KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT TERDAMPAK PELURUSAN ALUR SUNGAI PUTIH DI DUSUN GEMPOL DAN DUSUN SELOIRING DESA JUMOYO KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dhimas Prasetyo Nugroho, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kondisi sosial masyarakat terdampak pelurusan alur Sungai Putih, 2) Kondisi ekonomi masyarakat terdampak pelurusan alur Sungai Putih. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tempat penelitian di Dusun Gempol dan Dusun Seloiring, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Waktu penelitian pada bulan November - Desember 2015. Informan penelitian ini adalah Kepala Dusun Seloiring, Kepala Dusun Gempol, masyarakat Dusun Seloiring, Masyarakat Dusun Gempol, Kepala Desa Jumoyo, dan Perangkat Jumoyo. Metode pengumpulan datanya menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Kondisi sosial masyarakat terdampak pelurusan alur Sungai Putih terlihat dari a) Kondisi demografis terdapat masyarakat yang melakukan migrasi keluar sebesar 2,3 %, b) Kondisi sarana dan prasarana pendidikan tidak terdampak karena letak sekolah yang jauh dari aliran Sungai Putih, kendala yang ada adalah akses jalan menuju sekolah rusak, adanya pelurusan alur sungai akses jalanpun dapat dilewati kembali, penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi masih sedikit yaitu 6,92 % c) Masyarakat trauma akan banjir lahar hujan yang menerjang rumah, pekarangan, dan harta benda, d) Kondisi perumahan informan sebelum dan sesudah pelurusan alur sungai tidak mengalami perubahan dan kondisinya baik. 2) Kondisi ekonomi masyarakat terdampak pelurusan alur Sungai Putih terlihat dari a) Mata pencaharian masyarakat di Dusun Seloiring dan Dusun Gempol sesudah adanya pelurusan alur sungai adalah sebagai penambang pasir sebesar 29,64%, b) Pendapatan meningkat sebesar 57% pada masyarakat yang dahulu bekerja sebagai buruh tani, c) Pengusaan lahan pertanian berkurang, informan sudah memiliki barang berharga berupa televisi, sepeda motor dan alat komunikasi handphone. Kata kunci: kondisi sosial dan ekonomi, pelurusan alur sungai
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
ABSTRACT This research aims to determine: 1) The social conditions of communities affected by straightening the flow Sungai Putih, 2) economic conditions of affected communities straightening the flow Sungai Putih. This research is a descriptive qualitative approach. The place of research in Gempol Hamlet and Seloiring Hamlet, Jumoyo village, Salam subdistrict. Research time in November-December 2015. The informants are Gempol hamlet chief , Seloiring hamlet chief, people in Gempol and Seloiring, Jumoyo village chief, and device is Jumoyo. Methods of data collection using observation, documentation, and interviews. Data analysis technique used is data collection, data reduction, data presentation, and conclusion / verification data. The results of this research are as follows: 1) The social conditions of of society affected by straightening the flow Sungai Putih looks from a) demographic conditions there are people who are migrating out of 2.3%, b) The condition of educational facilities are not affected because the schools are far from the flow of Sungai Putih, the existing constraints access road to the school is broken, the river channel straightening jalanpun access can be passed back, people who go on to college is still little that is 6.92% c) Society will trauma lava flooding rains that hit the house, yard, and possessions, d) housing conditions informant before and after straightening the river channel did not change and conditions. 2) economic conditions of affected communities, straightening the flow Sungai Putih looks from a) The livelihood of people in the hamlet and the Dusun Gempol Seloiring after their straightening the river channel is as sand miners at 29.64%, b) Revenues increased by 57% in of society who previously worked as a laborer, c) the procurement of agricultural land is reduced, the informant own valuable items such as televisions, motorcycles and mobile communication devices.
Keywords: social and economic conditions, the straightening of the river flow
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
I.
dpl, berada pada 7°32’5” Lintang
PENDAHULUAN Indonesia
merupakan
negara
Selatan dan 110°26’5” Bujur Timur.
kepulauan yang terletak diantara dua
Secara Administratif terletak pada 4
benua dan dua samudera. Kepulauan
wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Indonesia
Magelang,
juga
berada
pada
Kabupaten
Sleman,
pertemuan tiga lempeng tektonik
Kabupaten Klaten, dan Kabupaten
yaitu lempeng Hindia Australia yang
Boyolali. Gunung Merapi dinilai
bergerak
dan
sangat misterius, karena peralatan
karena
canggih yang terpasang di gunung ini
lempeng
seringkali tidak bisa menagkap sinyal
Euroasia, sedangkan dari arah timur
tertentu tentang peningkatan aktivitas
lempeng Pasifik bergerak ke arah
dalam waktu mendadak (Wimpy S,
barat menunjam ke bawah lempeng
2002: 30).
ke
menunjam
arah
ke
bertumbukan
utara
bawah dengan
Euroasia di Daerah Laut Banda –
Gunung Merapi sebagai salah
Halmahera “teori plate tectonic”
satu gunung aktif di pulau Jawa.
(BNPB. 2012: 1-2). Batas dari
Gunung ini memiliki potensi bencana
lempeng tersebut ditandai dengan
berupa bahaya primer dan bahaya
adanya
api.
sekunder yang dapat membahayakan
dunia
masyarakat di sekitar lereng gunung
rangkaian
Rangkaiaan
gunung
gunung api
dikenal dengan jalur The Pasific
tersebut.
Ring of Fire (Cincin Api Pasifik).
bahaya
Rangkaian gunung api di Indonesia
langsung saat terjadi erupsi atau
berjumlah lebih dari 500 gunung api,
letusan gunung api berupa aliran
jumlah tersebut terdapat sekitar 129
lava, awan panas, lontaran batu pijar,
gunung api aktif atau 13 % dari
dan hujan abu, sedangkan bahaya
jumlah gunung aktif di seluruh dunia
sekunder adalah bahaya yang terjadi
(Wimpy S, 2002: 20). Salah satu
tidak
gunung aktif dan menjadi sorotan
gunung api berlalu berupa lahar
beberapa tahun terakhir adalalah
hujan (Sutikno Bronto, 2001: 9-5).
Gunung
Merapi.
Gunung
Bahaya
primer
adalah
yang ditimbulkan secara
langsung
setelah
aktivitas
ini
Banjir lahar hujan adalah banjir
memiliki ketinggian puncak 2.980 m
material vulkanik yang mengalir dari
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
hulu ke hilir dengan volume yang
Banjir lahar masih berpotensi terjadi
cukup besar. Ancaman bahaya banjir
di beberapa aliran sungai, hanya saja
lahar tidak hanya terjadi sesaat
material
setelah
dapat
sebanyak dahulu saat pasca erupsi.
berlangsung dalam jangka waktu
Di sisi selatan Merapi, beberapa
yang cukup lama, yaitu tiga hingga
aliran sungai perlu di waspadai yakni
lima tahun setelah erupsi terjadi.
Sungai Woro, Sungai Gendol, Sungai
Terkait dengan besarnya deposit
Kuning,
lahar
untuk
sedangkan sisi barat Merapi adalah
vulkanik
Sungai Krasak, Sungai Putih, Sungai
erupsi
namun
Merapi,
menghabiskan
maka material
hasil erupsi tampaknya butuh waktu 3 hingga 5 periode musim hujan.
yang
dan
terbawa
Sungai
tidak
Boyong,
Trising, dan Sungai Senowo. Banjir lahar di sungai-sungai
Ancaman banjir lahar diperkirakan
yang
bisa berlangsung hingga 5 tahun
menimbulkan kerugian besar bagi
setelah terjadinya erupsi, sehingga
penduduk sekitar. Dampak langsung
pada musim hujan kali ini masih
yang ditimbulkan dari banjir lahar
memungkinkan terjadi banjir lahar.
adalah bongkahan batuan dan kayu
Sebagai contoh, peristiwa rusaknya
terbawa aliran banjir lahar akan
jembatan Sungai Krasak akibat banjir
menghancurkan
lahar
justru
segala sesuatu yang ada di jalan dan
diterjang oleh lahar hasil erupsi
jembatan sehingga aliran banjir lahar
Merapi yang terjadi pada tahun 1969.
dapat menyebabakan banyak orang
Sebagai antisipasi meningkatnya
terisolasi di daerah bahaya Erupsi
pada
tahun
1974,
berhulu
di
Merapi
dan
jelas
menggerus
curah hujan di musim hujan, kepada
Gunung Merapi.
seluruh
dan pasir dengan cepat mengalir
warga
masyarakat
yang
Material lumpur
bermukim di sepanjang daerah aliran
menuruni
sungai yang berhulu di puncak
dengan kecepatan yang mencapai 65
Merapi dihimbau agar meningkatkan
kilometer per jam dan dapat mengalir
kewaspadaan terhadap kemungkinan
deras hingga jarak lebih dari 80
banjir
oleh
kilometer. Aliran debris dengan masa
tingginya intensitas curah hujan.
jenis besar ini meluncur dengan
lahar
yang
dipicu
lereng-lereng
gunung
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
percepatan
makin
karena
lahar hujan yang menerjang jembatan
gravitasi.
Sungai Putih, Desa Gempol, Salam,
Semakin cepat laju banjir lahar maka
Magelang, menyebabkan kerugian
semakin besar potensi kerusakan
bagi warga Desa Jumoyo. Khususnya
yang ditimbulkan. Ancaman bahaya
masyarakat
banjir lahar tidak saja di sepanjang
Dusun Seloiring harus mengungsi
jalur sungai di lereng gunung, tetapi
karena rumah mereka rusak maupun
di kawasan dataran kaki gunung
terendam
justru
sekitar kesulitan untuk melakukan
ditopang
oleh
lebih
besar, gaya
berbahaya
karena
Dusun
Gempol
material
lahar.
Warga
menjadi zona luncur bebas seperti
aktivitas
halnya luapan Sungai Putih yang
Beberapa fasilitas umum seperti
pernah
jalan banyak yang terendam material
memutuskan
transportasi tahun
jalur
Magelang-Yogyakarta
2011
dan
menimbulkan
mereka
dan
lahar
hujan
sehari-hari.
berupa
besar dan pasir.
batu
Pertokoan yang
kerusakan di Dusun Gempol, Dusun
berada di sepanjang jalan raya
Sirahan, Dusun Salakan, dan Dusun
Yogyakarta-Magelang kilometer 23
Glagah. Aliran lahar yang menerjang
memilih tutup bahkan sebagian ruko
dusun
rusak
rusaknya
tersebut rumah
mengakibatkan warga,
fasilitas
umum, sawah, dan bangunan.
diterjang
akibatnya
banjir
warga
lahar, kesulitan
mendapatkan kebutuhan pokok.
