MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI
DISUSUN OLEH TIM
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR ISI Daftar Isi................................................................................................................ 2 Pelajaran 1. Bimbingan dan Pelayanan Konseling ............................................... 3 Pelajaran 2. Komunikasi Interpersonal ................................................................. 16 Pelajaran 3. Konseling Feminis ............................................................................ 25 Pelajaran 4. Praktik Konseling .............................................................................. 31
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI2
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 1
Bimbingan dan Pelayanan Konseling
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI3
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Mengetahui definisi, tujuan dan maksud konseling; 2. Membedakan konseling dengan pemberian informasi dan nasihat; 3. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dan tidak dilakukan dalam memberikan pelayanan konseling; 4. Menjelaskan bagaimana menangani saat-saat sulit ( misal: klien menangis, klien diam, dsb); 5. Menjabarkan tempat yang tepat untuk memberikan pelayanan konseling; 6. Mengetahui hak-hak klien; dan mengetahui kapan, kemana dan bagaimana merujuk klien Konsep Inti Konseling mencakup komunikasi dua arah antara klien dan konselor (petugas yang memberikan konseling)
di mana masing-masing memanfaatkan waktu untuk
bicara, mendegarkan dan mengajukan pertanyaan. Konselor/petugas tidak boleh menghakimi, bersifat sensitif dan menghormati emosi dan perasaan klien (perempuan). Konselor harus terlatih dan memiliki pengetahuan yang memadai serta mampu mengkomunikasikan dengan benar. Selain itu, konselor juga harus menjaga privacy, kerahasiaan, dan anomitas. Elemen penting dari konseling adalah kemampuan konselor dalam mengungkap dan mendegarkan kebutuhan, permasalahan
dan
pertanyaan,
serta
menginformasikan,menjelaskan
dan
menyakinkan klien dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah di mengerti.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI4
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
A. Definisi Konseling Beberapa definisi konseling, yaitu: Proses di mana konselor berusaha membantu dan memecahkan permasalahan yang di hadapi klien (Peter Keer, 1992). Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali kebutuhan, pengetahuan, dan permasalahan seksulitas dan kesehatan reproduksi (SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di tekuni petugas dan jenis pelayanan yang di minta klien (Engender Health,2003). (Khusus aborsi aman ); konseling adalah komunikasi tatap muka di mana konselor membantu perempuan membuat keputusan terhadap hal-hal yang terkait dengan keseluruhan pelayanan aborsi. Idealnya, pelayanan konseling di berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan aborsi (WHO,1995). Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal: Proses: konseling biasanya di selenggarakan lebih dari satu kali pertemuan; klien harus di perkenankan dan dipancing menyatakan perasaan dan pendapatnya
melalui
interaksi
dua
arah
antara
klien
dan
petugas/konselor; Peran konselor: Peran konselor bukan untuk mencari atau memberikan solusi, tetapi memberikan informasi,pengetahuan,dukungan, dan semangat, kepada klien agar mampu membuat keputusannya sendiri; jadi keputusan akhir selalu dibuat oleh klien dan bukan oleh konselor/petugas. Karena itu konseling dibedakan maknanya dengan pemberian informasi dan nasihat. Pemberian informasi dan nasihat merupakan komunikasi satu arah antara petugas dan klien (EngenderHealth, 2003). Bila dalam memberikan informasi, klien diberikan penjelasan mengenai data atau fakta yang ada untuk membantu klien memahami pentingnya isu-isu kesehatan reproduksi; pada pemberian nasihat, klien didorong untuk melakukansesuatu dalam menanggapi situasi tertentu.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI5
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
B. Tujuan Dan Maksud Konseling Konseling dapat dilakukan pada setiap tahapan dari perjalanan suatu prosesdengan informasi dan pendekatan yang selalu disesuaikan. Demikian pula halnya pada proses reproduksi; konseling dapat dilakukan pada tahapan remaja, pra-nikah, merencanakan keluarga, kehamilan, antenatal, masalah dan risiko reproduksi, persalinan dan berbagai tahapan dalam penatalaksanaan pengobatan atau tindakan. Berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif, konseling memiliki tujuan dan maksud sebagai berikut: Perubahan perilaku. Banyak klien yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki perilaku yang beresiko. Konseling diharapkan bisa membantu klien untuk merubah perilaku rentan mereka sehingga dapat mengurangi mereka dari keterpaparan terhadap risiko. Meningkatkan ras percaya diri. Klien yang mengalami permasalahan kesehatan reproduksi biasanya cenderung menutup diri ari masyarakat dan keluarga. Konseling dapat membantu/menguatkan klien agar bisa lebih menerima kondisi tubuhnya secara positif. Pemecahan masalah. Klien perlu bantuan, dukungan dan semangat untuk menjaga kesehatannya. Konseling tidak hanya membantu klien keluar dari masalah yang melingkupinya, juga melindunginya dari permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, saat klien dihadapkan pada permasalahan kehamilan tak diinginkan, konseling membantu klien memutuskan yang terbaik untuk tubuhnya. Efektifitas personal. Akar masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) sangat kompleks, bukan sekedar masalah medis tetapi sebanyak masalah sosial yang ada. Konsekuensi masalah yang SKR (Sosial dan medis)tidak hanya berdampak kepada klien itu sendiri tetapi juga anakanaknya, pasangannya, dan mungkin masyarakatnya. Tuuan konseling adalah menginformasikan klien mengenai hak-hak dan pilihannya, serta memberdayakan klien untuk membuat keputusan. Konselor juga dapat
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI6
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
menjangkau masyarakat mengajarkan mereka mengenai akar masalah, keterbatasan dan konsekuensi berkaitan dengan pengobtan.
C. Karakteristik Bidan Sebagai Konselor Sebagai seorang konselor , bidan sekurangnya harus memenuhi persyaratan berikut, yaiu memiliki: Kepribadian : rumah, hormat,bersahabat, tidak menghakimi, memiliki motivasi yang kuat untuk membntu sesama, empati, pemikiran yang luas dan terbuka, serta keinginan untuk belajar. Pengetahuan tentang:
1) fungsi proses dan isu seksual dan kesehatan
reproduksi, termasuk proses kehamilan, metode kontrasepsi, infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS,dan Aborsi (aman dan tidak aman); dan 2) aspek hukum terhadap praktik/pelayanan SKR serta nilai/norma sosial yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Keterampilan: keterampilan dalam membina hubungan dengan klien dan menyampaikan informasi tepat guna dan benar. Informasi yang disampaikan secara tidak benar dapat berakibat serius terhadap keseluruhan pelayanan. Studi yang diselenggarakan oleh population council (1994) menunjukan bahwa pelayanan berkualitasmenurut persepsi klien adalah bila: Klien diperlukan dengan layak; Informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, harapan dan menjawab pertanyaannya; dan Pelayanan medis yang memadai dan aman.
D. Sebaiknya Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Konselor Konselor harus melakukan hal-hal berikut : Ramah, terbuka dan simpatik Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat negative Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien Mampu mendaptkan respon balik (feedback) dari klien
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI7
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi professional Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa menghakimi Mampu membangun empati pada klien Mampu menemukan solusi ynag baik Konselor sebaiknya jangan melakukan hal-hal berikut : Memaksakan pendapat kepada klien Menyampaikan informasi yang tidak dibutuhkan dan diharapkan klien Menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang sulit dimengerti Menyela, meremehkan dan mengkritik klien Mengomentari atau memberikan saran kepada klien yang masalahnya belum dipahami benar, atau menyutujui pendapat klien yang dibuat secara terburu-buru Memaksa klien menjawab pertanyaan Menghakimi
E. Saat Saat Sulit Dalam Konseling Dibawah ini beebrapa masalah yang sering dihadapi seorang konselor dilengkapi dengan beberapa saran bagaimana cara menghadapinya. 1. Klien yang diam Jika klien berdiam diri diawal pertemuan, pancinglah perhatiannya dengan cara yang halus. Konselor bisa mengatakan “ Saya bisa melihat bahwa anda sulit untuk berbicara. Hal ini sering dialami oleh klien yang baru. Apakah anda merasa sedikit gelisah?” Tetap klien dan gunakan bahasa tubuh yang memperlihatkan simpati dan perhatian. Tunggulah tanggapan dari klien. Selama pembicaraan berlangsung, sikap diam klien merupakan sesuatu yang wajar. Mungkin klien sedang berpikir atau memutuskan bagaimana mengutarakan perasaan atau pikiran-pikiranya. Berikanlah waktu kepada klien untuk berpikir.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI8
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
2. Klien yang menangis Klien menangis karena berbagai alasan, untuk mengekspresikan kesedihan, mendapatkan simpati, menumpahkan segala emosi atau kegelisahan, atau menghentikan pembicaraan. Jangan membuat dugaan mengapa klien anda menangis. Tunggu beberapa saat dan bila klien terus menangis, katakana tidak apa-apa menangis adalah reaksi wajar. Hal ini membuat klien merasa bebas mengekspresikan alasannya menangis. Anda dapat menanyakan alasan klien dengan lembut. 3. Klien menanyakan hal yang bersifat pribadi Secara umum, usahakan untuk tidak membicarakan hal pribadi anda karena akan mengalihkan perhatian klien. Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi. Hubungan antara klien dan konselor adalah professional, bukan hubungan yang bersifat social. Dapat membantu klien jika anda ingin membicarakan pengalaman keluarga sendiri atau anda dapat menceritakan pengalaman orang lain, tanpa memberitahu nama atau mengidentifikasi orang tersebut sebagai klien. Kadang-kadang klien bertanya apakah konselor pernah menghadapi masalah yang sama. Sebaiknya jangan menjawab ya atau tidak, anda bisa mengatakan hal lain seperti “saya tahu kondisi seperti itu, tolong jelaskan kepada saya lebih lanjut”. 4. Klien ingin konselor yang mengambil keputusan Klien sebenarnya membutuhkan bantuan, dan anda dapat membantunya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “anda kelihatannya mengambil kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin anda kurang siap? Apakah anda ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut? Anda butuh informasi lebih banyak? Butuh waktu yang lebih lama untuk berfikir? Anda ingin membicarakan hal ini dengan orang lain, mungkin pasangan anda atau orang tua anda?”
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI9
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Anda dapat berkata, “saya dapat menjawab pertanyaan anda dan membantu anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kehidupan anda. Jika klien dapat memutuskan metode KB yang dipakai, berikan kondom atau spermisid untuk digunakan sewaktu-waktu. 5. Konselor tidak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien Seorang konselor akan merasa cemas bila mereka yakin dengn apa yang harus disarankan. Walaupun konselor tersebut ahli dalam hal kesehatan reproduksi namun tidak selamanya dapat menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien. Ekspresikan rasa simpati Kadang-kadang hal tersebutlah yang diinginkan klien, saran kepada klien seseorang yang dapat membantunya. 6. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan klien Katakan secara jujur dan terbuka bahwa anda tidak tau pemecahannya, namun dapat mencari jalan keluarnya bersama-sama. Diskusikan dengan supervisor, teman sejawat, atau cari referensi lain, lalu berikan pemecahan masalahnya dengan tepat. 7. Konselor membuat kesalahan Perbaiki kesalahan dan minta maaf. Hal terpenting adalah ketepatan bukan kesempurnaan; mengakui kesaahan, berarti konselor menunjukan penghargaan terhadap klien. Bersikaplah jujur. Semakin anda jujur, menunjukan perasaan disaat yang tepat (Tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi anda) semakin mudah bagi klien untuk melakukan hal yang sama. 8. Konselor dan klien sudah saling kenal Tekankan soal kerahasiaan klien dan privasinya Bila klien menginginkan, aturlah pertemuan dengan konslor lain.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI10
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
F. Hak-Hak Klien 1.
HARGA DIRI –hak untuk diperlakukan dengan sopan dan layak ;
2.
INFORMASI –hak untuk mandapatkan informasi yang benar,termasuk: mengetahui
nama
pemberi
pelayanan,pilihan
pelayanan
yang
tersedia,mendapatkan jawaban yang jujur dan akurat atas pertanyaan yang diajukan; AKSES – hak untuk mendapatkan pelayaanan tanpa dibedakan menurut
3.
jenis kelamin,kepercayaan,status pernikahan,suku atau usia; PILIHAN –hak secara bebas untuk menentukan apakah ingin punya anak
4.
atau tidak,ingin menjadi akseptor KB atau tidak,dan memilih salah satu metode KB; termasuk hak untuk menerima atau menolak pengobatan serta hak untuk berubah pikiran dan membuat pilihan baru bila diinginkan; KEAMANAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan atas
5.
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor; PRIVACY –hak untuk tidak didengar atau diketahui orang lain selama
6.
proses konseling; KERAHASIAAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan ats
7.
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor; 8.
KENYAMANAN –hak untuk mendapatkan kenyamanan;
9.
KEBERLANGSUNGAN –hak untuk menerima pelayanan dan metode selama dibutuhkan; dan
10. OPINI –hak untuk mengutarakan pandangan dan perasaan mengenai pelayanan.
G. Langkah-Langkah/Tahapan Konseling 1.
Membina hubungan melalui membangun rappor t – tahap awal Membina hubungan yang ramah,yang dapat dipercaya dan menjamin kerahasiaan:
Mengucapkan salam.
Mempersilahkan klien duduk.
Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI11
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
2.
Identifikasi masalah Beberapa
klien
mungkin
akan
menyampaikan
secara
langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang,konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah,konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati dari tanda-tanda non-verbal. 3.
Penjelasan masalah Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang diajukan,termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan informasi yang tidak butuhkan klien.
4.
Pengambilan keputusan Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya.
5.
Menutup/menunda konseling Bila klien terlihat puas,ucapkan salam penutup.Bila diskusi dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,tawarkan klien untuk mengatur pertemuan selanjutnya.
H. Tempat Konseling Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi dengan perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin masih ideal, namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien. Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di ruangan bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu dengan orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien seperti ini, tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan, ruangan lain di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa lebih nyaman. Klien pasca aborsi yang masih berbaring di ruangan pemulihan, membutuhkan dukungan dari konselor; keberadaan konselor di dekat klien dan dukungannya dapat menenangkan
perasaan
klien.
Konselor
tidak
menunggu
hingga
klien
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI12
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
menghampirinya di ruang konseling. Jadi konseling bisa dilakukan dimana saja, selama klien merasa terjaga privacy, kenyamanan dan rahasianya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI13
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
I. Merujuk klien Seorang konselor tidak perlu memaksakan dirinya memberikan konseling. Saat ia mengalami xeyh klien ke konselor lain atau bersifat terbuka dengan menceritakan kondisinya dan meminta kesediaan klien untuk menunda waktu konseling. Beberapa kondisi dimana konselor dapat merujuk kliennya adalah: 1) Kurang menguasai isu/permasalahan klien; 2) Permasalahan yang dihadapi klien merupakan isu baru; 3) Bila memiliki keterlibatan emosi dengan klien;
4)
memerlukan informasi lebih lanjut; 5) Keterbatasan waktu; 6) Permintaan klien; 7) Klien merasa tidak punya masalah; dsb MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI14
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kegiatan Pembelajaran Diskusikan perasaanmu kepada salah seorang teman sekelas mengenai isu-isu dibawah ini, dan minta dosenmu untuk memberikan komentar! 1. Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT), dan ingin meninggalkan suaminya. 2. Remaja yang mencari pertolongan aborsi ke dukun. 3. Perempuan tidak menikah yang terkena infeksi menular seksual (IMS). 4. Laki-laki menikah yang terinfeksi HIV positif. 5. Remaja usia 16 tahun yang menghamili pacarnya.
Catat hasil diskusi pada tabel dibawah ini: Perasaanmu
Sumber dari perasaanmu
Perasaan temanmu
Pendapat dosen
Istri korban KDRT Aborsi remaja Perempuan dengan IMS Laki-laki dengan HIV+ Remaja 16 tahun Tuliskan essay (2 halaman) yang menjelaskan bagaimana perasaanmu dapat membantu atau menghalangi efektifitas pemberian konseling kepada klien yang mengalami permasalahan SKR Kunjungi dan perhatikan tempat pelayanan kesehatan disekitar tempat tinggalmu dan jelaskan bagaimana konseling diselenggarakan. Uji kemampuan diri Instruksi: Jawablah pertanyaan berikut Cari definisi konseling sebanyak-banyaknya beserta sumbernya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI15
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 2
Komunikasi Interpersonal
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI16
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tujuan Khusus Mahasiswi diharapkan mampu: 1. Mendefinisikan komunikasi interpersonal ; dan 2. Menjelaskan lima aspek penting dari komunikasi interpersonal:
Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah
Komunikasi verbal dan non-verbal
Pertanyaan tertutup dan terbuka
Keterampilan mendengarkan efektif
Paraphrasing
3. Menggunakan alat bantu
Konsep Inti Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbale balik untuk berbagi informasi, opini dan perasaan yang dilakukan sekurangnya antara dua orang Ada lima aspek penting dari komunikasi interpersonal 1) Komunikasi satu arah versus dua arah; 2) Komunikasi verbal dan non-verbal ; 3) Pertanyaan tertutup dan terbuka ; 4) Kterampilan mendengar efektif dan paraphrasing; dan 5) Menggunakan alat bantu sederhana
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI17
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
A. Definisi Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah proses penyebaran dan berbagi informasi,opini dan perasaan antara dua orang yang dilakukan secara langsung atau tatap muka antara sekurangnya dua orang. Konseling yang baik membutuhkan keterampilan berkomunikasiyang baik.kemampuan
membina
rapport,
memancing
informasi,
serta
menyampaikaninformasi secara efektif,penting untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan informasi klien dan pengambilan keputusan. Pertanyaan terbuka dapat memotivasi klien untuk bercerita mengenai dirinya ; keterampilan mendengarkan efekif dan paraphrasing dapat membantu meningkatkan pemahaman klien. Untuk memberikan informasi yang tepat,konselor harus mampu menyampaikan peengetahuannya tentang isu-isu SKR secara efektif. Kemampuan menjelaskan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti (dengan atau tanpa bantuan gambar), akan membuat klien merasa nyaman.
