“KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM)”
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh : Evi Tamala NIM : 106046101613
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ABSTRAKSI
Evi Tamala, 106046101613, “konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim)”, Program Strata I, Program Studi Muamalah, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah perpaduan akad sewa menyewa yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan dengan akad jual Beli atau Hibah. Jika dilihat sekilas Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) ini hampir sama dengan Leasing, namun jelas berbeda dalam pelaksanaannya. Karena, Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) ini adalah produk pembiayaan yang sudah benar-benar menggunakan prinsip syariah dan tidak akan ada unsure gharar didalamnya, seperti mana halnya Leasing. Pada penelitian ini secara khusus membahas mengenai analisis konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pihak PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim)
yang telah ditunjuk oleh pihak yang bersangkutan yaitu Operation Manager dan Account Officer untuk PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, serta Analisis Marketing untuk Bank DKI Syariah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dipublikasikan berupa gambaran umum mengenai pihak yang bersangkutan, yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur Organisasi, Kepemilikan Saham serta Budaya Kerja, dll. Selain membahas tentang Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing. penelitian ini juga membahas mengenai Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing bank, serta kekurangan dan kelebihan dari pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) yang diterapkan pada masing-masing Bank. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah telah sesuai dengan Prinsip Syariah dan tidak bertentangan dengan fatwa DSN yang telah dijadikan acuan. Adapun perbedaaan perpindahan kepemilikan antara masing-masing bank adalah dengan akad Jual beli dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai bagi PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Sedangkan pada Bank DKI Syariah yaitu menggunakan akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir
Penulis menyarankan agar kedua bank tersebut dapat lebih meningkatkan lagi kinerja masing-masing bank serta dapat lebih waspada terhadap resiko yang akan terjadi. Juga dapat lebih mensosialisasikan berbagai produk pembiayaan yang ada pada masing-masing bank, terutama Ijarah Muntahiyah Bittamlik.
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena atas ridha dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW. (Allahumma shalli ala’ saidina Muhammad), beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan umatnya. Insya Allah dan mudah-mudahan kita ada di dalamnya. Amin. Selama proses skripsi ini, penulis sangat mentadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhammad amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Euis Amalia, M.Ag., selaku ketua Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. 3. Ah. Azharuddin Lathif, M.H., Selaku sekretaris Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi.
4. Prof. Dr. H. Fathurrahman jamil, MA dan A. M. Hasan Ali, MA, selaku dosen pembimbing yang telah sangat sabar dalam membimbing dan yang telah memberikan banyak sekali masukan atas penyelesaian skripsi ini. 5. Manajemen Perusahaan PT. Bank Mumalat Syariah Indonesia. Tbk cabang BSD terutama Mbak Fitri dan Mbak Lolla serta Bpk. Hamdan Kosasih, dan seluruh staf Muamalat Institute terutama Mba Sunarti yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Manajemen Perusahaan PT. Bank DKI Syariah Wahid Hasyim terutama Bpk. Sofyan Ibrahim dan Bpk. Erza Fatwa, serta Mba Pratiwi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Kedua orang tua yang amat terhormat dan tercinta, masing-masing adalah Ayahanda Amun Karsa dan Ibunda Juriah yang telah memberikan kasih sayang, mendidik, membesarkan dan senantiasa mendoakan ananda serta memberikan semangat yang tiada henti. 8. Kakak-kakak dan adik-adik serta pihak keluarga lain yang saya sayangi yang telah memberi dorongan dan dukungan kepada penulis. 9. Teruntuk Abdul Aziz, yang selalu setia memberikan dukungan serta semangat kepada penulis, selama penulis melakukan penelitian lapangan serta bersedia mendampingi penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. 10. Kepada seluruh Staff Bagian Perpustakaan Syariah dan Utama yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuanganku semuanya, terutama Cybell (Diyanti), Fitrianingsih, Annisa Auditasari, Ikrimah, Sari, Fadli Ilyas yang banyak memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini serta berbagai pihak yang peduli. 12. Teman-teman kampus lainnya terutama kepada Fha, Ummie, Uyun, Dinar, Icha, Linda, Santi, Teteh, Domenk atas perhatian dan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis bahwa penulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan dukungan, terutama bagi rekan-rekan mahasiswa/I Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan syariah, untuk menambah Khasanah ilmu Perbankan Islam. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak sekali diperlukan penyempurnaan, karena manusia bukanlah mahkluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih dari penulis. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan akan menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amin.
Jakarta, 27 Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
iv
DFTAR ISI......................................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A............................................................................................ Larar Belakang Masalah......................................................................
1
B............................................................................................ Pembata san dan Perumusan Masalah......................................................
4
C............................................................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................
5
D............................................................................................ Tujuan Kajian Terdahulu .......................................................................
7
E. ........................................................................................... Metedol ogo Penelitian ............................................................................
10
F. ........................................................................................... Sistemati
BAB II
ka Penulisan...............................................................................
14
LANDASAN TEORI ......................................................................
16
A............................................................................................ Sewa Menyewa (Ijarah) ....................................................................
16
1. ...................................................................................... Pengerti an Ijarah ...............................................................................
16
2. ...................................................................................... Landasa n Hukum ..............................................................................
18
3. ...................................................................................... Rukun dan Syarat Ijarah.................................................................. vii
20
4. ...................................................................................... Sifat Akad Ijarah ..........................................................................
22
5. ...................................................................................... Macammacam Ijarah .......................................................................
23
6. ...................................................................................... Berakhir nya Akad Ijarah ...................................................................
24
B............................................................................................ Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ............................................
25
1. ...................................................................................... Pengerti an Injarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) .........................
25
2. ...................................................................................... Bentuk IMBT ...................................................................................
29
3. ...................................................................................... Manfaat dan Resiko yang harus Diantisipasi.....................................
30
C............................................................................................ Kombin asi Skema Akad IMBT ............................................................
31
1. ...................................................................................... Al-Bai’ wal IMBT dengan jandi untuk menjual barang tersebut di akhir masa sewa .................................................
31
2. ...................................................................................... AlHibah wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir masa sewa..........................................
34
BAB III GAMBARAN UMUM...................................................................
37
A............................................................................................ PT. Bank Muamalat Syariah Indonesi. Tbk .....................................
37
B............................................................................................ Bank DKI Syariah............................................................................... viii
45
BAB IV KONSEP DAN APLIKASI AKAD HIBAH DAN JUAL BELI PADA IMBT; STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA. TBK DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM) A.
Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyyah Bittamik (IMBT) ................................................................................ 72
B.
Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme IMBT pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk dan Bank DKI Syariah ................................................................................
74
B.1 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk ................................
74
B.2 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada PT. Bank DKI Syariah ..................................................................
84
B.3 Komparasi Draft Kontrak/Perjanjian Ijarah Muntahiyyah Bittamik pada Masing-masing Bank (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk. Dan Bank DKI Syariah)...............................................................
BAB V
PENUTUP ......................................................................................
90
100
A............................................................................................ Kesimpu lan ..............................................................................................
100
B............................................................................................ Saransaran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
101
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang bersumber pada wahyu Illahi dan Sunnah Rasul mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat inilah yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras serta saling membantu sesuai dengan prinsip-prinsip ajarannya. Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Oleh karena itu, pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan
sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan. 1 Lembaga pembiayaan merupakan salah satu fungsi bank, selain fungsi menghimpun dana dari masyarakat. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function). Hal ini diatur dalam pasal 1 ayat (1) UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pembiayaan dikucurkan melalui dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional maupun Bank Syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan konvensional telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa kecuali umat Islam di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah ( haram ). Alasan mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah Bank Syariah. 2 Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa macam produk perbankan. Yaitu diantaranya, pembiayaan sewa beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik) adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 14-15 2 Aris Dwi Suryadi, SH diunduh pada tanggal 18 Februari 2010 dari http://arisdwisuryadi.blogspot.com/2009/01/praktek-pembiayaan-dalam-perbankan.html
dikenal dengan finance lease Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi obyek sewa diisyaratkan harus barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur, pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara: pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak. Bahkan IMBT adalah akad yang belum ada pada masa Rasulullah, Akad ini pertama didapatkan pada tahun 1846 masehi di Inggris, dan yang memulai bertransaksi dengan akad ini adalah seorang pedagang alat-alat musik di inggris, dia menyewakan alat musiknya yang diikuti dengan memberikan hak milik barang tersebut, dengan maksud adanya jaminan haknya itu. Setelah itu tersebarlah akad seperti ini dan pindah dari perindividu ke pabrik-pabrik, dan yang pertama kali menerapkannya adalah pabrik sanjar penyedia alat-alat jahit di inggris. Selanjutnya berkembang, dan tersebar akad ini dengan bentuk khusus di pabrik-pabrik besi yang membeli barang-barang yang sudah jadi, lalu menyewakannya Kemudian setelah itu tersebar akad semacam ini dan pindah ke Negara-negara dunia, hingga ke Amerika Serikat pada tahun 1953 masehi.Lalu tersebar dan pindah ke Negara Perancis pada
tahun 1962 masehi.Terus tersebar dan pindah ke Negara-negara Islam dan Arab pada tahun 1397 hijriyah. 3 Penggunaan akad ini semakin banyak digunakan pada masa sekarang ini sebagai salah satu pilihan akad yang dapat digunakan untuk melakukan pembiayaan yang berkenaan dengan sewa yang diakhiri dengan hak kepemilikan oleh nasabah. Bertumpu pada uraian yang penulis paparkan di atas, penulis memandang perlu mengadakan penelitian untuk melakukan suatu pembahasan yang komparatif tentang kelebihan dan kekurangan peralihan kepemilikan dalam pembiayaan Alijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT). Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah skripsi berjudul: “KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA
IJARAH
MUNTAHIYAH
BITTAMLIK
(IMBT);
STUDI
KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM).” B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan 1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya
3
Adiwarman A, Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada). Hal 256
dalam ruang lingkup analisis konsep dan aplikasi peralihan kepemilikan pada Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim). Dari latar belakang di atas menyangkut perkembangan perbankan syariah khususnya di Indonesia yaitu dalam penerapan prinsip ijarah yang akhir akadnya dapat menggunakan
hibah atau jual beli, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank ? 2. Perbedaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank ? 3. Apa kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masingmasing Bank ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini, maka tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui mekanisme pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada masing-masing Bank.
2.
Mengetahui
perbedaan
peralihan
kepemilikan
dalam
Ijarah
Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank. 3.
Mengetahui kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada masing-masing Bank.
2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara lain : a. Masyarakat Memberikan informasi yang komprehensif tentang analisa peralihan kepemilikan pada pembiayaan berdasarkan IMBT dalam praktek perbankan syariah. Serta merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain. b. Akademik Memberikan sumbangsih hasil pemikiran tentang akad yang digunakan setelah berakhir akad ijarah pada transaksi ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT) , dan juga menambah
literature kepustakaan khususnya mengenai transaksi ijarah almuntahia bit-tamlik (IMBT) bagi mahasiswa, staf pengajar dan lainnya. c. Penulis Menambah wawasan mengenai ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT) dalam skala makro untuk mendukung perkembangan pembiayaan pada perbankan syariah. Serta sebagai study awal dan menambah wawasan dalam konsep dan mekanisme pembiayaan ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT). D. Tinjauan Kajian Terdahulu Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting. Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa penelitian skripsi: 1. Ifdhal Yuri Hendri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. “Analisis SWOT Dalam Mengembangkan produk Pembiayaan IMBT Pada Bank DKI Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam
penelitian ini menghasilkan bahwa memandang ijarah dari analisis SWOT yang didasarkan pada logika yang dapat meminimalkan klemahan dan ancaman pada bank DKI syariah. Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut. 2. Nurasma Khairani, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. “Pembiayaan IMBT pada Perbankan Sariah (Studi pada Bank Muamalat
Indonesia.TBK)”.
Dari
penelitian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa IMBT yang dilakukan di BMI sudah sesuai dengan prinsip Bank Syariah, baik dari segi peneraannya ataupun segi pelaksanaannya. Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut.. 3. Suhaeman, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. “Ijarah Dalam Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia dan Malaysia (Suatu
Studi
Perbandingan)”.
Penelitian
tersebut
membahas
perbandingan perkembangan system perbankan syariah di Indonesia dengan perkembangan system perbankan syariah di Malaysia. Serta, membahas penerapan dari konsep ijarah di Indonesia dan Malaysia. Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut..
