KONDISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS REKRUITMEN KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH Toufan Phardana, Suparno, Yempita Efendi Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] Abstrak Potensi rekruitmen karang sangat penting di dalam pengelolaan terumbu karang, karena potensi pemulihan terumbu karang tergantung pada rekruitmen karang. Penelitian Struktur Komunitas Rekruitmen Karang Batu (Scleractinia) di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh, bertujuan untuk mengetahui tingkat rekruitmen karang batu dan mengkaji struktur komunitas karang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan pada bulan Nopember 2013 dengan metode Transect Kuadrat pada empat stasiun. Di setiap stasiun dilakukan pada dua kedalaman ( 5 meter dan 10 meter ). Tingkat rekruitmen karang termasuk dalam kategori rendah hingga sedang (0,11 - 4,11 koloni / m²). Kepadatan rekruitmen tertinggi dari genus Acropora dan yang terendah dari genus Seriatopora dan Stylopora. Nilai indeks keanekaragaman (1,18 - 1,72), indeks keseragaman (0,18 - 0,75), indeks dominansi (0,21 - 0,74) dan indeks similaritas (28,57% - 92,30%). Kata kunci : Struktur Komunitas, Rekruitmen, Scleractinia, Pulau Pieh Pendahuluan Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya terletak di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di sebelah Barat wilayah administratif Kota Padang, Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Kawasan ini juga merupakan salah satu dari delapan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Kawasan Suaka Alam (KSA) yang diserahterimakan dari Kementerian Kehutanan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan No: BA.01 / Menhut - IV / 2009 dan No: BA.108 / MEN.KP / III / 2009 pada tanggal 4 Maret 2009. Salah satu hal yang kemudian mendasari ditetapkannya kawasan TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya menjadi kawasan yang dilindungi, kawasan ini merupakan habitat penting bagi ekosistim perairan, terutama perairan dangkal, yaitu ekosistim terumbu karang. Pulau Pieh sebagai pusat kawasan Taman Wisata Perairan berada pada posisi 100o06’01” BT dan 00o53’11” LS dengan jarak lebih kurang
22 mil laut dari Muara Padang (Maulana,2010 ; Suparno 2008). Hasil penelitian menunjukan rata - rata tut upan karang hidup di perairan Pulau Pieh tahun 2010 sebesar 17,5%. Berdasarkan Kriteria kerusakan terumbu karang tergolong rusak parah. Apabila dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya ternyata sampai dengan tahun 2010 masih terjadi penurunan. Tahun 1994 (76,6%), tahun 1997 (35,54%), tahun 2002 (31,35%), dan pada tahun 2010 (17,5%) (Efendi 2012). Secara alami pemulihan terumbu karang ditandai dengan kemunculan koloni koloni karang muda (juvenil) dengan ukuran koloni relatif kecil (Babcok dan Mundy, 1996). Kemunculan koloni karang muda ini memberikan indikasi telah terjadi penambahan koloni baru (rekruitmen) ke dalam populasi dan berkontribusi nyata dalam pembentukan dan perkembangan komunitas karang selanjutnya.
Rekruitmen menjadi bagian penting dalam proses pembentukan dan perkembangan komunitas dalam suatu ekosistem terumbu karang di alam. Proses rekruitmen berperan dalam penambahan individu - individu baru ke dalam populasi dewasa sehingga eksistensi dan keberlanjutan populasi dapat dipertahankan dan berlangsung secara terus menerus (Erwin et al., 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat rekruitmen karang dengan melihat
kepadatan individu / m2 dan mengkaji struktur komunitas (indeks keragaman, keseragaman, dominasi dan semilaritas). Metodologi Pelaksanaan penelitian di lapangan berlangsung selama satu bulan yaitu pada Bulan November 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh. Pengamatan di lakukan pada transek permanen.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, data yang di kumpulkan dengan cara survey yang di lakukan pada empat stasiun Utara, Timur, Barat, Selatan, Utara Pulau Pieh. Pengamatan rekruitmen karang digunakan metode transek kuadrat sampling dengan ukuran 1 x 1 meter untuk karang ukuran 0.5 - 10,0 cm sebanyak 9 x ulangan pada kedalaman yang sama, pada setiap stasiun dilakukan pengukuran rekruitmen secara konvensional, pengukuran kelimpahan rekruitmen karang pada habitat alami berdasarkan jumlah anakan karang atau juvenile yang di definisikan sebagai koloni karang berukuran ≤5 cm (Van Moorsel,1998) Pencatatan meliputi jumlah koloni dan tipe substrat dasar perairan,
parameter lingkungan yang diamati adalah suhu , salinitas dan kecerahan. Identifikasi dilakukan langsung di lapangan didukung foto bawah air dan koleksi untuk identifikasi lebih lanjut. Identifikasi dilakukan sampai tingkatan genus dengan mengacu kepada Veron (2000), Suharsono (2008), English et al (1997), Baird dan Babcock (2000) serta buku - buku identifikasi lainya. Pada waktu yang sama dilakukan pengukuran kualitas perairan. Hasil dan Pembahasan Kualitas Perairan Kualitas perairan merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan karang. Berikut data kualitas perairan Pulau Pieh. 2
Tabel 1. Kondisi kualitas perairan Pulau Pieh No 1. 2. 3.
