Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
KONDISI KEMANTAPAN JALAN BERDASARKAN BEBAN LALU LINTAS DAN KETERSEDIAAN DANA PENANGANAN Wahyuningsih Tri Hermani1), Ary Setyawan2) Magister Teknik Sipil, Uiversitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email:
[email protected]
Abstrak Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Wilayah II Provinsi Jawa Tengah adalah instansi yang menangani jalan strategis nasional Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai daya saing tinggi dalam keselamatan dan keamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan, besar beban yang terjadi pada jalan, hubungan antara pertumbuhan lalu lintas dengan kondisi jalan serta kebijakan Bina Marga dalam mengatur ketersediaan dana untuk pencapaian kondisi jalan mantap. Jenis penelitian ini diskriptif yaitu dengan melakukan perbandingan data kondisi permukaan jalan menggunakan NAASRA Roughness-meter untuk menganalisa peningkatan/penurunan kondisi jalan antara Tahun 2008–2013. Beban lalu lintas jalan dihitung dari data lalu lintas harian rata-rata (LHR). Regulasi kebijakan Bina Marga untuk penentuan prioritas penanganan jalan berdasarkan ketersediaan dana, kertas kerja RKA-KL dan rincian pekerjaan Tahun 2008-2013. . Kondisi jalan mantap meningkat dari Tahun 2008 sebesar 78,23% menjadi 97,0% pada Tahun 2013 dengan kecenderungan yaitu y= 139,87*0,01^(1/x). IRI menurun dari Tahun 2008 sebesar 5,66 menjadi 3,91 pada Tahun 2013 dengan kecenderungan yaitu y= 1,847*e^(9,136/x). Beban jalan yang terjadi berdasarkan kondisi riil di lapangan Tahun 2008 mencapai 484.631 standard axel meningkat pada Tahun 2013 menjadi 661.575 standard axel dengan kecenderungan yaitu y= 274,82e^(0,069x). Pertumbuhan lalu lintas meningkat rata-rata 1,07% per tahun. Ketersediaan dana meningkat dari Tahun 2008 sebesar Rp 185.059.648.000,00 menjadi Rp 471.865.926.000,00 pada Tahun 2013. Kecenderungan kemantapan jalan terhadap penyerapan dana yaitu y= 69,96*1,0^x. Kata kunci: roughness, jalan, pemeliharaan, kebijakan.
kendaraan sebesar US$ 2 sampai US$ 3 karena jalan menjadi lebih rusak (Chris Donnges, 2007). Kondisi demikian menarik untuk dikaji sehingga tercapai umur layan jalan dengan kondisi mantap.
1. PENDAHULUAN Jalan sebagai urat nadi kehidupan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang penyelenggaraannya harus didasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan keberdayagunaan (UU No. 38/2004).
Jaringan jalan pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Jawa Tengah merupakan jalan strategis nasional. Dengan pemeliharaan dan kebijakan yang tepat diharapkan kemantapan jalan nasional meningkat.
Pertumbuhan lalu lintas yang sangat pesat menyebabkan penurunan tingkat pelayanan terhadap pengguna jalan. Peningkatan lalu-lintas harian ratarata (LHR) menyebabkan jalan melampaui kapasitasnya sehingga menimbulkan kemacetan. Kondisi yang demikian sesuai dengan perjalanan waktu akan memperpendek umur layan. Kenyataan dewasa ini menunjukkan masih belum seragam dan sempurnanya pelaksanaan pemeliharaan jalan sehingga menyebabkan kerusakan dini konstruksi jalan di Indonesia (Lintas, 2011).
Chen-Yu Tsai (2012) menyebutkan dari evaluasi berdasar kekasaran perkerasan jalan dengan menggunakan contoh interval tetap untuk menguji hubungan antara IRI dan standar deviasi dari 3 m sejajar dengan memanfaatkan kepadatan spektral daya/power spectral density (PSD) dan simulasi profil perkerasan untuk menganalisa profil memanjang dengan longitudinal profiles in the long-term pavement performance (LTPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IRI tersebut berkorelasi positif dengan nilai PSD dalam panjang gelombang pendek (0,5 sampai 3 m), sementara standar deviasi dan nilai-nilai PSD berkorelasi negatif. Andreas Loizos (2008) menyebutkan bahwa evaluasi nilai
Rehabilitasi dan Pemeliharaan jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan perbaikan jalan untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal selama umur rencana jalan yang ditetapkan (Lintas, 2010). Menurut hasil studi Bank Dunia, disebutkan bahwa setiap pengurangan US$ 1 terhadap biaya pemeliharaan jalan akan mengakibatkan kenaikan biaya operasional 1
kekasaran jalan dengan Power Spectral Density (PSD) lebih mendapatkan data yang akurat dibandingkan dengan International Roughness Index (IRI) karena menggunakan sensor pada seluruh tinjauan ruas jalan dan dapat dihitung dari data masing-masing roda kendaraan dengan jarak interval 10 meter. Amminudin (2007) menyebutkan ruas jalan yang terletak di kawasan University Teknologi Malaysia (UTM) berdasarkan data IRI dengan Walking Profilometer diketahui masih dalam keadaan baik, hubungan International Roughness Index (IRI) dan Present Serviceability Index (PSI) adalah IRI meningkat ketika PSI menurun.
