Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 4, Desember 2004, hal 295-300
Konsumsi Makan dan Pertumbuhan Larva Helicoverpa armigera Toleran terhadap Pemaparan Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) Yayan Sanjaya1), Wardono Noloperbowo2), Tjandra Anggraeni3) Biologi UPI, 2)KPP Bioteknologi ITB, 3)Departemen Biologi-ITB
1)
Diterima Agustus 2004, disetujui untuk dipublikasikan September 2004 Abstract An investigation on the effect of repeated infection of Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) to Helicoverpa armigera to know its effect on Helicoverpa armigera tolerance had been carried out. On treatment with 800 (Polyhedral Inclusion Body/dose) PIB/dose indicated that the exposure of HaNPV to H. armigera larva showed no difference significantly (P> 0.05) on its LD50 to every generation exposed. In contrast, H. armigera which had been exposed by HaNPV had a higher food consumption and larval growth rate compared to H. armigera without treatment. This investigation also showed that the increasing food consumption and larvae growth rate of H. armigera was in line with the increase of HaNPV exposure. Infection of HaNPV caused a development of tolerance mechanism in H. armigera. Keywords: HaNPV, Helicoverpa armigera, food consumption, larva growth, tolerance Abstrak Penelitian mengenai pengaruh infeksi berulang Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) Helicoverpa armigera telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemaparan HaNPV terhadap sifat toleran serangga H. armigera. Pada penelitian yang menggunakan 800 PIB per dosis ditemukan bahwa pemaparan tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata (P> 0.05) pada nilai LD50 HaNPV untuk setiap generasi larva serangga terpapar. Namun demikian larva H. armigera yang pernah mengalami pemaparan HaNPV, memiliki tingkat konsumsi makan dan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan H. armigera yang belum pernah mengalami proses pemaparan. Selanjutnya, ditemukan pula bahwa peningkatan konsumsi makan dan pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya tingkat pemaparan HaNPV terhadap H. armigera. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dosis perlakuan pemaparan HaNPV pada serangga H. armigera mendorong serangga tersebut untuk mengembangkan sifat toleran terhadap infeksi HaNPV. Kata kunci: HaNPV, Helicoverpa armigera, konsumsi makan, pertumbuhan larva, toleransi mengembangkan sifat tahan terhadap virus tersebut1,4). Volkman5) menyatakan bahwa tingkat toleransi terhadap infeksi virus pada larva yang lebih tua terjadi akibat adanya penghambatan infeksi primer terhadap sel-sel epitel pada saluran pencernaan larva. Fuxa1) menunjukkan bahwa nilai Resistance Ratio (RR) Spodoptera frugiferda yang dipapar SfNPV selama 15 generasi naik dari 5,7 menjadi 14,9. Kecenderungan yang sama juga teramati pada Anticarsia gemmitalis yang menunjukkan kenaikan nilai RR 1000 kali setelah A. gemmitalis dipapar 15 generasi dengan AgNPV6). Evans dan Entwisstle7) mengemukakan bahwa larva Lepidoptera yang terinfeksi NPV pada konsentrasi mematikan akan menghasilkan beberapa pengaruh yang terbawa sampai tingkat dewasa (imago) dan NPV ini memungkinkan untuk terbawa pada generasi berikutnya. Infeksi tersebut akan berdampak pada kapasitas seksual serangga yang terinfeksi seperti penurunan fekunditas, fertilitas dan perubahan sexratio, mengecilnya ukuran larva, pupa dan imago akibat infeksi virus. Beberapa penelitian menemukan bahwa H. armigera tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan sifat toleran terhadap virus serangganya (HaNPV). Ignoffo dan Allen8) serta Briese4) menemukan bahwa nilai LD50 HaNPV
