Ienin leknis Fringsional %'on Penelin 1001
KONDISI OPTIMUM PENENTUAN PROTEIN LARUT DALAM AIR DENGAN ZAT WARNA KOOMASI BIRD SAULINA SITOMPUL DAN JERNIH ROSIDA
Balai Penelitian Ternak . PO. Box 221 Bogor 16002
RINGKASAN Kualitas bungkil kedelai dapat ditentukan dengan beberapa cara. antara lain dengan melihat kelarutannya dalam air . Pada percobaan ini dilakukan penentuan protein dari bungkil kedelai I "SA sebagai contoh . Tu. juan percobaan ini untuk mencari kondisi optimum penetapan . seperti lama pengocokan . cara pemisahan ligrat serta penggunaan banvaknva contoh untuk setiap ekstraksi atau pengocokan . ( ntuk itu dilakukan percobaan sebanyak 0 .5000 gram bungkil kedelai diekstraksi dalam 2011 ml air dan dibedakan lamanva x~aktu pengocokan seperti 0 . I . ? . 3 . -l . 5 dan 0 menit . I)ilakukan juga perbedaan cara pemisahan tiltrat dengan sentrifuse . penyaringan menggunakan kertas saring -- N%hatman" no I Jan 4I . Filtrat sang diperoleh dipipet sebanvak I ml . ditambahkan pereaksi koomasi biru clan dibaca pada spektrofotometer dengan pan jang gelombang 595 nm . Pengocokan selama 3 menit merupakan waktu yang balk dan optimum . Berdasarkan lamanva pengocokan 1 3 menitl ini dilakukan percobaan lebih lanjut \aitu penggunaan bobot contoh yang berbeda seperti 0 .25 . 11 .5(1 . 11 .75 clan 1 .00 gram )ang diekstrak masing-masing dalam 200 ml air . Penggunaan contoh sampai dengan 1 .(10 gram belum menunjukkan batas maksimum bila dilihat dari intensitasma dengan spektrofotometer . dimana nilai absorban masih jauh diba\cah nilai maksimum \aitu 1 .00 . Kata kunci
Bungkil kedelai . ekstraksi . tiltrat . koomasi hire
PENDAHULUAN Bungkil kedelai umumnya digunakan sebagaj sumber protein terutama untuk pakan unggas . Penggunaannya sebagaj pakan ayam pedaging berkisar antara 1 5 - 30% dan petelur 10 -25% (W INA. 1999) . Kdanungan protein kasar bungkil kedelai sekitar 44% dan bila kulit kedelainva dibuang kdanungan protein kasarnya menjadi 48% (HI-Pro) (SWICK. 1994) . Bungkil kedelai banyak didatangkan dari Amerika . C ina . India . Argentina clan Brazil . Oleh sebab itu kualitasnya pun berbeda-beda . Mutu bungkil kedelai juga turut ditentukan oleh proses pembuatannva . Proses pembuatan bungkil . kedelaj dilakukan dengan beberapa tahap pengerjaan seperti . pemanasan . ekstraksi secara mekanis atau pelarut organik. pengepresan . pengeringan dan penggilingan (HARTADI . at a/. . 1980) . Pemanasan yang tepat dalam proses pembuatan akan menghasilkan mutu bungkil yang baik . Pemanasan berlebihan dapat menurunkan mutu bungkil (VOHRA clan KRATZER . 1991). hal ini disebabkan oleh rusaknya protein dan asam amino (SIBBALD. 1980). Pemanasan yang kurang menghasilkan bungkil yang masih mentah. dimana mutu bungkil menjadi tidak baik. karena masih didapatnya zat anti nutrisi seperti anti tripsin clan lektin. Senyawa anti nutrisi ini dapat merusak produktivitas unggas . 86
Temn Tekms f- rnngsional `on Penelini 2002
Kualitas bungkil kedelai dapat ditentukan dengan cara analisis seperti dengan indeks aktivitas urease . aktivitas anti tripsin . kelarutan protein . pengikatan zat warna koomasi biru. pengikatan zat warna merah kersol. Indeks suspensi protein dan indeks kelarutan nitrogen dalam air . Metode awal untuk mngevaluasi kualitas protein yaitu dengan menentukan kelarutan protein dalam air dan metode ini dikembangkan dengan menggunakan KOH 0.2% (ARABA clan DALE. 1990) . Percobaan yang dilakukan MI merupakan percobaan pendahuluan dan bersifat kualitatif Penentuan protein bungkil kedelai dilakukan dengan ekstraksi dalam air . dimana protein terlarut direaksikan dengan koomasi biru dan intensitas warnanya dibaca pada spektrofotometer . Ekstraksi dilakukan dengan alat pengocok "minipimer" dari Braun . waktu pengocokan yang digunakan 0. 1 . 2 . 3 . 4. 