Banjir lahar hujan yang terjadi
Bahaya yang ditimbulkan sangat
menurut warga akibat aliran Sungai
merugikan warga di sekitar aliran
Putih dibelokan menjadi satu dengan
Sungai Putih sehingga pemerintah
Sungai Druju. Bagi warga di sekitar
melakukan berbagai upaya untuk
Sungai
Jawa
mengatisipasi adanya korban dari
Tengah, inilah jawaban atas doa
bencana banjir lahar. Upaya yang
mereka selama ini, menurut mereka
dilakukan adalah meluruskan alur
bentuk alur Sungai Putih yang paling
Sungai Putih di Desa Jumoyo.
aman terhadap bahaya Merapi adalah
Pelurusan
Sungai Putih pada zaman awal
pengembalian aliran lama Sungai
kemerdekaan di tahun 1940. Banjir
Putih. Langkah tersebut diharapkan
Putih,
Magelang,
alur
itu
merupakan
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
dapat mengurangi risiko bencana
maupun buruh tani akan kehilangan
banjir lahar bagi dusun-dusun di
pekerjaan. Mereka harus mencari
Desa Jumoyo dan jalur transportasi
mata
Magelang-Yogyakarta tidak terputus
memenuhi
kembali.
Berdasarkan
Pelurusan
baru
kebutuhan uraian
untuk
sehari-hari. yang
telah
alur
sungai
dijelaskan di atas, peneliti tertarik
pembebasan
lahan
untuk melakukan penelitian dengan
masyarakat.
Lahan
judul “Kondisi Sosial Dan Ekonomi
berupa
beberapa
Masyarakat Terdampak Pelurusan
membutuhkan milik
pencaharian
pembebasan
permukiman dan lahan pertanian
Alur Sungai
subur
Gempol Dan Dusun Seloiring Desa
sekitar
pembebasan
9
ha.
lahan
Adanya
tentu
Putih Di
Dusun
Jumoyo Kabupaten Magelang.”
akan
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
bagi
masyarakat
yang
berada di sekitar area pelurusan alur
II.
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
Sungai Putih. Warga yang direlokasi
desain penelitian deskriptif dengan
harus menyesuaikan diri dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini
lingkungan baru. Bagi pemilik lahan
mencoba
pembebasan tanah akan mendapat
penelitiannya
ganti rugi dari pihak pemerintah akan
digambarkan dalam sebuah kondisi
tetapi mereka dihadapkan dengan
sosial
kehilangan
sumber
terkena pelurusan alur sungai putih
sehari-hari.
di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,
Lahan pembebasan merupakan lahan
Kabupaten Magelang. Informan atau
pertanian produktif dan mayoritas
subjek penelitian dalam penelitian ini
penduduk Desa Jumoyo bermata
adalah
pencaharian sebagai petani maupun
pelurusan alur Sungai Putih di Desa
buruh tani. Adanya pelurusan alur
Jumoyo. informan pada penelitian ini
lahan
semakin
adalah 10 orang, yaitu 8 orang
berkurang sehingga penduduk yang
sebagai informan utama dan 2 orang
bermata pencaharian sebagai petani
sebagai informan pendukung. Teknik
pendapatan
salah
satu
mereka
pertanian
akan
memaparkan
ekonomi
yang
dapat
penduduk
masyarakat
hasil
yang
terdampak
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
pengumpulan data dalam penelitian
dusun. Desa Jumoyo memiliki
ini adalah obsevasi, wawancara, dan
batas-batas wilayah sebagai
dokumentasi. Teknik analisis data
berikut:
yang digunakan adalah pengumpulan
Sebelah Utara: Kecamatan
data, reduksi data, penyajian data,
Srumbung
dan penarikan kesimpulan/ verifikasi
Sebelah timur: Desa Sucen dan
data.
Desa Kradenan Sebelah Selatan: Desa
III.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Seloboro Sebalah Barat: Desa Gulon
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak,
Luas,
dan
Batas
Wilayah Desa
Jumoyo
secara
administratif
termasuk
wilayah Kecamatan Salam, Kabupaten
Magelang,
Provinsi Jawa Tengah. Jarak Desa Jumoyo dengan ibukota Kabupaten Magelang 18 km. Kantor Desa Jumoyo berada di
Dusun
Jumoyo
Kidul.
Secara astronomis terletak di 110°18'20" BT dan 7°36'50” LS.
Luas
wilayah
Desa
Jumoyo 380,076 Ha, berupa dataran
dengan
pertanian, permukiman,
lahan
tegalan/ladang, perkebunan,
dan lain-lain. Wilayah Desa Jumoyo di bagi menjadi 13
Gambar 2. Peta Administratif Desa Jumoyo 2. Kondisi Topografi Topografi Jumoyo adalah
wilayah
secara wilayah
Desa
keseluruhan dengan
kemiringan lereng 0-10% di bagian utara. Ketinggian Desa Jumoyo berada pada 365 meter di atas permukaan air laut (m
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
dpal) dengan topografi wilayah
Kelamin
berupa dataran.
