KONSEP PERENCANAAN STATEGIK DALAM KONTEKS PENINGKATRAN MUTU BERKELANJUTAN (QUALITY INPROVEMENT) Dleh : Subandi
ABSTRAK
Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan aspek kehidupan yang terdiri dari pandangan hidup, sikap
hidup
dan
keterampilan
hidup.
Untuk
pendidikan
berfungsi
mengembangkan ketiga unsur tersebut, tiga unsur tersebut bisa dilaksanakan melalui proses pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah serta pendidikan keluarga. Untuk proses pelaksanaan pendidikan dalam sekolah bentuk-bentuk kegiatan
pendidikan
direncanakan
dan
dilaksanakan
secara
terrencana
berdasarkaan rencana setrategis, rencana operasional dan kalender pendidikan yang telah ditetapkan serta tunjuan telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pelaksanaan pendidikan luar sekolah rencana tersusun secara matang dalam upaya mencapai tujuan, pada umumnya tujuan pendidikan luar sekolah menitik beratkan pada aspek keterampilan ( life skill). Untuk dapat menghasilkan penyelenggaraan pendidikan berkualitas maka ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam merancang bangun sebuah konsep pengelolaan pendidikan antara lain : 1). Perumusan strategi mutu, 2). Jaminan mutu pendidikan, 3). Peningkatan mutu berkelanjutan, 4). Kontrol dan perbaikan mutu pendidikan, untuk mengembangkan ini semua perlu dirumuskan dalam sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan sehingga hasilan dari pendidikan yang diharapkan dapat terukur yang jelas, dan apabila mengalami kendala segera dapat diatasi dari sisi mana yang mengalami titik eror ,untuk direfeksi dan dijadikan perencanaan perbaikan mutu dalam program selanjutnya 1
A. Latar belakang Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan aspek kehidupan yang terdiri dari pandangan hidup, sikap
hidup
dan
keterampilan
hidup.
Untuk
pendidikan
berfungsi
mengembangkan ketiga unsur tersebut, tiga unsur tersebut bisa dilaksanakan melalui proses pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah serta pendidikan keluarga. Untuk proses pelaksanaan pendidikan dalam sekolah bentuk-bentuk kegiatan
pendidikan
direncanakan
dan
dilaksanakan
secara
terrencana
berdasarkaan rencana setrategis, rencana operasional dan kalender pendidikan yang telah ditetapkan serta tunjuan telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pelaksanaan pendidikan luar sekolah rencana tersusun secara matang dalam upaya mencapai tujuan, pada umumnya tujuan pendidikan luar sekolah menitik beratkan pada aspek keterampilan ( life skill), pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang lebih bersifat khusus yang amat penting utamanya pada substansi moral dan mental yang berusaha mebentengi dari aspek akhlak, meskipun pada aspek masing–masing pendidikan itu nampak beda tetapi pada prinsipnya adalah sama, dimana tujuan pendidikan ingin memebentuk manusia yang memiliki kepribadian yang luhur, menguasai iptek dan memiliki kecakapan hidup (life skill) kecakapan ini guna mempersiapkan out put pendidikan dapat memecahkan permasalahan tekait dengan kehidupan di masyarakat. Langeveld (1955:142) menegaskan bahwa “Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki idealisme nasional dan keunggulan profesional, serta kompetensi yang dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan Negara.” Oleh karena itu tujuan pendidikan mencakup dimensi nilai, filosofis, psikologi, sosilogis, sosial, pribadi, dan budaya. Dengan berdasar pada konsep pendidikan
tersebut, maka pendidikan
merupakan pembudayaan atau ”enculturation” suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu.
2
Praktek pendididkan dengan konsekwensi ini maka, praktek pendidikan berupaya menyesuaikan dengan budaya masyarakat dengan keragamannya apabila penyelenggara tidak tanggap maka akan menimbulkan penyimpangan yang dapat muncul dari berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat. Tuntuntan keharmonisan pendidikan dan kebudayaan bisa berdampingan dan dipahami, khasanah praktek pendidikan tidak terlepas (berdiri sendiri) dan merujuk pada kesesuaian kehidupan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa, out put pendidikan akan diserap oleh masyarakat atau lingkungan sebagai sumber daya manusia yang mumpuni dari aspek keilmuan dan kompetensi ketrampilan. Dari praktek kehidupan pendidikan di
masyarakat
seracara
menghasilkan teori pendidikan, teori-teori pendidikan timbul
beriringan
pula
bersumber dari
suatu pandangan hidup masyarakat. Peran pendidikan formal
diera sekarang ini belum
menimbulkan beberapa masalah baru
optimal sehingga
timbul dimasyarakat dimana peran