4. Rica Anggraeni, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. “Mekanisme Leasing Pada PT. Swadharma Surya Finance menurut Huum Positif dan Hukum Islam”. Penelitian ini menggunakan library and field research. Penelitian tersebut membahas tentang mekanisme dan prosedur leasing pada PT PT. Swadharma Surya Finance, serta menganalisa secara singkat mengenai mekanisme dan prosedur leasing itu sendiri dari segi hukum posif dan hukum islam. Tidak atau bukan membahas akad IMBT serta peralihan kepemilikan yang akan digunakan dalam pembiayaan tersebut. 5. Puspita Sari Juniati, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. “Konsep dan Aplikasi Ijarah dan IMBT; Stusi Kasus di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug”. Penelitian ini menggunakan library and field research, dimana menghasilkan penelitian mengenai proses analisa akad serta pengikatan objek yang dibiayai oleh BPRS itu sendiri serta mekanisme prosedural yang dilakukan BPRS dalam sistem pembiayaan Ijarah dan IMBT, juga kebijakan yang akan dilakukan oleh BPRS itu sendiri pada nasabah yang melakukan wanprestasi pada pembiayaan yang menjadi tanggung jawab nasabah tersebut.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini membahas tentang konsep dan aplikasi peralihan kepemilikan pada IMBT; studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim). Yang
dimana
akan
membahas
mengenai
pelaksanaan
peralihan
kepemilikan dalam IMBT serta kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada perbankan syariah khususnya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim, yaitu sebuah perbandingan dalam rangka membantu kemajuan pembiayaan IMBT di perbankan syariah. E. Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah: 4 Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu
4
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Rajawali Press, Jakarta, 2002), h.18-19.
mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu” 5 . 2.
Pendekatan Penelitian Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian langsung
pada mekanisme dan prosedur
pembiayaan IMBT PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim dalam rangka menganalisa perbandingan mekanisme peralihan kepemilikan dalam IMBT pada kedua Bank tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen. 3.
Jenis Data dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang 6 . Serta menggunakan dua sumber data yaitu :
5
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Press, Jakarta, 2004, h. 22. 6 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. h. 51.
a. Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Bank yang kompeten dan ahli mengenai mekanisme dan prosedur IMBT pada Bank tersebut. b. Sumber Data Sekunder Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data.
Data
yang
diperoleh
dari
literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini. 4.
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Penelitian kepustakaan ( library research ) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi terdahulu,
majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini. b. Penelitian Lapangan ( field research ) Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, Yaitu dua Bank yang telah disebutkan yang memiliki produk pembiayaan IMBT tersebut yaitu PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim, sehingga dapat mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Penulis juga menggunakan teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas. 5.
Teknik Pengolahan Data a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui library research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan. b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.
6.
Teknik Penulisan Adapun
teknik
penulisan
dalam
penulisan
skripsi
ini
adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI, bab ini membahas tentang Sewa Menyewa (Ijarah) yang meliputi Pengertian, Rukun dan Syarat, Sifat Akad, Macam-macam Ijarah serta Berakhirnya Akad Ijarah. Juga membahas ijarah muntahiyyah bi tamlik (IMBT) yang meliputi Pengertian, Bentuk
dan Aplikasi Dalam
Perbankan serta Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi. Juga mengenai Kombinasi Skema Akad IMBT mengenai skema Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir masa sewa dan skema Al-Hibah’ wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir masa sewa.
BAB III
GAMBARAN UMUM, bab ini membahas sekilas tentang profil singkat dari kedua bank yaitu (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim), yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur Organisasi, Kepemilikan Saham serta Budaya Kerja.
BAB IV
KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI
KOMPARATIF
(BANK
MUAMALAT
INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH) yang meliputi Mekanisme Bittamlik
dan
Prosedur
(IMBT).
Serta
transaksi membahas
Ijarah
Muntahiyah
mengenai
Analisa
Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT), serta alasan ketidakaplikatifan model akad Hibah dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada kedua bank yaitu; Bank Muamalat Indonesia dan Bank DKI Syariah. BAB V
PENUTUP yaitu merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.
16
BAB II PEMBAHASAN
A. Sewa Menyewa (Ijarah) 1. Pengertian Ijarah Lafal al-Ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau (imbalan). Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa,kontrak, atau menjual jasa perhotelan dan lain-lain. 1 Definisi akad Ijarah adalah pemanfaatan sesuatu yang dikehendaki dan diketahui, dengan memungut imbalan uang sewa yang ditemukan, dan penyewa boleh menggantikan pemanfaatan tersebut kepada orang lain. 2 Menurut Nasrun Haroen dalam bukunya “Fiqh Muamalah” sewa menyewa secara terminologi, ada beberapa definisi al-Ijarah yang dikemukakan para ulama fiqh. a. Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan transaksi suatu manfaat dengan imbalan. b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikannya dengan transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan imbalan tertentu. 1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) hal. 228 Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, ifayatul akhyar 2, (Surabaya : PT. Bima Ilmu Offset 1999) cet ke-1 hal.184 2
16
17
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan. Menurut Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya “ Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan” al-Ijarah adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikiti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. 3 Dalam bukunya Sutan Remy Sjahdeini, mengatakan bahwa Ijarah dalam konteks perbankan Islam adalah suatu lease contract di bawah mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment), sebuah bangunan atau barang-barang, seprti mesin-mesin, pesawat terbang, dan lain-lain, kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge). 4 Ijarah serupa dengan kegiatan leasing dalam sistem keuangan tradisional. 5 Yaitu, dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset yang sebelumnya telah dibeli oleh bank kepada nasabahnya untuk jangka waktu tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka.
3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkiya institute 1999) hal. 181 4 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70 5 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70
18
Dalam pelaksanaannya, bank dapat membeli barang dari pemasok barang dengan pemberian fasilitas bai’salam kepada pemasok barang. Pada perjanjian ijarah, seperti halnya pada leasing yang diberikan oleh lembaga pembiayaan tradisional, pada akhir perjanjian ijarah barang yang disewa itu kembali kepada pihak yang menyewakan barang, yaitu bank. Pada perjanjian ijarah sepanjang masa perjanjian ijarah tersebut kepemilikan atas barang tetap berada pada bank. Setelah barang kembali pada akhir masa ijarah, bank dapat menyewakannya kembali kepada pihak lain yang berminat atau menjual barang itu dengan memperoleh harga atas penjualan barang bekas (second hand) tersebut. 6 2. Landasan Hukum Al-Ijarah Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun landasan hokum Ijarah adalah sebagai berikut: 1) Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:
☺ ☺ ☺ ⌫ ⌧ ⌫
6
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70
19
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” 2) Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:
☺
⌧
⌧ ☺ ⌧ ☺ ☺ “…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” 3) Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26
20
☺
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’” 4) Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
ﻋ َﺮ ُﻗ ُﻪ َ ﻒ ﺠ ﱠ ِ ﻞ َأنْ َﻳ َ ْﺟﻴْ َﺮ َأﺟْ َﺮ ُﻩ َﻗﺒ ِﻷ َ َْأﻋْﻄُﻮا ا. “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” 5) Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
ﺟﻴْﺮًا َﻓﻠْ ُﻴﻌِْﻠﻤْ ُﻪ َأﺟْ َﺮ ُﻩ ِ ﺟ َﺮ َأ َ ْﻦ اﺳْ َﺘﺄ ِ َﻣ. “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.” 6) Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa. 7) Kaidah fiqh: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
ﺢ ِ ﺐ اﻟْ َﻤﺼَﺎِﻟ ِ ْﺟﻠ َ ﻋﻠَﻰ َ ٌﺳ ِﺪ ُﻣﻘَ ﱠﺪم ِ َدرْ ُء اﻟْ َﻤﻔَﺎ “Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.” 3. Rukun dan Syarat Ijarah Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa). 7 Jumhur Ulama mngemukakan bahwa ijarah mempunyai tiga rukun umum dan 7
Dewan Sya’riah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, (Jakarta : PT. Intermasa) Edisi ke-2
21
enam rukun khusus. 8 Pertama adalah sighat (ucapan) yaitu pernyataan niat dari dua pihak yang berkontrak, baik secara verbal maupun secara tulisan. Pernyataan tersebut berupa tawaran (ijab) dari pemilik asset dan penerimaan (qabul) yang dinyatakan oleh penyewa. Kedua adalah pihak yang berakad atau berkontrak yang terdiri dari pemberi sewa (lessor-pemilik asset) serta penyewa (lessee-pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan asset). Dimana orang yang boleh melakukan kontrak ijarah adalah yang baligh dan berakal sehat, serta orang yang berkompeten. Yaitu, orang-orang yang mempunyai kualifikasi dalam menggunakan uang. 9 Ketiga adalah objek kontrak yang terdiri dari pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset, bukan asset itu sendiri. Manfaat harus bisa dinilai dan memang dimungkinkan untuk dilaksanakan dalam kontrak. Penyewaan mobil mogok atau rusak permanen untuk dipakai sebagai kendaraan, jelas tidak dibenarkan. Rukun dan syarat ijarah menurut fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000 yaitu, sebagai berikut : 1) Pernyataan ijab dan qabul.
8
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal. 156 9 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal. 157
22
2) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri atas pemberian sewa (lessor, pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari pengguna asset, nasabah). 3) Objek kontrak; pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset. 4) Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan buan asset itu sendiri. 5) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah). 4. Sifat Akad Ijarah Ulama fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah mngenai mengikat kedua belah pihak atau tidak. Mazhab Hanafi berpndapat bahwa sebuah kontrak ijarah boleh dibatalkan sepihak kalau ada alas an yang kuat dan sangat substansial. 10 Seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hokum. Jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak bisa dimanfaatkan. Perbedaan ini dapat 10
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal.162
23
dilihat dari satu kasus yang terjadi. Apabila diantara dua orang yang berakad itu meninggal dunia salah satu dari keduanya, menurut Mazhab Hanafi akad ijarah akan batal. Pembatalan kontrak dengan sewa dengan alasan yang kuat dibenarkan dengan pertimbangan salah satu yang memiliki alas an kuat itu akan dirugikan oleh sesuatu yang ia tidak setujui dalam kontrak. 11 Maka pembatalan kontrak dalam kondisi seperti ini dimaksudkan untuk mencegah salah satu pihak menderita kerugian secara terpaksa. Akan tetapi, Jumhur ulama mengatakan bahwa manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh sebab ini, kematian salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah. 12 5. Macam-macam Ijarah Berdasarkan objeknya ijarah terdiri dari dua macam, yaitu : 13 a. Ijarah dimana objeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah dan lain-lain. Apabila manfaat itu manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka boleh dijadikan objek sewa menyewa. b. Ijarah dimana objeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang. Ijarah semacam ini dibolehkan apabila jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, supir taksi, jasa guru dan lain-
11
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal.163 12 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid 6, hal. 662 13 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 44
24
lain. Ijarah seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti menggaji seorang pembantu rumah tangga. Ada juga yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau sekelompok yang menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak, seperti buruh pabrik, tukang jahit dan lain-lain. Kedua bentuk ijarah terhadap pekerjaan ini menurut ulama fiqh hukumnya boleh. 14
Pendapatan yang diterima dari transaksi ijarah ini disebut
ujrah, yaitu imbalan yang diperjanjikan dan dibayar oleh pengguna manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya. Dari Abu Said, Rasulullah SAW bersabda, “ Bila kamu menyewa seseorang pekerja harus memberitahu upahnya.” (HR. an-Nasa’i). 15 6. Berakhirnya Akad Ijarah Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir apabila:
a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan hilang.
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir. apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya. Kedua 14
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2004) ed, ke-1, cet ke-2, hal 236 15 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 45
25
hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.16
c. Menurut uiama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad al-Ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-Ijarah tidak bata! dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat, menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
d. Menurut Ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka akad al-Ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akad al-Ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumurdisuatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan akad al-Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
B.
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) 16
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi hukum Islam, (Jakarta; Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996) jilid 6. Hal 663
26
1. Pengertian ijarah muntahiyyah bittamlik (IMBT) Banyak persepsi mengenai definisi dari istilah al-ijarah almuntahiyah bittamlik (IMB) yaitu, M. Syafi’I Antonio dalam bukunya mengatakan bahwa al-ijarah al-muntahiyah bittamlik (IMB) adalah sebuah istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu. Definisinya: Istilah ini tersusun dari dua kata; a. at-ta’jiir / al-ijaaroh (sewa) b. at-tamliik (kepemilikan) Pertama: at-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr ,yaitu imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala.Adapun al-ijaaroh: nama untuk upah, yaitu suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan. Kedua: at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang lain memiliki sesuatu. Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti atau tidak. Sebagaimana ungkapan di bawah ini : Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti maka ini adalah jual beli. Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti maka disebut persewaan.