B. Lima Aspek Penting Dari Komunikasi Interpersonal 1. Komunikasi Satu Arah Vs. Komunikasi Dua Arah Petugas biasanya memberikan informasi dan nasihat kepada klien tanpa memberikan
kesempatan
klien
menyampaikan
kebutuhan
dan
keperluannya.petugas cenderung menyampaikan informasi searah dengan asumsi bahwa mereka lebih tau apa yang terbaik untuk diketahui klien. Padahal,seharusnya klienlah yang membuat keputusan.keputusan yang terbiaik hanya tercapai bila klien mampu bercerita dan mengekspresikan keperluan dan perasaannya informasi yang tepat dan benar dari konselor membuat klien percaya diri untuk mengambil kepuyusan yang terbik untuk dirinya. 2. Komunikasi satu arah : Hanya satu pihak yang aktif berbicara , tidak memberikan kesempatan pihak lain untuk bertanya atau mengekspresikan perasaan dan pendapatnya . MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI18
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Petugas/konselor tidak mengetahui apakah klien memahami informasi yan di berikan , sehingga terjadi salah pengertian . Bisa disampaikan dalam waktu yang singkat , seperti tiak efesien dalam membangun pemahaman . 3. Komunikasi dua arah : Memungkinkan kedua pihak sama sama berkesempatan untuk berbagi informasi dengan pendapat dan klarifikasi informasi dengan pertanyaan . Memancing diskusi dan interaksi aktif antara klien dan petugas , meningkatkan pemahaman kedua belah pihak , dan memungkinkan petugas mengetahui apakah komunikasi telah memenuhi kebutuhan klien . Membutuhkan waktu yang lebih lama , tetapi lebih efesien karena bisa meyakinkan bahwa masing masing pihak memiliki pengertian yang akurat. 4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Komunikasi verbal : komunikasi dengan menggunakan kata kata atau kalimat . pemilihan kata kata yang harus dilakukan secara hati hati agar lawan bicara tidak tersinggung. Gunakan kata kata atau kalimat yang mudah dimengerti, hindari istilah istilah teknis atau medis yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut . 5. Komunikasi non verbal : komunikasi tanpa menggunakan kata kata, melainkan ekspresi wajah atau bahasa tubuh . contoh : Menganggukkan kepala; Menggenggam tangan klien; Mempertahankan kontak mata. Factor factor yang mempengaruhi komunikasi verbal adalah : Kontak mata ; Bahasa tubuh ; Tekanan suara ; Ekspresi wajah ; MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI19
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
6. Cara Bertanya Konselor harus menguasai teknik bertanya untuk mengukur kebutuhan dan pengetahuan klien secara akurat. Ada 2 jenis pertanyaan , tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang singkat, seringkali hanya satu kata. Pertanyaan terbuka memungkinkan jawaban yang panjang dan sering melibatkan pendapat dan perasaan klien. Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki peran penting dalam pelayanan konseling SKR yang terintegrasi. Sebaiknya konselor tidak hanya tergantung pada pertanyaan tertutup saja karena akan membatasi interaksi klien dan konselor. Konselor yang terampil dalam menggunakan kedua jenis pertanyaan memudahkanya dalam membantu klien mengemukakan permasalahan dan perasaannya. Mengapa kita perlu bertanya selama proses konseling ? Untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahuan klien tentang SKR ; Untuk melibatkan klien sebagai patner aktif dan memancing kebutuhan, perhatian dan pilihannya ; Untuk membina hubungan baik dengan cara menunjukan perhatian dan minat ; Agar bisa memprioritasakan isu inti pada konseling yang biasanya dilakukan dalam waktu yang singkat ; Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan bahasa yang mudah dimengerti klien ; Untuk menghindari pengulangan informasi yang sudah di ketahui klien ; dan Untuk memperbaiki salah pengertian terhadap isu tertentu. 7. Pertanyaan tertutup Berapa usiamu ? Berapa jumlah anakmu ? Apakah rumahmu jauh dari klinik ? Kapan mulai terjadinya pendarahan ?
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI20
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Apakah kamu telah menupayakan cara tertentu sebelum datang ke klinik ini ? 8. Pertanyaan terbuka berguna memerlukan jawaban yang panjang. Jenis pertanyaan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan klien. Karena itu pertanyaan terbuka biasa digunakan di awal pengobatan medis atau konseling untuk mengetahui kondisi dan riwayat medis klien. Contoh : Bagaimana perasaanmu ketika tahu dirimu hamil ? Bagaimana perasaanmu sekarang ? Apa yang menurutmu akan terjadi jika diketahui kamu ada disini ? apa yang menjadi keberatan/perhatianmu mengenai hal tersebut ? Apa
pertanyaan
atau
perhatian
suami/pasanganmu
mengenai
kehamilanmu ? Apa rencanamu untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi kehamilan lagi ? Apa yang membuatmu memutuskan untuk menggunakan metode KB yang sama dengan kakakmu ? 9. Mendengarkan Efektif Mendengarkan efektif merupakan
cara menunjukan perhatian dan
membangun rapport dengan klien. Konselor yang tidak menunjukan perhatian akan menimbulkan asumsi bahwa klien dianggap tidak penting atau diremehkan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan sulit untuk membangun kepercayaan klien. Mendengarkan efektif juga merupaka “kunci” dari konseling. Cara ini efisien untuk mengungkap kebutuhan dan keperluan klien. Mendengarkan efektif dapat dilakukan dengan berperilaku positif dengan cara cara : Menjaga kontak mata (sesuaikan dengan budaya setempat); Menunjukan minat mendengar; Menunjukan perhatian dengan cara tidak melakukan kegiatan lain atau memotong pembicaraan; Tidak bicara kepada orang lain saat mendengarkan; MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI21
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Mengajukan pertanyaan yang relevan; Menunujukan empati; Refleksi dengan cara menulang kata kata klien dengan kata kata sendiri; Mengutip kata kata klien ke dalam diskusi berikutnya; Membayangkan misalnya berada di situasi klien saat mendengarkan; dan Sekali kali biarka klien dalam keadan terdiam, berikan klien waktu untuk berpikir, ajukan pertanyaan dan bicara. 10. Membuat Kesimpulan (PARAPHRASING) Membuat kesimpulan (paraphrasing) berarti menucapkan kembali pesan pesan yang disampaikan klien secara sederhana dengan menuggunakan kata kata sendiri. Tujuan dari membuat kesimpulan adalah: Meyakinkan diri bahwa kita telah memahami kondisi klien sepenuhnya; Membiarkan klien tahu bahwa kita sedang berusaha memahami pesan pesan dasar klien; dan Menyimpulkan atau mengklarifikasi apa yang klien katakan. 11. Menggunakan Bahasa Sederhana dan Alat Bantu Agar komunikasi efektif, konselor menjelaskan isu SKR dengan cara yang mudah dimengerti oleh kilen. Tidak mudah menemukan cara sederhana untuk menjelaskan isu SKR kepada klien, hanya mungkin bila sering dipraktikan. Mencari tahu hal hal yang sudah diketahui klien dan istilah yang mudah dimengerti klien (misalnya bahasa pergaulan, bahsa standar, atau istilah istilah medis) untuk menghindari dua kesalahan : 1) menjelaskan sesuatu diluar kemampuan daya tangkap klien ; atau 2) buang waktu menjelaskan hal yang sudah diketahui klien (bisa menyinggung perasaan klien). Pilih kata kata yang tepat. Seringkali kata kata yang muncul dalam pikiran terlalu klinis atau memojokkan. Agar komunikasi berlangsung efektif, konselor harus pandai memilih kata kata yang mudah dipahami oleh klien.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI22
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Konselor juga harus mampu mengidentifikasi kata/istilah yang digunakan klien untuk menyebutkan bagian tubuh atau kegiatan tertentu, sehingga ketika menggunakan istilah medisnya, penjelasannya bisa merujuk pada istilah tersebut. Bahasa daerah bisa dipertimbangkan untuk digunakan bila dapat menjembatani terbentuknya pengertian karena bisa membantu klien mengatasi rasa malu dalam mendiskusikan topic sensitive. Penggunaan bahasa yang sederhana dengan menjelaskan anatomi dan fisiologi reproduksi dapat dilatih. Latiahn berguna untuk melatih konselor dalam menjelaskan system internal yang kompleks kepda klien, meningkatkan keterampilan berkomunikasi yan baik serta membangun rasa percaya diri.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI23
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kegiatan pembelajaran Kasus: Anda adalah seorang klien perempuan menikah yang mengetahui bahwa suami berselingkuh dengan perempuan lain. Akhir akhir ini anda mengalami keputihan. Suatu haru anda datang ke klinik untuk konseling KB dan ingin bertanya tentang keputihan. Ketika bertemu engan konselor, anda kaget karena orang lalu lalang di sekitar ruang konseling sehingga orang lain bisa mendengar pembicaraan dan pada saat konseling, pandangan konselor tidak terfokus kepada anda. Konselor bercerita tentang staf petugas kesehatan lainnya dan terlihat tidak mendengar apa yang anda katakana. Ketika anda katakan bahwa ingin konseling KB, konselor hanya menanyakan usia dan jumlah anak. Dia sama sekali tidak menanyakan hal lainnya bahkan tidak mendengarkan ketika anda menjelaskan bahwa mengalami keputihan. Anda merasa bahwa konselor harusnya lebih tahu. Anada jadi merasa bahwa masalah yang anda alami tidak penting, sehingga anda berhenti menjelaskan. Konselor mengakhiri konseling sambil mengatakn bahwa pil KB yang terbaik untuk ada. Anda sebagai klien dihadapkan pertanyaan berikut : 1. Apa yang anda rasakan selama konseling? 2. Apa yang membuatmu berpikir konselor tidak mendengarkanmu? 3. Apa yang anda rasakan ketika konselor tidak mendengarkan penjelasanmu? 4. Apa yang dapat konselor lakukan agar bisa lebih memahami kebutuhanmu?
Uji kemampuan diri Instruksi: jawab pertanyaan dengan hati hati Mengapa seorang konselor harus menguasai keterampilan berkomunikasi interpersonal?
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI24
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 3
Konseling Feminis
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI25
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tujuan khusus Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Mendiskusikan prinsip-prinsip konseling feminis 2. Mendiskusikan strategi feminis 3. Menjelaskan tanggung jawab dan etika konseling feminis; dan 4. Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan perempuan bermental menurut perspektif konselor.
