KONSERVASI BAHASA DAERAH LAIYOLO YANG HAMPIR PUNAH DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN Muh. Arief Muhsin Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected]
Abstrak Adapun tujuan penelitian ini yang ingin dicapai adalah; Untuk menemukan penyebab terjadinya kepunahan Bahasa Laiyolo, dan untuk menciptakan bentuk konservasi dalam mencegah kepunahan Bahasa Laiyolo. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu metode dalam meneliti suatu obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kilas peristiwa pada masa sekarang. Data-data diperoleh dari berbagai sumber atau informasi, baik melalui buku, jurnal, internet, wawancara, observasi dan studi dokumentasi, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh mengenai konservasi bahasa daerah Laiyolo yang hampir punah di Kabupaten Kepulauan Selayar. Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena beberapa factor diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis, kurangnya sosialisasi orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka, remaja yang sudah tidak tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka menganggap bahasanya yang begitu lebay (berlebihan) dalam hal pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam penggunaan bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi yang menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo. Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo. Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada
beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo. Kata Kunci : Bahasa Daerah, Konservasi dan Laiyolo,
I.
Pendahuluan Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa menjadi alat pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita terutama bahasa daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah dan menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing dan bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam kontak sosial ini sudah tentu tidak terhindarkan adanya saling memengaruhi di antara bahasa-bahasa yang terlibat kontak. Bahasa yang kuat akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasa-bahasa lain yang berkeadaan lemah. Dalam kontak sosial, terjadi gejala kedwibahasaan. Salah satu akibat yang ditimbulkan yaitu gejala kepunahan dari suatu bahasa. Sulawesi Selatan sendiri menurut Nuswantoro (2014), terdapat 64 bahasa daerah dan salah satu diantarannya terancam punah yaitu Bahasa Laiyolo yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan Bontosikuyu, Desa Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi Selatan yang mengenal bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas). Penelitan SIL (2006) menyatakan bahwa bahasa Laiyolo hanya dituturkan oleh 250 orang. Bahkan, hasil survey terakhir pada salah satu kantor pemerintahan di Kabupaten Selayar (Mei, 2010) menyiratkan bahwa bahasa ini sedang mengalami proses kematian (language death), (Jimey Rahmawati 14 April 2011). Salah satu penyebab ancaman kepunahan itu yaitu pengguna bahasa atau penutur bahasa tersebut jumlahnya semakin sedikit. Ancaman kepunahan itu perlu diimbangi dengan suatu program atau tindakan yang volumenya jauh lebih besar dibandingkan dengan volume ancaman kepunahan yang terimplementasi dalam program perkembangan. Oleh karena itu diperlukan solusi cerdas untuk mencegah punahnya Bahasa Laiyolo dengan melakukan Konservasi Bahasa Daerah Laiyolo yang Hampir Punah di Kabupaten Kepulauan Selayar.
II. TELAAH PUSTAKA Adhisakti, dalam Belantara Indonesia (2013) mendefinisikan konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Di sisi lain Rachman (2012) mengatakan konservasi mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang. Pelestarian bukan saja dalam bidang lingkungan namun mencakup segala aspek termasuk budaya dan bahasa. Dengan demikian sifat konserfasi ini dapat dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah yang mendekati kepunahan. Bahasa daerah menurut Saroneto (2014) adalah suatu bahasa yang dituturkan dalam suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik itu pada suatu daerah kecil negara bagian federal atau provinsi ataupun daerah yang lebih luas. Menurut Syamsuri (2014) bahasa daerah adalah bahasa yang disamping bahasa nasional yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah di dalam wilayah Republik Indonesia, bahasa-bahasa daerah merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia. Sementara menurut Darwis (2011) bahasa daerah dapat terus hidup dan berkembang bukan dengan memperbanyak kegiatan kongres, melainkan dengan menjadikannya berprestise. Agar bahasa daerah ini berprestise dan dipandang berharga oleh penuturnya sendiri. 1. Peran bahasa dan sastra daerah dalam budaya lokal Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2011), bahasa etnik/daerah atau sering disebut bahasa ibu (minor language) telah menjadi agenda UNESCO dengan menetapkan tanggal 21 februari sebagai hari bahasa ibu internasional. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mempertahankan pemakaian serta memberdayakan fungsi bahasa etnik/daerah. Kondisi tersebut sangatlah relavan dengan kondisi Indonesia yang terdapat sekitar 700 bahasa etnik, dengan jumlah penutur yang sangat beragam, dari puluhan ribu sampai puluhan juta. Dalam konteks sosiolinguistik, pemertahanan (language maintenance) bahasa ibu/ daerah tersebut adalah dalam konteks bilingual yang dalam hal ini terdapat bahasa ibu/daerah (minor language) bersehadapan dengan bahasa utama (major language), seperti bahasa nasional. Menurut Crystal di dalam Mariani (2011), upaya mempertahankan bahasa ibu/daerah (language maintenance) lazim di defenisikan sebagai upaya untuk, antara lain, a. Mewujudkan universitas kultural, b. Memelihara identitas etnik, c. Memungkinkan adaptabilitas sosial, d. Secara psikologis menambah rasa aman bagi anak/ seseorang,dan e. Meningkatkan kepekaan linguistis.
