KOMUNITAS SERANGGA INDIGENOUS PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PTPN VIII CIMULANG BOGOR
NICKY JAKA PERDANA
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRAK NICKY JAKA PERDANA. Komunitas Serangga Indigenous pada Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun PTPN VIII Cimulang Bogor. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati terbesar di dunia.Tanaman ini bersifat monoecious, namun bunga jantan dan betina berada pada tandan yang berbeda, sehingga membutuhkan serangga sebagai agen penyerbuk. Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas serangga indigenous yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan dilakukan dengan fixed sample method selama 10 menit pada bulan Mei, Juni 2011, Januari, November, dan Desember 2012. Hubungan faktor lingkungan dengan komunitas serangga dianalisis menggunakan korelasi Pearson dengan perangkat lunak SigmaPlot versi 10.0. Serangga yang ditemukan terdiri atas lima ordo dan 10 genus. Sepuluh genus itu antara lain Apis, Odontomachus, Camponotus, Anoplolepis, Braconid, Scaptodrosophila, Curculionid, dan Dermaptera (sp1, 2, dan 3). Lebah A. cerana ditemukan sebagai penyerbuk di bunga jantan kelapa sawit. Serangga predator yang ditemukan adalah Odontomachus, Anoplolepis, dan Dermaptera. Serangga yang paling dominan ditemukan yaitu Scaptodrosophila sp. Suhu lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan pada komunitas serangga di bunga jantan kelapa sawit. Kata kunci: Kelapa sawit, serangga indigenous, bunga jantan, parameter lingkungan.
ABSTRACT NICKY JAKA PERDANA. Community of Indigenous Insect on Male Flower of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at PTPN VIII Plantation Cimulang Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI. Oil palm is the biggest source of natural oil in the world. Oil palm is monoecious plant, but the male and female flower of the plant located at a different cluster. This study addressed to study indigenous insect community on male flower at oil palm. The insect were observed by fixed sample method on May, June 2011, January, November, and December 2012. Relationship between environment factors and insect community were analyzed by Pearson’s correlation with Sigmaplot software version 10.0. From the observation we found 5 order and 10 genera, such as Apis, Odontomachus, Camponotus, Anoplolepis, Braconid, Scaptodrosophila, Curculionid, and Dermaptera (sp1, 2, and 3). Bee, Apis cerana visited male flower of oil palm and the species role in pollination. The other, we found predatory insects, such as, Odontomachus, Anoplolepis, and Dermaptera. Result showed that the most dominant insect was Scaptodrosophila sp. The insect population significantly affected by environmental temperature. Key word: Oil palm, indigenous insect, male flower, environment factors
KOMUNITAS SERANGGA INDIGENOUS PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PTPN VIII CIMULANG BOGOR
NICKY JAKA PERDANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul
: Komunitas Serangga Indigenous pada Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun PTPN VIII Cimulang Bogor.
Nama
: Nicky Jaka Perdana
NIM
: G34063021
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Tri Atmowidi, M.Si
Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si
NIP 196708271993031003
NIP 195530111983032003
Mengetahui: Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena NIP 196410021989031002
Tanggal lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunitas Serangga Indigenous pada Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun PTPN VIII Cimulang Bogor” dengan baik. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si, dan Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si selaku pembimbing yang selalu memberikan pengetahuan yang bermanfaat, semangat, dan saran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PTPN VIII Cimulang Bogor atas bantuan lokasi penelitian. Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Maret 2013
Nicky Jaka Perdana
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 1 November 1988 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Aziz Syarkawi dan Ibu Neni Syam. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 001 Talang Mandi Duri, lulus pada tahun 2000. Kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SLTP Cendana Mandau, lulus pada tahun 2003 dan SMAS05 Cendana Mandau, lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa IPB Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………...…………………. viii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………………………………... viii PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………………………….…………………..
1
Tujuan ……………………………………………………………………………….…………………...
1
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ………………………………………………………………….…………………....
1
Bahan ……………………………………………………………………………….………………….....
1
Metode ……………………………………………………………………………….…………………..
1
Komunitas Serangga pada Bunga Jantan Kelapa Sawit …………………………………..…………......
1
Populasi Serangga dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan ………………………….….……
3
HASIL
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………………………...…....
4
SIMPULAN ………………………………………………………………………………………………...……...
5
SARAN ……………………………………………………………………………………………………...……..
5
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………...………
5
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………….. 7
DAFTAR TABEL Halaman 1 Komunitas serangga pengunjung bunga kelapa sawit di kebun Cimulang selama 10 menit pengamatan pada bulan Mei, Juni 2011, Januari, November, Desember 2012 ………………………….…………………..…………..… 2 2 Data rata-rata parameter lingkungan di lokasi penelitian ……………………………………………...…………. 4 3 Korelasi faktor lingkungan dengan jumlah individu serangga pengunjung ………………………………………. 4
1
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbesar di dunia. Kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang termasuk dalam ordo Palmales dan famili Palmae. Tanaman ini bersifat monoceus dengan bunga jantan dan betina pada tandan yang berbeda. Tandan bunga jantan dari tanaman ini dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga dalam fase menjelang mekar. Tiap tandan bunga jantan terdapat 100-250 spikelet dan tiap spikelet memiliki 500-1500 bunga (Setyamidjaja 2006). Pembentukan buah dan biji tanaman kelapa sawit bergantung pada penyerbukan yang hampir sepenuhnya dilakukan oleh kumbang Elaeidobius kamerunicus yang diintroduksi dari Afrika Barat (Richards 2001). Penyerbukan kelapa sawit oleh E. kamerunicus bersifat spesifik dan adaptif baik pada musim basah maupun musim kering. Oleh karena itu, penyerbukan oleh serangga ini akan jauh lebih baik dari penyerbukan alamiah maupun secara buatan (assisted pollination) (Siregar 2006). Penggunaan polinator lokal yang terdapat di sekitar hutan perkebunan kelapa sawit dapat menjadi alternatif untuk penyerbukan kelapa sawit. Di Costa Rica, ditemukan beberapa serangga yang mengunjungi bunga dari kelapa sawit, yaitu lalat, lebah, dan semut (CCB 2000). Di kebun sawit yang terdapat di Banten, ditemukan serangga pengunjung bunga kelapa sawit, yaitu Thrips hawaiiensis Morgan dan ngengat Pyroderces sp. (Pardede 1990). Di kebun sawit yang terdapat di Cikasungka Bogor ditemukan pengunjung bunga jantan kelapa sawit, selain E. kamerunicus, yaitu Rynchomyia, Scaptodrosophila, Diplatys, Forficula, Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster, dan Heteroponera (Kusumawardhani 2011). Menurut Yuromiyati (2012) dan Famukti (2013) serangga lain yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang yaitu Scaptodrosophila sp. (Diptera), Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. (Dermaptera). Serangga pengunjung bunga kelapa sawit lain yang berperan sebagai polinator, yaitu Mystrop costaricencis, E. subvittatus, Smicrips sp., dan Thrips hawaiiensis (Labarca et al. 2007). Dalam penelitian ini dipelajari komunitas serangga-serangga indigenous pada bunga jantan kelapa sawit.
Waktu dan Tempat Penilitian dilakukan dari bulan Mei - Juni 2011, Januari, November-Desember 2012 di PTPN VIII Cimulang Bogor dan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu serangga-serangga indigenous pada bunga jantan kelapa sawit dan etanol 70%. Alat yang digunakan yaitu kotak serangga, thermometer udara, hygrometer, luxmeter, hand scoon, pinset, cotton bud, mikroskop stereo dan kamera. Metode Pengamatan Serangga Pengunjung. Pengamatan serangga pengunjung dilakukan dengan metode fixed sample method (Dafni 1992) selama 10 menit dimulai dari pukul 08.00-10.00. Pengamatan dilakukan tiga hari setiap bulannya, yaitu bulan Mei, Juni 2011, Januari, November, dan Desember 2012. Selama pengamatan, dicatat nama spesies serangga, jumlah individu, dan diukur parameter lingkungannya, meliputi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Identifikasi serangga dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi berdasarkan Borror et al. (1996) . Analisis Data. Keragaman serangga dihitung dengan menggunakan indeks diversitas dan evenness Shannon, dengan rumus: H’ E H’ pi E S
= -∑pi.ln pi = H’/ln S : indeks diversitas Shannon : proporsi dari tiap spesies i : Evenness : jumlah spesies Data komunitas serangga ditampilkan dalam tabel dan grafik batang menggunakan program SigmaPlot. Hubungan komunitas serangga dengan faktor lingkungannya dianilisis dengan korelasi Pearson (r) dan dihitung nilai signifikansinya (p).
HASIL
Tujuan Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari komunitas serangga indigenous yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit.
Komunitas Serangga Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit Pengamatan serangga yang dilakukan pada bulan Mei, Juni 2011, dan bulan Januari, November,
2 serangga ini termasuk dalam lima ordo, yaitu Hymenoptera, Lepidoptera, Diptera, Dermaptera dan Coleoptera. Serangga yang paling banyak jumlah individunya (6839 individu) yaitu Scaptodrosophila sp. (Diptera) (Tabel 1).
dan Desember 2012 pada bunga jantan kelapa sawit terdiri dari Apis cerana (Apidae), Odontomachus, Camponotus, dan Anoplolepis gracilipes (Formicidae), Scaptodrosophila (Diptera), Braconid sp (Braconidae), 3 spesies Dermaptera, dan larva Lepidoptera (Tabel 1) dan (Gambar 1). Serangga-
Tabel 1. Komunitas serangga pengunjung bunga kelapa sawit di kebun Cimulang selama 10 menit pengamatan pada bulan Mei, Juni 2011, Januari, November, Desember 2012 Ordo
Jumlah Individu
Famili 2011
2012
Genus/Spesies
Hymenoptera Apidae Apis Cerana Formicidae Odontomachus sp. Camponotus sp. Anoplolepis gracilipes Braconidae Braconid sp1. Lepidoptera Larva Diptera Drosophilidae Scaptodrosophila sp. Coleoptera Curculionidae Curculionid sp1. Dermaptera Dermaptera sp1. Dermaptera sp2. Dermaptera sp3. Jumlah Individu (N) Indeks Shannon (H') Evenness (E)
Total Mei
Juni
Januari
November
Desember
0
0
0
0.02
0
0.02
0.30 0.55 0
0.16 0.02 0
0 0 0.25
0 0 0.88
0 0 0
0.47 0.58 1.13
0.02
0
0
0
0
0.02
0
0.02
0
0
0
0.02
0
0
1.77
64.5
123.69
189.97
0
0
0
0.88
0
0.88
0 0 0 0.88 0.77 0.7
0 0 0 0.22 0.73 0.66
0 0 0 2.02 0.37 0.53
8.25 10.19 0.86 85.61 0.84 0.43
9.30 20.22 0 153.22 0.61 0.55
17.55 30.41 0.86 241.97 0.74 0.31
3
Gambar 1. Serangga yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit selain Elaeidobius kamerunicus: Odontomachus sp. (a), Camponotus sp. (b), Anoplolepis gracilipes (c), Apis cerana (d), larva Lepidoptera (e), Scaptodrosophila sp. (f), Curculionid sp1 (g), Dermaptera sp2 (h), Dermaptera sp3 (i), Dermaptera sp1 (j), Braconid sp1. Populasi Serangga dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan Suhu terendah (24.83 oC) selama pengamatan terdapat pada bulan Juni, sedangkan suhu tertinggi (33.89 oC) ditemukan pada bulan
Desember. Kelembapan terendah (61.98 %) terjadi pada bulan Januari dan yang tertinggi (73.74%) pada bulan Mei. Intensitas cahaya terendah (2194.58 lux) ada di bulan Desember, dan paling tinggi (14082.22 lux) pada bulan Januari.