Konsep inti Peremuan yang sehat mental , sangat percaya pada kemampuan dirinya dan tidak melakukan hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya; tidak mengorbankan dirinya atau menjadi korban perbuatan orang lain. Perempuan merupakan tenaga ahli untuk dirinya sendiri, ia memiliki kemampuan diri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Terapi feminis tidak memutuskan , melainkan membantu klien mencari solusi yang terbaik untuk dirinya. Klien berhak mendapat informasi apapun yang menyangkut tubuhnya, dan menyatakan keberatan bila klien tidak mendaptakn pelayanan yang dibutuhkan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI26
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
A. Prinsip-Prinsip Konsling Feminis Akar dari setiap permasalahan memilikikomponen sosial dan pribadi. Dalam hal ini, masyarakat tidak dapat untuk diminta menyesuaikan diri sengan sisuasi yang tidak adil/ penuh dengan kekerasan. Tetapi, perhatian pada penyebab sosial dari tekanan mental dan emosional tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk minta pertanggungjawaban seseorang. Setiap orang harus dapat menerima kesalahan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut guna merubah situasi yang ada. Perempuan harus berusaha untuk mencapai status kebebasan secara ekonomi dan psikologis dan dapat membina hubungan yang setara dengan kaum laki-laki dan perempuan yang lain. Kekuatan dari sebuah hubungan haruslah bersifat setara. Ahli terapi (therapist) dapat mengurangi adanya perbedaan kekuasaan yang dimiliki dengan para klien melalui sebuah proses keterbukaan diri yang sesuai. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Mereka merupakan pakar untuk diri mereka sendiri. Para konselor bukanlah ahlinya. Konselor membantu kliennya dalam kelompok maupun individual untuk menemukan solusi bagi permasalahan mereka. Konselor tidak pernah berusaha memberikan jalan keluar terhadap masalah orang lain. Tidak ada formula tertentu dalam melakukan konsling. Perempuan lain bukanlah musuh. Demikian pula kaum laki-laki, sekalipun mereka bersikap kasar dan menekan.
B. Strategi Feminis Para ahli terapi memiliki kewajiban terhadap klien mereka menurut nilai-nilai tertentu mereka. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangatlah diutamakan, tidak disarankan untuk menunjukan tingkah laku yang bersifat tertutup dan manipulatif. Kaum perempuan diajarkan saat yang tepat menggunakan komunikasi yang bersifat terbuka. Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan pendapatnya yang berfungsi sebagai persepsi dan bukan sebagai penentu “yang MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI27
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
sebenarnya akan terjadi”. Klien tetap yang menjadi penentu. Bila klien tidak sependapat dengan ahli terapi, ia bisa menyatakan ketidaksetujuannya. Proses konsling bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu atau kelompok bila diperlukan. Terkadang permasalahan dibahas dengan menggunakan teknik analisa
sexim/elit/rasism/heteroseksual
(analisa
peran
seks,
dekonstruksi,
pencapaian pemahaman).
C. Tanggung Jawab Dan Etika Menjaga kerahasiaan Jelaskan berbagai nilai yang dianut secara jelas Dalam melakukan terapi, klien harus belajar mengenai filosofi dan prinsip perawatan terapeutik Memastikan keelamatan dan kesejahteraan dari pasien terutama dalam konseling Di larang untuk membina hubungan emosional (Misalnya menjalin hubungan seksual) dengan
sang klien
Ahli terapi haruslah memberi pelayanan penuh kepada klien. Prinsip kesetaraan dalam sebuah hubungan tidak bearti bahwa anda akan mendapatkan konselin atau sikap peduli Uji diagnostik di lakukan dengan teliti. jika seorang klien harus menjalani sebuah pemeriksaan
atau/terapi, maka yang bersangkutan berhak untuk
mendapatkan hasil dari uji tersebut serta mengajukan keberatan terhadap hasil yang di berikan Klien berhak terhadap akses informasi yang ada dalam arsipnya, terutama atas informasi yang diberikan kepada badan atau ahli lainnya Menjunjung tingggi hak asasi manusia terutama hak kesehatan reprodukusi dan seksualitas (misalnya: prinsip yang di anut terhadap orientasi seksual seseorang)
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI28
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Menciptakan susana yang memberikan ruang bagi klien untuk mengajukan keberatan atas
jawaban
yang diberikan,mencari pendapat lain atau
meninggalkan konselor tanpa mendapatkan hambatan apapun. Karena pemasalahan perempuan memiliki sebab-sebab sosial,konselor wajib untuk melakukan aksi sosial
D. Perempuan Sehat Secara Mental: Pandangan Terapi Feminis Memberikan nilai yang tinggi terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu dan sebagai perempuan, tidak merendahkan diri. Bersikap sesuai dengan kenyamanan dengan dirinya dan situasi yang dihadapi, secara sadar menolak untuk menyesuaikan diri dengan sterotipe dari gender yang secara umum berlaku kecuali jika yang bersangkutan melakukannya secara sadar dan sebagai hasil dari sebuah perenungan. Secara konsisiten berusaha mencapai pemenuhan emosi, sosial dan ekonomi. Berusaha keras untuk mencapai otonomi sebelum mencapai situasi yang saling membutuhkan dengan pihak lain. Menggabungkan otonomi dan saling ketergantungan dalam bentuk membina hubungan baik dengan orang lain baik secara pribadi maupun dalam berbagai kegiatan sosial. Menghargai adanya perbedaan dan persamaan, dan lebih menyukai adanya perbedaan dalam dirinya dengan orang lain dibandingkan mengikuti sereotipe. Tidak mengorbankan dirinya sendiri, tidak membiarakan dirinya menjadi korban perbuatan orang lain, tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang korban dan tidak menjadikan orang lain sebagai korban. Menikmati kekuatan atas keinginan dan emosi dirinya sendiri. Menunjukkan kekuatan ini dengan penuh semangat, dan bertanggung jawab. Berani mengambil resiko mengambil tindakan tanpa mementingkan aspek pencapaian keberhasilan dan kegagalan. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI29
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Menjaga dirinya sendiri tanpa disertai dengan perasaan bersalah, serta menerima kenyataan bahwa sangat penting umtuk merawat orang lain.
Kegiatan pembelajaran Lakukan simulasi konseling feminis di kelasmu
Uji kemampuan diri Instuksi: jawablah pertanyaan berikut ini! Bedakan konseling feminis dengan konseling pada umumnya! Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari konseling feminis!
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI30
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 4
Praktik Konseling
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI31
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tujuan Khusus Mahasiswi diharapkan mampu: 1. Memahami proses dalam menyiapkan sesi konseling; 2. Mendemostrasikan pendekatan GATHER dan REDI dalam konseling; 3. Mendiskusikan berbagai isu kesehatan reproduksi seperti keluarga Berencana (KB), keterlibatan laki-laki, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan tak diinginkan, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) (termasuk HIV/AIDS), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT); 4. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi penting dari klien; dan 5. Menerapkan keterampilan melakukan konseling dalam bentuk simulasi.
Konsep Inti 1. Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi merupakan konsep yang tumpah tindih dan saling terkait. Istilah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) ditujukan kepada seluruh aspek terkait dengan seksualitas dan reproduksi. 2. Konseling SKR terpadu adalah interaksi dua arah antara klien dan petugas dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui seluruh kebutuhan, pengetahuan dan perhatian klien terhadap SKR, terlepas dari pelayanan kesehatan yang disediakan petugas maupun jenis pelayanan yang diminta oleh klien. 3. Konseling merupakan komponen penting dari pelayanan SKR terpadu, yang ditujukan untuk memberdayakan klien agar dapat memanfaatkan beragam pelayanan yang tersedia di klinik setempat maupun rujukan dengan sebaikbaiknya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI32
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
A. Persiapan Konseling Terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. Persiapan diri; 2. Persiapan tempat; 3. Persiapan materi-materi informasi; dan 4. Pencatatan sesi konseling (termasuk isu-isu yang rahasia).
B. Persiapan Diri Konseling yang baik memerlukan konselor yang: Memiliki motivasi mendengarkan dan menolong orang lain. Idealnya, seorang konselor harus siap mental dalam memberikan bantuan; Memfokuskan konsentari pada saat konseling untuk mendengarkan klien; Memiliki informasi dari pemikiran kreatif yang berguna bagi klien; dan Mampu bekerja sama dengan klien dengan tujuan memberdayakan klien dalam membuat keputusan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya.
C. Persiapan tempat Konseling bisa dilakukan dimana saja, asalkan nyaman bagi klien maupun konselor. Walaupun demikian, konselor tetap harus menyiapkan tempat khusus untuk konseling. Berikut adalah beberapa kiat mempersiapkan tempat konseling yang nyaman: Tempat tidak perlu luas asal bersih; Furniture tidak perlu lengkap; cukup meja kecil; 3 kursi dan lemari kecil untuk meletakkan alat-alat konseling dan materi informasi; Perhatikan penerangan dan saluran udara; Warna dinding sebaiknya warna pastel (tidak putih) agar menimbulkan efek menenangkan dan menyegarkan perasaan dan pikiran klien;
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI33
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Bunga atau tanaman kecil, gambar atau poster akan menambahkan aura selamat datang; dan Tisu dan minuman disediakan untuk mengantisipasi klien menangis.