27
Jika kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti maka ini adalah hibah/pemberian. Adapun jika kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa adanya ganti maka disebut pinjaman. Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi “al ijarah al muntahia bit tamlik” (persewaan yang berujung kepada kepemilikan) yang terdiri dari dua kata tersebut adalah; kepemilikan suatu manfaat (jasa) berupa barang yang jelas dalam tempo waktu yang jelas, diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang yang bersifat khusus dengan adanya ganti yang jelas. Ungkapan
“ kepemilikan
suatu
manfaat
(jasa)”,
bermakna
ijaaroh/sewa menyewa. Sedangkan, Ungkapan “diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang”, ini bermakna jual beli. Maka ini yang disebut persewaan yang berujung kepada kepemilikan (al ijarah al muntahia bit tamlik). Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Alba’i merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan
28
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode, sehingga transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa. 17 Dalam
Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
(DSN)
No.7/DSN-
MUI/III/2002 al-ijarah al muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa beli yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang di sewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa. Selain fatwa DSN, BI juga mengatur hal tentang akad produk bank syariah di Indonesia. PBI 7/46/PBI/2005 telah menetapkan syarat untuk berbagai produk perbankan syariah, baik berupa penghimpunan maupun penyaluran dana. Di bidang penghimpunan dana, telah diatur simpanan yang bersifat titipan, yakni: Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah. Juga simpanan yang bersifat investasi, yakni: Giro Mudharabah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah. Di bidang penyaluran dana, PBI dimaksud telah mengatur di Bagian Kedua – Penyaluran Dana (Pasal 6 – 18 PBI 7/46/PBI/2005): Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bit Tamlik, dan Qardh. Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya mengatakan bahwa transaksi
17
IMBT
merupakan
pengembangan
transaksi
ijarah
untuk
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, (Gema Insani Press:Jakarta) 2001 Hal. 48
29
mengakomodasi kebutuhan pasar. Sehingga ketentuannya mengikuti ketentuan Ijarah. 18 Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula dalam akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik. Pihak yang melakukan alijarah al-muntahiyah bittamlik harus melaksanakan akad ijarah sampai selesai terlebih dahulu, sebelum melakukan akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian (hibah). Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik harus disepakati ketika akad ijarah
ditandatangani. Janji pemindahan
kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat, jika ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai. 19 2. Bentuk IMBT Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) memiliki banyak bentuk, tergantung apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak. 20 Dalam Ijarah
18
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 48 19 HB. Tamam Ali, dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai Perspektif dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difatwakan, (Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), TT ) hal. 171 20 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan, ( Jakarta : Tazkiya Institute, 1999) cet ke-1, hal. 182
30
Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini : 21 1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. 2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewaakan tersebut pada akhir masa sewa. Kedua cara pemindahan hak milik ini terjadi secara bertahap selama periode sewa, yaitu ketika dilakukannya pembayaran cicilan selama periode sewa. Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan al ijarah biasa. 3. Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi Manfaat dan transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang munkin terjadi dalam alijarah adalah sebagai berikut: 22 Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
21
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, (Gema Insani Press:Jakarta) 2001 Hal. 48 22 Abdul Manan, Ekonomi Islam teori dan praktek,s (PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997 Hal. 145
31
Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah,
terutama
bila
disebutkan
dalam
kontrak
bahwa
pemeliharaan harus dilakukan oleh bank Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah Adapun manfaat dari transaksi al-ijarah al muntahiyah bittamlik yang diterima pihak nasabah adalah 23 Nasabah dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. Nasabah dapat terbantu dalam menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (sektor konsumtif). Adapun risiko yang mungkin dihadapi nasabah dalam al-ijarah al muntahiyah bittamlik ini adalah tidak berbeda dengan yang di alami oleh bank. Karena nasabah kerap memiliki masalah dalam hidupnya. Maka nasabah harus memanajemen keuangan yang ia miliki agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
C.
Kombinasi Skema Akad IMBT 23
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari`ah. (Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, yogyakarta, 2005) Hal. 19
32
1.
Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir masa sewa. Dalam IMBT ini bank syariah menawarkan skim ijarah with promise
to sell (dengan janji untuk menjual barang). Pada skim ini, bank membeli terlebih dahulu objek pembiayaan kepada pemasok (suplier) secara tunai. Bank kemudian menyewakan objek tersebut kepada nasabah untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan akad ijarah. Pada akhir masa sewa, nasabah akan diberikan opsi (pilihan) untuk membeli atau mengakhiri sewa begitu saja. Apabila nasabah memilih untujk membeli objek dimaksud, bank dapat menjualnya senilai harga buku ataupun nilai tertentu sesuai perhitungan bank. Dengan demikian, harga objek dimaksud dengan harga penjualan menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Penentuan harga bank sesuai dengan kebijakan bank. Namun, sebagai acuan bank dapat menentukan harga sewa dengan rumus; 24 Harga Sewa
= HBO – RV + KYD
Dimana;
24
HBO
= Harga Beli Objek
RV
= Residuel Value (Nilai Sisa)
KYD
= Keuntungan yang Diharapkan
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 69
33
Pada akhir masa periode sewa, bank akan merealisasikan promise to sell dimana bank bertindak selaku penjual. Sebagai bagian dari pelayanan, bank dapat menawarkan sistem pembayaran tangguh atau cicilan maupun tunai. Skema Skim Ijarah dengan janji untuk menjual barang 7.Realisasi Promise to Sell
1.spesifikasi Barang
2. Spesifikasi Barang
4. Akad Ijarah
Bank
Nasabah
Pemasok
3. Bayar tunai 5. Pengiriman Barang
6.Pembayaran Sewa secara Tunai, Cicil atau Tangguh
Contoh perhitungan Bank : Harga Beli Mobil
= Rp 120.000.000
Residuel Value
= Rp 120.000.000 x 60% = Rp 72.000.000
Penyusutan
= 5 tahun (untuk kendaraan) = 20% pertahun
Penyusutan untuk 2 tahun
= 20% x 2 x Rp 120.000.000 = Rp 48.000.000
Keuntungan yang diharapkan
= Rp 120.000.000 x 12%/th x 2
th = Rp 28.800.000
34
Harga sewa
=
Rp
120.000.000
–
Rp
=
Rp
76.800.000 (untuk 2
72.000.000 + Rp 28.800.000 tahun) Angsuran sewa per bulan
= Rp 76.800.000/24 = Rp
3.200.000
(catatan : 1. Residual Value dapat dianggap sebagai nilai opsi beli) 2.Uang Muka dalam sewa tidak dikenal) Skim untuk nasabah: Jenis fasilitas
: Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB) with
promise to sell Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 28.800.000 Angsuran sewa selanjutnya
: Rp 3.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa
: Rp 72.000.000
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 9 bulan pertama yakni sebesar Rp 24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka. 2.
Al-Hibah’ wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir masa sewa. Selain menggunakan prinsip Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) with
Promise to sell (janji untuk menjual barang), bank juga menawarkan skim
35
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) dengan hibah. Pada skim ini bank membeli terlebih dahulu objek yang diinginkan oleh nasabah dari suplier. Objek tersebut kemudian di ijarahkan kepada nasabah dengan menggunakan skim IMBT. Pada akhir masa sewa, bank akan menghibahkan barang dimaksud kepada nasabah sehingga terjadi proses perpindahan kepemilikan dari bank kepada nasabah. Pada skim ini, angsuran dipastikan telah meliputi seluruh harga pokok barang dimaksud. 25 Contoh : Perhitungan Bank: Harga Beli Mobil oleh Bank
= Rp 120.000.000
Residual value
= Rp 0
Keuntungan yang diharapkan bank
= Rp 120.000.000 x Rp 12%/th x 2
th = Rp 28.800.000 Harga sewa
= Rp 120.000.000 + Rp 28.800.000 = Rp 148.000.000 (untuk 2 th)
Angsuran sewa per bulan
= Rp 148.000.000/24 = Rp 6.200.000
(catatan: uang muka dalam sewa tidak dikenal) Skema Skim IMBT dengan Hibah 7.Realisasi Hibah & Perpindahan Kepemilikan
25
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 68
36
1.Spesifikasi Barang
4.Akad Ijarah
Nasabah
2. Spesifikasi barang
Bank
6.Bayar Sewa
Suplier
3.Bayar Tunai
5.Pengiriman Barang
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 4 bulan pertama yakni sebesar Rp 24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka. Skim untuk nasabah: Jenis fasilitas
: Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB)
dengan Hibah Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 24.800.000 Angsuran sewa
: Rp 6.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa
: Barang dihibahkan
IMBT dengan hibah ini adalah kondisi dimana bank menyewakan manfaat sewa atas asset yang bukan miliknya kepada pihak lain, dan diakhiri
37
dengan perpindahan kepemilikan secara hibah di akhir masa sewa. Dalam kondisi ini yang diijarahkan adalah manfaat obyek bukan obyek itu sendiri. 26
26
Ibid. hal. 86
37
BAB III GAMBARAN UMUM
A. PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk A.1. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk, didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
37
38
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
39
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga
40
pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).1 A.2. Visi dan Misi Adapun Visi dari Bank Muamalat ini adalah; Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. Serta Misi dari Bank Muamalat Indonesia ini adalah; Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen
dan
orientasi
investasi
yang
inovatif
untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.2
1
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk http:// www. Muamalatbank .com/ index.php /home/about/profile, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010 2 PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk http:// www. Muamalatbank .com/ index.php/ home/ about/visi_misi, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
41
A.3. Budaya Corporate
Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga) adalah lawan kata dari terrestrial ( yang berhubungan dengan bumi). Mengapa dalam konsep ini digunakan kata Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga)? Tak lain adalah untuk mengingatkan bahwa apapun yang kita perjuangkan hari ini sesungguhnya memiliki konteks yang lebih luas, jangka panjang, yaitu: hidup yang sejati barulah dimulai pada saat nafas terakhir terhembus. Itulah saat ketika kenisbian beranjak menuju keabadian. Namun, konsep ini bisa saja ada yang tidak menyepakatinya. "Bagaimana mungkin kebinasaan dinisbatkan dengan kehidupan? Bukankah ini bertolak belakang? Ini tak lain merupakan pandangan yang terlampau sulit untuk dimengerti oleh rasionalitas yang kita miliki. Bukankah kematian adalah akhir segala-galanya?" Begitu, kurang
42
lebih, kritik yang disampaikan oleh mereka yang tak sependapat. Argumen para penentang keabadian hidup ini, rupanya, telah pula ditunjukkan Allah SWT di dalam al-quran :"Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi" (QS 23:37). Padahal, siapapun yang menggunakan akal sehatnya dengan baik, akan menemukan realitas ini. Alam semesta menjadi fakta yang sangat jelas terpampang, bahwa dunia ini adalah bukan bagian terbesar dari kehidupan kita. Ada kekuatan matahari dengan trilyunan megawatt tenaga listriknya. Bukan hanya satu di semesta ini. Pengetahuan moderen menunjukkan adanya jutaan bahkan milyaran matahari dalam tatasurya yang berbeda, di mana matahari kita hanya satu dari milyaran itu. Begitu luas dan luar biasa. Dan manusia hanyalah laksana virus-virus teramat kecil yang menempel dan berputar bersama putaran tata surya dan alam semesta. Dunia, tempat manusia hidup, bukanlah segalanya. Ia hanyalah noktah kecil di tengah jagat raya. Kerananya, tak lagi terpungkiri fakta yang ada di alam semesta ini memastikan bahwa terrestrial is not comparable ( tidak sebanding) to celestial. Bahwa dunia tidak sebanding dengan kebesaran alam semesta. Dengan kata lain, perjuangan untuk menguasai dunia dengan menggunakan pendekatan duniawi semata tak akan pernah menjadikan kita terpuaskan. Semua perjuangan hendaknya menjadi bagian utuh dari implementasi celestial values di wilayah terrestrial. Semuanya berujung pada pencapaian kesempurnaan pengabdian
43
kepada Sang Pencipta. Itulah sebabnya segala sesuatu, termasuk di dalam bisnis, selayaknya berada dalam konteks etika ilahiyah. Dan Celestial Management berupaya untuk menjadi bagian solusi atas pengelolaan kehidupan berogranisasi di bola dunia yang nisbi ini dengan pendekatan keabadian, ilahiyah. Tiga Ranah Kehidupan Celestial Management, dalam konsep intinya, membagi kehidupan manusia dalam 3 (tiga) ranah utama. Masing-masing akan menjadi pendorong bagi terciptanya ranah lainnya. Pertama adalah bahwa kehidupan ini merupakan a place of Worship (tempat beribadah). Kehidupan dengan segala pernik aktivitas dan kerja yang kita lakukan merupakan tempat penyembahan (baca: ibadah) bagi manusia. Dan tak ada satupun alasan bagi kita untuk melakukan sesuatu yang berada di luar konteks ini. Kita melakukan segalanya sebagai bagian pengabdian kepada suatu cita-cita atau tujuan yang jauh lebih besar dari hidup itu sendiri. Kedua adalah bahwa kehidupan ini sebagai a place of Wealth (tempat kekayaan). Kita ditugasi oleh Sang Pencipta untuk menciptakan, memelihara, dan mendistribusikan kemakmuran atas nama keadilan dan kemanusiaan. Eksplorasi sumber-sumber kemakmuran hendaknya ditujukan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan yang semakin efektif. Jika kita tak mampu melakukannya, maka kita akan masuk pada ranah ketiga, yaitu kehidupan sebagai a place of Warfare (tempat berperang). Dalam hidup keseharian, warfare merupakan sebuah keniscayaan. Setiap saat manusia berhadapan dengan musuh-musuh yang harus ditundukkan.
