Konsep Estetika Dan Teknis Dalam Bingkai Ergonomi Total Pada Desain Interior ORASI ILMIAH Pada Acara PENGUKUHAN DAN PENGENALAN GURU BESAR Prof. Dr.Drs. I Nyoman Artayasa., M.Kes Guru Besar Bidang Desain Interior Program Studi Desain Interior Jurusan Desain FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR OM SWASTYASTU, Yang saya hormati: 1. Ketua, Sekretaris dan seluruh anggota Senat Institut Seni Indonesia Denpasar 2. Rektor dan Pembantu Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar 3. Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar 4. Para Dekan dan Pembantu Dekan dari kedua Fakultas di Institut Seni Indonesia Denpasar 5. Ketua, Sekretaris, Ketua Lab, Ketua Program Studi dari kedua Fakultas di Institut Seni Indonesia Denpasar 6. Rekan-rekan staff pengajar dan administrasi di Institut Seni Indonesia Denpasar 7. Pengurus Dharma Wanita Institut Seni Indonesia Denpasar 8. Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan dan seluruh mahasiswa di lingkungan Institut Seni Indonesia Denpasar 9. Para pejabat dari berbagai PTN, PTS, Lembaga Pemerintahan maupun Lembaga Swasta yang hadir 10. Para orang tua/keluarga wisudawan 11. Adik-adik para wisudawan dan 12. Para undangan lainnya yang hadir pada kesempatan ini. Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas anugerah Beliau peristiwa hari ini dapat terjadi. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan perkembangan pemikiran dan kajian saya dengan judul ”KONSEP, ESTETIKA DAN TEKNIS DALAM BINGKAI ERGONOMI TOTAL PADA DESAIN INTERIOR” Hadirin yang saya muliakan Pendahuluan Desain interior diwujudkan untuk memecahkan masalah manusia berkaitan dengan pewadahan aktivitas dalam ruang, guna tercapainya kenyamanan keamanan, efektifitas dan peningkatan produktivitas yang sesuai dengan karakter manusia dan budayanya.
1
Konsep dalam desain interior adalah dasar pemikiran desainer dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pemilik, pendataan dan lingkungan. Unsur estetika dibangun dalam desain interior berdasarkan pada unsur dasar pembentuk estetika dan mengolahnya ke dalam prinsip-prinsip estetika yang terdiri dari proporsi, keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi, vocal point dan lainnya. Sedangkan unsur teknis yang menjadi garapan dalam desain interior adalah civitas; elemen pembentuk ruang; elemen pelengkap pembentuk ruang; fasilitas ruang; utilitas ruang; dekorasi dan aksesori ruang; main entrance; maintenance. Ergonomi dipastikan harus membingkai ke tiga unsur besar dalam desain interior tersebut, sebab bagaimanapun desain interior yang diwujudkan akan digunkanan oleh manusia, oleh karena itu, harus mampu memberikan kenyamanan dan keamanan. Hadirin yang saya muliakan Konsep Secara umum konsep merupakan ide atau pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa konkrit (Depdikbud, 1992). Lebih lanjut, secara mendasar konsep merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Konsep dalam desain interior adalah dasar pemikiran desainer dalam memecahkan permasalahan atau problem desain (Prabu, 2005). Pemecahan masalah dalam desain interior berkaitan dengan pendataan manusia, ruang dan lingkungan. Dalam desain interior konsep memegang peranan yang sangat penting, dengan konsep seluruh permasalahan yang dipecahkan dalam desain diformulasikan ke dalam satu perumusan yang bersifat abstrak, sebagai landasan atau panduan untuk diterjemahkan ke dalam tataran teknis (Santosa, 2005). Konsep kemudian merasuk keseluruh elemen estetika dalam desain mulai dari titik sampai dengan bidang yang dibentuk, mulai dari keseimbangan sampai titik pusat perhatian dan lain sebagainya. Demikian pula pengaruhnya sampai pada bagian dalam desain interior yang mengolah unsur organisasi ruang, sirkulasi, lantai, dinding, plafon, mebel dekorasi dan lainnya. Estetika Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang, dan akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek (Artini, 2000). Dalam hal memahami desain sebagai seni, maka selalu mengolah unsur-unsur pembentuk seni: titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, pola, warna, cahaya, bahan dalam suatu keseimbangan, harmoni, irama, kesatuan, komposisi, nada titik pusat perhatian serta proporsi dan lain sebagainya. Keseluruhan unsur-unsur tersebut bersinergi dalam sebuah ruang membentuk desain interior yang indah yang mampu mewujudkan nilai simbolik dan budaya. Seperti yang diungkapkan oleh Santosa (2005) sebagai perwujudan nilai simbolik dan budaya, maka desain dapat dikaitkan dengan faktor nilai, pandangan hidup, kepercayaan, mitos dan lain-lain ke dalam wujud materi yaitu benda kongkrit yang berfungsi untuk mengungkapkan suatu nilai budaya tertentu.
Hadirin yang saya muliakan Teknis Untuk memecahkan masalah teknis, maka desain dapat dikaitkan dengan faktor fungsi, yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dari fungsi-fungsi tersebut sehari-hari. Dalam hal ini desain dipandang sebagai suatu ilmu teknik yang pemecahan masalahnya 2
secara objektif dan hasil temuannya dapat digeneralisir. Dalam hal ini unsur teknis yang menjadi pertimbangan dalam perancangan interior adalah: civitas; situasi site; elemen ruang yang terdiri dari: pengorganisasian ruang, pendaerahan, sirkulasi; elemen pembentuk ruang; elemen pelengkap pembentuk ruang; fasilitas ruang; utilitas ruang; dekorasi dan aksesori ruang; main entrance; maintenance. Ergonomi Ergonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu ”Ergon” dan ”Nomos” yang berarti kerja dan aturan. Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara manusia dan objek yang digunakan serta kondisi lingkungan. Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan alat-alat, cara kerja dan lingkungan, pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Manuaba, 1998a). Manuaba (1998b), lebih terperinci mengatakan manfaat penerapan ergonomi antara lain pekerjaan lebih cepat selesai, risiko penyakit akibat kerja kecil, kelelahan berkurang, dan rasa sakit berkurang atau tidak ada. Ergonomi juga diperlukan karena adanya berbagai dampak pembangunan seperti adanya kecelakaan, adanya penyakit akibat kerja, adanya polusi, adanya ketidak puasan kerja, dan banjir serta bencana lainnya. Ergonomi juga dikatakan sebagai manajemen, karena keberhasilan ergonomi, yang dimanfaatkan sejak perencanaan dan memperhatikan bagaimana memilih dan mengalihkan teknologi serta menyusun organisasi kerja yang tepat, dapat meningkatkan hubungan dan kepuasan kerja. Lebih jauh Manuaba (2001) mengungkapkan dari aspek definisi, ergonomi dan Total Quality Management (TQM) punya tujuan yang sama yaitu berorientasi kepada dipenuhinya keinginan atau kebutuhan para pelanggan. Hadirin yang saya muliakan Ergonomi Total Dalam pendekatan ergonomi untuk mampu meningkatkan kualitas hidup manusia dalam suatu sistem aktivitas, faktor manusia di dalam seluruh sistem aktivitas tersebut dari hulu sampai hilir harus diberdayakan, sehingga mampu memberikan kinerja yang maksimal dan optimal. Agar tercapainya maksud tersebut, perlu dilakukan suatu pendekatan yang mampu memikirkan masalah dari segala lini kehidupan atau holistik dan berkesinambungan. Salah satu pendekatan yang dapat dilaksanakan adalah pendekatan Ergonomi Total, yang terdiri dari analisis Teknologi Tepat Guna (TTG) dan SHIP (Manuaba, 2004; 2005a; 2005b). Teknologi Tepat Guna (TTG) dapat diartikan sebagai hasil budi dan daya manusia yang tepat dan berguna dilihat dari segala aspek kehidupan pemakainya yang terdiri-dari enam kriteria yaitu secara teknis, ekonomis, ergonomis, dan sosiobudaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi dan tidak merusak lingkungan. 1. Secara teknis harus bisa dipertanggung-jawabkan, artinya bahwa teknik yang digunakan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, sesuai dengan standard, bahan yang biasa dipakai, komponen yang biasa dipergunakan, metode pembuatan, masukan para spesialis, mudah dirawat, mudah didaur ulang, ramah lingkungan.
3
2. Secara ekonomis harus dikaji melalui pendekatan yang menyeluruh. Faktor yang diperhitungkan harus ada kaitannya dengan pasar, finansial, pengeluaran, waktu, keuntungan bagi stakeholder, kompetitif, besarnya atau tipe pasar, trend masa depan, kebijakan pelayanan, dan perhitungan akan beban dan penyimpangan. 3. Secara ergonomis prinsip-prinsipnya harus bisa built-in masuk di dalam proses desain atau perencanaan, seperti memenuhi kebutuhan pengguna, profil, prilaku, kenyamanan dan keamanan dan lain sebaginya. 4. Secara sosiokultural teknologi yang diterapkan harus dapat meliputi norma, nilai, kebiasaan, keinginan, agama, kepercayaan, kebutuhan pemakai, taboo, estetika, fashion, gaya serta kualitas dari produk harus menjadi pertimbangan. 5. Hemat akan energi berarti bahwa produk yang dihasilkan harus mempunyai kontribusi yang bermakna terhadap prinsip pembangunan yang berlanjut dan tidak menghancurkan keberadaannya. 6. Tidak merusak lingkungan artinya agar produk tidak memberikan sesuatu kepada lingkungan Di samping pengkajian TTG tersebut di atas, pengkajian secara sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipasi (SHIP) perlu pula dilaksanakan. 1. Bersistem berarti bahwa analisis harus dilakukan dalam kaitan sistem, tidak terlepas sendiri, karena bagaimanapun juga semuanya selalu berada dalam satu sistem tertentu. 2. Holistik berarti bahwa antara satu sistem dengan sistem lainnya selalu ada kaitannya, jadi tidak bisa dilepaskan begitu saja. 3. Interdisipliner artinya bahwa semua disiplin terkait harus ikut terlibat di dalam menganalisis permasalahan yang ada. 4. Partisipasitori artinya semua yang akan terlibat terhadap pemecahan masalah atau terlaksananya suatu gagasan harus dilibatkan sejak awal kegiatan. Hadirin yang saya muliakan Konsep Estetika dan Teknis dalam Bingkai Ergonomi Mempertimbangkan konsep adalah suatu keharusan dalam desain interior, agar wujud desain yang tercipta memliki karakter dan mampu memecahkan masalah. Perhatian terhadap estetika dimaksudkan agar tercipta keindahan dan tentunnya perhatian elemen-elemen desain inteior secara teknis untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan sehingga pada akhirnya mampu miningkatkan produktivitas pemakainya. Dalam prosesnya ke tiga unsur di atas harus melalui tahap-tahap yang ada pada sistem perencanaan serta melalui kajian ergonomis, mulai dari input, proses serta pilihan terhadap outputnya. Dalam pembentukan konsep desain, unsur pemilik/pengunjung/pengguna harus mendapat perhatian dalam bidang aktivitas, pengorganisasian serta lingkungan di mana pemilik/pengguna serta desain akan diwujudkan. Perhatian terhadap civitas dalam pembentukan konsep, harus berdasarkan pada kelebihan, batasan serta kekurangannya. Sehingga dalam pengimlemetasiannya, konsep benar-benar berdasarkan teknologi tepat guna dan SHIP. Latar belakang kasus/proyek, trend desain, lingkungan fisik dan sosial, peraturan pemerintah daerah, ide desainer, keinginan pemilik, harus benar-benar diperhatikan agar benar-benar memperhatikan pada kelebihan, batasan serta kekurangan manusia sebgai penggunanya.