D. Persiapan Materi-Materi Informasi Information kids, seperti flipchart yang berisi informasi-informasi praktis mengenai SKR yang disajikan menarik dan dilengkapi gambar-gambar dan grafik; berguna saat konselor memberikan informasi SKR kepada klien, mengingatkan konselor agar tidak lupa memberikan informasi yang dibutuhkan klien, serta membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang benar sehingga klien bisa membuat keputusannya sendiri. Materi Informasi, seperti brosur, leaflet, dan booklet mengenai isu-isu SKR akan membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Bila memungkinkan klien diberikan materi informasi yang bisa dibawa pulang. Hal ini dapat membantu klien mengingat beberapa hal penting dan dapat digunakan untuk meyampaikan informasi yang sama kepada orang lain (keluarga, kerabat, teman). Pencatatan Sesi Konseling Merupakan hal penting dalam konseling. Mengingat klien mungkin berkunjung beberapa kali, sehingga perlu untuk menyimpan riwayat latar belakang klien berikut masalah yang dihadapinya. Pencatatan harus standar dan sistematis, dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari hal-hal yang terlupakan. No. Rekam Medis
:
Nama Klien
:
Alamat
: (Dapat berupa alamat, nama, nomor telpon)
Nama Konselor
:
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI34
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tanggal
Alasan Kunjungan
Keluhan/Informasi Klien
Respon Konselor
Keputusan Klien/Rencana
Table 1. Catatan Konseling
E. Kerahasiaan Beberapa hal yang harus dilakukan konselor untuk menjaga kerahasiaan klien : 1. Tidak menyebarkan data diri klien kepada orang lain. Termasuk rekan sejawak dan keluarga (klien atau konselor) tanpa sepengetahuan klien; 2. Melakukan konseling dengan suara yang pelan, atau di ruangan terpisah agar klien yakin bahwa percakapannya tidak akan terdengar oleh orang lain; 3. Menyimpan catatan konseling di tempat khusus. Beberapa hal bisa menjadi bahan pertimbangan konselor: Catatan klien di klinik atau rumah sakit: catatan klien yang disimpan di rekam medis klinik/rumah sakit memungkinkan bahwa lebih dari satu orang konselor/petugas bisa memiliki akses terhadap catatan tersebut. Catatan konseling terpisah: beberapa fasilitas kesehatam menyimpan catatan klien dalam rekam medis secara terpisah sehingga cerita-cerita pribadi, masalah klien tidak diketahui petugas lainnya. Catatan pribadi konselor: konselor juga dapat menulis/mencatat beberapa hal umum di rekam medis rumah sakit/klinik. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan klien.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI35
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
F. Pendekatan GATHER dan REDI Pendekatan GATHER dan REDI merupakan kerangka kerja yang umumnya digunakan dalam memeberikan konseling mengenai isu–isu kesehatan reproduksi. Pendekatan GATHER biasanya digunakan untuk konseling layanan KB untuk membantu klien memilih metode KB yang baik dan cocok. Langkahlangkah GATHER tidak mudah untuk diterapkan dalam konseling isu-isu kesehatan reproduksi lainya (selain yang disebutkan diatas) karena itu diperkenalkan REDI sebagai langkah baru. 1. Pendekatan Gather GATHER merupakan singkatan dari: Greet/Salam
-
berikan salam dengan sikap bersahabat kepada klien segera ketika bertemu. Buatlah klien merasa nyaman dengan bertanya mengenai hal-hal yang kecil.
Ask/Tanya
-
apa dan bagaimana konselor dapat membantu klien. Tanyakan masalah mereka; gunakan intonasi suara yang mengisyaratkan ketertarikan, perhatian dan keakraban.
Tell/Tanggapan - jangan lupa menanggapi/merespon klien. Help/Bantu
- bantu klien dalam membuat keputusannya sendiri.
Explain/Terangkan Return/Kembali - ingatkan klien Selain KB, pendekatan GATHER juga dapat diterapkan pada isu-isu SKR yang lain (seperti seksualitas dan pencegahan HIV/ISR) yang disebut dengan pendekatan GATHER perlindungan ganda.
Penekanannya
adalah kontrasepsi (kondom) tidak hanya untuk mencegah kehamilan tapi dapat juga untuk mencegah ISR pada saat yang bersamaan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI36
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
G = GREET/Berikan Salam kepada klien dengan sopan dan hangat. Hargai kedatangan klien, dan jelaskan bahwa diskusi tersebut bersifat rahasia. Kedua hal tersebut merupakan bagian sangat penting dalam membangun “kepercayaan” dan rasa aman klien dalam berbagai perasaan dan masalahnya, khususnya isu yang berhubungan dengan HIV dan ISR, seksualitas dan pencegahan HIV – IMS dan Kehamilan). A = ASK/Tanyakan klien hal-hal umum menyangkut dirinya, seperti nama, usia, anggota keluarga, dan lain-lain. Tanyakan alasan kedatangan klien (yakinkan klien bahwa hal yang sama juga diajukan kepada klien lainnya agar dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya). Tanyakan mengenai kehidupan seksual dan riwayat seksual klien; apa yang mereka ketahui mengenai perilaku seks pasangannya, HIV, dan IMS, KB, dan kondom; apakah mereka beresiko terinfeksi HIV dan IMS, kehamilah tidak diingankan, atau kekerasan, atau mereka mempunyai masalah kesehatan seksual lainnya. T = TELL/Informasikan kepada klien berbagai jenis pelayanan yang tersedia, pilih kontrasepsi (termasuk cara kerja, keampuhan dalam mencegah HIVIMS serta kehamilan, dan pengaruhnya terhadap seksualitas), cara-cara mencegah HIV-IMS (dengan menekankan pada penggunan kondom), serta penyebaran HIV dan IMS dan resikonya. Ruang lingkup dan kapasitas pemberian informasi diberikan menurut kasus per kasus. H = HELP/Bantulah klien untuk membuat keputusan terbaik termasuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan, klien menentukan sendiri tingkat resiko mereka terhadap HIV daan IMS, dan memutuskan upaya yang akan dilakukan untuk meuurunkan resiko tersebut. Konselor juga membantu klien memilih metode KB yang dapat melindunginya dari kehamilan dan terkena HIV-IMS. Bantu klien mengantisipasi reaksi pasangan saat memperkenalkan kondom atau mendiskusikan seksualitas atau perilaku IMS beresiko. Jelaskan besar biaya yang harus ditanggung oleh klien. Apabila penggunaan kondom pria tidak
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI37
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
memungkinkan, diskusikan strategi lain (misalnya pengunaan kondom perempuan atau melibatkan pasangan dalam konseling). E = EXPLAIN/Terangkan mengenai kerja dari fasilitas kesehatan, cara kerja metode KB dan pengaruhnya terhadap seksualitas, proteksi ganda kondom, pencegahan IMS, pengobatan lain yang harus dilkukan klien dan pasangannya, atau tidak melakukan aktifitas seksual sampai dinyatakan sembuh dari infeksi. Peragakan pemakaian kondom dengan menggunakan model penis dan minta klien untuk mencobanya. Cari tahu rencana klien untuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan. Cari tahu juga bagaimana klien menangani menghadapi rintangan. Jika memungkinkan, mainkanlah peranan
untuk bernegosiasi terhadap
penggunaan kondom atau memperkenalkan diskusi mengenai seksualitas, penggunaan kondom atau penurunan resiko IMS. R = RETURN/Kunjungan
ulang.
Apabila
memungkinkan,
jadwalkan
kunjungan ulang dengan klien untuk mengetahui perkembangan klien. Sediakan informasi tambahan, sumber-sumber, atau rekomendasi sebanyak yang dibutuhkan (untuk konseling dan tes sukarela, pelayanan dan dukungan HIV, pemeriksaan IMS atau pengobatan ISR). (Engender Health,2002) Pendekatan Redi Ada 4 tahap pendekatan REDI, yaitu : Tahap 1 : Membangun Hubungan Tahap 2 : Eksplorasi Menyambut klien Cari tahu kebutuhan klien, resiko, kehidupan seksual, Membuat pendahuluan kehidupan sosial dan Memperkenalkan topik lingkungannya seksualitas Cari tahu pengetahuan klien Menjanjikan kerahasiaan dan berikan informasi yang dibutuhkan Bantu klien menerima atau memutuskan kehamilannya atau resiko HIV dan IMS
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI38
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tahap 3 : Pengambilan Keputusan Tahap 4 : Menjalankan Keputusan Identifikasi keputusan yang Buatlah rencana yang konkrit diperlukan klien dan spesifik untuk menjalankan keputusan Identifikasi pilihan-pilihan klien dalam mengambil Identifikasi keterampilan yang keputusan diperlukan klien dalam menjalankan keputusan Jabarkan keuntungan, kekurangan, dan konsekuensi Keterampilan praktis, bila dari tiap pilihan diperlukan, dengan bantuan petugas Bantulah klien untuk membuat Buat rencana tindak lanjut keputusan yang nyata Beberapa hal yang menyebabkan pendekatan REDI tepat digunakan untuk konseling kesehatan reproduksi terpadu, yaitu : 1) menekankan pada tanggung jawab klien untuk membuat keputusan dan menjalankannya; 2) memberikan panduan yang mempertimbangkan hubungan seksual klien dn konteks sosial; dan 3) tantangan yang mungkin dihadapi klien dalam menjalankan keputusannya serta menawarkan pengembangan keterampilan untuk membantu klien mengahadapi segala tantangan.
G. Isu-Isu Khusus Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana Beberapa pengetahuan kunci Metode Kontrasepsi dapat dikelompokkan menjadi 5: 1) Metode Alami (kalender, senggama terputus); 2) Metode Hormonal (pil, suntik, implant); 3) Metode Perintang (kondom, spermicide diafragma); 4) Metode Operasi (vasektomi, tubektomi); 5) Intra Uterine Device (IUD/Spiral). Kondom mempunyai fungsi ganda: mencegah kehamilan tidak diinginkan dan mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS). Petugas kesehatan versus klien berdasarkan metode control. IUD, suntik, implant, vasektomi, tubektomi merupakan metode yang memerlukan pengawasan petugas kesehatan. Klien membutuhkan petugas ketika mengalami rasa tidak nyaman dengan metode pilihan dan memutuskan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI39
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
untuk mengganti atau menghentikan penggunaan. Klien tidak memerlukan petugas untuk menghentikan penggunaan pil atau kondom saat merasa tidak nyaman, atau menggunakannya kembali. Demikian pula bagi klien yang punya keluhan dengan metode suntik, juga dapat menghentikan penggunaan. Akses terhadap logistik: metode operasi, implant dan IUD dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama tanpa membutuhkan peralatan tambahan. Pil, suntik dan kondom membutuhkan kepatuhan klien untuk menjamin pencegahan KTD.