Faktor Fisika - Kimia ○
Suhu Permukaan ( C) Salinitas Permukaan (‰) Kecerahan (m)
Suhu perairan Pulau Pieh berkisar antara 28 - 30oC. Kisaran suhu ini merupakan suhu yang baik bagi pertumbuhan karang. Menurut Sukarno et al. (1982) suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25 - 30 ⁰C. Menurut Nontji (1987) kisaran salinitas optimal dan baik bagi pertumbuhan karang adalah antara 32 - 35 ‰. Salinitas perairan Pulau Pieh berkisat 32 - 33 ‰ ini termasuk kisaran optimal untuk kehidupan karang. Hal ini disebabkan Pulau Pieh terletak jauh ditengah sehingga tidak ada pemasukan air tawar yang dapat menurunkan salinitas. Kecerahan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan karang, karena “zooxanthella” yang ada dalam jaringan karang membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, hasil fotosintesis ini berguna untuk pertumbuhan karang. Semakin tinggi kecerahan semakin baik bagi pertumbuhan karang. Pada perairan disekitar Pulau Pieh kecerahan berkisar 13 - 15 meter, hal ini menunjukan bahwa perairan Pulau Pieh mempunyai kecerahan tinggi. Kecerahan perairan penting bagi pertumbuhan dan mendukung proses reproduksi dan rekrutment hewan karang (Jokiel, 1985 ; Tomascik dan Sander, 1987). Tingkat Rekruitmen Pada perairan Pulau Pieh rekruitmen karang yang di temukan 10 genus. Penelitian Abrar dan Efendi (2002) di perairan Sipora Kepulauan Mentawai menemukan juvenil karang sebanyak 12 famili dengan 25 genus
Utara 28 32 15
Stasiun Timur Selatan 29 29 32 33 13 15
Barat 30 33 15
jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan di Perairan Pulau Pieh, hal ini diduga disebabkan karena lokasi penelitian yang memiliki kondisi perairannya yang relatif tenang di Perairan Tuapejat Pulau Sipora sedangkan di Perairan Pulau Pieh memiliki arus yang relatif kuat sehingga mempengaruhi penempelan juvenil karang. Juvenil karang yang akan berkembang sangat membutuhkan perairan yang tenang untuk menempel pada substrat dasar (Abrar dan Efendi, 2002). Tingkat rekuitmen karang yang paling banyak ditemukan dari genus Acropora. Hal ini disebabkan karena juvenil karang dari genus Acropora ini dapat bertahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim dan mudah melekat pada substrat yang baru. Munasik (2008) menyatakan bahwa Acropora merupakan jenis karang perintis yang dapat mudah melekat pada substrat yang baru. Rekruitmen karang lebih banyak di ditemukan pada kedalaman 5 meter dibandingkan dengan kedalaman 10 meter, hal ini disebabkan karena larva karang hanyut mengikuti arus dan terdampar lalu melekat pada perairan yang dangkal. Munasik (2008) menyatakan bahwa kedalaman berperan penting dalam penempelan larva karang, juvenil karang banyak ditemukan pada daerah yang dangkal dan dekat dengan ekosistim terumbu karang alami. Penin et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedalaman dengan kelimpahan jenis juvenil karang di daerah Moorea, French Polynesia.