1. Pendahuluan Virus serangga terutama dari nucleopoly hedrosisvirus (NPV) diperkirakan memiliki potensi yang tinggi untuk digunakan sebagai agensia pengendali populasi serangga hama dari Ordo Lepidoptera dan Coleoptera. Virus ini secara alami bersifat patogen terhadap larva serangga dan memiliki target yang spesifik contohnya HaNPV hanya menyerang H. armigera, tidak akan menyerang spesies lain sehingga tidak mengganggu spesies non serangga serta spesies serangga yang bukan targetnya1). Virus serangga ini juga diketahui sangat virulen, mudah menyebar di dalam suatu populasi dan persisten dalam jangka waktu lama apabila kondisi lingkungan memungkinkan2). Telah diketahui bahwa infeksi larva serangga oleh NPV akan mengakibatkan kerusakan sel-sel kolumnar yang terdapat di dalam saluran usus pencernaan bagian tengah3), diduga akan mengakibatkan kerusakan sistem pencernaan dan menurunkan konsumsi makan. Namun demikian sebagai agensia pengendali populasi serangga hama, virus serangga memiliki beberapa kekurangan. Seperti juga insektisida sintetik, penggunaan virus serangga secara berulang dapat mengakibatkan serangga 295
296
terhadap larva H. armigera relatif tetap walaupun serangga tersebut telah mengalami pemaparan sampai 25 generasi. Namun demikian, informasi nilai LD50 HaNPV terhadap H. armigera ini belum cukup lengkap untuk menggambarkan perkembangan sifat toleran H. armigera terhadap HaNPV. Sifat toleran serangga terhadap virusnya, selain diekspresikan dengan nilai LD50, dapat pula digambarkan dalam bentuk fenomena laju pertumbuhan larva dan tingkat konsumsi makan. Parameter laju pertumbuhan larva dan terutama tingkat konsumsi makan sangat penting untuk diketahui karena hal ini berkaitan erat dengan potensi perusakan yang dapat diakibatkan oleh serangga hama terhadap tanaman. Abbot dkk6) mengemukakan bahwa A. gemmitalis dari Brasil memiliki tingkat toleransi terhadap AgMNPV yang lebih tinggi daripada A. gemmitalis yang berasal dari Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena populasi A. gemmitalis yang berasal dari Brasil relatif lebih sering terpapar oleh AgNPV secara alami atau akibat dari penggunaan AgMNPV secara luas sebagai insektisida. Fuxa1) menyatakan bahwa mekanisme peningkatan toleransi terhadap infeksi virus tersebut bisa terjadi melalui : (a) inaktivasi virion di dalam sel usus tengah atau sedikitnya jumlah virion yang menyerang sel usus tengah, (b) penghambatan replikasi virion di dalam usus tengah, atau (c) kerusakan virion di dalam hemolimf. H. armigera merupakan hama yang bersifat polifag. Larva serangga ini menyerang berbagai tanaman seperti jagung, tomat, kacang-kacangan, kapas dan tembakau9). Karena peranannya itu maka perlu diketahui biologi H. armigera. Salah satu diantaranya adalah bagaimanakah pengaruh pemaparan HaNPV terhadap tingkat konsumsi makan dan pertumbuhan larva. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini dipelajari pengaruh infeksi HaNPV secara berulang (pemaparan) terhadap sifat toleran H. armigera. erbeda dengan penelitian sebelumnya, selain nilai LD50, penelitian ini juga akan melihat parameter pertumbuhan dan konsumsi makan untuk mengevaluasi ada atau tidak adanya perkembangan sifat toleran H. armigera terhadap infeksi HaNPV. 2 Bahan dan Metode 2.1. Serangga Serangga uji yang digunakan pada penelitian ini adalah H. armigera yang diperoleh dari kebun jagung Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) LembangJawa Barat. Serangga ini diperbanyak di PPAUBioteknologi, ITB dengan cara menempatkan larva secara individual di dalam wadah plastik kecil (pot zalp) dan diberi pakan buncis segar. Serangga dewasa (imago) yang dihasilkan kemudian dipelihara dalam kotak perkawinan dan diberi pakan larutan gula 10%. Telur yang diperoleh dari pemeliharaan imago dibiarkan menetas di tempat pemeliharaan dan larva
JMS Vol. 9 No. 4, Desember 2004
yang diperoleh individual.