INGATLAH bahwa ! Klien berhak untuk menerima informasi yang benar dan lengkap mengenai berbagai metode kontrasepsi, termasuk cara kerja, keuntungan, kekurangan, kemungkinan efek samping dan kontra indikasi. Klien berhak memilih dan memutuskan secara sukarela metode kontrasepsi yang tepat bagi kondisi dan situasinya. Klien berhak menerima pelayanan yang aman dari suatu prosedur medis. Klien berhak mendapatkan suplai kontrasepsi berkelanjutan untuk perlindungan jangka panjang, ketika klien memilih pil, suntik, dan kondom. Pertanyaan yang harus dijawab saat klien memerlukan bantuan: Apakah metode menarik, serta sesuai dengan kebutuhan dan falsafah hidup klien? Apakah klien memilih metode efektif untuk menghindari kegagalan? Apakah klien memiliki kondisi medis tertentu yang membuat pilihan lain menjadi lebih baik?
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI40
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tabel 2. Panduan Pemilihan Kontrasepsi Menurut Metode Metode
Penggunaan pasca-aborsi Metode Metode perintang digunakan begitu Non-fitted: memulai aktivitas kondom (laki- seksual lagi. laki dan perempuan); serta usapan vagina dan positories (foaming tablets, jelly, atau film)
Metode perintang (spermicida); diaphragma atau penutup mulut rahim atau jelly
Diagragma dapat dipasang segera setelah aborsi trimester pertama ; Untuk aborsi trimester ke dua, pemasangan harus ditunda, sehingga rahim berada pada posisi semula (4-6 minggu)
Pemasangan penutup mulut rahim sampai pendarahan terhenti dan rahim berada pada posisi semula (4-6 minggu) Pil : terpadu Penggunaan pil dan prosges biasa dilakukan trin saja secara, terutama pada saat pengobatan.
Keuntungan
Keterangan
Murah ; Kurang efektif dibandingkan IUD Sebagai metode atau metode antara bila metode hormonal; lain ditunda ; digunakan Tidak perlu Harus setiap kali hubungan pengawasan medis ; seksual; Khusus kondom Butuh motivasi (latex dan vinyl), berkelanjutan; melindungi dari IMS, Harus selalu tersedia; termasuk HIV ; Pemakaian biasa Bisa mengganggu dihentikan kapan saja hubungan seksual. ; Efektif jika digunakan dengan benar. Murah ; Kurangefektif dibandingkan IUD Tidak perlu atau metode pengawasan medis ; hormonal; Melindungi dari IMS Harus digunakan , termasuk hiv ; setiap kali hubungan Pemakaian dapat seksual; dihentikan kapan saja Butuh motivasi ; berkelanjutan; Efektif jika Harus selalu tersedia; digunakan segera . Beberapa pengguna mengalami infeksi saluran kencing Harus dipasang oleh petugas terlatih
Sangat efektif ; Bisa digunakan segera bahkan ketika masih infeksi ; Bisa diperoleh dari petugas non medis ;
Butuh motivasi berkelanjutan ; Harus selalu bersedia ; Efektifvitas terganggu bila klien menggunakan obat-
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI41
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tidak mengangguhubungan seksual.
Suntik :
Suntik biasa diberikan setelah DEMPA dan aborsi trimester NET-EN pertama dan kedua Metode ini cocok bila perempuaningin menunda penggunaan metode KB jangka panjang
Susuk progestin : Susuk norplant
Spiral IUD
Susuk bisa dipasang segera setelah aborsi. Pemasangan harus melalui konseling, bila tidak ada harus disediakan metode perantara
atau Pemasangan harus ditunda sampai luka, pendarahan dan anemia akut sembuh atauteratasi Pemasangan ditunda hingga
obatan tertentu (misalnya rifampin,dilantin, atau griseofulvin ) dalam jangka panjang ; Disarankan juga pengguna kondom bila klien beresiko IMS termasuk HIV. Bisa menyebabkan perdarahan, terutama amenorrhea (jarang terjadi perdarahan berat ); Bisa mempengaruhi kesuburan ; Disuntik setiap 2 -3 bulan sekali ; Disarankan pengguna kondom bila klien beresiko IMS termasuk HIV.
Sangat efektif ; Bisa digunakan segera bahkan ketika masih infeksi ; Bisa diperoleh dari petugas non medis ; Tidak menganggu hubungan seksual ; Tidak ketergantungan (kecuali suntik setiap 2 bulan atau 3 bulan ) ; Tidak perlu klien untuk mendapatkan persediaan, Sangat efektif ; Bisa menyebabkan perdarahan (biasanya Perlindungan jangka bercak) atau panjang amenorrhea ; (sekurangnya 7 tahun ); Butuh petugas terlatih untuk pemasangan Bisa subur segera dan pencabutan ; setelah dicabut; Tidak menganggu Murah bila digunakan jangka panjang ; hubungan seksual ; juga Tidak perlu klien Disarankan pengguna kondom untuk dapat bila klien beresiko persediaan . IMS termasuk HIV. Sangat efektif ; Bisa menambahperdarahan Perlindungan jangka menstruasi dan kram panjang ; pada beberapa bulan Bisa subur lagi pertama; setelah dicabut tidak; menyebabkan Tidak menganggu Bisa perfonansi pada rahim hubungan seksual ; selama pemasangan ; Tidak perlu klien untuk mendapatkan persediaan ; MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI42
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
infeksi sembuh (3 bulan) Aborsi trimester pertama : IUD dapat dipasang bila infeksi telah sembuh Aborsi trimester ke dua : pemasangan ditunda enam minggu hingga tersedia atau ada peralatan dan petugas terlatih
Sterilisasi perempuan (tubektomi)
KB alamiah
Secara tehnik, prosedur sterilisasi dapat dilakukan segera setelah pengobatan komplikasi paska aborsi, kecuali terjadi infeksi atau pendarahan berat. Sterilisasi tidak boleh dilakukan kecuali infeksi teratasi (3 bulan) atau luka tersembuhkan Metode alamiah tidak dianjurkan untuk KB paskaaborsi. Ovulasi pertama setelah aborsi sulit ditebak, dan metode ini tidak dapat dipercaya sehingga pola
Perlu cek tali IUD Meningkatkan resiko setiap bulan (oleh pada rahim selama klien) ; pemasangan ; Hanya perlu satu kali Meningkatkan resiko kunjungan, kecuali penyakit radang ditemukan masalah. panggul (PID=Pelvic inflamatory disease)dan kemandulan pada perempuan terinfeksi klamydia atau gonore pada saat pemasangan ; Disarankan juga pengguna kondom bila kline beresiko IMS termasuk HIV; Butuh petugas terlatih untuk pemasangan dan pencabutan. Metode permanen ; Memerlukan konseling dan Metode paling informend consent efektifuntuk yang memadai perempuan ; sebelum pemasangan; Tidak perlu upaya lain setelah selesai Sedikit kemungkinan terjadi komplikasi dilakukan ; operasi; Tidak menganggu Perlu petugas terlatih hubungan seksual ; dan peralatan yang Tidak ada efek memadai; jangka panjang ; juga Efektif segera setelah Disarankan pengguna kondom dilakukan. bila kline beresiko IMS termasuk HIV.
Tidak perlu biaya ; Tidak merubah fungsi seksual ; Tidak ada efek jangka panjang .
Sulitditerapkan segera setelah aborsi; Pengguna metode alternatifkecuali siklus normal kembali; Disarankan juga pengguna kondom bila kline beresiko IMS termasuk HIV;
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI43
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
menstruasi teratur kembali.
Vaksetomi
Vaksektomi biasa dilakukan kapan saja
Metode permanen ; Metode paling efektif untuk laki-laki ; Tidak perlu upaya lain setelah selesai dilakukan ; Tidak menganggu hubungan seksual; Tidak merubah fungsi seksual ; Tidak efek jangka panjang ; Efektif 12 minggu setelah tindakan,
Perlu kerjasama dan pengertian perempuan dan pasangannya mengenai penerapanmetode ini. Memerlukan konseling dan informed consent yang memadai sebelum dilakukan; Sedikit kemungkinan terjadi komplikasi operasi; Perlu petugas terlatih danperalatan yang memadai ; Disarankan juga pengguna kondom bila kline beresiko IMS termasuk HIV; Hanya efektif bila sudah12 minggu setelah tendakan.
H. Membangun Kesan yang Baik Dengan Klien Laki-Laki Ide-Ide Inti Saat memberikan konseling SKR, konselor harus mengetahui seluruh kebutuhan individu. Kebanyakan petugas terbiasa hanya dengan klien menikah atau perempuan; dan mengalami kesulitan bila ada klien laki-laki atau remaja belum menikah. Kendalanya budaya menambah tingkat kesulitan dalam mendiskusikan isu-isu seksualitas kepada lawan jenis dan remaja belum menikah. Kendala komunikasi ini meningkatkan permasalahan kaum laki-laki dan remaja yang membutuhkan pelayanan konseling terpadu, karena mereka seringkali tidak bisa mendapatkan informasi atau pelayanan yang dibutuhkan agar terlindungi dari kehamilan tidak diinginkan atau HIV dan ISR; serta mendapatkan akses pelayanan saat mengalami masalah SKR yang serius.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI44
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
a. Memahami Kebutuhan dan Peran Laki-Laki Menghadapi klien laki-laki dalam konseling berbeda dengan menghadapi klien perempuan. Terutama pada saat membicarakan isu seksualitas. Konselor harus memahami kebutuhan dan peran laki-laki agar bisa membantu klien laki-laki. Dibawah ini beberapa karakteristik laki-laki mengenai kebutuhan dan perannya. Karakteristik ini bisa menjadi bahan pertimbangan saat menangani klien laki-laki. b. Laki-laki adalah Pengambil Keputusan Laki-laki disosialisasikan sabagai pemegang kendali. Datang ke fasilitas kesehatan bagi laki-laki sering menimbulkan konflik, karena biasanya ia diminta melakukan sesuat. Laki-laki merasa lebih nyaman bila mereka dapat membuat keputusan sendiri. Konselor harus meyakinkan klien bahwa kedatangan klien di klinik sudah tepat. Jika klien tidak yakin, konselor dapat meyakinkan kemampuan klien dengan menanyakan bagaimana mereka menangani masalah-masalah dalam kehidupannya. Jika klien masih tidak yakin, konselor menyarankan beberapa keputusan yang bisa diambil, jangan memilihkan salah satu keputusan pada klien. c. Laki-laki Tidak ingin Diremehkan Laki-laki seringkali disosialisasikan mengerti banyak mengenai seks. Mengakui bahwa meraka tidak tahu apa-apa hanya akan membuat mereka merasa tidak “Nyaman”. Pada saat konseling, konselor sebaiknya jangan menanyakan “Apakah ada pertanyaan mengenai hal tersebut?” atau “Anda mengerti apa yang saya katakan?” d. Laki-laki Lebih Menggunakan Pikiran bukan Emosi Umumnya laki-laki lebih senang berkonsentrasi atau berpikir daripada berbicara mengenai perasaannya. Konselor harus fokus pada pikiran dan langkah dalam membuat keputusan daripada berdiskusi tentang perasaan. Klien tidak akan segera menanggapi bila ditanyakan mengenai perasaannya saat mengetahui pasangannya hamil, sebaliknya ia segera menanggapi bila ditanya mengenai pendapatnya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI45
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
e. Laki-laki Ingin Tahu apakah Laki-laki Lain juga Memiliki Rasa Takut dan Bersifat Perhatian Laki-laki bersedia berdiskusi tentang rasa takut dan perhatiannya hanya bila konselor berhasil meyakinkan hal tersebut juga dilakukan kilen laki-laki lainnya. Bila konselor mengidentifikasikan adanya keengganan klien untuk berbagi masalah tertentu yang dihadapi klien, konselor dapat menceritakan bagaimana klien lain menceritakan hal tersebut. Biasanya, klien laki-laki akan lebih terbuka untuk berdiskusi mengenai kebingungan, rasa takut, atau perasaan lainnya bila diketahui bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama. Kebutuhan atau Peran Laki-laki adalah pengambil keputusan dan ingin memecahkan masalahnya sendiri
Pernyataan
“Keputusan Anda sudah tepat dengan dating ke sini .” “Anda membuat keputusan yang benar dengan memakai kondom saat ini.” “Keputusan yang sangat baik untuk berbicara dengan pasangan Anda tentang kontrasepsi.” “Bagaimana anda memberitahukan pasangan seks anda agar dating ke sini untuk mendapatkan tes infeksi ini?” “Apa rencana untuk memberitahukan pasangan anda tentang masalah ini?” Laki-laki lebih banyak “Anda mungkin sudah tahu, tapi..” tahu tentang hal-hal “Anda mungkin sudah pernah dengar yang berkaitan dengan sebelumnya, tapi saya harus menjelaskan seks kepada seluruh klien bahwa..” “Saya yakin anda sudah tahu bagaimana memakai kondom yang benar, tapi ada baiknya kita ulangi beberapa poin penting yaitu..” “Saya mencoba memberi beberapa kiat untuk anda.” “Saya ingin menegaskan bahwa anda telah mengerti bagaimana anda mendapatkan penyakit ini.”
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI46
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Laki-laki tidak akan “Ada laki-laki yang datang beberapa hari yang bertanya tentang seks lalu, dan ia bertanya kepada saya tentang kesulitan ereksi.” “Walau kita sudah memiliki cara efektif untuk mengatasi masalah, kadang-kadang kita memiliki keraguan sesudahnya. Apakah ada yang ingin anada diskusikan dengan saya?” “Anda kelihatan mengerti secara umum bagaimana menggunakan kondom, tapi adakah hal lain yang anda ingin tahu lebih lanjut?” “Karena anda telah hadir di sini, apakah ada hal-hal yang anda ingin tanyakan atau beritahu kepada saya?” Laki-laki ingin tahu “Banyak laki-laki mempunyai masalah yang apakah mereka sama.” “normal” dan sebaik “Anda tahu, banyak klien laki-laki bertanya atau bahkan lebih baik tentang hal ini sebelumnya.” dari laki-laki lain “Banyak klien laki-laki bertanya tentang hal itu.” Laki-laki membutuhkan “Itu adalah pertanyaan yang bagus.” dukungan ketika mereka “Saya senang anda bertanya tentang hal itu.” bertanya tentang seks “Anda sangat berani bertanya tentang hal itu.” “Ini merupakan hal yang baik anda datang ke sini untuk mendapatkan informasi yang lebih tentang hal itu.”
Tabel 3. Contoh-contoh Pernyataan yang Dapat Digunakan untuk Klien Laki-laki, Berdasarkan kebutuhan dan Peran Remaja Ada dua alasan mengapa program konseling dan pelayanan klinik SKR untuk remaja perlu diselenggarakan : Remaja berhak mendapatkan pelayanan SKR yang berkualitas. Remaja membutuhkan pelayanan SKR. Remaja terpapar resiko masalah SKR karena : Kurang pengetahuan dan informasi. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI47
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Terbatas akses terhadap pelayanan dan program. Kendala psikologi dan sosial untuk mengakses pelayanan. Pelayanan dan konseling SKR dapat membantu remaja dalam hal : Melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka. Memahami kebutuhan-kebutuhan SKR. Belajar bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi mereka. Mencegah kehamilan tak diinginkan. Mencegah masalah kesehatan yang serius dan kematian dini akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Menghindari ISR. Memberikan informed choice tentang SKR. Menjamin kesehatannya di masa depan. Saat memberikan konseling kepada remaja, konselor sebaiknya : Dapat dipercaya , menguasai informasi SKR yang factual, termasuk kehamilan dan pencegahan ISR. Menciptakan privacy, rasa hormat dan rasa percaya, agar remaja bisa bebas bertanya dan terbuka dalam berdiskusi tentang seksualitas. Terlibat dalam dialog atau diskusi terbuka. Menawarkan pilihan-pilihan, tidak menghakimi keputusan remaja, dan menerima hak mereka dalam memilih dan membuat.
I. Klien Dengan Kehamilan Tak Diinginkan Ada 3 tahap konseling klien dengan kehamilan tak diinginkan (KTD): Sebelum Tindakan. Menggali perasaan dan kebutuhab klien. Mendukung segala keputusan klien untuk meneruskan kehamilan, menghentikan kehamilan, ataupun mencari peluang untuki adopsi. Merujuk ke klinik/fasilitas lain bila perlu, serta diskusikan rencana ke depan klien untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi KTD berulang. Saat Tindakan. Bila klien memutuskan untuk melakukan terminasi kehamilan, dan petugas kesehatan menyatakan bahwa aborsi yang aman dapat dilakukan, konselor sebaiknya menemani klien saat prosedur medis MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI48
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
berlangsung. Tidak harus mendukung dengan percakapan, terkadang cukup dengan memegang tangan klien dan membisikkan kata-kata yang dapat membangkitkan semangat klien. Tindakan konselor ini bisa membantu klien mengatasi rasa sakit saat prosedur. Selain itu, kehadiran konselor membantu dokter berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Setelah Tindakan. Ketika tindakan selesai dilakukan:
Hampiri klien yang kelihatan sudah tenang. Hati-hatilah dengan kondisi fisik dan emosi klien; jangan memaksa klien untuk mendengarkan karena hanya akan membuang waktu saja.
Bersikap fleksibel dalam menentukan tempat konseling. Kadangkala klien merasa cukup kuat untuk bangun dan berbicara di ruangan terpisah; yang lainnya mungkin lebih memilih konseling dilakukan di ruang penyembuhan.
Perhatikan bahwa hal yang penting adalah memberikan klien informasi yang berguna dan sesuai dengan kebutuhannya.
Jika ada kerabat/teman yang menemani klien, tanyakan apakah ia juga ingin ditemani saat konseling.
Mulailah dengan menggali perasaan, pertanyaan, dan kekhawatirannya setelah melakukan aborsi yang aman.
Ikuti diagram konseling pada aborsi yang aman untuk mengetahui informasi apa saja yang harus diberikan pada klien.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI49
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
J. Konseling pada Klien Aborsi yang Aman Sebelum Tindakan
Mengukur kemampuan atau kapasitas klien untuk menerima informasi. Menggali alasan mengapa klien mengalami kehamilan tak diinginkan. Menggali kebutuhan dan perasaan klien. Menggali nilai-nilai dan rencana masa depan klien. Berdasarkan kondisi klien, berikan informasi tentang hal berikut: Pemeriksaan dan hasilnya; Prosedur pengobatan/pembiusan (anesthesia); Kemungkinana efek samping, komplikasi dan risiko-risiko; prosedur reproduksi manusia; metode-metode kontrasepsi yang tersedia.
Saat Tindakan Memberikan dukungan emosi dengan cara : Menunjukkan sikap positif dan empati secara verbal dan nonverbal; Kelembutan saat prosedur dilakukan.