5 clan 6 menit . Pemisahan filtrat dilakukan dengan 3 cara yaitu sentrifuse. penyaringan dengan kertas saring "Whatman" no 1 dan 41 . Selanjutnya ditambahkan 9 ml larutan pereaksi koomasi biru kedalam setiap I ml contoh . Intensitas warna biru yang terbentuk dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 595 nm . Hasil yang optimum yang didapat yaitu pengocokan selama 3 menit. Unruk menentukan konsentrasi atau bobot contoh optimum yang diekstraksi maka dilakukan ekstraksi dengan membedakan bobot contoh seperti 0.25 : 0.5 : 0.75 dan 1 .00 gram dengan waktu pengocokan 3 menit untuk masing-masing contoh . BAHAN DAN METODA Bahan Etanol absolut. asam fosfat . koomasi biru G 250 . bungkil kedelai USA . kertas saring "Whatman" no 1 dan 41 . Alat Spektrofotometer Genesis 5. sentrifuse. tabung reaksi . pipet 1 ml clan . 10 ml corong . erlenmeyer . . vortex" . gelas ukur 100 ml . beker 600 ml yang berleher tinggi . alat pengocok "minipimer' dari Braun . Metoda Pembuatan Pereaksi Koomasi Biru Sebanyak 50 mg koomasi biru ditimbang kedalam beker gelas berukuran I liter. ditambahkan secara berturut-turut H;PO4 85% sebanyak 50 ml dan 46.7 ml etanol absolut. diaduk hingga homogen . didapatkan volumenya dengan air suling hingga I liter. diaduk hingga homogen dan disaring .
87
7 -emrs 7ekms f7ingsional ,%on Penehn 100=
Ekstraksi Protein dari Bungkil Kedelai Sebanyak 0.5 gr contoh bungkil kedelai USA ditimbang dalam beker gelas 600 ml . ditambahkan 200 ml air suling. dikocok dengan alat pengocok . minipimer'. Dilakukan perbedaan lamanya pengocokan yaitu 0. I . 2. 3. 4. 5 clan 6 menit . Selanjutnya hasil ekstraksi diambil filtratnya dengan 3 cara yaitu disentrifuse . disaring dengan keretas saring "Whatman" no I clan no 41 . Masing-masing filtrat dari waktu pengocokan yang berbeda clan dari proses pengambilan filtrat yang berbeda dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi . ditambahkan 9 ml larutan pereaksi koomasi biru. dikocok dengan "vortex" hingga homogen . warna biru yang terbentuk dibaca intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm (BRADFORD. 1976) . Dilakukan juga penimbangan bobot contoh yang berbeda. masing-masing 0,25 : 0,50: 0 .75 clan 1 .00 gram clan diekstrak dalam 200 ml air suling, dilakukan pengocokan selama 3 menit untuk masing-masing contoh. pemisahan filtrat dilakukan dengan cara sentrifuse . penyaringan dengan kertas saring "Whatman" no 1 clan no 41 r Dipipet 1 ml contoh masing-masing perlakuan . ditambahkan 9 ml pereaksi koomasi biru clan intensitasnya dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 595 nm . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penentuan absorban dari protein yang larut dalam air dengan waktu pengocokan clan cara pemisahan filtrat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 . Pengocokan 0 menit menunjukkan nilai intensitas yang paling rendah . terutama pada proses penyaringan dengan "Whatman'' nol clan no 41 mendekati sama yaitu 0.044 clan 0.041 . sedangkan dengan sentrifuse 0,077. Penggunaan sentrifuse dalam hal ini mempunyai nilai absorben yang lebih clibdaning dengan penyaringan mungkin disebabkan karena adanya pengaruh kelarutan protein yang bertambah selama sentrifuse . Pengocokan 3 menit untuk pemisahan secara sentrifuse . penyaringan dengan "Whatman" no 1 clan 41 intensitasnya masing-masing . 0.099 : 0.101 clan 0.102 . Nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai yang optimum . walaupun intensitas yang didapat mendekati sama dengan pengocokan 4 menit . Sedangkan pengocokan selama 5 clan 6 menit intensitas yang didapat terlihat naik. akan tetapi berclasarkan pengamatan selama percobaan hasil filtrat yang didapat agak keruh akibat pengocokan terlalu lama dimana hal tersebut berpengaruh pada pembacaan sehingga intensitasnya naik . Pengocokan 3 menit dengan penggunaan kertas saring "Whatman" baik no 1 clan 41 merupakan cara yang efisien ditinjau dari segi waktu clan biaya . Bertitik total dari waktu pengocokan optimal ini dilakukan penetapan protein terlarut dalam air lebih lanjut . dengan menggunakan cara yang sama, akan tetapi clibedakan dalam bobot contohnya seperti 0.25 : 0.50 : 0.75 clan 1 .00 88
Temn Teknis
Fangsional Yon Penelin ?00?