44
Kalaulah ia tidak memerangi orang lain, paling tidak, setiap waktu manusia berupaya untuk memerangi dan menundukkan dirinya sendiri. Berusaha mengatasi kemalasan, kurangnya pengetahuan, tingkat kompetitif yang rendah, dsb merupakan contoh kongkrit atas penaklukan tak pernah henti. 3
3
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/budaya_korporasi, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
45
A.4. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
B. Bank DKI Syariah B.1. Sejarah Singkat Perseroan pertama kali didirikan di Jakarta dengan nama “PT Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya” sebagaimana termaktub dalam akta Perseroan Terbatas Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya (PT Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya) No. 30 tanggal 11 April 1961 dibuat
46
oleh dan dihadapan Eliza Pondaag S.H., Notaris di Jakarta, yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. J.A.5/31/13 tanggal 11 April 1961 dan telah didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 1274 tanggal 26 Juni 1961 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 206 Berita Negara Republik Indonesia No. 41 tanggal 1 Juni 1962. Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang- Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, kedudukan hukum Perseroan diubah dan dialihkan dari Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Jakarta Raya menjadi Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah, Jakarta - DKI No. 6 Tahun 1978 tanggal 21 Agustus 1978 tentang Bank Pembangunan Daerah Jakarta (BPD Jaya) yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Pem.10/87/1-858-sk. tanggal 5 Desember 1978 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 12 Tahun 1979 Seri D No. 11 tanggal 2 Mei 1979 serta sebagaimana Peraturan Daerah No. 1 tahun 1993 tanggal 15 Januari 1993 dengan merubah modal dasar dari sebesar Rp50.000.000.000 menjadi sebesar Rp300.000.000.000 sampai dengan tanggal 5 Mei 1999 dan sejak tanggal 6 Mei 1999 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan modal dasar sebesar Rp700.000.000.000. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 1 tahun 1999 tanggal
47
1 Pebruari 1999 dengan Akta yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Harun Kamil, S.H., No. 4 tanggal 6 Mei 1999 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-8270.HT.01.01.Th. 99 tanggal 7 Mei 1999. Tanggal 4 Juni 1999, diumumkan dalam Berita Negara No. 45, Tambahan No. 3283. Ruang lingkup kegiatan Bank adalah untuk menjalankan aktivitas umum perbankan. Pada tanggal 30 Nopember 1992, Bank memperoleh ijin untuk melakukan aktivitas sebagai Bank Devisa berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No. 25/67/KEP/DIR. Pada bulan Maret 2004, Bank mulai melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah berdasarkan Surat Bank Indonesia No.6/39/DpbS, tanggal 13 Januari 2004 tentang prinsip pembukaan kantor cabang syariah Bank dalam aktivitas komersial Bank. Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, dan yang terakhir berdasarkan Akta No. 101 yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Ny Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta pada tanggal 28 September 2007 tentang Penambahan Modal Dasar menjadi Rp1.500.000.000.000 dan peningkatan Modal Disetor yang telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. C-04111.HT.01.04 Tahun 2007 tanggal 22 Nopember 2007. Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 26 April 2010, Struktur pemegang saham Bank DKI saat ini adalah 99,83% (Rp610.159.000.000) dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta, sedangkan 0,17% (Rp1.000.000.000) dimiliki
48
oleh PD Pasar Jaya. Konsistensi pertumbuhan kinerja untuk meraih kepercayaan masyarakat melalui inovasi produk dan jasa perbankan, peningkatan kualitas pelayanan, implementasi tata kelola perusahaan yang dipadu dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi fokus Bank DKI yang berdiri sejak 11 April 1961. Visi menjadi yang terbaik dan membanggakan dan misi sebagai bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional diawali dengan membangun budaya kerja yang digali dari nilai-nilai intern yang positif guna menghasilkan sumber daya manusia yang berbasis human capital yang mempunyai perilaku KTPPDKI (komitmen, teamwork, professional, pelayanan, disiplin, kerja keras dan integritas). Bank DKI memfokuskan kegiatan usahanya pada empat segmen utama yang memberi peluang pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu segmen perbankan konsumer, segmen perbankan komersial dan segmen perbankan KPR dan UMKM, serta perbankan syariah. Segmen perbankan konsumer memberikan Bank DKI niche market berupa guru lebih dari 200.000 nasabah, pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berjumlah lebih dari 100.000 orang selain pengembangan produk JakCard yang berkesinambungan, antara lain sebagai alat bayar Busway, kartu bayar pada jaringan Indomaret, dan nantinya dapat dipergunakan untuk pembayaran tiket
49
transportasi di Kereta Api Listrik yang menghubungkan Jakarta dengan beberapa kota satelitnya. Ke depan, JakCard akan dapat digunakan sebagai alat pembayaran semua moda transportasi se-DKI-Jaya. Segmen perkembangan komersial menitikberatkan pada pembiayaan segmen pekerjaan umum dan pengembangan infrastruktur, khususnya di wilayah DKI Jaya, merupakan bisnis inti Bank DKI sebagai Bank Pembangunan Daerah. Segmen Mortgage & Housing memfokuskan pada pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat baik primary house maupun secondary mortage serta kredit program kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu, juga melayani sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan merupakan wujud komitmen Bank DKI dalam mendukung program pembangunan DKI Jaya yang juga mencakup
upaya
pemberdayaan
perekonomian
masyarakat
melalui
pengembangan sektor UMKM. Segmen perbankan syariah melayani kebutuhan masyarakat akan manfaat pelayanan perbankan yang berbasiskan syariah Islam, sekaligus juga mengisi salah satu segmen perbankan yang tumbuh secara pesat dalam beberapa tahun ini. Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, Bank DKI terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan.4
4
PT. Bank DKI, http:// www. bankdki. co.id/ index.php? option= com_content & view=article&id=1&Itemid=3, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
50
B.2. Visi dan Misi 5 VISI : "Menjadi Bank Terbaik Yang Membanggakan" _Bank Terbaik: • Memiliki kinerja terbaik diantara bank sekelasnya (Menurut Kriteria Permodalan API). • Menjadi bank jangkar yang terbaik. _Yang Membanggakan: • Memiliki kinerja dan reputasi yang baik dan menjadi pilihan utama nasabah dan stakeholder lainnya. • Memberikan deviden dan kontribusi yang tinggi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. • Karyawan memiliki jalur karir yang jelas dan kesejahteraan yang baik. MISI : "Bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan andalanPemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional." _Berkinerja Unggul: • Berkinerja baik sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan otoritas lainnya 5
PT. Bank DKI http:// www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_content & view = article&id= 9&Itemid=20, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
51
• Mampu mengelola risiko dengan memperhitungkan kecukupan modal (capital charge) • Tumbuh progresif dan berkelanjutan • Memiliki keunggulan bersaing dalam produk dan layanan _Mitra Strategis Dunia Usaha: • Meningkatkan kepercayaan mitra bisnis untuk tetap bekerjasama • Memberikan solusi kepada nasabah dengan prinsip saling menguntungkan • Memberikan nilai tambah kepada nasabah dalam produk dan layanan bank _Mitra Strategis Masyarakat: Customer centric, antara lain; • Berorientasi pada kebutuhan nasabah (sistem prosedur, produk, layanan) • Aktif membangun hubungan baik dengan nasabah • Bank pilihan masyarakat • Peka terhadap perubahan dan kebutuhan masyarakat • Memberikan/menjadi sumber informasi yang berguna dalam produk dan layanan bank _Andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: • Menjadi bank pilihan utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengelolaan keuangan • Memberikan kontribusi deviden tertinggi diantara perusahaan daerah/BUMD sesuai kesepakatan dengan pemegang saham
52
• Mendukung program-program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara profesional • Berperan aktif membantu pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya • _Memberi Nilai Tambah Bagi Stakeholder: • Menjadikan produk dan layanan yang berkualitas dengan biaya yang efisien • Menyelaraskan program tanggung jawab sosial perusahaan Bank DKI dengan program program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta • Meningkatkan
kesejahteraan
bagi
karyawan
dan
pengurus
secara
berkesinambungan • Memenuhi semua kewajiban hukum dan kesepakatan dengan baik _Pelayanan Terpadu: • Menyediakan produk dan layanan yang lengkap dengan dukungan Teknologi Informasi yang unggul • Memberikan layanan yang efektif dan efisien dengan risiko yang dapat diterima • Cepat dan tanggap dalam menangani pengaduan nasabah dan memberikan solusi beragam termasuk cross selling secara profesional • Memiliki karyawan yang terlatih dengan kemampuan untuk memberikan informasi yang berkualitas
53
_Profesional: • Memiliki kompetensi (skill dan knowledge) dan integritas yang tinggi • Memiliki standar kompetensi dan etika yang tinggi • Mendahulukan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi
B.3. Budaya Perusahaan Dengan visi dan misi yang baru, telah terformulasikan rumusan nilainilai budaya kerja yang digali dari proses internalisasi yang menjadi Panduan bagi seluruh karyawan Bank DKI sekaligus sebagai Code of Conduct. 6 KTPP DKI = Komitmen - Teamwork - Profesional - Pelayanan Disiplin - Kerjakeras – Integritas 9 Komitmen Menjunjung tinggi nilai-nilai yang disepakati dan bertanggung jawab dengan sepenuh hati. Panduan Perilaku: •
Memegang teguh dan berupaya keras untuk mencapai target
•
Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung-jawab
•
Dapat dipercaya dalam mengemban setiap pekerjaan dengan benar
• 6
Menjalankan tugas mengikuti aturan yang berlaku
PT. BANK DKI http://www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_ content & view= article&id=61 &Itemid=61, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
54
•
Menindaklanjuti setiap masalah yang menjadi tanggungjawab saya dan memastikan penyelesaiannya hingga tuntas
9 Teamwork Kerjasama yang dilandasi semangat saling menghargai dan menghormati untuk mencapai hasil yang terbaik. Panduan Perilaku: •
Bersedia mendengar dan menghargai pendapat orang lain
•
Tidak memaksakan kehendak atau pendapat pribadi
•
Aktif memberi saran, pendapat untuk keberhasilan tim
•
Berpikir positif
•
Bersedia bekerja dengan penuh keikhlasan, tanggung jawab dan dedikasi
9 Profesional Menjalankan tugas sesuai dengan keahlian, keterampilan dan pengetahuan di bidangnya untuk mencapai kinerja terbaik dengan tetap menjunjung tinggi kode etik bankir. Panduan Perilaku: •
Bekerja efektif dan efisien
•
Inovatif dan kreatif
•
Selalu belajar untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan keahliannya
•
Positif thinking
55
•
Berwawasan luas dan pandangan jauh ke depan
•
Bekerja berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent)
9 Pelayanan Memberikan layanan terbaik kepada seluruh nasabah dengan sikap ramah, sopan, tulus dan rendah hati sehingga dapat memberikan kepuasan. Panduan Perilaku: •
Senyum Salam Sapa
•
Mendengarkan dengan sepenuh hati untuk memahami kebutuhan nasabah
•
Memberikan layanan dengan sigap, cepat dan akurat
•
Siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan layanan
9 Disiplin Melaksanakan tugas secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat manfaat. Panduan Perilaku: •
Tepat waktu
•
Bertindak sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku dengan penuh tanggung jawab
•
Melaksanakan rencana yang telah ditetapkan
•
Menggunakan sarana dan prasarana kantor sebagaimana mestinya
56
9 Kerja Keras Melaksanakan tugas dengan segala upaya untuk mencapai hasil yang terbaik. Panduan Perilaku: •
Pantang menyerah untuk mencari solusi yang lebih baik
•
Menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang terbaik
•
Selalu bersemangat untuk memberikan hasil yang lebih baik
•
Tidak cepat puas atas hasil yang dicapai
•
Rela mengorbankan kepentingan pribadi demi tercapainya kepentingan perusahaan
9 Integritas Membangun kepercayaan dengan kejujuran, tanggung jawab, moral, serta satu kata dengan perbuatan Panduan Perilaku: •
Berani menyatakan fakta apa adanya secara transparan dan jujur dengan tetap menjaga rahasia bank dan perusahaan
•
Menjunjung tinggi kebenaran sesuai dengan kode etik banker
•
Melaksanakan tugas dengan ikhlas
•
Bersikap terbuka dalam mengungkap gagasan dan pendapat
•
Mencintai pekerjaan dan menjaga citra bank
57
B.4. Tata Kelola Perusahaan Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta mencapai visi Bank DKI untuk menjadi bank terbaik dalam kelasnya yang dapat dibanggakan oleh seluruh pemangku kepentingan, Bank DKI terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan. Prinsip-prinsip dasar pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Bank DKI merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 dan No. 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta Undang Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maupun ketentuan lainnya yang mengatur hal tersebut. 7 Guna mencapai tingkat penerapan GCG secara maksimal, Bank DKI berpedoman pada prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan operasional perbankan. Prinsip-prinsip GCG yang secara umum dikenal dengan akronim TARIF dijabarkan sebagai berikut:
7
PT BANK DKI http:// www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_content & view=article&id = 64&Itemid=65, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
58
_Transparency Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan dalam proses pengambilan keputusan. _Accountability Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaan berjalan efektif. _Responsibility Kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. _Independent Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. _Fairness Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank DKI sangat concern dalam meningkatkan efektivitas fungsi manajemen risiko melalui upaya penerapan Enterprise Risk Management (ERM), yang bekerja sama dengan D'lloyd. ERM merupakan suatu pengelolaan risiko perusahaan secara menyeluruh dan terintegrasi, yang me-nyelaraskan visi dan misi dengan strategi pemilihan risk appetite dan risk tolerance serta tindakan mitigasi yang akan dilakukan, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.
59
B.5. Struktur Tata Kelola Perusahaan 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Sesuai dengan Anggaran Dasar Bank DKI, RUPS merupakan elemen tertinggi dalam struktur pengelolaan perusahaan. RUPS membahas dan menghasilkan keputusan penting atas masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi oleh Bank DKI. Di dalam RUPS tersebut juga dibahas dan diputuskan beberapa hal, diantaranya adalah menerima dengan baik atau menolak laporan pertanggungjawaban Dewan Komisaris atau Direksi, memilih dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta mengevaluasi kinerja dari masingmasing anggota Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS diselenggarakan setidaknya sekali dalam setahun. Selain RUPS, atas permintaan pemegang saham, Bank DKI dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). 2. Dewan Komisaris Dewan Komisaris diangkat oleh pemegang saham melalui RUPS. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing, sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan Komisaris memiliki Pedoman Kerja bagi setiap anggota
60
Dewan Komisaris sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi No.95 tahun 2007 tanggal 29 Juni 2007 tentang Buku Pedoman Kerja Dewan Komisaris Bank DKI. Buku panduan tersebut memuat antara lain komposisi, kedudukan Dewan Komisaris dalam organisasi Bank serta tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi • Komisaris memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. • Dewan
Komisaris
telah
melaksanakan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi melalui berbagai surat yang disampaikan kepada Direksi maupun dalam berbagai kesempatan rapat pengurus. • Dalam melakukan pengawasan tersebut, Komisaris juga telah mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan operasional Bank, kecuali: penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, dan hal-hallain yangditetapkan dalam Anggaran Dasar Bank atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. • Dewan Komisaris bertanggung jawab dalam penerapan manajemen
61
risiko,
antara
lain
menyetujui
dan
mengevaluasi
kebijakan
manajemen risiko. • Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari auditor internal dan eksternal • Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen. 3. Komite-komite dibawah Dewan Komisaris Komite Audit Sebagai salah satu kelengkapan perangkat Dewan Komisaris dalam melaksanakan GCG, maka Bank DKI telah memiliki Komite Audit sejak tanggal 25 September 2006, sebagaimana Surat Keputusan Direksi No.108 tahun 2006 dan terhitung sejak 2 Oktober 2006 sampai dengan 22 Agustus 2009, dan/atau tanpa mengurangi hak Dewan Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota Komite Audit. Dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG, Komite Audit Bank DKI berpedoman pada Piagam Komite Audit yang disahkan pada tanggal 6 Oktober 2006. Piagam tersebut merupakan pedoman tertulis yang dijadikan sebagai acuan dari setiap kegiatan operasional Komite Audit yang memuat Visi & Misi Organisasi, wewenang, serta tugas dan tanggung jawab Komite Audit. Komite Pemantau Risik Sebagai salah satu kelengkapan
62
perangkat Dewan Komisaris dalam melaksanakan GCG, maka Bank DKI telah memiliki Komite Pemantau Risiko sejak tanggal 7 Februari 2007, sebagaimana Surat Keputusan Direksi No.16 tahun 2007 tentang pengangkatan Komite Pemantau Risiko dan telah mengalami perubahan sebagaimana Keputusan Direksi No. 50A tahun 2008 tentang Perubahan Komite Pemantau Risiko, dan/atau tanpa mengurangi hak Dewan Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota Komite Pemantau Risiko. Dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG, Komite Pemantau Risiko Bank DKI memiliki pedoman sebagaimana disahkan dalam Keputusan Pengurus Bank No.123 tahun 2007 tentang Piagam Komite Pemantau Risiko Bank DKI. Piagam tersebut merupakan pedoman tertulis yang dijadikan sebagai acuan dari setiap kegiatan operasional Komite Pemantau Risiko yang memuat Visi & Misi Organisasi, wewenang, serta tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko. Komite
Remunerasi
dan
Nominasi
Sebagai
salah
satu
kelengkapan perangkat Dewan Komisaris dalam melaksanakan GCG, maka Bank DKI telah memiliki Komite Remunerasi dan Nominasi sejak tanggal 21 Juni 2007, sebagaimana Surat Keputusan Direksi No.88 tahun
2007
tentang
pengangkatan
Komite
Remunerasi
dan
Nominasi,dan telah mengalami perubahan sebagaimana Keputusan
63
Direksi Bank DKI No.116 tahun 2007 tanggal 3 Agustus 2007 tentang Perubahan Komite Remunerasi dan Nominasi Bank DKI serta keputusan Direksi No. 38A tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Pengangkatan Sukri Bey sebagai anggota Komite Remunerasi dan Nominasi PT Bank DKI, dan/atau tanpa mengurangi hak Dewan Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota Komite Remunerasi dan Nominasi. 4. Direksi Direksi bertanggung jawab menyusun dan melaksanakan strategi dan kebijakan bisnis, anggaran dan rencana kerja sesuai dengan Visi dan Misi Bank serta memastikan pencapaian sasaran dan tujuan usaha. Direksi juga bertanggung jawab terhadap struktur pengendalian internal Bank dan penerapan manajemen risiko dan praktik-praktik tata kelola yang baik. Direksi memastikan agar praktik-praktik akuntansi dan pembukuan Bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia; lebih jauh lagi Direksi mengawasi pelaksanaan audit internal, melakukan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan arahan Dewan Komisaris. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengelolaan Bank sehari-harinya, Direksi berpedoman pada Buku Pedoman Kerja Direksi sebagaimana keputusan Direksi No.97 tahun 2007, yang dilakukan pembagian tugas Direksi didasari pada struktur organisasi Bank, yaitu:
64
• Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank • Direksi mengelola Bank sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. • Direksi melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi • Direksi bertanggung jawab memastikan kebijakan dan strategi manajemen risiko dan tugas-tugas lainnya yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai perbankan yang diatur oleh Bank Indonesia dan lembaga atau instansi terkait lainnya. • Direksi bertanggung jawab dalam menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari auditor internal dan eksternal. 5. Komite-Komite dibawah Direksi Komite Manajemen Risiko Pengelolaan seluruh risiko bisnis Bank DKI harus dilakukan secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan perumusan kebijakan yang bersifat strategis melalui koordinasi lintas unit, lintas fungsional dan melibatkan Manajemen Bank DKI. Sarana untuk merumuskan kebijakan tersebut adalah melalui
65
Komite Manajemen Risiko (KMR). KMR berfungsi memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama yang sekurang-kurangnya meliputi : •
Penyusunan kebijakan manajemen risiko serta perubahannya, termasuk strategi manajemen risiko dan contingency plan apabila kondisi eksternal tidak normal.
•
Perbaikan atau penyempurnaan penerapan manajemen risiko yang dilakukan secara berkala maupun yang bersifat insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank DKI yang mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut.
•
Penetapan atas hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal (irregulations) seperti keputusan pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan rencana bisnis bank yang telah melampaui limit yang telah ditetapkan.
Komite Asset and Liability (ALCO) Pengelolaan seluruh risiko bisnis Bank DKI harus dilakukan secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambungan. Untuk itu, dalam proses pelaksanaan asset dan liability, Bank DKI telah dilengkapi dengan Komite ALCO, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direksi No. 164 Tahun 2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Asset
66
Liability Committee (ALCO) yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Direksi No. 88 Tahun 2006 dan Keputusan Direksi No. 39 tahun 2008. Terakhir, Komite ALCO ditetapkan dengan Keputusan Direksi No.125 tahun 2009 tanggal 9 Juni 2009. Tugas
pokok
yang
diemban
ALCO
adalah
mengkaji,
menganalisa dan dan menetapkan, memutuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain: penghimpunan dana, penggunaan dana, penetapan harga dan pengendalian risiko sehingga pengelolaan aset dan liabilitas dapat lebih terarah dan optimal dengan tetap mengacu kepada marketing oriented. Selain itu adalah menetapkan kebijakan yang terkait dengan manajemen likuiditas (liquidity management), management dan GAP, manajemen valuta asing, dan manajemen investasi & pendapatan. Komite Kebijakan Kredit dan Pembiayaan Kredit dan pembiayaan merupakan sektor yang sangat strategis di setiap usaha keuangan dan perbankan. Oleh karena itu, kebijakankebijakan yang menyangkut sektor tersebut membutuhkan perencanaan, riset dan evaluasi mendalam. Setelah itu, harusdiimplementasikan secara tepat dan dalam pengawasan yang cukup ketat. Untuk itu Bank DKI telah membentuk Komite Kebijakan Kredit dan Pembiayaan (KKKP) sebagaimana Keputusan Direksi No. 183 tahun 2007 tanggal 18 Desember 2007, yang disempurnakan sesuai keputusan Direksi No. 99 tahun 2009 tentang perubahan Komite Kebijakan Kredit & Pembiayaan
67
Bank DKI. Adapun Tugas dan Tanggung Jawab sebagai berikut; •
Merumuskan
dan
menetapkan
permasalahan
yang
bersifat
signifikan dan material, meliputi penyusunan kebijakan kredit dan pembiayaan serta perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan penerapannya termasuk strategi kebijakan kredit dan pembiayaan, serta contingency plan apabila kondisi eksternal tidak normal. •
Menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang
dari
prosedur
normal di bidang kredit dan
pembiayaan, antara lain seperti keputusan pelampauan ekspansi kredit dan pembiayaan yang signiikan dibandingkan dengan rencana bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau pengambilan posisi/eksposur risiko yang melampaui limit yang telah ditetapkan. •
Merumuskan kebijakan risiko kredit dan pembiayaan berdasar halhal khusus yang dikehendaki (risk appetite) yang berkaitan dengan :
•
target market dan porsi
•
segmentasi
•
risk based pricing per segment
•
risk mitigation
•
maksimum hapus buku
•
Memantau portofolio kredit dan pembiayaan termasuk eksposur
68
risikonya, baik on balance sheet maupun off balance sheet serta pemantauannya. •
Melakukan perbaikan atau penyempurnaan pedoman dan arah kebijakan kredit dan pembiayaan yang dilaksanakan secara berkala maupun bersifat insidentil.
•
Menetapkan
kebijakan
dalam
hal
kredit
dan
pembiayaan
bermasalah, berupa: •
Penyelamatan (rescheduling, reconditioning, restructuring), atau
•
Penyelesaian melalui proses di pengadilan ataupun proses di luar pengadilan
•
Menetapkan kewenangan dalam bidang kredit dan pembiayaan. Guna mendukung pelaksanaan tugasnya, telah ditetapkan
Kebijakan Perkreditan & Pembiayaan sebagaimana Keputusan Direksi No.159 Tahun 2009. Komite Pengarah Teknologi Informasi Guna pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi pada Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/30/DPNP tentang penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi pada Bank Umum, maka PT Bank DKI wajib membentuk Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI). Adapun KPTI di Bank DKI dibentuk berdasarkan Keputusan Direksi No.111
69
Tahun 2008. Adapun Tugas dan Tanggung Jawab sebagai berikut; 1. Membantu Dewan Komisaris dan Direksi mengawasi kegiatan terkait Teknologi Informasi di PT Bank DKI. 2. Melakukan pertemuan secara berkala untuk membicarakan hal-hal yang
berkaitan
dengan
strategi
Teknologi
Informasi
yang
didokumentasikan dalam bentuk risalah rapat. 3. Memberikan rekomendasi kepada Direksi, mencakup: •
Rencana Strategis Teknologi Informasi
•
Perumusan Kebijakan dan Prosedur Teknologi Informasi yang utama seperti pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen risiko terkait penggunaan teknologi Informasi di PT Bank DKI.
•
Kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui dengan Rencana Strategis Teknologi informasi.
•
Kesesuaian pelaksanaan proyek-proyek Teknologi informasi dengan rencana proyek yang disepakati dalam Service Level Agreement.
•
Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem informasi manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan usaha Bank.
•
Efektiitas langkah-langkah minimalisasi risiko atas investasi Bank DKI pada sektor Teknologi Informasi.
70
•
Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi dan upaya peningkatannya.
•
Upaya
penyelesaian
berbagai
masalah
terkait Teknologi
informasi, yang tidak dapat diselesaikan oleh satuan kerja pengguna dan satuan kerja penyelenggara dengan memfasilitasi hubungan antara kedua satuan. •
Kecukupan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Bank DKI. Guna pelaksanaan tugasnya, telah dibuat Buku Pedoman
Perusahaan Komite Pengarah Teknologi Informasi sebagaimana Keputusan Direksi No. 58 Tahun 2009. B.6. Produk dan Layanan Adapun Produk da Layanan yand ditawarkan Bank DKI adalah; 8 ¾ Dana
8
•
Tabungan Monas
•
Tabungan Simpeda
•
Tabungan Ku
•
Giro
•
Deposito
PT BANK DKI http://www. bankdki. co.id/index.php? option=com_ content&view= article&id= 47&Itemid=52, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
71
¾ Kredit •
Kredit Multiguna
•
Kredit Usaha Kecil
•
Kredit Investasi
• Kredit Modal Kerja • Kredit Bangun Karya • KPR Griya Monas • KUMK Monas ¾ Layanan • ATM • Debit DKI • Auto Debit Bank DKI • Jakcard • Samsat Drive Thru • Pembayaran Pajak • BPD Net Online • Transaksi Valuta Asing • Western Union
72
BAB IV KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA. TBK, DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM) A. Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT). Akad Ijarah muntahiyah Bittamlik
(IMBT) boleh dilakukan dengan
ketentuan sbb; 1 1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah (Fatwa DSN nomor : 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT). 2. Perjanjian untuk melakukan akad Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT) harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. 3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad. 4. Pihak yang melakukan Ijarah muntahiyah Bittamlik
(IMBT) harus
melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.
1
Zainul Arifin. Pelatihan Dasar Perbankan Syariah-Bank Indonesia, (Jakarta; Rafa Consulting (economic Building with Islamic Value). 2007)
72
73
5. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila wa’ad itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai. Posisi Bank dalam IMBT Dalam IMBT bank bertindak selaku pihak yang menyewakan dalam akad pertama dan selaku pemberi hibah atau penjual dalam akad kedua. Sedangkan nasabah bertindak selaku penyewa pada tahap pertama dan selaku penerima hibah/pembeli pada akad kedua. Hal itu karena akad ijarah dan akad hibah / jual beli tidak bisa digabungkan pada waktu, aset dan pihak yang sama Tahapan IMBT di Bank Syariah: 2 •
Nasabah menjelaskan kepada bank bahwa suatu saat di tengah atau di akhir periode ijarah ia ingin memiliki
•
Setelah melakukan penelitian, bank setuju akan menyewakan asset itu kepada nasabah
•
Apabila bank setuju, bank terlebih dahulu memiliki aset tersebut
•
Bank membeli atau menyewa aset yang dibutuhkan nasabah
•
Bank membuat perjanjian ijarah dengan nasabah untuk jangka waktu tertentu dan menyerahkan asset itu untuk dimanfaatkan
2
Esa Muhammad putra yang di unduh dari www.Hendrakholid.net Tentang IMBT pada 3/12/2009
74
•
Nasabah membayar sewa setiap bulan yang jumlahnya sesuai dengan kesepakatan
•
Bank melakukan penyusutan terhadap aset. Biaya penyusutan dibebankan kepada laporan laba rugi
•
Di tengah atau di akhir masa sewa, bank dan nasabah dapat melakukan pemindahan kepemilikan asset tersebut secara jual beli cicilan
•
Jika pemindahan kepemilikan di akhir masa sewa, akadnya dilakukan secara hibah.
B. Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme IMBT pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim B.1. Aplikasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik kepada Nasabah pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia Bank Muamalat Syariah Indonesia selain produk Ijarah juga menyediakan produk pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Bagi nasabah yang berminat untuk melakukan pembiayaan IMBT harus melaksanakan pembiayaan ijarah terlebih dahulu. Seperti sebagaimana yang telah dituangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSNMUI/III/2002, tanggal 28 Maret 2002 (Himpunan Fatwa DSN hal. 167-168. Dalam proses Ijarah Muntahiyah Bittamlik secara umum mencakup langkah sebagai berikut ;
75
1. Bank dan nasabah menyepakati syarat-syarat penyewaan 2. Bank membeli aset dari penjualan 3. Nasabah menyewa aset dari bank dengan membayar biaya sewa tetap setiap bulan 4. Nasabah membeli aset dari bank diakhir periode sewa Dalam
hal
pengajuan
permohonan
pembiayaan
Ijarah
Muntahiyah Bittamlik calon nasabah ( Musta’jir ) harus memberikan data yang dibutuhkan oleh bank Muamalat Syariah Indonesia yang merupakan prosedur yang harus dipenuhi oleh ( Musta’jir ) calon mustajir. Data-data yang diberikan oleh calon musta’jir antara lain; profil Perusahaan tersebut yang termasuk didalamnya yaitu ( akte pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan dan juga Surat Izin Usaha Perusahaan), laporan keuangan perusahaan tersebut 2 tahun terakhir, data proyeksi cashflow dan data jaminan. Setelah Bank Muamalat Syariah Indonesia menerima proposal permohonan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik dari calon musta’jir, selanjutnya bank akan menganalisa data yang telah diberikan calon musta’jir untuk di nilai apakah calon musta’jir layak untuk mendapatkan pembiayaan dari PT.BMI, tbk atau sebaliknya. Setelah itu lalu dilakukan pencairan. Adapun proses analisa akad pembiayaan meliputi enam tahapan, yaitu;
76
1. Bagi calon musta’jir yang akan mengajukan pembiayaan ke PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia Tbk, dapat menemui petugas marketing atau Acount Officer. Setelah calon musta’jir dipertemukan ke bagian AO, disana calon musta’jir dapat mengemukakan tujuan pembiayaan, sehingga petugas dapat membimbing dan mengarahkan jenis pembiayaan yang dimaksud untuk diwawancarai, serta calon musta’jir harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Setelah Acount Officer mewawancarai calon musta’jir secara singkat dan menganalisa data permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon musta’jir, maka dari hasil wawancara singkat dan analisa tersebut account officer dapat memutuskan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut untuk diberikan. Jika menurut account officer pembiayaan tersebut layak maka account officer akan melakukan survey usaha untuk mengetahui kebenaran dari hasil wawncara singkat yang telah dilakukan. Jika usaha yang disurvei itu memiliki prospek yang bagus maka dari pihak bank akan melakukan survey ulang untuk memastikan kembali bahwa usahanya benar-benar layak untuk dibiayai. Dari hasil wawancara dan survey account officer dapat menyimpulkan dengan membuat proposal usaha Musta’jir serta menerima taksasi jaminan dari legal. 2. Setelah pembuatan proposal usaha Musta’jir tersebut account officer akan membawa proposal tersebut ke rapat komitte pembiayaan untuk dianalisa. Nilai nominal 50 juta hingga milyaran rupiah komitte dilaksanakan oleh
77
manajer pemasaran, 2 direksi, dan 3 komisaris. Apabila dari hasil komitte tersebut calon nasabah mendapat persetujuan maka seluruh berkas-berkas penting akan diberikan kebagian legal officer. Adapun untuk taksasi jaminan diatas 500 juta hingga milyaran keatas dibuat oleh bagian legal officer kemudian diajukan ke direksi. 3. Setelah pengecekan ulang secara keseluruhan oleh bagian legal officer, setelah itu legal officer akan membuat dan menyiapkan akad perjanjian pembiayaan dan akad pengikatan jaminan, kemudian setelah itu seluruh berkas-berkas akan di cek oleh kepala bagian legal dan setelah selesai mengecek maka bagian legal akan menghubungi calon musta’jir untuk menentukan
waktu
akad,
pemberitahuan
dokumen
jaminan,
pemberitahuan kekurangan berkas persyaratan lainnya, pemberitahuan yang wajib dihadirkan di bank/notaries serta pemberitahuan persyaratan pengecakan jaminan. 4. Calon nasabah/ musta’jir mendatangi kantor dengan membawa jaminan asli untuk di cek oleh bagian legal agar dapat dibuktikan keabsahannya. Setelah itu pihak bank akan menjelaskan tentang akad yang dijalankan serta diikuti dengan penandatanganan akad perjanjian pembiayaan serta pengikatan jaminan. 5. Setelah akad dilaksanakan, format perusahaan Musta’jir akan dicek dan ditandatangani oleh kepala bagian legal untuk diserahkan ke bagian operasional untuk melakukan pencairan.
78
6. Tahap pencairan. Selain keenam tahap proses analisa pembiayaan oleh PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, mereka juga menetapkan suatu standar yang harus dipenuhi oleh calo musta’jir ketika akan mengajukan pembiayaan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, dalam pembiayaan harus termuat minimal, antara lain;
Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan profil perusahaan, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan pembiayaan yang akan dilakukan.
Rencana atau prospek usaha, artinta calon musta’jir menjelaskan bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, yang nantinya akan dianalisis oleh bank untuk melihat apakah dimasa mendatang calon musta’jir mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan bank dengan usaha yang dijalankannya.
Legalitas perusahaan, yang didalamnya harus termuat antara lain akte pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, surat keterangan domisili usaha serta identitas lainnya.
Laporan keuangan dari calon musta’jir periode 2 tahun terakhir, maksudnya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia akan melihat kondisi laporan keuangan calon musta’jir apakah layak untuk mendapatkan pembiayaan dari bank atau tidak.
79
Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian pembiayaan yang akan diberikan oleh calon musta’jir kepada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia.
Data jaminan, artinya calon musta’jir harus dapat menberikan data jamina kepada bank untuk memastikan bahwa calon musta’jir akan tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh bank. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap pihak PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. bahwa PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Telah bertindak sebagai penjual, dimana PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Membeli barang dari supplier dan menjualnya untuk nasabah atas nama perusahaan PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Dengan menjual barang sesuai harga beli ditambah dengan margin. Artinya apa yang telah ditetapkan pada Unit Usaha Syariah DSN-MUI sudah dilakukan dengan baik oleh PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Nasabah yang membeli produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik dengan sistem sewa-beli pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.telah sesuai dengan syarat-syarat ijarah dalam rukun dan syarat ijarah yang terdapat dalam bab II landasan teori penulis. Hal ini sejalan dengan perjanjian pembiayaan syariah yang diberlakukan dalam PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Bahwa nasabah yang melakukan akad
80
sewa-beli itu harus baliq dan berakal, serta memiliki kemampuan atau kecakapan dalam melakukan pembiayaan. 3 Dari marketing akan diberikan kepada support pembiayaan, adapun tiga hal yang dilakukan oleh support pembiayaan dari PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Antara lain :
Melakukan Pasar Internal
Melakukan analisa yuridis
Melakukan Banking Bank yang dilakukan oleh pihak BI
Oleh pihak marketingnya sendiri dilakukan evaluasi keuangan ( data keuangan) 4 Dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak ,milik
barang (baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak) dilakukan dengan salah satu dari dua cara misalnya; pihak yang menyewa berjanji akan menjual barang yang disewakan atau menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. Pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian dan pada akhir masa sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah, namun apabila
3
Wawancara Pribadi dengan Mbak Lolla ( Account Officer Marketing Cabang BSD) pada 20 Agustus 2010 4 Data diperoleh dari riset di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
81
nasabah bank tidak menggunakan hak opsinya maka kepemilikan barang itu tetap berada ditangan bank. 5 Disini dijelaskan bahwa pihak PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Juga melakukan penilaian seluruh aspek yang diperlukan. Aspek yang dinilai antara lain dengan melakukan analisa yuridis/hokum, aspek
pemasaran,
aspek
keuangan,
aspek
teknis/operasi,
aspek
manajemen, aspek social ekonomi, aspek amdal serta yang terpenting aspek syariah. Adapun Dampak Resiko Pembiayaan terhadap Perkembangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yaitu: Dalam manajemen resiko, resiko ada beberapa macam, yaitu resiko yang mesti dihindari,ditangani sendiri dan resiko yang mesti dipindahkan ke pihak lain ( asuransi ), yaitu sebagai berikut; Resiko yang harus dihindari yaitu resiko pemberian pembiayaan dengan tujuan sbb: a. Pembiayaan yang tidak sesuai dengan Syariah 1. bank konvensional 2. peternakan babi 3. usaha minuman keras 4. usaha perjudian 5
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 71
82
5. jenis usaha yang dikategorikan subhat, antara lain Perusahaan rokok dan turunannya, perhotelan yang tidak dinyatakan sebagai hotel syariah. b. Pembiayaan dengan tujuan spekulatif,. c. Pembiayaan
tanpa
informasi
keuangan
yang
memadai,
jelas
(transparan) dan tidak akurat. d. Pembiayaan pada sektor usaha yang tidak dikuasai Bank. e. Pembiayaan kepada nasabah yang bermasalah atau macet pada bank lain f. Pembiayaan kepada industri yang sudah memasuki tahap jenuh, yaitu masa siklus produknya (product life cycle) dalam tahap usaha yang menurun, sehingga permintaan pasarnya menurun. g. Menyalurkan pembiayaan kepada nasabah dengan score yang tidak direkomendasikan, atau nasabah dengan rating non-investment grade. h. Setiap resiko pembiayaan mayoritas ditanggung oleh bank namun dimungkinkan juga Bank menggandeng pihak lain untuk berbagi resiko, seperti: 1. Pihak Asuransi Asuransi Jiwa - untuk mengcover kematian) Asuransi Kebakaran - untuk mengcover kebakaran atas barang yang dijaminkan
83
Asuransi Kehilangan - untuk mengcover resiko kehilangan atas barang jaminan 2. Pihak Perum Penjaminan Mengcover resiko apabila nasabah tidak membayar angsuran (contoh: Perum Sarana) 3. Pihak Appraisal Jaminan Membantu Bank menilai/ taksasi atas nilai jaminan pembiayaan (Collateral Risk Dari penjelasan di atas serta dengan melihat pada acuan draft kontrak yang di dapat langsung melalui riset di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Bahwa dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik barang (baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak) dilakukan dengan cara pihak yang menyewa berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. Pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian dan pada akhir masa sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Dalam hal ini tertuang dalam draft kontrak pada pasal 1 dalam hal definisi; yaitu “Ijarah Muntahiyah Bittamlik” adalah akad antara mu’ajjir/bank sebagai pihak yang menyewakan Ma’jur/Objek sewa (pemilik barang) dengan Musta’jir/Nasabah sebagai penyewa. Pada akhir masa sewa Musta’jir/Nasabah berjanji untuk membeli ma’jur/Objek Sewa tersebut.
84
Jadi penulis menyimpulkan berdasarkan uraian yang telah dilakukan, maka konsep mekanisme pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk ini telah sesuai dengan prinsip Islam. Memang seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah perpaduan antara sewa-menyewa (Ijarah) dan jual beli atau Hibah di akhir masa Sewa. Tetapi perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk ini yang digunakan adalah dengan akad Jual beli dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai.6 Perjanjian perpindahan kepemilikan ini di sepakati diawal akad di sepakati dan di tandatangani. Berbeda dengan mekanisme perpindahan kepemilikan pada Bank DKI Syariah. Adapun mekanismenya yaitu sebagai berikut.
B.2. Aplikasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik kepada Nasabah pada Bank DKI Syariah Selain PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, bank DKI Syariah juga memiliki produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang ditawarkan kepada nasabah. Bank DKI Syariah ini menawarkan produk Ijarah Muntahiyah bittamlik ini pada Pembiayaan KPR. Dalam KPR Syariah ini dapat menggunakan akad jual beli saja, yaitu bank syariah akan
6
Draft kontrak akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada pasal 1, yang didapat dari riset di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk
85
membelikan rumah dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan tambahan margin yang telah disepakati. Namun dalam pembiayaan jual beli ini dapat dikatakan lebih menguntungkan pihak nasabah dari pada pihak bank karna pembiayaan KPR ini dapat dikatakan pembiayaan dalam jangka waktu panjang, jadi jika pihak nasabah melunasi pembiayaan KPR ini lebih awal dari waktu ketentuan yang telah disepakati maka keuntungan yang diperoleh pihak bank tidak sesuai dengan yang telah diperhitungkan. 7 Namun bank DKI Syariah juga menawarkan produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada pembiayaan KPR ini. Yaitu, bank syariah menyewakan rumah tersebut sampai jangka waktu tertentu hingga nasabah dapat memilikinya sendiri dengan perpindahan kepemilikan. Secara sepintas, perhitungan KPR syariah ini tidak berbeda dengan KPR konvensional yang mempergunakan system bunga. Perbedaannya dalam KPR syariah ini tidak diterapkan penyesuaian bunga kredit sehingga angsuran akan tetap sampai kredit lunas. Selain itu, karena dalam system syariah tidak dikenal system bunga, maka apabila terjadi penunggakkan maka tidak dapat diterapkan perhitungan denda yang berdasarkan suku bunga. Namun dengan akad atau perjanjian yang berbeda akan memiliki konsekuensi hukum yang berbeda pula. Pada KPR konvensional transaksinya adalah bank meminjamkan uang kepada nasabah, dan nasabah
7
Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
86
harus mengembalikannya dengan cara mencicil pokok utang ditambah dengan bunganya selama jangka waktu tertentu. Jika ditengah jalan suku bunga naik maka cicilan yang harus dibayar kan akan naik juga sesuai dengan kenaikan suku bunga. Akibatnya, nasabah harus membayar lebih mahal dari rencana/ketentuan awal. Sedangkan dalam KPR syariah, cicilan yang harus dibayarkan akan tetap meskipun suku bunga perbankan gonjang ganjing. Cicilan KPR yang disalurkan oleh bank syariah itu sifatnya tetap selama masa perjanjian. Bank DKI Syariah menggunakan dua jenis akad pada pembiayaan KPR ini. Yaitu akad jual beli (Murabahah) untuk pembiayaan berjangka waktu di bawah lima tahun dan akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (Sewa yang diakhiri perpindahan kepemilikan) untuk pembiayaan berjangka waktu di atas lima belas tahun. 8 Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada Bank DKI syariah ini akan mengunakan dua jenis akad, yaitu akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum masa sewa yang ditentukan berakhir serta akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir. 9
8
Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010. 9 Tertuang pada Draft Perjanjian Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada pasal 10 ayat 4-5, yang didapat langsung dari riset di Bank DKI syariah Wahid Hasyim.
87
Disini penulis menyimpulkan pemberian KPR dengan system syariah ini dapat menjadi alternative penyaluran KPR yang sama-sama menguntungkan
bagi
nasabah
ataupun
pihak
bank.
Bagi
yang
berpenghasilan tetap tidak perlu khawatir dengan spekulasi bunga bank yang terjadi di perbankan karena system angsuran pada KPR syariah ini akan tetap selama jangka waktu yang telah disepakati. Adapun prosedural pembiayaan pada bank DKI syariah ini yaitu, sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan pembiayaan, calon debitur (nasabah) terlebih dahulu mendatangi Account officer untuk mendaftarkan diri dan mengisi
formulir
permohonan
pembiayaan
Ijarah
Muntahiyah
Bittamlik. Tidak lupa dengan mempersiapkan persyaratan administrasi yaitu sebagai berikut : a.
Fotocopy KTP pemohon
b. Fotocopy KTP suami/istri pemohon (kalau sudah menikah) c. Faotocopy kartu keluarga d. Fotocopy surat nikah/cerai] e. Pas photo pemohon f. Pas photo suami/istri pemohon g. Rencana anggaran biaya h. Surat keterangan dari perusahaan i. Fotocopy kartu pegawai
88
j. Fotocoppy surat keterangan pegawai tetap k. Fotocopy surat keterangan terakhir l. Fotocopy kartu jamsostek/taspen/askes m. Asli slip gaji terakhir n. Fotocopy rekening tabungan/ rekening Koran 3 bulan terakhir o. Fotocopy rekening pembayaran listrik/telepon 3 bulan terakhir p. Fotocopy SHM/SHGB/BPKB q. Fotocopy IMB r. Fotocopy PBB terakhir s. Fotocopy suami istri pemilik jaminan t. Fotocopy surat keluarga pemilik jaminan 2. Setelah calon debitur dinyatakan lulus dalam persyaratan administrasi, maka pihak account officer melakukan on the spot (OTS) atau kunjungan kelapangan untuk menilai appraisal. Setelah melakukan kunjungan barulah diputuskan apakah layak diterima sebagai jaminan atau tidak 3. Apabila
permohonan
pembiayaan
itu
disetujui,
maka
berkas
administrasi calon debitur dibawa account officer kepada brand manager senior supaya dikeluarkan surat pemberitahuan persetujuan pembiayaan. 4. Setelah surat pembiayaan dikeluarkan lalu diserahkan kepada calon debitur dan ditanyakan kepada nasabah, apakah masih ingin terus
89
mengajukan pembiayaan atau tidak?. Apabila masih menyetujui pembiayaan, maka akan ditentukan waktunya untuk melakukan pengikatan pembiayaan. Biasanya jangka waktu dari pengajuan permohonan
pembiayaan
sampai
turunnya
surat
persetujuan
pembiayaan minimal dua minggu setelah permohonan dan maksimal satu bulan setelah permohonan. 10 Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan perbedaan mekanisme dari Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada Bank DKI syariah ini adalah mengunakan dua jenis akad, yaitu akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir. Jadi, di Bank DKI Syariah ini bukanlah opsi yang menyatakan bahwa nasabah ingin melakukan perpindahan kepemilikan atau tidak pada akhir masa sewa. Melainkan, kapan nasabah mau melakukan perpindahan kepemilikan objek sewa ini. Karena apabila si nasabah ini normal melakukan pelunasan angsuran sewa sesuai dengan waktu yang telah disepakati maka dengan sendirinya objek sewa ini akan berpindah kepemilikannya dari milik bank menjadi milik nasabah yang melakukan 10
Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
90
pembiayaan dengan akad hibah. Dan adapun pengikatan yang dilakukan agar kuat di mata hukum adalah dengan akta hibah yang di berikan oleh bank kepada nasabah. Sedangkan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, sejak diawal akad nasabah memiliki hak opsi perpindahan kepemilikan melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sebelum berakhirnya masa sewa dan PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia nantinya akan mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai bersih objek sewa. B.3. Komparasi Draft Kontrak/ Perjanjian Ijarah Muntahiyah Bittamlik Pada Masing-masing Bank ( PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI syariah) Pada dasarnya, susunan dan anatomi kontrak dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga hal itu dijelaskan berikut ini : 11 1. Bagian Pendahuluan Dalam bagian pendahuluan dibagi menjadi tiga subbagian. a. Subbagian pembuka (description of the instrument); subbagian ini memuat tiga hal, yaitu :
11
Hal 127
Salim. Hukum kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), 2003, Sinar grafika; Jakarta.
91
a) Sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya (penyingkatan) yang dilakukan, b) Tanggal dari kontrak yang dibuat dan ditandatangani, dan c) Tempat dibuat dan ditandatanganinya kontrak. b. Subbagian pencantuman identitas para pihak (caption); dalam subbagian ini dicantumkan identitas para pihak yang mengikat diri dalam kontrak dan siapa-siapa yang menandatangani kontrak tersebut. c. Subbagian penjelasan; pada subbagian ini diberikan penjelasan mengapa para pihak mengatakan kontrak (disebut bagian premis). 2. Bagian Isi Ada empat hal yang tercantum dalam bagian isi. a. Klausula definisi (definition); yang biasanya dicantumkan berbagai definisi untuk keperluan kontrak. Definisi ini hanya berlaku pada kontrak tersebut dan dapat mempunyai arti dari pengertian umum. Klausula definisi penting dalam rangka mengefisienkan klausulaklausula selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan. b. Klausula transaksi (operative language); adalah klausula-klausula yang berisi tentang transaksi yang akan dilakukan. Misalnya dalam jual beli asset maka harus diatur tentang objek yang akan dibeli dan pembayarannya. Demikian pula dengan suatu kontrak usaha
92
patungan, perlu diatur tentang kesepakatan para pihak dalam kontrak tersebut. c. Klausula spesifik; yaitu mengatur hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi. Artinya klausula tersebut tidak terdapat dalam kontrak dengan sanksi yang berbeda. d. Klausula ketentuan umum; adalah klausula yang seringkali dijumpai dalam berbagai kontrak dagang maupun kontrak lainnya. Klausula ini antara lain mengatur tentang domisili hukkum, penyelesaian
sengketa,
pilihan
hukum,
pemberitahuan,
keseluruhan dari perjanjian, dan lain-lain. 3. Bagian Penutup Ada dua hal yang tercantum pada bagian penutup. a. Subbagian kata penutup (closing), kata penutup biasanya menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang memiliki kapasitas untuk itu. Atau para pihak menyatakan ulang bahwa mereka akan terikat dengan isi kontrak. b. Subbagian ruang penempatan tanda tangan adalah tempat pihak-pihak menandatangani perjanjian atau kontrak dengan menyebutkan nama pihak yang terlibat dalam kontrak, nama jelas orang yang
93
menandatangani
dan
jabatan
dari
orang
yang
menandatangani. Dengan uraian diatas, penulis membuat komparasi draft kontrak/ perjanjian antara masing-masing bank, yaitu sebagai berikut : KOMPARASI DRAFT KONTRAK/ PERJANJIAN Struktur dan anatomi kontrak
pada awal kontrak/
pada awal kontrak/
perjanjian
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
pada awal kontrak/
perjanjian
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
pada awal kontrak/
perjanjian
perjanjian
harus
Ada, yaitu jelas tertera
Ada, yaitu jelas tertera
secara
pada awal kontrak/
pada awal kontrak/
perjanjian
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
pada awal kontrak/
perjanjian
perjanjian
2. Tanggal dari kontrak dan
ditandatangani 3. Tempat
dibuat
dan
ditandatangani kontrak
4. Para
pihak
disebutkan jelas; 5. Orang
yang
menandatangani harus disebutkan kapasitasnya apa;
DKI Syariah Ada, yaitu jelas tertera
penyebutan
dibuat
Draft Kontrak Bank
Ada, yaitu jelas tertera
selanjutnya
yang
Muamalat Syariah Indonesia
1. Sebutan/nama kontrak dan
Draft Kontrak PT. Bank
sebagai
94
6. Pendefinisian pihak
yang
pihakterlibat
dalam kontrak.
Ada, namun tidak tertera Ada, yaitu jelas tertera
adanya pendefinisian
pada awal kontrak/
pihak saksi & notaries
perjanjian
(tergantung dalam jangka waktu yang disepakati)
7. Klausula Definisi
Ada, yaitu tertera dalam pasal satu (1)
Tidak Ada
8. Klausul Shighat Ijarah Muntahiyah Bittamlik •
Jenis Fasilitas
•
Harga
Sewa
Jangka
Ada, namun tertera dalam &
Waktu
Akad •
Ada, yaitu tertera dalam
berbeda pasal/ tidak
pasal dua (2) dan
terangkum dalam satu (1)
terangkum dalam satu (1)
pasal. Yaitu pada pasal
pasal
satu (1), Dua (2) dan Tiga
Jangka Waktu &
(3)
Kewenangan Mu’ajjir/ Bank 9. Klausul Administrasi,
Biaya Denda
dan biaya lainnya.
Ada, yaitu tertera dalam
Ada, yaitu tertera dalam
pasal tiga (3)
pasal enam (6)
10. Syarat-syarat
Ada, yaitu tertera pada
Pemberian Fasilitas
Ada, yaitu tertera pada pasal empat (4)
pasal lima (5) dengan penyebutan klausul yang berbeda yaitu “Penarikan Pembiayaan IMBT”
11. Klausul Kewajiban & Tanggung
Jawab
Musta’jir/ Nasabah 12. Klausul Larangan &
Ada, yaitu tertera pada
Ada, yaitu tertera pada
pasal lima (5)
pasal empat belas (14)
Ada, yaitu tertera pada
Ada, yaitu tertera pada
95
Cidera
Janji
bagi
pasal enam (6)
Musta’jir
pasal lima belas (15) dengan klausul “Pembatasan Tindakan Musta’jir” dan pada pasal delapan belas (18) dengan klausul “Peristiwa Cidera Janji (Wanprestasi)”
13. Klausul Pernyataan & Jaminan.
Ada, yaitu tertera pada
Ada, yaitu tertera pada
pasal tujuh (7)
pasal tujuh belas (17)
14. Klausul Sanksi-sanksi
Tidak ada klausul khusus yang menerangkan poin ini melainkan menjadi Ada, yaitu tertera pada
satu dengan pasal delapan
pasal delapan (8)
belas (18) ayat dua (2) tentang klausul “Peristiwa Cidera Janji (Wanprestasi)”
15. Klausul
Jaminan/
Agunan 16. Kalusul Asuransi
17. Klausul
Ada, yaitu tertera pada
Ada, yaitu tertera pada
pasal sembilan (9)
pasal tujuh (7)
Ada, yaitu pada pasal
Ada, yaitu tertera pada
sepuluh (10)
pasal delapan (8)
Pendebetan
Rekening
Ada, yaitu tertera pada Ada, yaitu tertera pada pasal sebelas (11)
pasal empat (4) dengan penyebutan klausul yang berbeda, yaitu “Pembayaran Uang Sewa”
18. Klausul Force Majeure
Ada, yaitu tertera pada
Tidak ada klausul yang
pasal dua belas (12)
menjelaskan poin ini
96
19. Klausul
Ada, yaitu tertera pada
Pemberitahuan
pasal dua belas (12) dan Ada, yaitu tertera pada pasal empat belas (14)
tiga belas (13) dengan penyebutan klausul yang berbeda yaitu “Kewajiban Bank” dan klausul “Hak Musta’jir”
20. Klausul Pemeliharaan, Pemakaian
Tidak ada klausul khusus
dan
yang menerangkan poin
Kerugian Atas Objek
ini, melainkan tergabung
IMBT
dalam klausul “Kewajiban dan Tanggung Jawab
Ada, yaitu tertera pada pasal enam belas (16)
Musta’jir/Nasabah” pada pasal lima (5) ayat satu (1) 21. Klausul Status Objek IMBT 22. Klausul Hak Bank
Tidak ada klausul khusus
Ada, yaitu tertera pada
yang menerangkan poin ini
pasal sepuluh (10)
Tidak ada klausul khusus yang menerangkan poin ini, melainkan tergabung dalam klausul “Kewajiban dan Tanggung Jawab
Ada, yaitu tertera pada pasal sebelas (11)
Musta’jir/Nasabah” pada pasal lima (5) 23. Klausul
Pilihan
Hukum & Domisili
Ada, yaitu tertera pada Ada, yaitu tertera pada pasal lima belas (15)
pasal sembilan belas (19) dan dua puluh (20) dengan penyebutan klausul yang berbeda yaitu
97
“Korespondensi” dan klausul “Penyelesaian Perselisihan” 24. Klausul
Perubahan-
perubahan
Tidak ada klausul khusus yang menerangkan tentang poin ini, melainkan menyatu dalam klausul penutup yaitu pasal enam
Ada, yaitu tertera pada pasal dua puluh satu (21)
belas (16) ayat enam belas titik tiga (16.3) 25. Klausul
Lampiran-
lampiran
Tidak ada klausul khusus yang menerangkan tentang poin ini, melainkan menyatu dalam klausul penutup yaitu pasal enam
Ada, yaitu tertera pada pasal dua puluh dua (22)
belas (16) ayat enam belas titik delapan (16.8) 26. Klausul
Ketentuan
Penutup 27. Subbagian Penempatan
Ruang Tanda
Tangan
Ada, yaitu tertera pada
Ada, yaitu tertera pada
pasal enam belas (16)
pasal dua puluh tiga (23)
Ada, yaitu terdapat pada
Ada, yaitu terdapat pada
akhir bagian kontrak
akhir bagian kontrak
Dari table di atas, penulis menyimpulkan bahwa urutan 1-6 yaitu termasuk Dalam bagian pendahuluan terdiri dari tiga subbagian. Yaitu; Subbagian pembuka (description of the instrument, Subbagian pencantuman identitas para pihak (caption) dan Subbagian penjelasan.
98
Urutan 7 sampai urutan 25 adalah merupakan bagian isi kontrak/ perjanjian yang didalamnya tercakup klausula definisi (definition), klausula transaksi (operative language), klausula spesifik dan klausula ketentuan umum. Serta sisanya yaitu urutan 26 dan 27 adalah merupakan bagian penutup yang masing-masing adalah Subbagian kata penutup (closing) dan Subbagian ruang penempatan tanda tangan. Dari uraian perbedaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa perbedaan di atas tidak mempengaruhi mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik dengan prinsip Ijarah Muntahiyah Bittamlik secara syariah. Karena semua rukun dan syarat yang diatur melalui fatwa DSN-MUI ada dalam kontrak yang disebutkan. Menurut penulis yang sangat sesuai yaitu antara pelaksanaan dengan kontrak yang ada yaitu Bank DKI Syariah Wahid Hasyim, sedangkan PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Adalah berbeda dari sebutan akad, dalam pelaksanaannya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk menggunakan Syirkah al-Milk 12 sedangkan dalam kontrak menggunakan Ijarah Muntahiyah Bittamlik. Penulis juga menyimpulkan perbedaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini dengan Murabahah (Jual Beli) yaitu, jangka waktu dari kedua nya. Murabahah pembiayaan yang hanya berkisar pada 1-5 tahun sedangkan Ijarah Muntahiyah Bittamlik bisa mencapai sampai 15 tahun. Dari segi mekanisme pun sangat berbeda, karena kalau Murabahah keuntungan di dapat dari harga pokok ditambah dengan
12
Wawancara Pribadi dengan Mbak Lolla ( Account Officer Marketing Cabang BSD) pada 20 Agustus 2010
99
margin ( keuntungan ) yang di bayar dengan cara mencicil, sedangkan keuntungan Ijarah Muntahiyah Bittamlik di peroleh dari angsuran sewa yang di angsur perbulan. Angsuran sewa ini tetap sifatnya. 13
13
Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. mekanisme perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah telah sesuai dengan Prinsip Syariah dan tidak bertentangan dengan fatwa DSN yang telah dijadikan acuan. 2. Perbedaan mekanisme perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk ini yang digunakan adalah dengan akad Jual beli dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai. Sedangkan mekanisme dari Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada Bank DKI syariah Wahid Hasyim ini adalah mengunakan dua jenis akad, yaitu akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir. 3. Adapun kekurangan dari akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini menurut PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk adalah Resiko yang bisa lebih besar ditanggung oleh bank karena objek sewa adalah milik bank sebelum ada akad peralihan kepemilikan. Kelebihannya sama seperti pembiayaanpembiayaan pada umumnya, yaitu memberikan keuntungan pada bank yang akhirnya menjadi pendapatan bank. Adapun kekurangan dari akad 100
101
Ijarah Muntahiyah Bittamlik menurut Bank DKI Syariah Wahid Hasyim adalah masih banyak masyarakat yang mengira bahwa produk ini sama saja seperti produk leasing yang dilaksanakan di bank konvensional. Adapun kelebihan dari Ijarah muntahiyah Bittamlik ini adalah dapat mempermudah masyarakat yang ingin melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan KPR.
B. Saran 1. Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank, maka PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah diharapkan dapat menerapkan kegiatan pembiayaan dengan lebih baik lagi, mulai dari perencanaan
pembiayaan,
pengorganisasian,
pergerakan,
hingga
pengawasan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik. 2. Pihak bank dapat meningkatkan pelayanan operasoinal nya kepada masyarakat,
sesering
mungkin
mamberikan
sosialisasi
terhadap
masyarakat luas tentang produk-produk perbankan syariah yang terdapat di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI syariah terutama untuk produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini. Karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan informasi tentang apa dan bagaimana Bank Syariah, serta masih banyak masyarakat yang mengira kalau Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini sama seperti Leasing yang ada di Bank
102
Konvensional, walaupun memang benar ada persamaan antara keduanya namun tetap keduanya itu berbeda. 3. Sebagai pembiyaan yang ada pada bank DKI Syariah maka Ijarah Muntahiyah Bittamlik disarankan agar Bank Dki Syariah dapat lebih meluaskan dari segi objeknya, tidak hanya terbatas dengan KPR saja, melainkan untuk kendaraan dan lainnya juga. 4. Rencana-rencana yang sudah di persiapkan untuk memajukan profit bank, diharapkan segera dapat terlaksana agar ada perkembangan yang signifikan dan ide-ide yang sudah tertuang dapat di aplikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Quran Al-Karim Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 57 2. An Nabhani, Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya: Risalah Gusti.3. Abu Bakr Jabr Al Jazairi, Ensiklopedia Muslim, Minhajul Muslim, Penerbit Buku Islam Kaffah, Edisi Revisi, 2005. Ali, HB. Tamam. dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai Perspektif dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difafrvakan. Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), TT. Antonio, Muhammad Syafi'I. Bank Syariah dari teori ke praktek. Jakarta : Gema Insani Press. 2001. ________________. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta : Tazkiya Institute 1999. ________________. Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Kenangan. Jakarta : Tazkiya Institute. 1999. Get ke-1. Arifin, Zainul. Pelatihan Dasar Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Jakarta; Rafa Consulting (economic Building with Islamic Value). 2007. Ascarya, Akad dan Produk Bak Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. Dahlan, Abdul Aziz . Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Barn Van Hoeve. 1996. Jilid6. Dewan
Sya'riah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syari 'ah Nasional. Jakarta : PT. Intermasa. Edisi ke-2.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2004. Edisi ke-1, cet ke-2.
x
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000. Himpunan Fatwa De\van Syari'ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari'ah, DSN,MUI,BI,2001. Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
Manan, Abdul. Ekonomi Islam teori dan praktek, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 1997 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya. 2005. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari'ah. Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. 2005. Nazir, Habib dan Muhamad Hasan. Ensiklopedi Ekonomi Syari'ah, Bandung : Kaki Langit. 2004. Salim. Hukum Kontrak " Teori & Teknik Penyusunan Kontrak". Jakarta : Sinar Grafika. 2003. Get ke-1. Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta : PT. Temprint. 1999. Get ke-1.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. 2002. Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Al-Imam. Kifayatul akhyar 2. Surabaya : PT. Bima Ilmu Offset. 1999. Get ke-1. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum, 2007. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali Press. 2004.
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim. 2007. Get ke-3.
xi
http://www.Hendrakholid.net Tentang IMBT yang di unduh pada hari Kamis, 3 Desember 2009. http://arisdwisuryadi.blogspot.com yang di unduh pada hari Rabu, 18 Februari 2010. http://www.muamalatbank.com/index.php/home yang diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni2010. http://www.bankdki.co.id/index.php?option=com_content&view:=article&id yang diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010.
xii