Kelima tujuan di atas satu sama lain saling terkait dalam konteks kebudayaan. Oleh karena itu, pemberdayaan bahasa ibu/ daerah. seyogianya merupakan strategi kebudayaan. 2. Bahasa yang Punah Umumnya bahasa daerah di Indonesia tergolong bahasa kecil karena hanya didukung oleh kurang dari satu juta penutur, makin lama makin menyusut jumlah pendukungnya, dan umumnya tidak memiliki tradisi tulis. Kecuali bahasa Jawa, Sunda, Melayu, Bali, Batak, dan Bugis yang memang didukung oleh berjuta-juta penutur dan bertradisi tulis asli, aksara Arab, tradisi tulis latinnya yang dikembangkan selama ini, sebagian besar bahasa daerah tidak mengenal tradisi tulis. Terhambatnya pewarisan, pembakuan, pengembangan, dan upaya pemberdayaannya, berakar juga dari persoalan ketidakberaksaraan bahasa-bahasa daerah. Bahasa di provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku Tenggara, misalnya hanya di dukung oleh beberapa ribu, beberapa ratus penutur. Jumlah penutur muda pendukung bahasa daerah itu makin menyusut karena arus transmigrasi, urbanisasi dan mobilitas sosial, lintas etnis dan daerah yang makin kuat menggejala. Berdasarkan hasil penelitian Bagus (2002), dan Mbete (2002), sanak keluarga sebagai benteng terakhir, khususnya di kota dan desa desa yang sudah tergolong maju, bahasa daerah tidak mendapat posisi dan fungsi penting lagi karena sudah di ambil alih oleh bahasa Indonesia. Banyak ahli waris muda yang sudah malu, tidak percaya, dan tidak mampu menggunakan bahasa daerah. Makin kecil bahkan makin langkah pula “ahli-ahli” budaya dan bahasa daerah yang mencintai dan mengembangkan bahasa, sastra dan budaya daerahnya. Sejumlah bahasa daerah memang sudah berada pada taraf yang rapuh dan mencemaskan. Diantara bahasabahasa daerah di Indonesia ini memang ada yang hanya menyisahkan segelintir penutur tua dan secara lingual tidak interaktif lagi antargenerasi. Banyak generasi mudah berpendidikan tinggi dan tingkat mobilitasnya tinggi, tidak mampu lagi berbicara dan berdialog dalam bahasa daerah dengan generasi tuanya dalam hal adat dan budaya lokal. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah descriptive research merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Norman K. Denzim, Professor Sosiologi University of Illionis da Yvonna S. Lincoln, Profesor Higher Education Texas A & M University (2009: 2) merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Adapun tujuan dari metode penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut. B. Objek Penelitian Menurut Husen Umar (2005: 303), objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 38) pengertian objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Bahasa Laiyolo yang terdapat di Kabupaten kepulauan Selayar, Kecamatan Bontosikuyu, Desa Laiyolo. C. Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono dalam Theresia (2015), ”teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.” Senada dengan Sugiyono, Juliansyah Noor (2011: 138) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Untuk memperoleh data dan keterangan dalam penelitian maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara Wawacara merupakan proses membuktikan informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Menurut Sugiyono (2006: 138-140) hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). 2. Observasi Tujuan observasi adalah agar dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar didapatkan dengan metode lainnya. Dari observasi kita akan dapat mengetahui masalah-masalah dan petunjuk-petunjuk pemecahannya. Jadi observasi bertujuan untuk mendapatkan berbagai data konkret secara langsung dilapangan atau tempat penelitian. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Studi dokumentasi dilakukan ketika data yang ingin didapat dari subjek tidak bisa didapatkan. D. Teknik Analisis Data
1. 2. 3. 4.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah -langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003: 70) yaitu sebagai berikut: Pengumpulan Data Reduksi Data Display Data Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)
IV. HASIL PENELITIAN A. Penyebab Bahasa Laiyolo Hampir Punah Bahasa laiyolo merupakan salah satu bahasa yang terancam punah yang berasal dari Kec. Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar. Saat ini penutur bahasa laiyolo hanya orang tua yang sudah lanjut usia yang berjumlah 253 orang saja, hal ini sesuai dengan pendapat dari Summer Institute of Linguistics (SIL) (2008) yang menyebutkan bebrapa faktor yang berhubungan dengan kepunahan bahasa, yaitu kecilnya jumlah penutur, usia penutur, digunakan atau tidak digunakannya bahasa ibu oleh anak-anak, dan lain sebagainya. Sehingga kami sebagai peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bahasa laiyolo yang hamper punah. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepunahan bahasa laiyolo, yaitu: 1. Urbanisasi dan perkawinan antar etnis Urbanisasi merupakan salah satu penyebab terancam punahnya bahasa didaerah laiyolo. Urbanisasi berpengaruh karena jika dua orang dari daerah pindah ke kota besar atau ibukota, maka dalam berinteraksi dengan etnis lain bahasa etnisnya sendiri cenderung ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar-etnik dan tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan pada remaja yang melanjutkan studi-nya di luar dari Kabupaten Selayar. Kebanyakan dari mereka memilih melakukan urbanisasi dengan alasan karena di tempat tinggalnya belum ada sebuah sekolah maupun universitas yang layak mereka jadikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Selain itu, Perkawinan campuran menyebabkan penggunaan bahasa etnis kedua pihak yang menikah ditinggalkan dan sebagai gantinya kedua pihak saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan untuk meningkatkan pemahaman. Hal ini terjadi karena tidak adanya pemahaman bahasa masing-masing diantara mereka. Sehingga mereka merasa sulit untuk berkomunikasi ketika menggunakan bahasa daerah dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan penyambung komunikasi. Cara itu dianggap lebih baik daripada harus bersikap divergensi atau konvergensi dengan bahasa etnis yang lain. 2. Peran orang tua yang tidak mengajarkan bahasa daerah laiyolo kepada anak-anak mereka
Faktor kedua yang menyebabkan kepunahan bahasa yaitu karena para orang tua tidak lagi mengajarkan kepada anak-anaknya bahasa ibu mereka dan mereka juga tidak secara aktif menggunakannya di rumah atau dalam berbagai ranah komunikasi. Kurangnya sosialisasi orang tua ke anak-anaknya terhadap bahasa laiyolo merupakan hal yang sangat disayangkan oleh para peneliti. Kebanyakan orang tua saat ini juga cenderung mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak mereka, karena mereka khawatir jika anak-anak mereka terus menerus diajarkan atau terbiasa menggunakan bahasa daerah mereka akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas ketika mereka berada pada daerah yang berbeda. Dan hal ini juga di dukung oleh peraturan setiap sekolah yang mengharuskan setiap siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dalam daerah sekolah sehingga anak-anak yang merupakan generasi penerus suatu budaya akan tersingkirkan pengetahuan mengenai budaya lokal. 3. Remaja yang tidak mau lagi mempelajari/mengunakan bahasa laiyolo Remaja sangatlah berperan penting dalam pelestarian suatu budaya. Karena remaja merupakan cikal bakal penerus budaya-budaya suatu daerah, begitupun dengan pelestarian suatu bahasa. Seharusnya anak muda atau remajalah yang menjadi pewaris bahasa ibu mereka. Namun mereka terjerat dalam lingkungan dimana mereka tidak terlatih untuk memproduksi bahasa tersebut. 4. Peran pemerintah dalam melestarikan bahasa laiyolo Kepunahan bahasa juga datang dari kebijakan pemerintah, penggunaan bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan. Kebijakan pemerintah untuk mengutamakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi membuat sebagian masyarakat menerapkannya dan telah terbiasa berdialog menggunakan bahasa Indonesia, sehingga bahasa daerahnya sendiri sudah jarang sekali mereka gunakan. Berkomunikasi dengan mengguanakn bahasa Indonesia, dapat memberikan kesempatan masyarakat Indonesia untuk meraih peluang ekonomi lebih besar daripada mereka yang hanya menguasai bahasa daerah, meskipun masih lebih rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa asing. Hal ini sungguh kontras dengan tujuan pemerintah menerapkan kebijakannya untuk mengutamakan bahasa Indonesia agar tetap lestari namun bahasa daerah justru semakin punah karena kurangnya yang menuturkannya dalam berkomunikasi sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa mahasiswa yang berasal dari kepulauan selayar yaitu 50 orang responden 43 diantaranya mengatakan belum ada upaya dari pemerintah dalam mengatasi terancam punahnya bahasa laiyolo. Hal ini menandakan bahwa perhatian pemerintah setempat mengenai pelestarian suatu budaya local belum ada atau dengan kata lain kasus ini belum dilirik oleh pemerintah setempat. Berdasarakan hasil analisis kami hal ini sangatlah
disayangkan karena suatu budaya merupakan salah satu aset kekayaan suatu daerah yang harusnya di pertahankan atau dilestarikan. 5. Dampak arus globalisasi dalam pelestarian bahasa daerah laiyolo Perkembangan arus globalisasi merupakan salah satu penyebab terancam punahnya suatu bahasa. Pernyataan mengenai terancam punahnya bahasa laiyolo sejalan dengan pendapat dari Grimes dalam Darwis (2013) yang mengemukakan ada enam gejala yang menandai kepunahan bahasa pada masa depan, yaitu (1) penurunan secara drastis jumlah penutur aktif, (2) semakin berkurangnya ranah penggunaan bahasa, (3) pengabaian atau pengenyahan bahasa ibu oleh penutur usia muda, (4) usaha merawat identitas etnik tanpa menggunakan bahasa ibu, (5) penutur generasi terakhir sudah tidak cakap lagi menggunakan bahasa ibu, artinya tersisa penguasaan pasif (understanding without speaking), dan (6) punahnya dialek-dialek suatu bahasa. Berdasarkan pendapat diatas sudah dapat disimpulkan bahwa bahasa laiyolo benar-benar sudah terancam punah karena penutur bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas). Berdasarkan penelitian langsung yang kami lakukan salah satu responden yaitu (balai bahasa). Zaman ini juga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan globalisasi sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu Negara. Seperti halnya dengan persiapan masyarakat Indonesia yang akan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana masyarakat di tuntut untuk belajar bahasa internasional yaitu bahasa Inggris yang berfungsi untuk menjalin komunikasi dengan pasar-pasar internasional lainnya. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi eksistensi bahasa daerah yang harusnya dilestarikan namun karena semakin majunya suatu zaman maka bahasa daerah juga mulai bergeser digantikan dengan bahasa-bahasa yang lebih modern. B. Konservasi Bahasa Laiyolo Adapun bentuk konservasi yang di tawarkan oleh penulis mengenai terancam punahnya bahasa daerah laiyolo yaitu: 1. Mengangkat bahasa daerah laiyolo dalam bentuk tulisan Salah satu bentuk konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengangkat bahasa daerah laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra, salah satunya yaitu membuat sebuah komik yang berceritakan tentang bahasa laiyolo dan tradisi unik yang ada disana. Komik merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Komik khusus bahasa laiyolo ini kami buat agar supaya para remaja merasa tertarik untuk mempelajari dan membaca bahasa tersebut dengan inovasi baru dan didesain se-modern mungkin. Agar unik, kita bisa menyisipkan istilah atau ungkapan-ungkapan bahasa daerah dalam komik itu. Komik bahasa laiyolo ini di buat karena berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan remajalah yang berperan penting dalam pelestarian bahasa daerah laiyolo. Dan dari hasil penelitian kami, ternyata sebagian besar dari remaja di
desa laiyolo sudah tidak lagi mau mempelajari bahasa tersebut karena dianggap tidak menarik dan menggunakan aksen yang lebay (bahasa yang berlebihan). Selain dibuatkan komik, bentuk pelestarian lain dalam bentuk tulisan sastra yaitu pembuatan novel, puisi, cerpen dan lain sebagainya dengan menggunakan bahasa laiyolo. Hal ini dilakukan agar supaya masyarakat menjadi terbiasa untuk mendengarkan bahasa-bahasa daerah laiyolo dan hal ini juga bertujuan karena pada jaman modernisasi seperti saat ini para remaja lebih tertarik memperlajari hal-hal yang lebih modern, unik dan menyenangkan. 2. Memadukan bahasa laiyolo dalam bentuk Permainan a. Permainan ular tangga Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dari permainan tersebut. Permaianan yang kami tawarkan sebagai salah satu bentuk konservasi/pelestarian yaitu permainan yang berbentuk ular tangga. Permainan ular tangga ini kami angkat karena permainannya dianggap sesuatu yang unik, seru dan setiap anak senang memainkannya. Sehingga tanpa diajarkan oleh orang tua, para anak-anak akan tahu kosa kata tersebut dengan sendirinya.
Gambar Tata cara dalam permaianan ular tangga ini yaitu setia orang yang berhenti pada setiap kotak akan menyebutkan kata laiyolo sesuai dengan petunjuk yang ada pada kotak, misalnya gambar mobil maka orang yang berhenti di angka mobil tersebut akan menyebutkan kata mobil dalam bahasa laiyolo, begitupun dengan gambar-gambar berikutnya. Hal ini dilakukan agar supaya kosakata-kosakata dalam bahasa laiyolo dapat terus diingat dan digunakan. b. Permaian kartu Kuartet Permainan kedua yang kami tawarkan adalah permainan kartu Kuartet, yaitu permainan yang mengutamakan penggunaan kosakata dalam memainkannya. Permainan kartu kuartet yaitu permainan yang bergambar yang mengacu pada tema yang sama dengan judul gambar di tulis pada bagian atas dari kartu. Permainan kuartet termasuk kedalam salah satu permainan
komunikatif yang digunakan untuk mempelajari bahasa laiyolo sebagai salah satu bahasa daerah yang hampir punah. Permainan kartu ini dianggap sebagai salah satu bentuk konservasi yang dapat melestarikan bahasa laiyolo, kerena permainan kartu kuartet dianggap mampu diminati oleh para anak-anak yang merupakan generasi penerus bahasa tersebut. Adapun contoh dari kartu kuartet yaitu: Pemandangan Ngapa Bonto Polo Uhe teddu 1
Pemandangan ngapa Bonto Polo Uhe teddu 2
Pemandangan Ngapa Bonto Polo Uhe teddu 3
Pemandangan ngapa Bonto Polo Uhe teddu 4
Gambar Contoh kuartet “Gambar yang terdapat pada kartu kuartet beragam, mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk pengetahuan. Seperti yang terlihat di atas, terdapat empat kartu yang telah menjadi satu “kuartet“. Setiap kartu dari satu “kuartet” memiliki judul yang sama pada bagian atas kartu, yaitu “Pemandangan”, serta terdapat empat subjudul di bawahnya (judul gambar), yang salah satu dari keempat subjudul tersebut berwarna berbeda (merah) dan mewakili gambar yang terdapat pada bagian bawah subjudul tersebut.” “Setiap pemain harus melengkapi kartu-kartu agar menjadi “kuartet“, sebagai contoh, jika seorang pemain memiliki kartu berjudul “Pemandangan” dengan subjudul berwarna merah “pantai”, maka pemain tersebut harus melengkapi tiga subjudul lainnya (sungai, gunung, dan air terjun) yang merupakan bagian dari kartu berjudul “Pemandangan” tersebut.”
Salah satu bentuk konservasi yang kami lakukan yaitu dengan mengangkat bahasa laiyolo kedalam berbagai permainan disebabkan karena saat ini para remaja tidak tertarik lagi untuk mau mempelajari bahasa laiyolo, hal ini dikarena berbagai macam faktor seperti perkembangan arus globalisasi, orang tua yang tidak lagi mengajarkan bahasa laiyolo kepada anak-anaknya, karena bahasa laiyolo dianggap sebagai bahasa yang pengucapan terlalu berlebihan atau dengan kata lain lebay. Sehingga kami memberikan solusi yaitu engan memainkan suatu permainan dengan memadukan bahasa laiyolo didalamnya agar supaya anak-anak akan merasa senang dan tertarik lagi untuk mempelajari bahasa tersebut. 3. Melestarikan bahasa daerah laiyolo lewat pariwisata Salah satu bentuk konservasi/pelestarian yang direkomendasikan kepada pemerintah yaitu dengan memasukkan bahasa daerah laiyolo sebagai warisan budaya lokal dan aset bangsa dalam bentuk pariwisata. Hal ini dilakukan karena pemerintah sangat berperan penting dalam pelestarian suatu budaya bangsa yang harus dilestarikan. Salah satu bentuk C. Kosa kata dalam bahasa laiyolo Adapun beberapa kosa kata dalam bahasa laiyolo yang kami peroleh dari hasil wawancara dengan masyarakat laiyolo yaitu: Bahasa Indonesia Bahasa Daerah Laiyolo Saya Aku Kamu Koo Mau Minging Air Uhe Kebun Nau Mandi Penriu Dimana RiTe E Makan Kannre Pulang Balili Naik Bure Selesai Leggamo Besok Laile Bersama Poranga Pergi Lekka Ayam Kadola Makan Pokanre Tidak Mau Mentu Berangkat Plai Bukan Nindro Mari Maemo
Kalian Pergi Jalan Besar Gunung Sungai Pantai Air Terjun
Sanai Talengka Dala Ogge Bonto Polo Ngapa Uhe teddu
Tabel Berdasarkan pada penelitian yang kami lakukan, terdapat empat responden yang mengetahui cara berbahasa Laiyolo. Adapun contoh kalimat dalam bahasa Laiyolo yang kami peroleh dari beberapa responden yaitu: 1. Aku da prenta (Saya yang memerintah) 2. Maemo pokanre kadola (Mari makan ayam) 3. Aku minging balili (Aku ingin pulang ) 4. Aku leggamo penriu (Saya selesai mandi) V. KESIMPULAN Bahasa Laiyolo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahasa Laiyolo dituturkan di Kecamatan Bontosikuyu, Desa Laiyolo, dimana hanya sebagian kecil masyarakat Sulawesi Selatan yang mengenal bahasa Laiyolo. Tidak mengherankan, karena penutur bahasa ini memang para orang tua yang telah lanjut usia (40 tahun ke atas). Terancam punahnya bahasa Laiyolo disebabkan karena beberapa factor diantanya yaitu factor urbanisasi dan perkawinan antar etnis, kurangnya sosialisasi orang tua dalam memperkenalkan bahasa ibu mereka, remaja yang sudah tidak tertarik mempelajari bahasa Laiyolo karena mereka menganggap bahasanya yang begitu lebay (berlebihan) dalam hal pengucapannya, kebijakan pemerintah dalam penggunaan bahasa dalam pendidikan serta tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa yang berdampingan dan dampak arus globalisasi yang menyebabkan berkurangnya penutur bahasa Laiyolo. Bahasa Laiyolo yang sudah terancam punah memerlukan konservasi agar bahasa ini tetap lestari dan tetap digunakan oleh masyarakat Kab. Kepulauan Selayar. Ada beberapa konservasi yang ditawarkan oleh penulis yaitu mengangkat bahasa daerah Laiyolo kedalam bentuk tulisan sastra seperti cerpen, novel, puisi, komik dan sebagainya. Selain itu, penulis juga berencana membuat pondok bahasa Laiyolo baik itu di Selayar maupun di luar Selayar agar bahasa Laiyolo tetap dapat dipelajari oleh masyarakat Sulawesi Selatan sekalipun mereka tidak berada di lokasi secara langsung. Bentuk konservasi yang lain yaitu memadukan bahasa laiyolo ke dalam bentuk permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan kuartet yang menggunakan bahasa Laiyolo. Seluruh konservasi ini diharapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk terus menggunakan bahasa
Laiyolo dalam berkomunikasi sehari-hari khususnya di Selayar agar bahasa Laiyolo dapat terus lestari dan terhindar dari ancaman kepunahan. DAFTAR PUSTAKA Abidin, S. Handa. 2012. Peneliti Hukum. http://penelitihukum.org/tag/definisibahasa-daerah/. Diunduh pada Tanggal 21 Februari 2015, pukul 13:42 WITA Agus, Susanto . 2014. Makalah Hakikat, Fungsi Dan Karakteristik Bahasa. www. pendidikanindonesia.org/2014/09/makalah-hakikat-fungsi-dan.html. Diunduh pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 16:15 WITA. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa Dalam Era Globalisasi Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta Timur: Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. Hal 136, 138, 829, 831. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat dalam Perkembangan dan Pembinaan. 2014. Laporan Kegiatan Morfologi Verba Bahasa Laiyolo Tahun 2014. Makassar: Balai Bahasa. Hal 18. Belantara Indonesia. 2013. Pengertian Konservasi. http://www. Belantara indonesia.org/2013/06/pengertian-konservasi.html. Diunduh pada tanggal (sasaran konservasi). Diunduh pada Tanggal 23 Februari 2015, pukul 14:30 WITA. Darwis, Muhammad. 2011. Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi: Peluang dan Tantangan. http://repository.unhas.ac.id. Diunduh pada tanggal 21 Februari 2015, pukul 09: 15 WITA. Faisal, Muh. Hakikat, Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia. http://pditt.belajar. kemdikbud.go.id/RM/aggregator/materiterbuka/open/dikti/Mata%20Kuliah% 20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_1_0.pdf. Diunduh pada Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13: 20 WITA. Geulis, Vivi. 2012. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. http://www.academia. edu/5783317/_Pengertian_Bahasa_Menurut_Para_Ahli. Diunduh pada Tanggal 12 Februari 2015, pukul 13:45 WITA. Hardianto, Maman. (2012). Pengertian Konservasi. https://www.scribd.com/ doc/80536741/PENGERTIAN-KONSERVASI. Diunduh pada Tanggal 18 Februari 2015, pukul 10:15 WITA Juli, Ja. 2014. Fungsi Bahasa. http://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_ BAHASA. Diunduh pada tanggal 21 Februari 2015, pukul 14:25 WITA.
Lestari, Endah. 2013. Konservasi Taman Nasional Bukit Baka- Bukit Raya Kalimantan Barat. http://www.academia.edu/5291129/KAWASAN_ KONSERVASI_BUKIT_BAKA_BUKIT_RAYA_KALIMANTAN_BARA T. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2015, pukul 13:20 WITA. Netra, I Made. 2009. Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukan Ragam Humor Di Kota Denpasar Kajian Bahasa dan Jender. http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/21247/1/log-apr2009-5%20(3).pdf. Diunduh pada Tanggal 03 Maret 2015, pukul 20: 17 WITA. Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv. Hal 3. Rachman, Maman. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Semarang: Indonesian Journal of Conservation. Hal 31. Rusyanti, Hetty .2013. Pengertian Bahasa Menurut Ahli. http://www. kajianteori. com/2013/03/pengertian-bahasa-menurut-ahli.html. Diunduh pada tanggal 13 Februari 2015, pukul 20:15 WITA. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media group. Hal 59. Saroneto 2014. Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi. https://www.scribd.com/doc/201391037/Makalah-Bahasa-Daerah-PemudaDan-Globalisasi. hlm 4. Diunduh pada Tanggal 15 Februari 2015, pukul 22:35 WITA. Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum. Makassar: Pustaka Lontara. Hal 6, 9. Theresia, Febrina. 2015. Bab III Metode Penelitian. http://www.academia.edu/ 5449167/BAB_III_Metode_Penelitian. Diunduh pada Tanggal 27 Februari, pukul 13:00 WITA. Tim Pustaka Phoenix. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta Barat: PT Medis Pustaka Phoenix. Hal 98, 477. Wahab, Abdul. 2011. Masa Depan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Universitas Negeri Malang. Yahya, Dede. 2012. Karakteristik Bahasa dan Fungsi Bahasa. http://belajar. dedeyahya.web.id/2012/03/karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa.html. Diunduh pada Tanggal 18 Februari 2015, pukul 22:00 WITA.