pendidikan belum mampu secara keseluruhan membangun kopetensi lulusan dari aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya, sehingga hasilan pendidikan belum mampu dan masih jauh untuk dapat meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Berdasar pada data statistik tahun 2011 bangsa kita yang miskin bertambah sekarang mencapai angka 12%, angka pengangguran meningkat baik pengagguran nyata maupun pengangguran terselubung. dan fakta penduduk Indonesia sekitar 100 juta jiwa baru mengenyam dan tamatan sekolah dasar artinya sumber daya manusia Indonesia sekitar 35% masih tergolong rendah kualitas SDM. Dari data APK (angka partisipasi kasar) tahun 2010 tamatan SLTA yang menlanjutkan ke jenjang PTN/PTS seluruh Indonesia sekitar 17% dan Prop. Lampung kurang dari 16% ini menunjukkan banyak tamatan SLTA yang kembali ke masyaraakat dengan berbekal kompetensi dan ketrampilamn yang ia miliki,belum lagi fakta, Human Development Indeks (HDI) yang diliris tahun 3
2008 oleh UNDP menetapkan Imdek Indonesia pada urutan ke 108 dari 177 negara, posisi ini
menempatkan Indonesia pada posisi lebih rendah dari
Singapura, Malaisia, Filipina, Vietnam fakta yang memprihatinkan. Sudah barang tentu ini merupakan pukulan telak bagi penyelenggaraan pemerintahan bangsa ini, maka dari itu sudah saatnya bangsa ini berbenah, berbenah dan hijrah dari keterbelakangan, hal ini mudah diucapkan sulit untuk dilaksanakan, dari mana bangsa ini berbenah, tentunnya penulis seorang pendidik dan menyelenggarakan pendidikan formal, maka sudah jelas berbenah bangsa ini dimulai dari sektor pendidikan, perlu di ingat penyelenggaraan pendidikan ini perlu waktu yang lama dan sistemik tidak mudah seperti membalik telapak tangan . John C Bock dalam educational and development: A Conflict Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan sebagai: a) Memasyarakatkan idiologi dan nilai-nilai sosio kultur bangsa, b) Menyiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan mendorong perubahan sosial ,c) Memeratakan kesempatan dan pendapatan. Dari konsep tersebut bahwa tujuan pendidikan itu sungguh mulia bila orang telah mengenyam pendidikan tinggi (sarjana) mestinya dengan ketrampilan yang ia miliki seorang tersebut akan hidup layak dan memiliki sosio kultur yang tinggi, namun kenyataan berbalik justru orang yang mengenyam pendidikan tinggi kelas pengangguran lebih banyak dibandingkan lulusan menengah Terkait dengan produk lulusan ketidak berimbangan antara dunia kerja yang tersedia atau daya serap lulusan pendidikan tidak berbanding lurus dengan lapangan kerja. Ditambah lagi carut marut penyelenggara pendidikan di era desentralisasi atau otonomi daerah sejak tahun 2000 bahwa pelaksanaan pendidikan nasional dilaksanakan kewenangannya di daerah merujuk pada UU no.22 tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU no.32 tahun 2004, maka kewenangan penyelenggaraan pendidikan ada di daerah kota/kabupaten, dengan demikian kebijakan pemangku kepentingan di daerah ikut serta mewarnai proses 4
penyelenggaraan pendidikan, peran politik sangat dekat dengan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan, belum lagi muncul persoalan baru dimana untuk mengukur keberhasilan (out put) pendidikan ditingkat
dasar dan menengah
dengan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN), dan kita ketahui sejauhmana kemurnian pelaksanaan UAN di tingkat Kota/Kabupaten di Lampung, kita semua tak sanggup membanyangkan bagaimana nasip tamatan (out put) pendidikan masa depan? Belum lagi penanganan pengangguran produk pendidikan, tambahnya lulusan yang dihasilkan maka muncul pengaguuran baru yang sekian lama tambah menumpuk. Dari hasil statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa siswa SLTA yang melanjutkan kuliah ke PTS dan PTN berkisar 17%, dan propinsi lampung kurang dari 16% ini menunjukkan rendahnya kemamapuan untuk melanjutkan ke jejang pendidikan tinggi. Pengaruh informasi teknologi melalui dunia maya semakin tak terbendung dikalangan anak remaja bahkan anak persekolahan, apa yang akan dihasilkan dari produk pendidikan masa depan?. Disamping itu dibarengi lagi kinerja bapak dan ibu guru yang belum optimal, sejarah panjang mencatat bahwa gaji guru terlalu rendah ini salah satu penyebab rendahnya kinerja guru apalagi guru swasta sangat memprihatinkan, dengan berbagai upaya yang alot dari kalangan guru, melalui perjuangan forum guru dan organisasi profesi guru sampailah terdengar dikalangan anggota dewan yang terhormat sehingganya menjadi keputusan bahwa guru diberi jabatan profesi dengan sertifikat, bagi guru yang telah tulus mendapat sertivikat profesi dan mendapat tunjangan profesi, nasib guru tersenyum dan bernafas panjang, tapi apa yang terjadi dibalik itu semua, guru dituntut harus memiliki 4 (empat) kompetensi antara lain kepribadian, pedagogik, profesional dan soaial keberhasilan kinerja guru masih harus dipertanyakan kembali?. Apa sih yang harus menjadi kinerja dan tanggung jawab guru setelah mendapat tunjangan profesi. Apalagi disetiap akhir tahun pelajaran Sekolah, maka perhatian masyarakat tertuju pada betapa rendahnya mutu pendidikan pada sekolah dasar dan menengah yang ditunjukkan pada
5
rendahnya hasin UAN ( nilai UN), rendahnya nilai tersebut senantiasa dikaitkan dengan rendahnya mutu guru dan rendahnya kwalitas pendidikan. Mari bersama merenung sejenak apakah ada penyelenggaraan
pendidikan
di
indonesia?.
yang salah dalam
Bagaimanakah
sistem
penyelenggaraan pendidikan yang tepat di Indonesia?.
B. Teori pendidikan dan konteks mutu Untuk melihat permasalahan yang muncul dalam pendidikan, ada beberapa teori pendidikan Crown dan Crow (1992) berisi sebuah pandangan akan fungsi pendidikan yang tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk memepersiapkan hidup anak didik dimasa yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami oleh individu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaan. Crown menegaskan bahwa pendidikan mengandung sejumlah karakteristik substansial antara lain: a. Educational fulfills the purpose, it is ability to develope coming in useful Efor ducational the life. b. For reaching the purpuse, education does plenned effort by choosing materials, stategies, and techniques of assessment exactly. c. Educational program which is done in family domain, educational institution and society ( formal and non formal education). Pandangan tersebut mengidentifikasikan bahwa pendidikan sebagai sebuah program merupakan sistem yang mencakup sejumlah komponen yang saling berkaitan sekaligus memiliki relevansi dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan merupakan sebuah program yang bersifat sistemik. Input (resourses), educational process, educational output. Kneller (1989), teori ini pada intinya berupaya memetakan program pendidikan yang praktis, akademis dan bermutu. Sebagai sebuah disiplin 6
akademik pendidikan tertata dalam proses, produk, dan profesinya, yang didasarkan pada sejarah, filsafat dan ilmu-ilmu kemanusiaan . Teori pendidikan tersebut memeberikan inspirasi bagi penulis
bahwa
pendidikan secara konsep dapat dikonstruk melalui sistem yang jelas dan sistematik dari mulai analisis input, penepan proses yang tepat, fasilitas, sarana, teknologi, jaminan mutu dan kontrol mutu, out put keluaran hasil pendidikan yang memiliki kompetensi lulusan yang bisa digunakan untuk memecahkan persoalan kehidupan yang ada pada masyarakat dari mana ia berasal. Dalam perspektif Islam, pendidikan sebagaimana ditegaskan oleh Al-Attas (1998:91) merupakan upaya untuk mewujudkan pemberadaban (manusia seutuhnya) (ta’dib) dalam diri manusia yang mencakup integrasi upaya peningkatan pengajaran (ta’lim) dan pembinaan (tarbiyah) manusia.” Dalam konteks itu menurut penulis, pendidikan berarti upaya integratif dalam rangka mewujudkan pribadi manusia yang seutuhnya, baik secara rohaniyah maupun jasmaniyah. Dengan demikian, pendidikan (ta’dib) adalah salah satu sarana penting dalam usaha membangun manusia seutuhnya serta penanaman nilai-nilai kemanusiaan yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan
masyarakat
yang
beradab
dan
berperadaban,
serta
dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mempelajari sunattullah tentang kejadian alam dan sifat-sifat yang telah diciptakan Allah SWT. Agar manusia sebagai penghuni alam tidak ingkar, melengkapinya dengan petunjuk yang jelas yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. “Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hambahamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar .( QS. Asy-Syura : 52 )”
7
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bertujuan untuk pembinaan Aqidah, psikologis dan aspek sosiologis, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Toumi Assaibani (1981;27) : Tujuan pendidikan islam mencerminkan tujuan dari pendidikan Agama Islam yaitu tujuan: 1) Aqidah, bahwa alam semesta dan seisinya ini ada yang menciptakan yaitu Allah SWT. Maka manusia wajib menggunakan akalnya dan telah diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pembeda. 2) Psikologis bahwa manusia menerima tarbiyah itu disesuaikan dengan daya nalar serta disesuaikan dengan jasmani dan rohani. 3) Sosial Islam mengajarkan manusia itu harus menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum demi kemanusiaan tatkala ada ditengah masyarakat dan sebaik-baik umat adalah umat yang berguna bagi masyarakat sekitarnya rahmatan lil ‘alamin. Dari kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan sejumlah subtansi nilai-nilai pendidikan yang mencakup beberapa hal, yaitu: 1) Tindakan manusia untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran, 2)
Pencarian kualitas dan sifat-sifat jiwa
yang baik, dalam mengembangkan teknologi, 3) Prilaku yang benar (akhlakul karimah) yang berlawanan dengan perilaku yang buruk (akhlakul mahmudah), 4) Ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesalahan dalam mengambil keputusan dari sesuatu yang tidak terpuji (tanggap terhadap perkembagan dunia), 5) Pengalaman dan pengakuan terhadap kedudukan secara benar dan tepat, dan, 6) Realisasi keadilan sebagaimana direfleksikan oleh hikmah. Penguatan pendidikan pada era global setidaknya penulis terinpirasi untuk menggabungkan
dua
teori
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
dimana
menggabungkan antara konsep Islam sebagai pandangan nilai-nilai filosofis dan teori barat sebagai bentuk proses implemantasi sebuah sistem pendidikan yang menjadi pedoman untuk memberikan gambaran
dalam penyelenggaraan 8
pendidikan di era global. Pendidikan secara konsep dapat dikonstruk melalui sistem yang jelas dan sistematik dari mulai analisis input, penepan proses yang tepat, fasilitas, sarana, teknologi, jaminan mutu dan kontrol mutu, output keluaran hasil pendidikan yang memiliki kompetensi lulusan yang bisa digunakan untuk memecahkan persoalan kehidupan yang ada pada masyarakat. Selain kemampuan akademik dan kepribadian yang dihasilkan dalam proses pendidikan formal maka tidak bisa dinafikan lagi adalah kecakapan hidup (life skill), mengapa ini petik karena kenyataan di masyarakat tidak semua lulusan dari sekolah formal melanjutkan kejenjang lebih tinggi tamatan SLTA hanya 16 % yang melanjutkan ke PTS dan PTN. Kecakapan hidup maksudnya siswa diberi ketrampilan–ketrampilan tertentu yang dapat membantu memecahkan masalah kehidupan di masyarakat , keterampilan ini disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan masyarakat setempat. Sejak tahun 2000 Lampung telah memiliki produk lokal seperti tapis, Kali grafi, kripik dan dodol lampung, seni dan sastra lampung , dan tak kalah pentingnya lagi nilai-nilai Islam yang akan menjadi pondasinya, hal ini apabila digarap sunguh-sungguh merupakan bekal hidup untuk menjawab tantangan dimasa depan.
