KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN (KAJIAN PERBANDINGAN) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: Ria Rizki Amalia NIM : 105045201531
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2009
Ria Rizki Amalia
KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN (KAJIAN PERBANDINGAN)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Ria Rizki Amalia NIM: 105045201531 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag.
Khamami Zada, M.A.
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN (KAJIAN PERBANDINGAN)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Oktober 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah (Konsentrasi Ketatanegaraan Islam). Jakarta, 5 Oktober 2009 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP: 195505051982031012 PANITIA UJIAN Ketua
: Dr. Asmawi, M.Ag. NIP: 197210101997031008
(....................)
Sekretaris
: Sri Hidayati, M.Ag. NIP: 197102151997032002
(....................)
Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. NIP: 197112121995031001
(....................)
Pembimbing II: Khamami Zada, MA. NIP: 150 326 892
(...................)
Penguji I
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. (....................) NIP: 195505051982031012
Penguji II
: Masyrofah, M.Si. NIP: 150 318 265
(...................)
ا ا ا KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN (KAJIAN PERBANDINGAN).” Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi Muhammad SAW. beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebahagiaan, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman. Setulusnya dari hati yang paling dalam penulis menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2. Dr. Asmawi, M.Ag., dan Sri Hidayati, M.Ag., Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah.
3. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag., dan Khamami Zada, M.A., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan masukan dan memberikan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan tenaga dan pikirannya untuk mendidik penulis. Semoga do’a dan didikannya menjadi berkah dan dapat menuntun penulis untuk memsuki kehidupan yang lebih baik. 5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan pelayanan, fasilitas kepada penulis dalam mencari data-data pustaka. 6. Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera dan Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tingkat Pusat, Cabang Cibinong Kab. Bogor dan PAC Jonggol Bogor beserta staff yang telah banyak membantu terutama memberikan pelayanan dalam memperoleh bahan bacaan yang begitu besar manfaatnya untuk penulisan skripsi ini. 7. Ayahanda dan Ibu tercinta Drs. RHE. Ghazali Thoyib, M.Pd.I., dan Hj. Ida Rosyidah Hsy yang selalu penulis hormati dan sayangi, dan yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka. Amîîn
8. Semua saudara penulis, yang telah membantu dengan doa dan materi yaitu: Lia Hafiliani, S.Pd.I., dan H. Asep Supriyadi Sanusi, Lc., MA., Meliani Thoyib, S.Pd.I., dan Ismatullah, S.E., Nadiana Fikriani dan H. Muhammad Romli, Lc., dan adikku Mira Humaira Azalia serta keponakan-keponakan yang lucu-lucu yang telah memberikan dorongan motivasi kepada penulis. 9. Kepada teman-teman satu kelas SS angkatan 2005 yang selalu memberikan kenangan yang tak terlupakan. Khususnya Icha (Lisa Astarina), Istie (Istiqomah), Rohma (Rahmasari), Lia (Lia Hilyah), Ari Zakiyah, Resty Baliarni, Latief Amri serta teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu, thanks for all Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materiil, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan semua pihak. Amin. Jakarta, 17 September 2009 M 26 Ramadhan 1430 H
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 7 D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 7 E. Metode Penelitian ..................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB
II TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI A. Pengertian Demokrasi ............................................................... 12 B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi...................................... 15 C. Prinsip-prinsip Demokrasi ........................................................ 23 D. Nilai-nilai Demokrasi................................................................ 26
BAB
III
SEKILAS TENTANG PKS DAN PDI PERJUANGAN A. PKS (Partai Keadilan Sejahtera) 1. Latar Belakang Berdirinya PKS ............................................ 31 2. Visi dan Misi PKS ................................................................ 33 3. Ideologi dan Platform PKS.................................................... 35 B. PDI PERJUANGAN (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) 1. Latar Belakang Berdirinya PDI Perjuangan ........................... 40 2. Visi dan Misi PDI Perjuangan ............................................... 44 3. Ideologi dan Platform PDI Perjuangan .................................. 46
BAB
IV DEMOKRASI DALAM PANDANGAN PKS DAN PDI PERJUANGAN A. Pandangan PKS dan PDIP tentang Kedaulatan........................ 50 B. Pandangan PKS dan PDIP tetang Pemilihan Umum (Pemilu) . 53 C. Pandangan PKS dan PDIP tentang Hukum Negara ................. 56 D. Pandangan PKS dan PDIP tentang Sistem Demokrasi............. 60
BAB
V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 63 B. Saran-saran............................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................66 LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama sekaligus negara. Islam dianggap sebagai satu-satunya agama yang memiliki ajaran yang paling utuh, serba melingkup, dan senantiasa sesuai dengan kebutuhan zaman. Selain itu, paradigma ini kerap menggiring umat Islam untuk menampilkan agamanya dalam bentuk formal, yakni dangan menampakkan wajah literar bangunan politik Islam waktu silam, tanpa upaya modifikasi dan kontekstualisasi dengan kebutuhan realitas.1 Agama Islam menganjurkan kepada manusia tentang keadilan, kejujuran, persamaan, persaudaraan, amanah dan musyawarah, yang kesemuanya itu dalam rangka mewujudkan suatu tata kehidupan masyarakat dan negara yang sebaikbaiknya untuk kemaslahatan hidup yang berkesinambungan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. Dan bahwa “pada dasarnya universalisme ajaran (agama) Islam telah memuat prinsip-prinsip dasar mengenai hubungan-hubungan sosial termasuk demokrasi".2
1
Khamami Zada dan Arif H. Arafah, Diskursus Politik Islam, (Jakarta: LSIP, 2004), Cet. Ke-
1, h. 24. 2
Matori Abdul Jalil, “Pokok-pokok Pikiran Tentang Agama dan Demokrasi”, dalam Agama dan Demokrasi, (Jakarta: P3M, 1994), cet. Ke-2, h. 122.
Demokrasi merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas bawah sampai masyarakat kelas elit, sebut saja tokoh masyarakat, politisi, mahasiswa, cendekiawan, dan seterusnya. Lebih dari itu, demokrasi diyakini sebagai salah satu alternatif sistem nilai yang berkembang dalam sendi kehidupan manusia dan masyarakat, bahkan negara. 3 Demokrasi merupakan salah satu aliran filsafat yakni suatu aliran yang meninjau asal usul kekuasaan politik suatu negara yang didasarkan kepada keinginan umum rakyat. Dalam hal ini rakyat dapat digambarkan sebagai suatu aturan hukum yang melahirkan keinginan umum dan mengilhami isi paham demokrasi. Kekuasaan yang menganut sistem demokrasi dalam suatu negara berada di tangan rakyat itu sendiri. Pada hakikatnya demokrasi berasal dari rakyat, dikelola oleh rakyat, dan untuk kepentingan seluruh rakyat.4 Sejak dicetuskannya hingga perkembangannya dewasa ini, demokrasi telah menjadi bagian penting dalam persoalan umat manusia, yang senantiasa mengalami dinamika dan perubahan-perubahan. Pemahaman dan pelaksanaan demokrasi berkembang sesuai dengan berkembangnya waktu dan latar (setting), sehingga bisa berbeda dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat. Bahkan secara empirik,
3
Ubaidillah (et.al), Pendidikan kewargaan: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), h. 161. 4
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), h. 141.
demokrasi yang dianggap sementara waktu ini sebagai alternatif terbaik dalam bentuk dan sistem pemerintahan yang pernah ada di dunia.5 Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat. Pendapat lain menyebutkan bahwa demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.6 Dalam masyarakat yang besar, rakyat hanya bisa memberikan pengaruh yang kecil sebagai individu, tetapi pengaruh itu bisa besar jika mereka bergabung dengan membentuk suatu perkumpulan. Partai politik menjalankan berbagai macam perann dan fungsi. Keberadaan partai-partai politik merupakan bagian dari suatu mekanisme penting dalam kehidupan demokrasi.7 PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. PDI
5
Carol C. Gaul, Rethinking Democracy: Freedom and Social Cooperation in Politics, Economy and Society, (London: Yale University Press, 1990), h. 15-20. 6
7
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gema Media, 1999), h. 8.
David Beetham dan Kevin Boyle, Demokrasi: 80 tanya jawab, Penerjemah oleh Bern. Hidayat (Yogyakarta: Kanisius, 2004), cet. ke-5, h. 24
Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katholik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan Murba. Maka pada tanggal 1 Februari 1999 PDI menjadi PDI Perjuangan. Secara ideal PDI Perjuangan mengatakan demokrasi sebagai sistem menjaga keseimbangan antara konflik dengan konsensus, artinya demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu, kelompok, diantara individu dan kelompok, pemerintah bahkan lembaga pemerintah. Tetapi konflik tersebut tidak menghancurkan sistem. Demokrasi
Indonesia
hendaknya
bukan
demokrasi
barat,
tetapi
permusyawaratan yang memberi hidup, yaitu politiek-economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Disini yang ada bukan hanya persamaan politik, tetapi di atas lapangan ekonomi pun kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.8 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sering disebut sebagai keajaiban politik di indonesia. Betapa tidak, hanya sekitar satu tahun setelah dideklarasikan (Agustus 1998), partai yang semula bernama Partai Keadilan itu telah berhasil mengikuti Pemilu 1999. Dalam Pemilu 2004, PKS mampu meningkatkan jumlah suara sangat
8
www.pdi-perjuangan.or.id/ diakses pada tanggal 04 Mei 2009
signifikan. Partai yang karena alasan electoral threshold berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera.9 Untuk mewarnai negara dan menguasai istitusi yang memiliki power ini, para aktivitas Tarbiyah membentuk partai politik dan berpartisipasi dalam hajat-hajat demokrasi. Ini merupakan cara yang paling mungkin, strategis, dan aman untuk masuk ke jantung negara dan kemudian mewarnainya, dan bahkan jika masuk mungkin menguasainya untuk kepentingan dakwah. Dengan berjuang dalam koridor konstitusional maka ide-ide islam bisa ditawarkan secara legal dan tidak mudah dipatahkan oleh kompetitornya. PKS melihat demokrasi sebagai fursah (kesempatan). Demokrasi hingga batas tertentu ada manfaatnya. PKS sedikit berbeda dengan jamaah Islam lain yang mengatakan demokrasi adalah produk barat dan bertentangan dengan Islam. PKS melihat bahwa demokrasi sebagiannya bisa dimanfaatkan untuk dakwah. Akan tetapi tentunya bukan demokrasi dalam arti menghalalkan segala cara yang tidak ada dzawabit syar’i (rambu-rambu syari’at)-nya, tidak ada rambu-rambu agamanya. PKS tidak berpandangan bahwa apa pun yang berbau demokrasi adalah jahiliah karena demokrasi yang bermakna mendengarkan dan menghargai pendapat orang, serta kebebasan menyampaikan pendapat adalah tidak bertentangan dengan Islam. 10
9
Muhammad Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta, PT Lkis, 2008, h. 1 10 Muhammad Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 221
Persoalan lain yang musykil di kalangan tarbiyah PKS adalah keterlibatan mereka dalam sistem demokrasi. Di satu sisi, konsep mereka tentang kedaulatan yang berbasis pada konsep Al-Hakimiyyah Lillah (kedaulatan milik Tuhan) bertentangan dengan konsep demokrasi yang dasarnya adalah kedaulatan rakyat. Artinya, dalam demokrasi, aturan hukum dan regulasi dibuat oleh lembaga legislatif sedangkan konsep politik Islam hukum harus merujuk pada Al-Qur’an dan as-Sunnah11. Penulis tertarik untuk lebih tenggelam dalam pandangan dan respon partai PKS dan PDI Perjuangan tentang demokrasi. Maka penulis memberi judul skripsi “Konsep Demokrasi dalam Perspektif PKS dan PDI Perjuangan (kajian Perbandingan)” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Konsep demokrasi di Indonesia merupakan sebuah wacana yang menjadi perdebatan antara partai politik termasuk partai PKS dan PDI Perjuangan maka untuk membatasi permasalahan dalam skripsi ini akan mengkaji pandangan partai politik tersebut. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis akan melakukan penelitian yang lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi pernasalahan dan adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut:
11
Anis Matta, Menikmati Demokrasi: Strategi Dakwah Meraih Kemenangan, (Jakarta: Penerbit Pustaka Saksi, 2002), h. 21-23.
1. Bagaimana konsep PKS dan PDI Perjuangan tentang demokrasi di Indonesia? 2. Bagaimana perbedaan dan persamaan dalam konsep demokrasi menurut PKS dan PDI Perjuangan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan akan dapat dicapai beberapa sasaran sebagai tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui sejauh mana pandangan PKS dan PDI Perjuangan terhadap demokrasi 2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep demokrasi menurut PKS dan PDI Perjuangan Mengenai manfaat dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan keilmuan di bidang fiqh siyasah dalam konteks ketatanegaraan di Indonesia. 2. Sebagai bahan kajian dan rujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap demokrasi. 3. Memberikan pemahaman tersendiri khususnya bagi penulis dan umumnya masyarakat luas mengenai konsep Demokrasi.
D. Review Studi Terdahulu Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini penulis ingin memberkan gambaran penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi ini. Masykuri Abdillah, dalam bukunya Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), telah meneliti respons intelektual muslim Indonesia terhadap konsep demokrasi memang beragam. Demokrasi menurut intelektual sangat beragam pemaknaannya hingga operasionalisnya. M. Imdadun Rahmat, dalam bukunya Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Dalam buku tersebut, menjelaskan gerakan islam di indonesia digairahkan kembali oleh kehadiran dan kiprah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai Islam yang berbasis para aktifis tarbiyah ini telah mengembangkan berbagai kemajuan bagi umat Islam dan memperkaya warna perpolitikan di indonesia. Dalam buku ini juga menguraikan tentang PKS dan konsep demokrasi. Muhammad Taufik, dalam skripsi Ide Demokrasi Dalam Konsep ‘Ashabiyah Ibn Khaldun (2008). Dalam salah satu bab yang menguraikan tahapan terbentuknya demokrasi dan perkembangan serta prinsip-prinsipnya. Skripsi ini tidak membahas tentang nilai-nilai demokrasi sebagai acuan dalam mengembangkan demokrasi. E. Metode Penelitian
Untuk sampai pada rumusan yang tepat mengenai kajian tersebut, maka metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian Data Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan melacak sumber kepustakaan (Library Research) dan Lapangan (Field Research). 2. Teknik Pengumpulan Data Penulis memperoleh data melalui studi kepustakaan atau documenter dengan Mencari, mengumpulkan, meneliti, dan menelaah serta mengkaji data dan informasi dari berbagai media yang relevan dan obyektif. Di samping itu, penulis juga melakukan wawancara (interview) terhadap praktisi politik PKS dan PDI Perjuangan. 3. Sumber Data a. Data Primer, Yaitu data-data yang diambil dari hasil wawancara langsung dengan praktisi politik PKS dan PDI Perjuangan serta meminta dokumen partai mengenai konsep Demokrasi. b. Data Sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu literatur berupa jurnal, majalah, artikel, website, dan lain-lain yang berkaitan dengan obyek kajian.
4. Teknik Analisis Data Analisis penulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (contents analysis) yaitu menguraikan data melalui kategorisasi, perbandingan dan pencarian sebab akibat, baik menggunakan metode induktif maupun deduktif. 5. Teknik Penulisan Skripsi Adapun Teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri , Jakarta, 2007. F.
Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini, penulis membagi pembahasan ke dalam 5 bab, dimana masing-masing bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-topik tertentu, yaitu:
BAB I
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
Pengertian Demokrasi, Sejarah dan Perkembangan Demokrasi, Prinsipprinsip Demokrasi, dan Nilai-nilai Demokrasi.
BAB III
Sekilas Tentang pengertian partai politik, tentang PKS dan PDI Perjuangan, PKS (Partai Keadilan Sejahtera), Latar Belakang Berdirinya PKS, Perspektif Ideologi dan Program PKS, Visi dan Misi PKS. Dan PDI Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), Latar Belakang Berdirinya PDI Perjuangan, Perspektif Ideologi dan Program PDI Perjuangan, Visi dan Misi PDI Perjuangan.
BAB IV
Demokrasi dalam Pandangan PKS dan PDI Perjuangan, Pandangan PKS dan PDI P tentang Kedaulatan, Pemilihan Umum (Pemilu), Hukum Negara, dan Sistem Demokrasi.
BAB
V
Merupakan bab penutup, yang berisikan kesimpulan dari seluruh penelitian serta saran-saran. Pada bagian pembahasan skripsi disertai dengan daftar pustaka yang dilengkapi dengan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN UMUM DEMOKRASI
A.Pengertian Demokrasi Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalan organisasi negara dijamin. Hingga saat ini, demokrasi merupakan terminologi politik yang paling populer dan sering dipakai beberapa negara termasuk juga negara-negara di dunia muslim. Namun pakar ilmu politik belum sepakat, apakah demokrasi itu sekedar alat untuk mencapai tujuan, ataukah menjadi tujuan itu sendiri.12 Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti kekuasaan atau “ rakyat berkuasa” atau “government of rule by the people”.13 Dengan kata lain demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat; atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat.14 Dalam suatu negara rakyatlah yang memiliki kekuasaan tertinggi (government of rule by the people). Rakyat merupakan pemegang policy dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
12
Idris Thaha, Demokrasi Religius: Pemikiran Politk Nurcholish Madjid dan M. Amien Rais, (Jakarta: Teraju, 2005), h.17. 13
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmun Politik, cet.XIX, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.50. 14
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, cet.III, (Jakarta: Gaya Media Pratam, 1995), h.165.
Secara terminologis, demokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. 15 Istilah demokrasi saat ini telah diterima oleh hampir seluruh pemerintahan di dunia, bahkan pemerintahan
otoriter
pun
menggunakan
istilah
“demokrasi”
untuk
mengkarakterisasikan rezim dan aspirasi mereka. Istilah demokrasi ini, mempunyai berbagai pengertian dalam pandangan kontemporer, sebagaimana dapat dilhat dalam definisi berikut ini: 1. Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. 2. Sidney Hook, berpendapat bahwa, demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak langsung, didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. 3. Philippe C. Smitter dan Terry Lynn Karl, mendefinisikan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah diminta tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara,
15
h.220.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. ke-1,
yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama, dengan para wakil mereka yang terpilih. 16 4. Henry B. Mayo, demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik.17 Dari pendapat para tokoh tentang pengertian demokrasi di atas dapat ditarik sebuah benang merah, yaitu, bahwa dalam demokrasi, rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat, penentu keputusan dan pemegang kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta pengontrol terhadap pelaksanaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh lembaga perwakilan yang merupakan wadah yang mewakilinya18. Dengan demikian makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian
negara
yang
menganut
sistem
demokrasi
adalah
negara
yang
16
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi, h. 73-74. 17
A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h. 163 18
Muhammad Mufid, Politik dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, h. 68.
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat. B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi 1. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Barat Demokrasi dalam sejarah, mengalami pertumbuhan da perkembangan melalui proses-proses historis yang sangat panjang dan komplek. Ide demokrasi bukanlah ide yang mudah dipahami, sebab ia memilih konotasi makna, variatif, evolutif, dan dinamis. Oleh karena itu, praktik di setiap negara tidak akan selalu sama. 19 Pada masa Yunani Kuno, abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. Demokrasi diterapkan secara langsung (direct democracy), artinya rakyat membuat keputusankeputusan politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara. Warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di depan hukum, merumuskan undang-undang, dan tidak didiskriminasi dalam proses perumusan kebijakan negara.20
19
Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, (Yogyakarta: Total Media, 2007), h. 38. 20
Moh. Mahfud M.D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: Univ. Atmajaya, 2000), cet. Ke-2, h. 58.
Praktek demokrasi langsung untuk pertama kalinya diterapkan di negara kota (city state) Athena, Yunani Kuno. Praktek demokrasi inilah yang menjadi salah satu faktor bagi munculnya gagasan, ide, dan lembaga demokrasi pasca kekalahan negarakota Athena dari Sparta. Yaitu, terbentuknya negara kesejahteraan (walfare state), yang digagas oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Plato (427-437 SM), Aristoteles (384323 SM), M. Tullius Cicero (106-43 SM), dan lainnya.21 Selain itu, di dunia Barat modern, terutama pada Abad Pertengahan (600-1400 M), masa ini ditandai oleh pola kehidupan negara yang bersifat feodalistik dan mengagung-agungkan bangsawan gereja sebagai lembaga agama di bawah kepimpinan Paus yang memainkan peran sangat besar, bahkan gereja membawahi negara. Pada masa ini pula, banyak terjadi perebutan kekuasaan untuk mempengaruhi raja yang dilakukan oleh para bangsawan. Maka munculnya konsep demokrasi melalui Magna Charta (Piagam Besar) di akhir abad pertengahan sebagai tonggak perkembangan gagasan demokrasi. Piagam ini berintikan perjanjian antara kaum bangsawan dan raja John di Inggris, untuk mengakui dan menjamin hak-hak (preveleges) rakyat sebagai imbalan bagi penyerahan dana bagi keperluan perang dan sebagainya. Selain itu, piagam tersbut memuat dua prinsip yang sangat mendasar:
21
Moh. Mahfud, M. D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: Univ. Atmajaya, 2000), cet. Ke-2, h. 58.
pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan negara.22 Sedangkan pada abad Renaissance23 (1350-1600 M) dan Reformasi ( (15001650 M). Eropa masuk ke dalam Aufklarung (abad pemikiran) dan rasionalisme yang ditandai oleh merebaknya gagasan-gagasan demokrasi yang menjadi perhatian khusus banyak pemeikir seperti Nicollo Machiavelli (1469-1527 M), Thomas Hobbes (1588679 M), John Locke (1632-1704 M), Montesquieu (1689-1755 M), dan Jean Jacques Rousseau (1712-1778 M).24 Mereka inilah para kampiun gagasan demokrasi Barat dan telah mendorong bagi lahirnya Revolusi Amerika (1774-1783 M) dan Revolusi Perancis (1786 M). Di abad modern, mulai pada abad ke-19, muncul pola pikir dan inspirasi baru bagi gerakan politik yaitu, demokrasi menjadi model yang diakui secara luas untuk pengorganisasian secara mandiri. Demokrasi muncul untuk mengatasi masalahmasalah terutama terkait dengan: bagaimana masyarakat dapat mencapai kesepakatan untuk mengatur kehidupan bersama meski sistem nilai dan agamanya berbeda?