kemudian
dipelihara
secara
2.2. Virus Serangga Virus serangga yang digunakan adalah HaNPV koleksi PPAU Bioteknologi-ITB. Stok virus yang digunakan pada penelitian ini dipersiapkan dengan cara isolasi sesuai dengan teknik yang dikembangkan O'Reilly dkk10). Virus diisolasi dalam bentuk Polyhedral Inclusion Body (PIB). Dua puluh ekor larva hasil pemeliharaaan di laboratorium kultur sel hewan yang mati karena terinfeksi virus HaNPV digerus mortar dan kemudian ke dalamnya ditambahkan buffer tris pH 7,6 sebanyak 15 ml. Campuran ini selanjutnya disaring dengan dua lapis kain muslin dan filtrat yang diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan 5.000 g selama 30 menit pada suhu 4oC. Pelet yang diperoleh kemudian disuspensikan dengan 1 ml buffer tris PH 7,6 yang mengandung 0,5% SDS dan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam. Suspensi ini kemudian disentrifugasi pada gradien sukrosa [konsentrasi 50-60% (W:V)] dengan kecepatan 28.000 g pada suhu 4oC selama 1 jam (rotor Beckman SW 28). Pita-pita yang mengandung PIB terlihat berwarna putih dan berada diantara gradien sukrosa 50-60%. Pita ini kemudian diambil dengan menggunakan pipet Pasteur dan diencerkan empat kali dengan buffer tris dan disentrifugasi pada kecepatan 28.000 g selama 60 menit (dengan rotor Beckman Tl7). Pelet yang diperoleh kemudian diresuspensi dengan 2 ml NaCl fisiologis yang mengandung 0,1% NaN3. Jumlah PIB di dalam suspensi ditentukan dengan cara menghitung di bawah mikroskop dengan menggunakan hemocytometer 2.3. Perlakuan Pemaparan Untuk mengetahui sensitivitas H. armigera terhadap infeksi HaNPV, dilakukan infeksi HaNPV secara oral dengan cara memberikan 10 µl suspensi PIB (konsentrasi antara 8 X 103 PIB/ml - 8 X 106 PIB/ml, agar menghasilkan dosis infeksi antara 80 – 80.000 PIB/ekor) pada larva H. armigera instar 3 yang telah dipuasakan selama 12 jam. Larva-larva tersebut (selanjutnya disebut kelompok larva yang telah mengalami pemaparan 0 generasi) kemudian dipelihara secara individual dan selama percobaan setiap hari dilakukan pengamatan terhadap kematian larva, konsumsi makan dan berat badan larva. Imago yang berhasil hidup selanjutnya dipelihara dan larva yang dihasilkan (selanjutnya disebut kelompok larva yang telah mengalami pemaparan satu generasi) kemudian diberi perlakuan infeksi dan pengamatan yang sama. Percobaan ini dilakukan terus sampai diperoleh pengamatan pada larva H. armigera yang telah mendapat tingkat pemaparan selama tiga generasi. (Gambar 1)
JMS Vol. 9 No. 4, Desember 2004
Infeksi HaNPV
297
Larva generasi 1 (Belum pernah mengalami Pemaparan)
Imago
Mati
Larva generasi 2
Infeksi HaNPV
Mati
Imago
Larva generasi 3
Infeksi HaNPV
Mati
Imago
Larva generasi 4
Infeksi HaNPV
Imago
Mati
Gambar 1 . Skema Pemaparan Helicoverpa armigera terhadap HaNPV 2. 4. Bioassay Bioassay dilakukan pada H. armigera instar 3 awal. Jumlah larva yang digunakan untuk setiap generasi adalah 100 ekor yang terdiri dari 4 perlakuan dan kontrol serta 20 ulangan. Penentuan dosis adalah berdasarkan hasil dari LD50 pada generasi sebelumnya. Hasil LD50 ternyata pada setiap generasi mempunyai dosis yang sama yang dapat dibandingkan yaitu pada dosis 800 PIB/ekor sedangkan dosis lainnya bervariasi tergantung dari kisaran nilai dari nilai LD50 sebelumnya 2. 5. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap mortalitas, pertambahan berat badan dan konsumsi makan. Pengamatan pertambahan berat badan dilakukan dengan cara penimbangan setiap hari pada larva instar 3 awal sampai pra pupa.
Pengamatan konsumsi makan dilakukan dengan cara melakukan penimbangan pada pakan larva (berat basah) dan sisa pakan larva yang telah dioven selama 3 hari (berat kering) untuk pengamatan konsumsi makan. Pengamatan mortalitas larva yang dipapar HaNPV dilakukan setiap hari. Konsumsi makan (KM) dan Pertumbuhan Berat Badan (PBB) larva dihitung berdasarkan metode Waldbauer11). a. Konsumsi makan dihitung dengan cara sebagai berikut : n
( i +1) KM = ∑ Bkji −( nBKj −1) i =1
Keterangan : BKji : berat kering pakan larva j pada hari ke i dan BKj(i+1) adalah berat kering pakan larva j
298
JMS Vol. 9 No. 4, Desember 2004
pada hari ke i+1 (pakan sisa larva). Berat kering pakan larva j pada hari ke i ditentukan dengan cara mengkonversikan kadar bahan kering pada berat basah pakan yang diberikan. Berat basah tersebut ditentukan dengan cara mengeringkan pakan sampel yang diberikan pada suhu 75oC selama tiga hari sampai beratnya konstan . - Kadar bahan kering (KBK) ditentukan dengan cara sebagai berikut : m
BK l
l =1
B Bl
∑ KBK =
m
Keterangan = Bl : berat bahan pakan sampel ke l sebelum pengeringan (berat basah). BKl adalah berat bahan pakan sampel ke l setelah pengeringan, m adalah jumlah sampel yang digunakan dalam penentuan kadar berat kering pakan. b. Pertumbuhan Berat Badan (PBB) larva dihitung sebagai berikut: n
PBB = ∑ B ( ji( n+−jl1))− Bi i =1
Keterangan : Bji adalah berat larva j pada hari ke i, j adalah larva ke j, i adalah hari pengamatan ke i, k adalah jumlah larva H. armigera yang digunakan pada percobaan dan n adalah jumlah hari pengamatan terhadap setiap individu larva.
selama tiga generasi. Namun demikian, berdasarkan nilai fiducial limit 95 %, nilai LD50 HaNPV untuk kelompok larva tersebut secara statistik tidak berbeda nyata. Tabel 1. Nilai LD50 HaNPV untuk larva instar tiga Hellicoverpa armigera yang telah mengalami berbagai tigkat pemaparan HaNPV. Tingkat Pemaparan 0 1 2 3 b.
a. Nilai LD50 Helicoverpa armigera yang Diinfeksi HaNPV Dari percobaan pengaruh pemaparan terhadap nilai LD50 HaNPV, ditemukan bahwa proses pemaparan HaNPV pada larva H. armigera tidak mengakibatkan berubahnya sensitivitas H. armigera terhadap infeksi HaNPV (Tabel 1). Nilai LD50 HaNPV meningkat dari 567 PIB/ekor untuk kelompok larva H. armigera yang belum pernah mengalami pemaparan menjadi 788 PIB/ekor untuk kelompok larva yang telah mengalami pemaparan
0 1 2 3
Nilai LD50 (PIB) 567 694 774 788
Pengaruh Pemaparan HaNPV Terhadap Konsumsi Makan Larva Helicoverpa armigera
0,7
3. Hasil Penelitian
Generasi
Pengaruh pemaparan HaNPV terhadap konsumsi makan larva H. armigera dapat dilihat pada Gambar 2. Pemaparan mengakibatkan konsumsi makan larva H. armigera yang terinfeksi cenderung meningkat, sejalan dengan meningkatnya tingkat pemaparan. Dalam keadaan terinfeksi, kelompok larva H. armigera yang telah mengalami pemaparan selama tiga generasi menunjukkan konsumsi pakan yang paling tinggi, yaitu 0,54 g BK/larva/hari. Nilai konsumsi makan ini nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan konsumsi makan yang ditunjukkan oleh kelompok larva yang pernah mengalami pemaparan selama dua generasi (0,47g BK/larva/hari), satu generasi (0,42 g BK/larva/hari) dan yang belum pernah mengalami pemaparan (0,37 g BK/larva/hari).
2.6. Analisis data Data yang digunakan adalah mortalitas dari setiap generasi selama 4 generasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan Analisis Probit dengan program komputer Polo-PC untuk mendapatkan nilai LD50 . Data konsumsi makan dan pertambahan berat badan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam, jika terdapat perbedaan yang nyata dari perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada tingkat kepercayaan 95%12).
Jumlah larva 100 100 100 100
0,6 0,5
a
b
b
bc
1
2
3
0,4 0,3 0,2 0,1 0
0
Tingkat pendedahan
Gambar 2. Pengaruh tingkat pemaparan terhadap konsumsi makan H. armigera yang terinfeksi HaNPV. Dosis infeksi adalah 800 PIB/ekor dan huruf yang sama pada histogram menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) menurut uji jarak berganda HSD. c.
Pengaruh Pemaparan HaNPV Terhadap Pertambahan Berat Badan Larva Helicoverpa armigera
Pengaruh pemaparan HaNPV terhadap pertambahan berat badan larva H. armigera yang terinfeksi dapat dilihat pada Gambar 3.
JMS Vol. 9 No. 4, Desember 2004
0,035
299
a
b
b
c
0
1
2
3
0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0,005 0
Tingkat pendedahan
Gambar 3. Pengaruh tingkat pemaparan terhadap pertumbuhan H. armigera yang terinfeksi HaNPV. Dosis infeksi adalah 800 PIB/ekor dan huruf yang sama pada histogram menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) menurut uji jarak berganda HSD. Hasil pengamatan pada percobaan pemaparan menunjukkan bahwa pemaparan mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan larva H. armigera yang terinfeksi HaNPV. Kelompok larva H. armigera yang telah mengalami pemaparan selama empat generasi (tiga kali tingkat pemaparan) menunjukkan rata-rata pertambahan berat badan yang paling ng tinggi yaitu sebesar 0,030 g/larva/hari. Nilai pertambahan berat badan ini nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan pertambahan berat badan yang ditunjukkkan oleh kelompok larva yang telah mengalami pemaparan selama tiga generasi (0,025 g/larva/hari), selama dua generasi (0,022 g/larva/hari) dan yang tidak pernah mengalami perlakuan pemaparan (0,015 g/larva/hari). 4. Pembahasan Salah satu faktor yang membuat virus serangga sangat potensial untuk digunakan sebagai agensia pengendali populasi serangga hama adalah kemampuan virus serangga untuk ikut ber-koevolusi bersama dengan serangga inangnya13), sehingga kecil kemungkinan muncul serangga yang resisten terhadap virusnya. Namun demikian, untuk beberapa jenis virus, penggunaan virus serangga secara berulang dapat mendorong serangga inang untuk mengembangkan sifat toleran terhadap infeksi virus tersebut. Pada penelitian ini ditemukan bahwa berdasarkan nilai LD50, diduga larva H. armigera mampu untuk mengembangkan sifat toleran terhadap infeksi virus HaNPV. Seperti yang terlihat pada Tabel 1, secara statistik nilai LD50 HaNPV untuk larva H. armigera yang belum pernah mengalami proses pemaparan dan larva yang pernah mengalami pemaparan meningkat dari 567 PIB/ekor menjadi 788 PIB/ekor. Selanjutnya, dikemukakan bahwa peningkatan toleransi serangga inang terhadap infeksi virus terjadi melalui mekanisme : (1) proses adaptasi fisik, dengan meningkatkan mekanisme peluruhan/ penggantian sel-sel epitel yang terinfeksi4),
mengurangi konsentrasi virus di dalam lumen dengan cara peningkatan volume lumen usus dan volume isi usus serta meningkatkan ketebalan membran peritrofik14) untuk penghambatan infeksi primer pada sel-sel epitel di saluran pencernaan; (2) proses adaptasi biologis dengan meningkatkan reaksi pertahanan selular untuk menginakifkan progeni virus melalui proses enkapsulasi5), menghambat replikasi virus melalui sekresi viral inhibitory factor15) atau macromolecular inhibition factor16) oleh serangga yang terinfeksi untuk menghambat terjadinya infeksi sekunder. Penggunaan satu stok virus selama percobaan ini serta hasil percobaan peneliti lain yang secara konsisten menunjukkan bahwa H. armigera tidak mampu mengembangkan sifat toleran terhadap infeksi HaNPV mengarah pada dugaan bahwa hal ini disebabkan oleh faktor serangga inang. Namun demikian, tidak diketahui secara pasti faktor apa pada H. armigera yang tidak ada atau gagal berkembang, sehingga mengakibatkan toleransi serangga ini terhadap infeksi virus tidak berkembang. Hasil pengamatan pada H. armigera yang dipaparkan HaNPV terhadap konsumsi makan, menunjukkan tingkat konsumsi makan yang meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat pemaparan (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa H. armigera memberikan respons terhadap perlakuan. Meningkatnya konsumsi makan akibat pemaparan ini mengarahkan kepada dugaan bahwa proses adaptasi fisik H. armigera untuk melindungi diri dari infeksi HaNPV berkembang dengan baik. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut. Hasil pengamatan pada pertumbuhan larva yang terinfeksi memperkuat dugaan bahwa dengan pemaparan, H. armigera dapat mengembangkan sifat toleran terhadap infeksi HaNPV. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, pertumbuhan larva H. armigera terinfeksi cenderung untuk meningkat sejalan dengan bertambahnya tingkat pemaparan. Slansky17) menyatakan bahwa pertumbuhan yang tinggi merupakan indikator bahwa larva mempunyai kebugaran yang tinggi dan merupakan aktifnya mekanisme pertahanan tubuh untuk menghambat infeksi virus. Berkembangnya sifat toleran H. armigera terhadap HaNPV ini membawa konsekuensi yang perlu diperhitungkan jika virus ini akan digunakan sebagai agensia pengendali populasi H. armigera. Penggunaan virus ini secara terus menerus akan mengakibatkan munculnya efek pemaparan, yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi makan oleh larva yang terinfeksi. Walaupun efek pemaparan ini tidak akan mengakibatkan penurunan efektifitas HaNPV untuk membunuh H. armigera, penggunaan HaNPV secara berkesinambungan ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan proteksinya terhadap kerusakan tanaman. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam
300
JMS Vol. 9 No. 4, Desember 2004
penggunaannya, perlu dilakukan suatu perlakuan yaitu penghentian pemaparan untuk beberapa generasi agar populasi H. armigera dapat terlepas dari tekanan pemaparan dan menurunkan sifat tolerannya.
8.
Kesimpulan H. armigera yang didedah HaNPV diduga mampu mengembangkan mekanisme toleransi, walaupun mempunyai kenaikan toleransi yang kecil. Hal ini didukung oleh data pengamatan dengan meningkatnya konsumsi makan dan pertumbuhan larva yang terinfeksi akibat pemaparan . Ucapan Terima kasih Ditujukan kepada Prof. Dr. Soelaksono Sastrodihardjo, Dr. I Nyoman P. Aryantha, Dr. Agus D. Permana, Dr. Intan Ahmad, Dr. Ahmad Ridwan. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fuxa, J.R., “Insects Resistance to Viruses in Parasites and Pathogens of Insects”, pp. 197-209. Academic Press. Florida (1993). Teakle, R.E., Jensen., R.E., & Mulder, J.C., “Susceptibility of Heliothis armigera (Lepidoptera:Noctuidae) on Sorghun to a Nuclear Polyhedrosis Virus”. Journal of Economic Entomology. 78 : 1373-1378. (1985). Flipsen, H., “Pathogenesis Induced by (Recombinant) Baculoviruses in Insects. Wageningen”, Dutch. (1995). Briese, D.T., “Resistance of Insect Spesies to Microbial Pathogens”, p.511-545 In: E.W. Davidson (ed.), Pathogenesis of Invertebrate Microbial Diseases. Allanheld, Osmun Publishers, Totowa, N.J. (1981). Volkman, L.E., “Insect Protection against Viruses in Scientific Correpondence”. Nature. 383:1-2. (1996). Abbot, A.R., Moscardi, F., Fuxa, J.R.,. Sosa ,D.R, & Ritcher, A.R., “Susceptibility of Populations of Anticarsia gemmatalis (Lepidoptera:Noctuidae) from Brazil and the United States to a Nuclear Polyhedrosis Virus”. Louisiana State University, Louisiana. (1995). Evans, H.F., & Entwistle, P.F., “Viral Diseases” dalam “Epizootiology of Insect Diseases” (ed:
9. 10.
11.
12. 13.
14.
15.
16.
17.
Fuxa, J.R., & Tanada, Y.), 257-322. Jhon Wiley and Sons, New York. (1987). Ignoffo, C.M., & Allen, G.E., “Selection for Resistance to a Nuclear Polyhedrosis Virus in Laboratory Populations of The Cotton Bollworm Heliothis zea”. Journal of Invertebrate Pathology. 20 :187-192 (1972). Kalshoven, L.G.E. “The Pest of Crops in Indonesia”. PT. Ichtiar Baru. Indonesia. (1989). O’Reilly, D.R., Miller, L.K., & Luckow, V.A., “Baculovirus Expression Vector”. A Labolatory Manual. Oxford University Press. New York. Oxford. (1994). Waldbauer, G.D., & Friedman, S., “SelfSelection of Optimal Diets by Insect”. Annual. Review of Entomology. 36: 43-63. (1991). Gaspersz, V., “Metode Perancangan Percobaan”. Armico, Bandung. (1991). Hawtin, R.E., King, L.A., & Posse, R.D. “Prospects for the Development of a Genetically Engineered Baculovirus Insecticides”. Pesticide Sciences 34:9-15. (1992) Engelhard, E.K., & Volkman, L.E., “Developmental Resistance in Fourth Instar Tricholupsia ni Orally Inoculated with Autographa californica M. Nuclear Polyhedrosis Virus”. Journal of Virology. 209 : 38-389. (1995). Funakoshi, M., & Aizawa, K., “Viral Inhibitory Factor Produced in the Hemolymph of The Silkworm, Bombyx mori, Infected with a Nuclear Polyhedrosis Virus”. Journal of Invertebrate Pathology. 54: 151-155. (1989). Guzo, P.E.M., Daugherty, S.K., Braun, D.E., Lynn, D.E., & Weiner, R.M., “Production of Cellular Macromolecular Syntesis Inhibition Factor (s) in Gypsy Moth Cell Infected with The Autographa californica Nuclear Polyhedrosis Virus”. Journal of Invertebrate Pathology. 57:423-425 (1991). Slansky, F.Jr., “Nutritional Ecology: The Fundamental Quest For Nutrient”, dalam, Caterpillar, Ecological and Evolutionary Constrain on Foraging (ed:Stamp, N.E. and Casey, T.M.). Chapman and Hall, New York. 29-73. (1993).