(Sumber: Dinas Bina Marga Prov. Jateng)
Gambar 1. Lokasi Penelitian SNVT Wilayah II Provinsi Jawa Tengah.
2.2. Jenis Penelitian
Thomas (1998) menyebutkan Indeks kekasaran permukaan merupakan faktor penting ketika berhadapan dengan isu-isu seperti kerusakan perkerasan jalan. Dalam survei singkat dari beberapa teknik pengukuran kekasaran dengan instrumen Stylus profiler dibutuhkan kecenderungan (trend) untuk mendeteksi delamasi kesalahan hitungan atau faktor penting lainnya oleh peneliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini diskriptif yaitu dengan melakukan perbandingan kondisi perkerasan jalan menggunakan NAASRA Roughnessmeter, lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan ketersediaan dana dalam kurun waktu 6 tahun (Tahun 2008–2013) pada SNVT Wilayah II Provinsi Jawa Tengah
Taleb Al-Rousan (2010) menyebutkan dari penelitian tingkat kekasaran jalan raya primer dan sekunder di Yordania menggunakan ARRB Roughometer III manual menghasilkan peta tingkat kekasaran berkode seluruh jaringan jalan sepanjang 5820 km, sebanyak 10% ruas jalan dalam keadaan rusak.
2.3. Analisis Data Analisis data meliputi: a. Melakukan perbandingan data kondisi perkerasan jalan menggunakan NAASRA Roughness-meter, lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan ketersediaan dana DIPA dalam kurun waktu 6 tahun (Tahun 2008–2013). b. Dari data tersebut dapat diketahui/dihitung kondisi jalan yang ada, Damage Factor akibat beban yang terjadi pada jalan dihitung menggunakan rumusan 2.1, pertumbuhan lalu lintas dihitung menggunakan rumusan 2.2 dan ketersediaan dana DIPA dalam kurun waktu 6 tahun (Tahun 2008–2013). c. Dari data tersebut didapatkan kecenderungan (trend) kenaikan/penurunan nilai IRI/kemantapan jalan, beban jalan, LHR, ketersediaan dana dengan kemantapan jalan menggunakan program curva expert. tersebut d. Dari hasil kecenderungan (trend) diharapkan diperoleh strategi pelaksanaan pemeliharaan jalan yang sesuai dengan kondisi lapangan untuk mengimplementasikan dalam kebijakan Bina Marga sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian di atas yaitu data IRI diperoleh dari penggunaan NAASRA (National Australia Roughness Index) yang diperkenalkan di Indonesia dan merupakan parameter yang cukup akurat terhadap deteksi kerusakan jalan yang berhubungan dengan penentuan program penanganan jalan selanjutnya. Keseluruhan data inventori jalan dari Perencanaan Pelaksanaan Jalan Nasional (P2JN) sehingga didapatkan nilai prosentase kemantapan jalan ditinjau juga dari beban lalu lintas dan ketersediaan dana penanganan. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai obyek penelitian ini berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di wilayah kerja SNVT Wilayah II Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1).
2.4. TahapPenelitian Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: 1) Tahai ke I, Persiapan studi literatur dan referensi jalan 2) Tahap ke II, Pengumpulan data kondisi jalan existing (2008-2013), data LHR, IRI, Penyerapan 2
DIPA dan Analisa data; 3) Tahap ke III, Menghitung dan menganalisa damage factor, pertumbuhan lalu lintas dan ketersediaan dana; 4) Tahap ke IV, Jenis pemeliharaan jalan dan kecenderungan (trend) kemantapan jalan; 5) Tahap ke V, Kesimpulan dan Saran.