3
Persentase (%)
Galaxea
2,32% 9 0,26% 1 0,26% 1 2,58% 10 7,73%
Merrulina
5,93%
Montastrea
4,38%
Porites
Stylopora Seriatopora Pocillopora
Favites
30 23
17 17,53%
Favia
17,01%
Acropora
42,01%
Kepadatan(koloni/m²)
68
66 163
Gambar 5. Perbandingan 10 genus karang batu (Hard Coral) dengan kepadatan dan persentase pada kedalaman 5 meter Persentase (%) Porites Stylopora Seriatopora Pocillopora
3,37% 10 0,00% 0 0,00% 0 10,77%
Merrulina
1,35% 4 6,40%
Montastrea
4,71%
Galaxea
Kepadatan(koloni/m²)
32
19 14
Favites
18,18%
Favia
13,80%
Acropora
41,41%
54 41 123
Gambar 5. Perbandingan 10 genus karang batu (Hard Coral) dengan kepadatan dan persentase pada kedalaman 10 meter Kepadatan rekruitmen tertinggi di perairan Pulau Pieh berada dalam kategori Perairan Pulau Pieh yaitu dari genus sangat rendah hingga sedang. Kategori Acropora dan yang terendah dari genus tingkat rekuitmen karang mengacu pada Stylopora dan Seriatopora. Dari genus lain Engelhardt (2001). termasuk dalam kategori sangat rendah rendah. Tingkat rekruitmen karang di 4
Tabel 2. Tingkat rekruitmen karang pada total densitas karang dalam kuadrat 1x1 meter menurut Engelhardt (2001) Tingkatan rekuitmen karang Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kepadatan rekruitmen karang dalam 1x1 m2 0-2,5 2,6-5 5,1-7,5 7,6-10 >10
Sumber : Engelhardt (2001) dalam Pitasari et al (2011)
Kepadatan rekruitmen karang pada suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus, salinitas dan kecerahan, kesediaan rekruitmen. Palupi et al (2012) mengatakan perbedaan kondisi bentik terumbu dan topografi perairan sangat menentukan keberhasilan juvenile untuk dapat berkembang menjadi karang dewasa. Rendahnya kepadatan karang diperairan Pulau Pieh disebabkan karena arus yang sangat kuat, sehingga menganggu penempelan larva karang, selain itu kondisi karang yang baik juga mempengruhi kepadatan juvenil. Siringoringo et al (2012) menyatakan karang dewasa akan menghambat pertumbuhan juvenil karang dalam hal kompetisi ruang, kompetisi makanan, dan ketersediaan substrat bagi penempelan larva karang. Selain tutupan karang hidup, rendahnya kepadatan juvenil berhubungan dengan adanya karang lunak dan fauna lain. Pola rekruitmen karang seperti ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar et al. (2012) di P. Pantar dan P. Marisa NTT. Lebih lanjut Bachtiar et al (2012) menyebutkan bahwa ada kecenderungan setelah melewati batas tertentu semakin tinggi tutupan karang hidupnya, jumlah juvenil karang akan semakin kecil. Hal tersebut berhubungan dengan kompetisi ruang antara karang dewasa dengan juvenil dan sempitnya ruang penempelan bagi larva
karang baru. Hal Yang serupa juga di temukan oleh Pitasari et al (2011) pada penelitian di Pantai Pasir Putih Situbondo menemukan tingkat rekruitmen tertinggi berada pada lokasi yang banyak ditemukan karang mati (DC), sedangkan pada terumbu karang yang kondisinya baik tingkat rekruitmennya rendah. Kepadatan tertinggi ditemukan pada genus Acropora, hal ini disebabkan karena famili dari karang Acroporidae dan Pocilloporidae merupakan famili karang perintis dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, juvenil dari karang ini dapat bertahan dalam waktu yang lama didalam kolom air. Struktur Komunitas Pengukuran struktur komunitas meliputi, indeks keragaman (H'), indeks keseragaman (E), indeks dominansi (C) dan indeks similaritas (S). Indeks keragaman Shanoon - Winner digunakan untuk melihat keragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh. Indeks keragaman masingmasing stasiun pada dua kedalaman dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Nilai indeks Keanekaragaman (H'), indeks Keseragaman (E), dan indeks Dominansi(C) Kedalaman 5 m Kedalaman 10 m Stasiun H' E C H' E C Utara 1,36 0,59 0,36 0,42 0,18 0,74 Timur 1,72 0,75 0,23 1,66 0,72 0,25 Selatan 1,67 0,73 0,21 0,42 0,64 0,25 Barat 1,18 0,51 0,43 1,68 0,75 0,23 Dari tabel dapat dilihat indeks Indeks keseragaman di Perairan Pulau keanekaragaman rekruitmen karang pada Pieh berkisar antara 0,18 - 0,75. Hal ini masing-masing stasiun pada kedalaman 5 menunjukan bahwa komunitas rekruitmen meter berkisar antara 1,18 - 1,72. Ini karang di Perairan Pulau Pieh berada dalam menunjukan bahwa keanekaragaman kondisi tertekan-labil. Artinya keseragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh rekrutmen karang dalam komunitas kurang termasuk pada kategori sedang. Sedangkan merata, diduga disebabkan karena adanya indeks keanekaragaman rekruitmen karang di suatu genus dari rekruitmen yang Perairan Pulau Pieh pada kedalaman 10 pertumbuhannya lebih mencolok atau lebih meter berkisar antara 0,42 - 1,68. Ini mendominasi. menunjukan keanekaragaman rekruitmen Indeks dominansi rekruitmen karang di karang pada kedalaman 10 meter masuk Perairan Pulau Pieh tergolong tinggi berkisar dalam kategori rendah - sedang. antara 0,21 - 0,74. Hal ini disebabkan karena Indeks keanekaragaman rekruitmen adanya rekruitmen yang mendominasi pada karang di Perairan Pulau Pieh pada umumnya setiap stasiun yaitu dari genus Acropora. termasuk dalam kategori sedang. Kecuali Indeks similaritas digunakan untuk pada stasiun Utara pada kedalaman 10 meter melihat kehadiran rekruitmen yang sama nilai indeks keanekaragaman masuk dalam pada masing-masing stasiun pada dua kategori rendah. Hal ini diduga disebabkan kedalaman di Perairan Pulau Pieh. Indeks oleh kondisi lingkungan yang tidak cocok similaritas di Perairan Pulau Pieh dapat untuk pertumbuhan rekruimen karang, arus dilihat pada Tabel 4. yang relatif kuat pada daerah ini menyebabkan tidak adanya juvenil karang yang dapat menempel pada substrat dasar perairan. Selain itu adanya suatu spesies yang mendominasi sehingga dapat menurunkan keanekaragaman spesies. Odum (1998) mengatakan keanekaragaman komunitas dapat menurun apabila komunitas tersebut didominasi oleh satu atau beberapa spesies saja.
6
Tabel 4. Indeks similaritas rekrutmen karang di perairan Pulau Pieh Kedalaman 5 m Lokasi Utara Timur Selatan Barat Utara 28,57% Kedalaman Timur 80,00% 10 m Selatan 92,30% Barat 76,90% Indeks similaritas rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh pada masing-masing Ucapan Terima Kasih stasiun antar kedalaman, seperti yang Penulis mengucapkan terima kasih tercantum pada Tabel 4, pada stasiun Barat, yang sebesar-besarnya kepada Loka Selatan dan Timur tergolong tinggi. Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pada stasiun Utara indeks similaritas Pekanbaru yang telah memfasilitasi antar kedalaman tergolong rendah. Tinggi penelitian ini dan ucapan yang sama kepada atau rendahnya indek similaritas dipengaruhi rekan-rekan di Minang Bahari yang telah oleh sama atau tidaknya spesies yang ada membantu dalam mengumpulkan data. pada komunitas tersebut. Tingginya indeks Daftar Pustaka similaritas pada stasiun Barat, Selatan dan Abrar, M dan Yempita, E. 2002. Distribusi Timur diduga disebabkan oleh kondisi dan Struktur Juvenil Karang Pasca lingkungan pada setiap stasiun yang hampir Kejadian Pemutihan Karang sama. Berbeda dengan indeks similaritas (Bleaching) 1998 di Perairan Sipora Kepulauan Mentawai Sumatra Barat. pada stasiun Utara tergolong rendah, hal ini Konferensi Nasional III. Pengelolaan diduga disebabkan oleh arus yang relatif kuat Sumberdaya Pesisir dan Lautan sehingga mempengaruhi penempelan Indonesia. rekruitmen karang pada stasiun ini. Keberhasilan kolonisasi didukung oleh Babcock, R.C. and C. P. Mundy. 1996. Coral beberapa persyaratan termasuk tipe substrat, recruitment: consequences of settlement choice for early growth arus, salinitas, cukup cahaya, sedimentasi and survivorship of two dan faktor biologis seperti ketersedian scleractinians. J. Exp. Mar. Biol. Ecol lapisan tipis mikroalgae (biofilm) di atas (206): 179-201 permukaan substrat bisanya dari kelompok diatom dan bakteri (Sorokin, 1991 ; Baird, A. H. R. C. Babcock, dan C. P. Richmon,1997). Mundy. 