Berdasarkan
sex ratio diperoleh sebesar 106
3. Tata Guna Lahan Wilayah
perhitungan
Desa
Jumoyo
maka dapat disimpulkan bahwa
berupa dataran secara umum
diantara setiap 100 penduduk
dimanfaatkan sebagai
lahan
perempuan terdapat 106 laki-
non
laki. Penduduk usia produktif
pertanian
(15-64 tahun) di Desa Jumoyo
terbagi atas sawah dan non
sejumlah 6202 jiwa, sedangkan
sawah, sedangkan untuk non
jumlah penduduk usia tidak
pertanian
kelompokkan
produktif (0-14 tahun dan 65
menjadi rumah, bangunan dan
tahun ke atas) sejumlah 1936
halaman sekitar serta jalan,
jiwa. Angka Ketergantungan
sungai, danau, lahan tandus,
(DR)
dan lapangan.
ketergantungan
pertanian
dan
lahan
pertanian.
Lahan
di
4. Kondisi Demografi a. Jumlah
dan
angka
sebesar
31,
artinya setiap 100 penduduk Kepadatan
Penduduk Jumlah
diperoleh
usia
produktif
menanggung penduduk
harus beban
31
di
penduduk usia tidak produktif.
Desa Jumoyo pada tahun
5. Sarana dan Prasarana Desa
2015 adalah 8138 jiwa, yang terdiri atas 4191 jiwa
Jumoyo Sarana dan prasarana di
atau 51,50 % laki-laki dan
Desa
3947 jiwa atau 48,50 %
fasilitas kesehatan, fasilitas
perempuan.Besarnya angka
pendidikan, fasilitas olahraga,
kepadatan
fasilitas peribadatan, fasilitas
penduduk
di
Desa Jumoyo tahun 2015 adalah 2142 Jiwa/Km2.
Jumoyo
meliputi:
jalan, dan fasilitas lainnya. 6. Profil Sungai Putih Berikut ini peta perubahan
b.
Komposisi
Penduduk
Menurut Umur dan Jenis
alur Sungai Putih :
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
alur sungai baru 1,2 km tahun 2012 dan tahap III tahun 2016 pembuatan tanggul permanen. Berikut
kondisi
alur
Sungai
Putih pada tahun 2015:
Gambar 3. Peta Perubahan Alur Sungai Putih a.
Sebelum Pelurusan Alur Sungai
Gambar 5. Alur Sungai Putih Tahun 2015
Pada tahun 2010 alur Sungai Putih berbelok di utara Dusun
B.
Hasil
Gempol menjadi satu dengan
dan
Pembahasan
Sungai Druju. Berikut kondisi alur Sungai Putih sebelum banjir
Penelitian
1.
Sejarah Sungai Putih Sungai Putih yang berada di
lahar hujan:
timur
Kabupaten
Magelang
mengalami banjir lahar yang besar
menerjang
Magelang-Yogya
jalan maupun
pemukiman di Kecamatan Salam
b.
Gambar 4. Alur Sungai Putih Tahun 2010 Sesudah Pelurusan Alur Sungai
dan Kecamatan Ngluwar. Jalan Magelang-Yogya
sempat
lumpuh dan tidak dapat dilalui
sungai
selama satu minggu. Kejadian
dilaksanakan secara bertahap,
tersebut membuat pemerintah
dimulai
melakukan tindakan pelurusan
Pelurusan
jembatan
alur
tahap I pembangunan pada
tahun
2011
dilanjutkan tahap II pembuatan
alur
Sungai
Putih
di
Desa
Jumoyo. Menurut masyarakat
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
sekitar alur yang diluruskan
mengakibatkan
merupakan alur Sungai Putih
mengungsi sementara. Dalam
yang sebenarnya. Tahun 1940 an
proses
alur Sungai Putih dibelokkan
pemerintah
menjadi satu dengan Sungai
melakukan musyawarah untuk
Druju dengan maksud untuk
harga lahan yang akan dibuat
penghematan biaya pembuatan
alur sungai baru dan jembatan.
jembatan.
Bapak Sungkono selaku Kepala
Berikut
penuturan
masyarakat
pembebasan dan
pihak
masyarakat
beberapa responden mengenai
Desa
sejarah Sungai Putih. Bapak
“Proses
Sungkono “Sungai Putih diubah
normalisasi
pada
dilakukan sebab lebar sungai di
tahun
menghemat
1943
biaya
guna
pembuatan
Jumoyo
Sekitar
mengatakan
pelurusan
dan
sungai
wajib
Dusun
Gempol
dan
jembatan jalan raya dan rel
Dusun Seloiring
kereta api. Pada tahun 1969
dan berkelok akan berisiko besar
pernah terjadi banjir lahar panas
jika banjir kembali melanda,
menghanyutkan
dan
proyek
Gempol
secara
merendam bagian
pohon
Dusun
timur.
menerjang
Banjir pada
yang sempit
pelurusan
dilakukan
bertahap.”
lahar
pembebasan
tahun
secara
Proses
lahan
dilakukan
bertahap
meliputi
2010/2011 menerjang jalan raya
pembebasan untuk pembuatan
Yogya-Magelang,
jembatan
Dusun
Gempol, dan Seloiring.”
Magelang-Yogya
2. Pelurusan Alur Sungai Pelurusan
dilanjutkan
alur
dimaksudkan menanggulangi
banjir
baru
di
jalan
kemudian
pembebasan
alur
sungai
sungai di utara jembatan 1 km
untuk
dan selatan jembatan 1 km..
lahar
Pembebasan lahan meliputi tiga
hujan. Banjir lahar pada 2010
kelas lahan, yaitu
memutus jalan Yogya-Magelang
a. Kelas satu Rp 850.000,00 per
sekitar
500
m,
menerjang
beberapa dusun di Desa Jumoyo
meter merupakan lahan yang
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
berada di dekat jalan YogyaMagelang.
informan dan Tabel 3 sesudah
b. Kelas dua Rp 300.000,00 per meter
merupakan
pertanian
jumlah penduduk sebesar 19 KK
yang
memilih untuk pindah tempat
produktif
dari
jalan
banjir lahar hujan ada perubahan
lahan
memiliki jarak kisaran 100 meter
Berdasarkan penuturan dari
Yogya-
tinggal. 2) Pendidikan
Magelang.
Penduduk
c. Kelas tiga Rp 160.000,00 per meter
merupakan
pertanian
lahan
rata-rata
hanya
lulusan SMP, SMA ataupun SMK,
tak
mengurangi
yang memiliki
kemungkinan juga ada beberapa
jarak kisaran 200 meter dari
yang bisa melanjutkan sampai
jalan Yogya-Magelang.
tingkat perguruan tinggi tetapi
3. Kondisi Sosial Dan Ekonomi
dengan jumlah persentase yang
a. Kondisi Sosial
lebih sedikit. Untuk generasi
1) Demografi
tua tidak jarang hanya lulusan
Kondisi demografi suatau wilayah
dapat
mengalami
SD. Berikut tabel penduduk menurut tingkat pendidikan.
perubahan karena pengaruh dari
Tabel 4. Penduduk Menurut
beberapa
Tingkat Pendidikan Di Dusun
faktor,
seperti
di
Dusun Gempol dan Seloiring mengalami
perubahan
karena
adanya bencana alam. Tabel 3. Data Kepala Keluarga di Dusun Gempol dan Seloiring No.
Dusun
Jumlah Kepala Keluarga
1
Gempol
2010 195
2015 185
2
Seloiring
231
222
426
407
Jumlah
Sumber:
Data
Monografi
Jumoyo,2010,2015
Gempol dan Seloiring
Desa
No 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan Tamat SD Tidak tamat SD Tamat SMP Tidak tamat SMP Tamat SMA/SMK Tidak Tamat Perguruan SMA/SMK Jumlah Tinggi/Akademi
Jumlah 132 104 76 54 115 30 38 549
Sumber: Monografi Desa Jumoyo 2015
Persentase 24,04 18,94 13,84 9,84 20,95 5,46 6,92 100,00
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
Berdasarkan
data
4
khawatir. Dampak banjir lahar lebih
menunjukan bahwa penduduk Dusun
ke mental mereka, secara fisik
Gempol dan Seloiring belum banyak
mungkin tidak begitu berpengaruh.”
yang melanjutkan
Tabel
ke
perguruan
Kegiatan lain yang mendukung
tinggi karena setelah tamat SMA
kesehatan masyarakat di Desa Jumoyo
atau SMK mereka bekerja bahkan
ialah
merantau ke kota untuk mencari
Posyandu sudah menjadi kegiatan
kerja. Penduduk yang melanjutkan
rutin
ke perguruan tinggi sebesar 38 jiwa
dilaksanakan sekali dalam sebulan.
atau 6,92 %.
diadakannya bagi
posyandu.
masyarakat
dan
4) Bangunan Fisik (Perumahan) Rumah merupakan kebutuhan
3) Kesehatan Kesehatan
merupakan
modal
pokok bagi setiap individu. Rumah
penting dalam sebuah kehidupan.
sebagai
Masyarakat yang sehat akan nyaman
pembinaan suatu keluarga. Kondisi
untuk
rumah yang baik akan membuat
beraktivitas.
jasmani
Kesehatan
masyarakat
di
Dusun
tempat
tinggal
dan
penghuni merasa nyaman dan aman
Gempol dan Dusun Seloiring selama
dalam
proses
keadaan di lapangan kondisi rumah
pelurusan
dilakukan
alur
tidak
gangguan.
Bapak
mengatakan
sungai
mengalami
Dusun
Berdasarkan
Gempol
dan
Dusun
Jaelani
Seloiring sudah baik. Dilihat dari
kesehatan
dinding hampir semua rumah di
Muh.
“Kondisi
di
beraktivitas.
jasmani masyarakat cukup baik tidak
daerah
ada
permanen dari batu bata maupun
pengaruh
sesudah
sebelum
pelurusan
alur
maupun sungai.
batako.
penilitian Keadaan
berdinding atap
rumah
Kendala kesehatan lebih pada mental
mayoritas memakai genteng. Bapak
masyarakat yang merasa khawatir
Muh Jaelani selaku Kepala Dusun
dan trauma akan banjir lahar hujan”
Seloiring menjabarkan
Bapak Sudiyanto “Masyarakat masih
kondisi perumahan di dusun ini
trauma untuk kembali tinggal di sini.
mayoritas sudah permanen semua,
Kalau ada suara gemuruh, bunyi
satu RT mungkin hanya satu atau dua
tiang listrik atau telepon merasa
“Saat
ini
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
yang
rumahnya
masih
belum
permanen”. b. Kondisi Ekonomi 1) Mata Pencaharian Mata
Gempol
dan
Seloiring
cukup
beragam.