22
Moh. Mahfud, M.D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, h. 65.
23
Renaissance adalah ajaran yang ingin menghidupkan kembali minat pada kesusastraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan disisihkan. Sedangkan Reformasi adalah revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat yang berkembang menjadi asas-asas protestanisme, seperti perjuangan menentang kekuasaan sewenang-wenang atas nama agama, desakralisasi kekuasaan gereja, memperjuangkan kebebasan beragama, kebebasan berfikir, kebebasan mengemukakan pendapat, dan pemisahan secara tegas antara wilayah agama (gereja) dan negara. 24
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, Dan Kekuasaan,, (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 299-300.
Bagaimana cara menata kekuasaan politik agar selaras dengan kepentingan, nilai dan aspirasi rakyat, serta bertindak atas nama mereka? Demokrasi akhirnya menemukan jati dirinya dalam kehidupan modern, yaitu membangun pemerintah melalui proses pemilihan bebas, adanya pengawasan, serta pemisahan pusat-pusat kekuasaan. 25 Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas masyarakat dan bernegara di beberapa negara. Ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan organisasi Negara tertinggi.26 2. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia a. Demokrasi periode 1945-1959 Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Sistem Demokrasi Parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia, meskipun dapat berjalan secara memuaskan pada beberapa negara Asia lain. Persatuan yang dapat digalang selama
25
Thomas Meyer, Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, (Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 2003), cet. ke-2, h. 2. 26
Moh. Mahfud, M.D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, h. 60.
menghadapi musuh bersama menjadi koridor dan tidak dapat dibina menjadi keuatankekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya banih-benih demokrasi sistem parlementaer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara Konstitusional (constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap kabinet berdasarkan kondisi yang berkisar pada astu atau dua partai besar dan beberapa partai kecil. Umumnya kabinet dalam masa pra pemilihan umum yang diadakan dalam tahun 1955 tidak dpat bertahan lebih lama dari rata-rata delapan bulan, dan hal ini menghambat perkembangan ekonomi dan politik oleh karena pemerintah tidak memperoleh kesempatan untk melaksanakan programnya. Pada periode ini kedudukan parlemen sangat kuat dan pada gilirannya menguat pula kedudukan partai politik. Salah satu hal yang penting dalam periode ini adalah adanya perdebatan yang tidak berkesudahan yang dilakukan oleh anggota parlemen dari partai yang berbeda. Karena seperti diketahui bahwa pada periode ini tumbuh multipartai. Era multi partai diikuti oleh adanya alam kebebasan (tumbuhnya paham liberalisme) yang tumbuh pada periode ini.
Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak mampunya anggotaanggota partai yang tergabung dalam konstitusional untuk memcapai konsensus mengenai dasar negara ketika membahas undang-udang dasar baru, mendorong Ir. Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit presiden 5 juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Keluarnya dekrit presiden tersebut merupakan intervensi presiden terhadap parlemen. Dengan demikian sejak derit presiden keluar masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir. b. Demokrasi periode 1959-1965 Ciri sistem politik pada periode ini adalah dominasi peranan Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya perana ABRI sebagai unsur sosial politik. Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini telah banyak melakukan distorsi terhadap praktik demokrasi. Dekrit presiden 5 juli yang dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik yang terjadi dalam sidang konstituante merupakan salah satu bentuk penyimpangan praktik demokrasi. Begitu pula, dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah ditegaskan bahwa bagi seorang presiden dapat bertahan sekurang-kurangnya selama lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS no. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar.
Setelah DPR hasil pemilu 1955 yang demokratis dibubarkan, presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum. Dalam DPR gotong royong sangat ditonjolkan peranannya sebagai pembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol sebagai sesuatu yang melekat pada DPR ditiadakan. Selain itu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dijadikan sebagai salah seorang menteri. Dengan demikian dalam posisi itu pimpinan dewan hanya difungsikan sebagai pembantu presiden disamping fungsi sebagai wakil rakyat. Peristiwa tersebut mencerminkan telah dtinggalkannya doktrin trias politika yang intinya adalah adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan atara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Satu pertanyaan yang patut dikedepankan adalah bagaimana rumusan demokrasi terpimpin dan apakah butir-butir pokok demokrasi terpimpin tersebut? Demokrasi terpimpin menurut Soekarno (presiden RI) seperti dikutip oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam kesempatan lain Soekarno mengatakan bahwa Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan tanpa anarkisme, liberalisme dan otokrasi diktator. Demokrasi kekeluargaan adalah demokrasi yang mendasarkan sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan sentral yang sepuh, seorang ketua dan mengayomi. Selanjutnya dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1959 dengan judul “penemuan kembali revolusi kita”, Presiden Soekarno mengatakan bahwa prinsip-
prinsip dasar demokrasi terpimpin adalah: 1. Tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, bangsa dan negara; 2. Tiap-tiap orang berhak mendapat penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pandangan Ahmad Syafi’i Ma’arif demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuaaan terpusat berada di tangannya. Dalam penjelasan tersebut tergambar bahwa kekeliruan yang sangat besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilainilai demokrasi. Demokrasi terpimpin Soekarno sebenarnya bukan sistem demokrasi yang sebenarnya, melainkan sebagai suatu bentuk otoritarian. Karena itu pada periode ini sebenarnya alam dan iklim demokrasi tidak muncul, karena yang sebenarnya terjadi dalam praktik pemerintahan adalah rezim pemerintahan sentralistik otoriter Soekarno. Demokrasi terpimpin ala Soekarno berakhir dengan lahirnya gerakan 30 September 1965 yang di dalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). c. Demokrasi periode 1965-1998 Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30 september 1965 yang dilakukan oleh PKI. Landasan formil periode ini adalah Pancasila. UndangUndang Dasar 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Semangat yang mendasari kelahiran periode ini adalah ingin mengembalikan dan memurnikan pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Karena sebelum periode ini telah terjadi penyelewengan dan pngingkaran terhadap kedua landasan formal dan yuridis dalam kehidupan kenegaraan. Pada periode ini praktik demokrasi di Indonesia senantiasa mengacu pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Karena itu demokrasi pada masa ini disebut dengan demokrasi Pancasila. Beberapa perumusan tentang demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut: a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan kembali azas-azas negara hukum dan kepastian hukum. b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua warga negara. c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak. Karena dalam demokrasi Pancasila, kedaulatan rakyat dipandang sebagai inti dari sistem demokrasi. Karenanya rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Namun demikian “Demokrasi Pancasila” dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. 27 C. Prinsip-prinsip Demokrasi
27
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 69-73.
Demokrasi
yang
merupakan
gagasan
atau
pandangan
hidup
yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara tanpa terkecuali adalah benar-benar merupakan cita-cita yang luhur. Cita-cita ini akan terwujud jika adanya partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat serta kemauan kuat dari pemerintah (political will).28 Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan terwujud prinsip-prinsip demokrasi. Berdasarkan definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa demokrasi mengandung unsur-unsur kekuasaan mayoritas, suara rakyat, pemilihan yang bebas dan bertanggung jawab.29 Dalam mengembangkan demokrasi, prinsip-prinsip demokrasi harus selalu dipegang, karena hal ini merupakan “roh” dari demokrasi itu sendiri. Adapun prinsipprinsip demokrasi antara lain, yaitu: 1. Prinsip Persamaan, Prinsip ini mengandung dua makna, yaitu kesamaan (the sameness) dan kesesuaian (the fitness). Kesamaan di sini diartikan sama rasa dan sama rata, jadi setiap warga masyarakat akan merasa diberi hak dan
28
29
Moh. Mufid, Politik dalam perspektif islam, h. 69.
J. Soedjati Djiwandono, Demos Kratos=Demokrasi: panduan bagi pemula, (THE RIDEP INSTITUTE, 2003), h. 7.
kewajiban yang sama. Sedangkan kesesuaian dapat diartikan proporsional, bahwa setiap anggota masyarakat diberi hak sesuai dengan kemampuannya.30 2. Prinsip kebebasan individu yang satu tidak mengganggu kebebasan yang lainnya. Artinya, semua orang mempunyai kebebasan, tetapi karena setiap orang mempunyai kebebasan, maka akan terjadi benturan kebebasan dengan orang lain. Bila ini dibiarkan, akan terjadi anarki. Padahal demokrasi berbeda dengan anarki. Demokrasi yang tanpa aturan akan menjadi anarki, karena kekuatan yang besar bisa menjadi ancaman bagi keadilan dan hak orang lain. Karena demokrasi sangat menganjurkan pentingnya aturan hukum maupun bentuk pengaturan yang lain, agar berbeda dengan anarkisme. 3. Prinsip keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan pemerintah, keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan sangatlah penting, karena disitulah intinya.31 4. Prinsip Pluralisme, prinsip ini memberikan penegasan dan pengakuan terhadap adanya perbedaan. Keragaman budaya, agama, bahasa, etnis, pemikiran dan lain-lain merupakan sesuatu yang tidak bisa terelakkan.32
30
S.M., Ismail dan Abdul Mukti, (ed), Pendidikan Demokratis dan Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet. ke-1, h. 60. 31
32
J. Soedjati Djiwandono, Demos Kratos=Demokrasi: panduan bagi pemula, h. 7-8.
A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h. 167
5. Prinsip Pengakuan atas Hak Asasi Manusia (HAM), prinsip ini menegaskan bahwa keberadaan manusia dengan segala macam potensinya harus diakui sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kesamaan derajat dengan sesama manusia lainnya. Pada hakekatnya semua manusia adalah sama, karena perbedaan perlakuan atas manusia yang didasarkan oleh kemajemukan itu tidak dibenarkan.33
D. Nilai-nilai Demokrasi Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa sekarang ini istilah demokrasi bagi banyak orang dianggap sebagai kata yang mengimplikasikan nilai-nilai, perjuangan untuk kebebasan dan jalan hidup yang yang lebih baik. Demokrasi bukan hanya merupakan kekuasaan mayoritas melalui partisipasi rakyat dan kompetisi yang bebas tetapi juga mengandung nilai-nilai universal yang tidak hanya berhubungan dengan institusi formal, tetapi juga dengan eksistensi nilai-nilainya dalam kehidupan sosial politik. Dalam demokrasi ada sejumlah nilai penting yang menyertainya, nilainilai tersebut adalah sebagai berikut: a.
Nilai Kebebasan Sebuah sistem demokratis harus memberi beberapa pengakuan yang
mempertimbangkan kebebasan rakyat yang sungguh-sungguh untuk berkumpul dan
33
Moh. Mufid, Politik dalam perspektif islam, h. 71.
mengkomunikasikan
ide-ide
berbeda
dengan
pemerintah.
Kebebasan
atau
kemerdekaan yang seperti ini didefinisikan sebagai hak setiap orang atau kelompok untuk mengurus diri mereka sendiri tanpa pemaksaan atau rintangan dari orang lain. Definisi lain tentang kebebasan adalah seseorang yang dalam bata-batas tertentu dapat melakukan atau meninggalkan apa yang ia inginkan.34 Sejak semula, ide tentang kebebasan bertujuan untuk membatasi kekuasaan monarki absolut di Eropa Barat pada abad ke 16. Kemudian ide ini berkembang dengan pengawasan rakyat terhadap kekuasaan pemerintah.35 Ada empat pokok kebebasan bagi manusia, yaitu: a. Kebebasan berbicara dan berpendapat, Bentuk kebebasan ini diterapkan dengan cara pemberian kebebasan bagi setiap orang untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat. b. Kebebasan beribadah, setiap orang diberikan kebebasan untuk b eribadah dengan caranya sndiri di mana saja. c. Kebebasan dari kekurangan dalam hal ekonomi d. Kebebasan dari rasa takut.36
34
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslin Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), h. 134 35
Mawardi Rauf, Demokrasi dan Demokratisasi: Penjajakan Teoritis untuk Indonesia, dalam Seri Penerbitan Studi Politik Menimbang Masa Depan Orde Baru, (Bandung: Mizan, 1998), h. 16
b. Nilai Kesamaan Demokrasi bertujuan memperlakukan semua orang yang sama dan sederajat. “setiap orang dilihat dari satu dan tidak satu orang pun yang dilihat lebih dari satu”. Demikian pendapat orang pakar hukum Inggris, Jeremy Benthan, sebagai penegasan terhadap pandangan aristokrasi yang menyatakan bahwa kehidupan beberapa orang yang secara intrinsik lebih berharga daripada kehidupan orang lan. Prinsip kesamaan tidak hanya menuntut bahwa kepentingan setiap orang harus diperlakukan sama dan sederajat dalam kebijakan pemerintah, tatapi juga menuntut perlakuan yang sama terhadapa pandangan-pandangan mereka. 37 Lyman Towert Sargen mengembangkan persamaan hak (equality) dalam konsep yang lebih luas dan rinci. Menurutnya, persamaan hak mengandung lima jenis persamaan yaitu persamaan hak politik, persamaan di depan hukum, persamaan kesempatan, persamaan ekonomi dan persamaan sosial atau kehormatan.38 c. Nilai Toleransi
36
Franklin Delano Roosevelt, Empat Kebebasan, dalam Mukhtar Lubis (penyunting), Demokrasi Klasik dan Modern, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h. 212-214. 37
David Betham dan Kevin Boyle, Demokrasi 80 Tanya Jawab, Penerjemah: Bern Hidayat, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 21-22. 38
Sukron Makmun, Studi Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Ide-ide Demokrasi Dalam Islam, Tesis S2 Konsentrasi Syari’ah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007, h. 81
Toleransi adalah sikap menghormati kebebasan orang lain. Toleransi dibutuhkan karena disadari tidak ada manusia yang mempunyai kebenaran mutlak dan berlaku sepanjang masa. Ada pengakuan dalam diri seseorang, bahwa kebenaran itu mungkin saja berada pada orang lain. Orang-orang yang toleran lebih mudah berdialog dan bekerja sama dengan orang lain. Demokrasi tanpa toleransi mengakibatkan adanya praktek anti kebebasan dan diksriminasi. 39
d. Nilai Keadilan Konsep keadilan telah berkembang secara dinamis. Keadilan sebagaimana yang dirumuskan oleh John Rawls adalah fairness yaitu suatu prosedur yang dapat menjamin keputusan-keputusan yang diterima setiap orang sebagai suatu hal yang adil. Inilah yang disebut keadilan prosedural murni (pure procedural justice), keadilan ini menuntut kesamaan. Tuntutan ini hanya bisa dipenuhi apabila keputusan yang diambil merupakan hasil kesepakatan yang adil atau bersifat kontraktual. 40 e. Nilai Perdamaian Perdamaian berasal dari kata dasar damai yang berarti sejalan dengan kompromi. Perdamaian adalah lawan dari kekerasan atau dengan kata lain perdamaian bersifat anti kekerasan. Demokrasi mengandalkan perdamaian karena
39
Sukron Makmun, Studi Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Ide-ide Demokrasi Dalam Islam, h. 83. 40
Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), h. 51.
dalam setiap demokrasi terdapat pula peluang terjadi konflk, bahkan dalam beberapa kasus, demokrasi akan selalu tampak berada di pinggir jurang kekacauan dan perang saudara. Konflik yang terjadi harus diselesaikan lewat jalan damai dan kompromistis. Demokrasi menghapuskan sikap mengandalkan kekerasan di antara warga negara, baik dalam wilayah publik maupun privat.41
41
Jean Bacchler, Demokrasi Sebuah Tinjauan Analitis, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 124.
BAB III SEKILAS TENTANG PKS DAN PDI PERJUANGAN A. PKS (Partai Keadilan Sejahtera) 1. Latar Belakang Berdirinya PKS Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 meraih 1,4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten). 42 Pada perkembangan berikutnya, PK terus berbenah dan memperkuat dirinya. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa capaian pada pemilu 1999 tidak memungkinkan bagi subtainibilitas partai ini. Ketentuan electoral threshold mengharuskan sebuah partai melewati perolehan 2% jika ingin mengikuti pemilu berikutnya. Berdasarka UU Pemilu 1999, bab VII, Pasal 39 mengenai syarat keikiutsertaan dalam pemilu, Partai Keadilan tidak diperbolehkan mengikuti pemilihan umum 2004, kecuali jika PK mau bergabung dengan partai lainnya, atau mendirikan partai lainnya, atau mendirikan partai politik baru. Atas ketentuan tersebut, dan setelah gagal melakukan lobi di parlemen untuk menurunkan batas electoral treshold, PK akhirnya menempuh jalan menolak ketentuan tersebut dengan menempuh jalan judicial review ke Mahkamah Konstitusi 42
www.pk-sejahtera.org diakses pada tanggal 04 Mei 2009
bersama partai-partai lain yang tidak lolos. Akan tetapi, ditengah proses tersebut PK menarik diri dan membatalkan pengajuan judicial review tersebut.43 Setelah resmi berdiri lewat Akta Notaris, untuk mengukuhkan pendiriannya pada tanggal 18 Maret 2003 Partai Keadilan Sejahtera melakukan pendaftaran sementara sebagai partai polotik yang berbadan hukum ke Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian, dalam musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung tanggal 17 April 2003 di Wisma Haji Bekasi, Jawa Barat, direkomendasikan
agar
Partai
Keadilan
bergabung
dengan
PKS.
Namun,
penggabungan itu, baru resmi dilakukan pada tanggal 3 Juli 2003. Dengan penggabungan itu, seluruh hak milik Partai Keadilan menjadi milik PKS, termasuk anggota Dewan dan para kadernya. Sementara itu, PKS yang sudah mendaftarkan secara resmi ke DepKehHAM pada 27 Mei 2003, akhirnya dapat disahkan sebagai partai politik yang berbadan hukum padan 17 Juli 2003. Setelah itu dilakukan perombakan pengurus, hingga akhirnya pada tanggal 18 September 2003 pengurus DPP PKS masa bakti 2003-2008 dikukuhkan. Dalam kepengurusan yang baru, Hidayat Nur Wahid yang semula menjabat sebagai preiden Partai Keadilan, lalu menggantikan posisi Almuzammila Yusuf sebagai Presiden PKS.44
43
Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 289 44
Tim Litbang Kompas, Partai-partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004), cet. Pertama, h. 301-304.
PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu, PK-Sejahtera sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera. Strategi pemilu 2009 dan hasilnya adalah pertama perluasan basis kader, kedua pemanfaatan media untuk sosialisasi program, dan ketiga direct marketing. Dalam pemilu 2009 alhamdulillah ada peningkatan persentasi suara PKS dari 7,3% tahun 2004 jadi hampir 8% tahun 2009 sementara jumlah kursi DPR RI naik dari 45 menjadi 57 kursi.45
2. Visi dan Misi PKS Visi dan Misi PKS Visi Indonesia yang dicita-citakan Partai Keadilan Sejahtera adalah: “Terwujudnya Masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat”. Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong menjaga kedaulatan negara.
45
Wawancara dengan Ahmad Mabruri (Ketua DPP Bidang Kehumasan PKS), (12 Juni 2009)
Adil adalah kondisi dimana entitas dan kualitas kehidupan-baik pembangunan politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kemasyarakatan-ditempatkan secara proporsional dalam ukuran yang pas dan seimbang, tidak melewati batas. Sejahtera mengarahkan pembangunan pada pemenuhan kebutuhan lahir dan batin manusia, agar manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah, yakni keseimbangan antara kebutuhan dan sumber pemenuhannya. Bermartabat, bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang mampu menampilkan dirinya, baik dalam aspek sosial, politik maupun budaya secara elegan, sehingga memunculkan perhormatan dan kekaguman dari bangsa lain. Misi yang diemban Partai Keadilan Sejahtera adalah: 1. Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi. 2. Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat
melalui strategi pemerataan pendapatan,
pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan. 3. Menuju pendidikan berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang seluasluasnya bagi seluruh rakyat Indonesia. 46
46
MPP PKS, Memperjuangkan masyarakat madani, edisi gabungan falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PKS, (Jakarta: MPP, 2008), Cet. ke-1, h. 1-4 .
3. Perspektif Ideologi dan Platform PKS a. Ideologi PKS Sejak
awal
berdirinya,
partai
jaringan
dakwah
kampus
ini
telah
mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam. Lebih dari itu, partai ini mencanangkan dirinya sebagai partai dakwah, yakni partai yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada semua orang dan merealisasikan ajaranajaran tersebut dalam kehidupan. Dengan kata lain, PK lahir untuk memperjuangkan kepentingan dan kejayaan Islam. Hal yang sama terjadi ketika PK berubah menjadi PKS pada 2002. PKS merupakan kontinuitas ideologi, pemikiran, serta manhaj perjuangan PK. Bahkan, ketika telah menjadi PKS, tampak terjadi penguatan ideologi dan agenda islamis yang lebih nyata dan artikulatif.47 Dalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa PKS adalah Partai berasaskan Islam. Partai ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 dan mewujudkan masyarakat
47
M. Imdadun Rahmat, Ideologi PKS, h. 114.
madani yang adil dan sejahtera yang diridhoi Allah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.48 PKS, sebagai entitas politik nasional, secara subyektif berjuang dengan dasar aqidah, asas, dan moralitas islam untuk mencapai tujuan terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Bersama-sama dengan entitas politik lainnya secara kompetitif berjuang untuk mencapai cita-cita nasional. Islam secara eksternal adalah bentuk diferensiasi dan sekaligus positioning PKS sebagai entitas politik nasional berhadapan dengan entitas politik lainnya. Di sisi lain dengan menjadikan islam sebagai aqidah, asas dan basis moral, maka PKS berkeyakinan dan ingin menegaskan bahwa secara internal-subyektif aktivitas politik adalah “ibadah”, yang apabila ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, dan dilaksanakan dengan caracara yang baik dengan akhlak terpuji, maka aktivitas ini menjadi ibadah yang bernilai “amal shalih”.49 b. Platform PKS 1) Bidang Politik a) Mempelopori reformasi sistem politik, birokrasi, peradilan, dan militer untuk berkomitemn terhadap penguatan demokrasi.
48
49
Anggaran Dasar PKS Pasal 5
MPP PKS, Memperjuangkan masyarakat madani, edisi gabungan falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PKS, (Jakarta: MPP, 2008), Cet. ke-1, h. 32-33.
b) Menumbuhkan
kepemimpinan
yang
kuat
yang
mempunyai
kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpatisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas (Bersih, Peduli dan Profesional). c) Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling mengawasi, demi perubahan hubungan ketatanegaraan yang lebih stabil. d) Memperbaiki sistem rekrutmen dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri dan memfokuskannya pada posisi fungsional untuk membangun birokrasi yang bersih, kredibel, dan efisien. e) Strategi penegakan hukum diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif, serta penguatan kapasitas kelembagaan f) Menjadikan kekuatan rakyat sebagai modal dasar kekuatan negara dalam
menghadapi
ancaman
domestik
dan
asing,
dengan
meningkatkan kesadaran bela negara masyarakat melalui penumbuhan rasa saling percaya dan semangat kebangsaan baru.
g) Menjadikan kekuatan rakyat sebagai modal dasar keamanan domestik dan ketertiban sosial dengan menempatkan polisi selaku aparat pemelihara kamtibmas, penegak hukum, pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat. h) Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat, povinsi dan daerah. i) Mendorong prinsip bebas dam aktif, menggalang solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya. 2) Bidang Ekonomi a) Mendorong program reformasi ekonomi sebagai pilar pemulihan perekonomian nasional yang mengurangi ketamakan pemburu rente ekonomi. b) Mengarahkan fokus kebijakan moneter pada stabilisasi nilai tukar dan tingkat harga dengan tujuan akhir mendorong dinamika sektor riil dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
c) Pemberantasan
kemiskinan
adalah
tanggung
jawab
utama
kemanusiaan berkaitan dengan penciptaan keadilan dan kesejahteraan sosial secara merata, sehingga harus mendapat prioritas tertinggi dalam pembangunan ekonomi nasional. d) Ekonomi syariah memainkan peran yang signifikan dalam proses pembangunan ekonomi nasional, dengan membangun sistem dan institusi zakat dan wakaf yang kokoh sebagai bagian integral dari sistem fiskal nasional. 3) Bidang Sosial Budaya a) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan guru sebagai pilar utama pembangunan pendidikan nasional. b) Membangun masyarakat
sejahtera melalui proses peningkatan
kapasitas dan pelibatan seluruh komponen masyarakat dalam kerangka pembangunan kelanjutan. c) Membina pemuda sebagai ilar pembangunan bangsa dalam mengatai masalah sosial dan moral, serta menjadikan kaum muda yang mandiri, berdaya, dan mempersiapkannya sebagai calon pemimpin bangsa.
d) Dengan bingkai ketakwaan mewujudkan perempuan Indonesia yang sejahtera, cerdas, berdaya, dan berbudaya melalui pemantapan peran di sektor domestik dan publik.50 B. PDI PERJUANGAN (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) 1. Latar Belakang berdirinya PDI P Sejarah PDI Perjuangan Perjuangan syarat dengan perjuangan eksistensial karena pada awalnya PDI dibentuk sebagai bagian dari upaya kontrol pemerintah secara total di dalam “menstabilkan” kehidupan politik dengan legitimasi trauma sistem kepartaian masa lalu. Sejarah pergulatan “basis-basis ideologi” dari komponen partai yang berfusi kepada PDI hingga munculnya PDI Perjuangan memunculkan adanya keyakinan terhadap apa yang diperjuangkan yang menempatkan PDI Perjuangan sebagai Partai yang tetap berrohkan kerakyatan dan dicirikan oleh adanya pengakuan dan penghargaan terhadap demokrasi, kebangsaan dan keadilan sosial. Sejarah Partai yang penuh konflik sebagai bagaian dari intervensi penguasa Orde Baru menyisakan tradisi “bertahan” dan “membongkar” yang dimiliki oleh PDI Perjuangan. Tradisi membangun melalui konsolidasi organisasi, konsolidasi program, dan personil praktis baru bisa dirumuskan secara lebih sistematis pada saat Kongres I di Semarang
50
MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera, (Jakaeta: MPP PKS, 2007), h. 15-20.
Dari sejarah Partai, mentalitas PDI Perjuangan adalah Mentalitas orang tertindas. Mereka adalah gerilyawan yang tidak mengenal keteraturan, yang menyiapkan dirinya untuk bertahan, untuk melawan, bukan memimpin dan bukan untuk menata. Mempelajari sejarah Partai artinya adanya kesadaran bahwa membangun Partai, tidak hanya memerlukan syarat konsolidasi organisasi, ideologi, program dan konsolidasi personil. Penataan mental map yang didasarkan oleh tradisi bertahan, membongkar dan melawan, menjadi tradisi berpolitik yang berkeadaban, yang taat pada aturan main, yang memahami budaya dan mekanisme demokrasi namun tetap disertai oleh adanya militansi yang tinggi sebagai kader Partai. Sejarah Partai juga sangat diwarnai oleh berbagai konflik kepentingan, yang menjadi ajang campur tangan pihak luar. Sejarah konflik telah mengajarkan betapa perwujudan ideologi dan Platform Partai tidak didasarkan oleh tata nilai berpolitik, moral dan etika para elit Politik. Sangat sering terjadi pembelokan atas mandat yang diberikan oleh anggota Partai melalui Kongres Partai Konsistensi dan ketegasan sikap yang ditunjukkan oleh Megawati di dalam menghadapi kekuatan represif Orde Baru sekaligus mentradisikan sikap-sikap politik yang taat pada aturan hukum, yang memiliki ketegasan dalam memegang prinsip, dan memberikan bukti adanya dukungan spontan dari rakyat. Politik bagi Megawati adalah hitam-putih ditingkat pengembilan keputusan, yang tidak mengenal kompromi serta tradisi transaksi lebih-lebih untuk kepentingan jangka pendek. Sikap politik bahwa Rakyat, Partai politik, dan Parlemen sebagai mata rantai utama sistem politik, menjadi dasar “deklarasi kemenangan politik PDI Perjuangan di dalam Pemilu 1999”
Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih di dalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia
Ke-4.
Untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi PDI Perjuangan, pengurus DPP PDI Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I PDI Perjuangan meskipun masa bakti kepengurusan DPP sebelumnya baru selesai tahun 2000. Salah satu alasan diselenggarakannya Kongres ini adalah untuk memantapkan konsolidasi organisasi Pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil Presiden RI. Kongres I PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 27 Maret - 1 April 2000 di Hotel Patra Jasa Semarang-Jawa Tengah. Menjelang Kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, nama yang muncul antara lain Dimyati Hartono yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, kemudian muncul pula nama Eros Jarot yang sempat menggalang DPC-DPC untuk mendukungnya. Di dalam pemandangan umum Cabang-Cabang, dari 243 DPC, hanya 2 DPC yang mengusulkan nama lain yaitu DPC Kota Jayapura dalam pemandangan umumnya mengusulkan 3 orang calon
Ketua Umum yaitu Megawati, Dimyati Hartono dan Eros Jarot, kemudian DPC Kota Banjarmasin mengusulkan Eros Jarot sebagai KetuanUmum DPP PDI Perjuangan. Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan karena 241 dari 243 DPC mengusulkan nama Megawati sebagai Ketua Umum DPP
PDI
Perjuangan.
Setelah Kongres I PDI Perjuangan tahun 2000, pada tahun 2001 Megawati diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Ke - 5 menggantikan KH Abdurahman Wahid yang diturunkan dalam Sidang Istimewa MPR-RI. Diangkatnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke - 5 membawa perubahan pada sikap politik PDI Perjuangan dan cap sebagai partai penguasa melekat di PDI Perjuangan. Meski sebagai partai penguasa, PDI Perjuangan ternyata tidak mampu meraih kemenangan di dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2004. PDI Perjuangan hanya mampu memperoleh suara diurutan kedua dengan 109 kursi di DPR. Kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 28 - 31 Maret 2005 di Hotel Grand Bali Beach, Denpasar Bali, tempat dimana Kongres V PDI diselenggarakan pada tahun 1998. Kongres ini selesai 2 hari lebih cepat dari yang dijadwalkan yaitu 28 Maret - 2 April 2005.
Kongres II PDI Perjuangan akhirnya berakhir pada tanggal 31 Maret 2005 setelah Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum terpilih karena seluruh peserta dalam pemandangan umumnya mengusulkan Megawati menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2005-2010.51 Hasil dan strategi pemilu 2009 adalah Bukan strategi tetapi harus mengakomodasi kepentingan-kepentingan rakyat seperti program-program masalah sembako dan memperjuangkan hak rakyat. Sedikit ada kenaikan dari pemilu 2004 dan hasilnya lumayan tetapi ada problem yang membuat PDI Perjuangan sedikit ada penurunan dalam suara yaitu media elektronik.52 2. Visi dan Misi PDI Perjuangan Sebagaimana tercantum dalam buku anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, adapun visi partai PDI Perjuangan adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaiman dimaksud dalam pembukaan Undang-undang
Dasar Negara Republik
Indonesia.
51
52
www.pdi-perjuangan.or.id/ diakses pada tanggal 04 Mei 2009
Wawancara dengan Indra Sindya Laksmana (Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi), (22 Juli 2009)
2. Membangun masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokrasi, adil dan makmur. 3. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat. 4. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidnah ekonomi, soial, da budaya secara demokratis. 5. Berjuang
mendapatkan
kekuasaan
politik
secara
konstitusional
guna
mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidpan bangsa serta ikut melaksanakn ketertiban dunia. Adapun misi PDI Perjuangan adalah sebagai berikut: a. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara proklamasi 17 agustus 1945 di dalam Kesatuan Republik Indonesia. b. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan pancasla sebagai pandangan hidup bangsa. c. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan partai politik. d. Memperjuangkan kebijakan politik
partai menjadi kebijakan politik
penyelenggaraan negara. e. Mempersiapkan kader partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
f. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.53 3. Perspektif ideologi dan Platform PDI P a. Ideologi PDI Perjuangan Ideologi Partai PDI Perjuangan adalah Pancasila 1 Juni 1945. Setiap kader partai harus memiliki pengertian dan kesadaran idiologi yang tinggi. Sebab tidak pernah ada partai yang survive tanpa ideologi, tidak pernah ada bangsa yang survive tanpa ideologi. Sebab ideologilah yang memberikan cita-cita, memberikan arah, memberikan harapan-harapan kehidupan masa depan bangsa. Lebih penting lagi, ideologi adalah pondasi partai dan negara. Ideologi yang memberikan landasan, alasan tindakan dan perjuangan bangsa. Pancasila 1 Juni 1945 merupakan kristalisasi dari nilai, kearifan, pengetahuan, pengalaman, perjuangan, cita-cita dan harapan sebuah Negara. b. Platform PDI Perjuangan Membangun dan mewujutkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, berkeadilan, berkemakmuran, berkeadaban: 1) Indonesia Merdeka adalah Indonesia yang bebas dari segala bentuk penjajahan, baik antar manusia ataupun antar bangsa, baik sebagai subyek maupun obyek.
53
www.pdi-perjuangan.or.id/ diakses pada tanggal 04 Mei 2009
2) Indonesia yang berdaulat adalah Indonesia yang memiliki pemerintahan negara yang mampu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 3) Indonesia yang bersatu adalah Indonesia yang ditandai oleh tingginya derajat integrasi bangsa, baik terotorial maupun politik, dan tingginya persatuan sosial antar berbagai komponen bangsa yang majemuk. 4) Indonesia yang berkemakmuran adalah Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan material warganegaranya yang sesuai dengan standard yang layak bagi kemanusiaan. 5) Indonesia yang berkeadilan adalah Indonesia yang ditandai oleh sempitnya jurang kesenjangan sosial dan kesenjangan antar daerah. 6) Indonesia yang berkeadaban adalah Indonesia yang ditandai dengan tingginya derajat moralitas dan etika dalam masyarakat dan diantara penyelenggara kekuasaannya,
serta
Indonesia
yang
ditandai
dengan
minimumnya
penggunaan kekerasan dalam proses sosial, ekonomi dan politiknya. 7) Indonesia yang berketuhanan adalah Indonesia yang menghargai keberagaman dan toleransi beragama dalam semangat Ketuhanan Yang Maha Esa.54
54
Hasto Kristiyanto, PDI Perjuangan dalam Kuliah Umum,
BAB IV DEMOKRASI DALAM PANDANGAN PKS DAN PDI PERJUANGAN A. Kedaulatan Gagasan demokrasi modern sangat erat kaitannya dengan perkenbangan negara modern. Dimensi yang terpenting dari perkembangan ini adalah terjadinya proses sekularisasi. Salah satu hasil dari sekularisasi yang sangat berpengaruh pada lahirnya demokrasi modern adalah gagasan mengenai kedaulatan (sovereignty).55 Kedaulatan (sovereignty) merupakan konsep yang biasa dijadikan objek dalam filsafat politik dan hukum kenegaraan. Di dalamnya terkandung konsepsi yang berkaitan dengan ide kekuasaan tertinggi yang dikaitkan dengan negara (state). Teori kedaulatan dikembangkan pertama kali secara sistematis dan terkait dengan konsep negara oleh pemikir Perancis Jean Bodin. Ia merumuskan kedaulatan sebagai “supreme power over citizen and subjects, unrestrained by law”. Bodin pun menunjuk sebagai ‘the greatest to comman dan ‘toute puissance’ (kekuasaan total). Hal ini mengimplikasika kedaulata yang bersifat absolut dan tidak terbatas sehingga kekuasaan tersebut tidak dapat dicabut dan tidak dapat dipecah-pecah. 56
55
Aidul Fitriciada Azhari, Menemukan Demokrasi, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), h. 9-11. 56 Aidul Fitriciada Azhari, Menemukan Demokrasi, h. 11-12
Dalam pandangan Jean Bodin, kedaulatan memiliki kedudukan yang sangat penting dan fundamental. Menurutnya, kedaulatan adalah suatu keharusan tertinggi dalam sebuah negara. Hal ini sebagaimana tersirat dari pernyataannya sangat populer: “Suatu keharusan tertinggi dalam suatu negara, dimana kedaulatan dimiliki oleh negara dan merupakan ciri utama yang membedakan organisasi negara dari organisasi lain di dalam negara. Karena kedaulatan adalah wewenang tertinggi yang tidak dibatasi oleh hukum dari ada penguasa atas warga negara”. Sebagai akibat tuntutan menjadi negara modern, maka kedaulatan perlu dirumuskan kembali. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Harold J. Laski yang menyatakan: “The modern state is a sovereign state. It is, therefore, independent in the face of other communities. It may infuse its will towards them with a substance which need not be affected by the will of any external power. It is, moreover, internally supreme over the territory that it control” (Negara modern adalah negara yang mempunyai kedaulatan. Hal ini independen dalam menghadapi komunitas lain. Dan akan mempengaruhi substansi yang akan diperlukan dalam kekuasaan internal dan kekuasaan eksternal. Hal ini, lebih jauh merupakan kekuasaan yang tertinggi atas wilayahnya).57
57
Trubus Rahardiansah P., Pengantar Ilmu Politik: Paradigma, Konsep Dasar dan Relevansinya untuk Ilmu Hukum, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2006), h. 148.
PKS berpendapat bahwa konsep demokrasi tentang kedaulatan yang berbasis pada konsep Al-Hâkimiyyah Lillâh (kedaulatan milik Tuhan) bertentangan dengan konsep demokrasi yang dasarnya adalah kedaulatan rakyat. Artinya, dalam demokrasi, aturan hukum dan regulasi dibuat lembaga legislatif sedangkan dalam konsep politik Islam hukum harus merujuk pada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Anis Matta, sekjen DPP PKS ini mengakui bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam demokrasi sekular dengan konsep politik Islam mengenai pandangan tentang siapa pemegang kedaulatan. Konsep demokrasi sekular memandang kedaulatan berada di tangan rakyat. Mereka mengatakan, kedaulatan ada di tangan rakyat karena suara rakyat adalah suara Tuhan. Sementara dalam konsepsi Islam, kedaulatan sepenuhnya berada di tangan Tuhan dan suara Tuhan harus menjadi suara rakyat. Implementasinya, hukum dalam demokrasi sekular merupakan nota kesepakatan bersama yang dipriduk melalui konstitusi, sementara dalam konsepsi Islam, hukum itu given (pemberian) dan adalah tugas konstitusi untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, demokrasi mempunyai implikasi yang kuat terhadap proses pemberdayaan masyarakat. Titik temu inilah yang kemudian mendasari sikap kader PKS terhadap demokrasi. 58
58
Anis Matta, Menikmati Demokrasi: Strategi Dakwah Meraih Kemenangan, (Jakarta: Penerbit Pustaka Saksi, 2002), h. 21-23.
Menurut Ahmad Mabruri, kedaulatan adalah hak setiap komunitas bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan harus dilaksanakan dengan keadilan yang sesuai dengan Undang-Undang.59 Menurut Indra Sindya Laksmana, bahwa kedaulatan merupakan hak kebagian yang tidak boleh tertindas dan sengasara oleh ekonomi, politik dan lain-lain. 60 Menurut PDI Perjuangan, Demokrasi politik dan demokrasi ekonomi menempatkan kedaulatan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sehingga seluruh keputusan politik harus bisa diukur keterkaitannya dengan penyelesaian persoalan pokok rakyat seperti kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan pengangguran. Demokrasi adalah jalan kerakyatan, bukan elit kekuasaan, sehingga tugas oposisi harus menjadi bagian dari sistem koreksi terhadap kebijakan yang merugikan kepentingan rakyat dan menjadi sistem solusi alternatif kebijakan yang menguntungkan rakyat (pro rakyat ).61 B. Pemilihan Umum (PEMILU) Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang beraneka ragam, muali dari Presiden, wakil rakyat di perbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilu dapat juga
59
Wawancara dengan Ahmad Mabruri (Ketua DPP Badan Kehumasan PKS), (12 Juni 2009)
60
Wawancara dengan Indra Sindya Laksmana, SIP. (Wakil Ketua Bid. Ideologi dan Kaderisasi PDI Perjuangan) , (22 Juli 2009) 61
Hasto Kristiyanto, Jalan Kerakyatan Partai Oposisi, www.forum-politisi.org
berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua Organisasi Kemahasiswaan atauketua kelas, walaupun untuk ini kata pemilihan lebih sering digunakan. Demokrasi modern atau demokrasi tidak langsung, yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Dalam pemilihan umum diharapkan wakil-wakil yang dipilih benar-benar mewakili aspirasi, keragaman, kondisi serta keinginan dari rakyat yang memilihnya. Oleh sebab itu, dalam ilmu politik secara teoritis dikenal sistem memilih wakil rakyat supaya mewakili rakyat yang memilihnya. Terdapat dua sistem pemilihan umum, yaitu: 1) Single member constituency, satu daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya disebut Sistem Distrik. Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. 2) Multi member constituency, daerah pemilihan memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan Sistem Proporsinal.
Sistem ini merupakan prosentase kursi di DPR dibagi tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan.62 Menurut Ahmad Mabruri, bahwa pemilu merupakan sarana masyarakat secara langsung dalam proses demokrasi. Biasanya kualitas pemilu jadi barometer kualitas demokrasi di Indonesia. Bahkan PKS memilih sistem proporsional dalam pemilu kalau tidak sistem proporsional bisa menjadi sistem distrik.63 Menurut Indra Sindya Laksmana, bahwa PDI Perjuangan mengikuti aturan Undang-Undang pemilu yang sudah disahkan oleh pemerintah maka pemilu di Indonesia menggunakan sistem proporsional maka PDI Perjuangan mendukung sistem proporsional terbuka. Lazimnya, dalam sistem pemilu proporsional maka ”nilai kursi” (seat value) dari setiap kursi yang diperoleh pada suatu daerah pemilihan seharusnya juga proporsional. Evaluasi terhadap sistem Pemilu proporsional dengan daftar terbuka, dimana demi pertimbangan asas representasi dengan memperhatikan perbedaan kepadatan penduduk berakibat pada nilai kursi (seat value) tidak dihitung secara proporsional.64
62
Trubus Rahardiansah P., Pengantar Ilmu Politik: Paradiga, Konsep Dasar dan Relevansinya untuk Ilmu Hukum, h. 252-255. 63
Wawancara dengan Ahmad Mabruri, (12 Juni 2009)
64
Wawancara dengan Indra Sindya Laksmana, (22 Juli 2009)
C. Hukum Negara Pengertian negara hukum sebenarnya sudah lama ada. Dalam perpustakaan Yunani Kuno sudah disiinggung tipe negara yang ideal yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Aristoteles merumuskan Negara sebagai Negara Hukum yang di dalamnya terdapat sejumlah warganegara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara (ecclesia). Yang dimaksudkan dengan Negara Hukum oleh Aristoteles adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin negara keadilan kepada warganegaranya. Negara hukum menurut Eropa Kontinental yang bertumpu pada sistem civil law dipelopori oleh Immanuel Kant. Pada masa Kant ini, yang berpengaruh di Eropa adalah paham “Laissez faire laissez aller” yang artinya biarlah setiap anggota masyarakat menyelenggarakan sendiri kemakmurannya negara jangan ikut campur. Tujuan negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-individu dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, maka menurut Kant, Negara harus mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sama rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan satu sama lain. Maka menurut Kant untuk dapat disebut sebagai negara hukum harus memiliki dua unsur pokok yaitu:
1. Adanya perlindungan terhadap Hak-hak Asasi Manusia; 2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam Negara. Negara hukum menurut Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtssaat, tetapi mengenal atau meganut apa yang disebut “the rule of law” atau pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary yang bertumpu pada common law. Dicey mengutarakan tiga unsur “rule of law” yaitu: 1. Supremacy of the law; 2. Equality befor of the law (kedudukan yang sama di depan hukum); 3. Hak-hak Asasi tidak bersumber pada Kontitusi atau UUD, tetapi sudah ada sejak manusia dilahirkan dan pencantumannya dalam UUD atau Konstitusi adalah sekedar penegasan saja. 65 Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtsstaat), bukan Negara Kekuasaan (Machtstaat). Didalamnya terkandug pengertian adanya pengakuan terhadap supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sisttem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya jaminan-jaminan hak asasi
65
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet.ke-5, h.130-134
manusia dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip keadilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. dalam paham negara Hukum itu, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Yang sesugguhnya memimpin dalam penyelenggaraan negara itu adalah hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip the Rule of law, and not of man, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum, nomos. Dalam paham negara hukum yang demikian, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada pokoknya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democrtische rechtsstaat). Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-
undang Dasar (constitutional democracy) yang diimbagi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang demokratis (democratische rechtstaat).66 Ketentuan mengenai cita-cita negara hukum ini secara tegas dirumuskan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyatakan: ‘Negara Indonesia adalah Negara Hukum’. Sebelumnya, rumusan naskah asli UUD 1945 tidak mencantumkan ketentuan mengenai negara hukum, kecali hanya dalam Penjelasan UUD 1945 yang menggunakan istilah rechtsstaat.67 Dengan demikian bahwa negara hukum baik dalam arti formal yaitu penegakkan hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dalam penyelenggaraan negara, maupun negara hukum dalam arti material yaitu selain menegakkan hukum, aspek keadilan juga harus diperhatikan menjadi prasyarat terwujudnya demokrasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa termasuk pula dalam masyarakat. Tanpa negara hukum tersebut suasana demokratis sulit dibangun.68 Menurut Ahmad Mabruri, bahwa hukum negara menurut PKS adalah sesuatu yang berbentuk peraturan yang telah disahkan oleh lembaga-lembaga yang
66
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), h. 69-70.
67
Trubus Rahardiansyah P., Pengantar Ilmu Politik: Paradigma, Konsep Dasar dan Relevasinya untuk Ilmu Hukum, h. 130-131. 68
A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h. 184.
berwenang setelah melalui proses uji materi yang telah ditentukan dan PKS pun menganggap hukum negara yang ada di Indonesia merupakan hukum negara yang uji materinya mengikuti Eropa Kontinental asalkan hukum negara di Indonesia tidak bertentangan dengan Islam.69 Menurut Indra Sindya Laksmana, bahwa hukum negara menurut PDI Perjuangan adalah dalam Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia menganut negara hukum yang bersifat tulisan dan PDI Perjuangan pun mendukung adanya hukum negara yang sistemnya eropa kontinental.70 D. Sistem Demokrasi Negara Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar keempat di dunia. Komposisi penduduknya sangat beragam, baik dari suku bangsa, etnisitas, anutan agama, maupun dari segi-segi lainnya. Kompleksitas dan keragaman itu sangat menentukan peta konfigurasi kekuatan-kekuatan politik dalam masyarakat, sehingga tidak dapat dihindari keharusan berkembangnya sistem multi-partai dalam sistem demokrasi yang hendak dibangun. Agar peta konfigurasi kekuatan-kekuatan politik dalam masyarakat dapat disalurkan dengan sebaik-baiknya menurut prosedur demokrasi (procedural democracy), berkembang keinginan agar sistem pemerintahan
69Wawancara 70
dengan Ahmad Mabruri, (12 Juni 2009)
Wawancara dengan Indra Sindya Laksmana, (22 Juli 2009)
yang dibangun adalah sistem parlementer ataupun setidak-tidaknya varian dari sitem pemerintahan parlementer. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa sistem parlementer itu pernah gagal dipraktekkan dalam sejarah Indonesia modern pada masa lalu, dan karena itu membuatnya kurag populer di mata masyarakat, realitas kompleksitas keragaman kehidupan bangsa Indonesia, justru membutuhkan sistem pemerintahan yang kuat dan stabil. Jika kelemahan sistem presidensiil yang diterapkan di bawah undang-undang Dasar 1945 yang cenderung sangat executive heavy sudah dapat diatasi melalui pembaruan mekanisme ketatanegaraan yang diwujudkan dalam Undang-undang Dasar ini, maka ekses-ekses dalam praktek penyelenggaraan sistem pemerintahan presidensiil tidak perlu dikhawatirkan lagi. Keuntungan sistem presidensiil justru lebih menjamin stabilitas pemerintahan. Sistem ini juga dapat dipraktekkan dengan tetap menerapkan sistem multi-partai yang dapat mengakomodasikan peta konfigurasi kekuatan politik dalam masyarakat yang dilengkapi pengatura konstituisonal.71 Menurut PKS, Eksperimentasi politik di era transisi reformasi saat ini ditandai dengan terbuka lebarnya ruang ekspresi dan ledakan partisipasi politik dalam bentuk munculnya banyak partai politik, namun tetap dalam format sistem presidensial. Sejarah perpolitikan Tanah Air sejak era Demokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin di zaman Orde Lama, serta Demokrasi Presidensial di zaman Orde Baru,
71
Jimli Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, h. 74-75.
sampai hari ini di era Reformasi dengan sistem Demokrasi Parlemen Multi-Partai memperlihatkan pergerakan “Bandul Sejarah” dari sistem liberal-otoriter-liberal menuju sistem demokrasi yang lebih substansial dan stabil. Bercermin dari pengalaman sejarah, PKS berkeyakinan bahwa sistem multipartai sederhana tampak lebih mungkin untuk dicapai. Karena itu, penyederhanaan jumlah partai peserta pemilu secara bertahap dengan penerapan “batas ambang” adalah langkah yang rasional dan obyektif.72 Sementara kita menganut sistem pemeritahan presidensial bahkan dengan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden dalam satu paket namun parlemen kita menganut sistem multi partai.73 Menurut PDI Perjuangan, Secara ideal, sistem ini menjaga keseimbangan antara konflik dengan konsensus, artinya demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu, kelompok, diantara individu dan kelompok, pemerintah bahkan lembaga pemerintah. Tetapi konflik tersebut tidak menghancurkan sistem. Sistem politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada penyelesaian dalam bentuk konsensus. Prinsip ini mendasari pembentukan identitas bersama, hubungan kekuasaan, legitimasi kewenangan, dan hubungan politik dengan ekonomi Sistem ini
72
MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan PKS, h. 221.
73
Ibid., h.88
juga memproses perubahan-perubahan atau tuntutan dinamika sosial, yang kemudian diolah atau ditata oleh pemerintah menjadi kebijakan publik.74
74
Perjuangan.
Hasto Kristiyanto, Memahami Sistem Politik dan Politik Indonesia, Basdiklatpus PDI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan seluruh permasalahan yang ada dalam skripsi tentang “konsep demokrasi dalam perspektif PKS dan PDIPerjuangan”. Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Demokrasi dalam pandangan PKS adalah demokrasi demokrasi sebagai fursah (kesempatan). Demokrasi hingga batas tertentu ada manfaatnya. PKS sedikit berbeda dengan jamaah Islam lain yang mengatakan demokrasi adalah produk barat dan bertentangan dengan Islam. PKS melihat bahwa demokrasi sebagiannya bisa dimanfaatkan untuk dakwah. Akan tetapi tentunya bukan demokrasi dalam arti menghalalkan segala cara yang tidak ada dzawabit syar’i (rambu-rambu syari’at)-nya, tidak ada rambu-rambu agamanya. PKS tidak berpandangan bahwa apa pun yang berbau demokrasi adalah jahiliah karena demokrasi yang bermakna mendengarkan dan menghargai pendapat orang, serta kebebasan menyampaikan pendapat adalah tidak bertentangan dengan Islam. Dan Demokrasi dalam pandangan PDI Perjuangan adalah demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yaitu politiekeconomische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Disini yang ada bukan hanya persamaan politik, tetapi di atas lapangan ekonomi pun
kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaikbaiknya dan demokrasi milik rakyat. 2.
Perbedaan konsep demokrasi antara PKS dan PDI Perjuangan, bahwa PKS melihat bahwa demokrasi sebagiannya bisa dimanfaatkan untuk dakwah. Akan tetapi tentunya bukan demokrasi dalam arti menghalalkan segala cara yang tidak ada dzawabit syar’i (rambu-rambu syari’at)-nya, tidak ada rambu-rambu agamanya. Dan PDI Perjuangan permusyawaratan yang memberi hidup, yaitu politiek-economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan social, demokrasi menurut PDI perjuangan pun harus sesuai yang dalam sila-sila pancaila 1 Juni 1945. Persamaan konsep demokrasi antara PKS dan PDI Perjuangan sangat mencolok dimana PKS tidak berpandangan bahwa apa pun yang berbau demokrasi adalah jahiliah karena demokrasi yang bermakna mendengarkan dan menghargai pendapat orang, serta kebebasan menyampaikan pendapat adalah tidak bertentangan dengan Islam. Adapun PDI Perjuangan demokrasi merupakan hak rakyat yang harus didengarkan aspirasi rakyat. PKS dan PDI Perjuangan berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia serta menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat.
B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dan melihat sudut pandang antara PKS dan PDIP terhadap demokrasi, maka penulis memberikan saran kepada PKS dan PDIP antara lain adalah: 1.
Kepada PKS hendaknya PKS dipertahankan, sesuai dengan visi terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat berdasarkan pada nilai norma, hukum, moral yang ditopang keimanan dalam bingkai menghormati pluralitas, bersikap terbuka dan demokratis.
2.
Kepada PDIP, supaya mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana yang dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. Dan membangun masyarakat pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis, adil dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1999. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PKS. Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2005. Azhari, Aidul Fitriciada., Menemukan Demokrasi, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004. Azra, Azyumardi., Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post-Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996. Bacchler, Jean., Demokrasi Sebuah Tinjauan Analitis, Yogyakarta: Kanisius, 2001. Betham, David., dan Boyle, Kevin., Demokrasi 80 Tanya Jawab, Penerjemah: Bern Hidayat, Yogyakarta: Kanisius, 2000. Budiardjo, Miriam., Dasar-dasar Ilmun Politik, cet.XIX, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.I, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Djiwandono, J. Soedjati., Demos Kratos=Demokrasi: panduan bagi pemula, Jakarta: THE RIDEP INSTITUTE, 2003. DPP PDI Perjuangan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PDI Perjuangan. DPP PKS, Menyelamatkan Bangsa: Platform Kebijakan Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: Al-I’tishom, 2004. Furqon, Aay Muhammad., Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta: Teraju, 2004. Hasibuan, Imran dan Muhammad Yamin, Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufik Kiemas, cet. I, Jakarta: Rumah Kebangsaan, 2008. Ibn Taimiyyah, Pedoman Islam Bernegara, cet. IV, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989.
Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Cet. II, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Ismail, S.M., dan Mukti, Abdul., (ed), Pendidikan Demokratis dan Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. Kristiyanto, Hasto., PDI Perjuangan dalam Kuliah Umum. Kusnardi, Moh., dan Saragih, Bintan R., Ilmu Negara, cet.III, Jakarta: Gaya Media Pratam, 1995. Latif, Abdul., Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, Yogyakarta: Total Media, 2007. Mahfud, Moh.M.D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, cet.II, Jakarta: Univ. Atmajaya, 2000. Makmun, Sukron., Studi Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Ide-ide Demokrasi Dalam Islam, Tesis S2 Konsentrasi Syari’ah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Matta, Anis., Menikmati Demokrasi: Strategi Dakwah Meraih Kemenangan, Jakarta: Penerbit Pustaka Saksi, 2002, h. 21-23. Meyer, Thomas., Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, cet.II, Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 2003. MPP PKS, Memperjuangkan masyarakat madani, edisi gabungan falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PKS, Jakarta: MPP, 2008. MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: MPP PKS, 2008. Nata, Abuddin, Problematika Politik Islam di Indonesia, Cet. I, Jakarta: Grassindo, 2000. Rahardiansah P, Trubus., Pengantar Ilmu Politik: Paradigma, Konsep Dasar dan Relevansinya untuk Ilmu Hukum, Jakarta: Universitas Trisakti, 2006. Rahmat, Muhammad Imdadun, Ideologi Politik PKS: Dari Majid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta: PT Lkis, 2008.
Rauf, Mawardi., Demokrasi dan Demokratisasi: Penjajakan Teoritis untuk Indonesia, dalam Seri Penerbitan Studi Politik Menimbang Masa Depan Orde Baru, Bandung: Mizan, 1998. Roosevelt, Franklin Delano., Empat Kebebasan, dalam Mukhtar Lubis (penyunting), Demokrasi Klasik dan Modern, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994. Salim, Abd. Muin, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1995 Sjadjali, Munawwir., Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, cet. IV, Jakarta: UI Press, 1993. Suhelmi, Ahmad., Pemikiran Politik Barat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Thaha, Idris., Demokrasi Religius: Pemikiran Politk Nurcholish Madjid dan M. Amien Rais, Jakarta: Teraju, 2005. Tim Litbang Kompas, Partai-partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 20042009, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004. Ubaidillah, A., dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000. Ujan, Andre Ata., Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls, Yogyakarta: Kanisius, 1984. Zada, Khamami, dan Arif H. Arafah, Diskursus Politik Islam, cet. I, Jakarta: LSIP, 2004.
Internet: www.pdi-perjuangan.or.id diakses pada tanggal 04 Mei 2009 www.pk-sejahtera.org diakses pada tanggal 04 Mei 2009
Wawancara: Ahmad Mabruri, Ketua DPP PKS Bidang Kehumasan, 12 Juni 2009 Indra Sindya Laksmana, Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi, 22 Juli 2009.
Lampiran-Lampiran: Questions I untuk PKS: 1. Bagaimana sejarah atau latar belakang berdirinya PKS? 2. Apa ideologi dari PKS dan apa Platformnya? 3. Bagaimana strategi PKS dalam memenangkan pemilu 2009? Apakah ada peningkatan dari pemilu 2004? Dan hasilnya bagaimana dalam pemilu 2009? Questions II: 1. Bagaimana pandangan PKS menurut bapak mengenai: a.
Demokrasi
b.
Kedaulatan
c.
Pemilu
d.
Hukum Negara
e.
Sistem Demokrasi
2. Proses demokrasi di Indonesia menurut PKS apakah berjalan mulus atau mengalami hambatan-hambatan, apa hambatan-hambatan tersebut? 3. Di Indonesia menganut sistem presidensil. Apakah sistem presidensil menghambat sistem demokrasi?
Questions I untuk PDI Perjuangan: 1. Bagaimana sejarah atau latar belakang berdirinya PDI Perjuangan? 2. Apa ideologi dari PDI Perjuangan dan apa Platformnya? 3. Bagaimana strategi PDI Perjuangan dalam memenangkan pemilu 2009? Apakah ada peningkatan dari pemilu 2004? Dan hasilnya bagaimana dalam pemilu 2009? Questions II: 1. Bagaimana pandangan PDI Perjuangan menurut bapak mengenai: a.
Demokrasi
b.
Kedaulatan
c.
Pemilu
d.
Hukum Negara
e.
Sistem Demokrasi
2. Proses demokrasi di Indonesia menurut PDI Perjuangan apakah berjalan mulus
atau
mengalami
hambatan-hambatan,
apa
hambatan-hambatan
tersebut? 3. Di Indonesia menganut sistem presidensil. Apakah sistem presidensil menghambat sistem demokrasi?
Answer I dari PKS: Narasumber: Ahmad Mabruri (ketua DPP Badan Kehumasan PKS) tanggal 12 Juni 2009 1. Bagaimana sejarah atau latar belakang berdirinya PKS? Sejarah atau latar belakang berdirinya PKS, anda bisa lihat di buku yang sudah saya berikan atau anda juga bisa lihat di internet yang situsnya www.pk-sejahtera.org 2. Apa ideologi dari PKS dan apa Platformnya? Ideologi dari PKS adalah Islam. Adapun platformnya adalah platform dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain-lain 3. Bagaimana strategi PKS dalam memenangkan pemilu 2009? Apakah ada peningkatan dari pemilu 2004? Dan hasilnya bagaimana dalam pemilu 2009? Strategi pertama perluasan basis kader, kedua pemanfaatan media untuk sosialisasi program, dan ketiga direct marketing. Dalam pemilu 2009 alhamdulillah ada peningkatan persentasi suara PKS dari 7,3% tahun 2004 jadi hampir 8% tahun 2009 sementara jumlah kursi DPR RI naik dari 45 menjadi 57 kursi.
Answer II: 1. Bagaimana pandangan PKS menurut bapak mengenai: a. Demokrasi merupakan salah satu sarana untuk proses pergantian kepemimpinan dan cara rakyat berpartisipasi dalam pemerintahan. b. Kedaulatan adalah hak setiap komunitas bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan harus dilaksanakan dengan keadilan yang sesuai dengan Undang-Undang. c. Pemilu adalah sarana masyarakat secara langsung dalam proses demokrasi. Biasanya kualitas pemilu jadi barometer kualitas demokrasi di suatu negara. Bahkan PKS memilih sistem proporsional dalam pemilu kalau tidak sistem proporsional bisa menjadi sistem distrik. d. Hukum Negara adalah sesuatu yang berbentuk peraturan yang telah disahkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang setelah melalui proses uji materi yang sudah ditentukan. Dan PKS pun menganggap hukum negara yang ada di Indonesia merupakan hukum negara yang uji materinya mengikuti Eropa Kontinental asalkan hukum negara di Indonesia tidak bertentangan dengan Islam.
e. Sistem Demokrasi adalah pilihan yang diambil sebuah negara dalam menjalankan cara-cara berdemokrasi yang dianggap paling sesuai dengan karakter atau sifat dan sejarah suatu bangsa. 2. Proses demokrasi di Indonesia menurut PKS apakah berjalan mulus atau
mengalami
hambatan-hambatan,
apa
hambatan-hambatan
tersebut? Setiap proses pasti ada kendalanya. Baik dari internal maupun eksternal. Demokrasi di Indonesia relatif berlangsung baik. Dari segi perundangundangan ada regulasi yang mengatur hak-hak warga negara untuk bebas menyatakan pendapatnya, kebebasan berekspresi di media juga jauh lebih baik dibandingkan negara jiran seperti malaysia atau singapura. Hambatan terbesar adalah kurang meratanya tingkat pendidikan dan kesejahteraan, mau tak mau dua hal ini akan mempengaruhi kualitas demokrasi di suatu negara. 3. Di Indonesia menganut sistem presidensil. Apakah sistem presidensil menghambat sistem demokrasi? Sama sekali tidak menghambat sistem demokrasi karena sistem presidensil dengan jumlah partai politik sedikit lebih menguntungkan dalam rangka mewujudkan stabilitas politik nasional.
Answer I dari PDI Perjuangan: Narasumber: Indra Sindya Laksmana, SIP (Wakil Ketua Bid. Ideologi dan Kaderisasi) tanggal 22 juli 2009. 1. Bagaimana sejarah atau latar belakang berdirinya PDI Perjuangan? Sejarah berdirinya PDI Perjuangan bisa anda lihat di AD/ART PDI Perjuangan. 2. Apa ideologi dari PDI Perjuangan dan apa Platformnya? Ideologi PDI Perjuangan adalah pancasila 1 Juni 1945. Adapun platformnya adalah Membangun dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, berkeadilan, berkemakmuran, berkeadaban. 3. Bagaimana strategi PDI Perjuangan dalam memenangkan pemilu 2009? Apakah ada peningkatan dari pemilu 2004? Dan hasilnya bagaimana dalam pemilu 2009? Bukan strategi tetapi harus mengakomodasi kepentingan-kepentingan rakyat seperti program-program masalah sembako dan memperjuangkan hak rakyat. Sedikit ada kenaikan dari pemilu 2004 dan hasilnya lumayan tetapi ada problem yang membuat PDI Perjuangan sedikit ada penurunan dalam suara yaitu media elektronik.
Answer II: 1. Bagaimana pandangan PDI Perjuangan menurut bapak mengenai: a. Demokrasi adalah mengembangkan amanat dari rakyat sendiri dan menaati aturan baik dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. b. Kedaulatan adalah merupakan hak kebagian yang tidak boleh tertindas dan sengsara oleh ekonomi, politik dan lain-lain. c. Pemilu adalah hak suara untuk memilih dam dipilih, PDI Perjuangan mengikuti aturan Undang-Undang pemilu yang sudah disahkan oleh pemerintah maka pemilu di Indonesia menggunakan sistem proporsional d. Hukum Negara adalah hukum negara menurut PDI Perjuangan adalah dalam Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia menganut negara hukum yang bersifat tulisan dan PDI Perjuangan pun mendukung adanya hukum negara yang sistemnya eropa kontinental. e. Sistem Demokrasi adalah Secara ideal, sistem ini menjaga keseimbangan antara konflik dengan konsensus, artinya demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu, kelompok, diantara individu dan kelompok, pemerintah bahkan lembaga pemerintah. Tetapi konflik tersebut tidak menghancurkan sistem.
2. Proses demokrasi di Indonesia menurut PDI Perjuangan apakah berjalan mulus atau mengalami hambatan-hambatan, apa hambatanhambatan tersebut? Hambatan-hambatan
tersebut
adalah
mentalitas
penguasa
terhadap
menjalankan roda pemerintahan dan pemilu yang tidak Jurdil (jujur dan adil). 3. Di Indonesia menganut sistem presidensil. Apakah sistem presidensil menghambat sistem demokrasi? Nggak, karena Kelangsungan hidup badan eksekutif tidak tergantung legislatif, dimana badan eksekutif mempunyai masa jabatan yang tertentu. Kedudukan badan eksekutif lebih kuat.