S = 0.29847627 r = 0.94450325 5.9 5.6
Modified Exponential: y= 1,847*e^(9,136/x)
IRI
5.2 4.9 4.5 4.2 3.9
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.5 8
1 2 3 4 5 6 7 8
2011 4.08 4.14 4.02 3.61 3.66 3.71 4.64 4.77 4.05
2012 4.06 4.06 3.75 3.66 3.64 3.63 3.97 5.15 3.93
12
13
Dari Gambar 5 terlihat pada jalan yang dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan, nilai rata-rata IRI mengalami penurunan dari Tahun 2008 sebesar 5,66, pada Tahun 2009 sebesar 5,54, pada Tahun 2010 sebesar 4,33, pada Tahun 2011 sebesar 4,05, Tahun 2012 sebesar 3,93 dan Tahun 2013 menjadi 3,91. Kecenderungan IRI setiap tahun yaitu y= 1,847*e^(9,136/x) dengan x = tahun dan y = IRI.
IRI
2008 2009 2010 PPK TRENGGULI-KUDUS-PATI-BTS. KOTA REMBANG 6.29 6.20 4.26 PPK BTS. KOTA REMBANG - BTS. JATIM 6.88 6.85 4.18 PPK BAWEN - SECANG DAN LINGKAR AMBARAWA 4.93 4.82 4.39 PPK PARAKAN - SECANG - BTS. YOGYAKARTA 5.43 5.28 4.01 PPK SALATIGA - BOYOLALI - KARTOSURO 5.91 5.84 3.81 PPK SURAKARTA - KARTOSURO - PRAMBANAN 5.98 5.90 3.73 PPK SURAKARTA - MANTINGAN 5.69 5.48 5.07 PPK GIRIWOYO - DUWET DAN TAWANGMANGU 6.01 5.80 5.12 Nilai rata - rata seluruh ruas jalan 5.66 5.54 4.33
11
Gambar 5. IRI Tahun 2008-2013
Tabel 1. Rekapitulasi IRI Tahun 2008–2013 Nama PPK
10
Tahun
3.1. Data International Roughness Index (IRI) Pengambilan data awal untuk nilai kekasaran jalan diambil tiap jarak 100 meter untuk masing-masing titik. IRI rata-rata pada SNVT Wilayah II Provinsi Jawa Tengah disajikan dalam Tabel 1.
No.
9
2013 3.98 3.65 3.68 3.64 4.51 3.57 3.88 5.41 3.91
3.2. Perhitungan Beban Sumbu Kendaraan Perhitungan faktor kerusakan (Damage Factor) diperoleh dari persamaan 1.1 didapatkan nilai damage factor masing-masing PPK yang disajikan pada Gambar 6.
IRI tiap tahun mengalami penurunan seperti grafik pada Gambar 3.
Gambar 3. IRI pada masing-masing PPK Hubungan antara kemantapan jalan dan IRI disajikan pada Gambar 4.
Gambar 6. Damage Factor Tahun 2008-2013
S = 2.69904518 r = 0.94457701
Nilai rata-rata damage factor mengalami kenaikan, Tahun 2008 sebesar 161.543 standard axel, meningkat pada Tahun 2009 menjadi 169.757 standard axel, Tahun 2010 sebesar 174.527 standard axel, Tahun 2011 menjadi 201.210 standard axel, Tahun 2012 sebesar 216.201 standard axel, dan Tahun 2013 standard axel. menjadi sebesar 220.525 Kecenderungan damage factor tiap tahun yaitu y = 91,606*1,071^x memperoleh nilai koefisien determinasi (R2)=94,83 dengan x= tahun dan y= standard axel. Hubungan antara nilai Damage Factor dan LHR pada Gambar 7.
98.9
Kemantapan Jl (%)
95.1
Root Fit: y= 55,04 * 8,77^(1/x)
91.4 87.6
83.9 80.1 76.4 3.7
4.1
4.4
4.8
5.1
5.5
5.8
IRI
Gambar 4. IRI dan Kemantapan jalan Kondisi jalan mantap meningkat Tahun 2008 sebesar 78,23%, Tahun 2009 sebesar 85,16%, Tahun 2010 sebesar 88,37%, Tahun 2011 sebesar 93,51%, Tahun 2012 sebesar 96,68% dan Tahun 2013 sebesar 97,0%. Kecenderungan IRI dan kemantapan jalan yaitu y= 55,04*8,77^(1/x), dengan x= IRI dan y= kemantapan jalan. Penurunan nilai IRI disajikan Gambar 5.
3
standard axel. Kecenderungan riil tiap tahun yaitu y = 274,82e^(0,069x) dengan x = tahun dan y = standard axel.
sebesar
S = 6.38434257 r = 0.97413821
Standard Axel (dlm ribuan)
661.575
damage
225.8 214.0 202.2 190.4
3.4. Analisa LHR terhadap Kerusakan Jalan
Modified Exponential: y=523,64*e^(-17,123/x)
178.6 166.8 155.0 13.0
14.2
15.3
16.5
17.7
18.9
factor
20.0
P2JN Provinsi Jawa Tengah melaksanakan survey LHR dalam 1 (satu) tahun sebanyak dua kali. Adapun hasil survey LHR Tahun 2008–2013 disajikan pada Tabel 3.
21.2
LHR (dlm ribuan)
Gambar 7. Damage Factor dan LHR Peningkatan nilai Damage Factor dipengaruhi juga karena faktor pertumbuhan lalu lintas yang mengalami peningkatan tiap tahunnya, dari grafik terlihat jika semakin besar LHR pada suatu ruas jalan maka nilai Damage Factornya juga akan semakin besar. Kecenderungan hubungan LHR dan damage factor yaitu y= 523,64*e^(-17,123/x) dengan x = LHR dan y = standard axel.
Tabel 3. LHR Tahun 2008-2013
3.3. Beban Sumbu Kendaraan Riil Tahun 2008-2013 Pada realita di lapangan kerusakan jalan akibat beban muatan sumbu kendaraan mencapai 3x dari perhitungan beban pada tabel Manual Perkerasan Jalan dengan alat Benkelman beam No. 01/MN/BM/83, sehingga nilai damage factor meningkat 3x, disajikan pada Tabel 2 dan Faktor kerusakan akibat beban sumbu disajikan Gambar 8.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 2. DF riil Tahun 2008-2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Damage Factor (DF)
Nama PPK
LHR
Nama PPK PPK TRENGGULI-KUDUS-PATI PPK REMBANG -BTS. JATIM PPK BAWEN - SECANG PPK PARAKAN - SECANG PPK SALATIGA-BOYOLALI PPK SURAKARTA - KARTOSURO PPK SURAKARTA - MANTINGAN PPK GIRIWOYO - DUWET Nilai rata - rata seluruh ruas jalan
2008 16,216 13,624 13,438 13,786 17,243 16,251 13,340 1,041 14,357
2009 16,419 14,938 14,430 14,365 17,997 18,462 13,905 1,400 15,201
2010 18,029 15,502 15,710 14,812 18,163 20,296 15,284 1,393 16,335
2011 18,235 17,206 16,238 17,968 20,652 21,133 17,983 1,771 17,595
2012 18,393 18,683 18,380 18,691 20,885 22,971 18,455 1,220 18,657
2013 20,743 19,229 19,311 20,447 22,697 23,729 21,154 1,922 20,213
Dari data diatas didapatkan nilai LHR yang mengalami peningkatan dari Tahun 2008 sebesar 14.357, Tahun 2009 sebesar 15.201, Tahun 2010 sebesar 16.335, Tahun 2011 sebesar 17.595, Tahun 2012 sebesar 18.657 dan Tahun 2013 sebesar 20.213. Pertumbuhan Lalu lintas harian rata-rata tahunan disajikan pada Gambar 9.
2008 2009 2010 2011 2012 2013 PPK TRENGGULI-KUDUS-PATI 1,088,478 1,183,429 1,249,099 1,315,960 1,339,173 1,343,333 PPK BTS. KOTA REMBANG-BTS.JATIM 516,426 560,701 572,022 638,997 647,921 679,151 PPK BAWEN - SECANG 833,226 843,559 848,699 989,354 1,062,794 1,109,481 PPK PARAKAN - SECANG - BTS. DIY 147,349 152,240 155,365 230,276 267,555 290,806 PPK SALATIGA - BOYOLALI 505,274 523,319 530,180 552,018 560,087 559,207 PPK SURAKARTA - KARTOSURO 428,108 433,899 437,436 625,369 758,148 758,677 PPK SURAKARTA - MANTINGAN 349,789 368,275 386,866 468,731 542,084 542,815 PPK GIRIWOYO - DUWET 8,397 8,763 8,993 8,356 7,710 9,132 Rata-rata 484,631 509,273 523,582 603,633 648,184 661,575
S = 0.10492504 r = 0.99908465 21.20 20.03
LHR (dlm ribuan)
Standard Axel Riil (dlm ribuan)
S = 18.99109647 r = 0.97457913 678.3
642.9 607.6
18.86 17.68 16.51
Modified Power: y=8,22*1,071^x
15.34 14.17
572.2
13.00
Exponential Fit: y=274,82e^(0,069x)
536.8
8
9
10
11
12
13
Tahun
501.4
Gambar 9. LHR Tahun 2008-2013
466.0 8
9
10
11
12
13
Hubungan antara tingkat kemantapan jalan dan LHR disajikan pada Gambar 10.
Tahun
Gambar 8. Beban jalan Tahun 2008-2013 Pada Gambar 8 terlihat besarnya beban jalan berdasar DF riil lapangan Tahun 2008 mencapai 484.631 standard axel, Tahun 2009 mencapai 509.273 standard axel, Tahun 2010 mencapai 523.582 standard axel, Tahun 2011 sebesar 603.633 standard axel, Tahun 2012 sebesar 648.184 standard axel dan Tahun 2013 4
S = 2.07619650 r = 0.96758863
Kemantapan Jalan (%)
99 95 91 87
Modified Exponential: y=166,18*e^(-10,39/x)
84 80 76 13.0
14.2
15.3
16.5
17.7
18.9
20.0
21.2
LHR
Gambar 10. Kemantapan jalan dan LHR Gambar 11. DIPA T.A 2008 – 2013
Dari Gambar 10 terlihat jika jalan dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan rutin, maka kemantapan jalan akan dapat dipertahankan/ditingkatkan.
Penyerapan dana meningkat setiap tahun dari Tahun 2008 sebesar Rp 185.059.648.000,00, Tahun 2009 sebesar Rp 239.385.600.000,00, Tahun 2010 sebesar Rp 371.535.093.000,00, Tahun 2011 menjadi Rp 422.768.169.000,00, Tahun 2012 sebesar Rp 438.802.645.000,00 dan Tahun 2013 sebesar Rp 471.865.926.000,00. Pembagian dana DIPA pada masing-masing PPK tiap tahun bisa terjadi kenaikan atau penurunan berdasarkan keefektifan kondisi jalan dan usulan perencanaan program jalan pada tahun berikutnya.
3.5. Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Pertumbuhan lalu lintas adalah peningkatan jumlah kendaraan tiap tahun, yang didapat dengan persamaan sebagai berikut: , diperoleh
Pertumbuhan LL (i) = pertumbuhan lalu lintas pada Tabel 4.
Hubungan kemantapan jalan dan penyerapan dana DIPA disajikan pada Gambar 12.
Tabel 4. Pertumbuhan lalu lintas 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama PPK PPK TRENGGULI-KUDUS-PATI-BTS. KOTA REMBANG PPK BTS. KOTA REMBANG - BTS. JATIM PPK BAWEN - SECANG DAN LINGKAR AMBARAWA PPK PARAKAN - SECANG - BTS. YOGYAKARTA PPK SALATIGA - BOYOLALI - KARTOSURO PPK SURAKARTA - KARTOSURO - PRAMBANAN PPK SURAKARTA - MANTINGAN PPK GIRIWOYO - DUWET DAN TAWANGMANGU Nilai rata - rata seluruh ruas jalan
2008 16,216 13,624 13,438 13,786 17,243 16,251 13,340 1,041 14,357
2013 20,743 19,229 19,311 20,447 22,697 23,729 21,154 1,922 20,213
i
99
1.05 1.07 1.07 1.08 1.06 1.08 1.09 1.08 1.07
Kemantapan Jl (%)
No.
S = 2.01947141 r = 0.96936313
LHR
95 91 87
Modified Power: y=69,96*1,0^x
84 80 76 156.0
213.4
270.7
328.1
385.4
442.8
500.2
DIPA (dlm milyar)
Dari Tabel 4 diperoleh nilai pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 1,07% per tahun. Untuk desain perencanaan perkerasan jalan pada Satker P2JN Wilayah II Provinsi Jawa Tengah mengambil nilai pertumbuhan lalu lintas antara 4,5 % s.d 5,5% per tahun.
Gambar 12. DIPA dan Kemantapan Jalan Pada Gambar 12 kondisi jalan mantap Tahun 2008 sebesar 78,23%, Tahun 2009 sebesar 85,16%, Tahun 2010 sebesar 88,37%, Tahun 2011 meningkat menjadi 93,51%, Tahun 2012 sebesar 96,68% dan Tahun 2013 sebesar 97,0%. Peningkatan jalan mantap ini seiring dengan peningkatan penyerapan DIPA pada Tahun 2008 sebesar Rp 185.059.648.000,00, Tahun 2009 sebesar Rp 239.385.600.000,00, Tahun 2010 sebesar Rp 371.535.093.000,00, Tahun 2011 sebesar Rp 422.768.169.000,00, Tahun 2012 sebesar Rp 438.802.645.000,00 dan Tahun 2013 sebesar Rp 471.865.926.000,00.
3.6. Analisa Pendanaan terhadap Program Penanganan Jalan Ketersediaan DIPA disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 11.
4. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan pada eksisting kondisi jalan di SNVT Wilayah II Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 5
[5] Anonim, 2009, Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Departemen PU, Jakarta [6] Djoko Muryanto, 2011, Kebijakan Baru Untuk Mengerem Kerusakan Jalan, Lintas XIII : 5-
1. Kondisi jalan mantap mengalami peningkatan, Tahun 2008 sebesar 78,23% dan Tahun 2013 sebesar 97,0% dengan kecenderungan peningkatan yaitu y= 139,87*0,01^(1/x) dengan x= tahun dan y= kemantapan jalan. IRI menurun Tahun 2008 sebesar 5,66 dan Tahun 2013 dengan IRI 3,91. Kecenderungan penurunan IRI tiap tahun yaitu y= 1,847*e^(9,136/x) dengan x = tahun dan y= IRI. 2. Beban yang terjadi pada jalan berdasarkan kondisi riil di lapangan Tahun 2008 mencapai 484.631 standard axel dan Tahun 2013 sebesar 661.575 standard axel. Kecenderungan kenaikan beban jalan riil di lapangan yaitu y= 274,82e^(0,069x) dengan x = tahun dan y = standard axel. 3. LHR terjadi peningkatan Tahun 2008 sebesar 14.357 dan Tahun 2013 sebesar 20.213. Pertumbuhan lalu lintas meningkat rata-rata 1,07% per tahun. Kecenderungan kenaikan LHR yaitu y= 8,22*1,071^x dengan x = tahun dan y = LHR. Dalam perencanaan jalan P2JN menggunakan nilai 4,5%-5,5% pertumbuhan lalu lintas untuk desain perkerasan jalan. 4. Ketersediaan dana meningkat setiap tahun, Tahun 2008 sebesar Rp 185.059.648.000,00 dan Tahun 2013 sebesar Rp 471.865.926.000,00. Kecenderungan kemantapan jalan terhadap DIPA yaitu y= 69,96*1,0^x dengan x= DIPA dan y= kemantapan jalan.
7, Jakarta
[7] Hani, Masoad .2008, Evaluation of Smoothness of Lousiana Pavement Based on International Roughness Index and Ride Number, Jordan Journal of Civil Engineering, Volume 2, No. 3, 2008, Jordan [8] Leo Sentosa, 2011, Analisis Dampak Beban Overloading Kendaraan pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur Rencana Perkerasan, Jurnal Teknik Sipil : 3-4 , Pekan Baru [9] Silvia Sukirman, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung [10] Taleb Al-Rousan, 2010, Roughness Evaluation of Jordan Highway Network, 24th ARRB
Conference – Building on 50 years of road and transport research, Melbourne,
Australia
[11] Thomas, 1998, Trends in surface roughness, International Journal of Machine Tools and Manufacture, Vol. 103, pp. 405-411 [12] Tsai, Chen-Yu, 2012, The study of the
relationship between IRI and 3m-straightedge acceptance specification, Journal of the Chinese Institute of Engineers, Volume 35, Issue 4 pp : 439-448 [13] Waldenhoff, 2006, Kerusakan yang Timbul Pada Jalan Raya Akibat Beban kendaraan yang Melebihi Dari Yang Ditetapkan, Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2, April 2006, Sumatera Utara
5. REKOMENDASI Untuk penelitian berikutnya disarankan perhitungan beban lalu lintas ditinjau juga dari kondisi drainase jalan dan perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA [1] Amminudin, 2007, Relationship Between International Roughness Index (IRI) dan Present Serviceability Index (PSI), University Teknologi Malaysia, Malaysia
[2] Andreas, Christina Plati, 2008, Evolutional
Process Of Pavement Roughness Evaluation Benefiting From Sensor Technology, International Journal On Smart Sensing And Intelligent System Vol. 1, Greece [3] Anonim, 2004, Undang-Undang No.38 tahun
2004 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta [4] Anonim, 1987, SKBI-2.3.26.1987 tentang Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
6