C. Landasan Kebijakan Terkait dengan pelaksanaan pendidikkan di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan yang bisa digunakan sebagai acuan dan sekaligus menjadi pedoman penyelenggaraan pendididkan antara lain sebagai berikut: 1. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia dituangkan dalam UU no.20 tahun 2003 2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 9
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 7. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 tentang standar isi pada satuan pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah. 8. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006 tetang standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah. 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2007 Tanggal 11 Juni 2007 Standar Penilaian Pendidikan 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.41 Tahun 2007 T e n t a n g Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dari dasar-dasar hukum sersebut dapat dijadikan rambu-rambu dalam penyelenggaraan pendidikan dari tingkat dasar dan menengah. Untuk memberikan kontribusi pemikiran penulis menuangkan sebuah konsep, perpaduan antara teori 10
pendidikan, rambu-rabu yang telah ditetapkan dan membangun dari budaya masyarakat yaitu tentang sistem penyelenggaraan pendidikan dengan konteks Quality Improvement.
D. Konsep Manajemen Strategik dalam Konteks Mutu Untuk dapat menghasilkan penyelenggaraan pendidikan berkualitas maka ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam merancang bangun sebuah konsep pengelolaan pendidikan antara lain : 1). Perumusan strategi mutu, 2). Jaminan mutu pendidikan, 3). Peningkatan mutu berkelanjutan, 4). Kontrol dan perbaikan mutu pendidikan, untuk mengembangkan ini semua perlu dirumuskan dalam sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan sehingga hasilan dari pendidikan yang diharapkan dapat terukur yang jelas, dan apabila mengalami kendala segera dapat diatasi dari sisi mana yang mengalami titik eror ,untuk direfeksi dan dijadikan perencanaan perbaikan mutu dalam program selanjutnya. Untuk lebih jelas penulis memaparkan beberapa kosep manajemen strategik dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 1. Manajemen Strategik dalam Pendidikan Mary Parker Follet dalam Tim Dosen UMS (2002: 1) mendefenisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”.. Robbins & Coulter (2002:6), “manajemen adalah proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain. Griffin (1998:5) mendefenisikan: Management is a set of activities (including planning and decision making,
organizing,
leading,
and
controlling)
directed
at
an
organization’s resources (human, financial, physical, and information) with the aim of achieving organizational goal in an efficient and effective manner. 11
George R. Terry dalam Manullang (2008:3) mengatakan bahwa “manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain:. Memperhatikan beberapa defenisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 2. Makna Manjemen Strategik Manajemen strategik pada dasarnya merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusankeputusan strategik antar fungsi-fungsi manajemen yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan masa depannya secara efektif dan efisien. Hal ini senada dengan gagasan Jauch dan Gluek (1988: 5) yang mengatakan: Strategic management is a stream of decisions and actions which lead to development of an effective strategy or strategies to help achieving objectives. The strategic management process is the way in which strategic determined objectives and make strategic decisions. Dari statemen tersebut dapat dipahami bahwa manajemen strategik merupakan
arus
keputusan
dan
tindakan
yang
mengarah
pada
perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran organisasi. Proses manajemen strategik ialah suatu cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi. Dan proses itu harus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan konsep manajemen strategik yang dinamis untuk menghasilkan keputusan yang tepat bagi organisasi yang bersangkutan.
12
Sementara itu, Wheelen dan Hunger (1996:3, 2002:2) memaknai manajemen strategik sebagai ”Serangkaian keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang menentukan kinerja suatu organisasi dalam jangka panjang.” Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari perumusan atau perencanaan strategik, pelaksanaan atau implementasi, serta pengendalian dan evaluasi strategik dengan memperhatikan isu-isu strategik lingkungan yang berkembang, peluang dan ancaman, serta kemampuan dan kelemahan suatu organisasi. Dalam dunia pendidikan, keputusan serta kebijakan yang strategis akan sangat mempengaruhi kesuksesan yang akan dicapai di masa-masa yang akan datang, karena keputusan dan kebijakan itu ditentukan secara matang dan komprehensif berdasarkan pertimbangan berbagai faktor yang ada terutama faktor internal dan faktor eksternal suatu lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) serta kekuatan sumber daya yang dioptimalkan secara baik dan tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan itu, manajemen strategik memiliki fungsi yang sangat penting. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Drucker (1982:93): The primary tasks of strategic management are to understand
the
environment, define organizational goals, identify options, make and implement decisions, and evaluate actual performance. Thus, strategic planning aims to exploit the new and different opportunities of tomorrow, in contrast to long range planning, which tries to optimize for tomorrow the trends of today. Dari statemen tersebut dapat ditegaskan bahwa fungsi manajemen strategik adalah untuk memahami lingkungan, menentukan tujuan-tujuan organisasi, mengidentifikasi alternatif pilihan, membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan, serta mengevaluasi penampilan kegiatan. Sedangkan perencanaan strategik berupaya mendayagunakan berbagai peluang baru 13
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, dan perencanaan jangka panjang berupaya mengoptimalkan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi masa kini untuk masa yang akan datang. Dari sejumlah definisi diatas dapat dikatakan bahwa manajemen strategik merupakan suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi garis terdepan sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Sasaran manajemen strategik adalah dalam rangka meningkatkan: a. kualitas organisasi b. Efisiensi penganggaran c. Penggunaan sumber daya d. Kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja e. Kualitas pelaporan (Akdon, 2006:79) Manajemen strategik memfokuskan diri pada pengintegrasian manajemen, marketing (pemasaran), finance/accounting (keuangan), production/operation,
research
and
development
(penelitian
dan
pengembangan) dan computer information system (sistem informasi komputer) untuk mencapai kesuksesan organisasi. Begitu pula dalam pendidikan, pendidikan tidak bisa dilepaskan dari beberapa komponen tersebut, karena pada dasarnya kesuksesan pencapaian tujuan pendidikan juga ditentukan oleh sinergitas seluruh bidang tersebut. 3. Tahapan dalam Manajemen Strategik Proses manajemen strategik menurut Wheelen dan Hunger (1996:7-15, 2002:9-16) terdiri dari 4 tahapan yaitu: ”Perekaman lingkungan, formulasi strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian
strategi.”
Keempat
tahapan
tersebut
dapat
penulis
deskripsikan secara lebih komprehensif sebagai berikut; pertama, perekaman lingkungan. Hal ini mencakup persoalan pengamatan isu-isu lingkungan strategik yang muncul, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kedua, formulasi strategi. Hal ini meliputi pengembangan visi, misi, pengidentifikasian kesempatan (opportunity) dan ancaman (threats) dari luar organisasi, menentukan kekuatan (strengths) dan kelemahan 14
(weakness)
internal,
menentukan
tujuan-tujuan
jangka
panjang,
menemukan strategi alternatif dan memilih strategi
tertentu untuk
diterapkan.
ini
Ketiga,
implementasi
strategi.
Hal
meliputi
mengembangkan budaya yang mendukung strategi yang dilakukan, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengarahkan kembali marketing, menyiapkan budget/biaya, mengembangkan sistem informasi dan kompensasi pegawai. Untuk melakukan strategi, institusi harus menetapkan tujuan tahunan, mengubah kebijakan-kebijakan, memotivasi pegawai dan mengalokasikan sumber-sumber daya secara tepat dan sehingga strategi yang sudah dibuat dapat dilaksanakan; serta keempat, evaluasi dan pengendalian strategi. Hal ini merupakan tahapan yang dilakukan untuk mengetahui strategi apa saja yang tidak terlaksana dengan baik. Kegiatan evaluasi dan pengendalian strategi ini meliputi: (a) peninjauan kembali faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar dari strategi yang diterapakan, (b) mengukur kinerja dan (c) melakukan tindakan-tindakan korektif. Hal ini dilakukan agar performen organisasi tetap baik dan meningkat. Evaluasi ini perlu dilakukan karena keberhasilan suatu satuan pendidikan saat ini tidak menjamin sukses di masa-masa yang akan datang. 4. Manfaat Manajemen Strategik Madrasah/sekolah pada dasarnya membutuhkan pola manajemen yang mampu menjembatani tuntutan perkembangan zaman dan upaya peningkatan kualitas pendidikannya. Dalam hal ini, manajemen strategik merupakan salah satu alternatif manajemen yang dapat dikembangkan secara lebih serius di lingkungan madrasah, terutama dalam hal ini Sekolah/Madrasah yang telah memiliki tingkat kedewasaan organisasi yang lebih matang daripada di tingkatnya. David (2000:14) menegaskan bahwa “Manajemen strategik memungkinkan sebuah organisasi untuk lebih proaktif dalam membentuk masa depannya, juga memungkinkan 15
organisasi untuk berinisiatif sehingga lebih memiliki kontrol terhadap keberadaannya.” Penelitian menemukan
bahwa
proses
manajemen strategik
membawa keuntungan. Komunikasi adalah kunci sukses manajemen strategik. Melalui keterlibatan dalam proses, pimpinan dan bawahan memiliki pengertian (understanding) dan komitmen, mereka menjadi sangat kreatif dan inovatif. Oleh karena itu keuntungan yang besar dari manajemen strategik adalah kesempatan untuk memperkuat setiap individu termasuk dalam hal ini adalah seluruh komponen yang ada di perguruan tinggi. Dengan kata lain, untuk memaksimalkan fungsi manajemen strategik yang akan diterapkan, keterlibatan seluruh sumber daya manusia yang ada di perguruan tinggi, baik pimpinan maupun bawahan mutlak diperlukan, baik dalam memformulasikan strategi maupun implementasi dan evaluasi strategi pendidikan yang telah dirancang. Secara garis besar terdapat dua manfaat dari aplikasi manajemen strategik, termasuk bagi dunia pendidikan di Sekolah/Madrasah, yaitu: a. Manfaat
finansial.
Penelitian
menemukan
bahwa
organisasi
(Sekolah/Madrasah) yang menggunakan konsep manajemen strategik mendapatkan keuntungan finansial yang lebih serta produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisasi (Sekolah/Madrasah) yang tidak menggunakan konsep tersebut. Organisasi yang memiliki kinerja yang baik adalah organisasi yang dapat membuat keputusan dengan antisipasi jangka pendek dan jangka panjang yang baik. Sebaliknya organisasi yang buruk biasanya hanya memfokuskan pada kegiatan pemecahan masalah internal dan kurang dapat melakukan antisipasi terhadap kondisi di masa depan. b. Manfaat nonfinansial. Manajemen strategik memberikan keuntungan nonfinansial, antara lain: meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman eksternal,
meningkatkan
pemahaman
akan
strategi
pesaing, 16
meningkatkan produktivitas pegawai, menurunkan penolakan terhadap perubahan serta meningkatnya mutu pendidikan yang akan dihasilkan dan lain sebagainya. c. Konsep strategi dan perumusan strategi, Setrategi bagi suatu organisasi sangat penting, terlebih lagi mulai perumusan secara analisis dan dengan segaja, tetapi tidak semua setrategi yang dirumuskan menjadi kenyataan. Oleh karena itu strategi harus didukung oleh organisasi dalam pada konteks tujuan yang akan dicapai agar tujuan dapaat efektif dan efisien. Banyak aliran-aliran yang palaing berpengaruh dalam proses perumusan strategi adalah yang disebut dengan faktor manajemen sebagai “the design school” aliran ini menyatakan pada usaha untuk menciptakan “fit” atau “match” antara kapasitas internal organisasi dengan peluang eksternal. Alat untuk menganalisis membantu “fit and match” adalah analisis SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities and threats), Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan ancaman. Menurut aliran ini setrategi yang baik adalah yang sesuai dengan alasan kehematan (law of parsimony) dengan prinsif sederhana, jelas dan spesifik, semua tindakan merupakan konsekwensi dari alasan (action must flaw reason) dalam teori ini lebih menitik beratkan pada aspek konsekwesi dari pada proses belajar. J. David Hunger dan thomas L. Wheelen, 2001:12, mengemukakan perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan. Perumusan strategi meliputi penetapan Visi, Misi dan Tujuan, dari ketiga langkah ini merupakan alat untuk mengetahui arah dan sasaran dari rencana yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan, dari teory setidaknya dapat membantu nahkoda pelayaran pendidikan dapat menentukan arah yang jelas sehingga tujuan dapat dicapai sesuai dengan 17
rencana waktu yang telah ditetapkan, setidaknya dapat mengurangi dari berbagai kesalahan . d. Tahapan-tahapan strategik. Pertama, melakukan analisis kecenderungan atau anlisis trend, sesuatu disebut sebagai kecenderungan apabila memiliki sifat dinamis, mengandung
unsur-unsur
perubahan.
Perubahan
tersebut
relatif
permanen tidak berubah-ubah dan sementara serta perubahan tersebut bisa diukur. Kedua, melakukan analisis SWOT atau TOWS, SW merupakan analisis internal dan OT analisa eksternal. Ketiga, analisis SWOT kemudian diturunkan berbagai alternatif strategi yang bisa dipilih. Dengan menghubungkan empat dimensi diharapkan dapat mempermudah menganalisis alternatif strategi SO (Strenght and threts), alternatif strategi WO (weaknesses and opportunities) dan alternatif strategi WT ( weaknesses and threats). Keempat, memilih strategi yang paling efektif
dan tepat bagi
organisasi. Pemilihan strategi ini dengan mempertimnbangkan Visi dan Misi organisasi. Kelima, pelaksanaan strategi, strategi yang telah dirumuskan diterjemahkan kedalam program kerja yang jelas. Untuk menentukan aarsitektur organisasi dalam pendidikan akan berkaitan dengan jawaban tiga hal dasar yaitu siapa yang mempunyai kewenangan untuk memutuskan (distribution of outhority), siapa memberi kontribusi apa dan bagaimana mengukurnya (performance apprasial) dan siapa memperoleh apa dan berapa banyak yang diperolehnya (rewwrd system). Dalam substasi SWOT akan banyak membantu stake holders dalam menentukan strategi yang paling efektif untuk mencapai tujuan 18
yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memperhatikan beberapa alasan siapa yang akan menentukan program, strategi apa yang akan dipilih, siapa yang memperoleh program dari tujuan tesebut, berapa dan dengan ukuran apa tujuan itu dapat dicapai. 5. Implementasi perencanaan strategik 1. Visi Sekolah/Madrasah a. Sekolah/Madrasah
merumuskan
dan
menetapkan
visi
serta
mengembangkannya. b. Visi sekolah/madrasah: 1) Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang. 2) Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. 3) Dirumuskan
berdasar
masukan
dari
berbagai
warga
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional. 4) Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah. 5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. 6) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. 3. Tujuan Sekolah/Madrasah
19
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya. b. Tujuan sekolah/madrasah: 1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan). 2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat. 3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah dan institusi. 4) mengakomodasi berkepentingan
masukan termasuk
dari komite
berbagai
pihak
sekolah/madrasah
yang dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah. 5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. 4. Rencana Kerja Sekolah/Madrasah a. Sekolah/Madrasah membuat: 1) Rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. 2) Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. b. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah: 20
1) disetujui
rapat
Stake
holders
setelah
memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota. Pada
sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah; 2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihakpihak yang terkait. c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan
rapat
Stake
holders
dan
pertimbangan
komite
sekolah/madrasah 6. Peningkatan Berkelanjutan (Quality Improvement) Sebelum membahas peningkatan mutu berkelanjutan terlebih dahulu mengetahui makna peningkataan proses berkelanjutan. Peningkatan proses berkelanjutan dirancang untuk memanfaatkan berbagai sumber daya pendidikan untuk mencapai budaya mutu. Untuk mencapai budaya mutu dalam pendidikan, maka setiap stake holders harus berfikir tentang mutu, bertindak untuk mencapai mutu dan melaksanakan kontrol terhadap mutu yang telah dicapai serta merefleksi hasilan mutu yang belum sempurna untuk disempurnakan. Bentuk mutu disekolah antara lain mutu ekstra sekolah, olah raga, seni budaya, pramuka, vokal grup, bela diri, pencinta alam dsb. Mutu akademik terkait prestasi kompentesi antara lain idek prestasi hasil belajar (IPB), hasil UAN, Peningkatan pencapaian SK dan KD dan sebagainya. Untuk mencapai peningkatan akademik dan non akademik secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut : 1) Memandang
semua pekerjaan sebagai proses untuk mencapai
tujuan. 21
2) Menjadikan proses yang efektif, efisien dan adaptif untuk mencapai tujuan. 3) Mengantisipasi
perubahan-perubahan
yang
dibutuhkan
oleh
pelanggan. 4) Mengkontrol kinerja dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu, seperti waktu, kendali mutu, siklus mutu. 5) Mengeliminasi pemborosan. 6) Menginvestigasi aktivitas-aktivitas tidak ada guna atau tidak menambah nilai 7) Menggunakan
Benchmarking
untuk
meningkatkan
manfaat
kompetitif. Hal ini sependapat apa yang diungkapkan oleh Joseph Juran (trilogi Juran) dalam peningkatan mutu melibatkan tiga komponen yaitu perencanaan (planning), pengedalian
(control) dan peningkatan
(improvement). Terdapat empat strategi peningkatan mutu berkelanjutan : repair, refinement, renovation dan reinvention (Besterfield; 2002). Stategi repair ini sederhana bahwa segala sesuatu mutu yang rusak segera dibetulkan dan diperbaiki, fungsinya adalah mendesain. Strategi refinement
(perbaikan)
stategi
ini
merupakan
aktivitas
secara
berkelanjutan meningkatkan mutu yang tidak melamai kerusakan. Strategi renovation, strategi ini mengisaratkan bahwa renovasi harus dilakukan dan disesuaikan dengan kemajuan yang ada pada lingkungan sekitar, hasil ini kwalitas yang ada tetap pada kwalitas utama dalam pengembangnya diimbangi dengan kemajuan teknologi .
22
Strategi reinvention (penemuan), strategi ini adalah menemukan halhal yang baru dalam peningkatan mutu guna meningkatkan kepuasan pada pelanggan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut
Adrian dan Richard Doughrty
[2004], mengatakan bahwa peningkatan mutu berkelanjutan memilki tiga komponen yaitu: 1) Tindakan korektif, dimana problem yang terjadi segera dipecahkan untuk mencegah terulang kembali. 2) Tindakan preventif dimana masalah potensial diidentifikasi, dan 3) Peningkatan mutu berkelanjutan. Adapun langkah-langkah yang efektif untuk melakukan tindakan sistem korektif adalah: 1) Proses identifikasi problem dan inisiatif tindakan korektif, 2) Mengatur tindakan korektif untuk memecahkan masalah 3) Proses validasi keefektifan tindakan. Dalam hal ini penulis menawarkan pada tindakan korektif dengan pendekatan siklus Plan-Do-Study-Act (PDSA) sebuah teknik peningkatan efektif (effective improvement technique) yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart dan dimodifikasi oleh Deming.
23
SIKLUS PDSA Root
couse Implement
Validate and
Analysis
Correctiv action
monitor reult
CQI Team Formation
PLAN PLAN
DO
STUDY
Project Completion
ACT
Correct as Needed
Gambar. 1 :
Siklus PDSA dalam Konteks Jaminan Mutu
Implementasi sistem tindakan prefentif yang efektif fokusnya pada analisis akar masalah: a). Seperti apa terjadinya rancangan mutu, b). Apa dampak atau hasil bila mutu itu terjadi, c). Bagaimana cara mendeteksi keberhasilan mutu?. Peningkatan mutu berkelanjutan, terletak pada kedewasaan sebuah organisasi dengan membutuhkan komintmen bersama untuk mendapatkan tujuan yang telah ditetapkan, komitmen merupakan modal dasar dalam sebuah organisasi untuk mencapai keberhasilan. Hal tersebut akan terjadi bila target mutu yang dicanangkan ada indikator atau ukuran yang pasti, target yang jelas dan didukung oleh sumber daya pendidikan termasuk keuangan dan SDM serta sarpras.
E. Analisis dan kesimpulan Dengan paparan argumentasi tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konsep perencanaan stategik merupakan bentuk sistem yang dibangun dari sebuah analisa internal dan analisa ekternal sebuah organisasi 24
pendidikan yang mengarah pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan agar lebih efektif dan efisien. 2. Perencanaan strategik
yang efektif merupakan perencanaan yang bisa
diukur taraf keberhasilannya dengan berbagai indikator yang berdasar pada
visi,
misi
dan
tujuan,
dalam
upaya
peningkatan
mutu
penyelenggaraan pendidikan (quality improvement). 3. Perencanaan yang efisien ,keberhasilan sebuah tujuan pendidikan dengan sedikit pengorbanan keuangan, tetapi didukung dengan sumberdaya SDM dan sumber daya lainya utamanya sarana prasarana. 4. Pelaksanaan mutu pendidikan yang mmemiliki daya saing adalah terwujudnya lulusan yang memiliki kompetensi dan keunggulan kompetitif setiap satuan pendidikan dan
memiliki keunggulan yang
berbeda dengan sekolah lain serta siap melakukan perubahan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. 5. Pelaksanaan evalusi program hal yang pokok yang dilakukan dalam rangka menilai, menelaah kembali tujuan yang telah ditetapkan terkait mutu dan melakukan perbaikan-perbaikan demi peningkatan mutu perikutnya dengan prinsip salah satunya PDSA( Plan-Do-Study-Act). 6. Mutu berkelanjutan tidak bisa berdiri sendiri dalam program, tetapi harus didungkung dengan sumberdaya manusia yang memadai dan sumber daya yang lain termasuk sarana prasarana dan keuangan (Budgeting). Untuk membantu merumuskan perencanaan strategik dalam peningkatan mutu berkelanjutan penulis tuangkan dalam beberapa langkah dan selanjutnya dicantumkan dalam skema gambar sebagai berikut: 1. Analisis terlebih dahulu kondisi eksternal dan internal 2. Tetapkan visi dan misi serta tujuan
25
3. Dalam merumuskan strategi lakukan terlebih dahulu dengan teknik analisa SWOT 4. Tentukan efisiensi dan efektifitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta perbaikan 5. Tetapkan program mutu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 6. Ditetapkan metode tertentu dalam mengukur keberhasilan program 7. Yakinkan sumber daya manusia yang memadai dan sumber daya lainnya serta sumber daya budgeting. 8. Tetapkan nilai-nilai Islam sebagai podasi pijakan program NILAI-NILAI KEISLAMAN Analisis Stakeholders
Analisis Isu-Isu Strategik
Perumusan Misi, Visi dan Tujuan Penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Mutu Berkelanjutan Perumusan Bidang Hasil Pokok
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Budaya Organisasi Bermutu & Struktur Manajemen Organisasi yang Profesional
Perencanaan Mutu Dampak 1. Perumusan Sasaran Mutu 2. Strategik Kebijakan Mutu 3. Program
Pelaksanaan Mutu Program
Evaluasi Mutu Program
(Mutu Hasil)
Kondisi dan Fasilitas Pendukung
Gambar. 2 :
Model konsep perencanaan Pendidikan Bermutu Berbasis NilaiNilai Keislaman
26
F. Daftar Pustaka Akdon. (2006). Strategic Management For Educational Management (manajemen strategi untuk manajemen pendidikan). Bandung: Alfabeta. Bryson, J.M. (2001). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. (Terjemahan M. Miftahuddin) London: Paul Chapman Publishing Ltd. ( Buku asli diterbitkan tahun 1988). Bust, T,.&Coleman, M. (2000). Leadership and strategic Management in Education. London: Paul Chapman Publishing Ltd. Chapman, T. (1990). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Gema Insani Press. Creswell, J.W. (1994) Research Desighn : Qualitative and quantitative approach, California: Sage Publication. Cruickshank R. Donald, (2006) he Act Of Teaching, The Ohio State University. David, F.R. (2000). Strategic Management. Upper Saddle River New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Departemen Pendidikan Nasional, (2007), Standarisasi Sekolah/Madrasah dan Sertivikasi Guru dalam Jabatan, Darma Bakti Jakarta. Dessler Gaary, (1993) Manajemen Personal, Erlangga, Keramat Raya 4, Jakarta. Durrahman Budi, (2003), Sistem Pendidikan Nasional 2003, Fokus Media Bandung. Durrahman Budi, (2006), HimpunanPerundang-Undangan Guru dan Dosen, Fokus Media Bandung. 27
Fattah, N. (2000a). ManajemenBerbasis Sekolah. Bandung : Adira. Fattah N, (2000b). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hamalik O. (2008) Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara Jakarta. Handono Hadi. P. (1994) Epistimologi Filsafat Pengetahuan, Kanisius Yogyakarta. Hidayat Komaruddin, (2007). Kekuatan Santri dari Gubuk Pesantren Menuju Menara Peradaban, Media Citra Jakarta. Houugh,J.R, (1984), Educational Policy An Internasional Survey, Martin’S Press New York. Jauch,
L.R.,&Glueck,
W.F.
(1998).
Management.
Singapore:
Business
McGraw-Hill
policy
and
Strategic
International
Book
Company. Jasen Eric, (2008), Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak, Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan, Pustaka Pelajar Yogyakarta. Mas’ud Abdurrahman, (2003), Menuju Paradigma Islam Humanis, Gama Media Yogyakarta. O’Neil, W.F. (2001). Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stephen P. Robbins (2003). Organization Behavior, Tent Edition, Upper Saddle River, New Jersey 07458. Sadulloh, U. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.Sy. (2006), Pengembangan Muutu Pendidikan Sekolah Menengah, Aditama Bandung. 28
Sukmadinata, N.Sy. (2008) Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya Bandung. Thurston/Coombs S.F. (1993), Educational Governance And Administration, Englewood Chiffs, New Jersey. Worthen R.B. (1987), Educational Evaluation, Alternative Approaches and Practical Guidelines, Longman new York & London Yukl Gary, (2001), Kepemimpinan Dalam Organisasi, State University of New York at Albany. Zamroni, (2003) Paradigma Pendidikan Masa Depan, Proyrk Perluasan Mutu SMA Jakarta.
29