2003. Habitat Selection By Larvae Influences The Depth Distribution of Six Common Coral Kesimpulan Species. Marine Biology Ecology Tingkat rekruitmen karang termasuk Progres Series,252. P 289-293 dalam kategori rendah hingga sedang (0,11 4,11 koloni / m²). Kepadatan rekruitmen Bachtiar, I., M. Abrar, dan A. Budiyanto. tertinggi dari genus Acropora dan yang 2012. Rekruitmen Karang terendah dari genus Seriatopora dan Scleractinia di Perairan Pulau Lembata. Ilmu Kelautan, 17(1) : 1–7. Stylopora. Nilai indeks keanekaragaman (1,18 - 1,72), indeks keseragaman (0,18 0,75), indeks dominasi (0,21-0,74) dan Efendi, Y. 2012. Monitoring Tutupan Karang Hidup Di Pulau Pieh. indeks similaritas (92,30-28,57 % ). 7
Makalah yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Perikanan dengan Memanfaatkan Sumberdaya Alam dan Potensi Lokal Erwin, PM, Song B, Szmant AS. 2008. Settlement behavior of Acropora palmata planulae: Effects of biofilm age and crustose coralline algal cover. Proceedings of the 11th International Coral Reef Symposium, Ft Lauderdale, Florida, 7-11 July 2008. English S, Wilkinson C, Baker V. 1997. Survey manual for tropical marine resources. Townsville: Asutralian Institute of Marine Science Jokiel PL, 1985. Lunar periodicity of planulae release in the reef coral pocillopora damicornis in relation to various enviromental factors. Proc. 5th Inetrnat. Coral Reef Symp. Tahiti. (4): 307-312 Maulana, R. A. 2010. Kondisi dan Komposisi Karang Hidup di Terumbu Karang Pulau Pieh Kabupaten Padang Pariaman Sumatra Barat. Skripsi Sarjana Biologi universitas Andalas. Padang Munasik. 2008. Kondisi Terumbu Buatan Berbahan Beton Pada Beberapa Perairan di Indonesia. Prosding Musyawarah Nasional Terumbu Karang II. Jakarta Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan Jakarta. 135 hal Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi Edisi Tiga. Diterjemahkan oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Richmond, RH. 1997. Reproduction and recruitment in corals: Critical links in the persistence of reef. Di dalam:
Birkeland (ed). Life and death of coral reefs. New York: Chapman & Hall Richmond, RH. 1993. Effect of coastal runoff Suharsono, 2008. Jenis-jenis karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI. Jakarta: 372 Siringoringo, R.M, Ratna, D.P, Tri A.H 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractinia di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 17 (3): 170-175 Palupi, R.D. Siringringo, R.M. Hadi, T.A. 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractinia Di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Ilmu Kelautan. Vol.XVII (3): 170-175 Penin, L, M. Adjeroud, M.S. Pratchett, & T.P. Hughes. 2007. Spatial distribution of juvenile and adult corals around Moorea (French Polynesia ): implications for population regulation. Bull. Mar. Sci., 80(2):379–390. Pitasari, A. Saptarin, D. Aunurohim. 2011. Tingkat Rekruitmen Karang Pada Tiga Tipe Substrat di Pantai Pasir Putih Situbondo. Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Suparno. 2008. Pengelolaan Kawasan Perairan Pulau Pieh dan Sekitarnya Ditinjau Dari Dimensi Kawasan Konservasi Laut dan Wisata Bahari. Jurnal Mangrove dan Pesisir. Vol VIII No.1 Sukarno, M. Hutomo. M. K. Moosa dan P. Darsono. 1982. Terumbu Karang di Indonesia Sumberdaya, Permasalahan, dan Pengelolaannya. LIPI. Jakarta
8
Sorokin Y.I. 1991. Coral reef ecology. Ecological Studies 102. SpringerVerlag, Berlin Heildelberg, Germany, 465pp Tomascik T, Sander F. 1987. Effect of euthrophication on reef building corals II. Structur of scleractinian corals communities on freenging reef Barbados, West Indies. Mar. Biol. (94): 53-775 Van Moorsel, M.N. W.G., 1998, Juvenile Ecology and Reproductive Strategy of Reef Coral, Caribia: Caribbean Marine Biology, 167 p. Veron, JEN. 2000. Corals the World. Australian Institute of Marine Science.Townsville
9