KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ahmad Sahroji NIM: 1110051000222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAIVIANTY0)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarfana Komunikasi Islam (S.Kom,I)
Oleh Ahmad Sahroji NIM: 1110051000222
Disetujui oleh Dosen Pembimbi
Racyma t B -va4,_DekA NIP. f9762129 200912 1 001
JURUSAN KOIVIUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 HI 2016 M
ABSTRAK Ahmad Sahroji (1110051000222) Konflik Identitas Peran Muslimah dalam Keluarga (Analisis Naratif pada Film Hijab karya Hanung Bramantyo) Konsep hak pada dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam segala sesuatu. Wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan wanita mempunyai kewajiban seperti kewajiban pria. Kemudian bahwa laki-laki dilebihi dengan satu derajat, yaitu sebagai pemimpin yang telah ditetapkan dalam fitrahnya. Dalam film hijab menggambarkan bagaimana peranan seorang muslimah (istri) dalam sebuah rumah tangga. Peran yang dimaksud menyangkut hak dan kewajiban dalam keluarga. Film ini mengangkat isu terkait peranan seorang muslimah (istri) yang seringkali bergesekan dengan norma yang telah ditetapkan dalam syari‟at (aturan agama). Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor yaitu Bagaimana analisis alur narasi awal, tengah, dan akhir cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo? Dan menganalisis temuan terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga pada film Hijab. Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif maupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Film Hijab bukanlah film yang bertema religi melainkan merupakan sebuah film drama komedi Indonesia yang mengangkat isu wanita yang beredar di masyarakat dan menggambarkan karakter-karakter wanita berhijab di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati oleh peneliti. Teori yang digunakan adalah analisis narasi (narrative analysis) model Tvzetan Todorov, memiliki tiga alur waktu cerita, yaitu alur cerita awal, tengah, dan akhir. Tvzetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha „diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu. Subjek penelitian ini adalah film Hijab karya Hanung Bramantyo, sedangkan objek penelitian ini adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film Hijab. Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan beberapa poin terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga diantaranya: 1. kewajiban Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama; 2. kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3. menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana; 4. berhias diri untuk menyenangkan suami; 5. hak mendapatkan nafkah; 6. menjalankan bisnis butik Meccanism tanpa seizin suami; 7. Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga; 8. memutuskan untuk menjadi wanita karir; 9. Tata melalaikan kewajibannya mengurus anak. Kata kunci: Narasi, Film, Istri, Hak, dan Kewajiban. ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang menyeru sekalian hati hamba-Nya untuk selalu turut serta dalam samudra makrifat hingga tenggelam dalam kecintaan kepada-Nya. Tiada kata yang tepat untuk mendeskripsikan segalanya selain rasa syukur atas pentunjuk dan pertolongan kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam atas Al-Mustafa Sayyidina Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Setelah beberapa semester lamanya menimba ilmu di Kampus tercinta, akhirnya penulis bisa dengan sabar mengentaskan karya ini sebagai tongkat estafet pengejawantahan ilmu. Penulis menyadari, karya ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membuka dengan lebar kritik dan saran para pembaca. Penulisan karya ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhami, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2.
Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
3.
Dosen Pembimbing Skripsi, Rachmat Baihaky, MA yang telah memberikan banyak ilmu, motivasi, pandangan filosofis, baik yang kaitannya dengan skripsi maupun ilmu-ilmu lain yang sangat lekat di dalam kepala dan hati penulis.
4.
Dosen Penasihat Akademik KPI G 2010, Drs. Studi Rizal LK, MA yang juga turut memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.
5.
Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada penulis selama penulis menimba ilmu di sana.
6.
Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan perpustakaan Galeri Watoe Ireng.
7.
Kepada orang tua penulis, Bapak Udin (alm) yang diberikan waktu dua puluh satu tahun oleh Tuhan untuk menemani penulis, semoga Allah mengampuni dosanya. Serta kepada Ibu Kasturi, terimakasih untuk bersabar.
8.
Terima kasih kepada kakak dan adik penulis, Rohiman Sunandar, A.md, Sudrajat, S. Sos.i, Siti Nurhalimah, yang tak lain menjadi tempat meletakkan kejenuhan. Menjadi orangorang pemberi kekuatan magis ketika kehidupan tidak sejalan dengan idealisme.
9.
Terima kasih kepada saudara penulis Riesta Tara Dewi, Dina Rosdiana, dan Bagus Priambodo yang telah banyak memberi support kepada penulis baik moril maupun materil.
10.
Terimakasih kepada Novia Chairunnisa yang telah banyak memberikan dukungan yang cukup intens kepada penulis, baik yang bersifat permanen maupun temporer, materi maupun moril.
11.
Kepada sahabat-sahabat KPI G Pestol (Pemuda Stok Lama) 2010 yang melukis sejarah kehidupan penulis dengan tinta pemikiran, ideologi, dialektika, keniscayaan, idealisme,
iv
pragmatisme, ambisi, angan, marah, malu, takut, tidak percaya diri, pemberani, malas, rajin, pujian, hinaan, tanggung jawab, apatis, keteguhan, pemberontakan adalah seperti tumpukkan arsip yang menjadi mata kuliah berharga bagi penulis. 12. Terima kasih kepada kelompok KKN KINOPERA yang sempat memberikan pengalaman menarik dan memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Terima kasih kepada keluarga besar Detak Group, khususnya redaksi Detaktangsel.com, Pak Gozali, Bang Eko, Mas Dani, Mbah Dedi, Mba Novi, dan teman-teman wartawan lain, yang banyak memberi ilmu dan pengalaman kepada penulis. 14. Terima kasih kepada keluarga besar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kota Depok, Bang Hendri, Bang Maulana, Bang Haji, Bang Iskandar, Bang Arif Muluk, dan temanteman lain, yang banyak menginspirasi penulis untuk menjadi lebih baik. 15. Terimakasih kepada keluarga besar Galeri Watoe Ireng, Black Coffee Gallery, Youth Food Movement, dan Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI). 16. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Depok, 20 September 2016
Ahmad Sahroji
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI......................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................
6
1. Batasan Masalah .....................................................................
6
2. Rumusan Masalah ..................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
7
1. Manfaat Akademis .................................................................
7
2. Manfaat Praktis.......................................................................
7
E. Kerangka Teori .............................................................................
8
1. Pengertian Narasi ...................................................................
8
F. Metodologi Penelitian ..................................................................
9
1. Paradigma Penelitian ..............................................................
9
2. Pendekatan Penelitian............................................................. 10 3. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 10 4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 10 5. Teknik Analisis Data .............................................................. 12 6. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................... 12 G. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II
KAJIAN TEORITIK A. Analisis Naratif............................................................................. 15 1. Beberapa Bentuk Khusus Narasi ............................................ 19 2. Sekilas Tentang Tvzetan Todorov .......................................... 20 3. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov ................................ 21 vi
B. Film .............................................................................................. 27 1. Jenis dan Klasifikasi Film ...................................................... 29 C. Peran Istri Menurut Pandangan Islam .......................................... 44
BAB III GAMBARAN UMUM A. Film Hijab Karya Hanung Bramantyo ......................................... 52 B. Sinopsis Film Hijab ...................................................................... 55 C. Tanggapan Film Hijab .................................................................. 56 1. Riwayat Kontroversi Film Hanung Bramantyo...................... 58 D. Produksi Film Hijab ..................................................................... 63 1. Sutradara Film Hijab .............................................................. 63 2. Data dan Tim Produksi ........................................................... 67 3. Tokoh Pemeran Film Hijab .................................................... 69
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Alur Awal Cerita .......................................................................... 75 B. Alur Tengah Cerita ....................................................................... 87 1. Distruption.............................................................................. 87 2. Complication .......................................................................... 94 3. Kesadaran Terjadinya Gangguan ........................................... 101 4. Klimaks .................................................................................. 103 5. Upaya Memperbaiki Gangguan .............................................. 107 C. Alur Akhir Cerita.......................................................................... 108
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 112 B. Saran ............................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 117 LAMPIRAN....................................................................................................... 122
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Alur Film ...................................................................... 22 Gambar 2.2. Skema Pembagian Tiga Waktu dalam Narasi ............................. 26 Gambar 2.3. Tabel Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli .... 26 Gambar 2.4. Bagan Sistem-Sistem dalam FIlm ............................................... 27
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik diantara media komunikasi lainnya. Selain dipandang sebagai media komunikasi yang efektif dalam penyebaran ide dan gagasan, film juga merupakan media ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan kreatifitas dan media budaya yang melukiskan kehidupan manusia serta kepribadian suatu bangsa. Perpaduan kedua hal tersebut menjadikan film sebagai media yang mempunyai peranan penting di masyarakat.1 Jika melihat perjalanan film di Indonesia sejak film pertama diproduksi di bumi pertiwi yakni pada tahun 1926 sampai 2006, belum ada industri film di Indonesia. Syarat berjalannya sebuah industri film adalah terjalin utuhnya ketiga rantai pembentuk industri film, yaitu rantai produksi, rantai distribusi dan rantai ekshibisi.2 Rantai produksi film meliputi semua pekerjaan, mulai dari pemilihan ide cerita hingga film selesai dibuat dan siap didistribusikan. Termasuk dalam rantai produksi adalah semua kru, perusahaan pembiayaan/investor, rumah produksi dan perusahaan
penyewaan
alat.
Rantai
distribusi
adalah
semua
pekerjaan
penyebarluasan film untuk dinikmati penonton di bioskop. Dalam rantai ini, perusahaan distribusi film atau distributor memainkan peran utama yakni menyalurkan film dari produsen ke jaringan bioskop, televisi dan home video 1 2
M Ariansah, Gerakan Sinema Dunia (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2014), h. 7. Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 1.
1
2
(DVD dan VCD). Rantai ekshibisi adalah semua pekerjaan menayangkan film di bioskop oleh jaringan bioskop. Dalam rantai ini, kelompok-kelompok bioskop dengan ribuan layarnya menjadi ujung tombak agar output rantai produksi dapat dinikmati oleh para pecinta film bioskop.3 Pada saat ini beberapa sinetron maupun film seringkali terlihat bersentuhan dengan unsur islam, hal tersebut sejurus dengan berkembangnya hijab sebagai sebuah fesyen yang disejajarkan dengan budaya popular lainnya. Para tokoh protagonis menggunakan kerudung, tokoh Pak Haji dan Bu Haji (kadang baik kadang jahat), masjid menjadi tempat sentral, serta pengucapan kata-kata khas umat Islam seperti astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah dan semacamnya. Meski ada polesan Islami, konflik yang dihadirkan tetap berkutat dengan urusan perebutan cinta, harta warisan dan permasalahan anak. Pergulatan hubungan film dan agama harus menjadi catatan tersendiri. Konten Islami mulai bermunculan di banyak film Indonesia dan menjadi film terlaris. Dipelopori oleh Kiamat Sudah Dekat (Deddy Mizwar, 2002), selanjutnya judul Ayat-Ayat Cinta (Hanung Bramantyo, 2008), menjadi salah satu film terlaris pada genre ini. Film lain adalah Ketika Cinta Bertasbih (Chaerul Umam, 2009), Perempuan Berkalung Sorban (Hanung Bramantyo, 2009), Sang Pencerah (Hanung Bramantyo, 2009) dan Negeri Lima Menara (Affandi Abdul Rahman, 2012). Sebagian besar film-film tersebut berhasil menjadi film terlaris. Presiden SBY dan beberapa pejabat negara turut menonton film-film semacam itu di bioskop. Untuk
3
Gerzon R. Ayawaila, DKK, Penyemaian Industri Perfilman Indonesia (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013), h. 113.
3
pertama kalinya politisi memasuki ranah film demi popularitas di mata konstituen mereka.4 Film dan agama tidak saja bersinergi secara manis, namun membuahkan cerita pahit kekerasan. Setelah berhasil diredam oleh Soeharto sepanjang Orde Baru berkuasa, kelompok Islam radikal berusaha mengambil posisi dalam politik. Kekuatan mereka semakin dominan dalam melakukan penghakiman terhadap film Indonesia lewat protes gugatan ke pengadilan ataupun semacam ancaman dengan unjuk rasa serta lewat pernyataan para pemimpin kelompok agama.5 Film religi dalam perkembangannya menggunakan ikon hijab tidak hanya sebatas visualisasi dari identitasi perempuan Islam belaka. Film atau sinetron yang sebenarnya exspresi dari sebuah hiburan, mampu pula membawa pesan-pesan moral. Sehingga keberadaan jilbab sudah tidak asing lagi kita dapatkan disekitar kita. Salah satu film bergenre religi yang ialah film Hijab karya Hanung Bramantyo yang dirilis 15 Januari 2015 lalu, film garapan sutradara kondang tersebut bercerita tentang empat wanita yang mengadu peruntungan di dunia bisnis busana muslimah. Beragam konflik indentitas peran muslimah dalam sebuah keluarga juga dihadirkan dalam film berdurasi 100 menit ini. Sentuhan persahabatan, fesyen, dan percintaan turut menambah asyiknya jalan cerita film Hijab. Untuk pertama kalinya Hanung Bramantyo memproduksi sendiri filmnya di bawah bendera rumah produksi Dapur Film yang dimilikinya, 4
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTVIKJ Press, 2013), h. 386. 5 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 388.
4
bekerja sama dengan Ampuh Entertainment. Selain dirinya sendiri sebagai sutradara sekaligus produser film teranyar yang berjudul Hijab itu, sang istri Zaskia Mecca, dan adik iparnya Haikal Kamil juga ikut membantu sebagai produser bersama dalam debut proyek film tersebut. Tiga hari pasca ditayangkannya film Hijab di berbagai bioskop Tanah Air, muncullah beragam kontroversi. Salah satunya kritik pedas yang dilontarkan putri Amien Rais, Hanum Salsabila Rais, penulis buku Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa yang kemudian diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di Langit Eropa dan 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2. Menurutnya film yang berkisah soal kumpulan perempuan-perempuan yang berhijab dan berbisnis butik muslim itu dituding tidak merepresentasikan muslimah yang sebenarnya. Bahkan Hanum menyebut Hanung sebagai anggota Jaringan Islam Liberal (JIL) karena menggarap film yang “nyiyir” terhadap agama Islam.6 Selain itu Hanum juga menkritik soalmotivasi ketiga tokoh perempuan dalam menggunakan hijab. Zaskia Adya Mecca (Sari Gumilang) karena takut pada suami. Di lain pihak ada juga yang mengenakan hijab karena ingin menutupi kekurangan tubuh, seperti Tika Brivana (Tata). Mungkin pula ada sebagaian muslimah yang mengenakan hijab karena terjebak keadaan, seperti tinggal di lingkungan pesantren atau tidak sengaja pakai hijab demi menghormati peserta yang mengikuti sesi ESQ seperti yang dialami Carissa Puteri (Bia).
6
“Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari 2015, diakses pada 12 April 2016 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-22026838/riwayat-kontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
5
Pada bagian lain di film Hijab yang tak kalah menimbulkan pertanyaan adalah terkait pernyataan Gamal (diperankan Mike Lucock) yang mengatakan larangan haram bekerja kepada istrinya Sari (diperankan Zaskia Adya Mecca) dan menekankan kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan rumah. Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran seorang muslimah dalam keluarga. Padahal dalam surat al Baqarah ayat 228 Allah sudah menerangkan kedudukan di antara keduanya. Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Maha perkasa lagi Mahabijaksana.”(QS Al Baqarah [2]: 228) Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi dengan hak lakilaki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan yang dimaksud dengan keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud sesuatu dan karakternya, tetapi yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara mereka itu saling mengganti dan melengkapi. Maka tidak ada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk suaminya melainkan si suami juga harus melakukan suatu perbuatan yang seimbang untuknya.7 Film tersebut menggambarkan gaya hidup, pergaulan, dan peran muslimah banyak dipengaruhi oleh budaya konsumtif dan kebarat-baratan namun berusaha dibungkus dengan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat makna bahwa ajaran 7
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 136.
6
Islam itu tidak kaku dapat disesuaikan dengan modernisasi. Penggambaran muslimah dalam film ini kurang sesuai dengan kriteria muslimah yang terkandung di dalam Al-Quran dan as-sunnah. Muslimah saat ini krisis identitas dan perlu melihat lagi figur ideal yang seharusnya menjadi acuan mereka. Pendek kata, dengan kembali melihat norma yang sesuai syar‟iat (aturan agama). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai Film ”Hijab” karya Hanung Bramantyo. Untuk membahas permasalahan diatas, maka penulis mengangkatnya kedalam bentuk skripsi yang berjudul “KONFLIK IDENTITAS PERAN MUSLIMAH DALAM KELUARGA (ANALISIS NARATIF PADA FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO)”. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian agar lebih terarah, maka permasalahan hanya dibatasi pada narasi pada film “Hijab” karya Hanung Bramantyo. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana analisis alur narasi menurut awal cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo?
7
2. Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo? 3. Bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi menurut alur awal cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo. b. Untuk mengetahui Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo. c. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita film „Hijab‟ karya Hanung Bramantyo. D. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, diantaranya: 1.
Manfaat Akademis Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
2.
Manfaat Praktis Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran.
8
Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penafsiran film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya. E. Kerangka Teori 1. Pengertian Narasi Analisis narasi (narrative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).8 Metode analisis narasi berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis narasi lebih melihat “Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Dengan metode ini, tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terkandung dalam film Hijab, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Melalui analisis narasi tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana pesan itu disampaikan lewat cerita. Analisis narasi lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan diteliti. Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah sebagai Pertama, terori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media apapun dan budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu. Kedua, tetapi media
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotic, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). H.18.
9
tertentu/khusus mampu untuk “menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan suatu cerita dari harapan tersebut.9 Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟ di mana perbedaan potensi pertentangan berusaha „diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara tertentu.10 F. Metodologi Penelitian 1.
Paradigma Penelitian Paradigma menurut definisi Harmon (1970) yakni sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.11 Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme. Konstruktivisme diambil dari kata “konstruksi” yakni merancang, dan apa yang dirancang. Konstruksivisme berasumsi, “Bagaimana pesan di konstruksi atau di susun.”12 Dalam hal ini, paradigma konsturksivisme lebih mengkaji soal pesan, dimana pesan dikonstruksikan (dibentuk). Di dunia pertelevisian pesan
9
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book (London dan New York: Routledge), h.32. 10 Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book , h.36. 11 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Cet. 28, h. 49. 12 Ardianto Elvinaro. & Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 154.
10
disebut juga dengan teks dimana teks bukan hanya sekedar tulisan yang tercetak melainkan semua yang ada dalam layar kaca televisi mulai dari teks, audio, video bahkan grafis yang semuanya memiliki maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator agar dapat menyamakan persepsinya dengan komunikan. 2.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif. Mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.13 Pendekatan penelitian ini yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistic atau dengan cara lain pengukuran. Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan dalam film Hijab.
3.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah film Hijab karya Hanung Bramantyo, sedangkan Objek penelitian ini adalah potongan adegan visual atau pun narasi dialog dalam film Hijab.
4.
Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Obeservasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti. Observasi adalah kegiatan yang
13
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , h.3.
11
berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.14 Penelitian
melakukan observasi langsung yaitu dengan teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti yakni film Hijab karya Hanung Bramantyo. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan. b.
Catatan Arsip (Archival Record) Data yang diperoleh dari rekaman video “Hijab” Rekaman berasal dari DVD ini kemudian dibagi per-scene dan dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. Dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, kamus, internet, jurnal, dan lain sebagainya, yang membahas tentang film secara umum dan khusus film ini, atau tentang narasi itu sendiri.
c.
Dokumentasi Untuk memperdalam penelitian ini, penulis juga mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan film Hijab karya Hanung Bramantyo dari berbagai dokumen seperti buku-buku, majalah, jurnal, media massa dan lainnya yang sebelumnya telah terlebih dahulu membahas tentang film.
14
Sutrisno Hadi, Metedologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h.92.
12
5.
Teknik Analisis Data Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Tzevetan Todorov yaitu meneliti dari alur cerita. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam film Hijab. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.15 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya.
6. Pedoman Penulisan Skripsi Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007. G. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul penelitian yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut: Pertama “Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa” oleh Atik Sukriati Rahmah tahun 2014, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Jakarta. Skripsi tersebut memiliki kesamaan yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul objek. 15
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT Gramedia, 2007), cet. Ke 16, h. 136
13
Hilman Fauzi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “Analisis Naratif Film Dokumenter Alkinemokiye: The Strunggle Dawns New Hope”. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul objek. Ika Istiani, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dengan judul “Analisis Narasi Pertentangan antar Ideologi Feminisme dalam Novel Ratu yang Bersujud” persamaannya terletak pada metode penelitian analisis naratif. Perbedaannya pada judul serta subjek yang diteliti. H. Sistematika Penulisan Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: Bab I:
Terdiri
dari
Pendahuluan,
yang memaparkan
latar
belakang
permasalahan, inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian dengan sejumlah tujuan, dan tentunya manfaat penelitian itu sendiri, dan agar tetap fokus penulis memberikan batasan dan rumusan masalah. Namun tak kalah penting penulis menuliskan kerangka teori dan juga metodologi penelitian sebagai kerangka berpikir bagi penulis. Dan juga sistematika penulisan.
14
Bab II:
Membahas tentang definisi analisis narasi, teori mengenai analisis narasi menurut Tvzetan Todorov, pengertian film, jenis dan klasifikasi film.
Bab III: Gambaran umum film hijab. Menguraikan sinopsis film hijab, struktur organisasi dan gambaran umum production house serta sutradara film hijab. Bab IV: Sebagai temuan dan analisis narasi terhadap data dari film Hijab tentang penarasian. Bab V:
Penulis menutup penelitian skripsi ini dengan penyampaian beberapa kesimpulan sekaligus berfungsi sebagai jawaban konkret atas masalah yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan. Berikut juga disertakan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, hasil wawancara dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Analisis Naratif Narasi sering diasumsikan sebagai cerita atau dongeng. Narasi berasal dari kata latin Narre, yang artinya membuat tahu.1 Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian.2 Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi yang memberitahukan peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi. Dengan kata lain, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa.3 Gerald Prince dalam buku A Dictionary of Narratology (2003) mengemukakan definisi naratif adalah “the representation of one or more real or fictive events communicated by one, two, or several narrator to one, two, or several narratees”.4 Teori naratif mencoba untuk mengerti tanda dan hubungan yang mengatur bagaimana cerita (fiksi atau fakta) dibentuk secara berurutan, dan cara ini mungkin dapat membuat audien terlibat dalam berbagai cara yang berbeda.
1
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 1. 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 996. 3 Eriyanto, Analisis Naratif, h.2. 4 Gerald Prince, A Dictionary of Narratology, Second Edition (Lincoln: University of Nebraska Press, 2003), h. 58.
15
16
Seperti kebanyakan ilmu media, pemikiran ini menyatakan bahwa aktivitas biasanya sering dihubungkan dengan ketetapan nilai yang dominan.5 Definisi menarik tentang narasi diungkapkan oleh Braningan, yakin narasi adalah cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi penyebab dan memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal, tengah, dan akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.6 Dalam narasi terdapat beberapa syarat di antaranya. Pertama, adanya rangkaian peristiwa.Sebuah narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa, di mana peristiwa satu dan peristiwa lain dirangkai. Kedua, rangkaian (sekuensial) peristiwa tersebut tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis. Ketiga, narasi bukanlah memindahkan peristiwa ke dalam sebuah teks berita. Dalam narasi selalu terdapat proses pemilihan dan penghilangan bagian tertentu dari peristiwa.7 Menurut Branston and Stafford, narasi terdiri atas empat macam yaitu narasi menurut Tvezetan Todorov, Vladmir Proop, Levi-Strauss dan Joseph Cambell.8 Pertama, narasi menurut Tvzetan Todorov. Todorov mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟ di mana beberapa potensi pertentangan berusaha „diseimbangkan‟ pada suatu waktu. Teorinya mungkin
5
Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition (London: Routledge, 1999), H. 32. 6 Edward Braningan, Narrative Coprehension and Film, London: University Press, 1992 dalam Gill Branston and Roy Stafford, The Media student‟s Book Third Edition (London: Routledge, 1999), h. 33. 7 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 2-3. 8 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition, h. 56-57.
17
terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah caracara tertentu.9 Kedua, narasi menurut Vladmir Propp. Sebagaimana analisanya terhadap dongeng lebih ditekankan kepada struktur atau anatomi cerita dan pada karakter tokoh di dalam cerita. Dengan pendekatan model Propp ini, terutama analisis karakter tokoh dalam sebuah cerita akan mempermudah menemukan “lompatan-lompatan baru” atau kejutan narasi. Propp menyimpulkan ke dalam delapan ruang tindakan atau peranan, yaitu: 1. The villan atau tokoh penjahat dalam cerita rakyat adalah seorang tokoh yang memerankan peran penjahat atau antagonis; 2. The hero atau pahlawan, yaitu salah satu istilah yang tidak berarti sama dalam teori seperti halnya dalam kehidupan di luar, di mana pahlawan biasanya mengacu pada laki-laki, dan heroik, memiliki konotasi moral mengagumkan atau baik; 3. The donor atau donor, yang menyediakan sebuah objek dengan beberapa property; 4. The helper atau penolong, yang membantu pahlawan; 5. The princess atau sang putri, hadiah untuk pahlawan dan objek skema yang penjahat ini; 6. Her father atau ayahnya, yang memberikan penghargaan kepada pahlawan; 7. The dispatcher atau orang yang menyuruh, yang mengirimkan pahlawan dan perjalanan; 8. False hero atau pahlawan palsu.10
9
Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition, h. 36. Branston and Stafford, The Media Student‟s Book Third Edition , H. 34.
10
18
Ketiga,
narasi
menurut
Levi-Strauss.
Levi-Strauss
setidaknya
menggunakan dua konsep penting dari pemikiran Saussure; 1) Konsep perbedaan (diferensiasi). Menurut Saussure, yang membedakan satu kata dengan kata lain adalah diferensiasi sistematis yang ada antara setiap kata dengan kata-kata yang lain. Kata “paku” misalnya dibedakan menurut suaranya dengan “baku” atau “daku”, namun secara konseptual kata tersebut dibedakan dengan “sekrup”, “mur”, “pasak” dan sebagainya, dan 2) Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik. Kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain sehingga
membentuk
suatu
pengertian
melalui
hubungan
asosiatif
(paradigmatik) dan hubungan sintagmatik.11 Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara satu tanda dengan tanda lain dalam suatu kesatuan (linier). Sementara hubungan paradigmatik adalah relasi
antara tanda-tanda dalam
suatu paradigma (kesamaan umum): unit-unit memiliki kesamaan karakteristik yang menentukan keanggotaannya dalam paradigma tersebut.12 Keempat, narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.Campbell menyatakan mitos memiliki 4 fungsi utama: Fungsi mistis, menafsirkan kekaguman atas alam semesta. Fungsi kosmologis, menjelaskan bentuk alam semesta. Fungsi sosiologis, mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu. Fungsi pendagogis, bagaiamana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan apapun.13
11
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 162-163 Heddy Shri Ahimsa-Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra (Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 41-42. 13 Braston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 33. 12
19
1. Beberapa Bentuk Khusus Narasi a. Autobiografi dan Biografi Dalam penelitian narasi terdapat beberapa bentuk khusus narasi yaitu, pengertian autobiografi dan biografi. Perbedaan terletak pada masalah naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain.14 Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya. b. Anekdot dan Insiden Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orangorang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.15 Anekdot yang menjadi bagian dari narasi yang lebih luas, sama sekali tidak menunjang gerak umum dari narasi. Namun, perhatian sentral yang dibuatnya dapat menambah daya tarik bagi latar belakang dan suasana secara keseluruhan. c. Sketsa Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan
14 15
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h.141. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h. 65.
20
atau tindakan yang berlangsung dalam suatu unit waktu itu tidak menonjol atau kurang sekali diungkapkan.16 d. Profil Bentuk wacana ini adalah suatu wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi, deskripsi dan eksposisi yang dijalin dalam bermacammacam proporsi.17 Dalam istilah Gorys Keraf (2007), profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. 2. Sekilas tentang Tvzetan Todorov Tvzetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.18 Dua karya Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung masing-masing.19
16
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143-144. 18 Tvzetan Todorov, Tata Sastra Jakarta (Jakarta: IKAPI, 1985), h. 21 19 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46. 17
21
3. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov Tvezetan Todorov memiliki gagasan menarik mengenai struktur dari suatu narasi. Karena ia melihat teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi berdasarkan tahapan atau struktur tersebut. Bagi Todorov, narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, motif dan plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa.20 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa dalam narasi, yaitu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari peristiwa awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu dimulai dan kapan berakhir.21 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan sebagai berikut.22
20
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46-47. Braston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 36. 22 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 145. 21
22
Awal
tengah
akhir
Gambar 2.1: Gambar diagram alur film. Gorys Keraf menyatakan “Argumentasi dan Narasi” Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.23 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut: a. Alur Cerita Awal Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan.24 Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh
23
Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 146. Eriyanto, Analisis Naratif, h. 47
24
23
kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia. Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus mengandung sistem-sistem yang mudah meledak atau mampu meledakan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan dan kekompleksannya tergantung dari mata yang berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibatakibat
yang
ditimbulkannya
serta
rangkaian-rangkaian
kejadian
selanjutnya.25 Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan
pembaca
atau
penonton
memahami
adegan-adegan
selanjutnya.26 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian pembaca atau penonton.
25
Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151. Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h.56.
26
24
b. Alur Cerita Tengah Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan (distruption).27 Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur. Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adeganadegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.28 Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.29 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokohtokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas. c. Alur Cerita Akhir Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa 27
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46. Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 29 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56. 28
25
dipulihkan kembali.30 Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.31 Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindaktanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh.32 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama. Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement.33 Dalam bagian ini akhirnya konflik dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan
30
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 48. Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 154. 32 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56. 33 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 31
26
itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya. Secara sederhana skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai berikut.34 Ekuilibrium (keseimbangan)
Gangguan Ekuilibrium (kekacauan) (keseimbangan) Gambar 2.2: Gambar skema pembagian tiga waktu dalam narasi. Eriyanto menyatakan “Analisis Naratif” Pembagian waktu dalam narasi diawali dari sebuah keteraturan.
Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan.35 Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov tersebut, misalnya yang dilakukan oleh Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian.36 Lacey
Gillespie
Kondisi keseimbangan dan keteraturan -
Ekposisi, kondisi awal
Gangguan (distruption) terhadap 2 Keseimbangan
Gangguan, kekacauan Komplikasi, kekacauan makin
Kesadaran terjadi gangguan 3
34
Besar
Upaya 4 untuk memperbaiki gangguan
Klimaks, konflik memuncak
Pemulihan menuju keseimbangan 5
Penyelesaian dan akhir
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 36 Nick Lacey dan Gillespie memodifikasi untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan. 35
27
Gambar 2.3: Gambar tabel Perbandingan struktur narasi menurut sejumlah ahli. Eriyanto menyatakan “analisis naratif” B. Film Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif maupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson and Bordwell37 sebagai berikut: Film form Interacts with Formal system
Non-narrative
Stylistic system
Narrative
Patterned and significant use of techniques:
Categorical
Mise en scene
Rhetorical
Cinematography
Abstract
Editing
Associational
Sound
Gambar 2.4: Gambar bagan sistem-sistem dalam film Thompson & Brodwell menyatakan dalam “Film Art and Introduction”.
37
David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art and Introduction, Fourth Edition (Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006), h. 118.
28
Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan sistem gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif (cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang memiliki-rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimentasi, dan sebagainya.38 Namun, penulis tidak menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film baik formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problemproblem yang kuat dan menarik. Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni
mise en scene,
cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), dan pelakonan (acting).39 Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar kamera 38
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 48-49. 39 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 121.
29
menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography terdiri atas aspek pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan, dan durasi (duration) adegan.40 Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh. 41 Dalam tahap editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara. Sound merupakan aspek sinematis yang tak kalah pentingnya dengan aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dengan kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik dan efek suara.42 Namun, penulis tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic) peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film Hijab. 1. Jenis dan Klasifikasi Film a. Jenis-jenis film Bordwell and Thompson (2010) secara umum membagi jenis film menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter (nyata), fiksi (rekaan), dan eksperimental (abstrak). Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya
40
Marseli,Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168. Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123. 42 Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film,h. 272. 41
30
yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita).43 Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realism (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental
yang
memiliki
konsep
formalism (abstrak).
Berikut
penjelasan jenis-jenis film. Film Dokumenter adalah film yang menyajikan cerita nyata dan dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya.44 Istilah “dokumenter” pertama digunakan dalam resensi film „Moana‟ (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.45 Definisi menarik diungkapkan Bordwell dan Kristin. Menurutnya, bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia), ruang (tempat), waktu dan peristiwa.46 Dengan demikian, film dokumenter bisa dikatakan sebagai sebuah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
43
David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art : An Introduction.9thed (New York: McGraw-Hill, 2010), h. 56-57. 44 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 3. 45 Ann Curthoys and Marilyn Lake, Connected worlds: history in transnational perspective(Canberra : ANU E Press, 2005), h. 57. 46
David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art: An Introduction 5thed (New York: McGraw-Hill, 1997), h. 109.
31
peristiwa, dan lokasi yang nyata. Selain itu film dokumenter juga dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain-lainnya. Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata apa adanya. Ketika teknologi audio-visual berkembang salah satunya muncul televisi, maka gaya dokumenter pun ikut berkembang dalam berbagai macam gaya dan bentuk. Karena produksi program televisi bertujuan komersial seperti halnya barang dagangan, para dokumentaris pun mencoba segala macam cara sehingga ada pula yang mengesampingkan metode dasar bertutur film dokumenter. Anton Mabruri (2009) membagi jenis dokumenter menjadi 3 kategori. Pertama, film dokumenter. Umumnya film dokumenter berdurasi panjang dan diputar di bioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua type shot, serta tidak ada unsur rekayasa dalam pembuatannya, seperti tempat, peristiwa, tokoh dan lain sebagianya. Kedua, dokumenter televisi. Dokumenter ini menggunakan tema atau topik tertentu. Disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (kadang dengan voice over47), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual. Ketiga, dokumenter seri televisi. Format ini 47
Voice Over (VO) adalah suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak di layar televisi. VO biasanya digunakan untuk kebutuhan jurnalistik di televisi maupun radio.
32
merupakan suguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa sub tema atau episode/seri. Umumnya tema program dokumenter seri adalah mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan dan kontradiksi.48 Heru Effendi (2009) menambahkan dokudrama sebagai salah salah satu jenis dokumenter. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Selain itu, dalam proses produksinya dokudrama membutuhkan pengadegan. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan.49 Di dalam bukunya, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, Gerzon R Ayawalia (2008) menyebutkan ada empat alasan yang menerangkan bahwa film dokumenter adalah film nonfiksi: Pertama, setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latar belakang (setting50) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya). Kedua, yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film 48
Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News & Sport (Depok: Mind 8 Publishing House, 2009), h. 64-68. 49 Heru Effendi, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser, h. 3. 50 Setting merupakan istilah dalam produksi film untuk konstruksi panggung suara atau eksterior yang dibangun untuk memunculkan hal yang diperlukan cerita, misalnya sebuah kantor, dapur, rumah, kastil, atau medan pertempuran.
33
dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif. Ketiga, sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan Keempat, apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi pemaparan.51 Film Fiksi, adalah adalah sebuah genre film yang mengisahkan cerita fiktif maupun narasi.52 Dengan demikian, film fiksi merupakan rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Marseli Sumarno (1996) menjelasakan bahwa film cerita merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada umumnya film cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya didukung dengan sponsor iklan tertentu pula.53 Fiksi (drama) diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
51
Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008), h. 56-57. 52 Bordwell and Thompson, Film Art: An Introduction 5th ed. h, 89. 53 Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 112.
34
Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan (scene). Adegan-adegan (scene-scene) tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi/khalayal para kreatornya. Contoh: Drama Percintaan (love story), Tragedi, Horor, Komedi, Legenda, Aksi (action), dan sebagainya.54 Film drama merupakan salah satu senjata paling efektif untuk menembakan
gagasan
untuk
membentuk
karakter
suatu
bangsa.
Sebagaimana sifatnya yaitu influence (mempengaruhi). Namun, sayangnya beberapa sineas di tanah air umumnya menjadikan film sebatas komoditas belaka, mereka berebut ruang untuk bisa hadir di tengah keluarga. Film Indonesia dewasa ini dibuat oleh para produser betul-betul semata-mata sebagai alat hiburan dalam arti yang tidak selalu sehat. Produsen film kita menampakan diri terutama sebagai pedagang impian (merchant of dreams), dalam posisi demikian si produser memang tidak memijakan kakinya di bumi Indonesia sebab mimpi yang indah toh senantiasa berkisah mengenai dunia yang tidak selalu kita kenal.55 Tentu saja masih banyak ragam keluhan yang dilemparkan para penonton ke alamat film Indonesia, dalam bidang cerita maupun cara menyajikannya. Berbagai macam dan ragam keluhan dan kecaman tersebut,
54
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi (Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992) dalam Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News & Sport (Depok: Mind 8 Publishing House, 2009), h. 94-95. 55 Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia(Jakarta: Grafiti Pers, 1982), h. 3.