Saat Tindakan Menggali perasaan klien, tunjukan pengertian dan dukungan. Ingatkan klien kemungkinan efek samping, resiko, komplikasi dan tanda-tanda bahaya, klien harus kembali jika hal tersebut terjadi. Jelaskan agar klien mampu merawat dirinya di rumah. Berikan informasi tertulis pasca prosedur. Ingatkan klien pentingnya kunjungan ulang. Diskusikan tentang metode kontarsepsi yang tersedia bila memungkinkan. Diskusikan tentang ISR dan PMS. Lakukan asntisipasi perlunya konseling tambahan atau rujukan terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi lain ataupun isu-isu no medis lainnya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI50
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
K. Klien Dengan ISR Dan IMS/AIDS Komplikasi serius ISR/IMS : jutaan laki-laki,perempuan dan anak-anak di seluruh dunia terkena komplikasi dari ISR dan PMS. Akibat dari infeksi ini bisa beragam komplikasi, jangka panjang, dan serng kali mematikan, terutama pada perempuan. Beberapa ISR/IMS juga berhubungan dengan komplikasi kehamilan atau infeksi kongenital. Sayangnya, gejala dan tanda-tandanya bisa tidak terlihat hingga akhirnya terlambat untuk mencegah terjadinya kerusakan serius pada organ-organ reproduksi. ISR yang sesungguhnya bisa disembuhkan, juga dapat menimbulkan komplikasi serius bila tidak diobati. Jika diagnosa dan pengbatan tidak dilakukan sedini mungkin, beberapa dari infeksi ini bisa menyebabkan kemandulan, sakit pinggang kronis, persalinan premature, aborsi spontan, kehamilan ektopik, peradangan pada testis, kardiovaskular, atau kmplikasi neurologis, bahkan kematian. Beberapa infeksi juga dapat menyebabkan phneumonia, infeksi pernapasan, dan infeksi mata pada bayi baru lahir. komplikasi ISR dan IMS tidak hanya mempengaruhi kesehatan idividu, tetapi juga kualitas hidup dan produktivitas ekonomi perempuan dan laki-laki, keluarga dan masyarakat. Kenapa pelayanan kesehatan reproduksi fokus pada ISR dan IMS ? ISR dan IMS adalah masalah yang berkembang dan menyebar diseluruh dunia. Meskipun ISR berdampak serius baik bagi negara maju maupun negara berkembang, namun negara berkembang atau negara miskin seperti indonesia, dampaknya lebih besar lagi.
Setiap tahun diperkirakan ada 400 juta orang dewasa di dunia terinfeksi ISR.
Pada tahun 2000, diperkirakan 5,3 juta orang (termasuk 600.000 anak-anak usia dibawah 15 tahun) terinfeksi HIV.
Hingga November 2000,diperkirakan 36,1 juta orang dewasa dan anak-anak di dunia hidup dengan AIDS atau terinfeksi HIV.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI51
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Di beberapa negara berkembang, prevalensi ISR rata-rata antara 5% sampai 52%ditemukan pada perempuan yang datang ke klinik bersalin dan KB.
L. Klien Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi dimana saja, tanpa membedakan
culture,agama,ras,latar
belakang
pendidikan,dan
sebagainya.walaupun KDRT banyak ditemukan, tetapi masyarakat banyak yang tidak mahu tahu bahkan menola untuk bersama-sama mengatasi hal ini. Berbagai jenis kekerasan yang kerap dialami oleh perempuan, terutama berada dekat dengan lingkup rumah tangganya antara lain : 1. Perkawian di bawah Umur Perkawinan di bawah umur, apalagi tanpa persetujuan, adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Perkawinan usia dini cenderung diikuti dengan munculnya berbagai persoalan kesehatan.kehamilan di usia dini ditambah dengan rendahnya tigkat pengetahuan reproduksi dapat mengakibatkan penderitaan seumur hidup bagi perempuan dan mungkin juga anak-anaknya. 2. Perkosaan Perkosaan dapat terjadi dimana saja,termasuk di dalam keluarga.seorang istri jika menolak keinginan suaminya dianggap bukan istri yang baik, bahkan ada pendapat bahwa perempuan wajib melayani kebutuhan seks suaminya. 3. Pelecehan seksual Di lingkungan rumah tangga jenis pelecehan seksual yang paling sering ditemukan adalah antara seorang majikan kepada pembantunya. Para atasan ini menggunakan seks sebagai alat kontrol perempuan. Jika mereka menolak akibatnya bisa beragam dari penurunan kedudukan, penahanan gaji sampai ke pemecatan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI52
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
4. Pelacuran dan Perdagangan Perempuan Banyak perempuan terperangkap dalam dunia pelacuran karena “dipaksa” orang tua, suami bahkan pacar. Banyak juga terjadi akibat himpitan ekonomi. Dalam perdagangan perempuan biasanya si perempuan tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya dan lebih menyedihkan lagi, sekali mereka masih dalam jaringan perdagangan perempuan kemungkinan keluar sangatlah kecil. 5. KDRT dan Dukungan Pemerintah Negara belum dapat mengakomodasi dengan baik persoalan yang banyak dihadapi masyarakat. berikut ini adalah beberapa perangkat hukum dan kebijakan-kebijakan yang menempatkan oerempuan sebagai warga kelas dua. UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 1 dan 2 berbunyi, “suami wajib melindungi istrinya dan wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya”. UU perkawinan No. 1 tahun 1974 Pasal 31 Ayat 3 yang berbunyi “suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga”. SK Menaker No. 7 tahun 1990 tentang upah. Perempuan tidak memperoleh tunjangan keluarga karena didasarkan pada asumsi bahwa pekerja adalah laki-laki sehingga tunjangan hanya diberikan kepada istri dan anak-anak. Pekerja perempuan dianggap lajang meskipun secara real dia menikah dan mempunyai anak. Dalam hukum positif di indonesia tidak ada pengaturan secara explisit menjelaskan tentang KDRT. Akibatnya jiak terjadi KDRT banyak instansi yang terkait seprti polisi, dokter/rumah sakit kurang membantu menyelesaikan masalah KDRT tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI53
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Mitos dan Kenyataan Tentang Penganiayaan No 1
2
3
5
6
Mitos Kenyataan Kekerasan dalam rumah tangga Tidak ada angka yang pasti berapa banyaknya bukan hal yang serius, hanya korban karena sangat jarang dilaporkan. dialami oleh sebagian kecil Angka rata-rata menunjukkan 20%-50% perempuan di muka bumi. perempuan dalam ikatan perkawinan atau hubungan erat lain menjadi korban kekerasan. KDRT hal yang biasa, karena itu Akibat sering terjadi pertengkaran dalam tak perlu dipermasalahkan. rumah tangga, pihak yang dirugikan biasanya istri, seperti diceraikan sepihak, tidak diberi nafkah, diusir dari rumah dan sebagainya. KDRT hanya terjadi pada kalangan Penganiayaan tidak mengenal tingkat yang tidak berpendidikan dan ekonomi, sosial, batas kedudukan, berpenghasilan rendah pendidikan, ras, agama, dan keadaan lain dan bisa terjadi pada siapa saja. Perempuan senang diperlakukan Tidak mudah bagi perempuan untuk kasar oleh pasangannya, kalau meninggalkan rumah tangganya. Faktortidak tentunya ia sudah pergi dulu. faktor penghalangnya adalah: rasa malu, takut kepada si pelaku, tidak mampu menghidupi diri dan anak, hukum agama dan hukum adat yang mengikat. Meninggalkan rumah tidak menjamin bahwa ia akan bebas dari si penagniaya. Beberapa klien memutuskan untuk tetap tinggal meski tahu resikonya. Penganiaya adalah orang yang Penganiaya tidak selalu bertindak kasar, kasar. sesudah terjadinya penganiayaan ia seringkali menyesal akan perbuatannya, bersikap lembut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI54
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kegiatan Pembelajaran 1. buatlah laporan hasil wawancara dengan anggota masyarakat mengenai masalah-masalah SKR. 2. Buatlah satu factsheet mengenai mengapa, kapan dan dimana konseling SKR terpadu bisa diberikan dilingkungan tempat tinggalmu. 3. Lakukan kelompok diskusi kecil dengan teman-temanmu mengenai topiktopik SKR tertentu.
Uji Kemampuan Diri Instruksi : jawab pertanyaan ini dengan baik ! 1. Buatlah daftar tempat dimana kamu bisa menyelenggarakan konseling yang menjaga privacy dan rahasia. 2. Buatlah alasan mengapa dokumentasi perlu dilakukan dalam sesi konseling. 3. Buatlah perbedaan dan persamaan pendekatan GATHER dan REDI.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI55
Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR PUSTAKA Bernett and Schuller. Meeting The Needs of Young Clients : A Guide to Proceeding Reproductive Health Service to Adolescents Research Triangle Park. New York : FHI, 2000 Engender Health. Comprehensive the Post Abortion Client : A Training Curriculum. New York: Ender Health, 2003. Engender Health. Integration of HIV / STI Prevention, Sexuality, and Dual Protection in Family Planning Counseling: Arranging Manual Working Draft Vo. 2 Handout. New York : Engender Health, 2002. Family Care International (FCI). Sexual and Reproductive Health: Briefing Cards. New York : FCI, 2000. IWHC. Comprehensive Counseling for Reproductive Health : An Integrated Curriculum. Participant’s Handbook. New York : IWHC, 2003. Joseph A Devito. Komunikasi Terapeutik Antar Manusia : Edisi V. Harper Collins Publisher Inc., 1996. Keer, Peter. Prevention HIV / AIDS Counseling Module. 1992 Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal / Konseling (KIP / K). Bandung 2002. Population Council. Improving Reproductive Health : International Shared Experience. Jakarta : Population Council, 1998. Rimehart, W., Rudy, S., and Drennan M. GATHER Guide to Counseling – Population Reports. Baltimore : JHU, Population Program, 1998. Stuart & Sundeen, Principles & Practice of Psychiatric Nursing. CV Mosby Company, 1998. United Nation (UN). Report of The International Conference of Population and Development. New York : UN, 1994. World Heakth Organization (WHO). Information and Counseliing for Patient in Complication Abortion : Technical and Managerial Guidelines for Prevention and Treatment. Geneva : WHO, 1995. WHO. Violence Against Women : Fact Sheets. Geneva : WHO, 2000. http;//www.who.int/inf-fs/en/fact239.html. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI56