiri relasi kelas ini dengan cara melakukan perjuangan kelas. Namun nyatanya gagasan finalitas Marx yang dianggap sebagai klimaks dari tatanan masyarakat belum bersifat menyeluruh menyentuh kefinalitasan tersebut, banyak celah yang masih dapat dikaji lebih mendalam. Slavoj Zizek sebagai pemikir Post-Marxian mencoba untuk mengkritik gagasan finalitas yang diusung oleh Marx. Menurutnya gagasan finalitas melampaui proses pembentukan subjek yang bersifat kontingen dan selalu berusaha untuk merevisi tatanan- tatanan simbolik yang ada. Kata Kunci: Kapitalisme, Kontingen, Kontradiksi, Relasi kelas, Tatanan Kelas ZIZEK CRITIQUE OF KARL MARX CLASS STRUGGLE ABSTRACT Capitalism as a system that appears in the middle of an industrial society become a phenomenon in the relation of human life. Karl Marx as an economic thinker, finding contradictions in its relation, the relation of the bourgeois and the proletariat. He stated that the relationship just decreasing human value, so that it needed a final idea to solve this class relationwith take a class struggle. But in fact the idea of finality considered the climax of the whole society is not yet touched the finality itself, many gaps still needed to be studied more in depth. Slavoj Zizek as Post-Marxian thinker tried to criticize the idea of finality brought by Marx. According to him, the idea of finality beyond forming process that is contingent and subject always trying to revise the arrangements existing symbolic. Keywords : Capitalism, Class Relations, Contingent, Contradictions, Symbolic order
1
Wilson Wijaya adalah mahasiswa program studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yang telah mempertahankan skripsinya di hadapan dewan penguji dalam sidang skripsi tanggal 16 Juli 2013. Donny Gahral Adian adalah Dosen Program Studi Filsafat yang memberikan bimbingan kepada Wilson Wijaya dalam menulis skripsi yang berjudul “ Kritik Zizek atas Perjuangan Kelas Karl Marx (Analisa Kritis terhadap Finalitas Marxisme)”. Tulisan ini merupakan ringkasan dari skripsi yang dimaksud.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
2
A. PENDAHULUAN Kapitalisme adalah sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa pada masa abad ke-16 hingga kini. Kapitalisme identik dengan kepemilikan modal dimulai dari tanah hingga tenaga kerja manusia. Marx sendiri mengartikan, bahwa kapitalisme lebih dari sekedar sistem ekonomi. Kapitalisme memainkan peran penting di dalam dominasi kekuasaan. Rahasia terdalam kapitalisme adalah kekuatan-kekuataan politis yang diartikulasikan menjadi relasi-relasi ekonomi (Wood, 1995: 35). Para pemilik modal dapat menggunakan otoritasnya untuk mendominasi kelas-kelas non pemilik modal atau yang disebut sebagai buruh. Kapitalis dapat memaksa kontrak karena ia memonopoli akses ke alat-alat produksi sehingga memberinya posisi tawar yang lebih unggul dibandingkan pekerja. Kesimpulannya sederhana, hanya buruhlah yang dapat menciptakan keuntungan bagi kapitalis. Karena hal inilah, para kapitalis bebas untuk menggunakan kekuasaanya. Maka kapitalisme menurut pandangan Marx, tidak hanya menjadi sekedar sistem ekonomi, tetapi juga merupakan sistem politis untuk menjalankan kekuasaan untuk mengeksploitasi para pekerja. Bagi Marx, eksploitasi dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang tidak seimbang. Eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari ekonomi kapitalis, bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan objektif. Ekploitasi dilakukan dengan cara mengambil hasil tenaga para pekerja yang dikenal dengan istilah teori nilai lebih. Marx berpendapat ada dua macam kelas yang ditemukannya ketika menganalisis kapitalisme: borjuis dan proletar. Konflik antara kelas borjuis dan kelas proletar membentuk sebuah kontradiksi, kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak satupun dari kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Menurut Marx, kontradiksi antara orang yang mengeksploitasi dan orang yang dieksploitasi selalu ada. Hal ini akan menggiring pada terjadinya suatu perubahan yang revolusioner manakala pihak yang dieksploitasi bersatu padu menginginkan perubahan dalam relasi produksi yang pada gilirannya akan memicu perubahan dalam kekuatan-kekuatan produksi. Marx menyatakan bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, para agen perubahan harus menyadari ideologi yang tersirat di dalam kapitalisme klasik. Selama ini ideologi tersebut telah menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Mengenai ideologi,
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
3
Marxpun mengkritisi pemikiran filsuf borjuis, Hegel, karena ia menganggap bahwa kontradiksi-kontradiksi material dapat diatasi dengan mengubah cara berpikir. Bagaimanapun, proletariatpun sebetulnya dapat menciptakan tipe ideologi ini. Namun, persoalannya bukan siapa yang menciptakan, akan tetapi bahwa ideologi-ideologi selalu menguntungkan golongan yang berkuasa dengan menyembunyikan kontradiksikontradiksi yang membawa perubahan sosial. My dialectic method is not only different from the Hegelian, but is its direct opposite...... With him it is standing on its head. It must be turned right side up again, if you would discover the rational kernel within the mysticalshell (Marx, 1873: 235). Walaupun Marx mengkritisi pemikiran Hegel, namun pemikiran Marx sering pula dianggap sebagai bangunan terakhir dari sistem filsafat penerus Hegel yang meyakini ada rumusan rasional yang menyimpulkan gerak evolusi manusia, pada penghapusan kelas misalnya. Gagasan Marx masih mengandung corak Hegelian dalam konsepsi dialektika, tetapi kekuatan penggeraknya adalah materi. Di sini materi berada dalam pengertian yang unik, bukan materi yang didehumanisasikan oleh kaum atomis. Apa yang dirujuk oleh Marx sebagai kekuatan penggerak adalah hubungan manusia dengan materi dalam aspek yang terpenting, yaitu cara produksinya atau situasi keberadaannya (Gahral, 2011: 12). Cara produksi eksploitatif yang menguras tenaga kerja buruh dalam ranah produksi komoditas inilah yang kelak memacu adanya keterasingan kaum buruh. Keterasingan ini membuat manusia harus menjadi subjek sejarah yang aktif dan tidak hanya sekedar menjadi alat sejarah. Untuk itu sebagai bagian dari sejarah, kaum proletar harus membebaskan dirinya. Karena itu, revolusi diperlukan bukan saja karena kelas penguasa hanya bisa digulingkan dengan cara semacam itu, tetapi juga karena dalam revolusi kelas dapat disingkirkan, revolusi pada akhirnya dapat membersihkan dirinya dari kotoran zaman dan siap membangun masyarakat baru. Kemudian masuk ke abad 20, dimana sudah mulai masuk ke dalam masyarakat kontemporer dan dinamika di dalamnya. Orientasi pokok perubahan politik dan segala jenis perjuangan sosial bergeser dari tema yang menekankan problema manusia dalam menghadapi ketidakadilan menjadi persoalan makna hidup, identitas, dan kultur.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
4
Dengan demikian, esensi atau kedalaman ontologis dari status masyarakat yang ada tidak perlu dipertanyakan lagi, yang perlu hanya memperbaiki segi-segi dan hubungan yang bersifat simbolik dan permukaan dari masyarakat tersebut. Zizek mencoba meradikalisasi konsep subjek yang sebelumnya dibawa oleh Marx. Zizek hendak meneguhkan pentingnya mengembalikan subjek dalam pengertiannya yang paling radikal. Zizek mengupayakan untuk merehabilitasi subjek melalui suatu konstruksi filosofis yang melibatkan psikoanalisa Jacques Lacan, yang selama ini digunakan oleh para filsuf lain untuk memukul roboh sang subjek. Kombinasi ini tidak hanya menghasilkan suatu pandangan subjek yang menarik dan baru dalam filsafat, tetapi juga berimplikasi bagi pembukaan ruang baru bagi suatu politik kontemporer. Dengan upayanya ini, Zizek sebetulnya kembali melanjutkan kembali tradisi Marxis mengenai kembalinya subjek sebagai tema dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial. Melalui subjek Lacanian, Zizek berusaha untuk mengkritik pandangan Karl Marx tentang usaha-usaha perjuangan kelas pada zaman kapitalisme klasik. Zizek ingin mengupayakan perbandingan pemahaman baru mengenai realitas yang ada pada zaman kontemporer, yakni masyarakat global liberal kapitalis. Zizek optimis bahwa dirinya telah meregenerasikan kritik terhadap Marxis dalam sebuah teori sosial yang memadai (Robet: 2010: 19). Manusia kontemporer global kapitalis hidup di dalam siklus hasrat kehilangan. Manusia selalu mencari, menemukan sejenak dan merasa puas untuk kemudian kecewa lalu mencari-cari lagi. Laba di dalam kapitalis kontemporer menurut Zizek berasal dari siklus hasrat kehilangan ini, bahwa semakin laba dilipatgandakan, si kapitalis bukan merasa semakin cukup, namun justru semakin kurang dan semakin serakah. Dengan konsep-konsep psikoanalisa subjek Lacanian, Zizek berupaya untuk membuat variasi-variasi pemikirannya pasca-marxisme. Subjek Zizek yang juga merupakan subjek Lacanian adalah subjek pada era kontemporer modern yang didefinisikan sebagai kehendak untuk bergerak dalam radikalitas maksimum dalam modernitas. Tujuan proyeknya adalah berupaya untuk menjernihkan arti perjuangan kelas ala kontemporer, dengan cara mengkritik konsep perjuangan kelas ala Marxis tetapi juga dengan memberi martabat teoritis bagi Marxisme, yang hanya bisa dilakukan dengan pengakuan-pengakuan atas keterbatasan-keterbatasan serta historitasnya sendiri
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
5
(Laclau dan Mouffe: 1987: 79). Zizek membangun suatu teori dan kritik terhadap konsep perjuangan kelas Marxis, serta mengukuhkan kembali subjek. Meskipun ia tidak memperkenalkan kepada para penikmat filsafatnya kemana arah isi perubahan masyarakat yang diharapkan, namun Zizek sendiri tidak bersikap pesimis terhadap keadaan semacam ini, ia tetap optimis bahwa situasi getir di dalam liberal kapitalisme dapat diatasi asalkan manusia memahami kualitas subjektivikasi tertentu. a) Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dikembangkan oleh penulis di dalam makalah ini adalah pandangan Zizek terhadap tradisi Marxian terutama kritik terhadap finalitas perjuangan kelas dalam aksi revolusioner. Penulis akan membandingkan, pemikiran mana yang lebih relevan dengan kondisi masyarakat liberal kapital pada era globalisasi ini. Walaupun keduanya hidup di zaman dan historisitas yang berbeda, namun penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan yang sama yang kiranya berkolerasi pada kehidupan sekarang. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah : 1. Dimanakah letak perbedaan konsep subjek Marxian dan subjek Zizekian? 2. Bagaimana cara kerja ideologi menurut Marx dan Zizek di dalam
sistem
kapitalisme? 3. Apa pandangan Marx dan Zizek dalam memandang kapitalis sebagai sebuah fenomena sosial? 4. Siapakah agen perubahan yang valid untuk mengatasi situasi kapitalisme? 5. Perlukah gerakan sosial yang diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menumbangkan sistem kapitalisme? Jika perlu, tindakan seperti apa yang diusung oleh Marx maupun Zizek? b) Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: -
Untuk memaparkan logika pemikiran Karl Marx dimulai dari pengertian apa itu subjek, proses alienasi buruh, hingga timbulnya aksi revolusioner proletariat.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
6
-
Untuk memaparkan logika pemikiran Zizek mengenai apa itu subjek yang dipengaruhi oleh Lacan, pandangannya terhadap sistem kapitalisme kontemporer, dan pemikirannya terhadap urgensi kapitalisme kontemporer.
-
Untuk
mengkritisi
dan
mengkoreksi
pemikiran
perjuangan
kelas
revolusioner Marxis dari sudut pandang Zizek -
Memberikan perbedaan spesifik mengenai pandangan masing-masing tokoh terhadap perjuangan kelas.
B. TINJAUAN TEORITIS Teori-teori yang digunakan untuk menyusun makalah ini tentunya didominasi oleh kedua teori dari kedua pemikir yang berbeda zaman ini, yaitu Marx dan Zizek. Namun sebetulnya tidak ada pemikiran teori tanpa adanya pengaruh dari pemikiran luar. Untuk itu baik Marx dan Zizek sebetulnya memiliki fondasi pemikiran dari filsuf-filsuf lainnya. Untuk Marx sendiri, ia banyak mendapatkan inspirasi pemikiran dari ahli ekonomi yang terkenal di zamannya yaitu Adam Smith. Adam Smith terkenal sebagai salah satu pengamat ekonom handal yang dikenal sebagai ahli ekonom mazhab klasik. Adam Smith mengemukakan teori division of labour di dalam buku karangannya yang sangat melegenda yaitu Wealth of Nation. Teori ini menjelaskan betapa pentingnya kaum buruh sebagai sumber kekayaan bangsa terutama di dalam bidang industri. Menurutnya sejumlah keringat yang dihasilkan buruh adalah sumber kesejahteraan bangsa. Labour was the first price, the original purchase- money that was paid for all things. It was not by gold or by silver, but by labour that all wealth of the world was originally purchased (Smith, 1776: 134). Teori Adam Smith tentang buruh ini pada akhirnya menghasilkan analisis terhadap theory of value yang menjadi dasar munculnya kapitalisme. Teori ini yang pada akhirnya memunculkan kontroversi bagi Marx selaku orang yang berpihak kepada buruh. Menurut Marx sendiri, teori Adam Smith mengekuivalensikan nilai sebuah barang dengan nilai tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menghasilkannya. Penghargaan sebuah tenaga yang digunakan untuk menghasilkan barang yang bernilai tinggi benar-benar tidak dihargai. Buruh disini sebagai bagian dari komponen biaya
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
7
produksi dimana harus ditekan seminimal mungkin untuk mendapatkan margin sebesarbesarnya. Kemudian, kerangka teori yang digunakan untuk memperkuat pemikiran Marx adalah mengenai bangunan kelas atas dan bangunan kelas bawah. Teori Marx ini mengatakan bahwa struktur ekonomi masyarakat (struktur dasar) menentukan suprastruktur legal dan politik. Struktur dasar harus dipahami sebagai relasi kelas yang hirarkis, kelas pemilik modal versus kelas buruh. Relasi kelas tersebut terpantul sempurna dalam relasi gagasan, yakni gagasan pemilik modal adalah gagasan dominan. Gagasan dominan pemilik modal tersebut memfasilitasi penundukan atau subordinasi buruh. Marx menegaskan betapa setiap cara produksi memiliki kelas dominan yang mengendalikan, baik produksi pikiran maupun material. Marx mengatakan bahwa : The ruling class are in every epoch the rulling ideas, i.e the class which is the ruling material force of society, is at the same time its rulling intellectual force (Gahral, 2011: 3, disadur dari buku Marx yang berjudul German Ideology ). Teori ini ingin menjelaskan bahwa semua kelas berbagi satu sistem keyakinan yaitu gagasan kelas berkuasa atau dominan. Teori yang terakhir yang mendukung pemikiran Karl Marx terutama mengenai perjuangan kelas adalah seorang ahli filsafat yang sangat fenomenal yaitu Hegel. Hegel memaparkan teorinya tentang determinasi sejarah, yakni bahwa gerak sejarah sudah ditentukan sebelumnya. Sejarah bergerak ke tujuan yang sudah tentu arahnya, yakni kemerdekaan manusia. Tidak ada satu individupun yang dapat mencegah gerak sejarah ini. Gerak ini mungkin dapat diperlambat atau dipercepat, namun tidak akan pernah bisa diubah. Sejarah merupakan proses dimana manusia menjadi semakin merdeka. Kekuatan yang menggerakkan sejarah ini merupakan kekuataan yang impersonal, yang terlepas dari subjektivitas manusia. Marx mengambil oper teori determinasi sejarah dari Hegel, Marx meyakini bahwa kekuatan yang menggerakkan sejarah tidak ditentukan oleh subjektivitas manusia, sejarah ditentukan oleh suatu agen perubahan yang memiliki hasrat untuk mencapai subjek seutuhnya. Gerak sejarah ditentukan oleh kekuatan impersonal, khususnya perubahan-perubahan yang terjadi di dunia nyata (dunia materiil). Perubahan menurut Marx adalah perjuangan kelas dalam memperebutkan penguasaan terhadap alat produksi. Marx dan Hegel sama-sama mengatakan bahwa
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
8
sejarah bergerak ke suatu arah yang sudah ditentukan tujuannya. Tujuan itu, adalah kemerdekaan manusia bagi Hegel, sementara bagi Marx adalah sebuah masyarakat tanpa kelas. Namun yang menjadi perbedaan mendasar adalah Karl Marx cenderung menginginkan sejarah di gerakan secepat mungkin tanpa adanya penundaan, sejarah sejatinya merupakan sejarah perjuangan kelas. Sementara untuk fondasi kerangka teori yang digunakan Zizek banyak terpengaruh oleh teori subjek dari Lacan. Zizek sendiri sebetulnya mendalami Lacan dari sang menantu Lacan yaitu Jaques Alain Miller. Melalui pemikiran Lacan, Zizek mencoba menggali konsep subjek Cartesian dan idealisme Jerman. Disini Zizek hendak tampil sebagai pembela subjektivitas Cartesian lewat interpretasi baru atasnya. Kerangka pemikiran untuk membela subjektivitas Cartesian sangat tidak dimungkinkan tanpa peran besar konsep Triad Lacanian. Triad Lacanian digunakan Zizek sebagai senjata ampuh atau lem perekat bagi sisi epistemologis dan aksiologis. Pemikiran Lacanian seperti sebuah wadah yang melapisi pemikiran subjek bahkan keseluruhan pemikiran Zizek. Zizek adalah pionir sebagai pemikir yang benar-benar memakai perspektif Lacanian untuk berfilsafat. Tak heran bila beberapa orang menjuluki Zizek sebagai the philosopher of the Real. Tidak lupa juga, Zizek menggunakan pemikiran Lacan untuk menunjukkan bahwa filsafat dan psikoanalisa dapat berkoloborasi menghasilkan sebuah pemikiran. Subjek dibedah bukan hanya dari sisi filsafatnya saja, namun subjek dibedah didefinisikan dengan cara modern dan dielaborasikan dengan kondisi keadaan kapitalisme yang cenderung lebih modern. Kapitalisme modern ditandai dengan adanya patahan-patahan (ruptures), segala yang dihadapi manusia terus berganti dengan cepat. Manusia selalu dihadapkan pada kebaruan demi kebaruan yang senantiasa mendesak segala yang sebelumnya tampil sebagai yang terdepan menjadi tersisih dan lenyap. Keadaan kapitalisme kontemporer ini yang nantinya akan dibahas oleh Zizek dan coba diperbandingkan dengan konsep pemikiran perjuangan kelas Marx. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk membuat makalah ini adalah metode komparatif, metode ini digunakan karena isi daripada skripsi ini adalah komparasi pemikiran Karl Marx dan Slavoj Zizek yang dianalisis secara kritis dan reflektif. Literatur-literatur yang penulis gunakan untuk memperkuat analisis makalah ini antara
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
9
lain buku-buku primer dari Karl Marx, Slavoj Zizek, Robertus Robet, dan Donny Gahral. Karya-karya Marx yang digunakan adalah adalah Capital, Afterward to the Second German Edition of Capital, Wage Labour and Capital, A Contribution to the Critique of Political Economy. Selain karya primer dari Marx, penulis juga menggunakan beberapa artikel dari Marx dalam penulisan makalah ini seperti artikel The Struggles in France dan The King of Prussia and Social Reform. Sementara untuk buku-buku primer Zizek yang digunakan adalah For They Know Not What They do, How to Read Lacan, In Defence of Lost Cause, Revolution at the Gates, The Parallax View, dan lain sebagainya. Buku-buku Robet yang digunukan antara lain adalah Kembali Ke Politik, dan Manusia Politik : Subjek Radikal dan Politik Emansipasi di Era Kapitalisme Global menurut Slavoj Zizek. Terakhir untuk karya Donny Gahral, penulis menggunakan buku-bukunya yang berjudul Setelah Marxisme, Teori Militansi, dan Demokrasi Substansial. D. PEMBAHASAN Dalam menyimpulkan pengalaman perkembangan kelas-kelas, teori marxis adalah yang pertama kali memperlengkapi diri dengan eksplanasi ilmiah yang otentik mengenai esensi kelas. Sejarah masyarakat sampai sekarang menurut Marx adalah sejarah perjuangan kelas. Manusia bebas dan budak, bangsawan dan proletar, majikan dan pekerja, semuanya berada dalam oposisi yang konstan satu sama lain. Menurut Marx sendiri di dalam Manifesto of the Communist Party, pada awal zaman sejarah, sistem masyarakat sudah memiliki sistem pengaturan yang rumit. Di Zaman Roma Kuno, masyarakat sudah memiliki bangsawan, ksatria, udik, dan budak, sementara di Abad pertengahan terdapat yang dinamakan kaum feodal, tuan serikat, hamba, dan kelas bawah yang tergradasi. Marx sendiri mengatakan bahwa pada zamannya terdapat kaum elit yang bernama kaum borjuis, dan kaum ini memiliki pertentangan kelasnya. Masyarakat secara keseluruhan terbagi menjadi dua kubu yang saling bermusuhan , menjadi dua kelas besar yang secara langsung saling berhadapan, yaitu kelas borjuis dan proletar. Subjek di dalam pemikiran Karl Marx bukanlah proletar maupun borjuis yang dijelaskan dalam tatanan kelas. Konsep subjek juga tidak diberikan kepada kaum yang memenangkan dominasi di dalam sistem masyarakat. Namun subjek merupakan suatu
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
10
kepenuhan total dan kesatuan padu yang mencapai finalitasnya. Di dalam kapitalis selama ini, baik kaum borjuis maupun kaum proletar belum mewujud sepenuhnya menjadi subjek, karena terdistorsi oleh ideologi yang menaungi kelas tersebut, terutama kelas buruh. Karl Marx menyatakan bahwa subjek sejatinya merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak memiliki celah bagi ideologi untuk masuk ke dalamnya. Marx merupakan seorang pemikir ekonomi yang memiliki perhatian khusus di bidang sosial, terutama mengenai kesejahteraan buruh. Karl Marx sedari awal sudah membagi manusia ke dalam dua kelompok kelas besar yaitu kaum proletar dan kaum borjuis yang semuanya memiliki kepentingan-kepentingan sendiri. Pembagian kelas ini menciptakan kontradiksi di dalam sistem kapitalisme yang disebabkan oleh sistem hak milik pribadi antara yang menguasai alat kerja dan yang menguasai tenaga kerja. Di dalam relasi kepemilikan ini, menurut Marx, kaum buruh adalah kaum yang lemah sedangkan pemilik modal adalah kelompok yang kuat, sehingga bagi Marx hal ini memicu terjadinya sistem kerja yang eksploitatif. Pemilik modal dianggap sebagai penindas dan kaum buruh dianggap sebagai kaum tertindas. Tindakan eksploitatif ini tidak lepas dari peran negara yang sedari awal tidak berpihak terhadap nasib buruh. Negara menurut Karl Marx adalah alat abadi bagi pemilik modal untuk melegalkan hubungan kerja yang tidak adil dan tidak stabil sehingga kaum pemilik modal selalu diuntungkan. Bentuk wujudnya adalah berupa ideologi-ideologi kapitalis yang membuka kesempatan yang sama bagi siapapun untuk berusaha maju dan mendapatkan prestasi dengan mengabaikan kenyataan bahwa semua manusia tidak memiliki kekuatan yang sama dalam aspek ekonomi. Sehingga pemilik modal dalam asumsi Marx sebagai kaum yang kuat dan akan selalu menang dan menindas kaum buruh yang lemah. Melihat kondisi keadaan kaum proletar seperti itu, Marx mencoba untuk menyelesaikan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan berbekalkan konsep teori dialektika Hegel, Marx mencoba mematerialisasikan seseatu yang bersifat idea. Ia pada akhirnya mengusung adanya suatu gerakan revolusi yang berlangsung secara cepat dan koersif untuk menyelesaikan kontradiksi antar kelas tersebut. Kaum buruh yang selama ini tertidur pulas akibat ideologi yang bersarang di dalam dirinya, perlu untuk disadarkan secara penuh, agar menyadari dirinya yang sedang berada di
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
11
dalam manipulasi akut yang dilancarkan oleh kaum borjuis. Dengan kesadaran yang dimiliki, buruh dapat membuat benteng pasukan untuk melakukan suatu revolusi yang memiliki tujuan akhir yakni menghilangkan kelas-kelas di dalam masyarakat. Negara sebagai biang keladi kontradiksi di dalam masyarakat harus dihapuskan. Tujuan revolusi ini bersifat absolut, final, tidak dapat diganggu gugat. Sementara Zizek sendiri memiliki pandangan lain terhadap fenomena kapitalisme. Menurutnya perkembangan sejarah kapitalisme telah mengalami perubahan besar dari dalam dirinya. Dimulai dari spirit kewirausahaan hingga model organisasi berbasis jaringan. Namun menurut Zizek, kapitalisme muncul karena adanya aspek kultural yang memicu seseorang untuk melakukan konsumsi. Manusia membeli sebuah komoditi tidak lagi karena masalah fungsi atau status simbolik, manusia membeli untuk menikmati pengalaman baru sehingga menjadi seseatu hal yang menyenangkan dan berarti. Menurut Zizek hal ini disebabkan karena manusia memiliki kekosongan yang abadi di dalam dirinya, yang muncul melalui wujud siklus hasrat kehilangan. Manusia ingin mencapai the Real, namun menurut Zizek hal tersebut sungguhlah mustahil. Ketika manusia mencoba untuk mengisi kekosongan tersebut, ia akan selalu merasa ada seseatu yang hilang yang belum masuk ke dalam himpunan subjek tersebut. Sehingga kehidupan manusia selalu dibarengi dengan usaha manusia untuk mengisi kekosongan dalam dirinya. Hasrat untuk mengisi kekosongan ini, nyatanya membuat manusia melakukan tindakan otentiknya, tindakan ini muncul dari radikalisasi hasrat dalam dirinya. Tindakan yang muncul karena represi untuk memenuhi panggilan hasrat yang selalu ingin dipenuhi, walaupun akhirnya tidak mungkin untuk terpenuhi. Di dalam kapitalisme kontemporer sendiri, subjek selalu berusaha untuk memenuhi hasrat di dalam dirinya melalui tindakan, tindakan ini terbagi menjadi dua oposisi biner yaitu apakah subjek ingin masuk atau keluar dari sistem kapitalisme kontemporer. Jika ia ingin mengatasi kapitalisme kontemporer, maka ia perlu menjadi subjek yang memiliki tindakan otentik, yang benar-benar memahami kualitas subjeknya dan berusaha untuk mempertahankan antagonisme. Cara untuk mempertahankan antagonisme dapat dilakukan dengan cara terus menerus merevisi tatanan simbolik yang lama guna mencapai tatanan simbolik yang baru yang mendekati the Real itu sendiri.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
12
Filsafat Zizek sangat berkolerasi dengan proyek emansipasi di era kapitalisme global ini yang akan penulis elaborasikan untuk mengkritik konsep finalitas perjuangan kelas dalam tatanan sistem kapitalisme. Analisa kritik terhadap konsep revolusi perjuangan kelas Marxis tidak lepas dari peran pemikiran Lacan yang bertopang pada idealisme Jerman dan psikoanalisa yang mengacu kepada konsep subjek. Konsep subjek sendiri dijelaskan ke dalam triad atau registrasi di dalam Lacan, yakni The Real, The Symbolic, dan The Imaginary. The Imaginary ditandai dengan proses yang disebut dengan tahap cermin, cermin di sini dapat berarti cermin dalam arti harafiah maupun cermin dalam arti sesama dan orang lain di sekitarnya. The Symbolic adalah apa yang kita kenal sebagai realitas yang telah terbahasakan. Ia merupakan kerangka impersonal yang berlaku di dalam masyarakat, sebuah arena di mana setiap orang mengambil tempat di dalamnya, setiap orang secara terberi sudah dengan sendirinya dikutuk untuk masuk ke dalamnya. Yang terakhir adalah The Real, ini secara sederhana dijelaskan sebagai dunia yang belum ditangkap oleh bahasa atau arena yang masih belum terbahasakan, ia merupakan wilayah gelap yang masih belum terbahasakan, yang tidak diketahui oleh manusia. The Real juga bukan merupakan bagian dari the symbolic dan the imaginary. Dasar pemikiran subjek inilah yang pada akhirnya menjadi fondasi bagi penulis untuk mengkritik pemikiran Marxis mengenai perjuangan kelas di zaman kapitalisme klasik. Rangkuman kritik sendiri terbagi menjadi lima bagian pembahasan yaitu mengenai komparasi subjek antara pemikiran subjek Marxis dan subjek Zizekian, persoalan ideologi Marxis, persoalan mengenai keagenan buruh sebagai agen revolusi, perbandingan kapitalisme klasik dan kapitalisme kontemporer, dan terakhir adalah tindakan bunuh diri subjek total dalam pemikiran Karl Marx. Pada komparasi pertama dijelaskan bahwa perbandingan subjek secara signifikan terhadap subjek marxis dan subjek Zizekian. Marx mengatakan bahwa subjek buruh adalah subjek yang mengalami kesadaran palsu, subjek yang selama ini hidup di dalam delusi yang diciptakan oleh kaum borjuis. Kesadaran buruh dimanipulasi untuk semata-mata meningkatkan keuntungan kaum borjuis. Sehingga Marxis menyimpulkan bahwa subjek buruh merupakan subjek yang tidak tahu tentang apa yang mereka perbuat, tetapi mereka tetap melakukannya (Something which we do not know about it
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
13
but we keep doing it). Subjek bagi Marx adalah ketidaktahuan manusia tentang realitas tempat mereka hidup, tempat mereka melakukan aktivitas. Dari sini Marx mengasumsikan bahwa kehidupan realitas subjek sangat terdistorsi karena adanya ilusiilusi yang diciptakan oleh kaum borjuis. Subjek sejatinya, ia yang mengalami keutuhan dan kepenuhan tanpa adanya gangguan dari delusi. Namun Zizek mengkritik pemikiran Marxis,
menurutnya
konsep
pemahaman
subjek
bukanlah
terletak
pada
ketidaktahuannya, tetapi terhadap praktik tindakannya. Subjek sebetulnya menyadari realitas yang terdistorsi tersebut, tetapi tetap berpegang teguh pada situasi kesalahan tersebut dan tidak pernah menolaknya. Dengan demikian Zizek mengubah formula konsep subjek Marx, yang awal mulanya berupa “kita tidak mengetahuinya, tetapi tetap melakukannya”, menjadi “kita tahu apa yang kita lakukan, tetapi tetap saja melakukannya”. Komparasi kedua yaitu mengenai permasalahan ideologi yang diusung oleh Marx. Marx mengatakan bahwa
ideologi sebagai bentuk ilusi kesadaran. Ideologi
merupakan kesadaran palsu yang diputarbalikkan dan memiliki konotasi negatif dengan dua sifat spesifik yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu penyembunyian kontradiksi-kontradiksi, misalnya kepentingan-kepentingan kelas yang berbeda, sosial, dan kontradiksi tersebut difungsikan bagi kepentingan reproduksi sistem dominasi. Ideologi adalah realitas yang menipu kesadaran pasif, dan satu-satunya cara untuk menanggulangi ideologi adalah penggulingan hubungan-hubungan sosial yang menimbulkan ilusi-ilusi tersebut. Zizek kemudian mengkritik tesis kesadaran palsu sebagai sebuah ideologi. Menurut Zizek, ideologi tidak menyembunyikan maupun mengubah pokok atau dasar realitas, terlebih lagi realitas tidak mungkin dapat diproduksi tanpa mistifikasi. Ideologi bukanlah sebuah ilusi atau mimpi, namun ideologi adalah konstruksi fantasi yang mendukung realitas manusia. Ideologi menurut Zizek berfungsi untuk menciptakan Symbolic Efficiency. Symbolic Efficiency ini bertugas untuk menjadi patokan dan memberikan status serta identitas bagi subjek. Ia berfungsi memverifikasikan segala hal untuk kemudian diatur dan dilekatkan pada subjek. Misalnya seorang pasien rumah sakit jiwa. Soal waras tidaknya si pasien akan ditentukan oleh sistem registrasinya di hadapan sang dokter atau the Big Other, disini the Big Other berfungsi sebagai symbolic efficiency. Dengan adanya kritik yang dilakukan oleh Marx terhadap ideologi, maka manusia akan hidup dalam sebuah situasi
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
14
yang minim idealisasi, tanpa rujukan, atau dalam istilah Zizek disebut sebagai pendangkalan dari symbolic efficiency. Komparasi ketiga adalah mengenai peran buruh sebagai agen revolusi, Marx berpendapat bahwa kaum buruh merupakan pihak yang paling dirugikan di dalam sistem kapitalis. Padahal menurut Marx, peranan kelas pekerja sangat signifikan bagi kehidupan sosial, buruh merupakan kunci perekonomian pada jaman sistem kapitalisme klasik. Untuk itu keterlibatan buruh sebagai agen perubahan sangatlah krusial, sehingga langkah menggerakkan buruh untuk menghentikan gerak kapitalisme dianggap sebagai cara yang ampuh untuk menuju masyarakat yang sejahtera tanpa adanya kelas. Zizek mengkritik pemikiran Marx tentang keagenan buruh sebagai agen perubahan sosial, sebagai suatu tindakan yang gegabah dan terlalu melampaui berbagai kepentingan. Zizek berpendapat bahwa tuntutan yang dilakukan oleh buruh masih sebatas tuntutan ekonomi dan belum mencangkup tuntutan politis. Sejatinya tuntutan yang ideal bagi kesejahteraan semua kelas adalah tuntutan politis. Tuntutan politis merupakan tuntutan yang bersifat holistik menyentuh seluruh aspek golongan masyarakat, terutama golongan masyarakat inferior seperti kelompok feminis, LGBT, minoritas, hak anak, dan lain sebagainya. Untuk itu Zizek berpendapat bahwa keagenan buruh masih belum mengartikulasi kepentingan kelompok sosial lainnya. Komparasi keempat adalah mengenai gagasan kapitalisme klasik Marx dan kapitalisme kontemporer Zizek. Marx melihat bahwa kapitalisme klasik didominasi oleh kaum borjuis yang memiliki peranan yang sangat besar dalam proses alienasi kaum buruh. Sistem kapitalis yang dikelola oleh kaum borjuis menggunakan dan memperlakukan para pekerja layaknya komoditas yang dapat melipatgandakan keuntungan. Keuntungan yang didapat oleh kaum borjuis berasal dari eksploitasi nilai lebih oleh tenaga buruh. Namun Zizek menyatakan bahwa situasi kapitalisme tidak selalu bersifat eksploitatif. Zizek mencoba menjelaskan bahwa sistem kapitalis dimungkinkan untuk non– eksploitatif dengan memberikan dimensi sosial privatisasi general intellectual. Eksistensi Privatisasi general intellectual ini tidak memungkinkan terjadinya eksploitasi terhadap kaum pekerja, karena sistem yang digunakan adalah sistem rent to profit. Orang-orang yang memiliki keahlian khusus tidak dieksploitasi tenaganya, namun mereka akan disewa (dibayar) sesuai dengan porsi waktu kerja
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
15
mereka. Dengan adanya peran krusial dari general intellectual yang disewa dalam menciptakan kekayaan, gagasan Marx tentang eksploitasi nilai lebih dari para pekerja akhirnya bertransformasi menjadi penyesuaian privatisasi general intellectual. Sehingga kesimpulannya, bentuk pengasingan yang diusung Marx di dalam sistem kapitalis tidak terbukti dengan sistem kapitalisme kontemporer saat ini. Komparasi terakhir adalah mengenai kefinalitasan, Marx kerap menyerukan bahwa kaum proletar harus membebaskan diri dengan cara menumbangkan raksasa kapitalisme. Untuk menumbangkannya diperlukan suatu perjuangan kelas yang disebut sebagai revolusi kaum proletar. Revolusi harus selalu diakhiri secara politik dan ekonomi dengan bentuk pemerintahan diktaktor proletariat yang memiliki tujuan akhir mensejahterahkan kaum proletar. Tujuan akhir dari perjuangan kelas adalah terwujudnya masyarakat tanpa kelas. Revolusi menurut Marx merupakan usaha final dan harga mati untuk menggulingkan kelas penguasa dan membersihkan dirinya dari kotoran zaman dan siap membangun masyarakat baru. Zizek memandang penjelasan finalitas revolusi ala Marx sebagai sebuah bentuk bunuh diri total dari subjek. Tindakan manusia seharusnya tidak termaktub terhadap simbolik, tindakan sejatinya adalah kesadaran akan kehampaan peripurna dan kekosongan dari setiap pendasaran ideologis, tindakan tersebut haruslah mampu menduduki tempat kosong ketakmungkinan nyata dimana kata-kata tidak lagi berbicara. Tindakan seharusnya terjadi tanpa keriuhan dan suara-suara, tanpa suruhan superego imperatif, namun justru melalui kekosongan dan keberjarakan dari seluruh panggilan. Zizek menganalogikan subjek sebagai sebuah donat, subjek selalu memiliki kebolongan tepat di pusat dirinya. Subjek itu akan selalu berusaha untuk melengkapi dirinya, namun pada akhirnya usaha-usaha tersebut akan gagal untuk memenuhi subjek diri manusia, karena lubang tersebut akan selalu permanen di dalam diri manusia. Sehingga keutuhan finalitas diri manusia tidak akan tercapai sekalipun dilakukan dengan cara-cara ekstrem revolusi kelas sekalipun. E. KESIMPULAN Proses dialektika materialisme Karl Marx dalam rangka untuk mencapai finalitas revolusi yang melibatkan buruh sebagai agen perubahan, menurut Zizek merupakan tindakan buruh diri total dan melampaui proses pembentukan subjek yang bersifat kontingen. Menurut Zizek konsep perjuangan kelas ala Marx tidak bersifat evaluatif dan
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
16
resolusioner karena tidak merevisi tatanan simbolik yang lama untuk mencapai tatanan simbolik yang lebih baru. Analisis kritis tersebut dibuktikan dengan komparasi pemikiran klasik Marx dan pemikiran kontemporer Zizek mengenai subjek, ideologi, agen revolusi, gagasan kapitalisme, dan finalitas revolusi kelas. F. KEPUSTAKAAN Buku Utama: Teks Asli Karl Marx -
Marx, Karl. 1859. A Contribution to the Critique of Political Economy. Moscow: Progress Publishers.
-
_________. 1873. Afterword to the Second German Edition of Capital. London.
-
_________. 1844. Article : The King of Prussia and Social Reform. London.
-
_________. 1849. Article: The Struggles in France. London.
-
_________. 1867. Capital Volume 1:The Process Production of Capital. Moscow: Progress Publisher.
-
_________. 1878. Capital Volume II: A Critique of Political Economy. Moscow: Progress Publisher.
-
_________. 1883. Capital Volume III: The Process of Capitalist Production as a Whole. New York: International Publishers.
-
_________. 1863. Early Writing. London: C.A Batt & Co. LTD.
-
_________. 1959. Economic and philosophic Manuscript, terjemahan Martin Miligan. Moscow: Progress Publishers.
-
_________. 1845. German of Ideology. Moscow: Marx and Engels Institute.
-
Marx, Karl dan Engels, Frederick. 1848. Manifesto of The Communist Party. Moscow: Progress Publisher.
-
_________. 1847. Wage Labour and Capital. Moscow : Progress Publishers.
-
_________. 1962. Preface to a Contribution to the Critique of Political Economy. Moscow: Foreign Language Publishing House.
Buku Utama: Teks Asli Slavoj Zizek -
Zizek, Slavoj. 2009. First As Tragedy, Then As Farce. London : Verso.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
17
-
___________. 2002. For They Know Not What They do: Enjoyment as Political Factor. London : Verso.
-
___________. 2007. How to Read Lacan. New York: W.W Norton & Company.
-
___________. 2008. In Defence of Lost Cause. London : Verso.
-
___________. 2004. Revolution at the Gates (A Selection of Writtings from February to October 1917). London:Verso.
-
___________. 2006. The Parallax View. Cambridge: MIT Press.
-
___________. 1994. The Spectre of Ideology, An Introduction on Mapping Ideology. London :Verso.
-
___________. 1989. The Sublime Object of Ideology. Edinburg: Hewer UK Ltd.
-
___________. 1999. The ticklish Subject: The Absent Centre of Political Ontology. London :Verso.
-
___________. 2012. The Year of Dreaming Dangerously. London : Verso.
-
___________. 2013. Why the Free Market Fundamentalis Think 2013 will be the best Year Ever. London: Guardian.
Buku Pendukung: -
Crick, Bernard. 2001. Sosialisme. Jakarta: Pustaka Pramethea.
-
Gadamer, Hans-Georg. 1977. Philosophical Hermeneutics Translate and Edited by David E Linge. London: University of California Press.
-
Gahral, Donny. 2010. Demokrasi Substansial. Depok: Koekoesan.
-
____________. 2011. Setelah Marxisme (Sejumlah Teori Ideologi Kontemporer). Depok: Koekoesan.
-
____________. 2011. Teori Militansi. Depok : Koekoesan.
-
Mandel, Ernes. 1973. Late Capitalism. London: Verso.
-
Lacan, Jacquest. 1996. Ecrits: The First Complete Edition in English. Trans. Bruce Fink. New York: W.W. Norton and Company. Inc.
-
Laclau, Ernesto dan Mouffe, Chantall. 1987. Post Marxism Without Apology.New York: New Left Review.
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013
18
-
Larrain, jorge. 1996. Konsep Ideologi. Terj. Ryadi Gunawan Yogyakarta: LKPSM.
-
Parekh. Bhikhu. 1982. Marx’s Theory of Ideology. Baltimore: The Johns Hopkins University Press.
-
Robet, Robertus. 2008. Kembalinya Politik. Jakarta: Marjin Kiri.
-
_____________. 2010. Manusia politik : subjek radikal dan politik emansipasi di era kapitalisma global menurut slavoj zizek. Serpong: Marjin Kiri.
-
Weber, Max. 1968. The Spirit of Capitalism and the Iron Cage. Oxford: Westview press.
-
Wood, Ellen Meiksins. 1995. Democracy againts Capitalism. England: Cambridge University Press.
Sumber Web: http://froberto.dnsalias.org/shared/Althusserian_Ideology/theory_althusser.html http://inthesetimes.com/article/12188/
Kritik Zizek..., Wilson Wijaya, FIB UI, 2013