35
jika dicoba mencari intinya, maka yang akan muncul adalah ciri umum kebanyakan film Indonesia dewasa ini. Secara singkat ciri-ciri tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut: Cerita umumnya tidak jalan lantaran disusun dari ramuan-ramuan yang diajukan oleh para produser, karena pada mulanya memang adalah ramuan, unsur-unsurnya seks, kemewahan, kekerasan, kesedihan yang berlebihan, sering kali lebih menonjol secara tersendiri.56 Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) dan semua adegannya menentang logika sebab akibat (anti-rasionalitas).57 Film eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidahkaidah film yang lazim. Tujuannya untuk mencari carapengungkapanpengungkapan baru lewat film. Film eksperimental ini merupakan film yang lahir dari tradisi menonton televisi dan dalam perkembangan lebih lanjut disebut sebagai video art. Pada masa-masa inilah lahir dengan subur karya-karya film eksperimental. Nama-nama seperti Gatot Prakosa, Henri Darmawan, Hadi Purnomo, muncul sebagai penggerak di kalangannya. Juga keterlibatan seniman seperti Sardono W. Kusumo dari seni tari menambah khasanah film eksperimental pada saat itu dengan kolaborasi personalnya menggunakan medium 8 mm.
56
Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia, h. 5. Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4-8.
57
36
Perguliran wacana video art sebagai sesuatu yang baru di Indonesia mendapatkan respon yang baik namun masih pada sebatas sebuah respon atas teknologi yang sophisticated. Dalam program pameran sinema elektronik pada pekan sinema alternatif tersebut diputarkan beberapa karya video art dari Jerman dan Amerika Selatan. Pada masa pemerintahan Soeharto, kekuatan ekonomi serta politik dipusatkan di Jakarta (hingga saat ini). Distribusi informasi serta teknologi (serta komponen lainnya) tidak hadir secara merata di Indonesia. Bioskop hanya boleh dihadiri oleh kalangan masyarakat yang mampu. Pun wacana film pendek58, film alternatif, atau video art kemudian hanya berputar pada lingkaran kecil dan terbatas. Dia tidak benar-benar meng-Indonesia film secara keseluruhan atau film eksperimental dan video art secara spesifik direspon dan digagas oleh kalangan terbatas ini. Nama Krisna Murti sebagai salah satu pionir video art di Indonesia yang sampai saat ini masih aktif berkarya dengan video adalah satu peninggalan dari sejarah tersebut.59 Pada
tahun
2003,
untuk
pertama
kalinya
Ruangrupa60
(www.ruangrupa.org) mengadakan festival video yang diberi nama „OK. Video: Jakarta Internasional Video Art Festival‟ (kini menjadi OK. Video: 58
Film pendek adalah salah satu bentuk film paling sederhana, yang secara teknis film pendek memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. 59 Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi Film (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013) h. 99-104. 60 Ruangrupa adalah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada tahun 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta. Sebagai organisasi nirlaba, ruangrupa bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboraturium seni rupa, lokakarya, penelitian, serta penerbitan buku, majalah, dan jurnal online. (Ruangrupa.org)
37
Jakarta Internasional Video Festival) dengan menawarkan wacana “baru” karya visual melalui medium video. Sebuah respon atas fenomena penggunaan medium video yang semakin massif di masyarakat Indonesia. Ini adalah festival dua tahunan.Tahun 2005, Ruangruapa menyelenggarakan „OK.Video‟ untuk kedua kalinya dengan tema „SUB/VERSION‟ sebuah tanggapan atas fenomena pembajakan yang terjadi di Indonesia serta persoalan copyright secara luas. Festival ini mendapatkan respon yang cukup luar biasa, baik dari masyarakat Indonesia maupun Internasional dan menjadi salah satu festival penting di Indonesia.61 Film eksperimental merupakan film yang sangat menekankan ekspresi personal paling dalam dari pembuatannya. Karya-karya dari film ini nyaris semuanya abstrak, tentu saja hal ini berkaitan dengan kemunculannya yaitu oleh Hans Richter, Walter Ruttman, Louise, Salvador Dali, dan seniman lainnya yang menjadi pita seluloid ini hanya sebagai pengganti kanvasnya. Seniman-seniman itu juga lebih banyak merupakan seniman dari aliran dadaisme, surealisme, ataupun impresionisme. Sehingga film-film dari tipe pada waktu itu jarang sekali menjadi konsumsi publik karena sangat sulit dimengerti dan cenderung tidak bercerita.62 b. Klasifikasi Film Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah
61 62
Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia, h. 99-104. Himawa Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 65-69
38
berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama sebagai berikut.63 Drama, merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpah tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga. Film drama sering dinominasikan untuk penghargaan film, lebih sering dari genre film lainnya. Action, Pada istilah ini action sering kali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. Film action dikenal berkat adanya aksi aksi laga yang seru di dalamnya. Film action juga menghadirkan satu atau banyak tokoh yang bertindak sebagai pahlawan yang harus menghadapi tantangan dengan disertai dengan baku hantam, perkelahian, kekerasan, aksi pengejaran, baku tembak polisi dan aksi aksi lainnya. Dalam film action juga terdapat villain berupa teroris, perampok, psikopat, penjahat atau mafia gangster yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film.
63
Himawa Pratista, Memahami Film, h. 111-116
39
Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi. Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors kemudian berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick.64 Selain film-film trio Warkop DKI, seri komedi lain yang muncul adalah Kabayan. Tokoh ini diangkat dari cerita rakyat Jawa Barat yang terkenal dengan keluguan, kelucuan sekaligus sindiran moralnya. 65 Begitu populernya genre komedi sehingga beragam sub-genre film jenis ini menjadi popular dan dinikmati penggemarnya. Horor, merupakanfilm menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan caraanimasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. Film jenis ini seringkali dianggap „benar-benar‟
64
Slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan aniaya. Komedi Slapstick biasanya lebih mengandalkan kelucuan gerak adegan ketimbang dialog atau monolog yang dibangun pemainnya. 65 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTVIKJ Press, 2013) h. 282-283.
40
menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu lokal cerita rakyat, dan kekuatan supranatural.66 Tragedi, Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi. DramaAction, merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama-action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa “pertengkaran fisik” untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran. Komedi Tragis, suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa adegan emosinya dalam suasana tragis, akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi. Komedi Horor, sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. Menariknya, film horor Indonesia juga biasanya menampilkan lelucon yang menakutkan, misalnya, makhluk halus yang menakuti seseorang atau sekelompok orang. Reaksi orang yang ketakutan ini 66
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 279.
41
membuat kelucuan yang disukai penonton. Kadang juga diceritakan tentang orang yang salah mengenali hantu dikira manusia atau sebaliknya. Parodi, merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditanyangkan, para penonton akan melihat suatu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditanyangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya. Tertentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan. Garin Nurgroho dan Dyna Herlina S menambahkan film Erotis sebagai salah satu jenis film. Film erotis atau film berbau seks (terutama soft porn) agaknya film sepanjang zaman dalam industri film Indonesia. Film jenis ini meramaikan saat masa keemasan sekaligus menjadi penopang di saat kehancuran terdalam. Seksualitas membubuhkan objek, tentu saja perempuan yang paling sering dijadikan objek tersebut. Perempuan masih dianggap sebagai magnet yang mampu menarik penonton ke bioskop.67 Film seks kadang dipadukan dengan komedi, biasanya dengan kehadiran para perempuan pemeran pendukung di film komedi yang berpakaian minim. Film-film Warkop yang telah diproduksi sejak 1970-an, di awal 1990-an semakin massive menempatkan perempuan seksi sebagai 67
Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 283.
42
teman para pelawak. Tidak hanya pada film komedi, para hantu di film horor juga tampil makin seksi, salah satunya film Si Manis Jembatan Ancol (1994).68 Adapun film Hijab masuk pada kategori film drama, karena aktor dan aktrisnya berkisar pada cerita keluarga. Film garapan Hanung Bramantyo yang dirilis 15 Januari 2015 tersebut bercerita tentang empat wanita yang mengadu peruntungan di dunia bisnis busana muslimah. Beragam konflik indentitas peran muslimah dalam sebuah keluarga juga dihadirkan dalam film berdurasi 100 menit ini. Meskipun judul film tersebut terkesan bernuansa nuansa islami, tetapi dalam alur ceritanya film Hijab lebih menggambarkan konflik identitas seorang muslimah terkait hak dan kewajibannya. Belakang isu tersebut berkembang dan seakan menjadi „tren‟ baru di kalangan perempuan, bersamaan dengan populernya arus pemikiran baru. Dasar asumsi yang dipakai adalah doktrin Jhon Lock tentang natural right (hak asasi manusia), bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari kebahagiaan. Namun dalam perjalanan sejarahnya di barat, pemenuhan HAM ini dianggap lebih dirasakan oleh kaum pria.69 Salah satu bagian di film Hijab yang menggambarkan konflik identitas adalah terkait pernyataan Mike Lucock (Gamal) yang mengatakan larangan 68
Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 287. Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender (Bandung: Mizan, 1999), h. 118 69
43
haram bekerja kepada istrinya Zaskia Adya Mecca (Sari) dan menekankan kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan rumah. Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran seorang muslimah dalam keluarga. Salah satu kritik utama Islam terhadap feminisme Barat adalah kecenderungan kepada sekularisme.70 Menurut teologi feminisme Islam, konsep hak-hak asasi manusia yang tidak berlandaskan visi transendental71 merupakan hal yang tragis. Sehubungan dengan itu mereka berpandangan bahwa gerakan perempuan Islam harus berpegang pada paradigma Islam agar tidak menjadi sekuler. Fatima Merniss (1998) dan Issa J. Boullata (1989) secara terpisah menegaskan bahwa perempuan Islam harus mengembangkan program-program feminismenya dengan menggunakan kerangka acuan Islami.72 Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”(QS al-Baqarah [2]: 228)
70
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan, serta berpendirian bahwa paham agama tidak dimasukan dalam urusan politik, negara, atau institusi publik. 71 Transendental merupakan sikap yang menonjolkan hal-hal yg bersifat kerohanian. 72 Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 86.
44
Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi dengan hak laki-laki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan yang dimaksud dengan keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud sesuatu dan karakternya, tetapi yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara mereka itu saling mengganti dan melengkapi. Maka tidak ada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk suaminya melainkan si suami juga harus melakukan suatu perbuatan yang seimbang untuknya.73 C. Peran Istri Menurut Pandangan Islam 1. Peran Istri Meliputi Hak dan Kewajiban Konsep hak pada dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam segala sesuatu. Wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan wanita mempunyai kewajiban seperti kewajiban pria. Kemudian bahwa lakilaki dilebihi dengan satu derajat, yaitu sebagai pemimpin yang telah ditetapkan dalam fitrahnya. Dalam hal ini bukan berarti keluar dari konsep persamaan yang telah disamakan dalam hak dan kewajiban, sebab setiap tambahan hak diimbangi dengan tambahan serupa dalam kewajiban.74 Sebagaimana dalam Al-Qur‟an juga telah menentukan hak istri dari suaminya, yaitu persamaan dalam hak dan kewajiban, sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 228 :
73
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h.
136. 74
Muhammad Albar, Wanita dalam Timbangan Islam (Jakarta: Daar Al-Muslim, Beirut, 2009), h. 18.
45
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Baqarah [2]: 228) Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami. Dengan demikian, kalimat „walahunna mistlu ladzi „alaihinna‟ sebenarnya ingin menunjukan bahwa hak yang dimiliki istri itu seimbang dengan hak yang dimiliki suami. Kemudian, dengan adanya kalimat „walirrijali „alaihinna darojat‟ yang oleh para mufasir dipahami dengan kelebihan „tanggung jawab/kewajiban‟ bukan kelebihan „kemuliaan‟, menunjukan ada satu kewajiban yang dibebankan kepada suami tetapi tidak dibebani kepada istri. Karena dalam logika keadilan “Di mana ada kewajiban, di situ ada hak”, maka secara otomatis suami memiliki satu kelebihan hak yang tidak dimiliki oleh istri.75 Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga, suami mempunyai hak dan begitu pula istri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula istri mempunyai kewajiban. 76 Demikian pula kaum wanita mempunyai hak atas suami mereka, dan tidak akan berlanjut kehidupan suami istri di atas keadilan yang diperintahkan Allah, 75 76
160.
Mesraini, Membangun Keluarga Sakinah (Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010), h. 71. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2007), h.
46
kecuali setiap suami dan istri memenuhi hak-hak di antara mereka. Adapun hak-hak istri adalah sebagai berikut:77 1) Hak istri yang bersifat materi meliputi: a. Hak mengenai harta: mahar (maskawin) dan nafkah. Sebagaimana firman Allah surat An-Nissa‟ ayat 4: Artinya:“Berikanlah (Mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian maskawin itu dengan senag hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 4) Dalam mendapatkan nafkah sebagaimana firman Allah surat Al Baqarah ayat 233: . Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma‟ruf”. (QS Al Baqarah [2]: 233)
2) Hak-hak istri yang bersifat non materi: a. Hak mendapat perlakuan yang baik dari suami. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisaa‟ ayat 19:
77
Abu Musa Abdurrahim, Kitab Cinta Berjalan (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 233.
47
Artinya:“Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang patut. Kemudia bila kau tak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 19) Kewajiban istri terhadap suami tidak berdasarkan paradigma lama, di mana posisi wanita lemah sehingga bisa diperlakukan sewenang-wenang oleh pria (suami). Sebaliknya cara melihat wanita tetap berdasarkan pada pengakuan atas harkat dan martabat wanita yang mulia, selaras dengan hak-hak yang harus diterima dari suaminya, kewajiban istripun tidak terlepas dari upaya yang bersangkutan mendukung terciptanya kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.78 b. Agar suami menjaga dan memelihara istrinya. Maksudnya ialah menjaga kehormatan istri, tidak menyianyiakan, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6:
78
Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 188.
48
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS At-Tahrim [66]: 6) 3) Kewajiban Istri: a. Hormat dan Patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama dan susila. Sebagaimana Firman Allah di dalam surat An-Nisa ayat 34: Artinya:“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah memlihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika dia menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 34) b. Mengatur dan mengurus rumah tangga menjaga keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan keluarga. Sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat Ayat 29:
49
Artinya:“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingan akan kebesaran Allah”. (QS Adz-Dzariyaat [51]: 29). Islam telah menyadari bahwa membina rumah tangga merupakan kesepakatan dua belah pihak antara suami dan istri, oleh karena itu segala sesuatunya harus dimusyawarahkan bersama. Termasuk pula dalam hal ini adalah tata cara pembagian kerja rumah tangga.79 c. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam suratAl-Kahfi ayat 46: Artinya:“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan”. (QS Al Kahfi [18]: 36)
d. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 35:
79
Istiadah, Membangun Bahtera Keluarga yang Kokoh (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 36.
50
Artinya:“…Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Ahzab [33]: 35) e. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana. Sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Furqon ayat 67: Artinya:“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang demikian”. (QS AlFuqaan [25]: 67). f. Kewajiban menutup aurat Terkait kewajiban berhijab, al Quran telah menjelaskan. Hal tersebut terdapat dalam QS Al-Ahzab ayat 59 yaitu, Artinya: ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu‟min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Al Ahzab [33]: 59)
51
BAB III GAMBARAN UMUM FILM HIJAB KARYA HANUNG BRAMANTYO A. Film Hijab Karya Hanung Bramantyo Film Hijab bukanlah film yang bertema religi melainkan merupakan sebuah film drama komedi Indonesia yang mengangkat isu wanita yang beredar di masyarakat dan menggambarkan karakter-karakter wanita berhijab di Indonesia yang mendekati realita hidup para muslimah yaitu hijab1 sebagai identitas fesyen dan gaya hidup. Film Hijab ini diproduksi oleh Dapur Film. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini dirilis pada 15 Januari 2015 dan ditayangkan di seluruh bioskop Tanah Air. Film ini dibintangi oleh Zaskia Adya Mecca sebagai Sari, Carissa Putri sebagai Bia, Tika Bravani sebagai Tata, dan Natasha Rizki sebagai Anin yang menjadi pemeran utama, serta Mike Lucock sebagai Gamal, Ananda Omesh sebagai Ujul, Nino Fernandez sebagai Matnur, dan Dion Wiyoko sebagai Chaky sebagai pemeran pembantu dalam film Hijab ini. Film garapan Hanung Bramantyo ini, menceritakan tentang dilema kehidupan empat wanita muslim di Indonesia. Tiga di antara mereka mengenakan hijab, sementara seorang lagi tidak. Mereka adalah Sari yang
1
Secara epistimologis (asal-usul kata), kata hijab berasal dari bahasa Arab.Dalam kamus Al Munawwir (1997:237) tertulis asal kata hijab adalah ha-ja-ba ( )حجةyang artinya adalah “menutupi”. Adapun hijab ( )ال حجابmemiliki arti “penutup/tirai/ tabir/ sekat”.Lalu kata hijab ini mengalami pergesseran makna ketika diadopsi oleh sekolompok muslimah fashionista (penggemar fashion) yang menamakan diri mereka sebagai “Kaum Hijabers”.Kini di kalangan muslimah Indonesia hijab dipakai sebagai sebutan untuk busana muslimah.
52
53
memakai hijab syar‟i2 atas paksaan sang suami, Bia yang memakai hijab fashionable3 dan memakai hijab karena mengikuti seminar keagamaan yang mengakibatkan dirinya terjebak menjadi gadis hidayah yang membuatnya tidak bisa melepas hijabnya. Tata yang merupakan aktivis yang memakai hijab turban untuk menutupi rambutnya yang botak, sedangkan Anin yang tidak berhijab namun akhirnya memakai hijab juga yang berpikir bahwa hijab merupakan suatu proses untuk ke arah yang lebih baik. Film diawali (dan seterusnya) dengan curhatan Bia, Tata dan Sari langsung menghadap kamera tentang alasan mereka memakai jilbab, bagaimana mereka bertemu dan menikah dengan pasangan-pasangan mereka, dan bagaimana susahnya mereka memulai bisnis hijab mereka secara diamdiam karena khawatir dengan respon suami, sampai membuka sebuah butik dengan nama „Meccanism‟. Mereka bercerita begitu lepas. Saling ungkap dan saling sindir, ramai dan lucu. Sampai Sari pun yang terkesan paling agamis di antara mereka tak sungkan melepas ceritanya. Cara ini membuat film terasa interaktif dan kelenturan para pemainnya bercerita membuat penonton terlibat dalam cerita.
2
Hijab Syar‟i adalah istilah yang menunjukan penggunaan hijab sesuai aturan agama diantaranya: (1) Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi; (2) Tidak berfungsi sebagai perhiasan; (3) Kainnya tebal tidak tipis; (4) Lebar tidak ketat sehingga menampakan bentuk tubuh; (5) Tidak diberi pewangi atau parfum; (6) Tidak menyerupai pakaian lelaki; (7) Tidak menyerupai pakaian wanita kafir; (8)Bukan merupakan syuhrah/pakaian yang menarik perhatian orang. (Muslim.or.id) 3 Fashionable adalah suatu istilah untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim pada satu periode waktu tertentu. Biasanya gaya yang dimaksud cenderung fokus pada gaya berpakaian masayarakat pada periode waktu itu. (Wikipedia.org).
