KORELASI PRESTASI MATA KEAHLIAN PRODUKTIF, MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA DI SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: EL NURSARA 09518241002
PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013
i
ii
iii
iv
MOTTO
“KATAKAN KEBENARAN WALAUPUN ITU PAHIT” “MANUSIA ITU TIDAK BOLEH NETRAL, HARUS SELALU BERPIHAK PADA KEBENARAN. YANG NETRAL DI DUNIA INI HANYA ADA DUA: PERSNELING DAN SEMIR SEPATU”
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan Rassulullah SAW sebagai tuntunan hidup saya, karya ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberi dukungan mental, moril dan doa, I love you all more than I can show. 2. Adik adiku dan yang telah menjadi motivasi bagiku. 3. Keluarga besar dan dosen pengajar yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dan semangat. 4. Sahabat dan teman teman yang selalu menghiburku, kalian soo special dan tak akan terganti. 5. My Ooh yang selalu ada di belakangku, this is for you. 6. Keluarga besar Mekatronika kelas E 2009 yang telah membangun cita cita bersama, will miss you all guys. 7. UNY sebagai almamaterku.
vi
KORELASI PRESTASI MATA KEAHLIAN PRODUKTIF, MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA DI SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA Oleh EL Nursara NIM. 09518241002 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi prestasi mata keahlian produktif, prestasi mata pelajaran kewirausahaan, dan perbedaan tempat praktik kerja lapangan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha siswa kelas XIII di SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian Ex-post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta yang berjumlah 389 siswa, dengan sample yang diambil secara proportional random sampling sejumlah 90 siswa. Data diambil menggunakan metode dokumentasi dan angket/kuisioner. Validitas instrumen angket dilakukan dengan analisis butir menggunakan rumus korelasi Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Pengujian hipotesis dengan analisis korelasi Product Moment, analisis regresi ganda dan uji beda yang sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas, linearitas, multikolinearitas dan homogenitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) terdapat hubungan positif antara prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat berwirausaha, dengan nilai rx1y sebesar 0,247 dengan nilai signifikansi sebesar 0,019 ( p< 0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,501x1 + 59,762. (2) terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa, dengan nilai rx2y sebesar 0,234 dengan nilai signifikansi sebesar 0,026 (p<0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,449x2 + 64,742. (3) terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa, dengan nilai Rx1x2y sebesar 0,390 dengan nilai signifikansi 0,001 ( p<0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,650x1 + 0,594x2 + 1,091. (4) terdapat perbedaan minat berwirausaha siswa berdasarkan tempat praktik kerja lapangan yaitu BUMN dan NON BUMN, dibuktikan dengan t hitung > ttabel ( 2,487>1,991 ). Kata kunci: Mata Keahlian Produktif, Kewirausahaan, Tempat Praktik Kerja Lapangan.
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohim… Assalammu’alaikum wr. wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu untuk Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul “KORELASI PRESTASI MATA KEAHLIAN PRODUKTIF, MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, DAN TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA DI SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA” disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sajrana pendidikan teknik. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak K. Ima Ismara, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta dan dosen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memvalidasi instrumen dengan objektif. 4. Bapak Totok Heru TM, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan arahan selama ini sehingga penyusunan skripsi ini selesai. 5. Bapak Mutaqin, M.Pd, M.T selaku dosen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memvalidasi instrumen dengan objektif. 6. Ayah dan Ibu tercinta serta adik-adiku yang selalu menjadi penyemangatku. 7. Sahabat dan teman-teman seperjuangan. 8. Semua unsur yang turut membantu hingga terselesaikanya laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik isi maupun penyusunanya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Yogyakarta, Juni 2013 Penulis,
EL Nursara NIM. 09518241002
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................. iv MOTTO...................................................................................................................... v PERSEMBAHAN...................................................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................................vii KATA PENGANTAR............................................................................................. viii DAFTAR ISI.............................................................................................................. x DAFTAR TABEL................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah.................................................................................... 9 D. Perumusan Masalah..................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian.........................................................................................10 F. Manfaat Penelitian....................................................................................... 10 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori................................................................................................ 12 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar................................................................ 12 b. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.................13 2. Mata Keahlian Produktif .........................................................................15
ix
3. Mata Pelajaran Kewirausahaan a. Pengertian............................................................................................17 b. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan...............................................18 4. tempat Praktik Kerja Lapangan a. Pengertian Praktik Kerja Lapangan.....................................................19 b. Peranan dan Tujuan Praktik Kerja Lapangan......................................21 c. Peranan Industri dalam Praktik Kerja Lapangan.................................23 d. Tempat Praktik Kerja Lapangan..........................................................26 5. Minat Berwirausaha a. Pengertian Minat..................................................................................31 b. Wirausaha............................................................................................35 c. Faktor faktor yang mempengaruhi minat wirausaha...........................36 B. Hasil penelitian Yang Relevan.....................................................................39 C. Kerangka Berpikir........................................................................................41 D. Hipotesis Penelitian......................................................................................45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.........................................................................................46 B. Metode Penelitian........................................................................................46 C. Tempat dan waktu penelitian.......................................................................47 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi....................................................................................................47 2. Sampel......................................................................................................48 E. Variabel dan Tata Hubungan Penelitian....................................................50 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Prestasi Mata Keahlian Produktif ..........................................50 2. Variabel Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan.................................51 3. Variabel Tempat Praktik Kerja Lapangan.............................................51
x
4. Variabel Minat Berwiirausaha...............................................................52 G. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Dokumentasi............................................................................52 2. Metode Angket/Kuisioner.....................................................................53 H. Instrumen Penelitian..................................................................................53 I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen............................................................................55 2. Uji Reliabilitas Instrumen........................................................................56 J. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif...................................................................................58 2. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas.....................................................................................58 b. Uji Linieritas........................................................................................59 c. Uji Multikolinieritas............................................................................59 d. Uji Homogenitas.................................................................................60 3. Pengujian Hipotesis.................................................................................60 4. Menentukan Sumbang Relatif dan Sumbangan Efektif a. Sumbangan Relatif (SR)......................................................................65 b. Sumbangan Efektif (SE)......................................................................65 BAB. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian 1. Mata Keahlian Produktif.......................................................................66 2. Mata Pelajaran Kewirausahaan.............................................................69 3. Tempat Praktik Kerja Lapangan............................................................72 4. Minat Berwirausaha...............................................................................73 B. Uji Prasyarat Analisis 1. Analisis Uji Normalitas.........................................................................77
xi
2. Uji Linearitas.........................................................................................78 3. Uji Multikolinearitas..............................................................................78 4. Uji Homogenitas....................................................................................79 C. Pengujian Hipotesis ..................................................................................80 D. Pembahasan ..............................................................................................85 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...............................................................................................92 B. Saran..........................................................................................................93 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................95 LAMPIRAN...............................................................................................................98
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel Populasi Siswa Kelas XIII SMK N 2 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013………………………………… 48 Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Teknik Proportional Random Sampling……………………………………49 Tabel 3. Kisi-kisi Instrument Minat Berwirausaha ……………………………...55 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Keahlian Produktif………………. 67 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Keahlian Produktif……………………….............................................68 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Pelajran Kewirausahaan………….70 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan…………………………………………71 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha…………………………….. 74 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategori Minat Berwirausaha ………………........75 Tabel 10. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov……………………………………….77 Tabel 11. Hasil Uji Linearitas……………………………………………………78 Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………....79 Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas………………………………………………...79 Tabel 14. Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Hubungan Prestasi Belajar Mata Keahlian Produktif Siswa dengan Minat Berwirausaha………………………………………......80 Tabel 15.Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Hubungan
xiii
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha…………………………………………..82 Tabel 16.Rangkuman Analisis Regresi Berganda Hubungan Prestasi Belajar Mata Keahlian Produktif Siswa dan Mata Pelajaran Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha……………………………………………...........83 Tabel 17. Hasil Uji Beda…………………………………………………………85
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir ……………………………………………………44 Gambar 2.Kerangka Berpikir Perbedaan Tempat Praktik Kerja Lapangan Terhadap Minat Siswa Untuk Berwirausaha…………………………………………………..44 Gambar 3. Tata Hubungan Antar Variabel ……………………………………...50 Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Keahlian Produktif …………………………………..68 Gambar 5. Pie Chart Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Keahlian Produktif……………………...69 Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan …………………………....71 Gambar 7. Pie Chart Distribusi Frekuensi Ketuntasan Mata Pelajaran Kewirausahaan………………………...72 Gambar 8. Pie Chart Distribusi Frekuensi Tempat Praktik Kerja Lapangan…………………………………….73 Gambar 9. Histogram Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha………………75 Gambar 10. Pie Chart Distribusi Frekuensi Kategori Minat Berwirausaha….………………………………….. 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian…………………………………………...........98 Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian………………………………………102 Lampiran 3. Validasi Instrumen Penelitian…………………………………….104 Lampiran 4. Angket Instrumen Penelitian……………………………………...107 Lampiran 5. Data Uji Coba……………………………………………………..114 Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian……………...117 Lampiran 7. Data Hasil Penelitian……………………………………………...123 Lampiran 8. Hasil Analisis Deskriptif………………………………………….136 Lampiran 9. Hasil Uji Prasyarat Analisis………………………………………138 Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis………………………………………………142 Lampiran 11. Hasil Uji Hipotesis Manual……………………………………...143
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini, membuat Negara Indonesia memerlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diupayakan melalui jalur pendidikan menengah kejuruan, karena pendidikan menengah kejuruan berfungsi menyediakan tenaga terampil, terlatih dan terdidik. Pendidikan berperan langsung dalam penyediaan tenaga kerja terampil dan terdidik yang berkualitas. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka tertinggi adalah untuk masyarakat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,6% dan 9,8%, sementara pengangguran lulusan sekolah dasar (SD) ke bawah jumlahnya 3,6% naik dari posisi Agustus 2012 3,37%. Pengangguran lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencapai 7,7% Pengangguran lulusan Diploma I/II/III mencapai 6,21% atau turun dari Agustus 2012 sebesar 11,59%. Terakhir pengangguran lulusan universitas turun menjadi 5,9% dari 9,95% di Agustus 2012 (Rizki:2012). Dari data yang dipaparkan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa lulusan SMK yang harusnya menjadi tenaga siap pakai itu belum dapat dibuktikan karena masih banyak lulusan SMK yang justru menjadi pengangguran. Apabila masalah
1
pengangguran tersebut tidak segera diatasi maka akan memicu timbulnya masalah sosial yang lain diantaranya yaitu seperti narkoba, pergaulan bebas, premanisme dan kriminalitas, kondisi seperti itu apabila dibiarkan nantinya juga akan memnghambat pembangunan disegala bidang dan stabilitas nasional. SMK
adalah
lembaga
pendidikan
kejuruan
yang
bertujuan
menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja yang terampil dan siap kerja dalam bidang tertentu. Siswa SMK setelah menyelesaikan pendidikanya diharapakan dapat memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh dan mampu mengembangkan diri dalam dunia usaha. Hal tersebut sesuai dengan tujuan khusus yang dipaparkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK yang menyebutkan bahwa, SMK bertujuan untuk : (1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang
dipilihnya, (2) membekali
peserta didik
agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya, (3) membekali peserta didik dengan
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
dan
seni
agar
mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, (4) membekali peserta
2
didik
dengan
kompetensi-kompetensi
yang sesuai dengan program
keahlian yang dipilih. Menurut Taufiq Hanafi (2009), upaya penyelarasan jenjang pendidikan SMK dengan dunia kerja tidak terlepas dari aspek supply dan demand tenaga kerja. Dari segi supply tenaga kerja, jenis keahlian lulusan SMK sebagian besar adalah listrik, mesin, grafika, tekstil dan penerbangan (38,3 %) dan di ikuti oleh keahlian ekonomi, akuntansi dan tata niaga (31,7 %) serta keahlian perhotelan, pariwisata dan keperawatan (23,6 %), sedangkan dari sisi demand tenaga kerja, sektor ekonomi yang mempunyai daya serap adalah sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sektor perdagangan, restoran dan hotel, serta industri manufaktur. Dengan demikian secara proporsional belum ada kesesuaian antara supply dan demand tenaga kerja. Tujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas pencipta lapangan kerja tampaknya masih sulit untuk dicapai, hal semacam itu bisa dilihat dari kenyataan bahwa pada umumnya lulusan SMK masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan bekerja, karena mencari pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang diperoleh atau ingin bekerja pada perusahaan besar sehingga menjamin kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan lainya.Sedangkan untuk menjamin kelangsungan hidup tidak harus dengan bekerja pada perusahaan besar namun dengan modal sendiri dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan berwirausaha dapat
3
juga dapat juga menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keinginan dan juga keahlian yang dimiliki. Menurut
Kartini
Kartono,
(1991:22-29),
faktor
faktor
yang
menentukan keberhasilan kerja digolongkan menjadi dua,yaitu: 1) faktor intern (dari dalam diri individu) yang meliputi kecerdasan, ketrampilan, kecakapan,bakat dan minat,
kemampuan, motivasi, kesehatan, kebutuhan
psikologis, kepribadian, cita cita dan tujuan kerja; 2) faktor ekstern (dari luar individu) meliputi lingkungan kerja dan lingkungan tempat kerja. Sedangkan menurut Drucker (dalam Suryana, 2011:2) mengemukakan bahwa inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Konsentrasi peneliti pada Sekolah Menengah Kejuruan khususnya untuk program mata pelajaran produktif harus mampu memberikan wawasan secara up to date dan sepadan sesuai dengan perkembangan dilapangan secara terkini yang dapat dijadikan salah satu sumber belajar dalam menumbuhkan minat semangat belajar dan berkreasi kepada siswa. Beberapa prinsip yang dipakai sebagai strategi dalam penyesuaian ketenagakerjaan adalah fokusnya pada pengembangan mata pelajaran produktif serta memaksimalkan penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Terkait dengan hal itu menurut Petrus, (2004:4-5) mengemukakan pengertian Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah model pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik nyata
4
di
dunia
nyata/industri selama kurun waktu tertentu. Penyelenggaraan PKL yang tepat dan sistematis serta terarah semakin memperlengkapi kompetensi siswa sebagai bakal dalam persaingan di dunia kerja. Pendidikan yang demikian adalah
pendidikan yang berorientasi pada pembentukan pola pikir baru
kepada siswa untuk menimbulkan ide-ide kreatif disamping itu juga bisa menumbuh kembangkan sifat keberanian dan memberi kesiapan untuk menghadapi suatu permasalahan di dunia kerja nantinya. Sulitnya mencari pekerjaan membuat lulusan SMK harus bersaing dengan pencari kerja yang lain, sehingga ketika tidak tertampung dalam sektor kerja yang diinginkan bisa menambah jumlah pengangguran. Untuk mengatasi hal tersebut para siswa dibekali dengan keahlian produktif dan pengetahuan wirausaha di sekolah memalui mata pelajaran kewirausahaan. Melihat kenyataan yang dihadapi tersebut, maka perlu adanya arah pembentukan siswa sebagai individu yang mampu menciptakan pekerjaan bukan lagi sebagai pencari pekerjaan yaitu dengan berwirausaha, untuk menuju ke arah pembentukan wirausaha ini, maka perlu penumbuhan minat yang kuat pada siswa agar dapat merealisasikannya. Kurikulum KTSP di SMK saat ini dalam proses pembelajaran sudah mengenalkan mata pelajaran kewirausahaan pada siswa. Mata pelajaran kewirausahaan diharapkan akan semakin menambah pengetahuan tentang kewirausahaan bagi siswa dan juga diharapkan menumbuhkan berwirausaha
siswa
sehingga
siswa
mampu
menciptakan
pekerjaan sendiri sesuai keterampilan masing-masing.
5
minat lapangan
Hasil proses pembelajaran kewirausahaan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman bekerja di industri merupakan modal dasar yang dapat digunakan untuk berwirausaha serta dapat mendorong tumbuhnya minat untuk berwirausaha. Minat berwirausaha akan menjadikan seseorang untuk lebih giat mencari dan memanfaatkan peluang usaha dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Suryana (2011: 3) mengungkapkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan adalah memiliki kemampuan kreatif dan inovatif, penuh percaya diri, memiliki inisiatif, aktif, memiliki motifasi
berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, berani mengambil
resiko, penuh perhitungan, dan masih
banyak
ciri khas
lain
yang
bergantung dari sudut pandang dan konteks penerapannya. Teori tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk siswa yang memiliki minat untuk berwirausaha. SMK menerapkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang mewajibkan siswanya untuk terjun langsung ke dunia kerja atau industri. PSG bersifat nyata atau langsung terjun ke dunia industri melalui PKL y a n g ber t u ju a n
agar
siswa
SMK
mengenal lingkungan kerja yang
sesungguhnya di industri dan mengembangkan kemampuan, keahlian, dan profesi di tempat kerja sesuai dengan bidang studi atau jurusan masing masing siswa. Ahmad Rizali, dkk (2009:45) mendefinisikan PKL adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah
6
dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja. Pengalaman dan bekal pengetahuan dalam bekerja secara tidak langsung nantinya akan diperoleh setelah siswa melaksanakan PKL karena ditempat PKL siswa diajarkan untuk bekerja dengan kemampuan sendiri supaya mereka mandiri sehingga mereka bisa mendapatkan prestasi yang sesuai dengan kemampuannya. Prestasi pengalaman yang didapat dan dipahami dengan baik diharapkan akan menumbuhkan minat serta keinginan untuk berwirausaha
siswa. Kondisi lingkungan tempat kerja akan
berpengaruh pada siswa yang sedang melakukan PKL. Pada umumnya, etos dan semangat kerja akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. Untuk mengetahui benar atau tidaknya prestasi keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan mempengaruhi minat wirausaha, maka dalam penelitian ini diambil judul sebagai berikut: “Korelasi prestasi mata keahlian produktif, mata pelajaran kewirausahaan dan tempat Praktik kerja Lapangan terhadap minat berwirausaha siswa di
SMK Negeri 2 Depok
Yogyakarta”. B. Identifikasi Masalah SMK merupakan lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusanya untuk siap terjun di dunia kerja, namun melihat dari data BPS ternyata jumlah pengangguran dari level pendidikan SMK menempati urutan teratas. Hal ini menunjukan bahwa SMK yang menyiapkan lulusannya menjadi tenaga siap pakai yang mudah terserap di industri belum terbukti. Jika
7
masalah pengangguran ini dibiarkan dan tidak segera ditanggulangi maka akan dapat
menimbulkan
beberapa masalah
baru seperti narkoba,
kriminalitas, pergaulan bebas, premanisme, dan lain sebagainya. Masalah pengangguran sebenarnya dapat diperkecil dengan cara berwirausaha dan menjadi
pengusaha
merupakan
alternatif
pilihan
yang
tepat untuk
mengatasi pengangguran. Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka permasalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1.
Ketercapaian salah satu tujuan SMK dalam mempersiapkan peserta didiknya menjadi tenaga kerja yang terampil dan professional.
2.
Peran SMK dalam menyiapkan peserta didiknya agar siap kerja di industri.
3.
Kesesuaian materi yang diberikan di SMK dengan kebutuhan di dunia industri.
4.
Standar kompetensi yang dicapai lulusan SMK.
5.
Ketercapaian tujuan PKL y a n g
dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga yang professional dibidangnya. 6.
Pengaruh pengalaman kerja melalui PKL di industri terhadap minat berwirausaha siswa.
7.
Mata pelajaran kewirausahaan yang diajarkan akan
menambah
pengetahuan siswa SMK tentang wirausaha. 8.
Kesesuaian
materi
kewirausahaan
perkembangan dunia usaha pada saat ini .
8
yang
diberikan
dengan
9.
Fungsi dan peran pengetahuan kewirausahaan yang diberikan sekolah dalam meningkatkan minat berwirausaha.
C. Pembatasan Masalah Menghindari kesalah pahaman dan penyimpangan yang berlebihan terhadap permasalahan, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi terhadap minat wirausaha siswa SMK, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk mempermudah sistem pengkajian lebih lanjut, penulis hanya akan mengungkapkan tentang korelasi secara bersama rata rata prestasi mata keahlian produktif, prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan tempat PKL terhadap minat wirausaha siswa dan menghitung sumbangan masing masing variabel terhadap minat wirausaha. D. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang diatas faktor faktor rata rata prestasi mata keahlian produktif, prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat wirausaha siswa, timbul suatu permasalahn yaitu: 1.
Bagaimanakah hubungan prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta?
2.
Bagaimanakah
hubungan prestasi
belajar
mata
pelajaran
kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta? 3.
Bagaimanakah korelasi prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta?
9
4.
Adakah perbedaan minat berwirausaha siswa ditinjau dari tempat PKL di SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta ?
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1.
Hubungan prestasi
belajar
mata
keahlian
produktif siswa
dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. 2.
Hubungan prestasi
belajar
mata
pelajaran
kewirausahaan siswa
dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta 3.
Hubungan prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta
4.
Minat wirausaha ditinjau dari tempat PKL siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta
F.
Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1.
Manfaat teoritik Mendukung konsep hubungan antara prestasi mata keahlian produktif dengan prestasi mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa.
2.
Manfaat praktis
10
a.
Bagi sekolah dan guru, diharapkan dapat memberikan masukan dalam melakukan perencanaan proses belajar mengajar dan kegiatan yang dapat menumbuhkan jiwa wirausaha siswa.
b.
Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan masukan kepada siswa agar memicu minat wirausaha siswa.
c.
Pihak peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti sebagai calon pendidik agar nantinya bisa lebih memperhatikan kesiapan siswa dalam memasuki dunia kerja.
d.
Bagi pihak industri, diharapkan dapat memberikan masukan kepada industri untuk lebih membuka kesempatan bagi siswa SMK untuk menimba dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan siswa sesuai bidang keahlianya
e.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam mengembangkan pelajaran Mata Keahlian Produktif dan Mata Pelajaran Kewirausahaan agar dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Setiap orang yang belajar pasti menginginkan prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut menjadi keinginan guru, orang tua dan siswa itu sendiri karena prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhasilan pendidikan. Terkait dengan prestasi, Winkel (1991:162) mengatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Syaiful Bahri Djamarah (2008:21) menyatakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) disebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ngalim Purwanto (2011:85) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar dapat didefinisikan
pula
sebagai
serangkaian
kegiatan
raga
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
12
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan
psikomotor (Syaiful Bahri
Djamarah, 2008:13). Belajar juga merupakan proses perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil. Belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan (Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, 2004:127). Prestasi belajar juga selalu terkait dengan hasil yang dicapai karena suatu usaha, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan (Sri Habsari, 2005:75). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dimanfaatkan oleh guru untuk mengukur penguasaan pengetahuan siswa. Pengertian prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nilai rata rata hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan yang dicapai oleh siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Kabupaten Sleman, Yogyakarta. b. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya maupun di luar dirinya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka akan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
13
meningkatkan prestasi belajar. Thursan Hakim (2005:11) menguraikan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu meliputi dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis terdiri dari kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik. Sedangkan yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, kemauan, bakat, daya ingat, daya konsentrasi, (2) faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, yaitu dapat berasal dari faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu. Sri Habsari (2005:75-76) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi: Pertama,
Intelegent
Quotient
(IQ).
IQ
seseorang
dapat
berkembang naik apabila belajar dan latihan, tetapi dapat turun apabila tidak belajar dan latihan. Kedua, Emotional Quotient (EQ), yaitu kemampuan utuk mengendalikan perasaan dan mengenali secara spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain. Ketiga, Spiritual Quotient (SQ), semakin tinggi tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang akan semakin
besar kemungkinan
memiliki prestasi belajar. Keempat, Creativity Quotient (CQ), yaitu
14
kecerdasan seseorang dalam berkreativitas
belajar. Kelima,
Adversity Quotient (AQ), kecerdasan untuk bertahan dalam kesulitan dan keluar dari kesulitan. 2) Faktor eksternal Sedangkan faktor eksternal meliputi:
Pertama, motivasi
prestasi atau faktor pendorong semangat. Kedua, lingungan belajar. Ketiga, kedisiplinan dalam mematuhi peraturan dan tata tertib. Keempat, kesehatan jasmani dan rohani. 2. Mata Keahlian Produktif Program kejuruan praktik umumnya diarahkan pada pencapaian tujuan
yang bersifat psikomotorik, sedangkan program kejuruan teori
diarahkan pada pencapaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terkait dengan
hal
ini,
R.H.
Dave
(dalam
Aprita
Aptiyasa,
2012),
mengelompokkan ranah psikomotorik ke dalam lima peringkat yang paling sederhana sampai peringkat yang paling komplek. Kelima pringkat tersebut dari yang paling sederhana ke yang komplek meliputi imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi. Pembagian peringkat ranah psikomotorik dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Imitasi,
yaitu
melakukan kegiatan
yang pernah dilihat
atau
diperhatikan sebelumnya dan kegiatan tersebut sifatnya masih sederhana, imitasi sifatnya faktual, ialah persis sama dengan apa yang dilihat atau apa yang diperhatikan sebelumnya.
15
b. Manipulasi, yaitu melakukan kegiatan tertentu meskipun kegiatan tersebut
belum
pernah
dilihatnya,
jadi
hanya
berdasarkan
petunjuk/perintah. Manipulasi ini sifatnya bukan factual lagi, meskipun kegiatannya masih sederhana. c. Presisi, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya presisi, mengandung
unsur
ketelitian,
keseimbangan,
sekalipun
jenis
kegiatannya belum utuh. d. Artikulasi, yaitu melakukan project work, atau kegiatan yang utuh yang komponen-komponennya merupakan kegiatan yang sifatnya presisi. e. Naturalisasi
yaitu
mampu
mengubah
kegiatan-kegiatan
yang
melibatkan fisik semata, karena sudah adanya rutinitas kerja yang telah dibina. Uraian di atas menunjukkan bahwa keterampilan praktik dalam bidang teknik dapat dicapai jika individu mampu menguasai peringkatperingkat pada ranah psikomotorik, mulai dari pringkat yang sederhana sampai peringkat yang paling komplek. Penguasaan keterampilan praktik dalam hal ini dibutuhkan untuk mempermudah dalam mencapai tingkat kemampuan praktik. Prestasi yang berhasil diraih siswa pada mata pelajaran produktif menunjukkan tingkat penguasaan pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh siswa pada mata pelajaran tersebut. Berdasarkan prestasi mata pelajaran produktif yang telah dicapai siswa maka dapat diketahui sejauh
16
mana program-program kejuruan mampu dikuasai oleh siswa. Siswa yang prestasinya tinggi dalam mata pelajaran produktif akan memiliki kemampuan kejuruan yang tinggi pula, dan begitu juga sebaliknya. Prestasi siswa selama proses pendidikan mata pelajaran produktif dapat diketahui dari nilai yang tercantum pada raport. Nilai raport menggambarkan prestasi hasil belajar yang berhasil diraih oleh siswa selama satu semester. Berdasarkan nilai raport siswa maka dapat diketahui seberapa jauh pengetahuan maupun keterampilan serta sikap yang dikuasai oleh siswa. 3. Mata Pelajaran Kewirausahaan a. Pengertian Mata Pelajaran Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan salah satu program adaptif yang diajarkan pada siswa SMK selain mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, keterampilan komputer, dan mengetik manual. Suryana (2011:8) mendefinisikan ilmu kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Berdasarkan definisi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada siswa SMK sebagai salah satu mata pelajaran dari kelompok adaptif.
17
b. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan Dalam Kurikulum 2013, pendidikan kewirausahaan diajarkan kepada semua siswa SMK. Pemberian materi tersebut antara lain, untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan sejak dini. Pengenalan pendidikan kewirausahaan secara formal di sekolah merupakan langkah yang baik untuk menyiapkan lahirnya lebih banyak lagi wirausaha di Indonesia. Pendidikan kewirausahaan saat ini diarahkan untuk menciptakan entrepreneur yang inovatif dan kreatif. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan arah yang jelas tujuan dari pendidikan kewirausahaan di level pendidikan menengah tersebut agar semua pihak memahami hakikat yang benar dari pendidikan kewirausahaan. Tujuan dari pendidikan kewirausahaan sebagaimana diuraikan oleh Wasty Soemanto (1999:87) adalah membelajarkan manusia Indonesia, sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Pendidikan kewirausahaan diberikan untuk membekali
pribadi
mengembangkan
manusia,
kualitas
sehingga
pribadinya
yang
manusia mampu
mampu mengikuti
perkembangan zaman, mampu menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi.
Sony
Heru
Priyanto
(2009:76)
mengemukakan bahwa tujuan dalam pendidikan kewirausahaan meliput i empat hal yaitu pendidikan motivasional, pendidikan
18
pengetahuan,
pendidikan
keahlian
(skill),
dan
pengembangan
kemampuan (ability). Mengacu pada uraian di atas, terkaitan dengan kewirausahaan yang diajarkan pada siswa SMK dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan kewirausahaan adalah untuk membekali siswa agar mempunyai pribadi yang dinamis dan kreatif, sehingga memotivasi siswa untuk tidak hanya bergantung pada orang lain tetapi mampu untuk berusaha secara mandiri. Pendidikan kewirausahaan tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha. Mereka juga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan keterampilan masing-masing. 4. Tempat Praktik Kerja Lapangan a. Pengertian Praktik Kerja Lapangan Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan dan dibentuk melalui praktik dan pelatihan. Praktek kerja lapangan merupakan salah satu bentuk implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Disamping dunia usaha,
praktek kerja
lapangan juga dapat
memberikan keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri yaitu sekolah, karena keahlian yang tidak diajarkan di sekolahan dapat diperoleh dalam dunia usaha, sehingga dengan adanya praktek kerja lapangan
19
dapat meningkatkan mutu dan relevensi pendidikan SMK yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem yang mantap antara dunia pendidikan dan dunia usaha. Johnson (dalam Martanto, 2008:12-13) mengemukakan bahwa praktik kerja lapangan merupakan metode pelatihan yang terjadi di tempat kerja dan umumnya berupa pelatihan technical skill dan lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara cepat. Sedangkan W.J.S Poerwodarmito dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa praktik kerja lapangan adalah cara melakukan apa yang terdapat di dalam pelajaran teori. Johnson (dalam Martanto, 2008: 12-13) memaparkan bahwa praktik kerja lapangan adalah bekerja di luar kelas pada suatu instansi yang sedang beroprasi. Sebagai upaya penerapan dan pembandingan antara pekerjaan yang senyatanya dengan teori yang didapat siswa di dalam kelas sebagai bagian dari kurikulum yang diwajibkan untuknya. Rachmawati (2008:114) mengemukakan bahwa praktik kerja lapangan dilaksanakan di luar kelas pada suatu instansi yang sedang beroprasi, sebagai upaya penerapan dan pembanding antara pekerjaan yang nyata dengan teori-teori yang didapat ketika di dalam kelas sebagai bagian dari kurikulum yang diwajibkan untuk siswa. Dalam praktik kerja lapangan, ada dua pihak yang aktif di dalamnya, yaitu trainee selaku pihak yang dilatih, dan trainers sebagai pihak yang melatih.
20
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan bahwa praktik kerja lapangan adalah sebuah kegiatan dimana siswa dapat menerapkan apa yang telah didapatkan pada saat proses belajar teori ke dalam situasi kerja yang sesungguhnya, sekaligus sebagai parameter kemampuan bagi siswa itu sendiri. Praktik kerja lapangan merupakan hal yang krusial dari usaha memunculkan perubahan progresif pada setiap siswa atau setidaknya menyesuaikan kemampuan dan keterampilan seseorang siswa yang melakukan pelatihan dengan kebutuhan maupun tuntutan kerja pada masa kini. b. Peranan dan Tujuan Praktik Kerja Lapangan Pelaksanaan praktik kerja lapangan memiliki berbagai tujuan positif bagi siswa. Praktek kerja lapangan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier. Ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja, siswa juga dapat menilai tentang pengembangan dari ilmu yang mereka miliki. Manullang (2008:69) menguraikan bahwa tujuan dari praktik kerja lapangan meliputi: 1) Agar para peserta praktik kerja lapangan dapat melakukan pekerjaan dengan lebih efesien. 2) Menambah pengetahuan agar lebih mudah melaksanakan tugas yang dibebankan pada peserta praktik kerja lapangan.
21
3) Untuk meminimalisasi kesalahan yang ada di dunia kerja nantinya. 4) Praktik kerja lapangan juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pesertannya. Selanjutnya Manullang (2008:69) mendeskripsikan bahwa kegiatan siswa selama melaksanakan praktik kerja lapangan meliputi: 1) Memantapkan keterampilan sesuai dengan jurusannya. 2) Mempelajari organisasi perusahaan atau tempat praktik seperti riwayat perusahaan (perkembangan usaha), struktur organisasi, manajemen, disiplin kerja, keselamatan kerja, dan pemeliharaan tempat kerja dan lingkungan hidup. 3) Mempelajari proses kerja, pemeliharaan dan perawatan alat atau mesin serta tata lakasana peralatan atau bahan. Setelah
mengikuti
praktik
kerja
lapangan
maka
siswa
diwajibkan untuk menyusun laporan praktik kerja lapangan sementara yang disahkan oleh dunia industri atau lembaga magang. Penulisan laporan tersebut selanjutnya dikonsultasikan kepada guru pembimbing sehingga memperoleh hasil sesuai dengan ketentuan. Selama kurun waktu yang telah ditentukan siswa diwajibkan menyerahkan laporan sebanyak 3 eksemplar atau lebih kepada kepala sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah tempat siswa belajar. Siswa yang telah menyelesaikan pelaksanaan praktik kerja lapangan dan membuat laporan tertulis mendapatkan nilai setelah dievaluasi oleh tim. Setelah mengikuti praktik kerja lapangan dengan
22
baik maka siswa dapat memperoleh sertifikat yang disahkan oleh pihak industri dan lembaga pendidikan sekolah. c. Peranan Industri dalam Praktik Kerja Lapangan Umumnya para siswa SMK memanfaatkan dunia kerja dan industri sebagai tempat praktik maupun sekedar menambah wawasan tentang dunia kerja. Fungsi praktik kerja lapangan meliputi: 1) Pengalaman Belajar di Lapangan Terdapat berbagai bentuk pengaturan proses belajar, dan begitu pula banyak tempat dimana pendidikan teknik dapat dilangsungkan. Salah satu kegiatan proses belajar yang dapat diselenggarakan di luar sekolah adalah praktik kerja lapangan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk belajar di lapangan karena waktu belajar sepenuhnya dilakukan di lapangan. Di industri jika dilihat dari sudut pandang pendidikan adalah memberikan fungsi ganda pada suatu pekerjaan, yaitu sebagai tempat kerja dan sekaligus tempat belajar. Siswa kerja aktif sebagaimana layaknya seorang karyawan, praktikan bekerja sesuai program
kerja
yang
telah
disetujui
untuk
mendapatkan
keterampilan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam melaksanakan tugas ini siswa dibimbing langsung oleh orang yang ditunjuk perusahaan atau instansi yang bersangkutan, dan segala aktifitas selama praktik dicatat untuk kemudian disusun menjadi sebuah laporan praktik kerja lapangan.
23
Dengan mengikuti praktik kerja lapangan di industri maka siswa akan memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan. Praktik kerja lapangan juga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan dapat menimbulkan semangat untuk belajar. Terkait dengan hal ini Moh. As’ad (1999:63) mengungkapkan bahwa apabila siswa berhasil dalam menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari mengenai bidang kejuruannya akan mempengaruhi positif terhadap motivasi belajar. Siswa melihat nilai praktis dari aktifitas mereka dalam pendidikan, dan karenanya mau melanjutkan upaya belajar, kesan meminta penjelasan dan menanyakan informasi latar belakang. Ini menimbulkan interaksi yang bermanafaat., antara pelajaran di sekolah dengan pengalaman praktik ditempat kerja. Pengalaman praktik kerja di lapangan dapat menambah pengalaman bagi siswa dalam melakukan proses faktualisasi karena dapat menguji dan dapat membandingkan pengetahuan teoritisnya dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, praktik kerja lapangan juga dapat membuka kesempatan untuk meraih pengetahuan dan teknologi yang baru sebanyak-banyaknya. Terkait
dengan
pengalaman
belajar
di
lapangan,
perkembangan peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa tidak terlambat oleh siswa lain dalam kelompoknya, karena dalam selama mengikuti praktik kerja di lapangan terjadi penyesuaian
24
individual antara siswa sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam kegiatan tersebut dapat belajar dengan tempo dan kecepatan masing-masing,
serta
dapat
menyerap
materi
pengalaman
sebanyak-banyaknya. 2) Industri sebagai sarana menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan Sistem pendidikan khususnya yang berlandaskan sekolah sebagai tempat belajar, umumnya terdapat permasalahan adanya perbedaan praktik dan aktifitas kerja. Dalam pendidikan kejuruan di sekolah, sulit sekali diberikan gambaran yang realistis mengenai dunia kerja pada siswa, sekolah hanya deskripsi yang kurang sempurna dari dunia kerja pada kejuruan yang sempurna. Oleh karena itu, untuk mendekatkan jarak antara sekolah dengan lingkungan belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah praktikum di tempat kerja atau industri. Praktikum di dunia industri mempunyai fungsi ganda, diantaranya bermanfaat dalam memindahkan peralihan tempat pendidikan ke dunia kerja. Tempat pendidikan tidak memiliki sarana yang sepadan untuk membiasakan siswa pada wujud kehidupan kerja. Wawasan yang diperlukan hanya diperoleh melalui mengumpulkan pengalaman praktik bekerja di tempat yang sebenarnya.
25
d. Tempat Praktik Kerja Lapangan Siswa SMK biasanya akan mengambil tempat praktik kerja lapangan sesuai dengan jurusan dan keahlian yang diperoleh di sekolah. Tempat praktik kerja lapangan pada umumnya adalah BUMN, Perusahaan besar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Rumah Tangga (IRT). 1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan Usaha Milik Negara merupakan badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat juga berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri Negara BUMN. Secara rinci jenis-jenis BUMN yang ada di Indonesia meliputi: a) Perusahaan Perseroan Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki
oleh
pemerintah,
yang
tujuannya
mengejar
keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
saing
kuat
26
dan
mengejar
keuntungan
untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Contoh perusahaan BUMN adalah PT. PP (Pembangunan Perumahan), PT Bank BNI Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Garuda Indonesia Airways (GIA). b) Perusahaan Jawatan Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN. Contoh perusahaan jawatan adalah Perjan RS Jantung Harapan Kita, Perjan RS Cipto Mangunkusumo, Perjan RS AB Harahap Kita, Perjan RS Sanglah, Perjan RS Kariadi, Perjan RS M. Djamil, Perjan RS Fatmawati, Perjan RS Hasan Sadikin, Perjan RS Sardjito, Perjan RS M. Husein, Perjan RS Dr. Wahidin, Perjan RS Kanker Dharmais, Perjan RS Persahabatan. c) Perusahaan Umum (PERUM) Perusahaan Umum (PERUM) adalah suatu perusahaan negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum, tetapi sekaligus mencari keuntungan. Contoh PERUM di Indonesia adalah Perum Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI, Perum ANTARA, Perum Peruri, Perum Perumnas dan Perum Balai Pustaka.
27
2) Perusahaan Besar Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Akan tetapi, banyak juga kegiatan produksi yang tidak bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, keagamaan dan lain-lain. Hasil suatu produksi dapat berupa barang atau jasa. Secara umum perusahaan besar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Pada umumnya dikelola/dipimpin oleh manajer profesional (bukan pemiliknya) b) Struktur organisasinya kompleks dan sudah ada spesialisasi pekerjaan. c) Persentase kegagalan usaha relatif rendah. d) Modal jangka panjang relatif lebih mudah diperoleh untuk pengembangan usaha. 3) UMKM Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008, kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
28
a)
Usaha Mikro Usaha mikro yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni: (1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
b) Usaha Kecil Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni: (1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
lebih
dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
29
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c)
Usaha Menengah Usaha menengah adalah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria : (1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh
milyar
rupiah)
tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
lebih
dari
Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). 4) Industri Rumah Tangga (IRT) Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya:
30
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 5. Minat Berwirausaha a. Pengertian Minat Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup. Minat berkaitan dengan perasaan individu tentang suka atau senang terhadap aktivitas atau objek tertentu. Prenzel (1992) sebagaimana dikutip oleh Bergin (1999:87) mengemukakan bahwa minat merupakan pilihan terhadap suatu objek. Minat akan mempengaruhi kecenderungan seseorang, tujuan, dan tingkatan pembelajaran tiap individu. Minat dapat didefinisikan pula sebagai kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1991:30). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah kesadaran individu yang dapat memunculkan adanya keinginan. Keinginan yang tumbuh dalam diri individu tersebut dinyatakan dengan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu obyek atau keinginan yang akan memuaskan kebutuhan.
31
Ainley, dkk. (2002:545) mengemukakan bahwa minat dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu: 1) Minat individual. Minat individual adalah kecenderungan seseorang untuk mengikuti stimulan tertentu, peristiwa, dan objek. Minat individual memberikan gambaran tentang pengetahuan yang dimiliki individu tentang topik-topik yang dikejar dan area atau aktivitas yang lebih diminati oleh individu tersebut. Minat pribadi semacam ini cenderung stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat. Faktor-faktor individual yang mempengaruhi minat menurut Bergin (1999:89) meliputi: Pertama, keterikatan (Belongingness). Manusia adalah makhluk sosial, mereka berinteraksi sebagai suatu kebutuhan, tujuan, dan dorongan. Kedua, budaya (Cultural value). Manusia tertarik kepada sesuatu yang sudah menjadi budaya. Mereka termotivasi untuk menemukan tempat yang memuaskan dan menyenangkan dalam lingkungan pergaulan di sekitar mereka. Ketiga, individu
identifikasi akan
(Identification).
memilih
dan
Seiring
perkembangan,
mengidentifikasi
kelompok
pergaulannya sesuai dengan minat dan kenyamanan. Keempat, dukungan sosial (Social support). Manusia dapat memiliki minat pada suatu topik karena tujuan sosial yang sama (Ford dalam Bergin, 1999:90). Kelima, perasaan (Emotions). Perasaan
32
memiliki pengaruh yang sangat kuat pada perembangan minat. Faktanya, minat itu sendiri sering disamakan dengan perasaan senang (Ekman dalam Bergin, 1999:90). Keenam, kompetensi (Competence). Seseorang akan cenderung minat terhadap sesuatu dimana dia merasa mampu pada bidang tersebut. Ketujuh, pengetahuan dasar (Background Knowledge). Seseorang akan cenderung minat terhadap sesuatu yang telah mereka pahami atau kuasai (Alexander, dkk dalam Bergin, 1999:90). 2) Minat situasional. Minat situasional dipicu oleh aspek lingkungan sekitar seperti hal-hal yang baru, berbeda, tak terduga, atau secara khusus hidup sering menghadirkan minat situasional, demikian pula hal-hal yang melibatkan tingkat aktivitas yang tinggi atau emosi yang kuat speerti yang dikemukakan menurut Hidi, Suzanne & Ann Renninger (2002:546). Minat situasional dapat
memprediksi
suatu hal yang lebih banyak diminati oleh sebagian orang. Minat situasional pada lingkungan pembelajaran salah
satunya dapat
dipengaruhi oleh guru atau pengajar. Faktor-faktor
situasional
yang
mempengaruhi
minat
menurut Bergin (1999:92) diantaranya adalah: Pertama, makanan (Food).
Minat dapat dipacu oleh adanya makanan. Seseorang
akan lebih bersemangat menunjukkan
minatnya
jika ada
makanan, terutama di kelas (perkumpulan) dimana hal tersebut
33
tidak lazim terjadi. Kedua, interaksi sosial (Social Interaction). Para siswa memiliki tujuan interaksi sosial yang kuat (Allen, dalam Bergin, 1999:93). Mereka akan lebih tertarik kepada kegiatan yang memungkinkan mereka dapat bersosialisasi secara luas. Ketiga, teladan (Modeling). Minat seseorang terhadap suatu hal dapat dipengaruhi oleh sosok yang diteladani. Seseorang akan meniru sosok yang mereka kagumi. Keempat, permainan dan teka-teki (Games and puzzles). Permainan dan teka- teki sering menjadi metode sukses untuk menarik minat dan perhatian siswa. Kelima, khayalan (Fantasy). Malone dan Lepper menyebutkan bahwa khayalan adalah elemen yang penting dalam motivasi dan minat. Prenzel
sebagaimana dikutip oleh
Bergin
(1999:87)
mendefinisikan minat sebagai pilihan terhadap suatu objek, lebih jelasnya emosi atau perasaan positif terhadap objek. Definisi tersebut memiliki makna yang sama dengan pengertian motivasi intrinsik menurut Deci dan Porac dalam Bergin (1999:87), yakni suatu aktifitas dikatakan termotivasi jika tidak ada hadiah atau penghargaan yang jelas dari luar. Terkait dengan minat, Sri Habsari (2005:89) menjelaskan bahwa minat memang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga minat dapat meningkatkan prestasi siswa. Dengan demikian, gagasan tentang minat dan motivasi memiliki kecocokan. Minat dapat mendorong
34
seseorang untuk lebih giat mencari dan memanfaatkan peluang dengan
mengoptimalkan
potensi
yang
dimiliki
untuk
berwirausaha. b. Wirausaha Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha.Wira dapat berarti mulia, luhur, unggul, serta usaha berarti kemampuan melakukan usaha atas kekuatan sendiri. Jadi, wirausaha berarti manusia unggul dalam usaha atas kekuatan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Saati ini para ahli telah mendifinisikan wirasuaha dalam berbagai sudut pandang. Berdasarkan pendapat seorang Irlandia yang berdiam di Perancis Richard Cantillon (Suryana:12) dan merupakan orang pertama yang menggunakan istilah wirausaha, dalam bukunya yang berjudul Essai sur la Nature du Commerce en Generale ia menjelaskan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Tropman dan Morningstar sebagaimana dikutip oleh Umi Sukanti Nirbito (2000:52) mendeskripsikan bahwa wirausaha adalah kombinasi dari pemikir dan pelaksana yang melihat peluang untuk produk dan jasa baru, suatu pendekatan baru, suatu kebijakan baru, atau cara baru untuk memecahkan masalah-masalah sekaligus berbuat sesuatu dengan apa yang dilihatnya hingga memberikan suatu hasil keuntungan. Peter
Hisric
(dalam Suryana, 2011:13) mendefinisikan
kewirausaha sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk
35
menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, resiko dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Thomas W. Zimmerer dalam Suryana (2011:14) applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday. Bedasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa berwirausaha adalah suatu kegiatan usaha yang melibatkan kemampuan untuk melihat kesempatan-kesempatan usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, mengambil resiko, berorientasi hasil,
kepuasan
pribadi
dan
kebebasan
yang
kemudian
mengembangkan usaha yang diciptakan tersebut guna meraih keuntungan. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha Kewirausahaan sedang gencar dilakukan terutama dalam dunia pendidikan.
Pemerintah
bahkan telah
mencanangkan program
kewirausahaan menjadi prioritas nasional sebagai upaya pembenahan sistem pendidikan agar terjadi keselarasan antara pendidikan dan dunia kerja. Program tersebut tentunya tidak secara otomotis dapat menumbuhkan minat wirausaha pada seseorang, karena pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi minat wirausaha. Faktor yang mempengaruhi seseorang terdorong untuk berwirausaha adalah kepribadian (Nasution, 2001 dalam Wasa Yulia dan Dwi Endah
36
Kusrini, 2008: 1)
dan aspek lain seperti faktor usia, pendidikan,
lingkungan keluarga dan pergaulan. Yohnson (2003) sebagaimana dikutip oleh Wasa Yulia dan Dwi Endah Kusrini, 2008: 1) menyatakan bahwa seseorang termotivasi menjadi wirausaha karena adanya faktor kesempatan, kebebasan dan kepuasan dalam menjalani hidup. Faktor yang berpengaruh terhadap minat menurut Darpujiyanto (2010:37) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha meliputi: 1) Kebutuhan akan Pendapatan Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha. 2) Harga Diri Harga diri menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Wirausaha digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari
37
ketergantungan
terhadap
orang
lain.
Keinginan
untuk
meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan seseorang berminat untuk berwirausaha. 3) Perasaan Senang Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tangggapan
perasaan
seseorang
terhadap
sesuatu hal yang
sama tidaklah sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang
berwirausaha
akan
diwujudkan
dengan
perhatian,
kemauan, dan kepuasan dalam bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan menimbulkan minat berwirausaha. Faktor-faktor
ekstrinsik
yang
mempengaruhi
minat
berwirausaha meliputi: 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung langsung.
38
maupun tidak
2) Lingkungan Masyarakat Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan
tempat
tinggalnya
maupun
di
kawasan lain. 3) Peluang Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. B. Hasil penelitian yang relevan 1. Konsep Diri, Prestasi Belajar dan Lingkungan terhadap Minat Berwirausaha Sumarni (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Konsep
Diri,
Prestasi
Belajar
dan
Berwirausaha pada Siswa SMK Negeri bahwa
konsep
diri
dan
Lingkungan 2
terhadap
Minat
Semarang” menyimpulkan
lingkungan keluarga berpengaruh positif
terhadap minat berwirausaha, namun tidak prestasi belajar mata diklat kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas III SMK Negeri 2 Semarang. 2. Prestasi Belajar Program Diklat Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha Penelitian Ahmad Mun’im R (2005) yang berjudul “Hubungan Prestasi
Belajar
Program
Diklat
39
Kewirausahaan
Dengan
Minat
Berwirausaha Siswa Kelas III SMK Negeri 1 Samarinda” terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,479 antara prestasi belajar program diklat kewirausahaan dengan minat wiraswasta siswa kelas III SMK Negeri 1 Samarinda. 3. Prestasi Kerja Industri terhadap Minat Berwirausaha Penelitian Haryo Guntoro (2007) yang berjudul “Hubungan Prestasi Kerja Industri terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas II Teknik Otomotif SMK Yapin Bekasi TahunAjaran 2006/2007”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan prestasi praktik kerja industri dengan minat berwirausaha siswa kelas II SMK Yapin Bekasi Tahun Ajaran 2006/2007
yaitu sebesar 0,502. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai praktik kerja industri diikuti dengan tingginya minat siswa untuk berwirausaha. 4. Prestasi Praktik Kerja Industri dan Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Penelitian Dian Arini (2011) yang berjudul “Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri dan Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas 3 Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Pengasih Tahun Ajaran 2010/2012” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antar prestasi praktik kerja industri, dan pengetahuan kewirausahaan terhadap minat siswa untuk berwirausaha.
40
C. Kerangka Berpikir Angka pengangguran di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena pertambahan pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan yang ada. Mencermati fenomena tersebut maka diperlukan adanya perubahan pemikiran setiap
individu
untuk
dapat
merubah orientasinya dari yang semula hanya menjadi pekerja ke arah wirausaha. Motivasi pada individu untuk berwirausaha menumbuhkan upaya untuk memulai bisnis sendiri yang akhirnya dapat menumbuhkan kerjasama ataupun iklim kopetitif. Usaha untuk berbisnis melahirkan kerjasama untuk membangun usaha bersama, sekaligus berkompetisi untuk meraih puncak kesuksesan dalam bidang yang ditekuni. Minat dan jiwa wirausaha
sebagai salah satu modal untuk
berwirausaha perlu ditanamkan pada setiap individu, termasuk pada siswa tingkat sekolah menengah, khususnya sekolah menengah kejuruan. Peranan sekolah kejuruan diperlukan untuk memberikan informasi, pengetahuan, pemahaman tentang kewirausahaan serta memberikan wadah bagi siswa untuk berwirausaha. Hal ini sejalan dengan visi SMK yang menyebutkan bahwa SMK membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih
dalam
berkompetensi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja,
dan
mengembangkan sikap profesional di bidang yang diminatinya. SMK juga membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
41
Penguasaan setiap siswa terhadap mata pelajaran kejuruan secara umum dapat diketahui berdasarkan hasil akhir semester yang diberikan oleh guru melalui nilai raport. Semakin tinggi penguasaan siswa terhadap mata pelajaran produktif yang diajarkan oleh guru, maka semakin tinggi pula kesiapan siswa untuk berwirausaha sesuai dengan kompetensinya. Dengan demikian prestasi mata pelajaran produktif sangat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha.
Siswa
yang
memiliki
prestasi
mata
pelajaran
produktif tinggi tentunya akan lebih percaya diri dan besar harapanya terhadap kemampuan kejuruan yang dimilikinya. SMK
merupakan
sekolah
tingkat
menengah
yang
telah
mempersiapkan dan membekali para siswanya dengan berbagai pengetahuan yang diberikan dan keterampilan melalui praktek lapangan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diberikan pun telah terarah secara lebih khusus kepada penguasaan keterampilan pada bidang tertentu sesuai program keahliannya, bukan hanya pengetahuan umum saja seperti layaknya yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Praktek kerja lapangan dilaksanakan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan para siswa dalam setiap praktek dan menerapkan teori-teori yang telah diajarkan di kelas. Dengan diadakannya praktek kerja lapangan tersebut maka setiap siswa diharapkan mendapatkan gambaran yang nyata di dalam menjajaki dunia kerja serta menerapkan apa-apa yang telah didapatkan dari akademi pada pekerjaan yang akan digeluti. Selain itu, praktik kerja lapangan juga diharapkan dapat melatih siswa mengembangkan ide-idenya.
42
Semakin kreatif dan berinisiatif siswa dalam mengembangkan idenya, maka siswa akan semakin berminat untuk berwirausaha, karena dalam berwirausaha dituntut kreativitas dan inisiatif yang tinggi dalam menghadapi persaingan di dunia industri. Prestasi dan tanggung jawab terhadap pekerjaan merupakan perilaku siswa dalam berinteraksi dengan orang lain. Perhatian siswa yang tinggi terhadap prestasi dan tanggung jawab dalam bekerjanya akan meningkatkan minat untuk berwirausaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi minat berwirausaha pada siswa berasal dari sekolah itu sendiri, yaitu bahwa pihak sekolah perlu membekali pengetahuan tentang kewirausahaan. Siswa diajak dan diarahkan agar mereka mampu membuka wawasan pengetahuan tentang manfaat berwirausaha, karena dapat memberikan alternative lain untuk memberikan kehidupan yang lebih baik pada dunia kerja saat ini. Penguasaan tentang kewirausahaan pada siswa dapat dilihat pada nilai mata pelajaran kewirausahaan. Nilai ini mengindikasikan seberapa besar perhatian siswa terhadap kewirausahaan sehingga menunjukkan pula minatnya dalam mempelajari kewirausahaan yang
akhirnya
diharapkan
dengan
minat
terhadap
mata
pelajaran
kewirausahaan tersebut akan menjadi faktor yang memotivasi siswa untuk mau terjun secara langsung dalam berwirausaha. Pengetahuan kewirausahaan mencakup segala sesuatu yang diketahui dalam apa saja yang menjadi pangkal keberhasilan seseorang. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kewirausahaan dapat melakukan penilaian yang baik, baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya, tahu
43
manfaatnya atau tahu untung ruginya, sehingga akhirnya akan menimbulkan reaksi perasaan yang positif.
Prestasi Belajar Mata Keahlian Produktif
Minat Berwirausaha Siswa
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Prestasi Belajar Mata Keahlian dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Siswa untuk Berwirausaha BUMN Perbedaan minat berwirausaha siswa NON BUMN Gambar 2. Kerangka Berpikir Perbedaan Tempat Praktik Kerja Lapangan Terhadap Minat Siswa untuk Berwirausaha
44
D. Hipotesis Penelitian Mengacu pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta.
2.
Terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta.
3.
Terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta.
4.
Terdapat perbedaan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta berdasarkan tempat praktik kerja lapangan yaitu BUMN dan Non BUMN.
45
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Ex-post Facto, yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti sesuatu yang sudah terjadi lalu meruntut ke belakang guna mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Pada penelitian ini variabel tidak dikendalikan atau
diperlakukan
khusus
melainkan
hanya
mengungkapkan
fakta
berdasarkan pengukuran gejala yang telah ada pada diri responden sebelum penelitian ini dilaksanakan. B. Metode Penelitian Penelitian ini eksplanasinya adalah tergolong penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional karena penelitian ini akan mencari seberapa besar tingkat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain yaitu variabel prestasi belajar mata pelajaran keahlian produktif, variabel prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan tempat praktik kerja lapangan terhadap variabel minat wirausaha. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena variabel bebas dan variabel terikatnya diukur dalam bentuk angka-angka, dan kemudian dianalisis ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel tersebut dan dikemukan seberapa besar pengaruhnya.
46
C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Depok Sleman yang berlokasi di Mrican Catur Tunggal Depok dengan subyek penelitian siswa kelas XIII Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan mulai 24 Februari 2013 sampai 11 Maret 2013 dan dilakukan secara bertahap. D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Sleman yang telah melakukan praktik kerja lapangan. SMK Negeri 2 Depok mempunyai 11 program bidang keahlian, akan tetapi untuk kelas XIII hanya terdiri dari 9 program bidang keahlian dengan siswa berjumlah 389 orang. Berikut ini adalah populasi kelas XIII SMK Negeri Depok menurut program bidang keahliannya.
47
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas XIII SMK N 2 Depok tahun Ajaran 2012/2013 No
Bidang Keahlian
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Teknik Gambar Bangunan Teknik Audio Video Teknik Otomasi Industri Teknik Komputer Jaringan Teknik Permesinan Teknik Kendaraan Ringan Kimia Industri Kimia Analis Teknik Geologi Pertambangan JUMLAH
56 31 30 30 56 63 31 32 60 389
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010:174). Sementara itu, Sugiyono (2011:81) mengemukakan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus dari Slovin (Sugiyono, 2008 : 64), yaitu: 𝑛=
𝑁 𝑁. 𝑑 2 + 1
Keterangan : n
: ukuran sampel
N
: Jumlah populasi
d
: Galat pendugaan
48
Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan galat pendugaan 10 % adalah : 389 389. 0,12 + 1
𝑛=
=
389 = 80 4,89
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sampel minimal dengan populasi sejumlah 389 siswa adalah 80 siswa, akan tetapi dalam penelitian ini akan di ambil jumlah sampel sejumlah 90 siswa. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dimana dadi populasi yang ada kemudian diambil sampel secara random dengan proporsi yang seimbang sesuai dengan posisi dalam populasi. Berdasarkan pada tabel 1, dapat diketahui proporsi sampel penelitian masing-masing bidang keahlian yaitu sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Sampel Berdasarkan Teknik Proportional random sampling No 1 2 3 4 5 6
Bidang Keahlian
Total
Teknik Gambar Bangunan Teknik Audio Video Teknik Otomasi Industri Teknik Komputer Jaringan Teknik Permesinan Teknik Kendaraan Ringan
49
Proporsi Sampel
56 31
0,14 0,08
13 7
30
0,07
6
30 56
0,07 0,14
6 13
63
0,17
16
7 8
Kimia Indstri Kimia Analis Teknik Geologi Pertambangan Jumlah
9
31 32
0,08 0,09
7 8
60 389
0,16 1
14 90
E. Variabel dan Tata Hubungan Penelitian X1 Y
X2 3
X3 Gambar 3. Tata Hubungan Antar Variabel
3
Keterangan: X1 = X2 = X3 = Y = = =
Prestasti Mata Keahlian Produktif Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan Tempat Praktik Kerja Lapangan Minat Berwirausaha Garis Korelasi Garis Korelasi Berganda
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
Prestasi Mata Keahlian Produktif Mata keahlian produktif yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan program kejuruan praktik yang diarahkan pada pencapaian yang bersifat psikomotorik, sedangkan program kejuruan teori diarahkan pada pencapaian kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan yang diperoleh siswa dalam bidang mata pelajaran produktif yang ditunjukkan oleh nilai-nilai yang tercantum dalam raport siswa. Data kemampuan prestasi mata pelajaran produktif dapat diperoleh melalui dokumen nilai
50
pada raport siswa pada saat semester 6 kemudian dihitung nilai rataratanya. Skala penelitian yang digunakan untuk variabel prestasi mata keahlian produktif adalah skala interval. 2. Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan Mata pelajaran kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan disiplin ilmu yang diajarkan pada siswa SMK sebagai salah satu mata pelajaran dari kelompok adaptif. Prestasi mata pelajaran kewirausahaan terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dilihat oleh guru untuk mengukur penguasaan pengetahuan siswa. Data prestasi mata pelajaran kewirausahaan dapat diperoleh melalui dokumen nilai pada raport siswa dari pada saat semester 6 kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. 3. Tempat Praktik Kerja Lapangan Tempat
praktik
kerja
lapangan
adalah
tempat
siswa
mengintegrasikan kegiatan pendidikan (teori) di sekolah dengan kegiatan pendidikan (praktik) di dunia industri untuk memperoleh pengalaman kerja serta dalam rangka membiasakan diri dengan perkembanganperkembangan baru. Tempat praktik kerja lapangan dalam penelitian digolongkan dalam dua kategori yaitu BUMN dan Non BUMN. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal dengan perincian sebagai berikut.
51
Skala 1
untuk BUMN
Skala 2
untuk Non BUMN
4. Minat Berwirausaha Minat berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subyek untuk
tertarik
kemampuan kemudian
mengembangkan kegiatan
untuk
melihat
mengorganisisr,
usaha
yang
kesempatan-kesempatan mengatur,
mengambil
melibatkan usaha
yang
resiko,
dan
mengembangkan usaha yang diciptakan tersebut guna meraih keuntungan. Indikator
dalam
minat
berwirausaha
dilihat
dari angket
minat
berwirausaha yang didasarkan pada faktor yang mempengaruhinya yaitu kebutuhan pendapatan, harga diri, perasaan senang, dan peluang. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. G. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang jelas dan lengkap dalam suatu penelitian maka penulis dituntut kemampuannya untuk memilih tehnik yang tepat. Atas dasar itu maka untuk memperoleh data yang lengkap dan obyektif penyusun menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa dokumentasi adalah data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang nilai siswa pada semester 6 untuk mata pelajaran keahlian produktif dan
52
kewirausahaan. 2. Metode Angket/Kuisioner Metode kuesioner atau angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2010:194). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden
tinggal memilih. Penggunaan angket diharapkan
akan memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena alternatif jawaban telah tersedia, sehingga untuk menjawabnya hanya perlu waktu singkat. H. Instrumen Penelitian Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam megumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah (Suharsimi Arikunto, 2010:203). 1. Instrumen Prestasi Mata Keahlian Produktif Instrumen
ini
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden tentang prestasi mata kehalian produktif yaitu berupa nilai rata-rata mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Sleman pada saat semester 6.
53
2. Instrumen Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan Instrumen
ini
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden tentang prestasi mata pelajaran kewirausahaan yaitu berupa nilai rata-rata mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Sleman pada saat semester 6. 3. Instrumen Tempat Praktik Kerja Lapangan Instrumen
ini
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden tentang tempat praktik industri yang sudah dilakukan oleh siswa kelas XIII SMK Negeri 2 Depok Sleman. 4. Instrumen Minat Berwirausaha Instrumen
ini
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden tentang minat berwirausaha. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jenis angket tertutup yaitu angket yang jawabannya sudah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawabannya. Penyusunan instrumen minat berwirausaha didasarkan pada faktor faktor yang berpengaruh yaitu pendapatan, harga diri, perasaan senang, dan peluang. Pernyataan dalam angket berpedoman pada indikator dari variabel penelitian yang dijabarkan dalam beberapa butir soal, berupa pernyataan obyektif dan bersifat positif sehingga responden tinggal memberi tanda centang (√) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan responden. Angket ini disusun dengan model Likert yang menggunakan empat alternatif pilihan jawaban. Pada setiap alternatif pilihan jawaban telah ditentukan skor
54
masing-masing it e m sebagai berikut. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju)
Skor 1
Jawaban TS (Tidak Setuju)
Skor 2
Jawaban S (Setuju)
Skor 3
Jawaban SS (Sangat Setuju)
Skor 4
Pemberian bobot penilaian tersebut digunakan untuk menjaring data yang diperoleh dari responden yang selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan rumus statistik dalam teknik analisis data. Kisi kisi instrument dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Minat Berwirausaha Variabel Aspek Indikator Keinginan Perasaan Senang Internal
Perhatian
Minat Berwirausaha
Pengalaman
Eksternal
Lingkungan Jumlah
Keluarga Sekolah Masyarakat sekitar
Butir Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 32, 33 34, 35, 36 37, 38, 39, 40 40
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1.
Uji Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrument yang valid atau mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid memiliki validitas rendah.
55
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yang digunakan untuk mengetahui kevalidan instrument. Uji ini dilakukan dengan melihat korelasi atau skor masing-masing pertanyaan. Rumus korelasi product moment ini adalah sebagai berikut : 𝑟𝑥𝑦 =
𝑛∑𝑋𝑌 − ∑𝑋∑𝑌 2 𝑛∑𝑋2 − (∑𝑥)2 − 𝑛∑𝑌2 − (∑𝑌)
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi
n
= Jumlah subyek penelitian
X
= Skor dari tiap item
Y
= Skor seluruh item
(Suharsimi Arikunto, 2010:213)
Kriteria pengujian : Jika nilai rxy > r tabel maka item valid dan jika rxy ≤ r tabel maka dikatakan item tidak valid atau gugur. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan pada instrumen angket minat wirausaha siswa dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan SPSS maka hasil korelasi skor butir soal semua instrumen angket tidak ada yang gugur dengan pengambilan keputusan r > r tabel (> 0,361). 2. Uji Reliabilitas Instrumen Suharsimi Arikunto (2010:221) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai pengumpul data karena
56
instrumen tersebut sudah baik. Uji
reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang ulang. Pengukuran reliabilitas tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut. 𝑟𝑖𝑖 =
𝑘 ∑𝜎2 1 − 2𝑏 𝑘−1 𝜎𝑡
Keterangan : R11
= Koefisien Cronbach Alpha
K
= banyaknya item pertanyaan
∑𝜎𝑏2 = jumlah varians butir 𝜎2𝑡
= varians total
(Suharsimi Arikunto. 2010:239)
Hasil dari perhitungan yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan nilai alpha cronbach > 0,7 maka angket dinyatakan reliabel. Berdasarkan
hasil
uji
reliabilitas
dengan
bantuan
SPSS
mendapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,941 maka angket dinyatakan reliabel karena 0,941>0,7.
J. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk memperoleh hasil analisis yang lebih teliti dan
57
terpercaya. Prosedur yang digunakan dalam menganalisis data secara statistik adalah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif Data yang diperoleh dideskripsikan dengan perhitungan statistic deskriptif. Dengan perhitungan ini akan diperoleh atau akan diketahui harga rerata (M), median (Me), modus (Mo) dan simpanmgan baku atau standard deviasi (SD). Untuk
mengetahui kecendrungan tiap-tiap
variabel digunakan skor rerata ideal dan simpangan baku ideal tiap variabel. Katagori kecendruangan tiap variabel dibagi menjadi lima kategori dengan norma seperti yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2005:156), yaitu : M + 1,5 SD ke atas M + 0,5 SD s/d < M + 1,5 SD M – 0,5 SD s/d < M + 0,5 SD M – 1,5 SD s/d < M - 0,5 SD Kurang dari M – 1,5 SD
: Sangat Tinggi : Tinggi : Sedang : Rendah : Sangat Rendah
2. Uji Persyaratan Analisis a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel dalam penelitian ini datanya berdistribusi normal atau tidak sebagai persyaratan pengujian hipotesis, normalitas untuk data penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 dengan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov. Dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang dipergunakan adalah jika Asymp Sig ( 2-tailed) > α (p- value 0,05) maka
58
sebarannya dinyatakan normal. b.
Uji Linieritas Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas sebagai prediktor mempunyai hubungan linear atau tidak dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan dalam uji linearitas adalah sebagai berikut. 𝐹𝑟𝑒𝑔 =
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠
Keterangan : Freg
= Nilai F hitung
RKreg
= Rerata Kuadrat Regresi
RKres
= Rerata Kuadrat Residual
Signifikansi ditetapkan 5% sehingga apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dianggap hubungan antar masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear. Sebaliknya jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka tidak linear. c.
Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara
masing-masing
variabel
bebas.
Terjadi
multikolinieritas pada persamaan regresi dapat diartikan kenaikan variabel bebas (X) dalam memprediksi variabel terikat (Y) akan diikuti variabel bebas (X) yang lain (yang terjadi multikolinieritas). Kenaikan tersebut disebabkan pernyataan butir-butir pertanyaan pada variabel yang terjadi multikolinieritas menurut responden (sampel),
59
sebagian besar hampir sama (saling berkaitan erat). Variabel yang terjadi
multikolinieritas
harus
dikeluarkan
salah
satu.
Uji
Multikolinieritas ini menggunakan teknik metode VIF (variance inflation factor), dimana VIF = 1/tolerance, apabila
ni la i VIF
hitung < 10,00 maka tidak terjadi multikolinieritas. d. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua data atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki
variansi
sama.
Pengambilan
keputusan
untuk
uji
homogenitas adalah dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan 0,05, jika signifikansi yang diperoleh > 0,05 maka variansi setiap sampel sama (homogen), dan jika signifikansi yang siperoleh < 0,05 maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). 3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda yang digunakan pada hipotesis berikut. a. Pengujian hipotesis 1 dan 2 Hipotesis 1 dan 2 merupakan hipotesis yang menunjukkan hubungan sederhana antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat, sehingga untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan teknik analisis regresi sederhana yaitu untuk mengetahui pengaruh antara
60
variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y), dan variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y). Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis regresi ini adalah sebagai berikut. 1) Membuat Persamaan Regresi Sederhana Y = a + bX Y = Subyek Variabel Terikat yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (konstanta) b = angka arah atau koefisien regresi X = Variabel bebas
(Sudjana, 2005:61)
2) Mencari Koefisien Korelasi antara X dan Y Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi adalah sebagai berikut : 𝑟𝑥𝑦 =
∑𝑋𝑌 𝑋2 𝑌2
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi X = Variabel bebas Y = Variabel terikat
(Suharsimi Arikunto, 2010:316)
3) Membuktikan kebenaran hipotesis dengan t test Rumus untuk mencari nilai t hitung adalah sebagai berikut : 𝑡=
𝑟 𝑁−2 1 − 𝑟2
61
Keterangan : t = nilai t hitung r = Koefisien korelasi N = Jumlah sampel penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2010:337)
Pada taraf signifikansi α = 0,05 jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima. b. Pengujian hipotesis 3 Hipotesis ketiga
merupakan
hipotesis yang menunjukkan
hubungan ganda sehingga untuk menguji hipotesis tiga digunakan teknik analisis regresi ganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel bebas (X1 dan X2) secara bersama-sama
terhadap
variabel terikat (Y). Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis regresi ini adalah sebagai berikut. 1) Menyusun Persamaan Regresi Ganda Persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas adalah sebagai berikut : Y = b1X1 + b2X2 + b0
(Suharsimi Arikunto, 2010:344)
Keterangan : Y
= Kriterium (Variabel Terikat)
b0
= Konstanta
b1, b2 = koefisien predictor 1 dan koefisien predictor 2 (Koefisien Regresi) X1, X2 = Predictor 2 dan Predictor 2 (Variabel bebas)
62
2) Menghitung Koefisien Korelasi Majemuk Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi majemuk adalah sebagai berikut :
𝑅𝑦(1,2) =
𝑏1∑𝑋1 𝑌+𝑏2 ∑𝑋2 𝑌 ∑𝑌2
Keterangan : 𝑅𝑦(1,2) = Koefisien Korelasi Majemuk b1
= Koefisien prediktor x1
b2
= Koefisien prediktor x2
∑X1 Y
= Jumlah produk antara X1 dan Y
∑X2 Y
= Jumlah produk antara X2 dan Y
Y2
= Jumlah kuadrat kriterium Y
(Sugiyono, 2007:197)
3) Membuktikan kebenaran hipotesis dengan F test Formula yang digunakan untuk menghitung nilai t hitung adalah sebagai berikut : 𝑅2 (𝑁 − �� − 1) 𝐹= 𝑚(1 − 𝑅2 ) Keterangan : F = Nilai F hitung R2 = Koefisien Determinasi N = Jumlah sampel penelitian m = Jumlah variabel bebas
(Sugiyono, 2007:197)
Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho)
63
ditolak apabila F hitung lebih besar dari F tabel. sebaliknya apabila F hitung
Begitu pula
lebih kecil dari F tabel
maka
hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nihil (Ho) diterima. c. Pengujian hipotesis 4 Pengujian hipotesis ke empat dalam penelitian ini menggunakan perbandingan rata-rata uji t sampel k independen. Adapun prosedur uji hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1) Rumusan Hipotesis H0 : µi = µk (Tidak terdapat perbedaan minat berwirausaha pada siswa SMKN 2 Depok menurut tempat praktik industri) Ha : µi ≠ µk (Terdapat perbedaan minat berwirausaha pada siswa SMKN 2 Depok menurut tempat praktik industri) 2) Kriteria pengujian H0 ditolak jika p-value < taraf signifikansi α = 0,05 H0 diterima jika p-value ≥ taraf signifikansi α = 0,05 atau H0 ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel H0 diterima – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Jika H0 ditolak berarti Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan minat terhadap pelajaran seni musik antara siswa laki-laki dan perempuan.
64
4. Menentukan Sumbang Relatif dan Sumbangan Efektif a. Sumbangan Relatif (SR) Sumbang relatif menunjukkan besarnya sumbang secara relatif setiap prediktor
terhadap
kriterium
untuk
keperluan prediksi.
Sumbangan relatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. 𝑆𝑅% =
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 × 100% 𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡
Keterangan : SR %
= Prosentase sumbangan relatif
JKreg
= Jumlah kuadrat persamaan regresi
JKtot
= Jumlah kuadrat total
(Sutrisno Hadi, 2004:37)
b. Sumbangan Efektif (SE) Sumbangan sumbangan
efektif digunakan
untuk mengetahui
besarnya
secara efektif setiap predictor terhadap kriterium
dengan tetap mempertimbangkan variabel bebas lain yang tidak diteliti. Sumbangan efektif dapat dihitung dengan rumus: SE % = SR % x R2 Keterangan : SE %
= Prosentase sumbangan efektif
SR %
= Prosentase sumbangan relatif
R2
= Koefisien Determinasi
65
(Sutrisno Hadi, 2004:39)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data penelitian diperoleh menggunakan instrumen kuisioner maupun dokumentasi. Responden dalam penelitian diambil dari siswa
kelas XIII
SMK Negeri 2 Depok Sleman yang telah melakukan praktik kerja lapangan yang berjumlah 90 dari jumlah populasi sebanyak 389 dengan menggunakan proportional random sampling. Data penelitian terdiri dari prestasi mata keahlian produktif, prestasi mata pelajaran kewirausahaan, tempat kerja lapangan dan minat berwirausaha. Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian ini meliputi nilai Mean (M), Median (Me) dan Standart Deviasi (SD), serta disajikan tabel distribusi frekuensi untuk kecenderungan masingmasing variabel. 1. Mata keahlian produktif Jumlah kelas pada prestasi mata keahlian produktif dihitung dengan rumus Sturges (Sudjana, 2005:47). K = 1 + (3,3) log N dimana : K = banyaknya kelas N = banyaknya data = 90
66
Hasil perhitungan: K = 1 + (3,3) log 90 = 1 + (3,3) x 1,954 = 1 + 6,449 = 7,449 Jumlah kelas yang diambil sebanyak 7, sedangkan rentang data yaitu data terbesar dikurangi data terkecil, data terbesar 96 dan data terkecil 64 sehingga rentangnya adalah
96 - 64 =
32. Menentukan
panjang kelas interval P, jika banyaknya kelas diambil 7 maka P
32 = 7
4,57 dibulatkan ke atas yaitu 5. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Keahlian Produktif No 1 2 3 4 5 6 7
Interval 64 – 68 69 – 73 74 - 78 79 – 83 84 – 88 89 – 93 94 – 98 Total
Frekuensi
Prosen (%)
5 9 23 21 21 7 4 90
5,56 10,00 25,56 23,33 23,33 7,78 4,44 100,00
Frekuensi kumulatif 5 14 37 58 79 86 90
Prosen kumulatif (%) 5,56 15,56 41,11 64,44 87,78 95,56 100,00
Berdasasarkan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif diatas dapat digambarkan histogram distribusi frekuensi yang tersaji dalam gambar berikut ini:
67
25
23 21
21
20
15
9
10
7 5
4
5
0
63,5
68,5
73,5
78,5
83,5
88,5
93,5
98,5
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Keahlian Produktif Berdasarkan tabel 4 dan gambar 4 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif paling banyak pada interval 74-78 yaitu 23 siswa (25,56%). Distribusi frekuensi ketuntasan prestasi mata keahlian produktif ditunjukan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Keahlian Produktif Klasifikasi Tuntas Tidak tuntas Jumlah
Norma klasifikasi
Frekuensi
X ≥ 75 X < 75
70 20 90
Persen (%) 77,78 22,22 100,00
Kecenderungan ketuntasan prestasi mata keahlian produktif dalam tabel 5 dapat diilustrasikan dengan pie chart sebagai berikut.
68
22,22%
77,78%
Tuntas
Gambar 5.
Tidak tuntas
Pie Chart Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Keahlian Produktif Berdasarkan tabel 5 dan gambar 5 di atas, diketahui bahwa subjek
yang memiliki prestasi mata keahlian produktif
klasifikasi tuntas
sebanyak 77,78%, dan tidak tuntas sebanyak 22,22%. Nilai prestasi mata keahlian produktif mempunyai rata-rata sebesar 80,40 dan standar deviasi 7,07. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai prestasi mata keahlian produktif diatas KKM yaitu 70 siswa dari 90 siswa. 2. Mata pelajaran kewirausahaan Jumlah kelas pada prestasi mata pelajaran kewirausahaan dihitung dengan rumus Sturges (Sudjana, 2005:47). K = 1 + (3,3) log N dimana : K = banyaknya kelas N = banyaknya data = 90
69
Hasil perhitungan: K = 1 + (3,3) log 90 = 1 + (3,3) x 1,954 = 1 + 6,449 = 7,449 Jumlah kelas yang diambil sebanyak 7, sedangkan rentang data yaitu data terbesar dikurangi data terkecil, data terbesar 96 dan data terkecil 64 sehingga rentangnya adalah
96 - 64 =
32. Menentukan
panjang kelas interval P, jika banyaknya kelas diambil 7 maka P
32 = 7
4,57 dibulatkan ke atas yaitu 5. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi mata pelajaran kewirausahaan. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan No 1 2 3 4 5 6 7
Interval 64 – 68 69 – 73 74 - 78 79 – 83 84 – 88 89 – 93 94 – 98 Total
Frekuensi
Prosen (%)
11 9 29 13 20 6 2 90
12,22 10,00 32,22 14,44 22,22 6,67 2,22 100,00
Frekuensi kumulatif 11 20 49 62 82 88 90
Prosen kumulatif (%) 12,22 22,22 54,44 68,89 91,11 97,78 100
Berdasasarkan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi mata pelajaran keahlian diatas dapat digambarkan histogram distribusi frekuensi yang tersaji dalam gambar berikut ini:
70
35 29
30 25
20
20 15
13 11 9
10
6 5
2
0
63,5
68,5
Gambar 6.
73,5
78,5
83,5
88,5
93,5
98,5
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 6 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif paling banyak pada interval 74-78 yaitu 29 siswa (32,22%).
Distribusi frekuensi kategori
prestasi mata pelajaran kewirausahaan ditunjukan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan Klasifikasi Tuntas Tidak tuntas Jumlah
Norma klasifikasi
Frekuensi
X ≥ 75 X < 75
63 27 90
Persen (%) 70,00 30,00 100,00
Kecenderungan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dalam tabel 7 dapat diilustrasikan dengan pie chart sebagai berikut.
71
30,00%
70,00%
Tuntas
Gambar 7.
Tidak tuntas
Pie Chart Distribusi Frekuensi Ketuntasan Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan Berdasarkan tabel 7dan gambar 7 di atas, diketahui bahwa subjek
yang memiliki prestasi mata pelajaran kewirausahaan klasifikasi tuntas sebanyak 70,00%, dan tidak tuntas sebanyak 30,00%. Nilai prestasi mata pelajaran kewirausahaan mempunyai rata-rata sebesar 78,76 dan standar deviasi 7,48. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai prestasi mata pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 63 siswa dari 90 siswa. 3. Tempat Praktik Kerja Lapangan Tempat kerja lapangan dapat dikelompokkkan menjadi dua yaitu BUMN dan Non BUMN. Adapun tempat kerja lapangan dapat diilustrasikan dengan pie chart sebagai berikut.
72
28,89%
71,11%
BUMN
Non BUMN
Gambar 8. Pie Chart Distribusi Frekuensi Tempat Kerja Lapangan Berdasarkan gambar 8 di atas, siswa yang memilih kerja lapangan di lingkungan Non BUMN (64 siswa atau 71,11%) lebih banyak dibandingkan siswa yang memilih kerja lapangan di lingkungan BUMN (26 siswa atau 28,89%). 4. Minat Berwirausaha Jumlah kelas pada minat berwirausaha dihitung dengan rumus Sturges (Sudjana, 2005:47). K = 1 + (3,3) log N dimana : K = banyaknya kelas N = banyaknya data = 90
73
Hasil perhitungan: K = 1 + (3,3) log 90 = 1 + (3,3) x 1,954 = 1 + 6,449 = 7,449 Jumlah kelas yang diambil sebanyak 7, sedangkan rentang data yaitu data terbesar dikurangi data terkecil, data terbesar 130 dan data terkecil 71 sehingga rentangnya adalah
130 - 71=
59. Menentukan
panjang kelas interval P, jika banyaknya kelas diambil 7 maka P
59 = 7
8,43 dibulatkan ke bawah yaitu 8. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel minat berwirausaha. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha No 1 2 3 4 5 6 7
Interval 71 – 79 80 – 88 89 - 97 98 – 106 107 – 115 116 – 124 125 – 133 Total
Frekuensi
Prosen (%)
8 14 19 17 17 12 3 90
8,89 15,56 21,11 18,89 18,89 13,33 3,33 100,00
Berdasasarkan
tabel
distribusi
Frekuensi kumulatif 8 22 41 58 75 87 90
frekuensi
Prosen kumulatif (%) 8,89 24,44 45,56 64,44 83,33 96,67 100
variabel
minat
berwirausaha diatas dapat digambarkan histogram distribusi frekuensi yang tersaji dalam gambar berikut ini:
74
20
19
18
17
17
16 14 14 12 12 10 8 8 6 4
3
2 0
70,5
80,5
Gambar 9.
89,5
98,5
107,5
116,5
125,5
133,5
Histogram Distribusi Frekuensi Minta Berwirausaha
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 9 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi variabel minat berwirausaha paling banyak pada interval 89 -97 yaitu 19 siswa (21,11%).
Penentuan kategorisasi menjadi 5 sehingga
panjang kelas interval P
59 = 11,80 dibulatkan ke atas yaitu 12. 5
Distribusi frekuensi kategori minat berwirausaha ditunjukan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategori Minat Berwirausaha Klasifikasi Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Jumlah
Skor
Frekuensi
119 -130 107 - 118 95 – 106 83 – 94 71 - 82
9 23 25 23 10 90
75
Persen (%) 10,00 25,56 27,78 25,56 11,11 100,00
Kecenderungan minat berwirausaha dalam
tabel 9 dapat
diilustrasikan dengan pie chart sebagai berikut.
11,11%
10,00% 25,56%
25,56%
27,78%
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Gambar 10. Pie Chart Distribusi Frekuensi Kategori Minat Berwirausaha Berdasarkan tabel 9 dan gambar 10 di atas, diketahui bahwa subjek yang memiliki minat berwirausaha klasifikasi sangat tinggi sebanyak 10,00%,
tinggi sebanyak 25,56%, sedang sebanyak 27,78%, rendah
sebanyak 25,56% dan sangat rendah sebanyak 11,11%.
Minat
berwirausaha mempunyai rata-rata sebesar 100,08 dan standar deviasi 14,34. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha termasuk dalam kategori sedang. B. Uji Prasyarat Analisis Uji asumsi dilakukan sebelum analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu normalitas, linearitas dan homogenitas.
1. Analisis Uji Normalitas
76
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan untuk menguji normalitas data menggunakan teknik analisis Kolmogorov Sminrnov. Distibusi dikatakan normal jika p > 0,05 (Singgih.2001:74-75). Rangkuman hasil uji normalitas adalah sebagai berikut. Tabel 10. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Variabel Prestasi MK Produktif Prestasi MP Kewirausahaan Minat berwirausaha
Z 0,067 0,085
p 0,200 0,133
Keterangan Normal Normal
0,067
0,200
Normal
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: a. Uji normalitas variabel prestasi mata keahlian produktif diperoleh nilai KS-Z sebesar 0,067 dan p = 0,200(p > 0,05), ini menunjukkan bahwa variabel prestasi mata keahlian produktif memiliki sebaran normal. b. Uji nornalitas variabel
prestasi mata pelajaran kewirausahaan
diperoleh nilai KS-Z sebesar 0,085 dan p = 0,133 (p >0,05), ini menunjukkan bahwa variabel prestasi mata pelajaran kewirausahaan memiliki sebaran normal. c. Uji nornalitas variabel minat berwirausaha diperoleh nilai KS-Z sebesar 0,067 dan p = 0,200 (p > 0,05), ini menunjukkan bahwa variabel minat berwirausaha memiliki sebaran normal.
77
2. Uji Linearitas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan masing-masing varibel terikat memiliki hubungan linier atau tidak. Uji linieritas dapat diketahui dengan uji F . Rangkuman hasil uji linieritas dengan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut. Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Hubungan Prestasi MK Produktif dan Minat Berwirausaha Prestasi MP Kewirausahaan dan Minat Berwirausaha
F
p
Keterangan
5,134
0,026
Linear
4,910
0,030
Linear
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang dianalisis korelasinya mempunyai hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh hasil sebagai berikut. a. Ada hubungan yang linear antara variabel prestasi mata keahlian produktif dan minat berwirausaha dengan nilai F sebesar 5,134 dan p = 0,026 (p < 0,05). b. Ada hubungan yang linear antara variabel
prestasi mata pelajaran
kewirausahaan dan minat berwirausaha dengan nilai F sebesar 4,910 dan p = 0,030 (p < 0,05). 3. Uji Multikolinearitas Pedoman yang digunakan untuk menguji adanya hubungan antar variabel bebas dilakukan dengan jalan uji VIF. Adapun hasil uji linieritas hubungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
78
Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Prestasi MK Produktif
VIF 1,059
Prestasi MP Kewirausahaan
1,059
Keterangan Tidak ada gejala multikolinearitas Tidak ada gejala multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya suatu hubungan linear yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas, artinya uji multikolnieritas ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi diantara sesarna variabel bebas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diperoleh hasil nilai VIF pada variabel prestasi mata keahlian produktif prestasi mata pelajaran sebesar 1,059 (VIF < 10) sehingga tidak ada gejala multikolinearitas (Ghozali, 2011:28). 4. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas data minat berwirausaha menggunakan uji F. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur homogenitas dalam penelitian ini, apabila F hitung lebih kecil dari F tabel maka data bersifat homogen. (Sudjana, 2005:250). Tabel 10 berikut ini menyajikan hasil uji homogenitas distribusi data minat berwirausaha siswa pada siswa yang paraktik kerja lapangan di lingkungan BUMN dan lingkungan Non BUMN. Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas
Tempat PKL BUMN Non BUMN
n
Varians
F hitung
26 64
135,27 217,67
1,61
79
F tabel (α=5%)
Keterangan
1,798
Homogen
Berdasarkan tabel 13 di atas, diperoleh F hitung (1,61) lebih kecil dari F tabel (1,798), maka data minat berwirausaha siswa pada siswa yang paraktik kerja lapangan di lingkungan BUMN dan lingkungan Non BUMN bersifat homogen atau memiliki varian yang sama. C. Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan yang dirumuskan. Hipotesis ini harus diuji kebenaranya secara empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi sederhana dan analisis regresi linear berganda serta analisis uji beda untuk menguji hipotesis, penjelasan hasil pengujian hipotesis penelitian sebagai berikut. 1. Hipotesis variabel
prestasi belajar keahlian produktif siswa (X1)
dengan minat berwirausaha (Y) Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan
yang
positif
antara
prestasi
belajar
mata
keahlian
produktif siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta”. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana dan lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 14. Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Hubungan Prestasi Belajar Mata Keahlian Produktif Siswa dengan Minat Berwirausaha Variabel Konstanta Prestasi belajar keahlian produktif siswa
Koefisien 59,762
R
R2
F
p
0,501 0,247 0,061 5,732 0,019
80
a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi berdasarkan hasil analisis data sebesar 0,061. Hal ini menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar mata keahlian produktif siswa
memiliki kontribusi terhadap minat
berwirausaha yaitu sebesar 6,1%. b. Pengujian signifikansi dengan uji F. Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi prestasi belajar mata keahlian produktif siswa terhadap minat berwirausaha. Hipotesis yang diuji adalah terdapat hubungan yang positif
antara
prestasi
belajar
mata
keahlian
produktif siswa
dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Uji signifikasi menggunakan uji F. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 5,732 dengan nilai signifikansi 0,019 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat
berwirausaha siswa SMK Negeri 2
Depok Yogyakarta. 2. Hipotesis variabel
prestasi belajar keahlian mata pelajaran
kewirausahaan siswa (X2) dengan minat berwirausaha (Y) Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan
yang
positif
antara
prestasi
belajar
mata
pelajaran
kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta”. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana dan lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini.
81
Tabel 15. Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan Siswa dengan Minat Berwirausaha Variabel Konstanta Prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa
Koefisien 64,742
R
R2
F
p
0,449 0,234 0,055 5,102 0,026
a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi berdasarkan hasil analisis data sebesar 0,055. Hal ini menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa
memiliki kontribusi terhadap minat
berwirausaha yaitu sebesar 5,5%. b. Pengujian signifikansi dengan uji F. Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi prestasi belajar mata keahlian produktif siswa terhadap minat berwirausaha. Hipotesis yang diuji adalah terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Uji signifikasi menggunakan uji F. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 5,102 dengan nilai signifikansi 0,026 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta.
82
3. Hipotesis variabel prestasi belajar keahlian produktif siswa (X1) dan prestasi belajar keahlian mata pelajaran kewirausahaan siswa (X2) dengan minat berwirausaha (Y) Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta”. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana dan lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 16. Rangkuman Analisis Regresi Berganda Hubungan Prestasi Belajar Mata Keahlian Produktif Siswa dan Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha Variabel Konstanta Prestasi belajar keahlian produktif siswa Prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa
Koefisien 1,091
SE
R
R2
F
p
0,650 7,9% 0,390 0,152 7,781 0,001 0,594 7,3%
a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi berdasarkan hasil analisis data sebesar 0,152. Hal ini menunjukkan bahwa variabel prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan memiliki kontribusi terhadap minat berwirausaha yaitu sebesar 15,2%. Besarnya sumbangan efektif prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat berwira-usaha siswa adalah 7,9%. Besarnya sumbangan efektif prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan berwira-usaha siswa adalah 7,3%.
83
dengan minat
b. Pengujian signifikansi dengan uji F. Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha. Hipotesis yang diuji adalah terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Uji signifikasi menggunakan uji F. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 7,781 dengan nilai signifikansi 0,001 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan
prestasi
mata
pelajaran
kewirausahaan
dengan minat
berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. 4. Hipotesis perbedaan minat berwirausaha (Y) berdasarkan tempat praktik kerja lapangan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta berdasarkan tempat praktik kerja lapangan yaitu BUMN dan Non BUMN”. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana dan lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini.
84
Tabel 17. Hasil Uji Beda Tempat PKL BUMN Non BUMN
n
Mean
thitung absolut
ttabel
Keterangan
26 64
94.35 102,41
2,487
1,991
signifikan
Berdasarkan hasil uji uji beda di atas dapat diketahui bahwa uji beda antara siswa yang PKL di BUMN dan Non BUMN terhadap minat berwirausaha mempunyai thitung sebesar 2,487. Nilai thitung lebih besar dari ttabel sehingga terdapat perbedaan minat berwirausaha antara siswa yang PKL di Non BUMN dan BUMN. D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Disamping itu juga untuk mengetahui
perbedaan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2
Depok Yogyakarta berdasarkan tempat praktik kerja lapangan yaitu BUMN dan Non BUMN.
Analisis deskriptif selain digunakan untuk mendes-
kripsikan data pada instrumen juga digunakan untuk mengetahui gambaran secara empiris mengenai prestasi mata keahlian produktif, prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha siswa. Pembahasan hasil penelitian secara rinci diuraikan sebagai berikut. 1. Prestasi belajar keahlian produktif siswa Distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif paling banyak pada interval 74-78 yaitu 23 siswa (25,56%). Siswa yang
85
memiliki prestasi mata keahlian produktif
klasifikasi tuntas sebanyak
77,78%, dan tidak tuntas sebanyak 22,22%. Nilai prestasi mata keahlian produktif siswa mempunyai rata-rata sebesar 80,40 dan standar deviasi 7,07. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai prestasi mata keahlian produktif diatas KKM yaitu 70 siswa dari 90 siswa. 2. Prestasi mata pelajaran kewirausahaan Distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif paling banyak pada interval 74-78 yaitu 29 siswa (32,22%). Siswa yang memiliki prestasi mata pelajaran kewirausahaan klasifikasi tuntas sebanyak 70,00%, dan tidak tuntas sebanyak 30,00%. Nilai prestasi mata pelajaran kewirausahaan mempunyai rata-rata sebesar 78,76 dan standar deviasi 7,48. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai prestasi mata pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 63 siswa dari 90 siswa. 3. Prestasi mata pelajaran kewirausahaan Distribusi frekuensi variabel prestasi mata keahlian produktif paling banyak pada interval 74-78 yaitu 29 siswa (32,22%). Siswa yang memiliki prestasi mata pelajaran kewirausahaan klasifikasi tuntas sebanyak 70,00%, dan tidak tuntas sebanyak 30,00%. Nilai prestasi mata pelajaran kewirausahaan mempunyai rata-rata sebesar 78,76 dan standar deviasi 7,48. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai prestasi mata pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 63 siswa dari 90 siswa.
86
4. Minat berwirausaha Distribusi frekuensi variabel minat berwirausaha paling banyak pada interval 89 - 97 yaitu 19 siswa (21,11%). Siswa yang memiliki minat berwirausaha klasifikasi sangat tinggi sebanyak 10,00%, tinggi sebanyak 25,56%, sedang sebanyak 27,78%, rendah sebanyak 25,56% dan sangat rendah sebanyak 11,11%.
Minat berwirausaha mempunyai
rata-rata
sebesar 100,08 dan standar deviasi 14,34. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha termasuk dalam kategori sedang. 5. Prestasi mata keahlian produktif dan minat berwirausaha Hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan antara variabel prestasi keahlian produktif dan minat berwirausaha mempunyai koefisen korelasi positif dan nilai p pada Fhitung lebih kecil dari 0,05 sehingga ada hubungan antara variabel prestasi mata keahlian produktif dan minat berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ”Terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif siswa
dengan minat
berwirausaha siswa SMK
Negeri
2
Depok
Yogyakarta” terbukti kebenarannya. Semakin tinggi rata-rata mata keahlian produktif maka minat berwirausaha juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah rata-rata prestasi belajar mata keahlian produktif maka minat berwirausaha juga semakin rendah. Besarnya sumbangan efektif rata-rata prestasi belajar mata keahlian produktif dengan minat berwirausaha siswa adalah 7,9%.
87
Keahlian produktif merupakan kumpulan mata pelajaran bidang studi yang membentuk kompetensi pada siswa. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa maka siswa akan mampu mengembangkan diri untuk berkarir sesuai dengan kompetensinya. Sikap professional yang dibentuk oleh kompetensi siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa menangkap peluang dalam rangka membangun karir sesuai dengan bidang yang digeluti selama ini. 6. Prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha Hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan antara variabel prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha mempunyai koefisen korelasi positif dan nilai p pada Fhitung lebih kecil dari 0,05 sehingga sehingga ada hubungan antara variabel prestasi prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 2”Terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta” terbukti kebenarannya. Semakin tinggi prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan maka minat berwirausaha juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan maka minat berwirausaha juga semakin rendah. Besarnya sumbangan efektif prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan berwira-usaha siswa adalah 7,3%.
88
dengan minat
Jiwa wirausaha sebagai salah satu
modal untuk berwirausaha
perlu ditanamkan pada setiap individu, termasuk pada siswa tingkat sekolah menengah, khususnya sekolah menengah kejuruan. Hal ini sesuai dengan tujuan SMK yang menyebutkan bahwa SMK membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional di bidang yang diminatinya. 7. Prestasi belajar keahlian produktif siswa, prestasi mata pelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha Hasil uji regresi linear berganda pada tabel 13 dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha mempunyai koefisen korelasi positif dan nilai p pada Fhitung lebih kecil dari 0,05 sehingga ada hubungan antara variabel variabel prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 3”Terdapat hubungan yang positif antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta” terbukti kebenarannya. Apabila prestasi belajar
mata
pelajaran
kewirausahaan
prestasi
mata
pelajaran
kewirausahaan meningkat maka minat berwirausaha juga cenderung meningkat, begitu pula sebaliknya prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan prestasi mata pelajaran kewirausahaan menurun maka
89
minat berwirausaha juga cenderung menurun. Besarnya pengaruh prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan
secara
bersama-sama
terhadap
minat
berwi-
rausaha siswa adalah 15,2% 8. Minat berwirausaha siswa berdasarkan tempat praktik kerja lapangan Hasil uji uji beda pada tabel 14 dapat diketahui bahwa uji beda antara siswa yang PKL di BUMN dan Non BUMN terhadap minat berwirausaha mempunyai t hitung sebesar 2,487. Nilai t hitung lebih besar dari ttabel sehingga terdapat perbedaan minat berwirausaha antara siswa yang PKL di Non BUMN dan BUMN. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 ”Terdapat perbedaan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta berdasarkan tempat praktik kerja lapangan yaitu BUMN dan Non BUMN” terbukti kebenarannya. Minat berwirausaha siswa yang PKL di Non BUMN lebih besar dibandingkan dengan siswa yang PKL di BUMN. Praktik profesionalisme
kerja
lapangan
merupakan
lahan
pelatihan
siswa yaitu dengan proses penguasaan ketrampilan
melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Kreatifitas dan inisiatif dalam bekerja di industri akan melatih siswa mengembangkan ide-idenya, semakin kreatif dan berinisiatif
siswa dalam mengembangkan idenya
siswa akan semakin punya keinginan untuk berwirausaha, karena dalam berwirausaha dituntut kreativitas dan inisiatif yang tinggi
90
dalam
menghadapi persaingan di dunia industri. Pengetahuan kewirausahaan meliputi segala sesuatu yang diketahui
dalam apa saja yang menjadi
pangkal keberhasilan seseorang. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kewirausahaan dapat melakukan penilaian yang baik, baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya, tahu manfaatnya atau tahu untung ruginya, sehingga akhirnya akan menimbulkan reaksi perasaan yang positif.
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta, dengan nilai r x1y sebesar 0,247 dengan nilai signifikansi sebesar 0,019 ( p< 0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,501x1 + 59,762. Semakin tinggi prestasi mata keahlian produktif maka minat berwirausaha juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah prestasi mata keahlian produktif maka minat berwirausaha juga semakin rendah. Besarnya sumbangan efektif
prestasi belajar mata keahlian
produktif siswa dengan minat berwirausaha siswa adalah 7,9%. 2.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan siswa dengan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta, dengan nilai rx2y sebesar 0,234 dengan nilai signifikansi sebesar 0,026 (p<0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,449x2 + 64,742. Semakin tinggi prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan maka minat berwirausaha juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan maka minat berwirausaha juga semakin rendah. Sumbangan efektif prestasi belajar
92
mata pelajaran kewirausahaan
dengan minat berwirausaha siswa adalah
7,3%. 3.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi mata keahlian produktif dan prestasi mata pelajaran kewirausahaan dengan minat wirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta, dengan nilai Rx1x2y sebesar 0,390 dengan nilai signifikansi 0,001 ( p<0,05) dan diperoleh persamaan y = 0,650x1 + 0,594x2 + 1,091. Apabila prestasi belajar mata keahlian produktif dan mata pelajaran kewirausahaan meningkat maka minat berwirausaha juga cenderung meningkat, begitu pula sebaliknya prestasi belajar mata keahlian produktif dan mata pelajaran kewirausahaan menurun maka minat berwirausaha juga cenderung menurun. Besarnya pengaruh prestasi belajar mata keahlian produktif siswa dan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha siswa adalah 15,2%.
4.
Terdapat perbedaan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta berdasarkan tempat praktik kerja lapangan.
Minat
berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta yang melakukan praktik kerja lapangan di Non BUMN lebih tinggi dari pada di BUMN. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:
93
1. Perlunya meningkatkan kompetensi keahlian produktif yang merupakan kemampuan bidang studi siswa sehingga bisa meningkatkan minat berwirausaha siswa. 2. Perlunya meningkatkan pemahaman siswa tentang kewirausahaan siswa sehingga bisa meningkatkan minat berwirausaha siswa. 3. Perlunya meningkatkan kompetensi keahlian produktif yang merupakan kemampuan
bidang
studi
siswa
secara
bersama
sama
dengan
meningkatkan pemahaman siswa tentang kewirausahaan siswa sehingga bisa meningkatkan minat berwirausaha siswa. 4. Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan perlu memprioritaskan praktek kerja lapangan pada perusahaan swasta, industri kecil dan menengah agar siswa bisa meningkat minat berwirausaha.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Ahmad Mun’im R, 2005.
Hubungan Prestasi Belajar Program Diklat Kewirausahaan Dengan Minat Berwirausaha Siswa Kelas III SMK Negeri 1 Samarinda. Skripsi UNY. Yogyakarta
Ahmad Rizali, 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta : Grasindo Ainley, Mary, dkk. 2002. Interest, Learning and Psychological Process That Mediate Their Relationship. Journal of Educational Psychology : The American Psychological Association, Inc Aprita Aptiyasa, 2012. Pengaruh Mata Pelajaran Produktif dan Praktik Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Menjadi Tenaga Kerja Industri Jasa Konstruksi Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK N 2 Yogyakarta. Skripsi UNY. Yogyakarta Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Bergin, DA. 1999. Influences on Classroom Interest. Educational Psychologist : Lawrance Erlbaum Associates, Inc Darpujiyanto, 2010. Pembelajaran yang Membutuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. Dian Arini, 2011. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas 3 Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Pengasih Tahun Ajaran 2010/2012. Skripsi UNY. Yogyakarta Haryo Guntoro, 2007. Hubungan prestasi praktik kerja industri dengan minat berwirausaha siswa kelas II SMK Yapin Bekasi Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi UNY. Yogyakarta Imam Ghozali, 2009. Teori, Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kartini Kartono, 1991, Menyiapkan Dan Memandu Karir. Bandung: Alumi
94
Martanto, 2008. Kesiapan Mental Kerja Siswa Kelas III Jurusan Teknik Permesinan di SMK Negeri 2 Klaten Tahuh Ajaran 2007/2008. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Muniarti, AR dan Usman, N. 2009. Implementasi Manajemen Strategi : Dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Ciptapustaka Media Perintis Ngalim Purwanto, M, 2011. Rosdakarya
Psikologi Pendidikan.
Bandung :
Remaja
Petrus, E, 2004. Menyiasati Praktek Kerja Industri untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : CV Moefh Design Rizki. (2012). 7,2 Juta Orang Indonesia Statusnya Pengangguran. Diakses di http://news.liputan6.com tanggal 6 Januari 2013. Singgih Santoso, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sony Heru Priyanto, 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal PNFI/Volume 1/No 1 November 2009 Sri Habsari, 2005. Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta : Grasindo Sudjana , 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sumarni, 2006. Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Smk Negeri 2 Semarang. Penelitian UNES. Semarang Suryana, 2011. Kewirausahaan, Jakarta : Salemba Empat Syaiful Bahri Djamarah, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Thursan Hakim, 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Umi Sukanti Nirbito, 2000. Manajemen Perusahaan Kecil dan Kewirausahaan. Jakarta : PGSM Depdiknas
95
Wasa Yulia dkk, 2008. Analisis Karakteristik Mahasiswa Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepemilikan Usaha Mandiri Mahasiswa Its. Jurnal Ilmiah
Wasty Soemanto, 1999. Pendidikan Kewirausahaan, Jakarta : Bumi Aksara Winkel, 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia
96