Mayoritas
mata
pencaharian
penduduk
Dusun
Gempol dan Seloiring sebelum
pencaharian
setiap
banjir lahar dan pelurusan alur
daerah beranekaragam. Kondisi
sungai ialah sebagai buruh tani. Di
lingkungan
dapat
sektor pertanian adanya pelurusan
mempengaruhi mata pencaharian
alur sungai yang mengubah lahan
penduduknya. Wilayah desa yang
pertanian sekitar 9 ha sebagai aliran
berupa
sungai
sekitar
dataran
dan
memiliki
baru
mengakibatkan
lahan pertanian subur sebagian
perubahan mata pencaharian bagi
besar
petani maupun buruh tani. Mata
penduduknya
bermata
pencaharian sebagai petani. Lebih
pencaharian
lengkapnya berikut tabel mata
pasir sebesar 115 jiwa atau 29,64
pencaharian
%. Berikut penuturan informan
penduduk
Dusun
Gempol dan Dusun Seloiring.
mengenai
Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Dusun Gempol dan Seloiring No.
Mata Pencaharian
1
PNS
2
ABRI/POLRI
3
penambang
perubahan
mata
pencaharian. Bapak Muh Jaelani selaku
Kadus
Seloiring
menjelaskan mayoritas masyarakat
19
Persentase (%) 4,90
3
0,77
Pensiunan
16
4,12
4
Petani
35
9,02
banyak
5
Swasta
15
3,87
menambang pasir di alur Sungai
6
Pedagang
12
3,09
7
Buruh Tani
30
7,73
Putih.
8
Penambang pasir
115
29,64
secara manual. Ibu Rubinah “Mata
9
Peternakan
59
15,21
pencaharian sebelum pelurusan alur
10
Pedagang
12
3,09
sungai sebagai petani. Sesudah
11
Lain-lain
72
18,56
388
100,00
Jumlah
Jumlah
sebagai
Sumber: Monografi Desa Jumoyo,2015
Berdasarkan data Tabel 5, mata pencaharian
penduduk
Dusun
saat ini bekerja sebagai penambang pasir. Melihat langsung di lapangan masyarakat Penambangan
pelurusan
alur
sungai
yang dilakukan
bermata
pencaharian buruh batu /bantak di setor ke pabrik beton. Mau bertani sudah tidak ada lahan lagi, lahan
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
yang
saya
beli
dari
hasil
pembebasan diburuhkan. Lumayan
menggunakan alat berat.” Buruh tani semenjak ada proyek
dapat bagi hasil panen (nempur
pelurusan alur sungai
beras).”
pembangunan alur sungai. Adanya
Informan
merupakan
di
petani.
atas
Semenjak
pembangunan
bekerja di
tanggul
cukup
pelurusan alur sungai mereka tidak
membantu
masyarakat
dapat
kehilangan
mata
bercocok
tanam.
Untuk
yang
pencaharian.
memenuhi kebutuhan sehari-hari
Pelaksanaan proyek pembangunan
Ibu Rubinah mengumpulkan batu
hanya berlangsung 6 bulan, setelah
(bantak). Informan menyebutkan
proyek
bahwa mayoritas masyarakat di
memiliki mata pencaharian kembali.
Dusun
Melimpahnya material lahar berupa
Gempol
selesai
masyarakat
tidak
dan
Dusun
dahulu
bekerja
pasir
bekerja
masyarakat
Berikut
menambang pasir di aliran Sungai
penjelasan informan yang dahulu
Putih. Penelitian ini menunjukan
bekerja sebagai buruh tani.
bahwa penduduk beralih profesi
Seloiring buruh
yang
tani
saat
menambang
ini
pasir.
Bapak
Haryanto
dan
bebatuan
membuat
berinisiatif
untuk
“Sebagai
karena kondisi lingkungan sekitar
buruh tani tentu kami merasa
mengalami perubahan. Lingkungan
bingung dalam mencukupi nafkaf
semula
sehari-hari karena lahan pertanian
beralih fungsi menjadi alur sungai.
yang dulunya kami olah sekarang
Alur sungai Putih di Desa Jumoyo
berubah menjadi aliran sungai.
yang
Sesudah adanya pelurusan sungai
diluruskan guna mengatisipasi banjir
beberapa
lahar hujan.
warga
desa
kami
mencoba
terjun
termasuk
saya
untuk
menambang
Penambangan
pasir
lahan
semula
pertanian
berbelok-belok
2) Pendapatan
pasir. dilakukan
berupa
Pendapatan Dusun
masyarakat
Gempol
dan
Dusun
secara manual dan warga dusun
Seloiring yang mayoritas petani
kami
dan
adanya
kompak
untuk
menolak
penambangan
buruh
tani
mengalami
permasalahan saat banjir lahar
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
2010
menerjang.
Hal
itu
tani untuk memenuhi kebutuhan
dikarenakan lahan pertanian yang
sehari-hari,
hilang,
dan
tersebut tidak dapat dijadikan
rusak
sebagai penghasilan tetap karena
menghambat aktivitas sehari-hari
suatu saat proyek akan selesai.
masyarakat, didukung dengan alur
Setelah
sungai
sehingga
masyarakat bekerja menambang
mereka merasa khawatir untuk
pasir di aliran sungai secara
mencari
lahar
manual.
harus
“Masyarakat
irigasi
aksesibilitas
hujan
rusak, jalan
yang
sempit
nafkah. terjadi
mengungsi
Banjir mereka
sehingga
aktivitas
namun
proyek
proyek
Bapak
tersebut,
Muh yang
Jaelani bermata
pencaharian sebagai penambang
tidak dapat berlangsung normal.
pasir
tentu
mengalami
Pasca banjir lahar hujan terjadi
peningkatan dalam
pemerintah
pendapatan
melakukan
proyek
dalam sehari bisa mendapat Rp
sungai
dan
100.000,00 – Rp 200.000,00.
pemasangan talut semi permanen
Dibandingkan untuk penduduk
(bronjong
yang
normalisasai besi).
Pembangunan
bermata
tersebut membantu masyarakat
sebagai
untuk
penghasilannya
memenuhi
kebutuhan
pencaharian
buruh
tani
sangat
minim
sehari-hari. Beberapa informan
sekitar Rp 30.000,00 per hari.”
mengatakan:
Bapak
“Keberadaan
Bapak
Daryono
“Secara
sedikit
pendapatan bisa dibilang lebih
penghasilan
baik dari buruh tani. Menambang
masyarakat. Khususnya saya yang
pasir per bulan bisa mendapatkan
bekerja sebagai buruh tani, sempat
Rp 2.000.000,00. Jika sebagai
tidak memiliki penghasilan tetap.
buruh tani pendapatan mereka
Berkat proyek tersebut mendapat
pas-pasan
penghasilan Rp 35.000,00 per
kehidupan sehari-hari, sekitar Rp
hari.”
30.000,00 – Rp 40.000,00 per
membantu
Pendapatan
proyek
Sudiyanto
dari
bekerja
diproyek membantu para buruh
hari.”
untuk
memenuhi
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
Pendapatan
masyarakat
Putih oleh pemerintah dilakukan
mengalami peningkatan. Semula
ganti untung pembebasan. Bapak
bekerja sebagai buruh tani dengan
Muh Jaelani yang memiliki lahan
penghasilan Rp 900.000,00 – Rp
pembebasan
1.200.000,00 perbulan saat ini
mengungkapkan
bekerja
lahan
menambang
penghasilannya
pasir
sekitar
2.000.000,00
Rp
perbulan.
Peningkatan
pendapatan
masyarakat
berdampak
kesejahteraannya.
milik
alhamdulillah
m2
“Pembebasan
saya
merupakan
ganti
untung
pembebasan lumayan sekitar 1,5
dengan
M, uang itu ada yang saya tabung
Bapak
dan untuk modal usaha.” Usaha beliau
pelurusan
peternakan
sungai
5000
kolam ikan dan lahan pertanian
Sungkono menuturkan “Setelah alur
sekitar
lahan
meliputi
perikanan,
burung,
dan
pertanian berkurang secara naluri
perkebunan. Informan yang lain
mereka mencari mata pencaharian
Ibu Rubinah menjelaskan “Lahan
baru sebagai penambang pasir,
saya yang terkena pembebasan
bekerja menambang pasir sehari
1335 m2 berupa sawah dan kebun,
minimal Rp 50.000,00 ,secara
uang pembebasan saya gunakan
pendapatan
Dapat
untuk membangun rumah dan
wawancara
membeli lahan baru.” Ibu Rubinah
dilihat
dari
meningkat.” hasil
bahwa masyarakat yang semula
memilih
sempat
untuk investasi meskipun luasnya
kehilangan
membeli
lebih
memperoleh
mengatakan “Saya membeli lahan
yang
Sugeng
seluas 247 m2 sebelum banjir
lebih baik. 3) Kepemilikan Kekayaan Kepemilikan
Bapak
baru
penghasilannya saat ini dapat penghasilan
sedikit.
lahan
lahar masih murah Rp 65.000,00 lahan
permeter,
lahan
tersebut
masyarakat Dusun Gempol dan
merupakan lahan yang tidak subur
Dusun
alhamdulillah
Seloiring
mengalami
ada
pembebasan
perubahan. Lahan yang berada di
dapat ganti untung Rp 165.000,00
dalam pembangunan alur Sungai
permeter, uang pembebasan saya
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
gunakan untuk modal usaha dan
Berdasarkan hasil penelitian yang
membeli sepeda motor”. Bapak
dilakukan, dapat diambil kesimpulan
kliman menjelaskan “Pembebasan
sebagai berikut:
lahan seluas 660 m² dan rumah
1. Kondisi
sosial
masyarakat
36,525
m².”
Berdasarkan
Dusun
informan
tersebut
uang
Seloiring adalah sebagai berikut:
ganti
untung digunakan untuk modal
a.
Gempol
dan
di
Dusun
Kondisi demografis sesudah
usaha ataupun investasi membeli
banjir lahar hujan mengalami
pekarangan.
perubahan. Penduduk yang
Kepemilikan barang berharga dari
kesepuluh
informan,
rumahnya
terkena
proyek
pelurusan
alur
sungai
semuanya memiliki televisi dan
melakukan
sepeda motor. Bapak Muh Jaelani
sebesar 2,3 %.
menjelaskan
“Masyarakat
di
b.
migrasi
keluar
Kondisi sarana dan prasarana
dusun ini sebagian besar sudah
pendidikan
memiliki
sepeda
penelitian tidak terdampak
motor, sedangkan mobil masih
karena letak sekolah yang
sedikit”.