54
Yang tidak akan terlupakan dari film Hijab tentu adalah warna-warna yang memanjakan penonton sepanjang film. Benang, bahan, kain, kerudung, kostum, wardrobe, properti, dan sebagainya diatur dengan warna sedemikian rupa hingga membuat film begitu segar dan ceria. Banyaknya warna tersebut seperti menyatu dengan cerita, menyatu dengan karakter, hingga ada warnawarna yang seperti mewakili konflik-konflik yang dialami para tokoh; konsistensi, konflik keluarga, komitmen, dan pilihan hidup. Hal-hal yang membuat lucu film ini antara lain banyaknya sindiran yang menyentil banyak isu. Mulai dari isu sosial, sindiran untuk kakunya muslim konservatif (yang dilimpahkan pada suami Sari yang diperankan oleh Mike Lucock), hingga sindiran pada dunia film itu sendiri dan para pembuatnya (yang diwakili oleh si sutradara idealis Dion Wiyoko) dengan berbagai keanehan selera yang dipunya. Semua itu menunjukkan skenario yang begitu kaya. Permasalahan muncul saat empat tokoh utama dalam film ini mulai merintis usaha bersama dalam bidang mode hijab dan perlahan mulai melampaui penghasilan suami masing-masing. Konflik antara para tokoh suami dan istri belakangan meruncing pada masalah syari‟ah. Di sela permasalah antara para suami dan istri, hanya Anin yang belum menikah dan masih terjebak dengan impiannya. Tidak hanya memberikan nuansa komedi, film ini juga memberikan nuansa sendu hingga nuansa sedih. Banyak pesan yang disampaikan oleh film ini seperti bagaimana pentingnya komunikasi di dalam suatu rumah tangga, bagaimana dengan hijab menjadikan seorang
55
muslimah selangkah lebih baik dan lebih dekat kepada Allah, dan bagaimana peran suami mau pun istri yang seharusnya dapat saling mendukung. B. Sinopsis Film Hijab Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah. Mereka
memulainya
dengan
menceritakan
alasan
masing-masing
menggunakan hijab. Hingga akhirnya ketiga muslimah ini memutuskan untuk menikah, lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi pasangan hidup yang beragam. Di tengah perjalanan pernikahan, mereka berinisiatif untuk memiliki usaha sendiri yang bisa diatur dari rumah. Tujuannya adalah untuk menambah penghasilan sendiri dan membantu keluarga. Dari sana terciptalah ide bisnis fesyen muslimah. Mereka menjalankan bisnis ini secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para suami. Bisnis tersebut dikarenakan pada saat arisan bersama, Gamal (suami Sari) menyindir dengan kalimat “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena duitnya dari Suami”. Karena perkataan Gamal tersebut Tata merasa terusik yang kemudian mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia, Tata dan Anin pun demikian. Akhirnya secara diam-diam mereka bekerja dengan memulai bisnis fesyen hijab secara online. Bia menjadi desainernya, Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin menjadi marketingnya.
56
Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka, tanggapan masyarakat sangat bagus. Setelah mendapatkan pinjaman modal, kemudian mereka memutuskan untuk membuka butik. Perkembangan butik pun semakin pesat. Konflik mulai memuncak ketika para suami akhirnya mengetahui kesibukan para istri. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh antara suami dan istri turut memicu terjadinya konflik. C. Tanggapan Terhadap Film Hijab Setelah ditayangkan serentak di berbagai bioskop Tanah Air pada 15 Januari 2015, film Hijab menuai kontroversi.Salah satunya kritik yang dilontarkan Hanum Rais pada akun media sosial (medsos) Facebook miliknya. Penulis buku Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa itu bahkan menuding sang sutradara sebagai anggota Jaringan Islam Liberal atau JIL.4 Berikut pernyataan Hanum Rais, “Bagaimana mungkin yah, judulnya Hijab tetapi menyatiri, mengkomikalisasi orang berkerudung jika tak boleh mengatakan menyinyiri orang-orang yang memakai hijab sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami, atau sekedar fesyen tren, dan mengelak dari realita bahwa sebagian besar orang berjilbab karena keteguhan hati akan perintah agama bukan yang lain”.5
4
Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal, yang menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks agama (Al Quran dan Hadis), tetapi lebih terikat dengan nilainilai yang terkandung dalam teks-teks tersebut. Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali, dan hanya menggunakan rasio dan selera belaka. Di Indonesia tokoh JIL salah satunya Ulil Abshar Abdalla. 5 “Kritik Film Hijab Anak Amien Rais Tuding Hanung JIL”, Merdeka Online, 22 Januari 2015, diakses pada 14 Juli 2016 dari http://www.merdeka.com/peristiwa/kritik-film-hijab-anak-amienrais-tuding-hanung-bramantyo-jil.html,
57
Tidak sampai Hanum Rais, kritik terhadap film ini pun bergulir pada Asmanadia, penulis novel dan cerpenis Indonesia yang karyanya banyak diadopsi menjadi film. Asma melalui akun twitternya menkritik sikap Gamal al Rasyid (diperankan Mike Lucock) suami dari Sari Gumilang (Zaskia Adya Mecca) yang melarang istrinya bekerja, dan mengatakan bahwa Islam mengharamkan seorang istri bekerja. Padahal menurut Asma, Siti Khadijah yang merupakan Istri Nabi Muhammad SAW adalah seorang pengusaha yang sukses.6 Namun tidak semua komentar terhadap film tersebut bernada negatif. Komentar positif datang dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, mengomentari film Hijab karya Hanung Bramantyo yang diputar pada Senin, 19 Januari 2015, di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. "Film ini bagus, dikemas baik dengan memberikan pesan moral," katanya.
Ia juga
menyatakan Hijab layak ditonton. "Tergantung penilainya. Saya tahu Mas Hanung punya visi tentang seni film kontemporer yang mengemas cerita tentang masyarakat Islam, khususnya kalangan menengah-atas yang sedang tertarik dengan hijab," kata Din Syamsudin. Ia sedikit mengkritik film ini karena pesan agamanya kurang banyak.7
6
“Inilah Catatan Kritis Asma Nadia Soal Film Hijab Karya Hanung Bramantyo”, Harsindo Online, 27 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari http://www.harsindo.com/2015/01/inilahcatatan-kritis-asma-nadia-soal-film-hijab-karya-hanungbramantyo.html, 7 “Din Syamsuddin Komentari Film Hijab”, Tempo Online, 20 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2015/01/20/111636184/din-syamsuddin-komentari-filmhijab
58
1. Riwayat Kontroversi Film Hanung Bramantyo Bukan hanya pada film Hijab Hanung terbelit isu kontroversi. Sebelumnya, beberapa filmnya juga pernah diprotes karena alasan agama, budaya, maupun yang lain. Berikut rangkuman CNN Indonesia tentang riwayat kontroversi film yang dirilis Hanung Bramantyo.8 a. Perempuan Berkalung Sorban Saat belum banyak sutradara mengambil latar atau tema pesantren untuk dimasukkan dalam film, Hanung sudah mengambil langkah itu. Tahun 2009, ia membuat film Perempuan Berkalung Sorban yang berkisah soal anak kiai terpandang yang menikah dengan putra kiai dari pesantren tetangga. Pernikahan itu membawa petaka. Sang putra kiai, yang diperankan Reza Rahadian, ternyata bersikap kasar terhadap istrinya, yang dimainkan oleh Revalina S. Temat. Ia juga digambarkan suka mabuk-mabukan serta main perempuan. Hanung bahkan telah berani memunculkan isu poligami dalam film itu.Ia pun langsung diprotes. Penyunting novel berjudul serupa, Hindun Anisah merasa Hanung gagal menyampaikan konten substansial dari novelnya. Hanung justru menonjolkan kekerasan dalam rumah tangga. Sebetulnya, kata Hindun yang dikutip situs resmi NU, novel Perempuan Berkalung Sorban menonjolkan pergulatan wacana tentang teks agama Islam, yang berkaitan dengan hubungan lelaki dan perempuan. 8
“Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-22026838/riwayat-kontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
59
Bukan hanya soal itu, film Hanung juga dianggap memojokkan dunia pesantren lantaran menggambarkan pendidikan itu sebagai lembaga yang kolot, ant iperubahan, dan tertutup. PBNU sendiri sampai menyatakan keprihatinan atas film Perempuan Berkalung Sorban. "Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup," kata Sekjen PBNU Endang Turmudi yang dikutip situs resminya. Ia mengaku kecewa, karena sekalinya pesantren dimunculkan dalam film, citranya justru negatif. Meski protes dilayangkan, film tetap ditayangkan dan banyak yang menonton. b. ? (Tanda Tanya) Tema pluralisme yang dihadirkan Hanung lewat film Tanda Tanya (?) justru ditentang sebagian kalangan. Film Tanda Tanya (?) sempat heboh karena Front Pembela Islam (FPI) bersuara keras terhadapnya. FPI menyebut film Tanda Tanya (?) menyesatkan, dan mengharamkan umat Islam menontonnya karena berisi ajaran liberal. Namun, Hanung menanggapi santai protes itu. Ia merasa filmnya tidak menyesatkan. Apalagi Tanda Tanya (?) diapresiasi di luar negeri. Hanung didukung oleh, salah satunya, Yenny Wahid yang merupakan putri mendiang Gus Dur. Kata Yenny, film Hanung menyampaikan ide-ide pluralisme di Indonesia. Beberapa poin menjadi latar belakang FPI menolak Tanda Tanya (?). Dengan tokoh yang berlatar agama berbeda namun tersimpul menjadi satu
60
konflik, Tanda Tanya (?) dianggap menebarkan paham bahwa Islam bukan agama nan suci. Salah satunya, ada tokoh Menuk (Revalina S. Temat) yang dikisahkan berjilbab namun bekerja di restoran yang menjual babi. Dirilis tahun 2011, film Tanda Tanya (?) menampilkan Reva, Reza Rahadian,
Agus
Kuncoro,
Endhita,
Rio
Dewanto,
Glenn
Fredly, dan Hengky Solaiman dalam satu panggung. Masing-masing memerankan tokoh dengan karakter yang berbeda, bukan hanya sosoknya tetapi juga agamanya. Hanung memang memfokuskan film Tanda Tanya (?) pada toleransi antaragama di Indonesia. Itu terwakili lewat keluarga Hengky dan Rio yang beragama Budha, Reza dan Reva yang beragama Islam, dan Endhita yang beragama Katolik. Masing-masing punya konflik, dan sesekali bersinggungan. Film Tanda Tanya (?) bisa tetap beredar, setelah Hanung mendatangi MUI dan beberapa adegan film dipotong. c. Cinta Tapi Beda Dua tahun setelah merilis film Tanda Tanya (?), Hanung kembali memunculkan film yang kontroversial. Kali ini mengisahkan pasangan yang lagi-lagi berbeda agama. Adalah Cahyo (Reza Nangin) yang menjalin cinta dengan Diana (Agni Pratistha), meski berbeda agama dan latar belakang budaya. Cahyo adalah seorang Jawa yang berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah. Sementara Diana, mahasiswa jurusan seni tari yang
61
merupakan Katolik taat. Di Jakarta, ia tinggal bersama paman dan bibiya. Sedangkan kedua orangtuanya, menetap di Padang, Sumatera Barat. Cinta Cahyo dan Diana sampai ke ujung pelaminan, namun tidak direstui orang tua kedua belah pihak. Hanung sebenarnya bukan berlaku sebagai sutradara utama dalam film itu, namun namanya tetap ada di poster. Ia sudah memperingatkan produser Raam Punjabi soal 'bahayanya' menyebut nama Hanung untuk film bertema agama. Benar saja. Cinta Tapi Beda memang sempat bertengger di bioskop. Namun hanya beberapa hari. Selanjutnya diprotes. Masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung ke Polda Metro Jaya dengan tudingan Pasal 156 KUHP Jo Pasal 4 dan 16 UU. N0. 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Hanung dianggap menanamkan kebencian terhadap salah satu suku, etnis, agama, dan golongan dalam wilayah hukum Indonesia, yakni Minangkabau. Mereka tersinggung lantaran masyarakat Minangkabau identik dengan Islam. Hanung mengklarifikasi bahwa pihaknya tak menyebut Diana gadis Minang.Ia hanya digambarkan memakai kalung salib dan makan babi rica-rica. Meski antusiasme terhadap filmnya besar, Hanung akhirnya memutuskan menarik Cinta Tapi Beda. d. Soekarno: Indonesia Merdeka Belum lagi rampung diproduksi, film garapan Hanung yang satu ini sudah menuai kontroversi. Namun, kali ini bukan soal isu agama yang diembuskan dalam film. Melainkan, konflik internal soal bagaimana
62
Hanung
mengambil
sudut
pandang
dalam
memfilmkan
Bapak
Proklamator Indonesia, Soekarno melalui sosok Ario Bayu. Rachmawati Soekarnoputri, putri Bung Karno melayangkan somasi karena merasa produksi film yang digarap Hanung 'cacat'. Ada poin-poin perjanjian yang menurutnya disalahi. Rachma menganggap, sosok Soekarno yang ditampilkan dalam film itu tak sesuai fakta, baik penokohannya maupun alur cerita. Rachma tak setuju tentang bagaimana Soekarno memandang perempuan. Ia digambarkan 'bermain' dengan perempuan yang lebih muda, yakni Fatmawati (Tika Bravani), di saat memiliki istri, Inggit Harnasih (Maudy Koesnaedy). Soekarno juga digambarkan 'tunduk' pada Jepang, terlihat dari adegan ia ditodong senjata. Bukan hanya itu, Rachma bahkan kurang setuju dengan pemilihan Ario Bayu memerankan sosok ayahnya. Menurutnya, Ario hanya anak muda yang kebanyakan tinggal di luar negeri dan tak tahu sejarah bangsanya sendiri. Rachma menganggap, dengan disalahinya beberapa poin perjanjian, kerja sama dirinya dengan Multivision Pluspun batal. Namun faktanya, Hanung tetap melanjutkan produksi film. Rachma pun melayangkan somasi. Soekarno: Indonesia Merdeka pun sampai dimejahijaukan.
63
D. Produksi Film Hijab 1. Sutradara Film Hijab Setiawan Hanung Bramantyo atau yang biasa kita kenal dengan Hanung Bramantyo (lahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1970) adalah salah satu sutradara yang berasal dari Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan H. Salim Poernomo dan Mulyani. Kiprah Hanung Bramantyo sebagai sutradara film mulai mencuri perhatian publik di tahun 2004 saat menghasilkan film romantis yaitu Brownies. Setelah itu, ia semakin giat menyalurkan karya-karyanya seperti film Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, Lentera Merah, Get Married, Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, hingga Sang Pencerah. Film-film yang ia sutradarai cukup beragam mulai dari film remaja, komedi romantis, drama reliji bahkan horor. Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya yaitu Brownies (untuk Piala Citra - film layar lebar). Ia juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film televisi cerita lepasnya yaitu Sayekti dan Hanafi, akan tetapi yang mendapatkan penghargaan adalah Guntur Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia 2007, ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get Married. Hanung bisa dikatakan sebagai salah satu sutradara yang aktif memproduksi karya-karya yang bersentuhan dengan nuansa Islam. Sebut saja karyanya yang berjudul Ayat-Ayat Cinta. Film yang diproduksi tahun
64
2008 ini mendapat antusias luar biasa hingga mencapai 3,58 juta penonton. Tidak berhenti di situ, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan beberapa pejabat negara turut menonton film tersebut.9 Hanung Bramantyo ternyata pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pada tahun 2008, film arahan Hanung berjudul Ayat-ayat Cinta (2008) yaitu sebuah film religi yang diangkat dari novel sukses karya Habiburrahman El Shirazy ternyata sukses besar di pasaran. Di dalam film itu, Hanung mengajak Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia A Mecca,dan Putri Indonesia 2002, Melanie Putri membintangi film yang juga sukses diputar di Malaysia dan Singapura itu. Pada tahun 2010, Hanung membuat film berjudul Sang Pencerah yang menceritakan tentang pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.Film ini bahkan sempat dinominasikan sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 2010. Namun sayang, film bermodal milyaran rupiah itu gagal meraih piala citra karena terjadi perbedaan pandangan antara dewan juri FFI (Festival Film Indonesia), yang akhirnya menobatkan film komedi romantis berjudul 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta sebagai film terbaik.
9
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia (Jakarta: FFTVIKJ Press, 2013), h. 386.
65
Dari banyaknya karya Hanung, ternyata ia juga mengarahkan film yang berjudul „Tingkling Glass‟ yang berhasil meraih Juara III Bronze 11th Cairo International Film Festival (CIFF)10 Category TV Program di Mesir. Terkait kehidupan pribadinya, Hanung pernah menikah dengan Yanesthi Hardini dan dikaruniai seorang putra bernama Barmastya Bhumi Brawijaya namun bercerai. Ia kemudian menikah lagi dengan aktris Zaskia Adya Mecca dan dikarunia dua orang putri bernama Kana Sybilla Bramantyo dan Kala Madali Bramantyo. a. Karya-Karya Hanung Bramantyo Hanung Bramantyo sebagai sutradara film Indonesia sudah banyak menghasilkan banyak karya. Berikut ini merupakan karya-karya Hanung Bramantyo adalah sebagai berikut: 1). Film Pendek 1. When (2003) 2. JK (2009) 2). Film Televisi 1. Sayekti dan Hanafi (2005) 3). Film Layar Lebar 1. Topeng Kekasih (2000) 10
Festival Film Internasional Kairo (bahasa Arab: )ال دول ي ال س ي نمائ ي ال قاهرة مهرجانadalah sebuah festival film tahunan yang diadakan diKairo, Mesir. Acara tersebut didirikan pada 1976 dan merupakan festival film internasional pertama yang diadakan di dunia Arab. Acara tersebut diadakan setiap tahun sejak pembentukannya., kecuali pada tahun 2011 dan 2013, ketika acara tersebut dibatalkan karena keterbatasan biaya dan ketidakstabilan politik.(Daily News Egypt,"The trouble with the Cairo International Film Festival". Diakses tanggal 18 Juli 2016, Pukul 13.00 WIB)
66
2. Gelas-Gelas Berdenting (2001) 3. Brownies (2004) 4. Catatan Akhir Sekolah (2005) 5. Jomblo (2006) 6. Lentera Merah (2006) 7. Kamulah Satu-Satunya (2007) 8. Legenda Sundel Bolong (2007) 9. Get Married (2007) 10. Ayat-Ayat Cinta (2008) 11. Doa Yang Mengancam (2008) 12. Perempuan Berkalung Sorban (2009) 13. Get Married 2 (2009) 14. Menebus Impian (2010) 15. Tendangan dari Langit (2010) 16. Sang Pencerah (2010) 17. ? (tanda Tanya) (2011) 18. Pengejar Angin (2011) 19. Perahu Kertas (2012) 20. Cinta Tapi Beda (2012) 21. Perahu Kertas 2 (2013) 22. Gending Sriwijaya (2013) 23. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013) 24. 2014 (2014)
67
25. Hijab (2015) 26. Mencari Hilal (2015) 27. Talak 3 (2016) 28. Kartini (2016) 29. Rudi Habibie (2016) 4). Sebagai pemain 1. Jomblo (2006) - sebagai koki 2. Lentera Merah (2006) - sebagai Dewan Alumni 65 3. Get Married 2 (2009) - sebagai pemarkir mobil 4. Get Married 3 (2011) - sebagai orang buta 5. Perahu Kertas (2012) - sebagai tamu di pameran lukisan Galeri Warsita 6. Habibie & Ainun (2012) - sebagai Sumohadi 7. Cinta Tapi Beda (2012) - sebagai Pelanggan Cafe 8. Slank Nggak Ada Matinya (2013) - sebagai Pak Teguh 9. Youtubers (2015) - sebagai Sutradara 2. Data dan Tim Produksi Sutradara
: Hanung Bramantyo
Produser
: Hanung Bramantyo Zaskia Adya Mecca Haykal Kamil
Line Produser
: Talita Amilia
Produser Eksekutif
: Alim Sugiantoro
68
Raam Punjabi Pimpinan Pasca Produksi : Luqman Thalib Penata Skrip
: Hanung Bramantyo Rahabi Mandra
Casting Director
: Widhi Susila Utama
Studio
: Dapur Film
Durasi
: 100 menit
Jenis Film
: Drama Komedi
Negara
: Indonesia
Bahasa
: Indonesia
Rilis
: 15 Januari 2015
Pemeran
: Zaskia Adya Mecca, Carissa Putri, Tika Bravani, Natasha Rizki, Mike Lucock, Ananda Omesh, Nino Fernandez, Dion Wiyoko, Sophia Latjuba, Kala Madali Bramantyo, Keefe Bazli, Jajang C. Noer, Meriam Bellina, Rina Hasyim, Lily SP, Marini, Ustadz Ahmad Al Habsy.