gram (Tabel 2). Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan contoh lebih dari 1 .00 gram untuk ekstraksi dalam 200 ml air masih belum optimum . oleh karena itu penggunaan bobot optimal masih harus clitentukan lebih lanjut (Gambar 1). Tabel l .Nilai absorban protein terlarut dalam air pada bungkil kedelai dengan lama pengocokan clan cara pemisahan filtrat vang berbeda Waktu Pengocokan (men O -it)__
Pemisahan Filtrat _
S
Absorban 595 nm
W-11
0.077 0.044 0.041
1
N W, Wa,
0.090 0,068 0,066
2
N W, W
0,091 0.083 0.085
3
S W,
0.099 0.101 0,102
W,
W41
4
0.100 0.101 0.101
S W, W4,
5
6
Ket :S = sentrituse
W.4,
0.101 0.110 0.115
S W, W .t,
0.101 0.117 0.116
S W,
%%',= - Whatman * no .1
w=
°Whatman" no . 41
1 enru l eknis h nngsional .ion Penelin 200:
Tabel 2 . Nilai absorban protein terlarut dengan bobot contoh clan cara pemisahan filtrat vang berbeda. lama pengocokan 3 menit . Bobot contoh (gram)
Pemisahan Filtrat
Absorban 595 nm
s. 1
0,052 0.048 0.052
0,25
W
W'4,
s
0.50
0.099 0,101 0.102
W'~ W',1
s
0.75
0 .156 0.156 0.154
s
1 .00
0.241 0,240 0.239
W',
W'ai ket :S = sentrifuse A ,
"Whatman" no . I
\k ,= -- Whatman" no . 41
0.25
02 c
015
N c N D
005
0 0.25
05
075
1
15
2
Br6u cairn (gang
Gambar I . Hubungan perbedaan berat contoh. pemisahan filtrat yang dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 595 rim .
90
/emu /ekP,is hunK .cIon: ; ; ' -m Penelm 2001
KESIMPULAN Kondisi optimum untuk penetapan protein terlarut dalam air yaitu lama pengocokan 3 menit dengan menggunakan kertas saring "Whatman" no 1 atau 41 . Bobot optimum contoh untuk diekstraksi dalam 200 ml air masih harus ditentukan lebih lanjut . namun bobot 1 .00 gram sudah cukup baik untuk digunakan . SARAN Percobaan lebih lanjut perlu dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan referensi stdanar protein . disamping dilakukan perbdaningan dengan protein ekstraksi dalam KOH 0.2 N . Hasil ekstraksi protein dengan air dan KOH 0.2 N ditentukan keduanya dengan cara pengikatan koomasi biru dan,r kjeldahl. . UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. Budi Tangendjaja yang telah memberikan ide dan bahan kimia untuk percobaan ini . DAFTAR BACAAN ARABA . M . . and N .M . DALE . 1990 . Evaluatio n of protein solubility as indikator of overprocessing of soybean meal . Poultn Sci. 69 : 76-83 . BRADFORD. M .M .. 1976 . A rapid dan sensitive method for quantitation for microgram quantities of protein utilizing the principle of protein dye binding . Anal. Biochem 72 : 248 - 254 . HARTADI. H .. S . REKSODIPROJO .. S . LABOSUKODJO and A.D. TILLMAN . . 1980 . Total dari komposisi bahan makanan ternak untuk Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta . Hal 131-139 . SIBBALD . I .R. 1980 . The effect of heat treatment on the clearance time. true metabolizable energy dan true available amino acids of raw soybean flakes. Poultn .Sci. 59 : 2658 - 2660. SWICK. R .A . 1994. Soybea n meal quality . Technical Bulletin American Soybean Association . Vol P o I I - 1994 . VOHRA . P. and F.H . . KRATZER . 1991 . Evaluation of soybean meal determines adequacy of heat treatment . Feedstuffs Vol . 63 no 81 . February 25 .
91
Tenw Tekms f ungsionol \on Penehtr ?00 :
WINA . E . 1999 . Kualitas bungkil kedelai : Metoda Analisis dan hubungannya dengan penampilan ayam . Kumpulan makalah Feed Quality Management Workshop . American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak .