Kontribusi Limbah Sabut Kelapa Terhadap Nilai Skid Resistance Aspal Beton Campuran Panas Puspita Jayanthi, Sigit Pranowo Hadiwardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Email :
[email protected];
[email protected]
Abstrak Kekesatan permukaan jalan merupakan kondisi tahanan gesek antara permukaan jalan dan ban kendaraan sehingga tidak mengalami selip atau tergelincir baik pada kondisi basah waktu hujan ataupun kering. Kekesatan permukaan jalan bergantung pada jenis tekstur permukaan, apabila tekstur yang kasar akan memberikan kekuatan yang lebih dibandingkan dengan permukaan yang licin. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dan analisis tingkat kekesatan permukaan perkerasan dengan alat British Pendulum Tester pada sampel campuran Asphalt Concrete – Wearing Course dan pada sampel yang telah terjadi akibat perubahan alur karena terlintas oleh mesin Wheel Tracking sebagai simulasi roda kendaraan di lapangan. Dimana campuran Asphalt Concrete – Wearing Course yang telah dicampur limbah serat serabut kelapa dengan kadar komposisi 0% ; 0,75% dan 1,5% terhadap aspal modifikasi. Pengujian dilakukan dengan variasi suhu 260C, 300C, 350C, 400C, 450C, 500C dalam keadaan kondisi basah. Dengan penambahan serat serabut 0,75% pada aspal modifikasi ini , menghasilkan nilai kekesatan permukaan yang lebih tinggi sehingga menambah kestabilan jalan dan memiliki kemampuan tahanan yang tinggi terhadap perubahan suhu pada permukaan aspal dimana yang bersentuhan langsung dengan roda pada kendaraan.
Contribution of Short Coco Fiber To Pavement Skid Resistance of Hot Mix Asphalt Concrete Abstract Skid resistance is the frictional condition resistance between road surface and vehicle tires that are not encountering either slip when wet conditions or dry conditions. Skid resistance depends on the type of surface texture if the rough texture will provide more power than the slip surface. This research is done measurement and analysis of skid resistance number with British Pendulum Tester for mix specimen of Asphalt Concrete – Wearing Course and specimen has happened due to changes of flow because passed by Wheel Tracking machine as simulation of vehicle wheels on the ground. Which mixture Asphalt Concrete – Wearing Course has mixed fiber of coconut with content 0% ; 0,75% and 1,5% to asphalt modification. Testing is done with temperature variations 260C, 300C, 350C, 400C, 450C, 500C on wet conditions. The addition fiber of coconut 0,75% on this asphalt modification will result higher values skid resistance due add the stability of road and have the ability of high resistance to temperature changes on the surface of the asphalt which in direct contact with the wheels on the vehicle. Keywords: Asphalt Concrete, Coco Fiber, Skid Resistance
1 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
PENDAHULUAN Jalan raya merupakan bagian terpenting dalam kegiatan mobilisasi lalu lintas. Segala bentuk moda akomodasi darat akan saling mempunyai keterkaitan dengan adanya infrastruktur jalan raya, dimana memungkinkan pergerakan kendaraan - kendaraan guna mengangkut manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lainnya. Untuk mendapatkan kondisi jalan yang baik, sejak awal perlu direncanakan perkerasan jalan yang sesuai dengan tingkat kepadatan lalu lintas. Perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia adalah campuran Laston (LASTON) dan Hot Rolled Sheet (HRS). Agregat yang umum digunakan untuk perkerasan jalan adalah batu pecah, pasir dan abu batu sebagai bahan pengisi atau filler[1]. Perkerasan lentur lapisan aspal beton adalah lapisan permukaan konstruksi perkerasan lentur jalan yang mempunyai nilai struktural. Kekuatan perkerasan lapisan aspal beton diperoleh dari kualitas agregat yang digunakan dan dari struktur agregat yang saling mengunci (Interlocking), menghasilkan geseran internal yang tinggi dan saling melekat bersama lapis tipis aspal diantara butiran agregat[2]. Indonesia sebagai negara tropikal, memiliki bervariasi suhu temperatur yang nantinya akan mempengaruhi dampak pada kondisi permukaan jalan aspal beton terutama ketika musim kemarau, temperatur suhu akan meningkat[3]. Keadaan kondisi dari jalan raya sangat mempengaruhi pergerakan dari kendaraan maupun keselamatan dari para pengendara. Beberapa kasus menunjukkan angka kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat pada jalan yang mempunyai nilai tahanan selip rendah. Oleh karena itu kekesatan permukaan jalan sangatlah penting. Kekesatan merupakan kondisi tahanan gesek antara permukaan jalan dan ban kendaraan sehingga tidak mengalami selip atau tergelincir baik pada kondisi basah ataupun kering
[4]
. Nilai tahanan gesek minimum yang disarankan disajikan
dalam Tabel 1. Tabel 1. Nilai Resistensi Gesek Minimum yang Disarankan [5] Kategori
Tipe Lokasi
A
Lokasi-lokasi yang sulit seperti: 1. Bundaran 2. Belokan berjari-jari < 150m pada jalan bebas hambatan 3. Kemiringan 1:20 atau lebih curam, dengan panjang > 100m 4. Lengan pendekat simpang bersinyal pada jalan bebas hambatan Jalan utama / cepat, menerus dan jalan kelas I dan jalan berlalulintas berat diperkotaan ( > 2000 kendaraan per hari) Lokasi – lokasi lainnya
B C
2 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Angka Kekesatan 65
55 45
Pada penelitian ini mencoba untuk menggunakan material alternatif sebagai komponen dalam campuran aspal. Salah satu bahan alternatif yang akan dimanfaatkan sebagai bahan pada campuran aspal beton adalah limbah serat serabut kelapa yang memiliki ukuran pendek dan halus yang akan digunakan sebagai bahan campuran perekat pada aspal. Dengan mengaplikasikan bahan dari limbah serat serabut kelapa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap campuran Asphalt Concrete - Wearing Course aspal penetrasi 60/70 dan mengetahui nilai kekesatan yang terjadi apabila campuran dimodifikasi dengan serat serabut kelapa. TINJAUAN TEORITIS Agregat Agregat adalah partikel-partikel material berbutir yang salah satunya dipakai dalam kombinasi dengan beberapa macam tipe bahan perekat untuk membentuk beton. Pada lapisan permukaan kasar beton aspal dimana dengan ukuran agreragat terbesar sebesar 19mm. Berikut Standar dari spesifikasi gradasi gabungan yang nantinya akan digunakan dalam penggabungan agregat untuk menentukan persentase dari masing-masing agregat. Tabel 2. Gradasi agregat gabungan [6] Ukuran ayakan (mm) 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.18 No.30 No. 50 No.200 Pan
19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,075 0
Spesifikasi % Spesifikasi Max lolos Min 100 100 90 69 53 40 30 22 10 0
100 91 81 59 43 33 25 16 6 0
100 90 72 54 39,1 31,6 23,1 15,5 4 0
3 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Serat Serabut Kelapa Sabut kelapa merupakan hasil sampingan, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35% dari bobot buah kelapa. Pengolahan serabut kelapa itu sendiri menghasilkan 2 macam produk yaitu produk utamanya adalah serat kelapa (Coco Fiber) ratarata 30% dari bagian serabut kelapa dan debu atau serbuk kelapa (Coco Peat) rata-rata 70% dari bagian serabut kelapa sebagai hasil sampingan dari pengolahan serabut kelapa. Serat yang digunakan adalah serat serabut kelapa yang dapat lolos dari saringan agregat yang berukuran 12 mm dan tertahan pada saringan yang berukuran 10 mm. Serat serabut kelapa direndam selama 30 menit lalu ditiriskan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 30°C selama 10 jam sampai 12 jam[7]. Serat serabut kelapa yang dimasukkan ke dalam oven bertujuan untuk mengeringkan serat dari kandungan air. Setelah serat serabut kelapa dioven selama waktu yang terlah ditentukan, serat serabut kelapa dikeluarkan dari oven lalu serat ini didiamkan terlebih dahulu di udara terbuka sampai mencapai berat tetap. Setelah itu serat serabut kelapa dipisahkan secara manual dengan menggunakan sikat halus. Terakhir, serat serabut kelapa dipotong – potong menggunakan gunting sesuai panjang serabut yang dikehendaki. Skid Resistance Tahanan gesek pada lapisan permukaan jalan merupakan suatu kondisi yang sangat penting bagi karakteristik permukaan jalan, yang nantinya akan mempengaruhi dengan keadaan keamanan lalu lintas. Skid resistance memberikan suatu gambaran bagi kecepatan secara aktual. Lalu lintas dalam kondisi normal jika semakin tinggi kecepatan sebuah kendaraan maka nilai skid resistance semakin kecil
[8]
. Tegangan kritis yang terjadi pada lapisan
perkerasan lentur dihasilkan oleh beban lalu lintas. Seperti yang diketahui, suhu temperatur sangat mempengaruhi keretakan dan fleksibel pada perkerasan jalan [9]. Prosedur untuk mengukur kekesatan permukaan perkerasan menggunakan alat British Pendulum Skid Resistance Tester (BPT), termasuk prosedur untuk mengkalibrasi alat uji [10].
4 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Alat Uji British Pendulum Tester METODE PENELITIAN Agregat dan Aspal Material – Material yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari beberapa unsur bahan utama dan pendukung yang nantinya dapat menunjang penelitian ini. Komponen pertama yang harus dipersiapkan adalah aspal sebagai bahan utama dalam pencampuran. Jenis aspal yang digunakan adalah jenis aspal minyak penetrasi 60/70. Komponen terpenting kedua yaitu agregat kasar, medium dan halus yang didapatkan dari Rumpin terletak di kota Bogor, Asphalt Mixing Plant.
Agregat
Aspal
Dari semua jenis pengujian agregat, dilakukan beberapa pengujian terhadap agregat kasar, medium dan halus yang memiliki hubungan dalam pembuatan benda uji. Adapun pengujian yang dilakukan dapat terlihat pada rangkuman Tabel 3 dibawah ini.
5 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Karakteristik agregat
AASHTO T-85-81 AASHTO T-85-81 AASHTO T-85-81 SNI 1969 -1989- F SNI 03-2417-1991
Agregat Kasar 2,52gr/cm3 2,58gr/cm3 2,68gr/cm3 2,4 % 18,82 %
Agregat Medium 2,52 gr/cm3 2,59 gr/cm3 2,69 gr/cm3 2,4%
SNI 03-2439-1991
98 %
-
-
SNI 03-4426-1997 ASTM D4791
18,56 % 6,83 %
-
-
SNI 03-4142-1996
0,9 %
-
-
Karakteristik
Standar Pengujian
Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan air Abrasi dengan mesin Los Angeles Kelekatan Terhadap Aspal Impact Partikel pipih dan lonjong Material Lolos saringan no 200
22,12 %
Agregat Halus 2,53gr/cm3 2,58r/cm3 2,66gr/cm3 2,04 % -
Jenis aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal penetrasi 60/70 produksi Caltex. Pemeriksaan karakteristik dan sifat-sifat aspal memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan, maka dilakukan berbagai jenis pengujian serta metode yang terangkum pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Data Hasil Pengujian Aspal Jenis Pemeriksaan Penetrasi (25ºc 5 Detik); 100 Gr; 5 Detik; 0,1 Mm Titik Lembek Titik Nyala, ºc Daktilitas (25ºc, 5 Cm) Berat Jenis (25ºc) Kelarutan Dalam Trichlorethylen, %Berat Penurunan Berat ( Dengan TFOT), %Berat Penetrasi Setelah Penurunan Berat, % Asli
Metode SNI 06 - 2456 -1991
Persyaratan 60 - 70
Hasil 64,39 mm
SNI 06 - 2434 -1991 SNI 06 - 2433-1991 SNI 06 - 2432 -1991 SNI 06 - 2441 -1991 RSNI M - 04 -2004
48 - 58 Min 200 Min 100 Min 1,0 Min 99
48º C 280º C >110 cm 1,005 99,59%
SNI 06 - 2440 -1991
Max 0,8
0,45%
SNI 06 - 2456 -1991
Min 54
66,83%
6 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Modifikasi Aspal dengan Serat Serabut Kelapa Serat Serabut kelapa yang digunakan dalam pengujian ini adalah serat serabut kelapa halus (coco fiber ) yang sudah tidak terpakai dan menjadi limbah. Pada serat serabut kelapa limbah banyak mengandung debu atau serbuk kelapa (coco peat). Panjang serat serabut kelapa yang digunakan antara 5mm - 25mm hal ini di karenakan jika serat serabut kelapa yang digunakan terlalu panjang bisa menyebabkan serat tersebut saling mengikat dan tidak tersebar secara merata. Berikut gambar dari material serat serabut kelapa dan hasil setelah dimodifikasi dengan aspal penetrasi 60/70.
Serat Pendek Serabut
Kombinasi Campuran Aspal dengan Serabut
Kadar komposisi serat serabut kelapa yang dicampur dengan aspal adalah 0,75% dan 1,5% terhadap bobot total aspal berserabut. Pada saat proses pencampuran dilakukan, temperatur harus dijaga secara konstan yaitu sebesar 150 – 160°C selama durasi 10 menit. Berikut dapat terlihat pada gambar 1 dan gambar 2 yaitu hasil karakteristik aspal modifikasi berupa pengujian penetrasi dan titik lembek dari masing-masing komposisi serat.
Penetrasi Kombinasi Persentase Aspal + Serat Serabut 65 ) 64 m63 m d ( 62 is 61 rat 60 e n e 59 P i 58 lai 57 N 56 55
Penetrasi Kombinasi Persentase A spal + Serat Serabut
0
0.75 Prosentase ( % )
1.5
Gambar 1. Nilai Penetrasi dari masing-masing komposisi serat
7 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Titik Lembek Kombinasi Persentase Aspal + Serat Serabut 56 55 ) C54 ( 53 ek b 52 m e L51 k it i 50 T 49
Titik L embek Kombinasi Persentase A spal + Serat Serabut
48 0
0.75 Prosentase ( % )
1.5
Gambar 2. Nilai Titik Lembek dari masing-masing komposisi serat Perencanaan Campuran (Gradasi Agregat + Aspal Pen 60/70) Tahap awal yang dilakukan dalam perencanaan campuran adalah dengan menentukan gradasi agregat yang akan di gunakan harus berada antara spesifikasi maksimum dan minimum dari gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal beton Asphalt Concrete – Wearing Course. Seperti terlihat pada Gambar 3 hasil dari gradasi agregat campuran yang telah memenuhi standar spesifikasi.
Gambar 3. Gradasi Agregat Campuran Selanjutnya dibuat benda uji Marshall dengan
6 variasi kadar aspal, yaitu 4,5% dan
seterusnya sampai 7% dengan kelipatan tambahan 0,5% keatas, masing-masing variasi dibuat 3 (tiga) benda uji, total benda uji 18 buah. Variasi kadar aspal campuran tersebut dibuat dengan mengunakan aspal Pen 60/70. Benda uji yang dibuat adalah benda uji 8 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Marshall standar berbentuk selinder dengan tabung cetakan berukuran 4” (102 mm) dan tinggi benda uji setelah dicetak 2.5 inch (63.5 mm). Persiapan dari Pengujian Skid Resistance Prosedur pembuatan benda uji Skid Resistance sama dengan proses saat pembuatan benda uji Wheel Tracking . Benda uji Skid Resistance dibuat dengan disesuaikan dengan memakai cetakan benda uji Wheel Tracking yang mempunyai ukuran 30cm x 30cm x 5cm yang kemudian di potong menjadi beberapa bagian sesuai ukuran untuk benda uji Skid Resistance yaitu ukuran 12cm x 5cm x 5cm. Berikut gambar alat skid resistance beserta wadah yang digunakan untuk menjaga agar keadaan suhu permukaan benda uji tetap stabil.
Alat uji skid resistance
Leveling benda uji
Pengujian dengan variasi suhu
Setelah benda uji selesai dibuat, dilakukan pengujian (British Pendulum Tester) atau Uji Skid Resistance. Cara uji ini terdiri atas alat penguji jenis pendulum yang dipasang karet peluncur standar untuk menentukan sifat-sifat hambatan atau gesekan (Frictional) atau kekesatan permukaan perkerasan yang diuji. Dengan variasi temperatur dari 26°C, 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C didapat perbedaan nilai (British Pendulum Number) dari setiap benda uji dalam keadaan basah. Untuk menjaga suhu permukaan saat diuji dilakukan modifikasi tempat untuk perletakan benda uji dengan ukuran nampan 46cm x15cm x10cm yang di tuangkan air sampai benda uji terendam dan kemudian di panaskan menggunakan Heater Electric sesuai suhu yang diinginkan.
