Jurnal EkOilOmi dan Bisnis Indon esia 1999. VoL U. No. J , 17 -13
KONFLIK INDONESIA-JEPANG 01 DALAM PASAR OTOMOTIF: PENERAPAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN GAME THEORY Ahmad Jamli Un iversilas Gadjah Mada ,Jose Rizal Joesoer Universilas Gajayana Malang
A BSTRACT
This wudy stlpltlate!i Ihe conflict between Indonesia and Japan due to serious allegation,\' of (he NatIOnal Car progrom that IS .~eemlllgly 10 protect Indonesiandome:itic automotive market. Beillg aware of potemial new conflicts and assuming the program is still upheld. the nature and ifffensity of the conflict are d(!l'cribed quantitatil·e/y by applying the Analytic Hierarchy Process (A NP) in a non-zero sum game frameworlc. The AHP is used to find relative importance 0/ strategies that are possible to be implemented by Indollesia and Japan and to measure their payoffs K ey Words: Dommam Strategy, Nash Equilibrium. Prisoners' Dilemma, Focal Pomt.
Credible Conwulmellt. International Public Good. Coase Theorem, the Tragedy o/Commons.
PENDAHULUAN
Nasional (Mobnas). Program inl dianggap lidak populer o lch beberapa kalangan. dan menjadi isu hangal sepanjang lahun 1996, bahkan mungkin sampai sekarang.
Kepanikan lelah meriuhkan pasar olomolir dunia. Ounia olomotir menderila penurunan penjualan yang sangat lajam, sekaligus menderita kelebihan pasok (e.rCf.'SS supply). Kepanikan ini disebabkan duo hal. Pertarna, masyarakat Eropa sudah boson dengan kernacelan jalan. dan sadar akan bahaya polusi kna lpol mobil. Mobil yang ramah lingkungan tidak mempan menembus pasar. Pasar Eropa sudah jenuh (mature). Kedua, invasi mobi l Jepang dan Korea Selatan relalif sulil diblokade. Mereka menerapkan strateg; build 14here YOII sell untuk mengatasi kelcbihan pasok. yang lima kali lebih bcsar dari daya scrap pasar domestiknya [Economist 101!5197). Ounia olomofir kena dua pukulan telok: kemerosolan penjualan dan kelebihan pasok.
Oi lingkal nasional, kajian ekonom berkisar pada masalah konsislensi kebijakan dan efisiensi ekonomi [Pradiplyo-Satriawan 1996: BasTi 1996; dan Pangestu 1997]. semcnlara politikus-sosiolog menyoal keadilan (fairness) program ini [Nugroho 1997). Oi tingkat intemasional, Mobnas dianggap sebaga i bentuk pcnyelcwengan Icrhadap konvensi WTO tcntang proleksionisme. Bagi negara yang . meralLfikasi kesepakalan WTO, lidak diharamkan membuat kebijakan yang menghambal perdagangan bebas. Indonesia konon hendak diserel ke WTO oleh Amerika. Eropa, dan Jcpang [Fortune 11/3/97).
Panggung industri olomolir dunia semakin riuh latkala pemerintah Indonesia mengeluarkan Inpres 2/ 1996 tentang program Mobil
Menghadapi konfigurasi induSlri otomotir scmacam ini. Ameriko dan Eropa lebih sibuk berdiskusi mengenai bagaimana menghadapi
,. /8
JUNlal Ekonomi dan Blsnis Indon~slll
kelcbihan pasok. kctimbang berbicara lenlang rencana investasi. Mereka bUluh perto longan (political wi/I), atau mcnyatakan bangkrut {Far Eastern Economic Review 8/5/97). Semen lara itu, Jepang dan Korea sibuk menyoal bagaimana mengalasi kapasilas produksi yang sudah melebihi daya scrap pasar domestiknya. Dikatakan bahwa program Mobnas memicu perselisihan (dispute) baik di tingkat domeslik
maupun inlemasional. Toops bennaksud meremehkan konflik domestik-intemal. studi ini
berusaha menonjolkan persclisihan Indonesia Ilis-a-vi.f Jcpang, yang di picu oleh perbcdaan kepe ntingan Icrhadap pasar otomotif. Konflik ini bcrsifal substantif. dalam arti in disulut o leh perbedaan IUjuan al:lU kepcl1tingan [Schennerhom· Hunt-Osbom 1995. hal. 203-4]. Di satu pihak, Indonesia menyatakan bahwa program nya d inisbahkan untuk kcbebasan dalam (I) mcmbual disain mobil, (2) menjual mobil Icnnasuk ekspor, dan (3) menen lukan/memilih teknologi [Ariwibowo I 997J. Di lain pihak, Mobnas mcngganggu kcpentingan Jepang, mcng ingal (I) excess supply ya ng ia dcrlla. (2) pasar Eropa yang Jenuh , dan (3) pasar otomOlif yang conte.ftable. Kenyataan bahwa IndoneSia mcnggandeng Korea Selatan sebagai mitra pelaksana program Mobnas, membuat Jepang semakin gusar. Menghayall konflik substantif di alas. studi inl adalah untuk: (I) Melaporkan keadaan (state of the world) konnik Jakana-Tokyo dalam pasar otomotif; (2) Memodelkan situasi konnik Jakarta-Tokyo te rsebut di atas. Mcnentukan beberapa strategi. menugaskannya kcpada Indones ia (Jepang) di bawah s iluasi konf1i.k de ngan Jepang (Indonesia), kemudian mcncari bobot masing-masing strategi dalam rangka menghadapi altematif strategi Jepang (Indonesia); (3) Mcngukur payoff Indonesia (Jepang), sebagai konsek uensi merespon strategi-stratcgi Jepang (Indonesia); (4) Berusaha meneari solusi konflik .
Jull
KEBIJAKAN NECARA DAN AKSI KOLEKTIF Ekonom ika mengajarkan bahwa barang publik adalah scsuatu yang memen uh i kond isi joint consumption dan high exclusion COSI. Kedua kondisi in i berkualitas nonrivalrious. artinya sem ua orang seketika bisa mengkonsumsi nya pada saa! bersamaan [Oakland 1987]. Realilas menunjukkan bahwa beberapa barang publik-seperti j alan raya, a lun-alun, udara, dll.--telah kehilangan kemumiannya tatkala tingkat penggunaannya meningkat, sehingga kondisi Joml consumption tidak tcrpen uhi lagi . Barang-barang itu menjadi rn'oldous in cOl/sJlmplion. Mungk in hanya bcberapa ya ng masih bcnahan dalam daflar barang publik, scpeni pcnahanan-keamanan, · hukum. orde. timbangan, meleran, dan bahasa [Ki ndleberger 1986). Walzer {1983, hal. 101 2J memperluas definisi bar,mg publik dengan mcnambahkan kriteria lidak boleh diperdagangkan (non-tradeable), sepeni regulasl, kedaulatan, keadilan . kebebasan, dl1. Oengan mengibaralkan negara sebagai scbuah organisasi ya ng mcnyediakan jasa bagi anggolanya, Olson 1197 1. hal 1- 16]lcbih suka menggunakan iSlilah barang koleklif (collec· live good) ketimbang barang publik . Barang ko lektif adalah barlmg kelompok yang cksklusif. Barang inj menanggung biaya exclusion yang tinggi, j ika hendak menghalangi anggota organisasi untuk IIdak mengkonsumsinya. 1m berani barang publik yang mumi, seperti penahanan-keamanan. hukum, kebijakan negara. dB., tergolong barang koleklif negara. Dalam ko nteks ekonomi-politik intemasional, barang-barang ini bersifat rivalrious. Negara satu tidak bisa mcngkonsumsi ke bijakan eko. nomi-politik negara lain. Pengcrtian barang kolektif di alas mudahmudahan menjadi lebih jelas dengan menyimak proposisi berikut. Jika sualU sesuatu tidak dikhususkan unluk satu orang pun , maka ia akan din ikma ti scmua orang. Kelika tidak ada
1999
Ahmad JII",/I & Jose. RiZllI Joesoe!
satu orang pun menghakinya dan semua orang
bisa menikmatinya, maka sesu3tu illl menjad i hal< semun orang. Ket ika semun orang mem -
punyai kesempatan yang
S31llB
untuk menik-
mati sesuatu ilu. dan tidak ada SaiU orang pun
yang menghakinya, maka sesuatu ilu mcnjadi barong (collecflve good), Kalau sunlu kebijakan adalah barong kolck-
lir ncgara. pcrsoalannya adalah: Bagaimana aksi kolcktir (colfecllve aCllOn) bisa munelll ketika kebijakan negara alau, lebih tcp3tnya, Inpres 211996 lentang program Mobil Nasional (Mobnas) disoroti. dikccam, kcmudian digugat
oleh Jcp:mg ? Stiglitz [1989, hal. 9-85J berpcndapal bahwa transaksi di dalam organisasi bias3nya dilllkukan dcngan sukarela. Namun transaksi antara pcnyclcnggara negara dcngan masyarakat (ral..yat) di dalam suatu negara bisa jadi sebaliknya la berargumen bahwa kcanggotaan penduduk dalam suatu negara bersifat universal. Artinya, tidak ada satu orang pun mcmpertirnbangkan negara sebagai a mailer of choice. la rclah ditakdirkan tinggal di negara tertentu , sehingga ia mcnjadi subyek ncgara (subject 10 the State). Selanjutnya Stiglitz mengatakan bahwa pcnduduk hampir tidak mcmpunyai righllo exil. Kelika individu tidak puas dengan kebijakan negara. suka atau lidak. ia hams menerimanya. Argumen Sliglitz ini cukup menjarmn adanya aksi kolektif Indonesia (Jcpang) menghadapi aksi kolektif Jepang (Indonesia). Mungkin sebagian dari kit3 bcrtanya tentang tingkat kohesivitas aksi kolcklifpcnduduk suatu negara. Mereka berargumen bahwa sernakin rendah tingkat kohesivitas internal suatu organisasi. maka semakin menurun efeklivilas aksi kolektifnya. Sehubungan dengan argumen lersebut. William Graham Sumner Idalam Veeger 1990. hal. 120-7} berteori tentang manfaar konflik untuk mcmpcrerat solidaritas masyarakat. 1a mengajukan lima fakla berikut: ( I) Manusia cellderung berkclampok ; (2) Disadari alau lidak, di dalam kelampok timbul pcrasaan kuat untuk mem-
19
bedakan anlara "kelompok-kita" (we-group) dengan "kelompok-mereka" (they-group); (3) Tiap kclompok cenderung membanggakan kelompoknya. rnembanggakan konsep-konsepnya, membnnggnkan ketunmannya, dll.; (4) Satu kelompok cenderung ingin menantang kelompok lain: (5) Tiap kelompok cenderung saling meremehkan, mengejek dan memusuhi kclornpok lainnya. Semun ini rnernbunl mereka menjadi kelompok elnosenlns. BerdaS3tkan lima asums. inl. Sumner mengatakan bahwa ketika konfllk antar-kelompok terjadi-atau mungkin sengaja diciptakan, sernakin kuarlah rasa pcrsatuan anggotanya unluk membcla kelompoknya Ada korelasi posrlif amara elilosen iri sme dengan solidarilas. Katan ya: "Keadaan pcrang melawan orang luar akan menciptakan perdamaian di kalangan sendiri." Dalam kon teks perdagangan. pergulatan kepcnlingan antar-negara cenderung menclptabn dan mcmperkokoh solidarlfas pendudul... dl dalam suatu negara Friedman-Friedman [19S01 men:lngkap kesan bahwa kebijakan ncgam yang berdalih demi kepcnlingan domestik cenderung dibenarkan dan disepakati semua pihak. tak terkecuali para el...onom. McreJ...
Adalah heMr bahwa ketidaksepakatan sering terjadi dalam proses pcnentuan kebijakan . tapi lidak se lalu benar jika kebijakan itu bcrkaitan dengan perdagangan antar-negara. Pendapal Friedman-Friedman ini mendukung tesis Sumner, bahwasannya pcrsatuan di antara kilo cenderung semakin kuat ketika berkonfTontasi dengan mereka.
20
suatu level dipengaruhi alau tergantung elemen-e lemen datam level di atasnya. Ini bcrarti ketergantungan dalam AHP adalah se laras ke atas. bukan ke samping.
METO OE PENE U T I AN
A. AHP (Analytic Hierarchy Process) AHP (AnaJylie Hierarchy Process) merupakan metooe pengambilan keputusan. yang peralatan utamanya adalah sebuah hirarki . Dengan hirnrki. suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menJfldi suatu hirarki. Elemen yang mempunyai kesamaan dikelompokkan menJadi salU . Untuk mcnentukan penting tidaknya sumu cle men VIS-a-vis elemcn tainnya. dig unakan oilai atau skala terbatas. 1 Data utama AHP adalah persepsi manusia yang dianggap ahli. Kritcria ahli bukan berarti jenius. pintar. dan bcrgclar doktor: telapi lebih mengaeu pada orang yang mengerti benar permasalahannya. Agar berguna untuk mendekati kritcna yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. AHP bcrprinsip bahwa perasaan. intuisi. penginderaan. dan pengalaman sescorang. minimal sarna nilainya dengan data yang digunakan . Unluk sampai kepada pemahaman logis tentang AHP. ada empat aksioma AHP, yakni : I.
2.
3
Ju/i
Jurna/ Ekon omJ dall Bisnu Indonesia
4.
EXPECTATION. Untuk tujuan pengambilan kcputusan yang mcmuaskan. h;rarki AHP diasumsikan lengkap. Jika in; tidak dipenuhi. maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kr;lcr;a atau pllihan yang terscdia.
Oi samping empat aksioma di alas, ada empat prinsip kcrja AHP. yaitu : decomposilion, comparative judgement•.f)mthesis oj priority. dan Jogical consi.uem..y . DECOMI'OSI nOI\ adalah proses pcnguraian pcrmasalahan alau variabel menjadi beberapa clemen sampai tidak dapat diuraikan lagi. DaTi proses in; akan diperoleh salu atau bcberapa tiilgkatan dalam hirarki. COM I'ARATIVE JUOOEMI;NT merupakan proses pcnilaian atau perbandingan antnr-duaelemen (pairwise comparison) dalam suatu level sehubungan dengan level di atasnya. Ini adalah inli dari AHP. sehingga diperoleh prioritas elemen dalam suatu level. Supaya jelas. perhatikan matriks berikul in; :
RECIPROCITY. Pcngambil kcputusan harus mampu mcnyatakan preferensinya. Prcfcrensi harus memenuhi syarat res iprokal. yaitu bila A I lcbih disukai dad A2 dengan skala w. maka Al lebih disukai daTi AI dengan ska la IIw.
'., '21
'" ani
'Il
'13
'" 'n
'23 'lJ
',. ',. a,.
' .,
a n.l
a lin
HOMOGFINITY . Etemen-elcmen dalam hirarki h
Ini adalah malriks pcrbandingan antar-duaclemen dan bersifat resiprokal selama aj; = l/a;;, di mana i dan j bcrturut-turul merujuk pada baris dan kolom matriks.
OEPl-:NI)ENCE. Prefcrensi dinymakan dcngan asumsi bahwa kriteria tidak dipengaruhi altematif kritcria yang lain, selain altematif elemen di bawah suatu kriteria. Atau. perbandingan elemen-clcmen dalam
Sekarang mlsalkan AI. AI. . . An adalah kumpulan elemen sebanyak n dan w'.w2 ....• wn adalah nilai atau intensitas masing-masing clemen . Perbandingan antar· dun-elemen ditunjukkan pada matriks di bawah IIlI :
PrmballllSun Itn/ang AIIP ulamanJ'a di,,,nbil dar; SaMy 1IIJ1J2f dan Stltlly f11J94J.
1999
A hmud Jamli &: Jost! RiZJlI Joesoe! A,
A,
AI
wI / wI
wI / w2
A • A,
w2!wl
w2!w2
A,
wn !wJ
w n /w2
wn / wn
Matriks ini mencerminkan tingkat kepenlingan relalif antar-dua-elemen, yang diukur dengan skala. Pengguna AHP diminta menggunakan skala tcrbatas dari skala I (sarna pentingnya atau indifcren) hingga skala 9 (mullak penlingnya). Skala ilu ada dalam Tabel 1. Pemilihan skala I sampai 9 didasarkan pada pcnclilian psikologi. pendapa\ pemakai AHP, perbandingan skala lain , dan kemampuan oInk manusia dalam menyuarakan urutan preferensinya. SYNTliESI5 OF
penentuan
priorit3S
adalah proses clemen-clemen do.lam
PRIORITY
21
suatu level. Setelah diperoleh skala perband ingan antar-dua-elemen melalui wawancara, kemudian dieari vektor prioritas (eigenvector) daTi suatu level hirarkL Ada beberapa cara ullluk mempcroleh vektor priorilas. Carn yang paling ba ik dad segi keakuratan adalah (misalkan n "" 4 ):
4 ~X~X~X~
w" ~~X~X~X~ WI w2 w3 W WI
w2
=,
wJ
4
4 W 3x W 3.'(~x W J
wJ
w2
w3
w4
VW4 X~X~X~ WI W2 w3 W4 a + b + c +d
Tube/ I. Skala Prefcrensi AUP
Skala
1 3
5 1 9 2,4,6, 8 Resiproka l
Defi nisi I ~ma t.mgKat KesuKaannyat kepentlngannya Agak sedikit disukaiJpenlingnya Lebih disukailpcntingnya Sangat disukailpentingnya Mutlak disukai/pentingnya Nilai-n ilai antara Jika Ai dibanding Aj adalah. katakanlah. skala 7; maka Aj dibanding Ai mcnjadi skala In
Kem udian normalkan vektor (a, b, c, d) dengan menisbahkan liap elemen terhadap jumlah keseluruhan elemen (a+b+c+d). LOGICAL CONSISTENCY adalah prinsip rasionalilas AHP. Ada tiga makna dalam konsep kon sistensi ini. Perlama, obyek-obyek yang serupalscjcnis dikelompokkan sesuai dengan relevansinya. Contohnya, bola dan jcruk dikelompokkan menjadi salu bila " bulal"
Keterangan
I A!2 an ~j memoerlKan KonlTlOUSI sarna In differen) A, agak sedikit disukailpenling dibanding Aj A, lebih disukai/pentingnya dibanding AJ Ai sangat disukailpentingnya dibanding Aj Ai mutlak disukai/pentingnya dibanding Aj Jika ragu-ragu mcmilih skala. misalkan memilih sangat disukai (7) atau mutlak disukai (9) Asumsi yang masuk aka!
kriterianya dan lak dapat dikelompokkan bila " rasa" krilerianya. Kedua, matriks perbandingan bcrsifat reslprokal. aninya jika AI adalah dua kali lebih penling dari A2• maka A2 adalah setengah kali lebih penting dari AI ' Keliga, hubungan antar-clemen diupayakan bcrsifat transilif. Contohnya. jika sepak bola dinilai 2 kali lebih menarik dibanding basket dan basket 3 kali Icbih menarik dibanding
Jurnu/ Ekonomi dan Bisnis Indonesia
11
tinju. maka sepak bola harus dinilai 6 kali Jebih
KonsiSlensi
Juli
diukur
dengan
consistency
menarik dibandingkan tinju. 8ila tidak demi-
ralio (CR). Caranya adalah dengan menghi.
kian. berarti ada intransitivilas.
tung
AHP tidak menuntut konsistcnsi scmpuma.
Berbeda dengan teori social choice, yang menganggap pelanggaran Icrhadnp transitivitas
adalah kecelakaan fatal [Arrow 1963 dan Sen 1970]. AHP jU51eru memaklumi inkonsistcnsi
manusia sebagai gejala natural . Sungguhpun
dulu
consi,ftency
index,
CI : (A. max - n)/(n - I) , yang mcnggambarkan deviasi preferensl dad konsislcnsinya. di mana n adalah jumlah clemen yang hendak dibandingkan, dan A. max adalah eigenvalue tcrbesar. Kcmudian hitung CR, yang sarna dengan CI dibagi random index (RI).
demikian, AHP mensyaratkan inkonsiSlcnsi lidak lebih dari 10 pcrscn . Tabid 2_ Indeks Random
Orde Matriks
1
2
J
4
5
6
7
8
9
10
Indeks Random
0
0
0.58
0,90
1.12
1,24
1,)2
1.41
1.45
1.49
Indcks random (RI) adalah indeks konsistensi matriks resiprokal yang dibentuk secara random. Indeks int (Tabel 2) diperolch daTi cksperimen terhad3p 100 sampcl dengan matriks orde I hingga 15. dengan hlpoteslS bahwa indeks akan meningkat searnh dengan besamya ordc matriks. 8. Model Prisoners' Dilemma Keberadaan game theory (GT) dalam wacana ekonomika Ielah melahirkan pernodclan bnru untuk perilaku ckonomi, yailu pemodel mcnClltukan fungsi-fungsi kepuasan (Payoff fU/lcl/on), dan mcnugasknn bcberapa lindakan (.ttrategy set) kepada bcbcrapa player. kemudian mcngamati interaksi mereka [Rasmusen 1994, hal. 2]. Pcndekatan ini adalah variasi dari pendekatan maximization subject to constraints. Rasionalitas adalah penting dalam model GT. Keunggulnn utama GT dibanding mctode paramctrik lainnya bukan saja tcrlctak pada
kemampuannya mcndiskripsikan perilaku ekonomi positif-rasional. tapi juga pada analisis bagaimana seharuSIIya agen ekonomi bcr1ablat. Int beranl el..onomil..a GT memlliki kualilas posilif dan normalif. Sejauh GT menggambarkan perilaku posilif, ckonomika sarat dengan bantuan tcknis untuk menjclaskan pcrilaku ilu . Narnun, kctika model GT berbicara tentang bagaimana seharusnya. pembenaran obyektif akan suht dicapai. GT lidak mengajarkan Siandar nonnalif perilaku ekonomi IDixil-NalebufT 1991. hal. 223-4]. Salah salu model GT yang sudah menjadi kaidah umum (mle.t a/the game) adalah model prisuners' dilemma. yang hendak diskenariokan di sini . Katakanlnh tcrjadi konnik alll3ra Amerika $erikat (AS) dengan Jcpang di alas panggung industri otomoti f dunia. Amcriko dan Jepang saling menuduh telah memprotcks; 2 pasor domestiknya. Keduanya menghadapi dua pilihan strategi: Inten'ensi alau Tidak /men1eflSI.
I
KrmjTlk Ini dionglifll dorllrisuh n)·Of/J. yong diobudilron olth Lindtrt 11'191/. hoL }J"1.}].
1999
Ahmad JamU &: T4~1 J.
Prisoners' Dilemml
AMERIKA SERIKAT (AS)
Tidak Inten-cnSI
Inlcrvcnsi
Tidak Inlcrvcnsi
,.,
3.17
Intcrvcnsi
17.3
10, 10
TQ/n14. Prisoners' Dilemma dan Foul Point
JEPANG Tidak Inlcrvensi
Intcrvensi
Tidnk lnlcrvcnsi
,.,
1.9
Intcrvtnsi
9.1
J.J
Payoff lAS. Jcpang[ AMERIKA SERIKAT (AS)
RitIJl Joeso~f
13
ketika Amerika dan Jepang meng·lntervensi pasar otomotif domestiknya.
JEPANG P4},offIAS, JepangJ
Jos~
Kisah konflik hipotclis ini disajikan dalam rabel 3 dan 4 di alas. Perhatikan Tabel 3. bah· wasannya kctika AS menduga bahwa Jepang Tidal Intervellsi, ia akan tctap Intervenri. Kartna payoff Intervensi 11 7) lebih besar dari Tidal Intervensi (5), Kelika AS menduga bahwa Jepang Intervensi, ia menghilung bahwa payoff Tidal Intervensi [3J Icbih keeil dari Intervensi (3 J, Ini berarti slratcgi InterIIClI$i mendominasi Washington. Sedangkan ketika Jepang menduga bahwa Amerika Tidale ln1crvensi, ia akan tctap Intervensi, selama payoff Intervensi (17) Icbih besar dari Tidale lnterllensi (5). Ketika Jepang menduga bahwa Amerika Intcrvensi. ia melihat bahwa payoff Intcrvensl [171 Icbih bessr dari Tidale Imer\'ensi (3]. Ini bcrarti siratcgi Inlervensi mendominasi Tokyo. Amcrika dan Jcpang mempunyai dominant strategy yang sarna, yailu Intervensi. Keseimbangannya bcrtemu pada kedua stralegi deminannya. Keseimbangun 1m adalah Nash equilibrium, sejauh Intervensl adalah best re· SPOlLfC, di bawah slrategi yang ditelapkan lawannya, Situasi ini mencapai Pareto-efficient
Namun eerita menjadi berbcda tatkala manfaat Intervensi lebih kedl dari Tidale Intervensi (simak Tabe l 4 di alas). Kalau [/mervensi, IntervensJl dengan payoff p, 3) adalah outcome-nya, mnka AS dan Jepang tcrjebak dalum situasi prisoners' dilemma, yang di dalamnya tidak memberikan peran kcpada infonnasi. Kalaupun Amerika (Jepang) tahu bahwa Jepang (Amerika) ridale Inler· vensi, Amerika (Jcpang) akan tetap Intervensi. Infonnasi tentang strategi apa yang hendak dipilih lawan, tidak mengubah strategi dominan. Keadaan yang saling merugikan (mutually harmful') ini dapat dihindari kalau keduanya ' membuka jalan untuk negosiasi . Ketika mere· ka bcrsepakat untuk tidak meng·lntervens; pasar domestiknya, seraya memfekuskan pada kc:bijakan free trade, maka titik fokus ini disebut focal point. Komitmen ini men· syaratkan banyak hal, yang sebagian akan dijelaskan di bagian anal isis slUdi im. INDONESIA DAN JEPANC OJ DAL.AM PASAR OTOMOTIF DUNIA
Hingga akhir tahun 70·an, teori kcunggulan komparali( hampir mcndominasi anal isis· analisis perdagangan intcmasional Teeri ini menganjurkan bahwa sebaiknya negara mela· kukan spesialisasi produksi yang memiliki keunggulan komparalif, dan sekali· kali jangan memproduksi komodill yang menderita com· ' parative disadvantage. Dun negara sama·sama untung (Pareto--eJJiciem) ketika mereka berda· gang alas dasar keunggulan komparal ifnya Teori itu memang logis dan mampu menjelaskan mengapa perbedaan rclatir dalam produktivitas pekerja dan karunia alam dapal mendorong aktivitas perdagangan antar· negara. Tetapi pada dua dekade belakangan ini, ia gagal menjelaskan pola perdagangan antar·industri. Krugman [1987] melihal bahwa apa yang dibayangkan ekonom Ricardian lidak
,. JUTnQI Ekonomi dan Bisnis
seindah kenyataannya. Konflik perdagangan
jusleru lebih menonjol ketimbang hannoni. Kegalauan hati Krugman ini tertuang dalam anikclnya: Is Free Trade Passe ?
Fakta melaporkan kepada Krugman bahwa pasar perdagangan I!nlar-industri tidak lagi menonjolkan sifa! constant return dan perfect. IClapi (emyata bersifal increasing return dan imperfect. Sctidaknya ada dua faktor penyebab bergescmya paradigma keunggulan kamparallr. yaitu comparable/actor endowments dan globalisasi [Porter 1990, hal. 1-68]. Faktor penama menyebabkan terJadinya aliansi atau mlerlocking di anlum negara-negara induSlti olomolif. yang notabene rnemiliki kapabilitas
tcknoJogi yang scragam. 3 Aliansi ini dimotivasi oleh kebuluhan unluk segera mcncapai scope ckonomi (Abrenica 1998], misalkan aliansi antara General Motors dengan Toyota, Ford dengan Mazda. sena Chrysler dengan Toyota (lihat lapornn utama Fortune 1713197, Far Eastern Economic Rf.:view 8/5197, dan Economist 10/5197]. Sementara globalisasi memberikan cuaea sejuk kepada industri olomotif untuk terbang ke mana-mana. Dilaporkan bahwa Korea Selatan (Hyundai) hendak mendirikan pabriknya di Eropa Baral. Sebelumnya. Amerika (Fo rd) mengintip pasar Eropa dad Be lgia dan Inggris. Aliansi Ford-Mazda melelakkan mesin produksinya di Thailand, Taiwan, dan Filipina, semenlara aHansi Toyota-Chrys ler di Eropa. Volkswagen menjejakkan kaki nya di Thai land dan Cina, untuk menyusul aliansi ToyotaGeneral Motors. Semua itu menyebabkan lingginya tingkat konsenlrasi pasar olomotif dunia. Jepang, , Aliluts/ Jrpung-A~rib, datrlm ;nduSiri OIomotif nrlnljHlfln)"rl krmulll dari tanftit _rda /alrun 8O-D1I. J<'fNIng _nudUIr Amtdlla sangrl/ prout/if, $~mtnllml J<'fNIng ditudulr n.e/rlliulirln $tIVugl l'6Iunlory t!XfJO" r es",";n($. MtnytJdrld ""Ir ..·u ill _ndtrilll o'·/.'t'cllpaciry dIJII fJW!1i1r1J1 kdlJngliillln induslrl otomolif dllll 6Iljll KO~ff &llIIrln, Jt(1rlIl' /tfJH'ksrl krul;lIrtJi dtngrlll I.t Bill TII/~t (GM, FlJld, dllll CItI)'SI~r), u"tuli mtntnlbu$ plUffl A_rllilL A/JullS; J'lIng krlo.1U1 iii durll/lln A_riAII, mtmbuDi pu$isi bDrguininll J~plllIg It_II dihlldupanA_rikff/Undtft "91. hal 117-11f.
Indon~s;a
Juli
Amerika, dan Jennan meraup hampir 60 persen pasar mobil dunia. Lima perusahaan besar, General Motors, Ford, Toyota. Volkswagen. dan Nissan menguasai hampir 5 1 persen produksi mobil dunia [Simandjumak I 996J. Sembari Jepang sibuk dengan stralegi-stralegi ·defensif di Asia, ia sekali-kali mewaspadai langkah-Iangkah Korea. Sebab, di samping Korea memiliki kapasllas produksi lima kali lebih dari daya scrap pasar domestiknya, ia menduduki runner-up di bawah Jepang dalam kompetis i liga olomotir Asia. \~alaupun " kesebe lasan" Korea hanya bcranggota lima pemain [Abreni ca 19981. Pasar otomotif dunia yang oligopolis ini terlihat juga dad struklur pasar domestik Indonesia. Jepang mcngu asai 95,) pcrsen pasar domestik Indonesia [Sargo 1997]. Mencennati struktur-kinerja pasar otomotif sepcni ilu. dan dimotivasi o leh pcrasaan nasionalisme (Hadiz 19971, Indonesia merasa perlu mengadakan langkah terobosan. yakni menggandeng Kia Motors ( Korea) scbagai milra pelaksana program Mobnas. Program ini diharapkan mampu meningkalkan gengsi Indonesia di mala Intemasional [Chalmers 1996, hal. 59]. Secara positif, Mobnas adalah perwujudan upaya Indonesia menghela (catch up) industri otomotif bergerak menuju tahapan lebih tinggi [Ariwibowo 1997]. Maksud Mobnas kiranya mudah dimaklumi. melihat kenyataan bahwa pengembangan industri mobil Indonesia masi h tergantung pada kebijakan negara prinsipal. utamanya Jepang. Oampak nyata ketergantungan ini adalah besamya nilai impor komponen mobil. di mana pada tahun 1996 mcncapai nilai hampir 1,5 milyar SUS, sedangkan ekspor mobil jadi hanya mencapai 24 jula SUS. Imper komponen mobil utamanya dari penlsahaan subsidiary Jepang [Ariwibowo 19971 Singkat kata. tujuan Mobnas adalah untuk merath Icebebasan dar; dommosl produlc olomolifJepang (OJ. Reaksi Jepang muneul sclelah Indonesia memanirestokan kebijakan ilu . Jepang menganggap Mobnas tidak hannonis dengan
1999
A hmad J amll &: Jose RiZllI JOESOE!
kecenderungan perdagangan dunia dewasa in i. Keberatan Jepang sangat beralnsan, mengingat kenyataan bahwa ia mempunyai hegemoni kuat dalam industri otomotif Indonesia. dan excess capacity yang in derita. Lebih menya· kitkan lagi adalah melihat bahwa Indonesia 4 memilih Korea sebagai rekanan . Singkatnya, Jepang bcrkepentingan unluk mempertahanlcan
ancaman. yang dimaksudkan unluk menciptakan hambatan perdagangan bagi industri 010motif Jepang. Sedangkan SQUO adalah Slralegi defensif Indones ia unlUk mempenahankan eksistensi Mobnas. Strategl-slrategi Jepang adalah: I.
dan memnglcatlcall aksesiblli/os pasor produlc olomollj di Indom!Slo [Q] .
2.
Untuk mencapaJ IUJuannya, ada empat kemungkinan slralegi Indonesia dan empat kpang. Kcempal stralcgl Indonesia adalah :
3. 4.
I.
Mcningkatkan diplomasi perdagangan [DIPLj : 2. Memproteksi pesaing Jepang lainnya, sepcni Korea Selatan (J-Iyu ndai) alau Amerika Setikat (Ford) rPROT); 3. Mengenakan tarif tinggi lerhadap produk olomolif Jepang [TRFFJ ; 4. Sialus quo [SQUO). Stralegi DIPL adalah heading dari langkah negosiasi. Wujudnya berupa janji unluk saling berkomunikasi dan upaya untuk mencairkan konnik melalui bargaining [Pearson.Rochester 1992, hal. 234·5] . Strategi PROT bersifat ancaman dan merupakan fonnulasi dati keinginan sebagian rakyal Indonesia lentang na5ionalisasi mobil Bimanlara Cakra dan Nenggala, yang sebcnarnya masih produksi Hyundai-Korea Selatan. Sebagian masyarakat menganggap Hyundai lebih layak dinasionaHsasi ketimbang Timor-Kia Motors lSuara Karya 917196]. Strateg; TRFF juga merupakan
, ladi, "/lty tilt",.'" tlltmy Is my fritllrl." IDixilNrlitlnl/f "", IraL 4'1.
15
Meningkalkan transfer IcknoJogi olomolif ke Indonesia (TECH] ; Memberikan insentif kepada indUSlri otomotif Jepang di Indonesia [INeT); Mcngenakan sa ngsi perdagangan (SANe]; Tidak melakukan apa-apa [NOnl]
Strategi TEC H adalah fonnulasi dati keluhan Indonesia terhadap kebijakan transfer teknologi Jepang. Selama ini dianggap bahwa Jepang kurang koopcratif dalam upaya men· transfer teknologi ke Indonesia lHardjosoe· kano 1993 dan lI al-un 1993J. Stralegi INeT dan SANe merupakan ancaman. Sedangkan strategi NOTI-I bisa bcrani defcnsif, atau lidak perdu Ii dengan program Mobntts. Tujuan kedua aktor (player) panggung dunia olomollf berikut stratcgi-stralegi mereka, disusun menjadi salu hirarki, sepeni Gambar I berikut. Kemudian akan dihitung payoff Indonesia (Jepang), sebagai konsekuensi dati interaksl antara slrategi-stralegi Indonesia (Jepang) 1'6'· . a-vis altematif stralegi Jepang (Indonesia). Konsekuensi atau payoff ini dicari dengan tcknik AHP, dan kemudian disusun ke dalam kerangka game Iheory/J
, Btbcrupa SINdi (tlllu", 'orlfillt, }'UII, mt"l:I"bftll,It"1I AHP dtrJg"II gumt Ihtof)', ulllura lalli, misa/II)," Saaty-VlI'tX/U' 11991, hal. 118·JJ/, PmrWldi //"1, lIuL
11-81/, da" A;:ir 11996t
26
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Tujuan Indonesia [P]
Juli
Tujuan Jepang [a]
~Tujuan Aktor.-9' Strategi
tf
DIPL
PROT TRFF
sauo [A"B ,]
'>0 TECH
INCT SANC NOTH
.. [A "BJ
[A"B,] ..... [A "BJ B = Payoff Jepang Gambar I
ANALISIS KONFLlK INDONESIAJEPANG
Beriku! ini hendak dicari prioritas stralegi Indonesia (Jepang), sehubungan dcngan lujuan Indonesia (Jepang) dan sehubungan dengan masing-masing stratcgi Jepang (Indonesia). Data diperoleh dan wawaneara dcngan wargancgara Indonesia dan Jepang. Bobot atau vektor prioritas masing-masing stratcgi Indonesia, sehubungan dengan tujuan mcraih kebcbasan dari dominasi Jepang, dilaporkan dalam Tabel 5. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efektif adalah menstatusquokan program Mohnas (SQUO). dengan bobo! 0,406.
Vektor pnontas (0,157, 0,357, 0,080, 0,406)T diperoleh setelah menonnalisasi vek10r itu sendiri. Nonnalisasi yang dibicarakan di sini adalah sebuah waha untuk membua\ jumlah total sama dengan satu. Usaha ini penting untuk mengetahui posisi relatif masing-masing strategi. Teori matriks menyebul vektor ini dengan eigenvec/or. Proses nonnalisasi eigenvee/or adalah berikut ini: Eigenveclor
Dinorm(Jlkall BooOl
(1 )( 113){ 3 1/3)114
"" 0,760 0,760/4,846"" 0, 157
(3xlx3xl)114
= 1,732
1,732/4,846 "' 0,357
(113 x 1/3 x I x 115)"~'" 0,386 0,386/4.846 - 0.080 (3 x I x 5 x 1)".
~ 1.968
1,968/4.846 - 0.406
I: - 4,846
Tohd 5. Prioritas Strategi Indontsia d~DgaD Tujuan IP)
DIPL DWL
113 I 1/3 I
PROT
3
TRFF
1/3
SOUO
3
C I~,05 7
PROT
I
TRFF
3 3
, I
5~bubuDgaD
SQUO Bobot 0,157 1/3 0,357 I
0,080 II' I 0406 CR 0,063
Simbol CI dan CR d i bagian bawah Tabel 5 masing-masing adalah consis/ency index dan consistency ratio. Kedua indikator ini menunjukkan tingkat konsistensi (atau inkonsistensi) matriks pairwi.~e comparison. Scmakin kecil angka ini, semakin konsisten matriksnya. Tidak ada aturan baku mcngenai batasan angka CR, tapi AHP mensyaratkan CR tidak lebih
1999
Ahmad Jamll &: Jose Rital JOI!SOI!/
dari 10 persen. PengukW'all konsistcnsi matriks didasarkan pada eigenvalue maksimum (A max ).
gapi langkah tersebut. Reaksi Indonesia ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel6 Prioritas Strategllndooesla sehubungan dengan Strategl Jepang
Sehubungun dcngan eigenvalue, teon matriks mcnyatakan bahwa jika A adalah rnatriks bujur sangkar, dan n adalah angka yang memenuhi persamaan A\\Fnw, Wltuk vcktor kolom w ... 0 (noli-trivial solulion); maIm dikatakan bahwa n adalah eigenvalue dari matrli.s A, dan w - yang memenuhi persamaan Aw=nw-- disebut eigenveclor yang berhubungnn dengan 11 rKlein 1973, hal. 280-1]. Jadi. A 113
3
1
3
113 113
1
3 3
113 115
5
x
w
Aw
0,157
0.650 1,437
0,357 0 ,080 OA06
=
Awlw
).
0,650/0,157
4,148
1,473/0,357
4 ,121
0,33210,080
4,171
1,63210.406
4,019
Suategl Jepang
TECH INCT SANe NOTH
• !-~ ~~ ~Z'.
Setiap strategi Indonesia dihadapkan dengan setiap strategi Jepang, Sehingga nantinya pada sCliap langkah Jepang, terdapat strategi Indonesia yang paling efektif untuk menang-
D.047
0,371
0,188
saUD
0,425
0,435
0,430
0,563
o
Kolom TECH menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa memilih apakah DIPL 10.425} atau SQUO (0.425}, dalam upaya menanggapi langkah Jepang TECH".
0
Kolom INCT melaporkan bahwa Indonesia indiferen (indifferent) terhadap PROT [O,435} dan SQUO 10,435], sehubungan dengan langkah Jepang INCT.
0
Kolom SANe menginformasikan bahwa strategi Indonesia SQUO [O,430} adalah paling pas untuk menanggapi ancaman Jepang SANC.
0
Kolom NOTH menunjukkan bahwa strategi Indonesia SQUO [0.563] adalah paling disukai Wltuk mcrespon aksi Jepang NOTH.
<->.",.,
rnatriks dan Amax adalah eigenvalue terbesar. Fomula ini menghasilkan (4,171-4)/(4-1): 0,057, Angka ini diubah menjadi CR dengan rumus CR = IC/RJ , di mana RJ adalah indeks random (Tabel 2). Indeks random matriks berukuran n = 4 adalah 0,90, Sehingga, konsistensi rasio (CR) matms dalam Tabel 5 adalah 0,057/0,90 = 0,063 persen.
D.425
PROT 0.095 0,435 0.143 D.188 TRFF 0,055 0,082 0.055 0.063
Pengertian vektor prioritas dalam Tabel 6 adalah sebagai berikut:
1,632
Kemudian CI dihitung dengan fonnula CI = (Amax - n )/(n - I), di mana n adalah orde
OIPL
CI-o,OQ CI-O,08 CI-o,02 CIe(),OO
0.332
sehingga
27
Prosedur perhitungan payoff Indonesia adalah sebagai berikut (Saaty-Vargas 1991, hal. 148]: (1) Anggaplah bobot alau vektor prioritas strategi sehubungan dengan rujuan Indonesia (Tabel 5) sebagai cons/ani value; (2) Anggaplah bobol strategi Indonesia sehubungan dengan altematif strategi Jepang TECH, TNCT, SANC, dan NOTH (Tabel 6) sebagai current value; (3) Kalikan conslant value dengan masing-masing currenl value, Hasilnya adalah payofflndonesia dalam Tabel 7 di bawah ini:
Tabel7. Payoff IndO Desia TECH
SANC 0,058
INCT 0,007 0,156 0,007 0177
0,067
DIPL PROT TRFF SOuo
0,034 0,004 0,173
0.051
0,004 0,175
Nom 0.029 0,067 0,005 0.228
Sekilas nampak jehlS bahwa apapWl langkah Jepang, Indonesia menjawabnya dengan SlraIcgi SQUO. Bagi Jcpang. langkah tcrbaik untuk mempcrtahankan aksesibilitas pasar adalah strategi INeT. Matriks datum Tabel 8 mcncmpatkan INCT pada prioritas pertarna. dcngan bobot sebcsar 0.570. Tube/&. PrioritMJ Strllitgi Jepang 5tbubuogao dugan Tujuan IQI
TECH TECH SANC
I l I
NOTH
115
INcr
!NCT 1/5 I
SANC NOm I l
3
7
113
I
In
1/5
5 I
Bobot 0,570 0.202 0.049
Kcmudian, seliap stralcgi Jepang dihadapkan dcngan sctiap stratcgi Indonesia. Sehingga untuk setiap stralegi Jepang terdapat strategi ulama. Reaksi Jepang ini nampak dalam Tabel
9, Tube! 9. Prioritas S iraltgi Jepllog sehu bungan de ngllo Siraegi Indooesill Siralc<,j Indonesia DIPL PROT TRFF SOUO TECH tij>~ !NCT - Ii ~H SANC NOm
0.391 0,39 1 0,067 0.151
cl-on
0,083 0.277 0,546 0,094
0,081 0.230 0.607 0081
CI-o.06 CI-oOO
o
Kolom PROT mclaporkan bahwa strntegi Jepang SANC [0,546) adalah paling efektif Wltuk rnenjawab langkah Indonesia PROT.
o
Kolom TRFF menginformasikan bahwa stralegi Jcpang SANC [0,607) adalah paling diinginkan Wltuk menanggapi langkah Indonesia TRFF.
o Kolom SQUO menunjukkan bahwa strategi Jepang SANC [0,540] adalah paling tepat unluk mercspon langkah Indonesia SQUO. Hasil perhitungan payoff Jcpang ada dalam Tabcl 10. Tabel lO. Payoff Jepll llg
DIPL 0.Q70 0,223 0,014 0.007
TECH !NCT SANe NOnl
TRFF 0.015 0.131 0,123 0,005
PROT 0.015 0,158 0,1 [0 OOOl
SCUO 0.0 11 0, 157 0,109 0,006
0, 178
CR=O,084
C1=O,076
0,062 0,275 0,540 0, 123 CI~09
Penger1lan vektor pnontas dalam Tabel 9 adalah scbagai berikut: o
Jull
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indon~5io
28
Kolom DlPL memmjukkan bahwa strategi Jepang TECH dan [NCT mempWlyai probabilitas sarna [0,391] WlNk menanggapi langkah Indonesia DIPL.
Jika po)'offlndonesia (Tabel 7) dibariskan, dan payoff Jepang (Tabel 10) dikolomkan, kemudian ditempatkan dalam satu matriks. maka diperoleh matriks payoff konflik lndonesia-Jepang (Tabel 11). rabel T' M.Iri.... P.ydf KonIIik 'ndooe ... ~
--
~ 0'''-
•~ ~
PROT TRFF
SOUO
Je~ng
TeCH
~o 0.0117 ~15
','" ~15 .,"" ~'
0,173
INCT
SANe
~ ','"
0.007
'OTH
~1. ~7
~'o ~$8 0,1$8 0,051
',""
~""
0,0117
~"" ',-•."" .,,, ~~~ ~31 ~21
0,001 0,177
O.17S
Apapun strategi Jepang, apakah strategi TECH, [NCT, SANC, atau NOTH, Indonesia menanggapinya dengan stnuegi SQUO. Oi lain pihak, apapun sU'ategi Indonesia, apakah stra· egi DlPL, PROT, TRFF, atau SQUO, Jepang menjawabnya dengan strategi [NCT. Ini berarti SQUO adalah strategi dominan lndonesia, dan [NCT strategi dominan Jepang.
J999
A hmad JamJi &. Jou RiVlI Joesoej
Sejauh strategi dominan adalah pilihan op· imal (beSI response), maks pasangan SQUO· INCT merupakan Nash equilibrium. Keseimbangan Nash terjadi ketika Indonesia (Jepang) tidak memiliki insentif untuk berganti slnItegi. di bawah suatu stralegi yang ditetapkan (given) oleh Jepang (Indonesia),O Hasi l (au/come) kescimbangan Nash adalah {SQUO; INCTI. dengan payoff [0,177; 0,1571. Kedua pihak bersikukuh pads strategi dominan, seraya tidak mampu meraih payoffterbesar. Ini berarti mcreka terjerat dalam "situasi SQUQ!NeT."
19
Setidaknya ada dua cara untuk keluar dati kondisi prisoners ' dilemma ito. Pertama, Kedua pihak menahan diri dengan menghapus sebagian slrategi (burn the bridges behind you) [Dixit-NalebufT 1991 , hal. 152-55]. Peperangan biasanya dipicu oleh tindakan-tindakan provok<\tif. Kelika kedua pihak saling mengancam, ancaman-ancaman ito berdampak stra· legis, artinya lawan akan menangkapnya sebagai stratcgi-strategi baru. Semakin banyak a ltcmatif strategi alau aneaman, semakin kedl probabilitas untuk mencapai kcsepakatan (focal point). Pembatasan pilihan (menahan diri) akan mcnambah kredibilitas suato komit7
DISKUSI HASIL ANALIS IS Model game theory lidak hanya menun· jukkan bagaimana sebenamyo. tapi juga men· syaratkan analisis bagaimana seharusnya. la tieW: mcngajarkan tentallS Siandar " kcbaikan" dan "kcburukan" labial ekonomi. Jargonjargon nonnatif, scpcrti kebohongan, kejujuran, pcngkhianatan,!aimess, penjarahan, kredibililas, dll., sering dijumpai dalam literatur. Kalau lidnk ada standar normatif bagi labiat ekonomi, sulit mcmbuklian apakah sescorang tclah berbohong, berkhianal, atau bcrdosa. SCliap orang lidak mcmpunyai kescmpalan sarna umuk menilai pcrbualan normalif [DixitNalebuIT 1991 , hal. 223-41. Kami mencoba menghayati seandainya situasi SQUO-JNCT tcrasa tidak nyaman, alau, katakanlah bertensi tinggi. Jika dirasa demikinn, Indonesia dan Jepang tcrjebak dalam siluasi prisoners' dilemma. Situasi ini lidak memberikan peran kepada infomlasi, oleh karena kedua pihak mcmpunyai strntegi dominan. Jika ada han esok, siluasi semacam ini rentan Icrhadap limbulnya saling provokasi, perang larif, dan pcrang dagang [Krugman
men.
Kedua, kedua pihak harus saling mengkomunikasikan preferensinya dan sepakat dengan pasangan strategi baru (Nash), y:mg sccara psikologis saling menguntungkan. Pasangan strategi ini, jika dirasa pas, disebut tilik fokal (focal point) atau titik komilmen. Berhubung dengan tilik fokal, Rasmusen [1994, hal. 28] mengalakan dcmikian: "Certain ofthe strmegy profiles are focal points: Nash equilibria wltich for ps)'co/ogical reruOnf are particularl), compelling. Formalizing what mates a Siralegy profile a focal poin! is 1101 lin ells), last and depends on the call/ext. " Rasanya pasangan strategi (DlPL; TECH1 bisa menjadi litik komilmen. Titik ini akan dicapai selama tidak ada kecurigaan di antara mereka saal atau sebelum game bcrlangsung. Agar komitmen langkah memiliki kualitas credible. kedua pihak menyatakan komitmennya secara tertulis, dan disaksikan pihnk keligao Usaha ini semata-mala unluk membual selingkuh atau khianat (cheating) menjadi rnahal jika hendak dilakukan.
19871· • I(IIIU Vllriun II')')), "III. 4711: "A Nash tquilibrium CllII ~ illlupu,~d as II JHlir III v.ptclll,iotlS llboul ~IIC" ~r$Olf'$ choic~ sucll (lilli, W"~If 11r~ Olhu /NNOn'S cllolet is ,~.'tll/~d, n~;(/ou ;"dil'lduul MOII"'$ 10 cloll"g~ IIiJ IHIoII,·ior."
1
PtmbGlIISIlIf pJlillll" J~Io;ngg4 "'~"JQdI dllU, mortbulll 'ltdontslfl (JtPII,.g) Sf'oIl1lo~/IIJt IollrUJ mortlllil onllUII Ioidllp 11/1111 moll. Langlillio 1,,1 _mlNllll Iwmilnw" s~lfUlki" cr~diblt..
30
Jurnal Ekonomi dan Blsnls Indon~lo
KESIMPULAN Dekade 9O-an adalah era perjuangan bagi industri otomotif Jepang. Kapasitas produksinya, yang lima kali lebih besar dari daya serap pasar domestiknya. memaksa Jepang Wltuk merelokasi mesin-mesin produksinya ke Eropa Bara!, Amerika Serikat, dan Asia. Pasar Eropa kurang menguntungkan bual Jepang. Sebab di samping pasar Eropa sudah jenuh, d i sana Jepang hams bersaing ketal dengan Amerika dan Korea Seialan. Di pasar Amerika, Jepang lidak bebas kecuali harns beraliansi dengan industri domestik, seperti dengan General Motors, Ford, dan Chrysler. Apapun alnsan positif aliansinya, Jcpang nampak dalam posisi bargaining yang lemah. lni nampaknya bcrhubungan dengan konflik Amerika-Jepang pada tahun 1980-30 (bahkan mungkin hingga sekarang), dan kenyataan bahwa Jcpang menderita kelebihan pasok (excess supply). Scmbari To\"}'o sibuk dengan strategi-stratcgi defensif di Asia, ia sckali-kali mewaspadai gcrnk-gerik Seoul, yang mcnduduki runner-up di bawah Jepang dalam kompetisi liga otomotif Asia. Ingal bahwa Korea juga memiliki kapasilas produksi lima kali lebih besar dari duya serap pasar domcstiknya. Oalam situasi (stare of the world) yang hirnk-pikuk itu, muncullah program Mobil Nasional dari Indonesia. Program in.i konon hendak disusul oleh kcbijakan nasionalisasi Hyundai (Korea Sclatan). Jepang tentu tersel1lak dan gusar, mengingat (I) excess ,wpply yang ia derita, (2) pasar Eropa yang jenuh dan (3) pasar otomotif dunia yang contestable. Studi ini mclihat bahwa mempertahankan Slatus Mobnas [SQUO) dan mengintervensi paS3f otomotif (INCTl masing-masing adalah strntegi dominan Jakarta dan Tol..),o. Kedua pihak mencapai Nash equilibrium, tapi sayangnya tcrperosok kc dalam silu3Si prisoners' dilemma. Sebab, kedua pihak bersikukuh pada stralegi dominalUlya, dan tidak mampu meraih payoff terbesar di bawah suatu stralegi yang
Jull
ditetapkan (given) oleh lawannya. Sikap Indonesia dan Jepang ini seJaras dengan tujuannya (Iihat Tabel 5 dan Tabel 8). Jika ada han eook (alau han setelahnya), situasi ini cenderung provokati f. Tindakan provokatif dengan saling mengancam, akan memperkeruh suasana. Ketika kedunnya saling mengancam, tiap ancaroan akan d itangkap lawan sebagai altematif strategi lawan. Semakin banyak altematif ancaman, semakin kedJ probabi litas untuk mencapai kesepakalan (focal point). Untuk meredakan tensi konflik, keduanya perlu menahan diri dengan menutup kebebasan mcmilih slrategi. Usaha ini dikenal dcngan istilah burn the bridges behind yOIl. Akan lebih baik jika mcreka hanya mcmiliki dua altematif strntegi. Pembatasan pilihan schingga menjadi dun slrategi. mcmbual Jepang (Indonesia) seolah-olah harus memilih antam hidup atau mali . Langkah ini akan menciplakan komitmen yang credible. Katakanlah Indonesia memi lih OIPL Ihidupl atau SQUO [mati], dan Jepang TECH nlidup] atau [NCT [mati1 (liliat Tabel II). Jika asumsi nomlalif ini dirasa benar dan kedunnya masih beTSikukuh pada strategi dominannya [mati, mali). maka kedua pihak semakin Icrpcrosok ke dalam situasi prisoners' dilemma. Bahasa ekonominya, kedua pihak menderita Pareto-inefficient atau mcngalami kerugian bersama (mutualfy harm/uf)o Celakanya, in(onnasi lidak berperan sarna sekali di sini. Jebakan prisoners' dilemma bisa diloncati dcngan bantunn komitmen bersama yang credible. Misalkan Indonesia menyatakan komitmcnnya. mclalui sinyal-sinyal (signaf), bahwa ada fleksibilitas dalam program Mobnas {SQUOl dan ada kemungkinan berdiplomasi £DIPLJ . Scmentara Jepang ml.-nyatakan bahwa kebijakan perdagangan yang mengandung unsur predatory (INCT] adalah lidak populer, seraya mcngisyaratlcan kemungkinan modusmodus barn dalam proses alih tcknologi [TECH]. Ketika niat baik ilu ditangkap dan diyakini masing-masing pihak. maka lerciplalah satu titik kesepakatan yang disebut focal
1999
A h,,",d JllmlJ & JPSe. Rizal JoaMI
point. Untuk meneegab upaya penyelewengan dari titik itll. kemilmen lersebut sebaiknya dinyatakan seearn tertuJis di bawah kesaksian pihak ketiga. Penulisan dan kelerlibalan pihak ketiga, semala-mala untuk membuat pengkhianatan alau perselingkuhan menjadi mahal jika hendak dilakukan. EPILOG Oalam sistem ekonomi pasar lerbuka, bcbas, dan global, 5etiap ncgara akan mudah unluk saling menyoroti aktivitas negara lain, Ularnanya tcrhadap segala upaya wltuk mendoreng ekspor dan membalasi impor. Kcbijakan ekonomi yang bcrsifat protcktif, dumping, alau predatory, akan disoroti, dikccam, dan bahkan digugat olch ncgara mitra dagang. Gejala ini mudah dipahami scbab semua negara ingin surplus sckaligus tidak ingin defisit. Semua ingin mcngekspor dan semuajuga ingin mengurangi impor. Padahal , surplus negara satu adalah delisil negara lain. Ekspor negara satu adalah impor negara lain, kccuali kalnu ada planet selain bumi yang mcnycrap kelcbihan ekspor. Ekonomi pasar bcbas, yang di dalamnya ada larangan prOleksionisme, mcngandung makna bahwa semua negara memiliki kebebasan mengakses pasar domeslik ncgara lain. Artinya, tidak ada satu ncgara pun yang bisa menghaki pasar domcsliknya. Kelika semua negarn memiliki kebebasan itu dan tidak ada satu negara pun yang bisa memprotcksi pasar dornestiknya, maka pasar domestik mcnjadi semacam barang publik intemasional (internatiollal public good), yaitu sesuatu yang berkamler joint consllmptioll dan high eXc/UJion
cosio Ketika pasar menjadi barang publik inlernasional dan tidak ada penghalang (barrier) bagi ekspansi pasar negara lain, rasionaJitas ekonomi mengajarkan bahwa mssing-masing negara ccnderung oyergra:illg (meminjam istilah Hardin [1968]) di negara lain. Ketika negara mernsn terganggu oleh aktivitas o ver-
3/
grazing negara lain, seearn intuitif dapal dibayangkan akibatnya, yakni konfJik. Selama biaya resolusi konflik tinggi, teru;i dan frekuensi konflik cenderung meningkat, dan kaidah pasar mcnjadi the tragedy of commoTU. Kenyataan menunjukkan bahwa biaya resolusi konflik sangallinggi (Coase I960J. Tidaklab murah menentukan siapa yang salah. menaksir kerugian sosial, menelapkan denda alau kompensasi, apalagi mencapai kesepakatan. Resolusi kenflik akan banyak memakan uang, tenaga, dan waktu. Kehadiran pihak ketiga dalam siluasi konflik rasanya cukup menjanjikan. Namun COllSe theorem mengajarkan babwa kehadiran pihak keliga alau otoritas sentral, bukan semala-mala untuk menghukum siapa yang salah, Ispi untuk membandingkan anlara lolal erek konflik dengan lolal erek hukwnan. DAFfAR PUSTAKA
Abrenica, Joy V. [1998], "The Asian Automotive Industry: Assessing the Roles of State and Market in the Agc of Global Competition." Asian-Pacific &onomic Literature, Vol. 1211, hal. 12·26. Ariwibowo, Tungki 11997J, Menteri Perinduslrian dan Perdagangan Kabinet Pembangunan VI, ·'Keynote Speech" Seminar Nasional tentang Induslrialisasi dan Transfcr Tcknologi di Indonesia: Kajian lerhadap Sektor Olomotir. UC-UGM Yogyakarta, 17 April 1997.
"A
Road Block in Indonesia," 17/3/97, hal. 41-42.
Fortune.
Arrow, Kermeth J. (19631, Social Choice um/ IndiYidual Value. Edisi II, New Haven: Yale University Press. "Asia's Car Crush," For Eastern Economic Review, 8/4/97, hal. 42-45 Axis, lwan J. [1996]. "Resolving Possible n."JlSions in ASEAN's Future Trade: Using the Analytic Hierarchy Process," ASEAN Economic Bulletin. Vol. 12!3, hal. 309-323.
32
Jurna/ Ekonomi dan BI$nis Indonesia
Basri, Faisal H. {l996], "Mobil Nasional 1m. pian yang Tak Bakal Jadi Kenyataan: Tanpa Mcnciptakan Biaya Ekonomi yang Teramat Mahal," AfooT. Vol. Ill, hal. 1I4· 128. Chalmers. Ian [19961, Konglomerasi: Negara dan Modal dalam Industr; Dlomo/if Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ju ll
Klein, Erwin [1973], Mathematical Methods in Theoretical Economics, London: Academic Press, hal. 280-281. Krugman, Paul R. [1987], "15 Free Trade Passe?," dalam Philip King (penyunting), International Economics and Imernational Policy: A Raoder. Edisi II. New York: McGraw-Hill , 1995, hal. 21-32.
Coase. Ronald H. [1960], "The Problem of Social Cost:' dalam Samuel Baker dan Catherine Elliot (penyunting), Readings in Public Sec/or Economics, Lexington, Mass.: D.C. Heath, hal. 124- 139.
Lindert, Peter H. (1991), International Economics, Edisi lX, Durr Ridge, Illinois: Richard D. Irwin.
Dixit, Avinash K. dan Barry J. Nalebuff (199IJ. Thinking Strategically; The Competitive Edge in Business. Politics. and Everyday Life, New York: W. W. Nonan.
Nugroho, Heru 11997]. "Perdagangan Bebas dan Demokrasi Polilik: Kasus Proyek Mobil Nasional," Makalah Seminar Nasional tenlang Industrialisasi dan Transfer Teknologi di Indonesia: Kajian tcrhadap Seklor Otomotif. UC-UGM Yogyakarta, 17 April 1997.
Friedman, Milton dan Rose Friedman [1980], "Tyranny of Controls," dalam James L. DOli dan Dwight R. Lee (Pcnyul1ling), The Market Economy A Reader. Los Angeles: Roxbury, 1991 . hal. 326-338. Hadiz. Vedi R. f 1997], "Ekonomi Politik Kepentingan Nasional." Prisma. No.5, hal. 75-77 Hakim, Lukman [19931, "Japan-Indonesia Economic Relations and the Option for Technolog.ical Development in Indonesia's Industries," Indonesian Quarterly, hal. 382-409. Ilardin, Garret [1 968], ·'The Tragedy of Commons," dalam Samuel Baker dan Catherine Elliot (Penyunting). Readings in Public Sector Economics, Lexington, Mass.: D.C. Heath, 1990. hal. 111-123. Hardjosoekano, Sudarsono [1993), "Japan's Role in Indonesia's Development," Indonesitm Quarterly. Vol. 2114, hal. 410-433. Kindleberger, Charles P. 11986], "international Public Goods without International Govemmenl." American Economic Review, Vol. 7611. hal. 1-13.
;'Mobnas Bimantara Hams Tunggu 3 tahun Lagi," Suaro Kurya, 9n196.
Oakland, William I-I. ll9871, ;'Theory of Public Goods," dalam AJan J. Auerbach dan Manin Feldstein (penyunting), Handbook 0/ Public Economics, Volume II. Amstcrdam: North-Holland, 1987, hal. 485-535. Olson, Mancur [1971 J, The Logic a/Collective. Action: Public Goods and the Theory of GroufJs, Cambridge: Harvard University Press. Pangestll, Mari [19971, "Deregulation of Trade and Reversal of Deregulation," dalam Indonesian Economic Almmwc 1996-1997, hal. 23-27. Pearson, Frederic S. dan J. Martin Rochester lI992j, International Relations: The Global Condition ill the Late Twentieth Century, Edisi 3. New York: McGraw-Hill. Pennadi. Bambang E. [1992), Proses Pengambi/on Keplliusan dengan Anolisa f/irarki. Jakarta: PAU-EK-UI.
1999
A h m ad Jamli " Jose Ri1.DI J OI!Soe/
11
Porter, Michael E. [ 19901, The Competitive Advanlage of Nations, New York: The Free Press.
Sen, Amartya K. l J 970), Collective Choice and Social Welfare, San Francisco: Holden-Day.
Rimawan dan Elan Satriawan [1996], " Mobil Nasional dan Strategi Industrialisasi Kita," Aftar, Vol. II I. hal. 255.
Simandjuntak, Djisman S. [19961. " Pemecahan Pasar bagi Industri Mobil Indonesia," dalam Mari Pangestu, Raymond Alje, dan Julius Mulyadi (PenYWlling), Transformasi Industri Indonesia do/am Era Perdogangan Bebas, Jakarta: CSIS. hal. 213-226.
Pradiptyo,
Rasmusen, Eric lI994], Games and Information: An InlraduClion 10 Game Theory, Edisi II , Cambridge, Mass.: Blackwell Publishers. Saaty, Thomas L. [1992], Multicrileria Decision Making: The Analytic Hierarchy Pr()(;c$s, Pittsburgh: RWS Publications. Saaty, Thomas L. [1994] , FUlldamenlai.f of Decision Making and Priority Theory wilh the Analytic Hierarchy Process, Pittsburgh: RWS Publications. Saaty. Thomas L. dan Luis G. Vargas [1991 I, The Logic of Priority: Application in Bltsille.rs, Energy. flealth. and Trlm~por /(I/jon, Pinsburgh: RWS Publications. Sargo, Suhari (1997], "lntegrating to Regional and Global Automotive Industry Networks," dalam Imlonesian Economic Almanac /996-/997. hal. 107-111. Schermerhorn. John R... James G. Huur. dan Richard N. Osborn [19951, B(uic Organizalional Behavior. New York: John Wiley & Son, hal. 203·204.
Stiglitz, Joseph E. [1989], ''On the The Economic Role of the Slate," dalam Arnold Heertje (Penyullting), The Economic Role of the SUI/e, Cambridge: Basil Blackwell. hal. 9-85. "The Coming Car Crash: Global Pile-Up," Economist, 10/5197, hal. 19-21. Varian, Hal R. (19931. Imermediate Microeconomics A Modern Approach, Edisi III. New York: W. W. Norton. Veeger. K. J. [ 1990]. Reali1as Sosial. Reflelcsi Filsafot Swial ata.s Hubungan /"dividllMruyara/c.ol dalam Cakrawalu Scjara" Sosiologi, Jakarta: Gramedia. Walzer, Michael (1983] , Spheres of Justice. New York: Basic Books. Weston. Samuel C. [19941. "Toward a Better Understanding of the PosiliveINormative Distinction in Economics." EconomIcs and Philosophy, Vol. 1011.
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS INDONESIA Volume 14, No.3, 1999 Jorillg PengamoIJ Sosia/ dOll P emberdaytWII Masyarakal Gunawan Sumodinin grnt Allalisis Konflik IlIdol/esia~Jepa1/g di dalam Po:mr Ofomorij: Penerapon Analytic Hierarchy Process (A I-IP) dOli Game Theory Ah mad Jamli & Jose Rizal Joesocf
EkOllomi Kerakyufan: SekedarJargon Polilik Iswa rdono S. Pcrmono Financial Liberali::alioll Vs Financial Repression : A Survey all Theoretical Lilera/llre m ,d Empirical Evidence Marwa n Asri Sw Profit Kinerja Final/sial Perusahaall-PerusallllQII yang Go·Public: di Pasor Modal Aseol/
Mas' ud Machfocdz Lo),oliros Pelollggon: Sebuah Kajian KOlIsepltwl Sebagai Pondl/on Bagi Pelleliti Basu Swastha Dharmmcsta What Managers Should Do III Conducting All Organisational Change? A IIl1moll Aspects Approach Sa . . i Sita laksmi
A !iran-AUrall Pemjkirall A Irema/if dalam Akul/tallsi NUl" Indl"i antol"o
Memahamkall Akllll((lllsi del/gall PenalorOIl dall PendekawlI Sis/em S uwardjono
Control Issues III Mul/ina/iollal Organization Oidi Achjari
J EUI (JURNAL F.KO~OJ\1I & BISS IS I NDOl'\'ESIA) FI?-UG M TELAII n : UAKU.: DITASI RERDA SA R}\ AI\( SURAT KEPUTUSAS UIRI::KTUR JENDERAL N : NUlIUKA.'i TlN GG I m : I'ART[MEN "': NI)IDlKA~ DAN K .; RUDAYAAN NOMOR 1I1{I)l KTI/ KEP.l I 9911
ISSN 0215-2487 Fakultas [konomi UnhersUas Gadjah Mada
JURNAL EKONOMI DAN 81SNIS INDONESIA
Pelind ung Pengara b
Dekan Faku ltas Ekonomi Un ivers itas Gadjah Mada Prof. Ace Partadiredja
Direktu r Eksekutif
Editor
Faried Wijaya Mansoer Nur Indriantoro.
Editor Pembant u
Hani Handoko
Soeratno Dewan Editorial
Tony Prasetiantono Abdul Halim Agus Sartono
Administrasi Si rkulasi Sekretaris Redaksi
Prakosa Had i Nuh fadillah
Lipur Jati Mulatsih Ellen Setyorini
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp.: (0274) 901231 - 901236; faksimile: (0274) 563212 E-mail:
[email protected]
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia dilerbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dimaksudkan sebagai media pertukaran inJormasi dan karya ilmiah antara staE pengajar, alumni, mahasiswa pembaca yang herminat dan masyarakat pada umumnya . Untuk sementara Jumal ini temit empat kali dalam setahun.
Redaksi menerima naskah yang belum pemah diterbitkan atau dalam proses diterbitkan oleh media lain dan tinjauan alas buku-buku ekonomi terbitan dalam dan luar negeri yang baru. Pedoman penulisan naskah untukIEBI tercantum pada bagian akhir Jumal ini. Surat-menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan, langganan, keagenan dan Jaionya dapatdlalamatkan kealamat Redaksi.