Penata Kamera
: Fauzan Rizal
Penata Artistik
: Angela Halim
Perancang Busana
: Tasya Nur Medina Klara Isabella
69
Penata Rias
: Darto Unge
Penata Suara
: Satrio Budiono
Perekam Suara
: Yusuf Patawari Abdul Malik
Penata Musik
: Hariopati Rinanto
Lagu Tema
: Melly Goeslaw
Penata Gambar
: Wawan I Wibowo
Efek Visual
: Ganda Harta Teguh Tejo Raharjo
3. Tokoh Pemeran Film Hijab a. Zaskia Adya Mecca sebagai Sari Sari Gumilang atau yang akrab dipanggil Sari ini merupakan salah satu dari tokoh utama di Film Hijab. Sari adalah wanita yang cerdas dalam usaha perdagangan. Saat masih melajang, Sari mempunyai usaha kecil-kecilan yang menjual pakaian. Sari adalah seorang istri dari Pria Arab yang bernama Gamal Abdul Nasir dan seorang ibu yang mempunyai dua anak perempuan. Suami Sari merupakan tipe suami yang taat dengan perintah-perintah agama. Sekarang Sari mengenakan hijab yang sesuai syariat Islam yaitu hijab syar‟i karena permintaan suami. Hijab syar‟I adalah Hijab besar yang menutupi seluruh aurat wanita muslimah. Sebelum menikah, Sari memang sudah berhijab namun hijab yang fashionable. Perubahan hijab Sari ini merupakan bukti ketaatan seorang istri terhadap suaminya.
70
b. Carissa Putri sebagai Bia Bilqis Inan Aqifa atau yang akrab dipanggil Bia ini merupakan salah satu dari tokoh utama di Film Hijab. Bia adalah wanita yang cerdas dalam mendesain baju dan hijab. Bia yang awalnya tidak mengenakan hijab lalu dijuluki “gadis hidayah” karena ia mengenakan hijab pada saat pertemuan yang kedua di dalam seminar keagamaan yang ia ikuti. Karena julukan “gadis hidayah” tersebut Bia sering dipanggil menjadi motivator pada seminar keagamaan. Bia adalah seorang istri dari seorang aktor sinetron yang bernama Rahmat Nur Hidayat atau yang biasa dipanggil dengan nama bekennya yaitu Matnur. Di dalam film ini, Bia mengenakan hijab yang fashionable. Hijab fashionable ini merupakan model hijab yang modern, up to date dan kekinian sesuai dengan zaman sekarang. Hijab fashionable adalah model hijab terbaru yang diyakini wanita muslimah walaupun berhijab namun masih bisa tampil cantik dan stylish. c. Tika Bravani sebagai Tata Talita Amelia atau yang akrab dipanggil Tata ini merupakan salah satu dari tokoh utama di dalam Film Hijab. Tata merupakan seorang aktivis yang pintar berorasi pada saat ia masih di Perguruan Tinggi. Tata adalah seorang istri dari seorang fotografer yang bernama Ujul. Suami Tata sendiri adalah teman kuliah Tata yang sudah dari dulu diamdiam menaruh hati kepada Tata. Tata juga seorang ibu dari anak laki-laki bernama Faiz yang berusia tiga tahun.
71
Tata yang awalnya tidak mengenakan hijab, lalu ia mengenakan hijab dengan model turban. Tata mengenakan hijab dengan model turban dikarenakan ia mengalami kebotakan pada rambutnya yang akhirnya ia memutuskan untuk menutupinya dengan memakai Turban. Hijab model turban ini adalah hijab yang hanya menutupi rambut dan tidak menutupi leher. Tata mengenakan hijab dengan model turban ini dikarenakan karakternya yang tidak feminim dan terkesan „tomboi‟. d. Natasha Rizki sebagai Anin Anindya atau yang akrab dipanggil Anin ini merupakan salah satu tokoh utama di dalam Film Hijab. Anin merupakan wanita penggemar buku dan segala sesuatu yang berbau dengan Paris. Hanya Anin yang tidak mengenakan hijab dan belum menikah. Ini dikarenakan Anin melihat para sahabatnya yang tidak bisa menjadi diri sendiri dan tidak bisa bebas melakukan sesuatu yang diinginkan setelah menikah. Namun,
Anin
menjalin
hubungan
dengan
seorang
sutradara
kontroversial yang bernama Chaky. Hubungan mereka terjalin karena Chaky sedang mencari talent (pemeran) untuk film pendek nya yang akan diputar di Perancis dan Anin yang menjadi talent di dalam film tersebut. Lalu di akhir film diceritakan bahwa Anin akhirnya mengenakan hijab yang menurutnya hijab adalah suatu proses perjalanan untuk ke arah yang lebih baik dan menjaga tubuhnya hanya untuk suaminya kelak.
72
e. Mike Lucock sebagai Gamal Gamal Abdul Nasir atau yang biasa dipanggil Gamal merupakan salah satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Gamal merupakan seorang pria Arab yang sangat taat dengan agama Islam. Gamal adalah suami Sari, mereka bertemu pertama kali di Pasar Induk Tanah Abang ketika Sari ingin membeli beberapa barang-barang dari Arab untuk bisnisnya. Saat itu Gamal langsung menaruh hati kepada Sari dan berniat menikahinya. Karena ketaatan Gamal dengan agamanya, maka Gamal menyuruh Sari yang saat itu memakai hijab fashionable untuk memakai hijab syar‟i. Gamal yang bekerja di Perusahaan Pajak sangat menjunjung tinggi kejujuran. f. Nino Fernandez sebagai Matnur Rahmat Nur Hidayat atau yang dipanggil Matnur merupakan salah satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Matnur adalah seorang artis, nama “Matnur” juga merupakan nama bekennya. Matnur adalah suami Bia. Mereka bertemu ketika Bia menolong Matnur bersembunyi di dalam
mobil
karena
Matnur
sedang
dikejar-kejar
oleh
para
penggemarnya. Ternyata pada saat itu juga Matnur menaruh hati kepada Bia dan tidak lama kemudian mereka akhirnya menikah. g. Ananda Omesh sebagai Ujul Ujul merupakan salah satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Ujul adalah seorang fotografer jurnalis yang ingin mempunyai
73
studio foto sendiri. Ujul adalah suami Tata, yang merupakan teman kuliah Tata. Ujul diam-diam menaruh hati kepada Tata dan suka mengambil foto Tata diam-diam ketika Tata mengenakan turban pada saat mereka di perguruan tinggi. Lalu mereka berdua menjalin hubungan yang akhirnya menikah dan sekarang sudah mempunyai anak laki-laki bernama Faiz yang berusia tiga tahun. h. Dion Wiyoko sebagai Chaky Oldi Prima atau yang akrab dipanggil Chaky merupakan salah satu tokoh pemeran pembantu dalam Film Hijab. Chaky merupakan seorang sutradara film pendek. Karyanya sudah beredar di pasar internasional dan sukses meraih film terbaik nomor satu pada Festival Film Perancis di Paris, namun di Indonesia iadijuluki sebagai “sutradara kontroversial” karena masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima kejujuran di dalam filmnya. Oleh karena itu setiap filmnya selalu didemo oleh masyarakat.Chaky menjalin hubungan dengan Anin dan berniat menikahinya
BAB VI TEMUAN DAN ANALISIS Di dalam menganalisis narasi pada film Hijab karya Hanung Bramantyo model penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sebagai salah satu kajian dan informasi, dalam bab ini akan menjelaskan hasil temuan data yang terdapat dalam film, selanjutnya mendeskripsikan dan menjabarkan paparan cerita yang mengandung konflik identitas peran muslimah dalam keluarga. Sesuai dengan teori yang dibahas dalam menganalisis narasi, peneliti menfokuskan pada strategi Tveztan Todorov. Peneliti juga menambahkan Nick Lacey dan Gillespie dalam memodifikasi struktur narasi model Todorov, untuk mendeskripsikan narasi yang mengandung konflik identitas peran muslimah dalam keluarga di dalam film tersebut. Todorov membagi struktur narasi kedalam tiga bagian yaitu, alur cerita awal, tengah, dan akhir. Kemudian Nick Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian. Lacey dan Gillespie memodifikasi untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.1
1
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 45-46.
74
75
Seperti pada umumnya sebuah film memiliki alur, Nurgiyantoro (2006) membagi alur menjadi berbagai macam. Dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan, alur dibagi menjadi dua: Pertama, alur progresif yakni sebuah cerita/film bisa dikatakan progresif apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis. Atau secara runtut peristiwa dimulai dari tahap awal, yaitu pengenalan, pemunculan konflik, tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir atau penyelesaian (A-BC). Kedua, alur flash back yaitu berarti cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin cerita disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap akhir, baru kemudian tahap awal disajikan (C-B-A).2 Dalam film Hijab karya Hanung Bramantyo, dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa, alur yang digunakan bersifat flash back karena cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan cerita disuguhkan dari tahap akhir, dimana sudah terjadi keseimbangan (ekuilibrium). Kemudian baru tahap awal dipaparkan. A. Alur awal cerita (Beginning) Bagian ini merupakan awal cerita dengan memperkenalkan tokoh utama, penata adegan, dan pencarian tentang hubungan antar tokoh. Pada bagian awal, pengarang biasanya membuka cerita dengan terlebih dahulu memaparkan setting yang ada pada cerita tersebut. Pada bagian awal narasi
2
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 211-212
76
umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan (ekuilibrium).3 Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah. Mereka adalah Sari Gumilang, Bilqis Inan Aqifa, dan Talita Amelia. Pada scene awal Natasha Rizki tidak ikut serta bercerita bersama mereka. Dalam video rekaman tersebut mereka flash back menceritakan bagaimana sulitnya menyembunyikan kesibukannya berbisnis di butik yang mereka beri nama „Meccanism‟ di depan para suami, karena khawatir dengan respon suami. Pada awal rekaman video tersebut, mereka memulainya dengan menceritakan alasan masing-masing menggunakan hijab. Tiga di antara mereka mengenakan hijab, sementara seorang lagi tidak. Mereka adalah Sari yang memakai hijab syar‟i atas paksaan suami, Bia yang memakai hijab fashionable dan memakai hijab karena mengikuti seminar keagamaan yang mengakibatkan dirinya terjebak menjadi gadis „hidayah‟ yang membuatnya tidak bisa melepas hijabnya. Tata yang merupakan aktivis yang memakai hijab turban untuk menutupi rambutnya yang botak, sedangkan Anin yang pada awal cerita tidak berhijab namun pada akhirnya memakai hijab, karena berpikir bahwa hijab merupakan suatu proses untuk ke arah yang lebih baik. Cerita mereka bertiga dalam video rekaman tersebut bersambung dengan kisah cinta mereka menemukan pasangan hidup, hingga akhirnya
3
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 47
77
memutuskan untuk menikah, lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi pasangan hidup yang beragam. Sari memiliki suami bernama Gamal Abdul Nasir atau yang biasa dipanggil Gamal. Gamal merupakan seorang pria keturunan Arab asal Hadramaut, Yaman, yang sangat taat dengan agama Islam. Mereka bertemu pertama kali di pasar Induk Tanah Abang, Jakarta Pusat, ketika Sari ingin membeli beberapa barang-barang dari Arab untuk bisnisnya. Saat itu Gamal langsung menaruh hati kepada Sari dan berniat menikahinya. Tiga hari setelah pertemuan itu, Gamal akhirnya datang bersama keluarga besarnya ke rumah Sari untuk melamar hingga akhirnya mereka menikah. Karena ketaatan Gamal dengan agamanya, maka Gamal mewajibkan Sari yang saat itu memakai hijab fashionable untuk memakai hijab syar‟i. Gamal yang bekerja di Perusahaan Pajak sangat menjunjung tinggi kejujuran. Kemudian cerita berlanjut pada pertemuan Tata dengan suaminya Ujul. Ujul adalah seorang fotografer jurnalis, yang pada bagian lain dalam film memutuskan untuk beralih profesi sebagai fotografer studio. Ujul yang merupakan teman kuliah Tata, yang diam-diam menaruh hati kepadanya dan suka mengambil fotonya diam-diam ketika Tata mengenakan turban pada saat mereka di Perguruan Tinggi. Lalu mereka berdua menjalin hubungan yang akhirnya menikah dan mempunyai anak laki-laki bernama Faiz yang berusia tiga tahun. Selanjutnya Bia yang memiliki suami bernama Rahmat Nur Hidayat atau yang dipanggil Matnur. Nama Matnur adalah nama beken suaminya sebagai
78
seorang artis. Mereka bertemu ketika Bia menolongnya bersembunyi di dalam mobil karena Matnur sedang dikejar-kejar oleh para penggemarnya. Ternyata pada saat itu juga Matnur menaruh hati kepada Bia dan sebulan setelah peretemuan itu, mereka kemudian menikah. Dari keempat sahabat hanya Anin yang belum menikah, tetapi memiliki seorang kekasih yaitu Oldi Prima atau yang akrab dipanggil Chaky. Chaky merupakan seorang sutradara film pendek. Karyanya sudah beredar di pasar Internasional dan sukses meraih film terbaik nomor satu pada Festival Film Perancis di Paris, namun di Indonesia ia dijuluki sebagai “sutradara kontroversial” karena masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima kejujuran di dalam filmnya. Oleh karena itu setiap filmnya selalu didemo oleh masyarakat. Dalam video rekaman perjalanan tersebut mereka juga menceritakan kisahnya dengan pasangan masing-masing. Bia menceritakan bagaimana repotnya menjadi istri selebritis, yang selalu menjadi sorotan publik, dan setiap berpergian dengan suaminya harus sabar menghadapi para penggemar yang mengerumuni Matnur untuk foto atau sekedar minta tanda tangan. Di antara mereka bertiga Sari-lah yang paling dominan menceritakan bagaimana ketatnya peraturan ketika menikah dengan Gamal, seorang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam keluarganya. Sebagaimana yang dijelaskan Todorov bahwa pembagian waktu dalam narasi diawali dari sebuah keteraturan. Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh.
79
Pada awal cerita, karakter Gamal yang merupakan seorang muslim konservatif4 sangat berperan dalam memunculkan konflik di awal film tersebut. Gamal yang merupakan keturunan Arab sangat ketat dalam menerapkan prinsip Islam dalam keluarga. Terlihat dari dialog Gamal dengan Sari dan Ibunya: Sari Gamal Sari Gamal Sari Gamal Ibu Sari
Gamal
: “Nyetir mobil haram?” : “Haram!” : “Belanja?” : “ya kalo untuk sehari-hari fadhol. Suami wajib ngasih fulus”. :”Misalnya kalo belanja baju, perhiasan, parfum?” :“Fadhol, fadhol, asalkan dipake di depan suami, di luar itu haram!” :“Begini saja, sari kalau belanja baju-perhiasan pakai uangnya sendiri, tidak menganggu uang suami. Jadi, Sari harus kerja”. :“Haram! Perempuan itu kudu dirumah, nyuci baju, merawat anak, masak, dan patuh dengan suami. Kalo mau keluar rumah harus izin suami, kalau tidak haram! Dan satu lagi, mamah dan Sari harus pakai jilbab ye, tapi jilbab yang bener sesuai aturan agama, kalau perlu pakai cadar. Wajib hukumnye!”.
Pada dialog tersebut peneliti menemukan beberapa poin yang ditekankan Gamal kepada Sari terkait perannya sebagai seorang istri diantaranya: 1) mewajibkan Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang 4
Konservatif merupakan sikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi lama (yang turun menurun). Ada dua ciri muslim konservatif: Pertama, menganggap konstruksi ekonomi, sosial, politik dan budaya masyarakat zaman Nabi Muhammad sebagai bentuk ideal dan puncak peradaban yang harus dihidupkan kembali. Kedua, menerjemahkan al Qur‟an dan Hadits secara tekstual dengan mengabaikan konteks peristiwa.
80
ditentukan oleh norma agama; 2) kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3) Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana; 4) berhias diri untuk menyenangkan suami; 5) Hak mendapatkan nafkah. 1. Gamal mewajibkan Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama. Gamal selalu menekankan pentingnya berpegang teguh pada ajaran Islam. Suami Sari tersebut bisa dikatakan sangat posesif, Gamal benarbenar memperhatikan, dan „mendetail‟ dalam hal apapun yang dilakukan Sari. Gamal memaksa Sari untuk taat pada aturan yang dibuatnya, yang menurutnya bersandar pada ajaran Islam. Sebenarnya terkait hukum patuh kepada suami Al-Qur‟an sudah lebih dulu mengaturnya. Sebagaimana yang tertulis pada surat An-Nissa ayat 34 berbunyi: Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
81
suaminya tidak ada, oleh karena Allah memlihara (mereka). Wanitawanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika dia menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS An-Nisaa‟ [4]: 34) Kewajiban istri terhadap suami yaitu bersikap patuh dan taat terhadap suami dalam segala sesuatunya selama tidak merupakan hal yang dilarang Allah, memelihara kepentingan suami berkaitan dengan kehormatan dirinya, menghindari dari segala sesuatu yang akan menyakiti hati suami seperti bersikap angkuh, menampakan wajah cemberut atau penampilan buruk lainnya. Tetapi kewajiban yang paling penting dan (hakiki) yang harus dijalankan dengan baik oleh seorang istri adalah melayani suami dan mematuhi suaminya. Hal ini yang ditekankan Gamal kepada Sari. Dalam hal ini peneliti menemukan bahwasanya Sari merupakan istri yang patuh kepada suami, kecuali pada beberapa adegan di mana Sari membohongi Gamal terkait aktifitasnya berbisnis hijab. Pada adegan tersebut
Sari
terpaksa
berbohong
kepada
suaminya,
karena
kekhawatirannya dengan respon sang suami yang sejak semula tidak mengizinkannya
untuk
berbisnis.
Walau
pada
akhirnya
Gamal
mengetahui kesibukan istrinya tersebut. 2. Kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk Sari maupun keluarga dekatnya.
82
Pada poin ini Gamal mewajibkan istrinya untuk mengunakan hijab. Kewajiban ini tidak hanya untuk Sari tetapi juga untuk ibu dan keluarga dekatnya. Sekilas hal tersebut terlihat menunjukan bahwa gamal sangat protective dalam menerapkan prinsip Islam dalam keluarganya. Karena bukan hanya Sari yang diperintahkan, tetapi juga ibu, bibi, adik-adik sari dan beberapa perempuan di keluarga Sari. Terkait ajakan Gamal untuk keluarga Sari berhijab demi mentaati peintah agama, sebagaimana yang termaktub dalam surat At-Tahrim ayat 6 yakni “yaaa ayyuhallaziina aamanuu quuu anfusakum wa ahliikum naarow” (“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”). Berhijab memang merupakan perintah agama, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat QS Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi: Artinya: ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu‟min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab [33]: 59)
Dalam hal ini Sari mengikuti sepenuhnya perintah suami dengan tidak melepas hijabnya, dan berhijab sesuai aturan agama, yaitu dengan menutupi seluruh anggota tubuhnya. Dalam istilah umum yang di kalangan para
83
hijabers, Sari berhijab model syar‟i, walau pada awalnya Sari berhijab karena keterpaksaan atas perintah suami.5 Pada tokoh lain yaitu Bia dan Tata penggunaan hijabnya bisa dikatakan sangat fashionable, bahkan Tata menggunakan hijab model turban, yang mana hanya menutupi bagian kepala sedangkan bagian lehernya tetap terlihat. Fenomena hijab yang beragam di antara para tokoh muslimah dalam film tersebut sederhananya menggambarkan bahwa hari ini hijab sudah menjadi bagian dari gaya hidup, yang bisa disejajarkan dengan tren fesyen dunia seperti, Harajuku (Jepang), K-Pop (Korea), American Style (Amerika) dan lain sebagianya. Pro-kontra yang lahir di tengah masyarakat pun kalah deras dengan arus moderen yang digaungkan masyarakat abad ini, yang pada akhirnya sering kali bertabrakan dengan norma agama.6 Konstruksi perempuan Muslim moderen awalnya dibentuk media gaya hidup Muslim sebagai reaksi atas globalisasi dan juga wacana anti-Muslim yang sangat intens di media Barat. Industri media mengkonstruksi 5
Selain sebagai sebuah kewajiban, hijab juga memiliki fungsi lain diantaranya: (1) Sebagai identitas seorang muslimah; (2) Meninggikan derajat seorang muslimah; (3) Mencegah dari gangguan laki-laki yang tidak bertanggung jawab; (4) Memperkuat kontrol sosial; (5) Mewujudkan wanita yang berakhlak mulia; (6) Hijab membendung wanita untuk bersolek atau berdandan berlebihan. Rizka Fitri, “Konstruksi Realitas Hijab pada Wanita Muslimah dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa.” Jurnal Ilmu Komunikasi vol. 2, no. 2 (Pekanbaru: Universitas Riau, Oktober 2015), h. 6-8. 6 Fenomena Hijab yang dahulu didominasi kalangan tertentu seperti santri, aktivis dakwah dan ormas keagamaan, dewasa ini telah berevolusi menjadi tren gaya hidup, termasuk di dalamnya fesyen, kosmetik, dan aksesoris. Ia menjalar bak virus ganas ke seluruh penjuru tanah air. Menariknya, tibatiba berhijab menjadi sesuatu yang cool, modern, trendy, techy, dan begitu diminati. Tak sampai di situ, komunitas-komunitas hijab pun menjamur. Para selebritis pun tak ketinggalan menutup kepala mereka dengan kain kerudung. Fenomena ini tentu saja berdampak positif bagi umat Islam karena banyak muslimah yang mulai memakai kerudung. Tetapi, dampak negatifnya adalah pendangkalan makna hijab yang terjadi di tengah muslimah itu sendiri. Keberadaan fesyen hijab seringkali bertabrakan dengan syariat Islam. Hijab bukan hanya dipandang sebagai perintah agama melainkan sebagai sebuah mode berbusana, akibatnya banyak dari kalangan muslimah yang terjebak di dalamnya.
84
perempuan Muslim yang moderen dan memanfaatkan komodifikasi nilainilai dan symbol ajaran Islam untuk mendapat pasarnya.7 3. Pentingnya berhemat dan mengelola nafkah yang diberikan Gamal kepadanya. Pada
dialog
tersebut
Sari
menanyakan
kepada
Gamal
untuk
membolehkan dirinya berbelanja untuk membeli keperluan pribadi, seperti membeli baju perhiasan dan parfume. Akan tetapi Gamal membolehkan asalkan kesemuanya itu digunakan di hadapannya. Wanita (istri) adalah pemimpin dalam urusan rumah tangga, sedangkan suami adalah pemimpin dalam urusan keluarga. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang disanadkan kepada Abu Hurairah, dan diriwayatkan Imam Muslim yang artinya,”Setiap manusia keturunan Adam adalah kepala, maka seorang pria adalah kepala keluarga, sedangkan wanita kepala rumah tangga”. (HR Muslim) Penting bagi seorang istri mengatur dan mengelola keuangan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Terkait hal itu Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Furqaan 67: Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang demikian”. (QS Al Fuqaan [25]: 67)
7
Annisa Ridzkynoor Beta, “Konstruksi Identitas Perempuan Muslim dalam Aquila Asia.” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2012), h. 114-115.
85
Sebenarnya boleh saja Istri membeli kebutuhan pribadi seperti parfum, pakaian, maupun perhiasan, dan kebutuhan lain, akan tetapi setelah
mendapat
persetujuan
suami.
Hal
itu
yang
kemudian
dikhawatirkan Gamal kepada Sari. Di samping itu sebagai seorang istri diperlukan menejemen keuangan yang baik, untuk menjaga amanah dari suami yang berupa nafkah. 4. Berhias diri untuk menyenangkan suami Sebagaimana wanita yang ingin bersolek diri dengan berbelanja kebutuhan pribadi untuk menunjang penampilan, sebenarnya Gamal memperbolehkan Sari berbuat demikian dengan catatan dilakukan di hadapannya. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33: . Artinya: “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu; dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasulnya”. (QS Al Ahzab [33]: 33)
Ayat di atas menganjurkan kepada wanita untuk menjaga kehormatan dirinya dengan akhlak mulia, sekaligus berhias diri hanya untuk menyenangkan suami, sehingga suami merasa senang berada di sisinya. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit wanita (istri) berdandan untuk
86
menarik perhatian suami tetangga atau sekadar memperoleh kekaguman sesama wanita. Melalui cara ini menurut Islam jelas kurang terpuji, karena bisa menjerumuskan istri atau wanita tersebut kepada perbuatan maksiat. Paling tidak, dia telah bersikap riya kepada sesamanya.8 Karena sepantasnya kecantikan seorang muslimah hanya boleh diperlihatkan
kepada
mahramnya
(suami).
Kalau
kecantikan
itu
diperlihatkan di hadapan lelaki yang bukan mahram, ketakutan yang akan terjadi adalah timbulnya syahwat atas lelaki kepada dirinya yang menyebabkan dirinya menerima dosa dari sebab perbuatannya itu. Akan tetapi pada tokoh lain seperti Bia dan Tata peneliti melihat bahwa sentuhan fesyen dan kosmetik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seorang muslimah. 5. Hak istri mendapatkan nafkah Pada bagian ini Gamal memberitahu kewajibannya kepada Sari bahwa suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya.Peneliti menemukan bahwasanya Gamal merupakan suami yang taat perintah agama, dengan tidak mengabaikan hak istrinya untuk mendapatkan nafkah. Terkait hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233: Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan 8
Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Sholehah(Jakarta: Penamadani, 2004), cet ke 3, h. 7.
87
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma‟ruf”. (QS Al Baqarah [2]: 233)
Dalam pengertian hak sebagaimana yang dijelaskan pada bab 3, bahwa hak istri meliputi materi dan non materi. Hak istri meliputi materi yaitu, hak mengenai harta: mahar (maskawin) dan nafkah. Hak-hak istri yang bersifat non materi: hak mendapat perlakuan yang baik dari suami dan Agar suami menjaga dan memelihara istrinya. B. Alur tengah cerita (Middle story) Menurut Todorov pada bagian ini atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan (distruption), serta perkembangan dari alur awal.9 Hal ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan.Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur. 1. Distruption (Gangguan) Pada bagian ini penulis mulai memunculkan bagian-bagian yang menimbulkan masalah. Nick Lacey dan Gillespie yang memodifikasi beberapa struktur Todorov juga menyetujui bahwa pada bagian ini (alur tengah) terjadi ganguan (distruption). Keempat sahabat tersebut punya aktifitas bersama yaitu arisan bulanan. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan terus menerus. Mereka juga mengikut sertakan para suami untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Arisan bulanan dilakukan berpindah, sesuai dengan siapa yang 9
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46.
88
mendapat uang arisan. Biasanya setiap kegiatan diselingi dengan makan bersama dan bincang-bincang hangat seputar kehidupan rumah tangga mereka. Di tengah perjalanan pernikahan, mereka berinisiatif untuk memiliki usaha sendiri yang bisa diatur dari rumah. Tujuannya adalah untuk menambah penghasilan sendiri dan membantu kebutuhan rumah tangga. Dari sana terciptalah ide bisnis fesyen muslimah yang mereka beri nama „Meccanism‟.10 Mereka menjalankan bisnis ini secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para suami.Hal ini yang pada akhirnya menimbulkan terjadinya gangguan (distruption). Selain untuk kebutuhan pribadi dan membantu ekonomi keluarga, alasan kuat mereka berbisnis adalah karena perkataan Gamal. Pada kegiatan arisan bulanan yang diadakan di rumah Bia, Gamal menyindir dengan berkata, “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena duitnya dari suami”. Berikut dialog gamal pada saat arisan bulanan: Gamal : “Ini kalau dipikir-pikir nih ye. Ini itu kayak arisan Suami ye, soalnya fulusnya dari suami semua. Nih jangan-jangan semua arisan ibu-ibu kayak gini juga. Ya ngga?”. Sari : “Maksud kamu ngomong kayak gitu apaan sih Bi?”. Gamal : “Oh engga, ya ane cuma sepintas doang mikirnya. 10
Meccanisme sebenarnya adalah bisnis butik milik Zaskia Adya Mecca yang merupakan produser film Hijab. Di film ini namaMeccanisme kembali menjadi nama butik milik Sari, Bia, Tata dan Anin. Nama Meccanisme terinspirasi dari kota Mekah di Arab Saudi, yang menjadi kiblat umat Islam di Dunia. Pemberian akhiran ‟Isme‟ di belakan kata Mecca agar butik mereka bisa menjadi paham dan kiblat fesyen hijab.
89
Ujul Tata
Ya kan jul?”. : “Iya sih. Ya tergantung”. : “Emang yah, kita keliatannya kayak Perempuan pendamping suami. Tapi, asal kalian tau para laki-laki. Kalau gua ngga ada Faiz juga gua bisa cari duit sendiri! Bia juga. Iya kan Bi?”.
Mendengar perkataan Gamal yang bertendensi menyindir. Tata merasa terusik yang kemudian pada waktu yang berbeda di rumahnya, Tata mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang, dengan berbisnis untuk mendapat penghasilan sendiri dan terlepas dari bayang-bayang suami. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias ide dari sahabatnya itu, hingga akhirnya Bia dan Anin juga ikut serta dalam rencana bisnis tersebut. Bincang-bincang mereka untuk berbisnis berlanjut. Mereka kemudian menentukan bisnis apakah yang cocok untuk mereka berempat dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Kemudian Sari mencetuskan berbisnis pakaian, yang akhirnya fokus dengan busana muslimah. Diskusi berlanjut dengan penentuan model hijab seperti apa saja yang akan mereka jual. Setelah pertemuan itu akhirnya secara diamdiam mereka bekerja dengan memulai bisnis fashion hijab secara online. Bia sebagai desainernya, Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin sebagai marketingnya.
90
Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka, respon masyarakat sangat bagus. Akhirnya Anin memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada ibunya yang banyak memiliki relasi bisnis untuk mengembangkan bisnis tersebut. Akhirnya Anin mengajak serta ketiga rekannya kecuali Bia yang berhalangan hadir, untuk bertemu relasi bisnis Ibunya di rumahnya. Mereka adalah tante Fida yang bersuamikan seorang „raja minyak‟ dan memiliki anak seorang fashion blogger terkenal, tante Helly yang bersuamikan bisnismen kelapa sawit yang memiliki hampir sepertiga kebun kelapa sawit yang ada di Sumatera, tante Helma yang bersuamikan seorang bisnismen kaya asal Prancis. Melihat prospek menjanjikan dari bisnis busana tersebut akhirnya salah satu di antara ketiga kolega ibu Anin yaitu tante Helma akhirnya bersedia untuk meminjamkan modal untuk mengembangkan bisnis tersebut. Setelah mendapatkan pinjaman modal, mereka memutuskan untuk mengembangkan bisnis tersebut dengan membuka butik. Perkembangan butik pun kian hari kian pesat. Mereka yang selama menjadi ibu rumah tangga tidak aktif menggunakan media sosial, mulai saat itu kembali aktif. Semua aktifitas bisnis termasuk hubungan dengan client berlangsung di media sosial. Sampai dalam aktifitas rumah tangga, mereka tidak pernah absen untuk membuka henpon, tab, maupun laptop, demi melayani pembeli yang semakin banyak.
91
Mendengar bisnis yang semakin pesat, akhirnya tante Fida yang memiliki anak seorang fashion blogger11 terkenal mengajaknya untuk bertemu dan mengomentari desain hijab tersebut. Tak disangka Madona yang awalnya tidak terlalu menyukai hijab melihat desain yang bagus lantas
memakainya,
kemudian
memfoto
dirinya
yang
sedang
mengenakan busana muslim dan memposting di blog pribadinya. Tak lama setelah memposting foto tersebut, apresiasi bermunculan dari para netizen, dan menjadikan „Meccanism‟ semakin dikenal. Pada bagian ini merupakan batu loncatan untuk menghadirkan ganguan (distruption) dalam lingkungan mereka. Mereka menjalankan bisnis hijab tersebut tanpa sepengetahuan dari suami-suami mereka. Sikap tersebut yang pada akhirnya menjadi pemicu terjadinya konflik di antara rumah tangga mereka. a. Menjalankan bisnis butik „Meccanism‟ tanpa seizin suami. Setelah berdiskusi mereka akhirnya sepakat untuk menjalankan bisnis busana muslimah, yang pada awalnya dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami. Alasan mereka sudah tentu karena takut dengan respon suami terkait kesibukan baru mereka. Namun hal ini yang pada akhirnya menimbulkan ganguan dalam rumah tangga mereka.
11
Fashion blogger adalah seseorang yang mempunyai minat dan bakat serta hobi dalam merancang sebuah fashion dan mode, kemudian dia tulis ulasan mengenai fashion yang dia ataupun orang lain ciptakan dalam blog miliknya. Tujuan fashion blogger pada umumnya adalah untuk berbagi fashion yang dia sukai dengan para penggermar fashion yang lain, ataupun kepada pembaca lainnya.
92
Dalam hal ini peneliti menemukan ada persoalan yang muncul dalam fiqih ketika seorang istri harus bekerja di luar rumah dan meninggalkan keluarganya. Para ahli fiqih sepakat bahwa apabila itu terjadi, dia (istri) haruslah mendapat izin suaminya. Dia tidak boleh meninggalkan suaminya begitu saja. Pelanggaran atas kewajiban ini (izin) dapat dipandang sebagai nusyuz (tidak taat/tidak setia). Pengertian nusyuz itu sendiri yaitu, meninggalkan kewajiban bersuami-istri.12 Menurut para ahli fiqih klasik, seorang istri diperbolehkan meninggalkan rumah, meskipun tanpa izin suaminya, jika keadaan benar-benar darurat (memaksa).13 Sejalan dengan pendapat ini peneliti juga merujuk pada catatan Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya yang cukup popular fath al-Muin yang dikutip oleh Husein Muhammad, ia mengatakan bahwa sorang istri diperbolehkan keluar dari rumahnya tanpa di cap sebagai istri yang nusyuz untuk hal-hal berikut, jika rumahnya akan roboh, jiwa dan hartanya terancam oleh penjahat dan maling, mengurus hak-haknya dipengadilan, belajar ilmu-ilmu fardhu‟ain (wajib), atau untuk keperluan istifta (meminta fatwa) karena suaminya bodoh, atau untuk mencari nafkah seperti dagang atau mencari sedekah pada orang lain atau bekerja selama suaminya tidak bisa menafkahkannya. Kammal bin Hummam dari 12
Nusyuz dari pihak suami misalnya tidak memberi nafkah kepada istri dan anaknya, sedangkan Nusyuz dari pihak istri misalnya istri meninggalkan rumah tanpa seizin suami, apalagi perbuatan tersebut pada perbuatan yang dilarang agama. 13 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: LkiS, 2001), cet 1, h. 127.
93
mazhab Hanafi dan Fath al-Qadir, juga berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Husein Muhammad, apabila dia (istri) seorang bidan, atau tukang memandikan mayat, atau dia bermaksud menuntut hak atau memenuhi kewajiban terhadap orang lain, maka dia diperoleh keluar baik izin suaminya atau tidak. Menurutnya hal-hal seperti itu merupakan fardhu kifayah.14 Keluar rumah karena memenuhi kewajiban kolektif ini dapat dibenarkan menurut syara‟ (hukum agama).15 Dalam hal ini sebenarnya suami mereka (Sari, Bia, dan Tata) masih mampu untuk menafkahkan mereka. Terlebih Sari yang sejak semula tidak diizinkan oleh suaminya untuk beraktifitas di luar rumah dengan berbisnis, serta berbohong kepada suami terkait kegiatannya. Dalam konteks agama Sari bisa dikatakan sebagai seorang istri yang nusyuz. Pertama, Sari tidak mentaati perintah suaminya dengan tidak berbisnis, serta sering keluar rumah tanpa seizing suami. Kedua, Sari berbohong kepada Gamal terkait aktifitasnya, walaupun dalam hal ini sebenarnya Sari tidak melakukan kegiatan yang dilarang agama, seperti melakukan perbuatan maksiat.
14
Fardu kifayah merupakan status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong fardu kifayah diantaranya: (1) mensalati jenazah muslim; (2) belajar ilmu tertentu (misal: kedokteran, ekonomi, dan lain-lain); (3) amar ma‟ruf nahi munkar; (4) jihad ibtida‟i; (5) membela Negara di mana ia tinggal. Namun, suatu perbuatan yang semula hukumnya fardhu kifayah bisa menjadi fardhu „ain (wajib) apabila perbuatan dimaksud belum dapat terlaksana dengan hanya mengandalkan dari kaum muslimin saja. 15 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender, cet 1, h. 127.
94
2. Complication (meningkatnya ganguan) Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Gillespie pada struktur narasi Todorov. Pada bagian ini permasalahan yang dihadapi oleh tokoh meningkat. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh antara suami dan istri, serta terbongkarnya aktivitas istri berbisnis menjadi pemicu terjadinya konflik. Sebenarnya niat mereka para istri hanya ingin membantu perekonomian keluarga. Tapi karena pendapatan mereka yang melampaui pendapatan suami malah jadi „bumerang‟. Para suami merasa tidak punya harga diri karena dibiayai kehidupannya oleh istri mereka. Percaya diri karena yakin mendapat tanggapan baik dari suami karena membantu meringankan bebannya untuk menbiayai keluarga, respon Ujul malah sebaliknya. Ujul marah besar saat mengetahui istrinya membiayai kewajiban yang seharusnya dia lakukannya. Terlihat dari dialognya dengan Sari: Ujul Tata
Ujul Tata Ujul
Tata
: Mobil, sama rumah belum dibayar yah cicilannya? Minggu ini kan? : Mobil udah aku lunasin. Cicilan rumah udah aku bayar sampe tiga bulan kedepan. Tinggal listrik, ya kita tunggu aja tagihannya minggu depan. Tapi udah aku siapin kok, kamu ngga usah khawatir hehe (sambil tertawa ringan). : Aku tuh masih fotografer yah. Masih kecatet. Belum jadi tukang foto kawinan. : Yang bilang kamu tukang foto kawinan siapa? : Iitu merekanya aja yang goblok, merekanya ngga ngerti seni, mereka terjebak dalam kemapanan. Ngerti ngga sih kamu? : Kamu ngomong apaan sih? Aku kan cuma ingin ngeringanin beban kamu aja.
95
Ujul Tata Ujul
: Lah itu! Itu! : Itu apa? : Ya itu! (sambil memaki dan menunjuk-nunjuk wajah Tata).
Pendapatan yang jauh antara Ujul dan Tata menjadi asap bagi api konflik dalam rumah tangga mereka. Permasalahan ditambah dengan karir Ujul yang sedang down, Ujul yang awalnya berprofesi sebagian fotografer jurnalistik, mendadak ingin beralih profesi menjadi fotografer studio. Akan tetapi, niat Ujul berganti profesi agar mendapat pendapatan yang lebih baik malah berbanding terbalik. Bisnisnya dibidang foto studionya diambang kebangkrutan. Client Ujul tidak percaya kalau Ujul bisa menghasilkan karya yang baik dibidang foto studio, mengingat background Ujul yang awalnya seorang fotografer jurnalis. Semua uang dan tabungannya pun sudah diinvestasikan untuk kebutuhan alat-alat penunjang foto studio yang mahal. Di lain pihak, Bia juga merasakan hal yang sama dengan Tata, tatkala suaminya Rahmat Nur Hidayat yang biasa dipanggil Matnur mengetahui bahwa Bia membayar tagihan telepon dan kartu kredit. Matnur merasa harga dirinya sebagai kepala keluarga gugur sudah, lantaran istrinya ikut serta membiayai kehidupan rumah tangga mereka.Terjadilah „adu mulut‟ di antara mereka. Sampai di ujung percakapan Bia berkata, “emang salah yah, kalau istri ingin mencoba meringankan beban suami?”.
96
Matnur sebenarnya adalah seorang aktor. Karirnya sebagai selebriti belakangan juga mulai menurun lantaran sinetron „Kerudung Dusta (Kerdus)‟ yang pada awalnya mendapat rating cukup baik di stasiun TV mendadak anjlok. Setelah tidak lagi syuting sinetron tersebut Matnur mulai kebingungan untuk membiayai rumah tangganya dengan Bia. Beberapa casting16 untuk sinetron dan film layar lebar pun dilakukannya, akan tetapi gagal. Ketimpangan pendapatan tersebut yang menjadikan Matnur gengsi karena dibiayai oleh sang istri. Pada bagian ini juga menjadi pemicu konflik di tengah keluarga mereka. Di lain sisi, Sari tidak mendapat masalah karena membiayai kebutuhan rumah tangganya, seperti Bia dan Tata. Sari terlibat „adu mulut‟ dengan suaminya karena alasan yang sederhana. Gamal mengatakan keinginannya membeli jas yang dipakai seorang presenter acara kuis Tick Tack di salah satu stasiun televisi, saat mereka sedang asik bersantai di ruang keluarga sambil menonton acara tersebut. Karena harganya yang mahal sekitar empat juta rupiah, Gamal mengaku tak mampu membelinya, karena nilainya sama dengan separuh gajinya. Melihat keinginan suaminya yang menginginkan jas tersebut, Sari berinisiatif untuk membelikannya. Akan tetapi, niat baiknya tersebut malah mendapat respon sinis dari Gamal. Gamal marah besar dan curiga kalau Sari mendapatkan uang tersebut karena ikut berbisnis bersama
16
Casting merupakan pemilihan dan pengontrakan aktor untuk memenuhi bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah, baik sinetron, film layar lebar, iklan, atau tayangan komersil lain.
97
ketiga sahabatnya. Sebelumnya pada bagian awal (beginning) telah diperlihatkan bagaimana Gamal sangat melarang istrinya bekerja. Sampai-sampai mengatakan haram bekerja bagi istri. Gamal curiga dari mana Sari yang hanya seorang ibu rumah tangga mendapatkan uang sebanyak itu. Ditambah lagi rahasia Sari berbisnis terbongkar ketika suaminya mengetahui bahwa Sari menyimpan barang dagangan di kontrakan miliknya. Pada
bagian
complication
(meningkatnya
gangguan)
peneliti
menemukan dua temuan terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga yaitu: a) Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga, dan b) memutuskan untuk menjadi wanita karir. a. Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga. Sebagaimana yang terjadi ketika Bia dan Tata membantu suami mereka memenuhi kebutuhan keluarga seperti tagihan telepon rumah, kartu kredit dan sewa rumah. Banyak pandangan terkait peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga. Rumah tangga sebagai kerajaan kecil dari suatu keluarga, memang sudah selayaknya dipimpin oleh pria. Namun demikian, derajat kepemimpinan pria atas wanita bukanlah derajat kemuliaan, melainkan lebih kepada derajat tanggung jawab dan tugas secara fungsional sebagai kepala keluarga. Dalam hal peranan sebenarnya Islam sudah memberi garis kordinat peran suami-istri dalam rumah tangga sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang disanadkan Abu Hurairah dan diriwayatkan
98
Imam Muslim, ”Setiap manusia keturunan Adam adalah kepala keluarga, sedangkan wanita kepala rumah tangga”. Peneliti mencatat bahwa dalam praktiknya, kepemimpinan dan tugas-tugas keluarga itu lebih banyak dilakukan oleh pihak wanita. Akan tetapi, fungsi dan tugas di dalam urusan rumah tangga ini sebenarnya bisa didelegasikan kepada orang lain (asisten rumah tangga), namun tetap berada dalam kordinasi sang istri. Misalkan yang dilakukan Tata atau dalam praktiknya pada kebanyakan wanita karir yang menyewa tenaga asisten rumah tangga demi membantu aktifitasnya di rumah dan tidak melalaikan tugasnya sebagai seorang istri. Seperti mengasuh anak, masak, dan lain sebagainya. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, yang diungkapkan dalam pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), juga mengindikasikan bahwa terdapat kemitraan (partnership) antara suami istri.17 Kedudukan yang seimbang tersebut disertai perumusan pembagian pekerjaan dan tanggung jawab (pasal 31 ayat 3). Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Istilah „ibu rumah tangga‟ tidak boleh dipandang sebagai penurunan kedudukan dan tidak boleh pula diartikan istri yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja di luar rumah tangganya dilarang melakukan pekerjaan tersebut.
17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
99
Sebagai istri berhak melakukan pekerjaan di luar rumah tangga, asal tidak melalaikan fungsinya sebagai ibu rumah tangga yang telah digariskan secara kodrati. Tentunya akan lebih baik lagi jika mendapat persetujuan (ridha‟) dari suami. Jika melihat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, yang dijelaskan dalam pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), mengindikasikan bahwa terdapat kemitraan (partnership). Sebenarnya dibenarkan ketika Bia dan Tata ingin membantu ekonomi keluarga dengan memenuhi sebagian nafkah untuk keperluan rumah tangga. Apalagi mengingat bahwa istri merupakan mitra atau partnership disahkan dalam norma agama dan negara. b. Memutuskan menjadi wanita karir. Masalah yang timbul sekarang adalah berkaitan dengan keterlibatkan wanita dalam dunia profesi (karir) yang ruang geraknya di sektor publik. Sebagaimana yang terjadi pada Bia, Tata dan Sari, yang memaikan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai seorang pengusaha. Penulis menemukan dua alasan kuat mengapa mereka memilih jalan untuk berbisnis. Pertama, untuk membantu perekonomian keluarga, yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan, karena suami mereka masih mampu untuk bekerja dan mempunyai pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Lebih tepatnya mereka mencari uang untuk terlepas dari bayang-bayang suami, yang setiap mereka ingin membeli sesuatu harus menunggu jatah bulanan. Kedua, alasan kuat mereka berbisnis adalah
100
untuk membuktikan kepada para suami, khususnya Gamal yang pada bagian awal film sepat menyindir para istri, bahwa mereka adalah perempuan mandiri, dan mampu mencari uang sendiri tanpa menunggu suami memberi jatah bulanan (gajian). Dalam istilah agama, istri disebut sebagai ra‟iyah fi baiti zaujiha (penanggung jawab dalam masalah-masalah interen rumah tangga), cukup menimbulkan pendapat dan kontroversi di kalangan cendikiawan muslim Abbas Mahmud al-„Aqqad yang dikutip Siti Muri‟ah contohnya, tidak membolehkan wanita (istri) bekerja di luar rumah. Alasannya karena pria telah diberi kelebihan kemampuan dalam menghadapi hidup dari pada wanita. Kecuali bila wanita terpaksa harus mencari nafkah sendiri maka al-„Aqqad membolehkan bekerja. Namun, yang dimaksud tempat wanita di rumah bukan berarti dilarang bekerja di luar rumah. Pembebasan dari pekerjaan luar rumah, dimaksudkan agar mereka berkonsentrasi dan terhormat dalam menunaikan kewajiban rumah tangga. Karena itu jika memang dibutuhkan, boleh saja ia bekerja di luar rumah asal menjaga kesucian diri dan menjaga rasa malu.18 Sebagaimana yang terjadi pada Bia, Sari dan Tata yang berprofesi sebagai wanita karir, senada dengan hal tersebut M. Quraish Shihab juga berpendapat bahwa perempuan boleh melakukan pekerjaan apapun selama ia membutuhkan atau pekerjaan membutuhkannya dan selama 18
Agus Baedhowi, “Kedudukan Istri Sebagai Wanita Karir Menurut Pandangan Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974: Tinjauan Tentang Kewajiban Nafkah Suami” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 196
101
norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Apalagi mengingat bisnis yang dijalankan oleh meraka adalah busana muslimah dan pastinya sangat dibutuhkan oleh umat Islam sebagaimana perintah agama.19 3. Kesadaran terjadinya gangguan. Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Nick Lacey pada struktur narasi Todorov. Nick menambahkan tahapan dari ganguan ke ekuilibrium. Pada bagian ini, kesadaran terjadinya gangguan di dirasakan para tokoh utama. Awalnya mereka berbisnis secara diam-diam karena takut dengan respon suami. Namun perlahan para suami akhirnya mengetahui kegiatan yang dilakukan para istri. Salah satu tokoh yang paling marah merespon kesibukan para istri adalah Gamal. Sejak semua Gamal memang sudah melarang keras istrinya bekerja di luar rumah (berbisnis), malah sampai menyebut „haram‟ berkerja bagi istrinya. Namun bukan Sari namanya kalau tidak „nekad‟. Perempuan yang gemar berbisnis dari masa lajang itu tidak kuasa menahan egonya untuk berbisnis, walaupun memang tujuannya untuk membantu ekonomi keluarga dan untuk membeli keperluan pribadi. Sejak semula memang Gamal sudah menaruh curiga pada Sari, terutama ketika launching butik mereka. Gamal yang menghadiri launcing butik Mecanism sempat memastikan dan menanyakan kepada
19
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2003), cet ke-25, h. 276
102
istrinya kalau dia tidak terlibat. Pada saat itu Sari berbohong dan berkata kalau butik itu milik ketiga sahabatnya yaitu Bia, Tata dan Anin, yang kemudian mendapat modal dari orang tua Anin untuk menjalankan bisnis. Gamal mengetahui kalau ternyata istrinya melanggar perintahnya untuk tidak bekerja, ketika mengetahui ternyata Sari menyimpan semua barang dagangannya di rumah kontrakan miliknya. Kejadian dimulai ketika pak Bowo salah seorang penyewa kontrakan milik Gamal mengadukan niatnya untuk memindahkan barang-barang dagangan milik Sari di kamar belakang kontrakannya. Semula memang kamar itu kosong, kemudian karena takut ketahuan suaminya, Sari menyimpan semua barang-barang dagangan miliknya di kamar belakang tersebut. Akan tetapi, karena kamar itu masih bagian dari rumah kontrakan yang disewa pak Bowo, akhirnya dia mengadukan kepada Gamal untuk meminta izin pada istrinya untuk memindahkan barang-barang tersebut, karena akan dipakai untuk tinggal adik istrinya yang kebetulan diterima masuk perguruan tinggi di Jakarta. Melihat kejadian itu Gamal marah besar pada Sari. Kecurigaan ditambah lagi ketika Sari pada bagian lain menghadiahkan Jas kepada Gamal yang bernilai 4 juta rupiah. Gamal merasa mustahil istrinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga bisa memiliki uang sebanyak itu. Kuat kecurigaannya kalau istrinya bekerja di luar rumah.
103
Pada bagian ini Sari menyadari penuh kalau terjadinya gangguan (konflik) pada rumah tangganya, akibat melanggar perintah suaminya yang sejak semula tidak menyukai kalau dia berbisnis dan menafkahi keluarga. Kemudian kedua sahabatnya yang sudah berumah tangga, Bia dan Tata juga merasakan apa yang dirasakan Sari. Mereka berdua mendapat respon yang kurang baik dari para suami, yang akhirnya menyadarkan mereka kalau bisnis hijab ini merupakan inti permasalahan dari konflik yang sedang mereka alami. 4. Klimaks (Puncak Konflik) Pada bagian ini merupakan puncak permasalahan yang dihadapi tokoh. Di bagian ini pula, tokoh dihadapkan dalam penentuan nasib yang dialaminya. Keberhasilan atau kegagalan biasanya menjadi penentu nasib tokoh. Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Para suami (Ujul dan Matnur) marah besar ketika terjadi ketimpangan pendapatan yang jauh di antara mereka. Ditambah karena para istri (Bia dan Tata) ikut membiayai rumah tangga mereka. Di lain sisi Gamal yang mengetahui ternyata istrinya bekerja di luar rumah juga tak kalah murkanya. Kemarahan Gamal sampai menyebabkan Gamal akhirnya meninggalkan rumah (pisah ranjang) untuk beberapa waktu. Sikap tersebut diambil Gamal lantaran mengetahui bahwa Sari tidak menuruti perintahnya untuk
104
tidak bekerja dan tidak membantu membiayai kebutuhan rumah tangganya. Konflik Sari dan suaminya bersambung pada perselisihan dengan sahabatnya. Bia dan Tata yang niat awalnya ingin memberikan support moril pada Sari karena ditinggal suaminya, malah membuahkan perselisihan, ketika Bia dan Tata mengunjungi rumah sari. Percakapan di antara mereka dibatasi oleh pintu kaca. Sari menolak membukakan pintu untuk kedua sahabatnya tersebut. Terjadi dialog antara mereka dari balik pintu kaca tersebut. Tata Sari Bia Sari
Tata
Bia Tata Sari
: Sar lo kenapa? : Ta, Bi, please jangan ke sini dulu yah : Sar, lo kenapa sih! Buka! Buka, Buka pintunya Sar! (sambil mengetuk-ngetuk pintu) : Ta, Bi, please cukup! Gue ngga mau ngancurin rumah tangga gue. Gue udah mutusin untuk keluar dari Meccanism. : Sari lo ngomong apaan sih Sar. Butik ini kan ide lo! Butik lo, butik kita. Kalo lo keluar ya gua juga keluar. : Sar, lo tau ngga sih Matnur juga ngga pulang! : Ujul juga Sar! Ngga lo doang yang ditinggal suami. Ayok dong kita ngomong dulu Sar. : Gamal udah pulang. Gua tau ini emang ide gua buat bikin usaha. Gua bohong sama suami, gua sadar itu salah tapi gua tetep ngejalaninnya. Tapi gua sekarang udah tobat. Jadi, kalo laki lo pada balik, lo berdua harus tobat. Tutup tuh butik! Itu biangnya dosa tau ngga lo! Ketentuan kita sebagai istri, itu ya di rumah, ngerawat anak, ngelayanin suami. Itu ketetapannya, kalau kita ngelanggar ya jelas aja semuanya ngga ada yang berkah. Kita tuh semuanya pake jilbab. Harusnya kita tau bagaimana bersikap sesuai syariat Islam. Ngerti lo!
105
Tak kalah dengan Sari, Bia dan Tata pun ditinggal suami mereka. Depresi yang dialami Ujul dan Matnur karena sulitnya mendapat pundipundi rupiah, ditambah karena kekecewaannya pada istri mereka yang sikapnya berubah sejak menjalankan bisnis. Kebiasaan melayani keluarga berkurang lantaran kesibukan mereka di butik. Niat Bia dan Tata yang pada mulanya bebisnis hanya untuk membeli kebutuhan pribadi dan mengisi kekosongan waktu, sampai pada membiayai kebutuhan rumah tangga.
Membuat
para
suami
mereka
akhirnya
memilih
meninggalkannya. Tata yang terlalu sibuk mengurus butik sampai melalaikan kewajibannya mengurus anak. Faiz anaknya yang berusia tiga tahun mendadak „pingsan‟ karena gizi dan vitaminnya di bawah angka normal, dan dilarikan ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit tenyata Ujul (suami Tata) sudah ada di ruang rawat inap dan mengurusi semua kebutuhan Faiz selama di rumah sakit. Terjadi keributan di ruangan tersebut karena Ujul menolak Tata untuk mengunjungi Faiz. Kemarahan Ujul
karena
kesibukan
Tata
dibutik
yang
sampai
melalaikan
kewajibannya merawat dan memperhatikan kesehatan anaknya. a. Tata melalaikan kewajibannya mengurus anak Kesibukannya dibisnis yang dijalaninya memyebabkan Tata akhirnya melalaikan kewajibannya untuk mengurus dan merawat anaknya yaitu Faiz yang masih berusia tiga tahun. Terkait hal tersebut Islam sebenarnya
106
sudah mengatur kewajiban memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah. Sebagaimana yang tertulis pada surat Al-Kahfi ayat 46 yakni, “al-maalu wal-banuuna ziinatul-hayatid-dunyaa” (“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan”). Wanita mempunyai peranan penting dalam melahirkan umat terbaik, wanita harus menjadi istri yang baik, ibu yang baik dan sekolah yang baik. Betapa banyak wanita baik di umat ini yang telah dilahirkan ke dunia ini oleh keberadaan para ibu yang kompeten, yaitu para ibu yang mendidik dan mengajari anak-anaknya. Tidak diragukan lagi, andaikan umat ini ingin bangkit, sebagaimana kebangkitan sebelumnya, dan ingin kembali menempati kedudukannya yang dengan itu akan dimuliakan Allah, maka yang pertama-tama adalah hendaknya memperbaiki didikan pertama, menerapkan adab-adab Islam dan mengajarkan ilmu-ilmunya, sehingga dengan begitu, seorang ibu „betul-betul‟ menjadi sekolah, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibrahim
rahimahullah:
“Ibu
adalah
sekolah,
jika
engkau
mempersiapkannya maka ia akan mempersiapkan generasi yang bermoral baik”.20 Sebenarnya pada mulanya Tata adalah seorang ibu yang sangat perhatian dengan anak, terlihat dalam salah satu adegan Tata terlihat sedang menyuapi makan anaknya, dan selalu ada di samping anaknya.
20
Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam (Jakarta: Darr Al-Muslim, Beirut), cet. 1. h, 61.
107
Akan tetapi, kesibukannya di butik belakangan menjadi penyebab Tata melalaikan kewajibannya mengurus Faiz hingga akhirnya anaknya jatuh sakit. Pengaruh perempuan dalam keluarga tidak terbatasi hanya untuk mendidik anaknya, tetapi termasuk juga pengaruh yang ia miliki atas kehidupan laki-laki. Pengaruh ini sungguh nyata, dan merefleksikan perhatian perempuan yang menfasilitasi langkah suami mereka untuk meraih kesuksesan dalam kerja, atau telah mendampingi suami mereka saat istrirahat dan bersantai dari tuntutan kerja. Pada bagian ini Tata bisa dikatakan sebagai seorang istri yang melalaikan kewajibannya yaitu mengurus anak. Walaupun pada prakteknya kewajiban mengurus anak merupakan tugas bersama. 5. Upaya memperbaiki ganguan Bagian ini merupakan modifikasi yang dilakukan Nick terhadap struktur narasi Todorov. Pada bagian terjadi upaya dari para tokoh untuk memperbaiki gangguan yang sebelumnya terjadi. Kedua orang tua Gamal dan Sari akhirnya datang untuk memberikan problem solving pada konflik yang terjadi antara anak-anak mereka. Di tambah kedatangan guru Gamal diperankan oleh Ustadz Ahmad al Habsyi, yang merupakan sosok kedua setelah orangtuanya yang sangat dihormati. Gamal berhasil dibujuk untuk pulang ke rumah. Dalam pertemuan tersebut Ustadz Ahmad memberikan nasehat kepada Gamal dan Sari untuk hidup rukun sesuai syariat agama Islam.
108
Tidak hanya Sari yang dikunjungi orangtuanya untuk memberikan support moril bagi keberlangsungan rumah tangganya, Bia juga dikunjungi Ibunya yang simpatik karena konflik yang terjadi antara dia (Bia) dan suaminya. Matnur yang semula tidak terlalu setuju dengan ide Bia untuk berbisnis butik akhirnya perlahan mulai mereda. Hal tersebut dipicu dari ucapan terimakasih seorang petugas parkir di minimarket langganannya. Petugas parkir memberikan ucapan terimakasih kepada Bia lewat Matnur. Ucapan itu karena berkat Meccanism istrinya tertarik untuk berhijab. Duit hasil menjadi petugas parkir dikumpulkannya untuk membeli hijab di butik Meccanism untuk dihadiahkan kepada istrinya. Tak disangka istrinya tertarik dan terus istiqomah memakai hijab. Usai percakapan itu Matnur tersadar dan emosinya perlahan mereda. Berbeda dengan Tata, perseteruannya dengan suami perlahan mereda melihat kondisi anaknya yang sedang terbaring sakit. Kebahagiaan dan kesehatan anaknya menjadi pelerai untuk konflik yang terjadi antara mereka berdua. Tata dan Ujul saling membantu mengurus dan merawat Faiz yang terbaring di rumah sakit. C. Alur akhir cerita (Ending) Bagian ini biasanya menjelaskan bagaimana nasib tokoh setelah mendapatkan tunning point. Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu
109
narasi. Kekacauan yang muncul pada beberapa bagian sebelumnya, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali.21 Usai konflik yang terjadi di antara ketiga keluarga tersebut mereda. Bia secara sepihak memutuskan untuk melunasi pinjaman modalnya kepada tante Helma yang merupakan kolega Abu Anin. Bia memutuskan untuk menutup Meccanism dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga kembali. Di tengah perbincangannya dengan Anin di butik Meccanism, Bia meluapkan semua emosinya selama konflik dengan suaminya. Air mata yang semula tertahan tak mampu lagi dibendungnya. Pada saat seperti ini tiba-tiba dari belakang Bia datanglah Matnur. Kedatangan Matnur ke Meccanism untuk memberi support moril kepada Bia, agar tetap menjalankan bisnisnya. Matnur mengakui keegoisan sikapnya selama ini tidak setuju kalau Bia berbisnis dan memiliki penghasilan lebih besar darinya, dan kemudian meninggalkan Matnur. Ketakutan seperti itu yang menjadi momok menakutkan selama konflik dengan istrinya terjadi. Pada bagian ini situasi yang awalnya tidak seimbang akibat terjadinya gangguan (distruption) perlahan mulai kembali seimbang (ekuilibrium). Pada tahap penyelesain, para suami yang awalnya sempat menolak kegiatan para istri, satu persatu mulai kembali untuk mendukung. Matnur yang seorang aktris sinetron menawarkan diri kepada Bia untuk menjadi model di busana muslimnya. Chaky kekasih Anin yang seorang sutradara film pendek kontroversi bersedia membuatkan video untuk iklan butik Meccanism. Ujul 21
Eriyanto, Analisis Naratif, h. 48.
110
yang berprofesi sebagai fotografer juga menawarkan keahliannya untuk memotret model untuk busana Meccanism. Gamal yang semula sangat melarang istrinya bekerja pada akhirnya juga merelakan aktifitas istrinya tersebut untuk bergabung untuk mendukung Meccanism. Dalam hal kedudukan dalam rumah tangga sebenarnya Islam telah lebih dulu menjelaskan sebagaimana yang termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 228 yang berbunyi: Artinya: Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah [2]: 228)
Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami. Dengan demikian, kalimat „walahunna mistlu ladzi „alaihinna‟ sebenarnya ingin menunjukan bahwa hak yang dimiliki istri itu seimbang dengan hak yang dimiliki suami. Kemudian, dengan adanya kalimat „walirrijali „alaihinna darojat „ yang oleh para mufasir dipahami dengan kelebihan „tanggung jawab/kewajiban‟ bukan kelebihan „kemuliaan‟, tetapi menunjukan ada satu kewajiban yang dibebankan kepada suami tetapi tidak dibebani kepada istri. Karena dalam
111
logika keadilan “Di mana ada kewajiban, di situ ada hak”, maka secara otomatis suami memiliki satu kelebihan hak yang tidak dimiliki oleh istri.22 Penggambaran situasi yang kembali seimbang (ekulibrium) terlihat pada scene akhir dalam film Hijab. Di mana Meccanisme ikut berpartisipasi dalam event Jakarta International Fashion Week. Meccanism mendapat kehormatan dengan masuk ke dalam ajang bergengsi para desainer Indonesia tersebut. Pada adegan tersebut terlihat para suami mendampingi mereka (para istri) mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai. Mereka bergembira dan tertawa lepas setelah melewati serangkaian konflik. Pada bagian akhir mereka akhirnya membuat video rekaman perjalanan mereka yang disutradarai oleh Chaky kekasih dari Anin. Melalui curhatan Bia, Tata dan Sari langsung menghadap kamera tentang alasan mereka memakai jilbab, bagaimana mereka bertemu dan menikah dengan pasangan-pasangan mereka, dan bagaimana susahnya mereka memulai bisnis hijab mereka secara diam-diam karena khawatir dengan respon suami, sampai membuka sebuah butik dengan nama „Meccanism‟. Pada bagian ini Anin yang pada awalnya terlambat datang kemudian bergabung bersama mereka dan telah mengenakan hijab. Mereka bercerita begitu lepas. Saling ungkap dan saling sindir, ramai dan lucu, sampai Sari pun yang terkesan paling agamis di antara mereka tak sungkan melepas ceritanya, membuat film ini terasa interaktif.
22
Mesraini, Membangun Keluarga Sakinah (Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010), h. 71.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam film hijab menggambarkan bagaimana peranan seorang muslimah (istri) dalam sebuah rumah tangga. Peran yang dimaksud menyangkut hak dan kewajiban dalam keluarga. Pengetahuan suami dan istri terkait peran mereka dalam rumah tangga sangat diperlukan untuk menghindari konflik yang tak jarang berujung dengan perceraian. Digambarkan bagaimana sosok Sari yang bersuamikan seorang muslim konservatif terkesan sangat posesif terhadap istrinya sampai mengharamkan bekerja bagi istrinya dan menekankan istrinya untuk tetap di rumah, mencuci pakaian, merawat anak, masak, dan patuh dengan suami. Hal tersebut yang membuat Islam tekesan „kaku‟ dan sangat mengekang perempuan. Padahal dalam surat Al Baqarah ayat 228 dijelaskan bahwa istri mempunyai hak yang seimbang dengan suami, hanya saja suami mempunyai satu kelebihan tingkatan. Dari hasil penelitian dan penelusuran peneliti dalam analisis narasi terhadap film Hijab karya Hanung Bramantyo terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga ini dapat disimpulkan bahwa narasi yang ditampilkan dalam film Hijab menurut model analisis narasi Tvzetan Todorov, dalam film ini memiliki tiga alur cerita, yaitu alur cerita awal, akhir, dan tengah.
112
113
1. Alur Awal Pada bagian ini disajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Di bagian pendahuluan ini harus berisi cerita yang dapat menarik minat penonton untuk melihat adegan selanjutnya. Dalam film Hijab karya Hanung Bramantyo menggunakan alur flash back dilihat urutan waktu. Adegan diawali dengan tiga orang muslimah yang sedang membuat video rekaman perjalanan mereka membangun bisnis busana muslimah. Di dalamnya berisi curhatan Bia, Tata dan Sari yang menceritakan alasan mereka memakai jilbab, bagaimana mereka bertemu dan menikah lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi dan karakter pasangan hidup yang beragam, serta bagaimana susahnya memulai bisnis hijab secara diam-diam karena khawatir dengan respon suami. 2. Alur Tengah Alur tengah merupakan lanjutan dari bagian pendahuluan. Pada bagian tengah ini mulai muncul konflik antara tokoh-tokoh dalam cerita. Bagian ini juga mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli. Para istri memutuskan untuk menjalankan bisnis demi terlepas dari bayang-bayang suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Bisnis tersebut dikarenakan pada saat arisan bersama, Gamal (suami Sari) menyindir dengan kalimat, “semua arisan ibu-ibu sebenarnya arisan suami, karena duitnya dari suami”. Karena perkataan Gamal tersebut Tata merasa terusik yang kemudian mengajak sahabatnya untuk menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali
114
menjadi perempuan mandiri seperti saat mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia, Tata dan Anin pun demikian. Akhirnya secara diam-diam mereka bekerja dengan memulai bisnis fashion hijab secara online. Pada mulanya mereka membuka bisnis secara online. Tak disangka, tanggapan masyarakat sangat bagus. Setelah mendapatkan pinjaman modal, lalu mereka memutuskan untuk membuka butik. Perkembangan butik pun semakin pesat. Konflik mulai memuncak ketika para suami akhirnya mengetahui kesibukan para istri. Adanya perbedaan pendapatan yang jauh antara suami dan istri turut memicu terjadinya konflik. Perselisihan yang terjadi pada rumah tangga mereka sampai berujung perginya para suami dari rumah, sebagai bentuk kekecewaan atas apa yang dilakukan para istri. 3. Alur Akhir Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada beberapa bagian sebelumnya, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Para suami yang awalnya sempat menolak kegiatan para istri, satu persatu mulai kembali untuk mendukung. Matnur yang seorang aktris sinetron menawarkan diri kepada Bia untuk menjadi model di busana muslimnya. Chakky kekasih Anin yang seorang sutradara film pendek kontroversi bersedia membuatkan video untuk iklan butik Meccanism. Ujul yang berprofesi sebagai fotografer juga menawarkan keahliannya untuk memotret model untuk busana „Meccanism‟. Gamal yang semula sangat
115
melarang istrinya bekerja pada akhirnya juga merelakan aktifitas istrinya tersebut untuk bergabung bersama „Meccanism‟. Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa analisis narasi terhadap film Hijab karya Hanung Bramantyo berdasarkan model analisis narasi tiga alur, maka cerita dalam film ini terdiri dari alur awal, tengah, dan akhir. Peneliti menemukan beberapa poin terkait konflik identitas peran muslimah dalam keluarga diantaranya: 1) Kewajiban Sari untuk patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama; 2) Kewajiban berhijab sesuai aturan agama, baik untuk sari maupun keluarga dekatnya; 3) Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana; 4) Berhias diri untuk menyenangkan suami; 5) Hak mendapatkan nafkah; 6) Menjalankan bisnis butik „Meccanism‟ tanpa seizin suami; 7) Peranan istri dalam memenuhi nafkah keluarga; 8) Memutuskan untuk menjadi wanita karir; 9) Tata melalaikan kewajibannya mengurus anak. B. Saran Saran yang ingindisampaikanmengenai film iniadalah: 1. Saat menonton film dibutuhkan sikap kritis untuk tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya. Penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang tersirat dalam sebuah cerita atau adegan sehingga penonton tidak hanya menjadi korban cerita, tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang disampaikan melalui film tersebut.
116
2. Kepada Hanung Bramantyo sebagai sutradara film diharapkan lebih dalam lagi dalam meriset sebuah isu/cerita sebelum menuangkan ke dalam bentuk film, agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Meski film Hijab masuk dalam kategori drama komedi, tetapi dalam beberapa bagian di film saratakan pesan-pesan betemakan religi. Jangan sampai penonton menjadi salah paham dalam memaknai adegan dalam film. Bila perlu sertakan tokoh agama untuk konsultasi jika film dikemudian hari berkaitan dengan isu agama. 3. Kepada para sineas muda, diharapkan memanfaatkan media film lebih baik lagi untuk sarana dakwah, yang kelak dikemudian hari muncul sineas muda berbakat dan berprestasi yang gemar mensyiarkan serta mengkampayekan nilai-nilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ariansah, M. Gerakan Sinema Dunia. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2014. Ayawaila, Gerzon R. DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013. Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani Press, 2013. Ayawaila, Gerzon R. Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008. ---- Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi Film, Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013. Albar, Muhammad. Wanita dalam Timbangan Islam. Jakarta: Daar Al-Muslim, Beirut, 2009. Abdurrahim, Abu Musa. Kitab Cinta Berjalan. Jakarta: Gema Insani, 2011. Albar, Muhammad. Wanita Karir dalam Timbangan Islam. Jakarta: Darr Al-Muslim, Beirut, 2005. Baedhowi, Agus. “Kedudukan Istri Sebagai Wanita Karir Menurut Pandangan Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974: Tinjauan Tentang Kewajiban Nafkah Suami.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006 Beta, Annisa Ridzkynoor. “Konstruksi Identitas Perempuan Muslim dalam Aquila Asia.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2012.
117
118
Braston, Gill dan Roy Stafford. The Media Student‟s Book. London dan New York: Routledge, 1999. ---- The Media Student‟s Book Third Edition. London: Routledge, 1999. Bordwell, David and Kristin Thompson. Film Art and Introduction, Fourth Edition Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006. ---- Film Art: An Introduction 5thed. New York: McGraw-Hill, 1997. ---- Film Art : An Introduction 9thed. New York: McGraw-Hill, 2010. Curthoys Ann and Marilyn Lake. Connected Worlds: History in Transnational Perspective. Canberra: ANU E Press, 2005. Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013. Effendy, Heru. Industri Perfilman Indonesia: Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga, 2008. Elvinaro, Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Effendy, Heru. Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga, 2009. Fitri, Rizka. “Konstruksi Realitas Hijab pada Wanita Muslimah dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa.” Jurnal Ilmu Komunikasi vol. 2, no. 2. Pekanbaru: Universitas Riau, Oktober 2015. Hadi, Sutrisno. Metedologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1989. Indra, Hasbi dkk. Potret Wanita Sholehah. Jakarta: Penamadani, 2004, cet ke 3.
119
Istiadah. Membangun Bahtera Keluarga yang Kokoh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia, 2007, cet. ke 16 Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 28 Mabruri, Anton KN. Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News & Sport. Depok: Mind 8 Publishing House, 2009. Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan, 1999. Mesraini. Membangun Keluarga Sakinah. Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010. Muhammad, Husein. Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LkiS, 2001, cet 1. Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. Krisis dan Paradoks Film Indonesia. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013. Nugroho, Riant. Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif . Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2007. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
120
Prince, Gerald. A Dictionary of Narratology, Second Edition. Lincoln: University of Nebraska Press, 2003. Putra, Heddy Shri Ahimsa. Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Press, 2001. Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Said, Salim. Profil Dunia Film Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers, 1982. Sobur, Alex. Analisis Teks Media-Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2007. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2003, cet ke-25. Todorov, Tvzetan. Tata Sastra Jakarta. Jakarta: IKAPI, 1985. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
Website “Din Syamsuddin Komentari Film Hijab”, Tempo Online, 20 Januari 2015, diakses pada16Juli2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2015/01/20/111636184/dinsyamsuddin-komentari-film-hijab
121
“Inilah Catatan Kritis Asma Nadia Soal Film Hijab Karya Hanung Bramantyo”, Harsindo Online, 27 Januari 2015, diakses pada 16 Juli 2016
dari
http://www.harsindo.com/2015/01/inilah-catatan-kritis-asma-nadia-soal-filmhijab-karya-hanungbramantyo.html “Kritik Film Hijab Anak Amien Rais Tuding Hanung JIL”, Merdeka Online, 22 Januari
2015,
diakses
pada
14
Juli
2016
dari
http://www.merdeka.com/peristiwa/kritik-film-hijab-anak-amien-rais-tudinghanung-bramantyo-jil.html “Riwayat Kontroversi Film-Film Hanung Bramantyo”, CNN Indonesia, 23 Januari 2015,
diakses
pada
16
Juli
2016
dari
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150123133015-220-26838/riwayatkontroversi-film-film-hanung-bramantyo/2
122
COVER FILM HIJAB