9 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh serat serabut kelapa terhadap nilai skid resistance sebelum terlintas oleh mesin Wheel Tracking Data hasil grafik perbandingan antara temperatur dan suhu terhadap campuran kadar aspal dan serat serabut 0% ; 0,75% ; 1,5% untuk benda uji dalam keadaan normal sebelum terlintas dapat terlihat pada grafik berikut.
Temperature vs BPN kadar serabut 0 % 68 67 66 N65 P B i 64 lai N63
Temperature vs B PN kadar serabut 0 %
y = -‐0.2318x + 73.273 R² = 0.9475
62 61 60 20
25
30
35
40
45
50
55
Gambar 4. Hubungan Temperatur dengan Nilai BPN Pada Kadar Serabut 0%
Temperature vs BPN kadar serabut 0.75% 76 74 N72 P B ia 70 il N68
Temperature vs B PN kadar serabut 0.75%
y = -‐0.3364x + 82.753 R² = 0.9318
66 64 20
30
40
50
Temperature °C
Gambar 5. Hubungan Temperatur dengan Nilai BPN Pada Kadar Serabut 0,75%
10 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Temperature vs BPN kadar serabut 1.5% 71 70 69 N P68 B ia li 67 N 66
Temperature vs B PN kadar serabut 1.5%
y = -‐0.2115x + 7 5.865 R² = 0 .982
65 64 20
30
40
50
Temperature °C
Gambar 6. Hubungan Temperatur dengan Nilai BPN Pada Kadar Serabut 1,5% Hasil dari masing-masing grafik diatas dimana campuran dengan kadar serat yang berbeda – beda yaitu 0% ; 0,75% dan 1,5% terlihat hubungan antara temperatur dan Skid Number. Pada perkerasan lentur dengan kadar normal 0% maupun pada penambahan serat dengan kadar 0,75% dan 1,5%, seiring dengan peningkatan suhu maka Skid Number akan menurun. Hal ini erat kaitannya dengan sifat campuran beraspal yang mudah lembek bila suhu meningkat. Sebaliknya bila suhu menurun akan mengeras dan nilai kekesatannya akan meningkat. Berdasarkan hasil pengujian aspal modifikasi
diketahui bahwa dengan
penambahan kadar serat akan menurunkan nilai penetrasi. Lain halnya dengan hasil pengujian titik lembek. Penambahan serat pada aspal modifikasi akan meningkatkan nilai titik lembek.
Grafik Hubungan Temperatur dan Nilai BPN 80 75 N70 P B i al i 65 N 60 55 25
30
35
40
Temperatur °C
45
50
Serat 0% Serat 0.75% Serat 1.5%
Gambar 7. Perbandingan tiga persentase aspal modifikasi serabut
11 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Ketiga hasil perbandingan hubungan antara temperatur dengan skid number, dari beberapa campuran aspal modifikasi memiliki persamaan yaitu mengalami penurunan skid number, seiring dengan kenaikan suhu. Tetapi jika bila dibandingkan dengan ketiga komposisi serat yang ada akan lebih dominan hasil skid number, dengan kadar serat 0,75%. Serat berupa serabut kelapa bersifat organik dan dikhawatirkan akan mudah lapuk dan mudah terbakar. Hasil yang didapatkan pada skid number, yaitu nilai optimum dengan penambahan kadar 1,5%. Pengaruh serat serabut kelapa terhadap nilai skid resistance setelah terlintas oleh mesin Wheel Tracking Data hasil grafik perbandingan antara temperatur dan suhu terhadap campuran kadar aspal dan serat serabut 0% ; 0,75% ; 1,5% untuk benda uji dalam keadaan setelah terlintas dapat terlihat pada grafik berikut. Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 0% ( 3 cycling ) 54 Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 0% ( 3 cycling )
52 N P50 B i al i 48 N 46
y = -‐0.3453x + 61.94 R² = 0.9816
44 20
Gambar
8.
25
30 35 40 45 Temperature °C
50
55
Hubungan Temperatur dengan
Nilai BPN Pada Kadar Serabut 0%
(3 Lintasan) Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 0.75% ( 1 cycling ) 62 60 Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 0.75% ( 1 cycling )
N58 P B i 56 al i N54
y = -‐0.2871x + 67.481 R² = 0.886
52 50
20
25
30 35 40 45 Temperature °C
50
55
Gambar 9. Hubungan Temperatur dengan Nilai BPN Pada Kadar Serabut 0,75% (1 Lintasan) 12 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 1.5% ( 1 cycling )
62 60 58 N P56 B i lai 54 N 52
Temperature vs Nilai BPN kadar serabut 1.5% ( 1 cycling )
y = -‐0.379x + 69.544 R² = 0.9607
50
48 20
25
30
35 40 45 Temperature °C
50
55
Gambar 10. Hubungan Temperatur dengan Nilai BPN Pada Kadar Serabut 1,5% (1 Lintasan) Grafik diatas adalah hasil nilai Skid Number dari benda uji setelah terlintasi oleh mesin Wheel Tracking. Hasil dari masing-masing grafik diatas yang memiliki campuran dengan kadar yang berbeda dan dengan lintasan yang berbeda pula. Yaitu pada aspal murni 0% memiliki 3 kali lintasan dan aspal modifikasi 0,75% ; 1,5% memiliki masing-masing 1 kali lintasan. Terlihat bahwa pada perkerasan lentur baik yang memiliki kadar normal 0% dengan 3 kali lintasan dan dengan penambahan serat dengan kadar 0,75% dan 1,5% dengan 1 kali lintasan. Seiring dengan penambahan suhu maka nilai skid tampak menurun. Pada suhu udara dan permukaan menunjukkan bahwa perkerasan lentur dengan suhu udara dan permukaan meningkat maka nilai skid menjadi turun. Penambahan serat jika dihubungkan dengan kenaikan suhu, tidak mempengaruhi tinggi atau rendahnya nilai skid. Hanya saja bentuk fisik dari benda uji itu sendiri secara visualisasi sangat berbeda dengan yang sebelum dan setelah terlintas. Grafik Hubungan Temperatur dan Nilai BPN 62 60 58 56
N P54 B i a il 52 N 50 48 46 44 25
30
35
40
45
50
Temperature °C serabut 0% ( 3 cycle )
serabut 0,75% ( 1 cycling )
serabut 1.5% ( 1 cycling )
Gambar 11. Perbandingan tiga persentase aspal modifikasi serabut dan Banyaknya Lintasan 13 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Ketiga hasil perbandingan hubungan antara temperatur dengan nilai skid dari beberapa campuran aspal modifikasi (berserat serabut kelapa) memiliki persamaan yaitu mengalami penurunan nilai skid seiring dengan kenaikan suhu temperatur. Benda uji yang mendapatkan perlakuan 3 kali lintasan jauh memiliki nilai skid resistance yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua sample kadar 0,75% dan 1,5% dengan beban 1 kali lintasan. Hasil pengujian skid dengan kadar 0% 3 kali lintasan secara visualisasi, bentuk tekstur permukaan dalam keadaan lebih halus dan licin dibandingkan dengan benda uji dengan campuran berserat 1 kali lintasan. Dalam simulasi ini, roda yang melintasi lapisan permukaan mempunyai beban sebesar 8,16 ton. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Skid Number akan berangsur berkurang seiring dengan banyaknya atau penambahan lintasan pada lapisan permukaan. Perbandingan nilai skid resistance terhadap benda uji sebelum dan setelah terlintas oleh mesin Wheel Tracking Data hasil grafik perbandingan antara benda uji dalam keadaan normal sebelum terlintas dengan benda uji dalam keadaan setelah terlintas.
Gambar 12. Perbandingan Nilai BPN Pada Benda Uji Kadar Serabut 0%
Gambar 13. Perbandingan Nilai BPN Pada Benda Uji Kadar Serabut 0,75% 14 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
Gambar 14. Perbandingan Nilai BPN Pada Benda Uji Kadar Serabut 1,5% Terdapat tiga grafik perbandingan antara pengujian dengan benda uji dalam keadaan sebelum dan setelah terlintasi. Berdasarkan grafik diatas, nilai yang dominan lebih meningkat adalah pada pengujian benda uji yang sebelum terlintasi oleh mesin Wheel Tracking. Untuk lapisan permukaan yang telah terlintasi akan menurunkan nilai hasil Skid Number. Nilai Skid Number didapat dari tahanan gesek. Tahanan gesek dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu variasi bentuk profil permukaan jalan, kondisi roda yang melintasi jalan, tekstur permukaan jalan maupun kondisi cuaca. Tahanan gesek diperlukan untuk memberikan tambahan gaya traksi, gaya pengereman maupun kendali arah dan tahanan kesamping. Dengan penambahan serat pada aspal modifikasi ini menambah kestabilan jalan pada permukaan aspal dimana yang bersentuhan langsung dengan roda pada kendaraan dan temperatur cuaca. Kekesatan permukaan jalan bergantung pada jenis tekstur permukaan, apabila tekstur yang kasar akan memberikan kekuatan yang lebih dibandingkan dengan permukaan yang licin. Dengan penambahan serat serabut yang terlalu berlebihan yaitu kadar 1,5%, tidak mendapatkan hasil yang optimum melainkan menurunkan nilai skid yang ada. Perkerasan jalan perlu direncanakan dengan memperhatikan tekstur permukaan agar tersedia kekesatan yang memadai. Dalam perkerasan jalan Aspal Concrete yaitu perihal disini adalah pada kadar 0%, memiliki tekstur permukaan yang lebih halus. Dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan serat serabut 0,75% akan menambah kinerja aspal modifikasi dan memiliki kemampuan tahanan yang tinggi terhadap perubahan suhu jika dibandingkan dengan kadar serat serabut 1,5%. Nilai Skid Number akan menurun seiring dengan banyaknya lintasan yang melewati sisi pemukaan jalan.
15 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian aspal secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil dari pengujian Skid Resistance terhadap Asphalt Concrete – Wearing Course pada aspal murni maupun pada campuran aspal dengan bahan tambah sabut kelapa antara kadar serat 0,75% dan 1,5%, tampak yang lebih dominan meningkat adalah pada kadar serat serabut 0,75%. Nilai Skid Number yang dihasilkan dengan rata-rata > 60. 2. Hasil dari nilai Skid Resistance pada sampel yang telah terjadi pembebanan oleh mesin Wheel Tracking mengalami penurunan yaitu dengan nilai Skid Resistance sebesar 40 sampai dengan 60 dibandingkan dengan benda uji yang belum mengalami beban lintasan. 3. Penambahan serat serabut 0,75% akan menambah kinerja
aspal modifikasi
(penambahan sabut kelapa) menunjukkan kemampuan tahanan yang tinggi terhadap perubahan suhu jika dibandingkan dengan kadar sabut kelapa1,5%. Artinya penambahan sabut kelapa > 0,75% tidak meningkatkan kinerja campuran aspal.
DAFTAR REFERENSI [1]
Arifin, Muhammad
Zainul. Penggunaan Lumpur Lapindo Sebagai Filler Pada
Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jurnal Rekayasa Sipil Vol.5, no 3 – 20 11. [2]
Salim. Studi Karakteristik Perkerasan Jalan Beton Aspal Dengan Menggunakan Abu Limbah AMP Dan Penambahan Serat Serabut Kelapa. Majalah Ilmiah AL – Jibra ISSN 1411 – 7797, Vol 12, No 14
[3]
Hadiwardoyo SP. Evaluating Of The Rutting Deformation Data Of Asphalt Mixtures During Continuous Cycle Testing Based On Short Cycle Wheel Tracking Testing. Advanced Materials Research.
[4]
Suwardo. Investigasi Kekesatan Perkerasan Jalan Menggunakan Wessex Skid Tester.
[5]
Operator Instruction Of Wessex Skid Resistance (2000). Overseas Road Notes 18(1999)
[6]
Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan. Pusat Litbang Prasarana Transportasi 2010.
16 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013
[7]
Majid Ali , Anthony Liu, Hou Sou, Nawawi Chouw.2011.Mechanical and dynamic properties of coconut fibre reinforced concrete. Journal of Construction and Building Materials.
[8]
Fulop IA, Bogardi I, Gulyas A, Csicsely – Tarpay M. Use Of Friction and Texture In Pavement
Performance
Modeling.
Journal
of
Transportation
Engineering
2000;126(3). [9]
Wing – Gun Wong, Yang Zhong. Flexible Pavement Thermal Stresses With Variable Temperature. Journal of Transportation Engineering 2000;126(1).
17 Kontribusi limbah.…, Puspita Jayanthi, FT UI, 2013