4 Tabel 2. Data rata-rata parameter lingkungan di lokasi penelitian Data Lingkungan
Parameter Lingkungan
Bulan
Suhu (⁰C)
Mei 27.5 (25-31.5)
Juni 24.83 (23.5-26.5)
Januari 26.84 (23.5-35.5)
November 33.87 (26.7-37.4)
Desember 33.89 (28.9-38.2)
Kelembapan (%)
73.74 (58-84.9)
65.58 (58-70)
61.98 (53-72.5)
63.06 (50.8-83.9)
62.28 (50.5-80.5)
2540.9 3996.5 14082.22 3499.31 Cahaya (Lux) (901-4840) (1347-14940) (1195-66300) (1192-5480) Keterangan : Nilai di dalam tabel adalah nilai rata-rata setiap faktor (parameter) lingkungan. kurung merupakan nilai minimum dan maksimumnya.
2194.58 (634-5210) Angka di dalam
Tabel 3. Korelasi faktor lingkungan dengan jumlah individu serangga pengunjung
Faktor Lingkungan
Korelasi Pearson (r)
Signifikasi (p)
Suhu
0.436
0.000
Kelembaban
-0.110
1.000
Cahaya
-0.136
0.743
PEMBAHASAN Scaptodrosophila sp. adalah serangga yang paling dominan ditemukan dalam penelitian ini dibandingkan serangga yang lainnya. Barker (2005) melaporkan Scaptodrosophila merupakan spesies yang berkembangbiak di bunga. Di Afrika, ditemukan beberapa spesies Scaptodrosophila di kelapa sawit (Cariou et al. 2008). Di Australia, Scaptodrosophila mengunjungi bunga Hibiscus untuk berkembang biak (Wolf et al. 2000). Sedangkan di Bogor, Scaptodrosophila mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (Yuromiyati 2012). Serangga dominan lain yang ditemukan di bunga jantan kelapa sawit ialah ordo Dermaptera. Serangga dari ordo ini termasuk serangga nokturnal yang beraktivitas di malam hari. Serangga ini bersembunyi di celah-celah tanaman, lubang-lubang kecil, di bawah kulit kayu, dan reruntuhan. Makanan dari Dermaptera adalah bagian tanaman yang mati dan membusuk, dan beberapa spesiesnya memakan bagian tumbuhan yang hidup atau memangsa spesies lain (Borror et al. 1996). Famukti (2013) melaporkan di kebun Cimulang Bogor ditemukan tiga genus Dermaptera di bunga jantan kelapa sawit, yaitu Chelisoches sp., Forficula sp., dan Labia sp. Serangga-serangga lainnya yang ditemukan dalam jumlah sedikit ialah Apis cerana. Dalam pengamatan hanya ditemukan satu individu A.
cerana. Lebah ini termasuk lebah madu Asia (Oldroyd et al. 2001). Apis cerana merupakan lebah polinator untuk berbagai tanaman. Beberapa tanaman sangat bergantung pada A. cerana untuk penyerbukannya, seperti apel (Malus domestica), mangga (Mangifera indica), melon (Cucumis melo), dan bawang merah (Allium cepa) (Hein 2009). Serangga lainnya yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit ialah semut (famili Formicidae). Tiga spesies semut yang diamati, yaitu Odontomachus sp., Camponotus sp., dan Anoplolepis gracilipes. Odontomachus sp. bersifat predator yang umum memangsa serangga yang lebih kecil ukurannya. Semut ini mengumpulkan makanan dengan cara menangkap dan menyengat mangsanya, menggigit berulang-ulang mangsanya dengan rahangnya yang bergerigi. Mangsa semut ini umumnya memiliki eksoskeleton yang keras, seperti Formicidae dan Coleoptera (Briese & Macauley 1981). Semut lain yang ditemukan ialah Camponotus sp. Spesies ini bersifat perusak kayu (WSU 2005). A. gracilipes disebut crazy ant, dikarenakan pergerakannya yang acak. Semut ini merusak ekosistem alami dari tempat yang didatanginya. Semut ini hidup membentuk super koloni dengan beberapa ratu semut di berbagai tempat di hutan tropis, dan mencari makanan di berbagai habitat (ISSG 2004).
5 Selain dari ordo Formicidae, ditemukan juga imago serangga dari famili Braconidae. Dalam penelitian ini spesimen hanya diidentifikasi sampai famili. Serangga dari famili ini bersifat parasitoid pada berbagai fase hidup inangnya (Borror et al. 1996). Salah satu fase hidup inang yang diserang adalah fase telur dan larva. Larva yang diserang mencakup berbagai macam larva serangga seperti larva lalat dan larva kumbang. Larva-larva serangga memiliki aroma yang khas dan dikenali oleh serangga dari famili Braconidae (Laing 1937). Serangga lainnya yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit adalah larva dari ordo Lepidoptera. Larva ini memakan daun-daun dari tanaman kelapa sawit (Koh 2008). Selain itu, ditemukan juga serangga dari famili Curculionidae (kumbang). Kumbang ini memiliki moncong yang khas dari famili ini. Makanannya adalah hampir semua bagian tumbuhan (Borror et al. 1996). Jumlah individu serangga yang ditemukan bervariasi. Jumlah serangga terbanyak (153.222 individu) didapat di bulan Desember. Dalam penelitian ini indeks diversitas serangga pengunjung termasuk rendah (H’= 0.74). Kemungkinan hal ini dikarenakan komunitas serangga indigenous dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lingkungan ataupun faktor lainnya. Nilai dari H' umumnya terletak pada kisaran 1.5 dan 3.5 (Magurran 1987). Kisaran kurang dari 1.5 mempunyai nilai diversitas rendah, sedangkan nilai lebih dari 3.5 dikatakan tinggi. Nilai H' dari tiap bulan pengambilan sample juga bervariasi. Bulan Mei memiliki keragaman yang paling tinggi (H’= 0.77, E= 0.7) dan yang paling rendah pada bulan Januari (H’= 0.37, E= 0.53). Parameter Lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya mempengaruhi keragaman spesies (Krebs 1978). Korelasi Pearson memiliki rentang nilai antara -1 sampai +1 (SPSS 2000). Suhu pengamatan berkisar antara 23.5-38.2⁰C. Jumlah individu serangga berkorelasi positif dengan suhu (r= 0.436, p= 0.000). Suhu dapat mempercepat kehilangan lalu lintas air yang dapat menyebabkan kematian suatu organisme (Odum 1993). Kelembaban udara dalam pengamatan ini berkisar antara 50.5-84.9 %. Korelasi serangga dengan kelembaban (r= -0.110, p= 1.000) menunjukkan korelasi negatif yang tidak signifikan antara serangga dengan kelembaban. Hal ini berarti semakin tinggi kelembaban maka semakin rendah populasi serangga. Kelembaban yang tinggi di sarang ataupun bunga memberikan efek persarangan yang kurang cocok (Klein et al. 2004). Intensitas cahaya pada pengamatan ini berkisar antara 634-66300 lux. Korelasi serangga dengan cahaya (r=-0.136, p=0.743) menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara dua
variabel. Intensitas cahaya berpengaruh dalam proses pengumpulan makanan yang terdapat di bunga. Semakin tinggi intensitas cahaya semakin sedikit serangga yang mengumpulkan makanan (Klein et al. 2004). Korelasi antara ketiga parameter lingkungan saling berhubungan satu dengan lainnya. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin meningkat suhu udara. Suhu udara yang tinggi menurunkan kelembaban.
SIMPULAN Serangga-serangga indigenous yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit adalah termasuk dalam ordo Hymenoptera, Lepidoptera, Coleoptera, Dermaptera, dan Diptera. Serangga yang ditemukan di bunga jantan kelapa sawit ialah Odontomachus sp., Camponotus sp., Anoplolepis gracilipes (Formicidae) dan Scaptodrosophila sp (Diptera: Drosophilidae). Selain itu, ditemukan larva Lepidoptera, satu spesies Braconidae, satu spesies Curculionidae (Coleoptera), dan tiga spesies Dermaptera. Berdasarkan analisis, suhu udara berkorelasi positif terhadap jumlah individu serangga pengunjung pada bunga jantan kelapa sawit.
SARAN Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara acak tidak berurutan tiap bulannya. Disarankan untuk melakukan pengambilan data secara sistematis berurutan tiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA Barker JSF. 2005. Population structure and host-plant specialization in two Scaptodrosphila flowerbreeding species. Heredity 94:129-138. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects. Briese DT, Macauley BJ. 1981. Food collection within an ant community in semi-arid Australia, with special references to seed harvester. Aus J Ecol 6:1-19. Cariou ML et al. 2008. Drosophilidae of Seychelles: biogeography, ecology, and conservation status. Phelsuma 16:19-30.
6 [CCB]. 2000. Pollination in a Green Desert: Oil Palm Pollination in Southern Costa Rica. CCB 6-7, 10. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A Practical Approach. Oxford: Oxford University Press. Famukti DA. 2013. Keanekaragaman cocopet (ordo Dermaptera) pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hein L. 2009. The economic value of the pollination service, a review across scales. Open Ecol J 2:7482. [ISSG]. 2004. 100 of the world’s worst invasive alien species. New Zealand: Hollands Printing Ltd. Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharntke T. 2004. Foraging trip duration and density of megachilid bees, eumenid wasps, and pompilid wasps in tropical agroforestry systems. J Anim Ecol 73:517-525 Koh LP. 2008. Birds defend oil palm from herbivorous insects. Ecol App 18:821-825. Krebs CJ. 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Edisi ke-2. New York: Harper and Row. Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Labarca MV, Portillo E, Narvaez YZ. 2007. Relationship between infloresences, climate, and the pollinating in oil palm (Elaeeis guineensis Jacquin) plantations located in south lake of Maracaibo, Zulia state. Rev. Fac. Agron. (LUZ), 24: 303-320 Laing J. 1937. Host-finding by insect parasites. 1. Observations on the finding of hosts by Alysia manducator, Mormoniella vitripennis and Trichogramma evanescens. J Anim Ecol 6.2:298317. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton University Press.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Samingan T, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Oldroyd BP et al. 2001. Worker policing and worker reproduction in Apis cerana. Behav Ecol Sociobol 50:371-377 Pardede D. 1990. Indigenous pollinator insects of oil palm at Kertarahardja, Lebak and Kertajaya estates nucleus estate smallholder project V South Banten. Agris Record. Richards AJ. 2001. Does Low Biodiversity Resulting from Modern Agricultural Practice Affect Crop Pollination and Yield?. Annals of Botany 88:165172 Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Kansinius. Shattuck SO. 1999. Australian Ants Their Biology and Identification. Melbourne: CSIRO Pub. Siregar AZ. 2006. Kelapa Sawit: Minyak Nabati Berprospek Tinggi. Medan: USU Repository. [SPSS]. 2000. Systat Version 10. SPSS. Wolf LL, Polak M, Barker JSF, Bowles J, Starmer WT. 2000. Reproductive characteristics of Drosophila hibisci in the Northern Territory, Australia. Biol J Linn Soc 70:549-562. [WSU]. 2005. Carpenter ants: their biology and control. WSU 1-7. Extension Bulletin 0818. Yuromiyati AE. 2012. Populasi Scaptodrosophila Duda (Diptera: Drosophilidae) pada bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
5
LAMPIRAN
86
DESKRIPSI SPESIES Apis cerana Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Apidae Genus : Apis Spesies : Apis cerana Dasar dari abdomen (metasoma) serangga ini terlihat menyempit. Ruas metasoma pertamanya tidak berbungkul. Antenanya tidak bersiku. Sayap-sayapnya berkembang dengan baik. Pronotumnya memiliki gelambir yang membulat. Tubuhnya diselimuti rambut-rambut. Sayapnya memiliki gelambir yang disebut gelambir jugum yang lebih pendek daripada sel marginal sayapnya. Bagian kepalanya memiliki galae dan glossa yang memanjang (lidah-lidah panjang). Tibiae belakangnya terdapat taji-taji ujung (Borror et al. 1996). Odontomachus sp., Camponotus sp., Anoplolepis gracilipes Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Formicidae Genus : Odontomachus, Camponotus, Anoplolepis Spesies : Odontomachus sp., Camponotus sp., Anoplolepis gracilipes Serangga ini memiliki metasoma yang menyempit. Ruas dari metasomanya memiliki satu bungkul atau punuk yang sangat berbeda dari metasoma lainnya. Antenanya bersiku, dengan ruas pertama yang panjang. Serangga jenis ini pada umumnya tidak bersayap (Borror et al. 1996). Odontomachus sp. Bagian atas dari gaster tidak terlalu membengkok dan pembengkokannya terletak pada bagian tengah dari gaster, bagian ujung belakang dari gaster mengarah ke belakang. Petiole memiliki bentuk yang khas, persambngannya dengan gaster berbentuk ramping dan hanya pada bagian permukaan bagian bawah dari petiole. Mandibula panjang dan lurus, terletak pada bagian tengah dari kepala, memiliki 2-3 gigi yang besar di ujungnya. Bagian dorsal kepala membentuk huruv V berwarna gelap (Shattuck 1999). Camponotus sp. Antena memiliki 12 segmen. Bagian ujung belakang dari mesosoma di atas kaki belakang mulus. Mandibulanya memiliki 8 gigi atau kurang, gigi ke empat hamper sama panjangnya dengan panajang gigi ke tiga dan ke lima. Bagian atas dari segmen pertama gaster memenuhi hamper setengah dari luas seluruh gaster (Shattuck 1999). Anoplolepis gracilipes. Antena dari Anoplolepis terdiri atas 10 atau 11 segmen. Memiliki palps yang panjang, memanjang dari bagian bawah kepala dengan rumus 6:4. Propodeum nya mulus tanpa duri atau gigi. Scapes melebihi garis kepala sepanjang 2/3 dari panjang kepala (Shattuck 1999). Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Braconidae Serangga ini memiliki sayap yang berkembang dengan baik. Pronotum tanpa gelambir yang membulat pada masing-masing sisi bagian posterior. Rangka sayap agak menyusut, sayap depan memiliki 5 atau kurang sel-sel yang tertutup, sayap belakang tanpa sel-sel yang tertutup. Pada pandangan lateral pronotum agak segitiga, dan meluas sampai tegulae. Metasoma timbul pada propodeum antara dasar-dasar koksa belakang. Sayap depan tanpa sel marginal, rangka sayap koksa terdapat pada bagian dasar. Tergit metasoma 2 dan 3 menyatu (Borror et al. 1996).
97 Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Larva Lepidoptera berbentuk eusiform. Kepalanya berkembang baik, memiliki tubuh silindrik yang terdiri atas 13 ruas (3 toraks, 10 abdomen). Kepala memiliki stemmata pada masing-masing sisi di atas mandibula. Di masing-masing toraks terdapat sepasang tungkai. Ruas-ruas abdomen 3-6 dan 10 terdapat prolegs. Prolegs berbeda dari tungkai toraks. Prolegs ini lebih padat daripada tungkai yang terdapat di toraks (Borror et al. 1996). Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Drosophilidae Genus : Scaptodrosophila Memiliki sel anal. Memiliki rambut-rambut bulu mata. Tibia tengah tanpa rambut bulu dorsal. Fronto-orbital tidak mengarah sama. Tidak ada fronto-orbital yang membengkok ke dalam. Kosta tidak berduri. Memiliki rambutrambut bulu sternopleura (Borror et al. 1996). Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Curculionidae Bentuknya seperti kumbang pada umumnya. Koksa belakang tidak begitu meluas. Sternum abdomen pertama tidak terbagi oleh koksa belakang, batas posterior sternum meluas melalui abdomen, trokanter belakang kecil, protoraks tanpa sutura-sutura notopleura. Palpusnya pendek dan kaku. Sungutnya memiliki gada, dan membengkok. Kepala memanjang menjadi satu proboscis atau moncong. Trokanter pendek berbentuk segitiga, pada sisinya menempel femora. Sungut membengkok seperti siku (Borror et al. 1996). Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Dermaptera Serangga ini disebut cocopet atau earwig. Bentuknya memanjang, ramping, dan agak gepeng. Memiliki sersi seperti capit. Cocopet muda ruas antenanya lebih sedikit daripada cocopet dewasa. Cocopet dewasa jantan memiliki 10 ruas tubuh, sedangkan cocopet betina hanya memiliki 8 ruas tubuh (Borror et al. 1996).