4
Dalam pengolahan unsur-unsur pembentuk estetika yaitu: titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, pola, warna, cahaya, bahan yang disusun sedemekian rupa dalam suatu keseimbangan, harmoni, irama, kesatuan, komposisi, nada, titik pusat perhatian serta proporsi dan lain sebagainya. Harus pula berdasarkan pada kelebihan, kemampuan /batasan serta kekurangan manusia penikmat/pengguna seni dalam rangka peneyesuaiannya dengan aktivitas, organisasi serta lingkungan sekitarnya. Pada unsur teknis peranan ergonomi sangat mudah dirasakan keberadaannya, dengan demikian perhatian terhadap kelebihan, batasan dan kekurangan manusia dalam penyesuaiannya dengan aktivitas, organisasi dan lingkungan sangat mudah untuk diaplikasikan guna tercapainya keamanan dan keamanan. Bahwa dalam beraktivitas untuk menentukan fasilitas baik ruang maupun furniture, manusia atau pemakai, memiliki kelebihan dan batasan-batasan yang harus diperhatikan guna tercapainya kenyamanan dan keamanan. Demikian pula dalam beraktivitas perlu sebuah pengorganisaian yang benar, agar semua hal yang diakibatkannya secara sistemik dalam rangka penentuan zona, jumlah, hubungan dan sirkulasi antar ruang dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan. Dalam beraktivitas pula perlu memperhatikan lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik. Desain Interior Terbingkai Ergonomi Total Berpikir desain interior ergonomis seacara konvensional adalah berpikir, bagaimana masalah-masalah yang timbul dipecahkan dengan memperhatikan kelebihan, batasan dan kekurangan manuisia/pemakai/pengunjung dalam desain interior. Namun berpikir desain interior terbingkai oleh ergonomi total adalah suatu hal lain yang harus dianalisis secara komprehensip melalui Teknologi Tepat Guna (TTG) yang terdiri dari enam kriteria yaitu: secara teknis, ekonomis, ergonomis, dan sosiobudaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi dan tidak merusak lingkungan serta penganalisaan secara sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP). Pengkajian oleh dua unsur besar yaitu: TTG dan SHIP ini tidak hanya pada pemecahan masalah saja, tetapi mulai dari pemilihan masalah yang akan dipecahkan, dalam penganalisaan masalah serta dalam penentuan kesimpulan/alternatif desain. Hadirin yang saya hormati Penutup Dari pemaparan di atas dapat dikatakan dalam desain interior yang memiliki 3 bahasan utama yaitu; konsep; estetika dan teknis dalam elemen-lemen desain interior, untuk menghasilkan wujud desain interior yang aman dan nyaman serta mampu meningkatkan produktivitas setinggi-tingginya bagi manusia/penghuni/pengunjung/pengelola, mau tidak mau harus mengkaji unsur-unsur ergonomi pada desain interiornya. Menganalisa unsur ergonomi harus memperhatikan keserasian antara kelebihan, batasan dan kekurangan manusia dalam beraktivitas dengan pengorganisasian segala sesuatu, serta memperhatikan lingkungan yang tentunya berkaitan dengan desain interior. Memperhatikan hanya dalam tingkat pemecahan masalah saja tidaklah cukup, oleh karena itu harus dipertimbangkan lagi secara menyeluruh mulai dari pemilihan, penentuan masalah yang akan timbul/dipecahkan, penganalisaan terhadap masalahmasalah yang telah ditentukan, serta penentuan kesimpulan/alternatif harus benar-benar
5
dipertimbangan dengan Teknologi Tepat Guna serta penganalisaan secara sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP). Dengan diterapkan ergonomi sejak awal perencanaan baik itu pada konsep, estetika dan teknis, sampai dengan akhir yaitu perwujudan desain, diharapkan desain interior yang tercipta benar-benar berkarakter, indah serta aman dan nyaman dan mampu meningkatkan produktivitas setinggi-tingginya bagi penggunanya. Hadirin yang saya hormati Ucapan Terima Kasih Saya bersyukur kepada Ida Sang Hayang Widhi Wasa karena atas rahmatNyalah saya bisa merasakan kebahagiaan dan kebanggaan sebagai Guru Besar. Di sepanjang perjalanan hidup saya menuju puncak karir akademik seperti sekarang ini, ada banyak pihak yang berperan. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak berikut ini. Yang pertama dan utama tentu ibu saya Ni Ketut Gendri beserta almarhum ayah saya I Wayan Saber dan ibu mertua Made Suadnyani dan ayah mertua Amiarso Djafar, yang telah mengasuh dan membesarkan kami, sehingga memperoleh kasih sayang, belajar disiplin, kerja keras, hidup sederhana, bimbingan dan panutan yang bijak dalam suasana demokratis, yang saya gunakan sebagai tuntunan dalam menjalankan kehidupan yang menjadi cikal bakal keberhasilan saat ini. Kedua, Kepada Pemerintah Republik Indonesia, Menteri Pendidikan Nasional, atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar dalam bidang Desain Interior pada Program Studi Desain Interior Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Ketiga, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru/dosen saya mulai dari jenjang sekolah dasar hingga pendidikan tinggi, jenjang S3. Beliau semua telah mencurahkan seluruh upayanya memberi ilmu pengetahuan dan pendidikan yang turut membentuk diri seperti seperti sekarang ini. Keempat, saya harus mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang secara khusus berperan dalam perkembangan karir saya sejak mencoba memasuki jenjang karir sebagai dosen sampai mencapai jabatan fungsional seperti sekarang. Di antara beliau adalah: Prof. Drs. Ida Bagus Adnyana Manuaba, Hon.F Erg S., FIPS., Prof. dr. I Gusti Ngurah Nala., MPH. (Alm), Prof. Dr. Made Bandem., Prof. Dr. I Wayan Dibia., Prof. Dr. Wayan Rai, S. M.A., .Erg. Prof. Drs. A A Rai Kalam, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta. MS., Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila., M.Sc., Sp. And., Prof. Dr. dr. N Adiputra., MOH,. Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana., M.Erg., PFK., Prof. dr. Ketut Tirtayasa., MS., AIF., Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya., M, Drs. I Made Susila Patra., M.Erg., Drs. I Gusti Ngurah Ardana., M.Erg, atas pembinaan yang diberikan. Kelima, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor beserta anggota Senat Institut Seni Indonesia Denpasar yang telah menyetujui usul kenaikan jabatan fungsional saya ke jenjang Guru Besar. Keenam, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dekan beserta anggota Senat Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar yang telah menyetujui usul kenaikan jabatan fungsional saya ke jenjang Guru Besar. Ketujuh, saya menyampaikan terima kasih kepada Ketua Jurusan/Sekretaris/Ketua Laboratorium Jurusan Desain, Ketua Program Studi Desain Interior dan Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar, Ka. TU, Kabag 6
Kepegawaian beserta staf atas pengusulan kenaikan jabatan fungsional saya ke jenjang Guru Besar. Kedelapan, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh senior dan sahabat, yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu, yang selama ini selalu memberi nasihat dan dorongan untuk maju. Kesembilan, saya perlu menyampaikan terima kasih kepada keluarga Bapak Drs. I Nengah Medra. Keluarga Beliau ini telah membantu saya dan keluarga kami pada masa-masa sulit. Kesepuluh, saya harus mengucapkan terima kasih kepada istri saya tercinta Trianti Cahya Otiana beserta seluruh anak-anak Putu Riana Artyanti Putri, Made Rania Artyanti Kita dan Nyoman Artyanta Putra Dharma, meskipun saya ketahui sepenuhnya bahwa ucapan terimakasih sangat tidak cukup untuk membalas seluruh pengorbanan mereka selama ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada kakak saya I Wayan Sumardhita.,SE., Made Wedayana., SE dan adik tercinta Dra. Ketut Arniti., S.Sos., M.A.P. Serta saudara ipar saya A A Made Krisnawati., SE, Ni Made Mariani, Drs. I Dewa Ketut Gde Prabawa., M.M, Dra. Dewi Avena Ernawati, Bambang Hadi Hartono. Heri Yulianto., SH atas dukungannya selama ini. Terakhir, saya menyampaikan terima kasih saya kepada Bapak Made Sancita dan Ibu Mega yang telah membimbing langkah saya ke jalan spiritual sehingga mencapai kondisi seperti sekarang ini. Demikian pula kepada seluruh jajaran Panitia Pengukuhan Guru Besar Institut Seni Indonesia Denpasar, saya beserta keluarga menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih atas terselenggaranya acara ini dengan baik. Kepada hadirin yang saya muliakan, saya mengucapkan terima kasih atas kehadirannya dalam acara ini. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita sekalian. Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.
7