Sudiyanto
jauh dari aliran Sungai Putih.
“Masyarakat
Kendala yang timbul adalah
televisi
dan
Bapak
mengatakan
di
wilayah
mayoritas sudah memiliki televisi
aksesibilitas
dan sepeda motor”. Kepemilikan
sekolah,
barang
alur sungai akses jalanpun
berharga
di
daerah
jalan
menuju
adanya
pelurusan
penelitian berdasarkan penuturan
dapat
responden
pengamatan
Penduduk Dusun Gempol dan
mayoritas telah memiliki televisi,
Seloiring belum banyak yang
alat
melanjutkan
dan
komunikasi
dan
sepeda
motor. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
dilewati
ke
kembali.
perguruan
tinggi karena setelah tamat SMA
atau
SMK
mereka
bekerja bahkan merantau ke kota untuk mencari kerja. Penduduk yang melanjutkan
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
ke perguruan tinggi sebesar 6,92 %. c.
di Dusun Gempol dan Dusun
Kondisi
kesehatan
mental
Seloiring
sesudah
adanya
masyarakat sebelum adanya
pelurusan alur sungai adalah
pelurusan
sebagai
alur
sungai
mengalami
trauma.
Masyarakat banjir
lahar
Mata
penambang pencaharian
trauma
akan
penambang
hujan
yang
29,64 %.
menerjang
d.
a. Mata pencaharian masyarakat
rumah,
pasir. sebagai
pasir
sebesar
b. Pemilik pembebasan lahan
pekarangan, dan harta benda.
alur
Pelurusan
mengalami perubahan dalam
alur
sungai
sungai
putih
tidak
membuat masyarakat merasa
pendapatan.
lebih nyaman dan aman untuk
memanfaatkan
tinggal dan beraktivitas di
untung sebagai modal usaha
Dusun Gempol dan Dusun
maupun investasi. Perubahan
Seloiring. Posyandu di dusun
pendapatan
terjadi
juga
masyarakat
yang
membantu
kesehatan
Mereka uang
ganti
pada dahulu
masyarakat.
bekerja sebagai buruh tani.
Kondisi perumahan infoman
Pendapatan
sebelum
tani yaitu Rp 900.000,00 – Rp
dan
sesudah
sebagai
pelurusan alur sungai tidak
1.200.000,00
mengalami
sedangkan bekerja sebagai
Perumahan
perubahan. di
daerah
penambang
penelitian mayoritas sudah
1.500.000,00
berdinding
2.500.000,00
permanen
dan
per
buruh bulan
pasir –
Rp Rp
perbulan.
beratap genteng. Kondisinya
Pendapatan
sudah baik dan layak untuk
mengalami peningkatan 57
hunian.
%, hal itu dibuktikan dengan
2. Kondisi ekonomi masyarakat di Dusun
Gempol
dan
Dusun
Seloiring adalah sebagai berikut:
masyarakat
kesejahteraan masyarakat di daerah
penelitian
semakain baik.
yang
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)
c. Pelurusan
alur
mengakibatkan lahan
sungai
kepemilikan
informan
berkurang.
2. Bagi Pemerintah a.
semakin
Sebagian
masyarakat
besar
kawasan
lahan yang berkurang berupa lahan
pertanian
produktif.
Adanya penyuluhan kepada mengenai yang
dapat
dilakukan penambangan. b.
Diperlukan penyuluhan dan
Informan di daerah penelitian
pelatihan
mayoritas
mengenai mitigasi bencana.
sudah
memiliki
televisi, sepeda motor, dan
c.
alat komunikasi handphone.
bagi
masyarakat
Diperlukan program pelatihan keterampilan
hidup
bagi
penduduk yang kehilangan
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan
mata
kesimpulan di atas maka dapat
memiliki
diajukan saran sebagai berikut:
tentang keterampilan hidup
1. Bagi
lainnya.
penduduk
di
Dusun
Gempol dan Dusun Seloiring a.
Memanfaatkan
material
d.
pencaharian
Pemberian penduduk
supaya
pengetahuan
bantuan
pada
yang terdampak
pasir dan batu-batuan yang
pelurusan alur sungai berupa
berada di kawasan Sungai
modal bunga rendah untuk
Putih dengan baik dan
dapat
tepat
potensi lain yang dimiliki.
tanpa
merusak
mengembangkan
tanggul dan tebing sungai. b.
Material pasir dan batubatuan suatu saat akan habis
maka
masyarakat
harus mencari alternatif mata pencaharian, seperti memelihara
ikan
membuat kerajinan.
dan
DAFTAR PUSTAKA Gatot Saptadi dan Hariyadi Djamal. (2012). “Kajian Model Desa Tangguh Bencana Dalam Kesiapsiagaan Penaggulangan Bencana Bersama BPBD D.I Yogyakarta.” Jurnal Penaggulangan Bencana Vol 3 No. 2. Jakarta : BNPB.
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI...(Dhimas Prasetyo Nugroho)